13
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun, merupakan program Pemerintah untuk menjawab kebutuhan dan tantangan zaman. Berdasarkan Undang-undang Pendidikan Nasional No. 20/2003. Pemerintah berupaya meningkatkan taraf kehidupan rakyat dengan mewajibkan semua warga negara Indonesia yang berusia 7-12 tahun dan 12-15 tahun untuk menamatkan pendidikan dasar dengan program 6 tahun di SD dan 3 tahun di SLTP secara merata. Tidak relevan bila di zaman modern ini masih ada anak-anak Indonesia yang tidak bersekolah dan ada pula yang masih buta huruf. Oleh karena itu pemerintah berusaha meningkatkan kualitas manusia melalui jenjang pendidikan dasar. Namun diawal tahun 2013 lahirlah istilah Pendidikan Menengah Universal yang selanjutnya disingkat dengan PMU merupakan rintisan wajib belajar 12 tahun. Mentri Pendidikan dan Kebudayaan 1

Document1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Document1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun, merupakan program

Pemerintah untuk menjawab kebutuhan dan tantangan zaman. Berdasarkan

Undang-undang Pendidikan Nasional No. 20/2003. Pemerintah berupaya

meningkatkan taraf kehidupan rakyat dengan mewajibkan semua warga negara

Indonesia yang berusia 7-12 tahun dan 12-15 tahun untuk menamatkan

pendidikan dasar dengan program 6 tahun di SD dan 3 tahun di SLTP secara

merata. Tidak relevan bila di zaman modern ini masih ada anak-anak Indonesia

yang tidak bersekolah dan ada pula yang masih buta huruf. Oleh karena itu

pemerintah berusaha meningkatkan kualitas manusia melalui jenjang

pendidikan dasar.

Namun diawal tahun 2013 lahirlah istilah Pendidikan Menengah

Universal yang selanjutnya disingkat dengan PMU merupakan rintisan wajib

belajar 12 tahun. Mentri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)

Mohammad Nuh menjelaskan Pendidikan menengah Universal 12 tahun

ditempuh untuk menjaring usia produktif di Indonesia. Pemerintah akan

mewajibkan program Pendidikan Menengah Universal (PMU) atau pendidikan

gratis hingga SMA. Oleh karena itu, pemerintah mengamandemen Undang-

Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang

mengatur soal wajib belajar 9 tahun menjadi wajib belajar 12 tahun.

1

Page 2: Document1

2

Sementara menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003:16) pendidikan adalah

segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,

kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan

oleh pelaku pendidikan.

Proses belajar disini adalah belajar dalam rangka pendidikan formal di

sekolah, sejak sekolah rendah sampai ke tingkat yang tertinggi. Sejalan dengan

hal tersebut, maka banyak orang beranggapan bahwa bila seseorang telah

keluar dari sekolah berarti ia telah selesai proses belajarnya. Bagaimana

hidupnya, mereka serahkan pada hasil belajar yang dicapainya sehingga belajar

menentukan corak kehidupan seseorang di dalam masyarakat. Bahkan mereka

menerima kenyataan ini dengan sepenuhnya, seperti terjadi pada masyarakat

pedesaan yang terdiri dari keluarga tani dan buruh yang mempunyai taraf hidup

yang masih rendah (Soelaiman Joesoef, 1979:16).

Namun pendidikan masih merupakan konsep yang belum jelas, bahkan

masih terus diperdebatkan di kalangan para orang tua yang sebagian besar

bermata pencaharian sebagai petani. Sebagian besar dari mereka memiliki

pandangan bahwa pendidikan di sekolah belum atau tidak mampu menjamin

kehidupan yang akan datang. Pendidikan tidak akan pernah memiliki

kemampuan untuk mempertahankan tradisi bertani yang mereka jalani. Serta

selalu beranggapan bahwa informasi tentang pendidikan sangat mahal

harganya, sehingga masyarakat yang kehidupan sehari-harinya bertani sulit

untuk mencapainya.

Page 3: Document1

3

Mengutip pernyataan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi NAD dalam

keterangan pers di Media Center PDMD, Banda Aceh yang menyebutkan

bahwa anak usia sekolah dasar di Provinsi NAD dilaporkan berhenti sekolah

karena berbagai sebab, satu diantaranya adalah faktor ketidakmampuan

ekonomi orang tuanya.

Nana Syaodih Sukmadinata (2004:6) keluarga sering disebut sebagai

lingkungan pertama, sebab dalam lingkungan inilah pertama-tama anak

mendapatkan pendidikan, bimbingan, asuhan, pembiasaan, dan latihan.

Keluarga bukan hanya menjadi tempat anak dipelihara dan dibesarkan, tetapi

juga tempat anak hidup dan dididik pertama kali. Tetapi pada kenyataan gejala

meningkatnya kepedulian orang tua terhadap pendidikan anak-anak mereka,

belum disertai dengan meningkatnya kesadaran orang tua atas peranannya

sebagai pendidik bagi anak-anak di dalam keluarga. Hal ini terbukti hasil

pendidikan anak kebanyakan diserahkan pada pendidikan formal maupun

nonformal. Pendidikan keluarga merupakan hal yang sifatnya rutin

berlangsung setiap hari, bahkan setiap saat, karena dalam kenyataannya tidak

mengenal istirahat, apalagi libur panjang. Materi yang diberikan orang tua pada

anak, antara orang tua satu dengan orang tua lainnya tidak jauh berbeda yakni

berkaitan aspek-aspek kerohanian, budi pekerti, keterampilan dan pengetahuan

dasar yang dapat dikembangkan lebih lanjut di sekolah maupun dalam

masyarakat, serta tempat dimana mereka bekerja kelak dikemudian hari.

Orang tua siswa di SDN Cekal Kabupaten Timang Gajah Kabupaten

Bener Meriah Provinsi NAD sebagian besar adalah petani, karena kondisi

Page 4: Document1

4

geografis dari daerah yang memang mendukung untuk lahan pertanian. Kondisi

perekonomian masyarakat tersebut menyebabkan adanya keengganan untuk

menyekolahkan anaknya hingga ke tingkat yang lebih tinggi. Pendidikan bukan

prioritas utama lagi bagi mereka. Mereka akan lebih memilih untuk bekerja

untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka terlebih dahulu. Mereka tidak sadar

bahwa pendidikan itu sangat penting bagi masa depan dan pembangunan

wilayah mereka sendiri.

Persoalan pendidikan merupakan permasalahan semua orang, karena

setiap orang sejak dulu hingga sekarang selalu berusaha mendidik anak

anaknya atau anak-anak yang diserahkan kepada guru untuk dididik. Pada era

globalisasi sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang

berkualitas tinggi. Untuk itu dalam menciptakan sumber daya manusia tersebut

salah satunya adalah melalui pendidikan. Tidak hanya itu saja, yang terpenting

adalah dalam proses belajarnya harus adanya motivasi bagi siswa karena

motivasi merupakan dorongan atau kemampuan untuk melakukan suatu

kegiatan belajar agar tercipta tujuan yang diharapkan sehingga fungsi motivasi

adalah sebagai pendorong, penggerak, dan pengarahan kegiatan siswa dalam

belajar.

Di dalam kegiatan belajar mengajar peran motivasi baik instrinsik

maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi siswa dapat

mengembangkan aktivitas dan inisiatif, mengarahkan dan memelihara

ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Sekarang ini masih dijumpai

guru mengabaikan hal-hal kecil seperti kurangnya memberi suatu penghargaan

Page 5: Document1

5

kepada siswa, atau memberikan reward kepada siswa yang berprestasi, seperti

cara mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran dengan

menggunakan reward terhadap kebaikan ketika murid bisa melakukan sesuatu

dengan hasil ketekunannya.

Reward merupakan hal yang menggembirakan bagi anak dan dapat

menjadi pendorong atau motivasi belajar bagi anak. Reward yaitu segala yang

diberikan guru berupa penghormatan yang menyenangkan siswa atas dasar

hasil baik yang telah dicapai dalam proses pendidikan tujuannya memberikan

motivasi kepada siswa agar dapat melakukan hal yang terpuji dan berusaha

untuk meningkatkan prestasi. Dalam agama Islam reward terbukti dengan

adanya pahala Allah SWT akan melipat gandakan pahala bagi siapa saja yang

berbuat kebaikan termasuk dalam hal memberi reward, ini dikarenakan kita

telah berbuat baik pada orang lain (siswa) yaitu memberi hadiah yang dapat

menyenangkan hati orang lain. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa

reward merupakan alat pendidikan represif yang menyenangkan, reward juga

dapat menjadi pendorong atau motivasi bagi siswa untuk belajar yang lebih

baik lagi (Indrakusuma, 1993:159).

Pada akhirnya, pemberian reward memberikan dampak yang positif bagi

pembentukan kepribadian anak, yaitu sebagai pemicu timbulnya motivasi

untuk berbuat baik yang tidak bisa muncul begitu saja dari seseorang di usia

dini. Namun dalam prakteknya, hal ini harus senantiasa diawasi dan diarahkan,

baik oleh orang tua maupun pendidik, sehingga anak tidak menjadi salah

Page 6: Document1

6

paham dan orientasinya tetap terkontrol pada motivasinya untuk bertingkah

laku sesuai yang diharapkan, bukan pada keinginan mencapai reward.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kurang

maksimalnya motivasi dan prestasi belajar yang dicapai sebagian peserta didik

di SDN Cekal Kabupaten Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah Provinsi

NAD dipengaruhi oleh kurangnya motivasi belajar siswa dan perhatian orang

tua, terutama ketika belajar di rumah. Untuk itu hal ini harus segera

ditindaklanjuti dan dicari solusi yang terbaik yang dapat menumbuhkan

motivasi belajar siswa dan kesadaran orang tua akan pentingnya perhatian

orang tua dan terhadap motivasi dan prestasi belajar anak.

Berdasarkan permasalahan tersebut, kami selaku salah seorang guru di

SDN Cekal Kabupaten Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah Provinsi NAD

merasa tertarik untuk menulis permasalahan tersebut secara lebih mendalam

yang dituangkan dalam bentuk karya tulis dengan judul: “PENINGKATAN

PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN

PEMBERIAN REWARD DI SDN CEKAL KECAMATAN TIMANG GAJAH

KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan pada

bagian terdahulu, sesuai dengan dengan judul skripsi yang penulis kemukakan,

maka masalah-masalah yang dapat penulis identifikasi adalah sebagai berikut :

1. Sebagian siswa prestasi belajar khususnya pembelajaran PAI yang

dicapainya masih rendah,

Page 7: Document1

7

2. Kurangnya perhatian orang tua terhadap kegiatan belajar siswa disebabkan

sebagian besar orang tua siswa bekerja sebagai buruh dan petani sehingga

sebagian besar waktu mereka dihabiskan untuk bekerja membanting tulang

untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga,

3. Rendahnya pengetahuan orang tua tentang pendidikan menyebabkan mereka

tidak menyadari pentingnya perhatian orang tua dan motivasi belajar yang

sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar anak-anak mereka,

C. Batasan Masalah

Banyak faktor yang dapat dikaji untuk ditindaklanjuti dalam penulisan ini

terkait rendahnya prestasi belajar. Mengingat adanya keterbatasan baik dari

segi waktu, dana, tenaga dan pengalaman penulis, sehingga dalam penulisan ini

dibatasi masalah upaya peningkatan motivasi belajar dan upaya peningkatan

perhatian orang tua siswa dengan menerapkan sistem reward pada siswa di

SDN Cekal Kabupaten Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah Provinsi NAD.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah serta

pembatasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah

penulisan adalah :

1. Bagaimana upaya meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menerapkan

sistem reward?

2. Bagaimana upaya meningkatkan perhatian orang tua terhadap motivasi

belajar siswa dengan menerapkan sistem reward?

Page 8: Document1

8

E. Tujuan Penulisan

Suatu kegiatan tertentu pasti memiliki yang ingin dicapai, demikian pula

dengan penulisan ini. Adapun tujuan dalam penulisan karya tulis ini adalah:

1. Untuk mengetahui penerapan reward dalam pembelajaran PAI di di SDN

Cekal Kabupaten Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah Provinsi NAD

2. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa dengan diterapkan

reward dalam pembelajaran PAI di SDN Cekal Kabupaten Timang Gajah

Kabupaten Bener Meriah Provinsi NAD.

F. Manfaat Penulisan

Hasil penulisan karya tulis akan memberi manfaat yang bagi penulis

maupun instansi pendidikan khususnya di SDN Cekal Kabupaten Timang

Gajah Kabupaten Bener Meriah Provinsi NAD sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

Hasil penulisan tindakan kelas ini sangat menguntungkan siswa karena

siswa merupakan obyek langsung, yang dikenai tindakan semestinya ada

perubahan-perubahan dalam diri siswa dapat termotivasi untuk tetap belajar.

2. Bagi Sekolah

Memberi sumbangan pemikiran sebagai penentu kebijakan dalam upaya

membangkitkan motivasi belajar siswa.

3. Bagi guru

Dengan melaksanakannya penulis tindakan kelas ini guru dapat

mengetahui secara cepat dan bertambah wawasan dalam menyelenggarakan

Page 9: Document1

9

proses pembelajaran dengan menggunakan reward / dalam pembelajaran

bagi siswa.

4. Bagi penulis

Penulis dapat mengetahui cara meningkatkan motivasi belajar siswa

dengan pemberian reward / hadiah.