Upload
hendryani-putri
View
244
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
PROPOSAL PENELITIAN
PENCEMARAN UDARA DI KOTA BATU
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Anorganik yang Dibina Oleh
Ibu Dr. RR. Eko Susetyarini, M.Si
Disusun Oleh :
1. Eko Prasetyo Utomo (201410070311006)
2. Facischa Ayu Irviandari (201410070311008)
3. Ulfah Hidayati (201410070311019)
4. Evi Saputri (201410070311036)
5. Lina Kumalasari (201410070311043)
6. Hendryani Adinda Putri (201410070311047)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
DESEMBER 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak
didunia yaitu berada di peringkat ke-4 dengan jumlah penduduk sebanyak
253.609.643 jiwa. Dengan jumlah penduduk yang begitu banyak secara otomatis
masyarakat Indonesia pasti memiliki tingkat kebutuhan yang tinggi. Karena
tingginya tingkat kebutuhan itulah seluruh masyarakat Indonesia pasti
membutuhkan lapangan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhannya. Akan tetapi
Pemerintah Indonesia sampai saat ini masih belum mampu sepenuhnya untuk
memenuhi semua kebutuhan lapangan pekerjaan yaitu dapat dilihat dari jumlah
pengangguran yang ada di Indonesia yaitu sebanyak 5.70% dan hal tersebut
mendorong pemerintah untuk membuka peluang perusahaan asing mendirikan
perusahaannya di Indonesia. Karena dengan banyaknya perusahaan yang berdiri
baik itu milik negara maupun milik asing akan sedikit membantu tingkat
pengangguran di Indonesia yakni mampu menyerap tenaga kerja. Selain dapat
menyerap tenaga kerja di Indonesia yang artinya dalam hal ini perusahaan-
perusahaan berperan positif untuk Indonesia yakni dapat membuka lowongan
pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Akan tetapi ternyata perusahaan-perusahaan
yang berdiri ini juga memberi dampak yang lain bagi Indonesia yakni berdampak
negatif khususnya bagi lingkungan. Mengingat semakin banyaknya perusahaan –
perusahaan yang berdiri di seluruh penjuru nusantara Indonesia tidak terkecuali di
kota Batu Jawa Timur.
Kota batu adalah salah satu kota yang padat penduduk yakni mencapai
202.366 jiwa pada tahun 2011 dan kota Batu jugSea merupakan salah satu kota
yang sibuk yang mana mengingat kota Batu merupakan salah satu kota wisata di
Jawa Timur sehingga banyak sekali wisatawan yang datang ke kota Batu setiap
tahunnya yaitu mencapai 2.584.777 pengunjung di tahun 2011 . Oleh sebab itulah
banyak sekali kendaraan yang lalu lalang di kota Batu setiap harinya yakni
mencapai 39 unit kendaraan per menit. Dari banyaknya jumlah kendaraan yang
lalu lalang tersebut dapat menyebabkan pencemaran, khususnya pencemaran
udara.
Pencemaran adalah masuknya atau dimasKoKosaukkannya makhluk hidup,
zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas
lingkungan turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
(Undang-Undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No.4 Tahun 1982)
Pencemaran Udara adalah masuk atau dimasukkannya bahan-bahan atau
zat-zat asing ke udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara
dari keadaan normalnya. Zat-zat asing tersebut mengubah komposisi udara dari
keadaan normalnya dan jika berlangsung lama akan mengganggu kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya. Bahan pencemar udara dapat berupa gas CO,
NO, dan sebagainya. Gas CO merupakan gas yang bersumber dari aktivitas
manusia yakni pembakaran bahan bahar fosil (minyak, oli, solar, batubara).
Aktivitas manusia yang banyak menghasilkan CO diantaranya aktivitas
transportasi dan industri. Gas CO yang terhirup dalam waktu yang lama akan
mengakibatkan gejala pusing, sakit kepala, pandangan kabur, kehilangan daya
pikir sesaat, kesulitan bernafas, bahkan bisa menimbulkan kematian. Adapun gas
NO adalah gas buangan hasil pembakaran dari generator pembangkit listrik,
pembakaran bahan bakar kendaraan (mobil, pesawat terbang, kereta api, kapal
laut, sepeda motor, dan lain-lain). Gas NO jika dihirup dalam jangka lama dapat
menimbulkan gangguan kesehatan berupa penyakit emphsyema, penyakit
pernafasan, penyakit pembuluh darah jantung dan lain-lain.
Oleh karena itulah perlu adanya penanganan serius dari pemerintah kota
Batu maupun masyarakat setempat kota Batu untuk bersama-sama mengurangi
tingkat pencemaran udara di kota Batu.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana tingkat pencemaran udara di kota Batu ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pencemaran udara
yang ada di kota Batu.
BAB II
KAJIAN TEORI
1. Pengertian
Pencemaran adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat
energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas
lingkungan turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
(Undang-Undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No.4 Tahun 1982)
Pencemaran lingkungan merupakan peristiwa penyebaran bahan kimia
dengan kadar tertentu yang dapat merubah keadaan keseimbangan pada daur
materi, baik keadaan struktur maupun fungsinya, sehingga mengganggu
kesejehteraan manusia salah satu pencemaran lingkungan yang sedang bergejolak
pada massa sekarang ini adalah pencemaran udara.
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing
didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari
keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing didalam udara dalam jumlah
tertentu serta berada diudara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat
mengganggu kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Bila keadaan itu terjadi
maka diudara dikatakan telah tercemar.
Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya
tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara / tekanan udara dan lingkungan
sekitarnya. Udara adalah juga atmosfer yang berada disekeliling bumi yang
berfungsi sangat penting bagi kehidupan didunia ini. Dalam udara terdapat
oksigen (O2) untuk bernapas, karbondioksida untuk proses fotosintesis oleh
khlorofil daun dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultra violet.
Gas-gas lain yang terdapat dalam udara antara lain gas-gas mulia, nitrogen
oksida, hidrogen, methana, belerang dioksida, amonia dan lain-lain. Apabila
susunan udara mengalami perubahan dari susunan keadaan normal seperti tersebut
diatas dan kemudian mengganggu kehidupan manusia, hewan dan binatang, maka
udara telah tercemar.
2. Jenis – Jenis Pencemaran Udara
Menurut asalnya, pencemaran udara dapat dibagi menjadi dua macam,
yakni:
a. Pencemaran Udara Alami adalah masuknya zat pencemar ke dalam
udara/atmosfer, akibat proses proses alam seperti asap kebakaran hutan, debu
gunung berapi, pancaran garam dari laut, debu meteroid dan sebagainya.
b. Pencemaran Udara Non- Alami adalah masuknya zat pencemar oleh
aktivitas manusia, yang pada umumnya tanpa disadari dan merupakan produk
sampingan, berupa gas-gas beracun, asap, partikel-partikel halus, senyawa
belerang, senyawa kimia, buangan panas dan buangan nuklir.
3. Penyebab Pencemaran Udara
Perkembangan yang berkembang pesat dewasa ini, khususnya dalam
industri dan teknologi, serta meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang
menggunakan bahan bakar fosil (minyak) menyebabkan udara yang kita hirup
disekitar kita menjadi tercemar oleh gas-gas buangan hasil pembakaran.
Secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yakni:
a. Faktor internal (secara alamiah), contoh :
1. Debu yang berterbangan akibat tiupan angin.
2. Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi berikut gas-
gas vulkanik.
3. Proses pembusukan sampah organik, dll.
b. Faktor eksternal (karena ulah manusia), contoh :
1. hasil pembakaran bahan bakar fosil.
2. debu / serbuk dari kegiatan industri.
3. pembakaran zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara.
Pencemaran pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan suatu campuran
dari satu atau lebih bahan pencemar, baik berupa padatan, cairan, atau zat yang
masuk terdispersi ke udara dan kemudian menyebar ke lingkungan sekitarnya.
Kecepatan penyebaran ini sudah barang tentu akan tergantung pada keadaan
geografi dan meteorology setempat. Udara bersih yang kita hirup merupakan gas
yang tidak tampak, tidak berbau, tidak berwarna maupun berasa. Akan tetapi
udara yang benar-banar bersih sudah sulit diperoleh, terutama dikota-kota besar
yang banyak industrinya dan padat lalu lintasnya. Udara yang tercemar dapat
merusak lingkungan dan kehidupan manusia. Terjadinya kerusakan lingkingan
berarti berkurangnya (rusaknya) daya dukung alam yang selanjutnya akan
mengurangi kualitas hidup manusia. Sebenarnya secara alamiah, udara /atmosfer
mempunyai kemampuan mengatur dan mengendalikan diri terhadap masuknya
setiap zat pencemar ke dalamnya. Karena secara alami udara / atmosfer
mempunyai keterbatasan dalam menerima pencemaran udara, maka kelebihan zat
pencemar memungkinkan terjadinya dampak negatif terhadap kualitas dan
karekteristik udara / atmosfer.Selanjutnya akan merubah tingkat laku udara /
atmosfer yang memungkinkan terjadinya perubahan iklim local maupun global.
4. Komponen Pencemaran Udara
Udara di daerah perkotaan yang mempunyai banyak kegiatan industri dan
teknologi serta lalu lintas yang padat, udaranya relatif sudah tidak bersih lagi.
Udara di daerah industri kotor terkena bermacam-macam pencemar. Drai
beberapa macam komponen pencemar udara, maka yang paling banyak
berpengaruh dalam pencemaran udara adalah komponen-komponen berikut ini :
1. Karbon monoksida (CO)
2. Nitrogen oksida (NOx)
3. Belerang oksida (SOx)
4. Partikulat
Karbon Monoksida (CO)
Karbon monoksida atau CO adalah suatu gas yang tidak berwarna,
tidak berbau dan juga tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada
suhu dibawah -129OC. Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran
bahan fosil dengan udara,berupa gas buangan. Kota besar yang padat lalu
lintasnya akan banyak menghasilkan gas CO sehingga kadar CO dalam
udara relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Selain itu dari
gas CO dapat pula terbentuk dari proses industri. Secara alamiah gas CO
juga dapat terbentuk, walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas hasil
kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lain-lain. Secara umum
terbentuk gas CO adalah melalui proses berikut ini :
1. Pembakaran bahan bakar fosil.
2. Pada suhu tinggi terjadi reaksi antara karbondioksida (CO2)
dengan karbon Cyang menghasilkan gas CO.
3. Pada suhu tinggi, CO2 dapat terurai kembali menjadi CO dan
oksigen.
Penyebaran gas CO diudara tergantung pada keadaan lingkungan.
Untuk daerah perkotaan yang banyak kegiatan industrinya dan lalu
lintasnya padat,udaranya sudah banyak tercemar oleh gas CO. Sedangkan
daerah pinggiran kota atau desa, pencemaran CO diudara relatif sedikit.
Ternyata tanah yang masih terbuka dimana belum ada bangunan
diatasnya, dapat membantu penyerapan gas CO. Hal ini disebabkan
mikroorganisme yang ada didalam tanah mampu menyerap gas CO yang
terdapat di udara.Angin dapat mengurangi konsentrasi gas CO pada suatu
tempat karena perpindahan ke tempat lain.
Nitrogen Oksida (NO2)
Nitrogen oksida sering disebut dengan NOx karena oksida nitrogen
mempunyai 2 bentuk yang sifatnya berbeda, yakni gas NO2 dan gas NOx.
Sifat gas NO2 adalah berwarna dan berbau, sedangkan gas No tidak
berwarna dan tidak berbau. Warna gas NO2 adalah merah kecoklatan dan
berbau tajam menyengat hidung.
Kadar NOx diudara daearh perkotaan yang berpenduduk padat
akan lebih tinggi dari daerah pedesaan yang berpenduduk sedikit. Hal ini
disebabkan karena berbagai macam kegiatan yang menunjang kehidupan
manusia akan menambah kadar NOx diudara, seperti transportasi,
generator pembangkit listrik, pembuangan sampah dan lain-lain.
Pencemaran gas NOx diudara terutama berasal dari gas buangan
hasil pembakaran yang keluar dari generator pembangkit listri stasioner
atau mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar gas alami.
Belerang Oksida (SOx)
Gas belerang oksida atau sering ditulis dengan SOx terdiri atas gas
SO2 dan gas SO3 yang keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO2
berbau tajam dan tidak mudah terbakar, sedangkan gas SO3 bersifat
sangat reaktif. Gas SO3 mudah bereaksi dengan uap air yang ada diudara
untuk membentuk asam sulfat atau H2SO4. Asam sulfat ini sangat reaktif,
mudah bereaksi (memakan) bneda-benda lain yang mengakibatkan
kerusakan, seperti proses perkaratan (korosi) dan proses kimiawi lainnya.
Konsentrasi gas SO2 diudara akan mulai terdeteksi oleh indera
manusia (tercium baunya) manakala kensentrasinya berkisar antara 0,3 –
1 ppm. Gas daripada gas SO3. Jadi dalam hal ini yang dominan adalah
gas SO2. Namun demikian gastersebut akan bertemu dengan oksigen
yang ada diudara dan kemudian membentukgas SO3 melalui reaksi
berikut :
2SO2 + O2 (udara) 2SO3
Pemakaian batu bara sebagai bahan bakar pada beberapa kegiatan
industri seperti yang terjadi di negara Eropa Barat dan Amerika,
menyebabkan kadar gas Sox di udara meningkat. Reaksi antara gas Sox
denagn uap air yang terdapat diudara akan membentuk asam sulfat
maupun asam sulfit. Apabila asam sulfat dan asam sulfit turun ke bumi
bersama-sama dengan jatuhnya hujan, terjadilah apa yang dikenal dengan
Acid Rain atau hujan asam . Hujan asam sangat merugikan karena dapat
merusak tanaman maupun kesuburan tanah. Pada beberapa negara
industri, hujan asam sudah banyak menjadi persoalan yang sangat serius
karean sifatnya yang merusak. Hutan yang gundul akibat jatuhnya hujan
asam akan mengakibatkan lingkungan semakin parah.
Partikulat
Partikel adalah pencemar udara yang berada bersama-sama dengan
bahan atau bentuk pencemar lainnya. Partikel dapat diartikan secara
murni atau sempit sebagai bahan pencemar udara yang berbentuk
padatan. Namun dalam pengertian yang lebih luas, dalam kaitan dengan
masalah pencemaran lingkungan, pencemar partikel dapat meliputi
berbagai macam bentuk, mulai dari bentuk yang sederhana sampai
dengan bentuk yang rumit atau kompleks yang kesemuanya merupakan
bentuk pencemaran udara.
Sumber pencemaran partikel dapat berasal dari peristiwa alami dan
jugadapat berasal dari ulah manusia dalam rangka mendapatkan kualitas
hidup yanglebih baik. Pencemaran partikel yang bersaal dari alam
contohnya adalah :
1. Debu tanah / pasir halus yang terbang terbawa oleh angin
kencang.
2. Abu dan bahan-bahan vulkanik yang terlempar ke udara akibat
letusan gunung berapi.
3. Semburan uap iar panas disekitar daerah sumber panas bumi
didaerah pegunungan.
Partikel sebagai pencemar udara mempunyai waktu hidup adalah
pada saat partikel masih melayang-layang sebagai pemcemar diudara
sebelum jatuh ke bumi.Waktu hidup partikel berkisar anatra beberapa
detik sampai beberapa bulan.Sedangkan kecepatan pengendapannya
tergantung pada ukuran partikel, massajenis partikel serta arah dan
kecepatan angin yang bertiup. Partikel yang sudah“mati” karena jatuh
mengendap dibumi, dapat ”hidup” kembali apabila tertiup olehangin
kencang dan melayang-layang lagi diudara.Sumber pencemaran partikel
akibat ulah manusia sebagian besar berasal dari pembakaran batu bara,
proses industri, kebakaran hutan dan gas buangan alat transportasi.
5. DAMPAK PENCEMARAN UDARA
1. Dampak kesehatan
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam
tubuh melalui sistem pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke
dalam tubuh bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran
besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan
partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-
paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke
seluruh tubuh.
Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISNA
(infeksi saluran napas atas), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan
gangguan pernapasan lainnya. Beberapa zat pencemar dikategorikan
sebagai toksik dan karsinogenik.
2. Dampak terhadap tanaman
Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara
tinggi dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain
klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di
permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis.
3. Hujan asam
pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer.
Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan
membentuk asam dan menurunkan pH air hujan.
Dampak dari hujan asam ini antara lain:
Mempengaruhi kualitas air permukaan
Merusak tanaman
Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah
sehingga memengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan
Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan.
4. Efek rumah kaca
Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana,
ozon, dan N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari
yang dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap
dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan global.
Dampak dari pemanasan global adalah :
Peningkatan suhu rata-rata bumi
Pencairan es di kutub
Perubahan iklim regional dan global
Perubahan siklus hidup flora dan fauna
5. Kerusakan lapisan ozon
Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km)
merupakan pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter
radiasiultraviolet B dari matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-
molekul ozon (O3) terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang
mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju
penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat dari pembentukannya,
sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon.
6. Usaha Penanggulangan Dampak Pencemaran Udara
Usaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran tersebut ada 2
macam cara utama , yakni :
- Penanggulangan Secara Non-teknis
- Penanggulangan Secara Teknik
Penanggulangan Secara Non-teknis
Dalam usaha mengurangi dan menanggulangi pencemaran
lingkungan dikenal istilah penanggulangan secara non-teknis adalah
suatu usaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran
lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat
merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan
industri dan teknologi sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
pencemaran lingkungan.
Peraturan perundangan yang dimaksudkan hendaknya dapat
memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan industri dan
teknologi yang akan dilaksanakan disuatu tempat yang antara lain
meliputi :
- Penyajian Informasi Lingkungan (PIL)
- Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
- Perencanaan Kawasan Kegiatan Industri dan Teknologi
- Pengaturan dan Pengawasan Kegiatan
- Menanamkan Perilaku Disiplin
Penanggulangan Secara Teknis
Apabila berdasarkan kajian Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) ternyata bisa diduga bahwa mungkin akan timbul
pencemaran lingkungan, maka langkah berikutnya adalah memikirkan
penanggulangan secara teknis. Banyak macam dan cara yang dapat
ditempuh dalam penanggulangan secara teknis. Adapun kriteria yang
digunakan dalam penanggulangan secara teknis tergantung pada faktor
berikut :
- Mengutamakan keselamatan lingkungan
- Teknologinya telah dikuasai dengan baik
- Secara teknis dan ekonomis dapat dipertanggung-jawakan
Berdasarkan criteria tersebut diatas diperoleh beberapa cara dalam
hal penanggulangan secara teknis, antara lain adalah sebagai berikut :
- Mengubah proses
- Menggantikan sumber energi
- Mengelola limbah
- Menambah alat bantu
Keempat macam penanggulangan secara teknis tersebut diatas dapat
berdiri sendiri-sendiri, atau bila dipandang perlu dapat pula dilakukan
secara bersam-sama,tergantung kepada kajian dan kenyataan yang
sebenarnya.
7. Solusi Pencemaran Udara
Solusi untuk mengatasi polusi udara kota terutama ditujukan pada
pembenahan sektor transportasi, tanpa mengabaikan sektor-sektor lain. Hal ini
kita perlu belajar dari kota-kota besar lain di dunia, yang telah berhasil
menurunkan polusi udara kota dan angka kesakitan serta kematian yang
diakibatkan karenanya.
Pemberian izin bagi angkutan umum kecil hendaknya lebih dibatasi,
sementara kendaraan angkutan massal, seperti bus dan kereta api,
diperbanyak.
Pembatasan usia kendaraan, terutama bagi angkutan umum, perlu
dipertimbangkan sebagai salah satu solusi. Sebab, semakin tua
kendaraan, terutama yang kurang terawat, semakin besar potensi untuk
memberi kontribusi polutan udara.
Potensi terbesar polusi oleh kendaraan bermotor adalah kemacetan lalu
lintas dan tanjakan. Karena itu, pengaturan lalu lintas, rambu-rambu, dan
tindakan tegas terhadap pelanggaran berkendaraan dapat membantu
mengatasi kemacetan lalu lintas dan mengurangi polusi udara.
Pemberian penghambat laju kendaraan di permukiman atau gang-gang
yang sering diistilahkan dengan “polisi tidur” justru merupakan biang
polusi. Kendaraan bermotor akan memperlambat laju
Uji emisi harus dilakukan secara berkala pada kendaraan umum maupun
pribadi meskipun secara uji petik (spot check). Perlu dipikirkan dan
dipertimbangkan adanya kewenangan tambahan bagi polisi lalu lintas
untuk melakukan uji emisi di samping memeriksa surat-surat dan
kelengkapan kendaraan yang lain.
Penanaman pohon-pohon yang berdaun lebar di pinggir-pinggir jalan,
terutama yang lalu lintasnya padat serta di sudut-sudut kota, juga
mengurangi polusi udara.
8. Tingkat Pencemaran di Kota Batu
Tingkat pencemaran udara dapat dilihat dari tingkat keasaman (pH)
air hujan yang mana nilai ambang batas air hujan berdasarkan Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) adalah sebesar 5.6,
yang mana artinya yaitu jika berada dibawah Nilai Ambang Batas (NAB)
pH air hujan normal sebesar 5,6 tersebut maka kondisi air hujan yang
turun di daerah tersebut di identifikasi bersifat asam.
Pengambilan sampel air hujan menggunakan metode Wet & Dry
Deposition dengan alat Automatic Rain Water Sampler (ARWS).
Analisis sampel air hujan dilakukan di laboratorium kualitas udara
BMKG dengan menggunakan alat ion chromatograph. Adapun diagram
data tingkat pencemaran udara yang diperoleh dari hasil uji
menggunakan metode Wet & Dry Deposition dengan alat Automatic Rain
Water Sampler (ARWS) yaitu sebagai berikut :
Dari diagram tersebut dapat dijelaskan bahwa tingkat keasaman air
hujan tertinggi yaitu terletak di kota Kenten Palembang yakni mencapai
angka 6, yang mana melebihi nilai ambang batas yang sudah ditetapkan
oleh BMKG yakni 5,6.
Selain dengan metode Wet & Dry Deposition dengan alat Automatic
Rain Water Sampler (ARWS) yang menggunakan air hujan sebagai
indikator. Tingkat Pencemaran udara dapat diamati dengan menggunakan
alat Air Pollution Monitoring Equipment yang mana cara kerja alat ini
yaitu dengan menangkap debu yang berada di udara. Didalam alat
tersebut terdapat kertas saring yang berguna untuk menyaring debu yang
ada di udara. Kertas saring yang digunakan adalah kertas saring khusus
yang sudah di standarisasi, sebelum kertas saring digunakan, kertas
saring dimasukkan kedalam suatu alat yang mana alat ini berfungsi untuk
mengatur tingkat kelembapan kertas saring yaitu diatur dengan nilai
kelembapan 60. Kelembapan kertas saring dapat mempengaruhi jumlah
berat kertas saring, yang mana baik sebelum dan sesudah peletakan
kertas saring didalam alat Air Pollution Monitoring Equipment kertas
saring akan ditimbang untuk mengetahui selisih berat kertas saring antara
yang sebelum terdapat debu maupun yang sudah terdapat debu. Dari
berat debu yang telah tersaring di kertas saring tersebutlah yang dapat
digunakan sebagai indikator pencemaran udara.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif dan
hanya berupa gagasan tertulis. Peneliti hanya menggambarkan objek yang
sesungguhnya tanpa direkayasa dan dimanipulasi. Peneliti juga berusaha
memahami dan menjelaskan fokus-fokus masalah yang ditulis melalui komunikasi
intensif dengan data dan sumber data yang tersedia.
3.2 Sampel
Terdapat 3 macam sampel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Sampel air hujan yang diperoleh dari daerah Perumahan Sekar Asri dan
Jalan Diponegoro kota Batu;
2. Hasil wawancara dengan pihak BMKG kota Malang;
3. Hasil wawancara dengan beberapa masyarakat sekitar; dan
4. Penghitungan jumlah kendaraan yang lalu-lalang di Jalan Diponegoro
Kota Batu.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kertas
lakmus biru dan merah, wadah penampung air hujan, gelas kimia,
stopwatch dan air hujan.
3.3.2 Langkah Kerja
Pengujian 2 sampel air hujan
1. Mengambil sampel air hujan yang ada di daerah Perum
Sekar Asri dan jalan Diponegoro kota Batu.
2. Melakukan pengujian 2 sampel air hujan dengan
menggunakan kertas lakmus biru dan merah
3. Menentukan sifat dari masing-masing sampel air hujan
Melakukan observasi/wawancara ke BMKG kota Malang
Melakukan wawancara dengan beberapa masyarakat sekitar
Menghitung jumlah kendaraan yang lalu-lalang di Jalan
Diponegoro kota Batu per menitnya dengan menggunakan
stopwatch.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi pertama yang dilakukan yaitu dengan cara menguji
sifat keasaman air hujan dari 2 sampel yang telah didapat
dengan menggunakan kertas lakmus biru dan merah.
Observasi kedua yang dilakukan yaitu dengan menghitung
jumlah kendaraan per menit di jalan Diponegoro kota Batu.
2. Wawancara
Wawancara ke Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
yang terletak di daerah Karang Ploso Malang mengenai tingkat
pencemaran udara di kota Batu.
Daftar pertanyaan yang diajukan:
1. Alat apa saja yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
tingkat pencemaran udara?
2. Bagaimana cara kerja alat Air pollution Monitoring
Equipment dan alat Automatic Rain Water Sampler?
3. Berapakah nilai ambang batas maksimal keasaman air hujan?
4. Berdasarkan penilitian yang telah dilakukan, bagaimanakah
kualitas air hujan yang ada di daerah Batu?
5. Bagaimanakah kualitas dan tingkat pencemaran udara yang
ada di kota Batu?
Wawancara ke masyarakat mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan pencemaran udara di daerah kota Batu.
Daftar pertanyaan yang diajukan :
1. Perbedaan keadaan udara antara dulu dan sekarang?
2. Dampak apa saja yang dirasakan dengan adanya perubahan
keadaan udara sebagai akibat dari menurunnya kualitas udara
karena pencemaran udara?
3. Harapan apa yang di ingginkan kedepannya untuk
mengurangi tingkat pencemaran udara?
3.5 Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif.
Teknik analisis deskriptif ini digunakan untuk menganalisis gambaran
objek penulis secara umum, namun relatif utuh tentang objek penelitian
tersebut yaitu tentang Tingkat Pencemaran Udara di kota Batu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Hasil pengujian sampel air hujan dengan menggunakan kertas
lakmus
Dari pengujian 2 sampel air hujan yang diambil, baik dari
Perumahan Sekar Asri maupun dari Jalan Diponegoro kota Batu
didapati hasil bahwa keduanya tidak mengubah warna kertas lakmus.
Jumlah kendaraan per menit yang ada di jalan Diponegoro kota
Batu
Menit
ke-n
Jenis
Sepeda Motor Mobil
Ke -1 45/menit 12/menit
Ke -2 39/menit 16/menit
Ke -3 40/menit 12/menit
Ke -4 39/menit 19/menit
Ke -5 36/menit 12/menit
Ke - 6 34/menit 13/menit
Rata-rata 39/menit 14/menit
Hasil Wawancara ke Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika (BMKG)
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dapat
dijelaskan bahwa alat-alat yang dapat digunakan untuk mengetahui
tingkat pencemaran udara adalah alat Automatic Rain Water Sampler
(ARWS) dan Air Pollution Monitoring Equipment. Alat ARWS ini
digunakan untuk mengambil (menampung) air hujan secara
otomatis. Sistem kerja alat ini yaitu akan membuka dan menutup
secara otomatis, yang mana ketika hujan turun akan otomatis
membuka dan begitu sebaliknya. Setelah air hujan terkumpul, lalu
selanjutnya air hujan diambil dan dibawa ke Laboratorium untuk
dianalisa pH dan konduktivitasnya.
Adapun Cara Kerja alat Air Pollution Monitoring Equipment ini
adalah seperti alat penyedot debu, kecepatan penyedot debu ini
dilihat dari alat yang ada di dalamnya yang bernama Vlouret.
Didalam alat Air Pollution Monitoring Equipment ini terdapat
tempata yang digunkan untuk meletakkan kertas saring. Sebelum dan
sesudah dipasang, kertas saring akan selalu di timbang terlebih
dahulu dengan menggunakan neraca analitik. Adapun tujuan dari
penimbangannya yaitu untuk mengetahui SPM (Standart Particullat
Meter). Pemasangan kertas saring dilakukan selama 6 hari sekali dan
alat dihidupkan selama 24 jam.
Hasil wawancara ke masyarakat
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan
masyarakat Kota Batu dapat diambil kesimpulan bahwa perbedaan
keadaan udara dulu dengan sekarang jauh berbeda, jika dulu setiap
harinya masyarakat Kota Batu harus memakai jaket saat keluar
rumah karena udara yang sangat dingin, sekarang sudah tidak lagi
karena udara di Kota Batu panas. Perubahan cuaca dari tahun
ketahun di kota Batu meningkat. Perubahan suhu dan cuaca di ini
dipengaruhi oleh bertambah banyaknya volume kendaraan, apalagi
ketika musim liburan volume kendaraan meningkat karena
banyaknya kendaraan baik kendaraan masyarakat Kota Batu maupun
masyarakat luar yang hendak berwisata ke Kota Batu. Asap-asap
dari kendaraan ini menimbulkan polusi udara.
Selain asap kendaraan, banyaknya penenbangan pohon pada
lahan untuk dijadikan jalan atau bangunan dan taman juga
menimbulkan meningkatnya polusi udara. Pohon merupakan
pengikat CO2 dan zat beracun diudara, jika banyak pohon yang
ditebang, maka sedikit pengikat zat beracun yang ada diudara. Asap
dari pembakaran sampah juga mempengaruhi polusi udara di Kota
Batu.
Beberapa warga yang berada disekitar TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) sering merasakan dampak dari asap hasil
pembakaran sampah tersebut. Keluhan yang sering dirasakan yaitu
batuk-batuk dan dada terasa sesak. Sedangkan warga yang berjualan
jajanan khas Kota Batu yang berjualan di pinggir jalan, mengaku
tidak pernah merasa ada gangguan pernafasan, hanya saja sesekali
merasakan iritasi pada mata akibat dari asap kendaraan yang lewat.
Harapan masyarakat Kota Batu kedepan adalah mengurangi
penebangan pohon yang berada di Kota Batu khususnya dipenggir-
pinggir jalan agar polusi udara dapat sedikit berkurang.
4.2 PEMBAHASAN
Hasil pengujian 2 sampel air hujan yang diperoleh dari daerah Perumahan
Sekar Asri dan dari Jalan Diponegoro kota Batu yaitu menunjukkan hasil netral,
yang mana warna kertas lakmus biru tetap berwarna biru dan kertas lakmus merah
tetap berwarna merah. Yang artinya jika disimpulkan yaitu nilai tingkat keasaman
air hujan di dua daerah tersebut yaitu dikatakan normal, karena tidak terlalu asam
maupun tidak terlalu basa.
Dari tabel banyaknya kendaraan yang lalu lalang di salah satu kawasan kota
Batu tersebut, dapat disimpulkan bahwa kota Batu memiliki potensi untuk
udaranya dapat tercemar, yang mana mengingat bahwa salah satu indikator
penyebab pencemaran yaitu adalah berasal dari asap kendaraan. Asap kendaaran
mengeluarkan zat karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), dan Nitrogen
oksida (NO2). Yang mana jika hal tersebut dibiarkan secara terus menerus tanpa
adanya pemecahan masalah untuk menggurangi pencemaran udara maka dapat
dipastikan pencemaran udara akan benar-benar terjadi dikawasan kota Batu. Akan
tetapi banyaknya jumlah kendaraan di atas tidak dapat di jadikan titik acuan
terjadinya pencemaran udara, hal tersebut dikarenakan peneliti telah melakukan
uji keasaman air hujan di daerah ini sebelumnya, dan hasilnya menunjukkan air
hujan masih bersifat normal. Selain dari uji keasaman yang sudah dilakukan
penulis, penulis juga melakukan wawancara di BMKG mengenai tingkat
pencemaran udara yang ada di kota Batu dan dari hasil wawancara tersebut yaitu
berupa kulaitas air hujan yang turun di kota Batu masih bersifat normal yaitu tidak
melebihi nilai ambang batas yang telah ditentukan oleh BMKG yaitu sebesar 5.6.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan atau pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing
didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari
keadaan normalnya. Pencemaran udara ini disebabkan oleh 2 faktor yakni faktor
alami dan faktor buatan (non alami). Contoh dari faktor alami adalah pencemaran
yang disebabkan oleh bencana alam, seperti gunung meletus, kebakaran hutan dan
sebagainya. Sedangkan contoh dari faktor buatan (non alami) yaitu berasal dari
asp kendaraan, asap yang dikeluarkan sebagai akibat dari aktivitas industri dan
sebagainya.
Adapun yang dapat dijadikan sebagai indikator terjadi apa tidaknya
pencemaran disuatu daerah yaitu adalah salah satunya dengan menggunakan
indikator air hujan, yang mana air hujan tersebut dapat di ambil dengan
menggunakan alat Automatic Rain Water Sampler yang kemudian sampel air
hujan tersebut akan dianalisa pH dan konduktivitasnya. Selain dengan alat
tersebut dapat juga dengan menggunakan alat Air Pollution Monitoring
Equipment yang mana cara kerjanya yaitu menangkap debu yang ada di udara.
Dari serangkaian observasi dan wawancara yang telah di lakukan oleh
penulis, dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat pencemaran udara di kota Batu
masih berada di batas normal.
5.2 SARAN
Bagi pemerintah dan pihak-pihak terkait agar bekerjasama dengan
masyarakat untuk bisa mengurangi pencemaran udara yang ditimbulkan oleh asap
kendaraan maupun asap pabrik.
DAFTAR PUSTAKA
Iwan,Setiawan.2014.Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan. http://file.upi.edu, diakses
pada tanggal 17 Desember 2014
http://digilib.uinsby.ac.id/10957/6/bab%203.pdf, diakses pada tanggal 17
Desember 2014
http://bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Kualitas_Udara/Informasi_SPM.bmkg, diakses
pada tanggal 17 Desember 2014
http://bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Kualitas_Udara/
Informasi_Kimia_Air_Hujan.bmkg, diakses pada tanggal 17 Desember
2014
http://finance.detik.com/read/2014/03/06/134053/2517461/4/negara-dengan-
penduduk-terbanyak-di-dunia-ri-masuk-4-besar, diakses pada tanggal 17
Desember 2014
http://www.bps.go.id/brs_file/naker_05mei14.pdf KEADAAN
KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014:TINGKAT
PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,70 PERSEN, diakses pada
tanggal 17 Desember 2014
http://kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2010/03/7-pengantar-pencemaran-
udara.pdf, diakses pada tanggal 18 Desember 2014
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=57793&val=4338, diakses pada
tanggal 18 Desember 2014