8/3/2019 TGS HKM ADAT
1/13
HUKUM ADAT
Pengurusan Harta Bersama dan Status Anak
Menurut Hukum Adat Minangkabau
OLEH :
NAMA : JUMDESRA
NIM : 0909120219
SEMESTER : IV A REGULER
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS RIAU
2011
1
8/3/2019 TGS HKM ADAT
2/13
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah,
karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang
diharapkan. Dalam makalah ini membahas Penyalahgunaan wewenang pihakkepolisian, suatu permasalahan yang selalu dialami bagi masyarakat yang
menggunakan sepeda motor maupun mobil utuk berkendara.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah yang sangat
diperlukan dalam suatu harapan mendapatkan keamanan dalam berkendara dan
sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata
kuliah Hukum Adat
Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat,
Pekanbaru 22 Februari 2011
Penyusun
2
8/3/2019 TGS HKM ADAT
3/13
DAFTAR ISI
Kata pengantar..1
Daftar isi...2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang...........3
2. Rumusan Masalah .....3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tentang harato Pusako Tinggi...4
2. Keputusan Seminar Niniak Mamak........5
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan..11
Saran....11
DAFTAR PUSTKA
3
8/3/2019 TGS HKM ADAT
4/13
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penduduk Sumatera Barat yang mayoritas masyarakat Minangkabau dikenal kuat
berpegang kepada adat, tetapi dapat menerima perobahan norma yang disebabkan oleh
pergantian penguasa yang lebih luas (negara). Aturan hukum yang berkembang dalam
masyarakat Minangkabau ada dua bentuk; aturan yang datang dari Tuhan (Islam)
berupa Al-Quran dan Hadits, dan aturan adat yang juga terdiri dari dua unsur. Pertama
yang bersifat esensial dan tidak dapat berobah, kedua yang dapat berobah dalam bentuk
hasil mufakat rapat nagari. Dengan demikian aturan adat Minangkabau terdiri dari
bentuk adat, adat istiadat, adat yang diadatkan, adat yang teradat. Adat adalah bentuk
asli yang tidak dapat berobah seperti sistem garis keturunan nasab ibu, peran penghuludan mamak, pembagian nagari menjadi suku, dan hukum alam sebagai dasar falsafah
adat Minangkabau. Adat istiadat, adalah kebiasaan masyarakat untuk wilayah tertentu
dalam wilayah Minangkabau, seperti aturan-aturan yang bersifat seremonial. Adat yang
diadatkan, adalah sesuatu yang datang dari pemerintah (negara) atau pemerintah daerah,
seperti peraturan luhak dan rantau yang kemudian diubah oleh Pemerintah Kolonial
Belanda menjadi peraturan kelarasan. Adat yang teradat, adalah aturan berupa hasil
kesepakatan rapat nagari. Di sini jelas bahwa aturan yang berlaku dan berkembang
dalam masyarakat Minangkabau cukup bervariasi; hukum Islam, Aturan adat dengan
segala bentuknya, hukum negara yang bekerja secara bersamaan dalam mengaturhubungan antar individu dan antar kelompok masyarakat.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjabaran diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan yang
dikaji ialah bagaimana pengurusan harta bersama dan status anak menurut adat
minangkabau?
4
8/3/2019 TGS HKM ADAT
5/13
BAB II
PEMBAHASAN
1.Tentang harato Pusako Tinggi.
Perbedaan pandapat tentang harato pusako sebenarnya telah terjadi sejak dari Syekh
Ahmad Khatib Al.Minangkabawy, malah beliau mengarang sebuah kitab berjudul : Ad
Doi' al Masmu' fil Raddi 'ala Tawarisi al 'ikwati wa Awadi al Akawati ma'a Wujud al
usuli wa al Furu'i, yang artinya : Dakwah yang didengar Tentang Penolakan Atas
Pewarisan Pewarisan Saudara dan anak Saudara Disamping Ada Orang Tua dan Anak.
Kitab itu di Tulis di Mekah pada akhir abat ke XIX. ( DR Amir Syarifuddin
Pelaksanaan Hukum Pewarisan Islam Dalam Adat Minangkabau 275 ) Namun,beliau
beda pandapek dengan murid beliau seperti Syekh Dr.H.Abd.Karim Amrullah.
Murid beliau Syekh Rasul ( H.Abdul Karim Amrullah ) ulama yang belakan ini melihat
harta pusaka dalam bentuk yang sudah terpisah dari harta pencarian. Beliau berpendapat
bahwa harta pusaka itu sama keadaannya dengan harta wakaf atau harta musabalah yang
pernah diperlkukan oleh Umar ibn Kattab atas harta yang didapatnya di Khaybar yang
telah dibekukan tasarrufnya dan hasilnya dimanfaatkan untuk kepentingan umum.
Penyamaan harta pusaka dengan harta wakaf tersebut walaupun ada masih ada
perbedaannya, adalah untuk menyatakan bahwa harta tersebut tidak dapat diwariskan.
Karena tidak dapat diwariskan, maka terindarlah harta tersebut dari kelompok hata yang
harus diwarisklan.
Menurut hukum Faraid; artinya tidak salah kalau padanya tidak berlaku hukum Faraid.
Pendapat beliau ini di ikuti oleh ulama lain di antaranya Syekh Sulaiman ar Rasuli.
( DR Amir Syarifuddin Pelaksanaan Hukum Pewarisan Islam Dalam Adat
Minangkabau 278).Kemudian Buya Hamka berpendapat tentang harta pusaka sebagai
berikut :
Yang pertama "Bahwa Islam masuk ke Minangkabau tidak mengganggu susunan adat
Minangkabau dengan PUSAKA tinggi. Begitu hebat perperangan Paderi, hendak
merubah daki-daki adat jahiliyah di Minangkabau, namun Haji Miskin,
Haji A.Rachman Piobang, Tuanku Lintau, tidaklah menyinggung atau ingin merombak
susunan harta pusaka tinggi itu. Bahkan pahlawan Paderi radikal, Tuanku nan Renceh
yang sampai membunuh ncu-nya (adek perempuan ibunya) karena tidak mau
mengerjakan sembahyang, tidaklah tersebut, bahwa beliau menyinggung-nyinggung
susunan adat Itu,Kuburan Tuanku Nan Renceh di Kamang terdapat di dalam Tanah
Pusako Tinggi". (IDAM hlm 102 )
Yang kedua : "Tetapi Ayah saya DR. Syekh Abdulkarim Amrullah Berfatwa bahwa
harta pusaka tinggi adalah sebagai waqaf juga, atau sebagai harta musaballah yang
pernah dilakukan Umar bin Khatab pada hartanya sendiri di Khaibar,boleh diambil
5
8/3/2019 TGS HKM ADAT
6/13
isinya tetapi tidak boleh di Tasharruf kan tanahnya. Beliau mengemukan kaidah usul
yang terkenal yaitu;
Al Adatu Muhak Kamatu, wal 'Urfu Qa-Dhin Artinya Adat adalah diperkokok, dan
Uruf ( tradisi) adalah berlaku". (IDAM
hlm 103)
Yang ke tiga : Satu hal yang tidak disinggung-singgung, sebab telah begitu keadaan
yang telah didapati sejak semula,yaitu harta pusaka yang turun menurut jalan keibuan.
Adat dan Syarak di Minangkabau bukanlah seperti air denganminyak, melainkan
berpadu satu, sebagai air dengan minyak dalam susu. Sebab Islam bukanlah tempel-
tempelan dalam adat Minangkabau, tetapi satu susunan Islam yang dibuat menurut
pandangan hidup orang Minangkabau. (Hamka, Ayahku hlm. 9).
Yang ke empat : "Pusaka Tinggi" inilah dijual tidak dimakan bali di gadai tidak
dimakan sando (sandra). "Inilah Tiang Agung Minangkabau" selama ini. Jarang
kejadian pusako tinggi menjadi pusako rendah, entah kalau adat tidak berdirilagi pada
suku yang menguasainya (Hamka, dalam Naim, 1968:29)
2. Keputusan Seminar Niniak Mamak
I. Keputusan pada Seminar atau Musyawaratan Alim Ulama, Niniak mamak dan cadiak
pandai Minangkabau pada tanggal 4 s/d 5 Mei 1952 di Bukittinggi maka Seminanr
menetapkan :
Terhadap "Harta Pencarian" berlaku hukum Faraidh, sedangkan terhadap "Harta
Pusaka" berlaku hukum adat
Kemudian pada Seminar Hukum Adat Minangkabau tahun 1968 di Padang, yang di
hadiri oleh para cendikiawan dan para ulama Minagkabau, ditetapkan bahwa terhadap
harta pencaharian berlaku hukum faraidh, dan terhadap hartapusaka tinggi berlakuhukum adat. Selanjutnya, tentang hukum waris diputuskan sebagai berikut :
Harta pusaka di Minangkabau merupakan harta badan hukum yang diurus dan diwakili
oleh Mamak Kepala luar dan di dalam peradilan.
Anak kemenakan dan mamak kepala waris yang termasuk ke dalam badan hukum itu
masing-masingnya bukanlah pemilik dari harta badan hukum tersebut. (Naim,
1968:243)Kemudian Dr.Amir Syarifuddin berpendapat, bahwa pewarisan menurut adat
bukanlah berarti peralihan harta dari pewaris kepada ahli waris, tetapi peralihan peranan
6
8/3/2019 TGS HKM ADAT
7/13
atas pengurusan harta pusaka itu. Dengan demikian terlihat adanya perbedaan dalam
system. Perbedaan tersebut akan lebih nyata dalam keterangan di bawah ini:
Pertama: harta pusaka melekat pada rumah tempat keluarga itu tinggal dan merupakan
dana tetap bagi kehidupan keluarga yang tinggal di rumah itu. Harta itu dikuasai olehperempuan tertua di rumah itu dan hasilnya dipergunakan untuk manfaat seisi rumah.
Pengawasan penggunaan harta itu berada di tangan mamak rumah. Bila mamak rumah
mati,maka peranan pengawasan beralih kepada kemenakan yang laki-laki. Bila
perempuan tertua dirumah itu mati, maka peranan penguasaan dan pengurusan beralih
kepada perempuan yang lebih muda. Dalam hal ini tidak ada peralihan harta. Penerusan
peranan dalam system kewarisan adat, adalah ibarat silih bergantinya kepengurusan
suatu badan atau yayasan yang mengelola suatu bentuk harta. Kematian pengurus itu
tidak membawa pengaruh apa - apa terhadap status harta, karena yang mati hanya
sekedar pengurus.
Hal tersebut di atas berbeda sama sekali dengan bentuk pewarisan dalam hukum Islam.
Dalam Hukum Islam pewarisan berarti peralihan hak milik dari yang mati kepada yang
masih hidup. Yang beralih adalah harta. Dalam bentuk harta yang bergerak, harta itu
berpindah dari suatu tempat ketempat yang lain. Sedangkan dalam bentuk harta yang
tidak bergerak,yang beralih dalam status pemilikan atas harta tersebut.
Kedua, dan yang merupakan ciri khas dari harta pusaka ialah bahwa harta itu bukan
milik perorangan dan bukan milik siapa -siapa secara pasti. Yang memiliki harta itu
ialah nenek moyang yang mula-mula memperoleh harta itu secara mencancang melatah.Harta itu ditujukan untuk dana bersama bagi anak cucunya dalam bentuk yang tidak
terbagi-bagi.Setiap anggota dalam kaum dapat memanfaatkannya tetapi tidak dapat
memilikinya. ( DR Amir Syarifuddin Pelaksanaan Hukum Pewarisan Islam Dalam Adat
Minangkabau 269-270). Maka dengan demikianlah, jelaslah bahwa telah ada
kesepakatan para alim ulama, niniak mamak, dan cadiak pandai tentang status harta
pusaka itu sebagai warih bajawek, pusako batolong dari niniak turun kemamak dari
mamak turun kekemanakan. Dan kemudian diturunkan pula kebawah menurut jalur Ibu
dalam kaum atau suku yang bersangkutan.Indak buliah dihilang dilanyokkan, kok
dibubuik layua dianjak mati, dijua indak dimakan bali di gadai indak dimakan sando.
Kemudian seperti sering saya kemukakan, bahawa harta pusaka itu adalah sebagai
bukti, "asal usul" bahwa seseorang itu dapat dikatakan keturunan Minang ( Etnis
Minangkabau) apabila mempunyai harta pusaka tiunggi. Dalam adat dikatokan, "nan ba
pandam ba pakuburan nan ba sasok bajarami, kok dakek dapek di kakok, kok jauah
dapek diantakan". Seseorang nan indak punyo atau indak lai mempunyai harta pusaka,
berarti indak lai basasok bajarami, tidak ba pandam ba pukuburan, maka orang atau
keluarga yang telah habis harta pusakanya tidakalah lagi langkap Minangnyo. Indak lai
baurek tunggang, indak bapucuak bulek, atau dengan kato lain kateh indak bapucuak
kabawah indak baurek orang tersebut dapat juga dikatakan "punah" punah dalam hal
7
8/3/2019 TGS HKM ADAT
8/13
harta pusaka menurut aturan adat, jika dia meninggal dia dikatakan mati ayam mati
tunggau. Malah ada pendapat para ahli adat, mangatokan bahwa apabila satu kaum
sudah abih harato pusakonya, mako indak paralu lai ma angkek seorang panghulu,
karena adat itu berdiri di ates pusako, cancang balandasan lompek basitumpu.
Harta pusaka itu adalah sebagai alat permersatu dalam jurai, kaum, dan bagi masyarakat
Minang pada umum, sekaligus untuk mengetahui, nan sa asa saka turunan menurut jalur
adat.Harta tersebut juga sebagai harta cadangan, jika ada dunsanak kemanakan yang
kehidupannya agak susah di perantauan boleh babaliak kakampung uruihlah harata itu.
Oleh karenanya dapat kita bayangkan jika harta pusaka di Minangkabau di perjual
belikan, maka masyarakat Minangkabau akan sama nasibnya dengan masyarakat
daerah-daerah lain, akan tersingkir dari nagari asalnya sendiri Harta itu adalah amanah,
yang boleh hanya diambil asilnya dan tidah untuak dimiliki, maka harta itu jangan
sampai ilang atau lenyap ditangan kita. Karena harta itu bukanlah milik pribadi, tetapiadalah milik bersama, maka bersama-sama pula meliharanya.
Namun, demikian jika ada yang berpendapat dengan mengatakan bahwa harta pusaka
itu haram, itu adalah haknya.Tetapi bagaimana dengan pendapat para ulama
Minangkabau diatas, apa itu tidak boleh di katakan sebagai "IJMAK" para ulama
Minangkabau? Dan selanjutnya, jika pendapat tersebut sudah sangat di yakini bahwa
harta pusaka tersebut adalah haram menurut Agama. Mulailah terlabih dahulu dari diri
sendiri, atas harta pusako nan saparuik, nan sakaum atau sapayung sapasukuan dan nan
sanagari. Adat kan salingka nagari, pusako salingka kaum, tidak ada yang akan
melarang, jika nan berhak telah sepakat untuk membuat apa saja atas harta pusakatersebut. Dan kepada yang masih meyakini atas pendapat para uluma Minangkabau
tersebut diatas, tentu juga itu merupakan hak, tidak ada pulah yang boleh memeksa kan
ke endak. Ini tentu bukan berarti Taklid buta, kerana kita yakin para ulama Minang
tersebut tentu telah melalui penelitian atau ITIHAT pula.
Kedudukan ahli waris
Berdasarkan definisi dari waris menurut hukum adat, maka ahli
waris = keturunan (keturunan yang lebih dekat ke bawah menutup
kedudukan keturunan lainnya yang lebih jauh. Diperkuat oleh Kep.
MA No. 351 K/Sip/1958)
Harus dilihat susunan kekeluargaan (genealogi) nya.
1. Matrilineal.
_ Anak-anak adalah ahli waris dari ibunya saja, dan bukan
Universitas Airlangga
8
8/3/2019 TGS HKM ADAT
9/13
Departemen
merupakan ahli waris dari ayahnya. Harta pencarian
seorang suami jatuh kepada saudara-saudara kandungnya
2. Patrilineal.
_ Anak perempuan bukan ahli waris.
3. Parental.
_ Anak adalah ahli waris dari kedua orang tuanya.
Fakultas Hukum
Dasar Ilmu Hukum
Joeni Arianto Kurniawan
Penggantian waris
Seorang cucu dapat menggantikan kedudukan
orang tuanya yang telah meninggal terlebih
dahulu sebagai ahli waris dari kakekneneknya.
Universitas Airlangga
Departemen
Dasar hukum: Kep. MA No. 351 K/Sip/1958
Kep. MA No. 141 K/Sip/1959:
_Dimungkinkan penggantian waris dalam
garis ke atas dengan pertimbangan rasa
keadilan dari masyarakat y.b.s.
Fakultas Hukum
Dasar Ilmu Hukum
Joeni Arianto Kurniawan
Kedudukan anak luar kawin
9
8/3/2019 TGS HKM ADAT
10/13
Pada umumnya (terutama untuk keluarga
Jawa) _hanya berkedudukan ahli waris dari
ibu (&kerabatnya)
Universitas Airlangga
Departemen
Fakultas Hukum
Dasar Ilmu Hukum
Joeni Arianto Kurniawan
Kedudukan anak angkat
Dilihat tujuan pengangkatan anak y.b.s masyarakatnya
1. Berkedudukan sebagai ahli waris_jika kedudukan
anak angkat tsb sbg pengganti anak kandung (ex: utk
meneruskan garis keturunan pada masy Batak)
2. Bukan sbg ahli waris_jk kedudukan anak angkat tsb
tidak utk menggantikan kedudukan anak kandung
Universitas Airlangga
Departemen
(hny sebatas bertujuan menafkahi anak ybs. Ex: masy.
Jawa).
Khusus untuk poin 2. ini, dalam perkembangannya tdp
yurisprudensi yang menyatakan bahwa anak angkat
berkedudukan sbg ahli waris hanya sebatas harta
gono-gini (harta bersama) orang tua angkatnya.
Fakultas Hukum
Dasar Ilmu Hukum
Kedudukan anak tiri
10
8/3/2019 TGS HKM ADAT
11/13
Anak tiri hanya berkedudukan sebagai ahliwaris dari orang tua kandung, sedangkan
dalam hub.nya dengan orang tua tiri tidak berkedudukan sbg ahli waris.
11
8/3/2019 TGS HKM ADAT
12/13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Harta pusaka itu adalah sebagai alat permersatu dalam jurai, kaum, dan bagi masyarakat
Minang pada umum, sekaligus untuk mengetahui, nan sa asa saka turunan menurut
jalur adat.Harta tersebut juga sebagai harta cadangan, jika ada dunsanak kemanakan
yang kehidupannya agak susah di perantauan boleh babaliak kakampung uruihlah
harata itu. Oleh karenanya dapat kita bayangkan jika harta pusaka di Minangkabau
di perjual belikan, maka masyarakat Minangkabau akan sama nasibnya dengan
masyarakat daerah-daerah lain, akan tersingkir dari nagari asalnya sendiri Harta itu
adalah amanah, yang boleh hanya diambil asilnya dan tidah untuak dimiliki, maka
harta itu jangan sampai ilang atau lenyap ditangan kita. Karena harta itu bukanlah
milik pribadi, tetapi adalah milik bersama, maka bersama-sama pula meliharanya
2. Saran
seharusnya dalam pengertian harta bersama menurut hukum adat minang harus
diperjelas artinya supaya tidak dapat menimbulkan persamalahn dalam generasi
yang akn mendatang
dalam hal harta bersama, kedudukan anak harus lah dengan sesuai adat yang
telah dikukuhkan oleh ninik mamak dan jangan terlalu mengikuti perkembangan
zaman.
12
8/3/2019 TGS HKM ADAT
13/13
DAFTAR PUSTKA
palantaminang.wordpress.com/
id.wikipedia.org/wiki/Orang_Minang
www.pelaminanminang.com/
13
Recommended