LI : PERTIMBANGAN PENGGUNAAN BAHAN RESTORASI
Syarat bahan restorasi untuk gigi anterior :
Bersifat adhesive
Warna sesuai dengan gigi yang ada
Dapat diterima oleh struktur gigi dan jaringan lunak
Mudah dikerjakan
Dapat mengembalikan bentuk dan fungsi gigi
Sayangnya, hingga saat ini belum ada yang memenuhi bahan yang seperti di atas. Saat ini,
bahan restorasi untuk gigi anterior yang paling banyak digunakan adalah resin.
SEMEN SILIKAT
Pada pasien dengan indeks karies yang tinggi, khusunya pada gigi – gigi anterior, resin
bukanlah bahan tambalan pilihan. Tambalan yang dipakai adalah semen silikat yang
bubuknya mengandung 15% fluor sehingga dapat bersifat antikariogenik bila dibantu
dengan prosedur oembersihan mulut yang baik yang dapat mengurangi atau mengontrol
aktivitas karies. Fluor dalam semen silikat bergabung dengan permukaan gigi selama
penempatan dan pengerasan semen. Pelepasan fluor yang terus menerus dalam
konsentrasi yang rendah dapat mengubah sifat alami dari plak, khusunya dengan berperan
sebagai inhibitor enzim dan mencegah pertumbuhan microbial serta produksi asam.
Kekurangan dari semen silikat adalah kurangnya stabilitas dalam mulut sehingga dapat
mengurangi estetis. Biasanya semen ini dilapisi dengan cocoa butter atau vaselin untuk
mencegah kontak dini dengan cairan mulut maupun dehidrasi.
RESIN NIRPASI
Resin nirpasi merupakan bahan pengganti semen silikat yang pertama, yang dikeraskan
melalui reaksi kimia. Resin ini terdiri dari kombinasi bubuk – cairan, dengan bahan bubuknya
adalah poli (metilmetakrilat) dalam bentuk butiran yang sudah dihaluskan dan cairannya
adalah metal metakrilat. Sumber energi untuk pengerasannya diperoleh dari sistem reaksi
amine-peroksida.
Beberapa kekurangan dari bahan resin nirpasi di antaranya adalah warna kurang stabil,
kesempurnaan polimerisasi kurang baik, kebocoran mikro tinggi, kekuatan rendah sehingga
tidak digunakan pada daerah dengan tekanan kunyah, dan mengerut setelah mengeras.
Cara mengatasi kekurangan itu adalah biasanya dengan memasukkan campuran monomer
dan polimer sedikit demi sedikit ke dalam kavitas, sehingga diharapkan pula retensi ke
dinding kavitas menjadi baik.
RESIN KOMPOSIT
Komposisi
Fase organic
o Kebanyakan komposit mengandung oligomer aromatic Bis-GMA
dimethacrylate
o Beberapa mengandung urethane dimethacrylate
o Bis-GMA sangat kental dan menunjukkan adanya pengerutan saat polimerisasi
dan penyerapan air. Pengencer seperti TEGDMA biasanya ditambahkan untuk
mengurangi viskositas
Fase inorganic
o Partikel pengisi biasanya adalah kaca yang mengandung aluminium, barium,
strontium, zinc, zirconium, atau quartz dengan ukuran yang berkisan 0,1-
10µm. Bahan yang mengandung logam ini memberikan ke-radioopak-an pada
resin, sedangkan komposit yang mengandung quartz biasanya terlihat
raddiolusen.
o Filler alternative bisa berupa silica dengan ukuran partikel 0.04-0.2µm
Coupling agent
o Untuk mengikat filler dengan matriks
o Sebagai stress absorber, tekanan pada resin untuk disalurkan antara partikel
filler melalui matriks yang lebih lemah
o Bahan yang digunakan biasanya adalah Silane
Tambahan
o Akselerator : biasanya adalah aromatic amina tersier
o Inisiator : berupa benzoyl peroksida
Properti
Waktu setting
Waktunya tergantung dari metode aktivasi. Resin dua pasta dengan polimerisasi
kimia memiliki waktu 3-6 menit untuk setting setelah pasta mulai di mixing. Resin
satu pasta dengan polimerisasi cahaya sangat tergantung pada sumber cahayanya
dan waktu eksposur. Penyinaran berkisar 3-40 detik tergantung dari banyak faktor
termasuk tipe dan intensitas sumber cahaya, bentuk dan ketebalan material.
Penggunaan cahaya dengan intensitas tinggi akan mengurangi waktu untuk
penyinaran akan tetapi meningkatkan pengerutan dan microleakage.
Material yang teraktivasi dengan penyinaran akan terus lanjut berpolimerisasi dab
mengerut setelah penyinaran dihentikan karena baik material teraktivasi secara
kimia maupun penyinaran konversi dari monomer menjadi polimer tidak pernah
selesai. 25-40% masih belum bereaksi dan ada kemungkinan monomer bebas ini
bersifat sitotoksik ke pulpa
Kedalaman penyinaran
Ada banyak factor yang mempengaruhi kedalaman penyinaran, antara lain :
o Tipe filler dan komposisi
o Zat kimia resin
o Bentuk dan translusensi
o Konsentrasi activator dan inisiator
o Intensitas, distribusi spectral dan durasi penyinaran
Restorasi resin komposit dengan metode penyinaran sebaiknya dilakukan secara
incremental tidak lebih dari 2mm untuk setiap lapisnya dan jarak antara sinar
dengan permukaan restorasi sebaiknya 3-4mm untuk hasil optimum.
Sifat thermal
Idealnya, sifat thermal dari material restorasi harus menyamai struktur gigi untuk
menjaga integritas antara restorasi dan dinding kavitas, akan tetapi koefisien termal
resin komposit 3x lebih besar daripada gigi normal dan bisa berariasi tergantung dari
fillernya. Resin komposit dengan filler yang lebih sedikit seperti microfilm memiliki
ekspansi thermal lebih tinggi daripada resin dengan pengisi yang lebih banyak
Penyerapan air dan solubilitas
Penyerapan air dan solubilitas tergantung dari komposisi resin komposit. Filler
dengan matrix yang lebih banyak lebih cenderung menyerap air
Stabilitas warna
Perubahan warna bisa disebabkan oleh sebab ekstrinsik maupun intrinsic. Contoh
yang ekstrinsik adalah hasil dari agen yang menyebabkan stain seperti kopi, the atau
minuman cola ke permukaan restorasi. Hal iini juga terkait dengan permukaan akhir
restorasi dan porositas material. Penggunaan obat kumur dan bahan pemutih juga
bisa menyebabkan diskolorisasi dari komposit. Stabilitas warna intrinsik pada
material teraktivasi cahaya lebih tinggi daripada yang teraktivasi secara kimia dan
stabilitas komposit lebih tinggi daripada kompomer yang lebih hidrofilik.
Radioopasitas
Merupakan sifat yang penting karena memungkinkan klinisi untuk mendekteksi
adanya karies rekuren dan kerusakan margi. Radioopasitas dapat dicapai dengan
adanya logam berat seperti barium (Ba), zirconium (Zr) dan strontium (Sr)
Sifat mekanis
Sifat mekanis dari resin komposit bervariasi tergantung dari persentase volume filler.
Resin komposit dengan volume filler lebih tinggi memiliki sifat mekanis yang lebih
baik. Filler yang lebih banyak akan meningkatkan kekerasan, kekakuan, kekuatan
dan ketahanan fraktur. Microfill dan komposit yang flowable mempunyai komposisi
filler yang lebih rendah daripada minifill dan resin komposit lainnya sehingga sifat
mekanis nya lebih rendah dan tidak bisa ditempatkan di daerah yang menahan
beban tinggi seperti bagian permukaan oklusal gigi posterior, akan tetapi kekakuan
yang lebih rendah atau modulus elastisitas memiliki keuntungan untuk restorasi non-
kaies di servikal dimana restorasi memiliki daya lentur dalam mengimbangi
deformasi servikal .
Keausan
Mekanisme keausan tergantung dari mikrosturktur material dan kondisi yang
bermacam-macam termasuk stress kontak, durasi dan lingkungan kimiawi. Secara
umum ketahanan aus resin komposit lebih tinggi daripada kompomer dan giomer
Pengerutan polimerisasi
Pengerutan bervariasi sekitar 1-5% volume dan ada beberapa metode untuk
mengurangi efek dari pengerutan polimerisasi :
Penempatan resin komposit ke kavitas secara incremental
Penempatan basis GIC untuk mengurangi volume resin komposit yang
dibutuhkan
Pelapik GIC dibutuhkan sebagai penyerap gaya
Penggunaan bonding agent yang lebih kuat
Penggunaan ‘pulse-cure’ atau metode penyinaran lain yang termodifikasi
Semakin sedikit kandungan filler, maka semakin besar juga pengerutan saat
polimerisasi seperti mikrofill dan komposit yang flowable. Pengerutan lebih
mengarah ke sumber cahaya.
SEMEN IONOMER KACA
Bahan ini tidak membutuhkan preparasi kavitas. Bonding dari semen ionomer kaca didapat
dari adhesi kimia antara semen dengan satu atau lebih komponen enamel/dentin. Untuk
penggunaan mudahnya dapat digunakan ionomer kaca dalam bentuk bubuk dan cairan pra
kapsulasi dengan perbandingan 3:1.
Retensi tambalan biasanya bertahan sekurang – kurangnya 5 tahun. Bahan ini tidak cocok
untuk lesi kecil dan berbentuk wajan dangkal, biasanya digunakan untuk lesi mirip seperti
takik V. Bila ingin permukaan tambalah yang halus menggunakan semen ionomer kaca,
bagian atas ionomer kaca dibuang, bagian tepi enamel dibevel dan dietsa, lalu ionomer kaca
dilapisi resin, disinar dan dipoles.