VALUASI EKONOMI DAN ESTIMASI MANFAAT DAN KERUGIAN
TPA (TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR) BANTAR GEBANG BEKASI
Makalah Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Oleh:
Ulfah Muflihah
NIM 41185009130012
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM “45” BEKASI
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Valuasi Ekonomi dan Estimasi Manfaat dan Kerugian
TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Bantar Gebang Bekasi”.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi
Sumber Daya Alam dan Lingkungan pada Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Islam “45” Bekasi. Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi maupun bahasa mengingat
kemampuan penulis sangat terbatas.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya atas segala bantuan, bimbingan, dan saran kepada:
1. DR. Nandang Najmulmunir, Ir., M.S. selaku dosen mata kuliah Ekonomi
Sumber Daya Alam dan Lingkungan yang telah memberikan tugas dan
pengarahan dalam proses pembuatan makalah ini.
2. Secara khusus untuk keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan moril
maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
3. Rekan-rekan serta semua orang yang telah membantu penulis dalam
penyelesaian makalah ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pembaca.
Bekasi, Juni 2015
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1. Latar Belakang .........................................................................................1
1.2. Identifikasi Masalah .................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan .....................................................................................1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................2
2.1. Dampak Pembuangan Akhir ...................................................................2
2.2. Eksternalitas Negatif Pembuangan Sampah ...........................................2
2.3. Eksternalitas Positif Pembuangan Sampah .............................................3
2.4. Estimasi Manfaat ....................................................................................4
2.5. Estimasi Kerugian ...................................................................................4
BAB III. PEMBAHASAN ....................................................................................... 5
3.1. Valuasi Ekonomi.....................................................................................5
3.1.1. Kualitas Air TPA Bantar Gebang.........................................................7
3.1.2. Kualitas Udara Tpa Bantar Gebang .....................................................7
3.1.3. Biaya Eksternalitas dan Dampak TPA Bantar Gebang ........................7
3.1.4. Eksternalitas Positif TPA Bantar Gebang .............................................9
3.1.5. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan TpA Bantar Gebang ....................9
3.2. Estimasi Pengelolaan TPA Bantar Gebang ..........................................10
3.2.1. Estimasi Positif TPA Bantar Gebang .................................................10
3.2.2. Estimasi Negatif TPA Bantar Gebang ................................................11
BAB IV. PENUTUP ..............................................................................................13
4.1 Simpulan.................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................14
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Pendapatan Bersumber dari TPA Bantar Gebang ...................................10
Tabel 2. Biaya Pengganti untuk Sumber Minum Akibat Pencemaran Air Berdasarkan Jarak Tempat Tinggal ..........................................................12
iii
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia, masalah penanganan sampah merupakan salah satu
tantangan yang harus dihadapi oleh pengelola perkotaan. Salah satu wilayah di
Indonesia yang memberikan kontribusi sampah yang cukup besar adalah Provinsi
DKI Jakarta. Menurut Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta, setiap hari sampah
di Jakarta mencapai 26.444m3. Sampah yang mampu diangkut dari seluruh Jakarta
berjumlah 25.904m3 dan sisa sampah yang tidak terangkut mencapai 540m3.
Sampah yang dihasilkan wilayah DKI Jakarta dibuang ke Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) Sampah Bantargebang Bekasi yang memiliki luas areal sebesar 108
hektar (Ester Lince Napitupulu, 2003). Setiap harinya sekitar 6000 ton sampah di
buang ke TPA Bantargebang, maka di tempat tersebut terdapat gunungan sampah
yang tingginya mencapai 25 meter2.
1.2. Identifikasi masalah
Untuk mengkaji dan mengulas tentang “Valuasi Ekonomi dan Estimasi
Manfaat dan Kerugian TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Bantar Gebang Bekasi”,
maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa definisi valuasi ekonomi dan estimasi?
2. Bagaimana valuasi ekonomi TPA Bantar Gebang?
3. Bagaimana estimasi dari keberadaan TPA Bantar Gebang?
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan dan menjawab pertanyaan yang
ada pada identifikasi masalah, yaitu:
1. Mengetahui definisi valuasi ekonomi dan estimasi.
2. Mengetahui valuasi ekonomi TPA Bantar Gebang.
3. Mengetahui estimasi dari keberadaan TPA Bantar Gebang.
1
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dampak Pembuangan Akhir
Penentuan dampak dari TPA Sampah perlu memperhitungkan pencemaran
lingkungan yang menyebabkan timbulnya pengaruh yang berbahaya terhadap
lingkungan, karena adanya perubahan yang bersifat fisik, kimiawi dan biologis
(Supardi, 1994). Pencemaran lingkungan meliputi derajat pencemaran, waktu
tercemarnya dan lamanya kontak antara bahan pencemaran dan lingkungan
(Royadi, 2006).
Menurut Slamet (2007), Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat
dikelompokkan menjadi efek yang langsung dan tidak langsung. Efek langsung
adalah efek yang disebabkan karena kontak yang langsung dengan sampah
tersebut. Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat proses
pembusukan, pembakaran dan pembuangan sampah. Efek tidak langsung lainnya
berupa penyakit bawaan vektor yang berkembang biak didalam sampah.
2.2. Eksternalitas Negatif Pembuangan Sampah.
Setiap kemungkinan pilihan pembuangan sampah (antara lain landfill,
insinerasi dengan atau tanpa pemulihan energi, pengomposan, pengolahan kimia)
membawa eksternalitas. Prakiraan dampak negatif misal ketidaknyamanan
(kebisingan, bau, kabut debu) diakibatkan lokasi TPA. Menurut Studi ANDAL
Lokasi Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang (Biro BKLH DKI Jakarta,
1989) diantaranya adalah:
1. Pencemaran udara menyebabkan penurunan kualitas udara.
2. Peningkatan kebisingan.
3. Pencemaran air menyebabkan penurunan kualitas air permukaan,
4. Penurunan kualitas air tanah.
5. Penurunan komponen biologi, meliputi jumlah tanaman keras, jumlah
individu, serta keanekaragaman plankton.
6. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat di sekitar lokasi TPA Sampah
Bantar Gebang.
7. Peningkatan kepadatan lalu lintas dan kemacetan karena pengangkutan
sampah ke TPA Sampah Bantar Gebang.
2
8. Timbulnya keresahan dan konflik sosial terutama antara masyarakat dengan
pemulung.
9. Peningkatan peluang terjadinya kecelakaan kerja akibat adanya aktivitas
pemulung di TPA Sampah Bantar Gebang.
10. Berkurangnya nilai estetika akibat pemulung membangun gubuk-gubuk dan
menumpuk sampah hasil daur ulang di sekitar tempat permukiman mereka
dan di sepanjang jalan masuk TPA Sampah Bantar Gebang.
Lokasi TPA Sampah Bantar Gebang yang dekat permukiman
menimbulkan biaya ekternalitas antara lain penurunan kualitas air, kualitas udara
(misal kebisingan, bau, kabut debu), timbulnya keresahan dan konflik sosial
terutama antara masyarakat dengan pemulung, berkurangnya nilai estetika akibat
pemulung membangun gubuk-gubuk dan menumpuk sampah hasil daur ulang di
sekitar tempat permukiman mereka dan di sepanjang jalan masuk TPA Sampah
Bantar Gebang serta penurunan tingkat kesehatan. Slamet (2007), menyatakan
bahwa kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar,
menimbulkan permasalahan pencemaran (udara, tanah, air), menimbulkan
turunnya harga tanah (karena daerah yang turun kadar estetikanya), bau dan
memperbanyak populasi lalat dan tikus.
2.3. Eksternalitas Positif Pembuangan Sampah
Eksternalitas yang bersifat menguntungkan dengan keberadaan TPA
Sampah Bantar Gebang adalah memberikan peluang kesempatan kerja dalam
memanfaatkan sampah dan pemanfaatan sampah organik. Perkiraan biaya
eksternalitas positif berupa manfaat yang diperoleh masyarakat sejak keberadaan
TPA Sampah Bantar Gebang dimasukkan kedalam identifikasi manfaat/penilaian
manfaat.
Identifikasi manfaat suatu proyek didasarkan pada pendekatan
eksternalitas positif/social benefit, yang diperoleh dari para pelaku (pemulung,
lapak, bandar) yang memanfaatkan sampah menjadi barang ekonomi.
Eksternalitas positif yang diperoleh dari para pelaku yang memanfaatkan sampah
adalah melalui jumlah penerimaan upah para pekerja sebagai pemulung, lapak
maupun bandar. Metoda yang digunakan untuk mengukur nilai tersebut adalah
replacement cost atau biaya pengganti. Eksternalitas positif lainnya adalah
3
Estimasi Total Manfaat = I1+I2+13+...+In
menghitung besarnya nilai manfaat gas CH4. apabila digunakan sebagai energi
(Turner, 2000).
2.4. Estimasi Manfaat
Estimasi manfaat yang didapat oleh masyarakat dihitung melalui
perhitungan pendapatan dengan menjumlahkan pendapatan yang didapat oleh
masyarakat di sekitar TPA Bantar Gebang yang berprofesi sebagai pemulung.
Estimasi dapat diketahui dengan menjumlahkan pendapatan rata-rata pemulung
tiap tahunnya.
Data pendapatan pemulung didapat dari wawancara dengan pemulung
yang beroperasi di TPA Bantar Gebang dan tinggal di zona yang telah ditentukan.
Pendapatan ditentukan dengan mengetahui jenis sampah apa saja yang
dikumpulkan oleh pemulung tersebut, berapa banyak jumlah sampah yang
dikumpulkan lalu dikonversikan ke dalam nilai ekonomi dengan mengalikan
jumlah sampah yang telah dikumpulkan berdasarkan jenisnya dengan harga dari
sampah sesuai dengan jenisnya. Sehingga dapat ditentukan pendapatan pemulung
yang berasal dari TPA Bantar Gebang. Estimasi total manfaat dari pemulung
dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini :
Ii = rata-rata pendapatan pemulung ke-i
Manfaat juga dapat dirasakan oleh pegawai dari TPA Bantar Gebang yang
bertempat tinggal di zona yang telah ditentukan. Untuk menentukan besarnya
manfaat ini dilakukan wawancara dengan menanyakan berapa besar upah yang
mereka terima sebagai pegawai dari TPA Bantar Gebang.
2.5. Estimasi Kerugian
Kerugian yang diterima masyarakat diestimasi berdasarkan biaya kesehatan
dan biaya pengganti, maka dilakukan analisis terhadap data-data yang telah
dikumpulkan. Pencemaran dilihat dari asumsi pertama yaitu, biaya kesehatan akan
dikeluarkan oleh masyarakat di sekitar TPA Bantar Gebang akibat dari
mengkonsumsi air sumur dan menghirup udara di sekitar TPA Bantar Gebang. Biaya
kesehatan juga dikeluarkan masyarakat untuk pengobatan akibat kerugian TPA
sebagai sarang penyakit. Kedua, biaya pengganti akan dikeluarkan oleh masyarakat
sebagai akibat dari penggantian konsumsi air karena air sumur mereka sudah
tercemar akibat keberadaan TPA Bantar Gebang.
4
BAB IIIPEMBAHASAN
4.1. Valuasi Ekonomi TPA Bantar Gebang
Valuasi Ekonomi menurut PSSAL (2005) adalah ilmu tentang pembuatan
pilihan-pilihan (making choices). Dalam pembuatan pilihan-pilihan dari alternatif
yang dihadapkan kepada pilihan tentang lingkungan hidup lebih kompleks,
dibandingkan dengan pembuatan pilihan dalam konteks barang-barang privat
murni (purely private goods). Oleh karena itu, prinsip dasar pada valuasi ekonomi
adalah perkiraan harga yang didasari pada kemampuan masyarakat membayar
(WTP yaitu Willingness to Pay) yang diberikan kepada jasa lingkungan atau
kemauan menerima kompensasi untuk suatu gangguan/penurunan kualitas
lingkungan (WTA). Dalam konteks lingkungan hidup, yang harus dibandingkan
adalah satu barang dengan harga (priced good, private good), dan satu barang
tanpa harga (unpriced good, public good).
Tujuan utama dari valuasi ekonomi barang-barang dan jasa lingkungan
(environmental goods and services) adalah untuk dapat menempatkan lingkungan
supaya dikenal sebagai bagian/komponen integral dari setiap sistem ekonomi.
Dengan demikian valuasi lingkungan harus merupakan suatu bagian integral dari
prioritas sektoral, dalam mendeterminasi keseimbangan antara konservasi dan
pembangunan, dan dalam memilih standard lingkungan. DEFRA, (2004).
Metoda Valuasi Ekonomi dilakukan dengan menyesuaikan nilai
mengingat adanya perbedaan antara kegiatan satu dengan lainnya. Pada umumnya
digunakan nilai rata-rata, berdampak pertimbangan aplikabilitas dari penggunaan
nilai tersebut maka digunakan nilai yang termasuk layak dan dapat diaplikasikan.
Metoda perhitungan valuasi ekonomi didasarkan pada manfaat dan biaya.
Manfaat SDA dan lingkungan dapat dikelompokkan ke dalam nilai
manfaat (use values) dan nilai bukan manfaat (non use values). Nilai manfaat ada
yang bersifat langsung (direct use values) dan ada yang tidak langsung (indirect
use values) serta nilai pilihan (option values). Sementara itu nilai bukan manfaat
mencakup nilai keberadaan (existence values) dan nilai warisan (bequest values).
Apabila nilai nilai ekonomi SDA tersebut dijumlahkan maka akan diperoleh nilai
5
ekonomi total atau total economic values. Rumus nilai ekonomi total suatu SDA
adalah sebagai berikut (Munasinghe 1993):
NET = NM + NNM
NM = NML + NMTL + NMP
NNM = NK + NW
dimana:
NET = Nilai Ekonomi Total
NM = Nilai Manfaat;
NNM = Nilai Bukan Manfaat
NML = Nilai Manfaat Langsung
NMTL = Nilai Manfaat Tidak Langsung
NMP = Nilai Manfaat Pilihan:
NK = Nilai Keberadaan
NW = Nilai Warisan.
Penilaian dampak lingkungan tempat pembuangan akhir sampah dilakukan
dengan menggunakan pendekatan valuasi ekonomi atau penilaian ekonomi guna
mengetahui manfaat dan biaya dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah
Bantar Gebang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak yang terjadi,
biaya eksternalitas, Nilai Ekonomi Total (NET) pengelolaan TPA sampah Bantar
Gebang dan merumuskan kebijakan serta strategi pengelolaan TPA sampah di
masa depan yang ramah lingkungan.
Hasil dari penelitian R. Julianto (2011) dilaksanakan di Kecamatan Bantar
Gebang sebagai lokasi penampung sampah Jakarta, menggunakan data primer dan
data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara langsung
menggunakan daftar pertanyaan. Data primer yang dikumpulkan terdiri dari:
(1) data sosial, ekonomi dan kesehatan masyarakat, pemulung, lapak dan
bandar;
(2) data penyebaran bau sampai radius 5 km dari TPA sampah Bantar Gebang;
(3) data kualitas air tanah pada radius 250 m (ring I), 500 m (ring II), dan 750
m (ring III) dari TPA sampah Bantar Gebang.
Data sekunder diperoleh dari studi literatur dan hasil penelitian terdahulu
seperti:
6
(1) data BPS (Bekasi dalam Angka 1990–2008);
(2) Studi Valuasi Ekonomi Kerusakan Lingkungan Akibat Keberadaan TPA
Jakarta oleh Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pemerintah Kota
Bekasi; dan
(3) Studi Andal Lokasi Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang Bekasi oleh
Biro Bina Kependudukan dan Lingkungan Hidup DKI Jakarta.
4.1.1. Kualitas Air TPA Bantar Gebang
Hasil penelitian kualitas air pengolahan leachate sampah pada Instalasi
Pengolahan Air (IPA) TPA sampah Bantar Gebang menunjukkan bahwa
parameter pencemar yang masih melebihi baku mutu adalah zat padat terlarut
(TDS), amonia (NH3), merkuri, nitrat, COD dan BOD. Kualitas air permukaan
yaitu air Sungai Ciketing pada lokasi sebelah hulu kawasan TPA sampah Bantar
Gebang mengalami penambahan beban pencemaran dari TPA sampah Bantar
Gebang. Penambahan beban pencemaran tersebut berupa bahan organik (BOD
dan COD), nitrogen (amoniak), padatan dan sebagian logam (mangan dan
sulfida). Hasil pemantauan pada lokasi sebelah hilir TPA ternyata parameter yang
ada telah melampaui baku mutu yang diijinkan yaitu untuk parameter TSS (total
suspended solid), mangan dan sulfida. Kualitas air sumur di sekitar TPA sampah
Bantar Gebang secara umum baik kualitas fisik maupun kualitas kimia semuanya
masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan dalam Permenkes Nomor
416/Menkes/Per/IX/1990, kecuali parameter total harness yang melebihi baku
mutu. Parameter mikrobiologi, menunjukkan adanya pencemaran coliform dan
fecal coli.
4.1.2. Kualitas Udara TPA Bantar Gebang
Kualitas udara yang diteliti dari dalam lokasi TPA dan di luar TPA,
menunjukkan bahwa kualitas udara ambien cukup baik, kecuali kebisingan.
Kebisingan di beberapa lokasi melebihi nilai baku mutu, yaitu di depan kantor
TPA sampah Bantar Gebang, belakang TPA Sumur Batu dan pertigaan TPA
sampah Bantar Gebang serta Jalan Raya Narogong.
4.1.3. Biaya Eksternalitas dan Dampak TPA Bantar Gebang
Perhitungan biaya eksternalitas dari dampak TPA yang mengakibatkan
pencemaran air tanah menggunakan pendekatan perubahan perilaku konsumsi air
7
rumah tangga yakni kebutuhan air untuk mandi sebanyak 80 liter/hari dan
kebutuhan air untuk minum sebesar 5 liter/hari dengan harga air dorongan Rp 150
per liter pada tahun 2009. Hasil survey menunjukkan bahwa kualitas air tanah di
wilayah ring I tidak layak untuk air minum dan mandi. Kawasan ring II dan ring
III tidak layak untuk air minum. Nilai kerugian akibat penurunan kualitas air
tanah (NRAB) sebesar Rp 817 milyar.
Berdasarkan data Bekasi dalam Angka (2006), proporsi penduduk dari
wilayah yang diteliti (3 kelurahan dan 1 desa) sebanyak 57% dari penduduk
Kecamatan Bantar Gebang. Jenis penyakit yang diderita 75% disebabkan sampah
di TPA dan 25% disebabkan faktor lain. Nilai kerugian akibat penyakit yang
disebabkan keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang (NRPP) sebesar Rp 41,8
milyar.
Nilai kerugian penurunan produktivitas kerja (NRPK) dihitung
berdasarkan jumlah hari tidak masuk kerja karena penyakit yang ditimbulkan oleh
pencemaran TPA sampah Bantar Gebang, yaitu sebesar Rp 49,2 milyar. Nilai
kerugian akibat gagal panen padi sawah (NRGP) karena luapan air hujan yang
mengandung sampah, dihitung dengan menggunakan asumsi gagal panen 1 kali
per tahun. Nilainya sebesar Rp 1,7 milyar. Hasil estimasi emisi gas metana
menggunakan data IPCC (2007). Biaya sosial emisi karbon dioksida adalah harga
kerusakan dari perubahan iklim agregat di seluruh dunia yang diperkirakan
sebesar 12 USD (1USD=Rp 9591,7) per ton CO2 untuk tahun 2005 (UNEP,
2009). Nilai kerugian akibat emisi CO2 (NRKU) yang dihasilkan dari sampah di
TPA sampah Bantar Gebang dari Tahun 1990 sampai Tahun 2009 diperkirakan
sebesar Rp 20,1 milyar.
Kerugian akibat bau busuk didekati dari hasil penelitian Willis dan Garrod
(1997) dalam DEFRA (2004), tentang WTP yang berkaitan dengan pengurangan
kebisingan, bau dan debu serta sampah yang tertiup angin dari landfill Crawcrook
Quarry. Nilai kompensasi masyarakat di sekitar TPA sampah Bantar Gebang
sebesar Rp 120.851 per KK per bulan atau Rp 916.713 per KK per tahun. Pada
radius 1.000 m, bau busuk muncul hampir setiap hari, radius 1.000-2.500 m
tercium setelah hujan turun. Berdasarkan Badan Meteorologi dan Geofisika,
jumlah hari hujan 100 hari per tahun. Pada radius 2.500-5.000 m bau sampah
8
tidak begitu menyengat, sehingga nilai kompensasi 50% dari kompensasi di radius
1.000-2.500 m. Nilai kerugian akibat bau (NRBU) sebesar Rp 1,2 milyar.
Penurunan nilai tanah di sekitar TPA sampah Bantar Gebang diperoleh hasil Rp
43,1 milyar juta pada radius 100 m dan Rp 41 milyar pada radius 200 m sehingga
kerugian akibat penurunan nilai properti (NRTP) sebesar Rp 18,2 milyar.
4.1.4. Eksternalitas Positif TPA Bantar Gebang
Ekternalitas positif yang menguntungkan dengan keberadaan TPA sampah
Bantar Gebang adalah timbulnya peluang kesempatan kerja dalam memanfaatkan
sampah untuk didaur ulang. Pekerja yang terkait meliputi pemulung, buruh,
pemilik lapak dan bandar. Ekternalitas positif dari pendapatan pemulung total Rp
1.569 milyar, pendapatan buruh daur ulang sampah sebesar Rp 214,5 milyar.
Ekternalitas positif dari pendapatan pemilik lapak sebesar Rp 164 milyar,
pendapatan bandar Rp 55,9 milyar. Total ekternalitas manfaat dari kegiatan daur
ulang sampah (NMKJ) sebesar Rp 2.003 milyar. Eksternalitas positif lain adalah
keberadaan jalan akses ke TPA. Nilai keberadaan dihitung dengan menggunakan
jalan sebagai faktor penggerak pembangunan wilayah (Utama, 2001) di sekitar
Bantar Gebang. Adanya jalan akses menuju TPA menimbulkan peningkatan
kegiatan ekonomi. Nilai keberadaan jalan akses tersebut pada tahun 2009
diperkirakan NMJL sebesar Rp 187,5 milyar.
Nilai ekonomi total per tahun (tahun 1990-2009) dari hasil analisa valuasi
ekonomi dengan perhitungan biaya dan manfaat pengelolaan TPA Sampah Bantar
Gebang adalah terdiri dari total biaya (nilai rugi, NR) sebesar Rp 1.708,5 milyar
dan total manfaat (nilai manfaat, NM) sebesar Rp 2.190,9 milyar, sehingga nilai
ekonomi totalnya NET sebesar Rp 482,4 milyar. Eksternalitas pengelolaan TPA
Sampah Bantar Gebang mempunyai nilai ekonomi total positif karena biaya
ekonomi lingkungan lebih kecil dibandingkan manfaat ekonomi lingkungan. BCR
sebesar 1,28 (> 1) yang menunjukkan manfaat secara lingkungan masih lebih
besar dari kerugian lingkungan.
4.1.5. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan TPA Bantar Gebang
Prioritas kebijakan dan strategi pengelolaan TPA Sampah berdasarkan
survey pendapat pakar melalui AHP adalah aspek lingkungan dengan nilai bobot
0,444, aspek sosial (nilai bobot 0,255), aspek teknis (nilai bobot 0,214) dan aspek
9
ekonomi (nilai bobot (0,087). Aspek lingkungan mencakup 4 (empat) kriteria
yaitu: konservasi sumber daya alam dan energi kesehatan masyarakat,
pencemaran lingkungan dan pemanasan global. Dari keempat kriteria tersebut,
faktor pencemaran lingkungan merupakan kriteria yang paling utama untuk
dipenuhi dengan nilai bobot 0,461, selanjutnya kriteria kesehatan masyarakat
(nilai bobot 0,344), kriteria pemanasan global (nilai bobot 0,104) dan konservasi
sumber daya alam (nilai bobot 0,092).
4.2. Estimasi Pengelolaan TPA Bantar Gebang
Berdasarkan hasil penelitian Yudi Bujagunasti (2009) mengenai estimasi
TPA Bantar Gebang adalah:
4.2.1. Estimasi Manfaat TPA Bantar Gebang
Keberadaan TPA Bantar Gebang sedikit banyak memberikan manfaat bagi
masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar TPA tersebut, antara lain pembukaan
lapangan pekerjaan baru sehingga mereka mampu mendapatkan penghasilan dari
bekerja di TPA tersebut. Pekerjaan tersebut dapat berupa menjadi pemulung,
penyobek plastik, pemungut kayu, sampai dengan pemilik lapak.
Manfaat yang berupa penerimaan pendapatan masyarakat dapat diestimasi
melalui seberapa besar masyarakat di sekitar wilayah TPA Bantar Gebang yang
bekerja bersumber dari TPA tersebut seperti menjadi pemulung, penyobek plastik,
penggepeng kaleng (besi), pengumpul. Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
masyarakat mendapatkan penghasilan dari TPA Bantar Gebang sebagai penyobek
plastik, pengumpul plastik, dan penggepeng besi. Manfaat yang dirasakan
masyarakat dapat dilihat dari Tabel berikut:
Tabel 1. Pendapatan Bersumber dari TPA Bantar Gebang
Sumber: Skripsi Estimasi Manfaat Dan Kerugian Masyarakat Tpa Bantar Gebang,
Kota Bekasi, Yudi Bujagunasti (2009).
10
Dari Tabel 1 manfaat yang dirasakan oleh masyarakat sebesar Rp
183.547.000. Nilai ini didapat dari penjumlahan pendapatan rata-rata total
masyarakat yang bekerja bersumber dari TPA selama satu tahun dengan rata-rata
waktu bekerja mereka adalah 6-7 hari dalam satu minggu dan dengan asumsi 52
minggu dalam satu tahun. Nilai tersebut bisa saja menjadi lebih besar apabila
seluruh responden bekerja bersumber dari TPA Bantar Gebang.
Manfaat terbesar dirasakan oleh masyarakat yang bertempat tinggal di
wilayah < 1 km (Rp104.351.000) dalam satu tahun, hal tersebut dikarenakan jarak
wilayah < 1 km yang berdempet dengan TPA Bantar Gebang sehingga orientasi
pekerjaan masyarakat di wilayah < 1 km bersumber dari TPA. Pada wilayah 1-2
km, masyarakat mendapatkan manfaat dari peningkatan pendapatan adalah
sebesar Rp 79.196.000 dalam satu tahun. Masyarakat yang bertempat tinggal di
wilayah >2 km tidak mendapatkan manfaat (Rp 0), hal ini dikarenakan tidak
adanya responden yang bertempat tinggal di wilayah > 2 km yang bekerja
bersumber dari TPA.
4.2.2. Estimasi Kerugian TPA Bantar Gebang
Kerugian yang dialami oleh masyarakat akibat keberadaan TPA Bantar
Gebang dinilai dengan dua metode yaitu biaya pengganti dan biaya pengobatan.
Biaya pengganti dikeluarkan oleh masyarakat akibat pembelian sumber air karena
sumber air yang biasa mereka gunakan tercemar akibat keberadaan TPA Bantar
Gebang. Pengeluaran biaya pengganti akibat keberadaan TPA Bantar Gebang
untuk sumber air minum dapat dilihat pada Tabel 2.
Pada Tabel 2 didapat nilai sebesar Rp12.168.000. Nilai tersebut didapat
dari nilai pembelian responden atas sumber air pengganti untuk sumber air
minum. Untuk sumber minum dan memasak responden membeli air galon(air
minum dalam kemasan) sebagai pengganti air sumur yang biasa mereka gunakan
untuk kebutuhan minum dan memasak sehari-hari.
11
Tabel 2. Biaya Pengganti untuk Sumber Minum Akibat Pencemaran Air
Berdasarkan Jarak Tempat Tinggal
Sumber: Skripsi Estimasi Manfaat Dan Kerugian Masyarakat Tpa Bantar Gebang,
Kota Bekasi, Yudi Bujagunasti (2009).
Masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah < 1 km hampir seluruhnya
(14 orang) menggunakan air galon untuk sumber air minum dan keperluan
memasak mereka. Hal ini disebabkan karena air sumur di lingkungan mereka
sudah tidak layak untuk digunakan sebagai keperluan minum karena secara fisik
sudah tercemar (berwarna dan berbau). Masyarakat yang bertempat tinggal di
wilayah antara 1- 2 km hanya sebesar 4 orang yang menggunakan air galon
sebagai pengganti sumber air minum, hal ini dikarenakan hanya sebagian wilayah
1-2 km yang baru tercemar akibat keberadaan TPA selain karena wilayah
penelitian antara 1-2 km yang lebih tinggi dibanding wilayah TPA Bantargebang.
Masyarakat yang bertempat tinggal pada wilayah > 2 km tidak ada yang
menggunakan sumber air pengganti untuk keperluan minum dan memasak karena
masyarakat menilai air sumur di wilayah mereka dapat digunakan untuk keperluan
sehari-hari.
Berdasarkan profesi yang ditekuni masyarakat, sebagian besar
masyarakat pemulung menggunakan sumber air pengganti untuk sumber air
minum. Hal ini diakibatkan sumber air yang dimiliki masyarakat pemulung telah
tercemar, karena masyarakat pemulung bertempat tinggal di sekitar TPA Bantar
Gebang. Masyarakat non-pemulung hanya sebagian kecil yang menggunakan
sumber air pengganti sebagai sumber air minum, karena jarak tempat tinggal
mereka yang cukup jauh dan lebih tinggi dari TPA Bantar Gebang.
12
BAB IV
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis valuasi ekonomi yang dilakukan oleh R.
Julianto Institut Pertanian Bogor (2011):
1. Nilai eksternalitas negatif mempunyai nilai sebesar Rp 1,7 trilyun
sedangkan Eksternalitas positif mempunyai nilai sebesar Rp 2,19 trilyun.
2. Nilai Ekonomi Total dampak pengelolaan TPA sampah berupa
eksternalitas positif sebesar Rp 482 miliar, yang berarti secara keseluruhan
keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang mempunyai dampak positif
terhadap masyarakat sekitar. Benefit cost ratio (BCR) sebesar 1,28.
3. Kebijakan dan strategi pengelolaan TPA sampah adalah menjadikan TPA
Sampah Bantar Gebang sebagai TPST yang menghasilkan energi listrik
dari proses biodigester dan pirolisys serta memaksimalkan daur ulang
sampah.
Estimasi dari keberdaan TPA Bantar Gebang menurut Yudi Bujagunasti
Institut Pertanian Bogor (2009):
1. Kerugian yang dirasakan oleh masyarakat akibat keberadaan TPA Bantar
Gebang dalah berupa pencemaran air, pencemaran udara, sebagai sarang
penyakit, dan pengurangan estetika. Pencemaran tanah tidak dinilai
sebagai kerugian bagi masyarakat dikarenakan masyrakat masih menilai
taah diwilayah mereka belum tercemar. Kerugian yang paling besar
dirasakan masyarakat adalah kerugian berupa pencemaran udara, hal
tersebut dikarenakan kerugian berupa pencemaran udara sangat sulit untuk
dihindari oleh masyarakat.
2. Nilai manfaat yang didapat akibat keberadaan TPA Bantar Gebang adalah
sebesar Rp 183.547.000. Nilai tersebut didapatkan dengan menjumlahkan
pendapatan masyarakat yang bekerja bersumber dari TPA Bantar Gebang.
3. Nilai manfaat bersih yang diterima masyarakat adalah sebesar
Rp170.161.700 yang didapatkan dengan mengurangkan manfaat yang
diterima masyarakat dengan kerugian masyarakat (Rp 13.385.300).
13
DAFTAR PUSTAKA
Biro Bina Kependudukan dan Lingkungan Hidup DKI Jakarta, 1989. Laporan
Akhir: Studi Andal Lokasi Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang
Bekasi, PT. Munidia Daya Konsultants.Jakarta.
Defra, (Department for Environment, Food and Rural Affairs). 2004. Valuation
Of The External Costs And Benefits To Health And Environment Of
Waste Management Options, Defra, London.
Munasinghe, M. 1993. Environmental Economics and Sustainable Development.
World Bank Environment Paper Number 3. The World Bank Washington,
D.C.
R. Julianto. 2011. Valuasi Ekonomi Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir
Sampah Bantar Gebang Untuk Menentukan Kebijakan Di Masa Depan.
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Royadi. 2006. Analisis Pemanfaatan TPA Sampah Pascaoperasi Berbasis
Masyarakat (Studi Kasus TPA Sampah Bantar Gebang, Bekasi). Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
(PSSAL) Pusat Survei Sumberdaya Alam Laut. 2005. Pedoman Penyusunan
Neraca dan Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut.
Bakosurtanal. Cibinong.
Slamet. 2007. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press. Jogjakarta.
Supardi, I. 1994. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Penerbit Alumni.
Bandung.
Turner, R.K. 2000. Waste Management, in Former.H, Gabel.L (ed), Principle
Environmental and Resources Economic, Edward Elgar Publishing
Limited. Cheltenham.
Yudi Bujagunasti. 2009. Estimasi Manfaat Dan Kerugian Masyarakat Akibat
Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir: Studi Kasus di TPA Bantar
Gebang, Kota Bekasi. Departemen Ekonomi Sumberdaya Dan
Lingkungan Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
14