TUGAS FARMASI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas Farmasi

Citation preview

TUGAS FARMASI

PROPRANOLOL SEBAGAI TERAPI ANTI HIPERTENSI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

Oleh Kelompok C

1. Aji Phinandita

097001892. Nur Hasanah

097001923. Falaudin Dwi Laksana

097001954. Desy Ratnasari

097002035. Nur Zakiah

09700206FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

TAHUN AKADEMIK 2013BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangHipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular dimana penderita memiliki tekanan darah diatas normal. Penyakit ini diperkirakan telah menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 % , dan prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara maju. (Depkes, 2006).

Menurut The Seventh Joint National Committee On Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC7) setiap orang dengan tekanan darah sistolik >140 mmHg atau diastolik >90 mmHg didiagnosis hipertensi. Sedangkan WHO (World Health Organization) berdasarkan tekanan sistolik maupun diastolik, yaitu jika sistolik 160 mmHg dan diastolik 95mmHg. Dengan pergantian definisi ini prevalensi hipertensi menjadi 2 kali lipat. Hipertensi umumnya mulai pada usia muda, sekitar 5 sampai 10% pada 20 - 30 tahun. Bagi pasien hipertensi yang berusia antara 40 70 tahun, setiap peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg atau tekanan darah diastolik sebesar 10 mmHg akan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular (Kusmana, 2009).Diabetes melitus dan tekanan darah tinggi merupakan penyakit yang banyak diderita oleh kelompok lanjut usia. Setelah melewati umur 40 tahun kebanyakan orang akan menurun kemampuan saraf parasimpatisnya, akibatnya stimulasi sekresi insulin dan efek vasodilatasi dari saraf tersebut juga menurun Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular dimana penderita memiliki tekanan darah diatas normal. Penyakit ini diperkirakan telah menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 % , dan prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara maju. (Price and Wilson, 2002)Propranolol hidroklorida merupakan obat anti hipertensi yang bekerja terhadap reseptor non selektif, dengan menghambat respon stimulans adrenergik. Propranolol hidroklorida diabsorpsi dengan baik (> 90%) dari saluran cerna, tetapi bioavailabilitasnya rendah (tidak lebih dari 50%) serta mempunyai waktu paruh eliminasi yang pendek yakni berkisar antara 2-6 jam. Metabolit aktif dari propranolol adalah 4- hidroksipopranolol, yang mempunyai aktifitas sebagai bloker. Dengan waktu paruh eliminasi cepat, diperlukan pemberian secara berulang. Untuk menunjang keberhasilan pengobatan pada penyakit kronis seperti hipertensi, diperlukan kadar terapi efektif yang konstan sepanjang waktu serta kepatuhan pasien.B. Rumusan Masalah1. Apakah yang dimaksud dengan Hipertensi? 2. Bagaimana farmakokinetik dan farmakodinamik dari propranolol?

3. Apakah indikasi dan kontraindikasi pemakaian terapi propranolol?4. Bagaimana penatalaksanaan hipertensi dengan diabetes melitus?C. Manfaat

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit hipertensi.2. Mengetahui mekanisme kerja, farmakokinetik dan farmakodinamik dari propranolol.

3. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi pemakaian propranolol.

4. Mengetahui penatalaksanaa hipertensi dengan diabetes melitus.BAB II

PEMBAHASANA. Farmasi dan Farmakologi Propanolol1. Sifat fisiko-kimia dan rumus kimia obatStruktur kimia -blocker mempunyai struktur kimia yang mirip dengan iso protenolol. Substitusi isopropil/butil tersier pada gugus amin sekunder diperlukan untuk interaksi dengan adrenoseptor . Substitusi pada cincin asomatik menentukan kardioselektivitasnya. Gugus hidroksil alifatik diperlukan untuk aktivitasnya. Gugus ini memberikan aktifitas optik, isomer/menunjukkan aktivitas agonis dan blocker yang jauh lebih poten daripada isomer d-nya.

/- Propranolol mempunyai aktifitas blocker lebih dari 100 x dibanding d.propranolol untuk penggunaan klinik hanya tersedia bentuk rasemik, yakni campuran sama banyak kedua isomer. Isomer yang aktif di metabolisme lebih lambat daripada isomer d yang tidak aktif.

Gambar 1. Rumus Kimia Obat

2. Farmasi umum

a. Dosis: menurut MIMS 2006 : tablet 10 dan 40mgb. Preparat preparat

c. Cara penggunaanPropranolol terutama diberikan per oral untuk pengobatan aritmia jangka lama. Kadar plasma yang memperlihatkan efek terapi yang bervariasi (20-1000 ng/ml) dan tergantung pada jenis aritmia yang diobati. Dosis berkisar dari 30 sampai 320 mg per hari untuk pengobatan aritmia yang sensitif terhadap obat ini. Propranolol biasanya diberikan sebanyak 3-4 kali sehari. Lama kerja dapat diperpanjang dengan pemberian dosis lebih besar, karena propranolol mempunyai batas keamanan yang lebih lebar daripada obat aritmia lain.

3. Farmakologi umum

a. KhasiatPropranolol menghambat glikogenolisis di sel hati dan otot rangka, sehingga mengurangi efek hiperglikemia dari epinefrin eksogen maupun epinefrin endogen yang dilepaskan oleh adanya hipoglikemia. Akibatnya, kadar gula darah pada hipoglikemia (misalnya oleh insulin) diperlambat. Selain itu, stimulasi sekresi insulin oleh obat adrenergik juga dihambat oleh propranolol. Oleh karena glikogenolisis oleh epinefrin diperantarai reseptor 2, maka untuk pasien diabetes yang labildan yang mudah mengalami hipoglikemia, terutama pasien diabetes yang diobati dengan insulin, lebih baik digunakan -blocker yang kardioselektif. Semua -blocker menghambat takikardia akibat rangsangan Epi yang dilepaskan oleh hipoglikemi.

b. Kegunaan terapi/ Indikasi

Untuk meningkatkan ketahanan dalam melakukan aktifitas fisik pada pasien angina pektoris

Menghambat percepatan konduksi dan peemendekkan periode refrakter nodus AV oleh ketokolamine.

Menurunkan tekanan darah secara perlahan-lahan dalam pemberian terus-menerus.

Menghambat aktivasi simpatis sehingga akan menghambat progresi gagal jantung dan mengurangi resiko terjadinya aritmia jantung.

Untuk pasien angina pektoris, aritmia, hipertensi, infark miokard, gagl jantung sistolik, kardiomiopati obstruktif hipertrofik, gagal jantung sistolik.

c. kontraindikasiPropranolol tidak boleh diberikan untuk pegobatan darurat aritmia ventrikuler, kecuali jika aritmia ini disebabkan oleh terlalu banyak ketokolamine beredar dalam darah.

B. Farmakodinamik Propanolola. Mekanisme kerja obatPropranolol mengantagonis katekolamin pada adrenoreseptor Beta1 dan Beta2. Baik kemanjurannya dalam mengobati hipertensi maupun sebagian besar dari efek toksiknya adalah disebabkan oleh penghambatan beta reseptor. Ketika propranolol pertama kali diberikan kepada seorang penderita hipertensi tekanan darah turun terutama sebagai hasil dari penurunan curah jantung yang disertai dengan bradikardia. Namun, dengan pengobatan yang terus-menerus curah jantung kembali ke normal sedangkan tekanan darah tetap rendah disebabkan oleh penurunan tahanan vaskuler perifer.

Penghambatan beta reseptor dalam otak dan ginjal telah dianjurkan sebagai dasar efek hipertensi penghambat reseptor beta. Walaupun dengan bukti yang diperdebatkan (Pearson, 1989) otak tampaknya tidak mungkin sebagai tempat utama untuk kerja hipotensif obat ini. Propranolol menghambat stimulasi produksi renin oleh katekolamin.

C. Farmakokinetik PropanololPropranolol merupakan -bloker yang mudah larut dalam lemak. Semuanya diabsorbsi dengan baik (>90%) dari saluran cerna, tetapi bioavaibilitasnya rendah (tidak lebih dari 50%) karena mengalami metabolisme lintas pertama yang ekstensif di hati. Eliminasinya melalui metabolisme dihati sangat ekstensif sehingga obat utuh yang diekskresi melalui ginjal sangat sedikit (10%). Kelompok ini mempunyai waktu eliminasi yang pendek, yakni berkisar antara 3-8 jam.D. Toksisitas

a. Efek samping dan toksisitas

Jantung: bradikradi, gagal jantung kongestif, penurunan sirkulasi perifer, hipotensi, sakit dada, kontraksi miokardial, menseterik trombosis, syncope. SSP: depresi mental, amnesia, halusinasi, dizziness, insomia, vertigo, psikosis, hypersomnolence dan fatique. Dermatologi: alopesia, dermatitis, hiperkeratosis, pruritis, urtikaria, sindrom stevens-johnson , fuxil epiderma necrolysis.

Gastrointestinal: diare, muntah, mual, konstipasi dan anoreksia. Genitourinaria: Impoten, proteinuria, oligouria, interstitial nephritis. Hematologi: agraniulositosis trombositopenia, trombositopenia purpura. Neuromuskular: rasa lemah, carpal tunnel syndrome, paresthesis, arthropathy. Mata: Konjugasi hyperemis, penurunan produki air mata,penurunan penglihatan. Pernapasan: mengik, faringitis, bronkospamus,udem pulmonary, laryngospasmus.b. Gejala toksisitas dan penanggulangannyaToksisitas propranolol disebabkan penghambatan terhadap reseptor beta jantung, vaskular, atau reseptor beta bronkus. Kerja penghambatan beta yang paling penting dan dapat diramalkan ini terjadi pada penderita dengan cadangan miokard yang berkurang, asma,insufiensi vaskular perifer, dan diabetes.Ketika propranolol dihentikan setelah pemakaian jangkapanjang yang teratur, beberapa penderita mengalami suatu gejala penghentian yang ditandai dengan kegugupan, takikardi, peningkata intensitas angina, atau peninggian tekanan darah. Infark miokard pernah dilaporkan pada penderita. Walaupun kejadian komplikasi darah, propranolol tidak boleh dihentikan secara mendadak, gejala penghentian tersebut bisa mengakibatkan up- re- gulation atau supersensitivitas dari adrenoseptor beta.

Propanolo juga menghasilkan efek efek yangtidak jelas disebabkan oleh penghambatan beta, termasuk diare, kontipasi, mual, dan muntah. Tidak jarang, penderita yang mendapat propranolol mengeluh efek sistem saraf rusak yang mengingatkan kepada efek efek yang di sebabkan oleh metildopa atau klodnidin, meliputi mimpi buruk, kelesuan, depresi mental, dan insomnia.

c. Penanggulangan

Efek dan toksisitas propranolol di akibatkan penghentian pemakaian yang secara mendadak. Jadi penanggulangan toksisitas propranolol di hentikan secara berkala atau di kontrol oleh dokter.E. Penyelidikan/ penelitian yang pernah dilakukan oleh orang lainTelah dilakukan oleh Kus Haryono, Sukati K. dan Elly Wahyuddin Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Hasanuddin Makassar dengan judul Simulasi penggunaan obat antihipertensi propranolol pada kelinci hiperglikemik untuk mengetahui efek propranolol terhadap kadar glukosa darah kelinci dengan tujuan sebagai simulator efek propranolol terhadap penderita diabetes mellitus. Dari data pada tabel tersebut setelah dilakukan perhitungan statistik dengan desain blok acak lengkap dilanjutkan dengan uji rentang Newman Keuls nampak pemberian natrium CMC sebagai kontrol negatif pada jam ke 0 sampai ke 12 tidak berbeda nyata, sedangkan pemberian natrium EDTA sebagai kontrol positif terjadi kenaikan kadar glukosa yang nyata antar waktu ke 0 dan ke 12. Pemberian suspensi propanolol 0,006 dan 1 % terjadi penurunan yang nyata .Dari hasil penelitian ini terbukti penghambatan propranolol terhadap reseptor adrenergik menghasilkan penurunan kadar glukosa yang nyata pada kelinci. Hal ini kemungkinan disebabkan penghambatan terhadap reseptor alfa satu lebih besar dari beta dua. Stimulasi terhadap reseptor alfa satu dan dua menyebabkan penghambatan sekresi insulin sedangkan stimulasi terhadap beta dua menyebabkan stimulasi sekresi insulin. Peringatan penggunaan betabloker pada penderita diabetes mellitus lebih didasarkan pada keadaan jika terjadi hipoglikemik gejalanya tidak kelihatan karena tertutup oleh efek farmakodinamik propranol yaitu menghambat takikardi yang merupakan tanda penting terjadinya hipoglikemia.

Oleh karena propranolol dapat menurunkan kadar glukosa darah kelinci maka penggunaan propranolol sebagai antihipertensi pada penderita diabetes dapat menyebabkan hipoglikemia.BAB IIIDISKUSIHipertensi pada penderita diabetes mempunyai perjalanan penyakit yang berbeda dengan penderita non-diabetes. Pada penderita diabetes, hipertensi lebih dini menimbulkan penyulit-penyulit yang berupa kerusakan organ-organ sasaran. Untuk menghindari ini, penanganan hipertensi pada diabetes berbeda dengan penanganan hipertensi pada umumnya.

Penyebab kematian utama pada penderita DM adalah penyakit kardiovaskuler. Berbagai faktor risiko penyakit kardiovaskuler yang terhimpun dalam DM salah satunya adalah hipertensi, hipertensi dapat mencapai dua kali lebih sering terjadi pada diabetes dibandingkan dengan penderita non diabetes, pada DMT1 hipertensi terdapat pada 10-30% penderita, sedangkan pada DMT2 30-50% penderita mengidap hipertensi.Diagnosis dan pengobatan hipertensi penting untuk mencegah terjadinya penyakit kardiovaskuler pada penderita diabetes. Penelitian observasional menunjukkan bahwa penderita dengan komorbiditas diabetes dan hipertensi mempunyai risiko penyakit kardiovaskuler kurang lebih dua kali lipat dibanding penderita nondiabetik dengan hipertensi. Pengurangan mortalitas kardiovaskuler paling besar terjadi bila tekanan diastolik diturunkan hingga di bawah 80 mmHg, sementara bukti-bukti epidemiologik menunjukkan bahwa menurunkan tekanan sistolik di bawah 130 mmHg akan sangat menguntungkan. Oleh karenanya kontrol tekanan darah yang agresif harus dilakukan pada semua penderita diabetes. UKPDS (United Kingdom Prospective Diabetes Study) menyimpulkan bahwa setiap penurunan tekanan darah sistolik sebesar 10 mmHg akan mengurangi risiko komplikasi diabetes sebesar 12%, mengurangi risiko kematian 15%, risiko infark miokard 11% dan komplikasi mikrovaskuler 13%.

Pada penderita dengan tekanan darah sistolik antara 130-139 mmHg atau diastolik 80-89 mmHg, dapat dilakukan pendekatan perubahan perilaku atau perubahan pola hidup sekurang-kurangnya selama tiga bulan, yang meliputi : pembatasan asupan garam, pengaturan berat badan, meningkatkan aktivitas fisik, menghentikan rokok, dan konsumsi alkohol tak berlebihan. Pada penelitian Dietary Approach to Stop Hypertension (DASH) modifikasi gaya hidup di atas secara nyata dapat menurunkan tekanan darah. Asupan garam yang berlebihan terbukti menyebabkan efek yang buruk pada penderita diabetes karena dapat mengurangi efek obat antihipertensif. Pembatasan garam sedang pada berbagai penelitian terkontrol ternyata dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 5 mmHg dan diastolik sebesar 2-3 mmHg.Penderita diabetes dengan tekanan darah 140/90 mmHg selain modifikasi gaya hidup perlu segera diberikan obat antihipertensi. dengan dosis yang tersedia, kebanyakan obat antihipertensi akan menurunkan tekanan darah sistolik atau diastolik pada 5-10% penderita dengan hipertensi ringan atau sedang. Karena itu bila target penurunan tekanan darah sampai 140 mmHg atau diastolik >90 mmHg.2. Hipertensi yang disertai dengan DM harus mendapatkan terapi yang tepat untuk menghindari faktor resiko penyakit kardiovaskuler.3. Propranolol menjadi terapi yang sesuai pada penderita hipertensi dengan DM karena dapat menurunkan kadar glukosa darah secara signifikan.

B. Saran1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, ditinjau dari efektivitas antihipertensi dalam menurunkan tekanan darah pada pasien DM tipe 2.2. Mengingat pentingnya upaya untuk menurunkan risiko terjadinya komplikasi pada pasien DM dengan hipertensi, maka perlu adanya informasi secara tepat kepada masyarakat tentang penggunaan antihipertensi dan juga menghimbau kepada masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat guna mencegah terjadinya DM atau meghambat progresifitas komplikasi yang telah terjadi.BAB V

CLOSING

A. Conclusion1. A person is said to suffer from hypertension if the systolic blood pressure> 140 mmHg or diastolic> 90 mmHg.2. Hypertension accompanied with DM should receive prompt treatment to avoid the risk factors of cardiovascular disease.3. Propranolol be appropriate therapy in hypertensive patients with diabetes because it can lower blood glucose levels significantly.B. Suggestion1. Further research needs to be done, in terms of antihypertensive efficacy in lowering blood pressure in patients with type 2 diabetes mellitus.2. Given the importance of efforts to reduce the risk of complications in diabetic patients with hypertension, it is necessary to correct information to the public about the use of antihypertensive and also appealed to the public to adopt a healthy lifestyle to prevent or inhibit the progression of diabetes complications have occurred.DAFTAR PUSTAKAPERKENI. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. PERKENI: Jakarta.Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus. DEPKES, Jakarta.Ariyanti, Dian.dkk. 2010. Kajian Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Instalasi Rawat Inap Blu Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Januari-Desember 2010. Manado: UNSRAT.Haryono, Kus.dkk. 2006. Simulasi Penggunaan Obat Antihipertensi Propranolol Pada Kelinci Hiperglikemik. Makassar: Universitas Hasanuddin