TEKNOLOGI PEMUPUKAN
SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH
DESA MUKTISARI KECAMATAN LANGENSARI KOTA BANJAR
BALAI PENELITIAN TANAH
BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LAHAN PERTANIAN
2007 2007
Penanggung jawab : Kepala Balai Penelitian Tanah
Penyusun : Nurjaya
Neneng L. Nurida
Achmad Rachman
Penyunting : Rahmah D. Yustika
Farida Manalu
Design Cover : Sukmara
Setting/Layout : Rahmah D. Yustika
Didi Supardi
Penerbit : Balai Penelitian Tanah
Jl. Ir. H. Juanda No. 98. Bogor
16123, Telp. (0251) 336757, Fax.
(0251) 321608, 322933, E-mail:
ISBN 978-979-9474-89-6
Penulisan dan pencetakan buku ini dibiayai dari dana DIPA
Tahun Anggaran 2007, Balai Penelitian Tanah, Bogor
http://balittanah.litbang.deptan.go.id
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
i
KATA PENGANTAR
Dalam rangka mendukung pelaksanaan Prima Tani, Balai
Penelitian Tanah telah menyusun Booklet Formulasi Teknologi
Pemupukan Spesifik Lokasi dan Konservasi Tanah dan Air sebagai
acuan bagi pelaksana Prima Tani dalam menerapkan rekomendasi
teknologi pemupukan spesifik lokasi dan konservasi tanah dan air
mendukung kegiatan Prima Tani.
Booklet disusun berdasarkan hasil survei tanah di lokasi-
lokasi Prima Tani dimana Balai Penelitian Tanah menjadi
penanggung jawab survei. Booklet ini merupakan suatu kebutuhan
yang mendesak dalam mengimplementasikan teknologi pemupukan
dan konservasi tanah dan air. Sesuai dengan judulnya, booklet ini
menyajikan formulasi teknologi pemupukan spesifik lokasi dan teknik
konservasi tanah dan air.
Sasaran dari penyusunan booklet formulasi pemupukan
spesifik lokasi dan konservasi tanah dan air adalah para pelaksana
dan pengguna teknologi yang terkait langsung dengan kegiatan
Prima Tani, yaitu Pemandu Teknologi, Manajer Laboratorium
Agribisnis, Penyuluh Pertanian Lapangan, Dinas Pertanian Provinsi
dan Kabupaten/Kota, Kelompok Tani peserta Prima Tani.
Semoga booklet ini bermanfaat, khususnya dalam
mensukseskan Prima Tani sebagai salah satu upaya mendukung
program pemerintah mensejahterakan masyarakat di pedesaan.
Bogor, November 2007
Kepala Balai,
Dr. Achmad Rachman NIP. 080.079.028
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................... ii
DAFTAR TABEL ..................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................... iv
I. PENDAHULUAN .................................................................. 1
II. KEADAAN FISIK DAERAH .................................................. 3
2.1. Lokasi dan Perhubungan ........................................... 3
2.2. Penggunaan Lahan dan Pertanian .............................. 3
2.3. Iklim dan Hidrologi .................................................... 5
III. TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI ...................... 7
3.1.Tekstur dan Sifat Kimia Tanah .................................... 7
3.2. Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah ........................ 8
3.3. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Jagung ............... 11
3.4. Budi daya Ternak Domba (Bovidae) ........................... 13
IV. TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR ....................... 157
4.1. Teknik Konservasi Tanah dan Air Saat ini ................... 17
4.2. Rekomendasi Teknik Konservasi Tanah dan Air ........... 17
V. DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 20
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
iii
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 1. Satuan penggunaan lahan di Desa Muktisari Kota
Banjar ............................................................... 4
Tabel 2. Rekomendasi pemupukan padi sawah pada setiap satuan peta tanah (SPT) di Desa Muktisari Kota Banjar ............................................................... 9
Tabel 3. Rekomendasi pemupukan tanaman jagung pada SPT 4 di Desa Muktisari Kota Banjar .................... 12
Tabel 4. Rekomendasi teknik konservasi tanah dan air di Desa Muktisari, Kecamatan Langensari, Kota Banjar, Propinsi Jawa Barat ............................... 19
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Peta satuan lahan Desa Muktisari, Kec. Banjar,
Kota Banjar ....................................................... 5
Gambar 2. Pola curah hujan rata-rata bulanan (a) dan hari hujan (b) di Desa Muktisari, Kecamatan Langensari, Kota Banjar ..................................... 6
Gambar 3. Pemupukan dengan cara ditugal bersamaan dengan tanam (a) dan pembubunan tanaman jagung umur 30 HST (b) .................................... 12
Gambar 4. Pemeliharaan domba dengan cara dikandangkan . 14
Gambar 5. Contoh tanaman penutup tanah (Pueraria javanica) diantara tanaman tahunan/buah-buahan .............................................................. 22
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Tanaman penutup tanah (Sumber: Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghijauan dan Reboisasi Pusat , 1999) ...................................... 22
Lampiran 2. Mulsa bahan hijauan (Sumber: Departemen Pertanian, 2006) ................................................ 23
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
1
I. PENDAHULUAN
Informasi potensi sumber daya lahan dan arahan
pengembangan komoditas merupakan informasi dasar yang diperlukan
untuk perencanaan pembangunan pertanian di suatu wilayah. Data
dan informasi ini perlu dilengkapi dengan formulasi teknologi
pengelolaan sumber daya lahan yang lebih spesifik, antara lain dalam
penerapan teknik konservasi tanah, pengelolaan kesuburan tanah
khususnya pemupukan spesifik lokasi, dan pengelolaan bahan organik.
Teknologi pemupukan spesifik lokasi dengan menerapkan
pemupukan berimbang adalah pemupukan untuk mencapai status
semua hara dalam tanah optimum untuk pertumbuhan dan hasil suatu
tanaman. Untuk hara yang telah berada dalam status tinggi, pupuk
hanya diberikan dengan takaran yang setara dengan hara yang
terangkut panen, sebagai takaran pemeliharaan. Pemberian takaran
pupuk yang berlebihan justru akan menyebabkan rendahnya efisiensi
pemupukan dan masalah pencemaran lingkungan. Kondisi atau status
optimum hara dalam tanah tidak sama untuk semua tanaman pada
suatu tanah. Demikian juga status optimum untuk suatu tanaman,
berbeda untuk tanah yang berlainan. Agar pupuk yang diberikan lebih
tepat, efektif dan efisien, maka rekomendasi pemupukan harus
mempertimbangkan faktor kemampuan tanah menyediakan hara dan
kebutuhan hara tanaman. Rekomendasi pemupukan yang berimbang
disusun berdasarkan status hara di dalam tanah yang diketahui melalui
teknik uji tanah.
Penerapan teknik konservasi tanah dan air merupakan kunci
keberlanjutan usaha tani dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
2
lahan kering. Teknologi konservasi tanah dan air dimaksudkan untuk
melestarikan sumber daya alam dan menyelamatkannya dari
kerusakan. Target minimal dari aplikasi teknik konservasi adalah
menekan erosi yang terjadi di setiap bidang tanah hingga di bawah
batas yang diperbolehkan. Secara umum, teknik konservasi tanah
dan air dibagi dalam tiga golongan yaitu: (1) teknik konservasi
vegetatif; (2) teknik konservasi mekanik atau teknik konservasi sipil
teknis; dan (3) teknik konservasi kimia. Dalam aplikasi di lapangan
teknik konservasi tersebut tidak berdiri sendiri, namun dapat
merupakan kombinasi dari dua atau tiga teknik konservasi. Pemilihan
teknik konservasi yang tepat harus bersifat spesifik lokasi dan sesuai
pengguna artinya harus mempertimbangkan kondisi biofisik dan
sosial ekonomi petani setempat. Oleh sebab itu rekomendasi teknik
konservasi yang dianjurkan di setiap lokasi disusun dengan
mempertimbangkan tipe penggunaan lahan, kemiringan, vegetasi,
dan teknik konservasi yang ada di lapangan (existing) di masing-
masing lokasi.
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
3
II. KEADAAN FISIK DAERAH
2.1. Lokasi dan Perhubungan
Desa Muktisari termasuk ke dalam wilayah Kecamatan
Langensari, Kota Banjar secara geografis terletak di Provinsi Jawa
Barat (Jabar). Jarak antara desa dengan pusat pemerintahan
kecamatan 1 km, dari Ibu Kota Banjar 12 km dan berjarak 125 km
dari Ibukota Propinsi Jabar. Secara administrasi Desa Muktisari
berbatasan dengan desa/kecamatan sebagai berikut:
sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Langensari
sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Lakbok
sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Waringinsari
sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Langensari
2.2. Penggunaan Lahan dan Pertanian
Berdasarkan hasil karakterisasi sumber daya lahan tahun
2007, luas Desa Muktisari 376 ha, terdiri atas lahan sawah irigasi
seluas 250 ha (sawah irigasi teknis dan setengah teknis); kebun
campuran seluas 1 ha; dan kawasan permukiman 125 ha termasuk
di dalamnya kebun campuran yang tidak dapat dipisahkan dari
kawasan permukiman. Rincian penggunaan lahan disajikan pada
Tabel 1.
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
4
Tabel 1. Satuan penggunaan lahan di Desa Muktisari Kota Banjar
Penggunaan lahan Luas
Ha % Sawah irigasi Kebun campuran Permukiman
250 1
125
66,51 0,27
33,22
J u m l a h 376 100,00
Komoditas pertanian yang banyak diusahakan oleh petani di
Desa Muktisari yaitu: (1) tanaman pangan dan sayuran (padi, jagung,
kacang hijau, kacang merah, labu besar, kacang panjang, mentimun
dan kangkung) yang ditanam pada lahan sawah dan (2) tanaman
tahunan dan buah-buahan (kelapa, pisang, rambutan, kakao, dan
mangga) ditanam di sekitar permukiman dan kebun campuran. Peta
Satuan Lahan Desa Muktisari Kecamatan Langensari, Kota Banjar
disajikan pada Gambar 1. Berdasarkan peta satuan lahan tersebut,
Desa Muktisari dibagi ke dalam 3 peta satuan lahan: (1) lahan sawah,
(2) kebun campuran, dan (3) permukiman.
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
5
Gambar 1. Peta satuan lahan Desa Muktisari, Kec. Banjar, Kota
Banjar
2.3. Iklim dan Hidrologi
Data curah hujan dan hari hujan di Lokasi Prima Tani di Desa
Muktisari tahun 2005 disajikan pada Gambar 2. Berdasarkan data
curah hujan, dalam satu tahun terdapat 4 bulan basah (> 200 mm
bulan-1) dan 8 bulan kering (< 200 mm bulan-1). Menurut klasifikasi
Oldeman, Desa Muktisari termasuk ke dalam tipe iklim D dengan
suhu rata-rata 37oC. Rata-rata curah hujan 1.548 mm th-1 dengan
hari hujan 180 hari th-1 sedangkan curah hujan dan hari hujan
tertinggi masing-masing terjadi pada bulan Desember dan
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
6
050
100150200250300350400450
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Curah hujan (mm)
0
5
10
15
20
25
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Hari hujan (hari)
September. Musim hujan dimulai bulan Oktober hingga bulan Maret
dan musim kering dimulai pada bulan April hingga September.
Wilayah Desa Muktisari mempunyai topografi relatif datar dengan
ketinggian tempat 16 m dari permukaan laut.
Gambar 2. Pola curah hujan rata-rata bulanan (a) dan hari hujan (b) di Desa Muktisari, Kecamatan Langensari, Kota Banjar
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
7
III. TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI
3.1.Tekstur dan Sifat Kimia Tanah
Hasil analisis tekstur dan sifat kima tanah lokasi prima tani
Desa Muktisari menunjukkan bahwa tanah bertekstur liat, dengan
reaksi tanah (pH) agak masam, kandungan C dan N-organik
termasuk kategori rendah, P-potensial tanah (terekstrak HCl 25%)
tergolong sedang kecuali pada SPT 3 tergolong tinggi, sedangkan
kandungan P-tersedia terekstrak Olsen tergolong tinggi. Kandungan
kation dapat ditukar Ca dan Mg tergolong tinggi, kandungan kalium
dapat ditukar (K-dd) tergolong rendah, sedangkan kandungan Na
dapat ditukar tergolong sedang. Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan
Kejenuhan Basa (KB) tergolong tinggi.
Kandungan C-organik umumnya rendah kecuali tanah-tanah
yang ditumbuhi vegetasi alami seperti hutan C-organiknya tinggi.
Selain pada lahan kering, umumnya tanah-tanah sawah di Indonesia
mempunyai kadar C-organik rendah di bawah < 2% (Kasno et al.,
2003). Hal ini terjadi karena C-organik terakumulasi pada lapisan
atas (top soil) di mana pada kondisi suhu dan curah hujan tinggi
mudah terdekomposisi dan hilang tererosi oleh aliran air pemukaan
terutama pada tanah-tanah yang berlereng tanpa ada upaya
konservasi. Selain itu pada daerah tropis seperti Indonesia proses
dekomposisi bahan organik terjadi sangat intensif karena didukung
oleh suhu dan kelembapan yang tinggi.
Rendahnya kandungan nitrogen dalam tanah disebabkan
hara N mempunyai sifat yang dinamis (mudah berubah dari satu
bentuk ke bentuk lain) dan mobil (mudah bergerak bersama
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
8
pergerakan air). Oleh karena itu kadar nitrogen (N) dalam tanah
pada umumnya rendah, upaya untuk memperbaiki tingkat
ketersediaan hara N dalam tanah yaitu melalui pemupukan dan
dapat diberikan dalam bentuk urea atau ZA tergantung pH tanah
dan komoditas yang ditanam.
Untuk mengatasi kendala kesuburan tanah di lokasi Prima
tani, pemupukan N (urea) dan K (KCl) yang tinggi serta pemberian
bahan organik dalam bentuk jerami ke lahan sawah merupakan
suatu keharusan agar diperoleh produktivitas tanaman yang optimal.
3.2. Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah
Pupuk merupakan salah satu sarana yang penting untuk
meningkatkan produksi pertanian. Penggunaannya meningkat pesat
setelah pencanangan program intensifikasi yang dimulai tahun 1969.
Rekomendasi pemupukan padi sawah yang berlaku sekarang bersifat
umum untuk semua wilayah Indonesia tanpa mempertimbangkan
status hara tanah dan kemampuan tanaman menyerap hara.
Sementara diketahui bahwa status hara P dan K lahan sawah sangat
bervariasi dari rendah sampai tinggi (Adiningsih et al., 1989;
Moersidi et al., 1990).
Saat ini rekomendasi pemupukan padi sawah dapat
ditetapkan berdasarkan hasil analisis sifat kimia tanah di
laboratorium dan di lapangan menggunakan alat bantu perangkat uji
tanah sawah (PUTS). Menurut Peraturan Menteri Pertanian No.40/
Permentan/OT.140/1/2007 (Badan Litbang Pertanian, 2007a)
sebagai revisi dari Keputusan Menteri Pertanian
No.01/Kpts/SR.130/1/2006 (Badan Litbang Pertanian, 2006) tentang
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
9
pemupukan spesifik lokasi padi sawah, penentuan takaran pupuk P,
dan K dapat ditetapkan langsung di lapangan mengunakan
perangkat uji tanah sawah (PUTS). Dalam Kepmentan tersebut
takaran rekomendasi pemupukan dibagi mejadi tiga: 1) rekomendasi
tanpa bahan organik, 2) 5 t jerami, dan 3) dengan 2 t pupuk
kandang per ha.
Rekomendasi pemupukan N, P, dan K tanpa pemberian
bahan organik: pupuk N (urea) diberikan dengan takaran 250 kg ha-1,
pupuk P (SP-36) pada tanah sawah dengan status P rendah, sedang
dan tinggi masing-masing dipupuk dengan takaran 100, 75, dan 50
kg ha-1. Sedangkan rekomendasi pupuk K (KCl) pada tanah sawah
berstatus K rendah dipupuk 100 kg KCl ha-1 dan tanah berstatus K
sedang dan tinggi dipupuk 50 kg KCl ha-1. Apabila jerami
dikembalikan ke lahan sawah maka rekomendasi pemupupukan KCl
untuk tanah sawah dengan status K rendah dapat dikurangi.
Takaran rekomendasi pemupukan padi sawah di Desa Muktisari
berdasarkan hasil analisis tanah disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rekomendasi pemupukan padi sawah pada setiap satuan
peta tanah (SPT) di Desa Muktisari Kota Banjar
SPT Tanpa bahan organik Dengan 5 t
jerami ha-1 Dengan 2 t ppk
kandang
Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl kg ha-1 1
2
3
250
250
250
75
75
50
100
100
100
230
230
230
75
75
50
50
50
50
225
225
225
25
25
0
80
80
80
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
10
Cara Pemupukan
Pemupukan N (urea) dapat dilakukan menggunakan bagan
warna daun (BWD), dimana pada awal pemupukan tanaman padi
dipupuk 50-75 kg urea ha-1. Pengukuran tingkat kehijauan daun padi
dengan BWD dimulai pada saat tanaman berumur 25-28 hari setelah
tanam. Pengukuran selanjutnya setiap 7-10 hari sekali, sampai
tanaman dalam kondisi bunting atau fase primordia. Cara ini hanya
berlaku bagi varitas unggul biasa. Khusus untuk padi hibrida dan
padi tipe baru, pengukuran tingkat kehijauan daun tanaman
dilakukan sampai tanaman sudah berbunga (Badan Litbang
Pertanian, 2007b).
Jerami sisa-sisa panen sebaiknya dikembalikan ke lahan sawah
bisa dalam bentuk jerami atau pupuk kandang. Jerami diberikan 2
minggu sebelum tanam atau bersamaan pengolahan tanah pertama
dan dibiarkan selama 2 minggu. Jerami yang dikembalikan ke lahan
sawah sebaiknya tidak dalam bentuk segar tetapi sudah dalam
keadaan melapuk atau jerami yang telah dikomposkan.
Pemupukan urea, SP-36, dan KCl, diberikan saat tanaman
berumur 7 hari setelah tanam, dengan cara disebar merata di atas
permukaan petakan kemudian diinjak-injak sehingga masuk ke
dalam tanah. Pupuk KCl diberikan 2 kali, yaitu saat tanaman
berumur 7 hari setelah tanam dan pada saat primordia, masing-
masing setengah takaran.
Pemberian pupuk hara makro terus-menerus seperti urea,
amonium sulfat, TSP/SP-36, dan KCl pada lahan sawah intensifikasi
dapat mengakibatkan terkurasnya unsur hara mikro diantaranya
seng (Zn) (Sofyan et al., 2004). Meskipun ketersediaan Zn dalam
tanah dipengaruhi oleh banyak faktor, berdasarkan hasil penelitian
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
11
Al-Jabri et al. (1995) pemberian 5 kg Zn ha-1 pada tanah sawah atau
perendaman bibit padi ke dalam larutan 0,05% ZnSO4 selama 5
menit dapat meningkatkan hasil padi pada sebagian besar lahan
sawah.
3.3. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Jagung
Pada lahan kering masam seperti tanah Ultsisol (Podsolik)
biasanya tanah mempunyai pH kurang dari 5, pada kondisi tanah
masam umumnya tingkat kelarutan aluminium dalam tanah tinggi
dapat bersifat racun terhadap tanaman. Sebelum ditanam,
bersamaan dengan saat pengolahan tanah dilakukan pengapuran
menggunakan kaptan/dolomit dengan takaran 1-3 t ha-1 yang
diberikan 2-3 tahun sekali. Pemberian dilakukan dengan cara
menyebar kapur secara merata pada permukaan petakan kemudian
diaduk bersamaan dengan meratakan sekitar 1 bulan sebelum tanam.
Pemupukan
Pemberian pupuk bisa dalam bentuk pupuk NPK majemuk atau
pupuk NPK tunggal tergantung ketersediaan di lapangan. Dalam
bentuk pupuk tunggal, sebagai sumber N untuk tanah yang ber pH
masam digunakan pupuk urea sedangkan tanah yang alkalis (pH >
7) digunakan pupuk ZA sebagai sumber N, SP-36/TSP sebagai
sumber P, dan KCl sebagai sumber K. Takaran pupuk N, P, K, bahan
organik dan kapur disajikan pada Tabel 3. Pupuk P (SP-36) dan KCl
diberikan sekaligus saat tanam sedangkan pupuk urea diberikan dua
kali yaitu 1 minggu setelah tanaman dan pada umur 30 hari setelah
tanaman masing-masing diberikan setengah takaran. Pemupukan
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
12
dapat dilakukan dengan cara dilarik atau ditugal. Pemupukan urea
kedua dilakukan bersamaan dengan pembumbunan.
Tabel 3. Rekomendasi pemupukan tanaman jagung pada SPT 4 di Desa Muktisari Kota Banjar
Waktu pemupukan
Rekomendasi pemupukan
Urea SP-36 KCl Kapur Bahan organik
kg ha-1
15 HBT - - - 1.000 – 3.000 2.000 Saat Tanam 150 250 100 - - 30 HST 150 - - - - Keterangan:HSBT =hari sebelum tanam, HST = hari setelah tanam
Gambar 3. Pemupukan dengan cara ditugal bersamaan dengan tanam (a) dan pembubunan tanaman jagung umur 30 HST (b)
Untuk menentukan takaran rekomendasi pemupukan
tanaman jagung dapat dibantu melalui analisis contoh tanah di
laboratorium atau menggunakan perangkat uji tanah kering (PUTK).
Keuntungan penetapan rekomendasi pemupukan menggunakan
PUTK takaran pupuk dapat ditetapkan secara cepat di lapangan
hanya membutuhkan waktu + 15 menit dan mempunyai tingkat
akurasi yang tinggi.
(a)
(a) (b)
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
13
Pemberian bahan organik sangat dianjurkan, karena dari
hasil analisis tanah lokasi Prima Tani Desa Cibeureum Wetan
kandungan bahan organiknya rendah. Pemberian bahan organik bisa
dalam bentuk kompos atau pupuk kandang dengan takaran 2 t ha-1.
Pemberiannya dengan cara disebar secara merata pada permukaan
tanah, kemudian diaduk rata bersamaan dengan pengolahan tanah
awal, kemudian diinkubasikan selama 2 minggu kemudian baru
dilakukan penanaman.
Pembumbunan bertujuan untuk memperkokoh posisi batang
agar tanaman tidak mudah. Kegiatan ini dilakukan pada saat
tanaman berumur 1-1,5 bulan, bersamaan dengan waktu
pemupukan kedua sehingga lebih efisien dalam penggunaan tenaga
kerja. Tujuannya adalah agar akar yang keluar dari batang di atas
permukaan tanah tertutup oleh tanah sehingga tanaman menjadi
kokoh sehingga tidak mudah roboh.
3.4. Budi Daya Ternak Domba ( Bovidae )
Domba unggul adalah domba yang sehat dan tidak terserang
oleh hama penyakit, berasal dari bangsa domba yang persentase
kelahiran dan kesuburan tinggi, serta kecepatan tumbuh dan
persentase karkas yang baik. Dengan demikian keberhasilan usaha
ternak domba tidak bisa dipisahkan dengan pemilihan
induk/pejantan yang memiliki sifat-sifat yang baik.
Pemilihan Bibit dan Calon Induk
1. Calon induk: berumur 1,5-2 tahun, tidak cacat, bentuk perut
normal, telinga kecil hingga sedang, bulu halus, roman muka
baik, memiliki nafsu kawin besar, dan ekor normal.
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
14
2. Calon pejantan: berumur 1,5-2 tahun, sehat dan tidak cacat,
badan normal dan keturunan dari induk yang melahirkan anak 2
ekor/lebih, tonjolan tulang pada kaki besar dan mempunyai buah
zakar yang sama besar serta kelaminnya dapat bereaksi,
mempunyai gerakan yang lincah, roman muka baik, dan tingkat
pertumbuhan relatif cepat.
Pemberian Pakan
Zat gizi makanan yang diperlukan oleh ternak domba dan
mutlak harus tersedia dalam jumlah yang cukup adalah karbohidrat,
lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Bahan pakan untuk domba
pada umumnya digolongkan dalam 4 golongan sebagai berikut:
1. Golongan rumput-rumputan, seperti rumput gajah, benggala,
brachiaria, raja, meksiko, dan rumput alam.
2. Golongan kacang-kacangan, seperti daun lamtoro, turi, gamal,
daun kacang tanah, daun kacang-kacangan, albisia, kaliandra,
gliricidia, dan iratro.
3. Hasil limbah pertanian, seperti daun nangka, daun waru, daun
dadap, daun kembang sepatu, daun pisang, daun jagung, daun
ketela pohon, daun ketela rambat, dan daun beringin.
Gambar 4. Pemeliharaan domba dengan cara dikandangkan
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
15
4. Golongan makanan penguat (konsentrat), seperti dedak, jagung
karing, garam dapur, bungkil kelapa, tepung ikan, bungkil
kedelai, ampas tahu, ampas kecap, dan biji kapas.
Pakan untuk domba berupa campuran dari keempat
golongan di atas yang disesuaikan dengan tingkatan umur. Adapun
proporsi dari campuran tersebut adalah:
1. Ternak dewasa: rumput 75%, daun 25%
2. Induk bunting: rumput 60%, daun 40%, konsentrat 2-3 gelas
3. Induk menyusui: rumput 50%, daun 50%, dan konsentrat 2-3 gelas
4. Anak sebelum disapih: rumput 50%, daun 50%
5. Anak lepas sapih: rumput 60%, daun 40%, dan konsentrat
0,5–1 gelas.
Sedangkan takaran pemberian ransum untuk pertumbuhan
domba adalah sebagai berikut:
1. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan= 180 kg hari-1,
pertambahan bobot = 50 g hari-1
2. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan = 340 kg hari-1,
pertambahan bobot = 100 g hari-1
3. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan = 410 kg hari-1,
pertambahan bobot = 150 g hari-1
4. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan = 110 kg hari-1,
pertambahan bobot = 50 g hari-1
5. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan = 280 kg hari-1,
pertambahan bobot = 100 g hari-1
6. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan = 440 kg hari-1,
pertambahan bobot = 150 g hari-1
7. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat = 160 g hari-1, pertambahan
bobot=50 g hari-1
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
16
8. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat = 320 g hari-1, pertambahan
bobot = 100 g hari-1
9. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat = 470 g hari-1, pertambahan
bobot = 150 g hari-1
10. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat = 100 g hari-1, pertambahan
bobot = 50 g hari-1
11. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat = 260 g hari-1, pertambahan
bobot = 100 g hari-1
12. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat = 410 g hari-1, pertambahan
bobot = 150 g hari-1
13. Bobot badan 7,2 kg: konsentrat = 60 g hari-1, pertambahan
bobot = 50 g hari-1
14. Bobot badan 7,2 kg: konsentrat = 180 g hari-1, pertambahan
bobot = 100 g hari-1
15. Bobot badan 7,2 kg: konsentrat = 340 g hari-1, pertambahan
bobot = 150 g hari-1
16. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat = 50 g hari-1, pertambahan
bobot = 50 g hari-1
17. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat = 110 g hari-1, pertambahan
bobot = 100 g hari-1
18. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat = 260 g hari-1, pertambahan
bobot = 150 g hari-1
19. Bobot badan 10,1 kg: konsentrat = 40 g hari-1, pertambahan
bobot = 50 g hari-1
20. Bobot badan 10,1 kg: konsentrat = 280 g hari-1, pertambahan
bobot = 100 g hari-1
21. Bobot badan 10,1 kg: konsentrat = 440 g hari-1, pertambahan
bobot = 150 g hari-1
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
17
IV. TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR
4.1. Teknik Konservasi Tanah dan Air Saat Ini
Hasil survei identifikasi dan karakterisasi sumber daya lahan
menginformasikan bahwa kawasan pertanian di Desa Muktisari
terhampar di daerah yang bertopografi datar sampai agak datar (<
3%). Erosi aktual yang terjadi umumnya hanya erosi lembar yang
sebagian besar terjadi pada lahan-lahan yang masih terbuka atau
belum digarap. Potensi terjadinya erosi lembar masih dapat ditolerir
karena petani secara tidak langsung sudah menerapkan teknik
konservasi tanah dan air dengan cara membiarkan daun-daun kering
terhampar di permukaan tanah sebagai mulsa.
Pemanfaatan sisa panen
Lahan kering (kebun campuran dan pekarangan) dimanfaat-
kan untuk budi daya tanaman buah-buahan/tahunan seperti
rambutan, petai, dan kelapa, serta ada juga sebagian kecil petani yang
mulai menanam kakao yang berpotensi besar meningkatkan
pendapatan petani untuk jangka panjang apabila dikelola secara serius.
Secara umum teknik konservasi tanah dan air existing yang diterapkan
petani hanyalah penerapan mulsa daun kering yang dibiarkan
terhampar di permukaan tanah secara tidak merata atau kurang rapat.
4.2. Rekomendasi Teknik Konservasi Tanah dan Air
Teknik konservasi tanah dan air yang direkomendasikan untuk
perbaikan pengelolaan lahan di Desa Muktisari didasarkan pada
kemiringan lahan, tipe penggunaan lahan, vegetasi dominan, serta
teknik konservasi tanah dan air existing. Teknik konservasi tanah dan air
yang direkomendasikan berupa teknik konservasi vegetatif (Tabel 4).
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
18
Pengaturan penanaman tanaman tahunan dan aplikasi
mulsa sisa tanaman
Penanaman tanaman buah-buahan/tahunan di lahan kering
kebun campuran terutama tanaman yang baru hendaknya dilakukan
berdasarkan arah timur-barat serta menggunakan jarak tanam yang
beraturan dengan tujuan agar dapat memanfaatkan cahaya matahari
secara optimal. Penerapan mulsa daun kering yang dibiarkan
terhampar di permukaan tanah sudah cukup baik, kondisi ini sangat
menguntungkan karena dapat terbebas dari bahaya erosi percik.
Perbaikan yang dapat dilakukan adalah meningkatkan jumlah sisa
tanaman (daun kering) yang diberikan sehingga tanah lebih tertutup
rapat dan mengatur penempatan mulsa di permukaan tanah
seefisien mungkin.
Penanaman tanaman penutup tanah
Perbaikan kualitas tanah lainnya yang perlu dilakukan adalah
penutupan permukaan tanah baik dengan rumput maupun Legume
Cover Crops (LCC). Penanaman rumput atau LCC ini selain dapat
mencegah erosi, juga memperindah penampilan kebun yang
diusahakan dan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Jenis
rumput yang disarankan adalah jenis rumput yang dapat tumbuh
rapat menutupi permukaan tanah seperti rumput Brachiaria
decumbens (bede) atau rumput yang biasa tumbuh di lapangan,
sedangkan untuk LCC dapat ditanam jenis Centrosema pubescens,
Arachis pintoii atau Pueraria javanica.
Pemanfaatan kotoran ternak
Sekitar 71,5% rumah tangga petani di Desa Muktisari
memelihara ternak terutama ternak sapi penggemukan sehingga
produksi kotoran ternak cukup besar. Potensi tersebut dapat
ditingkatkan dengan cara pembuatan kompos sehingga dapat
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
19
digunakan sebagai pupuk kandang baik untuk lahan sawah maupun
untuk tanaman buah-buahan. Selain sebagai sumber hara, pupuk
kandang juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah sehingga jika
diberikan secara kontinyu akan dapat memperbaiki kualitas tanah
dalam jangka panjang.
Rekomendasi teknik konservasi tanah dan air pada masing-
masing satuan peta tanah di lokasi Laboratorium Agribisnis PRIMA
TANI Desa Muktisari, Kecamatan Langensari, Kabupaten Kota Banjar,
Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rekomendasi teknik konservasi tanah dan air di Desa Muktisari, Kecamatan Langensari, Kota Banjar, Propinsi Jawa Barat
Satuan Peta
Tanah (SPT)
Kemiringan Lahan
(%)
Penggunaan Lahan
Konservasi Tanah dan
Air Saat ini
Rekomendasi Teknik Konservasi Tanah dan Air
Catatan Maksimum Proporsi
Tan. Semusim*)
Teknik Konservasi Tanah dan Air
1 3 Kebun campuran
Mulsa daun kering
25 %
• Penanaman tanaman buah-buahan/ tahunan arah timur-barat
• Penanaman LCC (Centro-sema, Arachis, Pueraria)
• Perbaikan pemberian mulsa (kuantitas dan teknik penempatan)
• Pemberian pupuk kandang
Lihat Lampiran 1 dan 2
Catatan: Kedalaman solum > 100 cm, *) persen areal lainnya digunakan untuk tanaman tahunan, proporsi tanaman tahunan tidak
dibatasi.
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
20
V. DAFTAR PUSTAKA Adiningsih, J.S., Moersidi S., M.Sudjadi, dan A.M. Fagi. 1989. Evaluasi
Keperluan Fosfat pada Lahan Sawah Intensifikasi di Jawa. hlm. 63-89 dalam Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk. Cipayung , 25 Nopember 1988.
Al-Jabri, M. Dan M. Soepartini. 1995. Teknik Pemupukan hara Zn pada
tanah Sawah. hlm 1-6 dalam Risalah Seminar Hasil Penelitian Tanah dan Agriklimat. No.2 Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Badan Litbang Petanian. 2006. Keputusan Menteri Pertanian No.
01/Kpts /SR.130/1/2006. Rekomendasi Pemupukan N, P dan K pada Padi Sawah Spesifik Lokasi. Departemen Pertanian.
Badan Litbang Petanian. 2007a. Peraturan Menteri Pertanian No.
40/Permentan /OT.140/1/2007. Rekomendasi Pemupukan N, P dan K pada Padi Sawah Spesifik Lokasi. Departemen Pertanian.
Badan Litbang Pertanian. 2007b. Pengelolaan Tanaman Terpadu
(PTT) Padi Sawah Irigasi. Departemen Pertanian. Kasno, Nurjaya, dan Diah Setyorini. 2003. Status C-Organik Lahan
Sawah di Indonrsia. Prosiding Kongres Nasional Himpunan Ilmu Tanah Indonesia. Padang, 21-23 Juli 2003. Himpunan Ilmu Tanah Indonesia.
Nurjaya, Samdan, dan T. Budhyastoro. 2007. Laporan Sementara
Identifikasi dan evaluasi potensi lahan untuk mendukung primatani di Desa Muktisari Kecamatan Langensari Kota Banjar. Balai Penelitian Tanah. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber daya Lahan Pertanian. (Tidak dipublikasikan)
Moersidi, S., J. Prawira Sumantri, W. Hartatik, A. Pramudia, dan M.
Sudjadi. 1990. Evaluasi Kedua Keperluan Fosfat pada Lahan Sawah Intensifikasi di Jawa. Hlm 209-221 dalam Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk V. Cisarua, 12-13 Nopember 1990. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
21
Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghijauan dan Reboisasi Pusat. 1999. Teknik Konservasi Tanah dan Air. Kelompok Kerja Penelitian dan Pengembangan (POKJA LITBANG)-NWMCP.
Sofyan, A., Nurjaya, dan A. Kasno. 2004. Status Hara Tanah Sawah
untuk Rekomendasi Pemupukan dalam Buku Tanah sawah dan Teknologi Pengelolaannya. hlm. 83-114. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
22
Lampiran 1. Tanaman penutup tanah (Sumber: Sekretariat Tim
Pengendali Bantuan Penghijauan dan Reboisasi
Pusat, 1999)
Tanaman penutup tanah pada umumnya adalah jenis legum
menjalar yang ditanam di antara tanaman tahunan/buah-buahan,
secara bergilir dengan tanaman semusim atau tanaman tahunan,
dan sebagai tanaman pemula (pioneer) untuk rehabilitasi lahan
kritis (Gambar 5). Fungsi tanaman penutup adalah untuk
menutupi tanah dari terpaan langsung air hujan, rehabilitasi
lahan kritis, menjaga kesuburan tanah, dan menyediakan bahan
organik. Berbagai tanaman penutup tanah rendah berupa
tanaman legum adalah stilo (Stylosanthes sp.), sentro (Centrosema
sp.), kalopo (Calopogonium sp), puero atau kudzu (Pueraria sp), dan
Arachis sp., sedangkan jenis rumput yang dapat ditanam adalah
Brachiaria decumbens (bede).
Gambar 5. Contoh tanaman penutup tanah (Pueraria javanica) diantara tanaman tahunan/buah-buahan
Tanaman tahunan/ buah-buahan
Tanaman penutup/ Tanah/LCC
gx~ÇÉÄÉz| cxÅâÑâ~tÇ fÑxá|y|~ _É~tá| wtÇ ^ÉÇáxÜätá| gtÇt{
23
Lampiran 2. Mulsa bahan hijauan (Sumber: Departemen
Pertanian, 2006)
Mulsa dapat berasal dari hijauan hasil pangkasan tanaman
pagar, tanaman strip rumput, dan sisa tanaman. Bahan tersebut
disebarkan di atas permukaan tanah secara rapat untuk menghindari
kerusakan permukaan tanah dari terpaan hujan. Bahan hijauan atau
sisa tanaman juga dapat ditumpuk memanjang searah kontur,
terutama bagi bahan hijauan yang mempunyai struktur memanjang
seperti batang dan daun jagung atau jerami padi dengan maksud
menghambat laju aliran permukaan.
Mulsa biasanya merupakan kombinasi antara sisa tanaman
yang cepat melapuk dan lambat melapuk. Bahan hijauan atau
biomassa yang cepat melapuk (seperti sisa tanaman kacang-
kacangan) berguna untuk memperbaiki struktur tanah dan
menyediakan hara secara cepat, sedangkan biomassa yang relatif
lambat melapuk (seperti jerami padi, batang jagung) berguna untuk
menghambat laju aliran permukaan.