STRATEGI REKRUTMEN
FRONT PEMBELA ISLAM (FPI)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
AYU FITRI NURSOFYA
1112111000021
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
STRATEGI REKRUTMEN
FRONT PEMBELA ISLAM (FPI)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Di Bawah Bimbingan:
M. Hasan Anshori, Ph.D
NIP. -
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018
iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
STRATEGI REKRUTMEN FRONT PEMBELA ISLAM (FPI)
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 3 Juli 2018
Ayu Fitri Nursofya
iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Ayu Fitri Nursofya
NIM : 1112111000021
Program Studi : Sosiologi
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
STRATEGI REKRUTMEN FRONT PEMBELA ISLAM (FPI)
dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Jakarta, 3 Juli 2018
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi, Pembimbing,
Dr. Cucu Nurhayati, M.Si. M. Hasan Anshori, Ph.D
NIP. 197609182003122003 NIP. -
v
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
STRATEGI REKRUTMEN FRONT PEMBELA ISLAM (FPI)
oleh
Ayu Fitri Nursofya
1112111000021
telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 29
Agustus 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Sosiologi.
Ketua, Sekretaris,
Cucu Nurhayati, S. Ag, M. Si. Joharatul Jamilah, S. Ag, M. Si.
NIP. 197609182003122003 NIP. 196808161997032002
Penguji I, Penguji II,
Dra. Ida Rosyidah, M.A. Muhammad Ismail, S.Ag., M.Si.
NIP. 196306161990032002 NIP. 196803081997031002
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 19 Oktober
2018.
Ketua Program Studi Sosiologi
FISIP UIN Jakarta
Cucu Nurhayati, S.Ag, M.Si.
vi
ABSTRAK
Skripsi ini menganalisa bagaimana strategi rekrutmen Front Pembela
Islam (FPI). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bagaimana
strategi rekrutmen yang dilakukan oleh FPI serta strategi mana yang paling
dominan dilakukan FPI untuk menjaga eksistensinya. Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan pendekatan kualitatif serta teknik pengumpulan data
melalui wawancara dan observasi untuk mengumpulkan data primer, dan juga
dokumentasi sebagai cara mengumpulkan data sekunder. Kerangka teori yang
digunakan oleh penulis adalah teori gerakan sosial. Teori gerakan sosial
digunakan sebagai kacamata dalam memandang permasalahan ini dikarenakan
Front Pembela Islam (FPI) bukan merupakan gerakan sosial, namun organisasi ini
merupakan salah satu organisasi masyarakat yang sering melakukan aksi gerakan
sosial.
Temuan dari penelitian ini adalah strategi yang digunakan oleh Front
Pembela Islam (FPI) yang jika dianalisa melalui kerangka teori gerakan sosial,
mengacu kepada empat strategi perekrutan yakni private face to face, public face
to face, private mediated, dan public mediated. Tak hanya itu, melalui
pengumpulan data wawancara, terdapat strategi yang paling dominan yang
dilakukan oleh Front Pembela Islam (FPI), yaitu private face to face. Selain
strategi perekrutan private face to face yang secara dominan digunakan oleh
Front Pembela Islam (FPI) dalam melakukan perekrutan, faktor lain yang turut
mendukung berjalannya perekrutan adalah adanya jaringan, baik itu jatingan yang
terbentuk melalui interaksi karena hubungan keluarga, kekerabatan, maupun
adanya orang di dalam organisasi yang dikenal oleh orang yang direkrut tersebut.
Kata kunci : Strategi rekrutmen, Front Pembela Islam, Gerakan Sosial.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
hidayah dan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulisan skripsi dengan judul
Strategi Rekrutmen Front Pembela Islam (FPI) ini dapat terselesaikan walaupun
masih terdapat banyak kekurangannya di dalamnya. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya yang telah memberikan cahaya Islam kepada penulis.
Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak lepas dari kontribusi berbagai
pihak yang dengan ikhlas memberikan bantuannya, baik secara moril maupun
materiil. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada Bapak/Ibu/Saudara yang terhormat, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Bapak Prof. Dr. Zulkifli, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M.Si, selaku Ketua Program Studi Sosiologi, FISIP,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Joharatul Jamilah, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Sosiologi,
FISIP, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Mohammad Hasan Anshori, Ph.D selaku dosen pembimbing yang
bersedia menyempatkan waktunya dan dengan sabar membimbing penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
viii
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan banyak ilmu, motivasi,
inspirasi, dan bimbingannya selama perkuliahan.
6. Para staff penguru bidang akademik dan administrasi, FISIP, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dalam kepengurusan berkas dan
administrasi dalam proses penulisan skripsi ini.
7. Segenap pengurus Front Pembela Islam (FPI) dan para narasumber yang telah
berbaik hati meluangkan waktu untuk penulis wawancarai dalam proses
pengumpulan data.
8. Saudara dan sahabat, Ara, Ayu Rosalia, Kak Mike Martaleta, Arsy Salsabila,
Kak Ai, dan Kak Aisyah yang telah memberikan dukungan selama
perkuliahan.
9. Teman-teman komunitas BMI, LISMA UIN dan Yuk Hijrah UIN Jakarta,
Indah Syair, Syifa, Kak Sabrin, Farida, Rindi, Kak Nisa, Nurlie, Widi dan
teman-teman lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak memberikan inspirasi dan pengaruh positif kepada penulis.
10. Teman-teman Sosiologi 2012, Rahmi, Anisya Bella, Raka, Eni, Faizal,
Farhan, Divya, dan yang lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu. Terimakasih telah mengisi hari-hari perkuliahan penulis.
Terakhir ucapan terimakasih penulis haturkan untuk orang tua, kakak, dan
suami tercinta. Ibu Naning, Papa Jufni, Umi, Mamik, dan Mas Rommy yang telah
memberikan do‟a, dukungan, motivasi dan materi yang telah diberikan selama
ix
perkuliahan dan penulisan skripsi ini. Tanpanya, penulis tidak akan bisa
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Demikian, ucapan terimakasih ini penulis sampaikan. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pembaca, bidang studi Sosiologi, dan semua pihak yang
memerlukan dan membutuhkannya.
Jakarta, 3 Juli 2018
Ayu Fitri Nursofya
x
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
BAB I. Pendahuluan................................................................................................ 1
A. Pernyataan Masalah................................................................................................ 1
B. Pertanyaan Penelitian ............................................................................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................... 8
D. Tinjauan Pustaka .................................................................................................... 8
E. Kerangka Teoritis ................................................................................................. 13
F. Metode Penelitian................................................................................................. 23
BAB II. Gambaran Umum .................................................................................... 31
A. Latar Belakang Berdirinya Front Pembela Islam (FPI) ........................................ 31
B. Tujuan Pembentukan FPI ..................................................................................... 35
C. Ideologi Front Pembela Islam (FPI) ..................................................................... 37
D. Program-program Front Pembela Islam (FPI) ...................................................... 39
BAB III. Pembahasan dan Temuan ....................................................................... 47
A. Strategi Perekrutan FPI Sebagai Upaya Bertahannya Gerakan ............................. 47
B. Strategi Perekrutan Paling Dominan yang dilakukan oleh FPI ............................. 61
BAB IV. Penutup .................................................................................................. 64
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 64
B. Kritik .................................................................................................................... 65
C. Saran .................................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 67
Dokumen Elektronik .................................................................................................... 69
Internet ......................................................................................................................... 70
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.A.1 Aksi FPI Melakukan sweeping minuman keras (kiri) dan penolakan
penggunaan atribut natal bagi pegawai (kanan) ...................................................... 6
Gambar I.A.2 Habib Rizieq (Imam besar FPI) dalam aksi 212 .............................. 7
Gambar III.A.1. Contoh brosur acara milad FPI ke-19......................................... 59
Gambar III.A.2 Gambar yang tersebar via sosial media ....................................... 60
Gambar III.A.3 Spanduk FPI ................................................................................ 60
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I.E.1 Kata Kunci Strategi Perekrutan FPI ................................................... 22
Tabel II.D.1 Struktur Dewan Pimpinan Pusat FPI ................................................ 40
Tabel II.D.2 Lima badan khusus FPI .................................................................... 42
Tabel II.D.3 Lima Lembaga Otonom FPI ............................................................. 43
Tabel II.D.4 Anak Organisasi FPI......................................................................... 44
Tabel II.D.5 Program Rekrutmen FPI ................................................................... 46
Tabel III.A.1 Teknik perekrutan strategi Private face to face .............................. 48
Tabel III.A.2 Informan yang terekrut dan merekrut melalui strategi .................... 52
Tabel III.A.3 Teknik perekrutan strategi public face to face ................................ 53
Tabel III.A.4 Informan yang direkrut dan merekrut dengan strategi Public face to
face ........................................................................................................................ 56
Tabel III.A.5 Teknik Perekrutan strategi private mediated .................................. 56
Tabel III.A.6 Informan yang direkrut dan merekrut dengan strategi Private
mediated ................................................................................................................ 58
Tabel III.A.7 Teknik Perekrutan strategi public mediated .................................... 59
Tabel III.A.8 Informan yang direkrut dan merekrut dengan strategi Public
Mediated. ............................................................................................................... 61
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I. Profil Informan............................................................................ xiii
LAMPIRAN II. Tabel Matriks Wawancara ......................................................... xiv
LAMPIRAN III. Transkrip Wawancara ............................................................. xvii
1
BAB I
Pendahuluan
A. Pernyataan Masalah
Tidak ada masyarakat yang tidak mengalami perubahan, sebab kehidupan
sosial adalah kehidupan yang dinamis. Perubahan sosial sendiri merupakan bagian
dari gejala kehidupan sosial, sehingga perubahan sosial merupakan gejala sosial
yang normal (Seiadi 2011: 609). Menurut Kingsley Davis perubahan sosial
merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat, seperti
munculnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis, yang
menyebabkan terjadinya perubahan hubungan antara buruh dan majikan yang
kemudian menyebabkan perubahan-perubahan dalam organisasi politik.
Sedangkan Selo Soemardjan menyatakan bahwa perubahan sosial adalah segala
perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat,
yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-
sikap, dan pola-pola perilaku di antara kelompok-kelompok di masyarakat
(Setiadi 2011: 610).
Di dalam masyarakat majemuk, adanya perubahan sosial merupakan suatu
keniscayaan. Namun perubahan sosial tidak selalu mengarah pada hal-hal yang
berbau pada kemajuan, melainkan dapat pula mengarah pada situasi kemunduran,
seperti hancurnya peradaban Yunani dan kerajaan Majapahit di masa silam
(Setiadi 2011: 609). Perubahan tersebut tidak hanya mempengaruhi peradaban
dari sisi kelembagaannya saja, melainkan juga turut mengubah segi-segi lain di
dalam struktur masyarakat yang ada.
2
Indonesia sendiri juga pernah mengalami hal serupa, salah satunya adalah
peristiwa reformasi. Reformasi merupakan suatu bentuk perubahan yang
dilakukan untuk mengubah aspek tertentu di dalam masyarakat tanpa menyentuh
inti institusinya (Sztompka 2007: 332). Berdasarkan pandangan Sztompka
tersebut, dapat kita lihat bahwa reformasi hanya mengubah sebagian masyarakat
maupun struktur yang ada di dalam masyarakat sesuai dengan tujuan apa yang
diharapkan oleh gerakan reformasi tertentu.
Reformasi yang terjadi di Indonesia telah mengubah kondisi negara yang
sebelumnya dikuasai rezim diktator selama kurun waktu tiga puluh dua tahun
lamanya dengan pergantian personel atau dengan kata lain menggantikan presiden
kala itu, Soeharto. Berbagai lapisan masyarakat yang membentuk gerakan-
gerakan turut menjadi saksi proses perkembangan negeri ini. Dalam bukunya
yang berjudul Bangsa Yang Belum Selesai, Max Lane mengutip situasi perubahan
sosial yang dialami Indonesia saat itu dari salah seorang analis Indonesia,
Munafrizal Manan (Lane 2007: 270):
...Era transisi, disusul liberalisasi politik, telah mengubah masyarakat
Indonesia secara sangat drastis. Masyarakat yang selama tiga dasawarsa
kebebasan dan partisipasi politiknya tersumbat, berganti menjadi
masyarakat yang bebas dan berani mengartikulasikan partisipasi politik
mereka. Ketakutan yang begitu besar untuk menyuarakan tuntutan
politiknya di bawah kekuasaan Soeharto, serta merta pupus sejak era
transisi dimulai.
Sejak pertengahan tahun 1998, keberanian masyarakat meningkat
secara mengesankan. Suara-suara protes dan tuntutan yang dulunya seolah
absurd untuk disampaikan secara terbuka telah menjadi bagian dari fakta
politik dalam kehidupan politik Indonesia mutakhir. Protes, demonstrasi,
3
mogok, pawai, dan aksi massa dan semacamnya, menjadi aktivitas politik
yang biasa. Belum genap setahun, sudah terjadi kurang dari 3.000 unjuk rasa
yang dilakukan oleh hampir semua lapisan masyarakat.
Tulisan tersebut menunjukkan bagaimana proses perubahan sosial
yang sedang terjadi di Indonesia berhasil mengubah masyarakat Indonesia
yang berasal dari beragam lapisan masyarakat untuk bergerak dalam
menggelar segala bentuk aksi, protes bahkan hingga melakukan mogok
kerja. Orde baru pun telah memberikan watak yang khas kepada seluruh
kehidupan politik masyarakat Indonesia, yakni tak terorganisir (dis-
organization) dan tak berorganisasi (dis-organization) (Lane 2007: 150).
Pada dekade inilah masyarakat Indonesia terutama dari lapisan
mahasiswa sedang berada pada dekade kelompok-kelompok diskusi
mahasiswa, LSM-LSM (Lembaga Sosial Masyarakat) dan pada
pembentukkan aliran politik yang secara sadar mempromosikan aksi massa
sebagai suatu kecenderungan. Tak cukup sampai di situ, pada masa ini pula
lah berbagai kelompok-kelompok diskusi kecil tadi mulai bermunculan di
berbagai wilayah di Indonesia.
Di tengah derasnya semangat masyarakat dalam menyambut
perubahan, ternyata muncul dua fenomena menarik di kalangan umat Islam
di Indonesia, pertama munculnya partai-partai politik Islam di pentas
nasional dan juga munculnya organisasi massa (ormas) Islam berbentuk
harakah (Edyar 2003: 1). Kemunculan berbagai afiliasi berlandaskan Islam
4
ini dapat dikatakan sebagai bentuk keinginan masyarakat yang selama ini
tertahan oleh rezim orde baru. Namun berdasarkan kedua fenomena ini,
menunjukkan bahwa rakyat tidak serta merta menyambut dan menerima
begitu saja mundurnya Soeharto begitu saja, akan tetapi terdapat keinginan
kuat untuk melakukan perubahan tak sesederhana reformasi, melainkan
revolusi. Salah satunya yakni keinginan untuk menerapkan syariat Islam
secara melembaga pasca runtuhnya orde baru.
Salah satunya adalah gerakan Front Pembela Islam, yang terbentuk
pada tanggal 25 Robi‟uts Tsani 1419 Hijriah bertepatan dengan tanggal 17
Agustus 1998 di Jakarta (Shihab 2013: 3). Gerakan yang memiliki visi dan
misi penerapan Syariat Islam secara Kaaffah ini, berbeda dengan ormas yang
lebih dahulu ada dan cenderung akomodatif dengan pemerintah - seperti NU
(Nadhlatul Ulama) dan Muhammadiyah – FPI cenderung menjaga jarak
dengan kekuasaan. Meski berorientasi pada Islam dan cenderung menjaga
jarak dengan kekuasaan, FPI memiliki keunikan tersendiri dimana ia tetap
mengusung amar ma’ruf nahi munkar di bawah ideologi pancasila dengan
dasar UUD 1945. Hal ini berbanding terbalik dengan Hizbut Tahrir
Indonesia (HTI) yang selama ini kerap dianggap memiliki kesamaan dengan
FPI (www.bbc.com/indonesia/indonesia-39848253). Jika Hizbut Tahrir
secara internasional mengkampanyekan upaya penerapan aturan kehidupan
Islam dalam bernegara yang dikenal sebagai negara (daulah) khilafah untuk
beramar ma‟ruf nahi munkar, maka FPI memandang bahwa perwujudan
tersebut dapat dilakukan di dalam bingkai NKRI dengan aturan yang telah
5
lahir dari sistem demokrasi selama pemegang kekuasaan merupakan muslim
(AD/ART FPI 2015: 26). Meski tetap mendukung keberadaan NKRI, FPI
tetap tak luput dari pro maupun kontra yang berasal dari berbagai kalangan
di Indonesia .
Oleh beberapa kalangan, penerapan Syariat Islam di Indonesia
sendiri dinilai belum cukup menyeluruh, karena hanya menyangkut beberapa
hukum terkait aspek masalah perdata saja, seperti pernikahan, wakaf,
perundang-undangan, haji, zakat dan lain sebagainya (Edyar 2003: 2).
Sedangkan untuk penerapan hukum dari aspek pidana belum lah bersumber
dari Syariat Islam. Inilah mengapa FPI selalu menyuarakan amar ma’ruf
nahi munkar yang memiliki makna mendalam tentang pentingnya
mendakwahkan Islam di Indonesia tanpa memasuki ranah perpolitikan.
Tak jarang dalam aktivitasnya, FPI disamping melakukan dakwah
secara non fisik juga melakukan aktivitas fisik, seperti mengadakan aksi
turun ke jalan, penyaluran bantuan kemanusiaan
(http://news.detik.com/berita/d-2480808/-fpi-ikut-aktif-bantu-korban-banjir),
hingga sweeping tempat-tempat yang dianggap menjadi sumber kemaksiatan
dan kerusakan masyarakat, seperti prostitusi, perjudian, serta transaksi miras
dan narkoba (Putra 2012: 35).
6
Gambar I.A.1 Aksi FPI Melakukan sweeping minuman keras (kiri) dan
penolakan penggunaan atribut natal bagi pegawai (kanan)
Meski terbentuk pasca reformasi dimana masyarakat Indonesia mulai
bisa merasakan kebebasan, akan tetapi aktivitas FPI tak jarang pula
berbenturan dengan masyarakat (Gumilang 2018: 1) terutama dalam hal
aktivitas fisik. Namun, justru semakin banyaknya benturan masyarakat
antara masyarakat dengan FPI, justru semakin berkembang pula gerakan
atau pun opini gerakan yang mengusung dakwah amar ma’ruf nahi munkar
tersebut.
Sebagai sebuah gerakan, aktivitas FPI tergolong berkembang cukup
pesat. Hal tersebut diperkuat lewat pernyataan Muchsin Alatas selaku ketua
umum FPI kala itu yang menyatakan jumlah anggota FPI yang sudah
tersebar luas di Indonesia dari Aceh hingga Papua sebanyak tujuh juta orang
(Megiza, 2014). Dengan latar belakang kondisi penduduk Indonesia yang
mayoritas muslim, disertai dengan dorongan dan keinginan untuk
melembagakan Islam yang notabene merupakan agama mayoritas penduduk
negeri ini, turut menjadi faktor penyebab bertahannya gerakan ini. Bahkan
baru-baru ini, dalam kasus penistaan agama yang terjadi di Indonesia, FPI
7
merupakan salah satu gerakan yang paling menonjol menyuarakan
penuntutan hukuman atas pelaku penistaan agama.
Gambar I.A.2 Habib Rizieq (Imam besar FPI) dalam aksi 212
Berbagai aktivitas dan perkembangan FPI, yang disertai tak sedikitnya
penolakan dari sebagian masyarakat (Affan 2017), menjadi hal yang menarik
untuk dilihat lebih dalam oleh penulis. Hal ini dikarenakan, tentu saja FPI
sebagai sebuah gerakan pastilah memiliki strategi atau cara-cara dalam
mempertahankan eksistensinya di tengah kontroversial dan opini negatif
yang digulirkan media mainstream hari ini terhadap gerakan tersebut.
B. Pertanyaan Penelitian
Sebagaimana yang telah sedikit penulis ulas di atas mengenai gerakan
FPI, untuk memahami bagaimana strategi rekrutmen FPI, maka disusun
pertanyaan penelitian sebagai pembatas masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana strategi rekrutmen yang digunakan FPI dalam melakukan
perekrutan?
2. Strategi rekrutmen mana yang paling dominan menarik partisipasi dalam
gerakan FPI?
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dalam penulisannya, skripsi ini memiliki beberapa tujuan di antaranya sebagai
berikut.
1. Tujuan Penelitian
a. Mengidentifikasi bagaimana strategi rekrutmen yang dilakukan oleh
gerakan FPI.
b. Menjelaskan faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan FPI mampu
bertahan.
2. Manfaat Penelitian
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah pengetahuan dalam
bidang sosiologi mengenai strategi rekrutmen serta peran jaringan yang
merupakan salah satu cara bertahan dan mencapai tujuan sebuah gerakan
maupun organisasi.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi gerakan FPI
untuk meningkatkan strategi bertahan – dalam hal ini perekrutan - mereka
dalam menghadapi perubahan sosial.
D. Tinjauan Pustaka
Semenjak mundurnya Presiden Soeharto dari puncak kekuasaan
tanggal 21 Mei 1998 (Edyar 2003: 1), Indonesia mengalami cukup banyak
titik perubahan. Salah satunya adalah dalam hal penyambutan kebebasan.
Kebebasan yang sebelumnya merupakan barang langka dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara, telah terangkat ke atas singgasana kehidupan
9
manusia dengan harapan bebasnya mereka dari pemerintahan otoriter ke
arah yang demokratis.
Tak sedikit, kelompok-kelompok masyarakat maupun mahasiswa yang
berjuang demi nama kebebasan untuk mewujudkan kesejahteraan dan
kemajuan bangsa dengan berbagai ideologi yang diusungnya. Namun tentu
saja, setiap kelompok maupun gerakan tak selalu berjalan mulus begitu saja
sebagaimana yang dicita-cita.
Berbagai penelitian pun, tak sedikit yang mengamati akan terjadinya
hal tersebut. Sebagaimana yang diteliti oleh Agus Salim, dalam thesisnya
yang berjudul The Rise of Hizbut Tahrir Indonesia (1982-2004): Its Political
Opportunity Structure, Resource Mobilization, and Collective Action
Frames (Salim 2005: 162). Dalam penelitiannya yang mencoba mengupas
HTI dari kemunculan hingga strategi rekrutmennya, Agus Salim melihat
HTI dari kacamata tindakan kolektif gerakan tersebut. Gerakan non
pemerintah yang mulai memasuki Indonesia di tahun 1980an ini pun tak
selalu mulus dalam menyebarkan Islam yang dijadikan sebagai ideologi
dasar berdirinya gerakan tersebut. Sehingga berbagai strategi dilakukan
termasuk dari sisi perekrutan yang dilakukannya pula di kampus-kampus
dan berbagai institusi pendidikan.
Tak hanya itu, dalam tulisannya, Agus Salim memaparkan pada masa
berkuasanya rezim Soeharto pun gerak HTI masih berada pada fase dakwah
tasqif dimana aktivitasnya masih berkembang secara individu dan cenderung
sembunyi-sembunyi. Meskipun Agus Salim meneliti pula bagaimana strategi
10
perekrutan yang dilakukan HTI, namun ia tidak melihat lebih dalam strategi
perekrutan tersebut secara sosiologis. Sementara kerangka teori penelitian
ini membahas secara umum HTI dari sisi tindakan sosial, peluang politis,
hingga strategi perekrutannya. Hal ini berbanding terbalik dengan penulis
akan secara khusus membahas mengenai strategi rekrutmen yang digunakan
oleh FPI. Inilah yang membedakan penelitian yang akan penulis lakukan
dengan yang dilakukan oleh Agus Salim.
Memiliki kesamaan objek penelitian dengan penulis kali ini, Mukhlas
Adi Putra, melakukan penelitian yang berjudul Perlawanan Front Pembela
Islam (FPI) Terhadap Pemikiran dan Gerakan Islam Liberal di Indonesia,
juga menjadi salah satu tulisan yang penulis tinjau. Dalam penelitiannya
Mukhlas membagi bentuk-bentuk perlawanan yang dilakukan FPI terhadap
gerakan-gerakan yang membawa pemikiran liberal di Indonesia (Putra 2012:
29-42).
Dalam penjelasan mengenai FPI, Mukhlas memaparkan secara umum
bagaimana gerakan ini ada. Namun tak ada pemaparan mengenai strategi
perekrutan yang sebetulnya juga merupakan modal awal pembentukkan
perlawanan terhadap pemikiran liberal yang ada tersebut. Hal ini menjadi
salah satu kelemahan tulisan Mukhlas, karena kurangnya pendalaman dalam
melihat strategi perekrutan yang sebenarnya merupakan salah satu bentuk
upaya bertahan dalam melakukan perlawanan terhadap liberalisme. Pada
akhirnya inilah yang membuat penelitian yang akan dilakukan oleh penulis
menjadi lebih menarik untuk diteliti.
11
Tak berhenti sampai disitu, salah satu tesis hasil karya As‟ad yang
berjudul Politik Identitas dan Gerakan Sosial Islam (Studi atas Front
Pembela Islam) (As‟ad 2016: 78-80), menjadi salah satu rujukan yang
menarik penulis karena memiliki kesamaan objek penelitian. Dalam
karyanya tersebut, lulusan pasca sarjana IAIN Lampung ini menjelaskan
bagaimana FPI berhasil menekankan politik identitas mereka yaitu Islam,
disaat berbagai gerakan yang bernuansa keagamaan mulai terpinggirkan oleh
arus modernisasi.
Tesis tersebut juga mengulas bahwasanya mengapa gerakan semacam
FPI muncul adalah diakibatkan adanya ketidakpuasan rakyat – terutama
kaum muslim – atas kebijakan negara yang cenderung mengabaikan syariat
Islam. Tidak banyak teori yang ditekankan dalam melihat FPI, melainkan
penulis fokus bagaimana sejatinya politik identitas Islam yang dibangun oleh
FPI di Indonesia. Sementara dari sisi perekrutan, As‟ad pun cenderung tidak
mengupasnya dan terfokus pada bagaimana upaya FPI dalam membangun
identitas politiknya tersebut (As‟ad 2016: 79-86).
Dalam tulisan lain, penulis menemukan salah satu skripsi yang
berkaitan dengan penelitian kali ini, yaitu karya Hilman Hidayat. Dalam
skripsinya, Hilman melihat organisasi FPI dari sudut pandang mobilisasi
sumber daya, dimana di dalamnya ditekankan bagaimana pendayagunaan
secara efektif dalam menunjang suatu gerakan sosial. Tak hanya itu, di
dalam pembahasan tersebut, taktik juga menjadi salah satu hal yang cukup
penting dalam mobilisasi sumber daya suatu gerakan. Sehingga apabila
12
dikolaborasikan dengan hukum yang mendukung serta adanya kelompok
sasaran yang terpikat pada gerakan tersebut, maka proses mobilisasi sumber
daya tersebut akan memudahkan berkembangnya suatu gerakan sosial
(Hidayat 2015: 20-25).
Dalam karyanya tersebut, Hilman lebih berfokus melihat gerakan FPI
dari perspektif mobilisasi sumber daya, yang secara umum terbagi ke dalam
tiga pendekatan yaitu pendekatan kesempatan politik, mobilisasi sumber
daya dan framming. Dalam penjelasannya mengenai mobilisasi sumber daya
sendiri, Hilman lebih terfokus pada bagaimana modal sosial yang FPI miliki
sebagai strategi bertahan, sementara dalam hal perekrutan yang juga masuk
dalam bagian dari upaya mobilisasi sumber daya, ia tidak menjabarkannya
lebih detail. Oleh karena itulah, pada kekosongan ini penulis akan mengisi
dengan melihat lebih dalam bagaimana strategi perekrutan FPI sebagai
bentuk upaya bertahannya gerakan tersebut.
Berdasarkan kelima hasil penelitian di atas, penelitian yang akan
penulis lakukan ini merupakan penelitian yang cukup menarik dikarenakan
sebagai sebuah organisasi masyarakat yang cukup kontroversial, FPI justru
dapat berkembang dan menarik masyarakat untuk bergabung maupun
menjadi partisipan di dalam gerakannya meskipun tak sedikit pula pihak
yang menentang arah gerakannya.
Oleh karena itu, inilah mengapa perlu digali lebih dalam terkait
bagaimana strategi rekruitmen yang dilakukan oleh organisasi yang tidak
dapat dipisahkan dari Habib Rizieq Shihab ini dalam bertahan di tengah arus
13
opini negatif organisasi radikal yang masif di arahkan kepadanya dan
beredar di berbagai media belakangan waktu ini.
E. Kerangka Teoritis
a. Gerakan Sosial
Gerakan sosial merupakan suatu gerakan yang terdiri dari
mekanisme-mekanisme tertentu dimana aktor atau orang-orang yang ada
di dalam gerakan tersebut terlibat dalam suatu tindakan sosial yang
dikategorikan ke dalam tiga bagian yaitu, pertama, mereka yang
bergabung ke dalam gerakan sosial dikarenakan adanya suatu relasi
konflik maupun memiliki kesamaan tujuan dan musuh yang sama. Kedua,
mereka yang memiliki jaringan maupun hubungan yang dekat, semacam
kekerabatan maupun kekeluargaan. Dan ketiga, mereka yang bergabung
karena memiliki identitas kelompok berbeda dan mereka berusaha saling
mewujudkan adanya solidaritas di dalamnya (Porta 2006: 20).
Sementara menurut Lipset (1967) dengan analisis sosiologisnya
sebagaimana dikutip dalam tulisan Mustain Mashud menganggap bahwa
gerakan sosial merupakan bagian generasi baru yang memperjuangkan
pengakuan, dan perlunya menentang orang tua mereka dan “kemapanan”
yang tidak memberi pengakuan kepada mereka (Mashud, n.d).
Berdasarkan definisi gerakan sosial tersebut, dapat dilihat bahwa
gerakan sosial sendiri merupakan suatu proses dimana masyarakat yang
tidak dibatasi oleh standar identitas tertentu, dapat melakukan suatu
tindakan secara bersama-sama dengan satu tujuan tertentu. Tak jarang
14
gerakan sosial yang sering ditemui merupakan gerakan yang memiliki
tujuan dalam proses perubahan politik.
Kajian mengenai proses perubahan politik sendiri, khususnya yang
didukung oleh keberadaan gerakan sosial, memerlukan cara pandang
tersendiri untuk memahami dan menjelaskan masalah-masalah yang
diteliti. Cara pandang tersebut, dibangun di atas seperangkat teori yang
akan digunakan untuk menganalisis objek yang diteli ataupun dikaji.
Teori sendiri merupakan seperangkat pernyataan yang saling
berhubungan dan memungkinkan untuk menerangkan dan memprediksi
kehidupan sosial. Dengan demikian, teori akan menjadi alat analisis untuk
menjelaskan masalah-masalah yang menjadi fokus studi atau kajian
permasalahan (Hassanudin, n.d: 62).
Jika teori tersebut ditarik ke permukaan, maka akan bertemu dengan
beberapa pendekatan. Pendekatan-pendekatan tersebut secara garis besar
menurut McAdam terbagi menjadi tiga, yaitu Political Opportunity,
Framming Strategy, dan Resource Mobilization.
Political Opportunity atau Kesempatan Politik merupakan salah satu
pendekatan yang digunakan dalam melihat bagaimana suatu gerakan akan
muncul dan tetap exist. Menurut Peter Eisinger di dalam artikelnya yang
berjudul science review dimana ia merupakan akademisi pertama yang
mempergunakan mekanisme struktur politik dalam menjelaskan kasus-
kasus gerakan sosial, revolusi dan nasionalisme. Ia memaparkan bahwa
gerakan sosial sendiri dapat muncul apabila, pertama, tingkat akses
15
terhadap lembaga-lembaga politik mengalami keterbukaan. Kedua,
ketika keseimbangan politik sedang tercerai berai sedangkan
keseimbangan politik baru belum terbentuk. Ketiga, ketika para elite
politik mengalami konflik besar dan konflik ini dipergunakan oleh para
pelaku perubahan sebagai suatu kesempatan. Dan yang terakhir, yang
keempat, yaitu ketika para pelaku perubahan digandeng oleh para elite
yang beraa dalam sistem untuk melakukan perubahan (Hassanudin, n.d:
67).
Berdasarkan pandangan tersebut, dapat dikatakan bahwasanya
kesempatan politik menjadi salah satu faktor yang kemungkinan besar
melatar belakangi kemunculan sebuah gerakan. Dan tak hanya mengenai
keterbukaan akses politik saja, kondisi perpolitikan suatu negara pun juga
menjadi salah satu hal yang berpengaruh dalam kemunculan suatu
gerakan sosial. Hal ini dapat kita saksikan hari ini, dimana cukup banyak
organisasi atau pun gerakan-gerakan sosial baru yang muncul dalam
situasi perpolitikan Indonesia yang kini kerap didera isu politik
bernafaskan SARA.
Setelah kondisi perpolitikan yang ada di suatu negara berpengaruh
terhadap kemunculan suatu gerakan, namun demikian hal tersebut tidak
serta merta menjadi satu-satunya penentu kemunculan suatu gerakan.
Gerakan yang telah berdiri maupun terbentuk di tengah peluang situasi
politik yang ada, dipengaruhi pula oleh adanya struktur mobilisasi
16
maupun mobilisasi sumber daya (Resource Mobilization Theory)
(Hassanudin, n.d: 67-68).
Resource Mobilization Theory menurut Anthony Oberschall,
merupakan teori yang secara fokus melihat gerakan sosial pada proses-
proses yang memungkinkan muncul dan berhasilnya suatu gerakan. Teori
ini banyak memusatkan perhatiannya pada faktor-faktor seperti ekonomi
dan politik (Oman 2013: 18). Melalui pendekatan ini, Oberschall
memandang bahwa keberhasilan suatu gerakan sosial tidak ditentukan
oleh hal-hal yang bersifat psikologis (emosional), melainkan faktor-faktor
rasional yang memungkinkan menghambat ataupun mendukung suatu
gerakan sosial.
Dalam bukunya yang berjudul social movements, Suzanne
Staggenborg menyatakan bahwa sumber daya merupakan titik sentral
penyukses suatu gerakan. Sementara sumber daya itu sendiri
dikategorikan ke dalam dua macam yaitu tangible asset (aset materi) yang
dapat berupa sumber daya ekonomi (funding) dan juga intangible asset
(aset non materi) seperti komitmen atau partisipasi anggota (Staggenborg
2012: 18).
Berdasarkan hal tersebut, jelas sekali terlihat bahwasanya eksistensi
suatu gerakan sosial tidak dapat dilepaskan begitu saja dari sumber daya
yang menjadi faktor penting akan keberadaan gerakan sosial. Melalui
proses mobilisasi sumber daya ini pula lah pada akhirnya, suatu gerakan
dapat berjalan dengan baik dan mempertahankan eksistensinya.
17
FPI sendiri bukan merupakan gerakan sosial, namun FPI
merupakan salah satu organisasi massa yang paling sering melakukan
gerakan sosial. Inilah mengapa penulis menggunakan teori gerakan sosial
sebagai kerangka berpikir dalam melihat fenomena perekrutan di dalam
organisasi FPI dikarenakan adanya ketersinambungan satu antara
keduanya.
b. Strategi Perekrutan
Pasca reformasi, dengung kebebasan di Indonesia mulai bergema ke
berbagai lapisan masyarakat. Kondisi ini terjadi bukanlah tanpa alasan,
mengingat masyarakat Indonesia yang sebelumnya mengalami tiga puluh
dua tahun masa kepemimpinan yang bersifat tiranistik, sehingga
menyebabkan masyarakatnya terkurung dalam kepemimpinan yang diatur
sedemikian rupa (Lane 2007: xvi.
Dalam penelitian yang hendak dilakukan penulis kali ini, penulis
akan melihat strategi rekruitmen yang dilakukan FPI melalui kacamata
gerakan sosial. Sementara dalam gerakan sosial itu sendiri, sebagaimana
yang dipaparkan di sebelumnya, perekrutan merupakan salah satu hal
mendasar yang harus dilakukan oleh gerakan sosial. Sehingga apabila
gerakan dapat mengkolaborasikan berbagai potensi dan bentuk resources
mobilization secara apik, maka mobilisasi dan perkembangan gerakan
pun kemungkinan besar akan semakin baik.
Keberadaan network atau jaringan merupakan salah satu aspek
penting yang menjadi alasan atau dasar seseorang memutuskan untuk
18
mengikutsertakan dirinya ke dalam sebuah gerakan. Jaringan dapat
didefinisikan sebagai hubungan atau relasi yang dimiliki seseorang
dengan satu atau lebih anggota suatu gerakan, baik itu hubungan secara
kekerabatan, saudara atau pun keluarga (Porta 2006: 115).
Keberadaan jaringan ini sangatlah penting, karena keterkaitan
individu dengan suatu gerakan dimana mereka telah terikat dengan
gerakan tersebut, merupakan hal yang krusial tidak hanya untuk
perekrutan anggota kelompok, tetapi juga untuk keberlanjutan (eksistensi)
anggota tersebut ke depannya dalam suatu gerakan tertentu (Porta 2006:
116).
Namun, tentu diperlukan pula adanya strategi yang dapat menunjang
atau mewujudkan keberadaan jaringan tersebut. Dalam Social Movement
an Introduction karya Donatella Della Porta dan Mario Diani, mereka
mengkombinasikan hal tersebut ke dalam empat mekanisme, di antaranya
sebagai berikut.
a. Private Face To Face
Private Face To Face, merupakan salah satu mekanisme
perekrutan yang dilakukan secara pribadi (individu) dan dilakukan
secara face to face dengan tujuan mengajak seseorang untuk
bergabung dalam suatu gerakan. Metode semacam ini dapat dilakukan
dengan aktivitas mengunjungi atau mendatangi orang yang dituju
maupun melakukan aktivitas layaknya door to door dalam
19
penyampaian informasi, baik itu mengenai gerakan, atau pun
penandatangan petisi (McAdam 1997: 124).
Dalam salah satu kisah perekrutan yang ditulis Mc Adam dan
David Snow, seorang pemuda di Los Angeles pada akhirnya
memutuskan bergabung ke dalam sebuah kelompok yang bernama
Nichiren Shoshu, yang sebelum ia terkatung-katung di LA karena ia
tak memiliki apa pun, baik itu uang bahkan pakaian, kecuali yang ia
kenakan (McAdam 1997). Setelah itu akhirnya ia bergabung karena
ajakan yang dilakukan oleh beberapa aktivis organisasi tersebut, dan
inilah yang termasuk ke dalam contoh perekrutan face to face.
Meski terbilang konvensional, namun cara ini merupakan cara
yang cukup efektif untuk dilakukan dalam upaya perekrutan. Hal
tersebut dikarenakan dalam proses face to face yang terjadi, akan
terjalin dialog yang sifatnya dua arah, sehingga memungkinkan adanya
diskusi lanjutan maupun pembahasan yang lebih mendalam dengan
pihak yang hendak direkrut. Hal ini banyak memberikan keuntungan,
disamping terjalin hubungan secara organisasi – karena hendak
melakukan perekrutan – pihak yang hendak melakukan perekrutan pun
juga mendapat keuntungan terjalinnya hubungan kekerabatan secara
pribadi.
b. Public Face To Face
Public Face To Face merupakan mekanisme rekrutmen dimana
proses persuasif (pengajakan) untuk bergabung ke dalam gerakan
20
dilakukan di tempat umum yang dapat diakses oleh siapa saja, seperti
dalam aksi-demonstrasi, kegiatan festival, kelas-kelas perkuliahan
hingga kongres atau pun seminar (McAdam 1997: 24).
Dalam praktiknya, mekanisme rekrutmen public face to face ini
jauh lebih efektif dalam upaya untuk mengaruskan opini tertentu
kepada khalayak umum. Melalui penyebaran opini tersebut, pada
akhirnya akan menarik orang-orang untuk mendengar dan melihat –
terlepas mereka merupakan pihak yang pro atau kontra terhadap ide
dari gerakan tersebut.
Tentu teknis ini menjadi lebih efisien jika dilihat dari berbagai
sisi. Namun, jika penyampain melalui mekanisme public face to face
ini tidak diimbangi dengan adanya aktivitas lanjutan untuk melakukan
follow up terhadap calon rekrutan maka pada akhirnya masyarakat
umum hanya akan sekadar tahu tentang opini maupun organisasi
tersebut tanpa ada ketertarikan lebih untuk bergabung maupun
berpartisipasi di dalam kegiatan-kegiatannya. Sehingga mekanisme
perekrutan ini akan semakin apik jika dikolaborasikan dengan aktivitas
perekrutan private face to face yang dapat dilakukan dengan
melakukan pertemuan secara individu atau pun mengadakan
kunjungan ke rumah calon rekrutan.
c. Private Mediated
Private Mediated merupakan cara perekrutan seseorang untuk
bergabung ke dalam sebuah gerakan secara individu melalui media,
21
seperti pesan, e-mail, dan telepon (McAdam 1997: 124). Di era digital
seperti sekarang, metode private mediated ini menjadi salah satu hal
yang sangat berpengaruh dalam proses rekrutmen. Tak hanya itu,
metode ini juga terbilang lebih efisien dan cepat, dikarenakan
seseorang tidak harus bertemu secara langsung dengan orang yang
ingin direkrut, namun ia sudah dapat melakukan kontak baik itu
berbentuk diskusi maupun sekedar penyebaran opini melalui media
yang digunakan.
Meski demikian, cara ini tetaplah memiliki kelemahan, yakni
dengan ketiadaan kontak fisik atau pertemuan secara langsung dengan
pihak perekrut, sulit untuk membangun kepercayaan seseorang dan
juga sulit untuk melihat sejauh mana ketertarikan dan loyalitas orang
yang hendak direkrut tersebut.
d. Public Mediated
Public Mediated, merupakan metode perekrutan yang dilakukan di
tempat umum dengan memanfaatkan media, seperti radio, televisi,
koran maupun internet (McAdam 1997: 24). Tak jauh berbeda dengan
private mediated, metode ini menekankan bagaimana ide atau
keberadaan gerakan dapat tersebar secara massal. Hal ini tentu saja,
sangat efisien dalam upaya menyebarluaskan ide gerakan dan
mengajak orang-orang untuk bergabung. Namun, cara ini juga
memiliki kelemahan dimana akan sulit melihat lebih jauh dan dalam
22
bagaimana loyalitas atau keterikatan mereka yang bergabung ke dalam
gerakan, karena tidak adanya pendekatan secara pribadi.
Tabel I.E.1 Kata Kunci Strategi Perekrutan FPI
No. Strategi Rekrutmen Kata Kunci
1. Private face to face a. Kunjungan
b. Audiensi
c. Ajakan ke agenda pengajian
d. Pertemuan
2. Private mediated a. Via email
b. Surat
c. Pesan SMS/Telepon
d. Sosial media (Whats app, FB, Twitter,
Instagram, dll)
3. Public face to face a. Pengajian umum
b. Tabligh akbar
c. Aksi
d. Seminar
e. Kongress
f. Kajian
4. Public mediated a. TV
b. Radio
c. Internet (website)
d. Sosial media (FB, Twitter, Instagram,
dll)
e. Koran/majalah
f. Brosur
Berbagai metode perekrutan tersebut merupakan metode yang
berpengaruh terhadap penyebaran dan juga pertumbuhan suatu gerakan
tertentu. Akan tetapi, keberhasilan rekrutmen di antara orang yang
tidak dikenal tidak akan seefektif perekrutan yang dilakukan di antara
orang-orang yang memang memiliki kenalan, teman maupun keluarga
yang merupakan anggota gerakan sosial tertentu. Sehingga, metode
23
tersebut sangatlah bergantung pada peran jaringan yang dibangun
melalui pengkolaborasian keempat metode perekrutan di atas.
F. Metode Penelitian
Perubahan sosial tidak akan bisa dilepaskan dari keberadaan gejala-gejala
sosial atau fenomena yang ada di masyarakat. Dalam memandang fenomena
tersebut, tentu saja diperlukan cara pandang tersendiri yang memiliki metode-
metode atau cara untuk mewujudkan penelitian terhadap fenomena tersebut.
Namun, seiring dengan adanya perubahan sosial yang terjadi, terjadi pula
perubahan paradigma dalam memandang fenomena yang ada tersebut (Sugiyono
2014: 1).
Dalam melakukan penelitian, melalui cara-cara atau metode tertentu, tentu
ada pendekatan yang perlu kita gunakan agar penelitian tersebut dapat dilakukan.
Pendekatan ini bertujuan agar dalam melakukan penelitian, peneliti dapat
memfokuskan dari sudut pandang mana ia akan melihat suatu fenomena.
Pendekatan penelitian sendiri terbagi menjadi dua, yaitu kualitatif dan juga
kuantitatif.
Metode kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci. Teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan pada makna daripada generalisasi. Obyek dalam penelitian kualitatif
adalah obyek yang alamiah atau natural setting, sehingga metode penelitian ini
sering juga disebut sebagai metode naturalistik (Sugiyono 2014: 2).
24
Sementara metode kuantitatif, berdasarkan pandangan dasarnya
(Aksioma), pendekatan kualitatif dan kuantitatif memiliki perbedaan mendasar
yang meliputi, aksioma tentang realitas, hubungan peneliti dengan yang diteliti,
hubungan variabel, kemungkinan generalisasi, dan peranan nilai. Dalam
pendekatan kuantitatif, realitas dipandang secara konkrit, sedangkan dalam
kualitatif memandang suatu objek atau realitas sebagai sesuatu yang sifatnya
dinamis, hasil konstruksi pemikiran, dan utuh (holistik).
a. Pendekatan Penelitian
Sebagaimana yang telah disinggung sedikit mengenai kualitatif sebagai
sebuah pendekatan dalam melakukan penelitian, maka metode yang kerap
disebut dengan metode penelitian naturalistik ini menjadi pendekatan yang
digunakan oleh penulis dalam penelitian kali ini. Hal tersebut dikarenakan
dalam melihat bagaimana strategi perekrutan yang dilakukan oleh FPI, penulis
lebih menekankan pada bagaimana FPI mampu melakukan strategi bertahan
dengan wujud melakukan perekrutan yang sifatnya lebih kepada pemaknaan
ketimbang generalisasi.
Dalam penelitian ini, pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi
dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian di lapangan
(Sugiyono 2014: 3). Oleh karena itu, analisis data yang dilakukan bersifat
induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan oleh penulis di lapangan pada
saat melakukan penelitian. Analisis data dalam penelitian ini, dilakukan penulis
sejak penulis menyusun proposal, melaksanakan pengumpulan data di
25
lapangan, sampai peneliti mendapatkan seluruh data yang diperlukan
(Sugiyono 2014).
Dalam melakukan pengumpulan data, beberapa proses yang
dilakukan penulis, seperti menghubungi narasumber dan melakukan
wawancara secara mendalam, mengikuti kegiatan atau pun agenda yang
diadakan oleh FPI agar mendapatkan gambaran yang jelas dalam melakukan
observasi, serta mengikuti perkembangan FPI dan anggotanya dari beberapa
media sosial, seperti Instagram, Facebook, serta WhatsApp Status. Selanjutnya,
data-data yang telah terkumpul tersebut diolah oleh penulis dengan melakukan
analisis menggunakan matriks wawancara serta pengkategorian kata kunci
utama dalam penelitian, sehingga penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian.
Pendekatan kualitatif ini digunakan oleh penulis untuk mendapatkan
data yang mendalam, yakni data yang mengandung makna. Makna adalah data
yang sebenarnya data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang
tampak. Oleh karena itulah, dalam penelitian yang menggunakan metode
pendekatan penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi (Sugiyono
2014: 3). Inilah mengapa metode kualitatif ini ideal untuk digunakan dalam
meneliti strategi rekrutmen FPI.
b. Instrumen Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian
ini di antaranya:
a. Wawancara
26
Wawancara (interview), untuk mendukung analisa tersebut peneliti akan
melakukan wawancara langsung dengan tujuh orang pengurus FPI, di
antaranya ketua umum, ketua divisi Front Mahasiswa Islam, Ketua
Mujahidah Pembela Islam, Ketua bidang organisasi bagian pengkaderan,
pengurus DPP FPI, pengurus Mujahidah Pembela Islam, pengurus Badan
Amil Zakat FPI dan ketua Dewan Perwakilan Cabang FPI di tingkat
kecamatan, yang merupakan bagian dari FPI yang kerap menjadi cikal
bakal perekrutan massa. Seluruh ketua yang diwawancarai tersebut
mayoritas adalah laki-laki yang terdiri dari lima orang, sedangkan pengurus
perempuan terdiri dari dua orang informan. Selain itu, terdapat tiga
informan yang penulis wawancarai yang merupakan simpatisan dari FPI,
yang terdiri dari dua perempuan dan satu laki-laki.
b. Observasi
Observasi, yaitu memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena
yang terjadi, dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam
fenomena tersebut (Kristi 1998: 62). Peneliti akan melakukan observasi
dalam beberapa kegiatan yang diadakan FPI, seperti kajian-kajian rutin
bulanan, kegiatan diskusi atau pun seminar sebanyak satu kali.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang akan
digunakan dalam penelitian yang akan diteliti untuk melengkapi data yang
diperlukan, yaitu dengan cara melihat dan mengambil data melalui buku-
buku, artikel, dokumen atau arsip-arsip yang berkaitan dengan penelitian
27
gerakan FPI. Diantara beberapa dokumen kepustakaan yang digunakan
penulis dalam pengumpulan data adalah, buku yang langsung diterbitkan
oleh FPI sendiri karya Habib Rizieq Shihab yang berjudul Dialog FPI. Tak
hanya itu, dalam milad FPI yang ke-19, penulis juga mengikuti live
streaming acara tersebut melalui siaran media dalam bentuk video, yang
disiarkan melalui Youtube.
d. Pedoman Penulisan
Pedoman dalam penulisan proposal skripsi ini, peneliti menggunakan
buku Panduan Penyusunan Proposal dan Penulisan Skripsi, yang
dikeluarkan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Buku panduan ini disusun oleh tim penyusun
panduan akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik tahun 2012.
c. Teknik Pemilihan Informan
Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu dengan
melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu
tentang situasi sosial tersebut. Penentuan sumber data pada orang yang
diwawancarai dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan
dan tujuan tertentu (Sugiyono 2014: 50). Sementara, penentuan sumber data
pada orang yang diwawancarai secara snowball, terjadi dikarenakan adanya
perkembangan di lapangan saat peneliti melakukan wawancara dimana unit
sampel yang dipilih semakin lama semakin terarah sejalan dengan makin
terarahnya fokus penelitian (Sugiyono 2014: 50-51).
28
Dalam penelitian kali ini, teknik pemilihan informan yang digunakan
penulis merupakan teknik purposive. Hal ini dilakukan agar, penulis
mendapatkan sampel yang sesuai dengan tujuan dari penelitian, sehingga data
yang dikumpulkan dapat lebih terarah. Namum, di tengah-tengah perjalanan
wawancara dengan tokoh-tokoh FPI, teknik pengambilan sampel yang
sebelumnya purposive, berubah menjadi snowball dikarenakan rekomendasi
narasumber yang dapat diwawancarai selanjutnya oleh penulis dari pihak FPI.
Mulanya penulis mewawancarai satu orang yang merupakan pengurus
DPP FPI, yakni Pak Syahrozi. Kemudian, melalui beliau penulis diberi
beberapa rekomendasi pengurus yang bisa diwawancarai, yakni Hj. Umroh,
Habib Ali, dan juga Ali Seto. Selanjutnya, setelah mewawancarai Ali Seto,
penulis disarankan untuk mewawancarai Pak Herman dan Pak Hasan.
Sementara melalui Hj. Umroh, penulis diberi rekomendasi untuk
mewawancarai Umi Syarifah sebagai perwakilan informan dari Mujahidah
Pembela Islam. Terakhir, tiga simpatisan yang penulis wawancarai merupakan
warga yang tinggal di sekitar DPP FPI di wilayah Petamburan, Jakata.
Proses snowballing ini pada akhirnya berhasil membawa penulis
mendapatkan sepuluh informan, dimana di antaranya tujuh orang merupakan
Ketua dan pengurus dari FPI maupun anak organisasinya, dan tiga orang
lainnya merupakan simpatisan FPI. Melalui sejumlah narasumber dengan
komposisi 70 % internal dan 30 % eksternal, harapannya penelitian ini dapat
tergali lebih dalam dengan lebih objektif.
29
d. Proses Penelitian
Proses Penelitian yang dilakukan tidak mungkin bisa dilepaskan dari
adanya faktor hambatan dan juga kemudahan. Dalam melakukan penelitian,
terdapat beberapa hambatan dan kemudahan yang dihadapi penulis yaitu
sebagai berikut.
d.i Hambatan
Terdapat beberapa hambatan yang penulis temui dalam meneliti strategi
perekrutan FPI, di antaranya adalah dalam proses pencarian pengurus FPI,
yang bisa dibilang memakan waktu cukup lama. Meski terbantukan dengan
adanya snowballing dalam menentukan informan, namun faktor kesibukan
pengurus yang luar biasa mengharuskan penulis mengatur waktu jauh-jauh hari
dengan pengurus yang hendak diwawancarai untuk mencari waktu yang tepat.
Jika ditotal untuk bisa mengumpulkan semua data dalam bentuk wawancara
memakan waktu selama kurang lebih empat bulan, yakni berlangsung dari
bulan September hingga Desember 2017.
d.ii Kemudahan
Tak melulu berisi hambatan, dalam proses penelitian ini penulis juga
mendapat beberapa kemudahan, di antaranya adalah kemudahan dalam
menemukan informan yang merupakan hasil dari proses snowballing, sehingga
informan-informan yang penulis wawancara merupakan orang-orang yang
tepat karena diarahkan langsung oleh informan yang memberikan rekomendasi.
Tak hanya itu, setelah penulis menceritakan dimana lokasi penulis tinggal,
informan yang sebelumnya jika diwawancarai harus di bertempat di DPP FPI
30
Petamburan, berubah menjadi lebih fleksibel, karena diarahkan kepada
informan yang jarak lokasi tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari kediaman
penulis. Selain itu, dari semua pengurus FPI yang penulis wawancarai juga
merupakan informan yang sangat terbuka dan juga ramah, sehingga
memudahkan penulis dalam proses pengumpulan data.
31
BAB II
Gambaran Umum
A. Latar Belakang Berdirinya Front Pembela Islam (FPI)
Front Pembela Islam (FPI) bukanlah partai politik. Namun tidak bisa
dipungkiri bahwa pasca reformasi tahun 1998 yang ditandai dengan maraknya
kemunculan gerakan sosial keagamaan, FPI telah memainkan peranan besar dalam
kehidupan politik di Indonesia dan menjadi salah satu gerakan sosial keagamaan
yang cukup diperhitungkan keberdaannya meskipun salah satunya disebabkan justru
oleh militansi dan aksi FPI yang oleh sebagian kalangan dianggap radikal (As‟ad
2016: 73). Bertempat di Pondok Pesantren Al-Um kampung utan, Ciputat, Tangerang
Selatan, Front Pembela Islam berdiri dengan tujuan untuk menegakkan hukum Islam
di negara sekular (Shihab 2013: 3).
FPI sendiri menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari hingar bingar
kehidupan Indonesia, terutama pasca jatuhnya rezim orde baru dan dimulainya
lembaran reformasi di Indonesia. Peristiwa tersebut, menjadi momentum terbukanya
peluang bagi berbagai kekuatan sosial yang selama ini disumbat pemerintah secara
represif ruang geraknya. Dalam bidang ekonomi, sosial, budaya bahkan politik,
berbagai elemen masyarakat berupaya untuk turut andil berkiprah dalam situasi
nasional yang cenderung lebih leluasa. Adanya kesempatan tersebut, tentu tidak
disia-siakan bagi berbagai perkumpulan maupun organisasi massa yang berhimpun
sebagai bentuk bargaining position untuk aktif terlibat dalam penyelenggaraan
negara.
32
Tak hanya itu, menurut FPI Indonesia merupakan negara kaum muslimin
terbesar penduduk muslimnya, dengan posisinya yang strategis baik dari segi
geografis, sumber daya alam, hingga kebebasan gerakan dakwah di dalamnya
(Shihab 2013: 22-28). Menurut Habib Rizieq Shihab, munculnya kesempatan politik
pasca tumbangnya Soeharto, merupakan momen untuk menegakkan amar ma’ruf
nahi munkar. Hal ini karena dengan potensi Indonesia yang sangat besar tersebut
justru membuat Barat gerah, sehingga mereka secara proaktif menggerogoti potensi-
potensi yang ada di Indonesia tersebut (Shihab 2013: 22).
Tepat pada tanggal 25 Rabiutsani 1419 H atau bertepatan pada tanggal 17
Agustus 1998, Front Pembela Islam dideklarasikan oleh sejumlah habaib dan ulama
serta ribuan umat Islam di Jakarta. Maksud dari didirikannya organisasi ini adalah
sebagai wadah kerja sama ulama-umat dalam menegakkan amar ma‟ruf nahi munkar
di seluruh sektor kehidupan. Menurut Rizieq – salah satu pendiri FPI - makna kata
Front menunjukkan bahwa orientasi kegiatan yang dikembangkan FPI lebih pada
tindakan konkrit berupa aksi frontal yang nyata dan terang-terangan dalam
mengamalkan amar ma’ruf nahi munkar. Sehingga diharapkan FPI akan selalu
menjadi garda terdepan untuk melawan dan menegakkan kebathilan baik dalam
keadaan senang maupun susah (As‟ad 2016: 74). Habib Rizieq juga menegaskan
bahwa dirinya dan FPI adalah penganut faham Ahlu Sunah Wal Jama’ah serta
mengedepankan toleransi keagamaan yang tinggi bahkan terhadap non muslim yang
berdampingan secara damai. Hal ini pun pada akhirnya menjawab beberapa tudingan
yang dialamatkan baik kepada dirinya sendiri maupun FPI sebagai organisasi yang
intoleran dan radikal.
33
Kelahiran FPI berbarengan dalam suasana reformasi di Indonesia. Sekitar tiga
bulan setelah Presiden RI ke-2 Soeharto lengser dan dengan sendirinya terjadi
pergantian dari orde baru ke orde reformasi. Suasana kebatinan para pendiri terhadap
kenyataan semakin terpinggirkannya kiprah kaum muslim serta merajalelanya
kemaksiatan di tengah masyarakat tanpa adanya upaya tegas dari pemerintah
merupakan salah satu diantara munculnya dorongan didirikannya FPI.
Dalam perjalanannya, Front Pembela Islam (FPI) merupakan salah satu
organisasi Islam yang cukup penting pasca reformasi Indonesia. Gerakannya yang
kerap diwujudkan dalam tindakan-tindakan dan aksi-aksi yang tegas dan cenderung
keras telah menimbulkan terapi kejut atau shock teraphy dan bahkan menjadi momok
bagi sebagian anggota masyarakat. Jargon-jargon yang mereka pakai adalah seputar
doktrin pembelaan kalimat Allah, lebih khusus lagi pemberlakuan syariat Islam, dan
penolakan mereka terhadap Barat.
Organisasi ini dengan cepat dikenal masyarakat sejak beberapa tahun
belakangan. Hal ini berhubungan erat dengan kegiatan-kegiatan mereka yakni
merazia tempat-tempat hiburan yang mereka percayai sebagai sarang maksiat, seperti
klub malam, diskotik, kafe dan kasino. Kemunculan gerakan Islam ini sendiri
disebabkan oleh dua faktor: pertama faktor internal dari dalam umat Islam itu sendiri
telah terjadi penyimpangan norma-norma agama. Kedua faktor eksternal di luar umat
Islam, baik yang dilakukan rezim penguasa maupun hegemoni Barat (As‟ad 2016:
74).
Terkait tudingan bahwa organisasinya adalah gerakan radikal dan
fundamental, Habib Rizieq memiliki alasan tersendiri, menurutnya stereotip itu
34
muncul karena adanya opini yang tidak berimbang yang dialamatkan pada FPI secara
sepihak. Tetapi Rizieq sendiri sebenarnya setuju FPI dikaitkan sebagai gerakan
fundamental jika yang dimaksud fundamental itu adalah golongan yang teguh
memegang ajaran agama, patuh kepada Allah SWT dan Rasul-Nya (As‟ad 2016: 75).
Stereotip tentang keterkaitan FPI sebagai kelompok fundamentalis di
Indonesia sebenarnya muncul karena organisasi ini sering melakukan aksi sweeping
terhadap warga negara asing, diskotik, tempat-tempat yang diduga sebagai tempat
pelacuran, sweeping terhadap warung-warung yang tetap buka di siang hari di bulan
Ramadhan, dan juga penyerangan terhadap kelompok keagamaan yang keyakinannya
dianggap sesar seperti jemaat Ahmadiyah. Jemaat Ahmadiyah diteror, bahkan diusir
dari kampung halamannya oleh mereka. Masjid diserang, misalnya di Bulukumba,
Makassar, dan Lombok. Bahkan di daerah yang disebut di terakhir, sejumlah warga
Ahmadiyah hidup di pengungsian (As‟ad 2016: 75).
Sebagai sebuah organisasi yang cukup berpengaruh di Indonesia, berdirinya
FPI tentu memiliki tujuan tertentu yang menjadi gerbong penggerak organisasi
tersebut. Organisasi yang memiliki tujuan untuk menjadi wadah kerjasama antara
ulama dan umat Islam dalam menegakkan amar ma‟ruf nahi munkar di setiap aspek
kehidupan selain sebagai wadah silahturahim para ulama Islam Indonesia ini
memiliki alasan di balik berdirinya FPI yang bagi sebagian kalangan dianggap
sebagai gerakan Islamis yang radikal, diantaranya: Pertama, dikarenakan para
pendiri FPI merasa bahwa umat Islam di Indonesia telah lama ditindas dan dizhalimi
oleh oknum militer dan penguasa yang kemudian mereka beranggapan bahwa
Pemerintah Republik Indonesia telah melanggar HAM. Kedua, telah banyak dan
35
bahkan maraknya kemaksiatan yang merajalela di seluruh sektor atau sendi-sendi
kehidupan umat manusia di Indonesia ini. Ketiga, adanya kewajiban dan rasa untuk
menjaga dan mempertahankan harkat dan martabat Islam serta umat Islam (As‟ad
2016: 76).
Front Pembela Islam juga memiliki pedoman yang dijadikan sebagai patokan
dalam perjuangan, diantaranya, pertama Allah SWT., adalah Tuhan kami dan Dia-lah
tujuan kami. Kedua, Muhammad Rasulullah SAW adalah teladan kami. Ketiga, Al-
Qur‟an Karim adalah Imam Kami (sumber segala sumber hukum Islam). Keempat,
Al-Jihad, adalah jalan kami (jihad tenaga, jihad lisan, jihad hati, jihad ibadah, jihad
ilmu, jihad harta, jihad nafkah, dan sebagainya). Kelima, Asy-Syahadah (mati
syahid) adalah cita-cita kami (As‟ad 2016: 76).
Front Pembela Islam juga berpandangan bahwa penegakan amar ma’ruf nahi
munkar merupakan satu-satunya solusi untuk menjauhkan kezhaliman dan
kemungkaran. Front Pembela Islam (FPI) mempunyai keinginan kuat untuk selalu
menegakkan amar ma’ruf nahi munkar secara utuh dan menyeluruh di setiap aspek
kehidupan manusia yang kemudian akan terciptanya umat Islam yang sholihat yang
hidup dalam ibadah thoyyibah (negeri yang baik) dengan limpahan keberkahan dan
keridhoan Allah SWT (As‟ad 2016: 77).
B. Tujuan Pembentukan FPI
Sebagai sebuah organisasi, tentu mustahil apabila FPI tidak memiliki tujuan
tertentu yang menjadi penggerak berjalannya organisasi masyarakat tersebut.
Organisasi yang berdiri di era orde reformasi ini memiliki tujuan yaitu untuk
menegakkan amar ma’ruf nahi munkar di setiap aspek kehidupan di samping selain
36
sebagai wadah silahturahmi para ulama Islam Indonesia (As‟ad 2016: 76). Tujuan
tersebut merupakan mesin penggerak FPI dalam berorganisasi. Tak hanya itu dengan
tujuan demikian besar harapan FPI untuk bisa mewujudkan penerapan syariah Islam
di Indonesia, dan hal tersebut dapat dilakukan dengan menegakkan amar ma’ruf nahi
munkar dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil musyawarah nasional ketiga FPI yang dilaksanakan pada
2013, dalam Anggaran Dasar FPI dinyatakan bahwa visi dan misi FPI adalah
penerapan syariat Islam secara kaaffah di bawah naungan Khilafah Islamiyah
menurut Manhaj Nubuwwah, melalui pelaksanaan da‟wah, penegakan hisbah dan
pengamalan jihad (AD/ART FPI 2013: 4). Namun, dalam pembahasan berikutnya
dalam Bab II, pengertian visi dan misi tersebut adalah kewajiban menjalankan syariat
secara individu, dalam kehidupan masyarakat dan negara. Makna dari Khilafah
Islamiyah itu sendiri adalah diterapkannya kesatuan sistem ekonomi, politik,
pertahanan, sosial, pendidikan dan hukum di dunia Islam (AD/ART FPI 2013: 4).
Namun demikian tujuan tak selalu berjalan mulus tanpa adanya hambatan.
Peran media – di era globalisasi masa kini – dirasa begitu berpengaruh terhadap
keberadaan FPI. Sebagai organisasi yang sudah tidak seumur jagung, FPI sendiri
berkomitmen untuk mewujudkan NKRI bersyariah atau dengan kata lain menerapkan
syariah Islam di Indonesia. Meski dengan tujuannya tersebut – dimana hal tersebut
dikatakan sebagai sebuah kebaikan – pemberitaan media yang kerap kali
mengekspos aksi sweeping tempat maksiat yang mengarah kepada tindak kekerasan
tersebut sangat berpengaruh terhadap FPI dalam mencapai cita-cita dan tujuan
mereka. Hal ini dikarenakan, media masa kini akan dengan mudah menggiring opini
37
umat yang berkaitan dengan FPI tergantung dari situasi, kondisi serta kepentingan
yang ada. Sehingga wajar, organisasi yang khas dengan keberadaan Habib Rizieq ini
lebih dikenal lewat radikalismenya ketimbang tujuan-tujuan mulia yang diembannya.
C. Ideologi Front Pembela Islam (FPI)
Ideologi merupakan cara pandang yang digunakan seseorang atas kehidupan.
Ideologi sendiri merupakan jantung penggerak kehidupan manusia termasuk di
dalamnya organisasi maupun institusi. Sebagai sebuah organisasi, FPI memiliki
ideologi tertentu yang diadopsinya sehingga menjadi tolok pikir mereka dalam
berorganisasi. Sebagaimana yang telah disinggung di atas, dalam penelitian As‟ad
mengenai FPI, organisasi yang tak bisa dilepaskan dari Habib Rizieq ini merupakan
salah satu organisasi yang mengedepankan bagaimana menerapkan syariah melalui
aktivitas amar ma’ruf nahi munkar. Meskipun memperjuangkan syariah, berbeda
dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang menolak adanya konsep nasionalisme
dan demokrasi secara mutlak, FPI masih menjunjung nasionalisme sebagai salah satu
alasan perjuangan mereka dalam menerapkan syariat di Indonesia.
“Konsep yang kita pakai, adalah konsep darurat. Apabila, kita berada dalam
hutan dan tidak ada sesuatu yang dapat dimakan kecuali binatang yang haram, maka
kita tidak mungkin tidak makan. Oleh karenanya dalam kondisi darurat, hal tersebut
diperbolehkan,” jelas Pak Syahroji selaku perwakilan bagian kesekretariatan FPI
Pusat (Wawancara Pak Syahrozi, 4 September 2017).
Lahirnya FPI di Indonesia, yang dibidani pemahaman dimana umat Islam
Indonesia saat ini dalam keadaan lemah yang disebabkan oleh kontrol sosial
penguasa sipil dan militer yang lemah, pelanggaran HAM, dan penindasan yang
dilakukan oleh penguasa, serta adanya kesadaran untuk menjaga dan mempertahan
38
harkat dan martabat Islam menjadi latar belakang yang menguatkan berdirinya FPI
(As‟ad 2016: 97).
Berdasarkan konsep Martin E. Marty yang dikutip oleh As‟ad dalam tesisnya,
bahwa terdapat empat prinsip dasar (As‟ad 2016: 95-97) yang menjadi latar belakang
munculnya organisasi semacam FPI yang merupakan prinsip dasar dari aktivisme
Islam, diantaranya: Pertama, oposisionalisme. Oposisionalisme merupakan
keharusan melawan setiap pemikiran atau arus perubahan yang mengancam
kamapanan ajaran agama. Acuan dalam melihat ancaman tersebut adalah Al-Quran
dan As-Sunah. Kedua, penolakan terhadap hermenunetika. Dalam aspek ini teks suci
serta merta menjadi ruang yang kedap atas kritikan. Pada akhirnya mereka menolak
segala kritik atas kitab suci. Tak jarang pada akhirnya sematan fundamentalis
dijajarkan pada mereka yang berpaham demikian.
Ketiga, penolakan atas adanya pluralisme dan relativisme. Bagi kaum
fundamentalis, pluralisme merupakan hasil dari pemahaman yang keliru terhadap
teks kitab suci. Pemahaman ini tidak hanya muncul dari intervensi akal manusia
terhadap teks, melainkan juga karna perkembangan masyarakat yang lepas dari
kendali agama dalam keseharian (sekuler). Keempat, adanya pengingkaran terhadap
perkembangan historis dan sosiologis umat manusia telah membawa manusia
semakin jauh dari doktrin literal kitab suci. Dalam pandangan keempat ini, Martin
melihat bahwa kaum fundamentalis bersifat a-historis dan a-sosiologis dan tanpa
peduli bertujuan kembali kepada bentuk masyarakat ideal yang dipandang sebagai
implementasi kitab suci secara sempurna.
39
Berdasarkan gambaran di atas, sebagai sebuah organisasi mustahil FPI
bergerak tanpa adanya ideologi. Analisa Martin di atas juga menunjukkan
bahwasanya salah satu penyebab kemunculan FPI adalah disebabkan oleh
kekecewaan atas rezim yang memberikan fakta historis dan sosiologis yang kian
memudahkan umat manusia dalam bertindak maksiat – dalam hal ini khususnya umat
muslim. Sehingga perlu disadari betul bahwa lahirnya fundamentalisme tidak serta
merta terjadi begitu saja, melainkan disebabkan adanya kondisi tatanan sosial yang
sudah tidak berjalan secara harmonis sehingga menimbulkan gesekan dan benturan
di dalam masyarakat.
D. Program-program Front Pembela Islam (FPI)
Sebagai sebuah organisasi, tentu saja FPI memiliki program-program yang
dilaksanakan dalam rangka mewujudkan visi dan misinya. Dalam anggaran dasar FPI
dinyatakan bahwa FPI harus ikut berperan aktif dalam upaya menegakkan khilafah
Islamiyah „Alamiyyah sesuai Syariat Islam, melalui langkah-langkah logis realistis
yang elegan dan bertanggung jawab, serta sejalan dengan nafas kemajuan dunia,
antara lain:
1. Mendorong peningkatan fungsi dan peran Organisasi Konferensi Islam (OKI).
2. Mendorong pembentukkan parlemen bersama dunia Islam.
3. Mendorong pembentukkan pasar bersama dunia Islam.
4. Mendorong pembentukkan pakta pertahanan bersama dunia Islam.
5. Mendorong penyatuan mata uang dunia Islam.
6. Mendorong penghapusan paspor dan isa antar dunia Islam.
7. Mendorong kemudahan asimilasi perkawinan antar dunia Islam.
40
8. Mendorong penyeragaman kurikulum pendidikan agama dan umum di dunia
Islam.
9. Mendorong pembuatan satelit komunikasi bersama dunia Islam.
10. Mendorong pendirian Mahkamah Islam Internasional.
Untuk memaksimalkan langkah-langkah tersebut, FPI memiliki sturktur
kepemimpinan yang terdiri dari Dewan Pimpinan Pusat, lima badan khusus yang
setingkat departemen dan juga lima lembaga otonom yang independen. Selain itu,
terdapat pula empat anak organisasi yang otonom dan independen serta memiliki
struktur organisasi, garis komando, program kerja dan pertanggung jawaban serta
AD/ART sendiri, sebagaimana tercantum dalam tabel di bawah ini.
Tabel II.D.1 Struktur Dewan Pimpinan Pusat FPI
No Struktur FPI Keterangan
1. Dewan Pimpinan Pusat FPI
1.1 Imam Besar Pimpinan tertinggi FPI
Majelis Syura Struktur Majelis syura:
a. Ketua
b. Sekretaris
c. Dewan syari‟at
d. Dewan kehormatan
e. Dewan pembina
f. Dewan penasehat
g. Dewan pengawas
h. Keanggotaan minimal 33 orang
dan maksimal 99 orang
Dewan Tanfidzi Struktur Dewan Tanfidzi:
a. Ketua umum
b. Wakil ketua umum
c. Beberapa orang ketua
d. Sekretaris umum
e. Bendahara umum
f. Wakil bendahara umum
g. 5 (lima) badan khusus
h. 5 (lima) lembaga otonom
41
i. 4 (empat) anak organisasi
2. Ketua-ketua DPP yang membawahi bidang dapat membentuk beberapa
departemen sesuai kebutuhan.
42
Tabel II.D.2 Lima badan khusus FPI
No. Badan Khusus FPI
(Departemen) Tugas
1. Badan Investigasi Front (BIF) BIF terbagi dua divisi:
1. Divisi Intelijen:
a. Mengawasi secara rahasia
aktivitas apa pun yang dapat
merugikan Islam dan FPI.
b. Menjaga segala rahasia
pergerakan Front dengan
semangat dan loyalitas yang
tinggi.
c. Melaporkan secara berkala 4
(empat) buln sekali tugas BIF
kepada ketua bidang hisbah.
2. Divisi Pencari Fakta:
a. Mencari, mengkaji dan
memeriksa keakuratan fakta
pada setiap persoalan yang
berdampak buruk terhadap
Islam dan FPI.
b. Membuat data secara lengkap
dan profesional terhadap fakta-
fakta yang ditentukan.
c. Melaporkan secara berkala 4
(empat) bulan sekali tugas BPF
kepada ketua bidang hisbah.
2. Badan anti-Teror Front (BTF) a. Melawan segala aksi teror dari
siapa pun yang dapat merugikan
Islam dan FPI.
b. Melaporkan secara berkala 4
(empat) bulan sekali tugas BAT
kepada imam besar, ketua umum,
dan sekretaris umum.
3. Badan Pengkaderan Front
(BPF)
a. Membantu lembaga khusus dan
sistem pengkaderan FPI.
b. Memberikan satuan-satuan tugas
yang terampil dan terlatih secara
fisik dan mental untuk
mempertahankan Islam dan FPI.
c. Melaporkan secara berkala 4
(empat) bulan sekali tugas BPF
kepada ketua bidang
keorganisasian dan keanggotaan.
43
4. Badan Ahli Front (BAF) a. Mengembangkan SDM Anggota
khususnya dari umat Islam
umumnya.
b. Mencari metode yang tepat bagi
perkembangan FPI.
c. Menganalisa setiap kelembagaan
ilmu pengetahuan secara aktif
d. Melaporkan secara berkala 4
(empat) bulan sekali tugas BAF
kepada imam besar, ketua umum
dan sekretaris umum.
5. Badan Amil Zakat (BAZ) a. Melakukan penyuluhan dan
penyadaran zakat kepada umat
Islam.
b. Melakukan pengumpulan dan
pendistribusian zakat sesuai
aturan syari‟at.
c. Mengadakan rekrutmen
keanggotaan wajib zakat secara
tetap.
d. Membangun sistem informasi dan
pengelolaan zakat yang
profesional dan terintegrasi.
Tabel II.D.3 Lima Lembaga Otonom FPI
No. Lembaga Otonom FPI Tugas
1. Lembaga Pemantau Ma‟siat
Front (PMF)
a. Memantau dan menghimpun data
kema‟siatan di Indonesia.
b. Mencegah secara dini terjadinya
kema‟siatan.
c. Memberi penyuluhan dan da‟wah
tentang bahaya ma‟siat.
d. Mengembangkan dan membuka
cabang di setiap daerah.
2. Lembaga Dakwah Front
(LDF)
a. Membuat sistem (metode)
da‟wah khas FPI.
b. Membentuk Korps Muballigh
FPI.
c. Mengirim da‟i-da‟i ke masjid-
masjid, instansi
swasta/pemerintah, pabrik dan
sekolah-sekolah.
d. Mengembangkan dan membuka
cabang di setiap daerah.
44
3. Lembaga Ekonomi Front
(LEF)
a. Membentuk koperasi FPI.
b. Membentuk bank syari‟at.
c. Membuat pasar-pasar tradisional
di wilayah yang strategis.
d. Mengembangkan dan membuka
cabang di setiap daerah.
4. Lembaga Bantuan Hukum
Front (BHF)
a. Berperan sebagai penasehat
hukum dan pembela aktivis Islam
dan FPI yang teraniaya.
b. Membela dan membantu
mustadh‟afin dan mazhlumin
dalam soal hukum.
c. Melaporkan secara berkala 4
(empat) bulan sekali tugas BHF
kepada ketua umum FPI.
d. Mengembangkan dan membuka
cabang di setiap daerah.
5. Lembaga Kemanusiaan Front
bernama Hilal Merah
Indonesia (HILMI)
a. Mengerahkan relawan untuk
tugas-tugas kemanusiaan dalam
bencana kemanusiaan dan
bencana alam.
b. Menggalang dana kemanusiaan
untuk disalurkan kepada korban
bencana alam dan korban
bencana kemanusiaan.
c. Menyelenggarakan pendidikan
dan pelatihan relawan
kemanusiaan.
d. Mengembangkan dan membuka
cabang di setiap daerah.
Tabel II.D.4 Anak Organisasi FPI
No. Anak Organisasi FPI Keterangan
1. Laskar Pembela Islam (LPI) LPI adalah anak organisasi yang
otonom dan independen serta memiliki
struktur organisasi, garis komando,
program kerja dan pertanggung
jawaban serta AD/ART sendiri. LPI
adalah barisan pemuda Islam militan
yang mewakafkan dirinya sebagai
pelayan ummat dan pembela agama.
2. Mujahidah Pembela Islam
(MPI)
MPI adalah anak organisasi yang
otonom dan independen serta memiliki
45
struktur organisasi, garis komando,
program kerja dan pertanggung
jawaban serta AD/ART sendiri. MPI
adalah barisan pejuang muslimat
militan yang mengusung misi untuk
memperjuangkan kaum wanita agar
berada pada posisi yang mulia dan
terhormat di dunia maupun di akhirat.
3. Serikat Pekerja Front (SPF) SPF adalah anak organisasi yang
otonom dan independen serta memiliki
struktur organisasi, garis komando,
program kerja dan pertanggung
jawaban serta AD/ART sendiri. SPF
adalah barisan pekerja Islam militan
yang berprofesi sebagai buruh /
pegawai / karyawan di berbagai pabrik
dan perusahaan. Misi utamanya
mengangkat harkat dan martabat serta
kesejahteraan para pekerja muslim
sesuai aturan syari‟at Islam.
4. Front Mahasiswa Islam (FMI) FMI adalah anak organisasi yang
otonom dan independen serta memiliki
struktur organisasi, garis komando,
program kerja dan pertanggung
jawaban serta AD/ART sendiri. FMI
adalah barisan mahasiswa Islam militan
yang memperjuangkan Islam melalui
jalur akademik dan intelektual secara
berwibawa dan terhormat sesuai
syari‟at Islam.
Struktur organisasi FPI tersebut, tentu saja salah satunya memiliki tujuan
untuk melakukan pengembangan organisasi ke berbagai daerah dan juga perekrutan.
Jika dilihat melalui kacamata strategi perekrutan yang telah disinggung sebelumnya,
yakni private face to face, private mediated, public face to face dan public mediated,
maka program perekrutan FPI dapat digambarkan sebagai berikut.
46
Tabel II.D.5 Program Rekrutmen FPI
No. Strategi Bentuk Program
1. 1. Private face to face a. Melakukan kunjungan
b. Melakukan audiensi
2. 2.
Private mediated a. Melakukan komunikasi telepon
b. Sosial media (WA, FB, Twitter, instagram)
3. 3. Public face to face a. Mengadakan pengajian rutin
b. Mengadakan tabligh akbar
c. Mengadakan seminar/kajian
d. Mengadakan aksi
e. Melakukan aksi kemanusiaan
4. 4. Public mediated a. Menyebarkan opini (seperti pernyataan
resmi dari habib), maupun info acara-acara
besar melalui banner
b. Mengenalkan program FPI melalui website
47
BAB III
Pembahasan dan Temuan
Dalam bab ini penulis akan menganalisa seluruh temuan data berupa
wawancara dan observasi yang ada di lapangan. Melalui proses analisa tersebut,
penulis akan membaginya ke dalam dua sub bab yaitu strategi perekrutan FPI
sebagai upaya bertahannya gerakan dan strategi perekrutan yang paling dominan
dilakukan oleh FPI.
A. Strategi Perekrutan FPI Sebagai Upaya Bertahannya Gerakan
Sebagai sebuah organisasi yang cukup besar di Indonesia, tentu organisasi
sekaliber FPI membutuhkan strategi tertentu untuk mempertahankan eksistensinya.
Strategi perekrutan organisasi sendiri, sebagaimana yang ditulis oleh Mc Adam dan
David Snow terbagi ke dalam empat metode yakni private face to face, public face
to face, private mediated, dan public mediated (McAdam 1997: 124).
a. Private Face To Face
Private Face To Face, merupakan salah satu mekanisme perekrutan
yang dilakukan secara pribadi (individu) dan dilakukan secara face to face
dengan tujuan mengajak seseorang untuk bergabung dalam suatu gerakan
(McAdam 1997). Metode semacam ini dapat dilakukan dengan aktivitas
mengunjungi atau mendatangi orang yang dituju maupun melakukan
aktivitas layaknya door to door dalam penyampaian informasi, baik itu
mengenai gerakan, atau pun penandatangan petisi.
Meski terbilang konvensional, namun cara ini merupakan cara yang
cukup efektif untuk dilakukan dalam upaya perekrutan. Hal tersebut
48
dikarenakan dalam proses face to face yang terjadi, akan terjalin dialog yang
sifatnya dua arah, sehingga memungkinkan adanya diskusi lanjutan maupun
pembahasan yang lebih mendalam dengan pihak yang hendak direkrut. Hal
ini banyak memberikan keuntungan, disamping terjalin hubungan secara
organisasi – karena hendak melakukan perekrutan – pihak yang hendak
melakukan perekrutan pun juga mendapat keuntungan terjalinnya hubungan
kekerabatan secara pribadi.
Tabel III.A.1 Teknik perekrutan strategi Private face to face
Strategi Rekrutmen Teknik Perekrutan
Private face to face a. Kunjungan
b. Audiensi
c. Ajakan ke Pengajian
d. Pertemuan
Dalam wawancara yang dilakukan penulis dengan Hj. Umroh, selaku
ketua MPI (Mujahidah Pembela Islam) saat ini, beliau mengungkapkan:
“Mulanya ya diajakin ngaji. Kalau suami sih gak pernah maksa. Tapi
ya kalau diajak kita mah ikut. Terus saya juga deket sama istrinya
habib, jadi ya akhirnya lama-lama mungkin saya dilihat aktif atau
bagaimana, ya pas kondisi lagi gak ada ketua saya yang diminta sama
beliau. Awalnya sih memang dari suami.” (Wawancara Hj. Umroh, 6
Agustus 2017.
Tak hanya Hj. Umroh yang direkrut melalui adanya link keluarga dan
dilakukan dengan metode private face to face, Umi Syarifah pun mengakui
hal yang sama. Dalam wawancara yang dilakukan penulis via telepon, beliau
mengungkapkan bahwa awal bergabungnya beliau ke dalam MPI adalah
karena suami beliau merupakan salah satu pengurus FPI.
“Awalnya dengan diajak mengikuti pengajian-pengajian, sampai
akhirnya jadi pengurus seperti sekarang. Tapi itu semua emang gak
49
dipaksa sih, kitanya juga seneng gabung (Wawancara Umi Syarifah,
via telepon, 26 September 2017.”
Faktor jaringan yang berasal dari hubungan keluarga, dalam hal ini
suami, terlihat jelas bagaimana pengaruhnya terhadap bergabung seseorang
ke dalam suatu organisasi. Meski dikatakan tidak pernah dipaksa untuk
masuk ke FPI, namun bentuk ajakan secara personal untuk mengikuti
pengajian merupakan salah satu wujud dari strategi perekrutan private face
to face.
Hal ini diperkuat sebagaimana yang dialami oleh bang Ali Seto,
selaku anggota yang juga salah satu pengurus FPI. Berawal dari menjadi
simpatisan yang tidak pernah bersentuhan langsung dengan orang-orang FPI,
seperti yang diungkapkan bang Ali Seto di bawah ini:
“...gak pernah berinteraksi dan banyak tahu FPI itu dari media, berita
segala macem. Makanya bingung juga, ketika seorang muslim itu
sudah ditanamkan jiwa perjuangan, itu memang udah suka. Mau
didesain kayak apa di media, mau buruk beritanya segala macem itu
tetep aja suka...” (Wawancara Ali Seto, 20 September 2017).
Adanya perasaan suka terhadap FPI ini, diakui oleh bang Ali Seto
justru didapatinya melalui media-media berita. Namun, saat itu karena
memang tidak pernah ada interaksi dengan anggota-anggota FPI, ia mengaku
hanya sebatas simpatisan FPI saja. Ketika masa kuliah, ia pun
mengungkapkan akhirnya bertemu dengan salah satu anggota FMI yang
merupakan bagian dari FPI, yakni Habib Ali Alatas yang merupakan adik
kelasnya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. pertemuan yang tidak
disengaja karena keperluan penelitian skripsi ini, pada akhirnya berujung
50
pada bergabungnya bang Ali Seto ke dalam organisasi yang berimam besar
pada Habib Rizieq ini.
“......udah, selesai, sama Habib Ali, udah selesai. Dipermudah. Gak ada
masalah, ya mungkin karena status dari pembimbing juga ya, disupport.
Nah, abis itu masuk tuh perjuangan dulu di pengajian malam kamis, terus
juga saya diajak sama Habib Ali, “Ayo ke Megamendung,” pengajian
ya...ada habib lah. Masih ada Habib Rizieq waktu itu, imam besar. Nah
di FMI tu, saya bagian advokasi. Berapa tahun, 2014 saya masuk, ikut
diklat juga, ikut kepemimpinan syariah, 2015, 2016....2016 kemarin awal
saya dilempar bukan di mahasiswa lagi, saya dilempar masuk ke badan
amil zakat.” (Wawancara Ali Seto, 20 September 2017).
Bertolak belakang dengan bang Ali Seto, Pak Herman justru mengatakan
bahwa FPI tidak ada atau tidak pernah datang door to door, atau secara sengaja
merekrut dengan bertemu face to face.
“...FPI itu ibarat kaya orang masuk masjid, mau ibadah syukur mau
enggak ya udah. Jadi gak ada paksaan, artinya selama i‟tikad, niat baik,
ikhlas, mau berjuang, mau membantu saudaranya yang terzhalimi ya, ya
masuk aja. Cuma dengan kriteria, artinya mengikuti segala aturan yang
ada. Dulu zaman saya, saya sebelum di DPP saya di tingkat kecamata
sebagai sekretaris. Enggak lama berhubung saya deketkan, saya sering
aktif di kemanusiaan, saya masuk tuh, ke kabupaten kota. Enggak lama,
saya direferensi-in untuk di jajaran kelaskaran...” (Wawancara Pak
Herman, 27 September 2017).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Herman, dapat diketahui bahwa
FPI tidak pernah secara sengaja dan perseorangan melakukan aksi pengkaderan
secara khusus atau bertemu face to face dengan calon rekrutan. Namun, jika
diamati dari fakta yang dialami oleh bang Ali Seto, justru ia bisa masuk dan
bergabung menjadi anggota diawali dengan pertemuannya dengan salah satu
anggota FPI, yakni Habib Ali.
Jauh sebelum FPI sebesar sekarang, Pak Hasan, memiliki kisah yang tidak
jauh berbeda dengan Hj. Umroh, Umi Syarifah dan Ali Seto. Awalnya beliau
51
memang sudah mengenal sosok Habib Rizieq. Namun, beliau hanya sebatas
mengenal saja tanpa ada niat untuk bergabung apalagi hingga menjadi pengurus
FPI. Akan tetapi lambat laun, beliau menerima ajakan beberapa teman-teman
beliau saat itu untuk datang ke pengajian Habib Rizieq, di bilangan Jakarta Pusat.
“....awalnya ya saya diajakin, ya saya ikut aja. Lama-lama kok ya
keterusan, akhirnya malah sampe sekarang jadi pengurus. Nih bagian
nyetak-nyetak...” (Wawancara Pak Hasan, 17 Oktober 2017).
Ibu Suryani, salah satu warga yang tinggal di sekitar markas FPI di
Petamburan, Jakarta juga menuturkan secara tidak langsung dalam wawancaranya
bahwa ia sendiri mengaku mengikuti kegiatan di FPI maupun MPI sebagai
simpatisan tanpa ada yang mengajak. Namun hal tersebut justru menunjukkan,
bagaimana Ibu Suryani dan beberapa tetangganya yang rela datang ke dalam aksi
maupun menyediakan konsumsi tidak mungkin dilakukan tanpa ada ajakan pada
awalnya.
“..Pada ikut sendiri, gak ada yang nyuruh-nyuruh. Kalau demo,
apa.....sendiri gak ada yang nyuruh. Dari jauh-jauh dari daerah, ongkos
sendiri. Paling ya kita pada bantuin masak gitu buat makanan.”
(Wawancara Ibu Suryani, 22 Desember 2017).
Pak Syahrozi, selaku pengurus DPP FPI sendiri, juga menuturkan
bagaimana awal beliau bertemu FPI dan akhirnya menjadi tertarik untuk
bergabung ke dalam FPI.
“Saya itu awalnya gak suka sama FPI. Tapi karena ketidak sengajaan, saya
diajak temen saya, ya, saya ngelihat Habib Riziq secara langsung, diskusi.
Oh...ternyata begini ya FPI” (Wawancara Pak Syahrozi, 4 September
2017).
Jika diperhatikan, apa yang dialami Pak Syahrozi menunjukkan bagaimana
proses perekrutan ternyata didukung oleh berbagai hal. Dalam beberapa
52
wawancara yang dilakukan penulis, tak sedikit yang pada akhirnya memutuskan
untuk bergabung ke dalam FPI setelah melihat bagaimana gaya kharismatik habib
Rizieq dalam menyampaikan syiar Islam. Hal tersebut jika dilihat dari kacamata
sosiologi, sejalan dengan teori kepemimpinan karismatik milik Weber. Menurut
Edi Susanto, dalam jurnalnya yang berjudul Kepemimpinan (Karismatik) Kyai
dalam Perspektif Masyarakat Madura, kepemimpinan jenis ini banyak terdapat
pada masyarakat tradisional, yaitu suatu tipe masyarakat yang cenderung memiliki
homogenitas tinggi, kepercayaan sama, pandangan hidup dan nilai budaya serta
gaya hidup yang hampir sama pula. Homogenitas tersebut menciptakan kesadaran
kolektif, persamaan gaya hidup, hubungan langsung antar anggota masyarakat dan
tidak adanya distribusi kerja impersonal (Susanto 2007: 36).
Berdasarkan temuan di atas, maka dapat disimpulkan melalui strategi
rekrutmen private face to face sebagaimana dalam tabel berikut.
Tabel III.A.2 Informan yang terekrut dan merekrut melalui strategi
Private face to face
Strategi
Rekrutmen
Teknik perekrutan
Nama
Informan
Kunju
ngan
Audien
si
Ajakan
pengajian
Pertemuan
Private face
to face
Habib Ali √ √
Syahrozi √
Ali Seto
Pak Herman
Pak Hasan √
Hj. Umroh √ √
Umi Syarifah √
Pak
Nuryadin
Ibu Suryani √
Ibu N √
53
b. Public Face To Face
Public Face To Face merupakan mekanisme rekrutmen dimana
proses persuasif (pengajakan) untuk bergabung ke dalam gerakan dilakukan
di tempat umum yang dapat diakses oleh siapa saja, seperti dalam aksi-
demonstrasi, kegiatan festival, kelas-kelas perkuliahan hingga kongres atau
pun seminar (McAdam 1997: 124).
Dalam praktiknya, mekanisme rekrutmen public face to face ini jauh
lebih efektif dalam upaya untuk mengaruskan opini tertentu kepada khalayak
umum. Melalui penyebaran opini tersebut, pada akhirnya akan menarik
orang-orang untuk mendengar dan melihat – terlepas mereka merupakan
pihak yang pro atau kontra terhadap ide dari gerakan tersebut (McAdam
1997: 124).
Tabel III.A.3 Teknik perekrutan strategi public face to face
Strategi Teknik Perekrutan
Public face to face a. Pengajian umum
b. Aksi
c. Seminar
d. Kajian
Hal tersebut sejalan dengan pendapat salah satu warga sekitar yang
merupakan simpatisan FPI, yakni ibu Suryani. Beliau tak jarang mengikuti
agenda FPI – khusus wanita – yakni MPI (Mujahidah Pembela Islam).
Beliau mengungkapkan saat-saat momen aksi damai yang diselenggarakan
54
oleh FPI bisa dikatakan beliau pernah ikut beberapa kali sebagaimana yang
diungkapkan berikut ini.
“....Pada ikut sendiri, gak ada yang nyuruh-nyuruh. Kalau demo,
apa.....sendiri gak ada yang nyuruh. Dari jauh-jauh dari daerah, ongkos
sendiri. Paling ya kita pada bantuin masak gitu buat makanan.”
(Wawancara Ibu Suryani, 22 Desember 2017).
Dalam wawancara dengan Ibu Suryani, beliau saat ini merupakan
simpatisan FPI, yang lebih banyak mengetahui agenda-agenda FPI dari
acara-acara publik yang diselenggarakan oleh FPI, seperti aksi-aksi damai.
Tak hanya itu, suami beliau juga terbilang aktif dalam kegiatan FPI,
sehingga faktor hubungan keluarga juga turut berpengaruh mengapa Ibu
Suryani bersedia mengikuti agenda-agenda yang diadakan oleh FPI
(Wawancara Ibu Suryani, 22 Desember 2017).
Tak hanya Ibu Suryani, Ibu N pun juga demikian. Ia mengungkapkan
tak banyak tahu tentang FPI meskipun ia sudah tinggal di wilayah yang saat
ini menjadi markas FPI tersebut sejak kecil. Ia tahu FPI pun dari acara-acara
tabligh akbar yang sering diadakannya, pun beliau tak selalu ikut.
Menurutnya keberadaan FPI di sini baik, dan mampu membawa perbedaan
ketimbang apa yang beliau rasakan sejak kecil tinggal di Petamburan.
“Dulu itu, sebelum FPI ada di sini, preman di mana-mana. Orang
mabok tiap hari kita lihat. Tapi pelan-pelan, pas ada FPI ini di sini,
mulai tuh berkurang. Dikasih tahu pelan-pelan. Akhirnya ya sekarang
malah bersih.” (Wawancara Ibu N, 22 Desember 2017).
Tak hanya ibu Suryani, Pak Nuryadin pun bergabung dengan FPI
dikarenakan seringnya menghadiri taklim-taklim maupun pengajian yang
55
diadakan oleh FPI. Melalui aktivitas inilah ia kemudian aktif dan sempat
berkontribusi sebagai pengurus FPI saat masih muda.
“Jadi dulu saya taklim juga, ngaji di masjid sini nih. Ya di rumah juga,
ya di rumah juga sih, dulu ngajarnya di rumah-rumah juga sih. Dulu
masih pake sepeda masih jadi ustad.” (Wawancara Pak Nuryadin, 22
Desember 2017).
Tentu teknis ini menjadi lebih efisien jika dilihat dari berbagai sisi.
Namun, jika penyampain melalui mekanisme public face to face ini tidak
diimbangi dengan adanya aktivitas lanjutan untuk melakukan follow up
terhadap calon rekrutan maka pada akhirnya masyarakat umum hanya akan
sekadar tahu tentang opini maupun organisasi tersebut tanpa ada ketertarikan
lebih untuk bergabung maupun berpartisipasi di dalam kegiatan-kegiatannya,
sehingga mekanisme perekrutan ini akan semakin apik jika dikolaborasikan
dengan aktivitas perekrutan private face to face yang dapat dilakukan
dengan melakukan pertemuan secara individu atau pun mengadakan
kunjungan ke rumah calon rekrutan.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Pak Syahrozi, yang mengatakan
bahwa pada awalnya ia diajak untuk mengikuti pengajian FPI. Rasa
penasaran beliau seperti apa FPI, akhirnya membuat beliau menerima ajakan
tersebut, hingga akhirnya beliau benar-benar tertarik dan memutuskan
bergabung dengan FPI.
“Saya itu awalnya gak suka sama FPI. Tapi karena ketidak sengajaan,
saya diajak temen saya, ya, saya ngelihat Habib Rizieq secara
langsung, diskusi. Oh...ternyata begini ya FPI.” (Wawancara Pak
Syahrozi, 4 September 2017).
56
Berdasarkan temuan tersebut, maka data tersebut dapat disimpulkan
dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Tabel III.A.4 Informan yang direkrut dan merekrut dengan strategi Public face to
face
Strategi
Rekrutmen
Teknik perekrutan
Nama
Informan
Pengajia
n umum
Aksi Seminar Kajian
Public face
to face
Habib Ali √
Syahrozi √
Ali Seto
Pak Herman
Pak Hasan √
Hj. Umroh √
Umi Syarifah
Pak
Nuryadin
√
Ibu Suryani
Ibu N
c. Private Mediated
Private Mediated merupakan cara perekrutan seseorang untuk
bergabung ke dalam sebuah gerakan secara individu melalui media, seperti
pesan, e-mail, dan telepon (McAdam 1997: 124). Di era digital seperti
sekarang, metode private mediated ini menjadi salah satu hal yang sangat
berpengaruh dalam proses rekrutmen. Tak hanya itu, metode ini juga
terbilang lebih efisien dan cepat, dikarenakan seseorang tidak harus bertemu
secara langsung dengan orang yang ingin direkrut, namun ia sudah dapat
melakukan kontak baik itu berbentuk diskusi maupun sekedar pertemuan.
Tabel III.A.5 Teknik Perekrutan strategi private mediated
Strategi Teknik Perekrutan
Private mediated a. Via email
57
b. Surat
c. Pesan SMS/Telepon
d. Sosial media (Whats app, FB, Twitter,
Instagram, dll)
Meski demikian, cara ini tetaplah memiliki kelemahan, yakni dengan
ketiadaan kontak fisik atau pertemuan secara langsung dengan pihak
perekrut, sulit untuk membangun kepercayaan seseorang yang baru saja
ditemui (McAdam 1997: 124) dan juga sulit untuk melihat sejauh mana
ketertarikan dan loyalitas orang yang hendak direkrut tersebut.
Salah satunya yang dialami oleh penulis sendiri. Setelah proses turun
lapangan dan wawancara selesai, tak jarang beberapa anggota FPI
memberikan beberapa informasi acara maupun tulisan-tulisan Habib Rizieq
melalui sosial media. Cara ini merupakan wujud dari adanya strategi
perekrutan private mediated. Terkadang beberapa informasi-informasi
perkembangan politik pun juga diterima oleh penulis. Di antaranya
mengenai bagaimana seharusnya sikap muslim dalam menyikapi pemilu
2019 nanti. Meskipun tidak secara lugas melakukan pengkaderan melalui
media tersebut, namun cara ini berguna dalam menyebarkan opini yang
dibawa oleh FPI, sehingga calon rekrutmen – dalam hal ini penulis sendiri –
banyak mendapat informasi dan semakin mengenal FPI melalui ideologi dan
pemikirannya.
Tak hanya itu, Ali Seto sebelum bergabung dengan FPI pun,
menceritakan bahwa ia mendapat sambutan baik saat sedang membutuhkan
data wawancara untuk keperluan skripsinya. Bahkan narasumbernya saat itu
58
lah yang menghubunginya secara langsung via telepon dan menunggu
kedatangannya di markas FPI.
“Mas Seto dimana nih? Saya udah di Petamburan.” (Wawancara Ali Seto,
20 September 2017.
Berdasarkan temuan di atas, maka penulis menemukan bahwa data tersebut
dapat disimpulkan sebagaimana tabel di bawah ini.
Tabel III.A.6 Informan yang direkrut dan merekrut dengan strategi Private
mediated
Strategi
Rekrutmen
Teknik perekrutan
Nama
Informan
Via
Via
Surat
Via SMS/
Telepon
Via sosmed
(WA/Twitt
er/Ig dsb)
Private
mediated
Habib Ali √
Syahrozi √
Ali Seto √
Pak Herman
Pak Hasan
Hj. Umroh
Umi Syarifah
Pak
Nuryadin
Ibu Suryani
Ibu N
e. Public Mediated
Public Mediated, merupakan metode perekrutan yang dilakukan di tempat
umum dengan memanfaatkan media, seperti radio, televisi, koran maupun
internet (McAdam 1997: 124). Tak jauh berbeda dengan private mediated,
metode ini menekankan bagaimana ide atau keberadaan gerakan dapat tersebar
secara massal. Hal ini tentu saja, sangat efisien dalam upaya menyebarluaskan
ide gerakan dan mengajak orang-orang untuk bergabung. Salah satu contohnya
59
adalah brosur acara ulang tahun FPI ke-19, yang banyak tersebar di berbagai
sosial media, baik Facebook maupun Instagram.
Gambar III.A.1. Contoh brosur acara milad FPI ke-19
Tabel III.A.7 Teknik Perekrutan strategi public mediated
Strategi Teknik Perekrutan
Public mediated a. TV
b. Radio
c. Internet (website)
d. Sosial media (FB, Twitter, Instagram,
dll)
e. Koran/majalah
f. Brosur
Meskipun dapat dengan cepat menyebar luas, namun cara ini juga
memiliki kelemahan dimana akan sulit melihat lebih jauh dan dalam bagaimana
loyalitas atau keterikatan mereka yang bergabung ke dalam gerakan, karena
tidak adanya pendekatan secara pribadi (McAdam 1997: 124).
60
Gambar III.A.2 Gambar yang tersebar via sosial media
Gambar III.A.3 Spanduk FPI
Tak hanya itu, dalam wawancaranya Ali Seto mengungkapkan
“...Gak pernah berinteraksi dan banyak tahu FPI itu dari media, berita
segala macem.” (Wawancara Ali Seto, 20 September 2017).
61
Berdasarkan temuan di atas, maka berdasarkan data tersebut dapat
disimpulkan melalui tabel sebagai berikut.
Tabel III.A.8 Informan yang direkrut dan merekrut dengan strategi Public
Mediated.
Strategi
Rekrutmen
Teknik perekrutan
Nama
Informan
TV Ra
dio
Internet
(Website)
Via sosmed
(WA/FB/Twi
tter/Ig dsb)
Brosur
/Spand
uk
Koran/
Majala
h
Public
mediated
Habib Ali √
Syahrozi
Ali Seto √
Pak Herman
Pak Hasan
Hj. Umroh
Umi Syarifah
Pak
Nuryadin
Ibu Suryani
Ibu N √
B. Strategi Perekrutan Paling Dominan yang dilakukan oleh FPI
Sebagai sebuah gerakan, sebagaimana yang telah disinggung dalam
pembahasan di atas, penulis menemukan bahwa meskipun strategi perekrutan
telah terbagi-bagi ke dalam empat jenis, namun setiap gerakan atau organisasi
pasti memiliki strategi yang paling dominan dalam upaya perekrutan. Strategi
tersebut merupakan cara yang biasanya paling ampuh dalam menjaga proses
kaderisasi di dalam suatu gerakan.
Proses kaderisasi yang ada di dalam gerakan Front Pembela Islam
sendiri beragam. FPI tidak menetapkan hanya satu jenis teknik perekrutan saja
yang dilakukan dalam proses kaderisasi. Meski demikian, sebagaimana yang
62
disampaikan oleh Habib Ali selaku ketua dari Front Mahasiswa Islam (FMI),
tetap saja terdapat satu strategi yang paling dominan yang masih konsisten
hingga saat ini dilakukan FPI secara umum, maupun anak-anak organisasi dari
FPI sebagaimana FMI.
“Kita intinya gak maksa, ya kita bikin acara juga bikin...kita bikin acara
sebarin lewat pamflet, media, ya cuma ya itu hari ini ditempel besoknya
disobek. Intinya kita gak maksa.” (Wawancara Habib Ali, 4 September
2017).
Berdasarkan penuturan yang disampaikan oleh Habib Ali tersebut,
menekankan bahwa tak ada strategi khusus seperti face to face dalam
pengkaderan yang dilakukan. Hal tersebut dikarenakan FPI tidak pernah secara
terang-terangan melakukan recruitment secara terbuka meskipun bukan berarti
mereka tidak memanfaatkan media sebagai sarana perekrutan secara tidak
langsung. Media seperti leaflet, banner, maupun media sosial lebih banyak
dimanfaatkan untuk menginformasikan acara-acara ataupun agenda-agenda
yang dilakukan oleh FPI. Sehingga tidak ada pengkhususan dalam penggunaan
media untuk melakukan perekrutan yang dilakukan FPI.
Senada dengan pandangan Habib Ali, Pak Herman sebagai kepala
departemen organisasi FPI menyatakan bahwa dalam upaya pengkaderan, FPI
sama sekali tidak ada upaya khusus dalam mengajak orang untuk bergabung ke
dalam FPI maupun anak-anak organisasi dari FPI.
Menurutnya, “.....orang-orang yang mau ngaji di FPI, ya silahkan, kalau
gak mau juga gak apa-apa. FPI itu ibarat kaya orang masuk masjid, mau ibadah
syukur mau enggak ya udah. Jadi gak ada paksaan, artinya selama i‟tikad, niat
baik, ikhlas, mau berjuang, mau membantu saudaranya yang terzhalimi ya, ya
masuk aja. Cuma dengan kriteria, artinya mengikuti segala aturan yang ada.”
(Wawancara Pak Herman, 27 September 2017).
63
Sehingga, jika diamati melalui pembahasan dari hasil wawancara di
atas, strategi perekrutan yang paling dominan justru private face to face,
meskipun tidak diakui secara gamblang oleh beberapa anggotanya dalam
wawacara yang dilakukan oleh penulis. Walau tak sedikit yang mengetahui
informasi tentang FPI dari media, namun sekali lagi adanya jaringan hubungan
keluarga maupun kekerabatan, serta ajakan untuk ikut ke dalam acara-acara
secara personal menjadi bukti strategi inilah yang dominan digunakan oleh
anggota FPI dalam melakukan perekrutan.
64
BAB IV
Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan-paparan sebelumnya, dapat kita ketahui bagaimana
suatu organisasi dapat bertahan adalah dikarenakan strategi-strategi tertentu yang
dilaksanakan oleh organisasi tersebut. Dalam meneliti strategi rekrutmen FPI
ternyata penulis menemukan strategi-strategi yang telah teridentifikasi sesuai dengan
pandangan Mc Adam dan David A. Snow, yakni private face to face, public face to
face, private mediated dan public mediated.
Berdasarkan temuan data dan dokumentasi yang berhasil dikumpulkan oleh
penulis, strategi pertama yang dilakukan FPI dalam merekrut adalah private face to
face. Strategi perekrutan private face to face merupakan salah satu mekanisme
perekrutan yang dilakukan secara pribadi (individu) dan dilakukan secara face to
face, yang dilakukan oleh FPI dalam bentuk melakukan kunjungan, audiensi, ajakan
ke pengajian, dan juga mengadakan pertemuan. Strategi ini pula lah yang ternyata
paling banyak mempengaruhi awal mula para informan bersinggungan hingga masuk
ke dalam FPI sebagai anggota dan pengurus. Cara ini dirasakan semua oleh hampir
kesepuluh informan, meski tidak semuanya akhirnya memutuskan bergabung sebagai
anggota, seperti Ibu N dan juga ibu Suryani.
Selain itu, FPI juga menggunakan strategi public face to face, dimana
perekrutan dilakukan dalam bentuk mengadakan pengajian umum, kegiatan aksi baik
itu aksi demonstrasi maupun kemanusiaan, seminar, dan juga kajian. Kemudian,
65
strategi berikutnya yang digunakan FPI dalam merekrut adalah private mediated,
dimana melalui cara ini perekrutan dilakukan secara pribadi dengan menggunakan
media tertentu, seperti email, surat, SMS/Telepon, dan juga chat pribadi melalui
sosial media seperti WhatsApp, Facebook, Twitter, maupun Instagram. Terakhir,
strategi keempat yang digunakan FPI berdasarkan temuan data adalah public
mediated. Strategi ini digunakan FPI dalam merekrut dalam bentuk penyebaran opini
maupun informasi acara melalui TV, radio, internet (website), sosial media, seperti
Facebook, Twitter, Instagram serta story WhatsApp, Koran atau majalah, dan brosur
maupun spanduk.
Dari keempat strategi yang digunakan oleh FPI dalam melakukan
perekrutan, berdasarkan analisa data dan temuan menunjukkan terdapat satu strategi
yang paling dominan dilakukan oleh FPI. Strategi tersebut merupakan strategi
rekrutmen private face to face, yang mana melalui proses inilah delapan dari sepuluh
informan merasakannya secara langsung. Dengan komunikasi face to face secara
individual, pada akhirnya informasi baik itu berupa informasi yang sifatnya verbal
maupun non verbal, yang disampaikan oleh anggota dapat tersampaikan langsung
kepada eksternal atau dengan kata lain kepercayaan pun mulai terbangun sehingga
membuat seseorang akhirnya tertarik untuk bergabung ke dalam organisasi maupun
hanya ikut sebagai simpatisan dalam agenda-agenda yang diadakan oleh FPI.
B. Kritik
Pertama, secara organisasi FPI tidak mengiyakan bahwa ia tidak memiliki strategi
khusus dalam melakukan perekrutan, namun berdasarkan temuan nampak jelas
bahwa secara personal, anggota dan juga pengurus FPI melakukan inisiasi perekrutan
66
yang dilakukan mengalir apa adanya tanpa target tertentu. Hal ini menunjukkan
kekurangan FPI dalam merekrut, yang mana jika saja FPI memiliki strategi
perekrutan yang secara sistematis terkoordinir oleh struktur, maka alangkah lebih
baiknya dikarenakan hal tersebut akan lebih memaksimalkan proses rekrutmen
eksternal.
C. Saran
Dari kesimpulan hasil penelitian yang telah penulis uraikan di astas, maka
penulis memberikan saran sebagai berikut.
1. Bagi FPI, alangkah lebih baiknya jika memiliki strategi khusus yang diatur
secara organisasi dalam melakukan perekrutan secara sistematis, guna
memaksimalkan proses tersebut.
2. Bagi organisasi masyarakat lainnya, dapat menjadikan strategi-strategi
perekrutan sebagaimana yang ditemukan penulis dalam penelitian, serta
memaksimalkannya melalui cara yang sistematis dan terstruktur.
3. Bagi yang nantinya akan meneliti tentang perekrutan, maka sangat diperlukan
intensitas komunikasi yang sering dengan informan sebagai bentuk
pengamatan yang real bagaimana proses perekrutan itu dilakukan. Selain itu,
cara observasi partisipatory juga menjadi cara yang bagus agar dapat melihat
secara langsung bagaimana FPI merekrut. Inilah hal yang belum berhasil
dilakukan oleh penulis.
67
DAFTAR PUSTAKA
Anggaran Dasar FPI: Hasil Munas III Bekasi Tahun 2013. Jakarta: FPI
As‟ad. 2016. Politik Identitas dan Gerakan Sosial (Studi atas Front Pembela Islam).
Jakarta: Transwacana Press.
Edyar, Busman. 2003. Positivikasi Syariat Islam di Indonesia (Studi Atas Perjuangan
Umat Islam di Indonesia untuk Penerapan Hukum Islam Pada Masa Pasca Orba
1998-2001). Jakarta: Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hidayat, Hilman. 2015. Strategi Bertahan Front Pembela Islam: Perspektif Resources
Mobilization. Jakarta: Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
J. Lexi, Maleong. 1997. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Kristi, E, Foerwandari. 1998. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta:
Psikologi UI.
Lane, Max. 2007. Bangsa Yang Belum Selesai: Indonesia, Sebelum dan Sesudah Soeharto.
Jakarta: Reform Institute.
Mc Adam, Doug dan David A. Snow. 1997. Social Movements: Reading on Their Emerge,
Mobilization, and Dynamics. Los Angeles: Roxbury Publishing Company.
Porta, Donatella Della dan Mario Diani. 2006. Social Movements An Introduction. United
Kingdom: Blackwell Publishing.
Putra, Mukhlas Adi. 2012. Perlawanan Front Pembela Islam (FPI) Terhadap Pemikiran
dan Gerakan Islam Liberal di Indonesia. Jakarta: Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Salim, Agus. 2005. The Rise of Hizbut Tahrir Indonesia (1982-2004); Its Political
Opportunity Structure, Resource Mobilization, And Collective Action Frames.
Jakarta: Graduate Program Syarif Hidayatullah State University.
Setiadi, Elly M. dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi, Pemahaman Fakta dan
Gejala Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
68
Shihab, Muhammad Rizieq. 2013. Dialog FPI Amar Ma’ruf Nahi Munkar: Menjawab
berbagai tuduhan terhadap Gerakan Nasional Anti Ma’siat di Indonesia. Jakarta:
Pustaka Ibnu Sidah.
Staggenborg, Suzanne. 2012. Social Movements. Canada: Oxford University Press.
Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.
Susanto, Edi. 2007. Kepemimpinan (Karismatik) Kyai dalam Perspektif Masyarakat
Madura. Surabaya: KARSA
Sztompka, Piotr. 2007. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media Group.
Tim Penyusun Panduan Akademik. 2012. Panduan Penyusunan Proposal dan Penulisan
Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
69
Dokumen Elektronik
Damayanti, Ninin Prima dkk. 2003. Radikalisme Agama Sebagai Salah Satu Bentuk
Perilaku Menyimpang: Studi Kasus Front Pembela Islam.
(Diunduh pada 22 Agustus 2017)
Hasanuddin. Dinamika dan Pengerucutan Teori Gerakan Sosial.
http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JIPN/article/download/1601/1576
(Diunduh pada 22 Agustus 2017 pukul 22.42)
Sukmana, Oman. 2013. Jurnal Sosiologi Reflektif Vol 8: Konvergensi Antara Resources
Mobilization Theory dan Identity Oriented Theory dalam Studi Gerakan Sosial
Baru.
http://ejournal.uin-suka.ac.id/isoshum/sosiologireflektif/article/viewFile/524/465
(Diunduh pada 22 Agustus 2017 pukul 21.10)
Mashud, Mustain. Jurnal Online: Gerakan Sosial dan Perubahan Sosial. Diakses dari:
http://jurnal.unpad.ac.id/wacanapolitik/article/download/11052/pdf
Catatan: n.d (no date)
(Diunduh pada 17 September 2018)
70
Internet
Jumlah anggota FPI:
Megiza, 2014. CNN Indonesia
(http://m.cnnindonesia.com/nasional/20141008165430-12-5780/muchin-alatas-
jumlah-kami-sudah-7-juta/)
FPI tidak sama dengan Hizbut Tahrir Indonesia:
http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39848253)
FPI Bentrok dengan Masyarakat:
Gumilang, Prima. 2018. CNN Indonesia
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180122065509-20-270593/sweeping-
laskar-fpi-dan-perlawanan-balik-warga-pamekasan
Mengapa warga menolak FPI dan GNPF-MUI:
Affan, Heyder. 2017. BBC Indonesia
www.bbc.com/indonesia/indonesia-38584535)
xiii
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN I
Profil Informan
1. Habib Ali (Ketua Front Mahasiswa Islam)
Waktu wawancara : 4 September 2017
Tempat : DPP FPI Petamburan
2. Pak Syahrozi (Pengurus DPP FPI)
Waktu wawancara : 4 September 2017
Tempat : DPP FPI Petamburan
3. Hj. Umroh (Ketua Mujahidah Pembela Islam)
Waktu wawancara : 6 Agustus 2017
Tempat : Kediaman informan
4. Ali Seto (Pengurus Badan Amil Zakat FPI)
Waktu wawancara : 20 September 2017
Tempat : Kampus Pasca sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Pak Herman (Kepala Departemen Organisasi)
Waktu wawancara : 27 September 2017
Tempat : Kediaman informan
6. Umi Syarifah (Pengur‟us Mujahidah Pembela Islam)
Waktu wawancara : 26 September 2017
Tempat : - (Dilakukan melalui komunikasi via telepon)
7. Pak Hasan (Pengurus FPI)
Waktu wawancara : 17 Oktober 2017
Tempat : Kediaman informan
8. Pak Nuryadin (Simpatisan FPI)
Waktu wawancara : 22 Desember 2017
Tempat : Kediaman informan
9. Bu Suryani (Simpatisan FPI – MPI)
Waktu wawancara : 22 Desember 2017
Tempat : Kediaman informan
10. Ibu N (Warga yang tinggal di sekitar markas FPI – tidak mau disebut nama
aslinya)
Waktu wawancara : 22 Desember 2017
Tempat : Kediaman informan
xiv
LAMPIRAN II
Tabel Matriks Wawancara
A. Matriks Wawancara Strategi Private Face to face
Strategi Informan Jawaban
Private face to face Habib Ali Di kampus, di UIN. Dan kebetulan ketua
FMI juga orang UIN, sebelum saya.
Hj. Umroh Awalnya dengan diajak mengikuti
pengajian-pengajian, sampai akhirnya jadi
pengurus seperti sekarang. Tapi itu semua
emang gak dipaksa sih, kitanya juga
seneng gabung
Pak Herman Ya...saya sih, ada dulu itu guru saya, yang
saya hormatin banget dulu. Tapi emang
beliau sih gak ngajak khusus gitu lah,
cuma karena saya juga suka, seneng, ya
dan bagus juga ya kenapa enggak
Ibu Suryani Pada ikut sendiri, gak ada yang nyuruh-
nyuruh. Kalau demo, apa.....sendiri gak
ada yang nyuruh. Dari jauh-jauh dari
daerah, ongkos sendiri. Paling ya kita
pada bantuin masak gitu buat makanan.
Ali Seto Nah, abis itu masuk tuh perjuangan dulu
di pengajian malam kamis, terus juga saya
diajak sama Habib Ali, “Ayo ke
Megamendung,” pengajian ya...ada habib
lah. Masih ada Habib Rizieq waktu itu,
imam besar
Pak Syahrozi Saya itu awalnya gak suka sama FPI. Tapi
karena ketidak sengajaan, saya diajak
temen saya, ya, saya ngelihat Habib Riziq
secara langsung, diskusi. Oh...ternyata
begini ya FPI
Umi Syarifah Iya betul. Tapi ya bisa dibilang saya
belum terlalu lama masuk MPI. Ya karena
awalnya suami sih yang duluan memang
pengurus kan.
Pak Hasan Saya pribadi kalo orang yang kenal saya
dari lama, tahun ‟96 itu saya kenal habib
Rizieq, ‟97...‟98 terbentuk, itu pun saya
belum masuk. Habib Rizieq ngajakin saya
masuk di FPI pun, saya gak mau masuk
itu. Saya gak boleh masuk organisasi
masalahnya
xv
Pak Nuryadin Memang ikut aja, Alhamdulillah kan,
tadinya tempat sini nih rusak lah. Banyak
yang minum segala macem, banyak yang
ini, selama dia aktif taklim di sini, mulai
pudar pelan-pelan
Ibu N Gak ada sih kalo arahan khusus gitu,
cuma ya emang ada yang ngajak itu juga
gak semua, paling yang kenal-kenal aja.
Kalo saya sendiri sih gak terlalu itu
dateng ngaji-ngaji, kalo abang saya tuh
baru, dulunya dia aktif tuh ikutan di FPI.
Saya sih taunya justru ya banyak dari dia,
tapi juga gak ikut-ikut juga.
B. Matriks Wawancara Strategi Private Mediated
Strategi Informan Jawaban
Private Mediated Habib Ali -
Hj. Umroh -
Pak Herman -
Ibu Suryani -
Ali Seto “Mas Seto dimana nih? Saya udah di
Petamburan.”
*Percakapan tersebut melalui telepon
Pak Syahrozi -
Umi Syarifah -
Pak Hasan -
Pak Nuryadin -
Ibu N -
C. Matriks Wawancara Strategi Public Face to face
Strategi Informan Jawaban
Public Face to face Habib Ali -
Hj. Umroh Mulanya ya diajakin ngaji. Kalau suami
sih gak pernah maksa. Tapi ya kalau
diajak kita mah ikut
Pak Herman -
Ibu Suryani -
Ali Seto -
Pak Syahrozi Saya itu awalnya gak suka sama FPI.
Tapi karena ketidak sengajaan, saya
diajak temen saya, ya, saya ngelihat
Habib Riziq secara langsung, diskusi.
Oh...ternyata begini ya FPI
xvi
Umi Syarifah -
Pak Hasan -
Pak Nuryadin Jadi dulu saya taklim juga, ngaji di
masjid sini nih. Ya di rumah juga, ya di
rumah juga sih, dulu ngajarnya di
rumah-rumah juga sih. Dulu masih pake
sepeda masih jadi ustad.
Ibu N -
D. Matriks Wawancara Strategi Public Mediated
Strategi Informan Jawaban
Public Mediated Habib Ali -
Hj. Umroh Mulanya ya diajakin ngaji. Kalau suami
sih gak pernah maksa. Tapi ya kalau
diajak kita mah ikut. Terus saya juga
deket sama istrinya habib, jadi ya
akhirnya lama-lama mungkin saya
dilihat aktif atau bagaimana, ya pas
kondisi lagi gak ada ketua saya yang
diminta sama beliau. Awalnya sih
memang dari suami
*Berdasarkan hal ini meski awalnya
diajak pengajian secara pribadi, tetapi
kegiatan pengajiannya juga menjadi
salah satu media yang mempengaruhi
Hj. Umroh untuk terus ikut mengaji di
FPI
Pak Herman -
Ibu Suryani Pada ikut sendiri, gak ada yang nyuruh-
nyuruh. Kalau demo, apa.....sendiri gak
ada yang nyuruh. Dari jauh-jauh dari
daerah, ongkos sendiri. Paling ya kita
pada bantuin masak gitu buat makanan
Ali Seto Gak pernah berinteraksi dan banyak tahu
FPI itu dari media, berita segala macem.
Pak Syahrozi -
Umi Syarifah -
Pak Hasan -
Pak Nuryadin -
Ibu N -
xvii
LAMPIRAN III
Transkrip Wawancara
Nama : Habib Ali Alatas
Status : Ketua Front Mahasiswa Islam (FMI)
Hari/Tanggal : Senin, 4 September 2017
Waktu : Pukul 15.30 – 17.30
Lokasi : Kantor Dewan Pembina Pusat (DPP) FPI Jakarta
Peneliti Sebenarnya FMI itu apa sih bib ?
Informan Ya, mahasiswanya FPI.
Peneliti Isinya semuanya harus mahasiswa?
Informan Ya iya, sesuai namanya.
Peneliti Geraknya lebih di bidang apa FMI bib?
Informan Geraknya lebih ke intelektual religius
Peneliti Kegiatannya?
Informan Kegiatannya seminar, diskusi, dialog, yang sifat-sifatnya tuh lebih
utama menunjang intelektualitas kader-kader FPI.
Peneliti Itu kalau dari kalangan dosen-dosen apakah juga masuk ke FMI ini atau
enggak bib?
Informan Kalau dosen biasanya udah di FPI
Peneliti Jadi, sebenarnya FPI dan FMI itu apa membedakan sebenarnya?
Informan Ya...karena mahasiswa. Yang namanya mahasiswa itu kan yang
membedak
an karena, karena statusnya. Yang bedain calon sarjana hukum sama
sarjana hukum apa.
Peneliti Oh, gitu jadi bukan karena ada kelas atau gimana
Informan Bukan-bukan. Ya, mahasiswa. Kalau dia mahasiswa ya bisa ikut FMI.
Kalau dia statusnya siswa ya gak bisa ikut FMI.
Peneliti Kalau mau gabung FMI itu gimana caranya bib?
Informan Yang pertama dia harus muslim dulu karena kan judulnya kan Islam.
Baru mahasiswa, karena organisasi mahasiswa. Terus warga negara
Indonesia. Jadi makanya pun kita juga punya, ya itu aja tiga itu.
Makanya di luar negeri ada mahasiswa sekolah, bikin FMI di sana.
Peneliti Untuk yang internasional ada yang koordinir gitu?
Informan Ada dong, yang namanya organisasi harus ada yang koordinir.
Peneliti Kemarin sewaktu acara milad FPI, disinggung-singgung masalah
penerapan syariat Islam yang akan dilakukan oleh FPI dalam bingkai
NKRI Bersyariah. Itu benar bib?
Informan Iya.
Peneliti Caranya gimana bib?
Informan Ya, dengan cara konstitusional.Ya...ya...istilah syariat tuh gini ya, jadi
jangan dipikir istilah syariat tuh musti bahasa Arab, intinya tuh kita
kepengen syariat itu berlaku. Contoh, ada beberapa daerah tuh yang
punya PERDA larangan minuman beralkohol. Sekarang ini muncul
xviii
Rancangan Undang-undang larangan minuman beralkohol. Nah itu
kerjaan saya tuh, dateng ke DPR, mencoba audiensi, dialog kita
persiapkan. Supaya apa? Intinya supaya ini undang-undang bisa gol.
Jadi memang, kita tetep menggunakan cara-cara yang bisa kita lakukan
sekarang. Lewat-lewat apa, ya...lewat proses politisisasi ini nih, jadi
sifatnya bukan yang mewujudkan syariat terus kita lewat perang, kita
itu kalo ada jalan di dalam bisa berubah ya kita pake jalan itu. Selama
jalan-jalan itu ada, ya kita jalanin, tapi kalo ketutup semua ya baru pake
cara yang lain.
Peneliti Misalnya?
Informan Macem-macem
Peneliti Maksudnya cara lainnya seperti apa
Informan Ya, kalo gak bisa masuk di DPR, kita masuk diskusi di DPR , ya kita
aksi. Kalo aksi ga bisa, ya misalnya lewat apa. Misalnya keluarnya
undang-undang, ya contoh UU ORMAS, nah ini kita lakukan dialog.
Kebetulan saya juga terlibat. Ya macem-macem. Jadi intinya selama
masih dikasih jalan untuk perjuangin ya kita perjuangin. Dan intinya
kita teguh, kenapa kita pengen melaksanakan syariat Islam, karena
memang lebih ke ini....apa namanya, mayoritas penduduknya pemeluk
Islam
Peneliti Tadi dikatakan perjuangan penerapan Islam dilakukan oleh FPI lewat
konstitusi, ada gak bib anggota FPI yang masuk ke dalam parlemen?
Informan Dalam hal ini kita gak mengharamkan. Dibolehkan
Peneliti Untuk struktur organisasi FPI dan FMI itu kurang lebih gimana bib?
Informan Ya....itu sesuai kebutuhan. Misalkan, tentunya kita di bidang pengkajian
tentunya fokus sama kajian. Ada bidangnya fokus masalah
kemahasiswaan, ya tentu sesuai kebutuhan. Ya kan kalo kayak begitu
tujuan utamanya memang ya memberdayakan mahasiswa-mahasiswa
FPI.
Peneliti Kalo untuk terbentuknya FMI itu dari kapan bib?
Informan Dari tahun 2000
Peneliti Dari tahun 2000 berarti dua tahun setelah terbentuknya FPI. Kira-kira
sekarang udah tersebar di berapa universitas itu FMI bib?
Informan Ada deh... (hehehe)
Peneliti Di seluruh Indonesia tapi udah ada ?
Informan Enggak, gak sampe seluruh Indonesia. Di Banten ade, di Jakarta ada, di
Palembang, di Sumsel ada, di Riau ada.
Peneliti Biasanya kalo mempromosikan acara gitu ada cara-cara tertentu gak?
Kalo sekarang kan musimnya cyber war gitu.
Informan Iyalah, apa aja yang bisa kita bikin, ya kita bikin. Termasuk lewat
media sosial kita jalanin. Bikin meme, bikin....apakaah fanpage atau
meme-meme yang disebarkan lewat akun-akun pribadi.
Peneliti Lewat akun pribadi berarti gak secara terorganisir?
Informan Ya..itu ada fanpage
Peneliti Ketika sudah masuk FMI, misalnya sudah bukan mahasiswa, terus
gimana? Berarti langsung naik gitu ke FPI atau bagaimana?
xix
Informan Ya, masalah mau lanjut di FPI atau berhenti itu kan haknya masing-
masing. Cuma memang intitnya ketika dalam suatu organisasi ada
anggota yang sudah khatam, dari FPI ini kan nanti kan jadi makin
bagus istilahnya ya, bergerak karena mahasiswa-mahasiswa ini nih.
Peneliti Kalo saya lihat tuh, apa ya....FPI itu seperti berdiri sendiri gitu, apa
gimana.....soalnya misalnya tadi kita kan, misalnya FMI, katakanlah
kita belum lulus gitu, terus kita pengen bergerak di bidang ini, bidang
intelektualitas, pengkajian, dan lain sebagainya, ketika kita gak masuk
ke FPI berarti kita tetep di situ juga gak masalah? Atau ada aturan
tertentu.
Informan Iye....dia mau lanjut mau enggak itu urusan masing-masing, tapi
harapannye dia ini nanti melanjutkan estafet dakwah sebelumnya, mau
dimana aja dia ada ya kewajibannya juga sama. Jadi kita nanti ya
meneruskan perjuangan bapak-bapak di FPI.
Peneliti Berarti FMI salah satu langkah untuk pengkaderan?
Informan Iye. Ya memang kalo dalam organisasi gak ada kadernya
ya.....dakwahnya gak ada. Mati.
Peneliti Habib dari kapan gabung di FPI?
Informan FPI atau FMI? Karena dulu gabung FMI dulu.
Peneliti FMI nya?
Informan Kalo FMI dari tahun 2010. Efektif 2010.
Peneliti Itu ketemu di UIN?
Informan Di kampus, di UIN. Dan kebetulan ketua FMI juga orang UIN, sebelum
saya.
Peneliti Kalo untuk FMI laki-laki perempuan sendiri atau...?
Informan Nah.....ini, jadi difatwain waktu itu sama Habib Rizieq, “Bib, FEB ada
masukan nih buat FMI, gimana?” Habib Rizieq bilang, “Perempuan
itu tempatnya di mujahidah.” Jadi memang ada aturan khusus buat itu.
Kenapa? Kita ngejaga jangan sampe ada ikhtilat, campur baur antara
laki-laki dan perempuan. Ada tempatnya di mujahidah. Jadi, mujahidah
tuh besar banget, ada kaum pelajarnya, ada mahasiswinya, ibu-ibu
rumah tangga, wanita karirnya, masuk di sana semua. Nah nanti ada
bidang mahasiswi, bidang-bidang....nah itu lah nanti tanya ke
mujahidah. Karena memang kalo di Front Mahasiswa Islam, memang
tidak menerima mahasiswi.
Peneliti Dulu awal gabunnya kayak gimana sih? Awal-awalnya.
Informan Jadi saya tuh awalnya gini, ikut organisasi lain, ****, Ya..ya....Cuma
gitu, gak sepaham lah, jadi karena lihat perjuangan FPI, FPI punya yang
namanya Front Mahasiswa Islam, anak organisasi, ya itu....karena
sesuai lah sama visi misinya, perjuangannya. Ya...intinya visi misi sih.
Karena saya lihat yang paling getol, apa namanya.., di depan, masalah
amar ma’ruf nahi munkar, FPI, masalah penerapan syariat Islam, saat
itu yang saya lihat....yang saya lihat ya, sampe sekarang Alhamdulillah,
FPI, yang paling saya lihat kalo menurut pandangan saya.
Peneliti Kalo sekarang itu kan lagi heboh tentang khilafah menerapkan syariat
Islam. Nah FPI sendiri memandang itu gimana?
xx
Informan Jadi, masalah khilafat, kalo masalah menerapkan syariat Islam itu
wajib, itu wajib menerapkan syariat Islam. Yang jelas macem-macem.
Versinya pun macem-macemnya. Termasuk sholat termasuk syariat
Islam juga. Nah permasalahannya ini bicara tentang sistem khilafah,
bagaaimana menurut FPI? Nah FPI ada bidang penegakan khilafah, nah
metode penegakan kita itu, kita tetep, apa itu namanya...jadi walaupun
memang mau menegakkan khilafah, jadi tetep fungsi utamanya itu
gimana negara-negara Islam ini bersatu. Jadi itu intinya.
Peneliti Negara Islam itu maksudnya?
Informan Ya...negara-negara Islam itu bersatu, bikin kerja sama, dikuatkan OKI,
ya...kayak inilah contoh, kalo negara Islam udah bersatu ya dia bikin
parlemen sendiri, bikin bank sendiri, dia bikin mata uang sendiri, dia
bebas visa, dia bikin peradilan sendiri, bahkan kyak Eropa itu ada.....,
kalo Eropa aja bisa masa negara-negara Islam gak bisa? Dan boleh-
boleh aja kok. Indonesia pun mau bikin sama ASEAN. Dateng-dateng
isu-isu yang dibahas kenapa ada khilafah Islamiyah, itu secara pribadi
ya secara perlindungan terhadap umat Islam di dunia. Jadi, jadi....ya
intinya begitu lah. Internasionalisme ajalah. Jadi, itu yang...yang di
bidang penegakan khilafah itu tugasnya. Tapi tetep kita sebagai umat
Islam wajib percaya bahwa, ditolak atau pun tidak, diterima atau tidak,
setuju atau tidak, yang namanya khilafah pasti tegak.
Walaupun.....minimal saat Imam Mahdi turun. Berdasarkan hadits-
hadits nubuwatnya Nabi, kata Rasul jelas Imam Mahdi nanti bakal
turun, dan khilafah akan tegak, entah bagaimana cara tegaknya wallahu
a’lam. Allah yang tahu. Allah yang pilih orang-orangnya.
Peneliti Untuk menerapkan syariat Islam itu sendiri apa caranya dengan
mengubah undang-undang atau bagaimana habib? Undang-undang
yang sekarang maksudnya. Karena kalau yang dilihat sekarang ini
undang-undang gak semuanya sesuai dengan syariat Islam. Itu gimana
bib?
Informan Kayak contoh nih kita sempet membatalkan KEPPRES tentang
minuman beralkohol. Eh...minuman keras. Itu dibatalin di Mahkamah
Agung. Walaupun sebenernya ini KEPPRES yang melegalkan
minuman keras sebebas-bebasnya. Walaupun hasilnya dibikin lagi
KEPPRES. Terus juga kita pernah perjuangin Undang-undang
Pornografi. Dan sekarang kita lagi perjuangin Undang-undang
Larangan Minuman Beralkohol. Gitu. Jadi memang tetep, menerapkan
syariat Islam kita ini, apa yang bisa kita jalanin kita jalanin. Jadi gak
mesti angkat senjata-senjata. Gak ada. Ada tahap. Apa yang konstitusi
kasih sama kita ya kita jalanin. Jadi ada kaidahnya dalam Ahlul Sunah
Wal Jamaah. Maa Laa yudrika kulluh, Laa yatrika kulluh. Kalo kita gak
bisa dapet semua ya jangan dibuang semua. Kalo kita dikasih jalan itu,
ya kita jalanin dulu. Jangan....whaaa, gak boleh semua.
Peneliti Terkait keanggotaan, ada semacam aturan-aturan tertentu yang
mengikat gak bib?
Informan Aturan keanggotaan? Yang jelas yang pertama anggota tuh gak boleh
melanggar syariat Islam. Masak memperjuangin syariat Islam tapi
xxi
anggotanya sendiri melanggar syariat Islam kan gak lucu juga. Itu
pertama. Kedua itu taat. Kita ada aturan main, ada Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, jadi ada dua, Anggaran dasar kita anggaran
dasar rumah tangganya FPI, kita lihat juga AD/ART Front Mahasiswa
Islam. Kalo dulu kalo disumpah tuh, disumpah jadi anggota FMI,
dibaiat saat itu, ya kita disumpah untuk taat, bilang kita taat sama
anggaran dasar FMI dan FPI.
Peneliti Berarti sebelum jadi anggota tuh, apa dong statusnya. Kan kalo jadi
anggota kan, semacam dibaiat....
Informan Ya...jadi anggota ya dibaiat, sebenernya itu biasa sih. Waktu ane di
**** dibaiat juga namanya, saya di ***** dibaiat juga. *** juga
kayaknya anggota disumpah juga. Kan yang membedakan ini anggota
apa enggak, ini cuma ceremony, jadi semacam inilah....lambang bahwa
penegasan kita ini anggota. Jadi bukan hanya administrasinya aja. Dan
memang dalam baiat itu memang tetep, gak melulu administratif kok.
Apa namanya....tunduk dan patuh pada syariat Islam.
Peneliti Kalo seumpama, ada mahasiswa baru yang tertarik dan ingin tahu
tentang FMI, terus pengen tahu apa aja sih kegiatannya FMI, cara
ngehubunginnya gimana? Atau bagaimana cara FMI mengiklankan
dirinya di kampus sendiri?
Informan Kalo berbicara soal kampus nih, kampus itu gak lepas dari yang
namanya politik kampus. Contoh, gak tahu nih kalo di UIN, contoh, apa
namanya, yang nguasain fakultas....
Peneliti BEM?
Informan BEM, itu supaya bisa mencegah lawan-lawannya. Kayak misal ****
nguasain BEM biar aktivitasnya *** terbatas. Jadi **** bisa ngelakuin
perekrutan kader. Itu masalah-masalah yang kita hadepin hampur di
setiap kampus. Ada politik. Maksudnya kita ini mau masang bendera,
nah itu kita enggak. Jadi ya, rata-rata yang dateng ke kita nih yang
dapet hidayah aja. Yang emang betul-betul pengeeennn banget dateng
ke FMI, nah itu dicari-cari tuh sama dia.
...............................................
Banyak kasusnya, jadi contoh kayak di UNPAM itu, kita pasang, apa
sih...yang di dinding itu. Leafletlah, bannerlah, pamfletlah apalah itu,
besoknya udah dicabut. Macem-macem. Kendala-kendala gitu ada.
Masalah-masalah itu ya ada, artinya, artinya ya...dia gak bisa dipaksa
masuk FMI. Dan gak bisa kita itu mengharapkan, orang ini....., maksa-
maksa masuk FMI. Jadi gitu, gak bisa. Alhamdulillah dengan kayak
begitu tuh walaupun gak terlalu banyak tapi kader-kadernya militan.
Peneliti Kalo untuk daftar kayak tadi itu, apakah ada sekretnya, atau harus
datang kesini (DPP), atau sekretnya masing-masing di tiap kampus?
Informan Intinya tuh ada penanggung jawab, koordinator,intinya ada kontaknya,
koordinatornya, nanti kalo dia nyari ya bisa lewat kontak, lewat
medsosnya, kadang-kadang dia datengin markasnya FPI, ada gak
FMInya? Ada, ya dia bisa ikut. Ada juga yang lewat orang lain.
Peneliti Berarti kalo mau daftar FMI harus daftar kesini dulu ya?
Informan Gak juga, macem-macem, ada yang datang kesini, ada juga kalo di
xxii
Pamulang tuh ada sekretariatnya juga.
Peneliti Termasuk Mujahidah juga bib? Ada juga yang di Pamulang?
Informan Kalo Mujahidah itu, memang permasalahannya, kalo yang namanya
kajian, tetep harus ke sini.
Peneliti Digabung semuanya?
Informan He‟eh. Walaupun dipisah.
Peneliti Langkah-langkah apa yang dilakukan bib untuk ngejaga kemilitanan
anggota?
Informan Ya ngaji. Itu aja. Karena memang kita di FMI ini, kalau boleh dibilang
mengenai aksi, kita jarang aksi. Karena memang FMI ini kan mengasah
intelektual, atau menghadiri audiensi-audiensi. Makanya kalo ada
acara-acara audiensi gitu, walaupun atas nama FPI, yang diundang dari
DPP itu ane yang dateng, yang sering sih begitu.
Peneliti Tapi nih bib, gimana kalo misalnya akhwat (perempuan) bener-bener
pengen ngaji, pengen gabung, tapi gak mungkin atau bahkan gak tau
kalo harus datang ke sini (DPP), itu gimana bib?
Informan Nah kita nih biasanya ada yang persoalan sekretariat, ada yang di
sekretariat gak ada orangnya. Tapi masalahnya bukan di sekretariat,
masalahnya ada di siapa yang bisa di kontak. Jadi apa namanya, untuk
nerima anggota baru. Nah itu yang jadi penanggung jawabnya, itu yang
penting. Di tiap daerah tuh kayak gitu, apakah dia ada sekretariat apa
enggak itu nomer dua. Sekretariat itu kan yang penting kan intinya
orang kalo dateng tau dia mau kemane, surat-menyurat juga ada
alamatnye. Itu kalo soal sekretariat. Tapi kalo masalah keanggotaan itu
yang penting ya siapa yang bisa nerima itu anggota. Nanggung jawabin.
Siapa yang bisa koordinir. Nah itu yang penting. Kalo di Tangsel itu
ada, ada ininya.
Peneliti Terus kalo kajian itu apakah jadwalnya seminggu sekali, dua minggu
sekali atau bagaimana?
Informan Tergantung masing-masing itunya, kadang-kadang ada....itu
mujahidah? Atau FMI? Kalo mujahidah ya....tergantung mujahidahnya,
kadang-kadang dia mau bikin kajian kadang kumpul seminggu sekali,
dua minggu sekali. Tergantung, atau mau ngikut sini...apa namanya,
mujahidah sini. Acaranya kalo tiap hari Sabtu, awal bulan, itu acaranya
pengajian, kalo ada Habib Rizieq, Habib Rizieq yang ngisi.
Nah....minggu ini laki-laki, tergantung.
Peneliti Berarti memang gak ada sosialisasi secara rekrutmen atau secara
formal, kayak misalnya nih, sekarang kan lagi mahasiswa baru nih,
pasti lagi banyak organisasi berlomba-lomba bikin acara atau ajang
promosi di kampus. Nah FMI sendiri gimana ?
Informan Kita intinya gak maksa, ya kita bikin acara juga bikin...kita bikin acara
sebarin lewat pamflet, media, ya cuma ya itu hari ini ditempel besoknya
disobek. Intinya kita gak maksa.
Peneliti Biasanya isi pamfletnya kayak gimana bib?
Informan Hmm.......open rekrutmen aja sih, biasanya open rekrutmen, meme,
terus biasanya disebar. Ada contact person.
xxiii
Nama : Hj. Umroh
Status : Ketua Mujahidah Pembela Islam (MPI)
Hari/Tanggal : Minggu, 6 Agustus 2017
Waktu : Pukul 10.30-12.00
Lokasi : Kediaman informan
*wawancara informal, tidak semua wawancara direkam, melainkan terdapat dalam catatan
lapangan*
Peneliti MPI ini apakah sudah ada dari awal berdiri bu?
Informan Udah ada, dari FPI awal berdiri udah ada, ya...setahun dua tahun lah.
Udah ada MPInya.
Peneliti Berarti ibu termasuk generasi awal ya bu?
Informan Engga, udah banyak. Ada tiga. Ada ibu Balqis, yang orang tuanya yang
difitnah....istilahnya yang jadi difitnahnya Habib Rizieq tuh si Firza, Bu
Balqis tuh orang tuanya si Firza. Ketua yang kedua itu. Kalo saya
sendiri sih emang udah lama, ngikut-ngikut aja dulu. Ya nganterin
istrinya habib, kemana-mana gitu..
Peneliti Oh, begitu. Terus lama-lama dijadikan ketua MPI?
Informan Enggak, begitu bu Balqis gak ada baru saya ditawarin jadi ketua MPI.
Jadi gitu. Mulanya ya diajakin ngaji. Kalau suami sih gak pernah
maksa. Tapi ya kalau diajak kita mah ikut. Terus saya juga deket sama
istrinya habib, jadi ya akhirnya lama-lama mungkin saya dilihat aktif
atau bagaimana, ya pas kondisi lagi gak ada ketua saya yang diminta
sama beliau. Awalnya sih memang dari suami
Peneliti MPI ini bergeraknya di bidang apa aja ya bu?
Informan Ya macem-macem, ya kemanusiaan, ya..apa, ya banyak sih ye, kalo ada
kebakaran, bencana alam, ya banyak sih apa aja kalo kita bisa bantu ya
kita bantu.
Peneliti Oh berarti gak jauh beda ya bu dengan FPI?
Informan Iya, seringnya gabung. Kayak model waktu kemana tuh, waktu
di....kalo mau ke apa sih, ya...kita ikut, cuma kan karena kita istilahnya
anak juang ya jadi gabung aja. Kalo ada aksi juga, kayak kmrn 212 itu
saya bikin 18.000
Peneliti Apa itu bu?
Informan Nasi box
Peneliti Wah banyak juga ya....
Informan Iya, itu 212, kalo kmrn tuh yang terakhir saya ikut bikin 2000 box,
bareng sama ya...ibu-ibu sini, sama mujahidah juga.
Peneliti Wah berarti emang bener-bener ya bu....kemanusiaannya tuh jalan. Ini
dari kapan bu, MPI ini berdiri?
Informan Ya....sekitar tahun 99, cuma untuk tanggalnya saya gak terlalu ini....apa
itu gak terlalu ini ke tanggal kapan-kapannya.
Peneliti Tapi untuk struktur apa sama dengan FPI atau bagaimana bu?
Informan Sama. Ya....yang pasti kan yang pertama kita amar ma’ruf nahi
munkarnya. Amar ma’rufnya kita jalankan, nahi munkarnya ya kita
kerjain, gitu. Jadi kalo amar ma’ruf kan dengan lemah lembut, gitu,
xxiv
dengan nasihat, dengan...apa, ya pokoknya itu deh. Tapi kalo nahi
munkar, yaa...lemah lembut dulu. Gak langsung bak bik buk gitu. Nah
kalo orang-orang kan tahunya FPI tuh dari media, dari TV, kalo FPI tuh
keras, kayak model nih kalo ada kemaksiatan gitu, tahu-tahunnya pas
lagi mecahin botol, pas lagi apa. Tahunya pas kayak gitu, padahal untuk
ngelakuin itu butuh proses paling cepet tiga bulan.
Peneliti Paling cepet tiga bulan?
Informan Iya, itu pun ada yang lapor dulu. “Bib, di tempat saya, saya resah nih,
gini...gini....gini...”(misal menjelaskan keadaan lingkungannya kepada
habib). Nah yaudah minta tanda tangan aja yang merasa resah. Nah
kalo udah habib ajuin deh. Pertama kemana, ke lurahnya, bisa gak. Ke
camatnya bisa gak nih ada warganya seperti ini. Kalo udah sampe ke
Polsek, Polda, sampe ke gubernur, bisa gak...kalo misal lihat ada tempat
maksiat. Dikasi peringatan dulu beberapa kali. Nah kalo misalkan ga
mempan, baru deh kalo masih buka, maka siap diacak-acak. Nantang ya
apa boleh buat, kita acak-acak. Die jual kite beli. Cuma gitu ya pas lagi
ngacak-ngacaknya yang tahu-tahu ada. Ya itulah media itu.
Peneliti Bu, biasanya kalo MPI ada ta‟lim gak bu? Yang terpisah dari bapak-
bapaknya?
Informan Nih sama saya.
Peneliti Biasanya berapa kali bu kajiannya?
Informan Kalo di Petamburan ya....di warga sini aja, ibu ya hampir sebulan
sekitar 20 kali. Mungkin ya kurang lebih 20 kali.
Peneliti Itu eksternal boleh ikut atau khusus internal kajiannya bu?
Informan Umum, gak khusus siapa aja boleh ikut. Tapi ibu kajiannya gak khusus
bedah kitab, tapi yaa nasihat-nasihat aja. Di Al-Islah. Kalo Senin, nih
kan biasanya ada di rumah H. Lulung, cuma saya gak ceramah.
Peneliti Oh berarti tempatnya pindah-pindah ya..?
Informan Pindah-pindah. Kayak ini kan di Al-Islah, waktunya abis dzuhur, Selasa
ada dua Selasa, Rebo ada tiga, Kemis ada dua, Jumat ada dua, Sabtu
ada dua. Cuma ini pada belom buka semua.
Peneliti Di dalam MPI ada remaja juga?
Informan Ada
Peneliti Terus ikut kajiannya juga sama-sama di MPI juga bareng ibu-ibu?
Informan Iya, sama. Kayak ini kan mau milad nih, itu kan nanti biasanya yang
remaja yang jadi panitia. Kalo udah yang tua-tua mah, gak capek,
duduk manis.
xxv
Nama : Pak Herman
Status : Kepala Departemen Organisasi
Hari/Tanggal : Rabu, 27 September 2017
Waktu : Pukul 13.30
Lokasi : Kediaman informan
Peneliti Boleh saya tahu sebelumnya posisi bapak di FPI?
Informan Kepala Departemen Organisasi
Peneliti Kalau masuknya dimana nih pak? DPP atau....
Informan Iya, di pusat. Karena di tingkat provinsi, kabupaten kota, kecamatan
maupun kelurahan itu gak ada kepala departemen. Adanya di tingkat
pusat. Yang membantu langsung ke ketua bidang organisasi.adapun di
provinsi , kabupaten kota, kecamatan, terus kelurahan, itu adanya wakil.
Ketua itu hanya ada di tingkat pusat.
Peneliti Ketua departemen tadi?
Informan Kepala departemen. Kalo ketua bidang itu adanya di tingkat pusat. Di
bawah tingkat pusat itu wakil ketua. Jadi kalo ada orang di daerah
bilang saya ketua bidang organisasi, gak ada. “Saya ketua bidang
dakwah, gak ada itu.” Karena ketua itu hanya ada di tingkat pusat.
Peneliti Berarti ketua bidang di bawahnya ketua bidang organisasi?
Informan Iya, saya. Di setiap provinsi itu wakil. Tapi gak ada departemen.
Peneliti Berarti wakilnya aja?
Informan Iya. Penyebutan untuk pengurus tingkat provinsi, kabupaten, kota,
kecamatan. Karena hampir 98% provinsi Banten khususnya itu udah
ada FPI sampai tingkat kelurahan. Jadi, yang diambil di skripsi tentang
apa nih? Perektrutan ya?
Peneliti Iya, perekrutan, strategi perekrutan. Saya pakai teori jadi apakah
organisasi ini face to face dalam nyebarin idenya? Atau misalnya face
to face ke orang tapi lewat media kaya acara-acara
Informan Kalau face to face berarti gini gitu, dari rumah ke rumah gitu?
Peneliti Iya, bisa juga. Makanya diteliti soalnya gak semua face to face kaya
gitu
Informan Ya bisa langsung aja. Ni banyak ya persepsi ya, senior-senior itu
ngomong. Bahkan habib rizieq pernah mengutarakannya,bahkan senior
saya sendiri ngomong ini sebagai ketua ya, FPI itu ibarat kaya orang
masuk masjid, mau ibadah syukur mau enggak ya udah. Jadi gak ada
paksaan, artinya selama i‟tikad, niat baik, ikhlas, mau berjuang, mau
membantu saudaranya yang terzhalimi ya, ya masuk aja. Cuma dengan
kriteria, artinya mengikuti segala aturan yang ada. Dulu zaman saya,
saya sebelum di DPP saya di tingkat kecamata sebagai sekretaris.
Enggak lama berhubung saya deketkan, saya sering aktif di
kemanusiaan, saya masuk tuh, ke kabupaten kota. Enggak lama, saya
direferensi-in untuk di jajaran kelaskaran
Peneliti LPI ya?
Informan Iya. Saya diminta menjadi kepala staf operasional membawahi seluruh
kelaskaran di Indonesia. Saya kan bingung itu kan, semua saya pelajari
xxvi
itu, SOP-nya, segala macam, trus ditambah saya sering keluar kan, terus
ke bencana alam, bahkan bencana alam itu waktu di Yogyakarta itu
banyak perwakilan-perwakilan dari berbagai daerah ke situ, karena saya
membawahi 500 personel. Di kemanusian itu. Bahkan dulu, waktu di
Aceh, 2004, itu 1300 yang dibawahi.
Peneliti Dari seluruh Indonesia?
Informan Iya, dari seluruh Indonesia maksudnya. Tanpa digaji, apa adanya
Peneliti Tapi, dananya gimana pak? Ongkos ke sananya?
Informan Kan kemarin pemerintah menyediakan kapal EGON*, kapal besar dari
pemerintah itu. Ya dari situ aja itu. Bahkan kemarin di Aceh sempat
dibantu oleh baitul mal. Karena dari cerita temen-temen yang ada di
Aceh itu yang namanya jenazah ada yang putus, ada yang ketinggalan
cincin, gelang, kalung, anting, kita tuh dari FPI sepakat bahwa apa yang
kita temukan kita kumpulkan, kita kasih ke baitul mal. Itu kita lakukan.
Dan FPI di sana itu setahun lebih dan anak-anak kita banyak yang nikah
sama orang Aceh. Ya.. yang ditinggal orang tuanya meninggal, yang
gak ada sanak famili. Ada senior saya di Aceh masih di sana sampai
sekarang, nikah sama orang Aceh. Ya, jadi ya kita itu sepakat bahwa
baitul mal itu membantu perjalanan FPI di Aceh ketika misi
kemanusiaan. Soalnya kalau setahun, gimana bertahannya? Duit dari
mana? Siapa yang nanggung?
Kalau perektrutan, apa ya... lahir gitu aja lho. Kita datang ke FPI, ngaji,
trus dia ngomong nih, di setiap kecamatan, kabupaten kota, dia datang
ke pengurus masing-masing, ya kan, kami datang untuk mendaftarkan
diri ke organisasi. Ya gitu aja, tapi ya ada kriterianya.
Peneliti Berarti, bisa tertolak dong kalau daftar?
Informan Iya bisa juga. Bab fiqh harus tahu, bagaimana tata cara berwudhu,
bagaimana halal-haram, bagaimana tata cara shalat, terus harus
mengikuti kegiatan ta‟lim yang disepakati, kalau itu enggak ke-isi, ya
mohon maaf... dari ulang lagi, harus diulang lagi. Dulu saya juga
begitu, sama. Saya bahkan tiga bulan uji cobanya. Uji coba tiga bulan
ta‟lim. Uji coba tata cara bagaimana cara membaca Quran. Bagaimana
mengenal fiqh air, berwudhu, thaharah, mengenal bab najis. Jadi
kayanya naif gitu ya... kalau disebut anggota FPI, tapi dia gak bisa
ngaji. Kan repot... Front Pembela Islam disuruh ngaji, gak bisa...
gimana tuh? Yang denger kan juga gak enak juga. Dan itulah yang
diharuskan oleh kita. Apalagi mohon maaf ya, kita ini, di jajaran kita,
kepengurusan, ketemu dengan tokoh-tokoh ulama. Saya dulu juga
sempat minder kok. Apa saya mampu? Cuma, ya sudah lah.. yang
namanya amanah. Bahkan saya tu.. gak pernah berfikir jadi pengurus di
DPP. Enggak berfikir, gak mimpi, kenapa? Karena beban morilnya
berat. Karena mohon maaf ya, kita nih, sebagai manusia, pasti yang
dilihat kesalahannya, apalagi sebagai aktivis. Itu dilihat banget. Gak
usah lah kita judi, zina, atau minum khamr, bagi laki-laki aja, keluar
pakai celana pendek di atas lutut jadi omongan itu, ya kan? Di situ aja
kita dilihat. Terus balik lagi ke keluarga, kita bisa nasehati orang, tapi
xxvii
keluarga kita belum. Kan itu repot juga. Ini yang jadi cambukan buat
kita. Seperti apa yang disampaikan dalam hadits: dimulai dari kita baru
orang lain. Nah begitu semua, di luar, tantangannya juga begitu. Di luar
tantangan kita begitu. Mohon maaf, saya bersyukur ya, saya gak pernah
bermimpi di FPI ini, dan saya gak pernah bermimpi bisa keliling
Indonesia. Tapi ketika di FPI saya bisa keliling Indonesia. Saya gak
pernah tahu yang namanya pulau Kalimantan, pulau Sulawesi,
Sumatera, gak pernah saya tahu. Tapi alhamdulillah di FPI, bahkan
kemarin saya baru pulang dari Bangka Belitung. Terus, di Provinsi
Banten tujuh kabupaten kotanya saya yang bentuk, se-Provinsi Banten.
Mulai dari Lebak Selatan, perjalanan dari Lebak Selatan menuju
Serang, itu hampir 7 jam jalan darat. Begitu juga di tempat lain, yang
gak bisa diakses lewat jalur udara. Jalan dari kampung ke kampung,
mereka semangat membentuk FPI, kita kasih tahu kriterianya begini
lho. “Harus begini...” dan orang yang mau masuk FPI itu harus melalui
verifikasi yang secara internal dilakukan oleh FPI. Jadi... dibilang
serem, enggak. Dibilang enggak, ya memang begitu. Makanya saya
maklum lah, sama orang-orang di luar FPI. Gak usah lah orang lain
yang gak kenal, saya punya kawan. Kawan yang mondok sekian tahun
kita temenan. Dia caci maki saya, bilang DPI begini lah, begitu lah.
Kebetulan dia ada di salah satu, ada lah... bukan organisasi. Kebetulan
dia dakwah juga kan. Saya bilang gini: “Ente ketemu ane udah lama
malah caci maki gini gini, aturan ente kasih hadiah sama ane.” Segala
macam lah dia ngomong, artinya dalam makna negatif lah, dia omogin.
Saya cuma ngomong gini: “Ane gak marah ente caci maki FPI di depan
ane.”
Terus kebetulan di rumah dia lihat ada foto Habib Rizieq. Saya nanya
sama dia, “Ente tahu berita FPI brutal.....gak bener itu dari mana?”
“Dari TV.”
Saya tanya sama dia, “kita di dalam Quran diajarin, ketika ada suatu
kabar trus kita gak tahu pastinya gimana, kita diharuskan tabayyun. Tu
Quran tuh yang ngajarin. Ente mondok di mana? Berapa tahun ente
mondok? Masa gak ente pake.”
Berkelit juga akhirnya saya ceritain, “dulu ane juga mikir kaya gitu
waktu di luar FPI. Tapi begitu ane masuk, begini kronologinya...”
(Dia) sampai minta maaf sama saya, sampai cium tangan sama saya.
Cuma saya gak mau, kecuali bagi duit baru saya mau (bercanda).
............................................................................................
Memang begitu, memang kita itu kalau mau ngenal orang itu kita gak
usah cerminin orang deh, gak usah, diri kita aja. Sejauh mana kita
dinilai orang lain. Sekarang mohon maaf, kalau kita dinilai orang lain
xxviii
padahal kita gak melakukan, gak mau juga kan? Lah kita harus begitu.
Dan ini bisa dibuktikan, dengan apa? Berapa banyak jangankan orang
di luar Islam itu sendiri, orang di luar Islam dateng kepada Habib
Rizieq mau tahu FPI itu kayak gimana. Tahukan yang namanya Jaya
Suprana? Tahu kan? Beliau orang apa..?
Peneliti Non Islam?
Informan Non muslim kan? Begitulah dia cintanya pada Habib Rizieq, karena
dijelaskan. Dan beliau sempat datang ke Petamburan saat pengajian
bulanan. Saat itu yang mengisi Habib Rizieq, dan beliau diberi
kesempatan untuk menyampaikan uneg-uneg apa yang beliau terima
dulu. Dia cerita sendiri, “Saya menganggap FPI itu brutal, keras,
radikal, anarkis, tapi setelah saya datang ke markas FPI, rupanya
lembut-lembut orangnya ya.” Itu pak Jaya sendiri yang ngomong lho,
bukan diada-ada ya. Bahkan Habib Rizieq pernah diundang di salah
satu acaranya di TVRI itu, dijelaskan apa yang disebut man ro aminkum
munkari...... bagaimana ketika kita melihat kemungkaran, di Islam kan
diajarin gitu, kalau kita sanggup ya jalanin kita cegah dengan tangan
kita, bukan berarti kita ribut ya. Tapi kita jauhkan mereka dari maksiat,
kalau gak sanggup fainlam faiya fabilisan, kita gak sanggup nih? Ya
kita dengan suara kita, dengan lisan kita. Gak sanggup lagi? Fa bii
qolbi... dengan hati kita, dengan berdoa. Tapi jangan lupa dengan
kalimat wadzaalika an anhu iman itu, kalau kita melihat kemungkaran
hanya dengan doa, itu selemah-lemahnya iman! Itu iman yang paling
lemah itu. Padahal secara hakiki yang namanya diam itu harus ada
pengetahuan. Bukan dengan kekuasaan, apa pun yang kita mampu.
Bukan kita harus jadi pejabat dulu, bukan. Maksud saya tuh di situ.
Makanya bicara rekrutmen, ya begitu dinamikanya FPI itu. Gak semua
orang bisa masuk. Artinya apa, harus tahu dulu tuh bab berwudhu, bab
sholat...
Peneliti Itu sebelum masuk berarti...?
Informan Iya...kan nanti kan resmi itu. Ada dikeluarkannya kartu anggota, kartu
anggota resmi FPI nanti dikeluarkan.
Contohnya begini ya, bukannya saya mempersulit, seandainya dia mau,
yakin niat ikhlas mau masuk FPI, dibimbing itu, dengan adanya taklim
itu. Makanya di setiap program kita, baik yang ada di kabupaten kota,
kecamatan maupun kelurahan, diwajibkan adanya taklim. Minimal satu
pekan sekali. Saya aja gini hari masih kok.
Peneliti Kalau untuk di Tangsel seminggu berapa kali?
Informan Ada. Kalo setahu saya sepekan sekali. Itu malam ahad atau malam
senin ya.
..........................................................................................................
Jadi, kalau bicara soal rekrutmen, di kita itu biasa aja kok. Gak serumit
apa yang dibayangkan. Yang penting satu catatannya, ikhlas, mau
berjuang. Arti di sini mau berjuang adalah dalam koridor yang
ditetapkan, gak semata-mata begitu ya kan. Apalagi untuk nyari jati diri
FPI, nyarinya gak usah jauh-jauh, kemanusiaan. Di bidang
kemanusiaan itu baru tahu, baru ngerasain tuh. Jadi kalau suatu saat ada
xxix
caci maki lagi, pasti gondoknya lebih dari kaki tangan ini. Karena kita
ngerasain langsung di lapangan. Saya pernah tuh ninggalin keluaga,
sebulan....dua bulan. Gak ada yang gaji, pake duit sendiri, siapa yang
mau gaji? Tapi Insyaallah rizki tuh pasti datang.
...........................................................................................................
Kita tuh intinya bicara rekrut, intinya gak serem. Begitu juga sama,
mohon maaf kalau kita gak kenal dengan ya pasti sama. Mohon maaf
nih, saya main nih ke UIN, saya ngobrol sama mahasiswanya yang
brengos-brengos, ah tapi biasa aja. Karena kita apa? Kita melihat dari
sisi dzohir. Kita melihat dari penampilan luarnya aja. Sama ketika
pertama kali kita main ke kantor FPI, apa yang terpikir? Bener gak?
Serem gak? Tapi begitu masuk ketemu Pak Uban gimana? Pak
syahrozi..? Saya bilang, saya sebut dia itu adeknya Pak Hatta Rajasa.
Pak Haji satu itu. Serem kan? Tapi begitu udah deket gimana? Biasa
aja...
............................................................................................................
Peneliti Terus kalau bapak sendiri dulu kok bisa masuk FPI bagaimana pak?
Ada yang ngajakin atau bagaimana?
Informan Ya...saya sih, ada dulu itu guru saya, yang saya hormatin banget dulu.
Tapi emang beliau sih gak ngajak khusus gitu lah, cuma karena saya
juga suka, seneng, ya dan bagus juga ya kenapa enggak.
FPI itu ibarat kaya orang masuk masjid, mau ibadah syukur mau
enggak ya udah. Jadi gak ada paksaan, artinya selama i‟tikad, niat baik,
ikhlas, mau berjuang, mau membantu saudaranya yang terzhalimi ya,
ya masuk aja. Cuma dengan kriteria, artinya mengikuti segala aturan
yang ada. Dulu zaman saya, saya sebelum di DPP saya di tingkat
kecamata sebagai sekretaris. Enggak lama berhubung saya deketkan,
saya sering aktif di kemanusiaan, saya masuk tuh, ke kabupaten kota.
Enggak lama, saya direferensi-in untuk di jajaran kelaskaran
xxx
Nama : Ibu Suryani
Status : Ibu Rumah Tangga (Warga sekitar markas FPI)
Hari/Tanggal : Jumat, 22 Desember 2017
Waktu : Pukul 15.00-16.00
Lokasi : Kediaman informan
Peneliti Sebelumnya ibu pernah ikut gabung pengajiannya FPI?
Informan Ya, setiap bulan
Peneliti Yang hari Minggu atau hari Sabtu?
Informan Sabtu
Peneliti Yang hari Sabtu, berarti sama Hj. Umroh ya?
Informan Iya
Peneliti Tapi ibu gabung ke Mujahidahnya gak bu?
Informan Ikut pengajiannya aja, simpatisan
Peneliti Kadang kalo aksi-aksi gitu suka ikut gak bu?
Informan Iya, kalo gak sakit, kalo badannya sehat ya ikut.
Peneliti Kayak kemarin reuni....?
Informan Iya, ikut
Informan Kalo lagi gak sehat kan suka gak kuat jalan, jauh-jauh
Peneliti Ikut taklim gitu disuruh suami atau memang mau ikut sendiri bu?
Informan Ikut sendiri aja, suami mah gak nyuruh-nyuruh begitu. Kita sendiri aja
Peneliti Ibu sudah lama tinggal disini bu?
Informan Sudah lama
Peneliti Terus, berarti ibu tahu bagaimana kondisi sebelum ada FPI di
Petamburan dan setelah ada FPI di sini dong bu?
Informan Ya...gitu gitu aje, biasa-biasa aja
Peneliti Kan denger-denger katanya banyak yang masuk ke FPI tapi dulunya
preman gitu bu gimana bener gak bu?
Informan Ya, kan misalnya nih, preman terus masuk ke FPI, tapi harus berubah
dulu, mau ngaji dulu...
Peneliti Oh, kalo ibu-ibu di sini banyak yang ikut ngaji gak bu?
Informan Banyak, hampir semua
Peneliti Itu dajakin dari RT atau......?
Pada ikut sendiri, gak ada yang nyuruh-nyuruh. Kalau demo,
apa.....sendiri gak ada yang nyuruh. Dari jauh-jauh dari daerah, ongkos
sendiri. Paling ya kita pada bantuin masak gitu buat makanan.
Peneliti Berarti kalo masak-masak untuk konsumsi gitu, apakah ibu-ibu sini
juga suka bantu?
Informan Iya, bikin juga kita kalo aksi-aksi.
Peneliti Dananya darimana bu? Gimana bu?
Informan Ya kan dari sumbangan orang-orang dananya ada
Peneliti Dapet sesuatu bu? Dibayar gitu barangkali atau dapet apa gitu?
Informan Engga. Ya dateng aja bantuin. Kalo pun dapet paling dapet ya ada sisa
nasi lebih, beras, Alhamdulillah, kalo ga ada ya udah gak apa-apa.
Peneliti Kalo di RT sini FPI suka ngasih semacam pengumuman untuk
pendaftaran masuk FPI gak bu ke warga-warga sini?
xxxi
Informan Enggak ada sih. Gak ada kalo gitu-gitu. Yang ada malah kalo mau
daftar ke Palestin, itu ada diumumin. Siapa-siapa aja yang mau ikut.
Peneliti Oh, ada pendaftarannya bu? Banyak bu yang ikut?
Informan Banyak, ya cuman kan yaa ada syaratnya. Harus juga pamit, izin sama
keluarga, sama orang tuanya. Gak cuman main ikut-ikut aja. Ada tuh
kemarin juga yang anaknya ikutan daftar berangkat ke Palestin, rame
itu
xxxii
Nama : Ali Seto
Status : Pengurus Badan Amil Zakat FPI
Tanggal : Rabu, 20 September 2017
Waktu : Pukul 16.00 – 17.30
Lokasi : Kampus Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Bagian awal, perkenalan dilewati (tidak ditulis)
Narasumber Ini tentang apa sih ceritanya?
Peneliti Saya ambil tentang perekrutan FPI, tapi disini saya mau lihat
bagaimana awal mulanya bang Ali bisa mengenal FPI atau ketemu FPI
?
Informan Sampai simpatisannya banyak kayak sekarang ini?
Peneliti Iya, boleh. Atau cerita gimana bang Ali bisa gabung
Informan Kalo saya baru. Saya itu, simpatisan dari SMA. Dari SMA tahun 2007.
Saya udah simpatisan tuh kelas 2 SMA, posisi di Jawa dan gak pernah
berinteraksi dengan orang-orang FPI.
Peneliti Jawanya di Jawa mana?
Informan Tegal
Informan Gak pernah berinteraksi dan banyak tahu FPI itu dari media, berita
segala macem. Makanya bingung juga, ketika seorang muslim itu sudah
ditanamkan jiwa perjuangan, itu memang udah suka. Mau didesain
kayak apa di media, mau buruk beritanya segala macem itu tetep aja
suka. Itu mungkin dari pendidikan dari orang tua salah satunya. Emang
yang kedua, memang aktif di silat. Jadi yang suka ditayangin itu kan
yang bak buk bak buk gitu-gitu kan? Yang keras-keras ya kan? Cuma
kalau dilihat-lihat momen-momen itu tuh apa motifnya, apa asal gebuk
gitu, atau ada apa. Jadi disitu. Jadi gitu, memang suka semangatnya
disitu.
Dari banyak pula yang lain kayak buku-bukunya juga ada, kayak buku
Hitam Putih FPI juga ada, kisah anak SMA yang dulu sering tawuran
juga ada. Terus akhirnya diluruskan, diarahkan yang bener gitu biar gak
kayak gitu.
Jadi memang sudah ada ghirah perjuangan seperti itu. Membela seperti
itu. Saya justru gak pernah berinteraksi sama anggota FPI, justru saya
dari media, tapi saya bisa. Saking cintanya...sama kayak gini. Saya dari
skripsi masuk. Kuliah di UIN, fakultas Syariah dan Hukum, saya
beberapa kali gak sreg dengan judul, terus inisiatif cari yang berkaitan
dengan FPI. Sebenernya salah juga sih, saya suka sama organisasi ini,
tapi dibikin skripsi. Skripsi itu kan masalah sebenernya. Ya kan? Tapi,
ini gimana lagi ya, yaudahlah gak apa lah. Cuma gak ada niatan atau
mimpi ketemu dengan petinggi atau pengurus dari FPI itu gak ada.
Emang saya suka aja. Makanya alhamdulillah adek kelas itu di ilmu
hukum ada habaib.
Peneliti Di UIN?
Informan Di UIN Fakultas Syariah. Saya kan emang deket sama dekan waktu itu,
karena waktu itu saya aktif di HMI, jadi link-link relasi senior itu saya
dibantu, makanya pas saya ngajuin judul itu, dekan plus pembimbing
xxxiii
akademik itu mengusulkan, mengasih rekomendasi, “Oh yah..itu anak
ilmu hukum ada.” Kalau saya anak Peradilan Agama. “Anak ilmu
Hukum di bawah Seto ada, dia anak FPI aktif,” Yaudah saya dikasih
kontaknya terus ketemu, ngobrol, dia ternyata di FMI, Front Mahasiswa
Islam.
Peneliti Oh....Habib Ali?
Informan Iya, Habib Ali. Habib Ali, kita ngobrol macem-macem, ya..tanya
jawab, dikasih nasihat motivasi segala macem, cepet lah. Karena dia
juga bisa baca saya maksud dan tujuannya apa. Kalo saya masalah FPI
yang saya angkat tentang masalah hukum keluarga Islam. Jadi, gimana
menurut saya itu dilema, di masyarakat itu yang sering dipublikasi
masalah yang sering diangkat itu masalah pornoaksi, pornografi, miras,
perjudian segala macem. Menyangkut PERDA segala macem.
Peraturan pemerintah, peraturan daerah segala macem, tapi mana nih
mengenai hukum keluarga Islam? Padahal banyak, saudara-saudara kita
yang nikah beda agama boleh, terus mengenai pembagian waris segala
macem, nah ini gak pernah dipublikasi nih, nah saya tembak ke arah
situ. Saya wawancara-wawancara, tapi Alhamdulillahnya wawancara
saya dimudahkan dulu waktu itu. Langsung ke ketumnya FPI langsung,
bukan ust. Sobri waktu itu, Habib Mukhsin, Mukhsin Alatas, saya udah
wawancara tuh, pernah saya kemalingan tuh. Di kosan. Wah namanya
hasil wawancara gitu kan penting kan. Dan lupa juga. Nah ini akhirnya
saya wawancara lagi tuh, sama waketum. Dan Alhamdulillah
dipermudah. Waketumnya mau nemuin. Makanya dipermudah. “Mas
Seto dimana nih? Saya udah di Petamburan.” Saya ditungguin. Udah,
selesai, sama Habib Ali, udah selesai. Dipermudah. Gak ada masalah,
ya mungkin karena status dari pembimbing juga ya, disupport.
Nah, abis itu masuk tuh perjuangan dulu di pengajian malam kamis,
terus juga saya diajak sama Habib Ali, “Ayo ke Megamendung,”
pengajian ya...ada habib lah. Masih ada Habib Rizieq waktu itu, imam
besar. Nah di FMI tu, saya bagian advokasi. Berapa tahun, 2014 saya
masuk, ikut diklat juga, ikut kepemimpinan syariah, 2015, 2016....2016
kemarin awal saya dilempar bukan di mahasiswa lagi, saya dilempar
masuk ke badan amil zakat. Berhubung udah gak kuliah lagi, karena
kayak Habib Ali kan juga sebenernya udah gak kuliah. Dilempar,
masuk ke badan amil zakat, sekretaris. Saya sekretarisnya, besannya,
Habib Rizieq. Besannya habib yang ketiga. Yang abinya Hanif, yang
sekarang udah pulang dari Yaman, saya dilempar tuh, karena Habib
Abdurrahmannya sendirian, ngurus zakat sendirian, kasian, makanya
saya dilempar tuh. Ya bantu-bantu lah.
Peneliti Berarti berawal dari FMI sebelumnya?
Informan Iya, dari FMI dulu, banyak kalo dari FMI itu rata-rata kalo ada....Cuma
kalo dari akhwat gak ada, gak boleh. Banyak sebenernya yang pengen
masuk itu dari Banten, Sumatera, kalo akhwat masuknya mujahidah,
MPI. Banyak yang pengen masuk, cuma dari pusat kita ngelarang.
Apalagi Front Santri Indonesia itu, tadinya Habib Hanif, mantunya
Habib Rizieq, mantunya yang ketiga, tadinya dia FMI Yaman. Dia FMI
xxxiv
Yaman, juga sangat menolak akhwat masuk FMI. Jadi perjalanannya
gitu, perjalanan abang ini sebelum masuk FPI lebih ekstrem. Kayak ada
kegalauan dalam hati, kok begini perjuangannya, kok ngumpet. Kalo
lihat FPI tuh, ini kan kita buka-bukaan ya. Ngelihat FPI itu terbuka
pakai atribut, berani, ditangkep ya ditangkep, habib aja pernah
dipenjara 2 bulan, tahun 2008. Nah saya gak cocok nih ngaji ini, udah
saya keluar, akhirnya saya masuk nih di FPI. Tapi itu udah kuliah-
kuliah semester akhir, itu masa-masa kuliah semester akhir masuk FMI.
Ya...kalo bicara organisasi banyak, temen saya juga banyak, temen saya
dari Hizbut Tahrir banyak, dari KAMMI banyak, LDK, banyak lah.
Yang di kampus tuh banyak. Malah tarik-tarikan sama Hizbut Tahrir
juga dulu. Perjalanan saya kalo di FPI begitu, karena ghirah semangat
juang, membela diri, ya apa ya...ya emang kita diperintah untuk
membela agama. Ya, motivasinya ya untuk membela agama, ya itulah
pondasi. Tujuan, cita-cita, ya itu. Cuma ya harus sesuai prosedur. Kalo
bicara perjuangan FPI sesuai prosedur. Jadi, kalau lihat ekspos berita di
media, jebrat-jebret-jebrat-jebret, berita di media ini, emang gak adil.
Ketika kemanusiaan gak ada yang diliput, FPI gak ada yang diliput, di
Merapi gak ada yang diliput.
Peneliti Berarti di posisi badan amil zakat itu sendiri terbilang baru atau udah
lama bang?
Informan Udah lama, udah lama cuma gak dari awal memang. Mungkin
2000....Munas itu tahun berapa ya, 2005 atau 2006 lah.
Peneliti Berarti kalau ditotal resminya bisa bergabung sama FPI ini sudah
berapa tahun?
Informan Kalau resminya saya 2014
Peneliti Resmi itu maksudnya?
Informan Sudah anggota
Peneliti Oh kalau sebelum itu..?
Informan Simpatisan.
Peneliti Tugas badan amil zakat ini tugasnya sebagai apa bang?
Informan Ya..yang namanya badan amil zakat ya kayak ngurus zakat biasa, ya
kayak badan amil lainnya gitu
Peneliti Oh...ya berarti ga jauh beda kayak badan amil yang di masjid-masjid ya
bang
Informan Iya, ya intinya sama lah kayak badan amil zakat pada umumnya, Cuma
bedanya ya kita badan amil zakat yang atas namanya atas nama FPI
xxxv
Nama : Bapak Syahrozi
Status : Pengurus DPP FPI
Tanggal : Senin, 4 September 2017
Waktu : Pukul 16.00 – 17.30
Lokasi : Kantor DPP FPI Petamburan (Wawancara dilakukan secara informal
sehingga data wawancara berupa catatan lapangan dan sebagian rekaman suara)
Peneliti Bapak sudah lama di FPI?
Informan Ya...bisa dibilang saya di FPI ini belum terlalu lama. Masih baru lah ya
Peneliti Oh sejak kapan pak?
Informan Saya itu awalnya gak suka sama FPI. Tapi karena ketidak sengajaan,
saya diajak temen saya, ya, saya ngelihat Habib Riziq secara langsung,
diskusi. Oh...ternyata begini ya FPI
Peneliti Tahun berapa itu pak?
Informan Bisa dibilang ya..2009 lah
Peneliti Oh, kalau untuk anggota FPI sendiri berapa pak kira-kira?
Informan FPI itu bisa dibilang ya...ke tiga lah. Ketiga setelah NU, lalu
Muhammadiyah, baru FPI. Jadi, kalau ada wartawan yang nanya
tentang jumlah anggota FPI, ya kita ketiga setelah dua tadi, NU dan
Muhammadiyah. Kalau mau dibilang seratus ya boleh, seribu ya
boleh...ya gitu lah yang penting pokoknya ada anggotannya, kita ketiga
setelah dua organisasi besar tadi.
*Dikarenakan proses wawancara informal, ada beberapa bagian
percakapan yang tidak masuk ke dalam inti wawancara
Peneliti Kalau pesantren Al-Umm yang disebutin tadi apakah ada hubungannya
dengan DPC FPI atau cabang lainnya pak?
Informan Kalau Al-Umm itu ya hanya pesantren yang kebetulan dimiliki oleh
anggota sekaligus pengurus FPI. Pimpinannya itu KH. Bahrul An‟am,
itu jabatannya sendiri sebagai ketua majelis syuro di FPI. Terus di
Ciseeng misalnya ada pondok pesantren juga, punya anggota FPI yang
jabatannya sebagai ketua umum. Nah itu mereka ya memang pimpinan
pesantren, tapi gak ada hubungannya sama FPI. Tapi, kalau mereka
mau ada kontribusi, mau ada bantu dari pesantren ya, silahkan. Tapi
intinya kita sih gak itu, gak ada kaitannya sama FPI.
Jadi kalau kita balik ke 2013, jadi sistem kepemimpinan FPI itu sudah
berubah, yang tadinya Habib Rizieq sebagai ketua umum, kemudian
beliau menjadi imam besar FPI.
Peneliti Kalau sebelumnya bukan imamah, berarti sistem sebelumnya
bagaimana pak?
Informan Ya, biasa aja. Yang dulu habib itu sebagai ketua umum FPI, nah
sekarang ya...beliau sebagai...ya monitoring aja. Beliau sudah tidak
bicara teknis, ya beliau kasi nasihat, kasi masukan, didikan. Makanya
mau dimana pun beliau gak ngaruh gitu, yang penting komunikasi
jalan.
Udahlah gitu kan dulu sebelum diubah itu, FPI terkenal sebagai
xxxvi
organisasi figur. Jadi hanya Habib Rizieq, Habib Rizieq aja, makanya
harus diubah. Biar gak jadi organisasi figur, makanya diubah jadi
sistemnya imamah.
Nanti kalau mau mungkin bisa saya rekomendasikan ke DPC, karena di
DPC yang lebih tahu. Apalagi ini terkait rekrutmen kan.
Peneliti Oh, berarti urutannya sampai DPC ya pak? DPP, DPD, DPW, DPC
Informan Iya, DPP, DPD, DPW, DPC..
Peneliti Di Ciputat sendiri DPC nya ada gak pak?
Informan Ada, tapi sekarang sedang mau ada peremajaan.
xxxvii
Nama : Umi Syarifah
Status : Pengurus Mujahidah Pembela Islam
Tanggal : Selasa, 26 September 2017
Waktu : Pukul 10.00 – 10.15
Lokasi : - (Wawancara dilakukan via telepon)
Peneliti Assalamualaikum, dengan umi Syarifah?
Informan Waalaikumsalam, ya betul..
Peneliti Saya Ayu, mahasiswa dari UIN, saya mendapat rekomendasi dari Hj.
Umroh, untuk mewawancarai umi untuk keperluan skripsi saya.
Informan Oh iya. Memang tentang apa skripsinya?
Peneliti Saya neliti tentang strategi perekrutan FPI umi.
Informan Oh, ya ya ya..jadi apa yang kira-kira mau ditanyakan?
Peneliti Baik umi. Boleh saya tahu sejak kapan umi ada di FPI atau MPI ya bu
berarti kalau akhwat?
Informan Iya betul. Tapi ya bisa dibilang saya belum terlalu lama masuk MPI. Ya
karena awalnya suami sih yang duluan memang pengurus kan.
Peneliti Oh, suami umi pengurus juga ya um.
Informan Iya
Peneliti Terus umi kok bisa mau masuk ke FPI bagaimana ceritanya um?
Informan Ya, kan kita sebagai umat Islam memang wajib amar ma‟ruf nahi
mungkar, terus juga suami saya memang di FPI, jadi gak ada salahnya
kalau saya juga ikut MPI, karena di FPI itu kalau untuk perempuan
tempatnya di MPI
Peneliti Jadi lewat suami ya umi kenalnya sama FPI.
Informan Ya, bisa dibilang gitu lah. Lagian juga ga ada jeleknya juga kan ikut
ngaji, toh juga suami saya aktif di situ juga.
Peneliti Kalau di MPI sendiri umi sebagai anggota atau pengurus?
Informan Ya anggota itu ya pengurus juga. Ya awalnya ya ikut aja ngaji, bantu-
bantu toh selama bisa bantu kenapa enggak.
Peneliti Oh, kalau yang di Ciputat ini um? Ada juga kegiatan MPI?
Informan Kalau di Ciputat, di pesantren ini kan, memang yang ngurusnya suami.
Ya...ada juga sih kegiatan, suka ada pengajian bulanan gitu.
Peneliti Khusus MPI atau umum ?
Informan Umum, siapa aja boleh dateng. Kita ada tiap Rabu sama Jumat, kalau
yang Rabu tuh malem. Nah kalau yang Jumat, tiap jam sepuluh pagi.
Paling dzuhur lah selesainya. Kita disini kan juga banyak anak UIN,
yang pada tinggal di sini juga.
Peneliti Oh, nyantri ya um?
Informan Engga sih, cuma ya yang pada nyari kos-kosan dulu awalnya, terus
tinggal di sini, tapi juga suka pada ikut juga kalo kita ngadain pengajian.
Peneliti Oh begitu ya bu. Jadi gak diajakin khusus mereka um? Diajakin supaya
ikut ngaji?
Informan Engga sih, ya kalau mau ikut ya ikut aja. Cuma emang kan rame ya jadi
pada tahu kalo ada pengajian ya akhirnya pada ikut.
xxxviii
Nama : Ibu N
Status : Warga yang tinggal di sekitar markas / kantor DPP FPI
Tanggal : Jumat, 22 Desember 2017
Waktu : Pukul 15.00 -15.30
Lokasi : Kediaman informan (Wawancara dilakukan secara informal sehingga data
wawancara berupa catatan lapangan)
`
Peneliti Kalau boleh tahu sejak kapan ibu tinggal di sini?
Informan Saya mah udah dari kecil di sini, orang saya lahir di sini.
Peneliti Oh, berarti udah lama ya bu di sininya. Termasuk markas FPI ini, kan
ada di wilayah sini nih bu, nah itu apakah markasnya sudah ada lama
juga atau bagaiman?
Informan Kalau itu mah ya sama saya bisa dibilang duluan saya. Dulu di sini gak
kayak sekarang, dulu banyak yang mabok-mabok, judi, banyak dah
preman-preman begitu.
Peneliti Sekarang masih bu?
Informan Nah memang semenjak FPI di sini nih ya yang gitu-gitu rada
berkurang, malah sekarang ga ada kayaknya
Peneliti Itu gimana ceritanya bu bisa hilang begitu preman-preman?
Informan Ya...ya itu, diajakin ngaji, dikasi tau. Pelan-pelan gak langsung.
Awalnya ya susah. Satu orang mau, dua orang, sampe pelan-pelan
akhirnya mau tuh pada dinasehatin sama habib.
Peneliti Oh...habib Rizieq bu?
Informan Iya, habib Rizieq, kan rumahnya deket sini tuh yang gede itu, yang kalo
kesini belok, rumah habib yang lurus.
Peneliti Oh, berarti dengan adanya FPI di sini membantu bawa perubahan ya
bu. Tapi kalo di masyarakat sendiri nih bu, atau mungkin ibu sendiri,
ada gak sih bu yang gak suka, atau gak setuju sama FPI?
Informan Bisa dibilang, apa ya...ya FPI mah dari dulu gak macem-macem, paling
bikin pengajian, tabligh akbar, jadinya ya kita mah biasa-biasa aja.
Peneliti Terus kalau ada acara-acara FPI gitu ibu suka diajak atau ada yang
ngajakin bu? Atau ada arahan khusus dari RT misalnya untuk ikut
pengajian yang rutin bulanan itu?
Informan Gak ada sih kalo arahan khusus gitu, cuma ya emang ada yang ngajak
itu juga gak semua, paling yang kenal-kenal aja.
Kalo saya sendiri sih gak terlalu itu dateng ngaji-ngaji, kalo abang saya
tuh baru, dulunya dia aktif tuh ikutan di FPI. Saya sih taunya justru ya
banyak dari dia, tapi juga gak ikut-ikut juga.
xxxix
Nama : Bapak Hasan
Status : Pengurus FPI
Tanggal : Selasa,
Waktu : Pukul 13.00 – 14.30
Lokasi : Kediaman narasumber
Peneliti Begini pak, sesuai dengan judul yang saya angkat tentang perekrutan,
saya mengangkat ini karena saya lihat FPI ini aneh, dia banyak yang
musuhin tapi kok semakin lama semakin besar.
Informan Nah, kalo bicara yang musuhin FPI, orang bilang “bubarkan FPI,
bubarkan FPI!” bagi saya itu sama seperti iklan gratis buat FPI.
Saya pribadi kalo orang yang kenal saya dari lama, tahun ‟96 itu saya
kenal habib Rizieq, ‟97...‟98 terbentuk, itu pun saya belum masuk.
Habib Rizieq ngajakin saya masuk di FPI pun, saya gak mau masuk itu.
Saya gak boleh masuk organisasi masalahnya. Saya gak mau pusing
masalahnya, “ntar dulu saya gak mau beli kucing dalam karung..” Ntar
dulu, saya liat dulu segala macem, akhirnya karena habib ngelihat saya,
ngelihat kerjaan saya, akhirnya ya saya bantu.
Saya lihat segala macem memang, kejadian maksiat merajalela apa
segala macem, nah waktu itu dikasi...nah tahu kan logo segitiga FPI
itu?
Peneliti Ya
Informan Nah itu logo doktrin yang istilahnya kalo menurut habib Rizieq,
segitiga itu yang di atas penguasa, ada presiden, wakil presiden,
gubernur, wakapolri, segala macem kan gitu. Nah di kiri ini nih ada
preman, nah di kanan ini ada ulama yang mengatakan itu haq, haq, itu
bathil, bathil. Nah mungkin gak preman bisa ngasi duit ke ulama yang
mengatakan yang haq itu haq, yang bathil itu bathil? Gak mungkin kan?
Jadi preman ini, dikutip dari atas, turun ke bawah, akhirnya bantu-
bantu lah, usap-usap kyai, sementara ini, semenjak zaman Soeharto ga
pernah ada nahi mungkar, akhirnya begitu ada apa disumbang,
disumbang, disumbang, sekarang kita tanya, kalo orang udah
disumbang apa kita bakal bisa nyegah maksiat? Yang di atasnya tuh
bilang, udah lah gak usah nahi mungkar, udah amar ma‟ruf aja.
Kejadian lah itu. Oh, saya tahu saya ambil jaraklah saat itu. Itu doktrin
yang pertama saya dapat dari habib Rizieq.
Peneliti Kenal dimana pak sama habib pak?
Informan Jadi saya kenal sama habib Rizieq itu...saya gak kenal walaupun sama-
sama dari Jakarta ya, saya asli Kebon Sirih, habib Rizieq di
Petamburan, Sarinah. Saya diajak ngaji karena ada temen, waktu itu
masih kerja saya. Dari kereta diajakin kalo katanya ada habib muda,
habib baru pulang itu, waktu itu baru ngajar-ngajar biasa lah itu, belum
pakai gamis, masih pakai kain-kain biasa lah waktu, nah dikasi tahu ada
taklim di Pamulang. Habis ada taklim, baru ada tabligh, abis itu bolos.
Pas di taklim saya dengerin, beliau ngomongnya, kan termasuk yang
keras gitu. Saya demen yang gitu, gak demen sama yang lembek-
lembek gitu. Kayak sebelum habib Rizieq ada habib Syekh yang di
xl
Tanjung Priuk, habib Idrus Jamalul Lail, Hasyim Adnan, terus Syukron
Ma‟mum, itu semua era nya begitu, nah makanya pas denger ini, saya
langsung seneng, wah bagus ini. Udah gitu misal kita mau nanya ini,
udah tahu gitu jawabannya apa. Akhirnya saya ikut itu taklim-taklim,
belum ada FPI dulu, itu tahun ‟96. Jadi itu, saya sering ikut taklimnya,
darul hadits namanya, kadang-kadang ikut pengajiannya di rumahnya,
dulu rumahnya gak sebesar itu, ngontrak. Ngontrak panjang kayak
kereta gitu, jadi kalo mau kesitu misal umi lagi mandi, ya kita musti
keluar, ditutup pakai sprei. Baru punya anak dua, awal saya kenal.
Masuk di FPI, terus saya ikut segala macem, karena saya kerja, 19
tahun kerja di komputer karena jarang masuk saya dipecat, PHK.
20 tahun itu. Istri saya meninggal, abis meninggal saya nikah lagi, saya
nikah sama yang ini, eh saya dipecat. Baru punya anak bini, udah
dipecat. Tapi yaudah saya jalanin, itu udah kerja 19 tahun, paling jauh
saya taksi.
Nah itu, jadi di FPI itu saya udah hampir 20 tahun, nah di FPI itu saya
ngalamin 3 periode, 1 periode itu kan 5 tahun. 15 tahun saya pegang
sebagai bendahara ahli. Saya yang paling tua di bagian bendahara.
Kemarin di munas 1, munas 3, ditunjuk lagi, cuman saya gak mau. Ini
nih urusan uang. Kalau misalnya saya khilaf segala macem, akhirnya
saya ga mau itu. Saya ga mau megang, makanya diangkatlah dibuatlah
satu lagi, dari sekian pengurus itu nah ga ada yang jadi ketua bidang
organisasi. Nah dari situ kemudian dibentuk karena memang
sebelumnya ga pernah ada, nah saya dipilih di situ.
Peneliti Jadi sekarang bapak ketua bidang organisasi?
Informan Ketua bidang Pengorganisasian dan Keanggotaan. Lain ya pak sama
pak Herman?
Peneliti Kalo Pak Herman, dia di bawah saya. Dia di kepala departemennya.
Jadi di struktur keorganisasian, ada kepala departemen keorganisasian,
ada departemen keanggotaan. Jadi kalau untuk tingkat provinsi saya
yang mimpin, kalau untuk tingkat kabupaten, baru pak Herman.
Kalo dulu kita ngerekrut ga ada begini-begini. Nah, jadi kalo dulu misal
di kecamatan ada orang kenal dengan orang pusat, terus pengen bikin
FPI, bikin lah itu. Nanti gatau mana masuknya DPWnya, nah kan
makan ati kan kalo kayak gitu, makanya dibuatlah sistem, jadi DPP
mengeluarkan SK untuk DPD tingkat provinsi, dan DPW tingkat
kabupaten. Nah kalo DPC, dulu pusat yang ngeluarin semua, sekarang
DPC yang ngeluarin dari DPW.
Jadi semua tersistem gini, kalo semuanya terpusat, bisa gak ada di
rumah saya, karena kan banyak yang minta mau diadain FPI di daerah-
daerah.
xli
Nama : Bapak Nuryadin
Status : Warga yang tinggal di sekitar markas / kantor DPP FPI
Tanggal : Jumat,
Waktu : Pukul 15.30 – 16.00
Lokasi : Kediaman informan
Peneliti Sebelumnya saya dengar dari ibu N, sebelumnya bapak pernah ikut
FPI?
Informan Oh iya, dulu kan itu, di AL-„Umm, Ciputat, kampung utan, di pesantren
Al-„Umm.
Peneliti Dulu bapak pernah di Ciputat?
Informan Engga, saya dulu di sini, kan dulu kan markasnya sebelum di sini kan di
Ciputat dulu. Di rumahnya kyai Misbah, Misbahul Anam.
Peneliti Itu awalnya tahu FPI, diajakin apa gimana pak?
Informan Engga, kan habib di sini dulu kan penggeraknya senior. Saya juga dulu
ikut taklim sebelum dia jadi ketua FPI, beliau masih ngajar juga kalo ga
salah.
Peneliti Tahun berapa itu pak? 90 an atau 2000an?
Informan 90an kayaknya, ‟98 atau ‟99 kayaknya
Peneliti Oh...pas baru-baru terbentuk juga ya. Terus akhirnya mau gabung
gimana pak ceritanya pak?
Informan Jadi dulu saya taklim juga, ngaji di masjid sini nih. Ya di rumah juga,
ya di rumah juga sih, dulu ngajarnya di rumah-rumah juga sih. Dulu
masih pake sepeda masih jadi ustad.
Peneliti Waktu itu bapak usia berapa?
Informan Berapa ya...ada 27 an lah
Peneliti Memang ikut taklimnya habib berarti dari dulu..?
Informan Ya, ikut pengajian..
Peneliti Ikutnya itu memang mau ikut sendiri atau karena ada teman yang ikut
pak?
Informan Memang ikut aja, Alhamdulillah kan, tadinya tempat sini nih rusak lah.
Banyak yang minum segala macem, banyak yang ini, selama dia aktif
taklim di sini, mulai pudar pelan-pelan
Peneliti Oh, jadi dulu di sini tuh...seperti itu ya pak
Informan Iya, mungkin orang kesini juga takut lah. Nah akhir-akhir tahun 2000an
baru bersih sini. Gak bersih banget sih, cuma berkurang lah. Ya masih
ada yang ngumpet-ngumpet lah.
Peneliti Terus pak, kalau dari FPI sendiri itu, kalau tadi kan ada kegiatan taklim,
biasanya suka ada warga sini tuh dikerahkan „ayok datang‟ atau
terserah yang mau datang siapa?
Informan Terserah, ga diajak-ajakin begitu.
Peneliti Oh, berarti ga ada misal ke RT gitu minta tolong diumumin?
Informan Engga, ga ada. Ikut aja sendiri-sendiri.
Peneliti Tapi, banyak warga sini yang ikut pak?
Informan Banyak warga sini yang ikut.
Peneliti Kalau sekarang?
xlii
Informan Banyak juga sih sekarang, yang pendatang juga banyak juga yang ikut.
Peneliti Kalau bapak sendiri? Sampai sekarang masih ikutan di pengajian FPI?
Informan Paling kalau pengajian aja ikutnya, yang bulanan doang, yang di rumah
habib minggu pertama.
Peneliti Nah pak di pemberitaan kan FPI sering digambarin brutal, anarkis gitu-
gitu menurut bapak sendiri bagaimana pak?
Informan Kalo menurut saya sih gak gitu juga. Kita kan udah sesuai prosedur.
Kita kan ngasih surat, ngasih peringatan dulu lah ibaratnya. Kayak
misalnya pas bulan ramadhan kan kita larang jualan miras gitu kan,
udah iya-iya tapi masih ngumpet-ngumpet jualan botolnya dibuang ke
kali. Ya kalo udah kayak gitu kan akhirnya mereka berarti kan gak
ngegubris peringatan, tapi kan gak ada yang ambil berita begitu. Media
massa ngambil infonya lain.
Peneliti Kalau dulu sewaktu aktif, bapak sampai jadi anggota atau simpatisan
pak?
Informan Sampai jadi anggota
Peneliti Bapak jadi anggota dapat amanah di bagian apa waktu itu pak?
Informan Saya bagian logistik
Peneliti Berarti tugasnya kayak gimana tuh pak? Apa pas ada kegiatan kayak
aksi aja atau bagaimana pak?
Informan Aksi ya jelas itu, tapi yang sering ya anter-anter surat
Peneliti Oh anter-anter surat juga
Informan Iya, anter surat ke mahkamah, ke POLDA, ke Kapolri, Cilangkap, gitu-
gitu.
Peneliti Suratnya surat apa itu pak?
Informan Pemberitahuan.
Peneliti Misalnya pemberitahuan apa?
Informan Misal mau aksi, perizinan, kayak gitu.