Upload
arya-link-windana
View
208
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
the production of pig
Citation preview
MAKALAH
PERKANDANGAN DAN MANAJEMEN LIMBAH
TERNAK BABI
DISUSUN OLEH :
MASMUR FX MELIALA
200110070051
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2008
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkatnya
makalah ini bisa diselesaikan. Makalah ini merupakan bagian dari mata kuliah
Produksi Ternak Babi dengan judul “Perkandangan dan manajemen limbah ternak
babi”. Dengan ini seorang peternak akan mengetahui bagaimana tatalaksana
perkandangan ternak Babi yang baik dan mengetahui cara mengolah limbah dari
ternak babi tersebut sehingga produksi babi bisa sesuai dengan yang diinginkan
oleh peternak sendiri dan juga bisa mendapatkan keuntungan yang lebih.
Makalah ini masih perlu penyempurnaan, oleh karena itu saya sebagai penulis
menerima kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini ada manfaatnya.
Jatinangor, agustus 2010
penulis
I.Pendahuluan
Ternak babi tergolong hewan berdarah panas atau homeoterm, yaitu
mekanisme fisiologisnya selalu berusaha mempertahankan kemantapan keadaan
internal tubuh dengan kondisi lingkungan eksternal yang cocok baginya.
Kandang harus memenuhi tuntutan biologis ternak babi. Ternak Babi juga
merupakan ternak yang membutuhkan tempat untuk berlindung. Tempat atau
kandang untuk peternakan Babi harus dibuat senyaman mungkin. Apabila
manusia juga sudah merasa nyaman dikandang peternakan Babi yang telah dibuat
maka bisa dipastikan bahwa ternak babi juga pasti akan merasa nyaman didalam
kandang tersebut. Tujuan dari mengapa kandang harus dibuat senyaman mungkin
adalah agar produksinya bisa sesuai dengan yang diharapkan oleh peternak.
Hal yang perlu dipertimbangkan adalah dampak terhadap lingkungan; sudah
tentu ada beberapa instansi yang terkait dengan usaha beternak babi, antara lain
Dinas Peternakan/Departemen dalam negeri (Kepala Desa, Camat, Bupati,
Gubernur, mungkin Pusat), Agraria/Badan Urusan Pertahanan, Departemen
Pekerjaan Umum, Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Perdagangan,
Perhubungan, dan mungkin instansi lain. Letak kandang babi harus jauh dari
jangkauan penduduk tujuannya untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan
seperti penyakit Flu babi dan juga agar bau dari limbah peternakan babi tersebut
tidak tercemar dilingkungan penduduk.
Dalam merencanakan kandang babi hal yang sangat perlu dipertimbangan
oleh peternak antara lain:
1) sarana jalan,
2) ketinggian lokasi (altitut),
3) ketersediaan air,
4) kemungkinan pengadaan listrik,
5) sarana komunikasi,
6) kemungkinan memperoleh bahan ransum,
7) kelandaian lahan,
8) keaadaan lingkungan sekitar,
9) kondisi tanah,
10) pengaruh terhadap kesehatan ternak dan lain sebagainya.
Khusus untuk tujuan bibit ternak, pertimbangan keadaan lingkungan
sekitar peternakan harus diperhatikan, antara lain harus aman dari lalulintas ternak
atau hewan liar, maupun manusia, agar penyakit-penyakit dari hewan liar tersebut
tidak menular ke bibit ternak.
II. Kajian Pustaka
Lahan kandang harus dipilih yang bertopografi yang memungkinkan
digunakan untuk peternakan babi. Sedapat mungkin dari areal perkandangan dapat
disalurkan limbah ternak ketempat penampungan limbah oleh grafitasi saja. Air
permukaan harus diarahkan menjauh dari tempat perkandangan dan penampungan
limbah. Rambesan dari kandang dan dari penampungan limbah sedapat mungkin
tinggal dilahan peternak itu sendiri dan jangan mencemari lahan milik oranglain.
Tata letak bangunan biasanya disesuaikan dengan keadaan atau topografi
lahan, namun harus memenuhi persyaratan teknis kandang ternak babi. Bagi
peternak babi dangan usaha sekeluarga, atau beternak babi di pekarangan rumah
yang memelihara sampai 10 ekor induk, dapat mendirikan hanya satu bangunan
kandang dengan luas lantai misalnya 50 m² dengan manajemen pemeliharaan
yang efisien. Dalam bangunan kandang tersebut sudah dapat petak kandang
jantan, induk tak bunting dam babi bunting, kandang melahirkan sekaligus untuk
induk berlaktasi serta kandang membesarkan anak atau kandang menggemukan.
Dalam merancang suatu kompleks peternakan babi, sasaran atau tujuan
dapat dinyatakan pada salah satu atau beberapa dari pada hal sebagai berikut :
1. Untuk mengandangkan ternak babi baik menggunakan ventilasi dengan
tenaga maupun ventilasi secara alami.
2. Memberikan fasilitas untuk babi yang dipelihara dan
3. Untukmenghasilkan daging
Rancangan perkandangan dapat berubah dari waktu lalu ke sekarang
berdasarkan pengalaman sebelumnya baik kegagalan maupun keberhasilan.
Dalam merancang suatu perkandangan selalu dipertimbangkan agar biaya sekecil
mungkin, dengan penampilan dan kualitas yang dapat diterima. Tetapi pada
kandang ternak sebenarnya tekananutama (paling besar) ditujukan pada
penampilan dimana hal itu mempengaruhi terhadap biaya dari sistem produksi.
Dalam merancang bangunan utnuk ternak terdapat enam data dasar yang
diperlukan, dimana satu dengan yang lain tidak terpisah tetapi harus
dipertimbangkan segala interaksi dan pengaruhnya ;
Tersedianya informasi yang cukup tentang lingkungan ternak sehingga
memung-kinkan kita untuk menduga modifikasi iklim yang diperlukan untuk
mencapai penampilan optimum secara ekonomis. Modifikasi lingkungan
memungkinkan merubah makanan menjadi daging secara effisien (merupakan
alasan yang prinsipal untuk kandang ternak babi). Untuk mencapai dan
mempertahankan produksi yang optimum diperlukan faktor antara lain untuk
mempertahankan kondisi iklim optimum/ lingkungan optimum sejalan dengan
kebutuhan ternak.
Effisiensi produksi ternak babi tergantung kepada keberadaan dimana zat
makanan dalam ransum yang digunakan untuk kebutuhan pokok dan untuk
produksi jaringan ternak, dengan sistem perkandangan yang intensif sehingga
ternak tidak bebas untuk memiliki kondisi tempat tinggal dimana adalah terbatas,
oleh karena itu adalah penting untuk mengetahui atau mengerti pengaruh
lingkungan terhadap kesehatan ternak, kesejahtraan dan produktivitas.
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa daerah temperatur netral (DTN/ Thermo
Netral Zone) dikenal sebagai :
- kisaran temperatur udara dimana laju metabolisme ternak babi adalah dalam
suatu keadaan minimum, tetap dan bebas dari temperatur udara.
- Kisaran suhu udara dimana metabolisme secara normal diperoleh atau secara
mencukupi
- Produksinya panas danhilangnya panas dari tubuh adalah kira-kira sama atau
seimbang.
Keseimbangan energi dari seekor ternak beberapa sangat dipengaruhi oleh
temperatur dan sering digunakan sebagi kriteria tunggal, dalam merinci atau
speci-fikasi lingkungan.
Zoometrik adalah ukuran dari ternak dan hubungannya dengan lingkungan
kandang, ini sangat penting karena ukuran ternak babi pada umur yang berbeda
perlu dijamin agar bangunan dan peralatan berfungsi untuk ukuran kandang ternak
babi. Zoometrik perlujuga diketahui untuk pemanfaatan peralatan dapat
difungsikan dihubungkan dengan ukuran kandang.
Ukuran ternak babi harus digunakan untuk rancangan peralatan dengan baik
seperti
- tempat makanan ransum
- tinggi alat minum (kalau menggunakan water nipple)
- ukuran dan jarak slat dll
Data zoometrik (seperti berat, panjang, umur dan ukuran langkah ternak babi)
digunakan untuk rancangan perkandangan.
III.Permasalahan
Sering sekali kita melihat perkandangan babi khususnya perkandangan babi
rakyat sangat tidak sesuai untuk kebutuhan produksi babi. Banyak peternakan
babi rakyat tidak memperhatikan situasi kandangnya. Letak kandang yang
dibangun juga sangat dekat dengan pemukiman penduduk. Begitunya juga dengan
peralatannya,peralatan yang digunakan juga hanya seadanya. Sehingga banyak
masyarakat yang mengeluh karena limbah ternak babi tersebut tercemar
dipemukiman penduduk dan juga banyak peternak-peternak rakyat yang
mengeluh karena produksi babinya menurun sehingga mengalami kerugian.
Hal-hal yang sangat perlu diperhatikan dalam perkandangan Ternak babi
adalah :
1. Alat-alat atau perlengkapan kandang,
a. Tempat makan dan minum
b. Bak air
c. Bak penampungan kotoran
d. Pintu kandang
2. Kandang induk menyusui
a. Kandang individual
b. Kandang kelompok
3. Luas kandang
4. Tata Letak dan Bentuk Bangunan Kandang
5. Pemilihan Lokasi
6. suhu
IV. Permecahan Masalah
IV.1. Alat-alat atau perlengkapan kandang
Agar produksi peternakan yang kita lakukan sesuai dengan yang
diharapkan maka alat-alat atau perlengkapan kandang juga harus dipenuhi.
Perlengkapan kandang juga merupakan salah satu factor untuk meningkatkan
produksi.
Kandang yang sempurna memerlukan perlengkapan-perlengkapan yaitu :
a. Tempat makan dan minum
b. Bak air
c. Bak penampungan kotoran
d. Pintu kandang
IV.1.1. Tempat makan dan minum
Ada dua macam tempat makan yaitu yang berbentuk bak dari pasangan
semen dan yang kedua ialah tempat makan berupa kotak yang bahannya dari
papan ataupun seng. Tempat makan yang berbentuk kotak ini bisa dibuat
memanjang ataupun bulat. Masing-masing bisa dipakai secara individual atau
kelompok. Demikian juga mengenai tempat minum, ada yang berupa bak, tabung
dan nozzle.
Baik tempat makan ataupun tempat minum ini merupakan perlengkapan
kadang yang mutlak diperlukan oleh babi. Oleh karena itu perlengkapan kandang
ini harus dengan baik dan memenuhi persyaratan.
Persyaratan pembuatan tempat makan/air minum yang perlu diperhatikan
antara lain:
• Ukuran tempat makan dan minum hendaknya disesuaikan dengan umur/besar
kecilnya babi.
• Mudah dibersihkan.
• Konstruksi tempat makan dan minum harus dijaga, agar babi tidak bisa dengan
mudah masuk menginjak-injak ataupun berbaring di dalamnya.
• Tempat makan dan minum letaknya lebih tinggi daripada lantai.
• Permukaan bagian dalam mesti keras, rata dan halus agar sisa makanan tidak
bisa tertinggal di sela-selanya, dan mudah dibersihkan.
• Tepi-tepi atau bibir tempat makan dan minum harus dibuat agak bulat seperti
punggung belut, sehingga tidak tajam.
IV.1.2. Bak air
Setiap kandang hendaknya juga dilengkapi dengan bak air yang terletak di
dekat kandang. Bak ini dimaksudkan untuk menampung persediaan air, sehingga
sewaktu-waktu air itu hendak diperlukan untuk membersihkan lantai, alat-alat
lain, serta memberikan minum selalu siap, tanpa ada sesuatu kesulitan. Ukuran
serta jumlah bak ini bisa disesuaikan dengan jumlah babi yang dipiara.
IV.1.3. Bak penampungan kotoran
Setiap kandang atau ruangan hendaknya dilengkapi dengan saluran atau
parit yang menghubungkan kandang dengan bak penampungan kotoran, sehingga
dengan letak lantai yang sedikit miring, air kencing dan kotoran dengan mudah
bisa dialirkan langsung kotoran ini ialah bahwa semua kotoran akan tertampung di
dalamnya dan tidak mengganggu sekelilingnya serta bisa dimanfaatkan untuk
usaha-usaha pertanian. Ukuran bak ini tergantung dari persediaan bak yang ada
serta jumlah babi atau luas kandang.
IV.1.4. Pintu kandang
Khusus kandang induk sebaiknya perlu dilengkapi sekaligus dengan pintu
penghalang, sehingga kematian anak babi akibat tertindih induk bisa dihindarkan.
Tetapi apabila tidak ada perlengkapan semacam ini, anak babi bisa ditaruh di
dalam kotak tersendiri. Hanya pada saat menyusu saja anak-anak babi tersebut
dicampur dengan induknya. Anak-anak babi tersebut harus selalu diawasi.
IV.2. Kandang induk menyusui
Kandang induk yang efisien ialah jika kandang tersebut nyaman bagi
induk dan sekaligus nyaman bagi anak-anak yang dilahirkan, sehingga anak-
anaknya bisa mendapatkan kesempatan hidup pada kandang tersebut. Pada
pokoknya kandang babi induk bisa dibedakan antara kandang individual dan
kelompok.
IV.2.1. Kandang Individual
Pada kandang induk individual ini satu ruangan hanyalah disediakan untuk
seekor babi. Konstruksi kandang ialah kandang tunggal, di mana kandang hanya
terdiri dari satu baris kandang. Dan kandang tersebut atap bagian depanyanya
dibuat lebih tinggi daripada bagian belakang, tetapi pada saat hujan, atap bagian
depan diusahakan bisa ditutup. Untuk ukuran kandang tersebut adalah sebagai
berikut :
• Tinggi bagian depan 2,5 m, bagian belakang 2 m.
• Panjang 2,5 m, ditambah halaman pengumbaran yang terletak di belakang
sepanjang 4 m.
• Tinggi tembok 1 m
• Lebar 3 m.
• Pada ren (halaman pengumbarannya) yang berukuran panjang 4 m itu lantainya
bisa dibuat dari pasangan seme, tanah atau batu, di mana induk bisa makan di
situ pula. Sedangkan untuk diding depan bisa dibuat dari tembok, bamboo,
papan atau bahan lain seperti anyaman kawat. Tetapi apabila dinding itu
bahannya dari kawat, harus diusahakan dengan anyaman yang kecil, dan kuat
supaya anak-anaknya tidak bisa keluar.
• Kandang ini perlu dilengkapi dengan guard-rail (pintu penghalang) yang terletak
di dalam, guna mencegah babi kecil mati tertindih.
• Kandang tersebut juga dilengkapi dengan tempat makan khusus untuk anak-anak
babi. Tempat makan ini diberi pagar pemisah agar induk tidak bisa mengganggu
makanan yang diberikan kepada anak-anaknya.
• Dilengkapi dengan lampu pemanas.
• Kandang diberikan tilam dari jerami kering yang bersing.
IV.2.2. Kandang kelompok
Pada pokoknya kandang induk kelompok ini sama seperti pada kandang
individual. Biasanya konstruksi kandang ini ialah kandang ganda, sehingga bisa
dilengkapi dengan gang/jalan yang dapat dipakai untuk memberikan makanan dan
air minum, sedang alat perlengkapan lainnya sama seperti pada kandang tunggal.
IV.3. Luas kandang
Luas bangunan kandang babi tergantung dari banyak babi yang
dipelihara dan tipe usaha yang dijalankan. Tipe usaha yang hanya menggemukan
babi, kandangnya sederhana dan dapat semacam saja.
Dalam merencanakan kandang babi sudah tentu dipertimbangkan antara lain :
1) sarana jalan
2) ketinggian lokasi (altitute)
3) Ketersediaan air
4) Kemungkinan pengadaan listrik
5) sarana komunikasi
6) Kemungkinan memperoleh bahan ransum
7) Kelandaian lahan
8) Keadaan lingkungan sekitar
9) Kondisi tanah
10) Pengaruh terhadap kesehatan ternak dan lain sebagainya.
Khusus untuk tujuan penghasil bibit ternak, pertimbangan keadaan
lingkungan sekitar peternakan harus diperhatikan, antara lain harus aman dari
lalulintas ternak atau hewan liar, maupun manusia.
Bangunan kandang babi untuk daerah tropis seperti Indonesia lebih
sederhana dibandingkan dengan untuk daerah subtropics atau daerah beriklim
dingin. Suhu di Indonesia 27,2° C, namun suhu di berbagai daerah berbeda,
tergantung dari letak geografis, ketinggian tempat, kelandaian, sinar, angin, hujan,
dan kelembaban.
Suhu atau temperature lingkungan mikro harus dimodifikasi agar sesuai
dengan tuntutan hidup ternak babi yang dipelihara dalam kandang. Harus
diusahakan agar mikroklimat dalam kandang serasi bagi kehidupan atau
kebutuhan fisiologis babi. Bila suhu terlalu tinggi, babi akan kehilangan panas
evaporatif (berkeringat atau terengah-engah), konsumsi makanan biasanya
menurun, konsumsi air minum meningkat, berusaha mencari kesejukan, dan
tingkah laku mungkin berubah, dan faktor- faktor tersebut mengakibatkan
gangguan produksi. Suhu lingkungan yang berbeda mengakibatkan pertumbuhan
babi berbeda. Temperatur yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan
mengganggu kehidupan babi, sebab babi akan bertumbuh baik di lingkungan zone
termonetralnya, yakni berkisar antara 20-26° C.
Syarat faktor- faktor fisik bangunan kandang untuk daerah tropis :
1) Bahan bangunan yang tahan lama, relatif murah dan berdaya pantul tinggi
terhadap sinar
2) Berkemampuan rendah menyimpan beban panas yang berasal dari tubuh
ternak
3) Landaian (slope) atap cukup, biasanya 30-45° sehingga ternak terlindung baik
terhadap panas sinar, hujan dan angin
4) Langit-langit bangunan cukup tinggi sesuai kebutuhan
5) Terjamin sirkulasi udara yang baik, sehingga udara tak sehat keluar dan udara
segar masuk
6) Luas ruangan bagi ternak cukup memadai
7) Arah memanjang (poros) bangunan kandang adalah Timur-Barat, berbeda dari
arah bangunan di daerah beriklim subtropics ataupun beriklim dingin.
IV.4. Tata Letak dan Bentuk Bangunan Kandang
Tata letak bangunan biasanya disesuaikan dengan keadaan atau topografi
lahan, namun harus memenuhi persyaratan teknis kandang ternak babi.
Kandang betina sebelum dan selama bunting
Bagi betina kering susu, yang belum bunting, dan selama bunting
dikandangkan terpisah dari golongan babi lain hingga 3-10 hari sebelum
melahirkan anak. Di dalam bagian atau unit kandang ini juga dibuat petak
kandang tempat mengawinkan babi bentuk octagonal diperlukan agar pejantan
tidak mengalami kesulitan menaiki betina, sebab sering bagian belakang betina
terletak di pojok kandang kawin yang biasa. Pejantan perlu ditempatkan
berdekatan dengan betina yang akan kawin, agar merangsang betina lebih cepat
berahi dan juga untuk mengurangi betina yang mengalami “berahi tersembunyi”
(silent heat). Bila memungkinkan antara setiap 20 petak kandang diantarai jalan
setapak dalam kandang.
IV.5. Pemilihan Lokasi
Perencanaan lokasi usaha peternakan babi terutama usaha yang besar, perlu
disiapkan untuk jangka panjang, misalnya harus dipersiapkan untuk jangka waktu
25-50 tahun masa yang akan datang, karena modal yang diinvestasikan relatif
tinggi. Penting pula diperhatikan dari faktor fisik, ekonomis dan sosial, terutama
di Indonesia, dan juga agar sesuai dengan makna yang terkandung dalam
peraturan yang berlaku. Undang-undang RI No. 4 tahun terutama Pasal 16: setiap
rencana yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan
wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) yang
pelaksanaannya diatur dengan peraturan pemerintah.
Sejak awal, suatu usaha peternakan babi, harus telah membuat perkiraan
dampak terhadap lingkungan hidup, baik fisik, ekonomis dan sosial budaya.
Berdasarkan analisis tersebut dapat diperkirakan secara terperinci dampak negatif
dan positif yang akan timbul dari usaha atau kegiatan beternak babi, sehingga
sejak dini sudah dipersiapkan langkah untuk menanggulangi dampak negatif dan
mengembangkan dampak positifnya.
Dampak yang perlu ditentukan antara lain:
1. Banyak manusia yang akan terkait di sekitarnya.
2. Luas wilayah penyebaran dampak.
3. Lama dampak berlangsung.
4. Intensitas dampak.
5. Banyak komponen lingkungan lainnya yang akan terkena.
6. Sifat kumulatif dampak tersebut.
7. Berbalik (reversible) atau tidaknnya (irreversible) dampak.
Luas Lahan Peternakan Babi
Lahan untuk peternakan harus cukup luas dengan besar usaha peternakan,
selain untuk peruntukan bagi peternakan; sedapat mungkin ada lahan untuk
memanfaatkan limbah ternak untuk tanaman pangan ataupun pakan. Jalan harus
ada dan tahan saat musim hujan untuk dilalui alat pengangkutan, yakni
mengangkut ternak, makanan dan limbah.
Topografi Lahan
Lahan harus dipilih yang bertopografi yang memungkinkan digunakan
untuk peternakan babi. Sedapat mungkin dari areal perkandangan dapat disalurkan
limbah ternak ke tempat penampungan limbah oleh grafitasi saja. Air permukaan
diarahkan menjauh dari kandang dan dari penampungan limbah sedapat mungkin
tinggal di lahan peternakan itu sendiri dan jangan mencemari lahan milik orang
lain.
Permukaan Air dalam Tanah
Dengan semakin banyak masyarakat menggunakan persediaan air tanah
untuk dipakai sehari-hari, penting untuk menghindari sumber ini dari pencemaran.
Bila perlu diuji menggali satu atau dua lubang untuk mengetahui ambang air
tanah, sehingga mempermudah memilih lokasi penampungan limbah ternak.
Jarak Kandang dari Pemukiman
Ternak dapat mencemari lingkungan dalam bentuk pencemaran air
permukaan maupun air dalam tanah, udara, maupun bising oleh suara ternak. Dari
sebab itu jarak peternakan, dalam hal ini kandang tempat mengurung ternak, harus
diperhatikan jarak minimalnya dari pemukiman. Bangunan kandang harus cukup
jauh jaraknya dari rumah-rumah pemukiman untuk menghindari polusi
kebisingan, udara dan air bagi penghuni rumah tempat tinggal bangunan-
bangunan atau pusat-pusat kegiatan lain. Pemukiman dapat digolongkan menjadi
4 besar, yaitu:
Golongan 1 : pusat-pusat kegiatan pinggir kota, rumah sakit, sekolah, bungalow.
Golangan 2 : banyak rumah-rumah pemukiman.
Golongan 3 : sedikit rumah pemukiman, tempat rekreasi dan industri.
Golongan 4 : daerah pertanian dan peternakan, sedikit rumah pemukiman.
Jarak pisah minimum (JPM) yang disarankan untuk usaha peternakan babi
sesuai banyak ternak yang dipelihara dan golongan pemukiman sebaiknya adalah
seperti table 1.
Tabel 1: Jarak pisah minimum (meter) peternakan babi dari pemukiman
Banyak induk
Pemukiman lahan sekitar 50 100 200
Golongan (1) 725 900 1100
Golongan (2) 450 550 700
Golongan (3) 360 450 550
Golongan (4) 320 400 500
Bila syarat-syarat lokasi, topografi dan luas lahan telah dipenuhi, maka
perencanaan selanjutnya adalah:
1. Rencana induk pengembangan fisik.
2. Rekayasa letak (site engineering).
1. Rekayasa terperinci (detail engineering), yang mencakup perincian
kekuatan, bahan dan harga.
2. Perincian disain (detail design) yang mencakup penataan (lay out)
perkandangan, bangunan-bangunan dan penyesuaian dengan
topografi lahan dan koefisien pekerjaan mengelolanya.
Bau yang tidak enak yang timbul di dalam kandang ternak disebabkan
oleh gabungan berbagai bahan berbau, antara lain ammonia, hidrogen sulfida,
skatol, indol dan sebagainya, yang sebagian besar berasal dari feses dan urin
ternak. Bahan berbau ini telah diidentifikasi dan sekarang telah ada alat
scentometer untuk mengukur intensitas bau.
Makin banyak induk yang dipelihara, luas bangunan babi yang meningkat,
dan macam kandang bertambah. Usaha ternak babi yang besar atau sangat besar
mungkin membutuhkan kandang yang makn kompleks, sebab mungkin pekerjaan
otomatisasi, malahan komputerisasi juga dilakukan.
Besar atau unit usaha peternakan bervariasi, dari yang kecil sampai sangat
besar. Skala usaha ini tergantung dari ketersediaan modal dan besar permintaan
pasar (demand) untuk menyerap produksi ternak. Besar skala usaha ternak babi
yang kini terdapat di dunia usaha ternak dapat digolongkan sebagai usaha
keluarga (beternak di pekarangan) sampai usaha yang sangat besar.
Tabel 2. Besar skala usaha peternakan babi
Skala usaha Banyak induk Populasi babi
Usaha keluarga 1-20 1-250
Usaha kecil 20-50 250-450
Usaha sedang 50-200 450-2200
Usaha besar 200-1250 2200-10000
Usaha sangat besar Lebih dari 1250 Lebih dari 10000
Untuk usaha ternak babi yang sedang sampai besar sudah tentu lebih dulu
dilakukan studi kelayakan, sebab modal yang diinvestasokan sudah relatif besar.
Semakin modern usaha peternakan babi, pengusaha ternak makin mengarahkan
bangunan kandang babi yang hemat akan lahan, tenaga, air dan energy. Dari sebab
itu tipe bangunan dirancang untuk sedapat mungkin memenuhi persyaratan
tersebut.
Bangunan kandang babi untuk daerah tropis seperti Indonesia lebih
sederhana dibandingkan dengan untuk daerah subtropik atau daerah beriklim
dingin. Suhu Indonesia rata-rata 27,2oC, namun suhu di berbagai daerah berbeda,
tergantung dari letak geografis, ketinggian (altitut) tempat, kelandaian, sinar,
angin, hujan dan kelembaban.
IV.6. Suhu
Bangunan kandang babi untuk daerah tropis seperti Indonesia lebih
sederhana dibandingkan dengan untuk daerah subtropik atau daerah beriklim
dingin. Suhu Indonesia rata-rata 27,2oC, namun suhu di berbagai daerah berbeda,
tergantung dari letak geografis, ketinggian (altitut) tempat, kelandaian, sinar,
angin, hujan dan kelembaban.
Tabel 3. Suhu optimal bagi ternak babi
Status babi Bobot badan (kg) Suhu optimal (oC)
Baru lahir 1-2 35
Menyusu 2-5 25-34
Lepas sapih/fase bertumbuh 5-40 18-24
Fase bertumbuh-pengakhiran 40-90 12-22
Babi bunting 130-250 14-20
Induk menyusukan anak 130-250 5-18
Suhu optimal bagi ternak babi berbeda menurut umur atau bobot badannya
(Tabel 3): anak babi yang baru lahir memerlukan suhu yang relatif tinggi, sedang
babi dewasa memerlukan suhu yang relatif rendah.
Suhu lingkungan mikro harus dimodifikasi agar sesuai dengan tuntutan
hidup ternak babi yang dipelihara dalam kandang. Harus diusahakan agar
mikroklimat dalam kandang serasi bagi kehidupan atau kebutuhan fisiologis babi.
Bila suhu terlalu tinggi, babi akan kehilangan panas evaporatif ( berkeringat atau
terengah-engah), konsumsi makanan biasanya menurun, konsumsi air minum
meningkat, berusaha mencari kesejukan, dan tingkah laku mungkin berubah, dan
faktor-faktor tersebut mengakibatkan gangguan produksi. Suhu lingkungan yang
berbeda mengakibatkan pertumbuhan babi berbeda (Tabel 4 dan 5). Temperature
yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan mengganggu kehidupan babi, sebab
babi akan bertumbuh baik di lingkungan zone termonetralnya, yakni berkisar
antara 20-26oC.
Tabel 4. Efek temperature lingkungan terhadap pertumbuhan babi
Temperatur lingkungan (oC)
Bobot badan (kg) 4 10 16 21 27 32 38 43
45 0,60 0,62 0,72 0,91 0,89 0,64 0,18 -0,60
70 0,58 0,67 0,79 0,98 0,93 0,52 -0,09 -0,60
90 0,54 0,71 0,87 1,01 0,76 0,40 -0,35 -
115 0,50 0,76 0,94 0,97 0,68 0,28 -0,62 -
135 0,46 0,80 1,02 0,93 0,62 0,16 -0,88 -
160 0,43 0,85 1,09 0,90 0,55 0,15 -1,15 -
Syarat faktor-faktor fisik bangunan kandang untuk daerah tropis:
1. Bahan bangunan yang tahan lama, relatif murah dan berdaya pantul tinggi
terhadap sinar;
2. Berkemampuan rendah menyimpan beban panas yang berasal dari tubuh
ternak;
3. Landasan (slope) atap cukup, biasanya 30-45oC sehingga ternak terlindung
baik terhadap panas sinar, hujan dan angin;
4. Langit-langit bangunan cukup tinggi sesuai kebutuhan;
5. Terjamin sirkulasi udara yang baik, sehingga udara tak sehat keluar dan
terjamin sirkulasi udara tak sehat keluar dan udara segar masuk;
6. Luas ruangan bagi ternak cukup memadai.
7. Arah memanjang (poros) bangunan kandang adalah Timur-Barat, berbeda
dari arah bangunan di daerah beriklim subtropis ataupun beriklim dingin.
V. Kesimpulan
a) Perkandangan pada peternakan Babi merupakan salah satu factor untuk
meningkatkan produksi.
b) Dalam merencanakan kandang babi hal yang harus dipertimbangkan antara
lain:
1) sarana jalan
2) ketinggian lokasi (altitute)
3) Ketersediaan air
4) Kemungkinan pengadaan listrik
5) sarana komunikasi
6) Kemungkinan memperoleh bahan ransum
7) Kelandaian lahan
8) Keadaan lingkungan sekitar
9) Kondisi tanah
10) Pengaruh terhadap kesehatan ternak dan lain sebagainya.
c) Hal-hal yang sangat perlu diperhatikan dalam perkandangan Ternak babi
adalah :
1) Alat-alat atau perlengkapan kandang,
- Tempat makan dan minum
- Bak air
- Bak penampungan kotoran
- Pintu kandang
2) Kandang induk menyusui
- Kandang individual
- Kandang kelompok
3) Luas kandang
4) Tata Letak dan Bentuk Bangunan Kandang
5) Pemilihan Lokasi
6) suhu
DAFTAR PUSTAKA
Animal Waste Management. 1971. Proceedings of National Symposium on Animal Waste Management, September 28-30, 1971. The Airlie House, Warrenton, Virginia.
Anonymous. 1947. Pig Boom in China. Pig International (Sept., 1974), hlm. 44.
Sihombing, D.T.H. 1997. Ilmu Ternak Babi. Fakultas Peternakan IPB, Bogor.
Animal Waste Management. 1971. Proceedings of National Symposium on Animal Waste Management, September 28-30, 1971. The Airlie House, Warrenton, Virginia.
Anonymous. 1947. Pig Boom in China. Pig International (Sept., 1974), hlm. 44.
Sihombing, D.T.H. 1997. Ilmu Ternak Babi. Fakultas Peternakan IPB, Bogor.
« didii's Blog.htm