31
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pendahuluan Ada beberapa metode yang dapat dilakukan dalam pengobatan penderita karsinoma serviks yaitu pembedahan, radioterapi, kemoterapi, imunoterapi dan lainnya. Pilihan utama pada karsinoma serviks adalah pembedahan dan radioterapi. Pada stadium dini, cukup hanya dengan pembedahan atau dengan radioterapi saja sudah dapat memberikan hasil yang cukup baik, sedangkan pada stadium lanjut perlu diberikan terapi gabungan. 4 Terapi untuk karsinoma intraepitel (CIN) terdiri atas terapi konservatif, konisasi dan histerektomi total. - CIN I Terapi fisika atau observasi dan tindak lanjut. Secara statistik hanya 15% pasien CIN I yang mengalami progresivitas lesi, 20% lesi menetap dan 65% lesi lenyap spontan. - CIN II Terapi konservatif ataupun konisasi seperti laser, krioterapi, elektrokoagulasi, konisasi pisau dingin, LEEP. Konisasi pisau dingin dan LEEP dapat dilakukan untuk

terapi ca serviks.docx

Embed Size (px)

Citation preview

BAB 1TINJAUAN PUSTAKA1.1 PendahuluanAda beberapa metode yang dapat dilakukan dalam pengobatan penderita karsinoma serviks yaitu pembedahan, radioterapi, kemoterapi, imunoterapi dan lainnya. Pilihan utama pada karsinoma serviks adalah pembedahan dan radioterapi. Pada stadium dini, cukup hanya dengan pembedahan atau dengan radioterapi saja sudah dapat memberikan hasil yang cukup baik, sedangkan pada stadium lanjut perlu diberikan terapi gabungan.4Terapi untuk karsinoma intraepitel (CIN) terdiri atas terapi konservatif, konisasi dan histerektomi total. CIN ITerapi fisika atau observasi dan tindak lanjut. Secara statistik hanya 15% pasien CIN I yang mengalami progresivitas lesi, 20% lesi menetap dan 65% lesi lenyap spontan. CIN IITerapi konservatif ataupun konisasi seperti laser, krioterapi, elektrokoagulasi, konisasi pisau dingin, LEEP. Konisasi pisau dingin dan LEEP dapat dilakukan untuk pemeriksaan patologi anatomi sehingga dapat dilihat apakah karsinoma insitu atau mikro invasif. CIN IIIDapat dilakukan konisasi, untuk pasien usia lanjut atau tidak memerlukan reproduksi lagi dapat dilakukan histerektomi total.

Terapi untuk karsinoma serviks invasif ada tiga pilihan yaitu operasi, radioterapi dan kemoterapi.a. OperasiOperasi yang dilakukan dapat dalam bentuk histerektomi total ataupun radikal.b. RadioterapiTerapi dengan memberikan pancaran sinar kepada sel kanker. Sinar yang biasa digunakan adalah sinar X ataupun sinar gama. Sinar X terutama dihasilkan dari instalasi mesin sinar X, akselerator linier dan lain-lain. Sedangkan sinar gama dilepaskan dari reaksi fisik inti atom unsur radioaktif (artifisial atau alami) yang berubah dari kondisi labil menjadi unsur yang stabil. Unsur radioaktif yang sering digunakan adalah Co-60, Ir-192 dan lain-lain.4c. Kemoterapi Kemoterapi digunakan untuk kasus stadium sedang dan lanjut pra-operasi atau kasus rekuren dan metastasis. 41.2 Pembedahan (Operasi)Terapi pembedahan pada karsinoma serviks adalah histerektomi. Jenis histerektomi yang dilakukan sangat tergantung pada stadium kankernya, yaitu: Stadium IA1Histerektomi total, bila perlu konservasi fungsi reproduksi, dapat dengan konisasi. Stadium IA2 Histerektomi radikal modifikasi ditambah pembersihan kelenjar limfe kavum pelvis bilateral. Stadium IB1-IIA Histerektomi radikal modifikasi atau histerektomi radikal ditambah pembersihan kelenjar limfe kavum pelvis bilateral, pasien usia muda dapat mempertahankan ovarium.

1.3 RadioterapiIndikasi radioterapi antara lain: Radioterapi kuratifDiberikan untuk memusnahkan lesi primer dan metastasisnya. Radioterapi paliatifDiberikan pada stadium lanjut, tujuannya adalah untuk menghambat pertumbuhan tumor, mengurangi penderitaan, memperpanjang usia dan meningkatkan kualitas hidup. Menurut kondisi diberikan 1/3 s/d 2/3 dosis kuratif.

Satuan dosis radiasi adalah Gray (Gy). 1 Gy= 1kg materi menyerap energy 1 Joule. Pemberian radioterapi ada tiga macam yaitu:a. Radioterapi radikalDiberikan untuk karsinoma serviks stadium I-IV, khususnya stadium IIb-IV atau pada pasien stadium dini tetapi tidak memiliki indikasi untuk dilakukan pembedahan. Tujuannya adalah agar lesi primer maupun sekunder yang mungkin timbul semuanya mendapatkan dosis radiasi maksimal tapi tidak melebih dosis toleransi radiasi organ dalam abdomen dan pelvis. Penambahan cisplatin selama radioterapi whole pelvic dapat memperbaiki survival rate 30% s/d 50%. Komplikasi radiasi yang paling sering adalah komplikasi gastrointestinal seperti proktitis, colitis, dan gangguan traktus urinarius seperti sistitis dan stenosis vagina.3Terapi radiasi whole pelvic diberikan dengan fraksi 180-200 Gy per hari selama 5 minggu (sesuai dengan dosis total 4500-5000 Gy) sebagai awal pengobatan. Tujuannya adalah untuk memberikan radiasi seluruh rongga panggul, parametrium, kelenjar getah bening iliaka dan para aorta. Selanjutnya, radioterapi dilanjutkan dengan brakiterapi dengan menginsersi tandem dan ovoid (dengan dosis total ke titik A 8500 Gy dan 6500 Gy ke titik B) melalui 2 aplikasi. Tujuan brakiterapi adalah untuk memberikan radiasi dosis tinggi ke uterus, serviks, vagina dan parametrium.3Titik A adalah titik 2 cm superior dari ostium uteri eksterna dan 2 cm lateral dari garis tengah uterus. Titik ini berada di parametrium. Sedangkan titik B adalah titik 2 cm superior dari ostium uteri eksterna dan 5 cm lateral dari garis tengah uterus. Titik ini berada pada dinding pelvis. Radioterapi ajuvan dapat diberikan pada pasien pasca bedah dengan risiko tinggi.3b. Radioterapi praoperasiUntuk pasien stadium IB2/IIA dengan lesi serviks >4 cm atau tumor serviks tipe tumbuh ke dalam, kanalis servikalis sangat jelas melebar.c. Radioterapi pasca operasiUntuk pasien yang secara patologik terbukti adanya metastasis ke kelenjar limfe kavum pelvis, para aorta, abdominal, jaringan parametrium, tumor menginvasi lapisan otot dalam serviks, dan tumor residif di vagina residual.

Pola dasar penyinaran dengan radioterapi ada 3 yaitu:a. TeleterapiPenyinaran dari luar. Posisi sinar di luar tubuh. Terletak dalam jarak 30-100 cm. sinar dipusatkan pada daerah tubuh tertentu, dapat memakai mesin sinar X, akselerator Co-60 dan lain-lain.4b. BrakiterapiDibagi menjadi penyinaran intrakavital dan interstisial. Sumber radiasi yang dipakai terutama adalah radioisotope seperti Ir 192. Peralatan yang dipakai umumnya adalah mesin pasca muat (afterload). Pada waktu terapi terlebih dahulu alat pemuat sumber yang tak berisi sumber radiasi diletakkan ke rongga/saluran tempat lesi (vagina, kavum uteri, dan lain-lain) atau ditancapkan ke jaringan tumor (missal: lidah, dasar mulut). Setelah dipastikan posisi pemuat sumber tepat letaknya, petugas operator melakukan manipulasi dari ruang isolasi agar sumber radiasi secara otomatis masuk ke dalam alat pemuat sumber dan menjalani radioterapi.4c. Terapi dengan isotop internalPrinsipnya adalah dengan memanfaatkan absorpsi selektif terhadap radioisotope tertentu oleh organ tubuh tertentu. Radioisotope tersebut ditelan atau disuntikkan secara intravena ke tubuh pasien. Misalnya I-131 untuk kanker tiroid dan P-32 untuk terapi hidrothoraks maligna.41.4 KemoterapiIndikasi penggunaan kemoterapi pada pasien karsinoma serviks yaitu:4 Ukuran tumor yang terlalu besar sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan operasi maka dilakukan kemoterapi untuk mengecilkan ukuran tumor sebelum dioperasi agar operasinya lebih efektif. Untuk terapi tambahan pada pasien yang diradioterapi dengan harapan kemoterapi dapat menambah sensitivitas sel terhadap radiasi. Terapi paliatif pada pasien stadium lanjut yang tidak memungkinkan untuk dilakukan operasi ataupun radioterapi.

Kemoterapi yang sering digunakan secara klinis adalah DDP, karboplatin, CTX, SFU, ADR, BLM, IFO, taksan, CPT-11 dan lain-lain. Kombinasi yang sering digunakan adalah CTX + BLM + DDP, MMC + VCR + DDP dan CTX + ADR + DDP, taksan + IFO + DDP, CPT-11 + DDP, dan lain-lain.4Kemoterapi yang paling aktif adalah cisplatin. Carboplatin juga memiliki aktivitas yang sama dengan cisplatin. Jenis kemoterapi lainnya yang dapat digunakan adalah ifosfamid dan paclitaxel.2,51.5 Terapi Paliatif pada KankerWalaupun kemajuan dalam terapi kanker sudah berkembang pesat, namun terapi saat ini hanya memungkinkan sekitar 1/3 pasien kanker yang sembuh. Sisanya mengalami residif pasca terapi metastasis dan berakhir dengan kematian. Terapi paliatif adalah terapi yang diberikan pada penderita kanker stadium terminal atau pasien kanker yang tidak dapat disembuhkan lagi dan menjelang kematian. Tujuan terapi paliatif adalah untuk membantu pasien mencapai kondisi yang paling ideal sehingga dalam sisa umurnya ia dapat hidup lebih bermakna. 4Terapi yang dapat diberikan pada pasien kanker terminal antara lain:a. Terapi simtomatik dengan obat-obatanSalah satu simtomatik yang paling sering pada pasien kanker adalah nyeri. Pain less therapy adalah terapi utama yang paling penting pada pasien yang sudah residif atau stadium terminal. Nyeri yang timbul dapat disebabkan oleh 4 hal yaitu: Nyeri yang ditimbulkan langsung oleh kanker. Nyeri yang berhubungan dengan kanker, misalnya nyeri persendian atau nyeri lain yang merupakan manifestasi nonspesifik kanker. Nyeri yang timbul akibat terapi kanker, misalnya sindrom nyeri pasca operasi dan pasca kemoterapi, nyeri akibat ulserasi atau fibrosis pasca radiasi. Nyeri yang tidak berhubungan dengan kanker, misalnya pasien sudah menderita gout sebelum menderita kanker dan lain-lain.Menurut WHO, medikamentosa adalah metode utama dalam terapi nyeri kanker. Pemberian jenis medikamentosanya tergantung pada derajat nyeri yang dialami oleh pasien. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur derajat nyeri seseorang. Secara umum, derajat nyeri dikategorikan menjadi nyeri derajat ringan, derajat sedang dan derajat berat.4Untuk nyeri derajat ringan dapat diberikan obat analgesic non opioid seperti aspirin, parasetamol, ibuprofen, indometasin, naproksen dan diklofenak. Untuk nyeri derajat sedang dapat diberikan analgesic golongan opioid lemah seperti kodein, propoksifen, tramadol, dan lain-lain. Sedangkan untuk nyeri derajat berat dapat diberikan obat analgesik opioid kuat yaitu morfin hidroklorida, tablet morfin sulfat lepas terkendali, sediaan temple fentanyl, metadon dan lain-lain.4Selain nyeri, sekitar 70% psien kanker menderita depresi, gelisah dan gejala lain. Bagi penderita yang gejala depresinya mencolok, perlu diberikan terapi antidepresan dan antiansietas seperti fluosetin, doksepin, amitriptilin atau diazepam. Selain itu, jika pada awal pemakaian obat analgesik opioid pasien mengalami mual dan muntah, dapat diberikan obat anti emetic seperti metoklopramid 10-20 mg peroral tiap 4-8 jam. Jika mual muntahnya berat maka dapat diberikan terapi ondansetron 8 mg peroral atau intravena.4b. Konsultasi psikologisTerapi psikologis pada pasien kanker dapat meningkatkan angka kesembuhan, kualitas hidup dan efektivitas obat. Terapi ini harus sudah diberikan sejak proses diagnosis, terapi dan rehabilitasi. Tujuan dari terapi ini adalah untuk menjaga keseimbangan kejiwaan pasien. Terapi psikologis yang dapat diberikan antara lain:4 Memberi tahu pasien informasi yang pasti. Penjelasan dan pengarahanDengan sikap yang mantap, jujur dan sabar, dokter wajib memberi penjelasan yang rinci dan nasihat pada pasien. Tujuannya adalah untuk mengoreksi kekeliruan persepsi pasien tentang kanker dan terapinya sehingga dapat memperkuat rasa percaya diri dalam menjalani terapi, mengatur dan memperbaiki masalah emosi dan perilaku.4 Motivasi dan dukunganMotivasi dan dukungan pada pasien dapat diberikan dengan menceritakan kasus-kasus yang sembuh dan angka kesembuhan dengan terapi dapat mengurangi kekhawatiran pasien. Sedapat mungkin apa yang diinginkan oleh pasien dipenuhi agar pasien tidak merasa ditinggalkan oleh keluarga ataupun lngkungan. Hal itu akan membangkitkan semangat pasien sehingga ia mampu menghadapi secara aktif masalah yang ada.4c. Evaluasi giziPada kanker, ada kebutuhan nutrisi oleh massa tumor dan ada faktor-faktor sitokin seperti TNF, IL-1 dan serotonin yang dikeluarkan oleh massa tumor yang pada umumnya berkaitan dengan anoreksia dan menyebabkan penurunan nafsu makan. Sitokin juga menyebabkan gangguan metabolisme tubuh yaitu peningkatan laju glukoneogenesis, menghambat kerja enzim lipoprotein lipase dan peningkatan pemecahan protein yang mengakibatkan penurunan berat badan. Oleh karena itu perlu diberikan diet tinggi kalori tinggi protein.6Pada pasien kanker cenderung terjadi anemia. Anemia yang terjadi dapat disebabkan oleh sitokin yang dihasilkan oleh sel kanker yang mempengaruhi terhadap produksi eritropoetin, gangguan pemakaian zat besi, pemendekan umur sel darah merah, dan penekanan terhadap sel progenitor eritrosit. Selain itu anemia pada pasien kanker juga dapat terjadi akibat perdarahan yang massif. Oleh karena itu perlu diperhatikan asupan zat besi ataupun asam folat. 6

BAB 2LAPORAN KASUSNo. Identitas PasienDiagnosis Pemeriksaan PenunjangTindakan

1.Ny. S/31 thAnamnesis : Pasien merasakan nyeri pada perut bawah, menjalar ke punggung , hilang timbul sejak lebih kurang 1 minggu yang lalu. Tidak pernah berobat sebelumnya. Keluar darah dari kemaluan (+) sejak lebih kurang 2 tahun yang lalu, hampir setiap hari, jumlah darah yang keluar setiap harinya berbeda, kadang hanya ganti 1-2 pembalut, terkadang bisa ganti pembalut hingga 4-5 pembalut.Tidak tahu dipengaruhi atau tidak oleh hubungan seksual karena sejak pasien sakit, pasien tidak pernah lagi melakukan hubungan seksual dengan suaminya. Keputihan yang banyak, warna kuning sampai hijau, dan berbau (+) sejak 2 tahun yang lalu, hilang timbul. Tidak pernah diobati. Mual (+), muntah (+) sejak 3 bulan yang lalu, 1-2x perhari, berisi apa yang dimakan. BAB keras berwarna hitam sejak 2 bulan yang lalu. Saat BAK pasien suka merasa nyeri di ari-ari. Selebihnya BAK dalam batas normal. Riwayat nyeri di ulu hati (-) Pasien mengalami penurunan berat badan lebih kurang 10-15 kg, ukuran baju pasien dari yang dahulunya L berubah menjadi S. Pasien telah dikenal menderita karsinoma serviks sejak 2 tahun yang lalu dan sudah mendapat radioterapi sebanyak 8 kali dan kemoterapi sebanyak 6 kali, namun terputus dikarenakan pasien mengalami mencret-mencret, sehingga pemberian lanjutan radioterapi harus ditunda dahulu. Setelah dilakukan tatalaksana tersebut keluhan pasien cukup berkurang. Lanjutan 5 kali radioterapi baru dilakukan pada bulan November 2014. Riwayat pernikahan pasien sebanyak 2 kali, pernikahan pertama usia 19 tahun, sedangkan pernikahan kedua usia 27 tahun. Aktivitas seksual pasien dengan suaminya yang sekarang hanya aktif selama 1 tahun setelah menikah. Pasien tidak pernah melakukan pemeriksaan IVA ataupun papsmear, pasien hanya mengetahui bahwa pasien pernah dibiopsi. Pasien memiliki 1 orang anak, anak tidak diberi ASI eksklusif sewaktu bayi. Menarche usia 16 tahun. Siklus haid pasien teratur, lama haid sekitar 7 hari dan tidak nyeri. Pasien menggunakan KB suntik saat usia pasien 21 tahun. Lama 2 tahun, kemudian pasien stop menggunakan KB suntik. Riwayat abortus (-) Pasien tidak merokok dan tidak minum alkohol. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit jantung, hati, paru, ginjal, diabetes dan hipertensi. Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit keturunan, penyakit menular, dan kejiwaan.Pemeriksaan Fisik :Mata Konjungtiva anemis +/+, telapak tangan pucat, lidah pucat, telapak kaki pucat, refilling kapiler 10g/dlMedikamentosa: Curcuma tablet 3x1 Asam mefenamat tab 3x500mg Asam traneksamat inj 3x1 amp Vit K inj 3x1 amp Vit C inj 3x1 amp Radioterapi

Follow up13 Januari 2015S/ ibu mengeluh nyeri pada perut, perdarahan pervaginam (+)O/ kedaan umum: sedang Kesadaran: komposmentis kooperatif Tekanan Darah: 100/70 mmHg Nadi: 86x/menit Nafas: 24x/menit Suhu: 36,7oCA/ Ca Serviks stadium IIA + anemia sedang.P/ Kontrol keadaan umum, vital sign, dan perdarahan Cek labor darah rutin Crossmatch Transfusi PRC 1U/hari sampai Hb >10 gr/dl Curcuma tablet 3x1 Asam mefenamat 3x500mg Asam traneksamat 3x1 ampul Vitamin K 3x1 ampul Vitamin C 3x1 ampul

14 Januari 2015S/ perdarahan pervaginam (+)O/ kedaan umum: sedang Kesadaran: komposmentis kooperatif Tekanan Darah: 100/70 mmHg Nadi: 80x/menit Nafas: 20x/menit Suhu: 36,6oCA/ Ca Serviks stadium IIA + anemia sedang.P/ Kontrol keadaan umum, vital sign, dan perdarahan Transfusi PRC 1U/hari sampai Hb >10 gr/dl Curcuma tablet 3x1 Asam mefenamat 3x500mg Asam traneksamat 3x1 ampul

15 Januari 2015S/ perdarahan pervaginam (-)O/ kedaan umum: sedang Kesadaran: komposmentis kooperatif Tekanan Darah: 110/70 mmHg Nadi: 80x/menit Nafas: 18x/menit Suhu: 36,7oCA/ Ca Serviks stadium IIA + anemia sedang.P/ Kontrol keadaan umum, vital sign Transfusi PRC 1Unit Curcuma tablet 3x1 Asam mefenamat 3x500mg

16 Januari 2015S/ perdarahan pervaginam (-)O/ kedaan umum: sedang Kesadaran: komposmentis kooperatif Tekanan Darah: 140/70 mmHg Nadi: 88x/menit Nafas: 18x/menit Suhu: 36,5oCA/ Ca Serviks stadium IIA + anemia sedang.P/ Kontrol keadaan umum, vital sign Transfusi PRC 1Unit Curcuma tablet 3x1 Asam mefenamat 3x500mg

17 Januari 2015S/ perdarahan pervaginam (-)O/ kedaan umum: sedang Kesadaran: komposmentis kooperatif Tekanan Darah: 110/60 mmHg Nadi: 87x/menit Nafas: 22x/menit Suhu: 36,8oCA/ Ca Serviks stadium IIA + anemia sedang.P/ Kontrol keadaan umum, vital sign Transfusi PRC 1Unit Curcuma tablet 3x1 Asam mefenamat 3x500mg Radioterapi

BAB 3DISKUSIPasien didiagnosis dengan karsinoma Serviks stadium IIA + anemia sedang. Terapi awal yang paling penting adalah perbaikan keadaan umum. Pasien mengalami anemia sedang. Dalam kasus ini pasien mendapatkan tranfusi PRC 1 Unit setiap hari. Menurut Tracy (2008), Pada pasien kanker cenderung terjadi anemia. Anemia yang terjadi dapat disebabkan oleh sitokin yang dihasilkan oleh sel kanker yang mempengaruhi terhadap produksi eritropoetin, gangguan pemakaian zat besi, pemendekan umur sel darah merah, dan penekanan terhadap sel progenitor eritrosit. Selain itu anemia pada pasien kanker juga dapat terjadi akibat perdarahan yang massif. Oleh karena itu perlu diperhatikan asupan zat besi ataupun asam folat. Selain itu, pada kanker, ada kebutuhan nutrisi oleh massa tumor dan ada faktor-faktor sitokin seperti TNF, IL-1 dan serotonin yang dikeluarkan oleh massa tumor yang pada umumnya berkaitan dengan anoreksia dan menyebabkan penurunan nafsu makan. Sitokin juga menyebabkan gangguan metabolisme tubuh yaitu peningkatan laju glukoneogenesis, menghambat kerja enzim lipoprotein lipase dan peningkatan pemecahan protein yang mengakibatkan penurunan berat badan. Oleh karena itu perlu diberikan diet tinggi kalori tinggi protein.6Pada pasien ini diberikan terapi radioterapi. Menurut Desen (2011), terapi pada pasien karsinoma serviks stadium IB1-IIA adalah histerektomi radikal modifikasi atau histerektomi radikal ditambah pembersihan kelenjar limfe kavum pelvis bilateral, pasien usia muda dapat mempertahankan ovarium. Radioterapi dapat diberikan pada karsinoma serviks stadium IIA dengan lesi serviks >4 cm atau tumor serviks tipe tumbuh ke dalam, kanalis servikalis sangat jelas melebar.4Pada pasien ini tidak ada diberikan terapi psikologis dan pengarahan spiritual. Secara teoritis, terapi psikologis dan pengarahan spiritual pada pasien kanker dapat meningkatkan angka kesembuhan, kualitas hidup dan efektivitas obat. Tujuannya adalah untuk menjaga keseimbangan kejiwaan pasien. Dengan sikap yang mantap, jujur dan sabar, dokter wajib memberi penjelasan yang rinci dan nasihat pada pasien. Tujuannya adalah untuk mengoreksi kekeliruan persepsi pasien tentang kanker dan terapinya sehingga dapat memperkuat rasa percaya diri dalam menjalani terapi, mengatur dan memperbaiki masalah emosi dan perilaku. Selain itu juga perlu diberika motivasi dan dukungan. Motivasi dan dukungan pada pasien dapat diberikan dengan menceritakan kasus-kasus yang sembuh dan angka kesembuhan dengan terapi dapat mengurangi kekhawatiran pasien. Sedapat mungkin apa yang diinginkan oleh pasien dipenuhi agar pasien tidak merasa ditinggalkan oleh keluarga ataupun lngkungan. Hal itu akan membangkitkan semangat pasien sehingga ia mampu menghadapi secara aktif masalah yang ada.4

DAFTAR PUSTAKA

1. Anwar M, Baziad A dan Prabowo P. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.2. Departemen kesehatan republik Indonesia. 2008. Skrining kanker leher rahim dengan metode inspeksi visual dengan asam asetat (IVA).3. Aziz F, Julianto W dan Imam R. 2008. Panduan Pelayanan Medik: model interdisiplin penatalaksanaan kanker serviks dengan gangguan ginjal. Jakarta: EGC. 4. Desen W. 2011. Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.5. Wulan, AS.2010. Pengertian dan Memahami Resiko Ca Cervik Pada Wanita Usia Subur di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyrakat Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.6. Tracy K, Goselin, Linda. Assesing the need for dietitian in radiation oncology. Clinical journal of oncology nursing 2008;12:781-7.

Mini Clinical ExaminationTerapi Karsinoma Serviks

Oleh :Mahmudah 1010313027

Preseptor :dr. Hj. Desmiwarti, Sp.OG (K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN OBSTETRI GINEKOLOGI RSUP DR. M. DJAMIL PADANGFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS2015