24
RESPONSI KASUS KEHAMILAN LEWAT WAKTU Disusun oleh : Welly Husain Suwono, S.Ked NPM : 07700162 PEMBIMBING : dr. Muljadi Amanullah, SpOG DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK DI BAGIAN/SMF KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN

Wd 0000024

  • Upload
    msyah2

  • View
    74

  • Download
    7

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tes

Citation preview

Page 1: Wd 0000024

RESPONSI KASUS

KEHAMILAN LEWAT WAKTU

Disusun oleh :

Welly Husain Suwono, S.Ked

NPM : 07700162

PEMBIMBING :

dr. Muljadi Amanullah, SpOG

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK DI

BAGIAN/SMF KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN

RSUD SYARIFAH AMBAMI RATO EBU BANGKALAN

Page 2: Wd 0000024

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan responsi kasus ini tepat pada waktunya. Laporan kasus

yang berjudul “Preeklampsia Berat” ini disusun dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik

Madya di Bagian / SMF Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Syarifah Ambami

Rato Ebu (SYAMRABU) Bangkalan. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan

kepada penulis:

1. dr. Muljadi Amanullah, Sp.OG, selaku Kepala Bagian / SMF Kebidanan dan

Kandungan RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu (SYAMRABU) Bangkalan dan dosen

pembimbing Bagian / SMF Kebidanan dan Kandungan RSUD Syarifah Ambami Rato

Ebu (SYAMRABU) Bangkalan.

2. dr.Raudatul Hikmah, Sp.OG, selaku dosen pembimbing Bagian / SMF Kebidanan dan

Kandungan RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu (SYAMRABU) Bangkalan.

3. dr. Bambang Soetjahjo, Sp.OG, selaku dosen pembimbing Bagian / SMF Kebidanan

dan Kandungan RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu (SYAMRABU) Bangkalan.

4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

bantuan kepada penulis.

Akhirnya saya menyadari bahwa dalam penulisan responsi kasus ini masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan

demi kesempurnaan responsi kasus ini. Semoga responsi kasus ini dapat memberikan manfaat

dan tambahan pengetahuan khususnya kepada saya dan kepada pembaca dalam menjalankan

praktek sehari-hari sebagai dokter.

Terima kasih.

Bangkalan, Desember 2011

Penulis

BAB I

Page 3: Wd 0000024

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Kehamilan lewat Waktu (serotinus) ialah kehamilan yang berlangsung lebih

dari perkiraan hari taksiran persalinan yang dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT),

dimana usia kehamilannya telah atau melebihi 42 minggu.

Insiden

Angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10%, bervariasi antara3,5-14%. Data

statistik menunjukkan, angka kematian dalam kehamilan lewat waktu lebih tinggi ketimbang

dalam kehamilan cukup bulan, dimana angka kematian kehamilan lewat waktu mencapai 5 - 7

%. Variasi insiden postterm berkisar antara 2-31,37%.

Etiologi

Penyebab pasti kehamilan lewat waktu sampai saat ini belum kita ketahui. Diduga

penyebabnya adalah siklus haid yang tidak diketahui pasti, kelainan pada janin (anenefal,

kelenjar adrenal janin yang fungsinya kurang baik, kelainan pertumbuhan tulang

janin/osteogenesis imperfecta; atau kekurangan enzim sulfatase plasenta). Menurut dr. Bambang

Fadjar, SpOG dari Rumah Sakit Asih, Jakarta Selatan, penyebab kehamilan lewat waktu adalah

kelainan pada janin sehingga tidak ada kontraksi dari janin untuk memulai proses persalinan.

Kelainan janin tersebut antara lain anensephalus, hipoplasia, kelenjar supra renal janin, dan janin

tidak memiliki kelenjar hipofisa, kelainan pada plasenta yang berupa tali pusat  pendek dan

kelainan letak kehamilan. Beberapa faktor penyebab kehamilan lewat waktu adalah sebagai

berikut :

Kesalahan dalam penanggalan, merupakan penyebab yang paling sering.

Tidak diketahui.

Primigravida dan riwayat kehamilan lewat waktu.

Defisiensi sulfatase plasenta atau anensefalus, merupakan penyebab yang jarang terjadi.

Jenis kelamin janin laki-laki juga merupakan predisposisi.

Faktor genetik juga dapat memainkan peran

Page 4: Wd 0000024

Jumlah kehamilan atau persalinan sebelumnya dan usia juga ikut mempengaruhi

terjadinya kehamilan lewat waktu. Bahkan, ras juga merupakan faktor yang berpengaruh

terhadap kehamilan lewat waktu. Data menunjukkan, ras kulit putih lebih sering mengalami

kehamilan lewat waktu ketimbang yang berkulit hitam. Di samping itu faktor obstetrik pun ikut

berpengaruh. Umpamanya, pemeriksaan kehamilan yang terlambat atau tidak adekuat (cukup),

kehamilan sebelumnya yang lewat waktu, perdarahan pada trisemester pertama kehamilan, jenis

kelamin janin (janin laki-laki lebih sering menyebabkan kehamilan lewat waktu ketimbang janin

perempuan), dan cacat bawaan janin.

Resiko

Risiko kehamilan lewat waktu antara lain adalah gangguan pertumbuhan janin, gawat

janin, sampai kematian janin dalam rahim. Resiko gawat janin dapat terjadi 3 kali dari pada

kehamilan aterm. Kulit janin akan menjadi keriput, lemak di bawah kulit menipis bahkan sampai

hilang, lama-lama kulit janin dapat mengelupas dan mengering seperti kertas perkamen. Rambut

dan kuku memanjang dan cairan ketuban berkurang sampai habis. Akibat kekurangan oksigen

akan terjadi gawat janin yang menyebabkan janin buang air besar dalam rahim yang akan

mewarnai cairan ketuban menjadi hijau pekat. Pada saat janin lahir dapat terjadi aspirasi (cairan

terisap ke dalam saluran napas) air ketuban yang dapat menimbulkan kumpulan gejala MAS

(meconeum aspiration syndrome). Keadaan ini dapat menyebabkan kematian janin. Komplikasi

yang dapat mungkin terjadi pada bayi ialah suhu yang tidak stabil, hipoglikemia, polisitemia, dan

kelainan neurologik. Kehamilan lewat waktu dapat juga menyebabkan resiko pada ibu, antara

lain distosia karena aksi uterus tidak terkoordinir, janin besar, dan CPD. Sehingga sering

dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, dan perdarahan postpartum.

Diagnosis

Diagnosis kehamilan lewat waktu biasanya dari perhitungan rumus Naegele setelah

mempertimbangkan siklus haid dan keadaan klinis. Bila ada keraguan, maka pengukuran tinggi

fundus uterus serial dengan sentimeter akan memberikan informasi mengenai usia gestasi lebih

tepat. Keadaan klinis yang mungkin ditemukan ialah air ketuban yang berkurang dan gerakan

janin yang jarang. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam mendiagnosis kehamilan

lewat waktu, antara lain :

Page 5: Wd 0000024

1. HPHT jelas.

2. Dirasakan gerakan janin pada umur kehamilan 16-18 minggu.

3. Terdengar denyut jantung janin (normal 10-12 minggu dengan Doppler,dan 19-20

minggu dengan fetoskop).

4. Umur kehamilan yang sudah ditetapkan dengan USG pada umur kehamilan kurang dari

atau sama dengan 20 minggu.

5. Tes kehamilan (urin) sudah positif dalam 6 minggu pertama telat haid.

Bila telah dilakukan pemeriksaan USG serial terutama sejak trimester  pertama, maka

hampir dapat dipastikan usia kehamilan. Sebaliknya pemeriksaan yang sesaat setelah trimester

III sukar untuk memastikan usia kehamilan.

Diagnosis juga dapat dilakukan dengan penilaian biometrik janin pada trimester I

kehamilan dengan USG. Penyimpangan pada tes biometrik ini hanya lebih atau kurang satu

minggu.

Pemeriksaan sitologi vagina (indeks kariopiknotik >20%) mempunyai sensitifitas 75%

dan tes tanpa tekanan dengan KTG mempunyai spesifisitas 100% dalam menentukan adanya

disfungsi janin plasenta atau postterm. Kematangan serviks tidak bisa dipakai untuk menentukan

usia kehamilan.

Tanda kehamilan lewat waktu yang dijumpai pada bayi dibagi atas tiga stadium :

1. Stadium I.

Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit kering, rapuh,

dan mudah mengelupas.

2. Stadium II. Gejala stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit.

3. Stadium III. Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat.

Yang paling penting dalam menangani kehamilan lewat waktu ialah menentukan keadaan

janin, karena setiap keterlambatan akan menimbulkan resiko kegawatan. Penentuan keadaan

janin dapat dilakukan :

1. Tes tanpa tekanan (Non Stress Test).

Bila memperoleh hasil non reaktif maka dilanjutkan dengan tes tekanan oksitosin. Bila

diperoleh hasil reaktif maka nilai spesifisitas 98,8% menunjukkan kemungkinan besar

janin baik. Bila ditemukan hasil tes tekanan yang positif, meskipun sensitifitas

relatif rendah tetapi telah dibuktikan berhubungan dengan keadaan postmatur.

Page 6: Wd 0000024

2. Gerakan janin.

Gerakan janin dapat ditentukan secara subjektif (normal rata-rata 7 kali / 20 menit) atau

secara objektif dengan tokografi (normalrata-rata 10 kali / 20 menit), dapat juga

ditentukan dengan USG. Penilaian banyaknya air ketuban secara kualitatif dengan USG

(normal >1 cm/ bidang) memberikan gambaran banyaknya air ketuban, bila ternyata

oligohidramnion maka kemungkinan telah terjadi kehamilan lewat waktu.

3. Amnioskopi.

Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin keadaan janin masih baik.

Sebaliknya air ketuban sedikit dan mengandung mekonium akan mengalami resiko 34%

asfiksia.

Penatalaksanaan

Prinsip dari tata laksana kehamilan lewat waktu ialah merencanakan pengakhiran

kehamilan. Cara pengakhiran kehamilan tergantung dari hasil pemeriksaan kesejahteraan janin

dan penilaian skor pelvik (pelvic score). Ada beberapa cara untuk pengakhiran kehamilan, antara

lain:

1. Induksi persalinan dengan pemasangan balon kateter Foley.

2. Induksi dengan oksitosin.

3. Bedah seksio sesaria

Dalam mengakhiri kehamilan dengan induksi oksitosin, pasien harus memenuhi beberapa

syarat, antara lain :

Tidak hipertensi

Tidak ada oligohidramnion

Kehamilan tunggal

Tidak ada riwayat seksio sesaria

His lemah

Bukan grande multipara

Ukuran panggul normal

Tidak ada disproporsi sefalopelvik

Janin presentasi kepala

Page 7: Wd 0000024

Serviks sudah matang (porsio teraba lunak, mulai mendatar, dan mulai membuka). Selain

itu, pengukuran pelvik juga harus dilakukan sebelumnya. Tabel pengukuran pelvik dapat

dilihat dibawah ini :

Score 0 1 2 3

Pendataran Serviks 0-30% 40-50% 60-70% 80%

Pembukaan Serviks 0 1-2 3-4 5-6

Penurunan Kepala

dari Hodge 3

-3 -2 -1 +1+2

Konsistensi Serviks Keras Sedang Lunak

Posisi Serviks Ke belakang Searah sumbu

jalan lahir

Ke depan

Bila nilai pelvis >8, maka induksi persalinan kemungkinan besar akan berhasil.

Bila PS >5, dapat dilakukan drip oksitosin.

Bila PS <5, dapat dilakukan pematangan servik terlebih dahulu, kemudianlakukan

pengukuran PS lagi.

Tatalaksana yang biasa dilakukan di RSUD SYAMRABU ialah induksi dengan oksitosin

5 IU. Sebelum dilakukan induksi, pasien dinilai terlebih dahulu kesejahteraan janinnya dengan

NST, serta diukur skor pelviknya. Jika keadaan janin baik, skor pelvis >5, dan syarat-syarat

induksi oksitosin memenuhi, maka induksi persalinan dapat dilakukan. Induksi persalinan

dilakukan dengan oksitosin 5 IU dalam infus Dextrose5%. Tetesan infus dimulai dengan 8

tetes/menit, lalu dinaikkan tiap 15 menit sebanyak 4 tetes hingga timbul his yang adekuat.

Maksimal 40 tetes bila tidak kunjung adekuat. Selama pemberian infus,kesejahteraan janin tetap

diperhatikan karena dikhawatirkan dapat timbul gawat janin. Setelah timbul his adekuat, tetesan

infus dipertahankan hingga persalinan. Namun, jika infus pertama habis dan his adekuat belum

muncul, dapat diberikan infus drip oksitosin 5 IU ulangan. Jika his adekuat yang diharapkan

Page 8: Wd 0000024

tidak muncul, pasien diistirahatkan 24jam dengan syarat kesejahteraan janin baik. Apabila drip

oksitosin gelombang 2 gagal, dapat dipertimbangkan terminasi dengan seksio sesaria.

Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur,

minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12 minggu), 1 kali

pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28minggu) dan 2 kali trimester ketiga

(di atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan

sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7 – 8 bulan dan seminggu sekali

pada bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar usia

kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang berbahaya. Perhitungan dengan

satuan minggu seperti yang digunakan para dokter kandungan merupakan perhitungan yang lebih

tepat.. Untuk itu perlu diketahui dengan tepat tanggal hari pertama haid terakhir seorang (calon)

ibu itu. Perhitungannya, jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir hingga saat itu dibagi 7

(jumlah hari dalam seminggu). Misalnya, hari pertama haid terakhir Bu A jatuh pada 12 Maret

2011. Saat ini tanggal 22 Desember 2011. Jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir adalah

284. Setelah angka itu dibagi 7 diperoleh angka 40,5. Jadi, usia kehamilannya saat ini 40

minggu.

Page 9: Wd 0000024

BAB II

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama Isteri : Ny. S

Suami : Tn. M

Umur Isteri : 39 th

Suami : 43 th

Pekerjaan Isteri : Ibu rumah tangga

Suami : Pedagang

Penghasilan Isteri : -

Suami : Tak menentu

Alamat : Jl. Raya Langkap - Burneh

No. RM : 110411

II. Anamnesa (tanggal 21/12/2011 oleh DM Welly H S)

Pasien datang ke poli kandungan dengan keluhan usia kehamilan yang lewat

waktu namun tidak dirasakan tanda-tanda akan melahirkan. Perkiraan pasien usia

kehamilannya mencapai 10 bulan. Pasien masuk kamar bersalin pukul 10.30 tanggal 21

Desember 2011.

Keluhan utama

Usia kehamilan lewat bulan

Riwayat Penyakit Sekarang

Tidak dirasakan mules / kenceng-kenceng

Tidak ada riwayat keluar darah dan lendir pervaginam

Tidak ada riwayat keluar cairan pervaginam

Dirasakan adanya gerakan janin

Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ada riwayat kelaianan jantung, paru, hati, ginjal, DM, hipertensi dan leainan

lain yang dapat berpengaruh pada kehamilan.

Ada riwayat seksio sesaria 2,5 tahun lalu karena ketuban pecah premature (KPP)

Riwayat Sosial

Page 10: Wd 0000024

Tidak merokok dan minuman alkohol

Tidak minum jamu

Minum obat dari bidan

Haid

Haid terakhir tanggal 4 Maret 2011

Perkiraan persalinan tanggal 11 Desember 2011

Menarche umur 11 th

Siklus teratur

Lama : Sedang

Dysmenorrhea : Ya

Riwayat Obstetrik

GIII PI00II

Nikah 1 kali

Hamil pertama usia kehamilan 12 minggu, Abortus

Hamil kedua usia kehamilan 9 bulan, lahir seksio sesaria karena kpp, jenis

kelamin laki-laki, berat badan lahir 3500 g, hidup, usia 2 th 10 bulan

Hamil ketiga hamil ini

III. Status Presens (21/12/2011)

Keadaan umum : Cukup

Kesadaran : Compos mentis

Tinggi badan & Berat Badan : 155 cm & 55kg

Vital sign

Tensi : 110/80 mmHg Nadi : 84x/menit

RR : 18x/menit Suhu : 36,8˚ C

Kepala

Anemi : (-) Ikterus : (-)

Cyanosis : (-) Dypsneu : (-)

Leher

Trakea ditengah

Tidak ada benjolan abnormal

Page 11: Wd 0000024

Tidak ada bendungan vena

Thorax

Simetris

Tidak ada benjolan, massa, luka bekas operasi, dan bentukan abnormal

lainnya.

Jantung

S1 S2 tunggal

Murmur (-) gallop (-)

Paru-paru

Suara napas vesikuler

Wheezing (-) ronki (-)

Payudara normal

Abdomen

Bising usus 5X/menit

Hepar tidak teraba dan tidak nyeri tekan

Lien tidak teraba dan tidak nyeri tekan

Ginjal tidak teraba dan tidak nyeri tekan

Genitalia eksterna : oedem vulva (-)

Ekstremitas

Akral hangat oedem

+ + + +

+ + + +

Reflex fisiologis (+)

Reflex patologis (-)

IV. Status Obsterikus

Muka

Chloasma gravidarum (-)

Exophthalmus (-)

Leher

Struma (-)

Thorax

Page 12: Wd 0000024

Mammae : Membesar dan Tegang

Abdomen

Inspeksi : Perut membesar kedepan, simetris

Palpasi :

Leopold I : Tinggi fundus ateri 3 jari bawah processus xyphoideus (30

cm)

Leopold II : Letak punggung kanan

Leopold III : Bagian terbawah janin Kepala, Kepala belum masuk

pintu atas panggul

Leopold IV : 4/5

Perkusi : tympani

meteorismus (-)

Auskultasi : Denyut jantung janin (+) (12-11-12)

Pemeriksaan dalam

Tidak ada pembukaan

Ketuban (+)

V. Laboratorium

Hb : 9,4 g % (talquist)

VI. Diagnosa

GIII PI00II PD/T/H dengan riwayat Sectio Caesaria 2,5 th lalu, tidak inpartu

VII. Terapi

Prinsip penatalaksanaan kehamilan lewat waktu adalah terminasi. Dikarenakan adanya

kontraindikasi induksi oksitosin, yaitu riwayat Sectio Caesaria 2,5 th lalu, maka

dilakukan terminasi perabdomianal yaitu Sektio Caesaria.

Persiapan Ibu :

Penderita diberi makanan yang mudah dicerna pada malam sebelum operasi

Puasa sekitar 6 jam sebelum operasi

Pasang infus RL Flas I

Pasang Dauer cateter

Page 13: Wd 0000024

Lakukan scerent

Laporan Operasi Sectio Caesaria :

1. Antiseptic lapangan operasi dengan betadine 10 % dan dipersempit dengan kain

steril

2. Insisi kulit perut dan subkutis low midline pada bekas luka operasi

3. Sayatan kecil pada fasia musculus recti abdommis dan dengan bantuan pinset

anatomis lalu fascia digunting kebawah dan keatas

4. M. Recti abdommis di kuakkan secara tumpul ke lateral sehingga peritoneum bebas

5. Peritoneum parietalis dijepit dengan pinset anatomis, diangkat, digunting keatas dan

bawah, pinggir-pinggirnya di klem (peritoneal klem)

6. Eksplorasi :

Uterus sebesar aterm

Adneksa kanan kiri normal

Terapi LSCS (Lower Segment Caesarean Section) :

Blader flap

Insisi segmen bawah rahim melintang (transversal) ± 10 cm berbentuk konkaf

sampai endometrium. Endometrium ditembus secara tumpul dengan jari.

Janin dilahirkan dengan meluksir kepala

Apgar Score 8-9 / jenis kelamin laki-laki / berat 2600 g / panjang 48 cm

Ketuban jernih

Plasenta di fundus lengkap, dilahirkan secara manual

7. Segmen bawah rahim dijahit secara jelujur festoon dengan benang cromix no.2.

8. Cavum abdomen ditutup langsung, dijahit lapis demi lapis.

- Fascia m.recti abdominis dijahit secara jelujur feston dengan benang safil no.1

- Kulit dijahit satu-satu side.

Diagnosa Pre Operasi (DPO) : GIII PI00II PD/T/H dengan riwayat Sectio Caesaria 2,5 th

lalu, tidak inpartu

Diagnosa Durante Operasi (DDO) : GIII PI00II PD/T/H dengan riwayat Sectio Caesaria

2,5 th lalu, tidak inpartu

Page 14: Wd 0000024

Terapi : LSCS (Lower Segment Caesarea Section)

Terapi Post Operasi :

Infus RL & D5 2:2

Clavamox 3x1 vial

Drip induxin 1 amp sampai dengan 24 jam

Vitamin B1 3x1 amp

Kalnex 3x1 amp

Pospargin 3x1 amp

BAB III

PEMBAHASAN

Page 15: Wd 0000024

Telah dilaporkan suatu kasus wanita 39 tahun dengan usia kehamilan 42 minggu dengan

diagnosa GIII PI00II PD/T/H dengan riwayat Sectio Caesaria 2,5 th lalu, tidak inpartu. Selanjutnya

akan dibahas :

1. Apakah diagnosa pasien sudah tepat?

Pasien ini didiagnosa GIII PI00II PD/T/H dengan riwayat Sectio Caesaria 2,5 th lalu, tidak

inpartu. Tinggi fundus uterus 31 cm, taksiran berat janin 2790 gram. Diagnosis terhadap

pasien diperkuat oleh tanggal hari pertama haid terakhir (HPHT), yaitu tanggal 04 maret

2011. Taksiran persalinannya ialah 11 desember 2011. Berdasarkan HPHT pasien, usia

kehamilannya ialah 42 minggu. Syarat kehamilan lewat waktu ialah kehamilan yang telah

lewat 42minggu. Maka diagnosa untuk pasien ini sudah tepat.

2. Apakah pelaksanaan pada kasus ini sudah tepat?

Prinsip dari kehamilan lewat waktu adalah terminasi kehamilan segera. Pada kasus ini

terminasi secara induksi tidak dilakukan karena adanya kontraindikasi yaitu pasien

pernah operasi section caesaria 2,5 th yang lalu. Maka terminasi dilakukan dengan seksio

caesaria.

3. Apa penyebab kehamilan lewat waktu pada kasus ini?

Faktor penyebab dari kehamilan lewat bulan ialah kelainan janin (anensephalus,

hipoplasia, kelainan kelenjar suprarenal janin, janin tidak memiliki hipofisa), tali pusat

pendek, dan kelainan letak janin. Faktor lain ialah kesalahan dalam penanggalan,

primigravida, riwayat serotinus, jenis kelamin laki-laki, dan genetik. Pada kasus ini,

pasien tidak memiliki riwayat kehamilan serotinus dan tidak ada keluarga yang punya

riwayat serotinus, juga tidak ditemukan kelainan pada janin, baik anatomik dan fisiologik

janin, maupun kelainan letak janin maupun tali pusat. Jadi kemungkinan besar penyebab

kehamilan lewat waktu pada pasien ini adalah jenis kelamin janin laki-laki.

BAB IV

KESIMPULAN

Page 16: Wd 0000024

1. Kehamilan lewat Waktu (serotinus) ialah kehamilan yang berlangsung lebih

dari perkiraan hari taksiran persalinan yang dihitung dari hari pertama haidterakhir

(HPHT), dimana usia kehamilannya telah atau melebihi 42 minggu.

2. Pada ibu ini tidak dirasakan mules / kenceng-kenceng, tidak ada riwayat keluar darah dan

lendir pervaginam, tidak ada riwayat keluar cairan pervaginam. Sedangkan dari

pemeriksaan dalam belum ada pembukaan serviks. Sehingga dapat dikatakan ibu ini tidak

inpartu.

3. Diagnosa akhir GIII PI00II PD/T/H dengan riwayat Sectio Caesaria 2,5 th lalu, tidak

inpartu.

4. Karena kehamilan telah lewat dari waktu persalinan seharusnya,tidak ada tanda-tanda

persalinan, dikhawatirkan terjadi gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, sampai

kematian janin dalam rahim sehingga harus dilakukan terminasi segera. Pada ibu ini

dikarenakan adanya kontraindikasi induksi oksitosin, maka Terminasi kehamilan

dilakukan dengan seksio cesarea.

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: Wd 0000024

Wiknjosastro H.Kelainan Dalam Lamanya Kehamilan. Dalam Ilmu Kebidanan hal. Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,Jakarta 2005.

Cunningham FG et al.Postterm Pregnancy. Williams Obstetric, 22st ed.Mc.Graw Hill Publishing

Division, New York, 2005.

Mansjoer Arif, et al. Induksi persalinan. Dalam kapita selekta kedokteran ed.3 cet. Media

Aesculapius, Jakarta. 2000.

Mochtar, Rustam. Postmatur . Dalam: Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi,Obstetri Patologi

ed.2. EGC:Jakarta. 1998.

Widohariadi, H. Dkk. Penatalaksanaan Kehamilan Lewat Waktu.Pedoman Diagnosa Dan Terapi

Bag/SMF Ilmu kebidanan dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit Dokter Soetomo Surabaya.

2009.

http://emedicine.medscape.com/article/261369-overview