84
EKONOMI DAN SOSIAL USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI PADI DALAM MEMILIH SISTEM PANEN DI DESA SUKOWIDODO KECAMATAN KARANGREJO KABUPATEN TULUNGAGUNG TIM PENGUSUL 1. MARIANA FITRI RAHMAWATI (KETUA) 0725078205 2. UMI AFDAH (ANGGOTA) 0702087403

PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

EKONOMI DAN SOSIAL

USULAN PENELITIANDOSEN PEMULA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI PADI DALAM MEMILIH SISTEM PANEN DI DESA SUKOWIDODO KECAMATAN

KARANGREJO KABUPATEN TULUNGAGUNG

TIM PENGUSUL1. MARIANA FITRI RAHMAWATI (KETUA) 0725078205

2. UMI AFDAH (ANGGOTA) 0702087403

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG

2019

Page 2: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya
Page 3: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN......................................................................................................1

1.1. Latar Belakang.................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................4

1.3. Tujuan Penelitian.............................................................................................5

1.4. Kontribusi Penelitian........................................................................................5

II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................6

2.1. Pengambilan Keputusan.................................................................................6

2.2. Dasar-dasar Pengambilan Keputusan..........................................................8

2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan...................10

2.4. Kajian Umum tentang Padi...........................................................................14

2.5. Sistem panen.................................................................................................16

III. METODE PENELITIAN....................................................................................18

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................18

3.2. Metode Penelitian..........................................................................................18

3.3. Teknik Pengumpulan Data...........................................................................19

3.4. Analisis Data..................................................................................................20

3.4.1. Analisis Deskriptif...................................................................................20

3.4.2. Analisis Regresi.....................................................................................20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................24

4.1. Profil Desa......................................................................................................24

4.2. Analisis Deskriptif Karakteristik Responden..............................................26

4.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih sistem panen padi di desa Sukowidodo.................................................................29

4.4. Uji Asumsi Klasik...........................................................................................30

4.5. Pengujian Simultan........................................................................................34

4.6. Pengujian Parsial...........................................................................................36

4.7. Alasan Petani Memilih Sistem Panen.........................................................44

Page 4: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

V. KESIMPULAN........................................................................................................46

5.1 Kesimpulan.....................................................................................................46

5.2 Saran...............................................................................................................47

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................48

LAMPIRAN.....................................................................................................................51

Page 5: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Produksi Padi per Kecamatan yang ada di Kabupaten Tulungagung..........................................................................................................3Tabel 2 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Sukowidodo..................................25Tabel 3 Penggunaan Luas Lahan........................................................................25Tabel 4 Karaktertistik Responden Penelitian.......................................................27Tabel 5 Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas..........................................................32Tabel 6 Hasil Uji t Koefisien Regresi Variabel usia (X1)......................................37Tabel 7 Hasil Uji t Koefisien Regresi Variabel pekerjaan lain (X2)......................39Tabel 8 Hasil Uji t Koefisien Regresi Variabel pendidikan (X3)...........................41Tabel 9 Hasil Uji t Koefisien Regresi Variabel Gender (X4).................................42Tabel 10 Hasil Uji t Koefisien Regresi Variabel Luas Lahan (X5)........................43

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Scatterplot Uji Asumsi Heteroskedastik.............................................31Gambar 2 Hasil Uji Normalitas Sistem Panen....................................................33

Page 6: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang cocok bagi pertanian. Didukung

dengan sumberdaya alam yang ada, jumlah penduduk yang banyak seharusnya

pertanian Indonesia lebih baik dibangding dengan negara tetangga. Namun

kondisi justru terbalik, sektor pertanian kita banyak menghadapi permasalahan

yang mengakibatkan kesejahteraan petani rendah, dimana bertani merupakan

mata pencaharian bagi sebagian besar penduduknya. Ada beberapa faktor yang

menyebabkan hal tersebut, kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah

banyak yang tidak berpihak kepada petani. Misalnya pemberian pupuk subsidi

yang tidak tepat sasaran, pemberian kredit justru dimanfaatkan oleh oknum

oknum di daerah. Kebijakan impor pangan yang dilakukan pemerintah, padahal

dahulu Indonesia pernah mengalami swasembada pangan.

Padi merupakan komoditas pangan utama bagi penduduk Indonesia. Padi

juga merupakan tanaman pangan yang banyak diusahakan oleh para petani.

Banyak varietas padi yang bisa ditanam oleh petani, varietas-varietas tersebut

mempunyai keunggulan masing-masing. Dengan adanya varietas-varietas baru

yang unggul diharapkan hasil panen padi mengalami peningkatan. Namun

kenyataannya banyak yang mengalami penurunan hasil panen. Penurunan

tersebut dapat disebabkan karena adanya bencana yang yang dapat

menyebabkan gagal panen, serangan hama dan cuaca yang ekstrim.

Permasalahan lain yang dihadapi oleh pertanian kita saat ini adalah

banyaknya alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan industri dan tempat

Page 7: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

tinggal. Kemudian tenaga kerja di bidang pertanian semakin susah. Petani yang

ada hanyalah petani yang sudah memasuki usia tua. Tidak adanya regenerasi

petani, seperti yang disampaikan oleh menteri pertanian Amran “Kita ketahui

memang jarang sekali pemuda yang ingin jadi petani. Pertama, karena dianggap

miskin, kotor dan sangat melelahkan. Permasalahan inilah yang harus kita

carikan solusinya” (wartakota.tribunnews.com).

Banyak petani padi di Indonesia masih bersifat subsisten, dimana mereka

melakukan usahatani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Petani di

Indonesia juga masih banyak yang melakukan pertaniannya dengan sistem

tradisional, meskipun ada juga petani yang sudah modern dengan menggunakan

mesin-mesin pertanian.

Menurut menteri pertanian Amran Sulaiman, di Jawa Timur ada 11 daerah

penghasil padi yaitu : Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Ngawi, Kabupaten

Madiun, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Blitar, Kabupaten Ponorogo,

Kabupaten Pacitan, Kota Blitar, Kota Madiun, Kabupaten Magetan dan

Kabupaten Tulungagung (Nasional.Tempo.com). Kabupaten Ngawi merupakan

sentra tanaman padi di Jawa Timur, namun saat ini banyak terjadi alih fungsi

lahan. Salah satunya berubahnya lahan pertanian menjadi jalan tol. Saat ini

banyak terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan, industri dan

banyak faktor lain yang mempengaruhi pertanian kita.

Lahan pertanian di Ngawi berkurang, Pemerintah mencoba mencari solusi

untuk mencari alternatif daerah lain yang bisa dijadikan sebagai lumbung

pangan. Salah satunya adalah kabupaten Tulungagung. Berdasarkan data

Page 8: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

Tulungagung merupakan daerah penghasil padi yang potensial. Produksi padi di

Kabupaten Tulungagung dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :

Tabel 1 Data Produksi Padi per Kecamatan yang ada di Kabupaten Tulungagung

KecamatanPadi sawah Padi Gogo

Luas panen (Ha)

Hasil (KW/Ha)

Produksi(Ton)

Luas panen (Ha)

Hasil (KW/Ha)

Produksi(Ton)

Besuki 2374 59.14 14039.84 371 46.59 1728.49Bandung 3491 64.72 22593.75 - - -Pakel 5204 62.27 32405.31 380 53.58 2036.04Campurdarat 2245 67.41 15133.55 800 47.89 3831.20Tanggunggunung - - - 169 31.82 537.76Kalidawir 3743 59.17 22147.33 95 47 448Pucanglaban 228 60.19 1372.33 614 53.33 3274.46Rejotangan 4362 58.38 25465.36 155 49.18 762.29Ngunut 3446 60.74 20931.00 - - -Sumbergempol 2794 67.92 18976.85 50 50.48 252.40Boyolangu 3410 74.78 25499.76 224 53.33 1194.59Tulungagung 993 60.34 5991.76 - - -Kedungwaru 301 59.71 1797.27 - - -Ngantru 1401 56.64 7935.26 10 53.07 53.07Karangrejo 3735 60.25 22503.38 - - -Kauman 3314 70.58 2390.21 179 49.18 880.2Gondang 3488 58.26 20321.09 24 47.89 114.94Pagerwojo 3399 48.57 16508.94 900 37.04 3333.60Sendang 4030 54.30 2365.29 1378 48.89 6737.04Jumlah 51958 1103.37 320378.28 5349 669.38 25183.75 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Tulungagung

Berdasarkan data pada tabel 1, Kecamatan Karangrejo merupakan

daerah yang berpotensi untuk tanaman padi. Petani padi pada umumnya masih

bersifat tradisional. Banyak di daerah penghasil padi yang melakukan panen

dengan sistem bawon atau dalam istilah jawa “derep”. Panen dengan sistem

Page 9: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

bawon ini, petani memberikan kesempatan kepada petani lainnya untuk

membantu panen padi, dengan memberikan imbalan padi setelah dipotong

bagian yang menjadi hak pemilik sawah. Saat ini ada beberapa sistem panen

padi yang digunakan di dalam masyarakat. Salah satunya adalah sistem

tebasan. Sistem tebasan ini dilakukan oleh penebas atau pembeli, dengan

menggunakan sitem perkiraan (penafsiran) yang dilakukan dengan cara

memborong semua yang ada di petak sawah. Sebelum menentukan harga

pembeli melihat terlebih dahulu kondisi padi disawah, kemudian melakukan tawar

menawar dengan pemilik lahan. Bila sudah terjadi kesepakatan harga, maka

biaya panen akan menjadi tanggungan pembeli. Saat ini ada perubahan sistem

panen padi yang dipilih oleh petani, alasan-alasan apa yang menyebabkan

perubahan tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Desa Sukowidodo merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan

Karangrejo, Kabupaten Tulungagung. Dahulu petani di desa ini melakukan

panen padi dengan sistem bawon. Dimana panen padi dengan sistem bawon ini,

petani akan dibantu petani lainnya dalam kegiatan panen, dengan memberikan

imbalan padi dari hasil yang dipetik yang sudah diambil bagian yang menjadi hak

pemilik sawah, imbalan tersebut yang disebut bawon.

Saat ini petani padi di Desa Sukowidodo memiliki alternatif dalam sistem

panen. Yaitu dengan sistem tebas. Panen dengan sistem tebas ini pemilik sawah

akan menjual padi yang masih di sawah kepada pembeli/ penebas. Secara

Page 10: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

umum sistem tebas ini lebih praktis, karena pemilik tidak bertanggung jawab lagi

terhadap padi disawah setelah terjadi kesepakatan harga.

Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang dirumuskan

dalam penelitian ini adalah :

1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih

sistem panen tersebut?

2. Apa alasan petani memilih sistem panen tersebut?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan petani

dalam memilih sistem panen.

2. Untuk mengetahui alasan-alasan petani memilih sistem panen tersebut.

1.4. Kontribusi Penelitian

Kontribusi dari penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan

solusi dari permasalahan yang dihadapi oleh petani, sehingga kedepannya

kesejahteraan petani lebih meningkat. Menambah kontribusi peranan LPPM

dalam pengabdiannya kepada masyarakat.

Page 11: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengambilan Keputusan

Keputusan merupakan suatu hasil pemecahan masalah yang diambil

secara tegas oleh seorang individu. Setiap hari orang-orang akan membuat

keputusan (Reed, 2011). Davis dalam Hasan 2002 menyatakan bahwa

keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapi dengan tegas. Suatu

keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan.

Keputusan harus dapat menjawab dari pertanyaan tentang apa yang dibicarakan

dalam hubungannya dalam perencanaan. Keputusan dapat berupa tindakan

terhadap pelaksanaan yang menyimpang dari rencana semula.

Menurut Stoner dalam Hasan (2002) keputusan merupakan pemilihan

diantara alternatif-alternatif. Ada 3 pengertian berkaitan dengan alternatif

tersebut, yaitu :

a. Ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan

b. Ada beberapa alternatif yang harus dan dipilih salah satu yang

terbaik

c. Ada tujuan yang ingin dicapai, dan keputusan itu makin mendekatkan

pada tujuan tersebut.

Follet dalam Hasan (2002) menyatakan bahwa keputusan adalah suatu

atau sebagai hukum situasi. Jika semua fakta dari situasi tersebut bisa

didapatkannya dan semua yang terlibat, baik pengawas maupun pelaksana mau

mentaati hukum ataupun ketentuannya, maka tidak sama dengan mentaati

perintah. Wewenang tinggal dilaksanakan namun itu merupakan wewenang

hukum situasi. Atmosudirjo menyatakan bahwa keputusan sebagai suatu

Page 12: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

pengakhiran daripada proses pemikiran tentang suatu masalah atau problem

untuk menjawab pertanyaan apa yang harus diperbuat guna mengatasi masalah

tersebut, dengan menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif. Nigro dalam

Moordiningsih dan Faturochman (2006) menyatakan bahwa keputusan

merupakan pilihan secara sadar dan teliti terhadap salah satu alternatif yang

memungkinkan dalam suatu posisi tertentu untuk merealisasikan tujuan yang

diharapkan.

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keputusan

merupakan hasil berpikir dan menjatuhkan pilihan dari alternatif yang terbaik dari

beberapa pilihan alternatif yang ada. Pengambilan keputusan adalah proses

memilih atau menentukan berbagai kemungkinan diantara situasi-situasi yang

tidak pasti (Suharnan, 2005). Stoner dalam Hasan (2002) mengatakan bahwa

pengambilan keputusan merupakan sebuah proses yang digunakan untuk

memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah. Moorhead dan Griffin

(2010) mengatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu proses

pengambilan pilihan dari sejumlah alternatif yang di dalamnya terdapat elemen-

elemen informasi, tujuan, pilihan tindakan, keumngkinan tindakan hasil, nilai yang

berhubungan dengan tujuan setiap hasil dan salah satu pilihan tindakan. Senada

dengan moorhead dan Griffin, Salusu (2004) menyatakan bahwa pengambilan

keputusan adalah proses memilih alternatif-alternatif bagaimana cara bertindak

dengan metode efisien sesuai dengan situasi.

Pengambilan keputusan adalah pemilihan dua atau lebih alternatif yang

mungkin, berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang dimiliki oleh masing-masing

alternatif tersebut (Tery, 2010). Claude S George, Jr menyatakan bahwa proses

pengambilan keputusan ini banyak dikerjakan oleh manajer, yang merupakan

Page 13: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

kesadaran, kegiatan pemikiran yang di dalamnya termasuk pertimbangan,

penilaian dan pemilihan diantara sejumlah alternatif.

Harold dan Cyril O’Donnell mengatakan bahwa penngambilan keputusan

adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari

perencanaan. Rencana dapat dikatakan tidak ada, jika tidak ada keputusan,

suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.

Siagian, Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis

terhadap hakikat alternative yang dihadapi dan mengambil tindakan yang

menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.

Suharnan (2005) menyatakan bahwa pengambilan keputusan adalah

proses memilih atau menentukan berbagai kemungkinan diantara situasi-situasi

yang pasti. Pembuatan keputusan terjadi di dalam situasi-situasi yang meminta

seseorang harus membuat prediksi kedepan, memilih salah satu diantara dua

pilihan atau lebih, membuat estimasi (prakiraan) mengenai prakiraan yang akan

terjadi pada masa yang akan datang.

Berdasarkan beberapa definisi pengambilan keputusan (decision making)

menurut beberapa ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa pengambilan keputusan

merupakan hasil dari proses pemikiran dengan beberapa pertimbangan untuk

memilih satu dari dua alternatif atau lebih untuk masa yang akan datang.

2.2. Dasar-dasar Pengambilan Keputusan

George R Terry menjelaskan dasar-dasar dari pengambilan keputusan

yang berlaku antara lain :

a. Instuisi

Page 14: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

Keputusan yang diambil berdasarkan instuisi atau perasaan lebih bersifat

subyektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar dan faktor kejiwaan

lain. Sifat subjektif dari keputusan intuitif ini terdapat keuntungan yaitu :

1) Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk

memutuskan

2) Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat

kemanusiaan.

b. Pengalaman

Pengalaman dapat dijadikan pedoman dalam menyeleseikan masalah.

Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi

pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan

apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah

penyeleseiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecahan

masalah.

c. Fakta

Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data dan informasi yang

cukup itu memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun

untuk mendapatkan informasi yang cukup itu sulit.

d. Wewenang

Keputusan yang berdasarkan pada wewenang yang semata maka akan

menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik diktatorial.

Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan

sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi

kabur/ kurang jelas.

Page 15: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

e. Rasional

Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah-

masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan

rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan yang rasional

lebih bersifat objektif. Di masyarakat keputusan yang rasional dapat diukur

apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas

nilai masyarakat yang diakui saat itu.

2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pada proses pengambilan

keputusan menurut George R Terry adalah :

a. Hal - hal yang berwujud maupun tidak berwujud yang emosional

maupun rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.

b. Setiap keputusan nantinya harus dapat di jadikan bahan untuk menjadi

tujuan organisasi.

c. Setiap keputusan jaganlah berorientasi pada kepentingan pribadi,

perhatikan kepentingan orang lain.

d. Jarang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan

e. Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental, dari tindakan

mental ini kemudian harus diubah menjadi tindakan fisik.

f. Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan

hasil yang baik.

g. Setiap keputusan hendaknya dikembangkan agar dapat diketahui

apakah keputusan yang diambil itu betul.

Page 16: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

h. Setiap keputusan itu merupakan tindakan pemulaan dari serangkain

kegiatan berikutnya.

Berbeda dengan Terry, Millet dalam Hasan (2002), menyebutkan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan adalah

sebagai berikut :

a. Pria dan wanita. Pria pada umumnya bersifat lebih tegas atau berani

dan cepat mengambil keputusan dan wanita umumnya lebih lambat dan

sering ragu-ragu.

b. Peranan pengambil keputusan. Peranan bagi orang yang mengambil

keputusan itu perlu diperhatikan, mencakup kemampuan

mengumpulkan informasi, kemampuan menganalisis dan

menginterpretasikan, kemampuan menggunakan konsep yang cukup

luas tentang perilaku manusia secara fisik untuk memperkirakan

perkembangan-perkembangan hari depan yang lebih baik.

c. Keterbatasan kemampuan. Perlu disadari adanya kemampuan yang

terbatas dalam pengambilan keputusan di bidang manajemen, yang

bersifat institusional ataupun bersifat pribadi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan secara

individual dapat dibedakan menjadi 2 faktor utama yaitu faktor internal dan

eksternal (Moordiningsih dan Faturochman, 2006) :

a. Faktor Internal. Menurut Herzberg dalam Siagian (2002), faktor internal

merupakan daya dorong yang timbul dari dalam diri seseorang, dalam hal

ini adalah petani. Faktor internal ini antara lain :

1. Usia

Usia petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan respon terhadap

Page 17: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

hal-hal yang baru dalam menjalankan usahataninya (Hernanto, 1984).

Petani muda biasanya mempunyai semangat ingin tahu yang tinggi

tentang apa yang belum mereka ketahui. Biasanya orang yang lebih

muda rasa ingin tahunya lebih tinggi, sehingga mereka lebih cepat untuk

melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka masih belum

berpengalaman dalam hal adopsi inovasi tersebut (Soekartawi, 1988).

Petani tua (di atas 50 tahun), biasanya malas untuk mengadopsi inovasi,

karena mereka harus belajar lagi. Petani tua biasanya lebih suka

melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah menjadi kebiasan dan

turun temurun dari orang terdahulu (Mardikanto, 1993).

2. Pendidikan

Pendidikan formal adalah pendidikan yang diperoleh di lembaga

pendidikan dengan sistem pengajaran yang kronologis dan mulai dari

pra sekolah sampai dengan perguruan tinggi (Suhardiyono, 1992).

Pendidikan nonformal adalah pengajaran sistematis yang diorganisir di

luar sistem pendidikan formal bagi sekelompok orang untuk memenuhi

keperluan khusus (Suhardiyono, 1992). Pendidikan non formal dapat

diperoleh melalui pelatihan-pelatihan, kursus dengan tujuan untuk

meningkatkan ketrampilan diri.

3. Luas penguasaan lahan

Lionberger dalam Mardikanto (1993), penguasaan lahan yaitu luas lahan

yang diusahakan. Biasanya semakin luas lahan yang dimiliki maka

semakin cepat seseorang dalam mengadopsi, karena memiliki

kemampuan ekonomi lebih baik. Luas lahan yang diusahakan relatif

sempit seringkali menjadi kendala untuk dapat diusahakan secara lebih

Page 18: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

efisien. Petani berlahan sempit, seringkali tidak dapat menerapkan

usahatani yang sangat intensif, karena bagaimanapun ia harus

melakukan kegiatan-kegiatan lain diluar usahatani untuk memperoleh

tambahan pendapatan yang diperlukan bagi pemenuhan kebutuhan

keluarganya. Dengan kata lain, setiap petani tidak selalu dengan bebas

dapat melakukan perubahan-perubahan usahatani, karena ia harus

mengalokasikan waktu dan tenaganya untuk kegiatan-kegiatan di

usahataninya maupun di luar usahataninya (Mardikanto, 1993).

4. Pendapatan

Pendapatan petani sekeluarga diperoleh dari usahatani (padi dan non

padi) dan non usahatani seperti berburuh, dagang, pengrajin, jasa dan

usaha lainnya. Sedangkan pengeluaran petani sendiri dari : makanan

pokok, lauk pauk, kesehatan, pakaian, pendidikan dan lain-lain. Besar

kecilnya pendapatan petani dari usahataninya terutama ditentukan oleh

luas tanah garapannya.

b. Faktor Eksternal.

Menurut Herzberg dalam Siagian (2002), faktor eksternal merupakan

pendorong yang datang dari luar diri seseorang, dalam hal ini adalah petani.

Faktor eksternal ini antara lain :

1. Lingkungan sosial

Petani sebagai pelaksana usaha tani (baik sebagai juru-tani maupun

sebagai pengelola) adalah manusia, yang di setiap pengambilan

keputusan untuk usahatani tidak selalu dapat dengan bebas

dilakukannya sendiri, tetapi sangat ditentukan oleh kekuatan-kekuatan

disekelilingnya. Dengan demikian, dia juga harus memperhatikan

Page 19: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

pertimbangan-pertimbangan yang diberikan oleh lingkungan sosialnya

(Mardikanto, 1993).

2. Lingkungan ekonomi

Kekuatan-kekuatan ekonomi terdiri dari (1) Tersedianya dana atau

kredit usahatani (2) Tersedianya sarana produksi dan peralatan

usahatani (3) Perkembangan teknologi pengolahan hasil pertanian (4)

Pemasaran hasil (Mardikanto, 1993).

3. Karakter inovasi

Rogers (1995) menyatakan bahwa karakter inovasi, sebagai

pemahaman setiap individu, membantu menerangkan perbedaaan-

perbedaan mereka pada tingkat adopsi

2.4. Kajian Umum tentang Padi

Padi adalah salah satu tanaman pangan di dunia yang berupa rumput

berumpun. Padi berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan

subtropis. Manusia mulai melakukan penanaman padi sejak tahun 3.000

sebelum masehi di Zhejiang, Tiongkok ( Purwono dan Purnamawati, 2007). Padi

(Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang dihasilkan

terbanyak di dunia dan sebagian besar tersebar di daerah tropika (Sumiati,

2003).

Padi  merupakan tanaman semusim dengan empat fase pertumbuhan,

yaitu fase vegetatif cepat, vegetatif lambat, reproduktif dan pemasakan. Secara

garis besar tanaman padi ini terbagi ke dalam dua bagian yaitu bagian generatif

dan vegetatif. Fase pertumbuhan padi terdiri dari pertumbuhan vegetatif dan

generatif, pertumbuhan pada fase vegetatif terdiri dari tahap perkecambahan

Page 20: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

benih sampai muncul bibit, tahap bibit dan tahap pembentukan anakan,

sedangkan tahap perkembangan generatif terdiri dari tahap pemanjangan

batang, tahap inisiasi malai, perkembangan malai, tahap pembungaan dan tahap

pemasakan benih. Tanaman padi di kelompokan menjadi dua bagian yaitu

vegetatif dan generatif. Bagian vegetatif terdiri dari : akar, batang, dan daun.

Sedangkan bagian generatif terdiri dari : malai, bunga, dan buah

(https://materipengetahuanumum.blogspot.com/2017/04/pengertian-tanaman-

padi.html).

Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik di daerah yang berhawa panas

dan banyak mengandung uap air dengan curah hujan rata - rata 200 mm bulan

lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki sekitar

1500 - 2000 mm/tahun dengan ketinggian tempat berkisar antara 0 - 1500 m dpl

dan tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah

dengan kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dengan perbandingan

tertentu dan diperlukan air dalam jumlah yang cukup yang ketebalan lapisan

atasnya sekitar 18 - 22 cm dengan pH 4 - 7 ( Dody et al., 2007).

Sistematika tumbuhan (taksonomi), padi diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi     : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotiledonae

Ordo     : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Oryza

Species     : Oryza sativa L

Page 21: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

2.5. Sistem panen

Sistem panen merupakan cara panen yang dilakukan oleh petani setelah

padi cukup umur untuk dipanen. Ada beberapa sistem panen yang dilakukan

oleh petani padi di Indonesia. Sistem panen tersebut antara lain adalah :

a. Sistem bawon/ derep

Bawon merupakan upah natura yang diberikan pemilik lahan kepada buruh

tani, khususnya untuk kegiatan panen yang merupakan bagian tertentu dari

hasil panen. Pada sistem bawon tradisional, panen padi merupakan

aktivitas komunitas yang dapat diikuti oleh semua atau kebanyakan

anggota komunitas dan menerima bagian tertentu dari hasil panen. Tradisi

di beberapa tempat petani tidak dapat membatasi jumlah orang yang ikut

memanen. Sistem tersebut merupakan bawon yang “benar-benar terbuka”

dalam arti setiap orang diizinkan ikut memanen. Sistem “bawon terbuka”

pada perkembangannya kemudian menjadi sistem panen yang hanya

terbuka untuk orang satu desa yang sama. Sistem bawon yang lebih ketat

adalah sistem bawon dengan peserta tertentu (yang diundang saja).

Upah derep yang berujud “bawon” gabah ataupun bawon padi

tersebut dihitung berdasarkan perbandingan hasil petikan padinya.

Biasanya adalah satu berbanding enam sampai delapan). Artinya hail padi

yang dipetik ditakar dulu, misalnya menggunakan baskom menakarnya,

maka ketika hitungan sebanyak enam (ataupun delapan) baskom, maka

yang memetik alias yang derep akan memperoleh jatah sebanyak satu

baskom. (http://notemahya.blogspot.com/2015/05/sistem-bawon-pada-

pertanian-padi-di.html). Bawon dapat diartikan juga sebagai pembagian

Page 22: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

upah menuai padi yg berdasarkan banyak sedikitnya padi yg dipotong

(https://www.artikata.com/arti-320927-bawon.html)

b. Sistem tebas

Sistem tebas merupakan sistem panen padi dengan menjual

langsung padi yang masih dalam bentuk tanaman di sawah. Para penebas

dari segala penjuru akan datang ketika musim panen padi tiba. Penebas

melihat tanaman padi kemudian akan melakukan taksiran padi yang masih

belum dipanen tersebut.

Pada sistem tebasan ini semua biaya yang dikeluarkan untuk panen

ditanggung oleh pembeli atau penebas. Petani tinggal menerima uang hasil

penjualan padi tersebut. Dalam sistem tebasan ini pembeli juga harus jeli

dalam melihat kondisi tanaman padi, apabila salah dalam memprediksi

padi maka bisa mengalami kerugian.

c. Sistem Panen Sendiri

Panen sendiri merupakan salah satu sistem panen yang dilakukan

petani untuk memanen padi. Panen sendiri dapat diartikan petani

memanen padi dengan tenaga sendiri. Hasil yang didapatkan lebih

maksimal karena hasil padi tidak dibagi dengan yang lain. Biasanya panen

sendiri dibantu oleh masyarakat yang mencari pakan ternak. Dibantu

memotong batang padi, selanjutnya membantu merontokkan bulir padi.

Masyarakat tersebut membantu tanpa ada paksaan, dengan harapan

mereka dapat memperoleh jerami sebagai pakan ternak sebagai

imbalannya.

Page 23: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) di Desa

Sukowidodo Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung, dengan alasan di

daerah tersebut saat ini ada beberapa sistem panen yang dilakukan oleh petani.

Saat ini ada 3 pilihan sistem panen yang dapat dilakukan oleh petani, yaitu

sistem bawon, sistem tebas dan sistem panen sendiri. Penelitian akan

dilaksanakan pada musim panen padi bulan November-Desember 2018.

3.2. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei, dimana untuk mengumpulkan

data primer dilapang dengan menggunakan kuesioner atau juga dengan

wawancara langsung dengan responden ( Juanda, 2009 ). Data yang digunakan

dalam penelitian ini ada 2 yaitu data primer dan data skunder.

a. Data Primer

Dalam penelitian ini data primer didapatkan melalui wawancara dan

penyebaran kuesioner yang diberikan kepada petani padi di daerah

penelitian.

b. Data Sekunder.

Data sekunder adalah data pendukung yang digunakan dalam penelitian

ini. Data skunder diperoleh dari kajian literatur dan referensi lainnya yang

berkaitan dengan sumber-sumber lainnya.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitis

Page 24: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Populasi

dalam penelitian ini adalah petani padi yang berada di Desa Sukowidodo,

Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung sebanyak 38 orang. Sample

adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi

(Sugiyono, 2017). Biasanya para peneliti menggunakan sample minimum

sebanyak 30 orang, menurut dalil limit pusat, dengan jumlah sample tersebut

akan mempermudah dalam analisis statistik dengan dugaan rata-rata akan

mendekati sebaran normal (Juanda, 2009). Sample yang digunakan pada

penelitian ini semua populasi yaitu 38 orang. Berdasarkan dalil limit pusat

tersebut jumlah populasi yang hanya sedikit maka semua populasi dijadikan

sample, supaya data yang didapatkan lebih akurat.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Kuesioner. Pengumpulan data dengan menggunakan daftar pernyataan

yang disebarkan kepada responden (petani padi di daerah penelitian)

dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Kuesioner yang

digunakan adalah tipe tertutup dan terbuka. Tipe tertutup adalah kuesioner

sudah menyiapkan jawaban, responden hanya memilih dari pilihan

jawaban yang telah disediakan. Tipe terbuka, responden diberi

kesempatan untuk menjawab kuesioner secara bebas. Pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan tujuan untuk

mendapatkan data penelitian secara akurat.

Page 25: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

b. Wawancara. Wawancara dilakukan dengan petani (responden) bertujuan

untuk mengkonfirmasi jawaban yang telah diberikan responden pada

kuesioner.

3.4. Analisis Data

3.4.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan karekteristik

responden di daerah penelitian. Analisis deskriptif ini meliputi usia petani, adanya

pekerjaan lain yang dimiliki oleh petani. Pendidikan yang dimiliki petani, gender

apakah petani perempuan dan petani laki-laki mempunyai perbedaan dalam

pengambilan keputusan. Analisis deskriptif lainnya adalah luasan lahan yang

dimiliki oleh petani di daerah penelitian. Analisis deskriptif ini diharapkan dapat

menjelaskan fenomena yang terjadi di lokasi penelitian.

3.4.2. Analisis Regresi

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik

statistik. Teknik analisis yang dipakai dalam menguji hipotesis penelitian ini

adalah dengan menggunakan multiple regression analysis (analisis regresi

berganda). Teknik ini dipakai untuk menganalisis pengaruh beberapa variabel

independen terhadap variabel dependen. Estimasi persamaan regresi tersebut

adalah sebagai berikut :

Y = α + β1x1 + β2 x2 + β3 x3+β4 x4+β5 x5+¿e

Keterangan :

Y = keputusan petani memilih sistem panen

x1 = usia

Page 26: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

x2 = pekerjaan lain

x3 = pendidikan

x4 = gender

x5 = luas lahan

α = Konstanta/intercept

β = Koefisien regresi variabel X

e = Error disturbance

Pengujian dengan regresi berganda dilakukan dengan dua pengujian yaitu

pengujian simultan dan pengujian secara parsial.

1. Pengujian Simultan

Pengujian simultan merupakan pengujian untuk mengetahui ada tidaknya

pengaruh secara bersama-sama dari beberapa variabel bebas terhadap variabel

terikat. Pengujian secara simultan menggunakan uji F, yaitu membandingkan

nilai antara F hitung dengan F tabel. Langkah pengujian secara simultan adalah

sebagai berikut :

a. Menentukan H0 dan H1

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β4X4 + e

Hipotesa yang akan diuji adalah :

H0 : Fhit< Ftabel (tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara usia,

pekerjaan selain bertani, pendidikan, gender dan luas lahan

terhadap keputusan petani memilih sistem panen)

H1 : Fhit > Ftabel (terdapat pengaruh yang signifikan antara usia, pekerjaan

selain bertani, pendidikan, gender dan luas lahan terhadap

keputusan petani memilih sistem panen)

b. Menentukan taraf keyakinan (α) sebesar 5%

Page 27: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

c. Kriteria pengujian menggunakan uji F

d. Perhitungan F hitung

e. Kesimpulan menentukan H0 diterima atau ditolak

2. Pengujian Parsial

Pengujian parsial digunakan untuk melihat dari pengaruh masing-masing

variabel bebas terhadap variabel terikat secara terpisah. Dalam hal ini pengaruh

usia terhadap keputusan petani dan pengaruh pendidikan terhadap keputusan

petani, pengaruh jumlah tanggungan terhadap keputusan petani. Pengujian

secara parsial dengan menggunakan uji t. Langkah-langkah yang dilakukan

untuk uji t, sebagai berikut :

a. Menentukan H0 dan H1

Y = α + βnXn + e

Hipotesa yang akan diuji adalah :

H0 : thit < ttabel = (tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara usia

terhadap keputusan petani memilih sistem panen)

H1 : thit > ttabel (terdapat pengaruh yang signifikan antara usia dan terhadap

keputusan petani memilih sistem panen)

H0 : thit < ttabel (tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pekerjaan

selain bertani terhadap keputusan petani memilih sistem

panen)

H2 : thit > ttabel (terdapat pengaruh yang signifikan antara pekerjaan selain

bertani terhadap keputusan petani memilih sistem panen)

H0 : thit < ttabel (tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan

terhadap keputusan petani memilih sistem panen)

Page 28: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

H3 : thit > ttabel (terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan

terhadap keputusan petani memilih sistem panen)

H0 : thit < ttabel (tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara gender

terhadap keputusan petani memilih sistem panen)

H4 : thit > ttabel (terdapat pengaruh yang signifikan antara gender terhadap

keputusan petani memilih sistem panen)

H0 : thit < ttabel (tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara luas lahan

terhadap keputusan petani memilih sistem panen)

H5 : thit > ttabel (terdapat pengaruh yang signifikan antara luas lahan terhadap

keputusan petani memilih sistem panen)

b. Menentukan taraf keyakinan (α) sebesar 5%

c. Kriteria pengujian menggunakan uji t

d. Perhitungan t hitung

e. Kesimpulan menentukan H0 diterima atau ditolak

Page 29: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil Desa

Desa Sukowidodo awalnya bernama Djasem, pada tahun 1967 nama desa

dirubah menjadi Desa Sukowidodo. Sukowidodo terdiri 2 kata yaitu  Suko dan

Widodo, Suko berarti Senang Widodo berarti Langgeng, jadi Desa Sukowidodo

artinya Desa yang Senang selama lamanya. Desa Sukowidodo terdiri dari 2

dusun, yaitu sukowidodo Barat dan Sukowidodo Timur.

Batas Desa sukowidodo berbatasan langsung dengan desa Gedangan di

sebelah utara, dengan desa Sembon di sebelah timur. Sebelah barat desa

sukowidodo berbatasan dengan desa Tanjungsari, berbatasan dengan desa

Sukowiyono di sebelah selatan.

Wilayah Desa Sukowidodo terletak pada wilayah dataran rendah dengan

kordinat antara LS-LU-BB-BT, dengan luas 1,479 km2 atau 147,985

ha. Penduduk desa Sukowidodo sebanyak 1926 jiwa yang tersebar di 2 dusun, 4

RW dan 9 RT. Dari jumlah tersebut, terdiri dari laki-laki 961 jiwa dan perempuan

970 jiwa  dengan tingkat pertumbuhan rata-rata selama 6 (enam) tahun terakhir

10 %, dengan tingkat kepadatan sebesar 1.310 jiwa/km2.

Pendidikan masyarakat desa Sukowidodo, sebagian besar lulusan dari

SLTA atau yang sederajat. Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan

setingkat SLTP sebesar 26,8%. Masyarakat yang mempunyai pendidikan tingkat

sarjana/ diploma sebesar 1%. Jumlah ini sangat sedikit bila dibandingkan dengan

jumlah keseluruhan masyarakatnya. Tingkat pendidikan masyarakat Sukowidodo

dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.

Page 30: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

Tabel 2 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Sukowidodo

Tingkat Pendidikan Persentase (%)Belum Sekolah 21,6%BelumTamat SD/ Sederajat 5,2 %Tamat SD/ Sederajat 16,5 %Tamat SMP/ Sederajat 26,8 %Tamat SMA/ Sederajat 28,9 %Diploma/ Sarjana 1%Sumber : Data Desa 2018

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa perlu ditingkatkan kesadaran

masyarakat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Harapannya dengan pendidikan yang lebih tinggi dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Desa Sukowidodo memiliki luas 147,985 ha. Penggunaan luas tersebut

dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3 Penggunaan Luas Lahan

Penggunaan Lahan Prosentase (%)Sawah 36,6%Pemukiman/ Tempat Tinggal 25,6%Kebun 27,1 %Ladang 9,7%Kolam 0,7%Lain-lain 0,3%

Sumber : Data Desa 2018

Penggunaan lahan terbesar untuk persawahan sebesar 36,6 %. Selain

untuk menanam padi sawah di daerah penelitian banyak yang dimanfaatkan

untuk menanam tebu. Pemukiman atau tempat tinggal warga sebesar 25,6 %.

Lahan yang digunakan untuk kebun oleh warga seluas 27,1 %, lahan yang

digunakan untuk ladang seluas 9,7 %. Selain untuk persawahan di desa

Page 31: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

Sukowidodo terdapat lahan yang dimanfaatkan sebagai kolam/ empang seluas

0,7% dan untuk pemanfaatan lainnya seluas 0,3 % dari luas desa.

Mata pencaharian penduduk desa Sukowidodo beragam. Penduduk yang

bekerja sebagai petani sebanyak 4,1 %, tukang batu sebanyak 1 %, pedagang 1

%. Penduduk yang bekerja sebagai karyawan sebanyak 9 %, dan wiraswasta

sebanyak 32 %. Sisanya tidak bekerja, sebagai ibu rumah tangga dan pelajar/

mahasiswa.

4.2. Analisis Deskriptif Karakteristik Responden

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah survei. Survei

merupakan penelitian yang digunakan untuk memperoleh fakta tentang gejala

atas permasalahan yang timbul. Fakta yang ada digunakan untuk menarik

kesimpulan dari gejala yang ada. Penelitian survei biasanya responden

ditentukan dengan menggunakan sampling, dengan pengumpulan data

menggunakan kueisioner yang diberikan kepada responden. Jumlah responden

yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 38 orang.

Karakteristis responden dalam penelitian ini berkaitan dengan jenis kelamin

responden. Jenis kelamin ada 2 pria dan wanita. Dari 38 responden 33 orang

adalah pria atau sekitar 86%, sisanya adalah wanita. Berdasarkan usia, petani

yang paling muda berusia 36 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa saat ini susah

untuk menemukan generasi muda yang mau bertani. Tenaga kerja semakin

susah, sehingga mengakibatkan biaya tenaga kerja saat ini menjadi mahal.

Petani dengan usia yang sudah tua, akan mempengaruhi produktivitas kerjanya.

Sehingga karena sudah tidak kuat bekerja lagi sebagai petani banyak petani

Page 32: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

yang menjual lahannya sehingga terjadi alih fungsi lahan. Karakteristik

responden dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.

Tabel 4 Karaktertistik Responden Penelitian

Karakteristis Responden Jumlah Prosentase

Jenis KelaminPria 33 86 %Wanita 5 14 %

Usia

31-40 5 13,15 %41-50 10 26,31 %51-60 12 31,58 %>60 11 28,96%

pendidikan

SD 4 10,53%SMP 7 18,42%SMA 21 55,79%Sarjana 6 15,79%

Memiliki Pekerjaan Selain bertani

Ya 20 52,63%Tidak 18 47,37%

Sistem panen Tebas 18 47%Derep 14 37%Panen sendiri 6 6%

Sumber : Data Primer yang diolah

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa responden rata-rata berusia antara

40-60 tahun. Banyak generasi muda yang lebih memilih pekerjaan di bidang lain

seperti bekerja di bangunan, berdagang, buruh pabrik.

Rata-rata pendidikan yang dimiliki oleh petani di daerah penelitian memiliki

tingkat pendidikan setara dengan SLTA dan SLTA. Pendidikan yang dimiliki oleh

petani dapat mempengaruhi dalam kegiatan bertaninya. Tingkat pendidikan yang

dimiliki petani akan mempengaruhi proses adopsi inovasi di bidang pertanian,

mereka lebih bisa menerima teknologi baru, dibandingkan dengan petani yang

memiliki tingkat pendidikan rendah. Mereka bertani berdasarkan pengalaman

turun temurun. Tingkat pendidikan terendah yang dimiliki oleh responden adalah

SD sebesar 10,53%, biasanya petani yang memiliki pendidikan SD merupakan

petani yang sudah tua, mempunyai pengalaman bertani yang cukup matang.

Page 33: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

Petani dengan pendidikan yang rendah biasanya lebih susah untuk mengadopsi

teknologi dalam bertani yang ada. Beberapa petani yang memiliki tingkat

pendidikan sarjana. Biasanya petani yang memiliki pendidikan tinggi merupakan

petani pemilik, lahannya dikerjakan oleh petani penggarap.

Petani di desa Sukowidodo tidak semuanya menggantungkan hidupnya

pada sektor pertanian. Ada yang murni sebagai petani untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya, ada juga yang bertani sebagai pekerjaan sampingan.

Petani yang hanya bekerja sebagai petani sebesar 18 orang atau 47,37%. Petani

yang memiliki pekerjaan sampingan sebanyak 20 orang 52, 63%. Pekerjaan lain

yang dimiliki oleh petani selain bertani adalah berdagang, pegawai, tukang batu

beternak dan lainnya.

Sistem panen padi yang dilakukan oleh petani di desa Sukowidodo pada

mulanya dengan sistem derep atau bawon. Sistem derep atau bawon ini baik,

masyarakat saling membantu untuk memanen padi, dengan mendapatkan

imbalan bawon dari pemilik lahan. Seiring berjalannya waktu dan perubahan

gaya hidup masyarakat sistem derep atau bawon ini mulai berkurang.

Masyarakat banyak yang bekerja diluar sektor pertanian, sehingga susah untuk

mendapatkan orang yang bisa membantu panen padi. Dahulu sebelum panen

padi, apabila musim panen tiba petani banyak yang menunggu disawah untuk

bisa ikut derep, namun saat ini pemilik sawah menyuruh petani lain untuk ikut

derep dilahan miliknya, belum tentu semua mau ikut panen. Ada 37% petani

yang memilih sistem panen derep di desa Sukowidodo.

Alternatif lain sistem panen yang dipilih petani di desa Sukowidodo adalah

panen sendiri. Biasanya petani yang memiliki lahan sempit memilih untuk panen

sendiri. Hal ini disebabkan hasil panen dapat digunakan untuk memenuhi

Page 34: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

kebutuhan sehari-hari dan digunakan sebagai simpanan oleh petani. Ada 16%

petani padi di desa Sukowidodo yang memilih panen sendiri.

Alternatif yang saat ini banyak dipilih oleh petani padi di desa Sukowidodo

dalam panen adalah sistem tebas. Sistem tebas ini dilakukan oleh penebas yang

datang ke desa Sukowidodo. Penebas melihat tanaman padi di lahan, kemudian

melakukan penaksiran harga. Apabila terjadi kesepakatan antara penebas dan

petani maka padi dapat dipanen. Sistem tebas ini lebih praktis, semua

ditanggung oleh penebas. Mulai dari tenaga kerja yang melakukan panen padi,

sampai biaya angkut ditanggung oleh penebas. Saat ini banyak petani yang

memilih sistem tebas, karena petani tidak mempunyai tanggungan untuk

menjemur padi sampai kering baru disimpan atau dijual. Petani tinggal menerima

uang hasil tebasan dari penebas. Alasan lain yang dikemukakan oleh petani

dalam memilih sistem panen dengan tebasan disebabkan karena saat ini susah

untuk mencari tenaga kerja atau petani yang mau membantu panen. Jumlah

petani padi yang memilih sistem tebas di desa Sukowidodo sebanyak 47%.

4.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih sistem panen padi di desa Sukowidodo

Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seseorang dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Menurut Millet dalam Hasan (2002), menyebutkan bahwa jenis

kelamin dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Pria dan wanita.

Pria pada umumnya bersifat lebih tegas atau berani dan cepat mengambil

keputusan dan wanita umumnya lebih lambat dan sering ragu-ragu.

Menurut Moordiningsih dan Faturochman (2006) faktor yang

mempengaruhi pengambilan keputusan ada 2 yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal antara lain usia, pendidikan, luas lahan yang dimiliki,

Page 35: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

pendapatan. Dalam kasus ini pendapatan diganti dengan pekerjaan yang dimiliki

oleh petani.

Faktor Eksternal dalam penelitian ini menggunakan lingkungan sosial.

Herzberg dalam Siagian (2002), Lingkungan sosial Petani sebagai pelaksana

usaha tani (baik sebagai juru-tani maupun sebagai pengelola) adalah manusia,

yang di setiap pengambilan keputusan untuk usahatani tidak selalu dapat

dengan bebas dilakukannya sendiri, tetapi sangat ditentukan oleh kekuatan-

kekuatan disekelilingnya.

Berdasarkan uraian diatas faktor-faktor yang diduga mempengaruhi

pengambilan keputusan dalam memilih sistem panen yang dilakukan oleh petani

padi di desa Sukowidodo dijadikan variabel dalam penelitian ini. Variabel-variabel

tersebut adalah usia, pekerjaan selain bertani, pendidikan, gender dan luas lahan

yang dimiliki oleh petani. Variabel-variabel tersebut diharapakan mampu

merepresentatifkan jawaban petani.

4.4. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik perlu dilakukan dalam regresi agar hasil analisis regresi

dapat memenuhi kriteria best, linear dan supaya variabel independent sebagai

estimator atas variabel dependent tidak bias. Uji asumsi klasik yang umum

dilakukan adalah uji heteroskedastik, uji multikolinearitas dan uji normalitas.

a. Uji Heteroskedastik

Uji Heteroskedastik bertujuan untuk menguji apakah model regresi dari

penelitian ini memiliki ragam (variance) residual yang sama atau tidak. Model

regresi yang baik adalah model yang memiliki residual sama (bersifat

homoskedastik). Cara untuk menguji homoskedastik adalah dengan melihat

Page 36: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya

(SRESID). Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastik. Sedangkan jika tidak ada pola

yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y,

maka tidak terjadi heteroskedastik (asumsi homoskedastik terpenuhi). Hasil uji

asumsi heteroskedastik dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Scatterplot Uji Asumsi Heteroskedastik

Dari hasi scatterplot pada Gambar 1, terlihat titik-titik tersebar baik di atas

maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan model

regresi dalam penelitian ini tidak terjadi heteroskedastik (asumsi homoskedastik

terpenuhi).

Page 37: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

b. Uji Multikolinearitas dan Autokorelasi

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi

antara variabel dalam persamaan regresi. Untuk mendeteksi ada tidaknya

multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor ( VIF). Apabila

nilai VIF > 10 maka menunjukkan adanya multikolinearitas, dan sebaliknya bila

VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas. Hasil uji multikolinearitas dari

persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian setiap variabel yang

digunakan dalam persamaan ini adalah kurang dari 10, berarti dikatakan bahwa

persamaan regresi tersebut tidak terjadi multikolinearitas. Hasil VIF dari setiap

variabel dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5 Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas

Variabel Bebas VIF KeteranganUsia (x1) 1.258 Non Multikolinearitas

Pekerjaan Lain (x2) 1.418 Non Multikolinearitas

Pendidikan (x3) 1.492 Non MultikolinearitasGender (x4) 1.086 Non MultikolinearitasLuas Lahan (x5) 1.693 Non Multikolinearitas

Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari

masing-masing variabel bebas kurang dari 10. Variabel usia, pekerjaan lain yang

dimiliki oleh petani, pendidikan, gender, dal luas lahan memiliki VIF rata-rata

bernilai diatas 1, maka dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi dari

penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas.

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah ada korelasi variabel

yang ada dalam model prediksi dengan perubahan waktu. Oleh karena itu,

apabila asumsi autokorelasi terjadi pada sebuah model prediksi, maka nilai

disturbance tidak lagi berpasangan secara bebas, melainkan berpasangan

Page 38: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

secara autokorelasi. Hasil perhitungan autokorelasi D-W sebesar 1,520. Nilai ini

berada antara D-W -2 dan D-W +2, maka dapat dikatakan bahwa variabel yang

ada dalam model tidak terjadi autokorelasi. Hasil perhitungan autokorelasi dapat

dilihat pada lampiran.

c. Uji Normalitas

Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data.

Data dikatakan terdistribusi secara normal bila data memusat pada nilai rata-rata

dan median. Untuk mengetahui data terdistribusi normal atau tidak dapat

menggunakan grafik distribusi dan analisis statistik. Data yang terdistribusi

normal akan mengikuti pola distribusi normal dengan bentuk grafik mengikuti

bentuk lonceng.

Hasil uji normalitas dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 2.

Page 39: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

Gambar 2 Hasil Uji Normalitas Sistem Panen

Dari gambar 2 dapat diketahui bahwa kurva membentuk lonceng. Hal ini

menunjukkan bahwa persamaan regresi memenuhi asumsi normalitas, dimana

data akan membentuk seperti lonceng bila memiliki data yang terdistribusi secara

normal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi dari keputusan

petani memilih sistem panen, usia, pekerjaan lain, pendidikan, gender dan luas

lahan memenuhi asumsi normalitas.

4.5. Pengujian Simultan

Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih sistem

panen di desa Sukowidodo dapat digunakan analisis regresi berganda dengan

bantuan software SPSS 11 for windows. Koefisien korelasi berganda antara

variabel usia,pekerjaan lain, pendidikan, gender dan luas lahan terhadap

keputusan petani memilih sistem panen 0.521. Koefisien determinasi (R)

menunjukkan ukuran ketepatan atau kecocokan garis regresi yang diperoleh dari

hasil pendugaan parameter berdasarkan contoh. Koefisien determinasi dari

variabel usia, pekerjaan lain, pendidikan, gender, luas lahan dan keputusan

petani memilih sistem panen sebesar 0.272 dan koefisien determinasi yang

disesuaikan sebesar 0.158. Karena persamaan regresi menggunakan lebih dari

satu variabel independen, maka koefisien yang digunakan untuk menjelaskan

persamaan ini adalah koefisien daterminasi yang disesuiakan. Berdasarkan hasil

perhitungan besarnya koefisien determinasi yang disesuaikan sebesar 0,158.

Nilai tersebut menunjukkan bahwa 15,8 % keputusan petani memilih sistem

panen padi di desa Sukowidodo dipengaruhi oleh usia, pekerjaan lain,

pendidikan, gender dan luas lahan. Sedangkan 84,2 % faktor yang

mempengaruhi keputusan petani dalam memilih sistem panen dijelaskan oleh

Page 40: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

variabel lain yang tidak dimasukkan dalam persamaan regresi ini. Hasil

perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran..

Untuk mengetahui besarnya pengaruh dari usia (x1), pekerjaan lain (x2),

pendidikan (x3), gender (x4) dan luas lahan (x5) secara bersama-sama terhadap

keputusan petani memilih sistem panen (Y) menggunakan uji F. Hipotesis yang

digunakan dalam pengujian model regresi secara simultan adalah sebagai

berikut :

H0 : βi = 0 (tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel x1, x2, x3, x4 dan

x5 terhadap Y)

H1 : βi ≠ 0 (terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel x1, x2, x3, x4 dan x5

terhadap Y)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji F menunjukkan

bahwa nilai Ftabel dengan derajat bebas n1 = 5 dan n2 =32 dengan α = 0.05

adalah sebesar 2,51. Fhitung sebesar 2,386 berarti bahwa nilai Fhitung lebih kecil dari

Ftabel dengan nilai signifikan sebesar 0.060, hal ini menunjukkan bahwa nilai

signifikasi kurang dari α= 0.05. Berdasarkan perbandingan tersebut maka

diambil keputusan H0 diterima pada taraf α=0.05, sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara usia (x1),

pekerjaan lain (x2), pendidikan (x3), gender (x4) dan luas lahan (x5) secara

bersama-sama terhadap keputusan petani memilih sistem panen (Y). Hasil

perhitungan secara lengkap terdapat pada Lampiran.

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan SPSS dapat

diperoleh persamaan regresi dari faktor yang mempengaruhi keputusan petani

memilih sistem panen sebagai berikut :

Y = 2,418 -0,28 x1 + 0,442 x2 -0,105 x3 + 0,253 x4 + 0,215 x5

Page 41: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

Keterangan :

Y = keputusan petani memilih sistem panen

X1 = usia petani

X2 = pekerjaan lain

X3 = pendidikan petani

X4 = gender

X5 = luas lahan

Hasil persamaan regresi tersebut menjelaskan bahwa bila tidak ada

pengaruh dari usia, pekerjaan lain, pendidikan, gender dan luas lahan maka

keputusan petani untuk memilih sistem panen sebesar 2, 418. Apabila variabel

lain dianggap tetap pekerjaan yang dimiliki oleh petani mempengaruhi keputusan

petani untuk memilih sistem panen sebesar 0,442. Variabel gender mempunyai

pengaruh terhadap keputusan petani memilih sistem panen sebesar 0,253 bila

variabel lain dianggap tetap. Variabel luas lahan mempunyai pengaruh sebesar

0,215 terhadap keputusan yang diambil petani dalam memilih sistem panen, bila

variabel lain dianggap tetap.

4.6. Pengujian Parsial

Pengujian model regresi secara partial digunakan untuk melihat pengaruh

dari masing-masing variabel bebas pembentuk model regresi terhadap

keputtusan petani memilih sistem panen. Untuk menguji hubungan tersebut

dilakukan dengan menggunakan uji t, yaitu dengan membandingkan nilai thitung

dengan ttabel atau signifikan < α =0.05. Hipotesis yang digunakan dalam uji t

adalah :

Page 42: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

H0 : βi = 0 (variabel X1 / X2/ X3/ X4 dan X5 tidak berpengaruh signifikan terhadap

Y)

H1 : βi ≠ 0 (variabel X1 / X2/ X3/ X4 dan X5 berpengaruh signifikan terhadap Y)

Keterangan :

Y = keputusan petani memilih sistem panen

X1 = usia petani

X2 = pekerjaan lain yang dimiliki petani

X3 = pendidikan

X4 = gender

X5 = luas lahan

a. Pengaruh usia petani terhadap keputusan petani memilih sistem panen

Menurut Herzberg dalam Siagian (2000), ada faktor internal yang

mempengaruhi pengambilan keputusan oleh petani. Salah satunya adalah usia.

Seberapa besar pengaruh usia dalam pengambilan keputusan memilih sistem

panen padi di desa Sukowidodo dianilis dengan regresi parsial. Hasil regresi

variabel usia petani (x1) terhadap keputusan petani memilih sistem panen dapat

dilihat pada tabel 6.

Tabel 6 Hasil Uji t Koefisien Regresi Variabel usia (X1)

Hipotesis Nilai Keputusan

H0 : thit < ttabel = (variabel X1 tidak berpengaruh

signifikan terhadap Y)

H1 : thit > ttabel =(variabel X1 berpengaruh signifikan

terhadap Y)

α = 0.05

thit= -

2.493

sig =

0.004

ttabel=

1.693

Tolak H0

Page 43: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

Dengan menggunakan SPSS 11.5 for windows uji t variabel usia petani

didapatkan hasil uji t sebesar – 2.493 dengan signifikan sebesar 0.004. nilai

statistik uji |t hitung| lebih besar dari t tabel (2.493 > 1.693) dan signifikan kurang dari

α=0.05. Hasil uji t ini menunjukkan bahwa H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan

bahwa usia petani (X1) berpengaruh signifikan terhadap keputusan memilih

sistem panen (Y).

Hasil uji t menunjukkan bahwa usia petani mempengaruhi pengambilan

keputusan petani dalam memilih sistem panen di desa Sukowidodo. Ada 3

pilihan sistem panen padi di desa Sukowidodo, yaitu tebas, derep (bawon), dan

panen sendiri. Usia mempengaruhi keputusan petani memilih sistem panen padi

dengan berbagai alasan. Karena banyak petani yang sudah tua lebih memilih

panen dengan sistem tebas, dengan alasan keterbatasan tenaga yang dimiliki.

Panen padi dengan sistem tebas akan mempermudah petani. Setelah panen

petani tidak lagi memiliki tanggungan untuk menjemur padi sampai kering, petani

tinggal menerima uang hasil penjualan padinya. Petani muda memilih panen padi

dengan sistem tebas dengan alasan lebih praktis, susah untuk mendapatkan

tenaga kerja yang mau panen padi dengan sistem derep (bawon). Hasil

penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Liliana dkk

(2008) yang menyatakan bahwa usia petani tidak mempengaruhi pengambilan

keputusan petani untuk menerapkan pertanian organik. Semua petani memiliki

peluang yang sama untuk menerapkan pertanian organik. Hasil penelitian

Apriliana dan Mustadjab (2016) juga menyatakan bahwa usia tidak

mempengaruhi pengambilan keputusan petani dalam menggunakan benih

hibrida dalam usahatani jagung.

Page 44: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

b. Pengaruh pekerjaan lain petani terhadap keputusan petani memilih sistem panen

Pekerjaan lain dalam penelitian ini adalah petani mempunyai pekerjaan

selain bertani. Apakah ada pengaruh apabila petani tidak mempunyai pekerjaan

selain bertani dengan petani yang mempunyai pekerjaan diluar bertani dengan

dalam memilih sistem panen. Pekerjaan lain ini berkaitan dengan pendapatan

petani. Hasil regresi parsial pengaruh pekerjaan lain (x2) terhadap pengambilan

keputusan memilih sistem panen dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7 Hasil Uji t Koefisien Regresi Variabel pekerjaan lain (X2)

Hipotesis Nilai Keputusan

H0 : thit < ttabel = (variabel X1 tidak berpengaruh

signifikan terhadap Y)

H1 : thit > ttabel =(variabel X1 berpengaruh signifikan

terhadap Y)

α = 0.05

thit=

1.744

sig =

0.091

ttabel=

1.693

Tolak H0

Dengan menggunakan SPSS 11.5 for windows uji t variabel pekerjaan lain

petani didapatkan hasil uji t sebesar 1.744 dengan signifikan sebesar 0.091. nilai

statistik uji t hitung lebih besar dari t tabel (1.744 > 1.693) dan signifikan kurang dari

α=0.05. Hasil uji t ini menunjukkan bahwa H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan

bahwa pekerjaan selain bertani (X2) berpengaruh signifikan terhadap keputusan

memilih sistem panen (Y). Petani yang memiliki pekerjaan selain bertani lebih

memilih panen dengan sistem tebas, karena lebih fleksibel tidak beresiko.

Pekerjaan lain mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan petani

Page 45: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

memilih sistem panen padi di desa Sukwododo, hal ini sama dengan hasil

penelitian dari Arbi (2011) yang menyatakan bahwa pekerjaan sampingan

berpengaruh nyata terhadap keputusan petani untuk melakukan tunda jual di

kecamatan sanden kabupaten bantul.

Hasil penelitian berbeda ditunjukkan oleh Hardiana (2018) dalam

penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang mempengaruhi Keputusan Petani

dalam mengikuti Program Asuransi Usahatani Padi (AUTP) di Kabupaten

Tanjung Jabung Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan lain yang

dimiliki oleh petani tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan

petani dalam mengikuti program asuransi usahatani padi (AUTP). Nilai

pekerjaan sampingan memiliki koefisien sebesar 0.325 dengan signifikasi 0.612

bila menggunakan taraf signifikasi 0,05. Artinya, ada tidaknya pekerjaan

sampingan petani responden tidak mempengaruhi keputusan petani dalam

mengikuti program AUTP.

c. Pengaruh pendidikan petani terhadap keputusan petani memilih sistem panen

Pendidikan dijadikan variabel karena pendidikan berkaitan dengan

pengetahuan yang dimiliki oleh petani. Pendidikan yang dimiliki oleh petani atau

responden beragam. Ada yang memiliki pendidikan SD, pendidikan menengah

(SMP dan SMA) serta yang memiliki tingkat pendidikan sampai sarjana.

Pendidikan biasanya akan mempengaruhi seseorang dalam mengambil

keputusan. Dengan mempunyai pendidikan dan pengetahuan yang cukup, maka

dalam proses pengambilan keputusan tidak akan mudah dipengaruhi oleh orang

lain. Apakah pendidikan yang dimiliki petani ini akan mempengaruhi keputusan

petani memilih sistem panen. Hasil perhitungan pengaruh pendidikan terhadap

pengambilan keputusan memilih sistem panen dapat dilihat pada tabel 8.

Page 46: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

Tabel 8 Hasil Uji t Koefisien Regresi Variabel pendidikan (X3)

Hipotesis Nilai Keputusan

H0 : thit < ttabel = (variabel X3 tidak berpengaruh

signifikan terhadap Y)

H1 : thit > ttabel =(variabel X3 berpengaruh signifikan

terhadap Y)

α = 0.05

thit= -681

sig =

0.501

ttabel=

1.693

Terima H0

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel xx menunjukkan bahwa nilai thit

( -0.681) lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai ttabel (1.693). Angka tersebut

menunjukkan bahwa variabel pendidikan yang dimiliki oleh petani tidak signifikan

mempengaruhi keputusan petani dalam memilih sistem panen. Seperti yang

diungkapkan oleh Purwaning (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

pendidikan formal yang dimiliki oleh petani tidak mempengaruhi pengambilan

keputusan dalam menanam padi dengan sistem SRI (system of rice

intencification). Berbeda dengan hasil penelitian Lisana, dkk (2008) yang

menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempunyai pengaruh yang signifikan

dalam pengambilan keputusan untuk menerapkan pertanian organik. Penerapan

pertanian organik merupakan salah satu inovasi dalam pertanian, sesuai dengan

yang dikemukakan oleh Soekartawi (1998) petani yang mempunyai pendidikan

tinggi relatif lebih mudah dalam melaksanakan adopsi inovasi. Sebaliknya petani

dengan pendidikan yang rendah agak sulit untuk menerima dan menerapkan

adopsi inovasi tersebut.

Page 47: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

d. Pengaruh gender petani terhadap keputusan petani memilih sistem panen

Gender petani terdiri dari dua yaitu petani laki-laki dan petani perempuan.

Apakah terdapat pengaruh gender dalam proses pengambilan keputusan yang

dilakukan oleh petani dalam memilih sistem panen padi di desa Sukowidodo.

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh tersebut dapat dilihat pada tabel 9

berikut.

Tabel 9 Hasil Uji t Koefisien Regresi Variabel Gender (X4)

Hipotesis Nilai Keputusan

H0 : thit < ttabel = (variabel X4 tidak berpengaruh

signifikan terhadap Y)

H1 : thit > ttabel =(variabel X4 berpengaruh signifikan

terhadap Y)

α = 0.05

thit=

0.772

sig =

0.446

ttabel=

1.693

Terima H0

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel xx menunjukkan bahwa nilai thit

( 0.772) lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai ttabel (1.693). Angka tersebut

menunjukkan bahwa variabel gender petani tidak signifikan mempengaruhi

keputusan petani dalam memilih sistem panen.

e. Pengaruh luas lahan petani terhadap keputusan petani memilih sistem panen

Luas lahan adalah lahan yang dimiliki oleh petani untuk usahatani padi.

Luas lahan yang dimiliki oleh petani di desa Sukowidodo bervariasi. Rata –rata

luas lahan yang digunakan untuk menanam padi adalah 2500 m2 -3000m2.

Page 48: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

Apakah ada pengaruh luas lahan terhadap pengambilan keputusan memilih

sistem panen dapat dilihat pada tabel 10 berikut.

Tabel 10 Hasil Uji t Koefisien Regresi Variabel Luas Lahan (X5)

Hipotesis Nilai Keputusan

H0 : thit < ttabel = (variabel X5 tidak berpengaruh

signifikan terhadap Y)

H1 : thit > ttabel =(variabel X5 berpengaruh signifikan

terhadap Y)

α = 0.05

thit=

0.183

sig =

0.856

ttabel=

1.693

Terima H0

Hasil analisis data menunjukan nilai t hitung 0.183 dengan nilai signifikansi

0,856 >0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa luas lahan yang dimiliki oleh petani

tidak mempengaruhi keputusan petani dalam memilih sistem panen padi di desa

Sukowidodo. Petani dengan lahan yang luas bisa memilih panen padi dengan

sistem tebas, petani dengan lahan sempit juga bisa. Luas lahan tidak

mempengaruhi keputusan petani dalam memilih sistem panen padi, hal ini sama

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwaning (2014). Hasil penelitian

menunjukkan variabel luas lahan tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap keputusan petani dalam melakukan usahatani padi SRI. Hasil penelitian

Lisana, dkk (2004) juga menyebutkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh

secara signifikan dalam pengambilan keputusan petani dalam menerapkan

sistem pertanian organik. Baik petani yang memiliki luas usahatani yang luas

maupun petani yang memiliki luas usahatani yang sempit di Desa Sukorejo

Page 49: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

mempunyai kecepatan yang sama dalam mengadopsi inovasi penerapan

pertanian organik.

4.7. Alasan Petani Memilih Sistem Panen

Alasan petani memilih sistem panen di desa Sukowidodo, Karangrejo

Tulungagung bermacam-macam.

a. Sistem Tebas.

Panen dengan sistem tebas adalah menjual secara lanngsung tanaman

padi yang masih di sawah kepada pembeli, dengan cara menaksir tanaman padi.

Alasan petani yang memilih panen dengan sistem tebasan ini antara lain :

1. Panen dengan sistem tebasan ini mempermudah petani dalam panen padi.

Petani tidak perlu mengeluarkan biaya dan tenaga setelah panen. Semua

biaya panen ditanggung oleh penebas.

2. Petani tidak menanggung resiko apabila terjadi kerusakan, setelah

terjadinya kesepakatan harga.

3. Petani cepat mendapatkan uang setelah panen padi.

4. Sulitnya mencari tenaga kerja di bidang pertanian yang mengakibatkan

upah tenaga kerja menjadi mahal.

b. Panen padi dengan sistem derep/bawon

Ada beberapa petani yang memilih panen padi dengan sistem bawon.

Sistem bawon ini petani yang ikut dalam panen (membantu) mendapatkan upah

berupa padi yang sudah dipanen, kemudian dikurangi bagian yang menjadi

haknya pemilik sawah. sistem bawon saat ini berbeda dengan 5 tahun yang lalu.

Page 50: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

Hal ini dikarenakan untuk mencari petani yang mau membantu ikut derep agak

susah. Saat ini petani yang ikut derep sudah dijatah oleh pemilik sawah,

sehingga mereka bebas mau kapan melaksanakan derep tersebut. Pada jaman

dahulu petani berebut untuk ikut derep.

Dengan sistem panen derep, petani mempunyai tabungan berupa padi

yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sistem derep

menurut petani saat ini lebih menguntungkan bagi yang ikut derep. Karena butuh

orang untuk memanen mau tidak mau pemilik harus mengikuti kebiasan yang

berlaku saat ini.

c. Panen sendiri

Panen padi dengan sistem panen sendiri adalah, petani memanen sendiri

hasil tanamannya. Petani yang biasanya melakukan panen sendiri adalah petani

dengan luas lahan yang sempit. Mereka bertani untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari dan pekerjaan utamanya adalah bertani. Selain itu alasan mereka

melakukan panen sendiri karena susahnya untuk mendapatkan orang yang mau

membantu atau ikut derep padi. Saat ini di lokasi penelitian untuk mendapatkan

tenaga kerja usia muda sangat sulit, yang ada adalah petani yang sudah tua

dengan kemampuan yang sudah terbatas.

Page 51: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

V. KESIMPULAN

V.1 Kesimpulan

1. Persamaan regresi yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

Y = 2,418 -0,28 x1 + 0,442 x2 -0,105 x3 + 0,253 x4 + 0,215 x5

2. Berdasarkan hasil pengujian simultan diperoleh nilai F hitung 2.386 dan F tabel

2.51. nilai Fhitung lebih kecil dari nilai F tabel, dapat disimpulkan bahwa secara

simultan variabel usia, pekerjaan lain, pendidikan, gender dan luas lahan

tidak berpengaruh secara signifikan dalam pengambilan keputusan petani

dalam memilih sistem panen padi di desa Sukwidodo.

3. Hasil pengujian parsial menunjukkan bahwa variabel usia mempunyai

pengaruh terhadap pengambilan keputusan petani dalam memilih sistem

panen padi di desa Sukwidodo dengan nilai t hitung -2.493 dan t tabel 1.693.

pengujian parsial pekerjaan lain yang dimiliki oleh petani juga berpengaruh

terhadap pengambilan keputusan petani dalam memilih sistem panen padi

dengan nilai t hitung 1.744.

4. Hasil pengujian parsial dari pendidikan, gender dan luas lahan yang dimiliki

oleh petani tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan petani

dalam memilih sistem panen padi di desa Sukowidodo. Nilai t hitung dari

variabel tersebut lebih kecil dari t tabel.

5. Alasan petani memilih sistem tebas adalah petani langsung mendapatkan

uang, petani tidak perlu lagi menjemur padi sampai kering, petani bebas

resiko. Alasan memilih sistem panen sendiri dan derep adalah petani

mempunyai simpanan yang berupa padi yang dapat digunakan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya.

Page 52: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

V.2 Saran

Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai faktor –faktor yang

mempengaruhi keputusan petani dalam meilih sistem panen. Hal ini bertujuan

untuk mendapatkan model yang bisa mewakili keadaan yang ada. Karena saat

ini ada faktor eksternal lingkungan sosial dimana semakin sulitnya mencari

tenaga kerja dibidang pertanian, banyak petani yang mengikuti petani lainnya

untuk memilih sistem panen, misalnya sistem panen tebas.

Page 53: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2015 http://notemahya.blogspot.com/2015/05/sistem-bawon-pada-pertanian-padi-di.html, diakses tanggal 18 September 2018

Apriliana, M.A dan Mustadjab, Moch. M 2016. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam menggunakan Benih Hibrida pada usahatani Jagung (Studi Kasus di Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang), JURNAL HABITAT ISSN: 0853-5167 (p); 2338-2007 (e), Volume 27, No. 1, April 2016, Hal. 7-13 DOI: 10.21776/ub.habitat.2016.027.1.2 http://www.habitat.ub.ac.id, ISSN: 0853-5167 (p); 2338-2007 (e) diakses, 20 januari 2019).

Arbi, Muhammad. 2011. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani

Melakukan Tunda Jual di Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul. Jurnal

Sosial Ekonomi Pertanian . Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian,

Universitas Jember, Jawa Timur

Ghozali, Imam, 2002. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro

George R. Terry ,2000. Prinsip-Prinsip Manajemen. (edisi bahasa Indonesia).

PT. Bumi Aksara. Bandung

Griffin, W. R., dan Moorhead, G. 2010. Organizational Behavior managing people

and organizations.USA. South-Western

Hardiana, Juli. 2018. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam

Mengikuti Program Asuransi Usahatani Padi (AUTP) di Kabupaten Tanjung

Jabung Timur. Jurnal Jurusan/Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Jambi

Hasan, M.Iqbal. 2002. Pokok -pokok materi pengambilan keputusan. Penerbit

Ghalia Indonesia. Jakarta

Hernanto, F. 1984. Petani Kecil Potensi dan Tantangan Pembangunan. PT

Gramedia, Bandung

Page 54: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

Juanda, B. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. IPB Press, Bogor.

Lisana, Widi, dkk. 2008. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Pengambilan

Keputusan Petani dalam Penerapan Pertanian Padi Organik di Desa

Sukorejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen .Agritex (Online). 1 (4)

7 Halaman. http://fp.uns.ac.id/jurnal/Agritx -4.pdf . [diakses 20 Januari

2019]

Mardikanto 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Universitas Sebelas

Maret Press. Surakarta

Moordiningsih dan Faturochman. (2006). “ Proses Pengambilan Keputusan

Dokter “. Jurnal Psikologi . 33, (2), 79- 93

Purwaning, A (2014). Kajian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani

Berusahatani Padi Menggunakan Metode System Of Rice Intensification

(SRI) (Studi Kasus Pada Kelompok Tani Makmur Desa Pringgowijayan

Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo). Skripsi Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

Purwono dan Heni Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Pangan Unggul .

Penebar Swadaya. Depok.

Reed, Stephen K. 2011. Kognisi Teori dan Aplikasi. Terjemahan Aliya Tusyani.

Cognition : Theory and Applications .Salemba Humanika. Jakarta

Rogers, E.M. 1995. Diffusion of Innovation. 4th edition. The Free express. New

York.

Salusu, J.2004. Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik dan

Organisasi Nonprofit . Erlangga. Jakarta

Siagian P, Sondang. 2002. Teori dan praktek pengambilan keputusan. Penerbit

CV haji Masagung. Jakarta

Page 55: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

Siagian P. Sondang, 2007. Teori Motivasi dan Aplikasi. Rineka Cipta. Jakarta

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D . Alfabeta.

Bandung

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantutatif, Kualitatif dan R& D. Alfabeta.

Bandung

Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif. Srikandi. Surabaya

Suhardiyono, L. 1992. Penyuluhan : Petunjuk Bagi Penyuluh pertanian.

Erlangga. Jakarta

Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. UI Press. Jakarta.

http://wartakota.tribunnews.com/2018/01/03/pertanian-indonesia-hadapi-masalah-besar-generasi-penerus-petani-sulit-didapat. diakses tanggal 19 September 2018.

https://nasional.tempo.co/read/750962/11-daerah-di-jawa-timur-teken-mou-dengan-bulog/full&view=ok, diakses tanggal 19 September 2018

Page 56: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Perhitungan Regresi

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation Ny 1,6316 ,71361 38x1 53,1579 10,68853 38x2 1,4737 ,50601 38x3 2,7632 ,85216 38x4 1,1316 ,34257 38x5 ,2947 ,11900 38

Correlations

y x1 x2 x3 x4 x5Pearson Correlation

y 1,000 -,336 ,272 -,236 ,204 -,269x1 -,336 1,000 ,251 ,019 ,002 ,267x2 ,272 ,251 1,000 -,360 ,254 -,330x3 -,236 ,019 -,360 1,000 -,076 ,534x4 ,204 ,002 ,254 -,076 1,000 -,175x5 -,269 ,267 -,330 ,534 -,175 1,000

Significance (1-tailed)

y . ,020 ,049 ,077 ,110 ,052x1 ,020 . ,065 ,455 ,496 ,052x2 ,049 ,065 . ,013 ,062 ,022x3 ,077 ,455 ,013 . ,326 ,000x4 ,110 ,496 ,062 ,326 . ,147x5 ,052 ,052 ,022 ,000 ,147 .

N y 38 38 38 38 38 38x1 38 38 38 38 38 38x2 38 38 38 38 38 38x3 38 38 38 38 38 38x4 38 38 38 38 38 38x5 38 38 38 38 38 38

Variables Entered/Removed(b)

ModelVariables Entered

Variables Removed Method

1 x5, x4, x1, x2, x3(a) . Enter

a All requested variables entered.

Page 57: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

b Dependent Variable: y

Model Summary

Model R R SquareAdjusted R

SquareStd. Error of the Estimate

Change Statistics

R Square Change F Change df1 df2

Significance F Change

1 ,521(a) ,272 ,158 ,65490 ,272 2,386 5 32 ,060a Predictors: (constant) x5, x4, x1, x2, x3...

model summary menunjukkan hasil perhitungan F hitung

ANOVA(b)

Model Sum of

Squares df Mean Square F Significance1 Regressio

n 5,117 5 1,023 2,386 ,060(a)

Residual 13,725 32 ,429Total 18,842 37

a Predictors: (constant) x5, x4, x1, x2, x3...b Dependent Variable: y

52

Page 58: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Significance

Correlations Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Zero-order Partial Part Tolerance VIF1 (Constant

) 2,418 ,790 3,061 ,004

x1 -,028 ,011 -,422 -2,493 ,018 -,336 -,403 -,376 ,795 1,258x2 ,442 ,253 ,313 1,744 ,091 ,272 ,295 ,263 ,705 1,418x3 -,105 ,154 -,126 -,681 ,501 -,236 -,120 -,103 ,670 1,492x4 ,253 ,328 ,121 ,772 ,446 ,204 ,135 ,116 ,920 1,086x5 ,215 1,177 ,036 ,183 ,856 -,269 ,032 ,028 ,591 1,693

a Dependent Variable: y

Tabel diatas menunjukkan persamaan regresi dan koefisien dari variabel- variabel independen.

Tabel diatas juga menunjukkan hasil pengujian parsial dari variabel-variabel yang mempengaruhi keputusan petani memilih sistem

panen.

Tabel diatas juga menunjukkan ada tidaknya multikolenearitas, bila nilai VIF kurang dari 10 maka persamaan tersebut tidak terjadi

multikolinearitas

53

Page 59: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya

Collinearity Diagnostics(a)

ModelDimension Eigenvalue

Condition Index

Variance Proportions

(Constant) x1 x2 x3 x4 x51 1 5,634 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00

2 ,201 5,293 ,00 ,00 ,12 ,04 ,04 ,163 ,073 8,787 ,00 ,04 ,22 ,07 ,54 ,084 ,047 10,942 ,01 ,00 ,04 ,62 ,28 ,465 ,031 13,556 ,05 ,51 ,59 ,04 ,02 ,296 ,014 20,253 ,94 ,44 ,03 ,23 ,12 ,01

a Dependent Variable: y

54

Page 60: PENDAHULUANlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · Web viewSample adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Biasanya