BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam bidang kedokteran gigi, banyak sekali instrumen maupun bahan
yang digunakan, salah satunya adalah wax atau malam. Malam dalam kedokteran
gigi tidak lain harus memiliki syarat tertentu sehingga malam tersebut mampu
memenuhi kebutuhan baik itu malam yang digunakan secara direct ataupun
indirect. Pada proses laboratorium malam dental digunakan dalam banyak
kepentingan, dan penggunaannya disesuaikan dengan jenis malam dan sifat
dari masing-masing malam dental.
Konstitusi dasar malam yang dipergunakan di kedokteran Gigi berasal dari
tiga sumber utama, yaitu :
a. Mineral, seperti malam paraffin
b. Serangga, seperti malam beeswax
c. Tumbuhan, seperti malam ceresin dan carnauba
Ada beberapa jenis malam berdasarkan penggunaannya, antara lain :
1. Malam model :
Malam jenis ini banyak dipergunakan untuk keperluan membuat pola dan
untuk pencatatan relasi rahang dalam bentuk gigi tiruan. Malam model yang
digunakan untuk keperluan klinik hendaknya tidak mengalami perubahan
dimensi ketika dipanaskan pada suhu mulut dan didinginkan pada suhu
kamar.
2. Malam lembaran tuang :
Malam jenis ini tersedia dalam bentuk lembaran dengan ketebalan tertentu.
Bahan malam tuang dan komponen polimer harus dibakar habis dari
bumbung tuang tanpa meninggalkan residu.
3. Malam inlay :
Malam jenis ini banyak dipergunakan untuk pembuatan pola inlay, yang
dapat dipergunakan langsung di dalam mulut atau dengan model.
4. Carding dan Boxing wax :
1
Malam jenis ini banyak dipergunakan untuk melekatkan gigi tiruan pada
tempatnya dan untuk membuat dinding batas cetakan sebelum dilakukan
pengisian.
5. Malam perekat/sticky wax :
Malam jenis ini berbentuk batang yang mudah patah/brittle, warna kuning,
terbuat dari beeswax dan beberapa resin alami. Bahan ini hendaknya mudah
dilepas dengan air mendidih dan memiliki kontraksi minimal sewaktu
pendinginan untuk mencegah bergeraknya bagian-bagian yang hendak
disambung.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui berbagai macam-macam yang digunakan di kedokteran
gigi dan kegunaannya
2. Memahami sifat-sifat malam dental di kedokteran gigi
3. Memahami cara memanipulasi malam dental
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fungsi Malam Kedokteran Gigi
Malam gigi (dental wax) pada mulanya digunakan di kedokteran gigi sejak
awal abad 18 sebagai bahan cetak. Dalam perkembangan selanjutnya, malam
digunakan untuk berbagai prosedur klims dan laboratoris. Sebagai contoh, untuk
membuat pola malam gigi tiruan cekat (wax pattern), mereposisi gigi tiruan
sebagian yang patah (sticky wax), dan membatasi cetakan sebelum diisi gips
(boxingin wax). (Annusavice, 2003)
2.2 Komponen Malam Kedokteran Gigi
Malam adalah bahan termoplastis, berbentuk padat pada suhu kamar tetapi
meleleh tanpa mengalami dekomposisi dan membentuk cairan kental pada suhu
yang lebih tinggi. Malam yang berasal dari alam (natural waxes) ataupun sintetis
(synthetic waxes) memiliki sifat fisis dan kimawi yang berbeda-beda. Perlu
dilakukan pencampuran beberapa jenis malam untuk mendapatkan malam gigi
dengan sifat yang sesuai dengan kebutuhan. Malam gigi biasanya terdiri dari dua
atau lebih komponen, dapat berupa malam alami atau sintetis, resin, minyak (oils),
lemak (fats), dan pigmen (Annusavice, 2003). Komponen utama malam gigi
berupa malam alami atau sintetis. Dahulu, malam dikiasifikasikan berdasarkan
asalnya, yaitu : mineral, turnbuhan, insekta, dan binatang. Kiasifikasi yang lebih
baik wialah berdasarkan komposisi kimiawinya. Dua kelompok utama bahan
organik yang terkandung dalam malam adalah hidrokarbon dan ester. Malam
terdiri dan kombiriasi bahan organik yang kompleks dan mempunyai berat
molekul yang tinggi. Komposisi setiap jenis malam sangat bervariasi, tergantung
sumbernya dan saat pengambilannya (Hattrick, 2003).
3
1. Malam alami
a. Parafin (Paraffin)
Asal : fraksi petroleum (minyak bumi) dengan suhu tinggi.
Komposisi : hidrokarbon jenuh rantai lurus , mengandung 26 - 30 atom karbon.
Titik lebur : 40 - 71 °C. Akan meningkat bila berat molekul (BM) bertambah
dan akan menurun bila mengandung minyak. Parafin kedokteran
gigi mengandung minyak 0,5%.
Sifat : Beberapa hidrokarbon mengalami perubahan kristal saat
pendinginan. Bentuk kristal berubah dan jarum ke plat pada suhu 5
- 8 °C di bawah titik lebur. Selama pemadatan dan pendinginan
terjadi kontraksi volumetrik 11-15%.
b. Mikrokristalin (Microcrystalline)
Asal : fraksi petroleum
Komposisi : Hidrokarbon rantai bercabang, dengan atom karbon 41 - 50.
Titik lebur : 60-91°C.
Sifat : Hampir sama dengan parafin, tetapi lebih tough (tegar) dan
fleksibel. Perubahan volume selama pengerasan lebih kecil
daripada parafin. Memiliki afinitas terhadap minyak. Kekerasan
dan kelekatannya dapat diubah dengan menambahkan minyak.
c. Ceresin
Asal : Destilasi petroleum alami yang dimumikan
Komposisi : Hidrokarbon rantai lurus dan bercabang.
4
Sifat : Memiliki BM dan kekerasan yang lebih tinggi dan yang tidak
dimurnikan. Fungsi : Meningkatkan titik lebur parafin.
d. Carnauba & Komposisi Titik lebur
Komposisi : Campuran ester rantai lurus, alkohol, asam dan hidrokarbon
Titik lebur : Carnauba 84 -91 °C Ouricury 79- 84°C
Sifat : keras, getas, dan titik lebur tinggi.
Fungsi : Memiliki kualitas yang baik dalam meningkatkan titik lebur dan
kekerasan parafin. Carnauba lebih efektif daripada ouricury.
Contoh : parafin bila ditambah 10% carnauba wax maka titik leburnya
akan meningkat dari 20 ke 46°C.
e. Candelilla
Komposisi : 40-60% hidrokarbon parafin yang mengandung 29-33 atom C,
alkohol, asam, ester, dan lactones.
Titik lebur : 68-75°C
Fungsi : Mengeraskan parafin. Tidak efektif untuk meningkatkan titik
lebur parafin.
f. Japan wax & Cocoa butter
Bukan malam asli tetapi terutama berupa lemak.
Komposisi : Japan wax terdiri dan glisenda asam palmitat dan stearat, asam
dengan BM tinggi. Cocoa butter berupa lemak yang terdiri dan
gliserida asam stearat, palmitat, oleat, dan laurat dan asam lemak
rendah lainnya.
Sifat : Japan wax bersifat tough, malleable, dan lekat.
Titik lebur : 51°C. Cocoa butter bersifat getas pada suhu kamar.
Fungsi : Japan wax bila dicampur parafin akan memperbaiki tackiness dan
emulsifying ability. Cocoa butter untuk proteksi terhadap dehidrasi
janngan lunak. proteksi temporer semen ionomer kaca dan
kelembaban selama pengerasan dan kekeningan setelah mengeras.
5
g. Beeswax
Malam insekta yang terutama digunakan di kedokteran gigi.
Komposisi : Campuran ester kompleks, terutama mengandung mirisil palmitat,
hidrokarbon jenuh dan tak jenuh, serta asam organik dengan BM
tinggi.
Titik lebur : 63 -70 °C
Sifat : Getas pada suhu kamar, plastis pada suhu tubuh.
Fungsi : 1. memodifikasi sifat parafin.
2. komponen utama sticky wax. (Craig, 2002)
2. Malam Sintetis
Banyak digunakan di kedokteran gigi, tetapi malam alami masih
menupakan komponen utama. Malam sintetis berupa bahan organik kompleks
dengan komposisi kimiawi yang berfariasi. Meski secara kimiawi berbeda dengan
malam alami, sifat fisisnya seperti malam alami. Kemurnian malam sintetis Iebih
tinggi dari malam alami.
CONTOH :
1. Polietilena
2. Polioksietilena glikol
3. Hidrokarbon halogenasi
4. Hidrogenasi
5. Ester hasil reaksi asam dan fatty alcohol
SIFAT:
1. Rentang lebur (melting range)
Malam kedokteran gigi lebih cenderung mempunyai melting range
danpada melting point karena malam tersebut terdiri dan molekul yang sama
tetapi berat molekulnya berbeda, atau beberapa tipe molekul yang berbeda dan
masing-masing memiliki variasi berat molekul. Sebagai contoh titik lebur parafin
44 - 62 °C, titik lebur carnauba wax 50 - 90 °C. Campuran parafin 75% dan
carnauba 25% memiliki titik lebur yang berbeda.
6
2. Suhu transisi padat-padat (solid-solid transition temperature)
Bila malam dipanaskan hingga di bawah titik lebur, terjadi transisi
padatpadat yaitu perubahan struktur kristal lattice yang stabil (biasanya
orthorombik) menjadi heksagonal. Pada keadaan tersebut malam dapat
dimampulasi tanpa menyerpih, robek atau stress. Transisi padat-padat ini juga
menentukan sifat fisis dan kesesuaian malam untuk berbagai prosedur klinis dan
laboratoris. Malam yang harus tetap kaku bila ada dalam mulut, hams memiliki
suhu transisi padatpadat di atas 37°C.
3. Ekspansi termis (thermal expansion)
Seperti bahan lain, malam akan mengembang/ekspansi bila suhu
meningkat dan akan mengkerut/ kontraksi bila suhunya menurun. Koefisien
ekspansi termis malam lebih besar danpada bahan lain di kedokteran gigi. Sifat
ekspansi termis linier bahan malam dapat dijelaskan berdasarkan kekuatan ikatan
valensi sekunder dan titik transisi. Malam yang berasal dari mineral umumnya
mempunyai koefisien ekspansi lebih besar dan malam tumbuhan. Malam mineral
ikatan valensi sekundemya lemah, bila suhu meningkat terjadi pergerakan yang
lebih besar pada komponennya, maka ekspansi termalnya lebih besar. Ekspansi
tennis mi berpengaruh terhadap ketepatan restorasi yang dibuat. Sebagai contoh,
malam dengan koeisien ekspansi tennis 350 x 10 / °C bila didinginkan dan suhu
37 ke suhu 20 derajat celcius akan mengalami pengkerutan linier sebesar hampir
0,6%. (Wilson, 1987)
4. Kekuatan mekanis
Modulus elastisitas, limit proporsional, dan kekuatan kompresi malam
lebih rendah daripada bahan lain. Sifat mekanis tersebut sangat dipengaruhi oleh
suhu.
5. Daya alir (flow)
Bila malam diberi beban pada waktu tertentu, akan terjadi deformasi atau
perubahan bentuk. Deformasi plastis dan prosentase daya alimya tergantung
temperatur. Di bawah suhu transisi, daya alirnnya rendah. Daya alir im penting
7
untuk malam inlay yang polanya dikerjakan secara direct. Pada suhu 5 derajat di
atas suhu mulut, daya alirnya harus besar, tetapi pada suhu mulut /37 derajat harus
tidak ada daya alirnya.
6. Stres internal (Internal stress)
Stres internal sering juga disebut residual stress. Malam memiliki
konduktivitas panas rendah, sehingga sukar mencapai pemanasan yang merata.
Bila malam dicetak atau dibentuk tanpa pemanasan yang cukup di atas suhu
transisi padat-padat, maka akan terjadi stress dalam bahan. Bila malam
dipanaskan, terjadi pelepasan stress dan mengakibatkan distorsi. (Combe, 1992)
2.3 Klasifikasi
Malam gigi dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsinya, seperti tampak
pada tabel berikut:
Malam pola digunakan untuk membuat model restorasi gigi dengan bentuk
dan ukuran yang ditentukan, kemudian dibuat cetakan dan corlcasting dengan
bahan aloi emas, aloi mkel kromium, atau resin. Malam pemrosesan terutama
digunakan sebagai alat tambahan pada pembuatan alat restorasi gigi, baik di klinik
maupun laboratorium. Malam sebagai bahan cetak sekarang digunakan secara
terbatas untuk mencetak rahang yang tidak bergigi dan undercut, umumnya
dikombinasikan dengan bahan cetak lain seperti zink oksida eugenol.
1. Inlay pattern wax
Guna : malam pola untuk restorasi gigi inlay, mahkota dan jembatan.
Komposisi : komponen utamanya adalah parafin, mikrokristalin, ceresin,
carnauba, candelilla, dan beeswax.
Contoh : parafin 60%, carnauba 25%, ceresin 10%, beeswax 5%.
8
Jenis : hard, medium/regular, dan soft, menunjukkan daya alirnya. Daya
alir dapat dikurangi dengan menambahkan carnauba atau parafin
dengan titik lebur tinggi. Daya alir dapat juga diatur dengan
menambahkan 1% resin.
Sediaan : warna biru tua, hijau, dan ungu sehingga kontras dengan warna
gigi. Bentuk batang/tongkat panjang 7,5 cm dan diameter 0,64 cm.
Ada juga bentuk pelet dan konus.
Sifat : akurasi dan kualitas casting sangat tergantung pada akurasi dan
detil pola malam, dengan demikian malam perlu memiliki sifat-
sifat fisis yang penting. Spesifikasi ANSI/ADA no. 4 untuk inlay
direct dan indirect. Malam bila dipanaskan akan mencair dan
menguap, diharapkan tidak ada sisa, sehingga akan menghasilkan
casting yang sempurna. Residu maksimum malam inlay adalah
0,10%. Ekspansi termal limer maksimal pada suhu 25 -30 °C
adalah 0,2% dan suhu 25-37 adalah 0,6%. Inlay pattern bertendensi
mengalami warp atau distorsi. Malam inlay terdiri dan 2 tipe, Tipe
I Hard untuk direct technic, dan Tipe II yang lebih lunak untuk
indirect technic.
2. Casting wax
Fungsi : pola kerangka logam gigi tiruan.
Komposisi : komposisi yang tepat tidak diketahui, tetapi hampir sama dengan
inlay wax.
Sediaan : berbentuk lembaran (tebal 0,32 - 0,4 mm), bentuk jadi, dan
gumpalan (bulk).
Sifat : lunak dan dapat diadaptasikan pada suhu 40 - 45 °C. Agak lengket
dan terfiksasi pada model keija gips. Mencetak dengan akurat
permukaan yang dilekatinya. Tidak getas waktu didinginkan.
Menguap pada suhu 500°C dan tidak meninggalkan lapisan kecuali
karbon.
3. Baseplate wax
Fungsi : (1) menentukan dimensi vertikal rahang pada pembuatan gigi tiruan
lengkap, dan
9
(2) malam pola plat dasar gigi tiruan lengkap dan sebagian, serta
alat orthodonsi. Komposisi : Terdiri dan 70 - 80% parafin I ceresin.
Contoh : Ceresin 80%, Beeswax 12%, Carnauba wax 2,5%, Resin 3%, dan
Mikrokristalin 2,5%.
Sediaan : Bentuk lembaran berukuran 7,6 x 15 x 1,3 cm, wama merah atau
merah muda. Ada 3 tipe, tipe I (lunak), tipe II (sedang), dan tipe III (keras).
Sifat : Syarat yang harus dipenuhi baseplate wax.
a. Ekspansi thermis limer pada suhu 25-40°C lebih kecil dari 0,8%.
b. Tidak mengiritasi jaringan mulut.
c. Tidak flaky / menyerpih dan melekat di jan.
d. Mudah diukir pada suhu 23°C.
e. Permukaan halus setelah di flaming (disentuhkan pada api).
f. Tidak berbekas pada porselen dan gigi tiruan.
g. Tidak mewamai gigi.
Terjadi residual stress pada perlekatan gigi tiruan dan disekitar gigi tiruan,
karena perbedaan suhu, pooling wax dengan spatula panas, dan manipulasi di
bawah suhu transisi. Model malam harus segera di proses agar akurasinya terjaga.
(Mc. Cabe, 1984)
2.4 Malam untuk Pemrosesan
1. Boxing wax
Fungsi : boxing (memberi batas) cetakan pada waktu diisi gips.
Sediaan : batang atau strip berwama hitam atau hijau.
2. Carding wax
Fungsi : melekatkan gigi artifisial pada plat display.
3. Utility wax
Fungsi : dilekatkan pada sendok cetak untuk memperbaiki kontur.
Komposisi : Beeswax, petrolatum dan malam lunak lain.
Sediaan : bentuk batang atau lembaran berwama merah ma atau oranye.
4. Sticky wax
Fungsi : Menyambung melekatkan patahan protesa gigi resin (reparasi)
dan logam (soldering).
10
Komposisi : Rosin, beeswax, pewarna, dan resin alami.
Sediaan : warna gelap atau terang.
Sifat : Pada suhu kamar bersifat getas, kuat dan tidak Iengket. Bila
dicairkan bersifat Iengket dan melekat kuat pada permukaan bahan.
Residu < 0,2%. Pengkerutan < 0,5% dari suhu 43 ke 28°C. Daya
alir pada suhu 30°C maksimum 5%, dan pada suhu 43°C minimum
90%. (Manappallil, 1998)
2.5 Malam untuk Cetak
1. Corrective impression wax
Fungsi : wax veneer pada cetakan untuk mendapatkan detil jaringan lunak.
Komposisi : malam hidrokarbon (parafin, ceresin, dan beeswax) dan partikel
logam.
Sifat : Daya alir 100% pada suhu 37°C. Distorsi waktu dikeluarkan dari
mulut.
2. Bite registration wax
Fungsi : mendapatkan artikulasi akurat dan rahang atas dan bawah.
Komposisi : dibuat dari casting wax sheet atau hard base plate wax. Terdiri dari
beeswax atau malam hidrokarbon (parafin & ceresin). Beberapa
malam jenis ini mengandung aluminium dan copper.
Sifat : Daya alir pada suhu 37°C adalah 2,5% -22%. Distorsi waktu
dikeluarkan dari mulut.
2.6 Cara Pelunakan Malam Gigi
Malam gigi dapat dilunakkan dengan 3 cara, yaitu dry heat, waterbath, dan
di atas api.
1. Dry heat Alat yang digunakan adalah oven atau annealer.
Malam dimasukkan ke dalam alat dengan temperatur tertentu hingga
malam menjadi lunak sesuai yang diinginkan. Cara ini menyebabkan pelunakan
malam yang merata sehingga memberikan hasil yang terbaik.
2. Waterbath
11
Alat yang digunakan adalah waterbath yang telah diisi air dengan
temperatur tertentu. Malam dimasukkan ke dalam waterbath hingga lunak sesuai
yang diinginkan. Cara ini memiliki 3 kelemahan. Pertama, akan terbentuk titik-
titik air di permukaan malam, sehingga bila malam dipanaskan kembali akan
terjadi percikan air tersebut. Kedua, Akan terbentuk lapisan malam saat dilakukan
pemolesan. Ketiga, Dapat terjadi distorsi model malam karena adanya perubahan
temperatur.
3. Diatas Api
Alat yang digunakan adalah lampu spiritus. Malam diletakkan pada udara
panas di atas nyala api hingga berkilat (shiny) kemudian dijauhkan. Perlakuan
tersebut diulang-ulang untuk bagian demi bagian malam hingga hangatnya merata
dan malam menjadi lunak secara keseluruhan. Pelunakan malam dengan cara mi
sulit menghasilkan malam yang pelunakannya merata.
2.7 Sifat Fisis Malam
Sifat fisis malam yang paling sering ditanyakan adalah titik cairnya.
Walaupun ini mungkin penting dalam industri, tetapi tidak demikian halnya di
kedokteran gigi di mana biasanya dipergunakan campuran berbagai malam. Sifat
fisis malam yang penting dalam pemakaiannya di kedokteran gigi selain
mengenail mudahnya dimanipulasi adalah:
Suhu transisi padat-padat
Ekspansi termis dan kontraksi termis
Flow/aliran
Internal stress/tegangan dalam (Craig, 2002)
2.8 Syarat Malam Kedokteran Gigi
Malam yang dipergunakan di dunia Kedokteran Gigi harus memenuhi
syarat sebagai berikut :
Stabil pada suhu mulut
Dapat mengisi rongga cetak
Non iritan dan Non toxic
Tidak meninggalkan residu
12
Tidak berubah sifat fisis jika dipanaskan (Wilson,1987)
13
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Alat-alat
1. Pisau Malam
2. Pisau Model
3. Pisau Gips
4. Lampu Spirtus
5. Pensil Tinta
6. chip blower
7. trimmer
8. Lap Halus
Bahan-bahan
1. Model rahang atas dan rahan bawah yang tidak bergigi
2. baseplate wax / malam merah
3.2 Tahap Pekerjaan :
1. Merapikan basis model dungeon pilau gips, member identities pada basis
model dengan pensil tinta.
2. Gambar outline pada model dengan pensil tinta, perhatikan daerah frednulum,
bebaskan daerah tersebut. Jika masih belum terampil menggambar outline
dengan baik bisa menggunakan pensil biasa terlebih dahulu, dan jika sudah
disetujui oleh instruktur outline ditebalkan menggunakan pensil tinta.
3. Satu lembar baseplate wax dibagi menjadi dua bagian sama besar. Satu bagian
baseplate wax digunakan untuk RA dapat langsung dimanipulasi, untuk yang
RB sebelum dimanipulasi bagian baseplate wax dipotong membenutk segitiga
atau seperti huruf V.
4. Siapkan lampu spirtus dengan api yang sedang, kemudian baseplate wax /
malam mulai dimanipulasikan dengan cara memanaskan malam diatas lampu
spirtus secara merata. Setelah malam mencapai suhu transisi padat-padat
letakkan lempeng mala diatas model kemudian tekan-tekan dengan
14
meggunakan ibu jari. Perhatikan saat menekan malam dengan ibu jari jangan
sampai merobek lembaran malam, jika malam menjadi keras panaskan
kembali diatas lampu spirtus.
5. Setelah semua permukaan malam menempel pada model, potong malam
sesuai dengan outline dengan menggunakan pisau model dan pisau malam,
dan rapikan seluruh tepinya.
6. Hasil maksimal adalah seluruh malam dapat diaplikasikan pada model dengan
ketebalan yang sama dan tepi yang rapi sesuai outline, halus dan permukannya
rata.
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum yang telah dilakukan, jenis malam yang digunakan adalam
malam merah atau cavex. Malam jenis ini biasa digunakan untuk keperluan
membuat pola dan pencatatan relasi rahang dalam pembuatan gigi tiruan.
Outline
Tahap yang pertama dilakukan saat praktikum adalah membuat
outline pada edentulous yang telah dibagikan yang akan digunakan sebagai
pedoman langkah berikutnya. Outline form digambar menggunakan pensil
biasa dan setelah jadi, barulah digunakan pensil tinta. Outline form sendiri
adalah garis nyata yang membatasi antara mukosa bergerak dan tidak
bergerak. Dalam pembuatan outline form tidak lepas dari memperhatikan
anatomi edentulous.
Manipulasi
Sebelum pemanasan dilakukan struktur dari bentuk kristal malam
adalah orthorhombik yang menyebabkan kisi kristalnya dalam keadaan
stabil dan pada akhirnya bila dipaksakan dimanipulasi dengan memberikan
tekanan-tekanan pada malam maka malam akan menyerpih, robek serta
terbentuk tegangan dalam (internal stress), sehingga bila pada saat
dipanaskan tegangan yang ada akan dilepaskan dengan disertai distorsi.
Malam yang akan digunakan kemudian dipanaskan diatas nyala api
bunsen. Tujuan dari pemanasan secara merata sendiri relevan dengan sifat
fisis malam yang merupakan konduktor termis yang jelek dan memiliki
daya flow yang baik. Besarnya suhu transisi dimana malam akan dapat
dimanipulasi dengan mudah adalah 37°C. Pada suhu transisi padat-padat
inilah terjadi perubahan bentuk struktur kristal yang stabil orthorhombic
menjadi heksagonal..
Setelah malam mencapai suhu transisi padat-padat, malam siap
diletakkan kemudian ditekan-tekan pada edentulous. Dimana yang harus
diperhatikan saat penekanan adalah semua bagian malam sama tebalnya
dan usahakan kuku tidak menggores malam.
16
Finishing
Malam yang telah dibentuk sesuai dengan edentulous kemudian dirapikan
dengan menggunakan pisau model dan pisau malam agar sesuai dengan outline
form yang telah dibuat. Dimana dalam proses ini diperlukan ketelitian dan
kesabaran agar hasil yang diperoleh memuaskan. Kemudian setelah merapikan
malam dengan menggunakan pisau model dan pisau malam, dilanjutkan
dengan merapikan menggunakan chip blower dan api Bunsen. Dimana hal ini
bertujuan untuk menghaluskan dan menyatukan bagian malam yang tidak
homogeny agar menjadi homogen dan rapi.
17
BAB V
KESIMPULAN
Malam gigi (dental wax) pada mulanya digunakan di kedokteran gigi sejak
awal abad 18 sebagai bahan cetak
Malam kedokteran gigi memiliki syarat yang baik sebelum digunakan,
salah satunya harus tidak toksik dan tidak iritan
Pekerjaan pembuatan outline form, manipulasi dan finishing wax
memerlukan ketelitian dan kesabaran dari mahasiswa untuk mendapatkan
hasil yang maksimal
Malam mempunyai sifat-sifat diantaranya: suhu transisi padat-padat
ekspansi termis dan kontraksi termis, flow/daya aliran, internal stress
18
DAFTAR PUSTAKA
Annusavice, Kenneth J. 2003. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi.
Jakarta: EGC.
Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah : Slamat Tarigan. Jakarta :
Balai PustakA.
Craig, Robert G, and John M. Power. 2002. Restorative Dental Material: 11th
edition. United State of America : Mosby.
Hatrick, Carol Dixon. 2003. Dental Material : Clinical Application for Dental
Assistants and Dental Hygienist. Philadelphia : Saunders.
Manappallil JJ. Basic dental materials. 2nd ed. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publishers (P), 1998: 98-137.
Mc Cabe JF. Anderson’s Applied Dental Materials. 6th ed. Edinburgh: Blackwell
Scientific Publication, 1984: 83-91.
Wilson, H. J. dkk. 1987. Dental Technology and Materials for Students.
Blackwell Scientific Publication.
19