21
BAB 16. PENGANTAR MIKOLOGI Ukuran fungi dapat makro maupun mikroskopis. Fungi makroskopis seperti musroom, puffball, dan morel merupakan fungi yang dapat dimakan, sehingga ditanam secara komersial. Fungi mikroskopis merupakan fungi yang memiliki keanekaragaman luas dan memiliki arti penting secara ekonomi (negatif). Fungi mikroskopis sering merupakan parasit tanaman ekonomi, berkontribusi terhadap alergi, dan patogen oportunis manusia dan hewan. Fungi adalah mikroba eukariota. Kapang primitif seperti kapang air dan kapang roti memproduksi filamen senositik (filamen multinukleus tanpa septa). Sedangkan kapang lebih maju memiliki filamen bersepta (uninukleus maupun multinukleus). Septa masih menyediakan pori untuk komunikasi sitoplasma antarsel (termasuk migrasi nukleus). Banyak fungi berbentuk sel tunggal yang disebut khamir. Beberapa fungi patogen oportunis memiliki bentuk dimorfis, yaitu secara alami berbentuk miselia, tetapi dapat berbentuk khamir ketika menjadi patogen atau sebaliknya (Gambar 16.1).

Textbook Mikrobiologi16

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Textbook Mikrobiologi16

BAB 16. PENGANTAR MIKOLOGI

Ukuran fungi dapat makro maupun mikroskopis. Fungi makroskopis seperti

musroom, puffball, dan morel merupakan fungi yang dapat dimakan, sehingga ditanam

secara komersial. Fungi mikroskopis merupakan fungi yang memiliki keanekaragaman

luas dan memiliki arti penting secara ekonomi (negatif). Fungi mikroskopis sering

merupakan parasit tanaman ekonomi, berkontribusi terhadap alergi, dan patogen

oportunis manusia dan hewan.

Fungi adalah mikroba eukariota. Kapang primitif seperti kapang air dan kapang

roti memproduksi filamen senositik (filamen multinukleus tanpa septa). Sedangkan

kapang lebih maju memiliki filamen bersepta (uninukleus maupun multinukleus). Septa

masih menyediakan pori untuk komunikasi sitoplasma antarsel (termasuk migrasi

nukleus). Banyak fungi berbentuk sel tunggal yang disebut khamir. Beberapa fungi

patogen oportunis memiliki bentuk dimorfis, yaitu secara alami berbentuk miselia, tetapi

dapat berbentuk khamir ketika menjadi patogen atau sebaliknya (Gambar 16.1).

Gambar 16.1 Dimorfisme pada Candida albicans, yaitu bentuk khamir (YMC) dan hifa sejati (H). Sel khamir dapat memproduksi pseudohifa (Ph) dan tunas (DYC), sedangkan hifa membentuk germ tube (GT).

Fungi memperoleh sumber karbon dari substansi organik baik dari material hidup

(parasit) maupun mati (saprofit) secara absorbsi. Molekul sederhana seperti gula dan

asam amino dapat langsung terdifusi ke dalam sel. Makromolekul harus disederhanakan

oleh enzim hidrolisis sebelum terserap ke dalam sel (Gambar 16.2).

Page 2: Textbook Mikrobiologi16

Gambar 16.2 mekanisme digesti nutrien secara absorbsi oleh fungi

STRUKTUR SELULER

Dinding Sel

Dinding sel fungi kaku dan merupakan struktur terstratifikasi terdiri atas

mikrofibril khitin terbenam dalam matriks polisakarida, protein, lipid, garam anorganik,

dan pigmen. Khitin adalah polimer N-asetil-D-glukosamin (GlcNAc) yang tersambung via

ikatan 1-4. Khitin diproduksi di sitosol. Monomer GlcNAc berasal dari uridin difosfat

GlcNAc.

Polisakarida utama matriks dinding sel adalah glukan nonselulosa seperti

glikogen, mannan (polimer manosa), khitosan (polimer glukosamin), dan galaktan

(polimer galaktosa). Sejumlah kecil fukosa, rhamnosa, xilosa, dan asam uronat terdapat

dalam matriks dinding sel. Glukan pada fungi adalah polimer glukosa yang terikat secara

konfigurasi , baik 1-3 maupun 1-6. Dinding sel hifa Paracoccidioides brasiliensis

terdiri atas khitin dan -glukan berlapis tunggal setebal 80—150 nm. Sedangkan tebal

dinding sel khamir 200—600 nm dengan 3 lapis khitin dan -glukan.

Banyak fungi, khususnya khamir, memiliki peptidomannan mudah larut sebagai

komponen terluar matriks dinding sel. Mannan, galaktomannan, dan rhamnomannan

bertanggungjawab terhadap respons imun sel inang terhadap khamir dan kapang.

Page 3: Textbook Mikrobiologi16

Cryptococcus neoformans menghasilkan kapsula polisakarida yang terdiri atas 3

polimer, yaitu glukoronoxilomannan, galaktoxilomannan, dan mannoprotein.

Berdasarkan proporsi residu xilosa dan glukoronat, C. neoformans dapat dibedakan

menjadi 4 kelompok antigenik, yaitu A, B, C, dan D. Kapsula ini antifagositik dan

berperan sebagai faktor virulensi dan penghindar deteksi sistem imun.

Selain khitin, glukan, dan mannan, dinding sel mengandung lipid, protein,

khitosan, asam fosfatase, -amilase, protease, melanin, ion anorganik (PO43-, Ca2+,

Mg2+). Bagian terluar dinding sel dermatofita berisi glikoprotein yang memicu

hipersensitifitas kutan. Tabel 16.1 menunjukkan hubungan komponen dinding sel

dengan kelompok taksonomi.

Tabel 16.1 Komponen utama dinding sel pada beberapa kelompok fungi Komponen Utama Kelompok Taksonomi Contoh

Khitin-Khitosan

Khitin-Glukan

Glukomannan

Khitin-Mannan

Zygomycetes

Ascomycetes (miselia)Basidiomycetes (miselia)Fungi Imperfecti

Ascomycetes (khamir)Fungi Imperfecti (khamir)

Basidiomycetes (khamir)

Rhizopus arrizus

Pseudallescheria boydiiSchizophyllum communePhialophora verrucosa

Saccharomyces cerevisiaeCandida albicans

Filobasidiella neoformans

Membran Plasma

Membran plasma jamur mirip dengan mebran plasma mammalia, tetapi fungi

memiliki sterol nonpolar, yaitu ergosterol daripada kolesterol pada mammalia. Membran

plasma mengatur keluar-masuk material secara selektif permeabel. Membran sterol

memberikan fungsi secara struktural, modulasi fluiditas, dan kontrol fisiologis.

Komponen utama membran plasma adalah lipid, protein, dan sedikit karbohidrat.

Lipid merupakan struktur lapisan ganda plasma membran dan biasanya berupa

fosfolipid dan sfingolipid. Bagian hidrofilik menghadap ke luar, sedangkan bagian

hidrofobik terbenam di dalam. Protein tersebar di seluruh lapisan ganda lipid. Protein

integral menembus lapisan ganda lipid, sedangkan protein tepi terbenam (tetapi tidak

menembus) lapisan ganda lipid. Struktur lipoprotein ini memberikan pembatas efektif

bagi berbagai molekul. Molekul menembus membran melalui mekanisme difusi dan

transport aktif. Molekul ergosterol merupakan sasaran agen antifungi. Beberapa agen

antifungi mengintervensi sintesis ergosterol. Penghambatan sintesis ergosterol dapat

mengubah permeabilitas membran, sehingga menghamabat pertumbuhan.

Page 4: Textbook Mikrobiologi16

Penghambatan sintesis ergosterol juga menghambat aktivasi khitin sintase zimogen. Hal

ini mengakibatkan produksi khitin berlebih, sehingga menghasilkan pertumbuhan

abnormal.

Mikrotubulus

Fungi memiliki mikrotubulus yang berupa protein mikrotubulin. Protein tubulin

terdiri atas dimer 2 subunit protein. Mikrotubulus merupakan struktur silinder berlubang

panjang (long hollow cylinder) dengan diameter 25 nm. Mikrotubulus bertanggung jawab

terhadap pergerakan kromosom, nukleus, badan Golgi, dan organela lainnya.

Mikrotubulus merupakan komponen prinsipil benang spindel yang membantu

pergerakan kromosom selama meiosis dan mitosis. Ketika sel terpapar agen

antimikrotubulus, maka pergerakan nukleus, mitokondria, vakuola, dan apikal vesikel

terganggu. Griseofulvin yang digunakan untuk mengatasi infeksi dermatofit, mengikat

protein terasosiasi mikrotubulus yang terlibat dalam asembling dimer tubulin. Dengan

mengintervensi polimerisasi tubulin, griseofulvin menghentikan mitosis pada metafase.

Nukleus fungi terbungkus oleh amplop nuklear dan berisi kromatin dan

nukleolus. Bentuk, ukuran, dan jumlah nukleus fungi bervariasi. Material genetik pada

fungi tersebar di nukleus (80—99%) dan mitokondria (1—20%). Pada beberapa isolat

Saccharomyces cerevisiae 5% material genetik berada dalam plasmid.

STRUKTUR MAKRO

Fungi Filamentus vs Bakteri Filamentus

Fungi, seperti bakteri merupakan dekomposer penting dan parasit baik pada

manusia, hewan, dan tumbuhan. Kedua kelompok mikroba ini dapat saling berkompetisi

pada habitat sama untuk memperebutkan sumber makanan. Mekanisme kompetisi

biasanya dengan pengeluaran substansi antimikroba dan toksin. Penisinin dan nistatin

merupakan agen antimikroba yang diproduksi masing-masing oleh fungi Penicillium

chrysogenum dan bakteri Streptomyces noursei.

Terdapat kemiripan morfologi fungi filamentus (kapang) dan bakteri filamentus

(actinomycetes) dan ini membuat dugaan bahwa kedua kelompok berhubungan

filogenetik. Perbedaan mendasar keduanya adalah organisasi DNA dan model

reproduksi. Organisasi DNA actinomycetes adalah tanpa membran nukleus, sedangkan

kapang dengan membran nukleus. Model reproduksi actinomycetes adalah pembelahan

biner, sedangkan kapang memiliki struktur sel khusus reproduksi aseksual (konidia) dan

seksual (askosposa, zigospora, atau basidiospora).

Page 5: Textbook Mikrobiologi16

Gambar 16.3 Pertumbuhan apikal hifa kapang (kiri) dan pertunasan khamir (kanan)

Morfologi Hifa dan Khamir

Pertumbuhan hifa terjadi dengan pemanjangan ujung (Gambar 16.3). Studi

ultrastruktural menunjukkan bahwa terdapat organisasi sempurna organela dan elemen

sitoskeletal dalam pertumbuhan apikal. Bentuk zimogen khitin sintase terdeteksi pada

mikrovesikel yang disebut khitosom. Khitosom berasal dari badan Golgi atau secara

independen terbentuk di sitoplasma. Aktivasi khitin sintase terjadi pada fusi khitosem

dan membran plasma. Pembentukan fibril khitin terjadi di daerah interaksi zimogen

khitin.

Pertunasan pada khamir Saccharomyces cerevisiae dikatalis oleh enzim

polisakarida sintase (khitin sintase dan 1-3glukan sintase) yang tersebar takmerata

pada membran plasma (Gambar 16.3). Pertunasan khamir menunjukkan bahwa

aktivitas sintase terjadi pada daerah di mana dinding sel sedang tumbuh.

Reproduksi

Reproduksi seksual pada fungi dicirikan dengan fusi 2 nukleus haploid

(kariogami) diikuti pembelahan meiosis nukleus diploid (Gambar 16.4). pada beberapa

kasus spora seksual dihasilkan oleh fusi 2 nukleus berbeda ukuran dan status

reproduktif. Secara normal plasmogami (fusi 2 protoplasma hifa) diikuti dengan segera

Page 6: Textbook Mikrobiologi16

kariogami. Pada beberapa anggota basidiomycetes kedua kejadian terpisah agak lama.

Setelah berfusi terjadi pertumbuhan dan pembelahan sel.

Gambar 16.4 Siklus hidup S. cerevesiae (A) dan pembentukan basidiospra (B) Filobasidiella neoformans (anamorf:Cryptococcus neoformans) yang meliputi pembentukan sel dikarion (1 dan 2), kariogami (3), meiosis (4 dan 5), pembentukan basidiospora (6), dan mitosis dan proliferasi basidiospora.

Fungi bereproduksi aseksual melalui pertunasan yang sederhana, pembentukan

blastik konidia dari hifa terspesialisasi, fragmentasi hifa, dan konversi elemen hifa

(Gambar 16.5). Terlepas dari ketiadaan meiosis delama siklus hidup pada fungi

imperfect, rekombinasi properti hereditas dan variasi genetik dapat terjadi melalui

mekanisme yang disebut paraseksualitas (Gambar 16.6). Kejadian utama pada proses

paraseksualitas meliputi produksi nukleus diploid pada heterokariotik miselia, produksi

miselium haploid dari plasmogami dan kariogami, perbanyakan nukleus diploid bersama

dengan nukleus haploid pada miselia heterokariotik, pindah silang, dan haploidisasi

nukleus diploid. Beberapa fungi mampu melakukan reproduksi seksual dan paraseksual.

Page 7: Textbook Mikrobiologi16

Gambar 16.5 Reproduksi aseksual pada fungi konidial. Perkembangan konidia dari hifa melalui mekanisme hifa (A), hifa terspesialisasi yang disebut fialid (B), fragmentasi hifa (C), konversi hifa apikal yang menghasilkan propagul (D), dan konversi hifa interkalar yang menghasilkan klamidospora (E)

Page 8: Textbook Mikrobiologi16

Gambar 16.6 Proses siklus paraseksual (rekombinasi genetik tanpa meiosis). Tahapan paraseksual dimulai dari konjugasi hifa (1), sehingga menghasilkan heterokariosis hifa (2). Terjadi kariogami sehingga menghasilkan nukleus diploid (3). Nukleus diploid bermitosis dan melakukan segregasi (4). Pada proses mitosis dapat terjadi pindah silang, sehingga akan dihasilakn sel rekombinan.

KLASIFIKASI

Fungi diklasifikasikan berdasarkan kemampuan bereproduksi seksual, aseksual,

atau kombinasi keduanya (Tabel 16.3). Struktur reproduktif aseksual sering disebut

anamorf merupakan. Karena berdasarkan bentuk morfologi aseksual, maka sistem

klasifikasi fungi tidak mencerminkan hubungan filogenetik. Struktur reproduktif seksual

disebut juga teleomorf, yaitu askospora, basidiospora, oospora, dan zigospora. Kriteria

struktur reproduktif mencerminkan hubungan filogenetik. Terminologi holomorf

digunakan untuk mendiskripsikan fungi secara keseluruhan, yaitu terdiri atas teleomorf

dan anamorf.

Blastomyces dermatitidis merupakan nama anamorf dan memiliki nama teleomor

yaitu Ajellomyces dermetitidis. Struktur anamorf, yaitu hifa & konidia sel tunggal (pada

suhu 25C) dan sel khamur bertunas (pada suhu 35C). Struktur teleomorf, yaitu badan

buah (disebut gimnoteka) berisi askospora. Jika menyebut nama B. dermetitidis maka

merujuk pada struktur anamorf. Jika menyebut A. dematitidis, maka merujuk pada

Page 9: Textbook Mikrobiologi16

struktur teleomorf. Namun jika holomorf, maka nama yang benar adalah A. dermatiridis

karena menunjukkan hubungan filogenetik.

Tabel 16.3 Klasifikasi fungiFilum Struktur Seksual Struktur Aseksual

ChytridiomycotaZygomycotaAscomycotaBasidiomycotaFungi Imperfect

OosporaZigosporaAscosporaBasidiosporaTidak diketahui

Spora dan konidiaSpora dan konidiaKonidiaKonidiaKonidia

PATOGENESIS FUNGI

Fungi berkembang dan berkoloni pada manusia dengan berbagai mekanisme.

Kemampuan tumbuh pada suhu 37C merupakan hal penting. Fungi dermatofit

memproduksi keratinase yang mampu mendigesti keratin kulit, kuku, dan rambut

manusia. Bentuk dimorfisme menjadikan fungi berbentuk kapang (di alam) dan khamir di

jaringan inang. Bentuk khamir ini bersifat patogenik. Sebaliknya Candida albicans

memiliki bentuk alami sel khamir, tetapi bentuk patogenik adalah filamentus (Tabel

16.2). Fungi dapat tersebar lokal seperti fungi dermatofit pada kulit jaringan subkutan.

Fungi dapat tersebar luas, dimulai pada infeksi saluran pernafasan dan menyebar ke

organ lainnya. Penyebaran fungi melalui makrofag (fungi dapat tumbuh di makrofag

tanpa terfagosit) maupun non-makrofag. Reaksi patogenesis fungi biasanya berupa

reaksi alergi.

Faktor Inang

Resistensi manusia terhadap serangan fungi berdasar pada berbagai

mekanisme protektif terhadap masuknya fungi. Asam lemak takjenuh rantai panjang

merupakan komponen penghambat pertumbuhan fungi di kulit, kompetisi pH dengan

bakteri flora normal, laju regenerasi sel epitel, dan kondisi kering startum korneum.

Permukaan tubuh seperti saluran pernafasan, pencernaan, dan vagina yang diisi oleh

membran mukosa (lapisan sel epitel) bersilia dan mengeluarkan substansi antimikroba,

dengan cepat akan mengusir mikroba termasuk fungi.

Status imunologis inang merupakan faktor penting dalam menentukan

pertumbuhan fungi patogen. Imunitas termediasi sel merupakan sistem pertahanan iang

penting dalam mengontrol infeksi fungi. Hal ini karena pasien dengan sistem imun

termediasi sel lemah menunjukkan penderitaan infeksi fungi lebih lama dibandingkan

dengan pasien sistem imun humoral lemah.

Faktor Fungi

Page 10: Textbook Mikrobiologi16

Infeksi Superfisial Fungi

Infeksi superfisial terjadi pada lapisan terluar, yaitu stratum korneum kulit

(Phaeoannellomyces werneckii [syn. Exophiala werneckii] dan M. furfur), kutikula rambut

(Trichosporon beigelii dan Piedraia hortae). Infeksi ini biasanya menghasilkan

permasalahan kulit (kosmetik) yang jarang memancing respons imun, kecuali infeksi M.

furfur. Fungi biasanya merupakan patogen oportunis, yaitu mikroba yang berubah

menjadi, jika kondisi sistem imun inang mengalami penurunan.

Infeksi Fungi dermatofit

Fungi dermatofit dapat berkoloni di kulit, rambut, dan kuku. Fungi ini memiliki

properti invasif lebih tinggi daripada fungi penginfeksi superfisial. Fungi ini

menghasilkan berbagai penyakit dari yang ringan (kulit bersisik) sampai peradangan.

Studi lanjut menunjukkan bahwa potensi patogenesis fungi ini bergantung pada jenis

parasit, species inang, status imunologis inang, jenis pakaian, jenis alas kaki. Perlukaan

merupakan awal infeksi fungi ini. Fungi ini mampu masuk di sela-sela jaringan kulit yang

rusak dan berkoloni. Namun sistem imun termediasi sel (transferin) dapat menahan

invasi fungi pada perlukaan.

Tabel 16.2 Bentuk dimorfis beberapa fungi penting secara medisKelompok Penyakit Species Morfologi Habitat

In vivo In vitroFungi hitam

Fungi hitam

Fungi hitam

Fungi hitam

Fungi dermatofit

Fungi dermatofit

Fungi

Kromo-blastomikosis

Kromo-blastomikosis

Kromo-blastomikosi

Faeohipomikosis

Tinea capitis

Tinea corporis

Tinea corporis &

Cladosporium carrionii

Fonseca pedrosol

Exophiala jeanselmei

Microsporum canis

Trichophyton tonsurans

Microsporum gypseum

Trichophyton

Coklat, ddg tebal, sel muriform

Coklat, ddg tebal,

sel muriformSel mirip khamir, hialin-coklat, bersepta

Hifa scaly eritematous, artrokonidia sekitar rambut

Hifa scaly eritematous, artrokonidia dalam rambut

Hifa stratum corneum

Hifa stratum

Konidia sel tunggal berantai cabang

Konidia sel tunggal berserial

Konidia sel tunggal dg apikal spt bola

Makro dan mikrokonidia

Ukuran konidoa bervariasi

Makro dan mikrokonidia

Makro dan

Tanaman berkayu

Tanaman berkayu

Tanaman berkayu

Hewan

Manusia

Tanah

Manusia &

Page 11: Textbook Mikrobiologi16

dermatofitFungi

dermatofitFungi

dermatofitKapang

dimorfis

Fungi dimorfis

Fungi dimorfis

Fungi oportunis

Fungi oportunis

Fungi oportunis

Fungi oportunis

Khamir oportunis

Khamir oportunis

Khamir oportunis

Khamir oportunis

pedisTinea corporis & pedis

Tinea cruris

Blastomikosis

Kokidiomikosis

Sporotrikosis

Aspergilosis

Aspergilosis

Zigomikosis

Zigomikosis

Kandidiasis

Kandidiasis

Kriptiokokosis

Pityriasis versicolor

mentagrophytesTrichophyton rubrum

Epidermophyton flocosum

Blastomyces dermatitidis

Coccidioides immitis

Sporothrix schencii

Aspergillus flavus

Aspergillus fumigatus

Absidia corymbifera

Rhizopus arrhizus

Candida albicans

Candida tropicalis

Cryptococcus neoformans

Malassezla furfur

corneumHifa stratum corneum

Hifa stratum corneum

Khamir bulat-oval

Sferula berisi endospora sel tunggal

Khamir bentuk bulat-oval

Hifa septa bercabang dikotom

Hifa septa bercabang dikotom

Hifa septa bercabang

Hifa septa bercabang

Khamir oval, pseudohifa, hifa septa

Khamir oval, pseudohifa, hifa septa

Khamir bulat, blastokonidia dg kapsula atau tidak

Khamir oval lipofilik, hifa truncate pendek

mikrokonidiaMakro dan mikrokonidia

Konidia bentuk club

Konidia sel tunggal kecil, bulat, & halus

Artrokonidia bentuk barrel

Konidia berkembang dr konidiofor dan hifa

Rantai konidia dari fialid

Rantai konidia dari fialid

Sporaiofor bercabang, rhizoid acak, sporangia

Sporaiofor tdk bercabang, rhizoid oposit, sporangia

Khamir oval bertunas, pseudohifa, hifa septa

Khamir oval bertunas, pseudohifa, hifa septa

Khamir bulat dengan kapsula

Khamir oval dg tunas unipolar

hewanManusia

Manusia

Belum diketahui pasti

Tanah

Tanaman berkayu

Tanaman lapuk/mati & tanah

Tanaman lapuk/mati & tanah

Tanaman lapuk/mati & tanah

Tanaman lapuk/mati & tanah

Pencernaan manusia & rongga mulut

Kulit manusia

Buah, tanaman, feces merpati

Startum korneum manusia

KLASIFIKASI MIKOSIS

Infeksi fungi atau mikosis dapat menghasilkan berbagai penyakit pada manusia.

Mikosis bervariasi dari infeksi superfisial lapisan luar sampai infeksi pada organ dalam

Page 12: Textbook Mikrobiologi16

(otak, jantung, paru, hati, dan ginjal). Karena sebaian besar fungi patogen adalah

patogen oportunis, maka status imunologis pasien sangat menentukan terjadinya

mikosis.

Infeksi fungi dapat diklasifikasi berdasarkan letak infeksi, jalur ekuisisi, dan jenis

virulensi. Berdasarkan letak infeksi, maka mikosis dibedakan menjadi mikosis

superfisial, mikosis kutan, mikosis subkutan, dan mikosis dalam. Mikosis superfisial

adalah infeksi fungi pada lapisan permukaan kulit. Mikosis kutan dan subkutan adalah

infeksi fungi pada lapisan kutan dan subkutan kulit. Mikosis dalam adalah infeksi fungi

pada organ dalam seperti otak, jantung, hati, dan ginjal (Gambar 16.7). gerbang masuk

mikosis dalam adalah saluran pernafasan dan pencernaan.

Gambar 16.7 Mikosis berdasarkan letak infeksi

Mikosis Superfisial dan Mikosis Kutan

Mikosis superfisial termasuk infeksi fungi Piedra hortae, Trichosporon beigeii,

Malassezia furfur, dan Phaeoannellomyces wereckii yang menghasilkan penyakit piedra

hitam, piedra putih, pityriasis versicolor dan tinea nigra. Penyakit-penyakit ini dicirikan

dengan hipopigmentasi atau hiperpigmentasi kuliy leher, pundak, dada, dan punggung.

Page 13: Textbook Mikrobiologi16

Piedra hortae dan Trichosporon beigeii biasanya menyerang kulit dan menghasilkan

nodul (piedra) hitam dan putih.

Mikosis kutan dapat dibedakan menjadi dermatofitosis atau dermatomikosis.

Dermatofitosis merupakan mikosis oleh genera Epidermophyton, Microsporum, dan

Trichophyton. Dermatomikosis adalah infeksi fungi genus lainnya, biasanya oleh

Candida spp. Dermatofitosis oleh masing-masing genus memiliki daerah infeksi spesifik.

Epidermophyton floccosum hanya menginfeksi kulit dan kuku. Microsporum spp.

Menginfeksi rambut dan kulit. Trichophyton spp. Menginfeksi rambut, kulit, dan kuku.

Mikosis Subkutan

Terdapat 3 tipe mikosis subkutan, yaitu kromoblastomikosis, misetoma, dan

sporotrikosis. Kromoblastomikosis merupakan mikosis subkutan yang dicirikan dengan

lesi verrucoid kulit (biasanya terjadi di ekstremitas bawah), analisis histologi

memunculkan sel muriform yang menjadi ciri infeksi ini. Kromoblastomikosis tidak

pernah menginfeksi lapisan dalam seperti otot, tulang, dan tendon. Misetoma

merupakan infeksi subkutan yang dapat merusak otot, tulang, dan tendon.

Kromoblastomikosis disebabkan oleh Fonsecaea pedrosoi, Fonsecaea compacta,

Cladosporium carionii, and Phialophora verrucosa. Misetoma disebabkan oleh

Pseudallescheria boydii dan Nocardia brasiliensis. Sporotrikosis merupakan infeksi fungi

Sporothrix schenckii. Fungi ini biasanya menginfeksi jaringan subkutan di daerah melalui

perlukaan. Sporotrikosis dapat menyebar melalui saluran limfatik.

Mikosis Dalam

Mikosis dalam disebabkan oleh fungi patogen dan fungi patogen oportunis. Fungi

patogen merupakan fungi yang secara alami dapat menginfeksi inang, sedangkan fungi

patogen oportunistik hanya dapat menginfeksi inang jika sistem imun inang terkompromi

(misalnya pasien kanker, transplantasi organ, pembedahan, dan AIDS). Gerbang masuk

fungi patogen ini biasanya melalui saluran pernafasan, sedangkan fungi patogen

oportunis melalui saluran pernafasan dan pencernaan atau peralatan medis

intravaskuler inang.

Fungi patogen sestemik termasuk Coccidioides immitis, Histoplasma

capsulatum, Blastomyces dermatitidis, dan Paracoccidioides brasiliensis. Fungi patogen

oportunis termasuk Cryptococcus neoformans, Candida spp., Aspergillus spp.,

Penicillium marneffei, the Zygomycetes, Trichosporon beigelii, dan Fusarium spp.

Dimorfisme Fungi Patogen

Page 14: Textbook Mikrobiologi16

Dimorfisme fungi merupakan konversi morfologi dan fisiologi dari satu fenotip ke

fenotip lainnya akibat perubahan kondisi lingkungan (Tabel 16.2). berbagai faktor

lingkungan inang yang memicu dimorfisme, adalah asam amino, suhu, karbohidrat,

elemen trace. Dimorfisme fungi patogen S. shcenckii adalah perubahan bentuk

hifa/kapang menjadi bentuk khamir dalam jaringan (Gambar 16.8).

Gambar 16.8 Diagram dimorfisme beberapa genus fungi patogen

Mikosis Dalam Primer

Kebanyakan mikosis dalam primer merupakan infeksi selama perjalanan di

daerah endemik fungi patogen. Artrokonidoa C. immitis dapat terhirup dan berubah

menjadi sferula dalam paru. Kebanyakan kasus kokidiomikosis menghasilkan infeksi

ringan pada pasien yang menghirup artrokonidia, tetapi pada pasien yang terinfeksi paru

sebelumnya, kokidiomikosis dapat menyebar ke otak, tulang, dan tempat lainnya.

Histoplasmosis merupakan infeksi primer paru akibat menghirup konidia

Histoplasma capsatum. Bentuk H. Capsatum berubah menjadi khamir (blastokonidia) di

dalam paru. Penyebaran blastokonidia dapat mencapai nodus limfatikus, limpa, hati,

sumsum tulang, dan otak. Histoplasmosis dicirikan dengan pertumbuhan intrasel fungi

patogen dalam makrofag.

Mikosis Oportunis

Page 15: Textbook Mikrobiologi16

Kandidiasis

Kandidiasis disebabkan oleh C. albicans dan Candida spp. lainnya. Kandidiasis

dapat dibedakan menjadi kandidiasis superfisial dan kandidiasis dalam. Kandidiasis

superfisial melibatkan infeksi permukaan mukosa dan epidermal pada rongga mulut,

farinx, esofagus, usus, kantong kemih, dan vagina. Saluran pencernaan dan kateter

intravaskular merupakan gerbang masuk Candida, sehingga menghasilkan kandidiasis

dalam (viseral). Kandidiasis dalam meliputi organ ginjal, hati, limfa, otak, mata, jantung,

dan organ lainnya.

Aspergilosis

Aspergilosis disebabkan oleh fungi patogen oprtunis Aspergillus spp. Fungi ini

masuk ke paru dan menyebar ke organ lainnya seperti otang, ginjal, hati, jantung, dan

tulang. Selain saluran pernafasan, gerbang masuk aspergilosis adalah perlukaan kulit.

Penurunan kuantitas neutrofil sirkuler merupakan faktor kunci resiko perkembangan

aspergilosis invasif.

Zigomikosis

Zigomikosis disebabkan oleh Rhizopus, Rhizomukor, Absidia, Mucor, atau

anggota Zigomycetes lainnya. Sindrom rhinoserebral yang terjadi pada pasien diabetes

dan ketoasidosis, neutropenia, dan kortikosteroid merupakan faktor utama zigomikosis.

Zigomycetes dan Aspergillus mempunyai kecenderungan menginvasi peredaran darah.

KONTROL MIKOSIS

Kontrol mikosis termasuk pencegahan dan perlakuan. Pencegahan meliputi

pencegahan terhadap kondisi lingkungan yang konduktif bagi pertumbuhan fungi.

Mempertahankan lingkungan bebas spora di rumah sakit dapat menurunkan infeksi

nosokomial jamur. Pada pasien terkompromi imun yang menerima perlakuan yang

dapat menurunkan sistem imun, perlu mendapat agen antifungi. Agen antifungi biasanya

berisi substansi penghambat biosintesis ergosterol, seperti azol, alilamin, dan morfolin.

Agen antifungal adalag 5-fluorositosin (menghambat sintesis DNA dan RNA),

griseofulvin (menghambat mitosis).