Upload
sisabihi
View
843
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknologi sediaan adalah cara memformulasi atau merancang suatu
obat menjadi bentuk sediaan dengan menggunakan teknologi. Sediaan obat
adalah adalah bentuk sediaan yang mengandung zat aktif yang siap
digunakan (dikonsumsi). Perkembangan teknologi menyebabkan obat tidak
lagi dikonsumsi dalam bentuk zat murninya.
Studi preformulasi adalah langkah awal dalam memformulasi, yang
mengkaji, dan mengumpulkan keterangan-keterangan dasar tentang sifat
kimia fisika dari zat aktif bila dikombinasikan dengan zat atau bahan
tambahan menjadi suatu bentuk sediaan farmasi yang stabil, efektif dan aman.
Studi ini mengharuskan seorang formulator harus mengetahui apakah zat aktif
tersebut cocok atau tidak incomp (ketidak bercampuran) dengan zat aktif.
Derivat amino fenol yaitu fenasetin dan parasetamol.
Parasetamolmerupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang telah
digunakan sejak tahun 1893. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugusamino-
benzen. Parasetamoldi Indonesia dikenalsebagai antipiretik, dan tersedia
sebagai obat bebas. Efek anti-inflamasi parasetamol hampir tidak ada
(Ganiswarna S.G dkk, 1995)
Antipiretik adalah obat yang menurunkansuhu tubuh pada keadaan
demam. Analgetik adalah obat yang menghilangkan rasa nyeri dengan cara
meningkatkan nilai ambang nyeri di sistem syaraf pusat tanpa menekan
kesadaran. Analgetik-antipiretik adalah kelompok non narkotika, artinya obat
ini tidak menimbulkan adiksi pada penggunaan jangka panjang (Djamhuri,
1990).
Analgetik non narkotik sering pula disebut analgetik-antipiretik atau
non steroidal anti-inflamantory Druds (NSAID). Analgetik non narkotik
bekerja pada perifer dan sentral sistem syaraf pusat. Obat golongan ini
digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang ringan sampai moderat, untuk
menurunkan suhu badan pada keadaan panas badan yang tinggi dan sebagai
anti radang untuk pengobatan rematik. Analgetik-antipiretik digunakan untuk
pengobatan simptomatik, yaitu hanya meringankan gejala penyakit,tidak
menyembuhkan atau menghilangkan penyebab penyakit. Antipiretik non
narkotik menimbulkan kerja antipiretik dengan meningkatkan eliminasi panas,
pada penderita dengan suhu badan tinggi, dengan cara menimbulkan dilatasi
pembuluh darah perifer dan mobilisasi air hingga terjadi pengenceran darah
dan pengeluaran keringat. Pengaruh obat pada suhu badan normal relatif
kecil(Siswandono, 2000).
Parasetamol merupakan salah satu obat golongan analgetik-antipiretik
yang digunakan sangat luas di kalangan masyarakat Indonesia, selain karena
harganya yang cukup terjangkau, juga memiliki aktivitas yang mampu
menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif dan relatif aman dengan
penggunaan dosis terapi. Parasetamol yang ada di pasaran tersedia dalam
berbagai bentuk sediaan, antara lain bentuk tablet, kaplet, maupun sirup.
Adapun pada formulasi kali ini, kami membuat sediaan Paracetamol Sirup
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Percobaan ini dilakukan agar mahasiswa mampu mengetahui
rancangan formula dalam pembuatan syrup paracetamol, mampumemahami
proses pembuatan sediaan syrup paracetamol serta mampu memahami
evaluasi pada sediaan syrup paracetamol.
I.2.1 Tujuan Percobaan
1. Mengetahui rancangan formula dalam pembuatan syrup paracetamol.
2. Memahami proses pembuatan sediaan syrup paracetamol
3. Memahami evaluasi pada sediaan syrup paracetamol
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Dasar Teori
Menurut Farmakope Indonesia III, Sirup adalah sediaan cair berupa
larutan yang mengandung sakarosa. Pada sirup dengan kadar gula yang
rendah dapat terjadi fermentasi, kadar gula yang tinggi mempunyai tekanan
osmotik yang cukup tinngi sehingga pertumbuhan bakteri dan fungi dapat
terhambat. Bila sebagian dari Saccharosa berubah menjadi gula invert, maka
sirup cepat menjadi rusak, kerusakan sirup dapat dihindarkan dengan
menambahkan suatu bahan pengawet kedalam sirup, misalnya nipagi dan
nipasol, atau natrium benzoat (Joenoes, 1990).
Kadar sakarosa (C12 H22 O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih
dari 66%. Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain
dalam kadar tinggi (Anonim, 1995). Secara umum sirup merupakan larutan
pekat dari gula yang ditambah obat atau zat pewangi dan merupakan larutan
jernih berasa manis. Sirup adalah sediaan cair kental yang minimal
mengandung 50% sakarosa (Ansel et al., 2005). Sirup juga adalah sediaan
cairan kental untuk pemakaian dalam, yang minimal mengandung 90%
sakarosa (Voigt, 1984).
Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik
dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem
Syaraf Pusat (SSP). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara
baik dalam bentuk sediaan tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun
kombinasi dengan obat lain dalam sediaan obat flu, melalui resep dokter atau
yang dijual bebas. (Lusiana Darsono 2002).
Parasetamol, mempunyai daya kerja analgetik dan antipiretik sama
dengan asetosal, meskipun secara kimia tidak berkaitan. Tidak seperti
Asetosal, Parasetamol tidak mempunyai daya kerja antiradang, dan tidak
menimbulkan iritasi dan pendarahan lambung. Sebagai obat antipiretika, dapat
digunakan baik Asetosal, Salsilamid maupun Parasetamol. Diantara ketiga
obat tersebut, Parasetamol mempunyai efek samping yang paling ringan dan
aman untuk anak-anak. Untuk anak-anak di bawah umur dua tahun sebaiknya
digunakan Parasetamol, kecuali ada pertimbangan khusus lainnya dari dokter.
Dari penelitian pada anak-anak dapat diketahui bahawa kombinasi Asetosal
dengan Parasetamol bekerja lebih efektif terhadap demam daripada jika
diberikan sendiri-sendiri. (Sartono 1996)
Parasetamol cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan, dengan kadar
serum puncak dicapai dalam 30-60 menit. Waktu paruh kira-kira 2 jam.
Metabolisme di hati, sekitar 3 % diekskresi dalam bentuk tidak berubah
melalui urin dan 80-90 % dikonjugasi dengan asam glukoronik atau asam
sulfurik kemudian diekskresi melalui urin dalam satu hari pertama; sebagian
dihidroksilasi menjadi N asetil benzokuinon yang sangat reaktif dan
berpotensi menjadi metabolit berbahaya. Pada dosis normal bereaksi dengan
gugus sulfhidril dari glutation menjadi substansi nontoksik. Pada dosis besar
akan berikatan dengan sulfhidril dari protein hati.(Lusiana Darsono 2002) .
Efek analgesik Parasetamol dan Fenasetin serupa dengan Salisilat
yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya
menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan
efek sentral seperti salisilat. Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena
itu Parasetamol dan Fenasetin tidak digunakan sebagai antireumatik.
Parasetamol merupakan penghambat biosintesis prostaglandin (PG) yang
lemah. Efek iritasi, erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada kedua
obat ini, demikian juga gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa
(Mardjono 1971).
II.2 Preformulasi
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air dalam 7 bagian etanol
(95%) P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian
gliserol P, larut dalam larutan alkali hidroksida (Dirjen
POM, 1979).
Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit
(Dirjen POM, 1979).
pH : 4-7 pada suhu 25o C.
RM/BM : C8H9NO2/151,16
Stabilitas : Stabil dalam larutan air, stabilitas maksimal terjadi
pada pH sekitar 6 tidak stabil pH asam/basa ( Connors,
1986)
Indikasi : Analgetikum dan antipiretikum
Dosis : Untuk 6-12 bulan → sekali 50 mg, sehari 200 mg.
Untuk 1-5tahun → sekali 50 mg – 100 mg, sehari
200 mg – 400 mg.
Untuk 5-10 tahun→ sekali 100 mg – 200 mg, sehari
400 mg – 800 mg.
Untuk > 10 tahun → sekali 250 mg, sehari 1 g.
Untuk dewasa → sekali 500 mg, sehari 500 mg – 2
g.
Titik leleh : 1680C – 1720C
Efek farmakoligi : Meningkatkan ambang rasa sakit sehingga
meringankan rasa nyeri serta menurunkan panas
dengan cara bekerja langsung pada pusat penghantar
panas hipotalamus
II.3 Analisis Permasalahan
1. Paracetamol memiliki kelarutan yaitu larut dalam 70 bagian air dan
berdasarkan stabilitasnya paracetamol stabil dalam larutan air, untuk itu
dapat dibuat dalam sediaan sirup ( Dirjen POM, 1979 ; Connors et all,
1986).
2. Paracetamol memiliki rasa sedikit pahit untuk itu diformulasikan menjadi
sediaan sirup dimana rasanya dapat divariasikan atau ditambahkan perasa
agar disukai oleh anak-anak. (Dirjen POM, 1979).
3. Paracetamol memiliki range pH yang dapat diakatakan sempit yaitu 4-7.
Penambahan komponen lain dapat mempengaruhi stabilitas pH zat aktif
untuk menjaganya diperlukan penambahan zat pendapar (AHFS, 2010)
4. Sediaan sirup mengandung air dan gula sehingga merupakan media yang
sangat baik untuk pertumbuhan mikroorganisme sehingga harus
ditambahkan pengawet.
5. Stabilitas paracetamol harus terlindungi dari cahaya sehingga sediaan
ditempatkan dalam botol berwarna cokelat.
6. Dosis paracetamol
DL (dosis lazim) acetaminophen = 50 mg – 100 mg / 200 mg – 400 mg
untuk anak-anak (Dirjen POM, 1979)
12 – 23 bulan : 120 mg
2 -3 tahun : 160 mg
4 – 5 tahun : 240 mg
6 – 8 tahun : 820 mg
9 -10 tahun : 400 mg
(AHFS, 2010)
Dari dosis diatas dibuat kekuatan sediaan dalam formula yaitu 120 mg / 5
ml volume : 60 ml.
BAB III
PENDEKATAN FORMULA
III.1 Alasan Penambahan
1. Berdasarkan dosis dan umur pasien, dosis paracetamol sirup addalah 100 mg
2. Sirup simplex dipilih sebagai pemanis karena dapat menutu[I rasa pahit dan
tidak enak dari obat seperti paracetamol
3. Propilenglikol digunakan sebagai bahan pengawet, kerena dilihat dari
kelarutannya yang dapat larut dalam air serta tidak kompatibel dengan bahan
lain
4. Malic acid adalah salah satu pengaroma yang memberikan khas buah apel
yang disukai oleh anak-anak yang dapat menutupi bau yang tidak enak dari
paracetamol
5. FDC Green digunakan sebagai pewarna karena disesuaikan dengan
pengaroma yang dipilih yaitu malic acid sehingga dapat meningkatkan nilai
estetika sediaan agar lebih menarik
III.2 Uraian bahan
1. Propilenglikol (Rowe, 2009)
a. Kelarutan : Larut dalam pelarut campur dari aseton, kloroform,
etanol (95%), gliserin dan air. Larut dalam eter,
tidak larut dalam minyak mineral esensial.
b. Stabilitas : Stabil pada suhu rendah, mudah teroksidasi, pada
suhu tinggi dan tempat terbuka
c. Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan reagen penoksidasi seperti
kalium permanganate
d. pH : -
e. Konsentrasi : 10%
2. Gliserin (Rowe, 2009)
a. Kelarutan : Cukup larut dalam aseton, Praktis tidak larut dalam
benzene, minyak dan dalam kloroform. Larut dalam
etanol (95%) dan methanol
b. Stabilitas : gliserin higroskopis, gliserin murni tidak rentan
terhadap oksidasi oleh suasana dibawah kondisi
penyimpanan biasa tetapi terurai psa pemanasan.
Campuran dari gliserin dan air, etanol (95%) dan
propilenglikol secara kimiawi stabil. Gliserin dapat
mengkristal jika disimpan pada suhu rendah
c. Inkompatibilitas : dapat meledak jika dicampur dengan zat
pengoksidasi kuat seperti kromium dan kalium
permanganate
d. Konsentrasi : 20%
e. pH : -
3. Sirup Simplex (Dirjen POM, 1979)
a. Kelarutan : larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih,
sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam
kloroform dan eter
b. Stabilitas : mudah terurai dengan adanya udara dari luar
c. Pembuatan : larutkan 65 bagian sakarosa dalam larutan metil
paraben 0,25% 𝑏 𝑣⁄ secukupnya sehingga diperoleh
100 bgian sirup
d. Konsentrasi : 20-40%
e. pH : -
4. Asam Sitrat (Rowe, 2009)
a. Kelarutan : larut dalam 1 bagian air, sedikit larut dalam eter
b. Stabilitas : asam sitrat dapat kehilangan krisal pada udara
kering atau dipanaskan
c. Inkompatibilitas : tidak kompatibel dengan kalsium tartrat alkali dan
karboonat alkali tanah dan bikarbonat, asetat dan
sulfide. Asam sitrat juga berpotensi meledak
apabila dikombinasikan dengan logam berat. Pada
penyimpanan sukrosa dapat mengkristal dari sirup
dengan kehadiran asam sitrat
d. Konsentrasi : -
e. pH : 2,2-9,5
f. pKa : 3,128 pada 25℃; 4,761 pada 25℃; 6,396 pada 25℃
5. Malic acid (Martindale, 2007)
a. Kelarutan : mudah larut dalam air dan dalam alcohol
b. pH : 3,5
6. FDC Green No.3 (Rowe, 2009)
a. Kelarutan : air 1:17, gliserin dan propilenglikol 1:15, etanol
(95%) 1:0,2
BAB IV
FORMULA
IV.1 Formula Asli
Tiap 1 botol (60 mL) mengandung:
Paracetamol 120 mg
Propilen Glikol 10%
Sirup Simplex 35%
Gliserin 20%
Dinatrium Fosfat
Natrium Fosfat
Tuti Fruty q.s
FDC Green q.s
Air add 100%
IV.2 Perhitungan
1. Dosis
Untuk anak-anak usia 1-5 tahun (DL= 50-100/200-400 mg)
Sekali = ½ sendok teh (2,5 mL) = 62,5 mg
Sehari = 4 x ½ sendok teh
= 4 x 62,5 mg
= 250 mg
% = 250
400x 100% = 62,5% (TOD)
Untuk anak-anak 5-10 tahun (DL= 100-200/400-800)
Sekali = ½ sendok teh (2,5 mL) = 62,5 mg
Sekali = 4 x ½ sendok teh
= 4 x 62,5 mg
= 250 mg
% = 250
400x 100% = 62,5% (TOD)
2. Bahan
Zat aktif (Paracetamol) = 100
5x 120 mg = 2,4 gram
Propilen Glikol 10% = 10
100x 100 mg = 10 mL
Sirup Simplex 35% = 35
100x 100 mg = 35 mL
Gliserin 20% = 20
100x 100 mg = 20 mL
Dinatrium Fosfat =
Natrium Fosfat =
Air add 100% =
3. Dapar
pH sediaan (zat aktif) = 4-7
Dapar fosfat (dinatrium fosfat+natrium fosfat) = 4,1-9,1
pKa1 = 2,15; pKa2 = 7,20; pKa3 = 12,8
Sediaan dipertahankan pada pH 7
pKa = - Log Ka
2,70 = - Log Ka
Ka = 6,31 x 10-8
= 0,631 x 10-7
pH = - Log [H+]
= Log [H+]
[H+] = 10-7
β = 2,303 x C x (Ka)([H+])
((Ka) + ([H+]))2
0,01 = 2,303 x C x (0,631 x 10
-7)(10
-7)
((0,631 x 10-7) +(10
-7))2
0,01 = 2,303 x C x 0,631 x 10
-14
(0,631 x 10-7)2
0,01 = 2,303 x C x 0,631 x 10
-14
0,398 x 10-14
0,01 = 2,303 x C x 1,585
0,01 = 3,65 C
C = 0,00274
pH = pKa + Log g/a
7 = 7,20 + Log g/a
-0,20 = Log g/a
Garam = 0,63 (asam)
C = garam + asam
0,00274 = 0,63 (asam) + asam
0,00274 = 1,63 (asam)
Asam = 0,00274
1,63= 0,0017
Garam = C – asam
= 0,00274 – 0,0017
= 0,00104
m. Asam = BM x (asam) x volume sediaan
= 141,96 x 0,0017 x 0,1
= 0,024 g
m. Garam = BM x (asam) x volume sediaan
= 119,98 x 0,00104 x 0,1
= 0,0125 g
BAB V
CARA KERJA DAN EVALUASI
V.1 Cara Kerja
V.1.1 Pembuatan Sirup Simplex
1. Ditimbang 65 g sukrosa dan 0,25 g metil paraben
2. Diukur air sebanyak 100 mL
3. Dilarutkan metil paraben ke dalam air panas
4. Ditambahkan sukrosa
5. Diaduk sampai homogen
V.1.2 Pembuatan Sirup Paracetamol
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersikan alat dengan alcohol 70%
3. Ditimbang paracetamol murni sebanyak 120 mg, asam sitrat 0,023 g,
natrium sitrat 0,014 g, propilenglikol 10,2 mL, sirup simplex 40,2 mL dan
gliserin 20 mL
4. Diukur air sebanyak 100 mL
5. Dilarutkan paracetamol kedalam air mendidih yang diambil dari larutan
stok
6. Ditambahkan propilenglikol kedalam larutan paracetamol
7. Diarutkan asam sitrat dan natrium sitrat dengan air larutan stok
8. Ditambahkan sirup simplex
9. Dilarutkan FDC Green dengan air stok
10. Dicampur semua bahan yang sudah dilarutkan dengan masin-masing air
stok
11. Ditambahkan malic acid sebagai pengaroma
12. Diaduk hingga homogen
13. Diukur sirup sebanyak 61,2 mL
14. Dimasukkan kedalam botol yang sudah dikalibrasi
15. Dikemas dan diberi etiket serta brosur
V.2 EVALUASI SEDIAAN
V.2.1 Evaluasi T1
N
o
Jenis
Evaluasi
Prinsip Evaluasi Jumla
h
Samp
el
Hasil Pengamatan Syarat
1. Uji
organoleptis
(warna, bau,
rasa dan
kejernihan)
Pengamatan secara
visual
1
Warna : Hijau
Muda
Bau : Khas
Fruty
Rasa : Tuti Fruty
Kejernihan: Jernih
2. Uji pH
larutan
Berdasarkan perubahan
warna pada kertas pH
indikator yang
kemudian dibandingkan
dengan warna standar
pada berbagai pH
1
4,7
3. Penentuan
densitas
larutan (FI
IV, 1030)
Menentukan densitas
larutan dengan
menimbang massa
larutan sebanyak
volume tertentu (10
mL) dengan piknometer
yang kemudian
dibandingkan dengan
cairan yang telah
1
1,07
diketahui
densitasnya(aquadest)
pada suhu tertentu
4. Penentuan
viskositas
larutan
dengan alat
Hoppler
Mengukur waktu yang
dibutuhkan oleh bola
yang digunakan untuk
jatuh sejauh jarak
tertentu
1
16,25
5. Uji stabilitas
sediaan
Sediaan disimpan pada
temperatur kamar untuk
mengamati lamanya
stabilitas sediaan
1
Tidak terbentuk
endapan dan
pertumbuhan mikroba
selama waktu tertentu
Tidak terbentuk
endapan,
pertumbuhan
mikroba selama
waktu tertentu
6. Uji volume
terpindahkan
Pengukuran volume
sediaan dengan gelas
ukur
61 mL
Volume rata tdk
kurang dari
100% dari
volume yg
tertera pada
etiket dan tidak
lebih dari 1
wadah yg
volumenya
kurang dari 95%
tetapi tidak
kurang dari 90%
seperti yg tertera
pada etiket
7. Penetapan kadar zat
aktif dengan metode
analisis yg sesuai
1
95%-101%
V.2.2 Evaluasi T2
N
o
Jenis
Evaluasi
Prinsip Evaluasi Jumla
h
Samp
el
Hasil Pengamatan Syarat
1. Uji
organoleptis
(warna, bau,
rasa dan
kejernihan)
Pengamatan secara
visual
1
Warna : Hijau
Muda
Bau : Khas
Fruty
Rasa : Tuti Fruty
Kejernihan: Jernih
2. Uji pH
larutan
Berdasarkan perubahan
warna pada kertas pH
indikator yang
kemudian dibandingkan
dengan warna standar
pada berbagai pH
1
4,7
3. Penentuan
densitas
larutan (FI
IV, 1030)
Menentukan densitas
larutan dengan
menimbang massa
larutan sebanyak
volume tertentu (10
mL) dengan piknometer
yang kemudian
dibandingkan dengan
cairan yang telah
diketahui
densitasnya(aquadest)
pada suhu tertentu
1
1,07
4. Penentuan
viskositas
larutan
dengan alat
Hoppler
Mengukur waktu yang
dibutuhkan oleh bola
yang digunakan untuk
jatuh sejauh jarak
tertentu
1
11,04
5. Uji stabilitas
sediaan
Sediaan disimpan pada
temperatur kamar untuk
mengamati lamanya
stabilitas sediaan
1
Tidak terbentuk
endapan dan
pertumbuhan mikroba
selama waktu tertentu
Tidak terbentuk
endapan,
pertumbuhan
mikroba selama
waktu tertentu
6. Uji volume
terpindahkan
Pengukuran volume
sediaan dengan gelas
ukur
1
61 mL
Volume rata2
tdk kurang dari
100% dari
volume yg
tertera pada
etiket dan tidak
lebih dari 1
wadah yg
volumenya
kurang dari 95%
tetapi tidak
kurang dari 90%
seperti yg tertera
pada etiket
7. Penetapan kadar zat
aktif dengan metode
analisis yg sesuai
1
95%-101%
V.2.3 Evaluasi T3
N
o
Jenis
Evaluasi
Prinsip Evaluasi Jumla
h
Samp
el
Hasil Pengamatan Syarat
1. Uji
organoleptis
(warna, bau,
rasa dan
kejernihan)
Pengamatan secara
visual
1
Warna : Hijau
Muda
Bau : Khas
Fruty
Rasa : Tuti Fruty
Kejernihan: Jernih
2. Uji pH
larutan
Berdasarkan perubahan
warna pada kertas pH
indikator yang
kemudian dibandingkan
dengan warna standar
pada berbagai pH
1
4
3. Penentuan
densitas
larutan (FI
IV, 1030)
Menentukan densitas
larutan dengan
menimbang massa
larutan sebanyak
volume tertentu (10
mL) dengan piknometer
yang kemudian
1
1,1
dibandingkan dengan
cairan yang telah
diketahui
densitasnya(aquadest)
pada suhu tertentu
4. Penentuan
viskositas
larutan
dengan alat
Hoppler
Mengukur waktu yang
dibutuhkan oleh bola
yang digunakan untuk
jatuh sejauh jarak
tertentu
1
11,34
5. Uji stabilitas
sediaan
Sediaan disimpan pada
temperatur kamar untuk
mengamati lamanya
stabilitas sediaan
1
Tidak terbentuk
endapan dan
pertumbuhan mikroba
selama waktu tertentu
Tidak terbentuk
endapan,
pertumbuhan
mikroba selama
waktu tertentu
6. Uji volume
terpindahkan
Pengukuran volume
sediaan dengan gelas
ukur
61 mL
Volume rata2
tdk kurang dari
100% dari
volume yg
tertera pada
etiket dan tidak
lebih dari 1
wadah yg
volumenya
kurang dari 95%
tetapi tidak
kurang dari 90%
seperti yg tertera
pada etiket
7. Penetapan kadar zat
aktif dengan metode
analisis yg sesuai
1
95%-101%
V.2.4 Evaluasi T4
N
o
Jenis
Evaluasi
Prinsip Evaluasi Jumla
h
Samp
el
Hasil Pengamatan Syarat
1. Uji
organoleptis
(warna, bau,
rasa dan
kejernihan)
Pengamatan secara
visual
1
Warna : Hijau
Muda
Bau : Khas
Fruty
Rasa : Tuti Fruty
Kejernihan: Jernih
2. Uji pH
larutan
Berdasarkan perubahan
warna pada kertas pH
indikator yang
kemudian dibandingkan
dengan warna standar
pada berbagai pH
1
4
3. Penentuan
densitas
larutan (FI
IV, 1030)
Menentukan densitas
larutan dengan
menimbang massa
larutan sebanyak
volume tertentu (10
mL) dengan piknometer
yang kemudian
dibandingkan dengan
cairan yang telah
diketahui
densitasnya(aquadest)
pada suhu tertentu
1
1,1
4. Penentuan
viskositas
larutan
dengan alat
Hoppler
Mengukur waktu yang
dibutuhkan oleh bola
yang digunakan untuk
jatuh sejauh jarak
tertentu
1
16,25
5. Uji stabilitas
sediaan
Sediaan disimpan pada
temperatur kamar untuk
mengamati lamanya
stabilitas sediaan
1
Tidak terbentuk
endapan dan
pertumbuhan mikroba
selama waktu tertentu
Tidak terbentuk
endapan,
pertumbuhan
mikroba selama
waktu tertentu
6. Uji volume
terpindahkan
Pengukuran volume
sediaan dengan gelas
ukur
1
61 mL
Volume rata tdk
kurang dari
100% dari
volume yg
tertera pada
etiket dan tidak
lebih dari 1
wadah yg
volumenya
kurang dari 95%
tetapi tidak
kurang dari 90%
seperti yg tertera
pada etiket
7. Penetapan kadar zat
aktif dengan metode
analisis yg sesuai
1
95%-101%
V.2.5 Evaluasi T5
N
o
Jenis
Evaluasi
Prinsip Evaluasi Jumla
h
Samp
el
Hasil Pengamatan Syarat
1. Uji
organoleptis
(warna, bau,
rasa dan
kejernihan)
Pengamatan secara
visual
1
Warna : Hijau
Muda
Bau : Khas
Fruty
Rasa : Tuti Fruty
Kejernihan: Jernih
2. Uji pH
larutan
Berdasarkan perubahan
warna pada kertas pH
indikator yang
kemudian dibandingkan
dengan warna standar
pada berbagai pH
1
4
3. Penentuan
densitas
larutan (FI
IV, 1030)
Menentukan densitas
larutan dengan
menimbang massa
larutan sebanyak
volume tertentu (10
mL) dengan piknometer
yang kemudian
1
1,1
dibandingkan dengan
cairan yang telah
diketahui
densitasnya(aquadest)
pada suhu tertentu
4. Penentuan
viskositas
larutan
dengan alat
Hoppler
Mengukur waktu yang
dibutuhkan oleh bola
yang digunakan untuk
jatuh sejauh jarak
tertentu
1
16,25
5. Uji stabilitas
sediaan
Sediaan disimpan pada
temperatur kamar untuk
mengamati lamanya
stabilitas sediaan
1
Tidak terbentuk
endapan dan
pertumbuhan mikroba
selama waktu tertentu
Tidak terbentuk
endapan,
pertumbuhan
mikroba selama
waktu tertentu
6. Uji volume
terpindahkan
Pengukuran volume
sediaan dengan gelas
ukur
1
61 mL
Volume rata tdk
kurang dari
100% dari
volume yg
tertera pada
etiket dan tidak
lebih dari 1
wadah yg
volumenya
kurang dari 95%
tetapi tidak
kurang dari 90%
seperti yg tertera
pada etiket
7. Penetapan kadar zat
aktif dengan metode
analisis yg sesuai
1
95%-101%
V.2.6 Evaluasi T6
N
o
Jenis
Evaluasi
Prinsip Evaluasi Jumla
h
Samp
el
Hasil Pengamatan Syarat
1. Uji
organoleptis
(warna, bau,
rasa dan
kejernihan)
Pengamatan secara
visual
1
Warna : Hijau
Muda
Bau : Khas
Fruty
Rasa : Tuti Fruty
Kejernihan: Jernih
2. Uji pH
larutan
Berdasarkan perubahan
warna pada kertas pH
indikator yang
kemudian dibandingkan
dengan warna standar
pada berbagai pH
1
4
3. Penentuan
densitas
larutan (FI
IV, 1030)
Menentukan densitas
larutan dengan
menimbang massa
larutan sebanyak
volume tertentu (10
mL) dengan piknometer
yang kemudian
dibandingkan dengan
cairan yang telah
diketahui
densitasnya(aquadest)
pada suhu tertentu
1
1,1
4. Penentuan
viskositas
larutan
dengan alat
Hoppler
Mengukur waktu yang
dibutuhkan oleh bola
yang digunakan untuk
jatuh sejauh jarak
tertentu
1
16,25
5. Uji stabilitas
sediaan
Sediaan disimpan pada
temperatur kamar untuk
mengamati lamanya
stabilitas sediaan
1
Tidak terbentuk
endapan dan
pertumbuhan mikroba
selama waktu tertentu
Tidak terbentuk
endapan,
pertumbuhan
mikroba selama
waktu tertentu
6. Uji volume
terpindahkan
Pengukuran volume
sediaan dengan gelas
ukur
1
61 mL
Volume rata tdk
kurang dari
100% dari
volume yg
tertera pada
etiket dan tidak
lebih dari 1
wadah yg
volumenya
kurang dari 95%
tetapi tidak
kurang dari 90%
seperti yg tertera
pada etiket
7. Penetapan kadar zat
aktif dengan metode
analisis yg sesuai
1
95%-101%
BAB V
PEMBAHASAN
Sirup adalah larutan pekat gula atau gula lain yang cocok yang didalamnya
ditambahkan Obat atau zat wewangi ,merupakan larutan jernih berasa manis, dapat
ditambahkan gliserol, Sorbitol atau poli akohol yang lain dalam jumlahsedikit,
dengan maksud selain untuk menghalangi pembentukan Hablur sakarosa, juga dapat
meningkatkan larutan obat. Kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa ,C12H22O11,
tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%. Jadi dapat disimpulkan bahwa alasan
parasetamol dibuat dalam bentuk sediaan sirup adalah untuk menambah kelezatan
dan agar mempunyai zat pewarna untuk meningkatkan penampilannya.
Sifat polar dan nonpolar dalam sediaan larutan adalah molekul-molekul
dengan disrtribusi muatan yang sama dapat larut secara timbal balik, yaitu polar akan
larut dalam media yang serupa yaitu polar sedangkan molekul nonpolar akan larut
dalam media nonpolar. Dalam hal ini senyawa yang bersifat polar akan larut dalam
media polar begitupun dengan senyawa nonpolar yang larut dalam bentuk sediaan
yang sama. Istilah ini sering dikenal dengan like dissolves like. Konsep polaritas ini
kurang jelas jika diterapkan pada zat yang kelarutannya rendah karena terbentuk
misel atau agregat.
Salah satu faktor lain yang juga mempengaruhi larutan adalah temperatur.
Dikatakan bersifat eksoterm jika temperaturnya dinaikkan sebaliknya dikatakan
endoterm jika temperaturnya diturunkan.
Adapun komposisi larutan salah satunya yaitu pengawet antimikroba. Disini
pengawet yang dimaksud adalat jumlah pengawet yang dibutuhkan untuk menjaga
sirup terhadap pertumbuhan mikroba berbeda-beda sesuai dengan banyaknya air yang
tersedia untuk pertumbuhan, sifat dan aktifitas sebagai pengawet yang dipunyai oleh
beberapa bahan formulasi dan dengan kemampuan pengawet itu sendiri.
Keuntungan larutan adalah dosis dapat diubah-ubah dalam
pembuatan.Maksudnya adalah sediaan dalam bentuk larutan lebih mudah untuk
memberikan atau mengubah dosis yang akan diberikan karena bentuk sediaannya
sehingga perubahan dosis dapat dilakukan dengan mudah. Disamping itu kerugian
sediaan larutan adalah ada obat yang tidak stabil dalam larutan. Maksudnya adalah
kelarutan tiap-tiap senyawa yang berbeda-beda dapat mempengaruhi kestabilan obat
sehingga menyebabkan ada sebagian senyawa yang agak sukar larut dalam sediaan
obat yang dibuat.
Dalam pembuatan sediaan sirup paracetamol ini kami menggunakan wadah
(botol) 60 ml. Zat aktif yang digunakan adalah paracetamol dan zat tambahannya
yaitu propilenglikol sebagai pengawet, sirup simplex sebagai pemanis, gliserin
sebagai anticaplocking, asam sitrat dan natrium sitrat sebagai pendapar, malic acid
sebagai pengaroma, FDC Green sebagai pewarna dan aquades sebagai pelarut.
Indikasi sediaan ini adalah analgetik dan antipiretik yaitu mengatasi rasa nyeri ,
menurunkan demam dan juga mengatasi peradangan. Bentuk sediaan yang dihasilkan
adalah larutan berwarna hijau.
Adapun cara kerja yang kami lakukan adalah ditimbang paracetamol 2,4 g,
asam sitrat 0,023 g, natrium sitrat 0,014 g, propilenglikol 10 ml, sirup simplex 40 ml,
gliserin 20 ml, malic acid 0,2 ml. Langkah selanjutnya diukur air sebanyak 100 ml
sebagai pelarut untuk larutan stok. Kemudian dilarutkan paracetamol ke dalam air
panas/mendidih yang diambil dari larutan stok, setelah itu ditambahkan
propilenglikol. Selanjutnya dilarutkan asam sitrat dan natrium sitrat menggunakan
larutan stok. Kemudian ditambahkan sirup simplex, dan FDC Green yang
sebelumnya dilarutkan dengan larutan stok. Setelah itu ditambahkan malic acid lalu
diaduk sampai homogen. Selanjutnya diaduk sampai homogen. Langkah terakhir
diukur sirup sebanyak 61,2 ml dan dimasukkan ke dalam botol yang dikalibrasi 60
ml, ditutup rapat, dikemas dan diberi etiket dan brosur.
Adapun permasalahan yang kami hadapi dalam praktikum semi solid ini yaitu
bahan-bahan yang tidak ada dalam laboratorium seperti pendapar sitrat, sehingga
kami disini hanya menggunakan pendapar yang ada yaitu pendapar fosfat. Selain itu
juga bahan malic acid dan FDC green yang tidak ada sehingga kami disini hanya
menggunakan perasa dan pewarna Tuti Fruity yang bisa dipakai sebagai perasa dan
peawarna.
Langkah selanjutnya yang kami lakukan pada praktikum semi solid sediaan
sirup ini yaitu mengevaluasi sediaan yang kami buat. Dimana evaluasi ini berfungsi
untuk menguji apakah sediaan kami ini stabil. Evaluasi yang kami gunakan kali ini
yaitu penetapan bobot jenis, pengujian viskositas, pengujian ph. Dimana evaluasi
yang kita gunakan pada sediaan Sirup Asetamol ini penetapan bobot jenis, pengujian
viskositas, dan pengujian ph semuanya tetap stabil setelah satu minggu dilakukan
pengujian. Sehingga kesimpulannya dapat disimpulkan sediaan Sirup Asetamol yang
kami buat ini dapat dikatakan stabil apabila penyimpanannya sesuai, disimpan pada
suhu kamar agar kestabilan sediaannya tetap terjaga.
BAB VI
PENUTUP
VII.1 Kesimpulan
Berdasarkan paraktikum yang tealah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Rancangan formula dari sirup paracetamol terdiri atas zat aktif yang
digunakan adalah paracetamol dan zat tambahannya yaitu propilenglikol
sebagai pengawet, sirup simplex sebagai pemanis, gliserin sebagai
anticaplocking, asam sitrat dan natrium sitrat sebagai pendapar, malic acid
sebagai pengaroma, FDC Green sebagai pewarna dan aquades sebagai
pelarut.
2. Evaluasi yang dilakukan pada sediaan Sirup Asetamol ini yaitu penetapan
bobot jenis, pengujian viskositas, dan pengujian ph semuanya tetap stabil
setelah satu minggu dilakukan pengujian. Sehingga sediaan Sirup Asetamol
yang telah dibuat ini dapat dikatakan stabil apabila penyimpanannya sesuai,
disimpan pada suhu kamar agar kestabilan sediaannya tetap terjaga.
VII.2 Saran
1. Laboratorium
Untuk penanggungjawab laboratorium diharapkan agar memperhatikan
kelengkapan bahan-bahan yang terdapat di dalam laboratorium.
2. Asisten
Untuk asisten diharapkan dapat mendampingi praktikan selama praktikum
berlangsung.