29
AKUNTANSI FORENSIK DAN FRAUD EXAMINATION, SIAPA PELAKU FRAUD Oleh: Dwi Dayanti, Haerul, Kholil, Nawangsari Putri Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya I. SIAPA PELAKU FRAUD? Fraud dapat dilakukan oleh siapa saja, meskipun pelaku fraud adalah orang yang dapat dipercaya. Kemungkinan besar suatu fraud terjadi ketika lingkungan pekerjaan integritasnya lemah, pengendaliannya tidak kuat, kehilangan akuntabilitas, atau mendapat tekanan yang besar, maka tidak dapat dipungkiri seseorang akan melakukan ketidakjujuran. Pelaku kecurangan dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu manajemen dan karyawan/pegawai. Pihak manajemen melakukan kecurangan biasanya untuk kepentingan perusahaan, contoh kecurangan yang dilakukan oleh manajemen yaitu salah saji yang timbul karena kecurangan pelaporan keuangan (misstatements arising from fraudulent financial reporting). Sedangkan karyawan/pegawai melakukan kecurangan bertujuan untuk keuntungan individu, misalnya salah saji yang berupa penyalahgunaan aktiva (misstatements arising from misappropriation of assets). Kecurangan pelaporan keuangan biasanya dilakukan karena dorongan dan ekspektasi terhadap prestasi kerja manajemen. Salah saji yang timbul karena kecurangan terhadap pelaporan keuangan lebih dikenal dengan istilah irregularities (ketidakberesan). Bentuk kecurangan seperti ini seringkali 1

Makalah kel ii fraud

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah kel ii fraud

AKUNTANSI FORENSIK DAN FRAUD EXAMINATION,

SIAPA PELAKU FRAUD

Oleh:

Dwi Dayanti, Haerul, Kholil, Nawangsari Putri

Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya

I. SIAPA PELAKU FRAUD?

Fraud dapat dilakukan oleh siapa saja, meskipun pelaku fraud adalah orang yang dapat

dipercaya. Kemungkinan besar suatu fraud terjadi ketika lingkungan pekerjaan integritasnya

lemah, pengendaliannya tidak kuat, kehilangan akuntabilitas, atau mendapat tekanan yang

besar, maka tidak dapat dipungkiri seseorang akan melakukan ketidakjujuran.

Pelaku kecurangan dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu manajemen

dan karyawan/pegawai. Pihak manajemen melakukan kecurangan biasanya untuk kepentingan

perusahaan, contoh kecurangan yang dilakukan oleh manajemen yaitu salah saji yang timbul

karena kecurangan pelaporan keuangan (misstatements arising from fraudulent financial

reporting). Sedangkan karyawan/pegawai melakukan kecurangan bertujuan untuk keuntungan

individu, misalnya salah saji yang berupa penyalahgunaan aktiva (misstatements arising from

misappropriation of assets).

Kecurangan pelaporan keuangan biasanya dilakukan karena dorongan dan ekspektasi

terhadap prestasi kerja manajemen. Salah saji yang timbul karena kecurangan terhadap

pelaporan keuangan lebih dikenal dengan istilah irregularities (ketidakberesan). Bentuk

kecurangan seperti ini seringkali dinamakan kecurangan manajemen (management fraud),

misalnya berupa : manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan terhadap catatan akuntansi atau

dokumen pendukung yang merupakan sumber penyajian laporan keuangan. Kesengajaan dalam

salah menyajikan atau sengaja menghilangkan (intentional omissions) suatu transaksi, kejadian,

atau informasi penting dari laporan keuangan.

Kecurangan penyalahgunaan aktiva biasanya disebut kecurangan karyawan (employee

fraud). Salah saji yang berasal dari penyalahgunaan aktiva meliputi penggelapan aktiva

perusahaan yang mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip-

prinsip akuntansi yang berlaku umum. Penggelapan aktiva umumnya dilakukan oleh karyawan

yang menghadapi masalah keuangan dan dilakukan karena melihat adanya peluang kelemahan

pada pengendalian internal perusahaan serta pembenaran terhadap tindakan tersebut. Contoh

1

Page 2: Makalah kel ii fraud

dari kecurangan karyawan (employee fraud) mengacuh pada Sawyers dalam “The Practice of

Modern Internal Audit” yang telah dialih bahasakan oleh Amin Widjaja, ada 40 bentuk

kecurangan karyawan, antara lain :

a) Pemalsuan cap stempel

b) Mencuri barang dagangan, peralatan, persediaan, dan barang-barang perlengkapan

lainnya

c) Mengambil sejumlah kecil uang kas dari mesin kasir

d) Tidak mencatat penjualan barang dan mengantongi uangnya

e) Menciptakan kelebihan dana kas dan register dengan melakukan kurang pencatatan

f) Pembebanan berlebihan pada akun-akun pengeluaran atau menggunakan uang muka

untuk kepentingan pribadi

g) Memutar penagihan atas rekening pelanggan

h) Membiayakan rekening pelanggan dan mencuri uangnya

i) Mengeluarkan kredit untuk klaim dan pengembalian oleh pelanggan palsu

j) Tidak memberikan setoran harian ke bank, atau menyetorkan sebagian dari uang saja

Mengacu pada Albrecht, dan Zimbelman (2009:10), berdasarkan pihak yang menjadi

korban, fraud dikelompokkan menjadi:

1. Fraud yang mengakibatkan perusahaan atau organisasi menjadi korban. Dalam kategori

ini, fraud dibagi kembali menjadi kelompok – kelompok yang lebih spesifik;

a. Penggelapan oleh karyawan – pelaku fraud merupakan anggota atau karyawan dari

perusahaan atau organisasi. Dalam fraud jenis ini, pelaku mengambil aset perusahaan

baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengambilan aset secara langsung

dilakukan dengan cara mengambil uang tunai, perlengkapan, peralatan serta aset – aset

lain perusahaan, sedangkan kecurangan secara tidak langsung dilakukan dengan

menerima sogokan atau komisi dari pihak ketiga.

b. Fraud yang melibatkan pemasok – pelaku fraud adalah pemasok dari suatu

perusahaan atau organisasi. Fraud ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu yang

dilakukan sendiri dan fraud yang melibatkan pihak lain. Pada fraud yang melibatkan

pihak lain, biasanya pelaku bekerja sama dengan bagian pembelian suatu perusahaan.

c. Fraud yang melibatkan pelanggan – pelaku fraud adalah pelanggan dari suatu

perusahaan atau organisasi. Pelanggan yang melakukan kecurangan biasanya tidak

membayar untuk barang yang dibeli, atau menipu perusahaan atau organisasi untuk

memberikan mereka (pelaku) barang yang tidak seharusnya mereka miliki.

2

Page 3: Makalah kel ii fraud

2. Fraud yang dilakukan oleh manajemen – korban dari fraud jenis ini adalah pemegang

saham dan pemberi pinjaman dari suatu organisasi atau perusahaan. Fraud yang dilakukan

oleh manajemen juga sering disebut sebagai kecurangan pelaporan keuangan. Manajemen

melakukan fraud ini dengan memanipulasi laporan keuangan perusahaan.

3. Penipuan investasi dan penipuan pelanggan lainnya – korban dalam fraud jenis ini adalah

pihak – pihak yang kurang berhati – hati atau kurang pengetahuan. Para pelaku fraud jenis

ini umumnya menjual investasi palsu ke korban.

4. Kecurangan lain – lain – korban dari fraud jenis ini tidak memiliki batasan golongan.

II. Faktor Pendorong Melakukan Korupsi/Kecurangan

Bologna dan Lindquist dalam Fraud Auditing and Forensic Accounting (New York:

John Wiley & Sons, 1995) menyatakan : "Some people are honest all the time, some people

(fewer than the honest ones) are dishonest all the time, most people are honest all the time,

and some people are honest most of the time". Artinya : "Sejumlah orang jujur untuk setiap saat,

sejumlah orang tidak jujur setiap saat, sebagian besar orang jujur setiap saat, dan sejumlah

orang jujur hampir setiap saat".

Berdasarkan pendapat diatas dapat dibuat suatu generalisasi tentang perilaku manusia

secara umum, yaitu :

1. Sejumlah orang jujur untuk setiap saat (Some people are honest all the time),

2. Sejumlah orang tidak jujur untuk setiap saat (some people are dishonest all the time),

3. Sebagian besar orang jujur untuk setiap saat (most people are honest all the time),

4. dan sejumlah orang jujur hampir setiap saat (and some people are honest most of the

time").

Meskipun terdapat banyak cara untuk melakukan kecurangan, secara umum terdapat

tiga unsur penting yang menyebabkan seseorang melakukan kecurangan, yaitu : (1) adanya

tekanan (perceived pressure), (2) adanya kesempatan (perceived opportunity), dan (3) berbagai

cara untuk merasionalisasi agar kecurangan dapat diterima (some way to rationalize the

fraud as acceptable). Ketiga unsure tersebut dikenal sebagai segitiga Fraud

Berikut faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya Fraud :

a. Kegagalan Disiplin untuk Pelaku Penipuan

Pelaku penipuan biasanya orang yang dihormati dalam pekerjaan mereka, masyarakat,

gereja, dan keluarga. Jika mereka mendapatkan sedikit sanksi atau dihentikan, mereka

jarang memberitahu keluarga mereka dan yang lain dari alasan sebenarnya terhadap

terminasi atau hukuman mereka. Di sisi lain, jika mereka dituntut, mereka biasanya malu 3

Page 4: Makalah kel ii fraud

apabila keluarga, teman, dan rekan bisnis tahu tentang pelanggaran yang mereka lakukan .

Karena biaya dan waktu yang terlibat dalam penuntutan, banyak organisasi hanya

memecat karyawan yang tidak jujur, berharap kasus penipuan ini selesai dengan

sendirinya. Memang, kurangnya penuntutan dapat memberi orang lain kesempatan untuk

melakukan penipuan, bila dikombinasikan dengan tekanan dan rasionalisasi, dapat

mengakibatkan penipuan tambahan dalam organisasi.

b. Kurangnya Akses Informasi

Banyak penipuan yang diizinkan untuk dilakukan karena korban tidak memiliki akses ke

informasi yang dimiliki oleh para pelaku . Hal ini terutama terjadi di banyak penipuan

manajemen besar yang telah dilakukan terhadap pemegang saham , investor , dan

pemegang utang . Kebanyakan penipuan investasi dan penipuan manajemen tergantung

pada kemampuan untuk menahan informasi dari korban . Individu dapat mencoba untuk

melindungi diri terhadap penipuan tersebut dengan menekankan pada pengungkapan

penuh , termasuk laporan keuangan yang telah diaudit , sejarah bisnis , dan informasi lain

yang dapat mengungkapkan sifat penipuan organisasi tersebut. Penipuan karyawan

tertentu juga boleh dilakukan karena hanya pelaku memiliki akses ke informasi. Informasi

asimetris, di mana satu pihak memiliki informasi lebih lanjut atau lebih baik dari pihak

lain, memiliki dalam beberapa kasus menyebabkan tuntutan hukum .

c. Ketidaktahuan , Apatis , dan Ketidakmampuan

Orang tua, orang dengan kesulitan bahasa, dan lainnya " rentan menjadi korban penipuan

karena pelaku tahu bahwa orang tersebut mungkin tidak memiliki kapasitas atau

pengetahuan untuk mendeteksi tindakan ilegal mereka. Banyak penipuan memangsa

korban lansia atau tidak berpendidikan

d. Kurangnya Trail Audit

Organisasi berusaha keras untuk membuat dokumen yang akan memberikan jejak audit

sehingga transaksi dapat direkonstruksi dan dipahami. Banyak penipuan, bagaimanapun,

melibatkan pembayaran tunai atau manipulasi record yang tidak dapat diikuti. Pelaku

penipuan pintar memahami bahwa penipuan mereka harus disembunyikan . Mereka juga

tahu bahwa penyembunyian tersebut biasanya harus melibatkan manipulasi catatan

keuangan. Ketika dihadapkan dengan keputusan tentang pencatatan keuangan untuk

memanipulasi pelaku hampir selalu memanipulasi laporan laba rugi, karena mereka

memahami bahwa jejak audit cepat akan terhapus .

4

Page 5: Makalah kel ii fraud

III. SEGITIGA FRAUD

Penelitian tradisional tentang kecurangan dilakukan pertama kali oleh Donald Cressey

pada tahun 1950 yang menimbulkan pertanyaan mengapa kecurangan dapat terjadi. Hasil dari

penelitian itu memunculkan faktor-faktor pemicu kecurangan yang saat ini dikenal dengan

“Fraud Triangle”.

Dalam penelitian tersebut Cressey memutuskan untuk mewawancarai pelaku

kecurangan yang menjadi tahanan atas tindakan kecurangan berupa penggelapan. Cressey

mewawancarai 200 pelaku penggelapan yang sedang menjalani masa tahanan. Satu dari tujuan

utama penelitian ini menyimpulkan bahwa setiap kecurangan yang dilakukan oleh para pelaku

memenuhi tiga faktor penting sebagai faktor pemicu

Secara umum fraud dapat terjadi apabila ada kesempatan (opportunity), tekanan

(pressure) atau insentif (incentive), dan rasionalisasi (rationalization). Tiga hal ini lebih

dikenal dengan segitiga fraud atau fraud triangle. Pressure (menunjukkan motivasi dan sebagai

“ unshareable need”), rationalization (personal ethics), Knowledge dan opportunity.

Gambar 2.1

Fraud Triangle

Dari dasar hasil penelitian yang dilakukan oleh Donald Cressey, memunculkan banyak

pendapat-pendapat lain yang kian beragam, diantaranya :

1. Ramos (2003) dikutip dari Rosyid, menggambarkan penyebab kecurangan dalam bentuk

segitiga (The fraud triangle), sebagai berikut :

a. Penyalahgunaan wewenang / jabatan (Occupational Frauds): kecurangan yang

dilakukan oleh individu-individu yang bekerja dalam suatu organisasi untuk

5

Page 6: Makalah kel ii fraud

mendapatkan keuntungan pribadi.

b. Kecurangan organisatoris (Organisational Fraud): kecurangan yang dilakukan oleh

organisasi itu sendiri demi kepentingan / keuntungan organisasi itu.

c. skema kepercayaan (Confidence Schemes). Dalam kategori ini, pelaku membuat suatu

skema kecurangan dengan menyalahgunakan kepercayaan korban.

d. CKM dr Kurtiyono mengutip pendapat Riduan Simanjuntak mengatakan bahwa

terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk melakukan kecurangan, yang

dikenal dengan teori GONE, yaitu :

1) Greed (keserakahan)

2) Opportunity (kesempatan)

3) Need (keinginan)

4) Exposure (Pengungkapan)

Faktor Greed dan Need merupakan faktor yang berhubungan dengan individu pelaku

kecurangan (disebut juga faktor individual). Sedangkan faktor Opportunity dan Exposure

merupakan faktor yang berhubungan dengan organisasi sebagai korban perbuatan fraud

(disebut juga faktor generik/umum).

Setiap pelaku kecurangan menghadapi berbagai macam tekanan (pressure). Tekanan

yang paling kuat adalah berkaitan dengan kebutuhan finansial, meskipun ia juga

menghadapi tekanan selain finansial (seperti frustasi ditempat kerja, kebutuhan untuk

melaporkan hasil yang lebih baik daripada kinerja yang sebenarnya, atau tantangan untuk

menyiasati sistem) juga merupakan faktor pendorong untuk melakukan kecurangan.

Pelaku kecurangan memerlukan suatu cara untuk membenarkan (merasionalisasi) atas

tindakan yang mereka lakukan agar dapat diterima. Pelaku merasionalisasikan

tindakannya dua alasan, yaitu : (1) ia tidak yakin bahwa apa yang telah ia lakukan adalah

melanggar hukum (ilegal), meskipun ia mengakui bahwa tindakan tersebut tidak etis, dan (2)

ia yakin bahwa ia akan mendapatkan uang pengganti dari sumber lain dan sehingga dapat

membayar kembali atas uang yang telah ia gelapkan.

Dalam benak pikirannya, ia hanya meminjam dan meskipun cara yang mereka

lakukan adalah tidak etis, ia akan membayar kembali utang tersebut. Setelah semua itu,

hampir semua orang akan ikut-ikutan melakukan hal serupa. Dalam hal terjadinya

kecurangan yang dilakukan oleh manajemen, sebagai contoh, tekanan (pressure) mungkin

kebutuhan untuk membuat bahwa laba perusahaan kelihatan lebih baik untuk mendapatkan

6

Page 7: Makalah kel ii fraud

pinjaman yang lebih besar, kesempatan (opportunity) mungkin karena adanya kelemahan

komite audit, dan sebagainya.

Kecurangan menyerupai terjadinya api dalam berbagai cara. Agar terjadi suatu api,

diperlukan adanya tiga unsur. Ketika semua dari ketiga unsur tersebut datang bersamaan,

terjadilah apa yang disebut dengan api (Gambar 2.3). Para petugas pemadam kebakaran

mengetahui bahwa suatu api dapat dipadamkan dengan mengeliminasi salah satu dari tiga unsur

tersebut. Oksigen sering dieliminasi dengan menggunakan bahan kimia, atau disebabkan

letusan. Panas sangat lazim dieliminasi dengan dituangi air. Bahan bakar dihilangkan dengan

pemadam api atau dengan menutupi sumber bahan bakar.

Seperti halnya dengan unsur dalam segitiga api, tiga unsur dalam segitiga

kecurangan juga saling berinteraksi. Pada api, bahan bakar lebih mudah terbakar, oksigen tidak

mudah terbakar dan panas untuk membakarnya. Pada kasus terjadinya kecurangan, semakin

besar kesempatan yang dimiliki atau semakin kuat tekanan yang dihadapi, meskipun

rasionalisasi kurang, hal ini akan mendorong seseorang melakukan kecurangan. Demikian juga,

semakin tidak jujur seseorang, meskipun kesempatan dan/atau tekanan yang dimiliki sangat

terbatas, mereka akan termotivasi untuk melakukan kecurangan.

Seseorang yang berusaha untuk mencoba mencegah terjadinya kecurangan selalu bekerja

hanya berada pada salah satu dari ketiga unsur segitiga kecurangan, yaitu kesempatan. Para

investigator secara umum berkeyakinan bahwa kesempatan dapat dieliminasi dengan adanya

sistem pengendalian intern yang baik dan menjamin untuk dipatuhinya sistem pengendalian

intern tersebut. Jarang para investigator berfokus pada tekanan untuk melakukan

kecurangan atau rasionalisasi yang dimiliki oleh pelaku kecurangan.

III.1 Kesempatan (Oportunity)

Menurut Tuanakotta (2010) yang mengungkapkan bahwa dari penelitian Cressey, pelaku 7

Page 8: Makalah kel ii fraud

kecurangan selalu memiliki pengetahuan dan kesempatan untuk melakukan tindakan tersebut

agar tindakan itu tidak dapat terdeteksi. Cressey berpendapat ada dua komponen dari peluang,

yaitu ;

1) General information, yang merupakan pengetahuan bahwa kedudukan yang mengandung

trust (kepercayaan), dapat dilanggar tanpa konsekuensi. Pengetahuan ini diperoleh

pelaku dari apa yang ia dengar atau lihat, misalnya dari pengalaman orang lain yang

melakukan fraud dan tidak ketahuan atau tidak dihukum atau terkena sanksi.

2) Technical skill atau keahlian/keterampilan

3) Keahlian/keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kejahatan tersebut. Ini

biasanya keahlian atau keterampilan yang dipunyai orang itu dan yang menyebabkan ia

mendapat kedudukan tersebut.

Selain itu, faktor yang menciptakan kesempatan adalah lemahnya pengendalian internal

(internal controls) yang telah ada pada perusahaan. Dalam bukunya ”Modern Auditing”

Boynton menyatakan mengenai Committee of Sponsoring Organizations (COSO) dan

mengidentifikasikan lima komponen pengendalian intern yang saling berhubungan, yaitu :

1. Lingkungan Pengendalian (control environment)

Faktor pembentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas dapat berupa

integritas dan nilai etika, komitmen terhadap kompetensi, dewan direksi dan komite audit,

filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur organisasi, penetapan wewenang dan

tanggung jawab, serta kebijakan dan praktik sumber daya manusia.

2. Penilaian Resiko (risk assessment)

Penilaian resiko oleh manajemen harus mencakup pertimbangan khusus atau resiko

yang dapat muncul dari perubahan kondisi lingkungan operasi, personel baru, sistem

informasi yang baru atau dimodifikasi, pertumbuhan yang cepat, teknologi baru,

restrukturisasi perusahaan, operasi di luar negri, pernyataan akuntansi, dan lini, produk,

atau aktivitas baru.

3. Informasi dan Komunikasi (information and communication system) Sistem akuntansi yang

efektif harus mencatat transaksi yang valid dan benar-benar terjadi, otorisasi yang tepat,

penyajian secara tepat dalam laporan keuangan.

4. Aktivitas pengendalian (control activities)

Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit laporan keuangan dapat

dikategorikan dalam berbagai cara, yaitu pemisahan tugas, pengendalian pemrosesan

informasi, pengendalian fisik, review kerja.

8

Page 9: Makalah kel ii fraud

5. Pemantauan (monitoring)

Pemantauan dapat dilaksanakan melalui aktivitas yang berkelanjutan (ongoing

activities) dan melalui pengevaluasian periodik secara terpisah.

6. Pelaksanaan Internal audit untuk setiap department

7. Accounting System

III.2 Tekanan (Pressure)

Tekanan merujuk pada sesuatu hal yang terjadi pada kehidupan pribadi pelaku yang

memotivasinya untuk mencuri. Biasanya motivasi tersebut timbul karena masalah keuangan,

tetapi ini dapat menjadi gejala dari faktor-faktor tekanan lainnya, sehingga tekanan dapat

dibagi menjadi dua jenis, yaitu: tekanan dari faktor keuangan (financial), dan tekanan dari

faktor sosial (non financial)

1 Financial Pressures

Masalah keuangan yang dialami pelaku dapat dipecahkan dengan mencuri uang

atau aset lainnya. Berikut faktor-faktor dari tekanan keuangan :

a. Greed. Keserakahan seseorang akan kekayaan dapat memicu orang tersebut bertindak

curang karena merasa tidak puas dengan apa yang dimiliki.

b. Gaya hidup mewah

c. High personal debts. Hutang yang menumpuk dapat membuat seseorang tertekan.

Ketertekanan akan semakin tinggi ketika hutang tersebut tidak dapat dilunasi,

sehingga akan menghalalkan segala cara untuk dapat melunasinya.

d. High medical bills. Ketika calon pelaku kecurangan mengalami masalah kesehatan

dan membutuhkan biaya pengobatan yang tinggi, sedangkan si calon pelaku tidak

mempunyai cukup dana, maka dari tekanan biaya tersebut akan mendorong tindakan

kriminal/ curang sebagai cara memenuhi biaya tersebut.

e. Kerugian keuangan yang tak terduga.

2. Social Pressure

Tekanan yang berasal dari faktor non-keuangan diantaranya :

a. Vice Pressure

b. Kebiasaan berjudi (gambling), drugs dan alcoholic (peminum berat)dapat

menciptakan keinginan keuangan yang besar agar supaya mendukung kebiasaan-

kebiasaan tersebut. Hal ini menciptakan hubungan tekanan dengan aspek ini sebagai

fraud triangle.

9

Page 10: Makalah kel ii fraud

c. Work related

1) Seseorang akan merasa tertekan ketika performa pekerjaan kurang diakui dan

dinilai secara adil oleh manajemen

2) Kepuasan atas pekerjaannya

3) Takut akan kehilangan pekerjaannya

4) Tertekan karena ingin mendapatkan promosi

5) Merasa digaji rendah oleh perusahaan

3. Other Pressure

a. Perubahan perilaku secara signifikan, seperti: easy going, tidak seperti biasanya.

b. Sedang mengalami trauma emosional di rumah atau tempat kerja

c. Tertantang untuk merusak atau membobol sistem

d. Krisis keuangan yang tak terduga

Tuanakotta menjelaskan komponen pressures sebagai perceived non-shareable financial

need, yang dibagi kedalam enam kelompok :

1. Violation of ascribed obligation

Suatu kedudukan atau jabatan dengan tanggung jawab keuangan, membawa

konsekuensi tertentu yang bersangkutan dan juga menjadi harapan atasan atau majikannya.

Disamping harus jujur, ia dianggap perlu memiliki perilaku tertentu. Orang dalam jabatan

seperti itu merasa wajib menghindari perbuatan seperti berjudi, mabuk, menggunakan

narkoba dan perbuatan lain yang merendahkan martabatnya. Inilah kewajiban yang terkait

dengan jabatan yang dipercayakan kepadanya. Ini adalah ascribed obligation baginya. Jika

ia menghadapi situasi yang melanggar kewajiban terkait dengan jabatannya, ia merasa

masalah yang dihadapinya tidak dapat diungkapkannya kepada orang lain.

2. Problems resulting from personal failure

Kegagalan pribadi yang merupakan situasi yang dipersepsikan oleh orang yang

mempunyai kedudukan serta dipercaya dalam bidang keuangan, sebagai kesalahannya

menggunakan akal sehatnya, dan karena itu menjadi tanggung jawab pribadinya.

3. Business reversals

Kegagalan bisnis merupakan kelompok situasi yang juga mengarah kepada non-

shareable problem. Kegagalan ini dikarenakan oleh inflasi yang tinggi, atau krisis moneter,

atau ekonomi, dan tingkat bunga yang tinggi.

4. Physical isolation

Situasi ini dapat diterjemahkan sebagai keterpurukan dalam kesendirian.

10

Page 11: Makalah kel ii fraud

5. Status gaining

Kebiasaan (buruk) untuk tidak mau kalah dengan “tetangga” atau pelaku berusaha

meningkatkan statusnya.

6. Employer-employee relations

Kekesalan atau kebencian pelaku dalam pekerjaannya. Kekesalan itu biasa terjadi

karena ia merasa gaji atau imbalan lainnya tidak layak dengan pekerjaan atau

kedudukannya, atau ia merasa beban pekerjaannya teramat banyak, atau ia merasa kurang

mendapat penghargaan batiniah (pujian).

c.3 Rationalization (Justifikasi melakukan kecurangan)

Rationalisasi adalah komponen kecurangan yang paling krusial. Rasionalisasi menjadi

elemen penting dalam terjadinya fraud, dimana pelaku mencari pembenaran atas tindakannya,

misalnya:

1. Tidak akan ada orang lain yang terluka

2. Saya berhak mendapatkan sesuatu yang lebih

3. Tindakan kecurangan yang ia lakukan bertujuan baik

4. Sesuatu yang menjadi kepuasaannya jika ia bertindak curang

5. Semua orang melakukan itu, jadi saya melakukannya juga

6. Orang-orang tidak mampu dan tidak peduli tentang konsekuensi atas tindakan atau atas

pelakunya yang tidak jujur

7. Pelaku percaya bahwa jika mereka bertindak curang, mereka tidak akan kehilangan

keluarga, uang dan kekayaannya.

8. Ketidakpuasan pekerjaan akan sesuatu hal yang berhubungan dengan gaji,lingkungan

pekerjaan, perhatian yang diberikan oleh manajer, membuat pelaku berpikiran bahwa

perusahaan berhutang kepada dia

9. Saya hanya meminjam uang perusahaan saja, nanti akan saya kembalikan

10. Perusahaan telah mendapatkan keuntungan yang sangat besar dan tidak mengapa jika

pelaku mengambil bagian sedikit dari keuntungan tersebut

Kita telah mendiskusikan dua elemen pertama dari segitiga kecurangan, yaitu : adanya

tekanan dan adanya kesempatan. Unsur yang ketiga adalah rasionalisasi. Untuk

menjelaskan kenapa rasionalisasi memberikan kontribusi terhadap terjadinya kecurangan,

karena rasionalisasi akan memberikan suatu pembenaran tentang apa saja yang kita

lakukan dengan tujuan untuk memuaskan diri sendiri, meskipun tidak memiliki alasan yang kuat

11

Page 12: Makalah kel ii fraud

dan pembenaran tersebut juga tidak dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi moral

maupun etika.

Misalkan seseorang yang melakukan korupsi, dan uang korupsi tersebut sebagian

digunakan untuk kegiatan keagamaan dan menyantuni fakir miskin. Contoh yang lain,

Robin Hood mempertahankan perilakunya yang tidak jujur dengan beragumen bahwa ia

mencuri dari yang kaya dan diberikan kepada yang miskin (Robin Hood defended his

dishonest acts by arguing that he "stole from the rich and gave to the poor”). Hampir setiap

kecurangan melibatkan rasionalisasi. Sebagian besar dari pelaku kecurangan pada pertama

kali mereka melakukan kecurangan mereka berkomitmen untuk tidak melakukan kejahatan

yang lain. Dengan melakukan rasionalisasi akan membantu seseorang untuk menyembunyikan

ketidakjujuran dari tindakannya. Berikut ini beberapa rasionalisasi yang sering digunakan oleh

pelaku kecurangan :

1. "Saya hanya meminjam uang; saya akan mengembalikannya" (1'm only borrowing the

money; I will pay it back).

2. "Setiap orang melakukannya ". (Everyone does it).

3. "Saya tidak menyakiti siapapun". (I'm not hurting anyone).

4. "Perusahaan meminjami kami". (The organization owes it to me).

5. "Tindakan tersebut untuk suatu tujuan yang baik". (It's for a good purpose).

Menurut M. Romney, W.S. Albrecht, and D.J. Cherrington, dalam "Auditors and the

Detection of Fraud" (1980), menyatakan bahwa seseorang melakukan kecurangan sebagai hasil

interaksi dari dua kekuatan yang berasal dari dalam pribadi seseorang dan lingkungan

ekstern. Kekuatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori : (1) tekanan

situasional (situational pressures), (2) Kesempatan (opportunity), dan (3) karakteristik

pribad i (personal characteristics).

Gambar 6-3 menjelaskan keterkaitan dari tiga kekuatan yang menyebabkan seseorang

melakukan kecurangan. Seseorang yang memiliki karakteristik pribadi pada tingkat yang tinggi

namun memiliki tekanan situasional dan kesempatan yang terbatas (rendah) untuk melakukan

kecurangan maka yang bersangkutan tidak akan melakukan kecurangan (juju r).

Sebaliknya seseorang yang memiliki kepribadian tidak jujur, ketika berada pada situasi

dimana tekanan situasional meningkat (tinggi) dan memiliki kesempatan maka yang

bersangkutan akan melakukan kecurangan. Pada bab berikutnya akan dibahas tentang

pengendalian intern disertai beberapa contoh kasus yang telah terjadi di negara maju seperti

USA.

12

Page 13: Makalah kel ii fraud

Auditor dapat mengembangkan suatu daftar pertanyaan untuk mendeteksi kemungkinan

adanya aktivitas kecurangan. Pendekatan dengan menggunakan kuesioner yang dapat

digunakan untuk membantu auditor menemukan motivasi untuk melakukan kecurangan.

Beberapa Kantor Akuntan Publik telah mengembangkan suatu checklist yang bermanfaat

untuk menemukan kecurangan selama kegiatan audit. Pertanyaan-pertanyaan yang

digunakan dalam checklist meliputi :

1. Apakah pihak eksekutif memiliki utang pribadi yang tidak biasa dalam jumlah besar?

2. Apakah pihak eksekutif memiliki kebiasan untuk berjudi?

3. Apakah pihak eksekutif terlibat dalam penyalahgunaan alkohol atau obat terlarang?

4. Apakah ada pihak eksekutif yang memiliki kepribadian yang tidak etis?

5. Apakah ada pihak eksekutif yang memiliki masalah kejiwaanlmental yang tidak stabil?

6. Apakah perusahaan termasuk kelompok industri dalam kondisi ekonomi yang tidak

13

Page 14: Makalah kel ii fraud

baik?

7. Apakah perusahaan menggunakan beberapa jenis bank yang berbeda yang

dirahasiakan?

8. Apakah ada pihak eksekutif yang memiliki hubungan dekat dengan pemasok?

9. Apakah perusahaan memiliki pengalaman dalam perputaran yang cepat terhadap

karyawan kunci, baik yang keluar sendiri atau dikeluarkan?

10. Apakah terdapat satu atau dua orang yang mendominasi keputusan perusahaan?

Telaah ulang terhadap beberapa pertanyaan di atas dapat digunakan oleh auditor untuk

menggunakan badan investigasi khusus, misalnya BPK , BPKP atau KPK untuk

mendapatkan bukti yang lebih lengkap.

IV. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial statement fraud)

Kecurangan dalam laporan keuangan antara lain berupa mempublikasikan secara sengaja

terhadap informasi yang palsu dari bagian suatu laporan keuangan. Kecurangan ini biasanya

terjadi ketika sebuah perusahaan melaporkan lebih tinggi dari yang sebenarnya (overstates)

terhadap aktiva atau pendapatan, atau ketika perusahaan melaporkan lebih rendah dari yang

sebenarnya (understates) terhadap kewajiban dan beban. Sering kali para pemegang saham,

karyawan dan investor tidak mengetahui sepenuhnya dari ketidakjelasan terhadap nilai aktiva

perusahaan dan adanya kewajiban jika terjadi suatu kecurangan.

Sebagian besar dari skandal kecurangan yang terjadi pada tahun 2002 di USA yang

menyebabkan lahirnya Sarbanes-Oxley Act (undang-undang anti korupsi) - termasuk

kecurangan yang terjadi di perusahaan raksasa, Enron dan WorIdCom - adalah berupa

kecurangan terhadap laporan keuangan. Skema kecurangan yang mereka lakukan tergolong

rumit, namun pada akhirnya motifnya relatif serupa, yaitu : menyebabkan kerugian besar

terhadap pemegang saham dan timbulnya utang kepada kreditur, belum lagi menyebabkan

trauma kepada karyawan dimana mereka kehilangan pekerjaan dan dana pensiun.

Pada 2008 Laporan yang disampaikan kepada lembaga Pencegahan terhadap

Kecurangan dan Penyalahgunaan Wewenang yang diterbitkan oleh Association of

Certified Fraud Examiners, perusahaan-perusahaan USA menderita kerugian rata-rata sebesar

$2 juta yang disebabkan terjadinya skema kecurangan tersebut. Dalam Laporan tersebut

menyatakan bahwa bentuk kecurangan sangat berbeda dari jenis kecurangan yang lazim

karena " tipe tujuan dari kecurangan yang terjadi tidak secara langsung memperkaya si pelaku,

tetapi untuk menyesatkan kepada pihak ketiga (investor, pemilik, regulator, dll) seperti

14

Page 15: Makalah kel ii fraud

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atau menyangkut kelangsungan hidup

dari suatu organisasi.

Dengan kata lain, biasanya pelakunya adalah oleh manajer perusahaan yang

memanipulasi kemampuan yang bersifat ekonomi suatu perusahaan dengan menutupi hutang

yang jumlahnya yang sangat besar atau hilangnya aktiva yang lain. Para pihak manajemen

memperoleh keuntungan seacara langsung dari terjadinya kecurangan dengan menjual

saham, menerima bonus atas kinerja yang dipalsukan, atau dengan menggunakan laporan palsu

untuk menyembunyikan tindakan curang lainnya. Manfaat secara tidak langsung yang diperoleh

pihak manajemen dari adanya kecurangan terhadap laporan keuangan tersebut dimana cara ini

digunakan untuk memperoleh sumber dana atas nama perusahaan, atau untuk melakukan

penggelembungan harga jual perusahaan.

IV.1Mencegah Kecurangan Laporan Keuangan (Preventing Financial Statement Fraud)

Berdasarkan Segitiga Kecurangan (Fraud Triangle) yang dimukakan oleh Dr Donald R.

Cressey , orang melakukan kecurangan/korupsi ketika mereka mendapatkan tekanan

(pressure) baik yang berupa tekanan keuangan atau tekanan sosial, memiliki kesempatan

untuk mendapatkan uang/dana yang tidak terdeteksi, dan mereka dapat

membenarkan/merasionalisasikan tindakan jahat mereka.

Setiap usaha untuk mencegah kecurangan atas laporan keuangan harus fokus pada tiga

faktor sebagai berikut :

1. Mengurangi Tekanan Situational Mendorong terjadinya kecurangan

a. Hindari penetapan tujuan keuangan yang tidak mungkin dicapai.

b. Hilangkan tekanan yang berasal eksternal yang mungkin dapat menggoda staf

akuntansi untuk menyiapkan kejahatan terhadap laporan keuangan.

c. Pengendalian modal kerja, kelebihan volume produksi, atau pengendaiian terhadap

inventaris.

d. Menetapkan dengan jelas dan prosedur akuntansi yang seragam tanpa adanya

klausul pengecualian.

2. Mengurangi Peluang Untuk Melakukan Kecurangan

a. Menjaga keakuratan dan kelengkapan catatan akuntansi internal.

b. Hati-hati dalam memonitor transaksi bisnis dan hubungan yang bersifat pribadi dari

pemasok, pembeli, agen pembelian, perwakilan penjualan, dan pihak lain-lain yang

berhubungan dalam bertransaksi diantara unit-unit keuangan.

15

Page 16: Makalah kel ii fraud

c. Menetapkan sebuah sistem keamanan yang bersifat fisik untuk memastikan aset

perusahaan, termasuk barang jadi, uang tunai, peralatan modal, peralatan, dan

barang-barang lainnya yang berharga.

d. Pembagian fungsi penting diantara karyawan, memisahkan adanya pengendalian

penuh yang berada pada satu orang.

e. Menjaga keakuratan catatan pegawai termasuk memeriksa latar belakang pada

karyawan baru.

f. Mendorong pengawasan yang kuat dan hubungan kepemimpinan yang kuat dalam

kelompok untuk menjamin penegakan prosedur akuntansi.

3. Mengurangi rasionalisasi dari Adanya Kecurangan Untuk Memperkuat Integritas

Karyawan

a. Para manajer harus mempromosikan kejujuran dengan memberikan contoh.

Tindakan tidak Jujur oleh manajemen, bahkan ~jika mereka akan diarahkan pada

sasaran di luar organisasi, menciptakan lingkungan yang tidak jujur dapat digunakan

untuk merasionalisasikan kegiatan bisnis yang tidak sah lainnya oleh karyawan atau

pihak eksternal.

b. Perilaku jujur dan tidak jujur harus didefinisikan dalam kebijakan perusahaan.

Kebijakan akuntansi oleh Organisasi harus berkaitan dengan prosedur akuntansi

yang dapat dipertanyakan atau bersifat controversial.

c. Konsekuensi terhadap pelanggaran aturan dan ketentuan untuk hukuman dari pelaku

kecurangan harus tertulis dengan jelas dan dikomunikasikan

V. Rekrutmen Fraud

Segitiga fraud sangat berguna untuk membantu kita untuk memahami bagaimana satu orang

menjadi terlibat dalam penipuan. Sayangnya, banyak penipuan saat ini dilakukan lebih dari satu

orang. Bahkan, sebagian besar penipuan - penipuan laporan keuangan juga melibatkan lebih dari

satu pelaku.

5.1 Kekuasaan

Pada tahun 1947 , Max Weber 26 menyebutkan bahwa kekuasaan seseorang dapat

dilaksanakan dengan kehendak sendiri meskipun adanya perlawanan dari pihak lain. Ketika

penipuan berlangsung, konspirator memiliki keinginan untuk melaksanakannya sendiri dan akan

16

Page 17: Makalah kel ii fraud

memengaruhi - orang lain untuk bertindak dan melakukan kejahatan demi keinginan konspirator

tersebut yang terlepas dari perlawanan pihak yang direkrut.

Reward power adalah kemampuan dari pelaku penipuan untuk meyakinkan calon korban bahwa ia

akan menerima manfaat tertentu melalui partisipasi dalam skema penipuan. Contoh manfaat

tersebut termasuk janji bonus besar , opsi saham penghargaan , pembayaran ekuitas lainnya , dan

promosi pekerjaan .

Kekuatan pemaksa adalah kemampuan dari penipuan pelaku kejahatan untuk membuat seseorang

merasakan hukuman jika dia tidak berpartisipasi dalam penipuan . Hukuman ini biasanya

didasarkan pada ketakutan.

Expert Power adalah kemampuan dari pelaku Fraud untuk mempengaruhi orang lain karena

pengetahuan dan pengalamannya. Hal ini seperti kasus management Enron, dimana management

Enron memiliki pengetahuan dan pengalaman yang sangat baik

Legitimate Power mengacu pada kemampuan pelaku penipuan untuk meyakinkan pelaku potensial

bahwa ia benar-benar memiliki kekuasaan atas pelaku potensial tersebut . Sebagai contoh, dalam

sebuah organisasi, kepala eksekutif dan anggota lain dari manajemen mungkin mengklaim memiliki

kekuasaan yang sah untuk membuat keputusan dan mengarahkan organisasi - bahkan jika arah yang

tidak etis. Dengan cara ini, komplotan (karyawan) menganggap peran berwibawa dan meyakinkan

calon co – konspirator (karyawan) adalah sah. Potensi konspirator (karyawan) dalam situasi ini

sering merasakan dilema antara loyalitas dan etika. Kekuasaan yang sah dapat menjadi alat yang

sangat kuat dalam merekrut individu untuk berpartisipasi dalam penipuan tersebut.

17

Page 18: Makalah kel ii fraud

Referent Power (kekuatan membujuk) adalah kemampuan pelaku untuk berhubungan dengan

potensi co -konspirator. Pelaku akan sering menggunakan kekuatan rujukan untuk mendapatkan

kepercayaan dan partisipasi dari calon co - konspirator saat melakukan tindakan tidak etis. Gambar

2.7 menjelaskan proses rekrutmen secara lebih rinci .

Efektivitas pelaku untuk mempengaruhi potensi, merekrut tergantung pada kerentanan korban serta

kemampuan pelaku untuk menggerakan berbagai jenis kekuasaan. Gambar 2.7, seperti segitiga

penipuan pada Gambar 2.3, bersifat interaktif, yang berarti bahwa korban lebih rentan terhadap

berbagai jenis kekuasaan.

Seringkali, setelah korban direkrut ke dalam skema penipuan, individu tersebut yang kemudian

akan menjadi konspirator ( di posisi A ) dan mulai untuk mempengaruhi orang lain untuk

berpartisipasi dalam penipuan. Proses ini ditunjukkan pada Gambar 2.8 .

18

Page 19: Makalah kel ii fraud

Daftar Pustaka

Albrecht, W. Steve and Chad 0. Albrecht, 2003, Fraud Examination, New York: Thomson South-

Western.

Arens, Alvin A., Randal J, Elder and Mark S. Beasley, 2005, Chicago: Auditing and

Assurance Services, An Integrated Approach, Pearson-Prentice Hall. ,

----------------, 2004, Overviews of The Sarbanes-Oxley Act of 2002 with Other Changes

in Auditing and The Public Accounting Profession, New York: Pearson Prentice- Hall.

Bologna dan Lindquist, Fraud Auditing and Forensic Accounting, 1995, New York: John Wiley

& Sons, 1995)

M. Romney, W.S. Albrecht, and D.J. Cherrington, 1980, "Auditors and the Detection of Fraud",

New York: Pearson-Prentice Hall.

19