Muhammad Iqbal: Penggunaan Metode Mim-Mem Untuk Mengembangkan Keterampilan Berbicara
113
Jurnal Al Mi’yar Vol. 1, No. 2 Oktober 2018 Homepage https://jurnal.stiq-amuntai.ac.id/index.php/al-miyar
PENGGUNAAN METODE MIM- MEM UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERBICARA
Muhammad Iqbal STIQ Amuntai, Kalimantan Selatan, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Metode pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan belajar bahasa Arab. Untuk keberhasilan pengajaran yang berkaitan dengan metode yang digunakan. Mim adalah singkatan dari mimicry yang artinya meniru dan mem adalah memorization yang artinya menghapal. Metode yang digunakan dalam mengajar keterampilan berbicara di sekolah biasanya sangat monoton dan bahkan penggunaan metode tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sehingga siswa merasa bosan dalam mempelajari bahasa Arab khususnya keterampilan berbicara yang membuat siswa merasa sulit untuk berbicara bahasa Arab karena masalah ini. Metode mim-mem berguna untuk melatih siswa untuk mengembangkan keterampilan komunikasi mereka. Karena setiap latihan-latihannya dilakuakan oleh seorang pengajar atau penutur asli yang dapat mendorong siswa dan terbiasa berbicara seperti penutur asli. Pokok masalah penelitian ini adalah: bagaimana efektifitas penggunaan metode Meniru dan Menghapal terhadap keterampilan bicara di sekolah MTsN Lampihong? Jenis penelitian ini adalah desain penelitian ekspremen dengan penggunaan pre-test dan post-test dalam satu kelompok. Sampel penelitian ini adalah sebagian siswa dari kelas dua di MTsN Lampihong. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut bahwa penggunaan metode mim-mem dalam rangka untuk meningkatkan pengembangan keterampilan berbicara sangat efektif.
Kata Kunci : Metode mim-mem, Keterampilan Berbicara
Pendahuluan
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa yang telah menyentuh
berbagai ranah dunia. Selain sebagai bahasa media ajaran Islam, bahasa Arab
juga telah berjasa dalam menjunjung tinggi sains dan teknologi, memperkaya
khazanah budaya nasional dan media perubahan politik internasional yang
semakin menampakkan peranannya dewasa ini. Sehingga bahasa Arab
mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Tujuan utama pembelajaran bahasa Arab adalah pengembangan
kemampuan pelajar dalam menggunakan bahasa itu baik lisan maupun tulis.
Kemampuan menggunakan bahasa dalam dunia pengajaran bahasa disebut
keterampilan berbahasa. Keterampilan tersebut ada empat, yaitu
Muhammad Iqbal: Penggunaan Metode Mim-Mem Untuk Mengembangkan Keterampilan Berbicara
114
Jurnal Al Mi’yar Vol. 1, No. 2 Oktober 2018 Homepage https://jurnal.stiq-amuntai.ac.id/index.php/al-miyar
keterampilan menyimak, berbiara, membaca dan menulis. Keterampilan
menyimak dan membaca dikategorikan ke dalam keterampilan reseptif,
sedangkan keterampilan berbicara dan menulis dikategorikan ke dalam
keterampilan produktif.
Setiap keterampilan itu erat kaitannya satu sama lain, sebab dalam
memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya ditempuh melalui hubungan
urutan yang teratur. Mula-mula pada masa kecil seorang anak belajar
menyimak bahasa, kemudian berbicara, setelah itu ia belajar membaca dan
menulis. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu
kesatuan. Berbicara adalah merupakan alat komunikasi sosial bagi manusia,
hal ini merupkan bagian paling penting dalam praktek bahasa dan
penggunaannya.1
Bahwasanya berbicara adalah warna yang paling penting dari kegiatan
berbahasa untuk orang dewasa maupun anak-anak, dalam kehidupan kita
berbicara lebih banyak digunakan dari pada menulis. Hal ini dapat dianggap
bahwa berbicara adalah bentuk utama sebagai alat komunikasi bagi manusia.
Tapi masalah sebenarnya dalam pembelajaran keterampilan berbicara adalah
bahwa tujuan yang dipelajari siswa tidak jelas dan tidak spesifik. Di mana
kemampuan siswa untuk percakapan dan diskusi dan potongan cerita dan
menulis surat, laporan, meringkas. Ini adalah ajaran penting untuk
pembelajaran bahasa Arab di sekolah.2
Keterampilan berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan
berbahasa yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa arab. Berbicara
merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian, komunikasi
timbal balik, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Kegiatan
berbicara ini sebenarnya merupkan kegiatan menarik dalam kelas bahasa.
Akan tetapi seringkali terjadi sebaliknya, kegiatan berbicara menjadi tidak
menarik, tidak merangsang situasi suasana menjadi kaku dan akhirnya macet.
Ini terjadi karena penguasaan kosakata dan pola kalimat oleh oleh siswa
masih sangat terbatas. Namun demikian, kunci keberhasilan kegiatan tersebut
sebenarnya ada pada pengajar. Apabila pengajar dapat merangsang situasi
1 Abdul Majid Sayyid Mansur, Sikolujiah Al-Wasail At-Ta’limiah Wa Wasail Tadris Al-Lugah Al-Arabiayah, (Riyadh: Darul Ma’arif, 1983), hal. 104
2 Ali Ahmad Madkur, Tadris Funun Al-Lugah Al-Arabiyah, (Al-Qahirah: Darul Fikri Al-
Araby, 2002), hal. 87
Muhammad Iqbal: Penggunaan Metode Mim-Mem Untuk Mengembangkan Keterampilan Berbicara
115
Jurnal Al Mi’yar Vol. 1, No. 2 Oktober 2018 Homepage https://jurnal.stiq-amuntai.ac.id/index.php/al-miyar
pembelajaran menjadi hidup, dapat secara tepat memilih topik pembicaraan,
teknik yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, serta memiliki
kreativitas dalam mengembangkan model-model pelajaran, maka tentu
kemacetan itu tidak akan terjadi.3
Faktor lain yang penting dalam menghidupkan kegiatan bericara
adalah keberanian murid dan perasaan tidak takut salah. Oleh karena itu
pengajar dituntut mampu memberikan dorongan kepada siswa agar berani
berbicara kendatipun dengan resiko salah. Kepada siswa hendaknya
ditekankan bahawa takut salah adalah kesalahan yang paling besar. Secara
umum tujuan latihan berbicara bahasa Arab untuk tingkat pemula, tingkat
menengah dan tingkat lanjut adalah agar siswa mampu berkomunikasi lisan
secara baik dan benar dengan ornag lain.4
Dalam kegitan belajar mengajar, sangat penting bagi guru untuk
mempunyai berbagai metode. Ia harus mempunyai wawasan yang luas
tentang bagaimanakah kegiatan belajar mengajar itu terjadi, dan langkah-
langkah apakah yang harus ia tempuh dalam kegiatan tersebut. Jika seorang
guru tidak mempunyai metode dalam mengajar, apalagi tidak menguasai
materi yang hendak disampaikan, kegiatan belajar dan mengajar tersebut
tidak akan maksimal, bahkan cenderung gagal. Proses pembelajaran
keterampilan berbicara yang berlangsung kurang kreatif, akan menyebabkan
kurang efektif, ujungnya pembelajaran jadi menegangkan. Ini tidak lain karena
kurangnya perhatian pengajar dalam menganalisis siswa-siswanya. Bisa jadi
pembelajaran yang seharusnya diterapkan untuk tingkatan mutaqaddim,
seorang pengajar menerapkan pembelajaran tersebut di tingkatan
mutawassit. Hal ini menjadikan siswa selalu merasa ketakutan setiap akan
dimulainya pembelajaran keterampilan berbicara. Dan tak dapat dipungkiri
bahasa Arab pada masyarakat, umumnya dianggap sebagai bahasa yang
terlalu sulit untuk menjadi momok dalam materi pembelajaran. Imbasnya
siswa tidak ada keinginan untuk mempelajari bahasa Arab.
Bagi seorang guru, wawasan belajar dan mengajar ini sebenarnya
merupakan garis-garis besar haluan utuk bertindak dalam rangka mencapai
3 Syaiful Mustafa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif, (Malang: UIN-Maliki Press, 2011), hal. 136
4 Syaiful Mustafa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif, hal. 136
Muhammad Iqbal: Penggunaan Metode Mim-Mem Untuk Mengembangkan Keterampilan Berbicara
116
Jurnal Al Mi’yar Vol. 1, No. 2 Oktober 2018 Homepage https://jurnal.stiq-amuntai.ac.id/index.php/al-miyar
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jadi, seorang guru harus paham dan
menguasai metode secara total. Jika kegiatan belajar dan mengajar dilakukan
tanpa strategi maka sama halnya kegiatan tersebut terjadi dan dilakukan
tanpa pedoman dan arah yang jelas. Akhirnya, target yang telah tersusun dan
tertata rapi akan hancur dan tidak tercapai sama sekali. Sehubungan dengan
hal tersebut, salah satu langkah agar seorang guru dapat memiliki dan
mengembangkan metode belajar mengajar adalah dengan menguasai
pengetahuan yang cukup mengenai hakikat belajar dan mengajar dengan
berbagai cabang pendekatan yang ada di dalamnya.5
Dengan menguasai metode pembelajaran, seorang guru akan semakin
terampil dalam menyesuaikan dengan materi pembelajaran. Sehingga, ia
mudah memilih media dan menerapakannya dalam proses pembelajarannya
tersebut. Jelasnya, apabila guru menguasai metode maka ia dapat memilih
metode yang bagus, tepat, dan sesuai dengan materi pelajaran, bahan ajar,
murid, situasi dan kondisi, serta media pembelajaran.6
Kenyataannya saat ini, pembelajaran bahasa arab justru dianggap sulit
bagi sebagian peserta didik. Peserta didik cenderung takut bahkan kesulitan
dalam mempelajari. Hal ini dapat menimbulkan rendahnya motivasi, minat
dan keaktifan belajar peserta didik terhadap bahasa arab. Berkaitan dengan
hal itu maka menjadi tugas bagi seorang guru yang kreatif, terampil dan
professional untuk dapat membawa perubahan tingkah laku peserta didiknya.
Menurut hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Arab
MTsN Lampihong beliau menyampaikan bahwa sebagian besar peserta
didiknya mempunyai minat dan tingkat perhatian yang kurang terhadap mata
pelajaran Bahasa Arab. Ditemukan banyak peserta didik yang masih
mengalami kesulitan dalam proses pembelajarannya sendiri, selama ini beliau
menggunakan metode ceramah dan penugasan.
Berdasarkan pengamatan pembelajaran di MTsN Lampihong, peserta
didik kurang semangat mengikuti pelajaran Bahasa Arab, ini terlihat ketika
guru sedang menjelaskan materi terdapat beberapa peserta didik yang asik
bermain sendiri dan ramai dengan teman sebangkunya. Dalam proses
pembelajarannya guru hanya sekilas menjelaskan materi dan membacakan
5 Anissatul Mufarokah, Strategi Belajar Mengajar (Yogyakarta: TERAS, 2009),hal. 2 6 Ulin Nuha, Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab(Yogyakarta: DIVA
Press, 2012), hal. 157
Muhammad Iqbal: Penggunaan Metode Mim-Mem Untuk Mengembangkan Keterampilan Berbicara
117
Jurnal Al Mi’yar Vol. 1, No. 2 Oktober 2018 Homepage https://jurnal.stiq-amuntai.ac.id/index.php/al-miyar
mufradat. Selanjutnya peserta didik diminta untuk mengerjakan soal latihan di
dalam buku tugas secara mandiri.
Hasil belajar peserta didik pada ulangan harian mata pelajaran Bahasa
Arab pun kurang begitu memuaskan. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang
ditetapkan pada mata pelajaran bahasa Arab di MTsN Lampihong adalah 64.
Dari jumlah peserta didik 20 orang hanya terdapat 4 orang peserta didik yang
mendapat nilai di atas KKM. Sedangkan yang lainnya mendapatkan nilai
dibawah KKM.
Oleh karena itu, hendaknya seorang guru harus bisa menguasai
berbagai jenis metode pembelajaran yang bisa langsung dipraktekkan untuk
menjalankan proses belajar mengajar dengan siswa. salah satu penggunaan
metode yang bisa digunakan adalah metode meniru dan menghafal (mimicry
and memorization). Metode meniru dan menghafal (mimicry and
memorization) termasuk metode klasik, namun bukan berarti tidak efektif
dalam pembelajaran Bahasa Arab. Metode Mimicry-Memorization cocok
digunakan dalam pembelajaran bahasa, terlebih lagi bahasa asing. Ketika
seorang anak belajar berbicara, hal pertama yang dia lakukan adalah meniru
bahasa yang didengarnya dari ibunya. Kemudian bahasa itu diucapkan
berulang-ulang hingga masuk kedalam memorinya. Jadi meniru dan
menghafal merupakan hal dasar yang dilakukan anak dalam proses
pemerolehan bahasanya. Begitu pula proses yang terjadi ketika dia belajar
bahasa asing.
Kajian Teori
1. Tujuan keterampilan berbicara
Secara umum, keterampilan berbicara bertujuanagar para pelajar mampu
berkomunikasi secara lisan dengan baik dan wajar, tujuan dari keterampilan
berbicara mencakup beberapa hal antara lain sebagai berikut:7
7 Iskandarwassid, dkk. Strategi Pembelajaran Bahasa (Bandung: Rosdakarya. 2009)
hal. 242
Muhammad Iqbal: Penggunaan Metode Mim-Mem Untuk Mengembangkan Keterampilan Berbicara
118
Jurnal Al Mi’yar Vol. 1, No. 2 Oktober 2018 Homepage https://jurnal.stiq-amuntai.ac.id/index.php/al-miyar
a. Kemudahan berbicara
Peserta didik harus mendapat kesempatan yang besar untuk berlatih
berbicara sampai mereka mampu mengembangkan keterampilan ini secara
wajar, lancar, dan menyenangkan, baik dalam kelompok kecil maupun
dihadapan pendengar umum yang lebih besar jumlahnya. Para peserta didik
perlu mengembangkan kepercayaan yang tumbuh melalui latihan.
b. Kejelasan
Dalam hal ini peserta didik berbicara dengan tepat dan jelas, baik
artikulasi maupun diksi kalimat-kalimatnya. Gagasan yang diucapkan harus
tersusun dengan baik. Agar kejelasan dalam berbicara tersebut dapat dicapai.
Maka dibutuhkan berbagai macam latihan terus menerus dan variatif. Latihan
tersebut bisa melalui diskusi, pidato, dan debat. Karena dengan latihan seperti
ini dapat mengatur cara berfikir seseorang dengan sistematis dan logis.
c. Bertanggung jawab
Latihan berbicara yang bagus menekankan pembicara untuk bertanggung
jawab agar berbicara secara tepat, dan dipikirkan dengan sungguh-sungguh
mengenai apa yang menjadi topik pembicaraan, tujuan pembicaraan, siapa
yang diajak berbicara, dan bagaimana situasi pembicaraan serta
momentumnya pada saat itu. Latihan demikian akan menghindarkan
seseorang dari berbicara yang tidak bertanggung jawab atau bersilat lidah
yang mengelabui kebenaran.
d. Membentuk pendengaran yang kritis
Latihan berbicara yang baik sekaligus mengembangkan keterampilan
menyimak secara tepat dan kritis juga menjadi tujuan utama program
pembelajaran ini. Di sini peserta didik perlu belajar untuk dapat mengevaluasi
kata-kata yang telah diucapkan, niat ketika mengucapkan, dan tujuan dari
pembicaraan trsebut.
e. Membentuk kebiasaan
Kebiasaan berbicara bahasa Arab tidak dapat dicapai tanpa ada niat yang
sungguh-sungguh dari peserta didik itu sendiri. Kebiasaan ini bisa diwujudkan
melaui interaksi dua orang atau lebih yang telah disepakati sebelumnya, tidak
harus dalam komunitas yang besar. Dalam menciptakan kebiasaan berbahasa
Muhammad Iqbal: Penggunaan Metode Mim-Mem Untuk Mengembangkan Keterampilan Berbicara
119
Jurnal Al Mi’yar Vol. 1, No. 2 Oktober 2018 Homepage https://jurnal.stiq-amuntai.ac.id/index.php/al-miyar
Arab ini yang dibutuhkan adalah komitmen, komitmen ini bisa dimulai dari
diri sendir, kemudian komitmen ini berkembang menjadi kesepakatan dengan
orang lain untuk berbasaha Arab secara terus menerus, ini lah yang disebut
dengan menciptakan lingkungan berbahasa yang sesungguhnya.
Dengan melihat tujuan pembelajaran di atas maka seorang guru harus
bisa memilih atau menggunakan metode,teknik atau strategi yang sesuai agar
tujuan pembelajaran berbicara bisa tercapai secara efektif.
2. Metode Keterampilan Berbicara
Berbicara menggunakan bahasa asing bukanlah hal yang mudah,
sebagaimana jika berbicara menggunakan bahasa ibu. Oleh karena itu,
hendaknya dalam mengajarkan keterampilan berbicara perlu memperhatikan
metode pengajaran yang sesuai dengan kemampuan anak didik. Harus diakui
bahwa tidak semua orang mampu dengan baik dan sempurna dalam
berbicara menggunakan bahasa asing, termasuk dalam bahasa Arab. Di antara
mereka ada yang mempunya bahasa asing sangat bagus, ada yang sederhana,
dan ada yang masih sebagai pemula, bahkan ada yang masih sama sekali
belum bisa. Oleh karena itu, dalam pembelajarannya, hendaknya terdapat
spesifikasi teknik yang bisa dipakai oleh pemula (mubtadi’), menengah
(mutawasit), dan tingkat atas (mutaqaddim).8
Adapun penjelasannya sebagai berikut:9
a. Tingkat Pemula (Mubtadi’)
Bagi tingkat pemula dapat digunakan metode atau teknik ulang ucap, lihat
ucap, permainan kartu kata, wawancara, permainan memori, reka cerita
gambar, biografi, manajemen kelas, bermain peran. Atau juga bisa dengan
langkah-langkah seperti ini:
1) Siswa diminta untuk belajar mengucapkan kata, menyusun kalimat
dan mengungkapkan pikiran secara sederhana.
2) Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh
siswa sehingga berakhir membentuk sebuah tema yang sempurna.
3) Guru mulai melatih bicara dengan memberi pertanyaan sederhana.
4) Guru bisa menyuruh siswa menjawab latiahn-latihan syafahiyah
dengan menghafalkan percakapan, atau menjawab pertanyaan yang
berhubungan dengn isi teks yang telah siswa baca.
8 Ulin Nuha, Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab. hal. 100 9 Dewirohmah.wordpress.com
Muhammad Iqbal: Penggunaan Metode Mim-Mem Untuk Mengembangkan Keterampilan Berbicara
120
Jurnal Al Mi’yar Vol. 1, No. 2 Oktober 2018 Homepage https://jurnal.stiq-amuntai.ac.id/index.php/al-miyar
b. Tingkat menengah (Mutawasit)
Untuk tingkat menengah, dapat digunakan metode atau teknik-teknik
dramatisasi, elaborasi, reka cerita gambar, biografi, wawancara, permainan
kartu kata, diskusi, pecakapan satu pihak, pidato pendek, melanjutkan cerita.
Atau juga bisa dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Belajar berbicara dengan bermain peran.
2) Berdiskusi dengan tema tertentu
3) Berbicara tentang peristiwa yang terjadi pada siswa.
4) Bercerita tentang informasi yang telah didengar dari televisi, radio,
atau lain-lainya.
c. Tingkat atas (Mutaqaddim)
Sedangkan dalam tingkat paling tinggi dapat digunakan metode atau
teknik dramatisasi, elaborasi, reka cerita gambar, biografi, bermain peran,
diskusi, wawancara, pidato, melanjutkan cerita, talk show, dan debat.
Pada tahap permulaan, latihan berbicara dapat dikatakan serupa dengan
latihan menyimak. Sebagaimana telah dikatan sebelumnya, dalam latihan
menyimak ada tahapan mendengarkan dan menirukan. Latihan
mendengarkan dan menirukan ini merupakan gabungan antara latihan dasar
untuk kemahiran menyimak dan kemahiran berbicara. Namun harus disadari
bahwa tujuan akhir dari keduanya berbeda, tujuan akhir mnyimak adalah
kemampuan memahami apa yang disimak. Sedangkan tujuan akhir latihan
brbicara adalah kemampuan (ta’bir) dalam mengemukakan ide, pikiran, dan
pesan kepada orang lain. Keduanya merupakan syarat mutlak bagi sebuah
komunikasilisan yang efektif secara timbal balik.10
3. Metode Mim-Mem untuk mengembangkan keterampilan berbicara
Metode mim-mem sebenarnya merupakan singktan dari Mimicry (yang
artinya meniru) dan Memorization (yang bebarti menghafal), 11 atau dalam
bahasa Arab bisa disebut dengan al-muhakah wal-hifzh. Metode ini merupakan
latihan meniru dan menghapalkan dialog-dialog mengenai berbagai macam
situasi dan kesempatan melalui latihan ini seorang pelajar dapat mencapai
kemahiran yang baik dalam percakapan yang dilakukan secara wajar dan
tidak dibuat-buat. Walaupun awalnya memang dipola berdasarkan hapalan,
10 Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab(Malang: Misykat, 2009),
hal. 114 11 Ulin Nuha, Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab. hal. 215
Muhammad Iqbal: Penggunaan Metode Mim-Mem Untuk Mengembangkan Keterampilan Berbicara
121
Jurnal Al Mi’yar Vol. 1, No. 2 Oktober 2018 Homepage https://jurnal.stiq-amuntai.ac.id/index.php/al-miyar
namun jika dilkukan latihan secara terus menerus akan menjadi kemampuan
berkomunikasi secara wajar.Metode ini juga sering kali disebut metode
informant-drill method. Dikatakan demikian karena setiap latihan-latihannya
dilakukan oleh seorang pengajar dan informan penutur asli atau native
speaker. memorization method,-mimicry. Jadi metode ini sebenarnya adalah 12
yang kemudian disingkat menjadi mim-mem method.
Sebagai implikasinya metode ini menekankan penelaahan dan
pendeskripsian suatu bahasa yang akan dipelajari dengan memulainya dari
sistem bunyi (fonologi), kemudian sistem pembentukan kata (morfologi), dan
sistem pembentuksn kalimat (sintaksis). Karena menyangkut struktur bahasa
keseluruhan, maka dalam hal ini juga ditekankan sistem tekanan, nada, dan
lain-lain. Maka bahasa tujuan diajarkan dengan mencurahkan perhatian pada
lafal kata, dan pada latihan berkali-kali (drill) secara intensif. Bahkan drill
inilah yang biasanya dijadikan teknik utama dalam proses belajar mengajar.
Drill ialah suatu teknik pengajaran bahasa yang dipakai oleh semua guru
bahasa pada suatu waktu untuk memaksa para pelajar mengulang dan
mengucapkan suatu pola kalimat dengan baik tanpa kesalahan. Mengadakan
drill dengan konsisten akan melahirkan kebiasaan yang baik dalam berbahasa. 13
Adapun ciri-ciri dari metode ini adalah sebagai berikut; 14
a. Kegiatan belajar mengajar didemonstrasikan, drill gramatika dan struktur
kalimat, ucapan atau pronunciation drill, latiham menggunakan kosakata
dengan cara menirukan guru, dan native speaker.
b. Pada saat drill, native speaker atau native informant bertindak sebagai drill
master, yaitu dengan cara mengucapkan beberapa kalimat, dan peserta
didik menirukannya sampai beberapa kali hingga hafal.
c. Garamatika diajarkan secara tidak langsung melalui kalimat-kalimat yang
dipilih sebagai model atau pola.
d. Pada tingkat lanjutan, kegiatan dilakukan dengan cara diskusi atau
dramatisasi.
12 A. Akrom Malibary dkk., Pedoman Pengajaran Bahasa Arab Pada Perguruan Tinggi
Agam/I.A.I.N (Jakarta: Depag R.I., 1976) hal. 101 13 Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013) hal. 185-186 14 Juariyah Dahlan, Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab (Surabaya: AL-IKHLAS,
1992), hal. 117
Muhammad Iqbal: Penggunaan Metode Mim-Mem Untuk Mengembangkan Keterampilan Berbicara
122
Jurnal Al Mi’yar Vol. 1, No. 2 Oktober 2018 Homepage https://jurnal.stiq-amuntai.ac.id/index.php/al-miyar
e. Metode bervariasi karena bisa digunakan rekaman-rekaman dialog dan
drill yang disebut audio-lingual method atau disebut juga aural-oral
approach.
4. Langkah-langkah penggunaan metode Mim-Mem
Terlihat bahwa metode mim-mem pada dasarnya tidak hanya
menekankan latihan peniruan dan penghpalan para pelajar untuk membentuk
kecakapan berbahasa, tetapi juga kecermatan pengajar dalam membimbing
mereka sangat diperhatikan. Oleh sebab itu seorang penhajar harus benar-
benar menguasai prinsip-prisip itu.
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, diperlukan langkah-langkah
yang dianggap cocok. Mislanya saja langkah yang dipilih adalah sebagai
berikut:15
a. Pendahuluan, memuat berbagai hal yang berkaitan dengan materi yang
kan disajikan baik berupa appersepsi, atau tes awal tentang materi, atau
yang lainnya.
b. Penyajian dialog atau bacaan pendek yang dibacakan oleh guru berulang
kali, sedangkan pelajar menyimaknya tanpa melihat pada teksnya.
c. Peniruan dan penghapalan dialog atau bacaan pendek dengan cara meniru
setiap kalimat secara serentak dan menghapalkannya.
d. Penyajian pola-pola kalimat yang terdapat dalam dialog tau bacaan yang
dianggap sulit karena terdapat struktur atau ungkapan-ungkapan yang
sulit. Hal ini bisa dikembangkan dengan drill dengan metode ini dilatih
struktur dan kosa kata. Contohnya sebagai berikut:
Drill yang mengganti satu unsur:
Guru : S1 أنا تلميذ
Pelajar : R1 أنا تلميذ
Guru : (memberi penguatan dan rangsangan baru): S2 !..صحيح،.. نحن
Pelajar : R2 نحن تلاميذ
Dan seterusnya.
Drill tanya jawab:
Guru : S1 يكتب أحمد الدرس في الفصل
Guru : S2 ماذا يعمل أحمد..؟
15 Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, hal. 188-190
Muhammad Iqbal: Penggunaan Metode Mim-Mem Untuk Mengembangkan Keterampilan Berbicara
123
Jurnal Al Mi’yar Vol. 1, No. 2 Oktober 2018 Homepage https://jurnal.stiq-amuntai.ac.id/index.php/al-miyar
Pelajar : R1 يكتب الدرس
Guru : (memberi penguatan dan rangsangan baru): S3
صحيح،... و أين يكتب أحمد
Pelajar : R2 في المصل
dan seterusnya.
Drill menyatukan kalimat
Guru : S1
)لأن( ---، "هو مريض" ”إبراهيم لا يذهب إلى المدرسة“
Pelajar : R1
إبراهيم لا يذهب إلى المدرسة لأنه مريض
Guru : S2
)لكن( ----"إبراهيم مريض"، "إبراهيم يقرأ الكتاب في بيته"
Pelajar : R2
"إبراهيم مريض لكنه يقرأ الكتاب في بيته
dan lain-lain.
Keterangan : S = Stimulus; R = Respon
e. Dramatisasi dari dialog atau bacaan yang sudah dilatihkan di atas. Pelajar
yang sudah hapal disuruh mempergunakannya di muka kelas.
f. Pembentukan kalimat-kalimat lain yang sesuai dengan pola-pola kalimat
yang sudah dilatihkan.
g. Penutupan (jika diperlukan) misalnya dengan memberikan tugas untuk
dikerjakan di rumah. Dalam hal ini pelajar disuruh berlatih kembali dlam
menggunakan pola-pola yang sudah dipelajarinya disekolah.
5. Kelebihan dan kekurangan metode mim-mem
Berdasarkan karakteristik metode ini, bisa dilihat beberapa aspek
kelebihan dan kekurangannya:
Aspek kelebihannya antara lain:16
a. Para pelajar jadi terampil dalam membuat pola-pola kalimat yang sudah
di-drill.
b. Para pelajar mempunyai lapal yang baik dan benar.
c. Para pelajar tidak tinggal diam dalam dialog tetapi harus terus menerus
memberi respon pada rangsangan yang diberikan oleh guru.
16 Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. hal. 191
Muhammad Iqbal: Penggunaan Metode Mim-Mem Untuk Mengembangkan Keterampilan Berbicara
124
Jurnal Al Mi’yar Vol. 1, No. 2 Oktober 2018 Homepage https://jurnal.stiq-amuntai.ac.id/index.php/al-miyar
d. Para pelajar memperoleh keterampilan secara langsung atau praktis
dalam berbahasa asing.17
Aspek kelemahannya antara lain: 18
a. Metode ini memerlukan seorang guru yang benar-benar aktif dalam
berbahasa asing.
b. Para pelajar cenderung untuk memberi respon secara serentak atau
secara individu seperti “membeo”, dan sering tidak mengetahui makna
yang diucapkannya.
c. Pada umumnya, kemampuan aplikatif bahasa asing anak didik sangat
ditentukan oleh faktor motivasi dari pihak guru. Artinya, seorang guru
harus memberikan motivasi pada anak didiknya disela-sela pelajaran.
d. Metode ini berpendirian bahwa jika pada tahap-tahap awal para pelajar
tidak atau belum mengerti makna dari kalimat-kalimat yang ditirunya,
tidak dianggap sebagai hal yang meresahkan. Selanjutnya dengan
menyimak yang dikatakan oleh guru, merespon yang benar, dan
melakukan semua tugas tanpa salah, pelar sudah dianggap belajar bahasa
tujuan dengan benar. Jika dianalisa pendirian ini kurang dapat diterima,
sebab meniru tanpa mengetahui makna adalah suatu aktifitas yang
mubadzir. Kecuali itu hapalan pola-pola kalimat dengan ucapan yang baik
dan benar belum berarti bahwa para pelajar dengan sendirinya akan
mampu berkomunikasi dengan wajar. Oleh sebab itu diperlukan
bimbingan yang intensif dalam mencapai kemampuan komunikasi ini.
6. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran berbicara
Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh pengajar dalam
pembelajaran berbicara, antara lain:19
1. Dalam melatih percakapan, pengajar hendaknya memberikan contoh
percakapan terlebi dahulu dengan intonasi dan ekspresi yang benar-benar
menggambarkan pengertian secara tepat. Dalam percakapan ini jangn
sampai dilupakn aspek budaya orang arab (penutur asli) yang sudah lazim
dalam percakapan dan dianggap sebagai sopan santun dalam pergaulan.
17 Ahmad Muhtadi Anshor, Pengajar Bahasa Arab; Media Dan Metode-Metodenya
(Yogyakarta: TERAS, 2009), hal. 76 18 Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. hal. 191 19 Syaiful Mustafa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif, hal. 152-153
Muhammad Iqbal: Penggunaan Metode Mim-Mem Untuk Mengembangkan Keterampilan Berbicara
125
Jurnal Al Mi’yar Vol. 1, No. 2 Oktober 2018 Homepage https://jurnal.stiq-amuntai.ac.id/index.php/al-miyar
2. Dalam peckapan bebas hendaknya pengajar memberikan perhatian
khusus kepada siswa yang pemalu. Berikan dorongan kepada mereka
untuk tampil dan berbicara. Juga harus dihindari terjadinya monopoli
pembicaraan oleh beberapa siswa saja.
3. Dalam mengikuti percakapan atau pembicaraan siswa, sebaiknya pengajar
bersabar untuk tidak terburu-buru memberikan pembetualan setiap kali
siswa berbuat kesalahan. Tunggulah sampai sorang siswa selesai
berbicara atau bahkan sampai seluruh kegiatan selesai. Sebab hal itu di
samping bisa mengganggu jalannya kegitan juga mempengaruhi
keberanian siswa.
4. Susunan kelas hendaknya diubah sedemikian rupa sehingga kemungkinan
partisitipasi seluruh anggot kelas dalam kegitan pembelajaran. Buatalah
bentuk lingkaran, tapal kuda atau setengah lingkaran. Bahkan kalau
memungkinkan kegiatan percakapan bisa dilakuakan di tempat terbuka di
luar kelas, untuk menghindari kejenuhan.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, adapun Pendekatan yang
digunakan untuk penelitian ini adalah pendekatan eksperimen, Pendekatan ini
disebut eksperimen karena satu-satunya penelitian yang dapat digunakan
untuk menguji hipotesis hubungan antara sebab dan akibat. Dalam studi
eksperimental, peneliti biasanya mengendalikan satu atau lebih variabel
independen.20 Desain penelitian adalah Semua proses yang diperlukan dalam
pelaksanaan penelitian. Penelitian eksperimen mempunyai berbagai macam
desain. Penggunaan desain tersebut disesuaikan dengan aspek penelitian
serta pokok masalah yang ingin di ungkapkan. Desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pre-test, post-test, group design yaitu
kelompok diberikan tes awal untuk mengukur kondisi awal. Selanjutnya pada
kelompok eksperimen diberikan perlakuan. Sesudah selesai perlakuan
kelompok diberi tes lagi sebagai tes akhir, disini ada perbedaan antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.21
.184م، ص 1999، 3، عمان: دار الفرقان، طأساسيات البحث التربويعبد الرحمن عدس: 20
21 Sugiono, Metode Penelitian pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 112-113.
Muhammad Iqbal: Penggunaan Metode Mim-Mem Untuk Mengembangkan Keterampilan Berbicara
126
Jurnal Al Mi’yar Vol. 1, No. 2 Oktober 2018 Homepage https://jurnal.stiq-amuntai.ac.id/index.php/al-miyar
Variabel dalam penelitian ini menggunakan 2 (dua) variabel
independen dan dependen, independen adalah faktor yang kami ingin
mengukur sejauh mana dampaknya terhadap situasi, yang disebut variabel
eksperimental. Dan variabel dependen Adalah faktor yang dihasilkan dari
pengaruh faktor independen. Pertama, variabel independen: Metode Mim-mem
yang ingin peneliti terapkan. Kedua, variabel dependen: Ini adalah hasil dari
pengembangan keterampilan berbicara dalam bentuk Mim-mem.
Sedangkan, sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua,
yaitu: pertama, sumber data primer dalam penelitian ini adalah sumber data
yang diperoleh langsung dari informan di lapangan sesuai dengan
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Data tersebut bersumber
dari hasil wawancara peneliti dengan guru bahasa arab, kepala sekolah,
perwakilan peserta didik dan pihak-pihak yang dianggap terkait dengan
permasalahan penelitian ini. Dan kedua, Data Sekunder adalah sumber data
tambahan di luar kata-kata dan tindakan yakni sumber data tertulis yang
diperoleh dari hasil dari pelaksanaan pre-test dan post-test.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode induksi statistik, analisis data untuk metode ini adalah data pada hasil
belajar siswa, yang tercermin dalam perbedaan dalam skor rata-rata hasil
siswa. Untuk menganalisis tingkat hasil belajar dari kedua kelompok,
menggunakan pre-test dan post-test. Hipotesis diuji menggunakan rumus T-
Test Independent menggunakan program pengolahan data SPSS 13.
Hasil Penelitian
Peneliti mengadakan penelitian ini enam pertemuan, dan
mengadakan empat pertemuan dalam penerapan metode mim-mem untuk
mengembangkan keterampilan berbicara. Dua kali pertemuan mereka diuji
untuk pre-test dan post-test. Peneliti pelaksnakan dalam kelompok eksperimen
seminggu sekali selama 90 menit.
Efektifitas Penggunaan Metode Mim-Mem Untuk Mengembangkan
Keterampilan Berbicara
Peneliti dalam subjek ini menjelaskan detail dari studi lapangan,
Terutama berkenaan dengan keefektifan metode mim-mem dalam
perkembangan aspek keterampilan berbicara di MTsN Lampihong dalam
kelompok eksprimen.
Muhammad Iqbal: Penggunaan Metode Mim-Mem Untuk Mengembangkan Keterampilan Berbicara
127
Jurnal Al Mi’yar Vol. 1, No. 2 Oktober 2018 Homepage https://jurnal.stiq-amuntai.ac.id/index.php/al-miyar
Setelah peneliti mengumpulkan data dan kemudian menganalisa
penggunaan metode mim-mem untuk mengembangkan keterampilan
berbicara di MTsN Lampihong, Hasil nilai rata-rata kelas eksperimen dan kelas
kontrol ketika pre-test tidak jauh berbeda yakni pada kelas eksperimen
mencapai nilai rata-rata 63,66 dan kelas kontrol mencapai nilai rata-rata 64
yang berarti kemampuan siswa dalam keterampilan berbicara ini termasuk
pada tingkat yang maqbul. Dengan demikian jelas bahwa kemampuan
berbicara siswa umumnya maqbul.
Namun, Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam kelompok
eksperimen pada pre-test dan post-test telah menemukan perbedaan yang
signifikan di antara keduanya dan karena pengaruh dari variabel eksperimen.
Hasil nilai rata-rata dari kelas eksperimen setelah mengadakan post-test nilai
rata-rata siswa mencapai 81 yang berarti kemampuan siswa dalam
keterampilan berbicara pada tingkat jayyid jiddan. Dengan demikian jelas
bahwa kemampuan berbicara siswa pada umumnya jayyid jiddan. Sedangkan
hasil rata-rata siswa kelas kontrol setelah mengadakan post-test tidak jauh
berbeda dengan nilai pre-test yakni 66,33 yang berarti kemampuan siswa
dalam keterampian berbicara ini masih pada tingkat maqbul. Oleh karena itu,
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut bahwa penggunaan
metode mim-mem dalam rangka untuk meningkatkan pengembangan
keterampilan siswa berbicara sangat efektif karena nilai rata-rata berbicara
kelas eksperimen adalah 83 dan nilai rata-rata kelas kontrol adalah 66,76. dari
perhitungan di atas, tampak bahwa nilai T-hitung 6,507 dengan derajat bebas
28. Hal ini memberikan nilai sig(2-tailed) sebesar 0,000 yang mengandung
makna bahwa perbedaan hasil nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol
keduanya signifikan.
Simpulan
Sebagai akhir dalam pembahasan ini maka akan dikemukakan simpulan
yang diperoleh dari paparan data, temuan peneliti dan pembahasan yang
diambil dari peneitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap pertama yang dilakukan peneliti sebelum menerapkan metode
pembelajaran mimicry-memorization adalah mengadakan tes awal (pre
test). Penerapan metode mimicry-memorization pada mata pelajaran
bahasa Arab maharah kalam terdiri dari 2 kelas. Kelas eksperimen yang
menggunakan metode mimicry-memorization terdiri atas 6 pertemuan,
Muhammad Iqbal: Penggunaan Metode Mim-Mem Untuk Mengembangkan Keterampilan Berbicara
128
Jurnal Al Mi’yar Vol. 1, No. 2 Oktober 2018 Homepage https://jurnal.stiq-amuntai.ac.id/index.php/al-miyar
dan kelas kontrol dilakukan dalam 2 pertemuan. Penerapan metode
pembelajaran mimicry-memorrization di MTsN Lampihong menjadi 3
tahap, yaitu: a) tahap awal, b) tahap inti, dan c) tahap akhir.
a) Tahap awal
Peneliti memulai kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam
dan mengajak peserta didik untuk membaca basmalah bersama.
Selanjutnya mengecek kehadiran peserta didik. Peneliti juga
menyampaikan tujuan dari pembelajaran pada hari itu serta
menyampaikan materi yang akan dipelajari yaitu maharah kalam
dengan tema tentang الهواية. Kemudian peneliti melakukan tanya jawab
kepada peserta didik seputar materi yang akan dipelajari untuk
merangsang respon peserta didik. Tujuan tanya jawab ini yaitu untuk
mengetahui tingkat pemahamaan peserta didik mengenai materi.
b) Tahap Inti
Penyajian dialog atau bacaan pendek yang dibacakan oleh guru
berulang kali, sedangkan pelajar menyimaknya tanpa melihat pada
teksnya. Peniruan dan penghapalan dialog atau bacaan pendek dengan
cara meniru setiap kalimat secara serentak dan menghapalkannya.
Memasuki kegiatan inti peneliti menyampaikan materi dengan
melafalkan hiwar dan meminta peserta didik untuk menirukannya
secara bersama-sama. Peneliti berusaha untuk membuat peserta didik
aktif menirukan hiwar yang disampaikan oleh peneliti hingga fasih dan
benar. Disela-sela peserta didik menirukan hiwar yang disampaikan
peneliti, peneliti menyelipkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan materi sehingga peserta didik tidak merasa bosan. Penyajian
pola-pola kalimat yang terdapat dalam hiwar yang dianggap sulit
karena terdapat struktur atau ungkapan-ungkapan yang sulit. Hal ini
bisa dikembangkan dengan drill dengan metode ini dilatih struktur dan
mufradat. Setelah menyampaikan materi peneliti menunjuk beberapa
peserta didik secara acak untuk mempraktekkan hiwar kedepan kelas.
Selanjutnya peneliti memberikan kesempatan pada peserta didik yang
ingin bertanya berkaitan materi yang belum mereka fahami.
c) Tahap Akhir
Di akhir pembelajaran, peneliti bersama-sama peserta didik membuat
kesimpulan tentang materi yang baru saja dipelajari, yaitu tentang الهواية.
Muhammad Iqbal: Penggunaan Metode Mim-Mem Untuk Mengembangkan Keterampilan Berbicara
129
Jurnal Al Mi’yar Vol. 1, No. 2 Oktober 2018 Homepage https://jurnal.stiq-amuntai.ac.id/index.php/al-miyar
Tak lupa peneliti memberikan pesan moral kepada peserta didik, serta
meminta peserta didik untuk mengulang materi yang telah diajarkan di
rumah. Selanjutnya peneliti menutup pembelajaran dengan mengajak
peserta didik untuk membaca hamdallah bersama-sama, dan
pertemuan diakhiri dengan mengucap salam.
Pada pertemuan ke enam pada kelas eksperimen dan pada kelas
kontrol, peneliti memberikan tes akhir. Tes tersebut dilakukan untuk
mengetahui hasil belajar peserta didik setelah diterapkannya metode
mimicry-memorization.
2. Pembelajaran dengan penggunaan metode pembelajaran mimicry-
memorization dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik di MTsN
Lampihong pada maharah kalam mengalami peningkatan mulai dari pre
test, hasil nilai rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol ketika pre-test
tidak jauh berbeda yakni pada kelas eksperimen mencapai nilai rata-rata
63,66 dan kelas kontrol mencapai nilai rata-rata 64 yang berarti
kemampuan siswa dalam keterampilan berbicara ini termasuk pada
tingkat yang maqbul. Dengan demikian jelas bahwa kemampuan berbicara
siswa umumnya maqbul.
Namun, Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam kelompok
eksperimen pada pre-test dan post-test telah menemukan perbedaan yang
signifikan di antara keduanya dan karena pengaruh dari variabel
eksperimen. Hasil nilai rata-rata dari kelas eksperimen setelah
mengadakan post-test nilai rata-rata siswa mencapai 81 yang berarti
kemampuan siswa dalam keterampilan berbicara pada tingkat jayyid
jiddan. Dengan demikian jelas bahwa kemampuan berbicara siswa pada
umumnya jayyid jiddan. Sedangkan hasil rata-rata siswa kelas kontrol
setelah mengadakan post-test tidak jauh berbeda dengan nilai pre-test
yakni 66,33 yang berarti kemampuan siswa dalam keterampian berbicara
ini masih pada tingkat maqbul.
Maka, berdasarkan analisis tersebut, dapat disimpulkan terdapat
perbedaan yang signifikan antara kelas yang menggunakan metode
pembelajaran mimicry-memorization dengan kelas yang tidak
menggunakan metode pembelajaran mimicry-memorization. Hasil belajar
siswa meningkat dan jauh lebih baik setelah diterapkannya metode
Muhammad Iqbal: Penggunaan Metode Mim-Mem Untuk Mengembangkan Keterampilan Berbicara
130
Jurnal Al Mi’yar Vol. 1, No. 2 Oktober 2018 Homepage https://jurnal.stiq-amuntai.ac.id/index.php/al-miyar
pembelajaran mimicry-memorization dibuktikan dengan meningkatnya
jumlah siswa yang nilainya berada di atas KKM (Kriteria Ketuntasan
minimal). metode pembelajaran mimicry-memorization terbukti efektif
apabila diterapkan pada pembelajaran bahasa Arab khususnya maharah
kalam sebab mampu meningkatkan hasil belajar siswanya dan minat para
siswa untuk belajar bahasa Arab serta telah dilaksanakan sesuai dengan
prinsip-prinsip yang berlaku pada metode pembelajaran mimicry-
memorization.
Muhammad Iqbal: Penggunaan Metode Mim-Mem Untuk Mengembangkan Keterampilan Berbicara
131
Jurnal Al Mi’yar Vol. 1, No. 2 Oktober 2018 Homepage https://jurnal.stiq-amuntai.ac.id/index.php/al-miyar
DAFTAR PUSTAKA
‘Adas, Abdurrahman. 1999. Asasiyat al bahtsu at tarbawi, Uman: Darul Furqan Dahlan, Juairiyah. 1992. Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab. Surabaya: AL-
IKHLAS Effendy, Ahmad Fuad. 2009. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang:
Misykat Hermawan, Acep.2013. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung:
Remaja Rosada Karya Iskandarwassid, 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Rosdakarya Madkur, Ali Ahmad.2002. Tadris Funun Al-Lugah Al-Arabiyah. Al-Qahirah:
Darul Fikri Al-Araby Malibary, A.Akrom1976. Pedoman Pengajaran Bahasa Arab Pada Perguruan
Tinggi Agam/I.A.I.N .Jakarta: Depag R.I Mufarokah, Anissatul. 2009. Strategi Belajar Mengajar, Yogyakarta: TERAS Muhtadi Anshor, Ahmad. 2009. Pengajar Bahasa Arab; Media Dan Metode-
Metodenya. Yogyakarta: TERAS Mustofa, Syaiful. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif. Malang:
UIN Maliki Pres Nuha, Ulin.2012. Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab.
Jogjakarta: DIVA Press Sayyid Mansur, Abdul Majid. 1983. Sikolujiah Al-Wasail At-Ta’limiah Wa
Wasail Tadris Al-Lugah Al-Arabiayah. Riyadh: Darul Ma’arif Sugiono. 2012. Metode Penelitian pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D .Bandung: Alfabeta