80
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK ETIL ASETAT TANAMAN SURUHAN (Peperomia pellucida L. Kunth) PADA TIKUS PUTIH JANTAN YANG DIINDUKSI KAFEIN SKRIPSI ISA DESI MAWATI 1110102000052 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA 2017

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

  • Upload
    lamque

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

i

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI AKTIVITAS ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK

ETIL ASETAT TANAMAN SURUHAN (Peperomia

pellucida L. Kunth) PADA TIKUS PUTIH JANTAN

YANG DIINDUKSI KAFEIN

SKRIPSI

ISA DESI MAWATI

1110102000052

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

2017

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI AKTIVITAS ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK

ETIL ASETAT HERBA SURUHAN (Peperomia

pellucidaL. Kunth) PADA TIKUS PUTIH JANTAN

YANG DIINDUKSI KAFEIN

SKRIPSI

ISA DESI MAWATI

1110102000052

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

2017

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

iii

Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

iv

Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

v

Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

vi

ABSTRAK

Nama : Isa Desi Mawati

Program Studi : Farmasi

Judul :

Suruhan (Peperomia pelucida L.Kunth) merupakan salah satu tanaman yang

berpotensi untuk menyembuhkan berbagai penyakit, salah satunya adalah dapat

menurunkan kadar asam urat darah. Suruhan mengandung berbagai senyawa

kimia, yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, dan steroid. Penelitian ini bersifat

eksperimental. 30 ekor tikus jantan galur wistar (Rattus novergicus L.) dibagi

kedalam 6 kelompok dengan jumlah tikus perkelompok sebanyak 5 ekor: kontrol

normal, kontrol negatif yang diberikan induksi kafein dosis 300/kgbb, kontrol

positif atau pembanding yang diberikan allpurinol dosis 300mg/kgbb, dan tiga

kelompok uji yang diberikan emulsi ekstrak suruhan (Peperomia pellucida L.

Kunth) dengan berbagai dosis. Dosis ekstrak etil asetat suruhan yang digunakan

adalah dosis 50mg/kgbb, dosis 100 mg/kgbb, dan dosis 200 mg/kgbb. Hasil data

yang diperoleh kemudian dianalisa menggunakan analisa One-Sample

Kolmogorov-Smirnov Test, uji Homogenitas Levene, uji Kruskall Wallis,

selanjutnya dilakukan uji Mann Whitney U-Test untuk melihat ada tidaknya

perbedaan signifikan (P≤0.05) perkelompok perlakuan. Ekstrak etil asetat suruhan

(Peperomia pellucida L kunth) dengan dosis 200 mg/kgbb merupakan yang paling

baik dalam menurunkan kadar asam urat darah (P≤0.05) dibandingkan dengan

ekstrak dosis 100 mg/kgbb, dosis 50 mg/kgbb dan allopurinol dosis 300 mg/kgbb

sebagai kelompok kontrol pembanding.

Kata kunci : Tanaman suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth), hiperurisemia,

kafein, allopurinol.

Uji Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Etil Asetat Tanaman

Suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) pada Tikus Putih Jantan

yang Diinduksi Kafein

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

vii

ABSTRACT

Name : Isa Desi Mawati

Program Study : Pharmacy

Title :

Suruhan (Peperomia pelucida L.Kunth) is one of the potential medicinal plants

that have to cure various diseases, one of which is to lower blood uric acid levels.

It contains various chemical compounds, namely alkaloids, flavonoids, saponins,

and steroids. This research is experimental. 30 male wistar strain rats (Rattus

novergicus L.) were divided into 6 groups with 5 of rat mice each groups: normal

control, negative control was induced by caffeine only dose 300 / kgbb, positive

or comparative control given allpurinol dose 300mg / kgbb, and three of test

groups were administered an emulsion extract of suruhan (Peperomia pellucida L.

Kunth) with various doses. The dose of ethyl acetate extract used was a dose of

50mg / kgbb, 100 mg / kgbb dose, and a dose of 200 mg / kgbb. Then the results

of the data were analyzed using the Kolmogorov-Smirnov One-Sample Analysis,

Levene Homogenity test, Kruskall Wallis test, then Mann Whitney U-Test was

tested to see whether there was a significant difference (P≤0.05) of the treatment

group. Ethyl acetate extract of suruhan (Peperomia pellucida L kunth) with dose

200 mg / kgbb was the best in reducing uric acid level (P≤0.05) compared with

ethyl cetate extract dose 100 mg / kgbb, dose 50 mg/kgbb and allopurinol dose

300 mg / kgbb as control group comparison.

Keywords : Suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth), hyperurisemia, caffeine,

allopurinol.

Antihyperuricemic Activity Test of Ethyl Acetate Extract Of

Suruhan (Peperomia Pellucida L. Kunth) to Decrease Uric Acid

Blood Levels in White Male Rat Induced by Caffeine

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “Uji Aktivitas Anthiperurisemia Ekstrak Etil Asetat

Tanaman Suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) pada Tikus Putih Jantan yang

Diinduksi Kafein” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian

akhir guna mendapatkan gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini penulis menyadari ada

beberapa pihak yang sangat memberikan kontribusi kepada penulis. Maka

perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

khususnya kepada :

1. Bapak Yardi, Ph.D., Apt. selaku pembimbing pertama dan Ibu Eka Putri,

M.Si., Apt. selaku pembimbing kedua yang telah rela meluangkan waktu,

pikiran dan tenaganya untuk membimbing, mengajari serta memotivasi

penulis selama penelitian, semoga segala bantuan dan bimbingan bapak

dan ibu mendapat imbalan yag terbaik dari Allah SWT.

2. Kementrian Agama dan Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin selaku

pemberi beasiswa, sehingga penulis dapat menempuh pendidikan di

Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

Syarif Hidayatullah Jakara.

3. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dr. Nurmelis, M.Si.,Apt. selaku ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

5. Bapak dan Ibu staf pengajar dan karyawan yang telah memberikan

bimbingan dan bantuan selama saya menempuh pendidikan di Program

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

ix

Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Ngadiman dan Ibunda Nirwati yang

selalu memberikan doa, dukungan dan kasih sayang yang terbaik dan luar

biasa.

7. Untuk kakakku tercinta Nur Rohmad dan adikku Rofiatun yang selalu

menyalurkan semangat untuk bisa terus maju.

8. Kepada Pakde-pakde dan Bude-bude dan seluruh keluarga besar yang

selalu memberikan motivasi, do’a, cinta dan semangat selama

menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada teman-teman Andalusia Farmasi Angkatan 2010, terima kasih

untuk kebersamaan, canda, tawa, dukungan, bantuan, semangat,saran dan

kritik yang membangun selama ini. Semoga silaturahmi selalu terjaga.

10. Sahabat-sahabat yang selalu menemani sehingga beban dan duka terasa

lebih ringan, Khulfah LZ, Luk Luk K, Shofiah Malik, Annisa Nurfitriani,

Lisa Kh, Nuraina, Nurul M, Finti M, dan seluruh keluarga besar

ASSHOF MUBA, kak Teguh P yang telah banyak mengajari dan

membimbing penulis. Terima kasih selalu atas semangat dan perhatian

yang kalian berikan.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis selama ini yang tidak bisa

disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun

penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan

ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada khususnya.

Jakarta, Oktober 2017

Penulis

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

x

Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS…………………………

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................................

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI…………………………………..

ABSTRAK………………………………………………………………….

ABSTRACT………………………………………………………………...

KATA PENGANTAR……………………………………………………...

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………..

DAFTAR ISI..................................................................................................

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................

DAFTAR TABEL.........................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................

BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................

1.1. Latar Belakang...........................................................................

1.2. Peruumusan Masalah.................................................................

1.3. Tujuan Penelitian.......................................................................

1.4. Hipotesis....................................................................................

1.5. Manfaat Penelitian.....................................................................

1.6. Ruang Lingkup Penelitian.........................................................

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................

2.1. Tumbuhan Suruhan...................................................................

2.1.1. Klasifikasi........................................................................

2.1.2. Nama Daerah...................................................................

2.1.3. Deskripsi Tanaman Herba Suruhan.................................

2.1.4. Budidaya, Ekologi dan Penyebaran.................................

2.1.5. Bagian Tanaman yang Digunakan...................................

2.1.6. Kandungan Kimia Tumbuhan Suruhan...........................

2.1.8. Khasiat dan Kegunaan.....................................................

2.2. Simplisia....................................................................................

2.3. Ekstrak dan Ekstraksi................................................................

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

x

xi

xiv

xv

xvi

1

1

3

3

3

4

4

5

5

5

5

5

6

7

7

7

7

8

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

xii

2.3.1. Pengertian........................................................................

2.3.2. Metode Ekstraksi.............................................................

2.4. Asam Urat..................................................................................

2.4.1. Pengertian Asam Urat......................................................

2.4.2. Sifat Fisika dan Kimia Asam Urat...................................

2.4.3. Metabolisme Asam Urat..................................................

2.4.4. Patologi Asam Urat..........................................................

2.4.5. Gejala Penyakit................................................................

2.4.6. Manifestasi Klinis Asam Urat.........................................

2.4.7. Obat Anti Hiperurisemia..................................................

2.5. Kafein........................................................................................

2.6. Metode Pemeriksaan Asam Urat Darah....................................

2.6.1. Metode Enzimatik Spektrofotometer UV-Vis.................

2.6.2. Tes Strip Asam Urat........................................................

2.7. Tinjauan Hewan Coba...............................................................

BAB 3. METODE PENELITIAN................................................................

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................

3.2. Desain Penelitian………….......................................................

3.3. Hewan Uji (Besar Sampel)........................................................

3.4. Bahan dan Alat Penelitian…………………………………….

3.4.1. Bahan Uji.........................................................................

3.4.2. Bahan Kimia....................................................................

3.4.3. Alat..................................................................................

3.5. Prosedur Kerja...........................................................................

3.5.1. Pengolahan Bahan Uji.....................................................

3.5.2. Pembuatan Ekstrak Etil Asetat Suruhan..........................

3.5.3. Pengujian Parameter-parameter Standarisasi..................

3.5.4.Pesiapan Hewan Uji.........................................................

3.5.5. Rancangan Penelitian.......................................................

3.5.6. Penentuan Dosis...............................................................

3.5.7. Pelaksanaan Percobaan....................................................

3.5.8. Pengambilan Darah dan Pengukuran Kadar Asam Urat

8

9

11

11

12

12

13

14

14

14

17

18

18

19

19

20

20

20

20

21

21

21

21

21

21

22

22

24

25

25

26

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

xiii

Darah..............................................................................

3.5.9. Pengolahan Data..............................................................

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………

4.1 Hasil……………………………………………………………

4.1.1. Determinasi Tanaman………………………………......

4.1.2. Pembuatan Ekstrak…………………………………......

4.1.3. Pengujian Parameter-parameter Standarisasi…………..

4.1.4. Hasil Pengukuran Kadar Asam Urat Darah………….....

4.1.5. Uji Statistik Kadar Asam Urat Darah…………………..

4.2 Pembahasan……………………………………………………

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………….

5.1 Kesimpulan…………………………………………………….

5.2 Saran…………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................

26

27

28

28

28

28

28

29

32

33

41

41

41

42

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Tanaman Herba Suruhan..............................................................

Gambar 2.4. Struktur Asam Urat......................................................................

Gambar 2.5. Struktur Kafein.............................................................................

Gambar 4.1. Kurva Rata-rata Kadar Asam Urat Darah Hewan Uji

Pendahuluan (mg/dl)………………………………………………………….

Gambar 4.2. Kurva Rata-rata Kadar Asam Urat Darah Hewan Kelompok Uji

(mg/dl)…………………………………………………………………………

6

12

18

30

31

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kelompok Perlakuan Uji....................................................................

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Standar Ekstrak………………………………..

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Penapisan Fitokimia…………………………...

Tabel 4. Hasil Pengukuran Rata-rata Kadar Asam Urat Darah Tikus Uji

Pendahuluan (mg/dl)……………...…………………………………………

Tabel 5. Persentase Peningkatan Kadar Asam Urat Darah Tikus Uji

Pendahuluan…………………………………………………………………

Tabel 6. Hasil Pengukuran Rata-rata Kadar Asam Urat Darah Hewan Uji

Selama Percobaan (mg/dl) Sebelum dan Setelah

Induksi…………………………………………………………………………

Tabel 7. Persentase Penurunan Rata-rata Kadar Asam Urat Darah Hewan Uji

Setelah Pemberian Sediaan Uji (mg/dl)………………………………………

Tabel 8. Hasil uji analisa dengan Uji Mann Whitney U-Test…………………

Tabel 9. Hasil Pengukuran Kadar Asam Urat Darah Hewan Uji

Selengkapnya Selama Percobaan (mg/dl)…………………………………......

25

28

29

29

30

30

31

32

52

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Determinasi Tanaman Peperomia pellucida L. Kunth ......

Lampiran 2. Skema Alur Kerja Uji Aktivitas Antihiperurisemia......................

Lampiran 3. Perlakuan Hewan Uji Saat Penelitian……………………………

Lampiran 4. Kegiatan Penelitian………………………………………………

Lampiran 5. Perhitungan Dosis…..……………………………………………

Lampiran 6. Perhitungan Rendemen Ekstrak, Kadar Air dan Kadar Abu

Ekstrak Eti Asetat Herba Suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth)………....

Lampiran 7. Hasil Pengukuran Kadar Asam Urat Darah Hewan Uji Selama

Percobaan……………………………………………………………………...

Lampiran 8. Uji Normalitas (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test)

Terhadap Kadar Asam Urat Darah Kelompok Hewan Uji……………………

Lampiran 9. Uji Homogenitas (Levene) Terhadap Kadar Asam Urat Darah

Kelompok Hewan Uji…………………………………………………………

Lampiran 10. Uji Kruskal Wallis……………………………………………..

Lampiran 11. Uji Mann Whitney U-Test……………………………………..

45

46

47

48

49

51

52

53

54

55

56

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit asam urat atau gout merupakan penyakit kronis yang termasuk

pada penyakit degeneratif, dapat disebabkan oleh perubahan gaya hidup

masyarakat. Penyebab utama penyakit ini adalah gaya hidup tidak sehat seperti

pola makan yang tidak sehat dalam masyarakat yang banyak mengandung protein

tinggi, terutama protein hewani yang banyak mengandung purin. Produk purin

akan dikonversi menjadi asam urat melalui metabolisme xantin dalam reaksi yang

dikatalisis oleh enzim xantin oksidase (Biokimia Harper. Edisi 20).

Pengobatan pada hiperurisemia adalah dengan memberikan obat yang

dapat menurunkan kadar asam urat atau yang dapat menghambat pembentukan

asam urat dalam tubuh seperti pemberian urikosurik dan allopurinol (Katzung B.

G., 1995). Namun penggunaan obat-obatan sintetik dalam jangka panjang dapat

menimbulkan berbagai masalah baru yang merugikan dan berbahaya, seperti pada

penggunaan allopurinol dalam jangka waktu lama akan menimbulkan gangguan

pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial nefritis akut (Tarigan,

et al.2012).

Dewasa ini telah banyak dilakukan penelitian untuk mengembangkan

alternatif pengobatan pada penyakit hiperurisemia menggunakan tanaman yang

dapat membantu menurunkan atau mengurangi kadar asam urat dalam darah

tersebut. Diantara tanaman yang diteliti tersebut adalah tanaman herba suruhan

(Peperomia pellucida L. Kunth).

Di antara manfaat herba suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) yang

telah diteliti adalah, herba suruhan memiliki khasiat sebagai analgetik (Sheikh et

al. 2013) dan antipiretik (Khan et al. 2008), antiinflamasi (Sheikh et al. 2013),

antioksidan (Kimberly, et al.2013), antimikroba dan anti kanker (Wei, et al. 2011)

antihiperglikemik (Togubu et al. 2013), sebagai antidiabetes dan juga sebagai

antihiperurisemia (Tarigan et al. 2012; Yunarto 2012), . Hasil penelitian yang

telah dilakukan oleh Tarigan et al. (2012) membuktikan bahwa ekstrak etanol

1

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

herba suruhan mempunyai efek antihiperurisemia terhadap mencit. Penelitian

yang telah dilakukan oleh Nanang Yunarto (2013) pada ayam kampung

membuktikan bahwa ekstrak air dan ekstrak heksan herba suruhan dapat

menurunkan kadar asam urat serum darah ayam kampung jantan. Suruhan dapat

dikonsumsi dalam keadaan segar seperti sayuran atau lalapan, ataupun digunakan

sebagai ramuan pada penggunaan ethno – medicinal (Majumder, et al. 2011).

Penggunaan herba suruhan sebagai obat juga dilakukan oleh masyarakat

mancanegara. Diantaranya digunakan untuk menghentikan perdarahan oleh

masyarakat Bolivia, yaitu suku Indian Altenos. Di Brazil Utara, herba suruhan

banyak digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Di Guyana

dan daerah sekitar Amazona, tanaman ini banyak digunakan sebagai obat batuk

dan melancarkan air seni. Suruhan juga digunakan untuk pengobatan pada asam

urat oleh masyarakat Filipina dan Jawa, masyarakat Jawa juga menggunakannya

untuk menghilangkan rasa kelelahan. Masyarakat di beberapa daerah di Sulawesi

Utara juga telah memanfaatkan tanaman ini sebagai penurun kolesterol darah.

Suruhan juga digunakan untuk mengobati abses, radang, bisul, jerawat, penyakit

ginjal, dan sakit perut (Majumder, et al. 2011).

Berdasarkan pengalaman empiris dalam menggunakan herba suruhan

sebagai pengobatan pada asam urat dan belum ditemukannya penelitian mengenai

pengaruh ekstrak etil asetat herba suruhan terhadap asam urat yang diujikan pada

hewan, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ekstrak etil asetat

herba suruhan dapat menurunkan kadar asam urat darah tikus jantan galur wistar

(Rattus norvegicus L.) yang diinduksi kafein. Pemilihan hewan uji tikus galur

wistar karena tikus memiliki ketahanan terhadap perlakuan daripada mencit dan

jika dibandingkan dengan hewan lain, tikus juga lebih menguntungkan dari segi

biaya pembelian dan perawatan. Sebagai pembanding efektivitas ekstrak dalam

menurunkan kadar asam urat darah maka digunakan obat sintetik standar seperti

allopurinol. Untuk mengetahui aktivitas penurunan kadar asam urat serum darah,

maka digunakan metode pengujian menggunakan metode tes strip asam urat.

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Penyakit asam urat merupakan penyakit kronis dan termasuk dalam

penyakit degeneratif .

b. Pengobatan asam urat selama ini menggunakan obat-obat kimia. Namun

obat-obat kimia tersebut, pengobatan dalam jangka akan menimbulkan

reaksi yang merugikan.

c. Selama ini banyak sekali penelitian mengenai aktivitas zat berkhasiat

yang berasal dari bahan alam yang dimanfaatkan untuk pengobatan

hiperurisemia termasuk suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth).

d. Telah dilakukan penelitian terhadap tanaman suruhan (Peperomia

pelucida L. Kunth), yang digunakan ekstrak dari tanaman tersebut

adalah ekstrak etanol, ekstrak n-heksan, dan ekstrak air. Ekstrak-ekstrak

tersebut diuji aktivitasnya terhadap hewan (mencit, tikus, dan ayam

kampung) untuk melihat kadar asam urat dalam tubuh hewan tersebut.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Apakah ekstrak etil asetat tanaman suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth)

mempunyai kemampuan dalam menurunkan kadar asam urat darah?

1.4. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh dan potensi ekstrak etil asetat tanaman suruhan

(Peperomia pellucida L. Kunth) sebagai antihperurisemia dalam mengendalikan

hiperurisemia pada tikus jantan (Rattus novergicus L.).

1.5. Hipotesis

Ekstrak etil asetat tanaman suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) dapat

menurunkan kadar asam urat darah tikus jantan (Rattus novergicus L.).

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.6. Manfaat Penelitian

1.6.1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah inventarisasi

data ilmiah khasiat obat yang diperoleh dari bahan alam sehingga

dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan.

1.6.2. Secara Metodologi

Metode dalam penelitian ini bermanfaat untuk dapat dilakukan

penelitian yang serupa terhadap tanaman obat lainnya.

1.6.3. Secara Aplikatif

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan data ilmiah

untuk membuat kebijakan - kebijakan baik di bagian BPOM maupun

di bagian kesehatan.

1.7. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dengan judul “Aktivitas Antihieprurisemia Ekstrak Etil Aseatat

Suruhan (Peperomia Pellucida L. Kunth) pada Tikus Putih Jantan yang Diinduksi

Kafein” ini dibatasi pada uji aktivitas antihiperurisemia ekstrak etil asetat dari

tanaman suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) terhadap tikus putih jantan

(Rattus novergicus L.) yang telah dibuat hiperurisemia.

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tumbuhan Suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth)

Tinjauan mengenai tumbuhan ini meliputi klasifikasi tumbuhan, nama

daerah, deskripsi tumbuhan, khasiat dan kegunaan serta kandungan kimia.

2.1.1. Klasifikasi

Klasifikasi tanaman herba suruhan adalah sebagai berikut (Majumder et al,

2011):

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Magnoliidae

Ordo : Piperales

Famili : Piperaceae

Genus : Peperomia Ruiz & Pavon

Spesies : Peperomia pellucida L. Kunth

Sinonim : Peperomia exigua Miq.

2.1.2. Nama Daerah

Berdasarkan daerahnya suruhan memiliki beberapa nama yaitu sasaladaan

(Sunda); range-range, sladanan, suruhan (Jawa); tumpangan air (Sumatera,

Jakarta); gofu goroho (Ternate); rumput ayam (Pasan Ratahan); ulasiman bato,

olasiman ihalas, tangon-tangon (Filipina); cao hu jiao (Cina); ketumpangan air

(Malaysia); chaa kruut, phak krasang, phak hak kluai (Thailand) (Drs. H. Arief

Hariana. 2013).

2.1.3. Deskripsi Tanaman Herba Suruhan

Tumbuhan herba suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) merupakan

tanaman yang berasal dari Amerika Tropis.Tumbuh secara liar di tempat-tempat

lembab seperti pekarangan rumah. Terna semusim tumbuh tegak dengan tinggi

20-40 cm, dan jika terlalu tinggi akan menggantung dengan batang bulat yang

5

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

mempunyai penampang 3-5 mm, bercabang, batang dan daun banyak

mengandung cairan, berwarna hijau pucat. Daun tunggal bertangkai dengan

helaian lebar berbentuk seperti jantung, ujung runcing, pangkal melekuk,

pertulangan melengkung, tepi rata dan terletak berselang-seling. Panjang daun 1-3

cm. Permukaan atas daun hijau pucat mengkilap, bagian bawah berwarna lebih

muda. Bunga keluar dari ujung tangkai atau ketiak daun berbentuk majemuk

tersusun dalam rangkaian berbentuk bulir kecil-kecil dengan diameter 1 mm,

berwarna hijau dengan panjang 1-6 cm ujung runcing tersusun seperti buah lada,

berwarna kecoklatan. Akar serabut, tidak dalam (Kinho et al., 2011).

2.1.4. Budidaya, Ekologi dan Penyebaran

Tanaman herba suruhan berasal dari Amerika tropis. Penyebarannya

melalui Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Asia Tenggara.Tumbuh dengan

mudah pada kondisi tanah yang lembab atau dibawah naungan tanaman tinggi

dengan cahaya matahari yang cukup. Budidaya tanaman ini belum banyak yang

melakukan karena mudahnya menemukan tanaman tersebut di berbagai tempat

yang memiliki faktor kelembaban. Tetapi saat ini, tanaman herba suruhan telah

mulai dibudi dayakan dengan cara perbanyakan dengan biji. Karena sifatnya yang

merupakan tanaman liar, dalam budi daya tanaman ini hanya memerlukan

perawatan yang cukup mudah yaitu dengan menjaga kelembaban tanah dengan

menyiram tanaman atau tanah sekitarnya secara berkala dan dapat juga dilakukan

pemupukan pada tanaman tersebut. Penanaman suruhan sebaiknya pada tanah

yang lembab, terkena sinar matahari cukup dan sedikit terlindungi (Arief Hariana.

2013).

Gambar 2.1. Tanaman Herba Suruhan (Sumber: Koleksi Pribadi)

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.5. Bagian Tanaman yang Digunakan

Penggunaan tanaman herba suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth)

adalah seluruh bagian tanaman untuk mengatasi berbagai macam penyakit.

2.1.7. Kandungan Kimia Tumbuhan Suruhan

Suruhan banyak mengandung alkaloid, tanin, saponin, polifenol, kalsium

oksalat, lemak dan minyak atsiri (Kinho et al., 2011). Suruhan memiliki aroma

yang bersifat pedas dan sejuk yang merupakan aroma khas anggota famili

Piperaceae. Dalam jurnal Majumder et. al (2011) juga dikatakan bahwa suruhan

juga memiliki aktivitas antijamur.

2.1.8. Khasiat dan Kegunaan

Suruhan banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia, Thailand, Cina

dan negara-negara lainnya karena sifatnya yang dapat tumbuh diberbagai tempat

lembab. Secara empiris, tanaman herba suruhan digunakan untuk pengobatan

diabetes dan asam urat dengan cara meminum air rebusan seluruh bagian tanaman,

sebagai lalapan atau dengan cara menggiling seluruh bagian tanaman kemudian

ditempelkan pada bagian yang sakit untuk sakit kepala dan demam atau dengan

memeras dan menyaring dan meminum sari hasil gilingan tanaman untuk sakit

perut (Kinho et al., 2011).

Penelitian mengenai suruhan mulai banyak dilakukan, beberapa penelitian

tersebut menunjukkan aktivitas suruhan sebagai antioksidan, anti diabetes, anti

hiperurisemia, abses, bisul, radang kulit, penyakit ginjal, luka bakar atau memar

dan antikanker.

2.2. Simplisia

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai bahan obat dan belum

mengalami pengolahan apapun juga, dan kecuali dinyatakan lain, telah mengalami

pengeringan. Simplisia dibedakan atas simplisia nabati, simplisia hewani, dan

simplisia pelikan (mineral) (Gunawan et.al, 2004).

Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian

tumbuhan, atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan adalah isi sel yang secara

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

spontan keluar dari tumbuhan atau dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhan

dan belum berupa senyawa kimia murni (Depkes RI, 2006).

Simplisia baik nabati maupun hewani tidak boleh mengandung organisme

pathogen dan terbebas dari cemaran mikroorganisme, serangga, hewan lain

maupun kotoran hewan. Sebelum simplisia dibuat serbuk, simplisia harus

dipastikan terlebih dahulu terbebas dari pasir, debu maupun pengotor-pengotor

lain yang ikut terdapat pada simplisia (Depkes RI, 2006).

2.3. Ekstraksi dan Ekstrak

2.3.1. Pengertian

Ekstraksi adalah suatu proses untuk mendapatkan ekstrak kental yang

mengandung senyawa kimia yang terdapat di dalam suatu bahan alam dengan

menggunakan pelarut dan metode yang tepat. Ekstrak adalah hasil dari proses

ekstraksi bahan alam.

Ekstraksi menurut Harbone (1987) adalah penyarian zat-zat berkhasiat

atau zat-zat aktif dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan

termasuk biota laut. Zat-zat aktif terdapat di dalam sel, namun sel tanaman dan

hewan berbeda demikian pula ketebalannya, sehingga diperlukan metode

ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam mengekstraksinya.

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan cara mengekstraksi

senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani dengan menggunakan pelarut

yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi baku yang

telah ditetapkan (Depkes RI, 2000).

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, ekstrak adalah sediaan kental

yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau

simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua pelarut

diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa

sehingga memenuhi baku yang telah ditentukan. Sebagian besar ekstrak dibuat

dengan mengekstraksi bahan baku obat secara perkolasi. Seluruh perkolat

biasanya dipekatkan secara destilasi dengan menggunakan tekanan.

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ekstraksi memiliki tujuan untuk menarik komponen kimia yang terdapat

pada bahan alam yang didasarkan pada prinsip perpindahan massa komponen zat

kedalam pelarut dengan cara difusi.

Proses ekstraksi yang dilakukan tergantung pada bahan-bahan yang akan

diekstraksi. Simplisia yang lunak seperti akar, daun, dan rimpang lebih mudah

menyerap pelarut sehingga pada proses pemotongan tidak harus dilakukan sampai

halus. Sedangkan pada simplisia yang keras seperti kulit, biji, kayu dan kulit akar

harus dilakukan pemotongan sampai halus karena penyerapan oleh pelarut akan

lebih sukar jika simplisia terlalu kasar. Proses ekstraksi juga dapat dipengaruhi

oleh senyawa yang dikandung oleh simplisia, seperti protein, karbohidrat, lemak

dan gula (DepKes RI, 2000).

2.3.2. Metode Ekstraksi

Metode ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah dengan cara

dingin dan panas. Ekstraksi cara dingin adalah dengan cara maserasi dan perkolasi.

Ekstraksi dengan cara panas adalah dengan cara refluks, sokletasi, digesti, infus

dan dekok.

a. Ekstraksi cara dingin

1. Maserasi

Maserasi adalah proses ekstraksi dari simplisia dengan menggunakan

pelarut selama beberapa waktu disertai dengan beberapa kali

pengadukan pada temperatur kamar/ruangan dan dalam bejana tertutup

rapat. Kemudian simplisia dituangi dengan pelarut hingga simplisia

terendam sempurna. Maserasi dibedakan atas dua, yaitu maserasi

kinetik yang merupakan maserasi dengan disertai pengadukan yang

terus menerus atau kontinyu dan remaserasi yang merupakan maserasi

yang dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan

penyaringan maserat pertama, dan seterusnya. Dengan cara tersebut,

diharapkan zat-zat berkhasiat dapat terekstrak dengan sempurna.

Maserasi digunakan untuk mengekstraksi zat-zat yang tidak tahan

terhadap pemanasan (Harbone, 1987; Depkes RI, 2000).

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna (exchaustive extraction) pada sebuah perkolator dan

dilakukan pada suhu ruang. Pada proses perkolasi, simplisia dilewati

oleh pelarut secara terus menerus dan hasil tetesan pelarut dari simplisia

ditampung pada wadah. Hasil tetesan tersebut merupakan ekstrak dari

simplisia.

b. Ekstraksi cara panas

1. Refluks

Refluks adalah cara ekstraksi dengan cara panas yang

berkesinambungan. Bahan yang akan diekstraksi direndam pada bejana

labu alas bulat yang dilengkapi dengan pendingin. Perendaman dengan

memberikan pelarut yang sesuai, kemudian dipanaskan pada temperatur

didihnya. Cairan penyari/pelarut akan menguap melewati pendingin

yang kemudian uap akan diembunkan oleh pendingin dan akan

kembali menyari simplisia. Proses ini berlangsung terus menerus

selama kurang lebih 4 jam.

2. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang bersifat terus menerus

dengan jumlah pelarut yang konstan pada sebuah alat khusus yang

dilengkapi dengan pendingin balik.

3. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik dengan menggunakan suhu yang lebih

tinggi dari suhu ruangan, secara umum dilakukan pada suhu 400C –

500C.

4. Infusa

Infusa adalah ekstraksi simplisia dengan menggunakan pelarut air pada

suhu 960C – 98

0C selama waktu tertentu (15 – 20 menit). Metode ini

biasanya digunakan untuk mengekstraksi zat aktif yang larut dalam air

dari bahan-bahan nabati. Kelemahan dari metode ini adalah, hasil

ekstraksi tidak stabil dan mudah tercemar oleh mikroba seperti kuman

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan kapang sehingga sebaiknya ekstrak yang dihasilkan tidak disimpan

lebih dari 24 jam.

5. Dekok

Dekok adalah metode esktraksi yang mirip dengan infus tetapi dengan

waktu yang lebih lama yaitu 30 menit dengan suhu sampai titik didih

air.

2.4. Asam Urat

2.4.1. Pengertian Asam Urat

Asam urat adalah senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses

katabolisme purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen (asam

deoksiribonukleat DNA). Asam urat sebagian besar diekskresi melalui ginjal dan

hanya sebagian kecil melalui saluran cerna. Ketika kadar asam urat meningkat,

disebut hiperuresemia, penderita akan mengalami pirai (gout). Penyakit asam urat

dapat disebabkan oleh faktor dari luar dan faktor dari dalam. Faktor penyebab

asam urat dari luar yang utama seperti makanan yang mengandung kadar senyawa

purin tinggi (Pribadi Fajar W. dan Ernawati 2010). Sedangkan faktor dari dalam

dapat disebabkan oleh terjadinya proses penyimpangan metabolisme yang

berkaitan dengan faktor usia, penyakit, dan gaya hidup.

Adapun secara jelas, penyebab hiperuresemia adalah karena produksi yang

berlebihan atau ekskresi yang menurun (seperti pada gagal ginjal). Penyebab lain

hiperuresemia adalah alkohol, karsinoma metastatik, hiperlipoproteinemia,

diabetes mellitus, gagal ginjal, stress, keracunan timbal, dan dehidrasi akibat

pemakaian diuretik.

Gambar 2.4. Struktur asam urat Sumber : Kelly, William N and Wyngaarden, James B, 1970

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Asam urat merupakan hasil metabolisme normal dari pencernaan protein

ataupun dari hasil katabolisme senyawa purin yang akan diekskresi melalui ginjal,

feses, atau keringat.

2.4.2. Sifat Fisika dan Kimia Asam Urat

Asam urat dikenal dengan nama kimia 2,6,8-trioksipurin, yang merupakan

asam lemah organik dengan berat meolekul 169. Asam urat merupakan senyawa

yang termasuk dalam golongan senyawa purin yang paling mudah dioksidasi.

Asam urat dapat mengalami oksidasi dalam larutan netral atau alkali dan

menghasilkan karbondioksida dan allantoin, sedangkan oksidasi asam urat pada

larutan asam akan menghasilkan aloksan.

Garam natrium urat memiliki sifat mudah larut dalam air bila

dibandingkan dengan asam urat. Akan tetapi, kelarutan natrium memiliki batas

tertentu pada cairan plasma. Serum darah menjadi jenuh dengan garam natrium

jika mencapai konsentrasi 6,4 mg / 100 ml yang menyebabkan ketidakstabilan dan

garam natrium akan mengendap dengan cepat sehingga membentuk kristal

natrium urat yang tertimbun pada persendian.

2.4.3. Metabolisme Asam Urat

Manusia memiliki nukleosida purin utama, yaitu adenosin dan guanosin.

Pada proses metabolisme adenosin dan guanosin menghasilkan produk akhir yaitu

asam urat yang kemudian diekskresikan keluar tubuh. Pada proses pembentukan

asam urat, pertama-tama adenosin mengalami deaminasi oleh enzim adenosin

deaminase menjadi inosin, untuk selanjutnya inosin mengalami fosforolisis pada

ikatan N-glikosinat dan guanosin yang dikatalisis oleh nukleosida purin

fosforilase menghasilkan hipoxantin dan guanin dengan melepaskan senyawa

ribosa 1-fosfat dan basa purin, yang mana hipoxantin dan guanin akan membentuk

xantin dalam reaksi yang dikatalisis oleh xantin oksidase dan guanase. Kemudian

pada reaksi yang kedua, xantin mengalami oksidasi menjadi asam urat yang

dikatalisis oleh enzim yang sama pada pembentukan xantin, yaitu enzim xantin

oksidase. Xantin oksidase merupakan lokasi yang esensial untuk intervensi

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

farmakologis pada penderita hiperurisemia dan penyakit gout (Rodwell et al,

1998).

Pada kondisi normal, manusia dewasa memiliki kadar asam urat sebagai

berikut: laki-laki 4,0 – 8,5 mg/dl atau 0,24 - 0,52 mmol/L, dan pada wanita 2,7 –

7,3 mg/dl atau 0,16 – 0,43 mmol/L. Kadar asam urat dalam darah pada manula

sedikit lebih tinggi dibandingkan yang bukan manula. Ekskresi keseluruhan asam

urat secara normal pada manusia berkisar antara 400 – 600 mg / 24 jam.

Sebagian asam urat yang terbentuk akan dieliminasi melalui ginjal, dan

sebagian lagi dieliminasi melalui saluran pencernaan (Weatheral DJ et al, 1987).

Pada penderita gout, kebanyakan kasus yang terjadi disebabkan karena ekskresi

asam urat melalui ginjal sangat menurun (Wood J, 1999).

Pada sistem metabolisme, hewan mamalia tingkat rendah memiliki enzim

urikase, yaitu suatu enzim yang dapat merubah asam urat menjadi allantoin yang

larut dalam air, sedangkan pada manusia tidak memilki enzim tersebut sehingga

produk katabolisme senyawa purin adalah asam urat. Pada jenis amfibi, burung

dan reptil juga tidak memiliki enzim urikase sehingga mengekskresikan asam urat

dan guanine sebagai produk akhir katabolisme senyawa purin (Rodwell et al,

1987).

2.4.4. Patologis Asam Urat

Kelebihan asam urat (hiperurisemia) merupakan keadaan meningginya

kadar asam urat dalam serum darah yang disebabkan oleh pencernaan makanan

tinggi protein berupa purin atau karena kerusakan pada sel-sel tubuh yang terjadi

karena suatu penyakit tertentu (Dianati, 2015). Peningkatan atau penurunan kadar

asam urat dalam darah dapat terjadi secara mendadak. Pada peningkatan kadar

asam urat yang mendadak akan dapat menyebabkan serangan gout. Kelebihan

asam urat yang terjadi terus menerus dapat menyebabkan terjadinya penumpukan

kristal monosodium urat. Pada tahap ini akan terjadi aktivitas imunologik, yaitu

fagositosis kristal urat oleh immunoglobulin yang berupa IgG.

Penumpukan kristal ini dapat terjadi dimana saja, terutama pada sendi.

Pengendapan kristal akan menyebabkan timbulnya inflamasi. Apabila

pengendapan ini terjadi berulang-ulang, akan menyebabkan penumpukan kristal

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

natrium urat pada bagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga

(Smeltzer dan Bare, 2001).

2.4.5. Gejala Penyakit

Terjadinya serangan gout yang mendadak biasanya pada malam hari.

Gejala yang timbul yaitu terjadi demam, kepala sakit, nafsu makan berkurang dan

jantung berdebar. Jika terjadi serangan, sendi-sendi yang terserang tampak merah,

mengkilap, bengkak, kulit pada bagian sendi terasa panas yang disertai dengan

rasa nyeri yang hebat dan persendian sulit digerakkan (Wijayakusuma, 2006).

Pada tahap akut, dapat timbul endapan urat seperti kapur pada kulit yang

membentuk tonjolan.

2.4.6. Manifestasi Klinis Asam Urat

Manifestasi sindrom gout mencakup atritis gout akut yaitu serangan

rekuren inflamasi artikuler dan periartikuler yang berat, tofus atau endapan kristal

yang menumpuk dalam jaringan artikuler, jaringan oseus, jaringan lunak dan

kartilago; nefropati gout yang disebabkan oleh gangguan pada ginjal; dan

pembentukan batu asam urat dalam traktus urinarius.

2.4.7. Obat Anti Hiperurisemia

Penanganan pada penyakit asam urat atau gout yaitu dengan cara

mengobati penyakit, menangani serangan akut, mencegah serangan lanjutan, dan

juga penatalaksanaan gout topaseus kronik (Johnstone, Annete,. 2005). Terapi

pada hiperurisemia atau gout dapat dilakukan dengan terapi non obat dan terapi

farmakologi.

Adapun pada terapi farmakologi, obat-obatan yang dapat digunakan untuk

terapi serangan akut adalah obat golongan NSAID, kolkhisin dan golongan

kortikosteroid. Pemilihan obat untuk pasien berbeda-beda tergantung pada

beberapa faktor. Obat golongan NSAID biasanya lebih dapat ditolerir jika

dibandingkan dengan kolkhisin dan juga lebih mempunyai efek yang dapat

diprediksi.

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

A. Penghambat Sintesis Asam Urat (Allopurinol)

Obat hipourisemik pilihan adalah allopurinol. Selain mengontrol gejala, obat

ini juga melindungi fungsi ginjal. Allopurinol menurunkan produksi asam

urat dengan cara menghambat enzim xantin oksidase. Allopurinol juga

menurunkan konsentrasi intraselluler dari PRPP. Allopurinol mengalami

biotransformasi menjadi aloxantin yang memiliki waktu paruh lebih panjang

daripada allopurinol sendiri. Dengan waktu paruh yang panjang, sehingga

allopurinol cukup diberikan satu kali dalam sehari.

Pada pasien dengan fungsi ginjal normal dosis awal allopurinol tidak boleh

melebihi 300 mg / 24 jam. Pada praktisnya, kebanyakan pasien mulai dengan

dosis 100 mg / hari dan dosis dititrasi sesuai kebutuhan. Dosis pemeliharaan

umumnya 100 mg / hari peroral. Dosis 300 mg / hari menurunkan asam urat

darah pada pasien menjadi 85% normal. Respon terhadap allopurinol dapat

dilihat sebagai penurunan kadar urat dalam darah pada 2 hari setelah terapi

dimulai dan maksimum setelah 7‐10 hari. Kadar urat dalam darah harus dicek

setelah 2‐3 minggu penggunaan allopurinol untuk meyakinkan turunnya

kadar asam urat.

Allopurinol biasanya ditoleransi dengan baik. Efek samping yang terjadi pada

2% pasien biasanya disebabkan karena dosis yang tidak tepat terutama pada

pasien dengan kelainan fungsi ginjal. Efek samping yang terjadi pada 3‐5%

pasien adalah sebagai reaksi alergi/hipersensitivitas. Sindrom toksisitas

allopurinol termasuk ruam, demam, perburukan insufisiensi ginjal, vaskulitis

dan kematian. Sindrom ini lebih banyak dijumpai pada pasien lanjut usia

dengan insufisiensi ginjal dan pada pasien yang juga menggunakan diuretik

tiazid. Erupsi kulit adalah efek samping yang paling sering, efek samping

lainnya adalah hepatotoksik, nefritis interstisial akut dan demam. Reaksi

alergi ini akan reda jika obat dihentikan. Jika terapi dilanjutkan, dapat terjadi

dermatitis eksfoliatif berat, abnormalitas hematologi, hepatomegali, nekrosis

hepatik dan kerusakan ginjal. Fungsi ginjal harus dicek sebelum terapi

allopurinol mulai diberikan dan dosis disesuaikan.

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

B. Obat Urikosurik

Kebanyakan pasien dengan hiperurisemia yang sedikit mengekskresikan asam

urat dapat diterapi dengan obat urikosurik. Obat urikosurik bekerja dengan

meningkatkan klirens ginjal dari asam urat dengan menghambat reabsorpsi

tubular asam urat, memperbesar ekskresi dan mengurangi konsentrasi asam

urat di serum. Penggunaan urikosurik harus dihindari pada pasien dengan

nefropati urat dan yang memproduksi asam urat berlebihan. Obat ini tidak

efektif pada pasien dengan fungsi ginjal yang buruk (klirens kreatinin <20‐30

mL/menit).

Terapi dengan obat urikosurik sebaiknya dimulai dari dosis rendah untuk

menghindari efek urikosuria dan terbentuknya endapan asam urat. Berikut

adalah yang termasuk kedalam golongan obat urikosurik :

1. Probenesid

Pemberian obat ini adalah dengan dosis 250 mg dua kali sehari selama 1-

2 minggu kemudian dilanjutkan 500 mg selama 2 minggu. Setelah itu,

dosis dapat dilanjutkan 500 mg setiap 1 – 2 minggu hingga keadaan

menjadi normal, atau sampai dosis maksimum 3 gram.

2. Sufinpirazon

Sufinpirazon merupakan obat golongan urikosurik yang poten dan

memiliki efek paradoksal antara ekskresi asam urat untuk menurunkan

asam urat dalam plasma dengan hemodilusi. Dosis diberikan dengan

dosis pertama 50 mg dua kali sehari dan meningkat secara bertahap

setiap 10 hari sekali hingga mencapai dosis pemeliharaan sebesar 100 mg

3 – 4 kali sehari.

3. Salisilat

Salisilat memiliki efek paradoksikal dari dosis tinggi dan dosis rendah.

Dosis rendah salisilat bekerja dengan menghambat sekresi tubuli, dan

dosis tinggi salisilat bekerja dengan menghambat reabsorpsi asam urat

dengan hasil akhir peningkatan ekskresi asam urat. Dosis rendah (1 atau

2 gram sehari) dapat menghambat ekskresi asam urat, sehingga kadar

asam urat dalam darah meningkat. Dengan peningkatan dosis hingga 2 –

3 gram sehari tidak dapat mengubah ekskresi asam urat. Pada dosis tinggi

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(> 5 gram perhari) terjadi peningkatan ekskresi asam urat melalui urin,

sehingga kadar asam urat dalam darah menjadi turun.

Efek urikosurik yang ditimbulkan salisilat dapat bertambah bila urin

bersifat basa. Dengan alkalisasi urin, kelarutan asam urat dalam urin

meningkat, sehingga tidak terjadi pembentukan kristal asam urat pada

tubuli ginjal.

4. Benzbromarone

Benzbromarone adalah obat urikosurik yang digunakan dengan dosis 100

mg/hari untuk pasien dengan penurunan fungsi ginjal moderat yang tidak

dapat menggunakan urikourik lain atau allopurinol karena hipersensitif.

Penggunaannya harus dimonitor ketat karena dikaitkan dengan kejadian

hepatotoksik berat.

2.5. Kafein

Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid yang banyak terdapat dalam

minuman, seperti kopi, teh dan coklat. Kafein termasuk kedalam golongan xantin

karena mempunyai rumus kimia C8H10N4O2, dengan rumus bangun 1,3,7-

trimethylxanthine. Kafein terdapat sebagai serbuk berwarna keputihan dengan

rasa yang pahit yang dapat mengalami pengkristalan oleh adanya air dalam jangka

waktu yang lama yang dapat menghidrasi senyawa tersebut. Kelarutan kafein

adalah 1:50 dalam air, 1:75 dalam alkohol, atau 1:6 dalam kloroform. Kelarutan

kafein meningkat dalam air panas (1:6 pada suhu 800

C) atau dalam alkohol panas

(1:25 pada suhu 600

C). Kafein mempunyai kemiripan struktur kimia dengan 3

senyawa alkaloid lainnya yaitu xanthin, theophylline, dan theobromine.

Gambar. 2.5. Struktur Kafein

Sumber : Prasetya, Yudha,. Skripsi, (2009)

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Konsumsi kafein secara berlebihan dapat menimbulkan reaksi yang tidak

dikehendaki seperti insomnia, gelisah, delirium, takikardia, ekstrasistole,

pernapasan meningkat, tremor otot, dan diuresis (Misra, 2008), sehingga

sebaiknya mengkonsumsi kafein dalam batas dosis yang dianjurkan yaitu 100 –

200 mg perhari dan tidak lebih dari 300 mg perhari. Absorpsi kafein dalam

saluran pencernaan mencapai kadar 99% kemudian kadarnya dalam aliran darah

akan mencapai puncak dalam waktu 45 - 60 menit setelah mengalami proses

pencernaan. Kafein mempunyai waktu paruh 5-6 jam pada orang dewasa, dan

kadarnya akan berkurang dalam waktu 6 jam dengan sangat perlahan. Disebutkan

bahwa senyawa metilxantin mempunyai waktu paruh 0,7-1,2 jam pada hewan,

sedang pada manusia 2,5-4,5 jam.

Kafein digunakan sebagai penginduksi asam urat karena kafein

mengandung metilxantin yang mengalami eliminasi melalui hati dan

diekskresikan melalui urin dalam bentuk asam urat. Kafein dapat meningkatkan

kadar asam urat dengan adanya gugus metil yang akan dioksidasi oleh enzim

xantin oksidase membentuk asam urat dalam tubuh (Prasetya, Yudha,. Skripsi,

2009).

2.6. Metode Pemeriksaan Kadar Asam Urat Darah

2.6.1. Metode Enzimetik Spektrofotometer UV-Vis

Metode ini menggunakan enzim-enzim yang bekerja secara spesifik pada

asam urat, sehingga memberikan hasil yang relative lebih tepat jika dibandingkan

dengan metode yang lain. Prinsip metode ini adalah oksidasi asam urat menjadi

allantoin, hidrogen peroksida, dan karbon dioksida yang dikatalisis oleh enzim

urikase. Hidrogen peroksida yang terbentuk akan bereaksi dengan 3,5 dikloro 2-

hidroksibenzene sulfonat (DCHBS) dan 4-aminophenazon (PAP) yang akan

terbentuk zat warna quinonnimin yaitu N-(4-antipirin)-3-kloro-5-sulfonat-p-

benzokuinonimuin yang akan diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-

Vis pada panjang gelombang 520 nm (Yuno., 2003).

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.6.2. Tes Strip Asam Urat

Alat ini merupakan alat yang digunakan untuk memonitor tingkat asam

urat dalam darah.Tes ini spesifik untuk asam urat dengan menggunakan oksidasi

asam urat dan berdasarkan pada kemajuan teknologi biologi sensor.

2.7. Tinjauan Hewan Coba

Hewan coba yang umum digunakan dalam penelitian farmakologi adalah

tikus putih dan mencit. Pada penelitian ini digunakan hewan coba tikus putih

jantan. Tikus putih jantan memiliki berbagai galur, diantaranya: Long – Evans,

Sprague – Dawley dan Wistar. Tikus yang digunakan pada penelitian ini adalah

Rattus novergicus yang merupakan salah satu galur Wistar.

Adapun klasifikasi Rattus novergicus adalah sebagai berikut:

Regnum : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Bangsa : Rodentia

Keluarga : Muridae

Sub keluarga : Murinae

Marga : Rattus

Jenis : R. Novergicus

(Sharp et al, 1998)

Strain tikus dipilih karena merupakan salah satu hewan yang banyak

digunakan pada penelitian hiperurisemia adalah Sprague-Dawley dan Wistar.

Ciri- ciri tikus putih Rattus novergicus galur Wistar adalah: memiliki warna tubuh

putih, mata berwarna merah (albino), ukuran kepala dan ekor lebih pendek dari

badannya.

Rattus novergicus banyak digunakan dalam penelitian karena memiliki

beberapa kelebihan, antara lain: mudah dipelihara dalam populasi yang besar

dengan ukuran yang lebih besar daripada mencit, dan dapat berkembang biak

dengan pesat, yaitu mempunyai masa hamil 21 – 23 hari dengan jumlah anak yang

cukup banyak (6 – 12 ekor). Tikus juga memiliki kemampuan hidup yang lebih

lama jika dibandingkan dengan mencit (4 tahun). Suhu kandang yang dibutuhkan

tikus adalah 18 – 27 0 C dan kelembaban relatif 40 – 70 %.

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmasi Penelitian I,

Laboratorium Penelitian II dan Laboratorium Animal House FKIK Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian dimulai pada bulan Mei 2014.

3.2. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan desain eksperimental. Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui aktivitas antihiperurisemia ekstrak etil asetat dari

tanaman suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) terhadap tikus putih jantan yang

telah dibuat hiperurisemia.

Dalam penelitian ini, obat yang digunakan sebagai pembanding kelompok

uji adalah allopurinol.

3.3. Hewan Uji (Besar Sample)

Penelitian ini menggunakan hewan uji, yaitu tikus putih jantan bergalur

wistar (Rattus novergicus. L.) yang diuji kadar asam uratnya setelah perlakuan.

Rancangan penelitian ini terbagi atas satu kelompok kontrol normal, satu

kelompok kontrol positif / kontrol pembanding yang diberikan allopurinol sebagai

pembanding untuk emulsi ekstrak etil asetat, satu kelompok negatif yang

diberikan kafein sebagai penginduksi dan tiga kelompok perlakuan yang diberikan

ekstrak etil asetat.

Menurut WHO penggunaan hewan uji tikus dalam tiap kelompok terdiri

atas 5 ekor tikus. Sehingga tikus yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30

ekor yang dibagi kedalam 6 kelompok perlakuan dengan jumlah tiap kelompok

perlakuan adalah 5 ekor.

Dalam penelitian eksperimental, hewan uji / sampel dilebihkan 20 % dari

jumlah total yang dipakai dalam penelitian yaitu 30 x 20 % = 6 ekor, sehingga

dalam penelitian ini besar seluruh sampel tikus yang digunakan adalah :

20

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

30 ekor + 6 ekor tikus cadangan = 36 ekor. Tikus yang digunakan adalah tikus

yang berumur 2 – 4 bulan dengan bobot tubuh 150 – 300 gram. Tikus

diaklimatisasi selama 2 minggu dengan diberikan pakan berupa butiran (pellet)

diberikan secukupnya dan diberikan minum secukupnya.

3.4. Bahan dan Alat Penelitan

3.4.1. Bahan Uji

Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah simplisia herba

suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) yang diperoleh dari Kebun Raya Bogor

dalam bentuk simplisia. Serta allopurinol sebagai obat pembanding yang dibeli di

Apotek Generik di daerah Legoso Raya Kecamatan Ciputat.

3.4.2. Bahan Kimia

Bahan kimia yang digunakan pada penelitian ini adalah n-heksan, etil

asetat, etanol 70%, kafein, Na CMC, Tween 80, aquades, eter, NaOH 1N, HNO3

pekat, kloroform, asam sulfat 2M, asam sulfat encer, asam klorida pekat, asam

klorida 2N, besi (III) klorida 1%, serbuk magnesium, pereaksi Dragendorff,

pereaksi Meyer, dan n-Butanol.

3.4.3 Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tes strip penguji

asam urat (Easytouch GCU), sonde oral, spuit, jarum suntik, timbangan hewan

(Ohauss), timbangan analitik, kandang tikus, blender, vacuum rotary evaporator,

hotplate, magnetic stirrer, oven, kertas saring, kapas, batang pengaduk, spatula,

lumpang, alu, aluminium foil dan alat-alat gelas.

3.5. Prosedur Kerja

3.5.1. Pengolahan Bahan Uji

Simplisia suruhan yang telah dibeli dari Kebun Raya Bogor dalam kondisi

simplisia kering dan dideterminasi di Pusat Penelitian LIPI yang ada dalam

Lembaga Kebun Raya Bogor selanjutnya disortasi kering, kemudian diserbukkan

dengan cara diblender.

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.5.2. Pembuatan Ekstrak Etil Asetat Suruhan

Pembuatan ekstrak etil asetat herba suruhan (Peperomia pellucida L.

Kunth) menggunakan metode ekstraksi cara dingin dengan maserasi bertingkat,

yaitu berdasarkan tingkat kepolaran pelarut. Serbuk simplisia herba suruhan

dimasukkan kedalam botol kaca dan dimaserasi dengan n-heksan, kemudian

dimaserasi dengan etil asetat. Maserasi pada masing-masing pelarut dilakukan

pada botol kaca yang tertutup rapat, maserasi selama beberapa hari sambil

sesekali diaduk hingga semua senyawa terlarut pada masing-masing pelarut yang

digunakan sampai pelarut mendekati tidak berwarna. Selanjutnya, maserat yang

didapat, diuapkan dengan menggunakan vacuum rotary evaporator hingga

didapat ekstrak kental. Dihitung hasil rendemen ekstrak (hasil perolehan kembali)

dengan rumus:

% Rendemen Ekstrak =

3.5.3. Pengujian Parameter – parameter Standarisasi

1. Parameter Spesifik

a. Penetapa Organoleptis Ekstrak (Depkes, 2000)

Penetapan organoleptis ekstrak, meliputi bentuk, warna, bau dan rasa.

b. Identifikasi Kandungan Kimia Ekstrak

1. Uji golongan alkaloid

Sejumlah ekstrak dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 mL

kloroform dengan ammoniak dan diaduk Kemudian saring

menggunakan pipet yang disumbat dengan kapas, hasil filtrat

ditambahkan beberapa tetes H2SO4 2 M dan dikocok. Didiamkan

beberapa saat hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan bagian atas

dipipet dan dibagi kedalam dua tabung reaksi. Tabung reaksi yang

pertama diberikan 2-3 tetes pereaksi Drogendorff, jika terbentuk

endapan berwarna orange atau jingga maka positif mengandung

alkaloid. Tabung reaksi yang kedua diberikan pereksi Meyer, jika

Bobot Ekstrak yang Didapat

Bobot Serbuk Simplisia yang Diekstraksi x 100 %

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terbentuk endapan berwarna putih maka positif mengandung

alkaloid.

2. Uji golongan flavonoid

Sejumlah ekstrak kemudian ditambah dengan 10 ml air panas,

dididihkan selama 5 menit, kemudian disaring. Diambil sebanyak

5 ml filtratnya dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

ditambahkan serbuk Mg secukupnya, 1 ml asam klorida, kocok

dengan kuat dan biarkan memisah. Terbentuknya warna merah,

kuning, jingga menunjukkan adanya kandungan flavonoid.

3. Uji golongan saponin

Sejumlah ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Lalu

ditambahkan aquades sebanyak dan dipanaskan selama 5 menit,

setelah itu ditambahkan beberapa tetes HCl pekat. Adanaya busa

yang terbentuk dan stabil selama ± 15 menit menandakan adanya

saponin .

4. Uji golongan steroid dan triterpenoid

Sejumlah ekstrak diekstraksi dengan eter dan fraksi yang larut

dalam eter dipisahkan. Lapisan eter dipipet dan diuji dengan

pereaksi Liberman Burchard (asam asetat anhidrat : H2SO4 pekat

= 3 : 1 ). Jika terbentuk warna hijau atau merah menunjukkan

adanya steroid atau triterpenoid.

5. Uji golongan tannin

Sejumlah ekstrak ditambahkan air, dididihkan selama 5 menit

kemudian dibiarkan sampai dingin, setelah dingin kemudian

disaring dengan kertas saring. Filtrat dibagi dalam dua tabung.

Tabung yang pertama sebagai kontrol positif dan pada tabung

yang kedua ditambahkan 3 tetes pereaksi FeCl3 lalu diamati

perubahan warna, yaitu jika terbentuk warna biru atau biru hitam

maka mengandung tannin terhidrolisa dan jika terbentuk warna

hijau maka mengandung tannin terkondensasi. Hasil yang didapat

dibandingkan dengan kontrol.

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Parameter Non Spesifik

a. Penetapan Kadar Air (Metode Gravimetri) (Depkes, 2000)

Sebanyak 1 gram ekstrak ditimbang dalam wadah yang telah ditara.

Dikeringkan pada suhu 105ºC selama 5 jam didalam oven dan setelah

itu ditimbang. Kadar air dihitung dalam persen terhadap berat sampel

awal.

Ket : A = bobot sampel sebelum dipanaskan (gram)

B = bobot sampel setelah dipanaskan (gram)

b. Uji Kadar Abu

Sebanyak 1 gram ekstrak (W1) ditimbang lalu dimasukkan dalam

cawan yang sebelumnya telah telah dipijarkan dan ditimbang (W0).

Setelah itu ekstrak dipijar perlahan-lahan selanjutnya suhu dinaikan

secara bertahap hingga 600 ± 250 C sampai bebas karbon, selanjutnya

didinginkan dalam desikator, serta timbang berat abu (W2). Kemudian

ditimbang hingga bobot tetap. Perhitungan % kadar abu dapat

ditentukan dengan rumus:

% Kadar Abu =

Ket : W1 = bobot sampel awal (gram)

W0 = bobot kcawan kosong (gram)

W2 = bobot cawan + ekstrak setelah pemijaran (gram)

3.5.4. Persiapan Hewan Uji

Hewan coba yang digunakan adalah tikus putih jantan bergalur wistar

yang berumur 2 – 3 bulan diaklimatisasi selama 2 minggu agar dapat

menyesuaikan dengan lingkungannya, mengontrol kesehatan dan berat badannya

sehingga hewan coba tidak terserang stress dan penyakit. Selama proses

W2 – W0

W1 x 100 %

% Kadar Air =

A – B

A x 100 %

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

aklimatisasi dilakukan pengamatan kondisi umum, penimbangan berat badan dan

pembersihan kandang dilakukan setiap hari.

3.5.5. Rancangan Penelitian

Hewan uji dipilih sebanyak 30 ekor tikus putih jantan secara acak dan

dibagi kedalam 6 kelompok, dengan jumlah masing-masing kelompok terdiri dari

5 ekor.

Tabel 1. Kelompok perlakuan uji

Kelompok Jumlah tikus Perlakuan

Kontrol normal

Kontrol negatif

Kontrol banding

Dosis 1

Dosis 2

Dosis 3

5

5

5

5

5

5

Diberikan suspensi na-CMC

Diberikan suspensi kafein 54 mg / 200 grBB

Diberikan suspensi allopurinol 54 mg/200 grBB

Diberikan emulsi ekstrak suruhan 50 mg/kgBB

Diberikan emulsi ekstrak suruhan 100 mg/kgBB

Diberikan emulsi ekstrak suruhan 200 mg/kgBB

3.5.6. Penentuan Dosis

Perhitungan dosis untuk uji aktivitas antihiperurisemia

Dosis yang digunakan untuk pengujian aktivitas antihiperurisemia

adalah dosis rendah, dosis sedang dan dosis tinggi dengan mengacu pada

dosis yang digunakan pada pengujian asam urat untuk mencit. Sehingga

didapatkan rentang dosis uji masing – masing ekstrak untuk diujikan

kepada hewan uji adalah sebagai berikut (lampiran 2):

1. Dosis I (dosis rendah) = 50 mg / kgBB

2. Dosis II (dosis sedang) = 100 mg kgBB

3. Dosis III (dosis tinggi) = 200 mg / kgBB

Perhitungan dosis allopurinol sebagai kontrol pembanding

Dosis allopurinol yang digunakan untuk manusia adalah 300 mg/hari.

Setelah dosis dikonversikan ke tikus berdasarkan rumus :

Dosis = dosis pada manusia x faktor konversi x faktor farmakokinetik

tikus

Faktor konversi dosis dari manusia ke tikus adalah 0,018 dan faktor

farmakokinetik untuk tikus yaitu 10. Maka didapatkan dosis allopurinol

yang digunakan pada hewan uji tikus adalah 54 mg/200 gr BB tikus.

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Perhitungan dosis kafein

Dosis maksimum kafein pada manusia adalah 300 mg/kgBB perhari.

Sehingga dosis kafein yang digunakan untuk menginduksi asam urat pada

tikus adalah 54 mg/200grBB tikus.

3.5.7. Pelaksanaan Percobaan

Sebelum pengujian tikus dikelompokkan menjadi 6 kelompok dengan

jumlah masing-masing kelompok 5 ekor, kemudian tikus dipuasakan terlebih

dahulu selama 18 jam dengan tidak diberi makan tetapi tetap diberi minum

(Tarigan et al. 2012). Selanjutnya dilakukan pengukuran kadar asam urat puasa

pada masing-masing kelompok perlakuan. Setelah didapat hasil pengukuran kadar

asam urat. Selanjutnya tikus diberikan induksi suspensi kafein dosis 54 mg / 200

grBB tikus sebagai upaya peningkatan kadar asam urat darah kemudian diukur

kadar asam urat setelah 6 hari pemberian kafein untuk melihat peningkatannya.

Setelah diinduksi tikus diistirahatkan di dalam kandang masing-masing dan diberi

makan dan minum. Setelah 6 hari dilakukan induksi dan telah diukur kadar asam

urat darah pada tikus, kemudian masing-masing kelompok tikus diberi perlakuan

sesuai kelompoknya selama 9 hari. Pengukuran kadar asam urat selama perlakuan

dilakukan setiap tiga hari sekali (Azizahwati et al. 2005) menggunakan strip asam

urat dan pengambilan darah melalui vena ekor tikus (Tarigan et al. 2012).

3.5.8. Pengambilan Darah dan Pengukuran Kadar Asam Urat Darah

Pengambilan darah tikus melalui ekor, dilakukan dengan cara

membersihkan dahulu ekor tikus menggunakan usapan kapas yang diberi alkohol

70%, selanjutnya darah diambil dengan melukai ekor tikus, kemudian darah

diteteskan pada strip tes asam urat. Pengukuran kadar asam urat darah

menggunakan alat tes strip asam urat yang bersifat kuantitatif dari tingkat asam

urat dalam darah. Hasil tes akan ditampilkan pada layar setelah 20 detik (Bioptik

technologi Inc.).

Dari data kadar asam urat kemudian dihitung persetase penurunan (%P)

kadar asam urat darah dengan persamaan (Kristiani et al. 2013):

%P = kadar (n) – kadar (P)

kadar ( n ) X 100 %

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan: Kadar (P) = kadar asam urat darah kelompok uji

Kadar (n) = kadar asam urat darah hiperurisemia

3.5.9. Pengolahan Data

Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik menggunakan

SPSS . Pengolahan data yang dilakukan adalah dengan menguji homogenitas data

seluruh kelompok uji (Levene) kemudian menguji kenormalan data (One-Sample

Kolmogorov-Smirnov Test) dan dilanjutkan dengan uji Analisis Varian (ANOVA)

satu arah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan secara bermakna antar

kelompok hewan uji. Bila terdapat perbedaan secara bermakna, maka untuk

mengetahui perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata

Terkecil (BNT) (S., Yuno,. 2003). Tetapi bila ada salah satu kedua uji tidak

terpenuhi, maka analisis dilakukan dengan uji Kruskall Wallis untuk mengetahui

ada tidaknya perbedaan kadar asam urat antar kelompok perlakuan dan

dilanjutkan dengan uji Mann- Whitney U-Test untuk melihat perbedaan kadar

asam urat darah tikus antar perlakuan (dikutip dari Prasetya, Yudha. Skripsi, 2009

dari jurnal Santoso, 2008; Dahlan, 2004; Sudjana, 1992).

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Determinasi Tanaman

Hasil identifikasi yang dilakukan di Herbarium Bogoriense Pusat

Penelitian Botani, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bogor, Jawa

Barat menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Peperomia pellucida L. Kunth (Lampiran 1).

4.1.2 Pembuatan Ekstrak

Ekstraksi terhadap serbuk simplisia herba suruhan (Peperomia pellucida L.

Kunth) sebanyak 517 gram kemudian dilakukan maserasi bertingkat dengan

pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang berbeda, dimulai dengan

menggunakan pelarut nonpolar yakni n-heksan kemudian dilanjutkan maserasi

dengan pelarut semi polar yakni etil asetat. Hasil ekstraksi masing-masing pelarut

selanjutnya dikentalkan dengan vacuum rotary evaporator. Didapatkan ekstrak

kental etil asetat sebanyak 33.92 gram dengan rendemen ekstrak yang didapat

sebesar 6.56 % (Lampiran 6).

4.1.3 Pengujian Parameter-parameter Standarisasi

Hasil pengujian parameter spesifik ekstrak yang dilakukan meliputi

penetapan organoleptis ekstrak dan identifikasi kandungan ekstrak adalah sebagai

berikut:

a. Penetapan Organoleptis Ekstrak

Tabel 2. Hasil pemeriksaan standar ekstrak

Parameter Hasil pada Ekstrak

Organoleptik

Kadar abu

Kadar air

Rendemen ekstrak

- Bentuk : kental

- Warna : hijau kehitaman

- Bau : khas

2.60 %

8.20 %

6.56 %

28

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Identifikasi Kandungan Kimia Ekstrak

Hasil uji identifikasi kimia ekstrak kental etil asetat herba suruhan

(Peperomia pellucida L. Kunth) terdapat beberapa golongan senyawa

seperti alkaloid, saponin, flavonoid, steroid dan glikosida.

Tabel 3. Hasil pemeriksaan penapisan fitokimia

Golongan senyawa Hasil identifikasi

Alkaloid +

Saponin +

Flavonoid +

Tanin -

Triterpenoid -

Steroid +

Keterangan : (+) Mengandung senyawa yang di maksud

( - ) Tidak mengandung senyawa yang di maksud

4.1.4 Hasil Pengukuran Kadar Asam Urat Darah

A. Hasil Pengukuran Kadar Asam Urat Darah pada Uji Pendahuluan

(Kafein)

Hasil rata-rata pengukuran kadar asam urat darah tikus kelompok hewan uji

selama uji pendahuluan dan kurva rata-rata kadar asam urat darah tikus kelompok

uji pendahuluan untuk menentukan dosis kafein dapat dilihat pada Tabel 4 dan

gambar 4.5.1. Pengukuran kadar asam urat darah seluruh kelompok hewan uji

dilakukan pada hari ke- 0 yang merupakan kadar asam urat puasa, kemudian

dilakukan pengukuran kadar asam urat setelah diinduksi dengan kafein secara oral

dan hewan mengalami hiperurisemia pada hari ke- 3, hari ke- 6 dan hari ke- 9.

Untuk melihat persentase peningkatan kadar asam urat darah pada hewan uji

pendahuluan seluruh kelompok uji selama pengujian dapat dilihat pada Tabel 5,

yang dimaksudkan untuk melihat perubahan kadar asam urat selama pengujian.

Tabel 4. Hasil pengukuran rata-rata kadar asam urat darah tikus uji pendahuluan (mg/dl)

Dosis

Sebelum induksi Setelah induksi

Hari Ke 0 Hari Ke 3 Hari Ke 6 Hari Ke 9

200 mg 3.2±0.42 2.9±0.14 3.1±0.56 3.4±0.56

250 mg 2.3±0.42 2.8±0.42 3.4±0.14 3.0 ±0.14

300 mg 2.75±0.49 3.75±0.35 4.7±1.27 7.55±2.19

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 5. Persentase peningkatan kadar asam urat darah tikus uji pendahuluan

Dosis Hari ke 3 Hari ke 6 Hari ke 9

200 mg - 9.37% - 3.12% 6.25%

250 mg 21.73% 47.82% 30.43%

300 mg 36.36% 70.91% 174.54%

Gambar 4.1.4 Kurva rata-rata kadar asam urat darah hewan uji pendahuluan (mg/dl)

B. Hasil Pengukuran Kadar Asam Urat Darah Tikus Uji

Hasil pengukuran rata-rata kadar asam urat darah tikus seluruh kelompok

hewan uji selama percobaan yang dilakukan selama 15 hari masa uji. Pengukuran

kadar asam urat hewan uji dilakukan pada hari ke- 0 yang merupakan kadar asam

urat puasa, kemudian setelah hewan diinduksi dengan kafein dosis 300 mg/kgbb

dan mengalami hiperurisemia pada hari ke- 6, selanjutnya dilakukan pengukuran

kadar asam urat setelah hewan diberi perlakuan berdasarkan kelompok dosis

perlakuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk melihat hasil penuruan rata-

rata kadar asam urat kelompok dosis setelah perlakuan pada hari ke- 9, hari ke- 12

dan hari ke- 15 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil pengukuran rata-rata kadar asam urat darah hewan uji selama percobaan

(mg/dl) sebelum dan setelah induksi

Dosis Sebelum induksi Setelah induksi

Hari ke 0 Hari ke 6 Hari ke 9 Hari ke 12 Hari ke 15

Normal 4.1 3.36 3.44 3.52 3.08

Kontrol(-) 3.3 5.16 5.9 6.25 6.7

Kontrol (+) 4.9 7.48 3.96 4.74 3.24

Dosis 50 2.9 6.48 3.6 3.86 3.48

Dosis 100 4.3 7.52 3.64 3.46 2.74

Dosis 200 3.58 5.88 3.32 2.76 2.42

012345678

0 3 6 9

ka

da

r a

sam

ura

t d

ara

h

(mg

/ml)

waktu (hari ke-)

dosis 200

dosis 250

dosis 300

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar grafik dibawah ini merupakan grafik peningkatan dan penurunan

kadar asam urat darah setelah dilakukan induksi dengan kafein selanjutnya

penurunan kadar asam urat darah tikus setelah dilakukan pemberian sediaan uji,

yaitu suspensi allopurnol pada kontrol banding dan emulsi ekstrak etil asetat

Suruhan dengan variasi dosis yang telah ditentukan.

Gambar 4.1.4 . Kurva rata-rata kadar asam urat darah hewan kelompok uji (mg/dl)

Selanjutnya pada Tabel 7, dapat dilihat persentase dari nilai rata-rata kadar

asam urat darah hewan uji selama pengujian yang dimaksudkan untuk mengetahui

nilai penurunan kadar asam urat setelah perlakuan.

Tabel 7. Persentase penurunan kadar asam urat darah darah setelah pemberian sediaan uji

Kelompok Dosis (mg/kgbb) Hari ke-9 Hari ke-12 Hari ke-15

allopurinol 300 47.05 % 36.63 % 56.68 %

EEAS 50 44.44 % 40.43 % 46.29 %

EEAS 100 51.59 % 53.98 % 63.56 %

EEAS 200 43.53 % 53.06 % 58.84 %

*EEAS : Ekstrak etil asetat suruhan

0

1

2

3

4

5

6

7

8

hari ke 0 hari ke 6 hari ke 9 hari ke 12 hari ke 15

ka

da

r a

sam

ura

t d

ara

h t

iku

s (m

g/d

l)

waktu

normal

kafein

allopurinol

dosis 50 mg/kgbb

dosis 100 mg/kgbb

dosis 200 mg/kgbb

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.1.5 Uji Statistik Kadar Asam Urat Darah

Hasil pengujian kadar asam urat darah hewan uji seluruh percobaan diolah

menggunakan metode statistik yaitu dengan diuji normalitas data (One-Sample

Kolmogorov-Smirnov Test) kemudian di uji homogenitas data (Levene). Dari uji

normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test diketahui bahwa data

terdistribusi normal, tetapi pada uji homogenitas data diketahui bahwa terdapat

data yang tidak homogen sehingga untuk uji selanjutnya digunakan uji Kruskall

Wallis. Uji Kruskall Wallis digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan

data dari hasil pengukuran kadar asam urat. Setelah diketahui terdapat perbedaan

data hasil pengukuran kadar asam urat, selanjutnya dilakukan uji Post hoc

menggunakan uji Mann-Whitney U-Test untuk mengetahui perbedaan efek yang

signifikan dari masing-masing kelompok dosis terhadap kadar asam urat tikus.

Berikut adalah hasil analisa menggunakan uji Post hoc Mann- Whitney U-Test.

Tabel 8. Hasil analisis data menggunakan Post hoc Mann-Whitney U-Test

Antar kelompok perlakuan Nilai P keterangan

Hari ke 6

Kontrol normal dan kontrol negatif

Kontrol normal dan kontrol banding

Kontrol normal dan dosi 50

Kontrol normal dan dosis 100

Kontrol normal dan dosis 200

Kontrol negatif dan kontrol banding

Kontrol negatif dan dosis 50

Kontrol negatif dan dosis 100

Kontrol negatif dan dosis 200

Kontrol banding dan dosis 50

Kontrol banding dan dosis 100

Kontrol banding dan dosis 200

Dosis 50 dan dosis 100

Dosis 50 dan dosis 200

Dosis 100 dan dosis 200

0.028

0.021

0.021

0.036

0.047

0.347

0.347

0.117

0.917

0.462

0.675

0.209

0.402

0.599

0.402

Terdapat perbedaan bermakna

Terdapat perbedaan bermakna

Terdapat perbedaan bermakna

Terdapat perbedaan bermakna

Terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Hari ke 9

Kontrol normal dan kontrol negatif

Kontrol normal dan kontrol banding

Kontrol normal dan dosi 50

Kontrol normal dan dosis 100

Kontrol normal dan dosis 200

Kontrol negatif dan kontrol banding

Kontrol negatif dan dosis 50

Kontrol negatif dan dosis 100

Kontrol negatif dan dosis 200

Kontrol banding dan dosis 50

0.009

0.528

0.916

0.831

0.664

0.117

0.009

0.009

0.008

0.599

Terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Terdapat perbedaan bermakna

Terdapat perbedaan bermakna

Terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kontrol banding dan dosis 100

Kontrol banding dan dosis 200

Dosis 50 dan dosis 100

Dosis 50 dan dosis 200

Dosis 100 dan dosis 200

0.597

0.662

0.915

0.827

0.911

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Hari ke 12

Kontrol normal dan kontrol negatif

Kontrol normal dan kontrol banding

Kontrol normal dan dosi 50

Kontrol normal dan dosis 100

Kontrol normal dan dosis 200

Kontrol negatif dan kontrol banding

Kontrol negatif dan dosis 50

Kontrol negatif dan dosis 100

Kontrol negatif dan dosis 200

Kontrol banding dan dosis 50

Kontrol banding dan dosis 100

Kontrol banding dan dosis 200

Dosis 50 dan dosis 100

Dosis 50 dan dosis 200

Dosis 100 dan dosis 200

0.009

0.075

0.194

0.596

0.101

0.075

0.058

0.009

0.008

0.249

0.075

0.009

0.670

0.160

0.456

Terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Terdapat perbedaan bermakna

Terdapat perbedaan bermakna

Terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Hari ke 15

Kontrol normal dan kontrol negatif

Kontrol normal dan kontrol banding

Kontrol normal dan dosi 50

Kontrol normal dan dosis 100

Kontrol normal dan dosis 200

Kontrol negatif dan kontrol banding

Kontrol negatif dan dosis 50

Kontrol negatif dan dosis 100

Kontrol negatif dan dosis 200

Kontrol banding dan dosis 50

Kontrol banding dan dosis 100

Kontrol banding dan dosis 200

Dosis 50 dan dosis 100

Dosis 50 dan dosis 200

Dosis 100 dan dosis 200

0.008

0.502

0.746

0.164

0.016

0.007

0.008

0.008

0.008

0.911

0.084

0.008

0.340

0.092

0.112

Terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Terdapat perbedaan bermakna

Terdapat perbedaan bermakna

Terdapat perbedaan bermakna

Terdapat perbedaan bermakna

Terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

Tidak terdapat perbedaan bermakna

4.2 Pembahasan

Aktivitas anti hiperurisemia pada penelitian dievaluasi berdasarkan pada

pengaruh pemberian ekstrak etil asetat herba suruhan (Peperomia pellucida L.

Kunth) terhadap penurunan kadar asam urat darah yang dilihat dengan

menggunakan alat tes strip asam urat. Sebelum dilakukan pemberian ekstrak,

terlebih dahulu hewan uji dibuat menjadi asam urat dengan menginduksikan

kafein. Pembentukan asam urat oleh kafein terjadi akibat metabolisme oleh enzim

xantin oksidase terhadap kafein yang merupakan golongan xantin (Prasetya,

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Yudha, skripsi. 2009). Ekstrak etil asetat herba suruhan (Peperomia pellucida L.

Kunth) digunakan sebagai penurun kadar asam urat karena dalam herba suruhan

terdapat kandungan senyawa flavonoid yang merupakan antioksidan dimana

flavonoid berperan sebagai inhibitor dari xantin oksidase (Tarigan et al. 2012).

Ekstraksi herba suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) dilakukan

dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-Heksan kemudian

dilanjutkan dengan pelarut etil asetat. Cara ini dipilih agar penyarian ekstrak pada

simplisia tanaman suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) terjadi pada tingkat

kepolaran yang diinginkan. Dalam penelitian ini hanya dilakukan pengujian

terhadap ekstrak etil asetat saja karena pada ekstrak etil asetat tanaman suruhan

(Peperomia pellucida L. Kunth) belum pernah dilakukan uji terhadap aktivitas

penurunan kadar asam urat.

Dari 517 gram serbuk simplisia herba suruhan diperoleh 33,92 gram

ekstrak kental etil asetat herba suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) dan

rendemen ekstrak yang diperoleh adalah 6,56 %. Pengujian fitokimia juga telah

dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa yang terdapat dalam herba

suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth). Diketahui bahwa pada ekstrak etil asetat

herba suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) terdapat flavonoid, alkaloid,

saponin, dan steroid. Penelitian ini hanya meneliti pada hasil esktrak etil asetat

herba suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) dan pengaruhnya terhadap

penurunan kadar asam urat darah tikus yang diinduksi kafein dosis 300 mg/kgbb.

Sebelum dilakukan pengujian penurunan kadar asam urat darah oleh

ekstrak etil asetat herba suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth), terlebih dahulu

dilakukan uji pendahuluan yang mana dilakukan untuk menentukan dosis kafein

yang akan digunakan dan paling efektif dalam mengingkatkan kadar asam urat

darah selama pengujian. Uji pendahuluan dilakukan dalam tiga kelompok dengan

rentang dosis kafein yang digunakan dalam uji pendahuluan adalah dosis 200

mg/kgbb, 250 mg/kgbb, dan 300 mg/kgbb. Setelah dilakukan uji pendahuluan,

didapatkan bahwa kafein dosis 300 mg/kgbb merupakan yang paling efektif dalam

mengingkatkan kadar asam urat darah dengan peningkatan kadar asam urat

sebanyak 36.36% pada hari ke-3 dibandingkan dengan hari ke- 0, pada hari ke- 6

meningkat lagi sebanyak 70.91% dari hari ke-0 dan pada hari ke-9 kadar asam

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

urat meningkat sebanyak 174.54% dari hari ke- 0. Sehingga dosis kafein yang

digunakan pada pengujian kadar asam urat selanjutnya adalah dosis 300 mg/kgbb.

Sebelum dilakukan pengujian, tikus dibagi kedalam enam kelompok

Pembagian kelompok berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh

Azizahwati et al. 2005 yaitu tiga kelompok kontrol yaitu kontrol normal, kontrol

negatif dan kontrol pembanding, dan tiga kelompok variasi dosis. Kontrol normal

diperlukan untuk mengetahui kadar normal asam urat darah hewan selama

percobaan dan sebagai pembanding perubahan kadar asam urat darah hewan uji

pada kelompok berbagai perlakuan. Kontrol negatif diberikan kafein sebagai

penginduksi diperlukan untuk mengetahui kadar asam urat darah dari keadaan

normal menjadi hiperurisemia selama percobaan. Kontrol pembanding diberikan

allopurinol, diperlukan untuk melihat pengaruh penurunan kadar asam urat darah

selama percobaan. Allopurinol digunakan sebagai pembanding karena allopurinol

merupakan derivat asam nukleat dan mekanisme kerja allopurinol adalah dengan

cara menghambat sintesis asam urat sehingga diharapkan pembentukan asam urat

dalam tubuh tikus uji yang diinduksi dapat terhambat oleh pemberian allopurinol.

Adapun jumlah masing-masing tikus pada tiap kelompok sebanyak 5 ekor.

Hal tersebut didasarkan pada jurnal WHO (2000) Guidelines for Evaluating The

Safety and Efficacy of Herbal Medicines. Dosis ditetapkan berdasarkan pada

penelitian efek ekstrak etanol herba suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) pada

mencit oleh Tarigan et al. 2012 yang dikonversikan ke dosis tikus.

Sebelum dilakukan pengujian pada masing-masing dosis perkelompok uji,

seluruh kelompok tikus dipuasakan selama 18 jam tanpa diberi makan tetapi tetap

diberi minum, kemudian dilakukan pengukuran kadar asam urat puasa pada

seluruh kelompok pengujian. Selanjutnya seluruh kelompok pengujian kecuali

kelompok kontrol normal diinduksi dengan pemberian kafein dengan dosis 54 mg

/ 200 grBB secara oral selama enam hari berturut-turut, diharapkan setelah enam

hari tikus mengalami hiperurisemia.

Setelah tikus mengalami hiperurisemia, pada hari ketujuh, semua tikus

diberi perlakuan sesuai kelompok perlakuan. Kelompok I merupakan kontrol

normal diberikan suspensi na-CMC 0,5%. Kelompok II merupakan kontrol

negatif, diberikan kafein dosis 54 mg / 200 grBB. Kelompok III merupakan

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kontrol pembanding, diberikan allopurinol 54 mg/200 grBB. Kelompok IV, V, VI

merupakan kelompok bahan uji dengan dosis 50 mg/kgBB; 100 mg/kgBB; dan

200 mg/kgBB. Pemberian bahan uji selama sembilan hari setelah tikus

hiperurisemia.

Pengukuran kadar asam urat darah pada tikus uji dilakukan sebanyak lima

kali yaitu sebelum diinduksi (hari ke-0), setelah diinduksi kafein (hari ke-6),

setelah hiperurisemia kemudian diberi perlakuan sesuai kelompok perlakuan pada

hari ketiga (hari ke-9), hari keenam perlakuan (hari ke-12), dan hari kesembilan

perlakuan (hari ke-15) (Azizahwati et al. 2005). Darah diambil dengan melukai

bagian yang terdapat pembuluh vena pada ekor tikus, kemudian darah diteteskan

pada test strip, tunggu beberapa detik sampai kadar asam urat darah tikus akan

tampil pada layar alat. Data dari hasil pengukuran kadar asam urat darah tikus

diolah menggunakan metode statistik (Lampiran 8 sampai dengan Lampiran 11).

Hasil pengukuran rata – rata kadar asam urat darah tikus perkelompok

pengujian selama percobaan dapat dilihat pada Tabel 6 dan untuk melihat grafik

rata – rata peningkatan dan penurunan kadar asam urat darah tikus setelah

pemberian induksi dan kemudian dilakukan pengujian dengan pemberian bahan

uji dan allopurinol pada masing –masing kelompok pengujian, dapat dilihat pada

Gambar 4.1.4.

Hasil pengukuran kadar asam urat dengan menggunakan uji homogenitas

One-Sample Kolmogorov Smirnov menunjukkan bahwa data terdistribusi normal

(P≥0.05) (Lampiran 8), tetapi pada hasil uji homogenitas data dengan Levene

menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi homogen (P≤0.05) (Lampiran 9),

sehingga uji dilanjutkan dengan menggunakan uji Kruskall Wallis untuk melihat

perbedaan yang terdapat dalam kadar asam urat darah tikus. Hasil uji Kruskall

Wallis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada kadar asam urat darah tikus

(P≤0.05) (Lampiran 10), sehingga dilanjutkan dengan uji Post hoc yaitu

menggunakan uji Mann- Whithney U-Test.

Dari hasil uji Mann- Whithney U-Test dapat diketahui bahwa terjadi

perbedaan yang signifikan antara kontrol normal dengan kelompok uji yang

lainnya (Tabel 8). Hal ini menunjukkan bahwa pada hari ke-6 telah terjadi

peningkatan kadar asam urat pada masing-masing kelompok uji setelah dilakukan

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

induksi kafein selama 6 hari. Selanjutnya pada hari ke-7 tikus diberi perlakuan

sesuai kelompok dosis masing-masing dan pada hari ke-9 dilakukan pengukuran

kadar asam urat darah.

Pada grafik dapat dilihat bahwa dengan pemberian ekstrak etil asetat

suruhan dosis 50 mg/kgbb, ekstrak etil asetat suruhan dosis 100 mg/kgbb dan

ekstrak etil asetat suruhan dosis 200 mg/kgbb pada hari ke-9 telah dapat

menurunkan kadar asam urat darah tikus, dan disimpulkan bahwa seluruh

kelompok pengujian ekstrak etil asetat tanaman suruhan mempunyai kemampuan

yang sama dengan allopurinol dalam menurunkan kadar asam urat darah tikus.

Berdasarkan hasil data statistik pada hari ke- 9 (Tabel 8.), diperoleh nilai P

antara kelompok normal dan kelompok kontrol negatif adalah P= 0.009 (P≤0.058)

yang disimpulkan terdapat perbedaan bermakna antara kelompok normal dan

kelompok kontrol negatif yang diinduksi dengan kafein.

Kontrol normal dengan kelompok kontrol positif (banding), dengan dosis

uji 50 mg/kgbb, dengan dosis uji 100 mg/kgbb dan dengan dosis uji 200 mg/kgbb

tidak terdapat perbedaan yang bermakna (P≥0.058), yang dapat disimpulkan kadar

asam urat darah kelompok kontrol normal dan kelompok uji lainya kecuali kontrol

negatif adalah kurang lebih sama.

Kemudian hasil analisis data kontrol negatif dengan kelompok masing-

masing dosis ekstrak uji juga terdapat perbedaan bermakna (P≤0.058), yang dapat

disimpulkan pada hari ke 9 ekstrak uji pada masing-masing dosis telah dapat

menurunkan kadar asam urat darah tikus. Hasil analisis data yang dibandingkan

antar masing-masing dosis ekstrak uji juga tidak menunjukkan perbadaan

bermakna, sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan masing-masing dosis

ekstrak uji kurang lebih sama dalam menurunkan kadar asam urat.

Pada grafik 4.1.4 dapat dilihat bahwa pada hari ke-9 telah terjadi

penurunan kadar asam urat daripada hari ke-6. Persentase penurunan kadar asam

urat pada hari ke-9 terhadap hari ke-6 adalah 47.05 % pada kontrol banding,

44.44 % pada ekstrak etil asetat suruhan dosis 50 mg/kgbb, 51.59 % pada ekstrak

etil asetat suruhan dosis 100 mg/kgbb, dan 43,53 % pada ekstrak etil asetat

suruhan dosis 200 mg/kgbb (Tabel 7).

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pada hasil analisis data hari ke 12 terdapat perbedaan yang bermakna antara

kontrol normal dan kontrol negatif P=0.009, dan tidak tedapat perbedaan

bermakna dengan kelompok kontrol banding dan kelompok masing-masing dosis

ekstrak uji. Tetapi pada kontrol banding dengan kontrol negatif tidak terdapat

perbedaan bermakna. Kontrol banding juga tidak berbeda bermakna dengan

kelompok dosis 50 mg/kgbb dan kelompok dosis 100 mg/kgbb. Jika dilihat dari

rata-rata kadar asam urat (Tabel 7), kontrol banding mengalami peningkatan kadar

asam urat pada hari ke- 12 begitu juga dengan kelomok dosis 50 mg/kgbb, namun

peningkatan kadar asam urat tidak sebesar pada kontrol negatif.

Jika dilihat pada grafik (Gambar 4.1.4) menunjukkan bahwa ekstrak etil

asetat suruhan dosis 200 mg/kgbb lebih efektif dalam menurunkan kadar asam

urat darah jika dibandingkan dengan ekstrak dosis etil asetat suruhan 100mg/kg.

Adapun berdasarkan persentase penurunan kadar asam urat darah tikus

pada hari ke- 12 terlihat bahwa ekstrak etil asetat suruhan dengan 100 mg/kgbb

menurunkan kadar asam urat dengan nilai persentase penurunan sebanyak 53.98 %

terhadap hari ke-6 (setelah induksi), ekstrak etil asetat suruhan pada dosis 200

mg/kgbb memiliki nilai persentase penurunan kadar asam urat sebanyak 53.06 %

terhadap hari ke-6, begitu juga dengan ekstrak etil asetat dosis 50 mg/kgbb terjadi

penurunan kadar asam urat sebanyak 40.43 % terhadap hari ke-6. Penurunan

kadar asam urat darah tikus oleh allopurinol pada kelompok kontrol banding

adalah 36.63 % terhadap hari ke-6 setelah induksi kafein.

Pada hasil analisis data hari ke 15 terdapat perbedaan yang bermakna

antara kelompok normal dan kontrol negatif. Antara kelompok normal dan

kelompok kontrol positf, dan antara kelompok normal dan kelompok ekstrak uji

dosis 50 mg/kgbb dan dosis 100 mg/kgbb tidak terdapat perbedaan yang

bermakna dan dapat disimpulkan bahwa antara kontrol normal dengan kontrol

negatif, dan ekstrak uji dosis 50 mg/kgbb dan ekstrak uji dosis 100 mg/kgbb

mempunyai kadar asam urat yang kurang lebih sama. Akan tetapi kontrol normal

dan ekstrak uji dosis 200 mg/kgbb terdapat perbadaan yang bermakna, sehingga

dapa disimpulkan bahwa kadar asam urat pada kelompok ekstrak uji dosis 200

mg/kgbb lebih rendah daripada kontrol normal.

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jika dilihat pada grafik (Gambar 4.1.4), maka diketahui bahwa semua

kelompok hewan uji mengalami penurunan kadar asam urat darah dari dari ke-6.

Pada perhitungan persentase, kelompok kontrol banding mengalami penurunan

kadar asam urat sebanyak 56.68 % dari hari ke-6, kelompok uji etil asetat suruhan

dosis 50 mg/kgbb mengalami penurunan kadar asam urat sebanyak 46.29 % dari

hari ke-6, kelompok ekstrak etil asetat suruhan dosis 100 mg/kgbb mengalami

penurunan kadar asam urat sebanyak 63.56 % dari hari ke-6 dan kelompok uji

ekstrak etil asetat suruhan dosis 200 mg/kgbb mengalami penurunan kadar asam

urat sebanyak 58.84 % dari hari ke-6. Pada akhir pengamatan dapat dilihat bahwa

terjadi penurunan kadar asam urat paling baik, dengan nilai persentase penurunan

kadar asam urat tertinggi dicapai oleh ekstrak etil asetat suruhan dosis 100

mg/kgbb (63.56 %) kemudian diikuti oleh ekstrak etil asetat suruhan dosis 200

mg/kgbb (58.84 %) selanjutnya oleh kontrol negatif (allopurinol) sebanyak

56.68 %, dan terakhir dicapai oleh kelompok uji ekstrak etil asetat suruhan dosis

50 mg/kgbb dengan hasil persentase 46.29 %.

Berdasarkan hasil uji statistik (Tabel.8), dapat disimpulkan bahwa ekstrak

etil asetat tanaman suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) pada dosis 200

mg/kgbb mempunyai kemampuan yang paling baik dalam menurunkan kadar

asam urat darah tikus dibandingkan dengan kontrol banding allopurinol. Begitu

juga dengan ekstrak etil asetat suruhan dosis 100 mg/kgbb dan ekstrak etil asetat

suruhan dosis 50 mg/kgbb dapat menurunkan asam urat darah tikus tetapi tidak

lebih baik daripada kontrol pembanding allopurinol dosis 300 mg/kgbb.

Pada penelitian oleh Tarigan et.al (2012) yang menguji aktivitas

antihiperurisemia ekstrak etanol herba suruhan pada mencit jantan, disimpulkan

bahwa ekstrak etanol herba suruhan dengan ekstrak etil asetat suruhan dosis 50

mg/kgbb berdasarkan hasil uji statistik merupakan yang paling baik dalam

menurunkan kadar asam urat darah. Sedangkan ekstrak etil asetat suruhan dosis

100 mg/kgbb dan ekstrak etil asetat suruhan dosis 200 mg/kgbb tidak lebih baik

dalam menurunkan kadar asam urat darah mencit jika dibandingkan dengan

ekstrak etil asetat suruhan dosis 50 mg/kgbb. Dalam penelitian ini, ekstrak etil

asetat suruhan dengan dosis 50 mg/kgbb dapat menurunkan kadar asam urat darah

pada tikus tetapi tidak secara signifikan, akan tetapi penurunan kadar asam urat

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pada tikus paling baik terjadi pada kelompok uji ekstrak etil asetat suruhan dosis

200 mg/kgbb.

Pada penelitian Tarigan et.al 2012 berdasarkan jurnal Azmi 2010,

disimpulkan bahwa kemungkinan senyawa yang berperan dalam menurunkan

kadar asam urat adalah senyawa flavonoid yang mana dapat bersifat sebagai

antioksidan dengan mekanisme kerjanya adalah dengan cara menghambat

aktivitas xantin oksidase pada basa purin sehingga akan menurunkan kadar asam

urat. Begitu juga pada penelitian ini, terdapat senyawa flavonoid dalam ekstrak

etil asetat herba suruhan yang berkemungkinan dapat menurunkan kadar asam

urat pada hewan tikus. Pada ekstrak etil asetat suruhan juga terdapat senyawa

saponin yang juga dapat berperan dalam menurunkan kadar asam urat darah

hewan tikus, hal ini berdasarkan pada penelitian oleh Chen (2006) yang menguji

tentang efek dan mekanisme dari total saponin dioscorea pada hewan uji

hiperurisemia dan disimpulkan bahwa pemberian saponin pada hewan tikus dan

mencit yang mengalami hiperurisemia dapat menurunkan kadar asam urat dengan

cara kerja menghambat dan meningkatkan ekskresi asam urat dari dalam tubuh.

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Ekstrak etil asetat herba suruhan (Peperomia pellucida L kunth) dapat

menurunkan kadar asam urat dengan dosis 200 mg/kgbb merupakan

yang terbaik dalam menurunkan kadar asam urat dibandingkan dengan

dosis 100 mg/kgbb, dosis 50 mg/kgbb dan allopurinol dosis 300

mg/kgbb (P≤0.05).

2. Ekstrak etil asetat suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) dosis 100

mg/kgbb dan dosis 50 mg/kgbb mempunyai kemampuan menurunkan

kadar asam urat darah tikus yang hampir sama dengan kontrol

pembanding allopurinol dosis 300 mg/kgbb (P≥0.05).

3. Persentase penurunan kadar asam urat darah hewan uji tikus oleh

ekstrak etil asetat pada dosis 50 mg/kgbb adalah 44.44 % hingga

46.29 %, pada ekstrak etil asetat suruhan dosis 100 mg/kgbb adalah

51.59 % hingga 63.56 % dan pada ekstrak etil asetat suruhan dosis 200

mg/kgbb 43.53 % hingga 58.84 %.

5.2 Saran

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mencari zat berkhasiat dari ekstrak etil

asetat yang dihasilkan dari herba suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) yang

paling berperan dalam menurunkan kadar asam urat darah, sehingga dapat

digunakan sebagai formulasi untuk masyarakat luas hanya dengan penggunaan

senyawa aktifnya saja sehingga diharapkan dapat tercapai hasil penurunan kadar

asam urat yang maksimal.

41

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Albar, Zuljasri. Gout: Diagnosis and Management (Reumatology Division.

Departement of Internal Medicine). Faculty of Medicine, University of Indonesia.

Jakarta: Indonesia. Diakses pada tanggal 15 Januari 2014

Azizahwati., Wiryowidagdo, S., Prihandini, Kartika. (2005). Efek Penrunan Asam

Urat Dalam Darah Pada Tikus Jantan Dari Rebusan Akar Tanaman Akar Kucing

(Acalypha Indica Linn). Jurnal Bahan Alam Indonesi. ISSN 1412-285 vol.4 no.1

Beltran-Benjamin, Kimberly S et al. (2013). Enzyme Activity and Histopathology

of Rat Liver Treated with Crude Methanolic Extract of Peperomia pellucida (L.)

Kunth. Pakistan Journal of Biological Sciences, ISSN 1028-8880 / DOI: 3923/pjbs.

Chen, G.L., Wei, W., Xu, S.Y., Effect and Mechanism of Total Saponin of

Dioscorea on Animal Experimental Hyperuricemia, Journal China Medicine,

2006, 34 (1), 77-85

Departemen Kesehatan RI. (2007). Kotranas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Evaluation Report of Food Additives Polysorbates (Polysrbates 20, 60, 65, and

80) . June 2007. Food Safety Commission. Original: Japanese. Provisioal

Translation.

Gunawan, D dan Sri Mulyani. (2004). Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid1.

Penebar Swadaya, Jakarta.

Harbone, J. B (1987). Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisa

Tumbuhan. Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Bandung: Penerbit ITB

Hermani dan Tri Marwati. (2012). Teknologi Pasca Panen Tanaman Obat. Bogor:

Penerbit BB Pasca Panen. ISBN 987-979-116-34-3. Diakses pada tanggal 10

Desember 2013 . 13.33 WIB

Johnstone, Annete. (2005). The Disease and Non-Drug Treatment. Hospital

Pharmacist. Diterjemahkan oleh Diana Lyrawati dengan Judul Gout Farmakologi

(2008). 12:391-394. Diakses tanggal 14 Desember 2014.

http://lyrawati.files.wordpress.com/2008/11/gout_obat_hosppharm.pdf.

Katzung, Bertram G. 2006. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 6. Jakarta : EGC.

Khan, Alam., Rahman, Moizur., Islam, Shariful. Antipyretic Activity of

Peperomia pellucida Leaves in Rabbit. Turk J Biol32 (2008) 37-41© TÜBITAK.

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kinho, Julianus., Arini, Diah I. D., Tabba, Supratman., Kama, Harwiyaddin,

Kafiar, Yermias., Shabri, S.., Karundeng, Mood C. (2011). Tumbuhan Obat

Tradisional di Sulawesi Utara Jilid 1. Manado: Balai Penelitian Kehutanan

Manado. ISBN : 978-602-98144-1-5.

Lestari, P. (2010). Karakteristik Simplisia dan Isolasi Senyawa

Triterpenoida/Steroida dari Herba Suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth).

Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Majumder, pulak., Abraham, Priya., V, Satya. (2011). Ethno-medicinal

Phytochemical and Pharmacological review of an amazing medicinal herb

Peperomia pellucida (L.) HBK.. Research Journal of Pharmaceutical, Biological

and Chemical Sciences, ISSN: 0975-8585, volume 2 halaman 358.

Misra, H. D. (2008). Study of Extraction and HPTLC – UV Methode for

Estimation of Caffeine in Marketed Tea (Camelia sinesis) Granules. Internasional

Journal of Green Pharmacy.

Pagana KD. Mosby’s. Diagnostic and Laboratory Test Reference 5th Ed.

Mosby,Inc. St. Louis, 2001; 876-879.

Pribadi, Fajar W., dan Dwi Arini Ernawati. (2010). Efek Catechin Terhadap

Kadar Asam Urat, C-Reactive Protein (CRP) dan Malondialdehid Darah Tikus

Putih (Rattus novergicus) Hiperurisemia. Mandala of Health. Volum 4 no.1:

Januari 2010

Priyadi, Hari et al. (2010). Five Hundred Plant Species in Gunung Halimun Salak

National Park, West Java, A Checklist Including Sundanese Names, Distribution

and Use. Bogor: CIFOR, ISBN: 978-602-8693-22-6.

Rodwell, V.W., Murray, R.K., Ganner , D.K., Mayes, P.A., (1998). Biokimia

Harper Edisi 24. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan Hartono.

Jakarta:387-393

Sharp, PE., LaRegina, MC., Suckw, MA. (1998). The Laboratory Rat. CRC Press.

USA

Sheikh, Habib., Sikder, Shotabdi., Paul, Sagar Kumar., Hasan, A.M. Rashedul.,

Rahaman, Mofizur., Kundu, Sangita Paul. (2013). Hypoglycemi, Anti-Inflamatory

and Analgesic Activity of Peperomia pellcida (L.) (Pipeaceae). Internasional

Journal of Pharmacetical Sciences and Reseacrh. IJPSR 2013. ISSN: 0975-8232

vol 4 (1) : 458-463

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sitorus, Erwin., Momuat, Lidya Irma., Katja, dewa Gede. (2013). Aktivitas

Antioksidan Tumbuhan Suruhan (Peperomia Pellucida [L.] Kunth). Jurnal Ilmiah

Sains Vol. 13 No. 2, April 2013.

Smeltzer, S. C., Bare, B.G., (2001). Buku Ajar Keperawatan Medical (Bedah

Bruner and Suddarth). Vol.2 E/8 EGC , Jakarta.

Suhendi, Andi., Nurcahyanti., Muhtadi., Sutrisna, EM. (2011). Aktivitas

Antihiperurisemia Ekstrak Air Jinten Hitam (Coleus Ambonicus Lour) pada

Mencit Jantan Galur Balb-C dan Standardisasinya. Majalah Farmasi Indonesia

volume 22 no. 2 halaman 77 – 84.

Tarigan, Irma Mariani br., Bahri, Saiful., dan Saragih, Awaluddin. (2012).

Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Herba Suruhan (Peperomia pellucida

(L.) Kunth) Pada Mencit Jantan. Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, Vol.

1 (1), halaman 37- 43.

Togubu, Sariyana., Momuata, Lidya I.., Paendonga, Jessy E.., Salmaa, Navila.

(2013). Aktivitas Antihiperglikemik dari Ekstrak Etanol dan Heksana Tumbuhan

Suruhan (Peperomia pellucida [L.] Kunth) pada Tikus Wistar (Rattus norvegicus

L.) yang Hiperglikemik. Jurnal Mipa Unsrat Online 2 (2), halaman 109-114.

Diakses melalui http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo.

Wei, Lee Seong., Wee, Wendy., Siong, Julius Yong Fu., Syamsumir, Desy Fitrya.

2011. Characterization of Anticancer, Antimicrobial, Antioxidant Properties and

Chemical Compositions of Peperomia pellucida Leaf Extract. Download from

http://journals.tums.ac.ir/ pada hari Sabtu, 14 Desember 2013.

WHO, 2000. Guidelines for Evaluating The Safety and Efficacy of Herbal

Medicines.

William, Kelley N., and Wyngaarden, James B., (1970). Effect of Allopurinol and

Oxipurinol on Purine Synthesis in Cultured Human Cell. The Journal of Clinical

Investigation volum 49.

Yunarto, Nanang. (2013). Efek Ekstrak Air dan Heksan Herba Suruhan

Peperomia Pellucida (L) Kunth) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Serum

Darah Ayam Kampung Jantan. Media Litbangkes Vol. 23 No. 1, halaman 8-14.

Yuno, S. 2003, Uji Efek Campuran Ekstrak Seledri (Apium officinale Rosc.)

Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah pada Tikus Putih Jantan yang

Diinduksi Kalium Oksonat. Depok: Departemen Farmasi FMIPA-UI-, 24 – 28

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Hasil Determinasi Tanaman Peperomia pellucida L. Kunth

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Skema Alur Kerja Uji Aktivitas Antihiperurisemia

Persiapan hewan uji

kelompok

kontrol

positif

kelompok

pembandin

g, diberi

allopurinol

kelompo

k dosis

rendah

kelompo

k dosis

sedang

kelomp

ok dosis

tinggi

Pengukuran kadar asam urat darah puasa sebelum penginduksian

Diberi

suspensi

kafein

dosis 54

mg/kgBB

diberi

suspeni

allopurinol

dosis 54

mg/kgBB

diberi

suspensi

ekstrak

EA

suruhan

dosis 50

mg/kgBB

diberi

ekstrak

EA

suruhan

dosis 100

mg/kgBB

diberi

ekstrak

EA

suruhan

dosis 200

mg/kgBB

Diinduksi dengan kafein selama 6 hari

Diukur kadar asam urat darah setiap 3 hari sekali

Analisis data

Perlakuan pada masing – masing kelompok berdasarkan kelompok perlakuan selama 9 hari

Diberi

suspensi

na -

CMC

Kelompo

k kontrol

normal

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Perlakuan Hewan Uji pada saat Penelitian

Pemberian sediaan secara oral

Pengambilan darah hewan uji pada ekor

Hasil pengukuran kadar asam urat

darah pada hewan uji

Strip untuk tes asa urat

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampira 4. Kegiatan Penelitian

Penghalusan simplisia Peperomia

pellucida L. Kunth

Ekstrak kental Peperomia pellucida L.

Kunth

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Perhitungan Dosis

A. Dosis Alopurinol Dosis alopurinol untuk manusia adalah 100 – 300 mg/hari, dikonversi ke

tikus :

Dosis = dosis manusia x farktor konvesi x faktor farmakokinetik

Dosis = 300 mg x 0,018 x 10

Dosis = 54 mg/200 grBB

Dosis alopurinol untuk tikus adalah 54 mg / 200 gr BB

VAO = dosis (mg/kgBB) x berat badan tikus (kg)

Konsentrasi

1 ml = 54 mg /kgBB x 0,25 kg

[c]

Konsentrasi = 13,5 mg / mL

B. Dosis Kafein

Dosis maksimum kafein pada manusia adalah 300 mg/ kgBB, dikonversi ke tikus:

Dosis = dosis manusia x faktor konversi x faktor farmakokinetik

Dosis = 300 mg x 0,018 x 10

Dosis = 54 mg /200 grBB

Dosis kafein untuk tikus adalah 54 mg / 200 gr BB

VAO = Dosis (mg/kgBB) x berat tikus (kg)

[c]

1 ml = 54 mg/kgBB x 0,25 kg

[c]

[c] = 13,5 mg / mL

C. Dosis Ekstrak

Dosis ekstrak pada mencit adalah 50 mg/kgBB, 100 mg/kgBB dan 200

mg/kgBB. Faktor konversi dari mencit ke tikus adalah 7,0 , maka

perhitungannya dosisnya adalah:

1. Dosis 50 mg/kgBB

Dosis = dosis pada mencit x faktor konversi

Dosis = 50 mg/kgBB x 7,0

Dosis = 350 mg /kgBB

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

VAO = dosis x berat tikus (kg)

1 ml = 350 mg/kgBB x 0,25 kg

[c]

[c] = 70 mg/mL

2. Dosis 100 mg/kgBB

Dosis = dosis pada mencit x faktor konversi

Dosis = 100 mg/kgbb x 7,0

Dosis = 700 mg

VAO = dosis x berat tikus (kg)

[c]

1 ml = 700 mg/kgBB x 0,25 kg

[c]

[c] = 140 mg/ml

3. Dosis 200 mg/kgBB

Dosis = dosis mencit x faktor konversi

Dosis = 200 mg/kgBB x 7,0

Dosis = 1400 mg/kgBB

VAO = dosis (mg/kgBB) x berat tikus (kg)

[c]

1 ml = 280 mg/kgBB x 0,25 kg

[c]

[c] = 280 mg/ml

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Perhitungan Rendemen Ekstrak, Kadar Air, dan Kadar Abu Ekstrak

Etil Asetat Herba Suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth)

1. Perhitungan Rendemen

Berat serbuk simplisia yang diekstraksi = 517 gram

Berat ekstrak = 33.92 gram

% rendemen ekstrak =

=

= 6.56 %

2. Perhitungan Kadar Air

Berat ekstrak yang ditimbang = 1.8215 gram

Berat ekstrak setelah dioven = 1.6720 gram

% kadar air =

=

= 8.20 %

3. Perhitungan Kadar Abu

Berat cawan kosong = 25.2034 gram

Berat ekstrak yang ditimbang = 1.4056 gram

Berat cawan + ekstrak setelah menjadi abu = 25.24 gram

% kadar abu =

=

= 2.60 %

Berat ekstrak

Berat simplisia x 100 %

33.92 gram

517 gram x 100 %

W1 – W2

W1 x

100 %

x 100 % 1.8215 gram – 1.6720 gram

1.8215 gram

25.2034 gram – 25.24 gram

1.4056 gram x 100 %

x 100 % W2 – W0

W1

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Hasil Pengukuran Kadar Asam Urat Darah Hewan Uji Selama

Percobaan

Tabel 9. Hasil pengukuran kadar asam urat darah hewan uji selengkapnya selama percobaan

(mg/dl)

Waktu

(hari)

Kontrol

normal

Kontrol

negatif

Kontrol

banding

Ekstrak

dosis 50

Ekstrak

dosis 100

Ekstrak

dosis 200

0 3.1 3.2 2.9 2.7 6.5 2.7

6.4 3.3 3.0 2.9 2.9 2.8

3.3 3.2 2.3 3.0 5.6 6.5

3.5 2.9 8.4 3.5 3.5 3.0

4.2 3.9 8.3 2.4 3.0 2.9

Rata-rata 4.10 3.30 4.90 2.90 4.30 3.58

SD 1.35 0.367 3.08 0.404 1.64 1.63

6 2.8 4.4 10.3 6.5 10.2 5.0

5.2 4.4 5.2 7.7 7.2 9.0

3.0 3.8 3.5 9.0 8.2 8.0

2.6 3.5 9.4 4.0 9.0 4.0

3.2 4.4 9.0 5.2 3.0 3.4

Rata-rata 3.36 4.10 7.48 6.48 7.52 5.88

SD 1.05 0.77 2.95 1.97 2.75 2.48

9 2.9 5.7 2.0 2.9 3.0 3.8

4.1 5.9 2.5 3.3 3.0 3.8

3.0 4.3 3.0 5.0 5.0 3.0

3.1 3.7 8.5 3.8 4.3 3.0

4.1 4.5 3.8 3.0 2.9 3.0

Rata-rata 3.44 4.82 3.96 3.60 3.64 3.32

SD 0.606 0.27 2.62 0.85 0.95 0.43

12 3.0 5.3 5.6 6.3 3.0 3.0

3.7 6.0 5.1 2.3 2.8 2.0

3.0 4.5 3.3 4.7 4.7 3.0

2.9 3.7 6.2 3.0 4.0 2.9

5.0 4.9 3.5 3.0 2.8 2.9

Rata-rata 3.52 4.88 4.74 3.86 3.46 2.76

SD 0.88 0.75 1.28 1.62 0.85 0.42

15 2.9 5.0 2.9 5.9 2.9 2.8

2.9 4.4 4.0 2.0 2.4 2.0

2.7 4.5 2.9 3.7 2.7 2.4

3.5 3.9 2.9 2.9 3.0 2.5

3.4 5.6 3.5 2.9 2.7 2.4

Rata-rata 3.08 4.68 3.24 3.48 2.74 2.42

SD 0.34 0.27 0.49 1.48 0.23 0.28

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Uji Normalitas (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test)

Terhadap Kadar Asam Urat Darah Kelompok Hewan Uji

Tujuan : untuk melihat data kadar asam urat darah tikus normal atau tidak

Hipotesis :

Ho : Data kadar asam urat darah tikus terdistribusi normal

Ha : Data kadar asam urat darah tikus tidak terdistribusi normal

Pengambilan keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ 0.05 , maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0.05 , maka Ho ditolak

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

hari_ke_0 hari_ke_6 hari_ke_9 hari_ke_12 hari_ke_15

N 30 30 30 30 30

Normal

Parametersa,b

Mean 3.8600 5.9800 3.9767 4.1000 3.6100

Std. Deviation 1.68433 2.45348 1.43879 1.49251 1.57422

Most

Extreme

Differences

Absolute .318 .127 .196 .236 .284

Positive .318 .127 .196 .236 .284

Negative -.179 -.124 -.160 -.125 -.154

Kolmogorov-Smirnov Z 1.742 .694 1.071 1.293 1.556

Asymp. Sig. (2-tailed) .005 .721 .202 .071 .016

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Keputusan : kadar asam urat darah seluruh kelompok hewan uji terdistribusi

normal (p ≥ 0.05)

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9. Uji Homogenitas (Levene) Terhadap Kadar Asam Urat Darah

Kelompok Hewan Uji

Tujuan : Untuk melihat data kadar asam urat darah tikus homogen atau tidak

Hipotesis :

Ho : Data kadar asam urat darah tikus bervariasi homogen

Ha : Data kadar asam urat darah tikus tidak bervariasi homogen

Pengambilan keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ 0.05 , maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0.05 , maka Ho ditolak

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

hari_ke_0 9.842 5 24 .000

hari_ke_6 2.798 5 24 .040

hari_ke_9 3.131 5 24 .026

hari_ke_12 3.056 5 24 .028

hari_ke_15 3.734 5 24 .012

Keputusan :

Data kadar asam urat darah hewan uji tidak bervariasi homogen sehingga

dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis, karena syarat untuk uji ANOVA belum

terpenuhi.

Page 71: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Uji Kruskal Wallis

Tujuan : untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data hasil pengukuran

kadar asam urat darah hewan tikus

Hipotesis :

Ho : Data hasil pengukuran kadar asam urat darah hewan tikus tidak berbeda

secara bermakna

Ha : Data hasil pengukuran kadar asam urat darah hewan tikus berbeda secara

bermakna

Pengambilan keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ 0.05 maka Ho diterima, berarti tidak berbeda

secara bermakna

Jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka Ho ditolak, berarti berbeda secara

bermakna

Test Statisticsa,b

hari_ke_0 hari_ke_6 hari_ke_9 hari_ke_12 hari_ke_15

Chi-Square 6.263 10.717 10.649 16.179 19.317

Df 5 5 5 5 5

Asymp. Sig. .281 .057 .059 .006 .002

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: dosis

Page 72: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. Uji Mann Whitney U-Test

Tujuan : untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data hasil pengukuran

kadar asam urat darah hewan tikus perkelompok dosis dan perlakuan.

Hipotesis :

Ho : Data hasil pengukuran kadar asam urat darah hewan tikus tidak berbeda

secara bermakna

Ha : Data hasil pengukuran kadar asam urat darah hewan tikus berbeda secara

bermakna

Pengambilan keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ 0.05 maka Ho diterima, berarti tidak berbeda

secara bermakna

Jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka Ho ditolak, berarti berbeda secara

bermakna

Post Hoc hari ke 6

Normal - negatif

Test Statisticsa

hari_ke_6

Mann-Whitney U 2.000

Wilcoxon W 17.000

Z -2.193

Asymp. Sig. (2-tailed) .028

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .032b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Normal – banding

Test Statisticsa

hari_ke_6

Mann-Whitney U 1.500

Wilcoxon W 16.500

Z -2.305

Asymp. Sig. (2-tailed) .021

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .016b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Normal – dosis 50 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_6

Mann-Whitney U 1.500

Wilcoxon W 16.500

Z -2.305

Asymp. Sig. (2-tailed) .021

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .016b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Normal – dosis 100 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_6

Mann-Whitney U 2.500

Wilcoxon W 17.500

Z -2.095

Asymp. Sig. (2-tailed) .036

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .032b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Page 73: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Normal – dosis 200 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_6

Mann-Whitney U 3.000

Wilcoxon W 18.000

Z -1.984

Asymp. Sig. (2-tailed) .047

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .056b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Negatif – banding

Test Statisticsa

hari_ke_6

Mann-Whitney U 8.000

Wilcoxon W 23.000

Z -.940

Asymp. Sig. (2-tailed) .347

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Negatif – dosis 50 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_6

Mann-Whitney U 8.000

Wilcoxon W 23.000

Z -.940

Asymp. Sig. (2-tailed) .347

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Negatif dosis 100 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_6

Mann-Whitney U 5.000

Wilcoxon W 20.000

Z -1.567

Asymp. Sig. (2-tailed) .117

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .151b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Negatif – dosis 200 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_6

Mann-Whitney U 12.000

Wilcoxon W 27.000

Z -.104

Asymp. Sig. (2-tailed) .917

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Banding – dosis 50 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_6

Mann-Whitney U 9.000

Wilcoxon W 24.000

Z -.736

Asymp. Sig. (2-tailed) .462

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Banding – dosis 100 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_6

Mann-Whitney U 10.500

Wilcoxon W 25.500

Z -.419

Asymp. Sig. (2-tailed) .675

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b

a. Grouping Variable: dosis

Banding – dosis 200 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_6

Mann-Whitney U 6.500

Wilcoxon W 21.500

Z -1.257

Asymp. Sig. (2-tailed) .209

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .222b

a. Grouping Variable: dosis

Page 74: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Not corrected for ties.

b. Not corrected for ties.

Dosis 50 mg/kgbb – dosis 100 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_6

Mann-Whitney U 8.500

Wilcoxon W 23.500

Z -.838

Asymp. Sig. (2-tailed) .402

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Dosis 50 mg/kgbb – dosis 200 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_6

Mann-Whitney U 10.000

Wilcoxon W 25.000

Z -.525

Asymp. Sig. (2-tailed) .599

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Dosis 100 mg/kgbb – dosis 200 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_6

Mann-Whitney U 8.500

Wilcoxon W 23.500

Z -.838

Asymp. Sig. (2-tailed) .402

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Hari ke 9

Normal – negatif

Test Statisticsa

hari_ke_9

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.619

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Normal – banding

Test Statisticsa

hari_ke_9

Mann-Whitney U 9.500

Wilcoxon W 24.500

Z -.631

Asymp. Sig. (2-tailed) .528

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Normal - dosis 50 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_9

Mann-Whitney U 12.000

Wilcoxon W 27.000

Z -.105

Normal – dosis 100 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_9

Mann-Whitney U 11.500

Wilcoxon W 26.500

Z -.213

Page 75: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Asymp. Sig. (2-tailed) .916

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Asymp. Sig. (2-tailed) .831

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Normal – dosis 200 mg

Test Statisticsa

hari_ke_9

Mann-Whitney U 10.500

Wilcoxon W 25.500

Z -.434

Asymp. Sig. (2-tailed) .664

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Negatif – banding

Test Statisticsa

hari_ke_9

Mann-Whitney U 5.000

Wilcoxon W 20.000

Z -1.567

Asymp. Sig. (2-tailed) .117

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .151b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Negatif – dosis 50 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_9

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Negatif – dosis 100 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_9

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.619

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Negatif – dosis 200 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_9

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.652

Asymp. Sig. (2-tailed) .008

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Banding – dosis 50 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_9

Mann-Whitney U 10.000

Wilcoxon W 25.000

Z -.525

Asymp. Sig. (2-tailed) .599

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Page 76: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Banding – dosis 100 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_9

Mann-Whitney U 10.000

Wilcoxon W 25.000

Z -.529

Asymp. Sig. (2-tailed) .597

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Banding – dosis 200 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_9

Mann-Whitney U 10.500

Wilcoxon W 25.500

Z -.437

Asymp. Sig. (2-tailed) .662

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Dosis 50 mg/kgbb – dosis 100 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_9

Mann-Whitney U 12.000

Wilcoxon W 27.000

Z -.106

Asymp. Sig. (2-tailed) .915

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Dosis 50 mg/kgbb-dosis 200 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_9

Mann-Whitney U 11.500

Wilcoxon W 26.500

Z -.218

Asymp. Sig. (2-tailed) .827

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Dosis 100 mg/kgbb-dosis 200 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_9

Mann-Whitney U 12.000

Wilcoxon W 27.000

Z -.112

Asymp. Sig. (2-tailed) .911

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Hari ke 12

Normal – negatif

Test Statisticsa

hari_ke_12

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.627

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Normal – banding

Test Statisticsa

hari_ke_12

Mann-Whitney U 4.000

Wilcoxon W 19.000

Z -1.781

Asymp. Sig. (2-tailed) .075

Page 77: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .095b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Normal - dosis 50 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_12

Mann-Whitney U 12.000

Wilcoxon W 27.000

Z -.108

Asymp. Sig. (2-tailed) .914

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Normal – dosis 100 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_12

Mann-Whitney U 10.000

Wilcoxon W 25.000

Z -.530

Asymp. Sig. (2-tailed) .596

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Normal – dosis 200 mg

Test Statisticsa

hari_ke_12

Mann-Whitney U 5.000

Wilcoxon W 20.000

Z -1.638

Asymp. Sig. (2-tailed) .101

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .151b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Negatif – banding

Test Statisticsa

hari_ke_12

Mann-Whitney U 4.000

Wilcoxon W 19.000

Z -1.781

Asymp. Sig. (2-tailed) .075

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .095b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Negatif – dosis 50 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_12

Mann-Whitney U 3.500

Wilcoxon W 18.500

Z -1.897

Asymp. Sig. (2-tailed) .058

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .056b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Negatif – dosis 100 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_12

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.627

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Negatif – dosis 200 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_12

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.635

Asymp. Sig. (2-tailed) .008

Banding – dosis 50 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_12

Mann-Whitney U 7.000

Wilcoxon W 22.000

Z -1.152

Asymp. Sig. (2-tailed) .249

Page 78: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Banding – dosis 100 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_12

Mann-Whitney U 4.000

Wilcoxon W 19.000

Z -1.781

Asymp. Sig. (2-tailed) .075

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .095b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Banding – dosis 200 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_12

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.627

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Dosis 50 mg/kgbb – dosis 100 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_12

Mann-Whitney U 10.500

Wilcoxon W 25.500

Z -.426

Asymp. Sig. (2-tailed) .670

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Dosis 50 mg/kgbb-dosis 200 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_12

Mann-Whitney U 6.000

Wilcoxon W 21.000

Z -1.405

Asymp. Sig. (2-tailed) .160

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .222b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Dosis 100 mg/kgbb-dosis 200 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_12

Mann-Whitney U 9.000

Wilcoxon W 24.000

Z -.745

Asymp. Sig. (2-tailed) .456

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Hari ke 15

Normal – negatif

Test Statisticsa

hari_ke_15

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.660

Normal – banding

Test Statisticsa

hari_ke_15

Mann-Whitney U 9.500

Wilcoxon W 24.500

Z -.671

Page 79: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Asymp. Sig. (2-tailed) .008

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Asymp. Sig. (2-tailed) .502

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Normal - dosis 50 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_15

Mann-Whitney U 11.000

Wilcoxon W 26.000

Z -.323

Asymp. Sig. (2-tailed) .746

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Normal – dosis 100 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_15

Mann-Whitney U 6.000

Wilcoxon W 21.000

Z -1.392

Asymp. Sig. (2-tailed) .164

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .222b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Normal – dosis 200 mg

Test Statisticsa

hari_ke_15

Mann-Whitney U 1.000

Wilcoxon W 16.000

Z -2.417

Asymp. Sig. (2-tailed) .016

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .016b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Negatif – banding

Test Statisticsa

hari_ke_15

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.685

Asymp. Sig. (2-tailed) .007

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Negatif – dosis 50 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_15

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.660

Asymp. Sig. (2-tailed) .008

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Negatif – dosis 100 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_15

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.660

Asymp. Sig. (2-tailed) .008

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Negatif – dosis 200 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_15

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.660

Asymp. Sig. (2-tailed) .008

Banding – dosis 50 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_15

Mann-Whitney U 12.000

Wilcoxon W 27.000

Z -.111

Asymp. Sig. (2-tailed) .911

Page 80: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36746/1/Isa Desi... · pada kulit, lambung, usus, gangguan darah dan interstitial

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Banding – dosis 100 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_15

Mann-Whitney U 4.500

Wilcoxon W 19.500

Z -1.730

Asymp. Sig. (2-tailed) .084

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .095

b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Banding – dosis 200 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_15

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.652

Asymp. Sig. (2-tailed) .008

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .008

b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Dosis 50 mg/kgbb – dosis 100 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_15

Mann-Whitney U 8.000

Wilcoxon W 23.000

Z -.955

Asymp. Sig. (2-tailed) .340

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .421

b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Dosis 50 mg/kgbb-dosis 200 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_15

Mann-Whitney U 4.500

Wilcoxon W 19.500

Z -1.687

Asymp. Sig. (2-tailed) .092

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .095

b

a. Grouping Variable: dosis

b. Not corrected for ties.

Dosis 100 mg/kgbb-dosis 200 mg/kgbb

Test Statisticsa

hari_ke_15

Mann-Whitney U 5.000

Wilcoxon W 20.000

Z -1.591

Asymp. Sig. (2-tailed) .112

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .151b

a. Grouping Variable: dosis