24
BAB I PENDAHULUAN I.1 Fisiologi Cairan Tubuh Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, presentasenya dapat berubah tergantung pada umur, jenis kelamin, dan derajat obesitas seseorang. Pada bayi usia < 1 tahun,cairan tubuh adalah sekitar 80-85% berat badan, dan pada bayi usia > 1 tahun mengandung air sebanyak 70-75%. Seiring dengan pertumbuhan, presentase jumlah cairan terhadap berat badan berangsur-angsur turun, yaitu pada laki-laki dewasa 50-60% berat badan, pada wanita dewasa 50% berat badan.Seluruh cairan tubuh didistribusikan ke dalam kompartemen intraselular dan kompartemen ekstraselular. I. 2 Proses Pergerakan Cairan Tubuh Perpindahan air dan zat terlarut di antara bagian- bagian tubuh melibatkan mekanisme transpor pasif dan aktif. Mekanisme transpor pasif tidak membutuhkan energy sedangkan mekanisme transpor aktif membutuhkan energi. Difusi, filtrasi dan osmosis adalah mekanisme transpor pasif. Sedangkan mekanisme transpor aktif berhubungan dengan pompa Na-K yang memerlukan ATP. Proses pergerakan cairan tubuh antar kompertemen dapat berlangsung secara: a. Osmosis [Type the company name]|Terapi Cairan 1

TERAPI CAIRAN- REFARAT

Embed Size (px)

DESCRIPTION

terapi cairan

Citation preview

Page 1: TERAPI CAIRAN- REFARAT

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Fisiologi Cairan Tubuh

Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, presentasenya dapat berubah

tergantung pada umur, jenis kelamin, dan derajat obesitas seseorang. Pada bayi usia < 1

tahun,cairan tubuh adalah sekitar 80-85% berat badan, dan pada bayi usia > 1 tahun

mengandung air sebanyak 70-75%. Seiring dengan pertumbuhan, presentase jumlah

cairan terhadap berat badan berangsur-angsur turun, yaitu pada laki-laki dewasa 50-60%

berat badan, pada wanita dewasa 50% berat badan.Seluruh cairan tubuh didistribusikan

ke dalam kompartemen intraselular dan kompartemen ekstraselular.

I. 2 Proses Pergerakan Cairan Tubuh

Perpindahan air dan zat terlarut di antara bagian-bagian tubuh melibatkan

mekanisme transpor pasif dan aktif. Mekanisme transpor pasif tidak membutuhkan

energy sedangkan mekanisme transpor aktif membutuhkan energi. Difusi, filtrasi dan

osmosis adalah mekanisme transpor pasif. Sedangkan mekanisme transpor aktif

berhubungan dengan pompa Na-K yang memerlukan ATP.

Proses pergerakan cairan tubuh antar kompertemen dapat berlangsung secara:

a. Osmosis

Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membran

semipermeabel (permeabel selektif) dari larutan berkadar lebih rendah menuju

larutan berkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama.1 Tekanan osmotik

mencegah perembesan atau difusi cairan melalui membran semipermeabel ke

dalam cairan yang memiliki konsentrasi lebih tinggi. Tekanan osmotik plasma

darah ialah 285+ 5 mOsm/L. Larutan isotonik, yaitu larutan yang memiliki

tekanan osmotik sesuai plasma adalah NaCl 0,9 %, Dextrosa 5 %, dan Ringer

laktat.

b. Difusi

Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan

bergerak dari konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Tekanan

[Type the company name]|Terapi Cairan 1

Page 2: TERAPI CAIRAN- REFARAT

hidrostatik pembuluh darah juga mendorong air masuk berdifusi melewati pori-

pori tersebut. Jadi difusi tergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan

hidrostatik.

c. Pompa Natrium Kalium

Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transpor yang memompa ion

natrium keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion

kalium dari luar ke dalam. Tujuan dari pompa natrium kalium adalah untuk

mencegah keadaan hiperosmolar di dalam sel.

1.3 Patofisiologi keseimbangan cairan

Perubahan cairan tubuh yaitu :

Perubahan volume

a. Defisit volume ( dehidrasi )

Defisit volume cairan ekstraselular merupakan perubahan cairan tubuh yang

paling umum terjadi pada pasien bedah.

1) Dehidrasi Isotonis (isonatremik130-150 mEq/L) terjadi ketika kehilangan

cairan hampir sama dengan konsentrasi natrium terhadap darah.

Kehilangan cairan dan natrium besarnya relatif sama dalam kompartemen

intravaskular maupun kompartemen ekstravaskular.5

2) Dehidrasi hipotonis (hiponatremik<130 mEq/L) secara garis besar terjadi

kehilangan natrium yang lebih banyak dibandingkan air yang hilang.

Karena kadar natrium serum rendah, air di kompartemen intravaskular

berpindah ke kompartemen ekstravaskular, sehingga menyebabkan

penurunan volume intravaskular.5

3) Dehidrasi hipertonis ( hipernatremik >150 mEq/L) secara garis besar

terjadi kehilangan air yang lebih banyak dibandingkan natrium yang

hilang. Karena kadar natrium tinggi, air di kompartemen ekstraskular

berpindah ke kompartemen intravaskular, sehingga meminimalkan

penurunan volume intravaskular.

[Type the company name]|Terapi Cairan 2

Page 3: TERAPI CAIRAN- REFARAT

Yang dinilai :

SKOR 1 2 3

Keadaan umum Baik Lesu/haus Gelisah, lemas,

mengantuk hingga

syok

Mata Biasa Cekung Sangat cekung

Mulut Biasa Kering Sangat kering

Pernapasan < 30 x/menit 30-40 x/menit > 40 x/menit

Turgor Baik Kurang Jelek

Nadi < 120 x/menit 120-140 x/menit > 140 x/menit

Interpretasi :

Skor: 6 : tanpa dehidrasi

7 – 12 : dehidrasi ringan-sedang

≥ 13 : dehidrasi berat

Derajat Dehidrasi Dewasa Anak – anak

Ringan 4 % 4 % - 5 %

Sedang 6 % 5 % - 10 %

Berat 8 % 10% – 15 %

Cara rehidrasi :

A. Nilai status rehidrasi (sesuai tabel di atas), banyak cairan yang diberikan (D) =

derajat dehidrasi (%) x BB x 1000 cc

B. Hitung cairan rumatan (M) yang diperlukan

C. Pemberian cairan :

a. 6 jam I = ½ D + ¼ M atau 8 jam I = ½ D + ½ M

b. 18 jam II = ½ D + ¾ M atau 16 jam II = ½ D + ½ M 11Berat badan

Kcal/hari atau mL/hari Kcal/jam atau mL/jam

Kebutuhan Cairan per jam

Berat badan Kebutuhan cairan per jam

0 – 10 kg 4 ml/kgBB/jam

10 – 20 kg 2 ml/kgBB/jam

> 20 kg 1 ml/kgBB/jam

b. Kelebihan volume ( overhidrasi )

[Type the company name]|Terapi Cairan 3

Page 4: TERAPI CAIRAN- REFARAT

Kelebihan volume cairan ekstraselular merupakan suatu kondisi akibat

iatrogenic (pemberian cairan intravena seperti NaCl yang menyebabkan

kelebihan air dan NaCl ataupun pemberian cairan intravena glukosa yang

menyebabkan kelebihan air) ataupun dapat sekunder akibat insufisiensi renal

(gangguan pada GFR),sirosis, ataupun gagal jantung kongestif.

Gejala overhidrasi:

Nadi tak teratur Edema (menetap) di ekstremitas bawah

Tensi meningkat Edema disekitar periorbital

Meningkatnya BB

Sesak nafas

Penurunan Hb dan Hematokrit

Moist cracles

Rhonki

Gejala tambahan lainnya yang banyak ditemukan saat pemeriksaan pasien

adalah level kesadaran yang menurun, bingung (karena oksigenasi ke otak

berkurang), kelemahan otot rangka, dan peningkatan bising usus.

BAB II

[Type the company name]|Terapi Cairan 4

Page 5: TERAPI CAIRAN- REFARAT

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Terapi Cairan Perioperatif

Terapi cairan ialah tindakan untuk memelihara, mengganti cairan tubuh dalam

batas-batas fisiologis dengan cairan infus kristaloid (elektrolit) atau koloid (plasma

ekspander) secara intravena. Tujuan utama terapi cairan perioperatif adalah untuk

menyediakan jumlah cairan yang cukup untuk mempertahankan volume intravaskuler

yang adekuat agar system kardiovaskuler dalam keadaan optimal.

Gangguan dalam keseimbangan cairan oleh kombinasi dari faktor – faktor

preoperatif, perioperatif dan postoperatif.

Faktor-faktor preoperatif :

1) Kondisi yang telah ada

Diabetes mellitus, penyakit hepar, atau insufisiensi renal dapat diperburuk oleh

stres akibat operasi.

2) Prosedur diagnostic

Arteriogram atau pyelogram intravena yang memerlukan marker intravena

dapat menyebabkan ekskresi cairan dan elektrolit urin yang tidak normal

karena efek diuresis osmotik.

3) Pemberian obat

Pemberian obat seperti steroid dan diuretik dapat mempengaruhi eksresi air dan

elektrolit.

4) Preparasi bedah

Enema atau laksatif dapat menyebabkan peningkatan kehilangan air dan

elekrolit dari traktus gastrointestinal.

5) Restriksi cairan preoperative

Selama periode 6 jam restriksi cairan, pasien dewasa yang sehat kehilangan

cairan sekitar 300-500 mL. Kehilangan cairan dapat meningkat jika pasien

menderita demam atau adanya kehilangan abnormal cairan.

6) Defisit cairan yang telah ada sebelumnya

Harus dikoreksi sebelum operasi untuk meminimalkan efek dari anestesi.

Faktor Perioperatif:

[Type the company name]|Terapi Cairan 5

Page 6: TERAPI CAIRAN- REFARAT

1) Induksi anestesi.

Dapat menyebabkan terjadinya hipotensi pada pasien dengan hipovolemia

preoperatif karena hilangnya mekanisme kompensasi seperti takikardia dan

vasokonstriksi.

2) Kehilangan darah yang abnormal

3) Kehilangan abnormal cairan ekstraselular ke third space

4) Kehilangan cairan akibat evaporasi dari luka operasi

Faktor postoperatif:

1) Stres akibat operasi dan nyeri pasca operasi

2) Peningkatan katabolisme jaringan

3) Penurunan volume sirkulasi yang efektif

4) Risiko atau adanya ileus postoperative

II.2 Dasar-Dasar Terapi Cairan Perioperatif

Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dan menjadi pegangan dalam

pemberian cairan perioperatif, yaitu :

1) Kebutuhan normal cairan harian.

Orang dewasa rata-rata membutuhkan cairan ± 30-35 ml/kgBB/hari dan

Secara umum kebutuhan cairan rumatan dapat dilihat table Holliday.

Kebutuhan tersebut merupakan pengganti cairan yang hilang akibat

pembentukan urine, sekresi gastrointestinal, keringat (lewat kulit) dan

pengeluaran lewat paru atau dikenal dengan insensible water losses.

2) Defisit cairan pra bedah

Hal ini dapat timbul akibat dipuasakannya penderita terutama pada bedah

elektif (sektar 6-12 jam), kehilangan cairan abnormal yang seringkali

menyertai penyakit bedahnya (perdarahan, muntah, diare, diuresis berlebihan,

translokasi cairan pada penderita dengan trauma), kemungkinan meningkatnya

insensible water loss akibat hiperventilasi, demam dan berkeringat banyak.

3) Kehilangan cairan saat pembedahan

Perdarahan, dapat diukur dari :

[Type the company name]|Terapi Cairan 6

Page 7: TERAPI CAIRAN- REFARAT

a. Botol penampung darah yang disambung dengan pipa penghisap darah

(suction pump).

b. Dengan cara menimbang kasa yang digunakan sebelum dan setelah

pembedahan. Kasa yang penuh darah (ukuran 4x4 cm) mengandung ± 10

ml darah, sedangkan tampon besar (laparatomy pads) dapat menyerap

darah ± 100-10 ml.

4) Jumlah perdarahan bisa ditentukan berdasarkan kepada taksiran dan keadaan

klinis penderita yang kadang-kadang dibantu dengan pemeriksaan kadar

hemoglobin dan hematokrit berulang-ulang (serial).

Derajat perdarahan

DERAJAT I II III IV

BLOOD

LOSS (ml)

<750 750 - 1500 1500 - 2000 > 2000

BLOOD

LOSS (%

EBV)

< 15% 15 – 30 % 30 – 40 % > 40%

NADI (x/mnt) < 100 > 100 > 120 weak > 140

TD 118/72 110 / 80 70- 90/50 -60 Sistol < 50/60

CRT N + + +

RESPIRASI 14 - 20 20 – 30 30 - 40 > 40

DIURESIS

(ml/hr)

>30 20 - 30 10 – 20 0 – 10

MENTAL

STATUS

N/gelisah gelisah/anxiety somnolen somnolen/coma

FLUID

THERAPY

Crystalloid/RL

2,5 L or Colloid

1 L

Crystalloid/RL+

Colloid 1 L

Crystalloid +

blood/RL 1L

+ Colloid 0,5

L + Blood 1-

1,5 L or PRC

0,5- 0,75 L

Crystalloid +

Blood/RL 1L +

Colloid 1 L +

Blood 2 L or

PRC 1

L+Colloid 1 L

[Type the company name]|Terapi Cairan 7

Page 8: TERAPI CAIRAN- REFARAT

Menifestasi klinis syok hipovolemik

Agitasi

Akral dingin

Penurunan konsentrasi

Penurunan kesadaran

Penurunan atau tidak ada keluaran urine

Lemah

Warna kulit pucat

Napas cepat

Berkeringat

Pada setiap pembedahan selalu terjadi kehilangan cairan yang lebih menonjol

dibandingkan perdarahan sebagai akibat adanya evaporasi dan translokasi cairan

internal. Kehilangan cairan akibat penguapan (evaporasi) akan lebih banyak pada

pembedahan dengan luka pembedahan yang luas dan lama. Jaringan yang mengalami

trauma, inflamasi atau infeksi dapat mengakibatkan sequestrasi sejumlah cairan

interstitial dan perpindahan cairan ke ruangan serosa (ascites) atau ke lumen usus.

Pada organ ginjal pembedahan dan anestesia dapat mengakibatkan:

Laju Filtrasi Glomerular (GFR = Glomerular Filtration Rate) menurun.

Reabsorbsi Na+ di tubulus meningkat yang sebagian disebabkan oleh

meningkatnya kadar aldosteron.

Meningkatnya kadar hormon anti diuretik (ADH) menyebabkan terjadinya

retensi air dan reabsorpsi Na+ di duktus koligentes (collecting tubules)

meningkat.

Ginjal tidak mampu mengekskresikan “free water” atau menghasilkan urin

hipotonis.

II. 3 Terapi Cairan

I. Pengganti defisit Pra bedah

Defisit cairan karena persiapan pembedahan dan anestesi (puasa, lavement) harus

diperhitungkan dan sedapat mungkin segera diganti pada masa pra-bedah sebelum

induksi. Kehilangan cairan di ruang ECF ini cukup diganti dengan cairan hipotonis

seperti garam fisiologis, ringer laktat dan dextrose. Pedoman koreksinya adalah :

[Type the company name]|Terapi Cairan 8

Page 9: TERAPI CAIRAN- REFARAT

Hitung kebutuhan cairan perhari ( perjam )

Hitung deficit puasa ( lama puasa ) atau derajat dehidrasi

Pada jam I berikan 50 % deficit + cairan pemeliharaan/jam

Pada jam II berikan 25 % deficit + cairan pemeliharaan/jam

Pada jam III berikan 25 % deficit + cairan pemeliharaan/jam

II. Terapi cairan selama pembedahan

Jumlah penggantian cairan selama pembedahan dihitung berdasarkan kebutuhan

dasar ditambah dengan kehilangan cairan akibat pembedahan (perdarahan, translokasi

cairan dan penguapan atau evaporasi). Jenis cairan tergantung kepada prosedur

pembedahannya dan jumlah darah yang hilang.

1) Pembedahan yang tergolong kecil dan tidak terlalu traumatis misalnya bedah

mata (ekstrasi, katarak) diberikan cairan rumatan saja selama pembedahan.

2) Pembedahan dengan trauma ringan misalnya: appendektomi dapat diberikan

cairan sebanyak 2 ml/kgBB/jam untuk kebutuhan dasar ditambah 4

ml/kgBB/jam untuk pengganti akibat trauma pembedahan.

3) Pembedahan dengan trauma sedang – berat diberikan cairan sebanyak 2

ml/kgBB/jam untuk kebutuhan dasar ditambah 8 ml/kgBB/jam untuk

pembedahannya.

Kebutuhan cairan tambahanan berdasar derajat trauma :

Perubahan

cairanContoh operasi

Rata – rata

( kristaloid )

KecilPerbaikan Tendon

0 – 2 ml/kg/hrTimpanoplasti

SedangHisterektomi

2 – 4 ml/kg/hrhernia Inguinal

BesarPeritonitis

4 – 8 ml/kg/hrLaparatomi dengan memotong usus

4) Penggantian darah yang hilang

Kehilangan darah sampai sekitar 20% EBV (EBV = Estimated Blood Volume =

taksiran volume darah), akan menimbulkan gejala hipotensi, takikardi dan

penurunan tekanan vena sentral. Kompensasi tubuh ini akan menurun pada

[Type the company name]|Terapi Cairan 9

Page 10: TERAPI CAIRAN- REFARAT

seseorang yang akan mengalami pembiusan (anestesi) karena depresi komponen

vasoaktif. Perkiraan volume darah:

Usia Volume darah

NeonatusPrematur 90 ml/kgBB

Full term 85 ml/kgBB

Bayi 80 ml/kgBB

DewasaLaki-laki 75 ml/kgBB

Wanita 65 ml/kgBB

Volume cairan intravaskuler dapat dipertahankan dengan larutan kristaloid ( 2 –

3x jumlah perdarahan), koloid ( jumlahnya sama dengan perkiraan jumlah perdarahan),

pemberian transfusi darah tetap harus menjadi bahan pertimbangan berdasarkan:

a) Keadaan umum penderita ( kadar Hb dan hematokrit) sebelum pembedahan

b) Jumlah/penaksiran perdarahan yang terjadi

c) Sumber perdarahan yang telah teratasi atau belum.

d) Keadaan hemodinamik (tensi dan nadi)

e) Jumlah cairan kristaloid dan koloid yang telah diberikan

f) Kalau mungkin hasil serial pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit.

g) Usia penderita

III. Terapi Cairan Pasca Bedah

Terapi cairan pasca bedah ditujukan terutama pada hal-hal di bawah ini:

1) Pemenuhan kebutuhan dasar/harian air, elektrolit dan kalori/nutrisi.

Kebutuhan air untuk penderita di daerah tropis dalam keadaan basal sekitar ±

50 ml/kgBB/24jam. Pada hari pertama pasca bedah tidak dianjurkan

pemberian kalium karena adanya pelepasan kalium dari sel/jaringan yang

rusak, proses katabolisme dan transfusi darah. Akibat stress pembedahan, akan

dilepaskan aldosteron dan ADH yang cenderung menimbulkan retensi air dan

natrium. Oleh sebab itu, pada 2-3 hari pasca bedah tidak perlu pemberian

natrium. Penderita dengan keadaan umum baik dan trauma pembedahan

minimum, pemberian karbohidrat 100-150 mg/hari cukup memadai untuk

memenuhi kebutuhan kalori dan dapat menekan pemecahan protein sampai

50% kadar albumin harus dipertahankan melebihi 3,5 gr%. Penggantian cairan

[Type the company name]|Terapi Cairan 10

Page 11: TERAPI CAIRAN- REFARAT

pasca bedah cukup dengan cairan hipotonis dan bila perlu larutan garam

isotonis. Terapi cairan ini berlangsung sampai penderita dapat minum dan

makan.

2) Mengganti kehilangan cairan pada masa pasca bedah:

a. Akibat demam, kebutuhan cairan meningkat sekitar 15% setiap kenaikan

1°C suhu tubuh

b. Adanya pengeluaran cairan lambung melalui sonde lambung atau

muntah.

c. Penderita dengan hiperventilasi atau pernapasan melalui trakeostomi dan

humidifikasi.

3) Melanjutkan penggantian defisit cairan pembedahan dan selama pembedahan

yang belum selesai. Bila kadar hemoglobin kurang dari 10 gr%, sebaiknya

diberikan transfusi darah untuk memperbaiki daya angkut oksigen.

4) Koreksi terhadap gangguan keseimbangan yang disebabkan terapi cairan.

Monitoring organ-organ vital dilanjutkan secara seksama meliputi tekanan

darah, frekuensi nadi, diuresis, tingkat kesadaran, diameter pupil, jalan nafas,

frekuensi nafas, suhu tubuh dan warna kulit.

II.5 Jenis Cairan

1) Cairan Kristaloid

Cairan ini mempunyai komposisi mirip cairan ekstraseluler (CES = CEF).

Indikasi penggunaan antara lain untuk resusitasi defisit cairan di ruang interstitiel pada

pasien syok hipovolemik, kasus – kasus perdarahan memerlukan cairan kristaloid bila

diberikan dalam jumlah cukup (3-4 kali jumlah darah yang hilang ) ternyata sama

efektifnya seperti pemberian cairan koloid untuk mengatasi defisit volume

intravaskuler. Waktu paruh cairan kristaloid di ruang intravaskuler sekitar 20-30 menit.

Keuntungan dari cairan ini antara lain harga murah, mudah di dapat, tidak perlu

dilakukan cross match, tidak menimbulkan alergi, menurunkan viskositas darah,

penyimpanan sederhana dan dapat disimpan lama. Efek samping pemberian sejumlah

cairan kristaloid dapat mengakibatkan timbulnya edema perifer dan edema paru. Selain

itu, pemberian cairan kristaloid berlebihan juga dapat menyebabkan edema otak dan

meningkatnya tekanan intra kranial.

[Type the company name]|Terapi Cairan 11

Page 12: TERAPI CAIRAN- REFARAT

Larutan Ringer Laktat merupakan cairan kristaloid yang paling banyak digunakan

untuk resusitasi cairan walau agak hipotonis dengan susunan yang hampir menyerupai

cairan intravaskuler. Laktat yang terkandung dalam cairan tersebut akan mengalami

metabolisme di hati menjadi bikarbonat.

2) Cairan Koloid

Disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut “plasma

substitute” atau “plasma expander”. Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan yang

mempunyai berat molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini

cenderung bertahan agak lama (waktu paruh 3-6 jam) dalam ruang intravaskuler. Oleh

karena itu koloid sering digunakan untuk resusitasi cairan secara cepat terutama pada

syok hipovolemik/hermorhagik atau pada penderita dengan hipoalbuminemia berat dan

kehilangan protein yang banyak (misal luka bakar). Kerugian dari plasma expander

yaitu mahal dan dapat menimbulkan reaksi anafilaktik (walau jarang) dan dapat

menyebabkan gangguan pada “cross match”. Berdasarkan pembuatannya, terdapat 2

jenis larutan koloid:

a) Koloid alami

Yaitu fraksi protein plasma 5% dan albumin manusia ( 5 dan 2,5 % ). Dibuat

dengan cara memanaskan plasma atau plasenta 60°C selama 10 jam untuk

membunuh virus hepatitis dan virus lainnya. Fraksi protein plasma selain

mengandung albumin (83%) juga mengandung alfa globulin dan beta globulin.

Prekallikrein activators (Hageman’s factor fragments) seringkali terdapat

dalam fraksi protein plasma dibandingkan dalam albumin. Oleh sebab itu

pemberian infuse dengan fraksi protein plasma seringkali menimbulkan

hipotensi dan kolaps kardiovaskuler.

b) Koloid sintesis yaitu:

A. Dextran:

Dextran 40 (Rheomacrodex) dengan berat molekul 40.000 dan Dextran

70 (Macrodex) dengan berat molekul 60.000-70.000 diproduksi oleh

bakteri Leuconostoc mesenteroides B yang tumbuh dalam media

sukrosa. Walaupun Dextran 70 merupakan volume expander yang lebih

baik dibandingkan dengan Dextran 40, tetapi Dextran 40 mampu

[Type the company name]|Terapi Cairan 12

Page 13: TERAPI CAIRAN- REFARAT

memperbaiki aliran darah lewat sirkulasi mikro karena dapat

menurunkan kekentalan (viskositas) darah. Selain itu Dextran

mempunyai efek anti trombotik yang dapat mengurangi platelet

adhesiveness, menekan aktivitas faktor VIII, meningkatkan fibrinolisis

dan melancarkan aliran darah. Pemberian Dextran melebihi 20

ml/kgBB/hari dapat mengganggu cross match, waktu perdarahan

memanjang (Dextran 40) dan gagal ginjal. Dextran dapat menimbulkan

reaksi anafilaktik yang dapat dicegah yaitu dengan memberikan Dextran

1 (Promit) terlebih dahulu.1

B. Hydroxylethyl Starch (HES)

Tersedia dalam larutan 6% dengan berat molekul 10.000 – 1.000.000,

rata-rata 71.000, osmolaritas 310 mOsm/L dan tekanan onkotik 30

mmHg. Pemberian 500 ml larutan ini pada orang normal akan

dikeluarkan 46% lewat urin dalam waktu 2 hari dan sisanya 64% dalam

waktu 8 hari. Larutan koloid ini juga dapat menimbulkan reaksi

anafilaktik dan dapat meningkatkan kadar serum amilase ( walau jarang).

Low molecullar weight Hydroxylethyl starch (Penta-Starch) mirip Heta

starch, mampu mengembangkan volume plasma hingga 1,5 kali volume

yang diberikan dan berlangsung selama 12 jam. Karena potensinya

sebagai plasma volume expander yang besar dengan toksisitas yang

rendah dan tidak mengganggu koagulasi maka Penta starch dipilih

sebagai koloid untuk resusitasi cairan pada penderita gawat.

C. Gelatin

Larutan koloid 3,5-4% dalam balanced electrolyte dengan berat molekul

rata-rata 35.000 dibuat dari hidrolisa kolagen binatang. Ada 3 macam

gelatin, yaitu:

a. Modified fluid gelatin (Plasmion dan Hemacell)

b. Urea linked gelatin

c. Oxypoly gelatin

Merupakan plasma expanders dan banyak digunakan pada penderita

gawat. Walaupun dapat menimbulkan reaksi anafilaktik (jarang)

terutama dari golongan urea linked gelatin. Keuntungan gelatin tidak

[Type the company name]|Terapi Cairan 13

Page 14: TERAPI CAIRAN- REFARAT

terlalu mahal, dapat disimpan 2 – 3 tahun pada suhu ruangan, dampak

pada system koagulasi tidak terlalu menonjol, aman bagi fungsi ginjal.

Kerugian gelatin cepat diekskresi melalui urin, meningkatkan viskositas

darah dan memudahkan agregasi eritrosit, terjadi reaksi anafilaksis.

[Type the company name]|Terapi Cairan 14

Page 15: TERAPI CAIRAN- REFARAT

BAB III

PENUTUP

Tubuh mengandung 60% air dari total berat tubuhnya. Cairan tubuh didalamnya

terkandung nutrisi-nutrisi yang amat penting peranannya dalam metabolisme sel,

sehingga amat penting dalam menunjang kehidupan.Terapi cairan ialah tindakan untuk

memelihara, mengganti cairan tubuh dalam batas – batas fisiologis dengan cairan infus

kristaloid (elektrolit) atau koloid (plasma ekspander) secara intravena.

[Type the company name]|Terapi Cairan 15

Page 16: TERAPI CAIRAN- REFARAT

DAFTAR PUSTAKA

1. Tutuko, bambang. Dkk, “ Panduan Tatalaksana Terapi Cairan Perioperatif”,

Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Reanimasi Indonesia, 2009

2. Senaphati, tjokorda. dkk, “ Buku Ajar Anestesi dan Reanimasi ”, indeks Jakarta.

2010.

3. Latief S, Kartini, Dachlan. (editor). Terapi Cairan Pada pembedahan. Dalam :

Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi II. Jakarta : Bagian Anestesiologi dan Terapi

Intensif FKUI. 2002.

4. Ellsbury DL, George CS. Dehydration. eMed J [ serial online ] 2006 Mar [dikutip 6

Okt 2007]. Tersedia dari: URL: http://www.emedicine.com/CHILD/topic925.htm.

5. Schwartz SI, ed. Principles of surgery companion handbook. 7th ed. New york:

McGraw-Hill; 1999

6. Fatimah Nur, D. syok hipovolemik 2010. Tersedia dari URL :

http://www.gogle.com/syokhipovolemik.htm

7. PT. Otsuka Indonesia. Overhidrasi. 2008. http/www.google.com/overhidrasi

[Type the company name]|Terapi Cairan 16