Upload
frengkidzhano
View
47
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pengembangan kepariwisataan berkaitan erat dengan pelestarian nilai-nilai
kepribadian dan pengembangan budaya bangsa, dengan memanfaatkan seluruh
potensi keindahan dan kekayaan alam. Pemanfaatan disini bukan bearti merubah
secara total, tetapi lebih berarti mengelola, memanfaatkan dan melestarikan setiap
potensi yang ada, dimana potensi tersebut dirangkaikan menjadi satu daya tarik
wisata. Oleh karena itu pengelolaan dan memanfaatkan potensi pariwisata yang
dimiliki daerah juga dikelola oleh masing-masing daerah. Begitu juga halnya
dengan Kabupaten Sambas, dimana Kabupaten Sambas memiliki banyak potensi
dan sumber daya alam yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata.
Kabupaten Sambas merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di
Provisi Kalimantan Barat, dimana Ibukota Kabupatennya terletak di Sambas.
Batas administratif Kabupaten Sambas yaitu, sebelah utara berbatasan dengan
Serawak, Malaysia Timur, sebelah selatan berbatasan dengan Kota Singkawang,
sebelah barat berbatasan dengan Laut Natuna, Samudera Pasifik, dan sebelah
timur berbatasan dengan Kabupaten Bengkayang. Mengingat letak kawasan
Kabupaten Sambas ini sangat strategis yaitu berbatasan langsung dengan
Malaysia Timur, maka diharapkan nantinya akan ada peluang kerjasama dalam
bidang pariwisata dengan Malaysia Timur.
Kabupaten Sambas juga memiliki berbagai potensi dibidang pariwisata
yang tidak kalah bagusnya dengan daerah-daerah lain yang ada di Kalimantan
2
Barat. Khususnya wisata alam, Kabupaten Sambas memiliki sebuah danau yang
sudah dikenal sejak dari dulu yaitu Danau Sebedang. Dimana Danau Sebedang
merupakan salah satu daya tarik wisata yang digemari oleh wisatawan lokal
maupun domestik. Danau ini merupakan satu-satunya danau terbesar diwilayah
pesisir Kalimantan Barat. Jarak Danau Sebedang ini tidak jauh dari pusat kota
Kabupaten Sambas.
Danau Sebedang ini terletak di Desa Sempalai Sebedang ± 17 km dari
jantung Ibukota Kabupaten Sambas, sekitar 202 kilometer dari Kota Pontianak
Ibukota Provinsi Kalimantan Barat. Areal perairan Danau Sebedang yang luasnya
± 65 Ha serta kawasan daratan sekitarnya yang dibatasi oleh lereng perbukitan di
sekitarnya dan jalan raya Pontianak-Sambas di sebelah barat. Diperkirakan untuk
khusus luas danaunya sekitar satu kilometer persegi, dikelilingi oleh perbukitan
yang memiliki ketinggian sekitar 400 meter di atas permukaan laut (dpl), dan
pemandangan alamnya yang indah diantara bukit-bukit dan pepohonan yang
rindang dengan latar hutan tropis yang hijau dan lebat, serta memiliki nilai
sejarah yang terkait dengan kebudayaan masa Kesultanan Sambas yang perlu
dipelihara dan dilestarikan. Dahulunya danau ini merupakan salah satu tempat
permandian dan peristirahatan yang favorit bagi para Sultan Sambas beserta
keluarganya, disamping itu di sekitar kawasan terdapat Makam Bujang Nadi dan
Dara Nandung yang menjadi kisah rakyat yang lestari hingga saat ini.
Kawasan Danau Sebedang juga merupakan salah satu daya tarik wisata
andalan Kabupaten Sambas, karena danau ini letaknya sangat strategis
menjadikan kawasan ini tepat sekali dipilih sebagai salah satu tujuan rekreasi
3
yang menyenangkan bersama keluarga atau kolega. Pengunjung dapat menikmati
keindahan panorama alamnya dengan cara berjalan kaki mengelilingi danau, atau
sambil minum-minum di kantin-kantin/rumah makan yang menghadap ke danau.
Selain itu keelokkan danau ini juga dapat dinikmati pengunjung dengan bersantai
di shelter-shelter yang tersedia, atau sambil duduk lesehan di atas tikar yang
disewakan. Bila bosan, pengunjung dapat mengelilingi danau dengan menyewa
perahu (sumber www.wisatawan melayu.com).
Kawasan ini juga merupakan pintu gerbang masuk ke Kabupaten Sambas
dan ramai dikunjungi para wisatawan pada sore hari, yaitu hari sabtu, minggu dan
hari-hari libur lainnya. Sebagian pengunjung yang datang tidak hanya berniat
menikmati kepermaian alamnya, tetapi ada juga yang menyalurkan hobi seperti
memancing, karena danau ini terdapat banyak ikan, mendayung sampan, tempat
para muda mudi berenang, menikmati masakan dan minuman segar yang tersedia
khas masakan khas Sambas serta dapat juga merentasi keindahan pepohonan
tropis di sekitar kawasan danau tersebut. Tidak hanya itu saja, dimalam hari danau
ini semarak dengan adanya bunyi-bunyian lagu yaitu terdapat tempat-tempat
hiburan atau karaoke. Danau ini juga menjadi sumber air bersih bagi penduduk
beberapa Kecamatan di Sambas dan juga menyimpan berbagai kekayaan
ekosistem lainnya.
Keunikan dari daya tarik wisata Danau sebedang ini tidak terlepas dari tiga
budaya yang menyatu, maksudnya bermula dari kata “Sambas” yang mempunyai
makna“Sam artinya tiga dan Bas artinya suku”, jadi Sambas adalah tiga suku yaitu
suku Melayu, Dayak dan Cina. Keanekaragaman suku tersebut, merupakan salah
4
satu ciri khas dari kebudayaan Kabupaten Sambas. Tidak heran jika di kawasan
danau ini terdapat makam keramat Bujang Nadi dan Dare Nandung serta kuburan
etnik cina. Dimana makam Bujang Nadi dan Dare Nandung ini memiliki lagenda
yang unik bagi Kerajaan Sambas, begitu juga halnya dengan kuburan etnik cina,
dapat menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung ke kawasan tersebut dengan
melihat langsung tradisi sembahyang kubur.
Pada sore hari, eksotisme kawasan Danau Sebedang kian tampak dan kian
terasa. Bagi pengunjung yang mendatangi danau pada malam hari tidak perlu
khawatir akan kesepian. Karena semakin malam, semakin banyak pengunjung
yang datang , suasananya bertambah semarak dan hidup dengan iringan suara
musik yang berasal dari kafe-kafe di kawasan tersebut.
Danau Sebedang juga biasanya dijadikan tempat kegiatan pramuka,
berkemah, pergelaran, pameran, pasar tradisional dan setiap tahunnya bertepatan
pada hari perayaan seperti Idul Fitri maupun Idul Adha, tempat ini dijadikan
sebagai tempat hiburan rakyat, yaitu hiburan band-band yang artisnya sengaja
didatangkan dari ibu kota provinsi maupun artis-artis yang terkenal yang pernah
muncul di televisi. Fasilitas-fasilitas untuk kenyamanan wisatawan juga sudah ada
seperti tempat-tempat penginapan sederhana, warung makan, kafe-kafe/tempat
hiburan (karaoke di malam hari).
Kawasan Danau Sebedang ini dikenal sebagai daya tarik wisata sudah
cukup lama, Hanya saja banyak potensi-potensi yang ada sebagai daya tarik
wisata belum dikembangkan secara maksimal dan profesional. Oleh karena itu
Pemerintah Kabupaten melalui DISPORABUDPAR ( Dinas Pemuda Olahraga
5
Kebudayaan dan Pariwisata) Sambas, anggota DPRD Sambas melalui Komisi B
berusaha untuk mengembangkan danau sebedang ini ke tahap yang maksimal.
Salah satunya dengan membangun atau merelokasi warung maupun rumah makan
milik masyarakat setempat ke tahap yang memungkinkan.
Keberadaan aktivitas dimalam hari yaitu adanya kafe-kafe yang
menyediakan tempat hiburan (karaoke) mengundang kontroversi opini masyarakat
setempat. Pertumbuhan warung-warung dan kafe-kafe secara tidak terkendali dan
kurang tertata dan tidak memperhatikan kaidah-kaidah keindahan, kelestarian
lingkungan dan keamanan telah menurunkan daya tarik utama danau sebedang.
Bahkan kafe-kafe yang menggelar acara hiburan hingga larut malam cenderung
membawa kawasan ini menjadi ajang PROJUMINA (Prostitusi, Judi dan
Minuman Keras) yang meresahkan masyarakat. Hal ini dapat menurunkan citra
positif danau sebedang sehingga mengurangi minat wisatawan untuk berwisata ke
dalam kawasan danau, kecuali bagi wisatawan yang memang membutuhkan
hiburan malam. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan semangat dan visi
pengembangan Kawasan Danau Sebedang sebagai tujuan wisata andalan yang
menitikberatkan pada keindahan alam dan pelestarian budaya setempat.
Kurangnya pengawasan serta perhatian yang lebih dari Pemerintah
Kabupaten dalam pengelolaan serta pemanfaatan potensi Kawasan Danau
Sebedang ini sebagai daya tarik wisata, sehingga mengakibatkan kawasan danau
ini belum dikelola secara professional, permasalahan yang didapati juga yaitu
kurangnya partisipasi maupun kerjasama masyarakat lokal terhadap pelaksanaan
pariwisata di kawasan danau ini. Dari berbagai permasalahan yang ada mengenai
6
keberadaan danau ini menjadi tantangan besar bagi Pemerintah Kabupaten
Sambas. Perlunya menyusun suatu rencana maupun strategi pengembangan
kawasan Danau Sebedang ini yang nantinya dapat dijadikan pedoman sekaligus
acuan bagi Pemerintah sendiri, pihak investor maupun masyarakat lokal dalam
upaya mengembangkan kepariwisataan di Kabupaten Sambas, dan juga dijadikan
sebagai langkah awal yang sangat penting untuk penentuan langkah-langkah
lanjutan yang lebih operasional.
Dari penjelasan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti
tentang “Pengembangan Kawasan Danau Sebedang Sebagai Daya Tarik Wisata Di
Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat”.
1.1. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang tersebut, maka secara khusus peneliti ingin
menjawab beberapa permasalahan sebagai berikut.
1. Upaya apa saja yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sambas dalam
mengembangkan kawasan Danau Sebedang sebagai daya tarik wisata di
Kabupaten Sambas?
2. Faktor-faktor apa saja yang menghambat dan mendukung Pemerintah
Kabupaten Sambas dalam mengembangkan kawasan Danau Sebedang sebagai
daya tarik wisata di Kabupaten Sambas?
3. Bagaimana strategi pengembangan Kawasan Danau Sebedang sebagai
daya tarik wisata di Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat?
7
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mendeskripsikan strategi-strategi pengelolaan dan pengembangan
kawasan Danau Sebedang sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Sambas
Provinsi Kalimantan Barat.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten Sambas dalam pengembangan kawasan Danau Sebedang sebagai
daya tarik wisata di Sambas Provinsi Kalimantan Barat.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menghambat dan
mendukung Pemerintah Kabupaten dalam pengembangan danau sebedang
sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat.
3. Untuk merumuskan strategi-strategi yang tepat dalam mengembangkan
kawasan Danau Sebedang sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Provinsi
Kalimantan Barat.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1.4.1 Manfaat Akademis
1. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi ilmiah ,
pengetahuan dan pengalaman dalam mengkaji dan mengembangkan daya
tarik wisata khususnya di kawasan sebuah danau.
8
2. Dapat menambah literatur bahan kajian penelitian dalam pengembangan
sebuah daya tarik wisata kepada peneliti-peneliti selanjutnya.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Sebagai gambaran untuk memecahkan masalah-masalah yang
berhubungan dengan pengembangan daya tarik wisata di Kabupaten
Sambas.
2. Sebagai masukan kepada Pemerintah Kabupaten Sambas dalam
mengembangkan daya tarik wisata khususnya Kawasan Danau Sebedang.
3. Diharapkan dapat membantu Pemerintah Kabupaten dalam merumuskan
strategi kebijakan yang tepat, khususnya dalam mengembangkan Kawasan
Danau Sebedang sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Sambas Provinsi
Kalimantan Barat.
9
BAB IIKAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI
DAN MODEL PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
Beberapa hasil penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan
penelitian ini, khususnya tentang strategi pengembangan sebuah kawasan wisata
yaitu khususnya berkaitan dengan penelitian ini yaitu Strategi Kebijakan
Pengembangan Kawasan Danau Sebedang Sebagai Daya Tarik Wisata Di
Kabupaten Sambas Provinsi KalimantanBarat. Untuk lebih jelasnya, akan
dipaparkan penelitian terdahulu sebagai referensi penelitian ini.
Menurut Cochrane (dalam Sutiarso, 2004:13) yang memiliki objek wisata
alam Bromo-Tengger menyatakan bahwa kegiatan pariwisata alam tidak mungkin
secara sendirian dapat mendukung konservasi pada area yang ditargetkan.
Dukungan pemerintah dalam perangkat peraturan-peraturan dan insentif masih
esensial dilakukan. Unsur nilai-nilai tradisional yang hidup dimasyarakat,
perencanaan yang terintegrasi, dan dorongan pemegang kebijakan dalam wujud
peraturan-peraturan dan insentif sangat penting dilakukan sehingga
pengembangan dan pengelolaan suatu wilayah dapat menekan bahkan
menghilangkan konflik-konflik kepentingan sosial, ekonomi, lingkungan dan
budaya yang mungkin akan terjadi.
Dari penelitian tersebut dapat diambil benang merahnya bahwa
pengembangan dan pengelolaan suatu kawasan wisata yaitu khususnya Kawasan
Danau Sebedang tidak terlepas dari adanya campur tangan Pemerintah
Kabupaten, Swasta dan melibatkan masyarakat setempat sebagai pendukung
10
pelaksanaan dan tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisional masyarakat, agar
keunikan dan ciri khas kawasan wisata tersebut berbeda dengan tempat yang lain.
Perlunya perencanaan yang integritas sesuai dengan kebijakan yang telah dibuat
(RTRKW-DS) oleh pelaku kebijakan sebagai landasan untuk untuk mentaati
peraturan-peraturan yang telah ditetapkan di kawasan wisata Danau Sebedang.
Peraturan tersebut diharapkan dapat menghindari konflik-konflik sosial dan
kerusakan lingkungan di sekitar Kawasan Danau Sebedang.
Penelitian Yustina (2010) tentang” Pengembangan Kawasan Detusoko
Sebagai Daya Tarik Wisata di Kabupaten Ende Provinsi Nusa Tenggara Timur
menyatakan bahwa pariwisaata merupakan salah satu industri yang kurang
mendapat perhatian di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) pada umumnya dan
Ende khususnya, sedangkan di satu sisi, industri pariwisata adalah kegiatan
ekonomi yang dapat menjadi faktor penarik bagi sektor ekonomi lainnya. Hal ini
ditujukan oleh rendahnya jumlah kunjungan wisatawan, yang disebabkan oleh
kurangnya promosi dari pihak pemerintah, alokasi dana untuk sektor pariwisata
terbatas, serta kurangnya pemanfaatan potensi pariwisata daerah sebagai daya
tarik wisata.
Permasalahan dalam penelitian Yustina tersebut hampir sama dengan
penelitian yang akan diteliti, persamaannya seperti kurangnya promosi dari pihak
Pemerintah, alokasi dana untuk sektor pariwisata terbatas, serta kurangnya
pemanfaatan potensi sebagai daya tarik wisata, sedangkan perbedaannya pada
objek penelitian. Oleh karena itu dengan adanya persamaan salah satu
permasalahan tersebut, dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini dan
11
diharapkan dengan adanya penelitian Yustina tersebut dapat memberikan
gambaran bagaimana mengatasi permasalah tersebut serta strategi apa yang dapat
dijadikan acuan untuk mengembangkan kawasan Danau Sebedang sebagai daya
tarik wisata di Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat.
Wahyudi ( 2009 ) dalam penelitiannya, ”Strategi Pengembangan Sungai
Sampean Baru Sebagai Daya Tarik Wisata Arung Jeram Di Kabupaten
Bondowoso” menyatakan bahwa Sungai Sampean Baru berpotensi untuk
dikembangkan lebih lanjut sebagai daya tarik wisata arung jeram di Kabupaten
Bondosowo. Hal tersebut ditunjukkan oleh posisi Sungai Sampean Baru terletak
pada kuadran I yang artinya layak untuk dikembangkan dengan melakukan
diversifikasi produk dan melakukan pengelolaan yang professional. Strategi
pengembangan yang dilakukan yaitu : Strength Opportunities (SO), yaitu Strategi
Pengembangan Produk. Weakness Opportunity (WO), yaitu Strategi Promosi
(Pengembangan Pasar Wisata). Weakness Threats (WT), yaitu Strategi
Pengembangan Pariwisata Sungai. Strength Threats (ST), adalah Strategi
Pengembangan Kelembagaan dan DIKLAT SDM Pariwisata. Pengembangan
produk wisatanya yaitu, program pengembangan promosi, program
pengambangan Sungai Sampean Baru sebagai objek wisata arung jeram, program
pembentukan lembaga pengelola yang dikelola masyarakat dan pengembangan
sumber daya manusia pariwisata. Penelitian Wahyudi ini mengunakan analisis
SWOT. Persamaan penelitian ini terletak pada topiknya yaitu strategi
pengembangan sebagai daya tarik wisata dengan analisis SWOT sedangkan
perbedaannya pada objek penelitian.
12
Arsana (2010) dalam penelitiannya ”Strategi Penembangan Kawasan
Masceti Sebagai Daya Tarik Wisata Alam Berbasis Masyarakat Di Desa Medahan
Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar” menyatakan bahwa, Kawasan
Masceti merupakan salah satu kawasan pariwisata yang terletak di pesisir selatan
Kabupaten Gianyar. Pengembangan sumber daya pariwisata alam di kawasan ini
belum optimal sehingga manfaat ekonomi yang didapat dari pengembangan
tersebut juga belum optimal. Hal tersebut desebabkan karena kurangnya sistem
pengelolaan dan lemahnya sumber daya manusia serta kesiapan dan dukungan
masyarakat terhadap pengembangannya belum optimal. Selain itu belum adanya
Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang penetapan kawasan strategis
pariwisata, serta kurangnya partisipasi masyarakat sehingga menyebabkan
pembangunan pariwisata belum tertata dengan baik serta mendorong munculnya
kekhawatiran akan terjadinya penyimpangan fungsi pesisir dan eksploitasi sumber
daya alam.
Penelitian Arsana bertujuan untuk mengetahui kondisi Kawasan Masceti
dan kondisi lingkungan internal dan eksternal, serta strategi dan program
pengembangan berdasarkan prinsip pariwisata berbasis masyarakat. Metode yang
digunakan dalam penelitiannya adalah metode deskriptif kualitatif yaitu untuk
mendeskripsikan kondisi Kawasan Masceti sesuai dengan prinsip pariwisata
berbasis kerakyatan dalam pengembangannya. Analisis SWOT digunakan untuk
menganalisis lingkungan internal dan eksternal dalam merumuskan strategi
alternatif dalam pengembangan kawasan Masceti sebagai objek wisata alam.
Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. Teori yang digunakan
13
yaitu teori perencanaan, teori perubahan budaya dan teori adaptasi. Hasil
penelitiannya menunjukkan pengembangan Kawasan pantai Masceti berada pada
posisi baik dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek wisata alam, namun
pengembangannya belum berlandaskan prinsip pariwisataa berbasis masyarakat.
Pelitian Arsana tersebut dapat diambil sebagai acuan dan memiliki
persamaan dalam penelitian ini yaitu analisis data yang digunakan adalah analisis
SWOT, serta cara pengambilan sampelnya dengan metode Purposive Sampling
dan menggunakan teori perencanaan, pengembangan sumber alam belum optimal,
dll. Perbedaannya adalah pada lokasi penelitian, penelitian ini tidak
mencantumkan prinsip pengembangan yang berbasis kerakyatan, perumusan
strategi alternatif dan tidak menggunakan teori adaptasi dan teori budaya.
Berdasarkan dari penelitian Arsana tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai
acuan untuk mengembangkan Kawasan Danau Sebedang sebagai daya tarik
wisata di Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat.
Sonder (2009) Dalam Penelitiannya ”Pengembangan Kawasan Pariwisata
Pantai Lasiana Menuju Pariwisata Berkelanjutan Di Kota Kupang” mengatakan
bahwa kawasan pariwisata pantai Lasiana telah dekembangkan oleh Pemereintah
Provinsi dengan pembangunan sarana dan prasarana wisata sejak tahun 1986,
namun kondisinya banyak yang rusak. Penelitian ini bertujuan untuk : (1)
Mengetahui Kondisi Kawasan Pariwisata Pantai Lasiana Berdasarkan Prinsip
Pariwisata Berkelanjutan; (2) Mengetahui Partisipasi Para Pemangku Kepentingan
( Stakeholders) Dalam Pengembangannya; (3) Mengetahui Kondisi Lingkungan
14
Internal Dan Eksternal Kawasan Pariwisata Pantai Lasiana, dan (4) Merumuskan
Strategi Dan Program Pengembangan Menuju Pariwisata Berkelanjutan.
Beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian Sonder yaitu konsep
strategi, pengembangan pariwisata, kawasan pariwisata, konsep pembangunan
pariwisata berkelanjutan dan pembangunan pariwisata berasis masyarakat.
Dengan beberapa teori yang mendukung yaitu teori perencanaan, siklus hidup
destinasi wisata dan teori partisipasi yang menekankan pentingnya partisipasi
seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengembangan kawasan
pariwisata pantai Lasiana.
Hasil penelitia Sonder menunjukkan kondisi Pantai Lasiana dilihat
berdasarkan prinsip pariwisata berkelajutan dalam pengembangnya belum
optimal. Hal tersebut dapat dilihat pada dimensi ekonomi, wisatawan belum
merasa puas terhadap pengembangan pariwisata dan pengeluaran mereka belum
optimal, sedangkan dari penyedia jasa belum ada distribusi pendapatan yang adil,
belum mampu meningkatan kesempatan kerja masyarakat dan baru mampu
menambah sedikit peluang usaha bagi masyarakat. Dimensi ekologi,
menunjukkan produk yang dimanfaatkan wisatawan masih ramah lingkungan,
sedangkan dari penyedia jasa sudah upaya pemerintah dalam pengelola limbah,
konservasi lingkungan dengan penanaman pohon bakau. Dimensi sosial,
menunjukkan kepedulian sosial mereka masih kurang karena interaksi dengan
masyarakat terbatas dan juga komsumsi mereka terhadap produk masih rendah,
sedangkan dari penyedia jasa dalam pengembangan belum melibatkan pemangku
kepentingan secara aktif. Dimensi budaya, menunjukkan pembangunan sarana
15
wisata tidak optimal mencerminkan arsitektur bangunan masyarakat Nusa
Tenggara Timur.
Strategi umum dalam pengembangan kawasan pariwisata Pantai Lasiana
adalah strategi tumbuh ( Growth Strategy) khususnya strategi tumbuh dan bina
(grow and build) melalui konservasi via integrasi horizontal. Strategi-strategi yang
dapat diterapkan adalah strategi pengembangan produk, pengembangan pasar dan
penetrasi pasar. Strategi alternatif pengembangan kawansan pariwisata Pantai
Lasiana menuju pariwisata berkelanjutan adalah strategi pengembangan produk
yang berkelanjutan, strategi pengembangan sarana dan prasarana pokok maupun
penunjang pariwisata, strategi pengembangan dan penetrasi pasar, strategi
peningkatan keamanan dan kenyamanan, strategi pembentukan lembaga pengelola
dan pengembangan sumber daya manusia.
Dari beberapa uraian peneliti tersebut, keterkaitan penelitian yang
dilakukan oleh para peneliti sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan
terdapat kesamaan dan perbedaan, persamaannya yaitu, pada topik penelitian
membahas tentang pengembangan sebagai daya tarik wisata, serta memiliki
permasalahan yang hampir sama. Sedangkan perbedaannya yaitu pada penyajian
analisis data, lokasi penelitian yang akan diteliti, perbedaan beberapa konsep
maupun teori yang digunakan, perbedaan alur pikir model penelitian, serta
pembahasan hasil penelitian. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu analisis deskiriptif kualitatif dan analisis SWOT, beberapa konsep dan teori
juga memiliki persamaan, yaitu teori perencanaan serta penentuan informan
dengan purposive sampling.
16
2.2 Konsep
2.2.1 Strategi
Menurut Rangkuti, (2005:3) strategi merupakan alat untuk mencapai
tujuan. Dalam perkembangannya, konsep mengenai strategi terus berkembang.
Hal ini dapat titunjukkan oleh adanya perbedaan konsep mengenai strategi selama
30 tahun terakhir. Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat dalam perkembangan tersebut
berikut ini:
a. Chandler (1962) strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan
perusahaan dalam kaitannya dengan jangka panjang, program tindak lanjut,
serta prioritas alokasi sumber daya.
b. Learned, Christensen, Andrews, dan Guth (1965), strategi merupakan alat
untuk menciptakan keunggulan bersaing. Dengan demikian salah satu fokus
strategi adalah memutuskan apakah bisnis trsebut ada atau tidak ada.
c. Argyris (1985), Mintzbertg (1979), Steiner dan Miner (1977), strategi
merupakan respon-secara terus memerus maupun adaptif-terhadap peluang
dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat
mempengarushi organisasi.
d. Porter (1985), strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai
keunggulan bersaing.
e. Andrews (1985), Chaffe (1985), strategi adalah kekuatan motivasi untuk
stakeholders, seperti debtholders, manajer, karyawan, konsumen, komunitas,
pemerintah, dan sebagainya, yang baik secara langsung maupun tidak
langsung menerima keuntungan atau biaya yang ditimbulkan oleh semua
tindakan yang dilakukan oleh perusahaan.
17
f. Hamel dan Prahalad (1995), strategi merupakan tindakan yang bersifat
incremental (senantiasa meningkat) terus menerus dan dilakukan berdasarkan
sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa
depan. Dengan demikian perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari ”apa
yang dapat terjadi”, bukan dimulai dari ”apa yang terjadi”. Terjadinya
kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola konsumen memerlukan
kompetensi inti (corecompetencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti
di dalam bisnis yang dilakukan.
Menurut Yoeti (1996:164) pengertian strategi harus dibedakan dengan
pengertian taktik. Strategi diperlukan agar suatu perencanaan dapat dilaksanakan
secara praktis dan spesifik mungkin, maka didalamnya harus mencakup
pertimbangan dan penyesuaian terhadap reaksi-reaksi orang dan pihak yang
dipengaruhi, dalam hal demikian diperlukan suatu strategi yang dapat membantu
perencanaan yang telah dibuat.
Konsep strategi dimaksudkan adalah bagaimana membuat langkah awal
suatu perencanaan atau taktik-taktik apa saja yang akan dilakukan dalam
merencanakan, merumuskan kebijakan dalam pengelolaan maupun
pengembangan kawasan Danau Sebedang sebagai daya tarik wisata di Kabupaten
Sambas Provinsi kalimantan Barat.
2.2.2 Kebijakan Pemerintah
Kebijakan ( policy ) merupakan arah atau tuntunan dalam pelaksanaan
suatu kegiatan oleh suatu pemerintah yang diekspresikan dalam sebuah
pernyataan umum mengenai tujuan yang ingin dicapai, yang menuntun tindakan
18
dari para pelaksana, baik di pemerintahan maupun di luar pemerintahan, dalam
mewujudkan harapan yang telah ditetapkan tersebut. Istilah kebijakan (policy) dan
perencanaan (planning) berkaitan erat. Perencanaan menyangkut strategi sebagai
implementasi dari kebijakan. Perencanaan merupakan prediksi dan oleh
karenanya memerlukan beberapa pemikiran persepsi akan masa depan. Walau
prediksi dapat diturunkan dari observasi dan penelitian, namun demikian juga
sangat tergantung pada tata nilai. Perencanaan seharusnya mengandung informasi
yang cukup untuk pengambilan keputusan. Perencanaan merupakan bagian dari
keseluruhan proses perencanaan-pengambilan keputusan pelaksanaan. ( Pitana &
Diarta, 2009: 106).
Pengertian kebijakan terdapat penekanan pada koordinasi dari berbagai
organisasi dan instansi yang terlibat dlam penyediaan pelayanan, perencanaan,
pengembangan, dan manajemen pariwisata. Menurut Pitana dan Diarta
(2009:110), proses implementasi kebijakan pariwisata memerlukan beberapa
tahapan, yaitu sebagai berikut:
1. Mengevaluasi potensi pasar
Hal ini merupakan proses cepat untuk mengidentifikasi pasar potensial dan
memuaskan penanam modal bahwa terdapat pasar potensial yang
menyebabkan proses selanjutnya layak dilakukan.
2. Memilih lokasi yang cocok
Pemilihan lokasi yang cocok harus dilakukan dengan hati-hati dan dikaitkan
dengan ketersediaan infrastuktur seperti ketersedian jalan, listrik, air atraksi
19
wisata yang tersedia, dan pesaing. Keberadaan proyek harus dapat
memanfaatkan keunggulan destinasi lokal untuk menarik calon konsumen.
3. Mengidentifikasi pemain kunci (stakeholders)
Pengusaha harus melakukan kontak dengan petugas lokal yang terkait untuk
memastikan tidak ada masalah yang menyangkut apa yang boleh dan apa yang
tidak boleh terkait dengan rencana pembangunan fasilitas pariwisata.
Disamping itu juga perlu dijalin komunisi dengan masyarakat lokal, biro
hukum , arsitek, termasuk competitor.
4. Melakukan studi fisibilitas pasar dan keuangan
Studi yang dilakukan untuk menguji viability proyek yang akan dilakukan.
Hal ini menyangkut riset permintaan dan penawaran serta riset financial. Hal
ini merupakan proses yang panjang, melibatkan trend atau kecendrungan
secara ekonomi nasional, keragaman pariwisata nasional secara keseluruhan,
serta proyeksi masyarakat lokal akan keberadaan proyek. Studi ini akan
mengidentifikasi tipe proyek pariwisata tersebut, seberapa banyak, dari mana
mereka datang, kapan akan datang, dan seterusnya.
Pelaku pariwisata yang tak kalah penting juga adalah pemerintah.
Permerintah mempunyai peranan penting dan mempunyai otoritas atau
kewenangan dalam mengatur, menyediakan dan peruntukan infrastruktur yang
terkait dengan keutuhan pariwisata. Selain itu pemerintah juga bertanggung jawab
dalam menentukan arah yang dituju dalam perjalanan pariwisata. Kebijakan
makro yang ditempuh permerintah merupakan panduan bagi stakeholder yang lain
di dalam memainkan peran masing-masing (Janianton & Weber : 21).
20
Beberapa peran mutlak menjadi tanggungjawab permerintah adalah
sebagai berikut:
1. Penegasan dan konsistensi tentang tata-guna lahan pengembangan
kawasan wisata, termasuk kepastian hak kepemilikan system penyewaan, dan
sebagainya.
2. Perlindungan lingkungan alam dan cagar budaya untuk mempertahankan
daya tarik objek wisata, termasuk aturan pemanfaatan sumberdaya lingkungan
tersebut.
Kebijakan pemerintah terkait dengan pembangunan pariwisata, adalah
salah satu faktor yang memiliki peran yang sangat penting. Menurut Pendit
(2006:11) ada landasan prinsip-prinsip dasar pelaksanaan pariwisata yang disebut
dasa sila yang terdiri dari atas : kebijakan pemerintah, perasaan ingin tahu, sifat
ramah tamah, jarak dan waktu, atraksi, akomodasi, pengangkutan, harga-harga,
publisitas dan promosi, dan kesempatan belanja. Politik pemerintah dalam kaitan
dengan dasa sila tersebut dapat diartikan sebagai kebijakan pemerintah yang
merupakan arahan tentang garis-garis besar pelaksanaan pembangunan pariwisata
yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah bersama-sama dengan segenap
komponen masyarakat.
2.2.3 Pengembangan Kawasan Pariwisata
Pengembangan kawasan pariwisata merupakan bagian kegiatan ekonomi
yang multi dimensional tidak hanya mempunyai tujuan akhir berupa output
ekonomi atau nilai finansial yang diperoleh tetapi juga menyangkut persoalan
sosial, agama, budaya dan keamanan yang bahkan menjadi ruh pariwisata untuk
21
dieksploitasi menjadi daya tarik wiasata yang mempunyai daya jual tinggi. Di sisi
lain pengembangan pariwisata berada pada area tatanan wilayah administrasi
Pemerintahan Daerah yang memiliki otoritas dan otonomi daerah yang
mempunyai implikasi luas terhadap pengembangan pariwisata. Pengembangan
potensi wisata akan terjadi saling ketergantungan antara daerah yang satu dengan
daerah yang lain. Pariwisata yang diharapkan menjadi sub sektor andalan dalam
menyelesaikan krisis ekonomi, harus diarahkan kepada kesiapan menghadapi era
liberalisasi. Keunggulan pariwisata adalah karena pariwisata sudah menjadi
bagian dari peradaban manusia (growth within civilization). Seperti halnya
pembangunan pada umumnya, keberhasilan pembangunan pariwisata bergantung
pada keterpaduan sektor-sektor terkait (linked sectors) dan wilayah-wilayah
pengembangan terkait (linked regions) serta keterlibatan pihak-pihak tertentu
(stakeholders) secara sinergis. Sehingga kinerja kepariwisataan juga merupakan
potret dari kinerja antar-sektor, antar wilayah dan antar-stakeholder secara
simultan. ( www.jayinsanpariwisata.blogspot.com ).
Perencanaan Pengembangan kawasan pariwisata tidak terlepas dari adanya
sebuah kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah maupun swasta yang berkerjasama
untuk membangun dan mengelola tempat wisata sebagai daya tarik wisata yang
bertujuan untuk menarik perhatian wisatawan maupun menambah kunjungan
wisatawan ke tempat wisata tersebut. Rencana disusun dengan maksud untuk
mengatasi persoalan yanga ada dan menghindari persoalan yang diperkirakan
akan muncul di kemudian hari sebagai konsekwensi dari pelaksanaan rencana. Di
dalamnya mengandung berbagai langkah kebijakan dalam upaya mengatasi
22
persoalan masa kini dan upaya mencegah munculnya persoalan yang tidak
dikehendaki di kemudian hari. Rencana pengembangan kepariwisataan adalah
upaya untuk meningkatkan peran pariwisata dengan maksud dan tujuan yang
harus tetap berada dalam bingkai RTRW sedemikian rupa sehingga hasil akhirnya
adalah mensejahterakan masyarakat keseluruhan, terutama masyarakat daerah dan
obyek pembangunan harus berimbas positif bagi kehidupan dan penghidupan
masyarakat secara keseluruhan( Warpani & Indira, 2007:161 ).
Tujuan pengembangan pariwisata tidak lain adalah upaya mendukung baik
tujuan pembangunan daerah yang lebih luas maupun tujuan pembangunan
nasional, sehingga harus dapat “dibaca” sebagai kebijakan yang saling
menunjang. Kebijakan yang tertuang di dalam rencana hendaknya mencerminkan
keterlibatan masyarakat dalam setiap aspek khususnya yang menyangkut hajat
hidup masyarakat. Pengembangan pariwisata hendaknya bermuara pada
mensejahterakan masyarakat.
Perencanaan pengembangan pariwisata harus diintegrasikan dengan
perencanaan dan pegembangan secara keseluruhan, supaya perencanaan
pengembangan pariwisata benar-benar epektif, sehingga keseimbangan
pengembangan atau pembangunan dapat dicapai dan dipertahankan. Perencanaan
pariwisata bearti pengorganisasian searta menyeluruh pengembangan atau
pembangunan fasilitas-fasilitas pariwisata, sehingga fasilitas-fasilitas itu secara
epektif dapat memenuhi tugas-tugas sebagaimana mestinya. Dengan demikian
perencanaan pariwisata merupakan bagian dari pengembangan atau pembangunan
seluruhnya dan dapat menggunakan sumber-sumber kekayaan alam, kemampuan
23
manusia, secara sumber-sumber keuangan dengan sebaik-baiknya (Muljadi,
2009:67-68).
Dampak positif secara ekonomi pembangunan pariwisata yang terlihat
dengan perkembangan perolehan devisa negara tersebut juga menyisakan banyak
dampak negatif terhadap lingkungan alam dan sosial budaya masyarakat. Oleh
karenanya pembangunan pariwisata harus mempunyai sasaran yang jelas untuk
meminimalkan dampak negatif pembangunan pariwisata nasional maupun daerah.
2.2.4 Daya Tarik Wisata
Daya tarik wisata yang dimiliki suatu destinasi pariwisata atau daerah
tujuan wisata (DTW), yakni sesuatu yang dapat dilihat, misalnya pemandangan
alam, peninggalan purbakala, pertunjukan, atau sesuatu yang dapat dilakukan,
misalnya rekreasi, olahraga, meneliti, atau sesuatu yang dapat dibeli, yakni
barang-barang unik atau cendramata, atau sesuatu yang dapat dinikmati,
misalnnya seperti udara sejuk bebas dari pencemaran, pelayanan atau sesuatu
yang dapat dimakan misalnya makanan atau minuman khas daerah/negara.
Artinya, daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memicu seseorang dan/atau
sekelompok orang mengunjungi suatu tempat karena sesuatu itu memiliki makna
tertentu, misalnya: lingkungan alam, peninggalan atau tempat sejarah, peristiwa
tertentu ( Warpani & Indira, 2007:45 ).
Menurut Muljadi (2009:57-59), Pengusahaan daya tarik wisata meliputi
kegiatan membangun dan mengelola daya taik wisata beserta sarana yang
diperlukan atau kegiatan mengelola daya tarik wisata yang telah ada. Pengusahaan
daya tarik wisata (ODTW) terdiri dari:
24
1. Pengusahaan Daya Tarik Wisata Alam
Pengusahaan ini merupakan usaha pemanfaatan sumber daya alam dan tata
lingkungannya yang telah ditetapkan sebagai daya tarik wisata untuk dijadikan
sarana wisata. Kegiatan pengusahaan daya tarik wisata alam meliputi:
a. Pembangunan prasarana dan sarana pelengkap beserta fasilitas pelayanan
lain bagi wisatawan.
b. Pengelolaan daya tarik wisata alam, termasuk prasarana dan sarana yang
ada.
c. Penyediaan sarana dan fasilitas bagi masyarakat disekitarnya untuk
berperanserta dalam kegiatan pengusahaan daya tarik wisata alam.
2. Pengusahaan Daya Tarik Wisata Budaya
Pengusahaan daya tarik wisata budaya merupakan usaha pemanfaatan seni
budaya bangsa yang telah dilengkapi sebagai daya tarik wisata,untuk dijadikan
sarana wisata. Kegiatan pengusahaan daya tarik wisata budaya meliputi:
a. Pembangunan daya tarik wisata, termasuk penyediaan sarana, prasarana
dan fasilitas pelayanan lain bagi wisatawan.
b. Pengelolaan daya tarik wisata, termasuk sarana dan prasarana yang ada.
c. Penyelenggaraan pertunjukan seni budaya yang dapat member nilai
tambah terhadap daya tarik wisata serta memberikan manfaat bagi
masyarakat di sekitarnya.
3. Pengusahaan Daya Tarik Wisata Minat Khusus
Pengusahaan daya tarik wisata minat khusus merupakan usaha
pemanfaatan sumber daya alam dan atau seni budaya bangsa untuk dijadikan
25
sasaran wisata bagi wisatawan yang mempunyai minat khusus. Kegiatan
pengusahaan daya tarik wisata minat khusus meliputi:
a. Pembangunan dan pengelolaan prasarana dan sarana serta fasilitas
pelayanan bagi wisatawan di lokasi objek dan daya tarik wisata
b. Penyediaan informasi mengenai daya tarik wisata secara lengkap,
akurat, dan mutakhir.
Menurut Page, (dalam penelitian Damayanti 2009), daya tarik wisata
dibagi menjadi beberapa kategori yaitu:
1. Sumber-sumber alam seperti laut dan pantai
2. Sumber-sumber buatan manusia, berupa bangunan yang berada di atas
daya tarik wisata
3. Kegiatan-kegiatan khusus (spesial event) seperti festival, atau kegiatan
olah raga misalnya olimpiade, dan sebagainya.
UU No 10 Tahun 2009 memaparkan daya tarik wisata adalah segala
sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi
sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
2.2.5 Danau Sebedang
Danau adalah satu bentuk ekosistem yang menempati daerah yang relative
kecil pada permukaan bumi disbanding dengan habitat laut dan daratan. Bagi
manusia kepentingannya jauh lebih bearti dibandingkan dengan luas daerahnya.
Keberadaan ekosistem danau memberikan fungsi yang menguntungkan bagi
26
kehidupan manusia ( rumah tangga, industri, dan pertanian ). Beberapa fungsi
danau secara ekosistem adalah sebagai berikut.
1. Sebagai sumber plasma nutfah yang berpotensi sebagai penyumbang
bahan genetik.
2. Sebagai tempat berlangsungnya siklus hidup jenis flora atau fauna yang
khas.
3. Sebagai sumber air yang dapat digunakan langsung oleh masyarakat
sekitarnya (rumahtangga, industri dan pertanian).
4. Sebagai tempat penyimpanan kelebihan air yang berasal dari air hujan,
aliran permukaan sungai-sungai atau dari sumber-sumber air bawah tanah.
5. Memelihara iklim mikro, di mana keberadaan ekosistem danau dapat
mempengaruhi kelembapan dan curah hujan setempat.
6. Sebagai sarana transportasi untuk memindahkan hasil-hasil pertanian dari
tempat satu ke tempat lainnya.
7. Sebagai penghasil energy melalui PLTMH.
8. Sebagai sarana rekreasi dan daya tarik wisata. ( Sumber
DISPORABUDPAR)
Kalimantan Barat memiliki dua buah danau yang dijadikan sebagai tempat
wisata yaitu Danau Sentarum dan Danau Sebedang. Danau Sebedang merupakan
salah satu daya tarik wisata andalan Kabupaten Sambas , Danau Sebedang ini
terletak di Desa Sempalai Sebedang Kecamatan Sebawi Kabupaten Sambas
.Danau Sebedang ini juga menjadi tempat sumber air bersih bagi penduduk
beberapa Kecamatan di Sambas dan juga menyimpan berbagai kekayaaan
27
ekosistem, keberadaan danau ini dikenal sejak dulu olehn masyarakat setempat
maupun masyarakat umum. Dulunya danau ini adalah tempat peristirahatan
favorit Sultan Sambas beserta keluarganya.
Luas danau ini mencapai 1 km2 dan± 65 Ha keseluruhan kawasan daratan
dikeliling oleh perbukitan yang memiliki ketinggian sekitar 400 meter di atas
permukaan laut. Letaknya di Desa Sempalai Sebedang, Kecamatan Sambas,
Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, atau tepatnya sekitar 202 kilometer dari
Kota Pontianak dengan transportasi darat.
Danau Sebedang ini merupakan danau terbesar yang ada di pesisir
Kalimantan Barat. Keunikan dari danau ini adalah memiliki pepohonan yang
rimbun serta perbukitan yang mengeliling kawasan danau. Di sekitar Danau
Sebedang terdapat kawasan hutan lindung berupa perbukitan di sebelah timur dan
selatannya. Keberadaan kawasan lindung ini sudah ditetapkan dalam SK Bupati
No. 351 Tahun 1994).
Di sekitar Kawasan Danau Sebedang juga terdapat makam keramat yaitu
makam Bujang Nadi dan Dara Nandung berserta perkuburan etnis Cina. Selain itu
dipinggiran Danau ini terdapat berbagai fasilitas wisata berupa warung atau rumah
makan, kafe-kafe serta beberapa tempat penginapan dan rumah tinggal
masyarakat.(http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Indonesiaku/Propinsi/Kalimantan-
Barat/Tempat-Menarik/Danau-Sebedang)
2.3 Landasan Teori
Untuk melakukan pengkajian terhadap permasalahan di dalam penelitian
ini maka diperlukan berbagai teori yang relevan sebagai landasan dalam
28
penentuan kebijakan pemerintah Kabupaten dalam pengembangan daya tarik
wisata yang sesuai dengan obyek penelitian yaitu Kawasan Danau Sebedang di
Kabupaten Sambas.
Berikut ini akan dikemukakan teori-teori yang memiliki relevansi dengan
penelitian ini.
2.3.1 Teori Perencanaan
Perencanaan mengandung prediksi dari suatu kegiatan ganda dan menuju
ke keterpaduan pembangunan. Rencana mencakup faktor-faktor sosial, budaya,
ekonomi, politik, fisik dan teknis, dengan memperhatikan keadaan masa lampau,
kini, dan perkiraan keadaan yang akan datang, serta factor-faktor penentu
perkembangan. Pada dasarnya rencana adalah mempengaruhi factor-faktor
perkembangan sedemikian rupa agar perkembangan bergerak menuju kearah yang
dikehendaki. Di dalam perencanaan ini termasuk perencanaan kepariwisataan
perlu dipahami perihal kebutuhan di satu sisi serta pemahaman cara pemenuhan
kebutuhan tersebut di sisi lain (Warpani & Indira, 2007:158).
Menurut Mill (2000) dalam, (Smith & Robinson, 2006) bila tidak ada
perencanaan pada suatu tempat wisata dapat berakibat negatif pada tempat
tersebut. Akibat ter sebut dapat berupa: (1) kerusakan atau perubahan permanen
lingkungan fisik, (2) kerusakan atau perubahan permanen kawasan-kawasan
historis/budaya dan sumber-sumber alam, (3) terlalu banyak orang dan kemacetan.
(4) adanya pencemaran, dan (5) masalah-masalah lalu lintas.
Sujarto ( 1986 ) dalam Paturusi( 2008:7) mendefinisikan perencanaan
sebagai usaha untuk memikirkan masa depan (cita-cita) secara rasional dan
29
sistematik dengan cara memanfaatkan sumber daya yang ada serta memperhatikan
kendala (constrain) dan keterbatasan (limitation) seefisien dan seefektif mungkin.
Oleh karena itu suatu perencanaan menjadi baik, maka seorang perencana setidak-
tidaknya harus memiliki pengetahuan yang cukup di bidangnya, keterampilan
yang memadai serta perilaku dan kepribadian yang baik.
Perencanaan adalah pemikiran tentang keadaan dasar organisasi mengenai
penentuan bagaimana seharusnya organisasi berposisi untuk menghadapi
lingkungannya, dan bagaimana akan memanfaatkan kekuatan-kekuatannya serta
bagaimana pula akan mengahadapi tantangan dan kesempatan yang ditimbulkan
oleh lingkungannya David R. Hampton, dan George a Steiner berpendapat bahwa
Perencanaan strategi adalah suatu proses identifikasi kesempatan (opportunities)
dan tantangan (threats) disamping diupayakannya berbadgai data untuk dasar
keputusan perusahaan yang lebih baik guna memanfaatkan kesempatan &
mengatasi tantangan yg ada.
(http://www.oppapers.com/essays/Teori-Perencanaan/365673)
Weaver dan Opperman, dalam Pitana (2005:44), perencanaan,
pengembangan dan pemasaran suatu destinasi wisata memerlukan kerjasama dan
koordinasi berbagai pihak: pejabat pemerintah, perencana fisik, atsitek, analis
finansial, investor, pakar ekonomi, sosiolog, arkeolog, dan elemen yang terkait
didalamnya.
Rangkuti (2005:3) mengatakah bahwa suatu perusahaan dapat
mengembangkan strategi untuk mengatasi ancaman eksternal dan merebut
peluang yang ada. Proses analisis, perumusan dan evaluasi strategi-strategi itu
30
disebut perencanaan strategis. Tujuan utama perencanaan strategis adalah agar
perusahaan dapat melihat secara obyektif kondisi-kondisi internal dan eksternal,
sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal.
Perencanaan strategis penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan
memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang
optimal dari sumber daya yang ada
Suatu perencanaan bila dilakukan dengan baik tentu akan memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya dan dapat mengurangi resiko lebih kecil.
Perencanaan dalam pengembangan pariwisata dimaksudkan agar perkembangan
pariwisata dapat dicapai sesuai dengan apa yang diharapkan, baik itu ditinjau dari
segi ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan hidup. Begitu juga halnya dengan
pengembangan Kawasan Danau Sebedang, Pemerinth Kabupaten harus membuat
perencanaan dan membuat kebijakan maupun strategi yang benar-benar
bermanfaat bagi kegiatan pariwisata demi menunjang membangkitkan ekonomi,
yang tentunya diharapkan dengan adanya perencanaan pengembangan kawasan
Danau Sebedang tersebut dapat merubah tingkat sosial masyarakat setempat
tampa merubah budaya dan mengekalkan budaya leluhur mereka.
2.3.2 Teori Siklus Hidup Destinasi
Destinasi berjalan menurut siklus evolusi yang terdiri dari tahap
pengenalan (introduction), pertumbuhan (growth), pendewsaan (maturity),
penurunan (decline), dan peremajaan (rejuvenation). Tujuan dari penggunaan
model siklus hidup destinai (destination Lifecycle model) adalah sebagai alat
untuk memahami evoslusi dari produk dan destinasi pariwisata. Model siklus
31
hidup destinasi ini ditententukan oleh keputusan strategis manajemen dan sangat
tergantung pada faktor eksternal, seperti kompetisi, pengembangan produk
subsitusi atau sejenis, perubahan selera konsumen dan regulasi pemerintah.
(Pitana 2009:131). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 2.1
Tabel 2.1 Siklus Hidup Destinasi
NO Tahapan Siklus Keterangan1 Exploration Kunjungan terbatas dan sporadic dari orang ingin bertualang.
Terjadi kontak yang intensif dengan penduduk lokal dan menggunakan fasilitas yang dimiliki penduduk dengan dampak social dan ekonomi sangat kecil
2 Involment Meningkatnya pengunjung yang mendorong penduduk lokal menawarkan fasilitas secara ekslusif kepada pengunjung. Kontak dengan penduduk lokal tetap tinggi dan beberapa darimereka mulai menyesuaikan pola sosialnya untuk mengakomodasi perubahan kondisi ekonomi akibat keberadaan wisatawan. Promosi destinasi wisata mulai diinisiasi.
3 Development Investor luar mulai tertarik untuk menanamkan modalnya guna membangun berbagai fasilitas pariwisata di destinasi tersebut seiring dengan berkembangnya pemasaran destinasi. Aksesibilitas mengalami perbaikan, advertising semakin intensif dan fasilitas lokal mulai diisi dengan fasilitas modern dan terbaru. Hasilnya adalah semakin menurunnya partisipasi dan control oleh penduduk lokal. Atraksi buatan mulai muncul, khusus diperuntukan wisatawan. Tenaga kerja dan fasilitas import mulai dibutuhkan untuk mengantisipasi pertumbuhan pariwisata yang begitu cepat.
4 Consolidation Porsi terbesar dari ekonomi lokal berhubungan dan bersumber dari pariwisata. Level kunjungan tetap meningkat umum dengan rata-rata kenaikan yang semakin menurun. Usaha pemasaran semakin diperluas untuk menarik wisatawan yang bertempat tingal semakin jauh dari sebelumnya. Fasilitas yang sudah tua sekarang menjadi ketinggalan zaman dan kurang diminati.
5 Stagnation Kapasitas maksimal dari faktor penunjang telah tercapai batas maksimum atau, menyebabkan masalah ekonomi, sosial dan lingkungan. Jumlah puncak kunjungan wisata tercapai. Atraksi buatan menggantikan atraksi alam dan budaya, dan destinasi tidak lagi menarik.
6 Post-stagnation
1. Decline Wisatawan tertarik dengan destinasi lain yang baru. Fasilitas pariwisata digantikan oleh fasilitas non pariwisata. Atraksi wisatawan menjadi semakin kurang menarik dan fasilitas pariwisata menjadi kurang bermanfaat. Keterlibatan masyarakat lokal mungkin meningkat seiring dengan penurunan pasar wisatawan. Daerah destinasi menjadi terdegradasi kualitasnya, kumuh dan fasilitasnya tidak berfungsi sebagaimana mestinya sebagai penunjang aktivitas pariwisata.
2. Rejuvenation Terjadi perubahan dramatis dalam penggunaan dan pemanfaatan sumber daya pariwisata. Terjadi penciptaan seperangkat atraksi wisata artificial baru atau penggunaan sumber daya alam yang tidak tereksploitasi sebelumnya.
Sumber: Butler (1980, dalam Pitana 2009 :132)
32
Berdasarkan teori tersebut, maka Kawasan Danau Sebedang saat ini dapat
dimasukkan pada tahap penemuan (exploration) dan Pengembangan
(development). Hal tersebut ditandai oleh Kawasan Danau Sebedang ini sudah
dikenal sejak lama dan adanya kunjungan dari wisatawan, fasilitas-fasilitas yang
ada sudah tidak kondusif lagi, tata ruang kawasan tidak memadai (aktivitas wisata
tertumpu pada bagian utara-timur), oleh sebab itu perlunya pengembangan
kawasan ini menjadi lebih baik yaitu dengan menetapkan strategi kebijakan apa
yang tepat dalam pengembangan Danau Sebedang sebagai daya tarik wisata di
Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat.
2.4 Model Penelitian
Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan, diperlukan
kerangka konsep dan atau model penelitian yang dapat dijadikan kerangka kerja
di dalam penelitian ini. Alur pikir dari model penelitian ini berawal dari adanya
potensi-potensi danau sebedang sebagai daya tarik wisata serta ketertarikan
wisatawan untuk berkunjung ke Danau Sebedang, oleh karena itu Pemerintah
Kabupaten juga mempunyai keinginan untuk mengembangkan Danau Sebedang
sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Sambas. Hanya saja belum adanya data
tercatat dari berapa banyak jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke kawasan
tersebut. Hal ini sulit untuk mengetahui secara pasti berapa banyak jumlah
wisatawan yang berkunjung. Untuk mengetahui persoalan tersebut, Pemerintah
Kabupaten berkeinginan untuk merumuskan beberapa strategi kebijakan dalam
pengembangan Kawasan Danau Sebedang.
33
Dari berbagai macam masalah yang di dapat, secara khusus peneliti ingin
menjawab beberapa permasalahan dengan rumusan masalah seperti ; (1)Upaya
apa saja yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sambas dalam mengembangkan
Kawasan Danau Sebedang sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Sambas
Kalimantan Barat? (2) Faktor-faktor apa saja yang menghambat dan mendukung
Pemerintah Kabupaten Sambas dalam mengembangkan Kawasan Danau
Sebedang sebagai daya tarik wisata di sambas? (3) Bagaimana strategi
pengembangan Kawasan Danau Sebedang sebagai daya tarik wisata di Kabupaten
Sambas Kalimantan Barat Provinsi Kalimantan Barat?
Dari ketiga perumusan masalah tadi akan dikaji dan di dasarkan dengan
beberapa konsep, teori serta akan dianalisis dengan metode Deskriptif Kualitatif
dan analisis SWOT, setelah itu ditemukan suatu hasil dan kemudian akan
direkomendasikan kepada Pemerintah Kabupaten Sambas sebagai sumbangan
atau masukan pemikiran bagi Pemerintah Kabupaten dalam mengembangkan
Kawasan Danau Sebedang sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Sambas
Kalimantan Barat. Untuk lebih jelasnya, alur penelitian ini akan digambarkan
dalam bentuk bagan penelitian. Model penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Pemerintah Kabupaten Sambas
34
-
-
Pengembangan Kawasan Danau Sebedang Sebagai Daya Tarik Wisata
Potensi Danau SebedangWisatawan
Upaya Yang Dilakukan Strategi Pengembangan
Faktor penghambat & Pendukung
KonsepStrategiKebijakan PemerintahPengembangan Kawasan WisataDaya Tarik WisataDanau Sebedang
TeoriTeori PerencanaanTeori Siklus Hidup Destinasi
35
Gambar 2.1 Model PenelitianKeterangan :
: Menunjukkan relasi / pengaruh: Menunjukkan hubungan timbal balik
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian dan masalah yang akan diteliti maka
metode penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif,
dimana data yang terkumpul akan disajikan dalam bentuk kata-kata atau berupa
paparan. Dalam penelitian ini, peneliti langsung memasuki objek penelitian
sehingga dapat mengumpulkan data-data yang aktual dan kemudian dianalisa dan
diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan strategi kebijakan yang tepat dalam
pengembangan Kawasan Danau Sebedang sebagai daya tarik wisata di Kabupaten
Sambas Kalimantan Barat.
Berdasarkan penjelasan Neuman, 1977 dalam Sarjana, (2006 : 38) tentang
penelitian lapangan, maka pada penelitian ini penulis berinteraksi dengan
kelompok sosial di Kabupaten Sambas, seperti kalangan pemerintah, kelompok
masyarakat, swasta maupun wisatawan untuk mengetahui dan mempelajari
Hasil
Rekomendasi
36
kondisi sosial ekonomi serta masalah-masalah kepariwisataan Kabupaten Sambas.
Selanjutnya tahap-tahap penelitian ini di antaranya yaitu:
1. Membaca literatur-literatur terkait
2. Mencari akses/izin masuk ke lokasi penelitian
3. Masuk ke lokasi penelitian dan menjalin hubungan sosial dengan anggota
kelompok sosial
4. Mengamati, menyimak, dan mengumpulkan data-data penting
5. Mulai menganalisa data, membangun kerangka pemikiran
6. Melakukan wawancara dengan anggota-anggota kelompok yang diteliti
7. Melengkapi analisis dan menulis laporan.
3.2 Lokasi Penelitian
Penetapan lokasi penelitian sangat penting dalam rangka
mempertanggungjawabkan data yang diperoleh. Oleh karena itu maka lokasi
penelitian perlu ditetapkan terlebih dahulu. Dalam penelitian ini lokasi yang
dipilih adalah Danau Sebedang, yaitu terdapat di Desa Sebedang Sempalai,
Kecamatan Sebawi, Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat, dimana
jaraknya tidak jauh ± 17 km dari jantung ibukota Kabupaten Sambas dan berjarak
sekitar 202 km dari ibu kota provinsi Pontianak. Batas administratif Kabupaten
Sambas yaitu, sebelah utara berbatasan dengan Serawak, Malaysia Timur, sebelah
selatan berbatasan dengan Kota Singkawang, sebelah barat berbatasan dengan
Laut Natuna, Samudera Pasifik, dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Bengkayang, dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2
Kabupaten Sambas
37
Gambar : 3.1 Letak Kabupaten SambasSumber : BAPEDA Kabupaten Sambas
Lokasi Penelitian
38
Gambar 3.2 Lokasi Penelitian Danau SebedangSumber: BAPEDA
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kalimat atau
uraian. Sementara itu. Data kuantitatif adalah jenis data yang dinyatakan dalam
bentuk angka (Nawawi, 2007 : 103). Dimana penelitian ini akan digunakan kedua
jenis data tersebut, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif .
Data kualitatif yang dimaksud mencakup informasi-informasi maupun
uraian-uraian yang relevan seperti data mengenai Danau Sebedang maupun Kota
Sambas serta peranan pemerintah dalam merumuskan kebijakan dalam
pengembangan Danau Sebedang maupun data yang lain yang didapat dari
informan langsung maupun sumber lain guna kelengkapan data yang diperlukan,
sedangkan data kuantitatifnya yang berupa angka-angka seperti jumlah penduduk
Kabupaten Sambas dan jumlah pengunjung yang datang ke danau ini.
3.3.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi
dua, yaitu sumber data primer dan data skunder. Dimana sumber dara primer
adalah sumber data yang diperoleh langsung dari informan atau data yang telah
dikumpul dari responden yang ditentukan. Sumber data skunder yaitu sumber data
yang diperoleh tidak langsung yang telah ada atau data yang diperoleh dari
dokumen arsip resmi dari instansi yang terkait seperti peta geografis dan
demografis lokasi yang akan diteliti maupun dokumen seperti buku-buku koleksi
39
perpustakaan umum maupun pribadi, jurnal, brosur dan data yang diperoleh dari
pemerindah daerah Kabupaten Sambas.
3.4 Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2010:59), dalam pengumpulan data, alat atau
instrument penelitian menjadi sangat penting, agar data dapat dikumpulkan sesuai
keperluan. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat
penelitian terpenting adalah peneliti sendiri. Kualitas instrumen penelitian
berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan
data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan
data. Untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel dalam penelitian ini
digunakan beberapa instrumen penelitian yaitu pedoman wawancara untuk
wawancara mendalam dan alat bantu seperti kamera, pedoman wawancara, dan
notes untuk observasi.
3.5 Teknik Penentuan Informan
Metode yang digunakan dalam penentuan informan adalah metode
purposive, yaitu cara penentuan yang berdasarkan atas tujuan tertentu dan atas
pertimbangan peneliti. Informasi yang ditetapkan sesuai dengan penelitiannya dan
memiliki kriteria, yaitu (1) mereka yang mengetahui informasi sehubungan
dengan masalah yang diteliti; (2) mereka yang diterima oleh berbagai kelompok
yang terkait dengan pengembangan; dan (3) mereka yang memiliki pengetahuan
tentang pariwisata ( Mardalis, 2008).
Penentuan informan disini adalah tokoh-tokoh yang mengetahui dan
memahami informasi objek penelitian yang dilakukan, sehingga dapat
40
menemukan data yang diperlukan mengenai pengembangan Danau Sebedang
sebagai daya tarik di Kabupaten Sambas. Tokoh-tokoh tersebut, yaitu: Dinas
Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (3), Sekretaris Camat (1), Kepala
Desa Sebedang (1), Sekretaris Desa (1), Ketua POKDARWIS (1), Tokoh
Masyarakat (2), Pengusaha Industri Pariwisata di sekitar Kawasan Danau
Sebedang (Pemilik Tempat Penginapan, Pemilik warung, rumah makan,
Kafe/Karaouke) sebanyak (7), Akademisi (3), wisatawan (10), untuk khusus
wisatawan dilakukan secara aksidental sampling( penentuan informan secara
kebetulan). Jumlah keseluruhan dari informan adalah 30 orang. Pemilihan
informen tersebut didasarkan atas pertimbangan tertentu yaitu orang yang
dianggap tahu tentang apa keberadaan Danau Sebedang.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Dalam setiap penelitian, disamping menggunakan metode yang tepat
diperlukan pula kemampuan memilih dan bahkan juga menyusun teknik
pengumpulan data yang relevan. Kecermatan dalam memilih dan menyususn
teknik pengumpulan data ini akan sangat mempengaruhi objektivitas hasil
penelitian (Nawawi, 2007: 100). Teknik pengumpulan data yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah : observasi, wawancara, Studi dokumen.
3.6.1 Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan
langsung dan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian yaitu
41
danau sebedang. Observasi ini juga dilakukan dengan pengamatan secara
langsung ke Danau Sebedag sehingga data yang diperoleh adalah data yang
aktual dan lebih komprehensif mengenai kondisi Danau Sebedang. observasi ini
diarahkan pada kegiatan wisata di Danau Sebedang dengan cara mengamati dan
mengikuti aktivitas tersebut, dibantu dengan field note menggunakan instrumen
kamera dan tape recorder. Fokus pengamatan meliputi: aktivitas wisatawan,
pelaku wisata dan masyarakat lokal.
3.6.2 Wawancara
Wawancara yaitu cara pengumpulan data dengan bertanya langsung
kepada responden sesuai dengan daftar pertanyaan yang telah dibuat yang
digunakan untuk mendapatkan keterangan-keterangan . Wawancara digunakan
untuk menghimpun data sosial, terutama untuk mengetahui tanggapan, pendapat,
keyakinan, perasaan, motivasi dan kebijakan yang akan dibuat. Wawancara
sebagai teknik pengumpulan data dapat digunakan dalam tiga fungsi (Nawawi,
2007:118) yaitu (1) sebagai teknik pengumpul data dapat digunakan data utama
atau data primer, (2) sebagai teknik untuk melengkapi data yang tidak dapat
diperoleh dari hasil observasi, dan (3) sebagai alat pengukur atau pembanding
(kriterium) untuk menguji kebenaran, ketelitian dan ketepatan data yang diperoleh
dengan menggunakan teknik lain.
Dalam penelitian ini, akan digunakan teknik wawancara tidak terstruktur
(Unstructured interview) atau wawancara bebas. Pedoman wawancara yang akan
digunakan berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Selanjutnya untuk mengetahui bagaimana peranan pemerintah daerah dalam
42
mengembangakan Danau Sebedang sebagai daya tarik wisata ini, peneliti akan
mewancarai pihak-pihak yang mewakili berbagai tingkatan yang ada dalam objek
penelitian. Dimana responden yang akan diwawancarai adalah pemerintah daerah
yang terkait, akdademisi, tokoh masyarakat, pelaku pariwisata Danau Sebedang,
dan wisatawan yang berkunjung pada saat proses wawancara dilaksanakan.
3.6.3 Studi Dokumen
Teknik dokumen merupakan teknik memperoleh data dengan menpelajari
dokumen-dokumen yang berhubungan dengan apa yang akan diteliti. Dan teknik
ini juga adalah cara mengumpulkan data dari sumber-sumber tertulis, terutama
berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, jurnal-
jurnal, surat kabar, majalah dan lain sebagainya yang berhubungan dengan
penelitian yang ingin diteliti yaitu tentang strategi pengembangan kawasan Danau
Sebedang yang didapat dari pemerintah daerah sambas sebagai acuan dan
referensi dalam pelaksanaan penelitian ini.
3.7 Analisis Data
Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, maka data yang terkumpul akan
diolah atau dianalis. Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu:
a. Analisis Deskriptif Kualitatif
Analisis data deskriptif kualitatif ini sifatnya tidak terlalu mengutamakan
makna, sebaliknya, penekanannya pada deksriptif menyebabkan format deskiptif
kualitatif lebih banyak menganalisis permukaan data, hanya memperhatikan
proses-proses kejadian suatu fenomena, bukan kedalaman data atau makna data.
43
Walaupun demikian, deskriptif-kualitatif mengadopsi cara berpikir induktif untuk
mengimbangi cara berpikir deduktif. Untuk lebih jelasnya alur dari analisis data
deskriptif kualitatif dapat dilihat dalam Gambar 3.3 model strategi analisis data
deskriptif kualitatif (Bungin, 2009:146).
Gambar 3.3 Model Strategi Analisis Data Deskriptif- KualitatifSumber : Diadaptasi Dari Bungin, (2009)
b. Analisis SWOT.
Analisis SWOT adalah kombinasi potensi internal (kekuatan dan
kelemahan) dan potensi eksternal (peluang dan ancaman) yang umum dan populer
digunakan merumuskan suatu rencana atau strategi atau program ( Rangkuti,
Klasifikasi Data
Kesimpulan Kategorisasi
Kesimpulan Cirri-ciri umum
Dalil
Hukum
Teori
DATA
DATA
DATA
Induktif Analitis
DATA
44
2005:19). Analisis SWOT membandingkan antara faktor-faktor internal yang
berupa kekuatan dan kelemahan dengan faktor-faktor eksternal, yang berupa
peluang dan ancaman. Kombinasi kedua faktor tersebut dapat dilihat pada Matrik
SWOT Tabel 3.1.
Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis ke tiga
permasalahan dalam penelitian ini. Sedangkan analisis SWOT digunakan untuk
menganalisis rumusan masalah yang ketiga yaitu strategi pengembangan kawasan
Danau Sebedang sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Sambas Kalimantan
Barat.
Tabel 3.1Matrik Analisis SWOT
Matrik Analisis SWOT
Strength (S)Tentukan faktor kekuatan
Internal
Weakness (W)Tentukan faktor kelemahan
InternalOpportunity (O)
Tentukan faktor peluang Eksternal
Strategi SOCiptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Strategi WOCiptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
Threats (T)Tentukan faktor ancaman Eksternal
Strategi STCiptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi WTCiptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber : Diadaptasi dari Rangkuti (2005)
3.8 Penyajian Hasil Penelitian
Penyajian hasil analisis data dilakukan secara formal yaitu berupa tabel
dan informal disajikan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat verbal (dalam
bentuk naratif) sebagai sarananya dengan memakai ragam bahasa ilmiah.
45
46