Upload
iman
View
180
Download
19
Embed Size (px)
DESCRIPTION
upper motor neuron dan lower motor neuron
Citation preview
Anatomi dan Fisiologi
UMN dan LMN
Perbedaan UMN dan LMN
UMN :
Dari kortek motorik di otak, bersama-sama traktus kortikobulbaris, setelah tiba di batang otak, menuju piramid medula oblongata, menyilang garis tengah (dekusasio piramidalis), berada di kolumna lateralis medula spinalis, sampai ke inti-inti motorik di kornu anterior medula spinalis (disebut traktus kortikospinalis lateralis).Sebagian kecil (kira0kira 10%) tidak menyilang melalui dekusasio piramidalis, tetapi langsung menuju kolumna anterior medula spinalis (ipsilateral) dan pada akhrnya menyilang di tingkat cervical medula spinalis menuju inti-inti motorik di kornu anterior disebut traktus kortikospinalis anterior)
Dari inti-inti motorik di kornu anterior medula spinalis, menuju radiks anterior, saraf-saraf spinal, mengikuti perjalanan saraf-saraf tepi, menuju ke otot-otot tubuh dan anggota gerak.
LMN
1. Cornu ant 2. The peripheral nerve, (ventral and dorsal nerve roots i.e.,
radiculopathy or nerve i.e., neuropathy) saraf.3. Neuromuscular junction 4. The muscle
No UMN LMN
1 Kelumpuhan(paralegi)/kelemahan(paresis)
Paralisis atau paresis
2 Tonus otot yang meningkat(spastik) Tonus otot menurun(flaksid)
3 Refleks tendon fisiologik meningkat(hiperrefleksi)
Refleks tendon fisiologik menurun(hiporefleksi)/hilang sama sekali (arefleksi)
4 Adanya reflks-refleks patologis (tanda-tanda hoffman-Tromner,babinski,chaddock dan lain -lain )
Tidak dijumpai adanya refleks patologik.
5 Tidak dijumpai atrofi otot pada yang mengalami kelumpuhan krn tdk digunakan untuk pergerakan ,pada akhirnya dapat terjadi disuse atrophy
Atrofi pada otot-otot yang mengalami paralisis , disertai fasikulasi(gerakan sekelompok serabut otot)
6 Penyakitnya :Subakut combined degenerationALSTabes dorsalisBrown sequard syndrom
Penyakit:Kornu anterior (ALS,werding)Ganguan pada radiks(HNP,GBS)Polyneuropaty(morbus hansen)Miestenia gravisPenyakit otot
CARA MEMBEDAKAN LESI UMN DAN LMN
• Dengan cara :– Lihat refleks tendon fisiologis– Lihat refleks patologis– Uji tonus
Refleks tendon fisiologis
• Refleks biceps (BPR)• Refleks triceps (TPR)• Refleks patella • Refleks achiles
Refleks Biceps (BPR)
Ibujari kiri Dr. palpasi tendon Biceps Perkusi pd ibu jari pemeriksaIbujari pemeriksa merasakan kontraksi tendon Biceps
Refleks Triceps (TPR)
Perkusi langsung Tendon Triceps
Reflex Patella
Perkusi langsung Tendon Quadriceps
Reflex Achilles
Kaki Px di dorsum flexi maksimal tendon tegangPerkusi langsung Tendon Achilles
• Normal bila :– Ada gerakan sendi (+2)
• Pada lesi UMN didapatkan adanya hiper refleks, dengan tanda :– Ada gerakan sendi dan perluasan refleks (+3)– hiperaktif, sering disertai klonus (+4)
• Pada lesi LMN didapatkan adanya hipo refleks atau hilang, dengan tanda :– Hanya ada kontraksi otot (+1)– Tidak ada refleks (-)
REFLEKS PATOLOGIS
• Pada kaki :– Babinski– Chaddock– Gordon– Oppenheim– Gonda– Schaefer– Bing
Refleks Babinski
Kulit plantar digores dgn alat yang runcing, arah dari lateral kepangkal ibujari
Refleks Chaddock
Kulit dorsum Kaki lateral melingkari maleolus digores kedepan
Refleks Gordon
pemeriksa Memencet otot Gastroc yg kuat
Refleks Oppenheim
Kulit tibia digores dgn phalanx jari 2-3, arah dari atas ke bawah
Refleks Gonda
Jari kaki ke 4 ditekan di plantarflexi kuat dilepas
Refleks Schaefer
Pemeriksa Memencet tendon Achillesyg kuat
• Pada tangan :– Hoffman – Trommer– Leri– Mayer
Refleks Hoffman
Tangan & jari ke2 di dorsum flexiKuku jari ke2 dijepit Ibujari & jari k21, jepitan digoreskan kedistal dilepas
Pemeriksaan,,,,
tujuan : untuk menentuhkan tipe kelumpuhan dendan cara pemeriksaan neurologis yaitu ^ pemeriksaan fisologis^ pemeriksaan patologis^ pemeriksaan tonus otot
Pemeriksaan tonus otot
• OtotUkuran : atropi / hipertropiTonus : kekejangan, kekakuan, kelemahanKekuatan : fleksi, ekstensi, melawan gerakan, gerakan sendi.
• Penilaian tonus otot Stabilitas trunkus dinilai pada pasien dengan posisi duduk, dan masing-masing tungkai diperiksa.Pergerakan lengan pasien diobservasi dengan meletakkan jari pasien didepan hidung atau dagu dan menggerakkan kedepan dan kebelakang dan jari pemeriksa.
• Derajat kekuatan motorik :5 : Kekuatan penuh untuk dapat melakukan aktifitas4 : Ada gerakan tapi tidak penuh3 : Ada kekuatan bergerak untuk melawan gravitas bumi2 : Ada kemampuan bergerak tapi tidak dapat melawan gravitasi bumi.1 : Hanya ada kontraksi0 : tidak ada kontraksi sama sekali
Terapi a. Non Farmakologi
Imobilisasi dan Traksi• Halo vest sering digunakan
sebagai alat definitif untuk cedera spina servikal.
• Philadelphia collar bersifat semirigid, sintetik foam brace dimana pada dasarnya membatasi fleksi dan ekstensi tetapi membebaskan rotasi.
• Miami-J collar bersifat mirip tetapi lebih kaku dan lebih nyaman untuk sandaran.
Complete Spinal Transection
b. Farmakologi
penanganan <3 jam penanganan 3-8 jam pasca cedera Pasca cedera
Terapi ini efektif dimana terjadi peningkatan fungsi sensorik dan motorik secara signifikan dalam waktu 6 minggu pada cedera parsial dan 6 bulan pada cedera total. Efek dari metilprednisolon ini kemungkinan berhubungan dengan efek inhibisi terhadap peroksidasi lipid dibandingkan efek glukokortikoid.
Antasid atau H2 antagonis ditujukan untuk mencegah iritasi atau ulkus lambung.
metilprednisolon 30 mg/kgBB secara bolus intravena (<
8jam pasca cedera)
metilprednisolon intravena kontinu dengan dosis 5,4 mg/kgBB/jam selama 23
jam kemudian
metilprednisolon intravena kontinu dengan dosis 5,4 mg/kgBB/jam selama 48
jam kemudian
Trauma medula spinalis segmen servikal dapat menyebabkan paralisis otot-otot interkostal. Oleh karena itu dapat terjadi gangguan pernapasan bahkan kadangkala apnea. Bila perlu dilakukan intubasi nasotrakeal bila pemberian oksigen saja tidak efektif membantu penderita. Pada trauma servikal, hilangnya kontrol vasomotor menyebabkan pengumpulan darah di pembuluh darah abdomen, anggota gerak bawah dan visera yang mengalami dilatasi, menyebabkan timbulnya hipotensi.
Pipa nasogastrik dipasang untuk mencegah distensi abdomen akibat dilatasi gaster akut. Bila tidak dilakukan dapat berakibat adanya vomitus lalu aspirasi dan akan memperberat pernapasan.
Pada stadium awal dimana terjadi dilatasi gastrointestinal, diperlukan pemberian enema. Kemudian bila peristaltik timbul kembali dapat diberikan obat pelunak feses. Bila traktus gastrointestinal menjadi lebih aktif lagi enema dapat diganti dengan supositoria.
c. Operasi Pada saat ini laminektomi dekompresi tidak dianjurkan kecuali pada kasus-kasus tertentu. Indikasi untuk dilakukan operasi : reduksi terbuka dislokasi dengan atau tanpa disertai fraktur pada daerah
servikal, bilamana traksi dan manipulasi gagal. adanya fraktur servikal dengan lesi parsial medula spinalis dengan fragmen
tulang tetap menekan permukaan anterior medula spinalis meskipun telah dilakukan traksi yang adekuat.
trauma servikal dengan lesi parsial medula spinalis, dimana tidak tampak adanya fragmen tulang dan diduga terdapat penekanan medula spinalis oleh herniasi diskus intervertebralis. Dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan mielografi dan scan tomografi untuk membuktikannya.
fragmen yang menekan lengkung saraf. adanya benda asing atau fragmen tulang dalam kanalis spinalis. Lesi parsial medula spinalis yang berangsur-angsur memburuk setelah
pada mulanya dengan cara konservatif yang maksimal menunjukkan perbaikan, harus dicurigai hematoma
Komplikasi
Sistem Saraf Sistem Respirasi
Sistem Urinarius Tromboembolisme
Gastrointestinal
Jaringan Ikat dan Tulang
a. Siringomyelia
(pembesaran progresif ruangan intramedular )b. penghambatan medula spinalis (spinal cord tethering) c. Spastisitas
21 % penyebab kematian pada SCI terutama cedera servikal.
disfungsi kandung (terjadi kelemahan kandung kemih dengan overflow incontinentia oleh karena distensi, dengan spastisitas kandung kemih setelah beberapa minggu atau beberapa bulan ditandai dengan peningkatan frekuensi kencing.
Baik deep vein thrombosis (DVT) maupun emboli paru bersifat umum pada fase akut cedera spinal, yang terjadi oleh karena stasis vena, cedera vaskuler pada trauma multipel, atau hiperkoagulabilitas.
Disfungsi gastrointestinal dapat menimbulkan ileus masif.
Komplikasi yang sering terjadi berupa ulkus dekubitus dimana dapat dicegah dengan pemindahan pasien yang sering.
DD
a. ALS b. Mielopati c. Medulla compression d. HNP e. Brown Squard Syndrome
Transverse myelitis adalah peradangan pada tulang belakang yang menyerang lapisan mielin, yaitu selaput yang menyelimuti serat sel saraf. Transverse mielitis dapat menyebabkan cedera tulang belakang.
TRANSVERSE MYELITIS
MANIFESTASI KLINISMyelitis transversalis dapat timbul sendiri
atau bersama-sama dengan penyakit lain. Akut berkembang dalam hitungan jam sampai beberapa hari Sub akut berkembang lebih dari 1–2 minggu Kronik berkembang dalam waktu lebih dari 6 minggu.
Simptom myelitis transversalis berkembang cepat dari beberapa jam sampai beberapa minggu. Sekitar 45% pasien mengalami perburukan secara maksimal dalam 24 jam
PATOFISIOLOGITransverse myelitis dapat
disebabkan oleh infeksi yg tidak secara langsung mempengaruhi tulang belakang atau gangguan sistem kekebalan tubuh yg menyerang jaringan tubuh sendiri. Dapat juga sebagai suatu gejala gangguan mielin lainnya, seperti multiple sclerosis.
Kondisi yg memicu/berperan Infeksi virus pada saluran pernafasan atau saluran pencernaan Pneumonia mycoplasma Multiple sclerosis Neuromyelitis Optica (penyakit Devic)
Gangguan autoimun yg mempengaruhi sistem tubuh dan bertanggung jawab atas perkembangan transerve mielitis yaitu Lupus yg mempengaruhi beberapa sistem tubuh dan sindrom sjogren yg menyebabkan kekeringan parah pada mulut dan mata.
Gejala awal Nyeri punggung bawah Tiba-tiba paresthesias (sensasi abnormal seperti membakar, menggelitik, menusuk, atau kesemutan) di kaki Hilangnya sensorik Paraparesis (kelumpuhan parsial kaki)Ciri-ciri klasik myelitis transverse Kelemahan kaki dan tangan Nyeri Perubahan sensorik Disfungsi pencernaan dan kandung kemih
Definisi
• Setiap gangguan fungsional dan atau perubahan patologi dalam medulla spinalis,sering digunakan untuk menunjukkan lesi nonspesifik,berlawanan dengan myelitis.
Myelopathy
Klasifikasi
• Carcinomatous myelopathy (degenerasi saraf tunjang yg berkaitan dg cancer)
• Mampatan myelopathy (perubahan saraf tunjang dari tekanan hematomas atau gumpalan)
• Myelopathy radiasi (kemusnahan saraf tunjang dari sumber radiasi)
Etiologi
• Penyakit degeneratif disk.Tumor sutul belakang juga merupakan penyebab signifikan.
• Trauma saraf tunjang (patah),herniated cakera(cakera gangg. Intervertebral dg myelophaty),osteoartritis tulang belakang(spondylosis).
Gejala Klinis
• Perubahan pd cara berjalan • Gerakan kaki menjadi kaku dan penderita berjalan
dg goyah.• Leher terasa nyeri,terutama jika akar sarafnya
terkena.• Abnormalitas refleks• Mati rasa dan kelemahan pd lengan,tangan dan
kaki.• Retensi urin
Patofisiologi
• Adanya HNP,osteofit,sklerosis,dan hipertrofi kapsul,jar.lunak dan ligamentum flavum dapat menyempitkan kanalis servikalis,hal ini dpt menekan medulla spinalis secara langsung atau menekan arteri spinalis ant&post dg akibat timbul mielopati.
Pemeriksaan
• Rontgen• CT-Scan• CT-Myelography• MRI• Electrodiagnostic• Somatosensory evoked potensials