Upload
nurlaeli-hakim
View
126
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/13/2018 t_ipa_0706383_chapter2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tipa0706383chapter2 1/26
8
BAB II
PENGGUNAAN LKS (LEMBAR KERJA SISWA) TERBUKA UNTUKMENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP, KETERAMPILAN PROSES
SAINS (KPS) DAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA
PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN
A. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu alternatif media
pembelajaran yang tepat bagi peserta didik, karena LKS membantu peserta
didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui
kegiatan belajar secara sistematis (Suyitno, 1997:40). Sejalan dengan hal itu
Surachman (1998) juga berpendapat bahwa LKS merupakan jenis hand-out
yang dapat digunakan untuk membantu siswa belajar secara terarah.
Berdasarkan penjelasan para ahli maka dapat dikatakan bahwa LKS
sebagai satu stimulus atatu penuntun bagi guru dalam pembelajaran yang
akan disajikan. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam
menyusun sebuah LKS, antara lain:
1. Topik apa yang disajikan pada siswa?
2. Bagaimana rumusan masalahnya?
3. Apa yang diinginkan guru untuk ditemukan oleh siswa?
4. Proses sains apa yang harus dilakukan dan dikuasai siswa?
5. Apa yang akan atau harus didiskusikan siswa?
6. Apa yang diperlukan dan harus diketahui guru?
7. Bagaimana siswa menggunakan atau memanfaatkan temuannya?
8. Dari mana sumber informasi dapat diperoleh guru?
5/13/2018 t_ipa_0706383_chapter2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tipa0706383chapter2 2/26
9
LKS umumnya dikembangkan untuk membantu siswa:
1. Memahami bahan bacaan (untuk kesiapan belajar atau bahan pengayaan).
2. Mengikuti kegiatan di kelas (seperti ceramah atau demonstrasi).
3. Kegiatan belajar di laboratorium atau di lapangan.
Berdasarkan aktivitas belajar yang akan dikembangkan, format LKS
menurut Surachman (1998) terbagi menjadi tiga bentuk:
Tabel 2.1
Format Lembar Kerja Siswa (Surachman, 1998)
Tertutup
(structured,
guided)
Sifat tertutup yang dimaksud adalah program
belajar yang dikemas dan direncanakan guru
sedemikian ketatnya, sehingga tidak memberi
peluang bagi siswa untuk mengembangkan daya
nalar, kreativitas, minat dan daya imajinasinya.
Siswa harus mengikuti arahan dan mengerjakan
tugas-tugas sesuai petunjuk yang telah ditetapkan
dan dirumuskan guru. LKS bentuk seperti ini
biasanya diterapkan pada siswa yang baru mulaibelajar.
Semi Terbuka
(semi structured,
semi guided)
Mirip dengan model tertutup, namun beberapa
bagian sengaja diberikan pada siswa untuk
dikembangkan sendiri, yaitu bagian yang umumnya
dirancang guru untuk mengembangkan beberapa
kemampuan spesifik atau khusus bagi diri siswa.
Terbuka
(unstructured,
unguided, pree
inquiry)
Pada bentuk ini, siswa diberi peluang yang besar
untuk mengembangkan kreativitas dan daya
nalarnya. Arahan yang diberikan guru biasanya
lebih bersifat sebagai stimuli bagi siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan belajar. Sifat
menantang dan menumbuhkan keingintahuan
menjadi kunci keberhasilan dalam memacu
aktivitas belajar siswa. Untuk kebutuhan praksis
pembelajaran IPA,
Keunggulan dalam penggunaan lembar kerja dalam pembelajaran menurut
Mustafa (dalam Roswita, 2005) adalah:
5/13/2018 t_ipa_0706383_chapter2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tipa0706383chapter2 3/26
10
1. Mempermudah siswa dalam menggunakan lingkungan sekitarnya sebagai
laboratorium IPA alam
2. Mempermudah pemanfaatan dan pengaplikasian konsep yang telah
dipelajari di sekolah untuk mamahami dan menyelesaikan masalah sehari-
hari secara benar dan tepat
3. Mempermudah peningkatan penguasaan konsep.
Dilihat berdasarkan keunggulan penggunaan lembar kerja ini, maka
lembar kerja sangat cocok digunakan untuk konsep-konsep lingkungan.
B. Pemahaman Konsep
Bloom (dalam Dahar, 1996) didefinisikan pemahaman konsep sebagai
kemampuan menyerap materi atau bahan yang dipelajari. Carin dan Sund
(1985) mengemukakan pemahaman sebagai proses yang terdiri dari beberapa
tahapan kemampuan, sehingga dapat disimpulkan bahwa:
1. Pemahaman merupakan kemampuan untuk menerangkan dan
menginterpretasikan sesuatu,
2. Pemahaman bukan sekedar mengetahui, yang biasanya hanya terbatas
mengingat kembali pengalaman atau memproduksi apa yang pernah
dipelajari,
3. Pemahaman lebih dari sekedar mengetahui, karena pemahaman melibatkan
proses mental yang dinamis,
4. Pemahaman merupakan suatu proses mental yang bertahap yang masing-
masing tahapnya mempunyai kemampuan mental tersendiri, seperti
5/13/2018 t_ipa_0706383_chapter2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tipa0706383chapter2 4/26
11
menterjemahkan, menginterpretasikan, ekstrapolasi, aplikasi, analisis,
sintesis dan evaluasi.
Menurut Ausubel (dalam Dahar, 1996) konsep-konsep diperoleh
dengan dua cara, yaitu formasi konsep dan asimilasi konsep. Pembentukan
konsep merupakan proses induktif, bila siswa dihadapkan pada stimulus-
stimulus lingkungan, ia mengabstraksi sifat-sifat tertentu yang sama dari
berbagai stimulus-stimulus. Model pencapaian konsep menurut Joyce dan
Weil (2000) didasarkan pada hasil riset Bruner dengan tujuan
mengembangkan berpikir induktif, menganalisis dan mengembangkan
konsep. Lebih lanjut dijelaskan bahwa sebelum pengajaran guru harus
memilih konsep, menyeleksi, dan mengorganisasi materi contoh-contoh dan
noncontoh-noncontoh dan urutan contoh-contoh.
Indikator dalam pencapaian konsep berdasarkan taxonomi Bloom
yang direvisi (Anderson dan Krawthwohl, 2001) adalah:
1. Mengingat ( Remember)
Mencari kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang.
Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya.
Untuk pengkondisian agar ”mengingat” bisa menjadi bagian belajar
bermakna, tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek
pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan
terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif:
a. Mengenali ( Recognizing): mencakup proses kognitif untuk menarik
kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang yang
5/13/2018 t_ipa_0706383_chapter2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tipa0706383chapter2 5/26
12
identik atau sama dengan informasi yang baru. Istilah lain untuk
mengenal adalah mengidentifikasi (identifying).
b. Mengingat ( Recalling): menarik kembali informasi yang tersimpan
dalam memori jangka panjang apabila ada petunjuk untuk melakukan
hal tersebut. Istilah lain untuk mengingat adalah menarik (retrieving)
2. Mengerti/memahami (Understand )
Mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang
dimiliki, mengaitkan informasi yang baru dengan pengetahuan yang telah
dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema
yang telah ada dalam pemikiran siswa. Karena penyusun skema adalah
konsep, maka pengetahuan konseptual merupakan dasar pemahaman.
Kategori ”memahami” mencakup tujuh proses kognitif:
a. Menafsirkan (interpreting), mengubah suatu informasi dari satu bentuk
informasi ke bentuk informasi yang lainnya, misal: dari kata-kata ke
grafik atau gambar atau sebaliknya, dari kata-kata ke angka atau
sebaliknya, maupun dari kata-kata ke kata-kata.
b. Memberi contoh (exemplifying), memberikan contoh dari suatu konsep
atau prinsip yang bersifat umum. Memberikan contoh menuntut
kemampuan mengidentifikasi ciri khas suatu konsep dan selanjutnya
menggunakan ciri tersebut untuk membuat contoh.
c. Mengklasifikasikan (classifying), mengenali bahwa sesuatu (benda atau
fenomena) masuk dalam kategori tertentu. Termasuk dalam
5/13/2018 t_ipa_0706383_chapter2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tipa0706383chapter2 6/26
13
kemampuan mengklasifikasikan adalah mengenali ciri-ciri yang
dimiliki suatu benda atau fenomena. Istilah lain untuk
mengkalsifikasikan adalah mengkategorisasikan (categorising).
d. Meringkas (summarizing), membuat suatu pernyataan yang mewakili
seluruh informasi. Meringkas menuntut siswa untuk memilih inti dari
suatu informasi dan meringkasnya. Istilah lain untuk meringkas adalah
membuat generalisasi (generalising) dan mengabstraksi (abstracting).
e. Menarik inferensi (inferring), merupakan suatu pola dari sederetan
contoh atau fakta. Untuk dapat melakukan inferensi siswa harus terlebih
dahulu dapat menarik abstraksi suatu konsep/prinsip berdasarkan
sejumlah contoh yang ada. Istilah lain untuk menarik inferensi adalah
mengekstrapolasi (extrapolating), menginterpolasi (interpolating),
memprediksi ( predicting), dan menarik kesimpulan (concluding).
f. Membandingkan (comparing), mendeteksi persamaan dan perbedaan
yang dimiliki dua objek, ide, ataupun situasi. Membandingkan
mencakup juga menemukan kaitan antara unsur-unsur satu objek atau
keadaan dengan unsur yang dimiliki objek atau keadaan lain. Istilah lain
untuk membandingkan adalah mengkontraskan (contasting),
mencocokkan (matching), dan memetakan (mapping).
g. Menjelaskan (explaining), mengkonstruk dan menggunakan model
sebab-akibat dalam suatu sistem. Termasuk dalam ”menjelaskan”
adalah menggunakan model tersebut untuk mengetahui apa yang terjadi
apabila salah satu bagian sistem tersebut diubah.
5/13/2018 t_ipa_0706383_chapter2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tipa0706383chapter2 7/26
14
3. Mengaplikasikan/menerapkan ( Applying)
Mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau
mengerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan berkaitan erat dengan
pengetahuan prosedural. Namun tidak berarti bahwa kategori ini hanya
sesuai untuk pengetahuan prosedural saja. Kategori ini mencakup dua
macam proses kognitif, yaitu:
a. Melaksanakan (executing), menjalankan suatu prosedur rutin yang telah
dipelajari sebelumnya. Langkah-langkah yang diperlukan sudah tertentu
dan juga dalam urutan tertentu. Apabila langkah-langkah tersebut
benar, maka hasilnya sudah tertentu pula
b. Mengimplementasikan (implementing), memilih dan menggunakan
prosedur yang sesuai untuk menyelesaikan tugas yang baru. Karena
diperlukan kemampuan memilih, siswa dituntut untuk memiliki
pemahaman tentang permasalahan yang akan dipecahkannya dan juga
prosedur-prosedur yang mungkin digunakannya. Apabila prosedur yang
tersedia ternyata tidak tepat benar, siswa dituntut untuk bisa
memodifikasinya sesuai keadaan yang dihadapi.
4. Menganalisis ( Analyzing)
Menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke dalam unsur-unsurnya dan
menentukan saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut dan struktur
besarnya. Ada tiga macam proses kognitif yang tercakup dalam
menganalisis, yaitu:
5/13/2018 t_ipa_0706383_chapter2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tipa0706383chapter2 8/26
15
a. Membedakan (differentiating), membedakan bagian-bagian yang
menyusun suatu struktur berdasarkan relevansi, fungsi dan penting
tidaknya. Membedakan menuntut adanya kemampuan untuk
menentukan mana yang relevan/esensial dari suatu perbedaan terkait
dengan struktur yang lebih besar.
b. Mengorganisir (organizing), mengidentifikasi unsur-unsur suatu
keadaan dan mengenali bagaimana unsur-unsur tersebut terkait satu
sama lain untuk membentuk suatu struktur yang padu.
c. Menemukan pesan tersirat (atributting), menemukan sudut pandang,
bias, dan tujuan dari suatu bentuk komunikasi.
5. Mengevaluasi
Membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada.
Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini:
a. Memeriksa (checking), menguji konsistensi atau kekurangan suatu
karya berdasarkan kriteria internal (kriteria yang melekat dengan sifat
produk tersebut).
b. Mengritik (critiquing), menilai suatu karya baik kelebihan maupun
kekurangannya, berdasarkan kriteria eksternal.
6. Membuat (Create)
Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan.
”Membuat” mencakup kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru
5/13/2018 t_ipa_0706383_chapter2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tipa0706383chapter2 9/26
16
dengan cara mengorganisir beberapa unsur atau bagian menjadi suatu pola
atau struktur yang sebelumnya tidak nampak. Ada tiga macam proses
kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu:
a. Menghasilkan (generating): menguraikan suatu masalah sehingga dapat
dirumuskan berbagai kemungkinan hipotesis yang mengarah pada
pemecahan masalah tersebut. Pemecahan masalah disini sifatnya
terbuka sehingga masalah yang sama bisa dipecahkan dengan berbagai
cara. Istilah lain untuk menghasilkan adalah merumuskan dugaan
(hypothesizing).
b. Merencanakan ( planning): merancang suatu metode atau strategi untuk
memecahkan masalah. Merencanakan bukanlah sekedar menjalankan
suatu prosedur. Dalam merencanakan diperlukan kemampuan untuk
menguraikan masalah, tujuan atau hal-hal yang harus dilakukan. Istilah
lain untuk merencanakan adalah merancang (designing).
c. Memproduksi ( producing): menjalankan suatu rencana untuk
memecahkan masalah. Istilah lain untuk memproduksi adalah
mengkonstruk (contructing).
C. Keterampilan Proses Sains (KPS)
Carin dan Sund (1985) menyatakan bahwa sains sebagai suatu bangun
ilmu terbentuk oleh proses (ilmiah), sikap ilmiah dan produk ilmiah. Menurut
Collete (1973:65) KPS terbagi dua, yaitu: keterampilan proses dasar dan
keterampilan proses lanjut.
5/13/2018 t_ipa_0706383_chapter2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tipa0706383chapter2 10/26
17
Pertama keterampilan proses dasar terdiri atas keterampilan observasi,
mengkomunikasikan ide/gagasan, klasifikasi, mengukur, menggunakan
angka/simbol, menggunakan hubungan ruang-waktu, membuat kesimpulan,
dan memprediksi. Kedua keterampilan proses lanjut atau yang terintegrasi
merupakan keterampilan proses dasar yang digunakan untuk mengembangkan
keterampilan proses lanjut, diantaranya: merumuskan hipotesis, membuat
definisi operasional, mengkontrol variabel, bereksperimen, dan interpretasi
data.
Rustaman et al (1992) juga mengemukakan bahwa KPS merupakan
komponen inquiri ilmiah, prosedur yang menuntun dalam perolehan
pengetahuan dan memberikan definisi yang lebih bermakna kepada siswa.
Melalui pengembangan KPS siswa dapat diberikan kesempatan untuk
mengembangkan konsep dan proses secara bersamaan.
Secara umum butir soal keterampilan proses dapat dibedakan dari
pokok uji pemahaman konsep. Menurut Rustaman (1995) pokok uji-pokok uji
keterampilan proses memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
1. Pokok uji keterampilan proses tidak boleh dibebani konsep (non-concept
burdan). Hal ini diupayakan agar pokok uji tersebut tidak rancu dengan
pengukuran penguasaan konsep. Konsep dijadikan konsep konteks.
Konsep yang terlibat harus diyakini penyusun pokok uji sudah dipelajari
siswa atau tidak asing bagi siswa (dekat dengan keadaan sehari-hari).
2. Pokok uji keterampilan proses mengandung sejumlah informasi yang harus
diolah oleh responden atau siswa. Informasi dalam pokok uji keterampilan
5/13/2018 t_ipa_0706383_chapter2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tipa0706383chapter2 11/26
18
proses dapat berupa gambar, diagram, grafik, data dalam tabel atau uraian,
atau objek aslinya.
3. Seperti pada pokok uji umumnya, aspek yang akan diukur oleh pokok uji
keterampilan proses harus jelas dan hanya mengandung satu aspek saja,
misalnya interpretasi.
4. sebaiknya ditampilkan gambar untuk membantu menghadirkan objek.
Indikator KPS menurut Rustaman (1992) terdiri atas 9, yaitu:
1. Keterampilan melakukan pengamatan (observasi)
Suatu proses untuk mengenal sesuatu dengan jalan memperhatikan atau
menyadari obyek/peristiwa, untuk hal ini siswa harus menggunakan semua
alat inderanya seperti penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan,
dan penciuman. Dalam kegiatan ilmiah mengamati berarti menyeleksi
fakta-fakta yang relevan dan memadai dari hal-hal yang diamati. Dengan
membandingkan hal-hal yang diamati siwa mengembangkan kemampuan
mencari persamaan dan perbedaan suatu benda/peristiwa.
2. Keterampilan proses mengelompokkan (klasifikasi)
Kemampuan mengelompokkan fakta-fakta atau data-data berdasarkan
persamaan dan perbedaannya.
3. Keterampilan proses berkomunikasi
Keterampilan berkomunikasi mengandung arti mencatat hasil pengamatan
yang relevan dengan penyelidikan, mentransfer suatu bentuk penyajian ke
bentuk penyajian yang lainnya atau menggunakan kriteria untuk
menyajikan data ke bentuk yang dapat dipahami dan dimengerti oleh orang
5/13/2018 t_ipa_0706383_chapter2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tipa0706383chapter2 12/26
19
lain. Untuk mencapai keterampilan berkomunikasi siswa harus dapat
menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan yang telah dikerjakan
dengan sistematis dan jelas, selain itu diharapkan siswa mampu
menjelaskan hasil kegiatan, mendiskusikan dan menggambarkan data yang
diperoleh ke bentuk diagram, grafik atau tabel.
4. Keterampilan meramalkan (prediksi)
Keterampilan meramalkan atau mengajukan perkiraan tentang sesuatu
yang belum terjadi berdasarkan suatu pola yang sudah ada, menggunakan
pola-pola atau hubungan informasi/ukuran/hasil observasi dan
mengantisipasi suatu peristiwa berdasarkan pola atau kecenderungan.
Apabila siswa dapat mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum
terjadi berdasarkan fakta yang menunjukkan suatu kecenderungan atau
pola yang sudah ada.
5. Keterampilan menggunakan alat dan bahan
Keterampilan siswa dalam menggunakan atau memilih alat dan bahan
yang tersedia yang tepat untuk suatu percobaan.
6. Keterampilan menerapkan konsep/prinsip
Mampu menjelaskan peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang
telah dimiliki dan mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam
situasi baru atau menemukan penjelasan (konsep) tentang suatu peristiwa
yang sedang terjadi. Keterampilan menerapkan konsep/prinsip menjadi
penunjang dalam memantapkan dan mengembangkan konsep/prinsip yang
telah dimiiki siswa, mengembangkan kemampuan intelektual siswa dan
5/13/2018 t_ipa_0706383_chapter2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tipa0706383chapter2 13/26
20
merangsang siswa untuk lebih banyak mempelajari Ilmu Pengetahuan
Alam. Keterampilan ini dapat berupa menghitung, mencari hubungan
diantara konsep-konsep, menyusun pertanyaan penelitian, atau membuat
model yang menggambarkan suatu konsep.
7. Keterampilan proses sains mengajukan pertanyaan
Kemampuan mengajukan pertanyaan baik pertanyaan yang meminta
penjelasan tentang apa, mengapa dan bagaimana ataupun menanyakan
sesuatu hal yang berlatar belakang hipotesis. Keterampilan proses
mengajukan pertanyaan memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan apa yang ingin diketahuinya, baik yang bersifat
penyelidikan maupun yang tidak secara langsung bersifat penyelidikan,
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mencerminkan cara berpikir siswa
dan dapat pula dikatakan bahwa kualitas pertanyaan yang diajukan
menunjukkan tinggi rendahnya tingkat berpikir siswa.
8. Keterampilan merencanakan percobaan
Keterampilan ini meliputi kemampuan dalam menentukan alat dan bahan
yang diperlukan pada suatu percobaan, menentukan variabel kontrol,
variabel bebas, menentukan apa yang diamati, diukur, atau ditulis serta
menentukan cara dan langkah kerja yang mengarah pada pencapaian
kebenaran ilmiah. Keterampilan merencanakan percobaan membantu
siswa dalam memproses informasi yang diperoleh dari obyek atau
peristiwa disekitarnya, membantu mendekati masalah secara umum dan
5/13/2018 t_ipa_0706383_chapter2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tipa0706383chapter2 14/26
21
membantu siswa memikirkan kembali gagasannya, dengan demikian
kemampuan siswa dalam mendekati masalah akan berkembang.
9. Keterampilan proses berhipotesis
Keterampilan proses menggunakan informasi dengan mengemukakan
dugaan atau generalisasi sementara yang dapat menjelaskan atau
menghubungkan sifat-sifat benda peristiwa, berhipotesis melibatkan
keterampilan menduga sesuatu, menguraikan sesuatu yang menunjukkan
hubungan sebab akibat antara dua variabel pengetahuan yang telah
dimilikinya.
D. Berpikir Kreatif
Munandar (1999:47) menyatakan bahwa berpikir kreatif atau berpikir
divergen adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia
menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana
penekanannya adalah kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban.
Marzano (1994) menyatakan bahwa berpikir kreatif terdiri dari: dapat
melibatkan diri dalam tugas meskipun jawaban dan solusinya tidak segera
nampak, melakukan usaha memaksimalkan kemampuan dan pengetahuannya,
membuat, menggunakan, dan memperbaiki standar evaluasi yang dibuatnya
sendiri, menghasilkan cara baru dalam melihat lingkungan dan batasan yang
berlaku dimasyarakat.
Munandar (1999:88) menyatakan bahwa ciri-ciri berpikir
kreatif/ aptitude terdiri atas:
5/13/2018 t_ipa_0706383_chapter2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tipa0706383chapter2 15/26
22
1. Kemampuan berpikir lancar ( fluency)
a. Definisi
1). Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau
pertanyaan.
2). Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.
3). Selalu memberikan lebih dari satu jawaban.
b. Perilaku siswa
1). Mengajukan banyak pertanyaan.
2). Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan.
3). Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah.
4). Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya.
5). Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak daripada anak-
anak lain.
6). Dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada suatu
obyek atau situasi.
2. Kemampuan berpikir luwes (flexibility)
a. Definisi
1). Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi.
2). Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-
beda.
3). Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda.
4). Mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.
b. Perilaku siswa
5/13/2018 t_ipa_0706383_chapter2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tipa0706383chapter2 16/26
23
1). Memberikan aneka ragam penggunaan yang tidak lazim terhadap
suatu obyek.
2). Memberikan macam-macam penafsiran (interpretasi) terhadap
suatu gambar, cerita atau masalah.
3). Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda
4). Memberi pertimbangan terhadap situasi yang berbeda-beda dari
yang diberikan orang lain.
5). Dalam membahas/mendiskusikan suatu situasi selalu mempunyai
posisi yang berbeda atau yang bertentangan dari mayoritas
kelompok.
6). Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam
cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya.
7). Menggolongkan hal-hal menurut kategori yang berbeda-beda.
8). Mampu mengubah arah berpikir secara spontan.
3. Kemampuan berpikir orisinil (originality)
a. Definisi
1). Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik.
2). Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri.
3). Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari
bagian-bagian atau unsur-unsur.
b. Perilaku siswa
1). Memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak pernah
terpikirkan oleh orang lain.
5/13/2018 t_ipa_0706383_chapter2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tipa0706383chapter2 17/26
24
2). Mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan
cara-cara yang baru.
3). Memilih asimetris dalam menggambar atau membuat desain.
4). Memiliki cara berpikir yang lain dari yang lain.
5). Mencari pendekatan yang baru dari yang stereotif.
6). Setelah mendengar atau membaca gagasan-gagasan, bekerja untuk
menemukan penyelesaian yang baru.
7). Lebih senang mensintesis daripada menganalisis situasi.
4. Kemampuan merinci (elaboration)
a. Definisi
1). Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau
produk.
2). Menambahkan atau merinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan
atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
b. Perilaku siswa
1). Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau
pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang
terperinci.
2). Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain.
3). Mencoba atau menguji detil-detil untuk melihat arah yang akan
ditempuh.
4). Mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan
penampilan yang kosong atau sederhana.
5/13/2018 t_ipa_0706383_chapter2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tipa0706383chapter2 18/26
25
5). Menambahkan garis-garis, warna-warna dan detil-detil terhadap
gambarnya sendiri atau gambar orang lain.
5. Kemampuan menilai (evaluation).
a. Definisi
1). Menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah
suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat atau suatu tindakan
bijaksana.
2). Mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka.
3). Tidak hanya mencetuskan gagasan, tetapi juga melaksanakanya.
b. Perilaku siswa
1). Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandangnya sendiri.
2). Menentukan pendapat sendiri mengenai suatu hal.
3). Menganalisis masalah atau penyelesaian secara kritis.
4). Mempunyai alasan (rasional) yang dapat dipertanggung jawabkan
untuk mencapai suatu keputusan.
5). Merancang suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan yang tercetus.
6). Ketika tidak menghasilkan gagasan tetapi menjadi peneliti atau
penilai yang kritis.
7). Menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya.
E. Konsep Pencemaran Lingkungan
Berdasarkan KTSP 2006, konsep pencemaran lingkungan ini ada pada
mata pelajaran Biologi kelas X pada semester 2. Dengan standar kompetensi:
5/13/2018 t_ipa_0706383_chapter2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tipa0706383chapter2 19/26
26
Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan
energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem. Adapun
kompetensi dasar minimal yang harus dikuasai oleh siswa adalah:
Menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan /
pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan.
Pencemaran lingkungan atau polusi adalah satu dari sekian faktor
yang menyebabkan terjadinya perubahan tatanan lingkungan secara dramatis.
Sedangkan zat atau bahan yang mengakibatkan pencemaran disebut polutan.
Suatu zat dapat disebut polutan apabila jumlahnya melebihi jumlah normal
serta berada pada waktu dan tempat yang tidak tepat, contoh CO2 dengan
kadar 0,033% di udara sangat bermanfaat bagi tanaman, tetapi jika lebih
tinggi dari 0,033% akan dapat memberikan efek yang merusak bagi
lingkungan.
Miller (2005), mendefinisikan pencemaran sebagai masuknya zat atau
bahan dalam jumlah yang cukup besar di udara, air, tanah, serta makanan
yang dapat mengganggu kesehatan, kelangsungan hidup, aktivitas manusia
serta makhluk hidup lainnya. Pencemaran ini dapat terjadi secara alamiah
melalui kejadian alam, namun sebagian besar terjadi karena akibat aktivitas
manusia dan proses industrialisasi.
Kegiatan manusia maupun proses alami dapat mengubah tatanan
lingkungan, hal itu menyebabkan lingkungan menjadi tidak dapat berfungsi
sesuai dengan peruntukannya. Pencemaran-pencemaran lingkungan yang
paling sering kita jumpai umumnya dibedakan atas:
5/13/2018 t_ipa_0706383_chapter2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tipa0706383chapter2 20/26
27
1. Pencemaran Air
Pencemaran air yaitu peristiwa masuknya zat, energi, unsur-unsur
komponen lain ke dalam air sehingga mengakibatkan turunnya kualitas air,
hal ini ditandai dengan perubahan bau, rasa dan warna. Ditinjau dari asal
polutan dan sumber pencemarnya, pencemaran air dapat disebabkan oleh:
a. Limbah pertanian
Limbah dari pertanian biasanya berupa zat organoklorin dari DDT dan
pupuk yang terangkut oleh aliran air sungai. Pupuk organik yang larut
dalam air dapat menyebabkan pengayaan nutrient dalam air
(eutrofikasi) yang menyebabkan ledakan (blooming) populasi alga dan
tumbuhan air.
b. Limbah rumah tangga
Limbah rumah tangga dapat berupa bahan organik (misalnya sisa sayur,
nasi, air buangan manusia) atau bahan anorganik seperti plastik,
alumunium dan botol yang hanyut terbawa arus air. Penanggulangan
sampah anorganik bisa dengan cara daur ulang barang-barang yang
masih terpakai untuk penggunaan yang lain. Sedangkan untuk air
buangan manusia dengan cara pengolahan sanitasi rumah tanggga.
c. Limbah industri
Limbah industri biasanya berupa sampah atau buangan industri lainnya
(misalnya jenis logam berat, tumpahan minyak). Untuk mengatasi
kebocoran minyak biasanya genangan minyak dibatasi dengan pipa
mengapung agar tidak tersebar.
5/13/2018 t_ipa_0706383_chapter2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tipa0706383chapter2 21/26
28
d. Penangkapan ikan menggunakan racun atau bahan peledak
Para nelayan yang tidak bertanggung jawab biasanya menggunakan
tuba (racun dari tumbuhan) atau potas (racun kimia) sebagai bahan
peledak untuk memudahkan mereka mendapatkan ikan, namun hal itu
dapat menyebabkan terjadinya pemekatan hayati atau peningkatan
kadar bahan pencemar melewati tubuh makhluk hidup.
Pencemaran di atas dapat mengakibatkan kerugian pada manusia
dan lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya pencegahan, diantaranya:
a. Limbah harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan.
b. Tidak membuang limbah rumah tangga ke sungai secara langsung.
c. Limbah radioaktif tidak boleh dibuang langsung ke perairan.
d. Menguraikan detergen dengan aktivitas mikroba tertentu sebelum
dibuang ke perairan umum.
e. Pembuatan septic-tank dan lain-lain.
Untuk mengetahui tercemar tidaknya suatu perairan, dapat dilakukan
beberapa cara, diantaranya: uji jumlah bahan organik dan anorganik
(Winatasasmita dan sukarno, 1995). Adapun upaya penanggulangan air
yang telah tercemar dapat dilakukan dengan cara filtrasi/penyaringan,
aerasi/pemberian udara ke air (di alam terjadi pada sungai yang mengalir
deras), sedimentasi/pengendapan, koagulasi dengan AL2(SO4)3, absorpsi
dengan arang cangkok kelapa, ozonisasi, pertukaran ion dengan CaO/soda
abu (NaOH), proses biologis yaitu dengan menggunakan makhluk hidup
berupa hewan atau tanaman air dan pengenceran.
5/13/2018 t_ipa_0706383_chapter2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tipa0706383chapter2 22/26
29
2. Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah yaitu peristiwa masuknya zat-zat pencemar ke
dalam tanah dan mengakibatkan turunnya kualitas tanah. Pencemaran
tanah ini dapat terjadi karena dua faktor, 1). faktor internal, terjadi melaui
peristiwa alam, 2). faktor eksternal, yaitu pencemaran karena ulah aktivitas
manusia.
Pencemaran ini merupakan masalah yang harus mendapat perhatian,
karena daratan atau tanah dapat memberikan daya dukung alam bagi
kehidupan manusia ( Surtikanti, 2003). Ditinjuau dari sumber polutan dan
bahan pencemarnya, pencemaran tanah banyak diakibatkan oleh sampah
organik dan anorganik yang berasal dari, antara lain:
a. Limbah industri, berupa zat-zat kimia beracun yang meresap masuk
ke dalam tanah.
b. Limbah rumah tangga, berupa kaleng, kaca, plastik, dedaunan halaman
dan deterjen yang bersifat nonbiodegradable.
c. Limbah pertanian dan peternakan, berupa penggunaan pestisida atau
insektisida dan kelebihan pupuk.
Pencemaran tanah yang berlangsung terus menerus akan berakibat:
a. Kehidupan mikroorganisme tanah mengalami gangguan.
b. Sifat kimia dan fisika tanah berubah, sehingga tanaman terganggu.
c. Keseimbangan fisiologis terpengaruh dan berubah.
Penanggulangan dan pengelolaan pencemaran tanah melalui
remidiasi, dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: remidiasi kimia, fisika
5/13/2018 t_ipa_0706383_chapter2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tipa0706383chapter2 23/26
30
dan biologi. Secara biologi biasanya dengan menggunakan bantuan dari
jenis tanaman, hewan atau bakteri. Misalnya dengan cara menanam pohon
ditempat terjadinya pencemaran untuk menyerap racun yang ada dalam
tanah yang tercemar tersebut. Namun pengelolaan pencemaran tanah yang
lebih murah, cepat dan efisien dengan mendaur ulang atau menggunakan
kembali barang-barang yang masih bisa digunakan.
3. Pencemaran Udara
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat
asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi)
udara dari keadaaan normalnya (Surtikanti, 2008:49). Sumber pencemar
udara antara lain, beserta akibat yang ditimbulkannya:
a. CO2 (karbon dioksida)
Gas CO2 biasanya berasal dari pabrik, mesin yang menggunakan bahan
bakar fosil (batu bara dan minyak bumi), juga dari mobil, kapal,
pesawat terbang dan pembakaran kayu. Adanya gas CO2 akibat dari
kebakaran hutan dapat memberikan kontribusi terhadap efek rumah
kaca.
b. SO dan SO2 (gas belerang oksida)
Gas ini biasanya dihasilkan dari bahan bakar fosil (minyak, batu bara).
Gas ini dapat bereaksi dengan gas nitrogen oksida dan uap air di
atmosfer, yang menyebabkan air hujan menjadi asam atau lebih kita
kenal dengan hujan asam. Hujan asam dapat menyebabkan tumbuhan
dan hewan mati, produksi pertanian merosot, logam mudah berkarat,
5/13/2018 t_ipa_0706383_chapter2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tipa0706383chapter2 24/26
31
gedung dan jembatan cepat rusak. Pengaruh hujan asam terhadap
pertumbuhan tanaman sudah di buktikan oleh hasil penelitian dari
Wertheim dan Craker (Surtikanti, 2008), bahwa air hujan yang
memiliki pH 2-6 ternyata dapat mengurangi proses germinasi serbuk
sari dari tanaman jagung.
c. CFC (gas klorofluorokarbon)
Gas ini berwarna biru tua, mempunyai karakteristik tidak mudah
terbakar, tidak beracun, mudah disimpan dan harganya relatif murah.
CFC biasanya digunakan untuk AC, Pendingin lemari es dan hair
spray. CFC dapat menyebabkan penipisan ozon di atmosfer.
d. CO (karbon monoksida)
Gas ini memiliki karakteristik yang tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak berasa. Gas CO banyak dihasilkan pada proses pembakaran mesin
kendaraan yang tidak sempurna, asap dari cerobong pabrik. Gas CO ini
jika dihirup oleh manusia dapat menyebabkan kematian.
e. Asap rokok atau asap hasil pembakaran
Pencemaran yang disebabkan oleh asap ini mengandung bahan beracun
yang dapat menyebabkan batuk kronis, kanker paru-paru,dsb.
Sumber-sumber pencemar yang berada di udara tersebut dapat kita
minimalisir sedini mungkin, dengan cara penghijauan yang dimulai dari
lingkungan rumah, penanaman pohon-pohon (contoh: Lavender, Lidah
mertua) yang selain menambah keindahan lingkungan juga dapat
menyerap racun atau pengurangan emisi serta penggantian bahan bakar
5/13/2018 t_ipa_0706383_chapter2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tipa0706383chapter2 25/26
32
yang lebih ramah lingkungan dengan penggunaan Compressed Natural
Gas (CNG).
F. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Emiliani (2000) tentang peningkatan
pemahaman dan aplikasi siswa tentang konsep keanekaragaman hayati
melalui lembaran kerja rumah di madrasah Aliyah. Dari penelitiannya
menunjukkan bahwa ternyata hasil belajar siswa terjadi peningkatan dalam
aspek kognitif pada ranah pengetahuan, pemahaman dan aplikasi pada pokok
bahasan keanekaragaman hayati di kelas 1 dengan menggunakan lembar
kerja.
Alinawati (2004) meneliti tentang peningkatan mutu pembelajaran
mata kuliah kurikulum dan pembelajaran melalui media lembaran kerja
mahasiswa. Dari penelitiannya disimpulkan bahwa mahasiswa yang
mengambil MKDK kurikulum dan pembelajaran menjadi lebih termotivasi
belajarnya dan lebih dapat mengembangkan inisiatif dan kreatifitasnya
setelah menggunakan media berupa lembaran kerja mahasiswa (LKM).
Dengan demikian suasana perkuliahan yang menggunakan LKM lebih
terpusat pada mahasiswa, sehingga mereka bukan hanya sekedar
mendengarkan materi yang disampaikan oleh dosen, tetapi dapat
mengembangkan insiatif dan kreatifitas mereka.
Roswita (2005), melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian
tugas secara individual dan kelompok melalui lembar kerja terhadap hasil
5/13/2018 t_ipa_0706383_chapter2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tipa0706383chapter2 26/26
33
belajar siswa pada materi lingkungan dan pencemaran di SMA. Dari hasil
penelitiannya didapatkan bahwa dengan pemberian tugas berupa lembar kerja
baik secara individual maupun kelompok sama-sama dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
Sumarni (2006) meneliti tentang model pembelajaran kooperatif tipe
numbered heads together dalam meningkatkan KPS siswa SMA.
Penelitiannya menunjukkan bahwa dengan penggunaan model pembelajaran
serta penggunaan soal keterampilan proses pada konsep pencemaran
lingkungan dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMA.