11
ARISTOTELES Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mandiri Mata Kuliah Mata Kuliah : Pengantar Filsafat Dosen Pengampu : Tri Astutik Haryati. Mag DisusunOleh: Mustajabul Hakim Nim :2021313030 ArifHidayatullah Nim :2021313040 Arofah Nim :2021313033 Nurul Hafidzah Nim :2021313048

Makalah pengantar filsafat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah pengantar filsafat

ARISTOTELES

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi

Tugas Mandiri Mata Kuliah

Mata Kuliah : Pengantar Filsafat

Dosen Pengampu : Tri Astutik Haryati. Mag

DisusunOleh:

Mustajabul Hakim Nim :2021313030

ArifHidayatullah Nim :2021313040

Arofah Nim :2021313033

Nurul Hafidzah Nim :2021313048

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

STAIN PEKALONGAN 2013

Page 2: Makalah pengantar filsafat

BAB I

PENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANG ARISTOTELES

Aristoteles di lahirkan di stageira, Yunani utara, anak seorang dokter pribadi raja Makedonia.Pada waktu ia berumur kira-kira 18 tahun ia di kirim ke Athena untuk belajar pada plato. Selama 20 tahun ia menjadi murid plato. Setelah plato meninggal dunia Aristoteles mendirikan sekolah di Assos (Asia Kecil). Pada tahun 342 ia kembali ke makedonia untuk menjadi pendidik pangeran Alexsander yang agung. Setelah Alexsander menjadi raja Aristoteles kembali ke Athena dan mendirikan sekolah di sini.

Pada tahun 323 SM Alexsander wafat timbullah huru-hara di Athena menentang Makedonia.Karena Aristoteles di tuduh sebagai mendurhaka, maka ia lari ke Khalkes, tempat ia meninggal dunia pada tahun berikutnya.

Adapun hasil karya Aristoteles itu banyak sekali.Akan tetapi sulit menyusun karyanya itu secara sistematis.Berbeda-Beda cara orang membagi-bagikannya. Ada yang membagi atas 8 bagian, yang mengenai: logika, filsafat alam, psikologi, biologi, metafisika, etika, politik dan ekonomi, dan akhirnya juga retorika dan poetika. Ada juga orang yang menguraikan perkembangan pemikiran Aristoteles meliputi 3 tahap, yaitu:

a). tahap di Akademi, ketika ia ,masih setia pada gurunya, plato, termasuk ajaran plato tentang Idea.

b). tahap ia di assos, ketika ia berbalikdari pada plato, mengkritik ajaran plato tentang idea-idea serta menentukan filsafatnya sendiri.

c). tahap ketika ia di sekolahannya di Athena, waktu ia berbalik dari berspekulasi kepenyelidikan empiris mengindahkan yang kongkrit dan yang individual. Asal pembagian ini tidak di terapkan secara konsekuen,

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.Filsafat Aristoteles

2.kesimpulan

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan kemudahan bagi setiap orang untuk memahami segala aspek tentang Filsafat Aristoteles.

Page 3: Makalah pengantar filsafat

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat karunia-Nya kami masih di berikan kesehatan sehingga Alhamdulillah kami bisa menyelesaikan makalah ini.

Sholawat serta salam kami curahkan kepada junjungan kita Nabi akhiruzzaman. Nabi Muhammad SAW

Page 4: Makalah pengantar filsafat

BAB II

PEMBAHASAN2.1 Filsafat Aristoteles

Logika sebagai ajaran tentang berpikir yang secara ilmiah, yang membicarakan hal bentuk-bentuk pikiran itu sendiri yaitu (pengertian, pertimbangan, dan penalaran) dan Hukum-hukum menguasai pikiran itu, adalah ciptaan Aristoteles.

Berpikir dilaksanakan dengan perantaraan pengertian-pengertian (meja, kursi, perkakas rumah, dll). Menurut Aristoteles, tiap pengertian berpatutan dengan benda tertentu. Maka tiap pengetahuan adalah suatu penggambaran kenyataan. Segala pengertian dapat di hubungkan yang sat sama yang lain menurut tertibnya dan dapat di susun menurut sifat-sifat nya yang umum . umpamanya secara kongkrit ada anjingku, anjingmu, anjingnya, dll,.yang semua itu dapat di golongkan kepada pengertian “anjing” anjing adalah binatang yang menyusui di samping binatang-binatang yang menyusui lainnya, sehingga dapat di golongkan dengan pengertian “binatang menyusui”.demikian seterusnya dari binatang naik ke makhluk hidup, ke makhluk pada umumnya, dan seterusnya.penggolongan menurut sifatnya yang umum ini dapat di perluas lagi hingga sampai dengan kelompok pengertian .sampai kepada kelompok pengertian yang telah mencakup apa saja yang dapat di katakan sesuatu.kelompok pengertian yang sifatnya lebih umum ini oleh Aristotelesdi sebut kategori sebagai kelompok. Menurut Aristoteles ada 10 kategori yaitu;:

1. substansi, (manusia binatang dll)

2.kuantitas (dua, tiga, sepuluh dll)

3.kualitas (putih, busuk, dll)

4. relasi (rangkap, separoh, dll)

5,tempat (di pasar, di rumah, dll)

6.waktu (kemari, sekarang, besok, dll)

7. keadaan (duduk, berdiri, dll)

8.mempuyai (bersepatu, bersuami, dll)

9.berbuat (mengiris, membakar, dll)

10.menderita (terbakar, terpotong, dll)

Page 5: Makalah pengantar filsafat

Kadang-kadang ia hanya menyebut 8 kategori. Yang paling penting ialah 4 kategori yang pertama yaitu:substansi, kuantitas, kualitas dan relasi.

Segala pengertian itu dapat di gabungkan yang satu dengan yang yang lain, sehingga membentuk suatu pertimbangan, umpamanya manusia adalah fana. Pengertian “manusia” di gabungkan dengan pengertian”fana”yang bersama-sama mewujudkan suatu pertimbangan. Ada bermacam-macam pertimbangan, ada yang meneguhkan, ada yang menyangkal dan ada yang bersifat umum atau khusus.

Bukan hanya pengertian-pengertian yang dapat di gabungkan yang satu sama yang lain.tetapi juga pertimbangan-pertimbangan juga bisa dapat di gabung-gabungkan, sehingga menghasilkan penyimpulan.penyimplan adalah suatu penalaran, dari dua pertimbangan di lahirkan pertimbangan yang ke tiga, yang baru, yang berbeda dengan dua pertimbangan yang mendahuluinya.umpamanya.

1) Manusia adalah Fana.2) Gayus adalah Manusia.3) Jadi Gayus adalah Fana.

Cara menyimpulkan ini disebut syllogisme (uraian penutup). Suatu syllogism e terdiri dari 3 bagian, yaitu : suatu dalil umum , yang yang di sebut mayor (manusia adalah fana), suatu dalil khusus, yang di sebut minor (Gayus adalah Manusia), dan kesimpulannya (Gayus adalah Fana). Syllogisme mewujudkan puncak logika Arisoteles.

Ajaran Aristoteles yang mengenai fisika dan metafisika tidak senantiasa dapat di beda-bedakan dengan jelas. Sebutan “metafisika “sebenarnya memang hanya suatu sebutan yang kebetulan saja. Istilah ini tidak berasal dari Aristoteles sendiri, melainkan dari Andronikos dari Rhodos (kurang lebih 70 SM). Ia menyusun karya-karyanya Aristoteles dengan cara demikian, bahwa karya-karya Aristoteles tentang “filsafat pertama” yang mengenai hal-hal yang bersifat gaib. Kata meta mempunyai arti rangkap yaitu : sesudah dan di belakang. Judul meta ta fisika ketika itu di pandang sebagai tepat sekali untuk di pakai, guna mengungkapkan isi pandangan-pandangan yang mengenai “hal-hal yang di belakang gejala-gejala fisik” di zaman yang lebih, kemudian sebutan itu tetap di hubungkan dengan karya-karya Aristotelesitu dan dengan bagian filsafat, yang di bicarakan di dalam karya-karya itu.

Inti sari ajaran Aristoteles yang mengenai fisika dan meta fisika terdapat dalam ajarannya tentang apa yang di sebut dunamis (potensi) dan energeia (aksi) semula ajaran ini di pakai guna memecahkan soal perubahan dan gerak.

Perubahan dan gerak dalam arti yang yang lebih luas mencakup hal “menjadi” dan “binasa” serta segala perubahan lainnya. Baik di bidang bilangan maupun di bidang mutu dan di bidang ruang. Tiap gerak sebenarnya mewujudkan suatu perubahan dari apa yang ada sebagai potensi kea apa yang ada secara terwujud. Oleh karena itu setiap gerak mewujudkan suatu perpindahan

Page 6: Makalah pengantar filsafat

dari apa yang ada sebagai potensi ke apa yang ada secara terwujud. Dari dirinya sendiri apa yang ada secara terwujud tidak dapat mengusahakan perubahannya. Untuk itu di perlukan adanya suatu penggerak yang ada pada dirinya sendiri yang telah memiliki kesempurnaan , yang tidak perlu di sempurnakan. Penggerak pertama yang tidak di gerakkan oleh penggerak yang lain. Tidak mungkin memiliki keluasan serta bersifat fisik.kuasanya tak terhingga dan kekal. Penggerak pertama yang demikian itu tidak berasal dari dalam dunia, sebab di dalam jagat raya ini tiap gerak di gerakan oleh sesuatu yang lain. Penggerak pertama ini adalah allah . ialah yang menyebabkan gerak abadi, yang sendiri tidak di gerakkan , karena bebas dari materi. Allah adalah Actus purus, Aktus murni.

Di dalam dunia inilah kita menghadapi pengertian-pengertian tentang”yang ada sebagai potensi” dan “yang ada secara terwujud” . Menurut Aristoteles keduanya itu adalah sebutan yang melambangkan materi (hule) dan bentuk (eidos, morfe). Bagi Aristoteles eidos adalah asas yang imanen atau yang berada dalam benda yang kongkrit, yang secara sempurna menentukan jenis benda itu, yang menjadikan benda yang kongkrit itu di sebut demikian (di sebut meja, kursi, dll) jadi pengertian yang ada pada manusia (meja, kursi, dll) bukanlah sesuai dengan realitas idea yang berada di dunia idea.melainkan sesuai dengan jenis benda yang tampak pada benda yang kongkrit.

Materi (hule) dalam arti yang mutlak adalah asas atau lapisan bawah yang paling akhir dan umum. Tiap benda yang dapat di amati di susun dari padanya. Oleh karena itu materi perlu mutlak bagi pembentukan segala sesuatu. Materi pada dirinya artinya lepas dari pada segala bentuk, tidak memiliki kenyataan, bukan hal yang berdiri sendiri. Sekalian demikian materi bukan hal yang “tidak ada” sama sekali. Materi adalah kenyataan yang belum terwujud atau menjadi di tentukan oleh bentuk.

Demikianlah materi dan bentuk tidak dapat di pisahkan. Materi tidak dapat berada tanpa bentuk, sebaliknya bentuk tidak dapat berada tanpa materi. Tiap benda yang dapat di amatidi susun dari bentuk dan materi. Materinya adalah rangkuman segala yang belum di tentukan dan yang belum terwujud, sedang bentuknya memberikan kesatuan kepada benda itu.

Di sini tampak bahwa pada semua gerak di andaikan adanya tujuan. Dunia ini bertujuan . perkembangan dunia tergantung pada tujuan. Tiap hal yang alamiah memiliki potensi untuk merealisasikan diri sesuai dengan tujuannya. Segala sesuatu di dalam alam raya ini bertujuan. Jagat raya laksana seorang tuan rumah yang baik, yang tidak membuang apa yang berguna.

Ajaran Aristoteles tentang manusia melalui dua tahap. Dalam tafap pertama ia masih di pengarui plato, sehingga masih mengajarkan dualisme antara tubuh dan jiwa, serta mengajarkan praeksistensi jiwa. Akan tetapi kemudian ia meninggalkan dualisme dengan menjembatani jurang yang ada di antara tubuh dan jiwa. Keduanya di pandang sebagai dua aspek dari satu substansi, yang saling berhubungan dan yang nisbahnya sama seperti nisbah antara materi dan bentuk , atau antara potensi dan aktus . jikalau tubuh adalah materi, maka jiwa adalah bentuknya,

Page 7: Makalah pengantar filsafat

jikalau tubuh adalah potensi maka jiwa adalah aktusnya. Jiwa adalah asas hidup dalam arti yang seluas-luasnya, yang menjadi asas segala arah hidup yang menggerakan tubuh, yang memimpin segala perbuatan yang menuju pada tujuan.

Pengertian tentang jiwa yang demikian itu berlaku baik bagi manusia maupun bagi binatang dan tumbuh-tumbuhan.

Seprti halnya dengan plato , Aristoteles mengajarkan adanya dua macam pengenalan yaitu : pengenalan inderawi dan rasional. Menurut Aristoteles pengenalan “inderawi” memberikan pengetahuan tentang bentuk benda tanpa materinya.. hal ini sama dengan lilin , yang padanya di terapkan cap . lilin itu hanya menerima bentuk cap, bukan capnya . apa sebab demikian ? karena kualitas telah tersirat di dalam bendanya sendiri. Umpamanya : bunga merah, kualitas “merah “telah tersirat dalam bunga itu sendiri . demikian juga dengan “batu keras”, kualitas ” keras “ telah tersirat di dalam batunya. Merah dan Keras adalah bentuk-bentuk yang yang menentukan materi bunga dan batu. Jadi pengetahuan inderawi hanyalah hanya mengenai hal-hal yang kongkrit dari suatu benda tertentu. Tidak demikianlah halnya dengan pengenalan yang “rasional” jikalau indera hanya terbatas kepada satu aspek saja ( mata melighat, telinga mendengar, dll) maka rasiolah yang ada pada manusia , tidak terbatas aktivitasnya .” Rasio “ dapat mengenal hakekat sesuatu , jenis sesuatu. Sasaran rasio lebih lebih umum di banding dengan sasran indera.

Di dalam filsafat Aristoteles etika mendapat tempat yang khusus. Hukum- hokum nya bukan di arahkan kepada suatu cita-cita yang kekal, mutlak dan tanpa syarat di dalam dunia yang mengatasi penginderaan kita , tetapi di arahkan ke dunia ini. Hukum-hukum kesusilaan di turunkan dari pengamatan perbuatan-perbuatan kesusilaan dan dari pengalaman angkatan yang susul-menyusul.

Ajaran Aristoteles tentang Negara berhubungan erat sekali dengan ajarannya tentang etika. Dapat di katakan , bahwa ajarannya tentang Negara mewujudkan lanjutan dan penyelesaian ajarannya tentang etika.

Manusia adalah zoon politikon, makhluk social, makhluk hidup yang membentuk masyarakat . demi keberadaannya dan demi penyempurnaan dirinya di perlukan persekutuan dengan orang lain. Untuk keperluan itu di butuhkan Negara . Negara bertujuan untuk memungkinkan hidup dengan baik, seperti halnya dengan segala lembaga yang lain.

Page 8: Makalah pengantar filsafat

BAB III

PENUTUP3.1Kesimpulan