28
K3LL (Keselamatan Kesehatan Kerja Lindung Lingkungan) 1. Pengertian Umum K3LL Keselamatan adalah perihal (keadaan) selamat, kesejahteraan, kebahagiaan dan sebagainya. Jadi Keselamatan dan kesehatan kerja adalah pengawasan terhadap orang, mesin, material, dan metode yang mencakup lingkungan kerja agar supaya pekerja tidak mengalami cidera (Kamus Bahasa Indonesia) Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonom (Menurut UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Bab I Pasal 1) Kerja merupakan sesuatu yang dikeluarkan oleh seseorang sebagai profesi, sengaja dilakukan untuk mendapatkan penghasilan. Kerja dapat juga di artikan sebagai pengeluaran energi untuk kegiatan yang dibutuhkan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Dr. Franz Von Magnis di dalam Anogara (2009 : 11), pekerjaan adalah “kegiatan yang direncanakan”. Sedangkan Hegel di dalam Anogara (2009 : 12) menambahkan bahwa “inti pekerjaan adalah kesadaran manusia”. Lingkungan hidup adalah kesatuan, dan mahluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan kesejahteraan manusia

Tugas k3ll Klmpk 4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

a

Citation preview

Page 1: Tugas k3ll Klmpk 4

K3LL (Keselamatan Kesehatan Kerja Lindung Lingkungan)

1. Pengertian Umum K3LL

Keselamatan adalah perihal (keadaan) selamat, kesejahteraan,

kebahagiaan dan sebagainya. Jadi Keselamatan dan kesehatan kerja adalah

pengawasan terhadap orang, mesin, material, dan metode yang mencakup

lingkungan kerja agar supaya pekerja tidak mengalami cidera (Kamus Bahasa

Indonesia)

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonom (Menurut

UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Bab I Pasal 1)

Kerja merupakan sesuatu yang dikeluarkan oleh seseorang sebagai

profesi, sengaja dilakukan untuk mendapatkan penghasilan. Kerja dapat juga di

artikan sebagai pengeluaran energi untuk kegiatan yang dibutuhkan oleh

seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Dr. Franz Von Magnis di

dalam Anogara (2009 : 11), pekerjaan adalah “kegiatan yang direncanakan”.

Sedangkan Hegel di dalam Anogara (2009 : 12) menambahkan bahwa “inti

pekerjaan adalah kesadaran manusia”.

Lingkungan hidup adalah kesatuan, dan mahluk hidup termasuk di

dalamnya manusia dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan

terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan

mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang

meliputi perencanaan, pemanfatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan

penegakan hukum. ( Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup)

K3LL merupakan singkatan dari kesehatan keselamatan kerja dan lindung

lingkungan. Dalam K3LL hal yang penting dipelajari adalah bagaimana cara agar

Page 2: Tugas k3ll Klmpk 4

seseorang dapat menghindari segala macam kerugian yang diperolehnya dalam

melakukan suatu aktivitas atau pekerjaan.

K3LL merupakan suatu program yang memprioritaskan seorang pekerja untuk

dapat menaati celah-celah dari sumber bahaya yang ada di lingkungan kerjanya. 

sehingga pekerja mengetahui akan keselamatan diri mereka nantinya di

lingkungan tersebut dan yang pasti target dari tujuan K3L2 yaitu Zerro Accident

(Nihil Kecelakaan) sesuai dengan Program yang terlaksana. Ada beberapa

terminologi dalam K3LL yang menjadi dasar utama kajian ilmu tersebut yaitu:

1. Hazard adalah segala macam hal baik benda maupun kondisi lingkungan

tertentu yang dapat menimbulkan suatu bahaya atau berpotensi memiliki

bahaya.

2. Risk atau dalam padanan bahasa indonesianya berarti risiko adalah besarnya

kemungkinan suatu bahaya dapat mengenai suatu objek yang berada di sekitar

hazard.

3. Incident adalah suatu kecelakaan yang tidak menimbulkan kerugian

sedangkan

4. Accident adalah suatu kecelakaan yang dapat memberikan kerugian. Kedua-

duanya merupakan kejadian yang tak terduga dan tiba-tiba terjadi pada saat

melakukan kegiatan atau aktivitas pekerjaan. Kerugian itu berasal dari hazard

dengan risk yang melekat dan ada pada potensi bahaya itu.

HSE (Health, Safety, Environment,) atau di beberapa perusahaan juga

disebut, HES, SHE, K3LL (Keselamatan & Kesehatan Kerja dan Lindung

Lingkungan). Semua itu adalah suatu Departemen atau bagian dari Struktur

Organisasi Perusahaan yang mempunyai fungsi pokok terhadap implementasi

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) mulai dari

Perencanaan, Pengorganisasian, Penerapan dan Pengawasan serta

Page 3: Tugas k3ll Klmpk 4

Pelaporannya. Sementara, di Perusahaan yang mengeksploitasi Sumber Daya

Alam ditambah dengan peran terhadap Lingkungan.

2. Landasan Hukum Penerapan K3LL

Perundang-undangan K3 ialah salah satu alat kerja yang sangat penting bagi

para Ahli K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) guna menerapkan K3

(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di Tempat Kerja.

Berikut merupakan landasan hukum K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

Republik Indonesia yang memuat isi sebagai berikut antara lain :

1. Undang-Undang Dasar 1945

Berdasarkan Undang- Undang Dasar 1945 penerapan K3 terkandung

dalam pokok pikiran pertama yaitu: “Negara melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan

dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. 

Page 4: Tugas k3ll Klmpk 4

Pokok pikiran pertama tersebutlah yang menjadi dasar dalam

pembuatan peraturan – peraturan tentang K3LL.

2. Undang-Undang yang mengatur K3 adalah sebagai berikut :

Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban

pimpinan tempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan

keselamatan kerja.

Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Undang-

Undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan

berkewajiban memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan

kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang akan

dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat

pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan

kesehatan secara berkala. Sebaliknya para pekerja juga

berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD) dengan tepat dan

benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan kesehatan

kerja yang diwajibkan.  Undang-undang nomor 23 tahun 1992,

pasal 23 Tentang Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya

kesehatan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa

membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya hingga

diperoleh produktifitas kerja yang optimal. Karena itu, kesehatan

kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit

akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.

Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Undang-Undang ini mengatur mengenai segala hal yang

berhubungan dengan ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam

kerja, hak maternal, cuti sampi dengan keselamatan dan kesehatan

kerja.

Page 5: Tugas k3ll Klmpk 4

3. Peraturan Pemerintah dan Keputusan Presiden

Sebagai penjabaran dan kelengkapan Undang-undang tersebut,

Pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) dan Keputusan

Presiden terkait penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),

diantaranya adalah :

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979 tentang

Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas

Bumi.

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas

Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida.

Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan

Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan

Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang

Timbul Akibat Hubungan Kerja

4. Peraturan Menteri terkait K3

Untuk memperjelas penjabaran dan penjelasan dari pelaksanaan K3LL

pada perusahaan, maka diterbitkan lah Peraturan Menteri yang terkait K3LL:

Permenakertranskop RI No 1 Tahun 1976 tentang Kewajiban Latihan

Hiperkes Bagi Dokter Perusahaan.

Permenakertrans RI No 1 Tahun 1978 tentang Keselamatan dan

Kesehatan Kerja dalam Pengangkutan dan Penebangan Kayu.

Permenakertrans RI No 3 Tahun 1978 tentang Penunjukan dan

Wewenang Serta Kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan dan

Kesehatan Kerja dan Ahli Keselamatan Kerja.

Page 6: Tugas k3ll Klmpk 4

Permenakertrans RI No 1 Tahun 19879 tentang Kewajiban Latihan

Hygienen Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi

Tenaga Paramedis Perusahaan.

Permenakertrans RI No 1 Tahun 1980 tentang Keselamatan Kerja

pada Konstruksi Bangunan.

Permenakertrans RI No 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan

Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan

Kerja.

Permenakertrans RI No 4 Tahun 1980 tentang Syarat-syarat

Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.

Permenakertrans RI No 1 Tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor

Penyakit Akibat Kerja.

Permenakertrans RI No 1 Tahun 1982 tentang Bejana Tekan.

Permenakertrans RI No 2 Tahun 1982 tentang Kualifikasi Juru Las.

Permenakertrans RI No 3 Tahun 1982 tentang Pelayanan

Kesehatan Tenaga Kerja.

Permenaker RI No 2 Tahun 1983 tentang Instalasi Alarm

Kebakaran Otomatis.

Permenaker RI No 3 Tahun 1985 tentang Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Pemakaian Asbes.

Permenaker RI No 4 Tahun 1985 tentang Pesawat Tenaga dan

Produksi.

Permenaker RI No 5 Tahun 1985 tentang Pesawat Angkat dan

Angkut.

Page 7: Tugas k3ll Klmpk 4

Permenaker RI No 4 Tahun 1987 tentang Panitia Pembina

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Serta Tata Cara Penunjukan

Ahli Keselamatan Kerja.

Permenaker RI No 1 Tahun 1988 tentang Kualifikasi dan Syarat-

syarat Operator Pesawat Uap.

Permenaker RI No 1 Tahun 1989 tentang Kualifikasi dan Syarat-

syarat Operator Keran Angkat.

Permenaker RI No 2 Tahun 1989 tentang Pengawasan Instalasi-

instalasi Penyalur Petir.

Permenaker RI No 2 Tahun 1992 tentang Tata Cara Penunjukan,

Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Permenaker RI No 4 Tahun 1995 tentang Perusahaan Jasa

Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Permenaker RI No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Permenaker RI No 1 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan

Pemeliharaan Kesehatan Bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih

Dari Paket Jaminan Pemeliharaan Dasar Jaminan Sosial Tenaga

Kerja.

Permenaker RI No 3 Tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan

Pemeriksaan Kecelakaan.

Permenaker RI No 4 Tahun 1998 tentang Pengangkatan,

Pemberhentian dan tata Kerja Dokter Penasehat.

Permenaker RI No 3 Tahun 1999 tentang Syarat-syarat

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lift untuk Pengangkutan Orang

dan Barang.

Page 8: Tugas k3ll Klmpk 4

5. Keputusan Menteri terkait K3 :

Kepmenaker RI No 155 Tahun 1984 tentang Penyempurnaan

keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep

125/MEN/82 Tentang Pembentukan, Susunan dan Tata Kerja

Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, Dewan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Wilayah dan Panitia Pembina

Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan

Umum RI No 174 Tahun 1986 No 104/KPTS/1986 tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan

Konstruksi.

Kepmenaker RI No 1135 Tahun 1987 tentang Bendera keselamatan

dan Kesehatan Kerja.

Kepmenaker RI No 333 Tahun 1989 tentang Diagnosis dan

Pelaporan Penyakit Akibat Kerja.

Kepmenaker RI No 245 Tahun 1990 tentang Hari Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Nasional.

Kepmenaker RI No 51 Tahun 1999 tentang Nilai Ambang Batas

Faktor Fisika di Tempat Kerja.

Kepmenaker RI No 186 Tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan

Kebakaran di Tempat Kerja.

Kepmenaker RI No 197 Thun 1999 tentang Pengendalian Bahan

Kimia Berbahaya.

Kepmenakertrans RI No 75 Tahun 2002 tentang Pemberlakuan

Standar Nasional Indonesia (SNI) No SNI-04-0225-2000 Mengenai

Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di Tempat

Kerja.

Page 9: Tugas k3ll Klmpk 4

Kepmenakertrans RI No 235 Tahun 2003 tentang Jenis-jenis

Pekerjaan yang Membahayakan Kesehatan, Keselamatan atau

Moral Anak.

Kepmenakertrnas RI No 68 Tahun 2004 tentang Pencegahan dan

Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja.

6. Instruksi Menteri terkait K3 :

Instruksi Menteri Tenaga Kerja No 11 Tahun 1997 tentang

Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran.

Surat Edaran dan Keputusan Dirjen Pembinaan Hubungan

Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan terkait K3 :

Surat keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan

Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Departemen

Tenaga Kerja RI No 84 Tahun 1998 tentang Cara Pengisian

Formulir Laporan dan Analisis Statistik Kecelakaan.

Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial

dan Pengawasan Ketenagakerjaan No 407 Tahun 1999

tentang Persyaratan, Penunjukan, Hak dan Kewajiban Teknisi

Lift.

Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial

dan Pengawasan Ketenagakerjaan No 311 Tahun 2002

tentang Sertifikasi Kompetensi Keselamatan dan Kesehatan

Kerja Teknisi Listrik.

Page 10: Tugas k3ll Klmpk 4

3. Struktur Organisasi Pada K3LL

Struktur organisasi adalah suatu bagian yang menunjukkan hubungan

antara fungsi dan tugas dari tiap – tiap bagian dalam suatu organisasi.

Struktur organisasi k3 dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Departemen berdiri sendiri dan berada langsung dibawah General

Manager

b. Departemen berada dibawah pengewasan departemen produksi

c. Departemen berada dibawah pengawasan departemen Maintenance

d. Berdiri secara independent, dan langsung berada dibawah pengawasan

direktur.

Secara umum struktur organisasi departemen K3 dapat dilihat pada

gambar berikut :

Page 11: Tugas k3ll Klmpk 4

Bagian–bagian yang terlibat langsung dalam manajemen K3 antara

lain:

Manajer

Merupakan tingkat tertinggi dari masing-masing divisi yang mengelola

dan mengambil keputusan yang tepat untuk meningkatkan produktivitas

divisinya, khususnya dalam hal penanganan keselamatan dan kesehatan

kerja.

Supervisor

Sebagai mengarahkan, membagi, mengawasi dan memberi penilaian

setiap pekerjaan yang dibebankan kepada tiap pelaksana.

Teknisi

Merupakan pekerja level terakhir yang bertugas menjalankan kegiatan

untuk menjalankan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Perusahaan

Tersebut .

4. Sistem Kerja

Pada era globalisasi saat ini, penerapan Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan salah satu tuntutan utama dalam

pemenuhan standar Internasional terhadap suatu produk barang atau jasa.

Apalagi pasar mancanegara memiliki persyaratan untuk suatu produk barang

atau jasa, seperti ISO (The International Organization for Standardization)

dan OHSAS (Occupational Health and Safety Assesment Series). Sehingga

membudayakan K3 merupakan salah satu konstribusi membangun bangsa dan

negara, sehingga dapat bersaing dengan bangsa dan negara maju. Dalam era

globalisasi ini, terutama dalam menghadapi persaingan perdagangan

internasional, azas penerapan K3 merupakan syarat utama yang berpengaruh

besar terhadap nilai investasi, kualitas dan kuantitas produk, kelangsungan

usaha perusahaan serta daya saing sebuah negara. Untuk itu penerapan K3

Page 12: Tugas k3ll Klmpk 4

ditegaskan sebagai upaya untuk memenuhi hak-hak dan perlindungan dasar

bagi tenaga kerja yang sangat penting karena akan mempengaruhi ketenangan

bekerja, kesela matan, kesehatan, produktivitas dan kesejahteraan tenaga

kerja.

Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan kerja,

dalam melakukan pekerjaan perlu dipertimbangkan berbagai potensi bahaya

serta resiko yang bisa terjadi akibat sistem kerja atau cara kerja, penggunaan

mesin, alat dan  bahan serta lingkungan disamping faktor manusianya.

Istilah hazard atau potensi bahaya menunjukan adanya sesuatu yang potensial

untuk mengakibatkan cedera atau penyakit, kerusakan atau kerugian yang

dapat dialami oleh tenaga kerja atau instansi. Sedang kemungkinan potensi

bahaya menjadi manifest, sering disebut resiko. Baik “hazard” maupun

“resiko” tidak selamanya menjadi bahaya, asalkan upaya pengendaliannya

dilaksanakan dengan baik.

Pada lingkungan kerja, kesehatan dan kinerja seorang pekerja dipengaruhi

oleh:

1. Beban Kerja.

Berupa beban fisik, mental dan sosial sehingga upaya penempatan

pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan.

2. Spesifikasi dan Kuantitas Pekerjaan.

Hal ini bergantung pada pendidikan, keterampilan, kesegaran

jasmani, ukuran tubuh dan sebagainya.

3. Lingkungan Kerja.

Faktor fisik, kimia, biologik, ergonomik, maupun aspek

psikososial.

Manajemen resiko merupakan strategi penerapan kesehatan dan keselamatan

kerja  di tempat kerja, dalam mewujudkan lingkungan kerja yang aman, nyaman

dan sehat serta melindungi dan meningkatkan pemberdayaan pekerja yang sehat,

Page 13: Tugas k3ll Klmpk 4

selamat dan berkinerja tinggi. Pada prinsipnya manajemen resiko merupakan

upaya mengurangi dampak negatif dari resiko yang dapat mengakibatkan kerugian

pada aset organisasi baik berupa manusia, material, mesin, metode, hasil produksi

maupun finansial.

Ditempat kerja, potensi bahaya sebagai sumber resiko akan selalu dijumpai

baik yang berasal dari faktor fisik, faktor kimia, faktor biologis, aspek

ergonomi, stressor, listrik dan sumber energi lain, mesin, sistem manajemen

perusahaan bahkan pelaksana atau operator. Melalui analisis dan evaluasi semua

potensi bahaya dan resiko, diupayakan tindakan minimalisasi atau pengendalian

agar tidak terjadi bencana atau kerugian lainnya. Langkah-langkah yang biasanya

dilaksanakan dalam penilaian resiko, antara lain:

1. Menentukan tim penilai.

Penilai bisa berasal dari intern perusahaan atau dibantu pihak lain

(konsultan) di luar perusahaan yang memiliki kompetensi baik dalam

pengetahuan, kewenangan maupun kemampuan lainnya yang berkaitan.

2. Menentukan obyek atau bagian yang akan dinilai.

Obyek atau bagian yang akan dinilai dapat dibedakan menurut bagian

atau departemen, jenis pekerjaan, proses produksi dan sebagainya. Penentuan

obyek ini sangat membantu dalam sistematika kerja penilai.

3. Kunjungan atau inspeksi tempat kerja.

Kegiatan ini dapat dimulai melalui suatu “walk through

survey atau inspection” yang bersifat umum sampai kepada inspeksi yang

lebih detail. Dalam kegiatan ini prinsip utamanya adalah melihat, mendengar

dan mencatat semua keadaan di tempat kerja baik mengenai bagian kegiatan,

proses, bahan, jumlah pekerja, kondisi lingkungan, cara kerja, teknologi

pengendalian, alat pelindung diri dan hal lain yang terkait.

Page 14: Tugas k3ll Klmpk 4

4. Identifikasi potensi bahaya.

Dapat dilakukan melalui informasi mengenai data kecelakaan kerja,

penyakit dan absensi. Laporan dari Panitia Pengawas Kesehatandan

Keselamatan Kerja (P2K3), supervisor dan keluhan yang dialami pekerja.

5. Mencari informasi atau data potensi bahaya.

Upaya ini dapat dilakukan misalnya melalui kepustakaan, mempelajari

MSDS, petunjuk teknis, standar, pengalaman atau informasi lain yang

relevan.

6. Analisis resiko.

Dalam kegiatan ini, semua jenis resiko, akibat yang bisa terjadi, tingkat

keparahan, frekuensi kejadian, cara pencegahannya, atau rencana tindakan

untuk mengatasi resiko tersebut dibahas secara rinci dan dicatat selengkap

mungkin.

7. Evalusi resiko.

Memprediksi tingkat resiko melalui evaluasi yang akurat merupakan

langkah yang sangat menentukan dalam rangkaian penilaian risiko.

Konsultasi dan nasehat dari para ahli seringkali dibutuhkan pada tahap

analisis dan evaluasi resiko.

8. Menentukan langkah pengendalian

Apabila dari hasil evaluasi menunjukan adanya resiko membahayakan

bagi kelangsungan kerja maupun kesehatan dan keselamatan pekerja perlu

ditentukan langkah pengendalian, seperti :

 Memilih teknologi pengendalian seperti eliminasi, substitusi, isolasi,

engineering control, pengendalian administratif, pelindung

peralatan/mesin atau pelindung diri.

Menyusun program pelatihan guna meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman berkaitan dengan resiko.

Page 15: Tugas k3ll Klmpk 4

Menentukan upaya monitoring terhadap lingkungan atau tempat kerja.

d. Menentukan perlu atau tidaknya survailans kesehatan kerja melalui

pengujian kesehatan berkala, pemantauan biomedik, audiometri dan

lain-lain.

Menyelenggarakan prosedur tanggap darurat atau emergensi dan

pertolongan pertama sesuai dengan kebutuhan.

9. Menyusun pelaporan.

Seluruh kegiatan yang dilakukan dalam penilaian risiko harus

dicatat dan disusun sebagai bahan pelaporan secara tertulis.

10. Pengkajian ulang penelitian.

Pengkajian ulang perlu senantiasa dilakukan dalam periode tertentu atau

bila terdapat perubahan dalam proses produksi, kemajuan teknologi,

pengembangan informasi terbaru dan sebagainya, guna perbaikan

berkelanjutan penilaian risiko tersebut.

E. Asuransi Ketenagakerjaan

BPJS Ketenagakerjaan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Ketenagakerjaan) merupakan program publik yang memberikan perlindungan

bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu dan

penyelenggaraan nya menggunakan mekanisme asuransi sosial.

Sebagai Lembaga Negara yang bergerak dalam bidang asuransi sosial

BPJS Ketenagakerjaan yang dahulu bernama PT Jamsostek (Persero) merupakan

pelaksana undang-undang jaminan sosial tenaga kerja.

BPJS Ketenagakerjaan sebelumnya bernama Jamsostek (jaminan sosial

tenaga kerja), yang dikelola oleh PT. Jamsostek (Persero), namun sesuai UU No.

Page 16: Tugas k3ll Klmpk 4

24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT. Jamsostek berubah menjadi BPJS Ketenaga

kerjaan sejak tanggal 1 Januari 2014.

BPJS Kesehatan dahulu bernama Askes bersama BPJS Ketenaga

kerjaan merupakan program pemerintah dalam kesatuan Jaminan. Kesehatan

Nasional (JKN) yang diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. Untuk BPJS

Kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014, sedangkan BPJS

Ketenagakerjaan mulai beroperasi sejak 1 Juli 2015.

Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah salah satu lembaga jaminan sosial

terbesar di Indonesia. Jamsostek menawarkan berbagai macam program mulai

dari program kecelakaan kerja, jaminan hari tua hingga program pemeliharaan

kesehatan.

Ada dua jenis peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang

masalah kecelakaan kerja dan biaya pengobatannya, bila perusahaan ini mengikuti

program jamsostek, Undang-undang  no.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial

Tenaga Kerja yang berlaku, Pasal 9 Undang-Undang No. 3 tahun 1992 tentang

Jaminan Sosial Tenaga Kerja menguraikan yang termasuk jaminan kecelakaan

kerja, yaitu meliputi:

1. biaya pengangkutan

2. biaya pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan

3. biaya rehabilitasi

4. santunan berupa uang yang meliputi:

santunan sementara tidak mampu bekerja

santunan cacat sebagian untuk selama-lamanya

santunan cacat total untuk selama-lamanya baik fisik maupun mental.

Bahkan Kepres RI No. 22 Tahun 1993 tentang penyakit yang timbul

karena hubungan kerja mengatur hak pekerja bila menderita penyakit karena

hubungan kerja, yakni mendapat jaminan kecelakaan kerja baik pada saat masih

Page 17: Tugas k3ll Klmpk 4

dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir (paling lama 3

tahun sejak hubungan kerja berakhir)

Apabila perusahaan tersebut belum mengikuti program Jamsostek maka

acuannya adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per-04/Men/1993 tentang

Jaminan Kecelakaan Kerja. Menurut Perme No. 4/1993, kecelakaan kerja adalah

kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit

yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam

perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah

melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.

Jumlah jaminan kecelakaan kerja yang dibayarkan terdiri dari:

pengangkutan dari tempat kejadian ke Rumah Sakit yang terdekat atau ke

rumahnya;

pemeriksaan, pengobatan dan atau perawatan di Rumah Sakit;

Selain itu juga diberikan santunan berupa uang yang terdiri dari:

santunan sementara tidak mampu bekerja sebagai pengganti upah;atau

santunan cacat sebagian untuk selama-lamanya;atau

santunan cacat total untuk selama-lamanya.

Besarnya Jaminan Kecelakaan Kerja dan Santunan tercantum dalam

Lampiran Peraturan Menteri ini.

Seperti yang sudah disebutkan dalam UU No.3/1992, bahwa program

Jamsostek wajib dikuti oleh setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja

sebanyak 10 orang atau lebih, atau membayar upah paling sedikit Rp 1 juta

sebulan. Program Jamsostek merupakan haknya tenaga kerja.

Page 18: Tugas k3ll Klmpk 4

Apabila terdapat perusahaan yang belum mengikuti Program Jamsostek,

maka tenaga kerja dapat melaporkannya ke:

• Pejabat Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia

• Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu di

Departemen yang tugas dan tanggungjawabnya meliputi ketenagakerjaan/pegawai

Pengawas Ketenagakerjaan pada Kantor Dinas Tenaga Kerja setempat

F. Sanksi Perusahaan Yang Tidak Menjalankan K3LL

Dalam era industri seperti sekarang ini, tidak dapat kita pungkiri begitu

banyak perusahaan-perusahaan besar yang berdiri di Indonesia. Mulai dari

perusahaan kelas ringan sampai kelas berat ada. Sebagai perusahaan yang telah

mempekerjakan orang-orang di dalamnya, perusahaan diwajibkan untuk memberi

perlindungan dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja kepada setiap pihak

di dalamnya agar tercapai peningkatan produktivitas perusahaan.

Pemerintah sendiri sebenarnya cukup menaruh perhatian terhadap

permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja ini. Berbagai macam produk

perundang-undangan dan peraturan-peraturan pendukung lainnya dikeluarkan

untuk melindungi hak-hak pekerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja

mereka. Beberapa perusahaan yang ada sebagian juga telah memiliki standar

keamanan dan kesehatan kerja.

Sesuai dengan Pasal 151, UU No. 4 Tahun 2009, perusahaan yang lalai

pada pelaksanaan K3 akan diberikan sanksi administratif berupa:

Peringatan tertulis;

Penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan eksplorasi atau

operasi produksi; dan/atau

Pencabutan IUP, IPR, atau IUPK.

Page 19: Tugas k3ll Klmpk 4

Pemerintah Indonesia dalam melaksanakan peraturan hukum terkait K3

kemudian membentuk lembaga-lembaga penunjang diantaranya :

a. Direktorat Pengawasan Norma K3 di DEPNAKERTRANS

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, pengawasan/ inspeksi

keselamatan kerja telah didesentralisasikan dan tanggung jawab untuk

pengawasan tersebut telah dialihkan ke pemerintah provinsi sejak tahun 1984. Di

Direktorat Jenderal Pengawasan Ketenagakerjaan DEPNAKERTRANS, sekitar

1,400 pengawas dilibatkan dalam pengawasan ketenagakerjaan secara nasional.

Sekitar 400 pengawas ketenagakerjaan memenuhi kualifikasi untuk melakukan

pengawasan K3 di bawah yurisdiksi Direktorat Pengawasan Norma K3 (PNKK).

b. Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan

Pelayanan kesehatan kerja adalah tanggung jawab Pusat Kesehatan Kerja

di bawah Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Pusat ini dibagi menjadi (i)

Seksi Pelayanan Kesehatan Kerja, (ii) Seksi Kesehatan dan Lingkungan Kerja,

dan (iii) Unit Administrasi.

Pusat ini sudah menyusun Rencana Strategis Program Kesehatan Kerja

untuk melaksanakan upaya nasional. K3 merupakan salah satu program dalam

mencapai Visi Indonesia Sehat 2010, yang merupakan kebijakan Departemen

Kesehatan saat ini. Visi Indonesia Sehat 2010 dibentuk untuk mendorong

pembangunan kesehatan nasional, meningkatkan pelayanan kesehatan yang

merata dan terjangkau untuk perorangan, keluarga, dan masyarakat .

c. Dewan Tripartit National Keselamatan dan Kesehatan Kerja (DK3N)

Dewan K3 Nasional (DK3N) dibentuk oleh DEPNAKERTRANS pada

tahun 1982 sebagai badan tripartit untuk memberikan rekomendasi dan nasihat

kepada Pemerintah di tingkat nasional. Anggota Dewan ini terdiri dari semua

instansi pemerintah yang terkait dengan K3, wakil-wakil pengusaha dan pekerja

dan organisasi profesi. Tugasnya adalah mengumpulkan dan menganalisa data K3

di tingkat nasional dan provinsi, membantu DEPNAKERTRANS dalam

membimbing dan mengawasi dewan-dewan K3 provinsi, melakukan kegiatan-

Page 20: Tugas k3ll Klmpk 4

kegiatan penelitian, dan menyelenggarakan program-program pelatihan dan

pendidikan. Selama periode 1998-2002, DK3N telah menyelenggarakan

sekurangkurangnya 27 lokakarya dan seminar mengenai berbagai subyek di

sektor-sektor industri terkait. DK3N juga telah menerbitkan sejumlah buku dan

majalah triwulan.

Pada hakikatnya kita memang tidak akan menemukan konsep dan realita

yang berjalan bersamaan, begitu pula dengan implementasi dari K3 yang belum

bisa berjalan maksimal apabila belum ada komitmen yang tegas dari berbagai

pihak baik pmerintah, pengusaha dan lembaga terkait lainnya dalam

melaksanakan K3