32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi sediaan adalah cara memformulasi atau merancang suatu obat menjadi bentuk sediaan dengan menggunakan teknologi. Sediaan obat adalah adalah bentuk sediaan yang mengandung zat aktif yang siap digunakan (dikonsumsi). Perkembangan teknologi menyebabkan obat tidak lagi dikonsumsi dalam bentuk zat murninya. Studi preformulasi adalah langkah awal dalam memformulasi, yang mengkaji, dan mengumpulkan keterangan-keterangan dasar tentang sifat kimia fisika dari zat aktif bila dikombinasikan dengan zat atau bahan tambahan menjadi suatu bentuk sediaan farmasi yang stabil, efektif dan aman. Studi ini mengharuskan seorang formulator harus mengetahui apakah zat aktif tersebut cocok atau tidak incomp (ketidak bercampuran) dengan zat aktif. Derivat amino fenol yaitu fenasetin dan parasetamol. Parasetamolmerupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang telah digunakan sejak tahun 1893. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugusamino- benzen. Parasetamoldi Indonesia dikenalsebagai antipiretik, dan tersedia sebagai obat bebas. Efek anti-inflamasi parasetamol hampir tidak ada (Ganiswarna S.G dkk, 1995) Antipiretik adalah obat yang menurunkansuhu tubuh pada keadaan demam. Analgetik adalah obat yang menghilangkan rasa nyeri dengan cara meningkatkan nilai ambang nyeri di sistem syaraf pusat tanpa menekan kesadaran. Analgetik-antipiretik adalah kelompok non narkotika, artinya obat ini tidak menimbulkan adiksi pada penggunaan jangka panjang (Djamhuri, 1990). Analgetik non narkotik sering pula disebut analgetik-antipiretik atau non steroidal anti-inflamantory Druds (NSAID). Analgetik non narkotik bekerja pada perifer dan sentral sistem syaraf pusat. Obat golongan ini

Laporan sirup

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan sirup

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi sediaan adalah cara memformulasi atau merancang suatu

obat menjadi bentuk sediaan dengan menggunakan teknologi. Sediaan obat

adalah adalah bentuk sediaan yang mengandung zat aktif yang siap

digunakan (dikonsumsi). Perkembangan teknologi menyebabkan obat tidak

lagi dikonsumsi dalam bentuk zat murninya.

Studi preformulasi adalah langkah awal dalam memformulasi, yang

mengkaji, dan mengumpulkan keterangan-keterangan dasar tentang sifat

kimia fisika dari zat aktif bila dikombinasikan dengan zat atau bahan

tambahan menjadi suatu bentuk sediaan farmasi yang stabil, efektif dan aman.

Studi ini mengharuskan seorang formulator harus mengetahui apakah zat aktif

tersebut cocok atau tidak incomp (ketidak bercampuran) dengan zat aktif.

Derivat amino fenol yaitu fenasetin dan parasetamol.

Parasetamolmerupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang telah

digunakan sejak tahun 1893. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugusamino-

benzen. Parasetamoldi Indonesia dikenalsebagai antipiretik, dan tersedia

sebagai obat bebas. Efek anti-inflamasi parasetamol hampir tidak ada

(Ganiswarna S.G dkk, 1995)

Antipiretik adalah obat yang menurunkansuhu tubuh pada keadaan

demam. Analgetik adalah obat yang menghilangkan rasa nyeri dengan cara

meningkatkan nilai ambang nyeri di sistem syaraf pusat tanpa menekan

kesadaran. Analgetik-antipiretik adalah kelompok non narkotika, artinya obat

ini tidak menimbulkan adiksi pada penggunaan jangka panjang (Djamhuri,

1990).

Analgetik non narkotik sering pula disebut analgetik-antipiretik atau

non steroidal anti-inflamantory Druds (NSAID). Analgetik non narkotik

bekerja pada perifer dan sentral sistem syaraf pusat. Obat golongan ini

Page 2: Laporan sirup

digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang ringan sampai moderat, untuk

menurunkan suhu badan pada keadaan panas badan yang tinggi dan sebagai

anti radang untuk pengobatan rematik. Analgetik-antipiretik digunakan untuk

pengobatan simptomatik, yaitu hanya meringankan gejala penyakit,tidak

menyembuhkan atau menghilangkan penyebab penyakit. Antipiretik non

narkotik menimbulkan kerja antipiretik dengan meningkatkan eliminasi panas,

pada penderita dengan suhu badan tinggi, dengan cara menimbulkan dilatasi

pembuluh darah perifer dan mobilisasi air hingga terjadi pengenceran darah

dan pengeluaran keringat. Pengaruh obat pada suhu badan normal relatif

kecil(Siswandono, 2000).

Parasetamol merupakan salah satu obat golongan analgetik-antipiretik

yang digunakan sangat luas di kalangan masyarakat Indonesia, selain karena

harganya yang cukup terjangkau, juga memiliki aktivitas yang mampu

menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif dan relatif aman dengan

penggunaan dosis terapi. Parasetamol yang ada di pasaran tersedia dalam

berbagai bentuk sediaan, antara lain bentuk tablet, kaplet, maupun sirup.

Adapun pada formulasi kali ini, kami membuat sediaan Paracetamol Sirup

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1 Maksud Percobaan

Percobaan ini dilakukan agar mahasiswa mampu mengetahui

rancangan formula dalam pembuatan syrup paracetamol, mampumemahami

proses pembuatan sediaan syrup paracetamol serta mampu memahami

evaluasi pada sediaan syrup paracetamol.

I.2.1 Tujuan Percobaan

1. Mengetahui rancangan formula dalam pembuatan syrup paracetamol.

2. Memahami proses pembuatan sediaan syrup paracetamol

3. Memahami evaluasi pada sediaan syrup paracetamol

Page 3: Laporan sirup

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Dasar Teori

Menurut Farmakope Indonesia III, Sirup adalah sediaan cair berupa

larutan yang mengandung sakarosa. Pada sirup dengan kadar gula yang

rendah dapat terjadi fermentasi, kadar gula yang tinggi mempunyai tekanan

osmotik yang cukup tinngi sehingga pertumbuhan bakteri dan fungi dapat

terhambat. Bila sebagian dari Saccharosa berubah menjadi gula invert, maka

sirup cepat menjadi rusak, kerusakan sirup dapat dihindarkan dengan

menambahkan suatu bahan pengawet kedalam sirup, misalnya nipagi dan

nipasol, atau natrium benzoat (Joenoes, 1990).

Kadar sakarosa (C12 H22 O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih

dari 66%. Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain

dalam kadar tinggi (Anonim, 1995). Secara umum sirup merupakan larutan

pekat dari gula yang ditambah obat atau zat pewangi dan merupakan larutan

jernih berasa manis. Sirup adalah sediaan cair kental yang minimal

mengandung 50% sakarosa (Ansel et al., 2005). Sirup juga adalah sediaan

cairan kental untuk pemakaian dalam, yang minimal mengandung 90%

sakarosa (Voigt, 1984).

Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik

dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem

Syaraf Pusat (SSP). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara

baik dalam bentuk sediaan tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun

kombinasi dengan obat lain dalam sediaan obat flu, melalui resep dokter atau

yang dijual bebas. (Lusiana Darsono 2002).

Parasetamol, mempunyai daya kerja analgetik dan antipiretik sama

dengan asetosal, meskipun secara kimia tidak berkaitan. Tidak seperti

Asetosal, Parasetamol tidak mempunyai daya kerja antiradang, dan tidak

menimbulkan iritasi dan pendarahan lambung. Sebagai obat antipiretika, dapat

Page 4: Laporan sirup

digunakan baik Asetosal, Salsilamid maupun Parasetamol. Diantara ketiga

obat tersebut, Parasetamol mempunyai efek samping yang paling ringan dan

aman untuk anak-anak. Untuk anak-anak di bawah umur dua tahun sebaiknya

digunakan Parasetamol, kecuali ada pertimbangan khusus lainnya dari dokter.

Dari penelitian pada anak-anak dapat diketahui bahawa kombinasi Asetosal

dengan Parasetamol bekerja lebih efektif terhadap demam daripada jika

diberikan sendiri-sendiri. (Sartono 1996)

Parasetamol cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan, dengan kadar

serum puncak dicapai dalam 30-60 menit. Waktu paruh kira-kira 2 jam.

Metabolisme di hati, sekitar 3 % diekskresi dalam bentuk tidak berubah

melalui urin dan 80-90 % dikonjugasi dengan asam glukoronik atau asam

sulfurik kemudian diekskresi melalui urin dalam satu hari pertama; sebagian

dihidroksilasi menjadi N asetil benzokuinon yang sangat reaktif dan

berpotensi menjadi metabolit berbahaya. Pada dosis normal bereaksi dengan

gugus sulfhidril dari glutation menjadi substansi nontoksik. Pada dosis besar

akan berikatan dengan sulfhidril dari protein hati.(Lusiana Darsono 2002) .

Efek analgesik Parasetamol dan Fenasetin serupa dengan Salisilat

yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya

menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan

efek sentral seperti salisilat. Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena

itu Parasetamol dan Fenasetin tidak digunakan sebagai antireumatik.

Parasetamol merupakan penghambat biosintesis prostaglandin (PG) yang

lemah. Efek iritasi, erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada kedua

obat ini, demikian juga gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa

(Mardjono 1971).

Page 5: Laporan sirup

II.2 Preformulasi

Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air dalam 7 bagian etanol

(95%) P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian

gliserol P, larut dalam larutan alkali hidroksida (Dirjen

POM, 1979).

Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit

(Dirjen POM, 1979).

pH : 4-7 pada suhu 25o C.

RM/BM : C8H9NO2/151,16

Stabilitas : Stabil dalam larutan air, stabilitas maksimal terjadi

pada pH sekitar 6 tidak stabil pH asam/basa ( Connors,

1986)

Indikasi : Analgetikum dan antipiretikum

Dosis : Untuk 6-12 bulan → sekali 50 mg, sehari 200 mg.

Untuk 1-5tahun → sekali 50 mg – 100 mg, sehari

200 mg – 400 mg.

Untuk 5-10 tahun→ sekali 100 mg – 200 mg, sehari

400 mg – 800 mg.

Untuk > 10 tahun → sekali 250 mg, sehari 1 g.

Untuk dewasa → sekali 500 mg, sehari 500 mg – 2

g.

Titik leleh : 1680C – 1720C

Efek farmakoligi : Meningkatkan ambang rasa sakit sehingga

meringankan rasa nyeri serta menurunkan panas

dengan cara bekerja langsung pada pusat penghantar

panas hipotalamus

Page 6: Laporan sirup

II.3 Analisis Permasalahan

1. Paracetamol memiliki kelarutan yaitu larut dalam 70 bagian air dan

berdasarkan stabilitasnya paracetamol stabil dalam larutan air, untuk itu

dapat dibuat dalam sediaan sirup ( Dirjen POM, 1979 ; Connors et all,

1986).

2. Paracetamol memiliki rasa sedikit pahit untuk itu diformulasikan menjadi

sediaan sirup dimana rasanya dapat divariasikan atau ditambahkan perasa

agar disukai oleh anak-anak. (Dirjen POM, 1979).

3. Paracetamol memiliki range pH yang dapat diakatakan sempit yaitu 4-7.

Penambahan komponen lain dapat mempengaruhi stabilitas pH zat aktif

untuk menjaganya diperlukan penambahan zat pendapar (AHFS, 2010)

4. Sediaan sirup mengandung air dan gula sehingga merupakan media yang

sangat baik untuk pertumbuhan mikroorganisme sehingga harus

ditambahkan pengawet.

5. Stabilitas paracetamol harus terlindungi dari cahaya sehingga sediaan

ditempatkan dalam botol berwarna cokelat.

6. Dosis paracetamol

DL (dosis lazim) acetaminophen = 50 mg – 100 mg / 200 mg – 400 mg

untuk anak-anak (Dirjen POM, 1979)

12 – 23 bulan : 120 mg

2 -3 tahun : 160 mg

4 – 5 tahun : 240 mg

6 – 8 tahun : 820 mg

9 -10 tahun : 400 mg

(AHFS, 2010)

Dari dosis diatas dibuat kekuatan sediaan dalam formula yaitu 120 mg / 5

ml volume : 60 ml.

Page 7: Laporan sirup

BAB III

PENDEKATAN FORMULA

III.1 Alasan Penambahan

1. Berdasarkan dosis dan umur pasien, dosis paracetamol sirup addalah 100 mg

2. Sirup simplex dipilih sebagai pemanis karena dapat menutu[I rasa pahit dan

tidak enak dari obat seperti paracetamol

3. Propilenglikol digunakan sebagai bahan pengawet, kerena dilihat dari

kelarutannya yang dapat larut dalam air serta tidak kompatibel dengan bahan

lain

4. Malic acid adalah salah satu pengaroma yang memberikan khas buah apel

yang disukai oleh anak-anak yang dapat menutupi bau yang tidak enak dari

paracetamol

5. FDC Green digunakan sebagai pewarna karena disesuaikan dengan

pengaroma yang dipilih yaitu malic acid sehingga dapat meningkatkan nilai

estetika sediaan agar lebih menarik

III.2 Uraian bahan

1. Propilenglikol (Rowe, 2009)

a. Kelarutan : Larut dalam pelarut campur dari aseton, kloroform,

etanol (95%), gliserin dan air. Larut dalam eter,

tidak larut dalam minyak mineral esensial.

b. Stabilitas : Stabil pada suhu rendah, mudah teroksidasi, pada

suhu tinggi dan tempat terbuka

c. Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan reagen penoksidasi seperti

kalium permanganate

d. pH : -

e. Konsentrasi : 10%

Page 8: Laporan sirup

2. Gliserin (Rowe, 2009)

a. Kelarutan : Cukup larut dalam aseton, Praktis tidak larut dalam

benzene, minyak dan dalam kloroform. Larut dalam

etanol (95%) dan methanol

b. Stabilitas : gliserin higroskopis, gliserin murni tidak rentan

terhadap oksidasi oleh suasana dibawah kondisi

penyimpanan biasa tetapi terurai psa pemanasan.

Campuran dari gliserin dan air, etanol (95%) dan

propilenglikol secara kimiawi stabil. Gliserin dapat

mengkristal jika disimpan pada suhu rendah

c. Inkompatibilitas : dapat meledak jika dicampur dengan zat

pengoksidasi kuat seperti kromium dan kalium

permanganate

d. Konsentrasi : 20%

e. pH : -

3. Sirup Simplex (Dirjen POM, 1979)

a. Kelarutan : larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih,

sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam

kloroform dan eter

b. Stabilitas : mudah terurai dengan adanya udara dari luar

c. Pembuatan : larutkan 65 bagian sakarosa dalam larutan metil

paraben 0,25% 𝑏 𝑣⁄ secukupnya sehingga diperoleh

100 bgian sirup

d. Konsentrasi : 20-40%

e. pH : -

Page 9: Laporan sirup

4. Asam Sitrat (Rowe, 2009)

a. Kelarutan : larut dalam 1 bagian air, sedikit larut dalam eter

b. Stabilitas : asam sitrat dapat kehilangan krisal pada udara

kering atau dipanaskan

c. Inkompatibilitas : tidak kompatibel dengan kalsium tartrat alkali dan

karboonat alkali tanah dan bikarbonat, asetat dan

sulfide. Asam sitrat juga berpotensi meledak

apabila dikombinasikan dengan logam berat. Pada

penyimpanan sukrosa dapat mengkristal dari sirup

dengan kehadiran asam sitrat

d. Konsentrasi : -

e. pH : 2,2-9,5

f. pKa : 3,128 pada 25℃; 4,761 pada 25℃; 6,396 pada 25℃

5. Malic acid (Martindale, 2007)

a. Kelarutan : mudah larut dalam air dan dalam alcohol

b. pH : 3,5

6. FDC Green No.3 (Rowe, 2009)

a. Kelarutan : air 1:17, gliserin dan propilenglikol 1:15, etanol

(95%) 1:0,2

Page 10: Laporan sirup

BAB IV

FORMULA

IV.1 Formula Asli

Tiap 1 botol (60 mL) mengandung:

Paracetamol 120 mg

Propilen Glikol 10%

Sirup Simplex 35%

Gliserin 20%

Dinatrium Fosfat

Natrium Fosfat

Tuti Fruty q.s

FDC Green q.s

Air add 100%

IV.2 Perhitungan

1. Dosis

Untuk anak-anak usia 1-5 tahun (DL= 50-100/200-400 mg)

Sekali = ½ sendok teh (2,5 mL) = 62,5 mg

Sehari = 4 x ½ sendok teh

= 4 x 62,5 mg

= 250 mg

% = 250

400x 100% = 62,5% (TOD)

Untuk anak-anak 5-10 tahun (DL= 100-200/400-800)

Sekali = ½ sendok teh (2,5 mL) = 62,5 mg

Sekali = 4 x ½ sendok teh

= 4 x 62,5 mg

= 250 mg

% = 250

400x 100% = 62,5% (TOD)

Page 11: Laporan sirup

2. Bahan

Zat aktif (Paracetamol) = 100

5x 120 mg = 2,4 gram

Propilen Glikol 10% = 10

100x 100 mg = 10 mL

Sirup Simplex 35% = 35

100x 100 mg = 35 mL

Gliserin 20% = 20

100x 100 mg = 20 mL

Dinatrium Fosfat =

Natrium Fosfat =

Air add 100% =

3. Dapar

pH sediaan (zat aktif) = 4-7

Dapar fosfat (dinatrium fosfat+natrium fosfat) = 4,1-9,1

pKa1 = 2,15; pKa2 = 7,20; pKa3 = 12,8

Sediaan dipertahankan pada pH 7

pKa = - Log Ka

2,70 = - Log Ka

Ka = 6,31 x 10-8

= 0,631 x 10-7

pH = - Log [H+]

= Log [H+]

[H+] = 10-7

β = 2,303 x C x (Ka)([H+])

((Ka) + ([H+]))2

0,01 = 2,303 x C x (0,631 x 10

-7)(10

-7)

((0,631 x 10-7) +(10

-7))2

0,01 = 2,303 x C x 0,631 x 10

-14

(0,631 x 10-7)2

Page 12: Laporan sirup

0,01 = 2,303 x C x 0,631 x 10

-14

0,398 x 10-14

0,01 = 2,303 x C x 1,585

0,01 = 3,65 C

C = 0,00274

pH = pKa + Log g/a

7 = 7,20 + Log g/a

-0,20 = Log g/a

Garam = 0,63 (asam)

C = garam + asam

0,00274 = 0,63 (asam) + asam

0,00274 = 1,63 (asam)

Asam = 0,00274

1,63= 0,0017

Garam = C – asam

= 0,00274 – 0,0017

= 0,00104

m. Asam = BM x (asam) x volume sediaan

= 141,96 x 0,0017 x 0,1

= 0,024 g

m. Garam = BM x (asam) x volume sediaan

= 119,98 x 0,00104 x 0,1

= 0,0125 g

BAB V

CARA KERJA DAN EVALUASI

V.1 Cara Kerja

V.1.1 Pembuatan Sirup Simplex

1. Ditimbang 65 g sukrosa dan 0,25 g metil paraben

Page 13: Laporan sirup

2. Diukur air sebanyak 100 mL

3. Dilarutkan metil paraben ke dalam air panas

4. Ditambahkan sukrosa

5. Diaduk sampai homogen

V.1.2 Pembuatan Sirup Paracetamol

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dibersikan alat dengan alcohol 70%

3. Ditimbang paracetamol murni sebanyak 120 mg, asam sitrat 0,023 g,

natrium sitrat 0,014 g, propilenglikol 10,2 mL, sirup simplex 40,2 mL dan

gliserin 20 mL

4. Diukur air sebanyak 100 mL

5. Dilarutkan paracetamol kedalam air mendidih yang diambil dari larutan

stok

6. Ditambahkan propilenglikol kedalam larutan paracetamol

7. Diarutkan asam sitrat dan natrium sitrat dengan air larutan stok

8. Ditambahkan sirup simplex

9. Dilarutkan FDC Green dengan air stok

10. Dicampur semua bahan yang sudah dilarutkan dengan masin-masing air

stok

11. Ditambahkan malic acid sebagai pengaroma

12. Diaduk hingga homogen

13. Diukur sirup sebanyak 61,2 mL

14. Dimasukkan kedalam botol yang sudah dikalibrasi

15. Dikemas dan diberi etiket serta brosur

V.2 EVALUASI SEDIAAN

V.2.1 Evaluasi T1

Page 14: Laporan sirup

N

o

Jenis

Evaluasi

Prinsip Evaluasi Jumla

h

Samp

el

Hasil Pengamatan Syarat

1. Uji

organoleptis

(warna, bau,

rasa dan

kejernihan)

Pengamatan secara

visual

1

Warna : Hijau

Muda

Bau : Khas

Fruty

Rasa : Tuti Fruty

Kejernihan: Jernih

2. Uji pH

larutan

Berdasarkan perubahan

warna pada kertas pH

indikator yang

kemudian dibandingkan

dengan warna standar

pada berbagai pH

1

4,7

3. Penentuan

densitas

larutan (FI

IV, 1030)

Menentukan densitas

larutan dengan

menimbang massa

larutan sebanyak

volume tertentu (10

mL) dengan piknometer

yang kemudian

dibandingkan dengan

cairan yang telah

1

1,07

Page 15: Laporan sirup

diketahui

densitasnya(aquadest)

pada suhu tertentu

4. Penentuan

viskositas

larutan

dengan alat

Hoppler

Mengukur waktu yang

dibutuhkan oleh bola

yang digunakan untuk

jatuh sejauh jarak

tertentu

1

16,25

5. Uji stabilitas

sediaan

Sediaan disimpan pada

temperatur kamar untuk

mengamati lamanya

stabilitas sediaan

1

Tidak terbentuk

endapan dan

pertumbuhan mikroba

selama waktu tertentu

Tidak terbentuk

endapan,

pertumbuhan

mikroba selama

waktu tertentu

6. Uji volume

terpindahkan

Pengukuran volume

sediaan dengan gelas

ukur

61 mL

Volume rata tdk

kurang dari

100% dari

volume yg

tertera pada

etiket dan tidak

lebih dari 1

wadah yg

volumenya

kurang dari 95%

tetapi tidak

kurang dari 90%

Page 16: Laporan sirup

seperti yg tertera

pada etiket

7. Penetapan kadar zat

aktif dengan metode

analisis yg sesuai

1

95%-101%

V.2.2 Evaluasi T2

N

o

Jenis

Evaluasi

Prinsip Evaluasi Jumla

h

Samp

el

Hasil Pengamatan Syarat

1. Uji

organoleptis

(warna, bau,

rasa dan

kejernihan)

Pengamatan secara

visual

1

Warna : Hijau

Muda

Bau : Khas

Fruty

Rasa : Tuti Fruty

Kejernihan: Jernih

Page 17: Laporan sirup

2. Uji pH

larutan

Berdasarkan perubahan

warna pada kertas pH

indikator yang

kemudian dibandingkan

dengan warna standar

pada berbagai pH

1

4,7

3. Penentuan

densitas

larutan (FI

IV, 1030)

Menentukan densitas

larutan dengan

menimbang massa

larutan sebanyak

volume tertentu (10

mL) dengan piknometer

yang kemudian

dibandingkan dengan

cairan yang telah

diketahui

densitasnya(aquadest)

pada suhu tertentu

1

1,07

4. Penentuan

viskositas

larutan

dengan alat

Hoppler

Mengukur waktu yang

dibutuhkan oleh bola

yang digunakan untuk

jatuh sejauh jarak

tertentu

1

11,04

Page 18: Laporan sirup

5. Uji stabilitas

sediaan

Sediaan disimpan pada

temperatur kamar untuk

mengamati lamanya

stabilitas sediaan

1

Tidak terbentuk

endapan dan

pertumbuhan mikroba

selama waktu tertentu

Tidak terbentuk

endapan,

pertumbuhan

mikroba selama

waktu tertentu

6. Uji volume

terpindahkan

Pengukuran volume

sediaan dengan gelas

ukur

1

61 mL

Volume rata2

tdk kurang dari

100% dari

volume yg

tertera pada

etiket dan tidak

lebih dari 1

wadah yg

volumenya

kurang dari 95%

tetapi tidak

kurang dari 90%

seperti yg tertera

pada etiket

7. Penetapan kadar zat

aktif dengan metode

analisis yg sesuai

1

95%-101%

Page 19: Laporan sirup

V.2.3 Evaluasi T3

N

o

Jenis

Evaluasi

Prinsip Evaluasi Jumla

h

Samp

el

Hasil Pengamatan Syarat

1. Uji

organoleptis

(warna, bau,

rasa dan

kejernihan)

Pengamatan secara

visual

1

Warna : Hijau

Muda

Bau : Khas

Fruty

Rasa : Tuti Fruty

Kejernihan: Jernih

2. Uji pH

larutan

Berdasarkan perubahan

warna pada kertas pH

indikator yang

kemudian dibandingkan

dengan warna standar

pada berbagai pH

1

4

3. Penentuan

densitas

larutan (FI

IV, 1030)

Menentukan densitas

larutan dengan

menimbang massa

larutan sebanyak

volume tertentu (10

mL) dengan piknometer

yang kemudian

1

1,1

Page 20: Laporan sirup

dibandingkan dengan

cairan yang telah

diketahui

densitasnya(aquadest)

pada suhu tertentu

4. Penentuan

viskositas

larutan

dengan alat

Hoppler

Mengukur waktu yang

dibutuhkan oleh bola

yang digunakan untuk

jatuh sejauh jarak

tertentu

1

11,34

5. Uji stabilitas

sediaan

Sediaan disimpan pada

temperatur kamar untuk

mengamati lamanya

stabilitas sediaan

1

Tidak terbentuk

endapan dan

pertumbuhan mikroba

selama waktu tertentu

Tidak terbentuk

endapan,

pertumbuhan

mikroba selama

waktu tertentu

6. Uji volume

terpindahkan

Pengukuran volume

sediaan dengan gelas

ukur

61 mL

Volume rata2

tdk kurang dari

100% dari

volume yg

tertera pada

etiket dan tidak

lebih dari 1

wadah yg

volumenya

kurang dari 95%

tetapi tidak

kurang dari 90%

Page 21: Laporan sirup

seperti yg tertera

pada etiket

7. Penetapan kadar zat

aktif dengan metode

analisis yg sesuai

1

95%-101%

V.2.4 Evaluasi T4

N

o

Jenis

Evaluasi

Prinsip Evaluasi Jumla

h

Samp

el

Hasil Pengamatan Syarat

1. Uji

organoleptis

(warna, bau,

rasa dan

kejernihan)

Pengamatan secara

visual

1

Warna : Hijau

Muda

Bau : Khas

Fruty

Rasa : Tuti Fruty

Kejernihan: Jernih

Page 22: Laporan sirup

2. Uji pH

larutan

Berdasarkan perubahan

warna pada kertas pH

indikator yang

kemudian dibandingkan

dengan warna standar

pada berbagai pH

1

4

3. Penentuan

densitas

larutan (FI

IV, 1030)

Menentukan densitas

larutan dengan

menimbang massa

larutan sebanyak

volume tertentu (10

mL) dengan piknometer

yang kemudian

dibandingkan dengan

cairan yang telah

diketahui

densitasnya(aquadest)

pada suhu tertentu

1

1,1

4. Penentuan

viskositas

larutan

dengan alat

Hoppler

Mengukur waktu yang

dibutuhkan oleh bola

yang digunakan untuk

jatuh sejauh jarak

tertentu

1

16,25

Page 23: Laporan sirup

5. Uji stabilitas

sediaan

Sediaan disimpan pada

temperatur kamar untuk

mengamati lamanya

stabilitas sediaan

1

Tidak terbentuk

endapan dan

pertumbuhan mikroba

selama waktu tertentu

Tidak terbentuk

endapan,

pertumbuhan

mikroba selama

waktu tertentu

6. Uji volume

terpindahkan

Pengukuran volume

sediaan dengan gelas

ukur

1

61 mL

Volume rata tdk

kurang dari

100% dari

volume yg

tertera pada

etiket dan tidak

lebih dari 1

wadah yg

volumenya

kurang dari 95%

tetapi tidak

kurang dari 90%

seperti yg tertera

pada etiket

7. Penetapan kadar zat

aktif dengan metode

analisis yg sesuai

1

95%-101%

Page 24: Laporan sirup

V.2.5 Evaluasi T5

N

o

Jenis

Evaluasi

Prinsip Evaluasi Jumla

h

Samp

el

Hasil Pengamatan Syarat

1. Uji

organoleptis

(warna, bau,

rasa dan

kejernihan)

Pengamatan secara

visual

1

Warna : Hijau

Muda

Bau : Khas

Fruty

Rasa : Tuti Fruty

Kejernihan: Jernih

2. Uji pH

larutan

Berdasarkan perubahan

warna pada kertas pH

indikator yang

kemudian dibandingkan

dengan warna standar

pada berbagai pH

1

4

3. Penentuan

densitas

larutan (FI

IV, 1030)

Menentukan densitas

larutan dengan

menimbang massa

larutan sebanyak

volume tertentu (10

mL) dengan piknometer

yang kemudian

1

1,1

Page 25: Laporan sirup

dibandingkan dengan

cairan yang telah

diketahui

densitasnya(aquadest)

pada suhu tertentu

4. Penentuan

viskositas

larutan

dengan alat

Hoppler

Mengukur waktu yang

dibutuhkan oleh bola

yang digunakan untuk

jatuh sejauh jarak

tertentu

1

16,25

5. Uji stabilitas

sediaan

Sediaan disimpan pada

temperatur kamar untuk

mengamati lamanya

stabilitas sediaan

1

Tidak terbentuk

endapan dan

pertumbuhan mikroba

selama waktu tertentu

Tidak terbentuk

endapan,

pertumbuhan

mikroba selama

waktu tertentu

6. Uji volume

terpindahkan

Pengukuran volume

sediaan dengan gelas

ukur

1

61 mL

Volume rata tdk

kurang dari

100% dari

volume yg

tertera pada

etiket dan tidak

lebih dari 1

wadah yg

volumenya

kurang dari 95%

tetapi tidak

kurang dari 90%

Page 26: Laporan sirup

seperti yg tertera

pada etiket

7. Penetapan kadar zat

aktif dengan metode

analisis yg sesuai

1

95%-101%

V.2.6 Evaluasi T6

N

o

Jenis

Evaluasi

Prinsip Evaluasi Jumla

h

Samp

el

Hasil Pengamatan Syarat

1. Uji

organoleptis

(warna, bau,

rasa dan

kejernihan)

Pengamatan secara

visual

1

Warna : Hijau

Muda

Bau : Khas

Fruty

Rasa : Tuti Fruty

Kejernihan: Jernih

Page 27: Laporan sirup

2. Uji pH

larutan

Berdasarkan perubahan

warna pada kertas pH

indikator yang

kemudian dibandingkan

dengan warna standar

pada berbagai pH

1

4

3. Penentuan

densitas

larutan (FI

IV, 1030)

Menentukan densitas

larutan dengan

menimbang massa

larutan sebanyak

volume tertentu (10

mL) dengan piknometer

yang kemudian

dibandingkan dengan

cairan yang telah

diketahui

densitasnya(aquadest)

pada suhu tertentu

1

1,1

4. Penentuan

viskositas

larutan

dengan alat

Hoppler

Mengukur waktu yang

dibutuhkan oleh bola

yang digunakan untuk

jatuh sejauh jarak

tertentu

1

16,25

Page 28: Laporan sirup

5. Uji stabilitas

sediaan

Sediaan disimpan pada

temperatur kamar untuk

mengamati lamanya

stabilitas sediaan

1

Tidak terbentuk

endapan dan

pertumbuhan mikroba

selama waktu tertentu

Tidak terbentuk

endapan,

pertumbuhan

mikroba selama

waktu tertentu

6. Uji volume

terpindahkan

Pengukuran volume

sediaan dengan gelas

ukur

1

61 mL

Volume rata tdk

kurang dari

100% dari

volume yg

tertera pada

etiket dan tidak

lebih dari 1

wadah yg

volumenya

kurang dari 95%

tetapi tidak

kurang dari 90%

seperti yg tertera

pada etiket

7. Penetapan kadar zat

aktif dengan metode

analisis yg sesuai

1

95%-101%

Page 29: Laporan sirup

BAB V

PEMBAHASAN

Sirup adalah larutan pekat gula atau gula lain yang cocok yang didalamnya

ditambahkan Obat atau zat wewangi ,merupakan larutan jernih berasa manis, dapat

ditambahkan gliserol, Sorbitol atau poli akohol yang lain dalam jumlahsedikit,

dengan maksud selain untuk menghalangi pembentukan Hablur sakarosa, juga dapat

meningkatkan larutan obat. Kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa ,C12H22O11,

tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%. Jadi dapat disimpulkan bahwa alasan

parasetamol dibuat dalam bentuk sediaan sirup adalah untuk menambah kelezatan

dan agar mempunyai zat pewarna untuk meningkatkan penampilannya.

Sifat polar dan nonpolar dalam sediaan larutan adalah molekul-molekul

dengan disrtribusi muatan yang sama dapat larut secara timbal balik, yaitu polar akan

larut dalam media yang serupa yaitu polar sedangkan molekul nonpolar akan larut

dalam media nonpolar. Dalam hal ini senyawa yang bersifat polar akan larut dalam

media polar begitupun dengan senyawa nonpolar yang larut dalam bentuk sediaan

yang sama. Istilah ini sering dikenal dengan like dissolves like. Konsep polaritas ini

kurang jelas jika diterapkan pada zat yang kelarutannya rendah karena terbentuk

misel atau agregat.

Salah satu faktor lain yang juga mempengaruhi larutan adalah temperatur.

Dikatakan bersifat eksoterm jika temperaturnya dinaikkan sebaliknya dikatakan

endoterm jika temperaturnya diturunkan.

Adapun komposisi larutan salah satunya yaitu pengawet antimikroba. Disini

pengawet yang dimaksud adalat jumlah pengawet yang dibutuhkan untuk menjaga

sirup terhadap pertumbuhan mikroba berbeda-beda sesuai dengan banyaknya air yang

tersedia untuk pertumbuhan, sifat dan aktifitas sebagai pengawet yang dipunyai oleh

beberapa bahan formulasi dan dengan kemampuan pengawet itu sendiri.

Keuntungan larutan adalah dosis dapat diubah-ubah dalam

pembuatan.Maksudnya adalah sediaan dalam bentuk larutan lebih mudah untuk

memberikan atau mengubah dosis yang akan diberikan karena bentuk sediaannya

Page 30: Laporan sirup

sehingga perubahan dosis dapat dilakukan dengan mudah. Disamping itu kerugian

sediaan larutan adalah ada obat yang tidak stabil dalam larutan. Maksudnya adalah

kelarutan tiap-tiap senyawa yang berbeda-beda dapat mempengaruhi kestabilan obat

sehingga menyebabkan ada sebagian senyawa yang agak sukar larut dalam sediaan

obat yang dibuat.

Dalam pembuatan sediaan sirup paracetamol ini kami menggunakan wadah

(botol) 60 ml. Zat aktif yang digunakan adalah paracetamol dan zat tambahannya

yaitu propilenglikol sebagai pengawet, sirup simplex sebagai pemanis, gliserin

sebagai anticaplocking, asam sitrat dan natrium sitrat sebagai pendapar, malic acid

sebagai pengaroma, FDC Green sebagai pewarna dan aquades sebagai pelarut.

Indikasi sediaan ini adalah analgetik dan antipiretik yaitu mengatasi rasa nyeri ,

menurunkan demam dan juga mengatasi peradangan. Bentuk sediaan yang dihasilkan

adalah larutan berwarna hijau.

Adapun cara kerja yang kami lakukan adalah ditimbang paracetamol 2,4 g,

asam sitrat 0,023 g, natrium sitrat 0,014 g, propilenglikol 10 ml, sirup simplex 40 ml,

gliserin 20 ml, malic acid 0,2 ml. Langkah selanjutnya diukur air sebanyak 100 ml

sebagai pelarut untuk larutan stok. Kemudian dilarutkan paracetamol ke dalam air

panas/mendidih yang diambil dari larutan stok, setelah itu ditambahkan

propilenglikol. Selanjutnya dilarutkan asam sitrat dan natrium sitrat menggunakan

larutan stok. Kemudian ditambahkan sirup simplex, dan FDC Green yang

sebelumnya dilarutkan dengan larutan stok. Setelah itu ditambahkan malic acid lalu

diaduk sampai homogen. Selanjutnya diaduk sampai homogen. Langkah terakhir

diukur sirup sebanyak 61,2 ml dan dimasukkan ke dalam botol yang dikalibrasi 60

ml, ditutup rapat, dikemas dan diberi etiket dan brosur.

Adapun permasalahan yang kami hadapi dalam praktikum semi solid ini yaitu

bahan-bahan yang tidak ada dalam laboratorium seperti pendapar sitrat, sehingga

kami disini hanya menggunakan pendapar yang ada yaitu pendapar fosfat. Selain itu

juga bahan malic acid dan FDC green yang tidak ada sehingga kami disini hanya

Page 31: Laporan sirup

menggunakan perasa dan pewarna Tuti Fruity yang bisa dipakai sebagai perasa dan

peawarna.

Langkah selanjutnya yang kami lakukan pada praktikum semi solid sediaan

sirup ini yaitu mengevaluasi sediaan yang kami buat. Dimana evaluasi ini berfungsi

untuk menguji apakah sediaan kami ini stabil. Evaluasi yang kami gunakan kali ini

yaitu penetapan bobot jenis, pengujian viskositas, pengujian ph. Dimana evaluasi

yang kita gunakan pada sediaan Sirup Asetamol ini penetapan bobot jenis, pengujian

viskositas, dan pengujian ph semuanya tetap stabil setelah satu minggu dilakukan

pengujian. Sehingga kesimpulannya dapat disimpulkan sediaan Sirup Asetamol yang

kami buat ini dapat dikatakan stabil apabila penyimpanannya sesuai, disimpan pada

suhu kamar agar kestabilan sediaannya tetap terjaga.

Page 32: Laporan sirup

BAB VI

PENUTUP

VII.1 Kesimpulan

Berdasarkan paraktikum yang tealah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Rancangan formula dari sirup paracetamol terdiri atas zat aktif yang

digunakan adalah paracetamol dan zat tambahannya yaitu propilenglikol

sebagai pengawet, sirup simplex sebagai pemanis, gliserin sebagai

anticaplocking, asam sitrat dan natrium sitrat sebagai pendapar, malic acid

sebagai pengaroma, FDC Green sebagai pewarna dan aquades sebagai

pelarut.

2. Evaluasi yang dilakukan pada sediaan Sirup Asetamol ini yaitu penetapan

bobot jenis, pengujian viskositas, dan pengujian ph semuanya tetap stabil

setelah satu minggu dilakukan pengujian. Sehingga sediaan Sirup Asetamol

yang telah dibuat ini dapat dikatakan stabil apabila penyimpanannya sesuai,

disimpan pada suhu kamar agar kestabilan sediaannya tetap terjaga.

VII.2 Saran

1. Laboratorium

Untuk penanggungjawab laboratorium diharapkan agar memperhatikan

kelengkapan bahan-bahan yang terdapat di dalam laboratorium.

2. Asisten

Untuk asisten diharapkan dapat mendampingi praktikan selama praktikum

berlangsung.