Upload
vicky-faldliansah
View
75
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/12/2018 tkff - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tkff 1/17
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Orang Utan ( Pongo pygmaeus) Orangutan hidup di dataran rendah dan
rawa-rawa hutan tropika di wilayah Kalimantan dan Sumatera.
Gambar 1. Orang Utan
Istilah "orang utan" diambil dari bahasa Melayu, yang berarti manusia
(orang) hutan. Orang utan mencakup dua spesies, yaitu orang utan sumatera
( Pongo abelii) dan orang utan kalimantan (borneo) ( Pongo pygmaeus). Yang unik
adalah orang utan memiliki kekerabatan dekat dengan manusia pada tingkat
kingdom animalia, dimana orang utan memiliki tingkat kesamaan DNA sebesar
96.4%.Ciri-Ciri
Mereka memiliki tubuh yang gemuk dan besar, berleher besar, lengan
yang panjang dan kuat, kaki yang pendek dan tertunduk, dan tidak mempunyai
ekor. Orangutan memiliki tinggi sekitar 1.25-1.5 meter. Tubuh orangutan
diselimuti rambut merah kecoklatan.Mereka mempunyai kepala yang besar
dengan posisi mulut yang tinggi.
Berat orangutan jantan sekitar 50-90 kg, sedangkan orangutan betina
beratnya sekitar 30-50 kg. Telapak tangan mereka mempunyai 4 jari-jari panjang
ditambah 1 ibu jari. Telapak kaki mereka juga memiliki susunan jari-jemari yang
sangat mirip dengan manusia. Orangutan masih termasuk dalam spesies kera
besar seperti gorila dan simpanse. Golongan kera besar masuk dalam klasifikasi
5/12/2018 tkff - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tkff 2/17
2
mammalia, memiliki ukuran otak yang besar, mata yang mengarah kedepan, dan
tangan yang dapat melakukan genggaman.
K lasifikasi
Spesies dan Subspesies
1. Ada 2 jenis spesies orangutan, yaitu orangutan Kalimantan/Borneo
( Pongo pygmaeus) dan Orangutan Sumatra ( Pongo abelii).
2. Keturunan Orangutan Sumatra dan Kalimantan berbeda sejak 1 sampai 2, 3 juta
tahun yang lalu.
3. Subspecies
y Pembelajaran genetik telah mengidentifikasi 3 subspesies Orangutan
Borneo : P.p.pygmaeus, P.p.wurmbii, P.p.morio. Masing-masing
subspesies berdiferensiasi sesuai dengan daerah sebaran geografisnya danmeliputi ukuran tubuh.
y Orangutan Kalimantan Tengah ( P.p.wurmbii) mendiami daerah
Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.
Mereka merupakan subspesies
Borneo yang terbesar.
y Orangutan Kalimantan daerah Timur Laut ( P.p.morio) mendiami daerah
Sabah dan daerah Kalimantan Timur. Mereka merupakan subspesies yang
terkecil.
y Saat ini tidak ada subspecies orangutan Kalimantan yang berhasil dikenali.
Lokasi dan habitat
Orangutan ditemukan di wilayah hutan hujan tropis Asia Tenggara, yaitu
di pulau Borneo dan Sumatra di wilayah bagian negara Indonesia dan Malaysia.
Mereka biasa tinggal di pepohonan lebat dan membuat sarangnya dari dedaunan.
Orangutan dapat hidup pada berbagai tipe hutan, mulai dari hutan dipterokarpus
perbukitan dan dataran rendah, daerah aliran sungai, hutan rawa air tawar, rawa
gambut, tanah kering di atas rawa bakau dan nipah, sampai ke hutan pegunungan.
Di Borneo, orangutan dapat ditemukan pada ketinggian 500 m di atas permukaan
laut (dpl), sedangkan kerabatnya di Sumatra dilaporkan dapat mencapai hutan
pegunungan pada 1.000 m dpl.
Orangutan Sumatra merupakan salah satu hewan endemis yang hanya ada
di Sumatra. Orangutan di Sumatra hanya menempati bagian utara pulau itu, mulai
5/12/2018 tkff - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tkff 3/17
3
dari Timang Gajah, Aceh Tengah sampai Sitinjak di Tapanuli Selatan.
Keberadaan hewan mamalia ini dilindungi Undang-Undang 5 tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan digolongkan
sebagai C ritically Endangered oleh IUCN. Di Sumatra, salah satu populasi
orangutan terdapat di daerah aliran sungai (DAS) Batang Toru, Sumatra Utara.
Populasi orangutan liar di Sumatra diperkirakan sejumlah 7.300. Di DAS Batang
Toru 380 ekor dengan kepadatan pupulasi sekitar 0,47 sampai 0,82 ekor per
kilometer persegi. Populasi orangutan Sumatra ( Pongo abelii lesson) kini
diperkirakan 7.500 ekor .Padahal pada era 1990 an, diperkirakan 200.000 ekor.
Populasi mereka terdapat di 13 daerah terpisah secara geografis. Kondisi
ini menyebabkan kelangsungan hidup mereka semakin terancam punah. Saat ini
hampir semua Orangutan Sumatra hanya ditemukan di Provinsi Sumatra Utaradan Provinsi Aceh, dengan Danau Toba sebagai batas paling selatan sebarannya.
Hanya 2 populasi yang relatif kecil berada di sebelah barat daya , yaitu Sarulla
Timur dan hutan-hutan di Batang Toru Barat. Populasi orangutan terbesar di
Sumatra dijumpai di Leuser Barat (2.508 individu) dan Leuser Timur (1.052
individu), serta Rawa Singkil (1.500 individu). Populasi lain yang diperkirakan
potensial untuk bertahan dalam jangka panjang (viable) terdapat di Batang
Toru,Sumatra Utara, dengan ukuran sekitar 400 individu.
Orangutan di Borneo yang dikategorikan sebagai endangered oleh IUCN
terbagi dalam tiga subspesies: Orangutan di Borneo dikelompokkan ke dalam tiga
anak jenis, yaitu Pongo pygmaeus pygmaeus yang berada di bagian utara Sungai
Kapuas sampai ke timur laut Sarawak; Pongo pygmaeus wurmbii yang ditemukan
mulai dari selatan Sungai Kapuas hingga bagian barat Sungai Barito; dan Pongo
pygmaeus morio. Di Borneo, orangutan dapat ditemukan di Sabah, Sarawak, dan
hampir seluruh hutan dataran rendah Kalimantan, kecuali Kalimantan Selatan dan
Brunei Darussalam.
Makanan
Meskipun orangutan termasuk hewan omnivora, sebagian besar dari
mereka hanya memakan tumbuhan. 90% dari makanannya berupa buah-buahan.
Makanannya antara lain adalah kulit pohon, dedaunan, bunga, beberapa jenis
serangga, dan sekitar 300 jenis buah-buahan Selain itu mereka juga memakan
5/12/2018 tkff - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tkff 4/17
4
nektar,madu dan jamur. Mereka juga gemar makan durian, walaupun aromanya
tajam, tetapi mereka menyukainya. Orangutan bahkan tidak perlu meninggalkan
pohon mereka jika ingin minum.
Mereka biasanya meminum air yang telah terkumpul di lubang-lubang di
antara cabang pohon. Biasanya induk orangutan mengajarkan bagaimana cara
mendapatkan makanan, bagaimana cara mendapatkan minuman, dan berbagai
jenis pohon pada musim yang berbeda-beda. Melalui ini, dapat terlihat bahwa
orangutan ternyata memiliki peta lokasi hutan yang kompleks di otak mereka,
sehingga mereka tidak menyia-nyiakan tenaga pada saat mencari makanan. Dan
anaknya juga dapat mengetahui beragam jenis pohon dan tanaman, yang mana
yang bisa dimakan dan bagaimana cara memproses makanan yang terlindungi
oleh cangkang dan duri yang tajam.Predator
Predator terbesar orangutan dewasa ini adalah manusia. Selain manusia, predator
orangutan adalah macan tutul, babi, buaya, ular phyton, dan elang hitam.
Cara melindungi diri
Orangutan termasuk makhluk pemalu. Mereka jarang memperlihatkan dirinya
kepada orang atau makhluk lain yang tak dikenalnya.
Reproduksi
Orangutan betina biasanya melahirkan pada usia 7-10 tahun dengan lama
kandungan berkisar antara 8,5 hingga 9 bulan; hampir sama dengan manusia.
Jumlah bayi yang dilahirkan seorang betina biasanya hanya satu. Bayi orangutan
dapat hidup mandiri pada usia 6-7 tahun. Kebergantungan orangutan pada
induknya merupakan yang terlama dari semua hewan, karena ada banyak hal yang
harus dipelajari untuk bisa bertahan hidup, mereka biasanya dipelihara hingga
berusia 6 tahun.
Orangutan berkembangbiak lebih lama dibandingkan hewan primata
lainnya, orangutan betina hanya melahirkan seekor anak setiap 7-8 tahun sekali.
Umur orangutan di alam liar sekitar 45 tahun, dan sepanjang gidupnya orangutan
betina hanya memiliki 3 keturunan seumur hidupnya. Dimana itu berarti
reproduksi orangutan sangat lambat.
5/12/2018 tkff - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tkff 5/17
5
Cara bergerak
Orangutan dapat bergerak cepat dari pohon ke pohon dengan cara berayun pada
cabang-cabang pohon, atau yang biasa dipanggil brachiating . Mereka juga dapat
berjalan dengan kedua kakinya, namun jarang sekali ditemukan. Orang utan tidak
dapat berenang.
Cara Hidup
Tidak seperti gorila dan simpanse, orangutan tidak hidup dalam
sekawanan yang besar. Mereka merupakan hewan yang semi-soliter. Orangutan
jantan biasanya ditemukan sendirian dan orangutan betina biasanya ditemani oleh
beberapa anaknya. Walaupun oranutan sering memanjat dan membangun tempat
tidur dipohon, mereka pada intinya merupakan hewan terrestrial(menghabiskan
hidup ditanah).Ancaman
Ancaman terbesar yang tengah dialami oleh orangutan adalah habitat yang
semakin sempit karena kawasan hutan hujan yang menjadi tempat tinggalnya
dijadikan sebagai lahan kelapa sawit, pertambangan dan pepohonan ditebang
untuk diambil kayunya. Orangutan telah kehilangan 80% wilayah habitatnya
dalam waktu kurang dari 20 tahun. Tak jarang mereka juga dilukai dan bahkan
dibunuh oleh para petani dan pemilik lahan karena dianggap sebagai hama. Jika
seekor orangutan betina ditemukan dengan anaknya, maka induknya akan dibunuh
dan anaknya kemudian dijual dalam perdagangan hewan ilegal. Pusat rehabilitasi
didirikan untuk merawat oranutan yang sakit, terluka dan yang telah kehilangan
induknya. Mereka dirawat dengan tujuan untuk dikembalikan ke habitat aslinya.
Pembukaan Lahan dan K onversi Perkebunan
Di Sumatra, populasinya hanya berada di daerah Leuser, yang luasnya 2.6
juta hektare yang mencakup Aceh dan Sumatra Utara. Leuser telah dinyatakan
sebagai salah satu dari kawasan keanekaragaman hayati yang terpenting dan
ditunjuk sebagai UNESCO Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatera pada tahun
2004. Ekosistemnya menggabungkan Taman Nasional Gunung Leuser, tetapi
kebanyakan para Orangutan tinggal diluar batas area yang dilindungi, dimana luas
hutan berkurang sebesar 10-15% tiap tahunnya untuk dijadikan sebagai area
penebangan dan sebagai kawasan pertanian.
5/12/2018 tkff - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tkff 6/17
6
Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami berkurangnya
jumlah hutan tropis terbesar didunia. Tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan
berkurangnya laju deforestasi. Sekitar 15 tahun yang lalu, tercatat sekitar 1.7 juta
hektare luas hutan yang terus ditebang setiap tahunnya di Indonesia, dan terus
bertambah pada tahun 2000 sebanyak 2 juta hektare.
Konflik mematikan yang sering terjadi di perkebunan adalah saat dimana
Orangutan yang habitatnya makin berkurang karena pembukaan hutan harus
mencari makanan yang cukup untuk bertahan hidup. Spesies yang dilindungi dan
terancam punah ini seringkali dipandang sebagai ancaman bagi keuntungan
perkebunan karena mereka dianggap sebagai hama dan harus dibunuh.
Orangutan biasanya dibunuh saat mereka memasuki area perkebunan dan
merusak tanaman. Hal ini sering terjadi karena orangutan tidak bisa menemukanmakanan yang mereka butuhkan di hutan tempat mereka tinggal.
Perdagangan Ilegal
Secara teori, orangutan telah dilindungi di Sumatra dengan peraturan
perundang-undangan sejak tahun 1931, yang melarang untuk memiliki,
membunuh atau menangkap orangutan. Tetapi pada prakteknya, para pemburu
masih sering memburu mereka, kebanyakan untuk perdagangan hewan. Pada
hukum internasional, orangutan masuk dalam Appendix I dari daftar
CITES(C onvention on International Trade in Endangered Species) yang melarang
dilakukannya perdagangan karena mengingat status konservasi dari spesies ini
dialam bebas. Namun, tetap saja ada banyak permintaan terhadap bayi orangutan,
baik itu permintaan lokal, nasional dan internasional untuk dijadikan sebagai
hewan peliharaan. Anak orangutan sangat bergantung pada induknya untuk
bertahan hidup dan juga dalam proses perkembangan, untuk mengambil anak dari
orangutan maka induknya harus dibunuh. Diperkirakan, untuk setiap bayi yang
selamat dari penangkapan dan pengangkutan merepresentasikan kematian dari
orangutan betina dewasa.
Menurut data dari website WWF, diperkirakan telah terjadi pengimporan
orangutan bernama ke Taiwan sebanyak 1000 ekor yang terjadi antara tahun 1985
dan 1990. Untuk setiap orangutan yang tiba di Taiwan, maka ada 3 sampai 5
hewan lain yang mati dalam prosesnya. Perdagangan orangutan dilaporkan juga
5/12/2018 tkff - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tkff 7/17
7
terjadi di Kalimantan, dimana baik orangutan itu hidaup atau mati juga masih
tetap terjual.
Status K onservasi Orang Utan
Orangutan Sumatra telah masuk dalam klasifikasi C ritically Endangered
dalam daftar IUCN. Populasinya menurun drastis dimana pada tahun 1994
jumlahnya mencapai lebih dari 12.000, namun pada tahun 2003 menjadi sekitar
7.300 ekor. Data pada tahun 2008 melaporkan bahwa diperkirakan jumlah
Orangutan Sumatra di alam liar hanya tinggal sekitar 6.500 ekor.
Secara historis, orangutan ditemukan di kawasan hutan lintas Sumatra,
tetapi sekarang terbatas hanya didaerah Sumatra Utara dan provinsi Aceh. Habitat
yang sesuai untuk Orangutan saat ini hanya tersisa sekitar kurang dari 900.000
hektare di pulau Sumatra. Saat ini diperkirakan orangutan akan menjadi spesieskera besar pertama yang punah di alam liar. Penyebab utamanya adalah
berkurangnya habitat dan perdagangan hewan.
Orangutan merupakan spesies dasar bagi konservasi. Orangutan
memegang peranan penting bagi regenerasi hutan melalui buah-buahan dan biji-
bijian yang mereka makan. Hilangnya orangutan mencerminkan hilangnya ratusan
spesies tanaman dan hewan pada ekosistem hutan hujan. Hutan primer dunia
yang tersisa merupakan dasar kesejahteraan manusia, dan kunci dari planet yang
sehat adalah keanekaragaman hayati, menyelamatkan orangutan turut menolong
mamalia, burung, reptil, amfibi, serangga, tanaman, dan berbagain macam spesies
lainnya yang hidup di hutan hujan Indonesia.
Tujuan Penulisan
1. Memahami permasalahan konflik antara manusia dengan Orang Utan
2. Mampu memberikan solusi berupa argument-argumen yang kuat dalam
memecahkan masalah konflik antara manusia dan satwa
5/12/2018 tkff - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tkff 8/17
8
K ONFLIK MANUSIA DENGAN ORANG UTAN
Gambar 2. Orang Utan ( Pongo pygmaeus)
K onf lik Manusia vs Orangutan, Demi Perluasan Lahan K elapa Sawit
Berbagai konflik masyarakat desa dengan orangutan dan hilangnya kawasan
hutan secara cepat menjadi ancaman terbesar bagi kelestarian orangutan. Padahal
orangutan merupakan binatang unik yang hanya bisa ditemukan di Indonesia dan
sebagian kecil Sabah, Malaysia.
Hal tersebut terungkap dalam penelitian yang dilakukan 17 Non Government
Organsation (NGO) konservasi di tiga provinsi di Kalimantan yaitu Kalimantan
Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat. Beberapa NGO yang terlibat
antara lain FK3I, Yayasan Palung, Yayasan Riak Bumi, Yayasan Sangkur Huta,
WWF, Perhimpunan Teropong, Suar Institute, Titian dan Akar, dan lainnya.
Peneliti dari Asosiasi Pemerhati dan Ahli Primata Indonesia Sri Suci Atmoko
mengatakan, dari 725 desa yang di teliti, mayoritas masyarakat melaporkan
pernah terjadi konflik antara manusia dan orangutan. "Kalimantan merupakan
propinsi dengan tingkat konflik tertinggi karena 18 persen melaporkan frekuensi
konflik cukup tinggi," katanya saat konferensi pers ringkasan eksekutif Potret
Orangutan Kalimantan di Jakarta, Selasa (1/11).
Menurut dia, konflik orang utan terjadi karena orang utan memasuki kebun
atau ladang yang menjadi hama pengganggu tanaman sehingga orang utan banyak
diburu manusia. Secara statistik laporan terjadinya konflik cenderung terjadi di
desa yang berdekatan dengan kawasan perkebunan kelapa sawit, sawah atau
kawasan hutan tanaman industri (HTI). "Ketika konflik terjadi, kebanyakan
5/12/2018 tkff - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tkff 9/17
9
masyarakat hanya mencoba mengusir dengan menakut-nakuti, dan hanya 5 persen
yang mencoba membunuh," katanya.
Dalam rentang waktu 2000 sampai 2008, sekitar 2,3 juta hektar hutan telah
hilang di Kalimantan, menjadikan tingkat deforestasi yang terbesar kedua setelah
Sumatera. Sementara itu, Direktur Program The Nature Consevation (TNC) Niel
Makinuddin mengatakan hanya 30 persen habitat orang utan terlindungi melalui
status kawasan lindung, sementara 70 persen sisanya dalam kondisi sangat rentan
karena habitatnya ada di luar kawasan konservasi. Ia mengatakan konflik terjadi
ketika orangutan masuk kebun atau ladang dan memakan buah hasil kebun
masyarakat. Selain itu, konflik lainnya terjadi karena pembelaan diri masyarakat
atau karena perlindungan adat. ³Masyarakat menganggap orangutan sebagai hama
karena memakan buah hasil kebun mereka,´ katanya.Bahkan fakta mengejutkan lainnya, 54 persen melaporkan kalau orang utan
dibunuh untuk dimakan dagingnya karena tidak adanya sumber protein daging
lainnya yang mereka temukan di hutan. ³Banyak dari masyarakat yang bilang
kalau daging orangutan itu enak, ada juga yang membunuh orangutan karena
alasan mistik atau tidak menemukan binatang ketika mereka berburu di hutan
sehingga orangutan yang menjadi sasaran,´ katanya.
Ia mencatat, sejak 2007, sekitar 750-1.800 orangutan mati di Kalimantan.
Sementara tahun ini, sebanyak 691 orangutan dilaporkan mati terbunuh.
Kebanyakan masyarakat, kata dia, mengaku telah membunuh 1-2 orangutan per
tahun. ³Semakin banyak mereka membunuh malahan ada yang semakin bangga,´
kata dia.
Menanggapi hal tersebut, Kasubdit Spesies Konservasi dan Keanekaragaman
Hayati Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan Konservasi Alam (PHKA) Agus
SB Sutito mengatakan perlu adanya semacam tim koordinasi di setiap daerah
yang dipimpin oleh bupati dan gubernur untuk menangani konflik satwa besar liar
yang dilindungi seperti gajah, harimau, dan orangutan. ³Harusnya ada penanganan
konflik tiap daerah khususnya yang terdapat banyak satwa dilindungi,´ kata dia.
******************************
5/12/2018 tkff - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tkff 10/17
10
PEMBAHASAN
Salah satu dampak konflik antara manusia dan orangutan adalah
meningkatnya perburuan orangutan untuk diperdagangkan. Konversi hutan untuk
berbagai kepentingan (misalnya perkebunan) dan pembangunan infrakstruktur
menyebabkan akses perburuan orangutan semakin mudah. Pembukaan lahan dan
perburuan akan menyebabkan orangutan keluar dari habitatnya dan bergerak ke
daerah-daerah pinggiran sungai atau perkebunan, kondisi ini terjadi karena
orangutan ketakutan dan kehilangan sumber pakan. Bahkan pada beberapa kasus
orangutan memasuki daerah pemukiman masyarakat atau perkebunan, dan terjadi
konflik antar keduanya yang mengakibatkan orangutan menjadi korban.
Adakah cara untuk menangani konf lik orangutan vs manusia?
Belum terdapat solusi terbaik yang dilakukan untuk mengatasi konflik
antar manusi dan orangutan. Pada perkebunan, langkah pertama dapat ditempuh
adalah melaukuan perencanaan penggunaan lahan secara terpadu, pembangunan
kawasan lindung, pembuatan koridor, pembuatan batas rintangan, penjagaan
tanaman, dan langkah terakhir namun tidak direkomendasikan adalah translokasi.
Hal ini sangat penting dilakukan untuk mencegah munculnya potensi
konflik antara manusia dengan orangutan yang telah menjadi perhatian
internasional. Dengan demikian segala rencana pembangunan, termasuk
perkebunan (misalnya kebun sawit) sebaiknya tidak dilakukan di dalam kawasan
habitat potensial orangutan atau harus mengikuti aturan yang ditetapkan dalam
RSPO, prioritas CTDPs, dan HCVF dalam pendekatan BMP. Selain itu, izin
pembangunan perkebunan baru baik perkebunan skala besar atau kecil sebaiknya
hanya di lahan terlantar atau di lahan tidur, bukan di hutan alam yang
mengandung keanekaragaman hayati.
Terkait upaya itu Indonesia sudah mengembangkan Indonesia Sustainable
Palm Oil (ISPO). Ada pula Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang
memiliki tujuan sama. Bisa kita lihat bahwa orangutan itu hidupnya tergantung
pada dua hal, habitat dan pakan. Ketika habitat itu dirubah menjadi kebun yang
monokultur dan dirubah menjadi tambang batu bara, maka orangutan akan lari ke
5/12/2018 tkff - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tkff 11/17
11
tempat lain, lari itu dua kemungkinan. Ke dalam hutan, kalau didalamnya sudah
ada orangutan maka akan ada konflik dengan orangutan lain. Tapi kalau lari ke
kampung, kebun masyarakat, ladang maka ini akan menjadi konflik dengan
masyarakat. Jadi situasinya seperti itu, artinya habitat orangutan yang terancam
membuat orangutan itu harus ada konflik dengan masyarakat.
Gambar 2. Bangkai dan Tengkorak Orang Utan Yang Ditemukan
Dugaan pembantaian terhadap orang utan itu terjadi lantaran primata
cerdas tersebut dianggap sebagai hama, atau pengganggu areal perkebunan kelapa
sawit, sehingga menjadi alasan pembenaran terjadinya pembunuhan terhadap
puluhan orang utan, meski banyak yang menduga masih banyak orang utan lain
yang juga dibunuh tapi tidak terungkap. telah terjadi perbedaan perspektif antara
konservasionis orang utan dengan perusahaan kelapa sawit. Sebagian besar dari
pengusaha perkebunan sawit masih menempatkan orang utan sebagai hama,
sehingga tindakan yang dilakukan sama persis dengan memberantas hama.
Penyetaraan orang utan sebagai hama didasarkan pada asumsi, dalam satu hari
satu individu orang utan dapat menghabiskan 30 hingga 50 tanaman sawit yang
berusia di bawah satu tahun. Jika diasumsikan, harga tanaman sawit yang berusia
di bawah satu tahun Rp20 ribu per tanaman, maka setidaknya setiap individu
orang utan dapat menyebabkan kerugian Rp600 ribu hingga Rp1 juta.
Dalam konteks ini, sangat jelas terlihat konflik orangutan di areal
perkebunan sawit dibanding dengan fungsi kawasan lainnya, perubahan pola
konsumsi itu akibat adanya konversi habitat orang utan menjadi kebun sawit. Hal
ini terjadi lantaran konversi kawasan tersebut dilakukan tanpa perencanaan
konservasi orang utan yang matang, maka dalam perkembangannya menjadikan
5/12/2018 tkff - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tkff 12/17
12
kelapa sawit sebagai salah satu sumber pakan bagi primata tersebut. Kondisi ini
yang akhirnya menimbulkan konflik antara orang utan dengan pihak perusahaan
perkebunan kelapa sawit, hingga adanya tindakan pemberantasan `hama` (orang
utan) ini dianggap sebagai cara mudah menyelamatkan perkebunan sawit mereka.
Populasi orang utan terus mengalami penurunan, saat ini tersisa 2.500
hingga 3. 000 ekor yang hidup di `lanscape` Kutai atau kawasan Huatan Tanaman
Industri (HTI) kebun sawit, tambang dan Taman Nasional Kutai (TNK) di
Kabupaten Kutai Kartanegara, Kutai Timur dan Kota Bontang. Selain faktor
perburuan dan pembantaian, ancaman paling serius yang dihadapi populasi orang
utan adalah, adanya fragmentasi atau degradasi habitat orang utan yang terjadi
secara umum di Pulau Kalimantan. Pongo Pygmaeus Morio terfragmentasi ke
dalam 32 kelompok habitat orang utan yang hidup di kawasan yangterfragmentasi, mempunyai ancaman kelestarian populasi lebih tinggi dibanding
orangutan yang hidup pada kawasan yang utuh dan luas. Di sisi lain, saat ini
hanya 20 persen orang utan yang hidup di kawasan hutan primer sedangkan 80
persen di kawasan hutan sekunder. Bila dilihat keberadaan orang utan berdasarkan
fungsi kawasannya, hanya 25 persen saja yang hidup di kawasan konservasi,
sementara lebih 75 persen hidup di luar kawasan konservasi yang keberadaannya
sangat terancam, yakni akibat dariproses konvensi lahan menjadi Hutan Tanaman
Industri, perkebunan kelapa sawit maupun pertambangan.
Banyak cara untuk mengatasi persoalan orang utan yang menyerang lahan
kelapa sawit selain harus membunuhnya. Jika kawasan tersebut belum dibuka
menjadi kebun, maka sebaiknya ada survei HCVF (High Conservation Value
Forest) untuk melihat apakah kawasan itu punya nilai sosial dan lingkungan.
Survei ini mencakup potensi keanekaragaman hayati wilayah serta potensi sosial,
misalnya kuburan adat, pohon yang dikeramatkan, hewan yang dikeramatkan dan
sebagainya. Cara ini akan mampu meminimalisasi risiko penyerangan orangutan.
Jika lahan sudah terlanjur dibuka dan orang utan sudah menyerang sekalipun,
masih ada cara-cara bijak untuk mengusir atau merelokasinya, yakni bisa
dilakukan dengan cara tembak bius, kemudiaan satwa tersebut dipindahkan ke
habitatnya, atau ditaruh ke tempat rehabilitasi. cara perkebunan menangani satwa
5/12/2018 tkff - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tkff 13/17
13
langka dan masalah sosial adalah wujud misi mengembangkan perkebunan kelapa
sawit secara berkelanjutan.
K ebi jakan dan Aturan YangTerkait Dengan Orangutan
Salah satu undang-undang yang sangat penting adalah Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya, termasuk turunannya yaitu Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun
1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa Liar dan Peraturan Pemerintah
No. 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar.
Daf tar Perundangan dan Peraturan
1. UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya2. UU No. 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan
3. UU No. 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Convention on
Biological Diversity (Konvensi PBB mengenai Keanekaragaman Hayati)
4. UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
5. UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
6. PP No. 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan
7. PP No. 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Perlindungan Alam
8. PP No. 13 Tahun 1994 tentang Perburuan Satwa Buru
9. PP No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa)
10. PP No. 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa
Liar
11. PP No. 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan
12. Keppres No. 43 Tahun 1978 tentang Pengesahan Convention on
International Trade in Endagered Species of Wild Flora & Fauna)
13. Keppres No. 4 Tahun 1993 tentang Satwa dan Bunga Nasional
14. Kepmenhut No. 460/Kpts-II/1990 Tentang Perubahan Keputusan Menteri
Kehutanan No. 62/Kpts-II/1998 Tentang Tata Usaha Peredaran Tumbuhan
Dan Satwa Liar
5/12/2018 tkff - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tkff 14/17
14
15. Kepmenhut No. 882/Kpts-II/92 Tentang Penetapan Tambahan Beberapa
Jenis Satwa Yang Dilindungi
16. Undang-Undang Disamping Jenis-Jenis Satwa Yang Telah Dilindungi
17. Kepmenthut No. 36/Kpts-II/1996 tentang Penunjukan Direktur Jenderal
Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Selaku Pemegang Kewenangan
Pelaksanaan ( Managment Authoriy) CITES)
18. Kepmenhut No. 617/Kpts-II/1996 tentang Pemasukan Satwa Liar Dari
Wilayah Lain Dalam Negara Republik Imdonesia Ke Taman Buru dan
Kebun Buru
19. Kepmenhut No. 479/Kpts-II/1998 Tentang Lembaga Konservasi
Tumbuhan Dan Satwa Liar
20. Kepmenhut No. 241/Kpts-II/1999 Tentang Pemberian Izin Kepada TamanRekreasi Margasatwa Serulingmas Selamanik Banjarnegara, Kabupaten
Daerah Tingkat II Banjarnegara Sebagai Lembaga Konservasi Ex-situ
Satwa Liar Dalam Bentuk Kebun Binatang
21. Kepmenhut No. 242/Kpts-II/1999 Tentang Pemberian Izin Kepada Taman
Safari Indonesia Sebagai Lembaga Konservasi Ex-situ Satwa Liar Dalam
Bentuk Kebun Binatang
22. Kepmenhut No. 250/Kpts-II/1999 Tentang Pemberian Izin Kepada
Yayasan Bina Wisata Kasang Kulim Pekanbaru Riau Sebagai Lembaga
Konservasi Ex-situ Satwa Liar Dalam Bentuk Kebun Binatang
5/12/2018 tkff - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tkff 15/17
15
PENUTUP
Salah satu langkah yang dapat diambil untuk mengurangi konflik adalah
dengan merelokasi orangutan ke lokasi baru yang diperkirakan lebih aman dan
mempunyai daya dukung yang cukup untuk menjamin keberlangsungan populasi
orangutan di tempat itu. Relokasi memerlukan biaya tidak sedikit, yang meliputi
tindakan penyelamatan di lokasi konflik (rescue), proses rehabilitasi, pencarian
lokasi baru, dan pemindahan orangutan ke tempat baru (reintroduksi). Untuk itu,
diperlukan kerjasama dari semua pihak yang terlibat untuk mengatasi persoalan
konflik. Hal terpenting yang perlu dipahami dan disadari adalah, bahwa konflik
dapat dihindari dandicegah dengan pengelolaan kawasan yang memperhatikan
unsur ekologi dan tingkah laku orangutan.
Melalui pengelolaan yang tepat, seperti sistem zonasi yang dibatasi
penghalang alami, pembuatan koridor, dan pengayaan habitat, para pihak dapat
menjadikan relokasi sebagai pilihan terakhir dalam upaya mereka meredakan
konflik dengan orangutan. Untuk mengetahui lebih lanjut tindakan yang perlu
diambil oleh para pengelola kawasan (pemerintah daerah, HPH, HTI, perkebunan
dan pertambangan) di lokasi konflik, Peraturan Menteri Kehutanan tentang
Pedoman Penanggulangan Konflik dapat dijadikan acuan.
Selain itu diperlukan strategi dan rencana aksi yang dilaksanakan secara
terpadu dan selalu di monitoring, adapun strategi dan rencana aksi konservasi
tersebut adalah:
A. Strategi dan Program Pengelolaan K onservasi Orangutan
Pengelolaan konservasi orangutan dibagi ke dalam 3 strategi utama, yaitu :
1. Strategi meningkatkan pelaksanaan konservasi insitu sebagai kegiatan
utama penyelamatan orangutan dihabitat aslinya
2. Strategi mengembangkan konservasi eksitu sebagai bagian dari dukungan
untuk konservasi insituorangutan
3. Strategi meningkatkan penelitian untuk mendukung konservasi orangutan
B. Strategi dan Program Aturan dan K ebi jakan
Pada bidang aturan dan kebijakan, ada 2 (dua) strategi utama, yaitu :
5/12/2018 tkff - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tkff 16/17
16
1. Strategi mengembangkan dan mendorong terciptanya kawasan
konservasi daerah berdasarkan
karakteristik ekosistem, potensi, tata ruang wilayah, status hukum dan
kearifanmasyarakat
2. Strategi Meningkatkan implementasi dan menyempurnakan berbagai
peraturanperundangan untuk mendukung keberhasilan konservasi
orangutan
C. Strategi dan Program K emitraan dan K erjasama dalam Mendukung
K onservasi Orangutan Indonesia
Dalam kemitraan dan kerjasama untuk mendukung konservasi orangutan
Indonesia, ada 3 strategi utama, yaitu :
1. Strategi meningkatkan dan memperluas kemitraan antara pemerintah,swasta, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat untuk berperan
aktif dalam kegiatan orangutan Indonesia
2. Strategi mengembangkan kemitraan lewat pemberdayaan masyarakat
3. Strategi menciptakan dan memperkuat komitmen, kapasitas dan
kapabilitas pihak pelaksana konservasi orangutan di Indonesia
D. Strategi dan Program K omunikasi dan Penyadartahuan Masyarakat
untuk K onservasi Orangutan
E. Pendanaan untuk Mendukung K onservasi Orangutan
Strategi meningkatkan dan mempertegas peran pemerintah, pemda, lsm
serta mencari dukungan lembaga dalam dan luar negeri untuk penyediaan dana
bagi konservasi orangutan Indonesia
5/12/2018 tkff - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tkff 17/17
17
REFERENSI
Departemen Kehutanan. 2007. Strategi Dan Rencana Aksi Konservasi
Orang Utan Indonesia 2007- 2017
Groves, Colin (16 September 2005). Wilson, D. E., dan Reeder, D. M. (eds). ed.
Mammal Species of the World (edisi ke-edisi ketiga). Johns Hopkins
University Press. hlm. 183-184. ISBN 0-801-88221-4.
IUCN. 2007. http://www.iucn.org/search.cfm?uSearchTerm=pongo+pygmaeus
Nellemann, C., Miles, L., Kaltenborn, B. P., Virtue, M., and Ahlenius, H. (Eds).
2007. The last stand of the orangutan ± State of emergency: Illegal
logging, fire and palm oil in Indonesia¶s national parks. United Nations
Environment Programme, GRID-Arendal,Norway, www.grida.no. ISBN
978-82-7701-043-5