Transcript
Page 1: O./an OPeb Mar OApr OMei OJun OJul OAgs OSep OOkt ONov ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/12/kompas-20101203... · daun, batang, ranting, bunga, dan buah. Karena itu,

KOMPASo Senin o Se/asa o Rabu o Kamis • Jumat o Sabtu o Minggu

26) 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1517 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

O./an OPeb o Mar OApr OMei OJun OJul OAgs OSep OOkt ONov • Des

Pekarangan dan .IkliOleh JOHAN ISKANDAR

P erubahan iklim adalah fenomena global denganpenyebab utama ulah manusia yang tidak bi-jaksana membuang emisi gas rumahkaca, se-

perti karbon dioksida (COO, ke atmosfer bertahun-ta-hun. Kini dampak negatif perubahan iklim bukan lagisekadar wacana. Namun, dampaknya telah dirasakanberbagai kelompok masyarakat di seluruh dunia, ter-masuk petani sawah di Jawa.

Berdasarkan prediksi, per-ubahan iklim di masa mendatangakan kian parah sejalan denganterus bertambahnya gas rumahkaca, seperti COz, ke atmosfer.Karena itu, sudah selayaknya se-

'mua pihak melakukan berbagaiupaya mitigasi dan adaptasi ter-hadap perubahan ikIim, misalnyamerevitalisasi sistem pekaranganmasyarakat yang lekat denganbudaya. Hal itu sejalan denganTujuan Pembangunan Milenium,antara lain membantu mening-katkan ketahanan pangan, me-ngurangi angka kemiskinan, me-melihara kesehatan, dan konser-vasi keanekaragaman hayati.

Sistem pekaranganPerubahan ikIim akibat pema-

nasan global, seperti banjir besardan kemarau panjang, telah di-rasakan di berbagai negara, BagiIndonesia yang sebagian wila-yahnya mempunyai curah hujantinggi, kenaikan curah hujan me-nyebabkan banjir dan erosi ta-nah. Namun, kenaikan curah hu-jan tersebut tidak merata di se-luruh Tanah Air. Jadi, kenaikansuhu karena pemanasan globaljuga menyebabkan kelangkaanair di wilayah tertentu. Karenaitu, sistem pertanian yang sangattergantung pada ketersediaan air,seperti sistem sawah, sangat ren-tan terhadap gangguan ikIim.

Berbeda dengan sistem sawah,sistem pekarangan yang meru-pakan salah satu tipe sistem ag-roforestri tradisional cenderungmampu diadaptasi penduduk un-tuk menghadapi perubahan ik-lim. Sebab, sistem pekarangantersebut umumnya masih dike-lola penduduk dengan landasankuat pengetahuan ekologi tra-disional yang diadaptasi untuklingkungannya.

Penduduk pedesaan di TatarSunda umumnya secara tradi-

sional telah mampu menyusunberagam tanaman, campuran ta-naman semusim dan tahunan, dilahan pekarangan sesuai dengankebutuhan cahaya matahari.Contohnya, beberapa jenis ta-naman umbi-umbian dan tanam-an lain, semisal honje, kapolaga,kapol, laja, koneng, suweg, sa-gu/karut, ganyol, dan kopi., biasaditanam penduduk Daerah Alir-an Sungai Citarum di tem-pat-tempat terlindung atau se-tengah terlindung di pekaranganmereka. Pasalnya, tanaman ter-sebut dianggap tahan terhadapnaungan tajuk kanopi pepohon-:an.

Sementara itu, aneka jenis ta-naman lain, misalnyajeruk nipis,jeruk bali, jeruk manis, kelapa,cengkeh, delima, clan petai, biasaditanam di tempat-tempat ter-buka di pekarangan karena di-anggap tidak tahan naungan. Per-sepsi penduduk tersebut cukupberalasan karena penempatanje-nis-jenis tanaman di tempat ter-lindung dan terbuka tersebut ba-nyak kesamaan dengan hasil ujidi laboratorium. Contohnya, titikkompensasi cahaya dan kecepat-an fotosintesis tanaman-tanam-an tersebut (Christanty dkk 1978:26-27).

Meskipun terdapat beberapapenyimpangan dari uji labora-torium, umumnya penduduk pu-nya alasan khusus. Tanaman ka-wung, misalnya, menurut pen-duduk, tumbuh baik di tempatterlindung atau setengah terlin-dung. Namun, hasil pengukuranlaboratorium menunjukkan bah-wa titik kompensasi dan kece-patan fotosintesis tanaman ka-wung tinggi. Memang tanamankawung muda biasa ditanampenduduk di tempat terliudung,tetapi setelah dewasa pohonnyatinggi dan tajuknya mengisi ru-ang terbuka.

Kliping Humas Unpad 2010

Page 2: O./an OPeb Mar OApr OMei OJun OJul OAgs OSep OOkt ONov ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/12/kompas-20101203... · daun, batang, ranting, bunga, dan buah. Karena itu,

Menurut penduduk, tujuanmemelihara tanaman kawung,selain untuk menghasilkan gula,juga untuk mengambil tepung addari batang pohon tuanya. Katamereka, tanaman aren yang di-tanam di tempat terlindung atausetengah terlindung akan turn-buh tinggi sehingga waktu di-tebang akan menghasilkan ba-nyak ad kawung dan secara eko-nomi lebih menguntungkan.

Tidak hanya itu, keberdaan ta-naman keras, seperti buah-bu-ahan dan kayu lain, di peka-rangan juga dapat berfungsi pen-ting dalam menyerap CO2 di at-mosfer, yaitu melalui proses fo-tosintesis diubah jadi karbohid-

"Sudah selayaknyasemua pihak melakukanberbagai upaya mitigasidan adaptasi terhadap

perubahan iklim.

rat, kemudian disebar ke seluruhtanaman untuk pertumbuhandaun, batang, ranting, bunga, danbuah. Karena itu, berbagai jenistanaman pekarangan dapat ber-peran penting dalam penimbun-an karbon dan dapat berperanmeredam pemanasan global pe-nyebab perubahan iklim.

Ditambah pula, pepohonan dipekarangan jarang ditebangi dandibakar sehingga karbon yang te-lah diikat tanaman tidak dikem-halikan ke atmosfer. Dengan de-mikian, cadangan karbon di pe-karangan cukup tinggi. Hasilpengukuran cadangan karbonpekarangan di Rancakalong, Su-medan tercatat 26,3 M er

hektar dengan didominasi ta-naman buah (55,10 persen) (Ha-dikusumah 2010). Sementara itu,cadangan karbon di hutan primerrimbun di Kalimantan Timurtercatat 230,1 Mg per hektar (Ra-hayu dkk, nd).

Ketahanan panganKarakteristik menarik tentang

pekarangan pedesaan di TatarSunda biasanya ditanami anekatanaman kayu dan semusim yangsangat tinggi serta dilengkapi de-ngan kolam pekarangan. Jenistanaman tersebut berfungsi pen-ting, antara lain sebagai sumberpangan dan bahan obat tradi-sional.

Pada kulam pekarangan biasapula dipelihara aneka jenis ikan,seperti ikan mas, mujair, nila,sepat, sepat siem, nilem, gurami,dan lele. Sementara itu, pema-tang-pernatang kolam umum di-tanami tanaman talas, surawung,singkong, ubi jalar, bawang daun,dan waluh siem. Tanaman ter-sebut tumbuh subur di dekatkolam karena tersedia banyak airdan tanahnya subur. Apabila ko-lamnya dipanen (dibedahkeun),biasanya lumpurnya diangkat kepematang kolam sebagai sumber'unsur hara bagi tanaman.

Hasil tanaman pinggir kolamdapat beraneka ragam, misalnyaumbi-umbian yang berfungsi un-tuk tambahan bahan makananpokok (sumber karbohidrat). Pu-cuk daun singkong, surawung,dan bawang daun berfungsi un-tuk sayur. Sementara itu, daurrsingkong dan tal as bisa dijadikanpakan ikan gurami atau pakanternak peliharaan, seperti dombadan kambing. Kolam pun pentinguntuk memanen air hujan.

Jadi, penduduk desa denganpengembangan sistem pekarang-an ikut mengembangkan danmelestarikan keanekaragamanhayati sekaligus meningkatkanketahanan pangan dan meme-lihara kesehatan penduduk. Disamping itu, sistem pekarangancukup adaptifterhadap perubah-an iklim yang kian tidak me-nentu.

JOHAN ISKANDARDosen Etnobiologi FMIPA

dan Peneliti PPSDALI LPPMUnpad


Recommended