21
TEORI BELAJAR KOGNITIF ( Gestalt dan Cognitive-Field dari Kurt Lewin) Oleh Kelompok VI : Hanafi (10530504215) Nurul Fatma (10536504315) Hayatullah (10536504415) Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oktober, 2016

Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)

TEORI BELAJAR KOGNITIF

( Gestalt dan Cognitive-Field dari Kurt Lewin)

Oleh Kelompok VI :

Hanafi (10530504215)

Nurul Fatma (10536504315)

Hayatullah (10536504415)

Jurusan Pendidikan Matematika

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oktober, 2016

Page 2: Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)

i

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya,

kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori Belajar Kognitif” tepat

pada waktunya. Makalah ini merupakan tugas mata kuliah “Teori Belajar

Matematika”. Makalah ini merupakan inovasi pembelajaran untuk memahami dan

mengetahui bagaimanakah sebenarnya teori belajar kognitif tersebut menurut

tokoh ahli dalam hal ini gestalt dan kurt lewin. Semoga makalah ini dapat berguna

untuk para pembaca pada umumnya dan untuk penulis pada khususnya.

Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Teori

Belajar Matematika atas bimbingan dan pengarahannya selama penyusunan

makalah ini serta pihak-pihak yang telah membantu.

Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun

dan pada intinya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan pada makala kami

agar dimasa yang akan datang lebih baik lagi.

Makassar, oktober 2016

Kelompok 6

Page 3: Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)

ii

Daftar Isi

Kata Pengantar ......................................................................................................i

Daftar Isi............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1. Latar Belakang .............................................................................................. 1

2. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

3. Tujuan............................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

A. Teori Belajar Gestalt ..................................................................................... 3

1. definisi dan sejarah muncunya teori gestalt .............................................. 3

2. karakteristik teori belajar kognitif gestalt.................................................. 4

3. hukum dalam teori belajar kognitif gestalt................................................ 5

4. tokoh dalam teori belajar kognitif gestalt.................................................. 5

5. prinsip-prinsip belajar teori belajar kognitif gestalt .................................. 5

6. implementasi teori belajar kognitif gestalt ................................................ 6

7. kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitif gestalt............................ 7

B. Teori Belajar Cognitive-field dari lewin ...................................................... 7

1. kontruksi dasar field theory (teori medan) ................................................ 7

2. teori cognitive-field Kurt Lewin ............................................................... 9

3. penggunaan teori medan dalam belajar .................................................... 10

4. evaluasi konsep medan kognitive ............................................................ 13

BAB III PENUTUP............................................................................................. 15

1. Kesimpulan.............................................................................................. 15

2. Saran ........................................................................................................ 16

Daftar Pustaka ...................................................................................................... iii

Page 4: Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Teori pembelajaran penyedia panduan bagi pengajar untuk membawa

siswa didik dalam dalam mengembangkan kogniftif, emosional, sosial, fisik,

dan spiritual. Panduan-panduan tersebut adalah kejelasan informasi yang

mendeskripsikan tujuan, pengetahuan yang diperlukan, dan untuk kerjaan

penting. Hal ini adalah untuk mengantisipasi perubahan yang perlu diantisipasi,

yaitu perubahan yang sifatnya sedikit demi sedikit (piecemeal) dan yang

bersifat sistemik (systemic). Jadi teori pembelajaran itu penting sebagai suatu

dasar pengetahuan yang memandu praktek pendidikan “bagaimana

memfasilitasi belajar” dalam dunia pendidikan yang senantasia berubah,

terlebih dalam cakupanyang sistematik.

Praktek pembelajaran adalah suatu subsistem yang merupakan bagian

dari sebuah sistem. Jika dalam sebuah perjalana, sistemnya berubah, maka

subsistemnya pasti berubah, oleh karena masing-masing kebutuhan subsistem

harus memiliki titik temu dengan sistenya supaya sistem tersebut dapat

mendukung subsistemnya secara berkelanjutan. Jadi perubahan sistemik yang

terjadi pada sistem pembelajaran mesti diikuti oleh perubahan sistemik pada

subsistem teori pembelajaran harus diikuti oleh perubahan paradigma

pembelajaran.

Alur berpikir diatas terbangun dari sejarah perkembangan teori

pembelajaran. Sebelum para tokoh psikologi membangun dan menemukan

teori belajar kognitif, terlebih dahulu sudah terdapat beberapa teori

pembelajran yang telah muncul dan berkembang. Namun teori pembelajaran

yang ada saat itu mereka anggap masih kurang sempurna, hingga akhirnya

menginspirasi beberapa tokoh psikologi untuk menyikapi kekurangan-

kekurangan dari beberapa teori belajar yang lebih awaldan diangap masih ada

beberapa celah kekurangan, yang diantaranya adalah teori behavioristik hal ini

juga berlaku untuk teori pembelajaran kognitif itu sendiri. Seiring

Page 5: Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)

2

berkembangnya zaman selanjutnya pasti akan ditemukan kekurangan-

kekurangan dari teori kognitif ini dalam menjawab tuntutan zaman. Hal

tersebut sekaligus memberikan inspirasi bagi tokoh psikologi (diera

selanjutnya) untuk mengkontruksi teori baru yang lebih mampu membantu

untuk menjawab tuntutan zaman. Teori baru tersebut diantaranya adalah teori

gestalt dan kurt lewin.

2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana belajar dalam pandangan teori Gestalt?

2. Bagaimana belajar kognitif (teori field) menurut Kurt Lewin?

3. Tujuan

1. Mengetahui definisi belajar kognitif.

2. Mengetahui sejarah munculnya teori gestalt.

3. Memahami karakteristik teori belajar gestalt dan cognitive field dari lewin.

4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori gestalt.

5. Mengetahui penggunaan teori medan dari lewin.

Page 6: Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Kognitif Gestalt

1. Definisi dan Sejarah Munculnya Teori Gestalt

Kognitif erat kaitannya dengan mental, yakni mempelajari proses mental,

bagaimana orang berfikir, merasakan, mengingat dan belajar. Kemudian

berhubungan pula dengan topik perhatian, persepsi, memori, bahasa, berfikir,

dan membuat keputusan. Kognitif dapat dimaknai juga sebagai psikologi

khusus pada pemahaman dan pengetahuan dalam mempelajari proses mental.

Istilah ‘Gestalt’ sendiri merupakan istilah bahasa Jerman yang sukar

dicari terjamahannay dalam bahasa-bahasa lain. Arti Gestal bisa bermacam-

macam diantaranya ‘form’, ‘shape’ (dalam bahasa inggris) atau bentuk, hal,

peristiwa, hakikat, esensi, totalitas. Terjamahannya dalam bahasa inggrispun

bermacam-macam antara lain ‘shape psychology’, ‘configurationism’, ‘whole

psychology’ dan sebagainya. Karena adanya kesimpangsiuran dalam

penerjamahannya, akhirnya para sarjana di seluruh duniasepakat untuk

menggunakan istilah ‘Gestalt’ tanpa menerjamahkan kedalam bahasa lain.

Untuk memudahkan dalam memberikan pengertian tentang Gestalt dan dapat

dijelaskan di dalam pengerian psikologi Gestalt, yaitu merupakan suatu aliran

psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau

totalitas.

Teori kognitif dan Gestalt lebih menekankan pada proses mental (proses

pemikiran) yang melatar belakangi kegiatan atau aktivitas belajar. Sudut

pandang ini didasarkan atas aliran strukturalisme atau aspek neurologi sebagai

latar belakang pembentukan teorinya. Kedua teori ini menekankan pada proses

sensasi dan persepsi yang melatarbelakangi belajar. Asumsinya, perubahan

dalam proses merupakan landasan belajar. Proses perseptual dasar bekerja

berdasar prinsip-prinsip Gestal yang mencoba untuk menjelaskan bagaimana

individu mengorganisasikan (atau mereorganisasikan) potongan-potongan

informasi menjadi suatu keseluruhan yang lebih mempunyai makna.

Page 7: Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)

4

Teori belajar Gestal ini lahir di Jerman tahun 1912 dipelopori dan

dikembangkan oleh Max Wertheimer (1880-1943) yang meneliti tentang

pengamatan dan problem solving, dari pengamatan ini ia mengatakan bahwa

metode menghafal disekolah kurang efektif, dan menghendaki agar murid

belajar dengan pengertian atau pemahaman bukan hafalan akademis.

Sumbangan ini diikuti oleh tokoh-tokoh lainnya, seperti Wolfgang Kohler

(1887-1959) yang meneliti tentang “insight” pada simpanse yaitu mengenai

metalitas simpanse (ape) di pulau canary. Kurt Koffka (1886-1941) yang

menguraikan secara terperinci tentang hukum-hukum pengamatannya, dan

Kurt Lewin (1892-1947) yang mengembangkan suatu teori belajar kognitif

(cognitif field) dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi

sosial.

Menurut teori Gestalt, teori strukturalisme dan behaviorisme melakukan

kekeliruan, diantaranya karena reductinictic approach, artinya keduanya

mencoba membagi pokok bahasa menjadi elemen-elemen dasar, sedangkan

behaviorisme mereduksi prilaku menjadi kebiasaan (habits), respons berkondisi

atau secara umum dapat dikemukakan hubungan stimulus-respon. Aliran

Gestalt tidak setuju mengenai reduksi ini.

2. Karakteristik Teori Belajar Kognitif Gestalt

1. Hukum keterdekatan, hukum ketertutupan, dan hukum kesamaan

2. Melakukan banyak latihan

3. Adanya pemahaman belajar Insight. Makna Insight dapat dijelaskan

sebagai pemecahan masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses

Insight, invidu menerapkannya pada problem sejenis tanpa perlu melalui

proses trial-error lagi. Timbulnya Insight pada individu tergantung pada:

a. Kesanggupan. Kesanggupan berkaitan dengan kemampuan itelegensi

invidu.

b. Pengalaman. Dengan belajar, individu akan mendapat suatu

pengalaman dan pengalaman itu akan menyebabkan munculnya Insight.

Page 8: Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)

5

c. Latihan. Latihan banyak akan mempertinggi keamampuan Insight

dalam situasi yang bersamaan.

d. Trial and error. Apabila seseorang akan melakukan percobaan-

percobaan hingga akhirnya menemukan insight untuk memecahkan

masalah tersebut.

3. Hukum dalam Teori Belajar Kognitif Gestalt

1. Hukum pragnanz, yang mengatakan bahwa organisasi psikologi selalu

cenderung kearah yang bermakna atau penuh arti (pragnanz).

2. Hukum kesamaan, yang mengatakan bahwa hal-hal yang sama cenderung

membentuk Gestalt (keseluruhan).

3. Hukum kecenderungan mengatakan bahwa hal-hal yang berdekatan

cenderung membentuk Gestalt.

4. Hukum ketertutupan, yang mengatakan bahwa hal-hal yang tertutup

cenderungan berbentuk Gestalt.

5. Hukum kontinuitas yang mengatakan bahwa hal-hal yang

berkesinambungan cenderungan membentuk Gestalt.

4. Tokoh dalam Teori Belajar Kognitif Gestalt

1. Max Wertheimer (1880-1943)

2. Kurt Koffka (1886-1941)

3. Wolfgang Kohler (1887-1959)

4. Kurt Lewin (1892-1947)

5. Prinsip-Prinsip Belajar Teori Belajar Kognitif Gestalt

1. Principle of Proximity : bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik

waktu maupun ruang ) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai

suatu bentuk tertentu.

Page 9: Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)

6

2. Principle of Similarity : bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang

berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu

figure atau bentuk tertentu.

3. Principle of Objective Set : Organisasi berdasarkan mental set yang sudah

terbentuk sebelumnya.

4. Principle of Continuity : Organisasi berdasarkan kesinambungan pola.

5. Principle of closure/ principle of good form: bahwa seriap bidang

pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang.

Penampilan suatu objek seperti ukuran , potongan, warna dan sebagainya

membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat

samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan

figure. Contoh: perubahan nada tidak merubah persepsi tentang melodi.

6. Principle of Isomorphism : Organisasi berdasarkan konteks.

6. Implementasi Teori Belajar Kognitif Gestalt

1. Pengalaman tilikan (insight). Tilikan memegang peranan yang penting

dalam prilaku yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam

suatu objek atau peristiwa.

2. Pembelajaran yang bermakna(meaningful learning). Kebermaknaan unsur-

unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses

pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif

sesuatu yang dipelajari.

3. Perilaku bertujuan (purposive behavior). Perilaku terarah pada tujuan.

Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulasi-respons, tetapi ada

keterkaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan

berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapai.

Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal

tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari

tujuan sebagai arah aktifitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam

memahami tujuannya.

Page 10: Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)

7

4. Prinsip ruang hidup (life space). Perilaku individu memiliki keterkaitan

dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang

diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi

lingkungan kehidupan peserta didik.

5. Transfer dalam belajar pemindahan popla-pola prilaku dalam situasi

pembelajaran tertentu kesituasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer

belajar terjadi dengan terjadi dengan jalan melepaskan pengertian objek

dari suatu konfigurasi lain dalam tata susunan yang tepat. Judd

menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas

dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum

(generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah

menangkap prinsip-prinsip poko dari suatu persoalan dan menemukan

generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam

situasi lain.

7. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitif Gestalt

Kelebihan dalam teori belajar ini ialah dapat meningkatkan

kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah juga meningkatkan

motivasi belajar peserta didik karena peserta didik dikondisikan untuk

menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan atau pengalaman

dirinya, menimbulkan ketertarikan tersendiri.

Kekurangan dari teori belajar ini ialah membutuhkan biaya banyak

karena dibutuhkan banyak fasilias pendukung , serta keberhasilan belajar tidak

dapat dilihat dari peserta didik saja tapi harus dilihat secara keseluruhan.

B. Teori Belajar Cognitive- Field dari Lewin

1. Kontruksi Dasar Field Theory (teori medan)

Teori Medan atau Field Theory, merupakan salah satu teori yang

termasuk rumpun Cognitive-gestalt-Field. Teori ini sama dengan Gestalt

menekankan keseluruhan dan kesatupaduan . sebagai langkah awal, penting

sekali mengenali pondasi yang mengkontruksi teori ini. Menurut psikologi

gestalt, keseluruhan itu berbeda dari penjumlahan bagian-bagiannya atau

Page 11: Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)

8

menbagi-bagi berarti mendistorsi. Kita tidak dapat memahami atau menikmati

pengalaman mendengarkan simfoni musik orchestra dengan menganalisa

konribusi musisi-musisi yang bermain didalamnya secara terpisah. Atau kita

juga tidak mungkin dapat menikmati keindahan sebuah lukisan bila melihat

bagian-bagiannya secara terpisah. Pada pokoknya, psikologi Gestalt selalu

memberikan penekanan pada totalitas atau keseluruhan, bukan pada bagian-

bagian.

Berbeda dengan kaum behavioral yang berpendapat bahwa belajar adalah

pengalaman empiris, maka menurut Gestaltis belajar adalah fenomena konitif.

Kognisi sendiri dipahami sebagai proses mental karena kognisi mencerminkan

pemikiran dan tidak dapat diamati secara langsung. Kognisi tidak dapat diukur

secara langsung, namun melalui prilaku yang ditampilkan dan dapat diamati.

Oleh sebab itu belajar merupakan proses mental dan aspek-aspek belajar adalah

unik bagi spesies manusia.

Ahli-ahli gestalt juga beranggapan bahwa benda-benda hidup berbeda

dengan mesin, selalu hidup dan saling mempengaruhi dengan lingkungannya.

Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field

(medan persepsi). Setiap medan persepsi memiliki oeganisasi, yang cenderung

dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and ground. Oleh karena itu,

psikologi gestalt menekankan adanya pengorganisasian proses-proses dalam

persepsi, belajar dan problem solving dan juga mempercayai bahwa setiap

individu diarahkan untuk mengorganisasikan serpihan informasi yang

bersumber dari beragam cara atau proses. Pengorganisasian inilah yang

kemudian mempengaruhi makna yang dibentuk.

Gestaltian juga menganut pandangan yang berbeda dalam memandang

problem tubuh-pikiran. Mereka mengasumsikan adanya Isomorphism yakni

adanya hubungan antara aktifitas otak dengan kesadaran, antara pengalaman

psikologis dengan proses yang ada di dalam otak. Psikologi gestalt berkali-kali

menyatakan pendapatnya bahwa dunia fenomenal (kesadaran) adalah

ekspresiyang akurat dari situasi. Kesadaran pula yang menjadikan semua

informasi sensoris menjadi bermakna.

Page 12: Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)

9

Dalam kaitannya dengan pokok-pokok teori belajar menurut aliran

Gestalt, disamping hukum-hukum pengamatan yang menentukan proses

belajar, menurut alran ini insight adalah ini belajar. Insight dapat diartikan

pemahaman atau pencerahan sehingga seorang pelajar dapat menyelesaikan

problem ataupun tugas belajar. Maka menurut aliran ini, remedial atau

pengulang-ulangan materi bukan hal penting walaupun belajar dengan insight

dapat juga diulangi. Contoh: pengulang-ulangan dalam melakukan latiha UN

membuat siswa mungkin dapat menjawab soal saat ujian berlangsung namun

belum tentu dia memahami subtansi soal sehingga bila soal sehingga bila soal

berbedadengan rumus yang sama belum tentu dia dapat menyelesaikannya.

Belajar dengan insight membuat siswa memahami subtansi masalah hingga

bila soal diulang dalam format berbeda ia masih dapat menyelesaikannya.

2. Teori cognitive-field kurt lewin

Kurt Lewin (1890-1947) menaruh perhatian pada kepribadian dan

psikologisosial. Lewin memandang bahwa masing-masing individu berbeda

didalam suatu medan kekuatan, yang bersifat psikologis. Medan kekuatan

psikologis dimana individu beraksi disebut sebagai “life space”. Life space

mencangkup perwujudan lingkungan dimana individu bereaksi,misalnya:

orang-orang yang ia jumpai, objek material yang ia hadapi, serta fungsi-fungsi

kejiwaan yang ia miliki.

Lewin berpendapat bahwa tingkah laku merupakan hasil tindakan agar

kekuatan-kekuatan, baik yang dari:

1. Dalanm diri individu seperti; tujuan, kebutuhan, tekanan kejiwaan

2. Luar diri individu, seperti; tantangan dan permasalahan.

Dalam medan hidup ini ada sesuatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi

untuk mencapainya selalu ada barier atau hambatan. Individu memiliki satu

atau sejumlah dorongan dan berusaha mengatasi hambatan untuk mencapai

tujuan tersebut. Apabila individu telah berhasil mencapai tujuan, maka ia

masuk ke dalam medan atau lapangan psikologis baru yang didalamnya berisi

Page 13: Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)

10

tujuan baru dengan hambatan-hambatan yang baru pula. Demikian seterusnya

individu keluar dari suatu medan dan masuk ke medan psikologis berikutnya.

Hall dan Lindzey merangkum poin untama Teori Medan Kognitif

Lewin sebagai berikut:

1. Perilaku adalah fungsi dari medan yang ada pada saat perilaku

tersebut terjadi.

2. Analisa tingkah laku dmulai dengan sebagai keseluruhan dari

komponen-komponen tingkah laku yang terpisah dan berbeda.

3. Individu yang konkret dlam sebuah situasi nyata (konkret) dapat

digambarkan secara matematis.

Dalam teori ini kita juga bisa melihat bagaimana Kurt Lewin

berpertautkan pemahaman dari topologi (lifespace misalnya), psikologi

(kebutuhan,aspirasi), dan sosiologi ( misalnya medan gaya-motif yang jelas

tergantung pada tekanan kelompok). Ketiganya saling berhubungan dalam

sebuah tingkah laku. Intinya, teori medan merupakan sekumpulan konsep

dimana seseorang dapat menggambarkan kenyataan psikologis. Konsep-konsep

teori medan telah diterapkan Lewin dalam berbagi gejala psikologis dan

sosiologis. Termasuk tingkah laku bayi dan ank-anak, masa adelesen,

keterbelakangan mental, masalah-masalah kelompok minoritas, perbedaan

karakter nasional dan dinamika kelompok.

3. Penggunaan Teori Medan dalam Belajar

1. Belajar sebagai perubahan sistem kognitif

Teori medan (Field Theory) Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam

situasi belajar berada dalam satu medan atau lapangan psikologis.

menghadapi suatu tujuan yang ingin capai, tetapi selalu terdapat hambatan

yaitu mempelajari bahan ajar, maka timbullah motif untuk mengatasi

hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila

hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan

masuk ke dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya.

Page 14: Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)

11

Menurut teoti ini belajar berusaha mengatasi hambatan-hambatan untuk

mencapai tujuan. Kurikulum sekolah dengan segala macam tuntutannya,

berupa kegiatan belajar didalam kelas, laboratorium, di workshop, di luar

sekolah, penyelesaian tugas-tugas, ujia-ulangan dan lain-lain, pada dasarnya

merupakan hambatan yang harus diatasi.

Menurut Lewin belajar terjadi akibat perubahan struktur kogniitf.

Perubahan kognitif adalah hasil dari dua macam kekuatan yaitu struktur

medan kogntif dan motivasi internal individu.

Apabila seseorang belajar , maka dia akan tambah pengetahuannya.

Artinya tahu lebih banyak dari pada sebelum ia belajar. Ini berarti ruang

hidupnya lebih terdeferensasi, lebih banyak subregion yang dimilikinya,

yang dihubngkan dengan jalur-jalur tertentu. Dengan kata lain orang tahu

lebih banyak tentang fakta-fakta dan saling berhubungan antara fakta-fakta

itu.

Perubahan struktur pengetahuan (struktur kognitif) dapat dikarena

ulangan; situasi mungkin perlu diulang-ulang sebelum strukturnya berubah.

Akan tetapi yang penting bukan bahwa ulangan itu terjadi melainkan truktur

kognitigf itu berubah. Dengan pengaturan masalah (problem) yang lebih

baik, struktur mungkin dapat berubah dengan ulangan yang sangat sedikit.

Hal ini telah dibuktikan dalam eksperimen mengenai insight.terlalu banyak

ulangan tidak menambah belajar. Sebaliknya ulangan itu mungkin

menyebabkan kejenuhan psikologis (psycological satiation) yang dapat

membawa disorganisasi (kekacauan) dan dediferensiasi(kekaburan) dalam

sistem kognitif.

Perubahan dalam struktur kognitif kognitif ini untuk sebagian

berlangsung dengan prinsip pemolaan (patterning) dalam pengamatan, jadi

disinilah lagi terbukti betapa pentingnya pengamatan itu dalam belajar.

Perubahan itu disebabkan oleh kekuatan yang telah intriksik ada dalam

struktur kognitif tetapi struktur kognitif juga berubah-ubah sesuai dengan

yang ada pada individu. Disinilah terjadi belajar dengan motivasi.

Page 15: Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)

12

2. Hadiah dan Hukuman menurut Kurt Lewin

Hadiah dan hukuman merupakan sarana motivasi yang efektif. Tetapi

dalam penggunaanya memerlukan pengawasan. Nilai yang baik bagi peserta

didik pada umumnya merupakan sesuatu hal yang diinginkan(hadiah).

Tetapi, tugas-tugas dalam belajar untuk mencapai nilai tersebut pada

umumnya dianggap sebagai hukuman yang membebani dan kurang

menarik.

Ahli-ahli yang mengikuti/menerima law of effect dan law of

reinforcement seringkali mengalisis sampai menungsur lingkungan atau

keadaan yang mendorong pelajar untuk mendekati hadiah dan menjauhi

hukuman. Kurt Lewin menggambarkan situasi yang mengandung hadiah

atau hukuman itu sebagai suatu yang mengandung konflik.

a. Situasi yang mengandung hukuman

Sebagai contoh : dalam suatu situasi terdapat seseorang yang harus

melakukan suatu pekerjaan yang ia tidak suka atau tidak menyenagkan,

karena adanya kebutuhan untuk meninggalkan tugas yang tidak

menyenangkan itu. Supaya ia tetap dalam pekerjaan itu maka ada

ancaman hukuman kalau dia tak mengerjakan.

Dalam situasi ini seseorang mengalami konflik antara dua hal yang

tidak menyenangkan itu, maka kecenderungannya ialah ia akan

meninggalkan situasi yang serba tidak menyenangkan, untuk

menghindari dua hal itu. Supaya seseorang tidak meninggalkan medan

itu maka harus ada rintangan. Rintangan ini dalam kehidupan biasa

adalah kekuasaan, konkretnya lagi, dalam situasi konflik seperti yang

digambarkan diatas perlu pengawasan.

b. Situasi yang mengandung hadiah

Sebagai contoh: dalam situasi yangmengandung hadiah tidak perlu

lagi seseorang dilakukan pengawasan seperti hal diatas, karena sifat

menarik hadiah itu akan menahan pribadi seseorang untuk tetap dalam

medan tersebut. Tetapi, tantangan perlu diberikan untuk mencegah

Page 16: Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)

13

supaya seseorang tidak langsung mencapai hadiah tersebut tanpa

mengerjakan tugas yang harus dikerjakannya.

Karena hadiah itu sangat berhubungan dengan aktivitas

melaksanakan tugas secara eksternal, maka selalu ada

kecenderunganuntuk mencari jalan pintas, yaitu mendapatkan hadiah

tanpa melaksanakan tugasnya terlebih dahulu. Karena danya

kecenderungan hal tersebut, maka haruslah dicegah supaya seseorang

mendapat hadiah jalan yang tidak seharusnya. Karena iti, disini

pengawasan pada situasi yang mengandung hukuman.

3. Masalah berhasil dan gagal

Kurt Lewin lebihsetuju menggunakan istilah sukses dan gagal dari

pada istilah hadiah dan hukuman. Sebab apabila tujuan-tujuan yang akan

kita capai itu adalah interinsik, maka kita lebih tepat menggunakan istilah

berhasil atau gagal daripada terminologi hadiah dan hukuman. Istilah hadiah

dan hukuman ini lebih dekat oada pendekatan nonpsikologis sedang istilah

sukses dan gagal merupakan kajian dalam pendekatan psikologis. secara

psikologis yang penting memang adalah bagaimana yang dialami individu

dalam mengahdapi suatu problem. Suatu pengalaman sukses haruslah

dimengerti sesuai dengan apa yang telah dikerjakan atau dicapai oleh

seseorang (pelajar) yang merasa sukses karena ia naik kelas walau tidak

dengan nilai terbaik.

4. Sukses memberi mobilisasi energi cadangan

Kurt Lewin beranggapan bahwa dinamika kepribadian itu dikarenakan

oleh adanya energi dalam diri seseorang yang disebut energi psikis. Energi

psikis inilah yang dipergunakan untuk aktivitas seperti mengamati,

mengingat, berfikir dan sebagainya. Dalam keadaan sehari-hari, hanya

sedikit saja energi yang psikis yang dipergunakan dan sisanya tersimpan

sebagai energi cadangan. Apabila orang mendapat pengalaman sukses,

maka akan terjadi mobilisasi energi cadangan sehinggakemampuan individu

untuk menyelesaikan problem bertambah. Oleh sebab itu secara praktis

Page 17: Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)

14

sangat dianjurkan untuk sebanyak mungkin memberikan kesempatan kepada

para peserta didik kita supaya mereka mendapatkan pengalaman sukses.

4. Evaluasi Konsep Medan Kognitif

Kritik terhadap teori lewin dpat dikelompokkan dalam 5 topik yaitu:

1. Lewin tidak mengelaborasi pengaruh lingkungan luar atau

ligkunganobjektif, memang dikemukakan sifat bondaris antara

lingkungan psikologis dengan lingkungan objektif yang permenable,

namun hal ini tidak diikuti oleh penjelasan dinamika bagaimana

lingkungan luar itu mempengaruhi region-region atau menjadi region

baru.

2. Lewin kurang memperhatikan sejarah individu pada masa lalu sebagai

tingkah laku. Ini merupakan teori yang mementingkan masa kini dan

masa yang akan datang. Teori ini juga terlalu bersibuk diri dengan

aspek-aspek yang mendalam dari kepribadian sehingga mengabaikan

tingkah laku monitoris dari luar.

3. Lewin menyalahgunakan konsep ilmu alam dan konsep matematika.

Memang tidak mudah memahami jiwa dengan memakai rumus-rumus

matematika. Bahkan lewin berani mengambil resiko dengan memakai

istilah-istilah dalam matematika dan fisika untuk dipakai dlam

psikologi dengan makna yang sangat berbeda dengan makna aslinya.

4. Penggunaan konsep-konsep topologi telah menyimpang dari arti

sebenarnya. Penggambaran topologis dan vaktorial dri lewin tidak

mengungkapkan sesuatu yang baru tentang tingkah laku.

5. Banyak konsep dan konstruk yang tidak didefinisikan secara jelas

sehingga memberikan arti yang kabur.

Page 18: Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)

15

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Teori kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar gestalt.

Peletak dasar teori gestalt adalah Merx Wertheimer (1880-1943) yang meneliti

tentang pengamatan dan problem solving. Sumbangannya diikuti oleh Kurt

Koffka (1886-1941) yang menguraikan secara terperinci tentang hukum-

hukum pengamatan, kemudian Wolfgang Kohler (1887-1959) yang meneliti

tentang insight pada simpase.

Dari Eksperimen-eksperimen kohler menjelaskan terhadap simpanse

bahwa simpanse yang dipakai untuk percobaan harus dapat membentuk

persepsi tentang situasi total dan saling menghubungkan antara semua hal yang

relevan dengan Problem yang dihadapinya sebelum muncul insight. Dari

percobaan tersebut menunjukkan simpanse dapat memecahkan insightnya, dan

ia akan mentransfer insight tersebut untuk memecahkan problem lain yang

dihadapinya

Kelompok pemikiran ini sependapat pada suatu hal yakni suatu prinsip

dasar bahwa pengalaman manusia memiliki kekayaan medan yang memuat

fenomena keseluruhan lebih dari pada bagian-bagiannya. Keseluruhan ini

memberikan beberapa prinsip belajar yang penting, antara lain :

1. Manusia bereaksi dengan lingkunganya secara keseluruhan, tidak hanya

secara intelektual, tetapi juga secara fisik, emosional,sosial dan sebagainya

2. Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.

Page 19: Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)

16

3. Manusia berkembang sebagai keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa,

lengkap dengan segala aspek-aspeknya.

4. Belajar adalah perkembangan kearah diferensiasi yang lebih luas.

5. Belajar hanya berhasil, apabila tercapai kematangan untuk memperoleh

insight.

6. Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi

membei dorongan yang mengerakan seluruh organisme.

7. Belajar akan berhasil kalau ada tujuan.

8. Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan ibarat suatu

bejana yang diisi.

Dari pembahasan Teori Belajar kognitif dapat kami simpulkan sebagai

berikut :

1. Pandangan Teori Belajar Kognitif adalah:

2. Elemen terpenting dalam proses belajar adalah pengetahuan yang dimiliki

oleh tiap individu.

3. Perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar

dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri.

4. Belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi terutama pikiran,

untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar.

Dengan kata lain, aktivitas belajar manusia ditentukan pada proses internal

dalam berpikir yakni pengolahan informasi.

Belajar pada asasnya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral

yang bersifat jasmaniah meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak

lebih nyata dalam hampir setiap peristiwa belajar siswa.

Teori belajar kognitif lebih menekankan arti penting proses internal,

mental manusia. Tingkah laku manusia yang tampak, tak dapat diukur dan

diterangkan tanpa melibatkan proses mental, seperti : motivasi, kesengajaan,

keyakinan dan sebagainya.

2. Saran

Page 20: Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)

17

Hendaknya pengetahuan tentang kognitif siswa perlu dikaji secara

mendalam oleh para calon guru dan para guru demi menyukseskan proses

pembelajaran di kelas. Tanpa pengetahuan tentang kognitif siswa, guru akan

mengalami kesulitan dalam membelajarkannya di kelas, yang pada akhirnya

mempengaruhi rendahnya kualitas proses pendidikan yang dilakukan oleh guru

di kelas. Karena faktor kognitif yang dimiliki oleh siswa merupakan salah satu

faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas.

Faktor kognitif merupakan jendela bagi masuknya berbagai pengetahuan siswa

melalui kegiatan belajar baik secara mandiri maupun secara kelompok.

Page 21: Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)

iii

Daftar Pustaka

Baharuddin, Dr, H, Nur Esa Wahyuni, M,Pd, Teori Belajar dan Pembelajaran,

Jogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2008.

http://teori-belajar-dan-pembelajaran.blogspot.co.id/2009/04/teori-belajar-

gestalt.html. diakses pada pukul 20:23 WITA.

Abu Ahmad & Widodo Aupriyono, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta,

2003.

Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan pembelajaran, Medan

:Perdana Publishing, 2011.