PROBLEMATIKA METODE PEMBELAJARAN AKTIF
BAGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI MI NURUL ULUM SOKOKIDUL KEBONAGUNG DEMAK
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I
Dalam Ilmu Pendidikan Islam
Oleh:
ADIK HERMAWAN NIM: 083111130
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
ii
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
Judul : Problematika Metode Pembelajaran Aktif Bagi Guru Pendidikan Agama Islam di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun Pelajaran 2011/2012
Penulis : Adik Hermawan NIM : 083111130
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui problematika guru PAI dalam
penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun Pelajaran 2011/2012. Jenis penelitian iniadalah penelitian lapangan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Teknikpengumpulan data diperoleh dengan menggunakan: 1) Observasi. 2) Interview. 3) Dokumentasi. Semua data dianalisis sesuai karakteristik penelitian. Proses analisis dimulai dengan mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, mengategorikan, serta menguraikannya. (1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran aktif yang diterapkan dan dikembangkan di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak diwujudkan dalam ke-lima komponen yang saling berperan dan mempengaruhi yaitu tujuan pembelajaran, metode, media, guru serta peserta didik. Komponen tersebut dirancang dan diarahkan agar dalam pelaksanaannya peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran. Untuk itulah metode yang diterapkan dan dikembangkan adalah active learning. Implementasi dari metode tersebut adalah index card match, card sort, small group discussion, tanya jawab dan peer lesson. Penerapan metode tersebut dilaksanakan melalui empat tahapan diantaranya adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap tindak lanjut dan tahap evaluasi. Pada praktiknya penerapan active learning sudah hampir mendekati teori yang ada. Ini dibuktikan dengan persiapan guru dalam proses pembelajaran yang telah melalui tahapan–tahapan tersebut, dan sebagai wujud dari pengembangannya, guru memvariasikan sendiri pelaksanaannya dengan berbagai metode aktif lain yang relevan dengan materi yang akan diajarkannya. (2) problematika yang dihadapi oleh guru PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak dalam penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif adalah: Pertama, bersumber dari guru PAI itu sendiri. Kedua, bersumber dari peserta didik yang meliputi kondisi fisik, kecerdasan, motivasi. Ketiga, bersumber dari sekolah, yang meliputi alokasi waktu, dan terbatasnya media pembelajaran yang dimiliki sekolah. Keempat, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan bahan masukan bagi mahasiswa, tenaga pendidik para peneliti dan semua pihak yang membutuhkan terutama di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
vii
TRANSLITERASI ARAB LATIN
Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab Latin dalam skripsi ini
berpedoman pada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
R.I. Nomor: 158/1987 dan Nomor: 0543b/1987. Penyimpangan penulisan kata
sandang [al-] disengaja secara konsisten supaya sesuai teks Arabnya.
ẓ ط a ا
ẓ ظ b ب
ع t ت
g غ ṡ ث
f ف j ج
q ق ḥ ح
k ك kh خ
l ل d د
m م ż ذ
n ن r ر
w و z ز
h ه s س
ء sy ش
y ي ṣ ص
ḍ ض
Bacaan Madd: Bacaan Diftong:
ā = a panjang او = au
ū = u panjang اي = ai
ī = i panjang
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt, Tuhan semesta alam yang telah menguasai
isi hati manusia, memberkahi segala nikmat, taufik dan hidayahnya kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul
“Problematika Metode Pembelajaran Aktif Bagi Guru Pendidikan Agama
Islam di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun Pelajaran
2011/2012”.
Selanjutnya shalawat serta salam senantiasa penulis sanjungkan kepada
Rasul-Nya yang agung baginda Nabi Muhammad saw, yang menerangi hati umat
manusia sehingga selamat dan bahagia dunia akhirat serta mendapatkan syafaat
kelak pada yaumul kiyamah nanti.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, saran,
dan bantuan dari berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung
sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Karenanya penulis
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Dr. Suja’i, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang, yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan dengan baik
selama masa penelitian.
2. Siti Tarwiyah, S.S., M.Hum., selaku pembimbing I, dan Dr. Suja’i, M.Ag.,
selaku pembimbing II, yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan
pikiran yang sangat berharga semata-mata demi untuk memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Dr. H. Syaifudin Zuhri, M.Ag., selaku Penguji I, Mufidah, S.A.g., selaku
Penguji II, Prof. Dr. H. M. Erfan Soebahar, M.Ag., selaku Penguji III,
Fakrur Rozi, M.Ag., selaku Penguji IV, yang telah menjalankan tugasnya
sebagai Penguji dengan baik, dan memberikan sumbangan fikiran yang
sangat berharga semata-mata demi kesempurnaan skripsi ini.
4. Para Dosen di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo yang telah
membekali berbagai ilmu dan pengetahuan sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini.
ix
5. Bapak/Ibu, Karyawan/Karyawati Perpustakan Tarbiyah, Perpustakaan
IAIN Walisongo, Perpustakaan Daerah Kota Semarang, dan Balai TKPS
yang telah memberikan pelayanan dengan baik selama penyusunan skripsi
ini.
6. Kepala Sekolah MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak, Moh
Jumadi, S.Pd.I., beserta seluruh staf guru dan karyawan/karyawati yang
telah banyak membantu kegiatan penelitian ini.
7. Ayahanda Suhardi dan Ibunda Musri’ah tercinta yang dengan segala Do’a
dan linangan air matanya, setiap tetes keringatnya, yang tak henti-hentinya
mencurahkan cinta dan kasih sayangnya dalam rangka memberikan
dukungan dan motivasi baik secara materiil maupun spiritual sehingga
penulis sanggup menyelesaikan studi Strata Satu (S1).
8. Kakak-kakakku tercinta, Mbak Anik dan Mbak Eva, dan Adikku tersayang
Indah Suci Ardiani, kalian semua adalah penyemangat hidupku, harta yang
paling berharga dan tidak dapat tergantikan oleh suatu apapun. Karenamu
saya bisa menuntaskan studiku.
Tidak ada yang dapat penulis berikan terhadap mereka selain ucapan
terimakasih dan semoga amal dan jasa dari semua pihak tersebut di terima
oleh Allah swt, dan mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah swt.
Amin.
Akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan dalam makna sesungguhnya. Namun penulis berharap
semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi penulis maupun pembaca pada
umumnya.
Semarang, 30 April 2012
Penulis
Adik Hermawan NIM: 083111130
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................... ii
PENGESAHAN ........................................................................................... iii
NOTA PEMBIMBING ................................................................................ iv
ABSTRAK .................................................................................................. vi
TRANSLITERASI ....................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar belakang ................................................................. 1
B. Rumusan masalah ............................................................ 7
C. Tujuan dan manfaat penelitian ........................................ 7
BAB II : METODE PEMBELAJARAN AKTIF DALAM
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ............ 9
A. Kajian Pustaka .................................................................. 9
B. Kerangka Teoritik ............................................................. 13
1. Pendidikan Agama Islam ............................................ 13
a) Definisi Pendidikan Agama Islam ......................... 13
b) Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam .............. 14
c) Fungsi Pendidikan Agama Islam ........................... 15
d) Tujuan Pendidikan Agama Islam ........................... 16
2. Metode Pembelajaran Aktif dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam ............................................ 18
a) Definisi Metode Pembelajaran Aktif ...................... 18
b) Macam-Macam Metode Pembelajaran Aktif dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ................. 26
c) Penerapan Metode Pembelajaran Aktif .................. 27
d) Pengembangan Metode Pembelajaran Aktif .......... 31
xi
3. Problematika Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Pembelajaran Aktif ..................................................... 33
a) Definisi Guru Pendidikan Agama Islam ................ 33
b) Problematika Guru Pendidikan Agama Islam
dalam Pembelajaran Aktif ..................................... 34
BAB III : METODE PENELITIAN ........................................................ 37
A. Jenis Penelitian ................................................................. 37
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 39
C. Sumber Penelitian ............................................................. 40
D. Fokus Penelitian ............................................................... 41
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 43
F. Teknik Analisis Data ........................................................ 45
BAB IV : PROBLEMATIKA METODE PEMBELAJARAN AKTIF
DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DI MI NURUL ULUM SOKOKIDUL
KEBONAGUNG DEMAK TAHUN PELAJARAN
2011/2012 ............................................................................... 48
A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MI Nurul
Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun Pelajaran
2011/2012 ......................................................................... 48
B. Penerapan dan Pengembangan Metode Pembelajaran
Aktif di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak
Tahun Pelajaran 2011-2012 .............................................. 62
C. Problematika Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Penerapan dan Pengembangan Metode Pembelajaran
Aktif di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak
Tahun Pelajaran 2011-2012 .............................................. 73
xii
BAB V : PENUTUP ............................................................................... 82
A. Simpulan ........................................................................... 82
B. Saran ................................................................................. 83
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Balakang Masalah
Tujuan akhir dari pendidikan agama Islam adalah terciptanya insan
kamil. Untuk mengaktualisasikan tujuan tersebut, maka pendidik atau
gurulah yang mempunyai tanggung jawab mengantarkan manusia ke arah
tujuan tersebut. Berdasarkan alasan itu maka, keberadaan seorang pendidik
dalam dunia pendidikan sangat krusial, sebab kewajibannya tidak hanya
mentransformasikan pengetahuan (knowledge) tetapi juga dituntut
menginternalisasikan nilai-nilai (value) pada peserta didik.1
Sebagai seorang muslim yang berkecimpung dalam dunia pendidikan,
misi guru sesungguhnya sudah sangat jelas, yaitu membangun manusia ideal
menurut standar agama. Untuk mewujudkan cita-cita itu, pendidikan agama
khususnya agama Islam mutlak diperlukan.2 Pengetahuan tentang agama
dapat diperoleh seseorang melalui jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
tertentu.
Dalam hal ini Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu pokok
materi (mata pelajaran) yang wajib diajarkan di semua jenjang pendidikan,
baik sekolah dasar, sekolah menengah, maupun perguruan tinggi. Hal itu
dikarenakan pendidikan agama Islam merupakan bagian integral dari sistem
pendidikan nasional. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 BAB II Pasal 3 BAB
VI pasal 15 dan BAB VI Pasal 30 (3) dijelaskan:
1) Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
2) Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan dan khusus.
1 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm. 55-63. 2 Syafiq A. Mughni, Nilai-Nilai Islam Perumusan Ajaran dan Upaya Aktualisasi,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 295.
2
3) Pendidikan keagamaan harus diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, non formal, dan informal.3
Berdasarkan uraian tersebut maka eksistensi PAI benar-benar telah
kokoh dengan landasan yuridis yang jelas. Pendidikan agama yang paling
utama dan wajib diberikan kepada seorang anak adalah pada jenjang
pendidikan dasar, pendidikan agama di sekolah dasar harus diberikan
dengan lebih fungsional dan relevan. Hal itu dikarenakan pendidikan agama
Islam di sekolah dasar merupakan pendidikan yang melandasi seseorang
untuk mendapatkan bekal pengetahuan tentang agama dan merupakan titik
awal dimana seseorang dikenalkan dengan ajaran-ajaran agama yang
diyakininya disamping pendidikan agama yang didapat dari kedua orang
tuanya. Pendidikan agama Islam di sekolah dasar diberikan melalui ajaran-
ajaran yang berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didiknya agar
nantinya setelah selesai menjalani pendidikan, seorang peserta didik dapat
memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang
telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam
itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan
hidup di dunia maupun di akhirat kelak.4
Namun, realita yang terjadi di dalam dunia pendidikan, khususnya
pada jenjang pendidikan dasar, selama ini pembelajaran PAI masih di
dominasi oleh aspek kognitif saja. Pembelajaran di kelas kebanyakan masih
menggunakan pendekatan teacher centered atau berpusat pada peranan guru
semata.5 Padahal peserta didik bukanlah seperti botol kosong yang hanya
butuh di isi dengan muatan-muatan informasi saja yang dianggap perlu oleh
guru, hanya dengan duduk-duduk mendengar, mencatat, dan menghafal apa
yang disampaikan oleh guru. Realita tersebut jelas tidak dibenarkan, karena
hal itu dapat menjadikan peserta didik pasif di dalam kelas dan hanya statis
3 Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2006), hlm. 5, 10, 16. 4 Zakiah Darajat, dkk., Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1989), hlm. 86. 5 Fatah Syukur, Teknologi Pendidikan, (Semarang: Rasail, 2004), hlm. 137-138.
3
menyaksikan ceramah dari guru di depan kelas. Selain itu, kenyataan
tersebut tentunya juga akan berimbas pada menurunnya prestasi belajar
peserta didik.
Diantara kritik terhadap pelaksanaan pendidikan agama Islam yang
terjadi di sekolah dewasa ini banyak bermuara pada aspek metodologi
pembelajaran dan orientasinya yang lebih bersifat normatif, teoritis, dan
kognitif. Hasil penelitian Furchan dalam Muhaimin, menunjukkan bahwa
“Penggunaan metode pembelajaran PAI di sekolah kebanyakan masih
menggunakan cara-cara pembelajaran tradisional, seperti ekspositori
(ceramah monoton dan statis)”.6
Sebagai media refleksi umat Islam, harus diakui bahwa dunia
pendidikan Islam selama ini masih diselimuti mendung dan aneka
problematika yang belum terpecahkan dari masa ke masa. Diantara
problematika dan indikator kemandegan yang selama ini menghantui dunia
pendidikan Islam adalah dalam hal penerapan dan pengembangan metode
pembelajaran. Berbagai pendapat dan komentar tentang ketidakefektifan
metode pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru dalam
pembelajaran agama Islam pun mulai bermunculan.
Thowaf dalam Ismail SM, mengamati adanya kelemahan-kelemahan
mengenai pendekatan yang digunakan oleh seorang guru dalam proses
pembelajaran. Ia mengatakan bahwa “Pendekatan yang digunakan seorang
guru dalam proses pembelajaran masih cenderung normatif”. Kurang
kreatifnya guru pendidikan agama Islam dalam menggali metode yang bisa
diterapkan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam menyebabkan
pelaksanaan proses pembelajaran cenderung kaku dan monoton.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka semakin jelas bahwa diantara
tantangan pendidikan agama Islam yang perlu dicarikan alternatif jalan
keluarnya adalah seputar penerapan dan pengembangan metode
pembelajaran. Hal itu dikarenakan dalam proses pembelajaran metode
6 Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 163.
4
memiliki kedudukan yang sangat signifikan untuk mencapai tujuan
pendidikan Islam, bahkan metode sebagai seni dalam mentransfer ilmu
pengetahuan kepada peserta didik dianggap lebih signifikan dibandingkan
dengan materi yang diajarkan itu sendiri. “At-Ţariqat Ahamm min al-
Maddah” (metode jauh lebih penting dibanding materi), ini adalah realita
bahwa cara penyampaian yang komunikatif jelas lebih disenangi oleh
peserta didik, walaupun sebenarnya materi yang disampaikan sesungguhnya
tidak menarik. Sebaliknya, materi yang cukup menarik, karena disampaikan
dengan cara yang kurang menarik maka materi itu tentunya kurang dapat
dicerna oleh peserta didik. Karenanya, penerapan metode yang tepat sangat
mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembelajaran.7
Berangkat dari asumsi tersebut, maka disini metode yang tepat
digunakan oleh seorang guru di dalam proses pembelajaran agama Islam
adalah metode pembelajaran aktif (active learning), karena dengan metode
pembelajaran aktif, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua
proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik,
selain itu peserta didik juga akan merasakan suasana yang lebih
menyenangkan, sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.
Pembelajaran aktif sangat diperlukan oleh peserta didik untuk
mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika peserta didik pasif, atau
hanya menerima kucuran ceramah dari sang pengajar, maka terdapat
kecenderungan bahwa peserta didik akan cepat melupakan apa yang telah
diajarkan. Oleh sebab itu, diperlukan perangkat tertentu untuk mengikat
informasi yang baru saja diajarkan dari guru. Pembelajaran aktif adalah
salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru diajarkan oleh guru dan
kemudian menyimpannya di dalam otak peserta didik untuk jangka waktu
yang relatif lama.
Terdapat beberapa alasan mengapa proses pembelajaran perlu dibuat
aktif.
7 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail
Media Group, 2009), hlm. 1-2.
5
1. Belajar dengan hanya mengandalkan salah satu indera seperti indera pendengaran saja mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya adalah peserta didik akan mudah melupakan informasi yang baru saja diterimanya, padahal hasil belajar seharusnya disimpan sampai waktu yang lama (relative permanent).
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengajak peserta didik untuk belajar aktif dengan cara menyuruh mereka untuk mendiskusikan materi yang baru saja diberikan maka hal itu mampu meningkatkan nilai evaluasi dengan kenaikan yang signifikan.
3. Ada yang mengatakan bahwa otak manusia itu seperti komputer, sedangkan manusia adalah penggunanya. Komputer tidak dapat digunakan jika tidak dalam kondisi “on”, artinya, komputer harus selalu dalam kondisi hidup jika akan digunakan untuk bekerja. Kondisi seperti ini tidak jauh berbeda dengan otak manusia, otak tidak akan dapat memproses informasi yang masuk kalau otak itu tidak dalam kondisi “on”.
4. Adanya realita bahwa peserta didik mempunyai cara belajar yang berbeda-beda, maka untuk dapat mengatasi perbedaan tersebut salah satu langkah yang harus ditempuh adalah dengan menggunakan variasi metode pembelajaran yang beragam dan banyak melibatkan indera belajar.
5. Munculnya filosofi dalam mengajar, bahwa mengajar yang baik adalah bukan sekedar mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, akan tetapi bagaimana membantu peserta didik supaya dapat belajar. Kalau ini dihayati, maka pengajar tidak lagi menjadi pemeran sentral dalam proses pembelajaran.8
Berdasarkan keterangan yang diperoleh penulis dari hasil wawancara
dengan kepala sekolah ketika kegiatan pra-riset, menunjukkan bahwa
“metode pembelajaran yang dipakai di MI Nurul Ulum selama ini lebih
banyak menggunakan model atau pendekatan ekspositori”, atau tradisional
seperti ceramah tanpa sentuhan kreasi dan motivasi, sehingga tidak dapat
membuat peserta didik menjadi aktif dan bangkit untuk melompat mencari
potensi yang ada di dalam dirinya kemudian mengembangkannya. Metode
pembelajaran yang monoton ini tentu saja menjadikan peserta didik menjadi
pasif, tertekan, dan seakan ingin lari dari kelasnya.9
8 Hisyam Zaini dkk., Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,
2008), hlm. xiv-xvii. 9 Moh. Rokib, Ilmu Pendidikan Islam, Pengembangan Integratif di Sekolah, Keluarga, dan
Masyarakat, (Yogyakarta: PT. Lkis Printing Cemerlang, 2009), hlm. 89.
6
Melihat kenyataan tersebut, maka guru pendidikan agama Islam di MI
Nurul Ulum ini mencoba melakukan suatu terobosan baru untuk merubah
model pembelajaran expositori tersebut menjadi model pembelajaran
discovery agar pembelajaran tidak terkesan kaku dan monoton, sehingga
peserta didik tidak mudah merasa bosan dan jenuh ketika mengikuti proses
pembelajaran pendidikan agama Islam. Hal itu dilakukan guru dengan jalan
menerapkan dan mengembangkan metode-metode pembelajaran yang
tergolong ke dalam metode pembelajaran aktif yang dirasa dapat
merangsang keaktifan peserta didik untuk lebih berpartisipasi di dalam
proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran aktif, peserta didik tidak hanya dijejali dengan
materi-materi yang beraneka ragam, akan tetapi lebih cenderung
menekankan pada aspek keaktifan dari peserta didik itu sendiri, agar tujuan
pendidikan agama Islam yang dicita-citakan dapat terwujud dengan baik.10
Untuk menerapkan dan mengembangkan metode pembelajaran aktif
tersebut, tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan, pastinya
terdapat kendala-kendala atau masalah yang menyertainya sejalan dengan
usaha pengembangannya. Berawal dari sinilah maka, yang akan menjadi
fokus kajian sekaligus menjadi inti permasalahan yang akan penulis teliti
dan penulis paparkan pada skripsi ini adalah mengenai Problematika
Metode Pembelajaran Aktif Bagi Guru Pendidikan Agama Islam. Dengan
kata lain, penulis melakukan pembatasan masalah hanya pada aspek
problematika yang dihadapi guru pendidikan agama Islam dalam penerapan
dan pengembangan metode pembelajaran aktif saja.
Pembatasan masalah ini dilakukan berdasarkan pada sebuah alasan
bahwa metode pembelajaran yang dapat dipakai dalam proses pembelajaran
agama Islam khususnya, itu banyak sekali jumlahnya, selain itu juga masih
sangat umum, sehingga dikhawatirkan akan menyulitkan penulis dalam
melakukan penelitian, disamping itu juga agar pembahasan tidak melebar
10 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,
2002), hlm. 39.
7
dari apa yang penulis maksudkan. Jadi, berdasarkan dari uraian latar
belakang tersebut, maka disini penulis ingin meneliti lebih dalam lagi
mengenai Problematika Metode Pembelajaran Aktif Bagi Guru Pendidikan
Agama Islam di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun
Pelajaran 2011/2012.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah penulis kemukakan di atas, untuk
membatasi pembahasan penelitian ini, maka penulis merumuskan fokus masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif oleh
guru PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun
Pelajaran 2011/2012?
2. Bagaimana problematika yang dihadapi guru PAI dalam penerapan dan
pengembangan metode pembelajaran aktif di MI Nurul Ulum Sokokidul
Kebonagung Demak Tahun Pelajaran 2011/2012?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penelitian
ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimanakah penerapan dan pengembangan metode
pembelajaran aktif yang dilakukan guru PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul
Kebonagung Demak Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah problematika yang dihadapi guru PAI
dalam penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif di MI
Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun Pelajaran 2011/2012.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan baik teoritis maupun praktis
bagi peneliti di dalam usaha menerapkan dan mengembangkan metode
pembelajaran khususnya metode pembelajaran aktif.
8
2. Sebagai bahan masukan bagi guru pendidikan agama Islam, terutama yang
akan menerapkan dan mengembangkan metode pembelajaran aktif.
9
BAB II
METODE PEMBELAJARAN AKTIF
DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan kegiatan yang perlu dilakukan dalam penelitian
untuk mencari dasar pijakan atau informasi untuk memperoleh dan membangun
landasan teori, kerangka berfikir, dan menentukan dugaan sementara atau sering
disebut dengan hipotesis penelitian, sehingga dengan adanya hal itu, maka peneliti
dapat mengerti, mengalokasikan, mengorganisasikan dan kemudian menggunakan
variasi kepustakaan dalam bidangnya.
Dengan kajian pustaka atau studi kepustakaan, peneliti mempunyai
pendalaman yang lebih luas dan mendalam terhadap masalah-masalah yang
hendak diteliti. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tinjauan pustaka,
diantaranya adalah subjek, objek, masalah, hasil penelitian, dan rekomendasi yang
diberikan peneliti pendahulu. Maksud diadakannya kajian kepustakaan ini adalah
agar peneliti tidak meneliti masalah yang telah diteliti oleh orang lain.1
Dalam tinjauan pustaka ini, peneliti menelaah temuan hasil riset dari
penelitian sebelumnya, antara lain:
Pertama, Eka Fitriyani dalam “Implementasi Strategi Active learning dalam
Pembelajaran PAI di SMP Hj Isriati Semarang”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa strategi pembelajaran yang dikembangkan di SMP Hj. Isriati diwujudkan
ke dalam lima komponen yang saling mempengaruhi yaitu tujuan pembelajaran,
metode, media, guru, dan peserta didik. Komponen tersebut dirancang dan
diarahkan agar dalam pelaksanaannya peserta didik lebih aktif dalam
pembelajaran. Untuk itulah strategi yang dikembangkan adalah active learning.
Sedangkan impementasi strategi active learning dalam pembelajaran PAI di SMP
Hj. Isriati terwujud ke dalam tiga bentuk metode pembelajaran yaitu teman sebaya
1 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007), hlm. 34.
10
(peer leassons), rapat kota (town meeting), dan menghubungkan kembali
(reconnecting). Secara umum metode ini diterapkan melalui enam tahapan yaitu
menyampaikan tujuan, memilih topik pembelajaran, menampilkan informasi,
mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar,
membimbing, dan mengarahkannya, evaluasi, dan tindak lanjut.2
Kedua, Afif Nur rohman dalam “Implementasi Strategi Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) Model Index Card
Match dan Card Sort pada Mata Pelajaran PAI kelas VII di SMPN 36 Semarang”.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran aktif, inovatif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM) model index card match dan card
sort pada mata pelajaran PAI kelas VII terwujud ke dalam lima komponen yang
saling mempengaruhi yaitu tujuan pembelajaran, metode, media, guru, serta
peserta didik. Komponen tersebut dirancang dan diarahkan agar dalam
pelaksanaannya peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran. Untuk itulah
strategi yang dikembangkan adalah strategi PAIKEM. Sedangkan implementasi
strategi PAIKEM dalam pembelajaran PAI kelas VII di SMPN 36 Semarang
terwujud ke dalam dua bentuk metode pembelajaran yaitu mencari jodoh kartu
tanya jawab (index card match) dan menyortir kartu (card sort). Secara umum
metode ini diterapkan melalui empat tahapan, yakni tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, tahap evaluasi, dan tahap tindak lanjut.3
Ketiga, Khusnul Khotimah dalam “Studi Tentang Implementasi
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) pada Mata
Pelajaran PAI di SD 02 Mertoyudan Magelang.” Hasil penelitiannya dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh guru telah banyak
mengalami perubahan atau inovasi. Sehingga tercipta suatu proses belajar
mengajar yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Peserta didik pun dalam
2 Eka Fitriyani, “Implementasi Strategi Active learning dalam Pembelajaran PAI di SMP Hj
Isriati Semarang”, Skripsi (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009). 3 Afif Nurrohman, “Implementasi Strategi Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif,
dan Menyenangkan (PAIKEM) Model Index Card Match dan Card Sort pada Mata Pelajaran PAI kelas VII di SMPN 36 Semarang”, Skripsi (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009).
11
belajar tidak merasakan kebosanan dan kejenuhan. PAKEM dirancang agar dapat
mengaktifkan peserta didik untuk dapat mengembangkan kreatifitas secara efektif
namun tetap menyenangkan. Dalam proses pembelajaran ini pendidik dituntut
untuk lebih aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan dalam memberikan materi.
Disamping itu hendaknya guru juga mampu menguasai materi yang akan
disampaikan dengan harapan agar peserta didik tidak merasa dianggap sebagai
botol kosong yang belum mempunyai isi, tetapi menghargai pengetahuan yang
dimiliki dan juga adanya pengetahuan terhadap potensi peserta didik itu sendiri.4
Keempat, Dwi Nur Sholihah dalam “Implementasi Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) dalam Upaya Meningkatkan
Motivasi Belajar PAI Peserta didik SDN I Cepogo Boyolali”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) Implementasi PAKEM dalam upaya meningkatkan
motivasi belajar PAI peserta didik SDN I Cepogo Boyolali sudah berjalan dengan
baik, hal ini terbukti dengan diterapkannya metode-metode pembelajaran yang
menjadikan peserta didik aktif. Salah satu metode yang diterapkan adalah metode
diskusi kelompok kecil (small group discussion) pada pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI). Sehingga dengan menggunakan metode ini, potensi yang
dimiliki setiap peserta didik dapat dikembangkan, karena melalui masing-masing
kelompok peserta didik dapat dengan bebas menyalurkan pemikiran mereka. (2)
Hasil penerapan PAKEM dalam upaya meningkatkan motivasi belajar PAI
Peserta didik SDN I Cepogo Boyolali berdampak terhadap peningkatan mutu
pembelajaran PAI.5
Kelima, Astrea Ulfa dalam “Pelaksanaan Metode Demonstrasi dalam
Pembelajaran Fiqih di MI Wonorejo Dusun Panggangayom Kecamatan
Kaliwungu Kabupaten Kendal”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Proses
pembelajaran fiqih dengan menggunakan metode demontrasi yang dilakukan di
4 Khusnul Khotimah, “Studi Tentang Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif,
dan Menyenangkan (PAKEM) Pada Mata Pelajaran PAI di SD 02 Mertoyudan Magelang”, Skripsi (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007) .
5 Dwi Nur Sholihah, “Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar PAI Peserta didik SDN I Cepogo Boyolali”, Skripsi (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009).
12
MI Wonorejo Panggangayom Kaliwungu Kendal dilakukan dengan beberapa
tahapan: 1) Sebelum dilaksanakan proses pembelajaran ada program perencanaan
yang disebut dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 2) Kegiatan
pelaksanaan pembelajaran demonstrasi pada mata pelajaran fiqih dilakukan
dengan pre tes, penjelasan materi dilakukan dengan jalan memberikan pengertian
atau penjelasan secara garis besar tentang pelaksanaan materi yang akan di
demonstrasikan. Pelaksanaan metode demonstrasi dilakukan dengan cara guru
mempraktikkan materi yang diajarkan lalu menyuruh beberapa orang peserta didik
untuk mempraktikkannya di depan teman-teman yang lain. 3) Kegiatan evaluasi
atau tindak lanjut dilakukan setelah proses demonstrasi selesai, guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan tindak lanjut dengan
mempraktikkannya sendiri.
Dari pelaksanaannya, penilaian menggunakan acuan nilai-nilai yang
sifatnya lebih menyiapkan situasi dari pada pemberian informasi. Sedangkan
pendekatan yang digunakan dalam metode demontrasi pada pembelajaran Fiqih
adalah pengalaman, pembiasaan, rasional, emosional, fungsional, dan
keteladanan.6
Setelah mempelajari hasil penelitian-penelitian di atas, tampak bahwa
hasilnya belum memberikan keterangan yang jelas dan menyeluruh mengenai
problematika yang dihadapi guru PAI dalam penerapan dan pengembangan
metode pembelajaran aktif. Dari beberapa kajian pustaka yang berhasil penulis
kumpulkan dan telaah di atas, pada dasarnya di satu sisi terdapat kesamaan
dengan penelitian yang akan penulis lakukan, dari beberapa kajian pustaka di atas
semuanya berorientasi pada bagaimana caranya merancang proses pembelajaran
PAI yang memancing peserta didik untuk berpartisipasi aktif dan tidak hanya
pasif selama PBM berlangsung. Tetapi disisi lain, pada hakekatnya terdapat
perbedaan yang sangat jelas dengan penelitian yang kali ini dilakukan. Perbedaan
itu terletak pada fokus penelitian yang telah peneliti tentukan. Pada skripsi kali ini
6 Astrea Ulfa, “Pelaksanaan Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran Fiqih di MI
Wonorejo Dusun Panggangayom Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal”, Skripsi (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2008).
13
telah difokuskan pada problematika metode pembelajaran aktif bagi guru PAI.
Jadi, yang akan diteliti pada skripsi kali ini hanyalah problem yang dihadapi guru
PAI dalam usaha penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif.
Dari beberapa kajian pustaka di atas semua peneliti merekomendasikan
kepada peneliti berikutnya, dengan ungkapan “peneliti menyadari bahwa
penelitian yang telah dilaksanakan tersebut masih terbatas dalam sampel dan
lingkup masalah yang diteliti. Oleh karena itu, kekurangan yang terdapat dalam
penelitian tersebut di atas diharapkan dapat mendorong peneliti lain untuk
melaksanakan penelitian lanjutan dengan lingkup dan masalah yang berbeda dan
lebih luas”. Berdasarkan ungkapan dari peneliti terdahulu tersebut, maka
penelitian kali ini telah difokuskan pada lingkup masalah yang berbeda yaitu:
Problematika Metode Pembelajaran Aktif Bagi Guru Pendidikan Agama Islam di
MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun Pelajaran 2011/2012.
B. Kerangka Teoritik
Bagian ini merupakan bagian yang menguraikan dan menjelaskan tentang
teori-teori atau konsep-konsep yang relevan dengan masalah yang diteliti.
1. Pendidikan Agama Islam
a. Definisi Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam menurut Direktorat Pembinaan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum Negeri
(DITBINPAISUN) adalah suatu usaha bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan
seseorang dapat memahami apa yang terkandung di dalam Islam
secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya
dan pada akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran-
ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan
hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan
akhirat kelak.7
7 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), hlm. 88.
14
Pengertian mengenai pendidikan agama Islam ini dipertegas lagi
oleh Achmadi dalam bukunya Ideologi Pendidikan Islam, menurutnya
“Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang lebih khusus ditekankan
untuk mengembangkan fitrah keberagamaan (religiousitas) subjek
didik agar lebih mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan
ajaran-ajaran Islam”.8 Jadi, pembelajaran Pendidikan Agama Islam
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran bidang studi
Agama Islam yang harus dialami oleh peserta didik muslim dalam
menyelesaikan pendidikannya pada tingkat tertentu supaya mereka
hidup sesuai dengan ajaran Islam.
b. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup usaha
mewujudkan keserasian, keselarasan, keseimbangan hubungan antara
manusia dengan Allah SWT, manusia dengan sesama manusia,
manusia dengan dirinya sendiri, serta hubungan manusia terhadap
makhluk lain dan lingkungannya. Hal ini dimaksudkan agar segala
hubungan dan aktivitas manusia sesuai dengan syariat Islam.
Ruang lingkup materi PAI meliputi lima unsur pokok yaitu al-
Qur’an, keimanan, akhlak, fiqh, dan bimbingan ibadah, serta tarikh
atau sejarah yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran
agama, ilmu pengetahuan, dan kebudayan. Menurut Ramayulis dalam
Abdul Majid dan Dian Andayani, ruang lingkup pengajaran
pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan
keseimbangan antara:
1) Hubungan manusia dengan Allah SWT
2) Hubungan manusia dengan sesama manusia
3) Hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan
8 Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 29.
15
4) Hubungan manusia dengan makhluk lain di lingkungannya.9
c. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 BAB II pasal 3 telah
dijelaskan bahwa:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.10 Berdasarkan uraian tersebut, kurikulum pendidikan agam Islam
untuk sekolah atau madrasah berfungsi sebagai berikut:
1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan
peserta didik kepada Allah swt yang telah ditanamkan dalam
lingkungan keluarga.
2) Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
3) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan
dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.
4) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta
didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran
Islam dalam kehidupan sehari-hari.
5) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan
9 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep
dan Implementasi Kurikulum 2004), hlm. 104. 10 Tim Redaksi Fokus Media, UU Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas
(Bandung : Fokus Media, 2003), hlm. 4-5.
16
dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia
Indonesia seutuhnya.
6) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum
(alam nyata) sistem dan fungsionalnya.
7) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki
bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat
berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dirinya sendiri dan orang lain.11
d. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Dikatakan oleh Zakiah Daradjat dalam Nur Uhbiyati bahwa:
“Tujuan pendidikan Islam secara keseluruhan yaitu, kepribadian
seseorang yang membuatnya menjadi insan kamil dengan pola takwa,
insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan
berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada Allah
swt.”12
Ini mengandung arti bahwa pendidikan Islam itu diharapkan
menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnya,
serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran
Islam dalam berhubungan dengan Allah dan dengan sesamanya, dapat
mengambil manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini
untuk kepentingan hidup di dunia dan akhirat nanti.
Untuk mencapai tujuan pendidikan harus dilaksanakan upaya
semaksimal mungkin, walaupun pada kenyataannya manusia tidak
mungkin menemukan kesempurnaan dalam berbagai hal.
Menurut Ibnu Taimiyah, sebagaimana yang dikutip oleh Majid
Irsan al-Kaylani dalam Bukhari Umar, tujuan pendidikan Islam
tertumpu pada empat aspek, yaitu:
11 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
(Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 134. 12 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (Untuk UIN-STAIN-PTAIS Fakultas Tarbiyah,
Komponen MKDK), (Bandung: Pustaka Setia, 1997), Cet. I, hlm. 41.
17
1) Tercapainya pendidikan tauhid dengan mempelajari ayat-ayat
Allah dalam wahyu-Nya.
2) Mengetahui ilmu Allah melalui pemahaman terhadap kebenaran
makhluknya.
3) Mengetahui kekuatan Allah melalui pemahaman jenis-jenis,
kuantitas, dan kreativitas makhluk-Nya.
4) Mengetahui apa yang diperbuat Allah (Sunnah Allah) tentang
realitas (alam) dan jenis-jenis perilakunya.13
Senada dengan pendapat di atas, Athiyah al-Abrasyi
berpendapat bahwa:
١٤ .حوالر ةيبرت، وقلخلا بيذهت ةيمالسإلا ةيبرالت نى ممسألاو لوألا ضرغالف
Tujuan pokok dan terutama dari pendidikan Islam adalah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa.
Sedangkan menurut rumusan tujuan pendidikan Islam yang
dihasilkan dari seminar pendidikan Islam sedunia tahun 1980 di
Islamabad adalah: “Untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan
kepribadian manusia (peserta didik) secara menyeluruh dan seimbang
yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran, diri manusia yang
rasional; perasaan dan indra”.15
Oleh karena itu, pendidikan hendaknya mencakup
pengembangan aspek fitrah peserta didik, aspek spiritual, intelektual,
imajinasi, fisik, ilmiah, dan bahasa, baik secara individual maupun
kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut agar berkembang ke
arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir dari pendidikan
Islam itu terletak dalam realisasi sikap penyerahan diri sepenuhnya
13 Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: AMZAH, 2010), hlm. 59. 14 Athiyah al-Abrasyi, At-Tarbiyah al-Islamiyyah, (Mesir: Matbaah I’sa al-Babu al-Salba
Wasarakahu, 1975), hlm. 22. 15 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner, (Jakarta: PT. Bumi Aksara , 2011), hlm. 28.
18
kepada Allah, baik secara perorangan, masyarakat maupun sebagai
umat manusia secara keseluruhannya.
2. Metode Pembelajaran Aktif dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
a. Definisi Metode Pembelajaran Aktif
Metode adalah urutan kerja yang terencana, sistematis, dan
merupakan hasil eksperimen ilmiah guna mencapai tujuan yang
direncanakan. Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode
memiliki arti penting dan patut dipertimbangkan dalam rangka
pengajaran. Tanpa menggunakan metode, kegiatan interaksi edukatif
tidak akan berproses. Karena itu tidak akan pernah ditemui guru
mengajar tanpa memakai metode.
Disini perlu dipertegas lagi bahwa pada berbagai situasi proses
pembelajaran seringkali digunakan berbagai istilah yang pada
dasarnya dimaksudkan untuk menjelaskan cara, tahapan, atau
pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Istilah metode, strategi, atau teknik sering digunakan
secara bergantian, walaupun pada dasarnya istilah-istilah tersebut
memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Metode pembelajaran
seringkali disamakan artinya dengan teknik pembelajaran. Metode
pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan oleh seorang
guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Metode lebih bersifat prosedural, yaitu
berisi tahapan tertentu, sedangkan teknik adalah cara yang digunakan,
yang bersifat implementatif.
Dengan perkataan lain, metode yang dipilih oleh masing-masing
guru adalah sama, tetapi mereka menggunakan teknik yang berbeda.
Apabila dikaji lebih dalam lagi, maka jelas disebutkan bahwa strategi
pembelajaran harus mengandung penjelasan tentang metode atau
prosedur dan teknik yang digunakan selama proses pembelajaran
berlangsung. Dengan perkataan lain, strategi pembelajaran
mengandung arti yang lebih luas dari metode dan teknik. Artinya,
19
metode atau prosedur dan teknik pembelajaran merupakan bagian dari
strategi pembelajaran.
Hubungan antara strategi, tujuan, dan metode pembelajaran
dapat digambarkan sebagai satu kesatuan sistem yang bertitik tolak
dari penentuan tujuan pembelajaran, pemilihan strategi pembelajaran,
dan perumusan tujuan, yang kemudian di implementasikan ke dalam
berbagai metode yang relevan selama proses pembelajaran
berlangsung.16
Dalam rangka pengajaran, banyak metode alternatif yang dapat
dipilih guru. Salah satunya adalah metode pembelajaran aktif, yang
dewasa ini menjadi kajian serius dalam dunia pendidikan. Hanya saja
permasalahannya adalah bagaimana memilih dan menerapkan
sekaligus mengembangkannya dalam pembelajaran, sehingga dapat
mengoptimalkan kreatifitas anak didik.17
Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki sumber utama sebagai
landasan dalam setiap permasalahannya. Al-Qur’an merupakan sumber
segala hukum dan menjadi pedoman pokok dalam kehidupan, termasuk
membahas tentang pembelajaran. Sebagaimana yang tercantum dalam al-
Qur’an surat An-Nahl/16: 125, yaitu:
ان قلىدع الى سبيل ربك بالحكمة واملوعظة احلسنة وجادلهم بالتي هي احسنأ
نيدتهبالم لماع وهو هلبيس نل عض نبم لماع وه كب١٢٥: ١٦/النحل (ر (
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahkan mereka dengan cara yang terbaik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. an-Nahl/16: 125)18
16 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), cet. III, hlm. 2. 17 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2000), hlm. 187-188. 18 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Jumanatul Ali-Art,
2005), hlm. 281.
20
Makna umum dari ayat ini adalah Nabi diperintahkan untuk
mengajak kepada umat manusia dengan cara-cara yang telah menjadi
tuntunan al-Qur’an yaitu dengan cara al-Hikmah, Mauidhoh Hasanah,
dan Mujadalah. Dengan cara ini Nabi telah berhasil mengajak
umatnya dengan penuh kesadaran. Ketiga metode ini telah
mengilhami berbagai metode penyebaran Islam maupun dalam
konteks pendidikan. Berdasarkan pada ayat tersebut, sebagai seorang
pendidik, guru harus mampu menciptakan metode-metode yang dapat
membawa peserta didik ke dalam suasana aktif, yaitu pembelajaran
dengan cara yang baik, memberi hikmah, nasehat yang baik dan
dialog kepada peserta didik.
Selain ayat al-Qur’an di atas, di dalam hadits juga telah
dijelaskan bahwa amat sangat penting bagi seorang guru untuk
menciptakan suasana pembelajaran yang dapat merangsang keaktifan
peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran.
١٩ )لمأخرجه البخاري يف كتاب الع( .يسروا ولا تعسروا وبشروا وال تنفروا
Ringankanlah orang-orang (dalam masalah agama) dan janganlah membuatnya menjadi sukar bagi mereka dan berilah mereka kabar gembira dan janganlah membuat mereka melarikan diri. (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab ilmu).
Hadist di atas menjelaskan bahwa proses pembelajaran harus
dibuat dengan mudah dan sekaligus menyenangkan agar peserta didik
tidak tertekan secara psikologis dan merasa bosan terhadap suasana di
kelas serta apa yang diajarkan oleh gurunya. Inilah sebenarnya salah
satu metode yang cukup ideal dan bisa memberikan hasil yang
optimal.
Terkadang ketika peserta didik menghadapi mata pelajaran yang
sulit, maka yang akan terjadi adalah peserta didik akan mudah merasa
bosan, jenuh, dan enggan memperhatikan penjelasan dari guru,
19 Al-Imam Zainuddin Ahmad Bin Abdul Latif Azzubaidi, Shahih Bukhari, (Beirut, Lebanon: Darul Kutub al-Ilmiyah), hlm. 33.
21
apalagi jika metode pengajaran yang digunakan oleh seorang guru
tidak bervariatif atau tidak sesuai dengan materi yang diajarkan, tentu
saja hal itu akan mengakibatkan peserta didik merasa tersiksa dan
seakan ingin lari dari kelasnya. Disamping itu, pembelajaran juga
akan menjadi monoton dan tidak efektif. Oleh karena itu, metode
pembelajaran aktif merupakan solusi terbaik yang diambil oleh
seorang guru dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
Pembelajaran aktif ialah proses bagaimana individu
mendapatkan pengetahuan dengan menggabungkan kemahiran
mendengar, melihat, dan melakukan dengan tujuan untuk
mengekalkan ingatan dan memahami sesuatu konsep atau fakta.
Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam Kamus Psikologi
memberikan definisi bahwa pembelajaran aktif adalah belajar dengan
memberikan respon-respon tertentu.20 Sedangkan Martinis Yamin
mendefinisikan pembelajaran aktif sebagai usaha manusia untuk
mengembangkan pengetahuan dalam dirinya.21
Salah satu ciri pembelajaran aktif terdapat pada pembelajaran
aktif itu sendiri yang berpusatkan pada peserta didik. Ciri tersebut
menurut Windale dalam Kamarul Azmi Jasmi dan Abdul Halim
Tamuri adalah seperti kerja berkumpulan, kepentingan bekerjasama,
pembelajaran yang berpusatkan pada bahan atau sumber pendidikan,
tanggung jawab pelajar di atas pembelajaran mereka, guru sebagai
fasilitator, peserta didik mengeluarkan ide, peserta didik terlibat dalam
perancangan kurikulum, peserta didik melibatkan diri dalam
pembelajaran dan terdapat berbagai kaidah pengajaran yang
digunakan.22
20 Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, (Bandung: Cv. Pionir Jaya, 1987), cet.
I, hlm. 6. 21 Martinis Yamin, Pengembangan Kompetensi Belajar, (Jakarta: UII press, 2004), cet. I,
hlm. 66. 22 Kamarul Azmi Jasmi, dan Abdul Halim Tamuri, Pendidikan Islam Kaedah Pengajaran
dan Pembelajaran, (Malaysia: Johor Darul Ta’zim 2010), cet. III, hlm. 250-251.
22
Perlu diketahui bahwa penerapan dan pengembangan metode
pembelajaran aktif bertolak dari sebuah teori dasar yang melandasi
model pembelajaran yang pada akhirnya kemudian memunculkan
beragam metode dan strategi serta teknik di dalam proses
pembelajaran. Teori tersebut adalah teori belajar konstruktivisme
dengan dua tokoh yang paling berpengaruh yaitu Jean Piaget dan
Vygotsky.
Konstruktivisme merupakan sebuah filsafat mengajar yang telah
melakukan terobosan kuat dikalangan guru pada beberapa dekade
terakhir. Ia didasarkan pada premis bahwa murid-murid
mengkonstruksikan pengetahuan secara aktif dan tidak menerimanya
dengan begitu saja dari guru.23 Belajar merupakan sebuah upaya
pencarian makna. Sedangkan menurut Skinner dalam Richard D.
Parsons, berpendapat bahwa: “Learning is a change in behavior due
to experience”.24 (Belajar adalah perubahan dalam bentuk tingkah
laku yang dihasilkan dari pengalaman). Berdasarkan teori tersebut,
guru mestinya mendorong murid untuk mengkonstruksikan makna
dengan mengkonstruksikan berbagai kegiatan di seputar ide-ide besar
dan eksplorasi, memberi muridnya cukup waktu untuk mengeksplorasi
berbagai konsep secara seksama, dan menghubungkan pengetahuan
baru dengan apa yang sudah diketahui murid.
Slavin, menyatakan bahwa “Dalam proses belajar dan
pembelajaran, siswa harus terlibat aktif dan menjadi pusat kegiatan
belajar dan pembelajaran di kelas”. Ini berarti posisi guru yang
sesungguhnya adalah sebagai fasilitator dengan cara membuat
informasi menjadi lebih bermakna dan relevan bagi siswa. Untuk itu,
guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
23 Daniel Muijs dan David Reynolds, Effective Teaching Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 110-111. 24 Richard D. Parsons, Educational Psychology, (Singapore: Seng Lee Press, 2001), hlm.
233.
23
mengaplikasikan ide-ide mereka sendiri, disamping mengajarkan
siswa untuk menyadari dan sadar akan strategi mereka sendiri.25
Prinsip pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme ini
telah melahirkan berbagai macam model-model dan metode
pembelajaran yang populer di dunia pendidikan, dan dari berbagai
macam model pembelajaran tersebut terdapat pandangan yang sama,
bahwa dalam proses belajar, siswa adalah pelaku aktif dalam kegiatan
belajar dengan membangun sendiri pengetahuan berdasarkan
pengalaman-pengalaman yang dimilikinya. Melihat pernyataan
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses
“mengkonstruksi” dan bukan “menerima” pengetahuan.
Beberapa model pembelajaran yang didasarkan pada
konstruktivisme adalah discovery learning, assisted learning, active
learning, the accelerated learning, quantum learning, dan contextual
teaching and learning.26
Untuk memperkuat teori tersebut, disini juga akan di paparkan
beberapa argumen yang melandasi mengapa metode pembelajaran
aktif perlu diterapkan dan dikembangkan dalam proses pembelajaran
khususnya pembelajaran agama Islam.
Argumen pertama: Teori belajar Confusius yang dikutip oleh
Melvin L. Silberman dalam buku active learning.
What I hear, I forget. What I hear and see, I remember a little. What I hear, see, and aks questions about or discuss with someone else, I begin to understand. What I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill. What I teach to another, I master.27
25 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2010), hlm. 116-117. 26 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, hlm. 128-129. 27 Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Peserta didik Aktif, (Bandung:
Nusa Media, 2006), cet. III, hlm. 23.
24
Pertanyaan-pertanyaan sederhana itulah yang mendasari
perlunya cara belajar aktif. Selain itu, Confusius juga mengatakan
bahwa strategi pembelajaran yang paling baik adalah yang melibatkan
peserta didik berlaku aktif dalam praktiknya. Sebab dengan praktik,
maka peserta didik telah memahami apa yang menjadi tujuan
pembelajaran. Metode yang memanfaatkan visual akan lebih
memungkinkan peserta didik mengingat materi pelajaran, karena
metode ini dapat membentuk sebuah gambar atau ingatan dalam otak
peserta didik.
Argumen kedua: Teori belajar Melvin L. Silberman,
mengatakan dalam bukunya active learning bahwa tampaknya strategi
pembelajaran yang paling bagus adalah ketika peserta didik mampu
berpura-pura menjadi guru. Sebab jika peserta didik telah mampu
mengajarkan sesuatu kepada orang lain, berarti ia telah menguasai
materinya. Penekanan strategi ini didasarkan pada asumsi-asumsi:
Asumsi pertama, bahwa apa yang dialami peserta didik dalam
proses pembelajaran melalui pendengaran semata, akan cenderung
terlupakan, karena guru berkata 100-200 kata per-menit, sedangkan
rata-rata peserta didik hanya mampu mendengar 50-100 kata per-
menit.
Asumsi kedua, penggunaan metode yang memanfaatkan
kemampuan secara sinergis antara pendengaran, penglihatan, bertanya
tentang sesuatu, atau mendiskusikan sesuatu dengan peserta didik
yang lain dapat membantu peserta didik mulai memahami materi atau
telah mulai terjadi keberhasilan pembelajaran.
Asumsi ketiga, strategi yang melibatkan kemampuan secara
sinergis antara pendengaran, penglihatan, dan berbuat sesuatu dapat
membantu peserta didik memperoleh pengetahuan dan kecakapan.28
28 Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Peserta didik Aktif, hlm. 24.
25
Argumen ketiga: Pembelajaran aktif atau inovatif sangat banyak
membantu kemampuan mereka dalam menyimpan informasi hasil
belajar (ranah kognisi, afeksi, dan psikomotor) ke dalam ingatan
jangka panjang (long term memory) otak mereka. Hasil belajar dalam
ingatan jangka panjang dimungkinkan banyak berhasil berdasarkan
kerja working memory yang didukung oleh pembelajaran aktif.29
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di ambil kesimpulan
bahwa yang dimaksud pembelajaran aktif disini adalah bagaimana
mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga
semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan
sesuai dengan kemampuan, karakteristik pribadi yang dimiliki, atau
dengan kata lain, metode pembelajaran aktif adalah suatu cara atau
upaya yang dilaksanakan oleh guru untuk memfungsionalisasikan
seluruh potensi peserta didik melalui penyediaan lingkungan belajar
yang meliputi aspek-aspek bahan pelajaran, media pembelajaran,
suasana kelas, dan sebagainya, yang mana disesuaikan dengan minat
dan pemberian kemudahan kepada paserta didik untuk memperoleh
pemahaman dan pendalaman. Dalam kondisi tersebut peserta didik
aktif secara emosi, perasaan, intelektual, penginderaannya serta
fisiknya.
Atau lebih ringkasnya, penerapan dan pengembangan metode
pembelajaran aktif adalah suatu usaha atau proses yang dilakukan oleh
seorang guru di dalam melaksanakan tugas pengajarannya agar peserta
didik tidak lagi diperlakukan seperti bejana kosong yang senantiasa
harus di isi dengan materi-materi pelajaran semata. Tetapi lebih dari
itu, sebisa mungkin peserta didik turut dilibatkan dalam berbagai
kegiatan yang ada hubungannya dengan proses pembelajaran.
29 Bermawi Munthe, Desain Pembelajaran, (Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani, 2009),
hlm. 63-67.
26
b. Macam-Macam Metode Pembelajaran Aktif dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam
Karena banyaknya jumlah metode pembelajaran yang dapat
dipakai atau diaplikasikan dalam proses pembelajaran aktif, maka
disini hanya akan ditampilkan beberapa metode pembelajaran aktif
yang memungkinkan untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran
PAI yang mengarah pada terciptanya interaksi edukatif, dan
berorientasi pada peran aktif peserta didik. Beberapa metode
pembelajaran aktif yang diambil dari buku yang berjudul strategi
pembelajaran aktif karya Hisyam Zaini, Bermawi Munthe, dan Sekar
Ayu Aryani, yang dapat digunakan oleh seorang guru untuk dapat
mengaktifkan peserta didik, baik individu maupun kelompok adalah:
1) Setiap murid bisa sebagai guru (Everyone Is A Teacher Here)
2) Menulis pengalaman secara langsung (Writing In The Here And
Now)
3) Strategi membaca dengan keras (Reading Aloud)
4) Menggabung dua dan empat kekuatan (The Power Of Two And
Four)
5) Mencari informasi (Information Research)
6) Beradu pandangan sesuai perspektif atau debat pendapat (Point
Counter Point)
7) Bacaan terbimbing (Reading Guide)
8) Debat aktif (Active Debate)
9) Mencari jodoh kartu tanya jawab (Index Card Match)
10) Belajar melalui tukar delegasi antar kelompok (Jigsaw
Learning)
11) Bermain peran (Role Play)
12) Tutor sebaya (Peer Lesson)
13) Tim pendengar (Listening Team)
14) Pertanyaan kelompok atau tanya jawab (Team Quiz)
15) Diskusi kelompok kecil (Small Group Discussion)
27
16) Menyortir kartu (Card Sort)
17) Pameran berjalan (Gallery Walk)30
Beberapa metode yang telah dipaparkan di atas hanyalah
sebagian metode-metode yang tergolong ke dalam metode
pembelajaran aktif, karena tidak mungkin dipaparkan semuanya disini
mengingat begitu banyak jumlahnya. Disini penulis tidak
mengesampingkan metode-metode pembelajaran yang lainnya, bukan
berarti yang tidak penulis kemukakan di atas tidak baik atau tidak
layak digunakan dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam.
Perlu dipertegas, bahwa tidak ada metode yang paling baik dan paling
buruk, karena pada hakekatnya setiap metode itu mempunyai
kelebihan dan kelemahan tersendiri.
Jadi, antara metode satu dengan metode yang lain itu bersifat
saling melengkapi. Namun, yang jadi permasalahan adalah bagaimana
memaksimalkan metode-metode pembelajaran tersebut ke dalam
proses pembelajaran agar sampai kepada maksud dan tujuan yang di
cita-citakan. Maka, disini guru diharapkan mampu melakukan usaha
yang serius di dalam memilih, mengembangkan, memodifikasi,
mengimprovisasi, dan mencari metode-metode lain yang dirasa cocok
atau tepat untuk diterapkan pada pembelajaran sesuai dengan
keadaannya.
c. Penerapan Metode Pembelajaran Aktif
Menurut E. Mulyasa, penerapan diartikan sebagai suatu proses
implementasi, usaha penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi
dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik
berupa pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap.31
Penerapan yang dimaksud disini adalah mengimplementasikan ide,
30 Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,
2008), hlm. viii-x. 31 E.Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003),
hlm. 93.
28
kebijakan, atau inovasi ke dalam bentuk tindakan praktis dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam.
Pembelajaran aktif, hanya bisa terjadi bila ada partisipasi aktif
dari peserta didik, demikian juga peranserta aktif peserta didik tidak
akan terjadi bilamana guru tidak aktif dan kreatif dalam melaksanakan
pembelajaran. Ada berbagai cara untuk melaksanakan proses
pembelajaran yang memicu dan melibatkan peran serta aktif peserta
didik dan mengasah ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pembelajaran aktif dalam memperoleh informasi, keterampilan, dan
sikap serta perilaku positif dan terpuji akan terjadi melalui suatu
proses pencarian dari diri peserta didik. Hal ini akan terwujud jika
peserta didik dikondisikan sedemikian rupa sehingga berbagai tugas
dan kegiatan yang dilaksanakan sangat memotivasi mereka untuk
berpikir, bekerja, dan merasa, serta mengamalkan kesalehan dalam
kehidupan nyata.
Dalam rangka mengaktifkan peran serta peserta didik dalam
proses pembelajaran, Noeng Muhadjir, berpendapat bahwa ada
beberapa strategi yang relevan dan bisa digunakan seorang pendidik
untuk mengaktifkan peranserta peserta didik dalam proses
pembelajaran pendidikan agama Islam, diantaranya adalah:
1) Strategi tradisional, seorang guru hanya berfungsi sebagai penyampai dan juru bicara yang belum tentu dia melaksanakannya. Strategi ini lebih menekankan pada penekanan kognitif.
2) Strategi bebas, merupakan kebalikan dari tradisional, disini guru memberi kebebasan kepada peserta didik untuk memilih dan menentukan sendiri, dan di dalam strategi bebas ini lebih menekankan keaktifan guru dan peserta didik.
3) Strategi reflektif, berkaitan dengan cara guru menerapkan kriteria untuk menganalisis kasus-kasus empirik dan sebagai dasar deduksi untuk menjabarkan konsep teoritik ke dalam terapan pada kasus yang lebih khusus dan operasional.
4) Strategi transinternalisasi, sebagai cara pembelajaran nilai dengan jalan melakukan transformasi, transaksi, dan
29
transinternalisasi nilai. Disini guru dan peserta didik sama-sama terlibat komunikasi aktif, yang tidak hanya melibatkan komunikasi satu arah.32
Sebagai seorang guru yang profesional, maka sudah seharusnya
bisa memilih dan menggunakan strategi atau pendekatan yang dirasa
tepat untuk di aplikasikan ke dalam pembelajaran dalam rangka
mewujudkan pembelajaran aktif, hal itu disebabkan karena mengingat
terdapat berbagai strategi atau pendekatan yang dapat dipergunakan
oleh guru, namun tidak semua sama efektifnya dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Untuk itu, dibutuhkan kreatifitas guru dalam
mengembangkan dan memilih strategi pembelajaran yang efektif,
sehingga akan diketahui apakah pendekatan yang digunakan itu
termasuk ke dalam expository teaching-receptive learning
(pembelajaran yang berlangsung melalui penyampaian materi oleh
guru dan peserta didik menerima materi tersebut), active learning
(pembelajaran aktif), interactive learning (pembelajaran interaktif),
atau inquiry-discovery-problem solving (sistem pembelajaran yang
memacu peserta didik untuk melakukan upaya pencarian, penemuan,
dan pemecahan masalahnya).
Dalam rangka menciptakan pembelajaran yang menantang dan
merangsang otak (kognitif), menyentuh, dan menggerakkan perasaan
(afektif), dan mendorong peserta didik secara aktif mempraktikkan
pengetahuan dan keterampilan dalam suasana kongkrit maka langkah
yang harus ditempuh oleh seorang guru adalah:
1) Dalam menerapkan materi pelajaran, guru harus menerapkan
metode yang lebih variatif sesuai dengan karakteristik materi
pelajaran yang diajarkan agar pengajaran tidak verbalistik.
Metode pengajaran yang mendorong terciptanya proses
32 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengaktifkan Pendidikan Agama Islam
di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2008), cet. IV, hlm. 172-173.
30
pembelajaran peserta didik aktif sangat direkomendasikan untuk
menciptakan iklim belajar yang kondusif.
2) Membangun kesamaan persepsi (visi dan misi antara kepala
sekolah, guru, pegawai administrasi, dan peserta didik) mutlak
dilakukan untuk menciptakan lingkungan sekolah yang benar-
benar edukatif.
3) Penciptaan lingkungan fisik yang menunjang, karena
pembelajaran tidak bisa dilepaskan dari dukungan lingkungan
fisik di sekitarnya. Lingkungan fisik di sekolah hendaknya
diupayakan dapat menunjang terciptanya suasana kehidupan
keagamaan masyarakat sekolah bahkan bila perlu pemanfaatan
teknologi tinggi dapat dijadikan sebagai media pembelajaran.33
4) Gunakan media pembelajaran sebanyak dan sevariasi mungkin
untuk memberikan rangsangan pada semua indra peserta didik.
5) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran,
agar apa yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik,
karena hal itu juga akan berpengaruh terhadap proses
pengembangan pembelajaran di kelas.34
Dalam panduan Decentralized Basic Education (DBE2) melalui
program Active Learning In School (ALIS) beberapa hal yang harus
dilakukan guru untuk menjadikan pembelajaran menjadi aktif adalah:
1) Membuat rencana secara hati-hati dengan memperhatikan detail berdasarkan atas sejumlah tujuan yang jelas dan dapat dicapai.
2) Memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar secara aktif dan mengaplikasikan pembelajaran mereka dengan metode yang beragam sesuai dengan konteks kehidupan nyata peserta didik.
3) Secara aktif mengelola lingkungan belajar agar tercipta suasana yang nyaman, tidak bersifat mengancam, berfokus
33 Ahmad Barizi dan Muhammad Idris, Menjadi Guru Unggul, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2009), hlm. 96-97. 34 Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2008), hlm. 284.
31
pada pembelajaran serta dapat membangkitkan ide yang pada gilirannya dapat memaksimalkan waktu, sumber-sumber yang menjamin pembelajaran aktif berjalan.
4) Menilai peserta didik dengan cara-cara yang dapat mendorong peserta didik untuk menggunakan apa yang telah mereka pelajari di kehidupan nyata, dalam hal ini disebut penilaian otentik.35
Perlu diperhatikan bahwa, berbagai pendekatan dan strategi bagi
kelangsungan pembelajaran di sekolah akan efektif dan berhasil jika
praktik-praktik pengalaman pembelajaran itu bermakna bagi peserta
didik. Minimal, suatu sistem pembelajaran yang dilangsungkan
bermakna bagi pembangunan minat dan motivasi peserta didik,
relevan dan fungsional.
Menurut pendapat yang dikemukakan John Holt yang dikutip
Melvin L. Silberman dalam active learning, proses belajar akan
meningkat jika peserta didik diminta untuk melakukan hal-hal berikut
ini:
1) Mengemukakan kembali informasi yang telah dia dapatkan dengan kata-kata mereka sendiri.
2) Memberikan contohnya. 3) Mengenalinya dalam bermacam bentuk dan variasi. 4) Melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau
gagasan lain. 5) Menggunakannya dengan beragam cara. 6) Memprediksikan sejumlah konsekuensinya. 7) Menyebutkan lawan atau kebalikannya.36
Apabila pendidik memperhatikan hal-hal di atas, maka proses
pembelajaran akan berlangsung lebih baik dan memberikan arti yang
mendalam bagi peserta didik. Disamping itu peserta didik juga bisa
mendapatkan umpan balik tentang seberapa bagus pemahamannya
terhadap suatu materi pelajaran tertentu.
35 Hamzah B. Uno, dan Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2011), hlm. 77. 36 Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Peserta didik Aktif, hlm. 26.
32
d. Pengembangan Metode Pembelajaran Aktif
Pengembangan diartikan sebagai proses, cara, perbuatan
mengembangkan atau pembangunan secara bertahap dan teratur yang
menjurus ke sasaran yang dikehendaki.37 Pengembangan
(development) juga diartikan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan
kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan dan latihan.38
Jadi, penerapan dan pengembangan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah berkenaan dengan usaha atau cara, perbuatan
yang dilakukan guru PAI dalam penerapan dan pengembangan metode
pembelajaran aktif, sehingga sampai kepada maksud dan tujuan
pembelajaran yang dikehendaki.
Agar proses pengembangan berjalan lancar maka guru paling
tidak harus senantiasa melakukan tiga hal: Pertama, (menggerakkan,
membangkitkan, dan menggabungkan) seluruh kemampuan yang
dimiliki peserta didik. Kedua, menjadikan apa yang ditransfer menjadi
suatu hal yang menantang diri peserta didik, sehingga muncul
intrinsic-motivation untuk mempelajarinya dan ketiga, mengkaji
secara mendalam materi yang di transfer sehingga menimbulkan
keterkaitan dengan pengetahuan yang lain.39
Dalam pembahasan kali ini juga akan dipaparkan tiga
kemampuan dasar yang hendaknya dimiliki oleh seorang guru dalam
proses penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif.
Pertama, didaktik, yakni kemampuan untuk menyampaikan sesuatu
secara oral atau ceramah, yang dibantu dengan buku teks,
demonstrasi, tes, dan alat bantu tradisional lain. Kedua, pembinaan
37 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976),
hlm. 474. 38 Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara,
2005), hlm. 85. 39 Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2000),
cet. I, hlm. 62-66.
33
(coaching), dimana guru memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk berlatih dan mempraktikkan keterampilannya tersebut,
serta segera memberikan umpan balik atas apa yang dilakukan peserta
didik. Ketiga adalah socratic atau mauitic question, dimana peserta
didik diberi kebebasan untuk mengembangkan pandangan dan
internalisasi terhadap materi yang dipelajari.
Tanpa menguasai tiga kemampuan dasar tersebut, ibaratnya
pemain sepak bola yang tidak memiliki kemampuan dasar bermain
bola, seperti bagaimana menendang atau heading yang baik dan benar,
meskipun dilatih oleh pelatih yang profesional tetap saja tidak akan
memenangkan pertandingan. Demikian pula untuk guru, tanpa
memiliki tiga kemampuan dasar tersebut, meskipun guru dilatih
berbagai metode mengajar yang canggih, tetap saja prestasi belajar
peserta didik tidak dapat ditingkatkan. Sebaliknya, dengan menguasai
tiga kemampuan dasar tersebut, metode mengajar apapun akan dapat
dilaksanakan dengan mudah oleh guru yang bersangkutan.
3. Problematika Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembelajaran Aktif
a. Definisi Guru Pendidikan Agama Islam
Umumnya, kata pendidik sering diawali dengan istilah “guru”.
Guru, sebagaimana diurai oleh Hadari Nawawi dalam Ahmad Barizi,
adalah “orang yang pekerjaannya mengajar atau memberikan
pelajaran di sekolah atau di dalam kelas”. Secara lebih khusus, guru
berarti orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran
yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak didik mencapai
kedewasaan masing-masing. Guru dalam pengertian tersebut, bukan
hanya sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan
meteri pengetahuan (mata pelajaran) tertentu, akan tetapi guru adalah
anggota masyarakat yang harus ikut dan berjiwa bebas serta kreatif
dalam mengarahkan perkembangan anak didiknya untuk menjadi
34
anggota masyarakat sebagai orang dewasa.40 Sedangkan Ahmad
Tafsir, berpendapat bahwa guru dalam pandangan Islam adalah siapa
saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik.
Sehingga “salah satu syarat yang harus dipenuhi guru adalah memiliki
kemampuan atau keahlian dalam mengajar”.41
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka guru dituntut untuk
profesional di bidangnya. Untuk membentuk guru yang profesional,
dalam UU No 14 Th. 2005 pasal 8 dijelaskan bahwa “guru harus
memiliki kualifikasi akademik minimal S1 atau D4”. Dinyatakan juga
dalam pasal 10 ayat 1 bahwa “guru pada tingkat dasar dan menengah
harus memiliki sejumlah kompetensi utama yaitu kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional”.42
Gagne dan Briggs dalam Chaerul Rahman, berpendapat bahwa
“dalam praktiknya guru bertindak sebagai fasilitator, mediator, dan
menciptakan peserta didik sebagai subjek belajar”.43 Berdasarkan
pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka menjadi guru tidak
cukup hanya dengan menguasai materi pelajaran, tetapi juga
dibutuhkan keahlian khusus. Hal itu dikarenakan mendidik adalah
proses perubahan tingkah laku manusia dari yang kurang baik menjadi
lebih baik atau dari yang semula tidak tahu menjadi tahu.
40 Ahmad Barizi dan Muhammad Idris, Menjadi Guru Unggul, hlm. 142-143. 41 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2010), hlm. 74-80. 42 Undang-Undang Republik Indonesia NO 14 TH 2005, Tentang Guru dan Dosen, bab IV
hal 6. 43 Chaerul Rahman dan Heri Gunawan, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru
Menjadi Guru yang Dicintai dan Diteladani oleh Peserta Didik, (Bandung: Nuansa Cendekia, 2011), hlm. 94.
35
b. Problematika Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembelajaran
Aktif
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, problematika diartikan
sebagai “hal yang menimbulkan masalah, hal yang belum dapat
dipecahkan, (permasalahan)”.44 Jadi, problematika yang dimaksud
dalam penelitian kali ini adalah permasalahan yang di hadapi guru
PAI dalam proses belajar mengajar terkait dengan penerapan dan
pengembangan metode pembelajaran aktif.
Perlu diketahui bahwa menurut pendapat dari Agus Maimun dan
Abdul Mukti Bisri dalam Ahmad Barizi dan Muhammad Idris,
terdapat dua macam problem yang di hadapi guru dalam pembelajaran
aktif, yaitu problem internal dan eksternal. Problem internal
menyangkut program, pemahaman, perencanaan, pelaksanaan,
penerapan, dan evaluasi sistem pembelajaran di sekolah. Sedangkan
problem eksternal menyangkut kemajuan iptek, globalisasi informasi,
perubahan politik, ekonomi, sosial, dan budaya bangsa.
Salah satu problematika yang paling krusial pada pembelajaran
aktif di sekolah sesungguhnya terletak pada posisi guru dan peserta
didik. Posisi guru di sekolah bukanlah suatu hal yang bergengsi.
Sebab, melihat pergeseran orientasi pendidikan, yang mengharuskan
link and match, kendati guru mempunyai privilege (kedudukan atau
tanggung jawab yang istimewa) dalam mengantarkan individu
menjadi human resources (manusia yang berkualitas), tetapi posisi
agung dan mulia ini belum menjadi primadona atau alternatif utama
dalam relasi pembelajaran di sekolah. Posisi guru agama kadang
hanya menempati posisi sebagai under privilege (profesi yang di
kemudiankan atau di kelas-duakan), meskipun seharusnya posisi guru
agama wajib menjadi primadona.
44 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1990), hlm.701.
36
Stigma guru yang under privileged ini mengimplikasikan sikap
negatif dan asal-asalan bagi guru yang bersangkutan dalam
membelajarkan peserta didik. Masalah lain adalah peserta didik, anak
didik yang mengidap penyakit moral, seperti enggan belajar, apatis
terhadap keadaan buruk yang menimpanya, pergaulan yang menohok
perilaku sosialnya, akan menjadikan peserta didik sulit untuk
diberikan pesan-pesan dan nilai-nilai yang shahih.45
45 Ahmad Barizi dan Muhammad Idris, Menjadi Guru Unggul, hlm. 83-85.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian atau dalam bahasa inggrisnya disebut dengan research. Jika
dilihat dari susunan katanya, terdiri atas dua suku kata, yaitu re yang berarti
melakukan kembali atau pengulangan dan research yang berarti melihat,
mengamati atau mencari, sehinggga penelitian atau research dapat diartikan
sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan pemahaman
baru yang lebih kompleks, lebih mendetail, dan lebih komprehensif dari suatu hal
yang diteliti.1
Penelitian juga diartikan sebagai suatu proses yang sistematis dan analisis
yang logis terhadap informasi (data) untuk tujuan tertentu. Sedangkan metode
penelitian seringkali di sebut dengan istilah (metodologi) yang berarti cara-cara
yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisa data yang dikembangkan
untuk memperoleh pengetahuan dengan menggunakan prosedur yang reliabel dan
terpercaya. Berbicara mengenai metodologi berarti berbicara mengenai hukum,
aturan, dan tata cara dalam melaksanakan atau menyelenggarakan sesuatu. Karena
metodologi diartikan sebagai hukum dan aturan, tentunya di dalamnya terkandung
hal-hal yang diwajibkan, dianjurkan, atau dilarang. Sama seperti hukum atau
aturan lainnya, metodologi diciptakan dengan tujuan untuk dijadikan pedoman
yang dapat menuntun dan mempermudah individu yang melaksanakannya.
Metodologi juga mengandung makna yang lebih luas menyangkut verifikasi data
yang diperlukan untuk memecahkan atau menjawab masalah penelitian termasuk
untuk menguji hipotesis.2
Dari beberapa uraian mengenai metodologi dan penelitian di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah serangkaian hukum, aturan,
dan tata cara tertentu yang diatur dan ditentukan berdasarkan kaidah ilmiah dalam
1 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), hlm. 2.
2 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1992), hlm 59.
38
menyelenggarakan suatu penelitian dalam koridor keilmuan tertentu yang hasilnya
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Pada bab ini akan dijelaskan dan diuraikan tentang metode penelitian yang
digunakan selama kegiatan penelitian berlangsung, yang meliputi jenis penelitian,
tempat dan waktu penelitian, sumber penelitian, fokus penelitian, teknik
pengumpulan data penelitian, dan teknik analisis data. Hal itu dilakukan supaya
penelitian yang dilakukan nantinya dapat memberikan hasil temuan yang akan
memperkaya dan meningkatkan pemahaman tentang suatu hal atau sebuah topik,
terlepas dari apapun bentuk dan jenis penelitiannya. Mengenai uraian lebih
lengkapnya bisa dilihat dibawah ini.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yaitu
penelitian yang dilakukan melalui pengamatan langsung ke lokasi yang dijadikan
obyek penelitian yang berorientasi pada temuan atau gejala yang bersifat alami.
Sedangkan berdasarkan sifatnya penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan
dan menginterpretasikan obyek sesuai dengan apa adanya.3 Penelitian ini akan
menggambarkan proses penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif
yang dilakukan oleh guru PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak
Tahun Pelajaran 2011/2012 beserta problematikanya dalam pembelajaran PAI.
Penelitian deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau
fenomena-fenomena apa adanya, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun
rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan,
hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena lain.4 Disini yang
dimaksud dengan fenomena yang lain adalah fenomena yang terkait dengan
penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif dalam pembelajaran PAI di
MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak.
Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif yaitu data yang diperoleh dari (gambar, data-data serta
3 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2003), hlm. 157. 4 Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2005), hlm. 72.
39
argumen) tidak dituangkan dalam bentuk angka statistik, melainkan tetap
berbentuk kualitatif yang memiliki arti lebih dari sekedar angka atau frekuensi,
yaitu dengan pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti.5
Terdapat beberapa pertimbangan mengapa penelitian ini menggunakan
Pendekatan kualitatif:
1) Metode kualitatif lebih mudah disesuaikan apabila berhadapan dengan kenyataan ganda.
2) Metode kualitatif menyajikan hubungan langsung antara peneliti dan responden.
3) Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
4) Penelitian ini menyusun detail terus menerus sesuai dengan kenyataan di lapangan yang dihadapi.
5) Tidak menggunakan desain yang kaku yang tidak dapat di ubah lagi.6
Pendekatan kualitatif juga dipandang sebagai prosedur penelitian yang bisa
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat di amati. Pendekatan penelitian ini digunakan oleh
peneliti dengan maksud untuk mendeskripsikan dan menganalisis sehingga dapat
membangun pengetahuan melalui pemahaman dan penemuan tentang
problematika metode pembelajaran aktif bagi guru PAI di MI Nurul Ulum
Sokokidul Kebonagung Demak tahun pelajaran 2011/2012.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MI Nurul Ulum. Sekolah ini terletak di Desa
Sokokidul, kecamatan Kebonagung, kabupaten Demak, provinsi Jawa Tengah,
dan waktu pelaksanaannya adalah pada tahun akademik 2011/2012, tepatnya pada
semester genap.
MI Nurul Ulum, terletak kurang lebih 2 kilometer dari jalan raya yang
menghubungkan Demak dengan Purwodadi, dan sekitar 12 kilometer dari Masjid
Agung di jantung kota Demak. berada di tengah-tengah perkampungan dengan
5 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 39. 6 Heri Jauhari, Panduan Penulisan Skripsi Teori dan Aplikasi, (Bandung: Pustaka Setia,
2010), cet. I, hlm. 36.
40
batas sebelah utara desa Logantung, sebelah timur desa Srekan, sebelah selatan
desa Goleng. sebelah barat Desa Telogosih.
Pertimbangan memilih lokasi penelitian ini adalah pertama, karena mudah
di jangkau, pelaku-pelaku mudah didekati, dan situasi sosialnya mudah di amati,
sehingga memperlancar proses penelitian. Kedua, adanya pertimbangan lebih
khusus yaitu karakteristik kelayakan obyek yang sangat memungkinkan untuk
mendapatkan informasi yang akan menunjang tercapainya tujuan penelitian.
Ketiga, pendapat masyarakat di lingkungan madrasah dan kemudahan serta
keramahan yang diberikan pada lembaga ini.
C. Sumber Penelitian
Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah subyek dari mana
data dapat diperoleh.7 Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Person (guru, peserta didik, dan kepala sekolah), Place (keadaan fisik MI
Nurul Ulum, dimana Proses Belajar Mengajar PAI berlangsung) serta Paper
(dokumen dan catatan-catatan) yang terkait dengan proses pembelajaran PAI.
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis sumber data yang digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data dari informan, yaitu:
1. Sumber Data Primer
Data primer adalah sumber informasi yang mempunyai wewenang dan
tanggung jawab terhadap pengumpulan ataupun penyimpanan data atau
disebut juga sumber data atau informasi tangan pertama.8
Untuk data primer pada skripsi ini diperoleh dari guru pendidikan
agama Islam mengenai penerapan dan pengembangan metode pembelajaran
aktif beserta problematikanya.
7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1997), hlm. 11. 8 Muhammad Ali, Penelitian Kependidikan: Prosedur dan Strategi, (Bandung: Angkasa,
1987), hlm. 42.
41
2. Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber pendukung
untuk memperjelas sumber data primer berupa data kepustakaan yang
berkorelasi dengan pembahasan objek penelitian termasuk dokumentasi.9
Terkait dengan penelitian ini, data sekunder juga bisa bersumber dari
informasi yang secara tidak langsung mempunyai wewenang dan tanggung
jawab terhadap informasi yang ada padanya. Data sekunder dari skripsi ini
diperoleh dari Kepala Sekolah dan Tata Usaha (TU) serta peserta didik.
Data yang diperoleh dari kedua sumber tersebut adalah data mengenai
proses pembelajaran PAI yang terjadi di MI Nurul Ulum, lokasi, keadaan
gedung, guru, perlengkapan dan lain lain.
D. Fokus Penelitian
Dalam penelitian, menentukan fokus penelitian merupakan salah satu
kegiatan yang sangat penting, guna memberikan batasan permasalahan yang di
teliti. Hal itu dilakukan karena terlalu luasnya masalah dan masih bersifat umum,
sehingga peneliti perlu membatasi penelitian dalam satu lingkup permasalahan
atau variabel. Istilah pembatasan masalah lebih tepatnya digunakan dalam
penelitian kuantitatif, sedangkan dalam penelitian kualitatif lebih tepatnya
menggunakan istilah fokus penelitian. Untuk mempertajam penelitian, maka
peneliti kualitatif menetapkan fokus kajian.
Spradley dalam Sugiyono menyatakan bahwa fokus merupakan domain
tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial. Fokus yang
sebenarnya dalam penelitian kualitatif diperoleh setelah peneliti melakukan grand
tour observation dan grand tour question atau yang disebut dengan penjelajahan
umum. Berangkat dari penjelajahan umum ini, peneliti dapat memperoleh
gambaran umum menyeluruh yang masih pada tahap permukaan tentang situasi
sosial. Untuk memahami secara lebih luas dan mendalam, maka diperlukan
pemilihan fokus penelitian.
9 Saefudin Anwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 91.
42
Spradley mengemukakan empat macam alternatif untuk menetapkan fokus
yaitu:
1) Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan oleh informan, informan ini dalam lembaga pendidikan bisa kepala sekolah, guru, orang tua murid, murid, pakar pendidikan dan sebagainya.
2) Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu organizing domain. Domain dalam pendidikan ini bisa kurikulum, proses belajar mengajar, sarana prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan, manajemen, pembiayaan, sistem evaluasi, pandangan hidup, kompetensi, dan sebagainya.
3) Menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk pengembangan IPTEK. Temuan ini di dalam pendidikan misalnya menemukan metode mengajar PAI yang mudah dipahami dan menyenangkan.
4) Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teori-teori yang telah ada.10
Berikut ini akan dijelaskan mengenai alasan peneliti melakukan kegiatan
fokus penelitian: Pertama, dengan melakukan pembatasan masalah yang bertumpu
pada fokus penelitian maka akan memungkinkan adanya acuan teori dari suatu
penelitian. Kedua, dengan fokus, peneliti akan tahu persis data yang perlu
dikumpulkan dan yang tidak perlu dikumpulkan.11
Dengan tegas dikatakan bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian-
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal itu didasarkan pada sebuah
alasan bahwa di dalam penelitian ini, peneliti menetapkan fokus pada
permasalahan yang disarankan oleh informan yaitu hanya guru PAI yang diteliti.
Berdasarkan domainnya, penelitian ini difokuskan hanya pada kajian proses
belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru PAI, selanjutnya penelitian ini
diharapkan memiliki nilai temuan yang berarti yakni mengenai penerapan dan
pengembangan metode pembelajaran aktif pada mata pelajaran PAI. Perbedaan
yang paling menonjol dikarenakan penelitian kali ini merupakan penelitian yang
bersifat pengembangan, dengan kata lain disini peneliti bermaksud ingin
melengkapi dan memperluas teori yang telah ada yakni tentang problematika di
10 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan RD,
(Bandung: Alfabeta, 2006), hlm. 285-288. 11 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 97.
43
dalam penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif pada mata
pelajaran PAI.
Pernyataan di atas memberikan gambaran yang jelas bahwa peneliti
membatasi diri pada foktor-faktor tertentu saja pada lingkungan penelitiannya dan
tidak menelaah hal-hal tertentu lainnya di luar fokus permasalahan yang telah
ditentukan oleh peneliti. Dengan kata lain, pada penelitian ini hanya akan di bahas
mengenai problematika metode pembelajaran aktif bagi guru pendidikan agama
Islam di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun Pelajaran
2011/2012.
E. Teknik Pengumpulan Data
Riset merupakan aktivitas ilmiah yang sistematik, terarah dan bertujuan,
maka data yang dikumpulkan juga harus relevan dengan persoalan yang dihadapi.
Informasi atau data dapat dibedakan berdasarkan sumbernya. Berikut metode
pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini:
1. Wawancara atau Interview
Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal,
semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Dalam
wawancara, pertanyaan dan jawaban diberikan secara verbal, dan hubungan
antara penginterviu dengan yang di interviu bersifat sementara, yaitu
berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Wawancara juga diartikan
sebagai salah satu metode untuk mendapatkan data melalui sebuah dialog
yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari
terwawancara.12
Wawancara tidak sekedar omong-omong atau percakapan biasa,
walaupun keduanya berupa interaksi verbal. Dalam interviu diperlukan
kemampuan mengajukan pertanyaan yang dirumuskan secara tajam, halus,
dan tepat, serta kemampuan untuk menangkap buah pikiran orang lain
dengan cepat.
12 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995),
cet IV, hlm. 63.
44
Dalam melaksanakan interview, pewawancara membawa pedoman
wawancara (interview guide) yang hanya berisi garis-garis besar tentang
hal-hal yang akan ditanyakan. Tanya jawab ini dilakukan oleh peneliti
kepada kepala sekolah, guru, dan karyawan serta peserta didik bila
diperlukan, guna memperoleh data tentang gambaran umum pembelajaran
di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak, serta problematika di
dalam penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif oleh guru
PAI dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam.
2. Metode Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis.13 Dalam menggunakan metode dokumentasi ini, penulis bermaksud
untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian yang berupa data-
data yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti.
Data-data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data yang terkait
langsung dengan proses pembelajaran, seperti data tentang guru, buku-buku
yang digunakan dalam proses pembelajaran, silabi, rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang disiapkan oleh guru, dan bisa juga data yang
bersumber dari peserta didik tentang keaktifan selama proses pembelajaran
berlangsung, serta data-data yang relevan yang sekiranya dibutuhkan dalam
kegiatan penyusunan laporan penelitian.
3. Metode Observasi
Sebagai metode ilmiah, observasi biasa diartikan sebagai pengamatan
dan pencatatan dengan sistematis atas fenomena-fenomena yang diteliti.
Dalam arti luas, observasi sebenarnya tidak hanya terbatas pada pengamatan
yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan
tidak langsung misalnya melalui kuisioner dan tes.14
Dalam kegiatan observasi ini penulis tidak hanya sekedar
menyaksikan dengan duduk-duduk santai tanpa melakukan sesuatu, tetapi
13 Riduan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula,
(Bandung: Alfabeta, 2005), Cet-I, hlm.77. 14 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset), Jilid 2, hlm. 151.
45
disini penulis membawa bekal yang berupa pedoman observasi atau check
list sebagai instrumen pengumpul data yang telah dibuat sebelum kegiatan
observasi dilaksanakan. Hal itu dapat mempermudah ketika proses
pengamatan berlangsung, dengan jalan mencatat kejadian-kejadian yang
tertangkap oleh indera penglihatan maupun pendengaran dengan hanya
mencentang setiap kejadian yang muncul selama proses pembelajaran
berlangsung.15
Berdasarkan keterangan tersebut, maka disini dapat disimpulkan
bahwa metode observasi merupakan salah satu metode yang digunakan
untuk mendapatkan data melalui pengamatan langsung atau tidak langsung
terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki di lapangan meliputi aspek-
aspek yang berhubungan dengan pembelajaran pendidikan agama Islam.
Lebih spesifiknya, ketiga metode pengumpulan data tersebut
digunakan dalam penelitian untuk memperoleh data tentang kondisi yang
ada di MI Nurul Ulum antara lain: Pertama, Guna mengetahui tentang
penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif dalam
pembelajaran PAI. Kedua, Guna mengetahui tentang problematika guru PAI
dalam penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif.
F. Teknik Analisis Data
Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka teknik analisis
data dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Analisis data yang
diwujudkan bukan dalam bentuk angka melainkan dalam bentuk laporan dan
uraian deskriptif. Disini penulis berusaha untuk mencoba memberikan arti yang
signifikan terhadap analisis, menjelaskan pula uraian dan mencari hubungan
antara dimensi-dimensi uraian.16 Dan ini merupakan upaya mencari dan menata
secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk
15 Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, (Ciputat: PT. Ciputat Press, 2006), hlm. 85. 16 Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 129.
46
meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menjadikan
sebagai temuan.17
Dalam teknik ini, data yang diperoleh secara sistematis melalui hasil
wawancara, observasi, dan dokumentasi akan diolah atau dianalisis sesuai
karakteristik penelitian, yaitu induktif atau metode yang bertumpu pada fakta
peristiwa yang dikaji lebih khusus. Analisis data dimulai dengan menelaah
seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan
yang sudah tertulis dalam catatan, beserta data yang diperoleh dari hasil
dokumentasi.18 Untuk menjamin validasi data temuan, peneliti melakukan
beberapa upaya disamping menanyakan langsung kepada subyek, peneliti juga
mencari jawaban dari sumber lain. Keabsahan data dilakukan untuk meneliti
kredibilitasnya menggunakan teknik kehadiran peneliti di lapangan, observasi
mendalam, triangulasi (menggunakan beberapa sumber, metode penelitian dan
teori).
Dalam penelitian kualitatif, analisis data merupakan salah satu hal yang
sangat penting, karena di dalamnya terdapat upaya pemahaman dan penelaahan
tentang obyek penelitian. Patton dalam Moleong mengemukakan bahwa analisis
data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu
pola, mengategorikan, dan menguraikannya. Keempat cara ini bisa dipakai semua
dalam satu penelitian dan bisa dipakai hanya sebagian sesuai dengan kebutuhan.
Pekerjaan menganalisis data adalah mengatur, mengatur yang dimaksud
adalah memilah-milah data untuk disesuaikan dengan pertanyaan penelitian.
mengurutkan, mengurutkan adalah mengurutkan data berdasarkan bobotnya.
mengelompokkan, mengelompokkan adalah suatu kegiatan pengelompokan data
berdasarkan sifat dan jenisnya. memberikan kode atau pengodean adalah setiap
data yang diperoleh dari lapangan setiap unitnya diberi kode atau boleh juga
dengan penomoran. Hal tersebut berguna sebagai petunjuk urutan catatan. Setelah
17 Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2002),
edisi 4, cet. 2, hlm. 142. 18 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
1999), hlm. 103.
47
diberi kode, data itu dipelajari, dibaca, dan ditelaah lagi, kemudian disortir dan
diuji untuk dimasukkan ke dalam kelompok tertentu. Dan yang terakhir adalah
mengategorikannya. Maksudnya data-data yang telah terkumpul termasuk ke
dalam kategori apa saja. Selain itu, proses pengolahan data kualitatif bisa juga
dilakukan dengan cara membahas atau mendiskusikan dengan teman sejawat
berdasarkan teori atau grand theory yang digunakan. 19
19 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 103.
48
BAB IV
PROBLEMATIKA METODE PEMBELAJARAN AKTIF DALAM
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI MI NURUL ULUM SOKOKIDUL KEBONAGUNG DEMAK TAHUN
PELAJARAN 2011/2012
A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MI Nurul Ulum Sokokidul
Kebonagung Demak Tahun Pelajaran 2011/2012
Secara umum pembelajaran PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung
Demak tertuang ke dalam lima komponen utama yang saling berperan, dan saling
mempengaruhi. Kelima komponen utama tersebut diantaranya adalah: Tujuan
pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, guru (pendidik), dan
peserta didik.1
Berikut ini adalah uraian dan penjelasan mengenai kelima komponen utama
yang keberadaannya sangat berperan dan saling mempengaruhi di dalam proses
pembelajaran PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak:
1. Tujuan Pendidikan Agama Islam di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung
Demak
Tujuan pembelajaran merupakan arah yang hendak dicapai oleh setiap
lembaga pendidikan. Secara umum tujuan pembelajaran yang
dikembangkan di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak
bersumber dari tujuan kurikuler (yang terkandung dalam setiap bidang
studi), dan tujuan kurikuler tersebut bersumber dari tujuan lembaga atau
yang biasa disebut dengan (tujuan instruksional) yang pada dasarnya
mengarah pada tujuan pendidikan umum yakni (tujuan pendidikan
nasional).
Tujuan instruksional dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu:
Pertama, tujuan operasional yang pada prakteknya langsung dapat tercapai
setelah berlangsungnya proses pembelajaran. Kedua, tujuan jangka panjang
1 Hasil wawancara dengan Moh Jumadi, selaku kepala MI Nurul Ulum, dikutip pada 06 Februari 2012.
49
yang hasilnya baru dapat terlihat dalam waktu yang lama. Tujuan yang
langsung bisa diamati setelah berlangsungnya proses pembelajaran segera
dapat diamati dan diukur hasilnya oleh guru PAI dalam bentuk perubahan
tingkah laku, penambahan pengetahuan, dan pembentukan keterampilan.
Tujuan-tujuan tersebut dirancang melalui penyusunan perencanaan
pembelajaran yang digunakan oleh pendidik.
Dalam lembaga pendidikan, tujuan merupakan hal yang sangat
penting untuk diperhatikan, karena tujuan merupakan salah satu landasan
atau pijakan yang digunakan untuk mengelola pembelajaran. Tujuan
pembelajaran PAI yang terdapat di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung
Demak telah dirumuskan sesuai dengan standar pendidikan Nasional yaitu:
“Terciptanya peserta didik yang berakhlakul karimah, aktif, kreatif, dan
inovatif serta bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa”.2
Manfaat dari perumusan tujuan pembelajaran PAI yaitu dapat
memudahkan seorang guru dalam pengukuran tingkat keberhasilan atau
prestasi belajar peserta didik. Oleh karena itu, di dalam rumusan tujuan
pembelajaran PAI yang terdapat pada standar kompetensi dan kompetensi
dasar setidaknya harus mencakup tiga ranah yaitu: Ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif sendiri terdiri dari enam
tingkatan yaitu: Tingkat pengetahuan, tingkat pemahaman, tingkat
penerapan, tingkat analisis, tingkat sintesis, dan tingkat evaluasi.3 Melihat
banyaknya tingkatan pada ranah kognitif maka tidak semua diterapkan
dalam tujuan pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala madrasah, diperoleh
keterangan bahwa mengenai ranah kognitif yang terdapat di dalam rumusan
tujuan pembelajaran PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak
baru pada sebatas tingkatan pengetahuan, pemahaman, serta penerapan.
2 Hasil dokumentasi di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak, dikutip pada
tanggal 06 Februari 2012. 3 Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Ciputat: Gaung Persada
Press, 2005), hlm. 28-30.
50
Sedangkan tingkatan analisis, sintesis dan evaluasi belum sepenuhnya
diterapkan dalam rancangan tujuan pembelajaran.4
Setelah melihat pelaksanaannya, ranah kognitif yang paling dominan
dikembangkan dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam adalah
pada tingkat pengetahuan dan pemahaman. Sedangkan tingkat penerapan
dan analisis baru sedikit dikembangkan. Hal itu tidak terlepas dari keadaan
psikologis peserta didik itu sendiri. Selanjutnya adalah kawasan afektif yang
mencakup beberapa tingkatan yaitu tingkat menerima, tingkat menilai,
tingkat organisasi, dan tingkat karakterisasi. Sedangkan ranah psikomotorik
mencakup gerakan seluruh badan, gerakan terkoordinasi, komunikasi non
verbal, dan kemampuan dalam berbicara.5
Untuk ranah afektif tidak dimasukan dalam rumusan tujuan
pembelajaran PAI, namun guru PAI tetap melakukan penilaian afektif
melalui pengamatan sikap terhadap peserta didik selama proses
pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Begitu juga untuk ranah
psikomotorik tidak terinci secara jelas dalam rumusan tujuan. Ranah
psikomotorik yang dikembangkan dalam rumusan tujuan pembelajaran PAI
adalah praktek (gerakan seluruh badan). Namun, guru PAI tetap melakukan
penilaian-penilaian lain misalnya komunikasi non verbal, hanya saja
semuanya tidak dirinci dalam tujuan pembelajaran PAI, karena
pembelajaran PAI di MI Nurul Ulum masih merumuskan tujuan
pembelajaran dalam bentuk umum (tidak disebutkan secara rinci masing-
masing ranah).
Meskipun demikian, seharusnya akan lebih baik lagi jika dalam tujuan
pembelajaran PAI dirinci secara jelas mengenai ketiga ranah tersebut.
Karena hal itu akan memudahkan dalam melakukan penilaian terhadap
peserta didik, tetapi hal ini membutuhkan kejelian serta keuletan tersendiri
dari guru PAI.
4 Hasil wawancara dengan Moh Jumadi, selaku kepala MI Nurul Ulum, dikutip pada 06
Februari 2012. 5 Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, hlm. 33.
51
2. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MI Nurul Ulum
Sokokidul Kebonagung Demak
Sebelum berbicara mengenai metode pembelajaran yang diterapkan
dan dikembangkan dalam pembelajaran, maka terlebih dahulu perlu juga
dijelaskan mengenai pendekatan yang digunakan oleh pendidik dalam
proses pembelajaran PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung
Demak, di antaranya adalah:
a. Pendekatan pembiasaan, yaitu sebuah pendekatan yang dilakukan oleh
seorang pendidik dengan memberikan kesempatan pada peserta didik
untuk membiasakan sikap dan perilaku yang baik sesuai dengan ajaran
Islam.
b. Pendekatan pengalaman, yaitu sebuah pendekatan yang digunakan
oleh seorang pendidik dengan jalan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mempraktikkan dan merasakan hal-hal yang
terkait dengan pengalaman ibadah dan akhlak dalam menghadapi
tugas-tugas dan masalah dalam kehidupan.
c. Pendekatan emosional, yaitu upaya yang dilakukan oleh seorang
pendidik untuk menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam
menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya
bangsa.
d. Pendekatan rasional, yaitu usaha yang dilakukan oleh seorang
pendidik untuk memfungsikan peranan rasio (akal) peserta didik
dalam rangka memahami dan membedakan bahan ajar terkait dengan
perilaku yang baik dan buruk dalam kehidupan nyata.6
Jadi salah satu usaha yang dilakukan oleh pendidik dalam rangka
proses transfer ilmu dan nilai terkait dengan materi PAI di MI Nurul Ulum
Sokokidul Kebonagung Demak adalah dengan jalan mengintegrasikan
berbagai pendekatan tersebut ke dalam proses pembelajaran pendidikan
agama Islam.
6 Hasil wawancara dengan Moh Jumadi, selaku kepala MI Nurul Ulum, dikutip pada 07
Februari 2012.
52
Berbicara mengenai pembelajaran aktif, maka diperlukan usaha yang
serius dari seorang pendidik untuk menciptakan suasana yang kondusif
sehingga mampu merangsang daya pikir peserta didik untuk selalu aktif
bertanya dan mengemukakan gagasannya. Selain itu, pendidik juga harus
mampu menciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan, sehingga
waktu curah perhatian peserta didik dapat meningkat. Dalam
pelaksanaannya, penerapan metode aktif dalam proses pembelajaran PAI
harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan materi
pelajarannya. Hal itu harus dilakukan oleh seorang pendidik supaya tujuan
pembelajaran dapat dilakukan dengan baik dan lancar.
Berikut merupakan deskripsi mengenai ruang lingkup PAI di MI
Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak yang terdiri dari al-Qur’an
Hadits, Akidah Akhlak, Fiqh, dan SKI beserta metode pembelajaran aktif
yang diterapkan oleh pendidik dalam proses pembelajaran.
Perlu ditegaskan bahwa dalam penelitian kali ini, peneliti hanya
mengambil sampel mulai dari kelas IV, V, dan VI. Pembatasan tersebut
dilakukan berdasarkan pada keterangan yang diperoleh dari kepala sekolah
yang mengatakan bahwa kondisi psikologis peserta didik kelas I, II, dan III
belum siap untuk diajak terjun dalam pembelajaran aktif, karena kelas
tersebut masih tergolong kelas dengan tingkatan rendah, oleh karena itu
dalam proses pembelajaran PAI seorang guru belum menggunakan metode-
metode yang tergolong ke dalam metode pembelajaran aktif. Selain itu juga
mengingat efisiensi waktu, oleh karena itu tidak semuanya diteliti.
a. Al-Qur'an Hadits
Berdasarkan data hasil wawancara dan pengamatan yang
berhasil dilakukan, untuk materi pelajaran al-Qur'an dan Hadits di
kelas IV, V, VI, secara keseluruhan materi ajarnya berupa membaca,
menulis atau menyalin, menghafalkan, dan mengartikan, serta
menyimpulkan kandungan ayat atau hadits. Oleh karena itu, di dalam
proses pembelajaran, guru PAI juga menggunakan metode-metode
53
pembelajaran aktif yang bervariasi dan sesuai tingkat perkembangan
peserta didik.
Sebagaimana contoh pembelajaran yang berlangsung di kelas
IV, berhubung materi yang diajarkan berkaitan dengan surat-surat
pendek dalam al-Qur’an, maka guru PAI menggunakan metode
ceramah, mencari jodoh kartu tanya jawab (index card match) dan
tanya jawab.7
Untuk pembelajaran PAI yang berlangsung di kelas V,
berhubung materi ajarnya berupa surat-surat pendek pilihan dalam al-
Qur’an, maka metode yang digunakan guru PAI adalah ceramah,
mencari jodoh kartu tanya jawab (index card match), dan tanya
jawab.8
Sedangkan pembelajaran PAI yang berlangsung di kelas VI,
dengan materi ajar yang berupa ayat-ayat pilihan dalam al-Qur’an,
maka metode yang diterapkan oleh guru PAI adalah ceramah,
menyortir kartu (card sort) dan tanya jawab.9
Setelah mengamati metode-metode yang digunakan oleh guru
dalam pembelajaran PAI pada masing-masing kelas tersebut, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa di dalam proses pembelajaran al-
Qur’an dan Hadits, disini pendidik berperan sebagai fasilitator selama
berlangsungnya proses pembelajaran. Selain itu, pendidik disini juga
sudah dapat dikatakan tidak lagi menjadi sosok sentral yang dijadikan
sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.
Secara garis besar, proses pembelajaran PAI pada materi al-
Qur’an Hadits sudah sesuai dengan konsep active learning, hal itu
dapat diamati dari segi persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak
7 Hasil wawancara dan observasi dengan Siti Khoiriyah, selaku guru PAI kelas IV MI
Nurul Ulum, dikutip pada 09 Februari 2012. 8 Hasil wawancara dan observasi dengan Suparjadi, selaku guru PAI kelas V MI Nurul
Ulum, dikutip pada 10 Februari 2012. 9 Hasil wawancara dan observasi dengan Siti Mutoharoh, selaku guru PAI MI Nurul Ulum,
dikutip pada 08 Februari 2012.
54
lanjut yang dilakukan oleh guru PAI dalam proses pembelajaran.
Disamping itu, guru PAI juga sudah mampu melakukan
pengembangan yang ditandai dengan adanya kemampuan di dalam
mengombinasikan metode-metode pembelajaran yang diterapkan
tersebut dengan metode-metode pembelajaran aktif lain yang relevan
dengan materi yang diajarkannya. Hal itu dilakukan dengan tujuan
untuk memancing keaktifan dan kreatifitas peserta didik sehingga
timbul konsep pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student
centered).
b. Akidah Akhlak
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang berhasil
dilakukan pada kelas IV, V, dan VI, untuk mata pelajaran akidah
akhlak secara garis besar materi ajarnya berupa rukun iman. Untuk itu,
penerapan metode pembelajarannya secara umum juga sama yakni
menggunakan card sort (menyortir kartu).
Hal itu dapat diketahui pada pembelajaran akidah akhlak yang
berlangsung di kelas IV dengan materi ajar berupa iman kepada
Malaikat-Malaikat Allah, guru PAI menggunakan metode ceramah,
yang dipadukan dengan penyortiran kartu (card sort) dan diakhiri
dengan tanya jawab.10
Selanjutnya pada pembelajaran yang berlangsung di kelas V
dengan materi ajar berupa iman kepada Rasul-Rasul Allah, guru
menggunakan metode ceramah yang disertai dengan penyortiran kartu
(card sort) dan dilengkapi dengan tanya jawab.11
Begitu pula dengan pembelajaran yang berlangsung di kelas VI,
dengan materi ajar yang berupa iman kepada qadha’ dan qadhar, guru
10 Hasil wawancara dan observasi dengan Siti Khoiriyah selaku guru PAI kelas IV MI
Nurul Ulum, dikutip pada 08 Februari 2012. 11 Hasil wawancara dan observasi dengan Suparjadi selaku guru PAI kelas V MI Nurul
Ulum, dikutip pada 11 Februari 2012.
55
PAI juga menerapkan metode ceramah yang dilanjut dengan
penyortiran kartu (card sort) dan disertai dengan tanya jawab.12
Dengan mengamati berlangsungnya proses pembelajaran
tersebut, maka disini dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa di
dalam proses pembelajaran akidah akhlak, guru telah menerapkan
metode pembelajaran aktif, dan teknis pelaksanaannya, secara garis
besar dapat dikatakan telah sesuai dengan konsep active learning, hal
tersebut dapat dilihat dari cara guru dalam menyajikan materi
pembelajaran dengan metode yang telah ditentukannya. Mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang telah berjalan
secara runtut. Disini guru juga sudah dapat melakukan pengembangan
yang ditandai dengan adanya penggabungan dari beberapa metode
yang dirasa cocok dalam satu pelajaran. Sehingga pembelajaran
terkesan hidup dan peserta didik pun tidak merasa bosan dan
termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan baik.
c. Fiqh
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang berhasil
dilakukan, untuk mata pelajaran fiqh, masing-masing guru PAI
menggunakan metode yang berbeda pada masing-masing kelas. Hal
itu dikarenakan materi ajarnya juga berbeda.
Sebagaimana pembelajaran yang terjadi di kelas IV, berhubung
materi ajarnya berupa tata cara berdo’a dengan baik, maka dalam
menyajikan materi pelajaran, guru PAI menggunakan metode ceramah
dilanjut dengan menunjuk salah satu peserta didik sebagai tutor bagi
temannya dan diselingi dengan tanya jawab di akhir pembelajaran.13
12 Hasil wawancara dan observasi dengan Siti Mutoharoh, selaku guru PAI MI Nurul Ulum,
dikutip pada 09 Februari 2012. 13 Hasil wawancara dan observasi dengan Siti Khoiriyah, selaku guru PAI kelas IV MI
Nurul Ulum, dikutip pada 07 Februari 2012.
56
Untuk kelas V, materi ajarnya mengenai puasa wajib. Selama
proses pembelajaran berlangsung guru menerapkan metode ceramah
yang dikemas bersama card sort dan disertai tanya jawab.14
Sedangkan pembelajaran yang berlangsung di kelas VI materi
ajarnya berupa kewajiban zakat, untuk mempermudah peserta didik di
dalam memahami materi yang di ajarkan tersebut, maka disini guru
PAI menggunakan metode ceramah yang dilanjutkan dengan diskusi
kelomok kecil dan disertai dengan tanya jawab di akhir kegiatan.15
Dengan mencermati proses pembelajaran yang berlangsung di
beberapa kelas tersebut, maka disini diperoleh suatu kesimpulan
bahwa di dalam proses pembelajaran fiqh tersebut, guru PAI sudah
menggunakan beberapa metode pembelajaran aktif, dan teknis
pelaksanaannya secara garis besar sudah mendekati teori yang tertera
di dalam konsep active learning. Hal itu dapat dibuktikan ketika
proses pembelajaran fiqih berlangsung, seorang pendidik
memposisikan dirinya sebagai pendamping yang mengarahkan dan
memfasilitasi peserta didik selama pembelajaran berlangsung.
Disamping itu juga di dalam mengimplementasikan metode aktif
tersebut mulai dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan pembelajaran
telah berjalan dengan baik dan runtut sesuai prosedur yang tertera di
dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.
Pengembangan dapat diamati dari kemampuan guru di dalam
mengombinasikan masing-masing metode pembelajaran tersebut
dengan metode pembelajaran lain yang dapat memperlancar jalannya
pembelajaran. Sehingga dapat membawa peserta didik ke dalam
suasana pembelajaran yang aktif, dan menyenangkan.
14 Hasil wawancara dan observasi dengan Suparjadi, selaku guru PAI MI Nurul Ulum,
dikutip pada 06 Februari 2012. 15 Hasil wawancara dan observasi dengan Siti Mutoharoh, selaku guru PAI MI Nurul Ulum,
dikutip pada 09 Februari 2012.
57
d. Sejarah Kebudayaan Islam
Mata pelajaran SKI, secara garis besar berisi tentang cerita-
cerita sejarah yang meliputi: Kebudayaan, pendidikan, perjuangan,
dan lain-lain. Sehingga hal itu menyebabkan dalam pembelajaran guru
PAI sulit untuk terlepas dari ketergantungannya pada penggunaan
ceramah. Meskipun demikian, guru PAI berusaha agar tidak
sepenuhnya terpaku pada pembelajaran dengan ceramah, sehingga
yang terjadi pembelajaran menjadi pasif dan hambar. Untuk
menghindari kekhawatiran tersebut, maka guru PAI mencoba untuk
menerapkan dan mengembangkan metode pembelajaran aktif di dalam
proses pembelajaran.
Sebagaimana pembelajaran yang terjadi di kelas IV, disini guru
mampu menyajikan materi tentang kisah para Nabi dengan
menggunakan metode aktif yang berupa diskusi kelompok kecil (small
group discussions) meskipun pada praktiknya guru masih
menggunakan ceramah sebagai pengantar dan menyelinginya dengan
tanya jawab.16
Pembelajaran yang berlangsung pada kelas V dengan materi
tentang kisah sahabat Nabi, disini guru PAI juga menambahkan
metode aktif pada proses pembelajaran yakni berupa diskusi
kelompok kecil (small group discussions) dan disertai dengan
ceramah dan tanya jawab kepada peserta didik.17
Selanjutnya untuk pembelajaran yang berlangsung di kelas VI
dengan materi yang tergolong sama yakni masih seputar cerita dan
kali ini mengenai kisah kaum Muhajirin dan Anshor. Guru
menyajikannya dengan metode diskusi dengan mengikut sertakan
16 Hasil wawancara dan observasi dengan Siti Khoiriyah, selaku guru PAI MI Nurul Ulum,
dikutip pada 11 Februari 2012. 17 Hasil wawancara dan observasi dengan Suparjadi, selaku guru PAI MI Nurul Ulum,
dikutip pada 10 Februari 2012.
58
ceramah di dalamnya dan disambung dengan tanya jawab kepada
peserta didik.18
Dengan mengamati proses berlangsungnya kegiatan
pembelajaran tersebut, maka diperoleh suatu kesimpulan bahwa dalam
proses pembelajaran SKI yang berlangsung di masing-masing kelas
yang berbeda tersebut, guru sudah mulai menggunakan metode
pembelajaran aktif, dan di dalam pelaksanaannya, secara garis besar
sudah mengimplementasikan teori yang tertera di dalam konsep active
learning, bahwa belajar bukanlah sekedar menerima pengetahuan,
tetapi bagaimana membangun pengetahuan. Sehingga yang terjadi di
dalam pembelajaran adalah posisi guru hanya sebatas fasilitator dan
peserta didiklah yang aktif berfikir untuk mencari jawaban atas
permasalahan yang telah dihadapinya.
Atas dasar itulah maka guru melakukan sebuah pengembangan
dengan mengemas pembelajaran yang secara garis besar berupa cerita
tentang kisah-kisah nabi dan sahabat dengan metode aktif yang
digabungkan dengan beberapa metode pembelajaran aktif lainnya
yang relevan.
Secara umum, metode dapat diartikan sebagai cara yang digunakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode pembelajaran adalah
alat untuk mengoperasionalkan apa yang direncanakan dalam pembelajaran.
Untuk melaksanakan proses pembelajaran, digunakan seperangkat metode
tertentu, dalam pengertian demikian, maka metode pembelajaran menjadi
salah satu komponen terpenting dalam pembelajaran. Penggunaan metode
pembelajaran yang tepat juga sangat menentukan efektivitas pembelajaran.
Kesalahan dalam pemilihan dan penerapan metode akan sangat berpengaruh
terhadap tercapainya tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan.
Pada konteks pembelajaran PAI, banyak metode pembelajaran yang
dapat diterapkan. Sehingga, kenyataan tersebut memaksa seorang pendidik
18 Hasil wawancara dan observasi dengan Siti Mutoharoh, selaku guru PAI MI Nurul Ulum,
dikutip pada 07 Februari 2012.
59
untuk bertindak secara jeli agar berhasil menempatkan peserta didik pada
posisi yang aktif. Penerapan metode-metode tersebut tentunya harus
disesuaikan dengan materi yang disampaikan karena tidak semua materi
dapat disampaikan dengan metode yang sama.
Dalam pelaksanaanya, guru juga bisa mengombinasikannya secara
bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Hal itu dilakukan oleh pendidik
mengingat hampir setiap metode mempunyai kebaikan dan kelemahan.
Sehingga dengan cara mengombinasikan metode-metode tersebut, maka
kelemahan yang ada dalam suatu metode akan tertutupi oleh kebaikan
metode lainnya.
3. Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Setiap ruang kelas di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak
telah dilengkapi dengan fasilitas yang berguna untuk mendukung kelancaran
di dalam proses pembelajaran, seperti meja dan kursi yang mudah dipindah,
papan white board, serta media lain yang mendukung pembelajaran seperti
gambar-gambar yang sifatnya edukatif. Selain itu, juga terdapat media
pembelajaran yang berisi informasi yang berhubungan dengan mata
pelajaran, media tersebut berupa buku-buku, majalah, surat kabar, hasil
karya peserta didik yang intinya bisa digunakan sebagai sumber informasi
bagi peserta didik, yang semuanya telah tersedia di MI Nurul Ulum dan
tertata rapi di rak yang terletak di depan kelas. Pada mata pelajaran PAI
misalnya, media belajar yang berupa buku-buku PAI, ensiklopedia Islami,
serta buku lain penunjang belajar peserta didik ada dalam jumlah yang
relatif banyak, tidak hanya terdapat di perpustakaan sekolah tetapi juga di
dalam kelas.
Di MI Nurul Ulum juga terdapat lab komputer yang dilengkapi
dengan akses internet, layanan tersebut tidak hanya sekedar untuk mengikuti
perkembangan zaman, tapi sarana internet disediakan agar peserta didik
dengan mudah berinteraksi dengan komunitas internasional dan mencari
informasi terkait materi pelajaran PAI. Peserta didik bisa mencari jawaban
dari permasalahan-permasalahan agama Islam yang aktual hanya dengan
60
duduk di depan komputer. Selain itu juga agar peserta didik tidak gagap
teknologi, hal itu diwujudkan dengan ditambahkannya mata pelajaran
komputer. Selain itu tujuan dari media internet adalah sebagai sumber
informasi selain dari guru dan buku-buku pelajaran yang sudah ada.19
4. Guru dan Peserta Didik
Proses pembelajaran dapat berlangsung efektif manakala dilaksanakan
oleh guru yang profesional dan di jiwai semangat profesionalisme yang
tinggi. Guru profesional adalah guru yang memiliki keahlian yang memadai
dibidangnya, rasa tanggung jawab yang tinggi, serta memiliki rasa
kebersamaan. Mereka mampu melaksanakan fungsi-fungsinya sebagai
pendidik yang bertanggung jawab mempersiapkan peserta didik bagi
peranannya di masa depan. Seperti yang kita ketahui, peran guru PAI dalam
menjalankan profesinya mempunyai tanggung jawab yang lebih jika
dibandingkan dengan guru bidang studi yang lain, karena disamping
dituntut profesional dalam menjalankan profesinya, guru PAI juga harus
memiliki integritas moral dan akhlak yang benar-benar bisa dipertanggung
jawabkan, baik kepada peserta didik maupun kepada masyarakat secara
umum.20
Selain memiliki integritas moral yang tinggi, guru PAI juga harus
peka dan tanggap terhadap perubahan-perubahan, pembaharuan, serta ilmu
pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang. Sebagai pendidik yang
profesional, maka seorang pendidik hendaknya mampu mengantisipasi hal-
hal tersebut, sehingga apa yang disampaikan kepada peserta didik selalu
mengena di hati peserta didik dan bersifat up to date.
Di dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam, hendaknya
guru diposisikan sebagaimana mestinya, yaitu sebagai teman atau sahabat
yang memfasilitasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Sehingga
dengan adanya usaha tersebut, maka pembelajaran akan kembali kepada
19 Hasil observasi yang dilakukan di MI Nurul Ulum pada 06 Februari 2012. 20 Hasil wawancara dengan Moh Jumadi, selaku kepala MI Nurul Ulum, dikutip pada 06
Februari 2012.
61
makna yang sesungguhnya yaitu berpusat pada peserta didik (student
centered) bahkan tidak menutup kemungkinan pembelajaran yang dirancang
akan menjadi lebih dinamis dan efektif.
Salah satu usaha serius yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas
pembelajaran PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak adalah
dengan mendesain pembelajaran yang dapat memancing keaktifan dan
kreatifitas peserta didik, sehingga proses pembelajaran PAI tidak hanya
sekedar menjadi pengetahuan bagi peserta didik, tetapi bagaimana peserta
didik mampu mengaplikasikan apa yang dipelajari dari bangku sekolah ke
dalam kehidupan sehari-hari sesuai visi, misi, yang telah ditetapkan oleh MI
Nurul Ulum yakni “Santun dalam interaksi dan terwujudnya generasi muda
yang religius serta kompetitif dalam dunia global”.21
Untuk mewujudkan harapan tersebut, maka salah satu langkah yang
ditempuh adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang bervariatif
serta dapat memancing kreatifitas dan keaktifan dari masing-masing peserta
didik. Selain itu, usaha yang dilakukan untuk mendukung terwujudnya
harapan tersebut adalah dengan pembiasaan sholat dhuha dan shalat dzuhur
berjama’ah yang merupakan salah satu usaha untuk menghidupkan dan
menegakkan nilai-nilai akhlak serta moral yang benar, melalui pendekatan
pembiasaan.22
Setelah menelaah proses pembelajaran yang berlangsung di MI Nurul
Ulum Sokokidul Kebonagung Demak, maka dapat diambil kesimpulan
bahwasannya pembelajaran PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung
Demak secara garis besar sudah menggunakan metode pembelajaran aktif.
Indikator fisik yang secara lahiriah menandakan ada atau tidaknya
pembelajaran aktif dalam proses pembelajaran dapat diamati dari aspek
peserta didiknya. Satu: Muncul keinginan dan keberanian dalam diri peserta
didik untuk mengemukakan permasalahan yang di hadapinya. Kedua:
21 Hasil observasi yang dilakukan di MI Nurul Ulum pada 06 Februari 2012. 22 Hasil wawancara dengan Moh Jumadi, selaku kepala sekolah MI Nurul Ulum, pada 07
Februari 2012.
62
Muncul keinginan dan keberanian dalam diri peserta didik untuk
berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Ketiga: Tampak usaha yang
sungguh-sungguh dari peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung, atau dengan kata lain peserta didik bersedia atau berminat
menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar sampai mencapai hasil.
Keempat: Adanya kemandirian dalam belajar.
Pada teknis pelaksanaannya, guru PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul
Kebonagung Demak tersebut sudah menyesuaikannya dengan prinsip active
learning yang telah dipaparkan dalam kerangka teoritik, yaitu berorientasi
pada tujuan, dan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan dalam pembelajaran
aktif yaitu: Prinsip aktivitas yang bisa dilihat dari aktivitas yang terbangun
antara guru dan peserta didik yang bersifat dua arah, prinsip individualitas
yang tercermin dari adanya pemilihan metode yang dilakukan oleh seorang
pendidik dengan memperhatikan kemampuan peserta didiknya, serta prinsip
integritas yang dapat diamati dari kesesuaian antara penggunaan metode
dengan pemilihan materi yang akan disampaikan.
B. Penerapan dan Pengembangan Metode Pembelajaran Aktif di MI
Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun Pelajaran
2011/2012
Perkembangan pembelajaran dewasa ini lebih banyak diarahkan dan di titik
beratkan pada bagaimana upaya untuk mengaktifkan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Mengajar pada hakikatnya adalah usaha dari seorang pendidik
untuk menciptakan suasana belajar bagi peserta didik secara optimal, sehingga
yang menjadi pusat perhatian sesungguhnya dalam proses pembelajaran ialah
peserta didik. Berawal dari pendekatan tersebut menghasilkan sebuah konsep
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik atau lebih dikenal dengan strategi
pembelajaran aktif.
Berdasarkan hasil pengamatan, pembelajaran PAI yang berlangsung di MI
Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak sudah memfokuskan perhatiannya
pada upaya mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran. Hal itu
63
terbukti dengan diterapkannya metode-metode pembelajaran yang tergolong ke
dalam metode pembelajaran aktif seperti yang telah dipaparkan di atas.
Dalam proses pembelajaran, tampak jelas adanya guru yang aktif mengajar
di satu pihak dan peserta didik aktif belajar di pihak lain. Hal itu secara garis besar
sudah bisa diartikan sesuai dengan teori konstruktivisme dan teori yang
dikemukakan oleh Confusius yang digunakan sebagai dasar dalam pembelajaran
aktif. Dimana dalam teorinya disebutkan bahwa: “Salah satu prinsip dalam proses
pembelajaran adalah bahwa guru tidak begitu saja memberikan pengetahuan
kepada peserta didik, tetapi peserta didiklah yang harus aktif membangun
pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri”.
Prinsip pembelajaran tersebut sudah tampak dalam proses pembelajaran PAI
yang berlangsung di MI Nurul Ulum sokokidul Kebonagung Demak, dimana
peran seorang guru hanyalah sebagai fasilitator dalam pembelajaran, yaitu yang
bertugas memfasilitasi proses pembelajaran dengan mengajar menggunakan cara-
cara yang membuat sebuah informasi menjadi lebih bermakna dan relevan bagi
peserta didik. Selain itu guru juga berupaya memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk menemukan atau memecahkan permasalahan serta mengaplikasikan
ide-ide mereka sendiri.
Mengajar pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar menolong peserta didik
untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, serta ide dan apresiasi yang
menjurus kepada perubahan tingkah laku peserta didik. Cara mengajar guru yang
baik merupakan kunci dan prasarat bagi peserta didik untuk dapat belajar dengan
baik. Salah satu tolok ukur bahwa peserta didik telah belajar dengan baik adalah
jika peserta didik itu telah dapat mempelajari apa yang seharusnya dipelajari
sehingga indikator hasil belajar yang diinginkan dapat dicapai oleh peserta didik
dengan baik.
Setelah mengamati proses pembelajaran yang berlangsung di tiga kelas yang
terdiri dari kelas IV, V, dan VI, maka selanjutnya adalah pembahasan mengenai
metode metode pembelajaran aktif yang diterapkan dan dikembangkan oleh guru
PAI selama proses pembelajaran berlangsung.
64
1. Metode Pembelajaran Index Card Match
Penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif (index card
match) merupakan sebuah pilihan yang tepat yang dapat ditempuh oleh
seorang pendidik dalam rangka mengaktifkan peranserta dari anak didik.
Karena metode ini merupakan sebuah metode yang dapat memfungsikan
seluruh indera yang dimiliki peserta didik ketika kegiatan pembelajaran
berlangsung. Sebagaimana yang terdapat dalam konsep active learning,
pembelajaran harus ditempuh dengan jalan mengaktifkan seluruh indera
yang dimiliki oleh peserta didik, atau dengan kata lain, belajar yang hanya
menggunakan satu indera saja akan terasa menyulitkan peserta didik di
dalam proses transfer of knowledge maupun transfer of value. Hal itu tidak
lepas dari makna pendidikan itu sendiri yang lebih mengutamakan proses
dari pada hasil.
Melalui metode ini peserta didik dilatih untuk lebih aktif yaitu dengan
cara mencari jawaban atas permasalahan yang telah diberikan oleh pendidik
yang berperan sebagai fasilitator di dalam pembelajaran. Metode ini
memang sebuah metode yang didesain secara khusus untuk mengaktifkan
peran serta peserta didik, sehingga pembelajaran tidak terkesan kaku dan
monoton. Selain itu peserta didik juga tidak akan pernah merasa jenuh
selama mengikuti proses pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran yang dilalui dengan suasana yang
menyenangkan jelas akan memberikan dampak yang posif. Untuk itu
metode mencari pasangan kartu yang cukup menyenangkan ini hadir untuk
membantu pendidik di dalam mengaktifkan peranserta dari peserta didik.
Hal itu bukan tanpa alasan, penerapan metode ini didasarkan pada kondisi
kejiwaan anak didik yang menyukai sesuatu yang berbau permainan. Tujuan
utama dari penerapan metode ini adalah untuk melatih peserta didik agar
lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu materi pokok.
Secara garis besar, proses pembelajaran dengan metode index card
match dilaksanakan melalui empat tahapan diantaranya adalah tahap
persiapan, tahap pelaksanaan, tahap tindak lanjut, dan tahap evaluasi.
65
Metode index card match ini digunakan oleh guru PAI untuk merangsang
keaktifan peserta didik di dalam pembelajaran. Caranya adalah guru
menyiapkan potongan-potongan kertas yang di dalamnya sudah diberi
materi-materi yang relevan sehingga ketika guru sudah berada di kelas,
maka guru tinggal membagikan kartu yang sudah disiapkan tersebut kepada
peserta didik dan menjelaskan aturan mainnya. Misalkan materi yang
diajarkan adalah tentang surat al-Kautsar, maka di kartu induknya ditulis
kata kunci baik itu terjemahnya maupun dalilnya.
Setelah kartu dibagikan semua kepada peserta didik, maka guru
meminta peserta didik yang memegang kartu induk agar berdiri di depan
kelas yang sengaja sudah didesain dengan berbagai model desain ruang.
Sebagaimana yang terjadi di kelas IV, guru mendesain ruang kelas menjadi
leter U. Jadi posisi peserta didik yang membawa kartu induk berada
ditengah-tengah pendidik dan peserta didik lain, kemudian peserta didik
yang lain diminta untuk beradu kecepatan agar mencari jodoh kartu yang
sesuai dengan yang dibawanya. Bagi peserta didik yang telat atau paling
akhir menemukan jodoh kartunya, maka guru akan memberikan hukuman
kepada peserta didik tersebut. Tapi hukuman yang diberikan pun bersifat
mendidik, yakni menyuruh peserta didik yang paling akhir menemukan
jodoh kartunya untuk bernyanyi lagu-lagu daerah atau lagu-lagu yang
bernuansa Islami.23
Berdasarkan pada hasil pengamatan, secara garis besar penerapan
metode ini sudah mendekati teori yang ada di dalam active learning, karena
melihat tahap pelaksanaannya yang sudah sistematis, selain itu di dalam
menerapkan metode ini juga sudah disertakan pengembangan yakni dengan
mendesain ruang kelas dengan leter U, selain itu juga adanya hukuman-
hukuman bagi peserta didik yang tidak tepat waktu di dalam mencari jodoh
kartu. Hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan metode ini adalah
keaktifan dari guru itu sendiri. Guru harus senantiasa memberi pengarahan
23 Hasil observasi yang dilakukan di kelas IV, dikutip pada 09 Februari 2012.
66
kepada peserta didik yang mengalami kesulitan di dalam menemukan
pasangannya. Kalau hal ini tidak diperhatikan oleh guru maka tidak akan
dipungkiri seketika kelas dapat berubah menjadi gaduh.
2. Metode Pembelajaran Card Sort
Metode pembelajaran ini disebut juga dengan metode penyortiran
kartu, yaitu dengan jalan menginstruksikan kepada peserta didik untuk
memilah-milah kartu rincian dan menyesuaikannya dengan kartu induk
sesuai materi yang diberikan oleh guru. Tujuan penerapan dan
pengembangan metode card sort adalah untuk mengaktifkan setiap peserta
didik baik secara individu maupun kelompok.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam card short adalah: Pemilahan
kartu, baik kartu induk maupun kartu rincian. Menentukan kelompok atau
individu. Mempertanggung jawabkan hasil pekerjaan kelompok atas hasil
sortiran kartu.
Adapun proses pembelajaran dengan metode card sort terangkum ke
dalam empat tahapan, diantaranya adalah tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, tahap tindak lanjut, dan tahap evaluasi. Berdasarkan hasil
pengamatan, penerapan metode card sort yang dilakukan oleh guru PAI di
MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak sudah bisa dibilang sesuai
dengan konsep active learning, hanya saja di dalam pelaksanaannya guru
PAI berusaha mengembangkannya dengan mengombinasikan metode card
sort tersebut dengan beberapa metode pembelajaran lain yang relevan guna
menunjang keberhasilan di dalam pengajaran.
Selain itu, penerapan dan pengembangan metode card sort ini juga
dirasa dapat menjadikan guru agar tampil lebih kreatif, karena sebelum card
sort dipraktekkan, guru dapat melakukan pengembangan di dalam
pembelajaran, sebagaimana yang terjadi pada pembelajaran akidah akhlak di
kelas V, salah satu langkah yang ditempuh oleh guru adalah dengan
membangkitkan motivasi peserta didik dengan jalan mengajak peserta didik
untuk menyanyikan lagu-lagu yang bernuansa Islami terkait dengan nama-
67
nama 25 Nabi dan Rasul yang wajib untuk di imani.24 Sehingga dengan
adanya upaya pengembangan yang dilakukan oleh guru tersebut, maka
diharapkan timbul perasaan senang dalam benak peserta didik untuk
mengikuti pelajaran yang disajikan oleh guru, dan menjadikan peserta didik
lebih bersemangat dan mudah mengingat materi serta tidak gampang lupa
tentang materi yang telah diajarkan oleh guru.
3. Metode Pembelajaran Tanya Jawab
Dari beberapa kelas yang berhasil diamati, IV, V, dan VI, ternyata di
dalam proses pembelajaran semua guru menerapkan metode tanya jawab
sebagai wujud pengembangan dari metode pembelajaran aktif. Metode
tanya jawab ini digunakan oleh seorang pendidik dengan maksud untuk
melanjutkan (meninjau kembali) pelajaran yang lalu, selain itu metode tanya
jawab ini juga digunakan oleh seorang pendidik untuk menyelingi
pembicaraan dengan tujuan utamanya yaitu melatih peserta didik untuk
bekerjasama, memimpin pengamatan dan mengasah pola pikir peserta didik.
Dalam prakteknya, metode tanya jawab sengaja dikombinasikan dengan
beberapa metode-metode aktif lainnya untuk menunjang keberhasilan di
dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.
Penerapan metode tanya jawab dimaksudkan untuk merangsang anak
agar mampu mengasah otaknya untuk berfikir dan membimbing peserta
didik dalam mencapai kebenaran, memberikan pengertian kepada peserta
didik dan memancingnya dengan umpan pertanyaan. Metode ini seringkali
digunakan pada zaman Nabi dengan para Sahabat. Maka atas dasar itulah
metode ini sering digunakan oleh semua guru tak terkecuali guru PAI.
Sehingga tidak akan pernah dijumpai seorang guru mengajar tanpa memberi
pertanyaan kepada anak didiknya.
Berdasarkan keterangan dari guru PAI kelas V Suparjadi, beliau
menegaskan bahwa apapun metode yang diterapkan dan dikembangkan,
tidak akan pernah bisa terasa sempurna dan lengkap tanpa disertai dengan
24 Hasil observasi dengan yang dilakukan di kelas V, dikutip pada 11 Februari 2012.
68
metode tanya jawab. Karena tanya jawab merupakan salah satu komponen
penting di dalam pembelajaran. Tanpa adanya tanya jawab maka interaksi
edukatif sebagai ciri dari pembelajaran aktif tidak akan pernah terwujud
dalam pembelajaran PAI.25 Berdasarkan keterangan yang telah diperoleh
dari informan tersebut, maka ada indikasi bahwa guru PAI di MI Nurul
Ulum Sokokidul Kebonagung Demak sudah bisa menerapkan dan
mengembangkan metode pembelajaran aktif, hal itu terbukti dengan
dikombinasikannya metode tanya jawab ke dalam beberapa metode aktif
yang lainnya.
Pada pelaksanaannya, guru bisa memvariasikan pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan dengan cara yang berbeda pada setiap pelajaran
yang diajarkan, salah satunya dengan menyentuh aspek afekif peserta didik
serta pengalaman belajar peserta didik secara individu. Dengan begitu setiap
pertanyaan yang diajukan oleh guru mendapatkan jawaban yang bervariasi
dari masing-masing peserta didik.
4. Metode Pembelajaran Teman Sebaya (Peer Lesson)
Peer lesson adalah metode yang memberikan kesempatan pada peserta
didik untuk mempelajari suatu materi pelajaran dengan baik pada waktu
yang sama, dimana yang menjadi narasumber adalah teman sendiri. Metode
peer lesson dalam pembelajaran PAI digunakan pada mata pelajaran fiqih
yang terkait dengan praktek-praktek ubudiah, sebagaimana yang berhasil
diamati pada pembelajaran yang berlangsung di kelas IV bab tata cara
berdo’a dengan baik.26
Tahap pertama yang dilakukan guru adalah tahap persiapan. Pada
tahap ini, guru membentuk beberapa kelompok heterogen dengan menyebar
peserta didik yang mempunyai kemampuan akademis tinggi dalam tiap-tiap
kelompok. Selanjutnya guru menjelaskan tugas tutor (peserta didik yang
pandai).
25 Hasil wawancara dengan Suparjadi, selaku guru PAI kelas V MI Nurul Ulum, dikutip
pada 07 Februari 2012. 26 Hasil observasi yang dilakukan di kelas IV, dikutip pada 07 Februari 2012.
69
Tahap kedua, adalah tahap pelaksanaan. Pada tahap ini, guru memulai
proses pembelajaran dengan apersepsi dan memberikan penjelasan terlebih
dahulu tentang materi yang menjadi pokok bahasan. Kemudian guru
membagi kelas menjadi beberapa kelompok. Setelah kelompok berhasil
dibentuk, guru memberikan sejumlah informasi tentang topik yang diangkat.
Guru meminta dua orang peserta didik sebagai tutor untuk maju ke depan
dan mempraktekkan cara berdo’a dengan baik dan benar, bergantian sesuai
dengan apa yang selama ini dilakukan dan diketahui. Dari peragaan
tersebut, kelompok lain melihat, memperhatikan, dan meneliti apa yang
diperagakan oleh teman yang menjadi tutor tersebut. Guru meminta peserta
didik untuk mendiskusikan dengan kelompoknya terkait apa yang mereka
lihat dengan cara membandingkannya dengan sumber bacaan lain. Setelah
dirasa cukup, guru meminta beberapa kelompok untuk mempresentasikan
hasilnya di depan kelas. Kemudian bersama guru, hal-hal tadi yang muncul
didiskusikan kembali mana yang sudah tepat dan sesuai dengan aturannya.
Setelah berdiskusi guru meminta peserta didik untuk mencatat hasilnya di
buku tulis masing-masing.
Tahap ketiga adalah evaluasi. Setelah selesai guru memberikan
penjelasan tentang apa yang telah dilakukan peserta didik, dengan metode
ini, diharapkan peserta didik bisa lebih cepat menangkap materi pelajaran,
karena situasi yang terbentuk seperti belajar kelompok.
Tahap keempat adalah tindak lanjut. Sebagai tindak lanjut dari hasil
pembelajaran tentang tata cara berdo’a dengan baik, peserta didik bersama-
sama mempraktekkan tata cara berdo’a di masjid dan melaksanakan shalat
dhuha.
Secara umum, dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa implementasi
metode pembelajaran aktif dalam pembelajaran PAI di MI Nurul Ulum
Sokokidul Kebonagung Demak lebih memperhatikan aspek peserta
didiknya. Hal ini terlihat pada interaksi yang terjadi antara peserta didik dan
pendidik dalam proses pembelajaran. Selain interaksi, pola komunikasi
terjadi secara dua arah, yaitu dari peserta didik ke pendidik atau sebaliknya
70
dari pendidik ke peserta didik. Pendidik sendiri dalam proses pembelajaran
tidak memposisikan peserta didik seperti botol kosong yang belum
mempunyai isi, tetapi peserta didik dipandang sebagai obyek dan subyek
pembelajaran.
Obyek pembelajaran maksudnya adalah peserta didik memiliki
potensi yang perlu dibina, diarahkan dan dikembangkan melalui proses
pembelajaran. Sedangkan subyek pembelajaran adalah peserta didik
dipandang sebagai manusia yang sedang berkembang, memiliki keinginan,
harapan dan tujuan hidup, aspirasi dan motivasi serta berbagai kemungkinan
potensi lainnya.
Dengan penerapan metode peer lesson ini, setiap peserta didik
mempunyai kesempatan untuk mempelajari sesuatu yang baik sekaligus
menjadi nara sumber bagi peserta didik lain, sehingga partisipasi kelas akan
lebih mudah di dapat. Karena pada hakikatnya sebuah mata pelajaran baru
benar-benar dikuasai ketika peserta didik mampu mengajarkannya pada
orang lain. Pada tahapan evaluasi, guru berusaha memberikan penghargaan
kepada peserta didik yang telah menjadi tutor, dengan menyuruh peserta
didik lain memberikan tepuk tangan, pujian serta ucapan terima kasih. Apa
yang di lakukan peserta didik tersebut akan memberi dampak positif bagi
peserta didik lain. Dalam hal ini peserta didik yang belum ditunjuk oleh
guru untuk menjadi tutor, maka akan termotivasi untuk belajar lebih giat
lagi, agar suatu saat bisa berdiri di depan kelas untuk menjadi tutor bagi
teman-temannya.
5. Metode Pembelajaran Diskusi Kelompok Kecil (Small Group Discussion)
Metode ini merupakan sebuah cara yang dilakukan dalam mempelajari
bahan atau menyampaikan materi dengan jalan mendiskusikannya, dengan
tujuan agar peserta didik memiliki keterampilan memecahkan masalah
terkait dengan materi pokok dan persoalan yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari.
Pada pelaksanaan pembelajaran PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul
Kebonagung Demak, metode ini digunakan oleh guru PAI pada mata
71
pelajaran SKI yang berisi materi tentang kisah sejarah yang terjadi pada
zaman Rasulullah dan Sahabat yang meliputi kebudayaan, pendidikan,
perjuangan dan lain-lain.
Sebagaimana yang berhasil diamati, pada pembelajaran di kelas VI,
penerapannya diawali dengan tahap persiapan yakni dengan membagi kelas
menjadi beberapa kelompok diskusi kecil. Kemudian pada masing-masing
kelompok ditunjuk seorang panelis yang akan menyampaikan pandangan di
depan forum diskusi yang didesain menyerupai forum rapat. Untuk bahan
kajian telah ditetapkan oleh guru PAI pada pertemuan sebelumnya, sehingga
masing-masing peserta didik mempunyai waktu untuk menyiapkan materi
yang telah ditentukan melalui referensi, yang didapat dari sumber bacaan
lain. Langkah berikutnya adalah menjelaskan pada peserta didik tentang
aturan mainnya, sehingga dalam prosesnya nanti tiap kelompok akan
berpartisipasi aktif.
Format diskusi ini dikembangkan menyerupai sebuah rapat, di mana
peserta didik bisa menjadi pembicara (panelis) yang sewaktu-waktu bisa di
tunjuk untuk memberikan pandangannya. Diskusi dimulai dengan
mendengarkan terlebih dahulu penjelasan secara singkat tentang topik atau
materi yang akan dijadikan bahan diskusi oleh seorang pendidik. Secara
bergiliran peserta didik yang ada di dalam forum diskusi berperan menjadi
panelis menanggapi apa yang disampaikan oleh pendidik, begitu seterusnya
secara otomatis peserta didik yang tidak setuju ataupun ingin menanggapi
pernyataan panelis lain akan mengangkat tangan. Peserta didik akan
berbicara sesuai dengan kemampuan dan data-data pendukung yang dimiliki
masing-masing kelompok.
Pada saat diskusi berlangsung, pendidik hanya bertugas sebagai
pengatur jalannya diskusi. Namun sesekali pendidik mengarahkan panelis
yang sedang berbicara untuk menyuruh panelis lain yang belum berbicara
untuk memberikan pendapatnya. Setelah diskusi selesai, pendidik kemudian
bertindak sebagai evaluator dari argumen-argumen yang telah terkumpul
untuk kemudian mengevaluasi dan merumuskan jawaban menjadi lebih
72
sempurna terhadap permasalahan. Hal itu dilakukan guru secara bersama-
sama dengan peserta didik. Pelaksanaan metode diskusi yang diterapkan
guru PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak memang telah
sesuai dengan teori active learning dimana formatnya didesain supaya
diskusi lebih bervariatif dan lebih hidup.27
Dengan adanya pengembangan diskusi yang menyerupai sebuah rapat,
maka diharapkan pertukaran pendapat yang seru namun tertib antar peserta
didik bisa terwujud, karena setiap peserta didik terlibat dan juga
bertanggung jawab atas jalannya diskusi. Dengan menerapkan metode ini
peserta didik bisa benar-benar diposisikan sesuai subyek dalam
pembelajaran. Metode ini memainkan peranan penting dalam pembelajaran
aktif. Karena dengan mendengarkan beragam pendapat, maka peserta didik
akan lebih tertantang untuk berfikir, peserta didik juga akan belajar untuk
saling menghargai pendapat orang lain, bagaimana cara menyampaikan ide
atau gagasan dengan baik serta bagaimana mengambil keputusan bersama.
Aktifitas tersebut jika dikembangkan dan diarahkan dengan baik hal
itu dapat membuat peserta didik untuk lebih berpartisipasi aktif. Tahapan
evaluasi dilakuakan oleh seorang pendidik dengan cara mengulas kembali
poin-poin yang dibicarakan peserta didik dalam kegiatan diskusi tersebut,
baik yang sifatnya mendukung pernyataan yang disampaikan pendidik
sebelumnya, maupun pandangan-pandangan peserta didik yang sifatnya
baru dan berbeda. Dari penyampaian tersebut, peserta didik lebih
mendapatkan kejelasan serta pandangan secara menyeluruh, tentang materi
yang didiskusikan sebelumnya.
27 Hasil observasi yang dilakukan di kelas VI MI Nurul Ulum, dikutip pada 07 Februari
2012.
73
C. Problematika Guru Pendidikan Agama Islam dalam Penerapan dan
Pengembangan Metode Pembelajaran Aktif di MI Nurul Ulum
Sokokidul Kebonagung Demak Tahun Pelajaran 2011/2012
Penerapan metode pembelajaran aktif dalam pembelajaran PAI di MI Nurul
Ulum Sokokidul Kebonagung Demak yang berhasil diamati ternyata masih dalam
upaya untuk lebih baik lagi atau dalam tahap pengembangan. Jika dilihat dari segi
hasil yang telah dicapai selama ini, maka dapat dikatakan bahwa penerapan
metode pembelajaran aktif sudah baik dan sesuai dengan prinsip-prinsip
pembelajaran aktif. Berikut ini akan dipaparkan mengenai problematika guru
pendidikan agama Islam dalam penerapan dan pengembangan metode
pembelajaran aktif di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Tahun
Pelajaran 2011/2012, beserta solusi yang harus dilakukan oleh guru pendidikan
agama Islam untuk memecahkan problematika tersebut.
Setelah melakukan pengamatan dan wawancara mendalam dengan berbagai
pihak terkait, maka diperoleh suatu keterangan bahwa problematika yang dihadapi
oleh guru PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak dalam
penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif adalah: Pertama,
bersumber dari guru PAI itu sendiri. Kedua, bersumber dari peserta didik yang
meliputi kondisi fisik, kecerdasan, motivasi. Ketiga, bersumber dari sekolah, yang
meliputi alokasi waktu, dan terbatasnya media pembelajaran yang dimiliki
sekolah. Keempat, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Berikut ini
adalah penjelasan mengenai berbagai problematika yang dihadapi oleh guru PAI
tersebut.
1. Guru (Pendidik)
Masalah yang dihadapi dalam penerapan dan pengembangan metode
pembelajaran aktif dari sisi guru adalah: Pertama, terbatasnya pengetahuan
yang di miliki guru PAI mengenai metode pembelajaran aktif. Hal itu
disebabkan kebanyakan guru-guru PAI di MI Nurul Ulum Sokokidul
Kebonagung Demak ini mempelajari tentang metode-metode pembelajaran
aktif hanya melalui buku-buku bacaan tentang panduan active learning,
selain itu guru PAI di MI Nurul Ulum ini tidak pernah di ikut sertakan
74
dalam pelatihan-pelatihan tentang metode pembelajaran aktif, Sehingga
wajar kalau selama proses pelaksanaannya terdapat banyak kekurangan.
Kedua, kurangnya komunikasi antara masing-masing guru PAI juga
mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran aktif. Di MI ini, intensitas
pertemuan masing-masing guru PAI untuk bertukar pikiran dan membahas
mengenai tata cara maupun prosedur dalam penerapan pembelajaran aktif
juga sangat minim sekali, sehingga akibatnya adalah terdapat kesalahan-
kesalahan tertentu selama proses pembelajaran berlangsung, misalkan
seperti kesalahan dalam memilih materi maupun metode pembelajaran yang
akan diterapkan. Ketiga, dilatarbelakangi adanya konflik atau masalah
pribadi yang dihadapi guru PAI itu sendiri, misalkan masalah kehidupan
keluarga. Konflik yang terjadi di dalam keluarga juga mempengaruhi
tingkat emosional guru ketika berada di kelas, sehingga mempengaruhi cara
penyajian materi pelajaran.
Untuk itu, dalam pembelajaran aktif, diperlukan guru yang profesional
dan berdedikasi tinggi. Karena profesionalitas guru merupakan salah satu
hal yang menunjang keberhasilan penerapan metode pembelajaran aktif di
MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak. Profesionalitas ini
terwujud dalam penyusunan skenario pembelajaran yang guru lakukan serta
pemilihan materi pembelajaran yang tepat. Karena dengan pemilihan materi
yang tepat maka akan memudahkan guru di dalam menentukan metode apa
yang seharusnya di terapkan dan dikembangkan dalam proses pembelajaran.
Sehingga tujuan pembelajaran PAI akan mudah dicapai dengan baik.
Sebaliknya, jika pemilihan materi pelajaran tidak tepat, maka hal itu dapat
menjadi masalah tersendiri bagi guru PAI dalam penerapan dan
pengembangan metode pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran PAI
akan sulit untuk diwujudkan.
Hal lain yang mendukung dari sisi guru adalah kreativitas mereka
dalam mengembangkan materi secara mandiri. Seperti yang di ungkapkan
oleh kepala sekolah Moh Jumadi bahwa “kreatifitas guru dalam mengelola
pembelajaran menjadi faktor penting karena pada dasarnya peserta didik
75
adalah bayang-bayang dari guru, bayang-bayang itu selamanya akan
mengikuti gambar aslinya”. Jadi semakin tinggi kreatifitas guru maka akan
semakin tinggi pula partisipasi serta kreatifitas peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran.
Dalam menerapkan dan mengembangkan metode aktif tersebut, guru
PAI tidak hanya bisa belajar secara mandiri melalui buku-buku referensi
yang relevan dengan materi yang akan diajarkannya, tetapi bisa juga belajar
melaui rekan-rekan lainnya yang lebih berpengalaman dalam hal penerapan
dan pengembangan metode pembelajaran aktif, kemudian diadopsi,
dimodifikasi, dan dikembangkan lebih jauh lagi berdasarkan versinya
sendiri serta diikuti dengan diskusi yang matang untuk menetapkan apakah
metode tersebut cocok di terapkan dalam mata pelajaran PAI atau tidak.
Oleh karena itu diperlukan kerja sama dan komunikasi yang baik antar
masing-masing guru PAI, agar proses penerapan dan pengembangan metode
pembelajaran aktif berjalan dengan baik dan lancar.
2. Peserta Didik
Peserta didik disini menempati peringkat kedua di dalam daftar
problem yang dihadapi guru PAI dalam penerapan dan pengembangan
metode aktif. Problem utama yang berkaitan dengan peserta didik berasal
dari diri peserta didik itu sendiri, meliputi:
a. Kondisi Fisik Individu
Dalam proses pembelajaran, kondisi fisik individu yang sehat
dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan
belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan
menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Selama proses
pembelajaran pendidikan agama Islam berlangsung, peran fungsi fisik
pada tubuh peserta didik akan sangat memengaruhi hasil belajar dari
masing-masing individu, terutama peran dan fungsi dari panca indera.
Sebagai seorang pendidik yang profesional, maka sudah
sewajarnya seorang guru mampu memahami kondisi fisik dari peserta
didiknya. Sangat tidak dibenarkan kalau seorang pendidik
76
berpandangan bahwa semua individu itu mempunyai karakteristik
yang sama, tanpa memperhatikan perbedaan yang ada pada diri
individu. Sehingga berimbas pada cara penyajian materi pelajaran
yang terkesan semena-mena.
Realita yang terjadi di lapangan, peserta didik di MI Nurul Ulum
Sokokidul Kebonagung Demak mempunyai keadaan fisik yang
berbeda-beda. Terutama yang berkaitan dengan fungsi dari panca
indera. Sehingga tidak semua peserta didik dapat di ajar dengan
menggunakan cara yang sama. Ini menjadi salah satu problem
tersendiri yang dihadapi oleh guru pendidikan agama Islam di MI
Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak.
Bagi peserta didik yang memiliki panca indera dengan fungsi
yang baik, maka akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik
pula. Sebaliknya, bagi peserta didik yang mempunyai gangguan
dengan panca inderanya maka akan terasa sulit untuk mengikuti
pembelajaran dengan metode aktif yang diterapkan oleh guru. Semua
itu disebabkan karena dalam proses pembelajaran, panca indra
merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan
ditangkap oleh manusia. Disamping itu, paradigma pembelajaran yang
baik adalah ketika mampu mengaktifkan fungsi dari seluruh panca
indera peserta didik.
Melihat begitu sentralnya peranan panca indera dalam rangka
proses pembelajaran, maka hal terpenting yang harus dilakukan oleh
guru maupun peserta didik adalah perlunya menjaga panca indera
dengan baik agar proses transfer ilmu dan nilai yang dilakukan di
kelas dapat berjalan dengan lancar.
b. Kecerdasan
Kecerdasan merupakan faktor terpenting dalam proses belajar
peserta didik, karena hal itu sangat menentukan kualitas belajar
peserta didik. Semakin tinggi tingkat kecerdasan peserta didik, maka
semakin besar pula peluang peserta didik tersebut meraih sukses
77
dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat kecerdasan peserta
didik, maka akan semakin sulit bagi peserta didik dalam mencapai
kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari guru,
atau orang tua.
Perlu diketahui bahwa pada kenyataannya peserta didik di MI
Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak memiliki tingkat
kecerdasan yang berbeda-beda. Ada peserta didik yang dapat dengan
mudah menangkap keterangan dari seorang guru dan ada pula peserta
didik yang sulit untuk menangkap keterangan dari seorang guru. Hal
semacam ini juga perlu diperhatikan oleh guru sebagai pendidik yang
baik.
Sebagai faktor penting dalam mencapai kesuksesan belajar,
maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki
oleh setiap guru, sehingga mereka dapat menerapkan metode
pembelajaran aktif sesuai dengan tingkat kecerdasan peserta didik.
Selain itu juga akan sangat membantu di dalam mengarahkan dan
merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada peserta didik.
c. Motivasi
Berdasarkan data dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa
motivasi sebagai faktor yang muncul dari dalam diri peserta didik juga
sangat memengaruhi keefektifan kegiatan belajar peserta didik di MI
Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak. Motivasilah yang
mendorong peserta didik ingin melakukan kegiatan belajar. Sebagai
seseorang yang bergelut di bidang pendidikan, maka tentunya perlu
mengetahui bahwa tingkat motivasi antara masing-masing individu itu
berbeda.
Mata pelajaran pendidikan agama Islam bagi peserta didik di MI
Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak bukanlah menjadi suatu
mata pelajaran yang asing bagi mereka, hal itu dikarenakan
kebanyakan dari mereka di luar jam sekolah juga mendapatkan mata
pelajaran yang serupa yang mereka dapatkan dari bangku madrasah
78
yang mereka tempuh pada siang hari setelah pulang sekolah, dengan
adanya hal itu, maka akan sangat memengaruhi gairah atau keinginan
peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran pendidikan agama
Islam yang berlangsung di kelas.
Hal semacam ini tentunya menjadi problem tersendiri bagi guru
pengampu mata pelajaran pendidikan agama Islam di MI Nurul Ulum
Sokokidul Kebonagung Demak dalam rangka mewujudkan
pembelajaran aktif. Meskipun guru berusaha sekuat apapun, kalau
peserta didik tidak memiliki motivasi untuk mempelajarinya maka
pengajaran akan terasa sia-sia.
Banyak alternatif yang dapat di tempuh oleh seorang guru untuk
membangkitkan motivasi belajar peserta didik diantaranya adalah
dengan cara memasukkan motivasi ke dalam rangkaian kegiatan awal
pembelajaran di dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Sehingga
hal itu akan mempermudah guru dalam upaya membangun motivasi
peserta didik atau dengan mengemas pembelajaran semenarik
mungkin dan tidak membosankan, yaitu dengan jalan menggunakan
berbagai metode pembelajaran yang dapat memancing keaktifan
peserta didik sehingga peserta didik merasa senang dan menjadi lebih
aktif dan pada akhirnya motivasi peserta didik untuk mempelajari
mata pelajaran pendidikan agama Islam akan tumbuh dan berkembang
dengan baik.
3. Sekolah
Selain problem yang datang dari guru dan peserta didik seperti yang
telah diurai di atas, terdapat juga problem yang justru bersumber dari
sekolah itu sendiri yang menjadi tempat dimana pembelajaran berlangsung.
Dari beberapa informan yang berhasil diwawancarai, semua jawaban tertuju
pada alokasi waktu dan media pembelajaran yang tersedia di sekolah.
a. Alokasi Waktu
Sebagian guru mengeluhkan bahwa untuk menciptakan
pembelajaran aktif itu tidak mudah. Di dalam menerapkan dan
79
mengembangkan metode pembelajaran aktif itu butuh banyak waktu.
Sedangkan menurut guru PAI, alokasi waktu yang tersedia di MI
Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak sangatlah minim
sehingga mengakibatkan sering tidak tuntasnya materi yang disajikan,
sehingga hasilnya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan tidak
akan pernah bisa terwujud dengan baik.
Tidak diragukan lagi bahwa kegiatan belajar aktif menyita lebih
banyak waktu dari pada pembelajaran yang bersifat konvensional.
Namun, ada banyak cara untuk menghindari terbuangnya waktu
dengan sia-sia. Langkah yang harus ditempuh oleh guru dalam
pembelajaran aktif adalah, kita cukup menyampaikan poin-poin
intinya saja dengan menyajikan apa saja yang ada diseputar mata
pelajaran. Langkah selanjutnya adalah guru harus benar-benar
menguasai materi yang akan diajarkan dengan metode yang telah
dipilihnya, sehingga dengan melakukan langkah-langkah tersebut,
maka guru dapat mengatur alokasi waktu yang dibutuhkan dalam
pengajaran mulai dari kegiatan mengenalkan, menyajikan,
menerapkan, dan menguraikan apa yang telah diajarkan.
b. Media Pembelajaran
Untuk menciptakan suasana belajar aktif, diperlukan metode-
metode pembelajaran yang tergolong ke dalam metode pembelajaran
aktif, sehingga mampu merangsang keaktifan dari peserta didik. Di
dalam penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif, tidak
akan pernah bisa lepas dari peranan alat bantu dalam proses
pembelajaran atau media pembelajaran. Hal itu dikarenakan dengan
adanya media pembelajaran maka dapat mengurangi verbalitas di
dalam pembelajaran. Oleh karena itu media pembelajaran menjadi
suatu hal yang signifikan dalam rangka mewujudkan pembelajaran
aktif.
Berawal dari pernyataan tersebut, maka guru PAI beranggapan
bahwa terbatasnya media pembelajaran yang disediakan oleh sekolah
80
khususnya media yang berhubungan dengan mata pelajaran PAI, jelas
menjadi problem tersendiri di dalam penerapan dan pengembangan
metode aktif. untuk menyiasati masalah tersebut, maka diperlukan
kreatifitas dari guru PAI itu sendiri agar dapat mencari alternatif lain
yang dapat digunakan sebagai alat bantu di dalam pembelajaran
dengan cara membuat sendiri media dengan memanfaatkan barang-
barang yang tidak terpakai sehingga menjadi layak untuk digunakan
dalam proses pembelajaran sesuai dengan metode yang diterapkan dan
dikembangkannya.
4. Lingkungan Keluarga dan Masyarakat
Problematika guru PAI dalam penerapan dan pengembangan metode
pembelajaran aktif tidak hanya sebatas pada problem yang datang dari guru,
peserta didik, dan sekolah. Menurut keterangan yang diperoleh dari pihak
yang bersangkutan, lingkungan keluarga dan masyarakat dimana peserta
didik menghabiskan hari-harinya di luar jam pelajaran sekolah juga dapat
mempengaruhi proses pembelajaran aktif.
Lingkungan keluarga menjadi faktor terpenting dalam proses
pembelajaran aktif. Hal itu disebabkan alokasi waktu pembelajaran di kelas
yang sifatnya terbatas. Biar bagaimanapun juga, peserta didik lebih banyak
melewati hari-harinya di lingkungan keluarga bersama orang tua, sehingga
ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, semuanya dapat memberi dampak
terhadap aktivitas belajar peserta didik. Sebaik apapun pelaksanaan
pendidikan di sekolah tidak akan mendapatkan hasil yang baik, tanpa
adanya dukungan dan partisipasi dari orang tua. Dukungan dari keluarga
memberikan motivasi tersendiri bagi peserta didik karena peran orang tua
sebagai pondasi dan kontrol utama dalam pembentukan pribadi peserta
didik.
Selain itu, lingkungan masyarakat yang merupakan tempat tinggal
peserta didik itu sendiri juga turut mempengaruhi sikap dan perilaku dari
peserta didik selama di kelas. Teman dalam pergaulan yang kurang
mendukung juga akan membuat peserta didik kesulitan minimal ketika
81
memerlukan teman belajar dan berdiskusi tentang pelajaran, sehingga
dampak yang telah ditimbulkan tersebut akan terbawa sampai bangku
sekolah.
Diperlukan kerja sama antara antara masing-masing pihak tersebut.
Yakni dari pihak keluarga, masyarakat, dan sekolah. tidak hanya itu, bagi
semua pihak yang terkait dengan pendidikan juga harus membangun
hubungan dengan baik sehingga tercipta keharmonisan dan keteraturan
sosial, sehingga pembelajaranpun akan berlangsung dengan baik dan
kondusif sehingga guru tidak merasa kesulitan di dalam menerapkan dan
mengembangkan metode pembelajaran aktif selama di kelas.
Beberapa masalah itulah yang menjadikan proses penerapan dan
pengembangan metode pembelajaran aktif tidak berjalan dengan baik dan lancar.
Hal itu dikarenakan masing-masing komponen tersebut akan saling
mempengaruhi dan mendukung tercapainya pembelajaran aktif di MI Nurul Ulum
Sokokidul Kebonagung Demak. Setelah mencermati berbagai problematika yang
dihadapi guru pendidikan agama Islam dalam penerapan dan pengembangan
metode pembelajaran aktif di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak di
atas, maka sudah jelas jika guru mampu mengantisipasi berbagai problematika
yang telah di urai di atas, maka sudah barang tentu proses penerapan dan
pengembangan metode pembelajaran aktif akan berlangsung dengan lancar sesuai
dengan apa yang diharapkan, sehingga tujuan pendidikan agama Islam akan dapat
terwujud dengan baik dan lancar.
82
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari pembahasan skripsi yang berjudul Problematika Metode Pembelajaran
Aktif Bagi Guru Pendidikan Agama Islam di Mi Nurul Ulum Sokokidul
Kebonagung Demak Tahun Pelajaran 2011/2012, maka disini dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1. Secara garis besar, proses penerapan dan pengembangan metode
pembelajaran aktif yang dilakukan oleh guru PAI di MI Nurul Ulum
Sokokidul Kebonagung Demak tertuang ke dalam beberapa komponen yang
saling berperan dan saling mempengaruhi yaitu: Tujuan pembelajaran,
pemilihan metode, dan media pembelajaran, serta guru dan peserta didik itu
sendiri. Berdasarkan hasil penilitian, menunjukkan bahwa metode
pembelajaran aktif yang diterapkan dan dikembangkan oleh guru PAI di MI
Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak adalah: Index Card Match,
Card Sort, Small Group Discussions, Tanya Jawab, dan Peer Lesson.
Penerapan metode pembelajaran aktif tersebut dilaksanakan melalui empat
tahapan yaitu: Tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap tindak lanjut, dan
tahap evaluasi. Sedangkan pengembangan metode pembelajaran aktif yang
dilakukan oleh guru PAI ditandai dengan adanya penggabungan antara
masing-masing metode pembelajaran aktif yang diterapkan dengan metode
pembelajaran aktif lainnya yang relevan.
2. Problematika guru pendidikan agama Islam dalam penerapan dan
pengembangan metode pembelajaran aktif di MI Nurul Ulum Sokokidul
Kebonagung Demak adalah: Pertama, bersumber dari guru PAI itu sendiri.
Kedua, bersumber dari peserta didik yang meliputi kondisi fisik,
kecerdasan, motivasi. Ketiga, bersumber dari sekolah, yang meliputi alokasi
waktu, dan terbatasnya media pembelajaran yang dimiliki sekolah.
Keempat, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.
83
B. Saran
Mengingat begitu pentingnya penerapan dan pengembangan metode
pembelajaran aktif dalam proses pembelajaran, maka disini penulis memberikan
beberapa saran:
1. Untuk guru pengampu mata pelajaran pendidikan agama Islam di MI Nurul
Ulum Sokokidul Kebonagung Demak, hendaknya agar lebih berhati-hati di
dalam memilih metode pembelajaran yang akan diterapkan dan
dikembangkan dalam proses pembelajaran. Disamping itu, harus lebih jeli
lagi di dalam menyesuaikan antara metode yang akan dipakai dengan mata
pelajaran yang akan disampaikan, agar proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik.
2. Hendaknya seorang guru tidak asal-asalan di dalam memilih media
pembelajaran. Pemilihan media pembelajaran hendaknya disesuaikan
dengan materi, tujuan, dan kemampuan yang ingin dikembangkan dalam
pembelajaran.
3. Perlu adanya peningkatan profesionalitas guru PAI melalui training maupun
penataran mengenai pembelajaran aktif agar pengetahuan dan kemampuan
yang dimiliki oleh guru pendidikan agama Islam tentang metode
pembelajaran aktif terus bertambah dan berkembang.
C. Penutup
Alhamdulillah segala puji bagi Allah, atas segala rahmat dan bimbingan
serta petunjuk-Nya, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis sadar bahwa
apa yang telah dipaparkan dalam skripsi ini masih banyak kekurangan dan
kelemahan baik dari segi isi maupun metodologinya. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangatlah penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan
skripsi berikutnya. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pembaca. Amin.
DAFTAR PUSTAKA Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008. Afif Nurrohman, “Implementasi Strategi Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) Model Index Card Match dan Card Sort pada Mata Pelajaran PAI kelas VII di SMPN 36 Semarang”, Skripsi (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009).
Ahmad Al-Imam Zainuddin Bin Abdul Latif Azzubaidi, Shohih Bukhori, (Beirut, Lebanon: Darul Kutub al-Ilmiyah).
Ali, Muhammad, Penelitian Kependidikan: Prosedur dan Strategi, Bandung: Angkasa, 1987.
Andayani, Dian dan Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
Anwar, Saefudin, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001. Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Press, 2002. Arifin, M., Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: PT. Bumi Aksara , 2011. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1997. Astrea Ulfa, “Pelaksanaan Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran Fiqih di MI
Wonorejo Dusun Panggangayom Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal”, Skripsi (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2008).
Athiyah al-Abrasyi, At-Tarbiyah al-Islamiyyah, Mesir: Matbaah I’sa al-Babu al-Salba Wasarakahu, 1975.
Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009.
-----------, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1989. Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Jumanatul
Ali-Art, 2005). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1990. Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2000. Dwi Nur Sholihah, “Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan (PAKEM) dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
PAI Peserta didik SDN I Cepogo Boyolali”, Skripsi (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009).
Eka Fitriyani, “Implementasi Strategi Active learning dalam Pembelajaran PAI di SMP Hj Isriati Semarang”, Skripsi (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009).
Gulo, Dali dan Kartini Kartono, Kamus Psikologi, Bandung: Cv. Pionir Jaya, 1987.
Gunawan, Heri dan Chaerul Rahman, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru Menjadi Guru yang Dicintai dan Diteladani oleh Peserta didik, Bandung: Nuansa Cendekia, 2011.
Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, Ciputat: PT. Ciputat Press, 2006.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset. Hasibuan, Malayu S. P., Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi
Aksara, 2005. Herdiansyah, Haris, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial,
Jakarta: Salemba Humanika, 2010. Idris, Muhammad dan Ahmad Barizi, Menjadi Guru Unggul, Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2009. Jauhari, Heri, Panduan Penulisan Skripsi Teori dan Aplikasi, Bandung: Pustaka
Setia, 2010. Khusnul Khotimah, “Studi Tentang Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) Pada Mata Pelajaran PAI di SD 02 Mertoyudan Magelang”, Skripsi (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007) .
Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Mohamad, Nurdin dan Hamzah B. Uno, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999.
Mughni, Syafiq A., Nilai-Nilai Islam Perumusan Ajaran dan Upaya Aktualisasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.
-------------, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengaktifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2008.
Muhajir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 2002.
Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003.
Munthe, Bermawi, Desain Pembelajaran, Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani, 2009.
Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Jakarta: Bumi Aksara, 2001.
Parsons Richard D., Educational Psychology, (Singapore: Seng Lee Press, 2001). Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
1976. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2008.
Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, Jakarta: Sinar Grafika, 2006.
Reynolds, David dan Daniel Muijs, Effective Teaching Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Riduan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula, Bandung: Alfabeta, 2005.
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Rokib, Moh., Ilmu Pendidikan Islam, Pengembangan Integratif di Sekolah,
Keluarga, dan Masyarakat, Yogyakarta: PT. Lkis Printing Cemerlang, 2009.
Silberman, Melvin L., Active Learning 101 Cara Belajar Peserta didik Aktif, Bandung: Nusa Media, 2006.
SM, Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang: Rasail Media Group, 2009.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan RD, Bandung: Alfabeta, 2006.
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya, Jakarta: Bumi aksara, 2003.
-----------, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005.
Suryasubrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Rajawali Press, 1992.
Syukur, Fatah, Teknologi Pendidikan, Semarang: Rasail, 2004. Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2010. Tamuri, Abdul Halim dan Kamarul Azmi Jasmi, Pendidikan Islam Kaedah
Pengajaran dan Pembelajaran, Malaysia: Johor Darul Ta’zim 2010.
Tim Redaksi Fokus Media, UU Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, Bandung: Fokus Media, 2003.
Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam (Untuk UIN-STAIN-PTAIS Fakultas Tarbiyah, Komponen MKDK), Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Umar, Bukhari, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: AMZAH, 2010.
Undang-Undang Republik indonesia NO 14 TH 2005, Tentang Guru dan Dosen, bab IV.
Uno, Hamzah B., Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008.
Wahyuni, Esa Nur dan Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010.
Walgito, Bimo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta: Andi Offset, 1995.
Warsita, Bambang, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Yamin, Martinis, Pengembangan Kompetensi Belajar, Jakarta: UII press, 2004. ---------, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Ciputat: Gaung
Persada Press, 2005. Zaini, Hisyam, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani, 2008. Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, Yogyakarta: Bigraf Publishing,
2000.
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap : Adik Hermawan
2. Tempat & Tgl. Lahir : Demak, 27 April 1991
3. NIM : 083111130
4. Alamat Rumah : Dk. Logantung, RT: 04 RW: 01, Kel. Sokokidul,
Kec. Kebonagung, Kab. Demak
HP : 085727645263
E-mail : [email protected]
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. RA Nurul Ulum, Sokokidul, lulus tahun 1997
b. MI Nurul Ulum, Sokokidul, lulus tahun 2002
c. MTs Nurul Huda, Dempet, lulus tahun 2005
d. MA Negeri, Demak 2008
2. Pendidikan Non Formal
a. Madrasah Diniyah Miftahul Huda, Sokokidul, lulus tahun 2002
Semarang, 19 Juni 2012 Adik Hermawan NIM : 083111130
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman dan Hasil Wawancara
Lampiran 2 Pedoman Dokumentasi
Lampiran 3 Pedoman Observasi
Lampiran 4 RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
Lampiran 5 Silabus Pembelajaran
Lampiran 6 Daftar Guru MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak
Tahun Pelajaran 2011/2012
Lampiran 7 Daftar Peserta Didik MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung
Demak Tahun Pelajaran 2011/2012
Lampiran 8 Daftar Sarana dan Prasarana MI Nurul Ulum Sokokidul
Kebonagung Demak Tahun Pelajaran 2011/2012
Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 1
Nama Informan : Siti Khoiriyah, S.Pd.I.
Jabatan : Guru PAI Kelas IV (empat)
NO Instrumen Wawancara Data hasil Wawancara
1 Tugas seorang guru tidak hanya mentransfer
ilmu tetapi lebih dari itu yakni mentransfer
nilai, masalah apa yang dihadapi guru dalam
proses transfer ilmu dan nilai dalam
pembelajaran PAI?
Masalah yang sering dihadapi oleh setiap guru terutama guru PAI adalah adanya
anggapan yang muncul dari peserta didik bahwa materi PAI adalah materi yang mudah
dan tidak penting. Sehingga, hal itulah yang mengakibatkan peserta didik itu menjadi
seenaknya sendiri dan kurang berminat mengikuti proses pembelajaran pendidikan agama
Islam.
2 Solusi apa yang dilakukan? Solusi yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yakni sebisa mungkin guru terus
memberikan semangat kepada peserta didik bahwa penting bagi setiap muslim untuk
mempelajari pendidikan agama Islam. Selain itu juga diperlukan usaha yang serius dari
guru dengan cara mengemas pembelajaran PAI supaya menjadi pembelajaran yang
menyenangkan bagi peserta didik.
3 Metode pembelajaran aktif apa sajakah yang
digunakan dalam proses transfer ilmu agama
Metode pembelajaran aktif yang diterapkan dalam pembelajaran PAI untuk kelas IV
adalah pada mapel al-Qur’an Hadits menggunakan metode ICM, tanya jawab. Pada mapel
kepada peserta didik? akidah akhlak menggunakan metode card sort, tanya jawab. Pada mapel fiqh
menggunakan metode tutor sebaya, tanya jawab. Pada mapel SKI menggunakan metode
diskusi, tanya jawab. Metode-metode pembelajaran aktif tersebut digunakan supaya di
dalam proses pembelajaran peserta didik tidak hanya pasif, merasa jenuh dan bosan.
Dengan metode ini pula, maka peserta didik tidak hanya duduk manis di dalam kelas,
tetapi lebih dari itu yakni peserta didik juga dipancing supaya aktif selama pembelajaran.
4 Bagaimana penerapan metode-metode
tersebut? Apakah tujuan pembelajaran dapat
dicapai melalui implementasi metode-
metode tersebut?
Secara garis besar, metode-metode pembelajaran aktif tersebut diterapkan melalui empat
tahapan: Pertama, tahap persiapan. Kedua, tahap pelaksanaan. Ketiga, tahap evaluasi atau
tindak lanjut. Dari hasil pengamatan saya, tujuan pembelajaran sudah tercapai dengan
metode yang saya terapkan ini, hal itu dapat dilihat dari adanya perubahan tingkah laku
peserta didik selama mengikuti pembelajaran.
5 Masalah-masalah apa saja yang dihadapi
guru PAI dalam proses penerapan dan
pengembangan metode pembelajaran aktif
tersebut?
Masalah yang menghambat proses penerapan dan pengembangan metode pembelajaran
aktif datang dari peserta didik itu sendiri, sebagaimana yang anda ketahui, pembelajaran
yang berlangsung disekolah sangatlah minim, paling Cuma 5-6 jam saja, sedangkan
setelah itu peserta didik lebih banyak menghabiskan waktunya diluar. Interaksi dengan
lingkungan sosial juga akan sangat mempengaruhi sulitnya peserta didik untuk dimasuki
nilai-nilai positif.
6 Bagaimana anda menyelesaikan masalah- Solusi yang dilakukan oleh guru dalam menanggapi masalah terbatasnya alokasi waktu
masalah tersebut? adalah dengan memperhitungkan dan merinci waktu agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai meskipun dengan waktu yang terbatas. Selain itu guru juga tidak henti-hentinya
menghimbau kepada peserta didik supaya tidak salah dalam memilih teman, kadang guru
juga menghimbau kepada para orang tua agar senantiasa memperhatikan pergaulan
anaknya selama berada di rumah.
7 Menurut pengamatan anda bagaimana minat
atau sikap yang ditunjukkan peserta didik
selama mengikuti PBM dengan metode yang
anda terapkan?
Dari pengamatan saya selama mengikuti proses pembelajaran dengan metode yang saya
terapkan ini, peserta didik merasa senang dan lebih terpacu untuk mengikuti setiap materi
yang diajarkan.
Nama Informan : Suparjadi, S.Pd.I.
Jabatan : Guru PAI Kelas V (lima)
NO Instrumen Wawancara Data hasil Wawancara
1 Tugas seorang guru tidak hanya
mentransfer ilmu tetapi lebih dari itu
yakni mentransfer nilai, masalah apa
yang dihadapi guru dalam proses
transfer ilmu dan nilai dalam
pembelajaran PAI?
Masalah yang dihadapi guru dalam transfer ilmu dan nilai adalah dari peserta didik itu sendiri,
bagaimanapun juga, kehidupan peserta didik lebih banyak dihabiskan di luar sekolah. Kegiatan
belajar mengajar yang berlangsung di sekolah paling hanya berlangsung 5-6 jam. Sedangkan
setelah itu peserta didik lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan dimana dia tinggal.
Meskipun guru sudah berupaya semaksimal mungkin, tapi kalau lingkungan tidak mendukung
tidak akan ada artinya keterangan yang telah diberikan oleh guru di sekolah. Dalam
pelaksanaannya, peserta didik banyak yang tidak merespon penjelasan yang telah diberikan oleh
guru. Hal itu disebabkan materi PAI bukanlah materi yang asing bagi peserta didik. Di luar jam
sekolah peserta didik juga mendapatkan pelajaran yang serupa yakni pendidikan agama Islam,
baik dari Madrasah Diniyah maupun dari guru ngaji mereka.
2 Solusi apa yang dilakukan? Solusi yang dilakukan adalah dengan cara memanfaatkan media-media sederhana yang terdapat
di sekolah, misalkan dengan mencari gambar-gambar yang tidak terpakai, atau mengajak peserta
didik untuk larut dan berfikir abstrak tentang gambaran haji dan umrah. Tapi untuk mengajak
peserta didik agar berfikir abstrak maka peran guru sangatlah besar. Agar peserta didik
bersemangat untuk mengikuti pelajaran dengan baik, maka solusi yang paling utama dilakukan
oleh guru adalah memberi motivasi kepada peserta didik bahwa penting bagi umat Islam untuk
menuntut ilmu agama khususnya Islam. Karena kalau motivasi sudah tertanam dalam diri peserta
didik, maka Insyaallah akan bisa menghilangkan respon negatif terhadap mata pelajaran PAI.
3 Metode pembelajaran aktif apa
sajakah yang digunakan dalam
proses transfer ilmu agama kepada
peserta didik?
Dalam mengajarkan mata pelajaran PAI saya menerapkan metode pembelajaran yang variatif,
hal tersebut dikarenakan materi yang terkandung pada masing-masing mata pelajaran juga
berbeda. Pada mapel al-Qur’an Hadits saya menerapkan metode ICM, dan tanya jawab.
Kemudian untuk mapel akidah akhlak dan fiqh, saya telah menerapkan metode card sort, dan
tanya jawab. Sedangkan pada mapel SKI saya menerapkan metode diskusi dan tanya jawab.
Metode-metode tersebut saya gunakan gunakan untuk memancing keaktifan peserta didik selama
pembelajaran berlangsung.
4 Bagaimana penerapan metode-
metode tersebut? Apakah tujuan
pembelajaran dapat dicapai melalui
penerapan metode tersebut?
Secara keseluruhan, metode aktif tersebut saya terapkan melalui beberapa tahapan, tahap
persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap tindak lanjut atau evaluasi. Sebagai contoh, pada
penerapan index card match caranya adalah dengan membuat potongan-potongan kertas
sejumlah peserta didik yang hadir, kemudian menuliskan materi yang akan di ajarkan, setiap
kertas satu pertanyaan dan pada kertas yang lain merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
tersebut. Selama proses pembelajaran berlangsung, disini guru menjelaskan kepada peserta didik
bahwa ini adalah aktivitas yang harus dilakukan secara berpasangan. Disamping itu, guru juga
menjelaskan agar mereka tidak memberikan kartu yang mereka dapatkan kepada teman yang
lain. Kemudian setelah semua peserta menemukan pasangannya masing-masing, maka setiap
pasangan diminta secara bergantian untuk membacakan soal dan jawaban yang ada di kertas.
5 Masalah-masalah apa saja yang
dihadapi guru PAI dalam proses
penerapan dan pengembangan
metode pembelajaran aktif tersebut?
Masalah yang dihadapi dalam penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif adalah
dari sisi peserta didik itu sendiri, guru menyadari bahwa setiap peserta didik itu mempunyai
tingkat kecerdasan, bakat, dan sikap yang berbeda-beda, sehingga disini guru akan merasa
kesulitan menerapkan metode pembelajaran aktif, jika tidak bisa mencermati perbedaan dari
peserta didik tersebut. Dari sisi guru, untuk mewujudkan pembelajaran aktif, diperlukan guru
yang profesional, kebanyakan guru-guru PAI di MI ini mempelajari tentang metode-metode
pembelajaran aktif hanya melalui buku-buku bacaan tentang panduan active learning. Sehingga
wajar kalau selama proses pelaksanaan banyak kekurangannya. Kurangnya komunikasi antar
masing-masing guru PAI juga mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran aktif, di MI ini
intensitas pertemuan masing-masing guru PAI untuk membahas mengenai tatacara maupun
prosedur dalam penerapan active learning juga sangat minim sekali. Masalah lain yang
menghambat proses penerapan dan pengembangan metode aktif adalah karena keterbatasan
media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran. Sarana
prasarana yang memadai, keadaan ruangan kelas yang baik juga sangat memengaruhi kelancaran
guru dalam menerapkan metode pembelajaran aktif.
6 Bagaimana anda menyelesaikan
masalah-masalah tersebut?
Biasanya untuk menangani masalah tersebut, solusi yang saya lakukan adalah dengan cara
memberi perhatian yang lebih kepada anak yang memiliki tingkat kecerdasan dibawah rata-rata
dan selanjutnya memberikan bantuan kepada anak tersebut agar dapat memahami materi
pelajaran dan agar anak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan metode yang telah
diterapkan. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan guru mengingat berbagai keterbatasan
yang ada meliputi sarpras, media, maka solusi yang harus dilakukan oleh seorang guru adalah
dengan memanfaatkan barang atau bahan yang sekiranya bisa dijadikan sebagai alat bantu untuk
mendukung kelancaran penerapan metode aktif. Dalam menerapkan dan mengembangkan
metode aktif tersebut, guru PAI bisa belajar secara mandiri melalui buku-buku referensi yang
relevan dengan materi yang akan diajarkannya, atau bisa juga belajar melaui rekan-rekan lainnya
yang lebih berpengalaman dalam hal penerapan dan pengembangan metode pembelajaran aktif,
kemudian diadopsi, dimodifikasi, dan dikembangkan lebih jauh lagi berdasarkan versinya sendiri
serta diikuti dengan diskusi yang matang untuk menetapkan apakah metode tersebut cocok di
terapkan dalam mata pelajaran PAI atau tidak. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama dan
komunikasi yang baik antar masing-masing guru PAI, agar proses penerapan dan pengembangan
metode pembelajaran aktif berjalan dengan baik dan lancar.
7 Menurut pengamatan anda
bagaimana minat atau sikap yang
ditunjukkan peserta didik selama
mengikuti PBM dengan metode yang
anda terapkan?
Menurut saya minat atau sikap yang ditunjukkan oleh peserta didik selama mengikuti proses
pembelajaran dengan metode yang saya terapkan adalah peserta didik antusias dan bisa
mengikuti walaupun pada awalnya terdapat sebagian peserta didik yang kurang bisa mengikuti
tapi dengan bimbingan dan arahan dari guru maka lama kelamaan menjadi terbiasa dengan
metode yang saya terapkan.
Nama Informan : Siti Mutoharoh, S.Pd.I.
Jabatan : Guru PAI Kelas VI (enam)
NO Instrumen Wawancara Data hasil Wawancara
1 Tugas seorang guru tidak hanya
mentransfer ilmu tetapi lebih dari itu
yakni mentransfer nilai, masalah apa
yang dihadapi guru dalam proses
transfer ilmu dan nilai dalam
pembelajaran PAI?
Masalah yang dihadapi oleh seorang guru dalam proses transfer ilmu dan nilai salah satunya
adalah adanya anggapan bahwa materi PAI merupakan materi yang mudah karena mereka sudah
sangat sering mempelajarinya diluar bangku sekolah. selain itu kebanyakan peserta didik juga
beranggapan bahwa materi PAI tidak masuk dalam daftar mata pelajaran yang di UN kan. Hal itu
menjadikan peserta didik tidak total selama mengikuti proses pembelajaran dan bersikap negatif
terhadap materi PAI.
2 Solusi apa yang dilakukan? Usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan cara
memahamkan peserta didik bahwa semua mata pelajaran itu penting untuk dipelajari. Jangan
pernah menganggap sepele mata pelajaran agama meskipun itu tidak di UN kan. Selain itu guru
juga harus sering memberi pengertian kepada peserta didik bahwa sebagai seorang peserta didik,
maka harus wajib mengerjakan amanat dari kedua orang tua yakni belajar dengan sungguh-
sungguh. Alternatif lain yang dilakukan guru untuk memacu semangat peserta didik selama
mengikuti pembelajaran adalah dengan cara menyajikan materi pembelajaran dengan metode
yang bervariatif.
3 Metode pembelajaran aktif apa
sajakah yang digunakan dalam
proses transfer ilmu agama kepada
peserta didik?
Dalam mengajarkan materi pelajaran pada kelas VI, saya kebanyakan menggunakan metode
diskusi, meskipun pada mata pelajaran tertetu seperti al-Qur’an Hadits saya menggunakan
metode yang berbeda yakni card short. Metode tersebut saya gunakan untuk memancing
keaktifan peserta didik selama mengikuti pembelajaran PAI.
4 Bagaimana penerapan metode-
metode tersebut? Apakah tujuan
pembelajaran dapat dicapai melalui
penerapan metode tersebut?
Secara umum, penerapan dan pengembangan metode tersebut tertuang ke dalam empat tahapan.
Pertama, tahap perencanaan, kedua, tahap pelaksanaan, dan ketiga, tahap tindak lanjut dan
evaluasi. Mengenai penerapan metode diskusi sebagaimana pembelajaran yang tergambar pada
mapel akidah akhlak, fiqh, dan SKI, Secara berkelompok peserta didik diminta mencari dari
beberapa buku pegangan baik itu LKS maupun buku paket tentang pokok bahasan. Inti dari
kegiatan ini adalah secara berkelompok peserta didik membaca buku dan mencari materi yang
berhubungan dengan pokok bahasan yang telah ditentukan oleh guru. Kemudian secara
berkelompok peserta didik berdiskusi tentang teks bacaan dan informasi yang diperoleh.
Pendidik meminta kepada masing-masing kelompok untuk mempresentasikannya kepada teman-
teman yang lain. Setelah itu peserta didik diminta untuk mengumpulkan hasil diskusi. Kemudian
di akhir kegiatan pembelajaran, seorang pendidik memberikan penekanan dan konfirmasi atas
materi yang baru saja didiskusikan dilanjut dengan pemberian kesimpulan. Menurut saya tujuan
pembelajaran sudah tercapai meski tidak secara sempurna.
5 Masalah-masalah apa saja yang
dihadapi guru PAI dalam proses
Kita sadar, bahwa setiap peserta didik itu memiliki cara belajar yang berbeda beda, dan bakat
yang berbeda-beda pula, bagi anak yang mempunyai bakat tertentu maka akan terasa mudah
penerapan dan pengembangan
metode pembelajaran aktif tersebut?
mengikuti pelajaran dengan metode yang diterapkan, terkadang dalam proses pembelajaran
peserta didik ada yang antusias dan ada yang kurang merespon pelajaran yang telah disampaikan.
Menurut saya, hal itu bisa juga dikarenakan kondisi kejiwaan dari masing-masing anak, ada yang
tidak siap untuk diajak aktif, sehingga hal yang demikian akan menyulitkan guru didalam
menerapkan dan mengembangkan metode pembelajaran aktif.
6 Bagaimana anda menyelesaikan
masalah-masalah tersebut?
Sebisa mungkin guru harus jeli di dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran.
Pemilihan metode harus disesuaikan dengan karakteristik masing-masing peserta didik. Karena
kesalahan sedikit saja dalam mengambil keputusan akan berakibat fatal.
7 Menurut pengamatan anda
bagaimana minat atau sikap yang
ditunjukkan peserta didik selama
mengikuti PBM dengan metode yang
anda terapkan?
Dari hasil pengamatan saya, selama peserta didik mengikuti pembelajaran dengan metode aktif
yang saya terapkan, respon dari peserta didik cukup antusias untuk mengikuti pelajaran.
Nama Informan : Moh Jumadi, S.Pd.I.
Jabatan : Kepala Sekolah MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak
NO Instrumen Wawancara Data hasil Wawancara
1 Bagaimana proses pembelajaran
pendidikan agama Islam di MI Nurul
Ulum ini?
Secara umum, proses pembelajaran di MI Nurul Ulum ini tertuang ke dalam lima komponen
yang saling berperan dan mempengaruhi, diantaranya adalah: Tujuan pembelajaran, metode
pembelajaran, media pembelajaran, pendidik, dan peserta didik.
2 Di lembaga pendidikan, tujuan
merupakan suatu hal yang sangat
penting, di MI ini bagaimana tujuan
yang diharapkan dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama
Islam?
Tujuan pendidikan agama Islam di MI ini adalah Tercapainya peserta didik yang berakhlakul
karimah, aktif, kreatif dan inovatif serta bermanfaat bagi agama dan negara Indonesia.
3 Apakah tujuan tersebut sudah
tercapai?
Tujuan tersebut, secara garis besar sudah tercapai meskipun belum sepenuhnya. Hal itu dapat
diamati dari adanya perubahan tingkah laku, penambahan pengetahuan, dan pembentukan
keterampilan dalam diri peserta didik.
4 Salah satu karakteristik guru adalah
menguasai ilmu dan mampu
Karakteristik guru di MI ini memang harus menguasai ilmu yang akan diajarkannya dan yang
paling penting adalah mampu mengembangkannya, hal itu sudah dilakukan oleh guru-guru di MI
mengembangkan serta menjelaskan
fungsinya dalam kehidupan. Apakah
di MI Nurul Ulum ini guru PAI
khususnya, sudah memenuhi
karakteristik tersebut?
ini dengan diterapkannya metode-metode yang merangsang keaktifan peserta didik.
5 Apa yang dijadikan ukuran
keberhasilan seorang guru dalam
menjalankan tugas kependidikannya?
Apakah ukuran tersebut sudah dapat
dipenuhi oleh guru-guru PAI disini?
Salah satu tolok ukur keberhasilan guru dalam menjalankan tugas kependidikannya adalah ketika
sang anak mampu melaksanakan tugas dari guru dengan baik dan menjalankannya dalam
kehidupan nyata. Karena memang tujuan pendidikan adalah merubah anak didik dari yang tidak
tahu menjadi tahu. Sejauh ini sudah dapat terpenuhi.
6 Apa saja pendekatan yang digunakan
dalam proses pembelajaran
pendidikan agama Islam di MI Nurul
Ulum ini?
Pembelajaran pendidikan agama Islam di MI Nurul Ulum ini menggunakan beberapa pendekatan
diantaranya adalah pendekatan pembiasaan, pengalaman, emosional, dan pendekatan rasional.
Lampiran 2
INSTRUMEN DOKUMENTASI (CHECK LIST)
Data atau Variabel Check List 1. Data tentang visi, misi, dan tujuan MI Nurul Ulum Sokokidul
Kebonagung Demak.
Ada
2. Data tentang keadaan guru dan peserta didik MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak.
Ada
3. Data tentang sarana-prasarana MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak.
Ada
4. Data tentang media pembelajaran yang digunakan di MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak.
__
5. Data tentang kesiapan yang dilakukan guru meliputi: Rencana pelaksanaan pembelajaran, silabi.
Ada
Lampiran 3
INSTRUMEN OBSERVASI (CHECK LIST) KEGIATAN GURU SELAMA PROSES BELAJAR MENGAJAR
1. Dalam Menyampaikan Mata Pelajaran
� Mengawali pelajaran dengan kegiatan apersepsi
� Menyampaikan materi dengan intonasi yang menarik perhatian
peserta didik dengan menunjukkan hal-hal yang dianggap penting.
� Menyampaikan materi dengan volume yang dapat didengar peserta
didik hingga penjuru ruang kelas
� Memberikan penekanan untuk memfokuskan perhatian anak didik
� Melakukan kontak pandang untuk membentuk hubungan yang positif
antara guru dengan anak didik
� Pindah posisi untuk menghindari kebosanan anak didik
� Sesekali melemparkan pertanyaan kepada peserta didik untuk
merangsang keaktifan peserta didik
� Melakukan refleksi atas penjelasan yang telah disampaikan
� Hanya sekedar menyampaikan materi tanpa ada fokus perhatian.
2. Variasi Guru dalam Menggunakan Media Pembelajaran
� Buku Paket, Lks.
� Majalah.
� Film.
� Tv.
� Gambar.
� Model.
3. Kemampuan Guru dalam Penerapan Metode Pembelajaran
� Ketepatan di dalam memilih metode dengan materi yang akan
diajarkan
� Mampu menggabungkan metode-metode pembelajaran yang
memungkinkan dipakai dalam proses pembelajaran PAI.
� Hanya Menggunakan satu metode (Monoton).
4. Kemampuan Guru Mengondisikan Kelas
� Hangat dan antusias.
� Mencegah gangguan seperti keributan anak didik.
� Membiarkan anak didik ribut tanpa ada tindak lanjut.
Lampiran 4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan pendidikan : MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak
Mata Pelajaran : al-Qur’an Hadits
Kelas/Semester : IV / II
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
A. STANDAR KOMPETENSI
1. Mampu memahami cara membaca surat-surat pendek dalam al-
Qur’an.
B. KOMPETENSI DASAR
1. Mampu membaca dan menghafalkan surat-surat pendek tertentu
dalam al-Qur’an.
C. INDIKATOR
1.1. Melafalkan QS. al-Kautsar dengan baik dan benar.
1.2. Menerjemahkan QS. al-Kautsar dengan baik dan benar.
1.3. Menghafalkan QS. al-Kautsar dengan baik dan benar.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1.1.1. Melafalkan QS. al-Kautsar dengan baik dan benar.
1.1.2. Mengartikan QS. al-Kautsar dengan baik dan benar.
1.1.3. Menghafalkan QS. al-Kautsar dengan baik dan benar.
E. MATERI PEMBELAJARAN
Surat al-Kautsar
F. METODE PEMBELAJARAN AKTIF
Mencari jodoh kartu (index card match)
Tanya jawab
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
1. Kegiatan awal
a. Guru bersama Peserta didik Mengucapkan salam kemudian
membaca basmalah.
b. Presensi.
c. Apersepsi dan motivasi
d. Tes penjajagan.
2. Kegiatan inti
a. Guru memberikan penjelasan yang berkaitan dengan materi
sebagai pengantar.
b. Guru membagi potongan-potongan kartu sejumlah peserta didik
dalam kelas dan membagi potongan kartu tersebut menjadi 2
kelompok.
c. Guru menjelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan
berpasangan.
d. Peserta didik diberi instruksi untuk mencari pasangan dari kartu
yang telah dibagikan. (eksplorasi).
e. Peserta didik diminta untuk membacakan secara bergantian
tentang soal yang diperolehnya, dan soal tersebut dijawab oleh
teman yang lain. (elaborasi)
f. Guru memberikan penguatan dan mengklarifikasi serta memberi
simpulan. (konfirmasi)
3. Kegiatan penutup
a. Dengan arahan guru, peserta didik melakukan refleksi atas
pemahaman mereka tentang isi kandungan surat al-Kautsar.
b. Peserta didik bersama guru mengakhiri pelajaran dengan
membaca hamdalah dan mengucapkan salam.
H. SUMBER PEMBELAJARAN
1. Buku paket al-Qur’an Hadits kelas IV semester genap, penerbit:
Yudistira.
2. Lembar Kerja Peserta didik al-Qur’an Hadits kelas IV semester genap,
penerbit: Pustaka Insan Madani.
3. Buku bacaan lain yang relevan.
I. PENILAIAN HASIL BELAJAR
Indikator Pencapaian
Jenis Penilaian
Bentuk Penilaian
Contoh Instrumen atau Alat
Melafalkan surat al-Kautsar dengan baik dan benar.
Mengartikan surat al- Kautsar dengan baik dan benar.
Menghafalkan surat al- Kautsar dengan baik dan benar.
Tes Tertulis Pengamatan/
Tes Perbuatan
Uraian Penugasan
atau resitasi
Jelaskan pengertian dari al- Kautsar?
Al-Kautsar terdiri dari berapa surat?
Dimanakah surat al- Kautsar diturunkan?
No Nama Peserta didik
Aspek yang dinilai Skor Akhir Ket
Keaktifan Kerjasama Keberanian
1
2
3
4
5 Demak, . . . . . . . . . . .
Mengetahui: Kepala madrasah Guru Mata Pelajaran
Moh Jumadi, S.Pd.I. Siti Khoiriyah, S.Pd.I. NIP: NIP:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan pendidikan : MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak
Mata Pelajaran : Akidah Akhlak
Kelas/Semester : V / II
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
A. STANDAR KOMPETENSI
1. Mengimani Nabi dan Rasul serta meneladani sifat-sifatnya
B. KOMPETENSI DASAR
1. Meyakini adanya Nabi dan Rasul Allah
C. INDIKATOR
1.1. Menyebutkan 25 nama Nabi dan Rasul Allah
1.2. Menyebutkan bukti sederhana adanya Nabi dan Rasul Allah
1.3. Meneladani sifat-sifat para Nabi dan Rasul Allah
1.4. Menunjukkan fungsi beriman kepada Nabi dan Rasul Allah
1.5. Menyatakan perasaan cinta dan iman kepada Nabi dan Rasul Allah
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1.1.1. Menyebutkan 25 nama Nabi dan Rasul Allah
1.1.2. Menyebutkan bukti sederhana adanya Nabi dan Rasul Allah
1.1.3. Meneladani sifat-sifat para Nabi dan Rasul Allah
1.1.4. Menunjukkan fungsi beriman kepada Nabi dan Rasul Allah
1.1.5. Menyatakan perasaan cinta dan iman kepada Nabi dan Rasul Allah
E. MATERI PEMBELAJARAN
Iman kepada Nabi dan Rasul Allah
F. METODE PEMBELAJARAN AKTIF
Menyortir Kartu (card sort)
Tanya jawab
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
1. Kegiatan awal
a. Guru bersama peserta didik Mengucapkan salam kemudian
membaca basmalah
b. Presensi
c. Apersepsi dan motivasi
d. Tes penjajagan
2. Kegiatan inti
a. Guru memberikan penjelasan yang berkaitan dengan materi
sebagai pengantar
b. Guru membagikan potongan kartu secara acak sejumlah peserta
didik yang hadir dikelas yang berisi 30 nama, diantaranya
adalah 25 nama Nabi dan Rasul dan 5 kartu lainnya berisi nama
bukan Nabi dan Rasul
c. Peserta didik mencermati dan beradu cepat mencari kartu
induknya dan mencocokkannya (eksplorasi)
d. Peserta didik saling menilai hasil karya temannya dipapan
berdasarkan pemahamannya (elaborasi)
e. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya jawab tentang hal-hal yang masih belum jelas
(elaborasi)
f. Guru memberikan penguatan dan mengklarifikasi serta memberi
simpulan (konfirmasi)
3. Kegiatan penutup
a. Dengan arahan guru, peserta didik melakukan refleksi atas
pemahaman mereka tentang iman kepada Nabi dan Rasul Allah
b. Peserta didik bersama guru mengakhiri pelajaran dengan
membaca hamdalah dan mengucapkan salam
H. SUMBER PEMBELAJARAN
1. Buku paket Akidah Akhlak kelas V semester genap, Penerbit:
Yudistira
2. Lembar Kerja Peserta Didik Akidah Akhlak kelas V semester genap,
Penerbit: Pustaka Insan Madani
3. Buku bacaan lain yang relevan
I. PENILAIAN HASIL BELAJAR
Indikator Pencapaian
Jenis Penilaian
Bentuk Penilaian
Contoh Instrumen atau Alat
Menyebutkan 25 nama Nabi dan Rasul Allah
Menyebutkan bukti sederhana adanya Nabi dan Rasul Allah
meneladani sifat-sifat para Nabi dan Rasul Allah
Menunjukkan fungsi beriman kepada Nabi dan Rasul Allah
Menyatakan perasaan cinta dan iman kepada Nabi dan Rasul Allah
Tes Tertulis Pengamatan
atau Tes Perbuatan
Uraian Penugasan
atau resitasi
Sebutkan nama-nama Nabi dan Rasul yang wajib diimani yang kamu ketahui?
Sebutkan dasar atau bukti keberadaan Nabi dan Rasul?
Mengapa kita perlu meneladani sifat-sifat Nabi dan Rasul?
Jelaskan fungsi beriman kepada Nabi dan Rasul Allah?
Mengapa kita perlu menumbuhkan perasaan cinta kepada Nabi dan Rasul Allah?
No Nama Peserta didik
Aspek yang dinilai Skor Akhir Ket
Keaktifan Kerjasama Keberanian
1
2
3
4
5
Demak, . . . . . . . . . . . Mengetahui: Kepala Madrasah Guru Mata Pelajaran Moh Jumadi, S.Pd.I. Suparjadi, S.Pd.I. NIP: NIP:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan pendidikan : MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak
Mata Pelajaran : FIQIH
Kelas/Semester : IV / II
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
A. STANDAR KOMPETENSI
1. Mampu memahami tata cara berdo’a dengan baik dan benar
B. KOMPETENSI DASAR
1. Menjelaskan tata cara berdo’a dengan baik dan benar
C. INDIKATOR
1.1. Menjelaskan pengertian berdo’a
1.2. Mempraktikkan contoh tata cara berdo’a dengan baik dan benar
1.3. Membiasakan diri berdo’a dengan baik dan benar
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1.1.1. Menjelaskan pengertian berdo’a
1.1.2. Mempraktikkan contoh tata cara berdo’a dengan baik dan benar
1.1.3. Membiasakan diri berdo’a dengan baik dan benar
E. MATERI PEMBELAJARAN
Tata cara berdo’a dengan baik
F. METODE PEMBELAJARAN AKTIF
Tutor sebaya (peer lesson)
Tanya jawab
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
1. Kegiatan awal
a. Guru bersama peserta didik Mengucapkan salam kemudian
membaca basmalah
b. Presensi
c. Apersepsi dan motivasi
d. Tes penjajagan
2. Kegiatan inti
a. Guru memberikan penjelasan yang berkaitan dengan materi
sebagai pengantar
b. Guru membentuk beberapa kelompok heterogen dengan menyebar
siswa yang mempunyai kemampuan akademis tinggi dalam tiap-
tiap kelompok.
c. Guru menjelaskan tugas tutor (peserta didik yang pandai)
d. Guru meminta beberapa orang peserta didik sebagai tutor untuk
maju ke depan
e. Guru meminta peserta didik untuk mendiskusikan dengan
kelompoknya apa yang mereka lihat (eksplorasi)
f. guru meminta beberapa kelompok untuk mempresentasikan
hasilnya kepada kelompok lain (elaborasi)
g. Bersama peserta didik guru memberikan penguatan dan
mengklarifikasi serta memberi simpulan (konfirmasi)
3. Kegiatan penutup
a. Dengan arahan guru, peserta didik melakukan refleksi atas
pemahaman mereka mengenai tata cara berdo’a dengan baik
b. Peserta didik bersama guru mengakhiri pelajaran dengan
membaca hamdalah dan mengucapkan salam
H. SUMBER PEMBELAJARAN
1. Buku paket Fiqih kelas IV semester genap, penerbit: Yudistira
2. Lembar Kerja Peserta didik Fiqih kelas IV semester genap, penerbit:
Pustaka Insan Madani
3. Buku bacaan lain yang relevan
I. PENILAIAN HASIL BELAJAR
Indikator Pencapaian
Jenis Penilaian
Bentuk Penilaian
Contoh Instrumen atau Alat
Menjelaskan pengertian berdo’a
memprktikkan tata cara berdo’a dengan baik dan benar
Membiasakan diri berdo’a dengan baik dan benar
Tes Tertulis Pengamatan/
Tes Perbuatan
Uraian Penugasan
atau resitasi
Jelaskan pengertian berdo’a?
Sebutkan hikmah berdo’a!
Mengapa kita dianjurkan untuk berdo’a?
No Nama Peserta didik
Aspek yang dinilai Skor Akhir Ket
Keaktifan Kerjasama Keberanian
1
2
3
4
5
Demak, . . . . . . . . . . .
Mengetahui: Kepala Madrasah Guru Mata Pelajaran Moh Jumadi, S.Pd.I. Siti Khoiriyah, S.Pd.I. NIP: NIP:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan pendidikan : MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak
Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam
Kelas/Semester : VI / II
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
A. STANDAR KOMPETENSI
1. Meneladani nilai-nilai positif kisah kaum Muhajirin dan kaum Anshar
B. KOMPETENSI DASAR
1. Menceritakan kisah kaum Muhajirin dan kaum Anshar
C. INDIKATOR
1.1. Menjelaskan riwayat hidup kaum Muhajirin dan kaum Anshar
1.2. Menjelaskan kepribadian kaum Muhajirin dan kaum Anshar
1.3. Meneladani nilai-nilai positif kaum Muhajirin dan kaum Anshar
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1.1.1. Menjelaskan riwayat hidup kaum Muhajirin dan kaum Anshar
1.1.2. Menjelaskan kepribadian kaum Muhajirin dan kaum Anshar
1.1.3. Meneladani nilai-nilai positif kaum Muhajirin dan kaum Anshar
E. MATERI PEMBELAJARAN
Kisah kaum Muhajirin dan kaum Anshar
F. METODE PEMBELAJARAN AKTIF
Diskusi kelompok kecil (small group discussions)
Tanya jawab
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
1. Kegiatan awal
a. Guru bersama peserta didik Mengucapkan salam kemudian
membaca basmalah
b. Presensi
c. Apersepsi dan motivasi
d. Tes penjajagan
2. Kegiatan inti
a. Guru memberikan penjelasan yang berkaitan dengan materi
sebagai pengantar.
b. Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok kecil
c. Secara berkelompok peserta didik mencari informasi dari
beberapa buku tentang kisah kaum Muhajirin dan kaum Anshar
(eksplorasi)
d. Secara berkelompok peserta didik berdiskusi tentang teks
bacaan dan informasi yang diperoleh (elaborasi)
e. Masing-masing kelompok diminta untuk menampilkan hasil
diskusi kepada kelompok lain (elaborasi)
f. Guru memberikan penguatan dan mengklarifikasi serta memberi
simpulan (konfirmasi)
3. Kegiatan penutup
a. Dengan arahan guru, peserta didik melakukan refleksi atas
pemahaman mereka tentang kisah kaum Muhajirin dan kaum
Anshar.
b. Peserta didik bersama guru mengakhiri pelajaran dengan
membaca hamdalah dan mengucapkan salam
H. SUMBER PEMBELAJARAN
1. Buku paket SKI kelas VI semester genap Penerbit Yudistira
2. Lembar Kerja Peserta didik SKI kelas VI semester genap Penerbit
Pustaka Insan Madani
3. Buku bacaan lain yang relevan
I. PENILAIAN HASIL BELAJAR
Indikator Pencapaian
Jenis Penilaian
Bentuk Penilaian
Contoh Instrumen atau Alat
Menjelaskan riwayat hidup kaum Muhajirin dan kaum Anshar
Menjelaskan kepribadian kaum Muhajirin dan kaum Anshar
Meneladani nilai-nilai positif kaum Muhajirin dan kaum Anshar
Tes Tertulis Pengamatan/
Tes Perbuatan
Uraian Penugasan
atau resitasi
Jelaskan riwayat hidup kaum Muhajirin dan kaum Anshar?
Jelaskan kepribadian kaum Muhajirin dan kaum Anshar?
Apa saja nilai-nilai positif yang dapat diambil dari kisah kaum Muhajirin dan kaum Anshar?
No Nama Peserta didik
Aspek yang dinilai Skor Akhir Ket
Keaktifan Kerjasama Keberanian
1
2
3
4
5
Demak, . . . . . . . . . . . Mengetahui: Kepala Madrasah Guru Mata Pelajaran Moh Jumadi, S.Pd.I. Siti Muthoharoh,S.Pd.I. NIP: NIP:
Lampiran 5
SILABUS Madrasah : MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Mata Pelajaran : Qur’an Hadits Kelas/Semester : IV / II Standar Kompetensi : Mampu Memahami Cara Membaca Surat-Surat Pendek dalam al-Qur’an.
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Kegiatan Pembelajaran Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen
Contoh
Instrumen
1. Mampu membaca dan menghafalkan surat-surat pendek tertentu dalam al-Qur’an.
1.1. Surat al-Kautsar
1.1.1. Guru memberi penjelasan tentang materi sebagai pengantar
1.1.2. Guru membagi potongan-potongan kartu sejumlah peserta didik dalam kelas dan membagi potongan kartu tersebut menjadi 2 kelompok
1.1.3. Guru menjelaskan
1.1.1.1 Melafalkan QS. al-Kautsar dengan baik dan benar.
1.1.1.2 Menerjemahkan QS. al-Kautsar dengan baik dan benar.
1.1.1.3 Menghafalkan QS. al-Kautsar dengan baik
Kuis, tes tertulis, performance
Uraian, penugasan atau resitasi
1. Jelaskan pengertian dari al- Kautsar?
2. Al-Kautsar terdiri dari berapa surat?
3. Dimanakah surat al-
2 x 35
1. Buku paket al-Qur’an Hadits kelas VI semester genap Penerbit Yudistira.
2. Lks al-Qur’an Hadits Pustaka Insan
bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan.
1.1.4. Peserta didik diberi instruksi untuk mencari pasangan dari kartu yang telah dibagikan
1.1.5. Peserta didik diminta untuk membacakan secara bergantian tentang soal yang diperolehnya, dan soal tersebut dijawab oleh teman yang lain
dan benar. Kautsar diturunkan
Madani
Demak, . . . . . . . . . . . . . . . . .
Mengetahui, Kepala MI Nurul Ulum Moh. Jumadi, S.Pd.I. NIP.
Guru Kelas IV Siti Khoiriyah, S.Pd.I. NIP.
SILABUS Madrasah : MI Nurul Ulum Mata Pelajaran : Akidah AKhlak Kelas/Semester : V / II Standar Kompetensi : Mengimani Nabi dan Rasul Allah serta meneladani sifat-sifatnya
Kompetensi Dasar
Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator
Penilaian Alokasi Waktu
Sumber Belajar Teknik
Penilaian Bentuk
Instrumen Contoh
Instrumen 1. Meyakini
adanya Nabi dan Rasul Allah
1.1. Iman kepada Nabi dan Rasul Allah
1.1.1. guru memberikan penjelasan berkaitan dengan materi sebagai pengantar.
1.1.2. Guru membagikan potongan kartu secara acak sejumlah peserta didik yang hadir dikelas yang berisi 30 nama, diantaranya adalah 25 nama Nabi dan Rasul dan 5 kartu lainnya berisi nama bukan Nabi dan Rasul.
1.1.3. Peserta didik
1.1.1.1. Menyebutkan 25 nama Nabi dan Rasul Allah
1.1.1.2. Menyebutkan bukti sederhana adanya Nabi dan Rasul Allah
1.1.1.3. Meneladani sifat-sifat para Nabi dan Rasul Allah
1.1.1.4. Menunjukkan fungsi
Kuis, Tes Tertulis Performence
Uraian, penugasan atau resitasi
1. Sebutkan nama-nama Nabi dan Rasul yang wajib diimani yang kamu ketahui?
2. Sebutkan dasar atau bukti keberadaan Nabi dan Rasul?
3. Mengapa kita perlu meneladani
2 x 35
1. Buku paket Akidah Akhlak kelas V semester genap Penerbit Yudistira.
2. Lembar Kerja Siswa Akidah Akhlak kelas V semester genap Penerbit
mencermati dan beradu cepat mencari kartu induknya dan mencocokkannya
1.1.4. Peserta didik saling menilai hasil karya temannya dipapan berdasarkan pemahamannya
1.1.5. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya jawab tentang hal-hal yang masih belum jelas
beriman kepada Nabi dan Rasul Allah
1.1.1.5. Menyatakan perasaan cinta dan iman kepada Nabi dan Rasul Allah
sifat-sifat Nabi dan Rasul?
4. Jelaskan fungsi beriman kepada Nabi dan Rasul Allah?
5. Mengapa kita perlu menumbuhkan perasaan cinta kepada Nabi dan Rasul Allah?
Pustaka Insan Madani.
3. Buku bacaan lain yang relevan.
Demak, . . . . . . . . . . . . . . . . . Mengetahui,
Kepala MI Nurul Ulum
Moh. Jumadi, S.Pd.I. NIP.
Guru Kelas V
Suparjadi, S.Pd.I. NIP.
SILABUS
Madrasah : MI Nurul-Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Mata Pelajaran : Fiqih Kelas/Semester : IV / II Standar Kompetensi : Mampu Memahami Tata Cara Berdo’a dengan Baik dan Benar
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar Teknik
Penilaian Bentuk
Instrumen Contoh Instrumen
1. Menjelaskan tata cara berdo’a dengan baik dan benar.
1.1. Tata cara berdo’a dengan baik.
1.1.1. Guru memberikan penjelasan yang berkaitan dengan materi sebagai pengantar.
1.1.2. Guru membentuk beberapa kelompok heterogen dengan menyebar siswa yang mempunyai kemampuan akademis tinggi dalam tiap-tiap kelompok.
1.1.3. Guru menjelaskan tugas tutor (peserta
1.1.1.1. Menjelaskan pengertian berdo’a.
1.1.1.2. Mempraktikkan contoh tata cara berdo’a dengan baik dan benar.
1.1.1.3. Membiasakan diri berdo’a dengan baik dan benar
Kuis, tes tertulis, performance
Uraian, penugasanatau resitasi
1. Jelaskan pengertian berdo’a?
2. Sebutkan hikmah berdo’a!
3. Mengapa kita dianjurkan untuk berdo’a?
2 x 35
1. Buku paket fiqih kelas VI semester genap Penerbit Yudistira.
2. Lembar Kerja Siswa fiqih kelas VI semester genap Penerbit Pustaka Insan
didik yang pandai) 1.1.4. Guru meminta
beberapa orang peserta didik sebagai tutor untuk maju ke depan
1.1.5. Guru meminta peserta didik untuk mendiskusikan dengan kelompoknya apa yang mereka lihat
1.1.6. guru meminta beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasilnya kepada kelompok lain.
Madani. 3. Buku
bacaan lain yang relevan.
Demak , …………………....
Mengetahui, Kepala MI Nurul-Ulum Moh. Jumadi, S.Pd.I. NIP.
Guru Kelas IV Siti Khoiriyah, S.Pd.I. NIP.
SILABUS Madrasah : MI Nurul-Ulum Sokokidul Kebonagung Demak Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam Kelas/Semester : VI / II Standar Kompetensi : Meneladani Nilai-Nilai Positif Kisah Kaum Muhajirin dan Kaum Anshar
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Kegiatan Pembelajaran Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen
Contoh
Instrumen 1. Menceritakan
kisah kaum Muhajirin dan kaum Anshar
1.1. Sejarah Kisah kaum Muhajirin dan kaum Anshar
1.1.1. Guru memberikan penjelasan yang berkaitan dengan materi sebagai pengantar
1.1.2. Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok kecil
1.1.3. Secara berkelompok peserta didik mencari informasi dari beberapa buku
1.1.1.1. Menjelaskan riwayat hidup kaum Muhajirin dan kaum Anshar
1.1.1.2. Menjelaskan kepribadian kaum Muhajirin dan kaum Anshar
1.1.1.3. Meneladani nilai-nilai positif
Kuis, tes tertulis, performance
Lisan, uraian, penugasan atau resitasi
1. Jelaskan riwayat hidup kaum Muhajirin dan kaum Anshar?
2. Jelaskan kepribadian kaum Muhajirin dan kaum Anshar?
3. Apa saja nilai-nilai positif yang dapat diambil dari kisah kaum Muhajirin dan kaum Anshar?
2 x 35
1. Buku paket SKI kelas VI semester genap Penerbit Yudistira.
2. Lembar Kerja Siswa SKI kelas VI semester genap Penerbit Pustaka Insan Madani.
tentang kisah kaum Muhajirin dan kaum Anshar
1.1.4. Secara berkelompok peserta didik berdiskusi tentang teks bacaan dan informasi yang diperoleh
1.1.5. Masing-masing kelompok diminta untuk menampilkan hasil diskusi kepada kelompok lain
kaum Muhajirin dan kaum Anshar
3. Buku bacaan lain yang relevan.
Demak, . . . . . . . . . . . . . . . . .
Mengetahui, Kepala MI Nurul-Ulum Moh. Jumadi, S.Pd.I. NIP.
Guru Mata Pelajaran Siti Mutoharoh, S.Pd.I. NIP.
Lampiran 6
DAFTAR GURU MI NURUL ULUM SOKOKIDUL KEBONAGUNG DEMAK TAHUN PELAJARAN 2011/2012
No Nama Guru Jabatan Pendidikan Status
1 Moh.Jumadi, S.Pd.I. Kepala Madrasah S1 Kepala
Madrasah
2 Ismail, S.Pd.I. Wakil Kepala Madrasah S1 Wakil Kepala
Sekolah
3 Siti Muthoharoh, S.Pd.I. Wali Kelas VI S1 Guru Kelas
4 Suparjadi, S.Pd.I. Wali Kelas V S1 Guru Kelas
5 Siti Khoiriyah, S.Pd.I Wali Kelas IV S1 Guru Kelas
6 Amin Ustadzi, S.Pd.I. Wali Kelas III S1 Guru Kelas
7 Sukowati, S.Pd.I Wali Kelas II S1 Guru Kelas
8 Farida Ulfa, S.Pd.I. Wali Kelas I S1 Guru Kelas
9 Drs. Suyuthi, S.Pd.I.
Guru Bahasa Inggris S1 GT
10 Zaenal Murtadlo, S.Pd.I. Guru Olah Raga S1 GTT
11 Anik Munadliroh, S.Pd. Guru Matematika S1 GTT
12 Ulin Nuha, S.Com. Guru Komputer S1 GTT
Lampiran 7
DAFTAR PESERTA DIDIK MI NURUL ULUM SOKOKIDUL KEBONAGUNG DEMAK TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Kelas Jenis Kelamin
Jumlah Peserta Didik LK PR
Kelas I 11 12 23
Kelas II 10 15 25
Kelas III 13 14 27
Kelas IV 14 18 32
Kelas V 12 14 26
Kelas VI 12 11 23
Jumlah 72 84 156
Lampiran 8 DAFTAR SARANA DAN PRASARANA MI NURUL ULUM SOKOKIDUL
KEBONAGUNG DEMAK TAHUN PELAJARAN 2011/2012
No Nama Barang Keadaan Barang
Jumlah B KB R
1 Ruang Kelas 7 7
2 Ruang Kepala Sekolah 1 1
3 Ruang Kantor (TU) 1 1
4 Ruang Guru 1 1
5 Ruang Perpus 1 1
6 Meja Guru 15 15
7 Kursi Guru 20 20
8 Meja Peserta Didik 105 105
9 Kursi Peserta Didik 170 170
10 Komputer 10 2 12
11 Mesin Ketik 3 1 4
12 Alat Peraga Ipa 10 2 12
13 Alat Peraga Matematika 12 2 14
14 Media-Media Gambar 27 27
15 Alat Musik Rebana 13 13
16 Peralatan Drum Band Lengkap
17 OHP 1 1
MADRASAH IBTIDA’IYAH (MI) ”NURUL ULUM”
SOKOKIDUL KEBONAGUNG DEMAK Alamat : Ds. Sokokidul, Kec. Kebonagung, Kab. Demak
SURAT KETERANGAN
Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Madrasah Ibtida’iyah (MI) Nurul Ulum
Sokokidul Kec. Kebonagung Kab. Demak, menerangkan bahwa:
Nama : Adik Hermawan
Tempat/Tanggal lahir : Demak, 27 April, 1991
Alamat : Sokokidul, RT.04/RW.01, Kec. Kebonagung, Kab. Demak
NIM : 083111130
Perguruan Tinggi : IAIN Walisongo Semarang
Jurusan/Prodi : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam (PAI)
Benar-benar telah melakukan penelitian di Madrasah Ibtida’iyah (MI), Ds. Sokokidul,
Kec. Kebonagung, Kab. Demak, tentang “Problematika Guru Pendidikan Agama Islam
dalam Penerapan dan Pengembangan Metode Pembelajaran Aktif (Active Learning) di
MI Nurul Ulum Sokokidul Kebonagung Demak”.
Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk melengkapi pembuatan skripsi.
Demak, 09 Februari 2012
Kepala MI Nurul Ulum
Moh Jumadi, S.Pd.I.