32
Menggugat Dominasi Asing dalam Industri Migas Nasional Marwan Batubara Indonesian Resources Studies, IRESS Diskusi KAHMI Jakarta, 12 November 2012

Diskusi Energi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MENEGAKKAN KEDAULATAN ENERGI UNTUK MEMPERCEPAT KESEJAHTERAAN RAKYAT

Citation preview

Page 1: Diskusi Energi

Menggugat Dominasi Asing dalamIndustri Migas Nasional

Marwan BatubaraIndonesian Resources Studies, IRESS

Diskusi KAHMIJakarta, 12 November 2012

Page 2: Diskusi Energi

Latar Belakang• Indonesia kaya sumber daya alam, dan

pemanfaatanya diamanatkan oleh konstitusi untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat

• Namun pada kenyataannya penerimaan negara dari SDA masih belum optimal, sehingga banyak rakyat yang masih hidup miskin, jauh dari sejahtera

• Kondisi ini antara lain disebabkan masih belum tegaknya kedaulatan negara, belum lengkapnya peraturan, dominasi asing dan swasta, marginalnya posisi BUMN, salah kelola, terjadinya moral hazard, maraknya KKN, dll.

Page 3: Diskusi Energi

Latar Belakang Peningkatan kebutuhan energi mendorong negara-negara

secara global untuk memastikan ketersediaan pasokan energi dalam negeri. Saat ini konsumsi minyak dunia berada pada kisaran 85 juta barel per hari

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintahan negara adalah mendapatkan cadangan migas dan penguatan serta dominasi national oil companies/ NOC/BUMN yang dimiliki

Secara nasional, Indonesia juga mengalami kebutuhan energi/migas yang terus meningkat, sekitar 5%/th. Namun cadangan dan produksi minyak nasional terus menurun. Kondisi ini diperparah dengan tidak akurat dan tidak konsistennya pengembangan energi nasional, serta masih marginalnya peran Pertamina dalam penguasaan migas di Indonesia (sekitar 15%)

Penguasaan blok-blok migas yang potensial maupun yang habis masa kontrak merupakan upaya yang dapak dilakukan untuk membesarkan NOC/Pertamina, sekaligus jalan untuk meningkatkan ketahanan dan kemandirian energi nasional

Page 4: Diskusi Energi
Page 5: Diskusi Energi

Cadangan Gas Indonesia Per 2010

Sumber: Ditjen Migas

Page 6: Diskusi Energi

2011: Minyak: 902 bph - Gas: 1499 bph - Total: 2401 bph

Page 7: Diskusi Energi

2009: 7962 MMSCFD - 2010: 8857 MMSCFD - 2011: 8415 MMSCFD

Page 8: Diskusi Energi

Produksi Pertamina: 15,28% Produksi migas nasional

Page 9: Diskusi Energi
Page 10: Diskusi Energi
Page 11: Diskusi Energi
Page 12: Diskusi Energi

Bauran Energi Nasional

Page 13: Diskusi Energi
Page 14: Diskusi Energi

Masalah Kedaulatan• Pemegang kedaulatan SDA menurut UUD 1945

• Mineral Right: Negara• Mining Right: Pemerintah• Economic Right: BUMN

• Masalah kedaulatan atas SDA merupakan hal yang diperjuangkan sejak masa penjajahan hingga sekarang. Kedaulatan disini terutama terkait hak ekonomi kuasa pertambangan (KP) dan itu seharusnya diberikan kpd BUMN

• Kegagalan mencapai kedaulatan SDA sangat tergantung pada kualitas dan komitmen kepemimpinan nasional untuk berpegang teguh pada konstitusi

• BUMNKarena komitmen pemimpin yang berubah dan pengaruh asing, posisi pemegang Economic Rihgt berubah-ubah, tidak selalu di tangan

Page 15: Diskusi Energi

Masalah KedaulatanSektor Migas • Sejak proklamasi, Indonesia baru bisa

memperoleh kedaulatan migas dgn ditetapkannya UU No.44 Prp. Tahun 1960 Tttg Migas

• Kemudian UU No.44 Prp. Tahun 1960 diperkuat dengan ditetapkannya UU No.8/1971 tentang Perusahaan Pertambangan Migas Negara KP di tangan BUMN

• Pada tahun 2001, setelah gagal dibahas dan ditetapkan pada era Presiden Habibie, DPR bersama Pemerintah menetapkan UU No.22/2001.

• Dengan UU No.22/2001, kedaulatan kembali hilang dari BUMN dan dialihkan kepada kontraktor KP di tangan Asing(KP: Kuasa Pertambangan)

Page 16: Diskusi Energi

Masalah kedaulatanSektor Minerba• VOC menguasai sektor mineral sebelum kemerdekaan.

Setelah merdeka, perbaikan baru bisa diperoleh setelah Mosi TM Hasan dgn penetapan UU No.37 Prp. 1960 Ttg Pertambangan Umum KP di tangan BUMN

• Setelah pergantian Orla ke Orba, asing berhasil memaksakan pemberlakuan UU No.11 Tahun 1967, mengganti UU No.37 Prp 1960 KP di tangan Kontraktor

• Freeport memperoleh KK di Timika tahun 1967, diperpanjang tahun 31/12/1991 hingga 2021, dengan opsi perpanjangan 2 X 10 tahun hingga 2041 Pola kontrak : G to B

• Indonesia menetapkan UU Minerba No.4/2009, menganut rezim perijinan Pola kontrak: B to B

• Hingga saat ini Renegosiasi KK belum juga tuntas; Asing bertahan dng KK dan Pola G to B. Pemerintah tidak berdaya

• Ada potensi KK diperpanjang mengorbankan kedaulatan untuk kepentingan dukungan politik dan logistik Pemilu 2014

Page 17: Diskusi Energi

Pertarungan Merebut Kedaulatan• UU No.44 Prp. Tahun 1960 berhasil ditetapkan setelah adanya Mosi

usaha menegakkan UUD 1945 oleh Tengku M. Hasan

• Setelah diundangan, UU tsb baru bisa diterapkan pada IIAPCO pada 1966, Chevron/Texaco pada 1971 dan Esso/Exxon pada 1985

• Namun, asing terus melakukan perlawanan dan berhasil memanfaatkan krisis 1998 dan momentum reformasi untuk memaksakan perubahan: penetapan UU No.22/2001. Pola kontrak menjadi G to B.

• Upaya publik/rakyat melakukan JR atas UU Migas ke Mahkamah Konstitusi menghasilkan pencabutan atas 3 Pasal

• Namun hingga saat ini UU Migas tak kunjung diamandemen akibat kuatnya pengaruh asing terhadap Pemerintah, DPR dan Partai2

• Terakhir, upaya perlawanan dilakukan dengan pemuatan iklan kaleng dengan menyebar berbagai kebohongan pada publik

Page 18: Diskusi Energi

Pentingnya Penguasaan BUMN• Merupakan amanat konstitusi untuk memperoleh

manfaat SDA guna sebesar-besar kemakmuran rakyat

• Agar kedaulatan negara tetap terjaga, serta ketahanan dan kemandirian energi nasional terjamin

• Agar hak cadangan migas yang ada dapat dimonetisasi dan digunakan oleh BUMN untuk berbagai aksi korporasi. Pola kontrak secara B to B

• Agar BUMN dapat berkembang lebih besar, meningkatkan keuntungan dan memberikan pendapatan maksimal bagi negara

• Hal ini merupakan hal yang lumrah berlaku di banyak negara (Catatan: Lebih dari 75% cadangan migas dunia dikuasai NOC/BUMN, bukan IOC; 16 dari 20 perusahan top migas global adalah NOC)

Page 19: Diskusi Energi

Dominasi BUMN Hilang

• Dengan UU Migas No.22/2001 sekarang, dominasi BUMN mengecil (15%) dan asing menguat (80%). Pertamina diperlakukan sama dengan kontaktor asing tanpa privilege.

• Di sektor mineral, Antam hanya menguasai sekitar 5% produksi emas nasional, 6% produksi nikel, dan tidak memproduksi tembaga. Lebih dari 90% produksi emas dan tembaga nasional dikuasai asing, Freeport dan Newmont.

• Untuk batubara, PTBA hanya menguasai 6% produksi nasional. Sisanya dikuasai oleh swasta nasional dan asing seperti KPC, Adaro, Berau, dll

• Booming harga emas dinikmati asing tanpa windfall tax bagi negara. PLN sangat tergantung pada fluktuasi harga batubara global dan rawan terhadap keamaman pasokan jangka panjang

Page 20: Diskusi Energi

Pelanggaran Konstitusi • Pasal 12 ayat 3 UU Nomor 22/2001 terkait

pemegang Kuasa Pertambangan telah dicabut MK, namun KP tetap dialihkan kepada asing.

• Pasal 28 Ayat (2) terkait pemberlakuan harga BBM domestik berdasarkan mekanisme pasar, namun Pemerintah tetap melaksanakan penjualan Pertamax sesuai meaknisme pasar.

• Dalam kedua aspek di atas dapat dikatakan Presiden SBY telah melanggar konstitusi dan layak untuk di-impeach sesuai Pasal 7A dan 7B UUD 1945

Page 21: Diskusi Energi

Permasalahan Kebijakan & Politik • Secara faktual Pemerintah dan DPR menyadari bahwa

UU Migas No.22/2001 merupakan peraturan yang bermasalah, ditetapkan atas tekanan IMF, sudah ditolak MK dan merugikan

• Namun karena ketidakjelasan visi, komitmen pada konstitusi dan rakyat, kebijakan dan komitmen untuk perbaikan, RUU Migas baru tak kunjung dituntaskan

• Penyebab lain gagalnya penetapan UU Migas baru adalah: pelecehan terhadap konstitusi, intervensi asing, prilaku KKN, perburuan rente, nafsu berkuasa, dll.

• Pertimbangan politik yang sangat dominan dalam pembahasan dan penetapan kebijakan dan peraturan baru

• RUU Migas sudah lebih dari 5 tahun dipersiapkan dan belum jelas kapan akan ditetapkan

Page 22: Diskusi Energi

Permasalahan Daerah• Daerah berkesempatan memiliki saham 10% pada suatu

blok migas. Namun kebijakan tersebut tidak dilengkapi dengan aturan yang komprehensif, akuntabel dan tegas. Akibatnya BUMD dimanfaatkan oleh oknum-oknum Pusat dan Daerah untuk berburu rente. Sehingga daerah tidak memperoleh manfaat yang maksimal.

• Daerah selalu ditunggangi, dimanfaatkan dan sekaligus dirugikan dalam hampir setiap kesempatan PI blok migas, sebagimana terjadi di Bojonegoro dan Blora dalam pemilikan PI di Blok Cepu.

• Sebenarnya, yang menjadi tuntutan utama Daerah adalah bagi hasil migas adil. Faktanya, meskipun telah memiliki saham, Daerah tetap mengalami kesulitan mengakses informasi jalannya perusahaan dan perhitungan bagi hasil yang transparan.

• Kesimpulannya, meskipun BUMD berkesempatan memiliki saham, umumnya yang mendapat keuntungan lebih banyak adalah perusahaan swasta/asing yang menjadi patner BUMD. Hal ini berpotensi terjadi di Masela, Mahakam, Natuna, dll

Page 23: Diskusi Energi

Proposal• Perlu penetapan visi dan pernyataan yang jelas bahwa ketahanan dan

kemandirian energi adalah prioritas politik dan kebijakan negara

• Perlu penetapan kebijakan yang konstitusional, jelas, tepat, terukur, ambisus dan adaptif sebagai landasan program dan aksi

• Perlu penyusunan road map dan Program yang komrehensif berikut target pencapaian, waktu pelaksanaan, penanggungjawab pelaksana dan konsisten dijalankan

• Menjamin penguasaan cadangan migas, terutama yang potensial kepada BUMN, melalui pemberian previlege/hak istimewa

• Menyerahkan blok-blok migas yang kontraknya berakhir kepada BUM

• Menjamin hak pengelolaan /saham SDA bagi BUMD yang partisipasinya dikordinasikan oleh Pemerintah Pusat dan dikerjasamakan dengan BUMN. Hal ini harus dituangkan dalam suatu peraturan baik berupa PP atau Keppres

Page 24: Diskusi Energi

Proposal RUU Migas pengganti UU No.22/2001 perlu segera ditetapkan, antara lain berisi:oMenjamin dominasi dan hak penambangan serta

hak ekonomi masing2 di tangan pemerintah dan BUMN

o Pemerintah berperan sebagai penentu kebijakan strategsi, pengambil keputusan dan pemberi hak kuasa pertambangan

o BUMN berperan sebagai pemegang hak ekonomi, pelaku bisnis yang handal dan efisien dan menjadi pilar utama ketahanan energi nasional

oMemberlakukan kebijakan oil fund atau depletion premium untuk pengelolaan migas berkelanjutam

Page 25: Diskusi Energi

Proposal• Khusus blok yang habis masa kontrak:

Pemerintah diminta untuk menerbitkan aturan khusus yang dapat berupa PP atau Permen, berisi ketentuan yang jelas, akurat dan terjadwal atas blok-blok migas habis kontrak, terutama Blok Mahakam

• Peraturan tersebut disusun & dilaksanakan:oMengikuti prinsip-prinsip good governanceo Perlu melibatkan keputusan Presiden dan konsultasi DPRo Bebas dari kepentingan politik dan intervensi asing/kontraktoroMemuat ketentuan tentang batas waktu pengambilan keputusan

perpanjangan atau terminasi kontrak (misalnya 3 tahun sebelum berakhir)

Page 26: Diskusi Energi

Blok-blok Migas yang Kontraknya Berakhir2013: Siak, operator PT Chevron Pacific Indonesia (CPI)

2015: Gebang dengan operator JOB Pertamina-Costa.

2017: Mahakam, operator Total EP Indonesie, Offshore North West Java (ONWJ) yang dikelola PT Pertamina Hulu Energi, Attaka (Inpex Corp), dan Lematang (PT Medco EP Indonesia).

2018: Tuban, Joint Operating Body (JOB) Pertamina-Petrochina, Ogan Komering (JOB Pertamina-Talisman), North Sumatra Offshore B (ExxonMobil), Southeast Sumatra (CNOOC), Tengah (Total), NSO Extention (ExxonMobil), Sanga-Sanga (Vico Indonesia), dan West Pasir dan Attaka (Chevron Indonesia Company).

2019: Bula, operator Kalrez Petroleum, Seram Non Bula (Citic), Pendopo dan Raja (Pertamina-Golden Spike), dan Jambi Merang (JOB Pertamina-Hess).

2020: South Jambi B (ConocoPhillips), Malacca Strait (Kondur Petroleum), Brantas (Lapindo), Salawati (JOB Pertamina-Petrochina), Kepala Burung Blok A (Petrochina), Sengkang (Energy Equity), dan Makassar Strait Offshore Area A (Chevron Indonesia Company).

2021: Rokan (CPI), Bentu Segat (Kalila), Muriah (Petronas), dan Selat Panjang (Petroselat).

Page 27: Diskusi Energi

Kontrak Blok Mahakam • KKS Blok Mahakam ditandatangani Total 31 Maret 1967, jangka

waktu 30 tahun. Pemegang saham Total: Total SA, Prancis (50%) dan Inpex Coperation, Jepang (50%).

• Kontrak diperpanjang tanggal 31 Maret 1997, berakhir 31 Maret 2017. Sesuai UU Migas No.22/2001, operator boleh mengajukan perpanjangan. Negara boleh menolak perpanjangan

• BP Migas (2006): potensi gas Blok Mahakam masih tersisa sekitar 13 TCF.

• Produksi sejak 1967-2009: Gas 12,7 TCF; Minyak 1,05 miliar barel! Pendapatan > $90B

• Dengan produksi 2,6 mmsfd, maka operasi dapat berlangsung 25 tahun ke depan

• Potensi gas tersisa 2012: 12,5 TCF dengan nilai pendapatan kotor sekitar Rp 1700 triliun.

• Pada saat kontrak berakhir, cadangan blok Mahakam diperkirakan masih tersisa sekitar 8 – 9 TCF dengan potensi penpatan kotor sekitar Rp 1000 triliun

Page 28: Diskusi Energi

Landasan Hukum Pasal 28 ayat 1 PP 35/2004: Kontrak Kerja Sama dapat

diperpanjang dengan jangka waktu perpanjangan paling lama 20 (dua puluh) tahun untuk setiap kali perpanjangan.

Pasal 28 ayat 9 PP No.35/2004: “PT Pertamina (Persero) dapat mengajukan permohonan kepada Menteri untuk Wilayah Kerja yang habis jangka waktu Kontraknya”.

Pasal 28 ayat 10 PP No.35/2004: “Menteri dapat menyetujui permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (9), dengan mempertimbangkan program kerja, kemampuan teknis dan keuangan PT Pertamina (Persero) sepanjang saham PT Pertamina (Persero) 100% dimiliki oleh Negara dan hal-hal lain yang berkaitan dengan Kontrak Kerja Sama yang bersangkutan”.

Ketentuan di atas harus dipertegas dan dijalankan untuk memihak kepentingan negara/ BUMN. Pertamina telah menyatakan mau dan mampu mengelola Blok Mahakam

Page 29: Diskusi Energi

Pertamina Menyatakan Minat Sejak 2008

Tanggal

►Jun 2008 Pertamina meminta untuk ikut mengelola Blok Masela & Blok Mahakam

Perihal

►Feb 2009 Pertemuan Pertamina dan BPMIGAS di Hotel Sheraton Bandara

►Sep 2009 Pertamina menyampaikan minat untuk mendapatkan Participating Interest di Blok Offshore Mahakam

► Jan 2010 Total menawarkan swap asset dengan Pertamina

► Jul 2011 Pertamina menyampaikan usulan pengelolaan Blok Mahakam paska 2017

► Jul 2012 Pertamina menyampaikan usulan pengelolaan Blok Mahakam paska 2017

Page 30: Diskusi Energi

Penutup Kebutuhan energi dunia dan nasional terus

meningkat dan pemerintah harus menjamin terwujudnya ketahanan energi nasional

Untuk itu pemerintah perlu mempunyai visi, kebijakan, road map dan program yang komprehensif yang harus dijalankan secara konsisten, transparan dan akuntabel.

Salah program yang mendesak adalah menetapkan UU Migas yang baru yang sejalan dengan konstitusi.

Pemerintah juga diminta mendukung penuh pengembangan dan dominasi NOC/Pertamina di sektor migas nasional melalui penguasaan cadangan blok-blok migas yang potensial dan blok-blok migas yang kontraknya berakhir seperti Blok Mahakam, Blok Siak, dll.

Page 31: Diskusi Energi

Mari DukungPetisi Blok Mahakam untuk Rakyat melalui:

www.satunegeri.com

Page 32: Diskusi Energi

Terima Kasih