View
230
Download
5
Category
Preview:
Citation preview
1
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAANSEBELUM DAN SETELAH MERGER DAN AKUISISI
(Pada Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2003-2007)
Disusun oleh :
TRI ANDY KURNIAWAN
NIM. C2A607150
Dosen pembimbing : . Dra. Hj. Endang Tri Widyarti, MM
ABSTRACT
The era of free trade globalization Asean-China Free Trade aggrement(ACFTA) requires companies to continuously develop the company's strategy inorder to maintain its existence and improve their performance, one of them bydoing a corporate merger and acquisition action. The aim is to exploit synergiesand achieve the expected positive, but a lot of mergers and acquisitions thatwould not result in financial gain as expected or desired by the company. This iswhat motivates this study to analyze the effect of mergers and acquisitions on thefinancial performance of the company whether to increase or decrease. Thisresearch was conducted to examine the financial performance of the CR ratio(Current Ratio), DER (Debt to Equity Ratio), TATO (Total Asset Turn OverRatio), ROA (Return On Asset), and ROE (Return On Equity).
This study takes population from all company that merger and acquisitionactivity in period 2003-2007. The samples in this study using purposive samplingmethode, a sample of 14 companies from the manufacturing category in theperiod 2003-2007, with the appropriate criteria have been determined, the ratioof data obtained from the Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Theanalysis used to test the hypothesis of this research is quantitative analysis withinferential statistical methods with the use of data normality test, Wilcoxon SignedRank Test and Paired Sample T Test.
The test results using the Wilcoxon Signed Rank Test showed that therewas no significant difference for all the ratios after the merger and acquisitionactivity in all periods of observation and testing. But for the ratio of CR (Currentratio) only in the period 2 years before to 2 years after mergers and acquisitionsshowed significant difference. Based on the description of changes in average(mean) ratio of DER (Debt to Equity Ratio) have increased, but the results are notstrong enough to prove the effect of mergers and acquisitions on the financialperformance of manufacturing companies
Keywords: Mergers and acquisitions, Financial Performance, WilcoxonSigned Rank Test, Paired Sample T Test
2
I
PENDAHULUAN
Memasuki era globalisasi perdagangan bebas Asean-China Free Trade
Aggrement (ACFTA), persaingan usaha antar perusahaan semakin ketat, sehingga
menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi perusahaan supaya
dapat mempertahankan eksistensinya dan memperbaiki kinerjanya. Salah satu
usaha untuk menjadi perusahaan yang besar dan kuat dikatakan Payamta (2004)
adalah dengan ekspansi. Ekspansi internal terjadi pada saat divisi-divisi yang ada
dalam perusahaan tumbuh secara normal melalui capital budgeting. Sedangkan
ekspansi eksternal dapat dilakukan dalam bentuk penggabungan usaha.
Penggabungan usaha pada umumnya dilakukan dalam bentuk merger,
akuisisi, dan konsolidasi. Di Inggris, Sudarsanam (1999, h. 2) menyatakan
terjadinya puncak kegiatan pengambilalihan terlihat jelas mulai pada tahun 1968,
1972 dan 1989, karena alasan pasar modal di Inggris mengalami fase spekulasi
atas kenaikan harga (bull phase). Di Indonesia sendiri menurut Payamta (2004)
aktivitas merger dan akuisisi mulai marak dilakukan seiring dengan majunya
pasar modal di Indonesia. Isu merger dan akuisisi hangat dibicarakan oleh para
pengamat ekonomi, ilmuwan maupun praktisi bisnis sejak tahun 1990-an.
Alasan perusahaan melakukan merger dan akuisisi dijelaskan oleh
Bengtsson (1994, h. 13) adalah untuk mengeksploitasi sinergi dimana sinergi bisa
jadi gagasan yang tidak masuk akal namun dapat dilakukan jika mampu
mengkombinasikan bidang antar perusahaan seperti alih teknologi, pengetahuan
pemasaran, penelitian dan pengembangan, pemotongan biaya, harmonisasi
produk, serta penggunaan sumber daya yang lebih optimum, selanjutnya
meningkatkan dan melindungi pasar, memperkuat bisnis utama dan untuk
mencapai ukuran critical mass-competiteve. Selain itu, Simanjuntak (dikutip dari
Prasanna Chandra, 2001, h. 914) menyatakan alasan ekonomi yang utama dari
merger adalah nilai (value) perusahaan hasil merger diharapkan lebih besar dari
jumlah nilai mandiri dari perusahaan-perusahaan yang bergabung (merger).
3
Banyak merger dan akuisisi dilakukan karena diharapkan adanya
penyatuan sumber daya komplementer antar dua perusahaan yang akan
memungkinkan terciptanya sinergi dan keunggulan kompetetif yang terus
menerus pada perusahaan yang baru dibentuk.
Meskipun popular dan penting, baik bagi perusahaan besar maupun kecil,
banyak akuisisi yang tidak menghasilkan keuntungan finansial seperti yang
diharapkan oleh perusahaan. Menurut Januar Eko (dikutip dari Suta, 1992)
keputusan merger dan akuisisi selain membawa manfaat juga tidak terlepas dari
permasalahan diantaranya biaya untuk melaksanakan merger dan akuisisi sangat
mahal dan hasilnyapun belum pasti sesuai dengan apa yang diharapkan. Hitt,
Harrison, dan Duane (2002, h. 3) menyatakan, terdapat penelitian yang dilakukan
oleh Mc Kinsey&Co menemukan bahwa kira-kira 60% dari akuisisi yang diteliti
tidak bisa menghasilkan keuntungan yang lebih besar daripada biaya modal
tahunan yang diperlukan untuk membayar akuisisi tersebut dan penelitian lainnya
menunjukkan sejumlah akuisisi (30%-40%) pada akhirnya dijual karena justru
menimbulkan kerugian investasi.
Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan untuk melihat pengaruh
merger dan akuisisi terhadap perusahaan, namun hasilnya tidak selalu konsisten.
Beberapa penelitian mengenai pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja
keuangan di Indonesia diantaranya adalah Djayani Nurdin (1996) menganalisis
dimana terdapat perbedaan kinerja keuangan oleh rasio-rasio keuangan
perusahaan, rentabilitas, likuiditas, dan solvabilitas sebelum dan setelah
melakukan akuisisi, kegiatan akuisisi berpengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan. Sementara itu Agunan P. Samosir (2003) yang melakukan kajian
terhadap kinerja Bank Mandiri menunjukkan setelah merger justru tidak
berdampak positif atau dikatakan tidak sehat jika dilihat dari rasio keuangannya.
Kemudian Payamta dan Setiawan (2004) mengemukakan bahwa, rasio keuangan
dua tahun sebelum dan setelah merger dan akuisisi tidak mengalami perbedaan
secara signifikan, sedangkan abnormal return perusahaan sebelum setelah merger
dan akuisisi positif, namun setelah merger dan akuisisi menjadi negatif.
4
Penelitian yang dilakukan Sutrisno dan Sumarsih (2004) meneliti return
saham perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dalam jangka panjang
menunjukkan hasilnya bahwa merger dan akuisisi memberi pengaruh pada return
saham yang bisa bernilai positif dan negatif walaupun tidak signifikan secara
statistik, dengan jangka waktu pengamatan satu tahun sebelum dan dua tahun
setelah merger dan akuisisi. Penelitian yang dilakukan Hendro Widjanarko (2006)
juga menunjukkan tidak adanya perubahan yang signifikan dari kinerja keuangan
perusahaan dua tahun sebelum dan dua tahun setelah merger dan akuisisi.
Penelitian Januar Eko Prasetyo (2007) mengenai dampak merger dan akuisisi
terhadap cash flow disimpulkan tidak ada perbedaan kinerja cash flow untuk tahun
sebelum dan setelah, namun untuk satu tahun sebelum dan tiga tahun setelah
merger dan akuisisi memberikan indikasi adanya perbedaan yang signifikan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diketahui terdapat beberapa permasalahan
yaitu ketidaksesuaian antara teori dengan kenyataan yang terjadi di lapangan
(fenomena gap) dan juga perbedaan hasil yang tidak selalu konsisten (research
gap), bahwa pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan perusahaan
tampaknya menunjukkan hasil yang berbeda-beda sehingga dari perbedaan
tersebut dapat ditarik pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan
setelah merger dan akuisisi berdasarkan rasio keuangan current ratio?
2. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan
setelah merger dan akuisisi berdasarkan rasio keuangan debt to equity
ratio?
3. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan
setelah merger dan akuisisi berdasarkan rasio keuangan total asset turn
over ratio?
4. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan
setelah merger dan akuisisi berdasarkan rasio keuangan return on
asset?
5
5. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan
setelah merger dan akuisisi berdasarkan rasio keuangan return on
equity?
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Untuk menganalisis apakah kinerja perusahaan yang diukur dengan
rasio keuangan current ratio mengalami perbedaan setelah
perusahaan melakukan merger dan akuisisi.
2. Untuk menganalisis apakah kinerja perusahaan yang diukur dengan
rasio keuangan debt to equity ratio mengalami perbedaan setelah
perusahaan melakukan merger dan akuisisi.
3. Untuk menganalisis apakah kinerja perusahaan yang diukur dengan
rasio keuangan total asset turn over ratio mengalami perbedaan
setelah perusahaan melakukan merger dan akuisisi.
4. Untuk menganalisis apakah kinerja perusahaan yang diukur dengan
rasio keuangan return on asset mengalami perbedaan setelah
perusahaan melakukan merger dan akuisisi.
5. Untuk menganalisis apakah kinerja perusahaan yang diukur dengan
rasio keuangan return on equity mengalami perbedaan setelah
perusahaan melakukan merger dan akuisisi.
Kegunaan penelitian ini adalah :
1. Bagi investor. Investor dapat mengetahui pengaruh akibat
perusahaan dalam melakukan merger dan akuisisi terhadap
fundamental perusahaan melalui kinerja keuangannya.
2. Bagi manajer. Memberikan pertimbangan dalam hal pengambilan
keputusan merger dan akuisisi sebagai strategi perusahaan lebih
lanjut.
3. Memberikan pengetahuan dan kajian kepada khalayak umum dan
para akademisi mengenai permasalahan yang dihadapi perusahaan
yang melakukan merger dan akuisisi.
6
II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu
Merger dan akuisisi merupakan istilah yang umum digunakan dalam aksi
sebuah atau beberapa perusahaan dalam melakukan ekspansi bisnis.
Akbarwati (dalam Associate Analyst Vibiz Research Center, 2010) menyatakan
perluasan atau ekspansi bisnis diperlukan oleh suatu perusahaan untuk mencapai
efisiensi, menjadi lebih kompetitif, serta untuk meningkatkan keuntungan atau
profit perusahaan. Merger dan akuisisi atau penggabungan usaha merupakan salah
satu bentuk restrukturisasi perusahaan, dalam dunia bisnis khususnya korporasi
istilah merger dan akuisisi merupakan istilah yang tidak asing lagi.
Alasan Melakukan Merger dan Akuisisi
Menurut Simanjuntak (dikutip dari Prasana Chandra, 2001, h. 914)
menyatakan bahwa alasan ekonomi yang utama dari merger adalah nilai (value)
perusahaan hasil merger diharapkan lebih besar dari jumlah nilai mandiri.
Sedangkan Brigham (2001) menyatakan bahwa sinergi merupakan alasan utama
perusahaan melakukan merger dan akuisisi. Pengaruh sinergi sendiri bisa timbul
dari empat sumber, yaitu (1) Penghematan operasi; (2) Penghematan keuangan;
(3) Perbedaan efisiensi dan (4) Peningkatan penguasaaan pasar akibat
berkurangnya persaingan. Sedangkan alasan lain yang mendukung digunakannya
strategi akuisisi secara aktif diungkapkan oleh Hitt (2001, h.296-305) adalah
meningkatkan kekuatan pasar, mengatasi hambatan untuk memasuki pasar, biaya
pengembangan produk baru, meningkatkan kecepatan memasuki pasar, risiko
lebih rendah dibandingkan dengan pengembangan produk baru, meningkatkan
diversifikasi, membentuk kembali jangkauan kompetitif perusahaan.
Motif lain dari merger menurut Agunan P. Samosir (2003) adalah
diversifikasi. Pada dasarnya diversifikasi dimaksudkan untuk meminimalkan
risiko.
7
Masalah Dalam Merger dan Akuisisi
Menurut Payamta (dikutip dari Suta, 1992) keputusan merger dan akuisisi
selain membawa manfaat juga tidak terlepas dari permasalahan diantaranya biaya
untuk melaksanakan merger dan akuisisi sangat mahal dan hasilnyapun belum
pasti sesuai dengan apa yang diharapkan. Disamping memiliki alasan untuk
melakukan merger dan akuisisi, Hitt (2001, h. 308) menyatakan adanya kesulitan
integrasi, evaluasi sasaran yang tidak memadai, utang yang besar atau luar biasa,
ketidakmampuan untuk mencapai sinergi, terlalu banyak diversifikasi, manajer
terlalu fokus pada merger dan akuisisi.
Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan untuk melihat pengaruh
merger dan akuisisi terhadap perusahaan. Namun dari beberapa penelitian
menunujukan hasilnya yang tidak selalu konsisten. Djayani Nurdin (1996)
menganalisa kinerja keuangan sebelum dan setelah merger dan akuisisi pada
perusahaan yang go public tahun 1989-1992, dengan meneliti sampel sebanyak 40
perusahaan menunjukkan hasil dimana terdapat perbedaan kinerja keuangan yang
digambarkan oleh rasio-rasio keuangan meliputi rentabilitas, likuiditas, dan
solvabilitas pada perusahaan sebelum dan setelah melakukan akuisisi, kegiatan
akuisisi pada penelitian tersebut berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.
Agunan P. Samosir (2003) melakukan kajian terhadap kinerja keuangan
dan tingkat efisiensi pada Bank Mandiri menunjukkan kinerja Bank Mandiri
setelah merger tidak berdampak positif atau dapat dikatakan tidak sehat jika
dilihat dari rasio keuangan yang telah ditlitinya. Lebih lanjut Agunan P. Samosir
mengatakan merger tidak selalu menciptakan efisiensi, walaupun peningkatan
total aktiva dapat mencapai skala ekonomis, belum cukup untuk menciptakan
efisiensi Bank Mandiri. Kajian ini dilakukan pada merger bank Mandiri sejak
1998-2001 dengan indikator rasio keuangannya adalah Return on Assets (ROA),
Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), dan Debt to Total Assets
Ratio (DTAR).
8
Payamta dan Setiawan (2004) meneliti bahwa rasio keuangan perusahaan
sebelum dan setelah merger dan akuisisi dengan sampel 16 perusahaan manuaktur
publik tahun periode 1990-1996. Indikator rasio keuangan yang digunakan adalah
rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas, dan profitabilitas. Hasil penelitian
menunjukkan tidak mengalami perbedaan secara signifikan, kecuali beberapa
rasio yang diuji secara parsial, Total Asset Turnover, Fixed Asset Turnover,
Return On Investment, Return On Equity, Net Profit Margin, Operating Profit
Margin, Total Asset to Debt, Net Worth to Debt yang mengalami penurunan
signifikan setelah merger dan akuisisi. Sedangkan abnormal return perusahaan
sebelum setelah merger dan akuisisi positif, namun setelah pengumuman merger
dan akuisisi justru menjadi negatif. Hasil penelitian ini memberikan indikasi
bahwa tujuan ekonomis dilakukannya merger dan akuisisi tidak tercapai.
Sutrisno dan Sumarsih (2004) meneliti dampak jangka panjang merger dan
akuisisi terhadap pemegang saham di BEJ dengan perbandingan akuisisi interal
dan eksternal, sampel perusahaan yang digunakan pada penelitian Sutrisno dan
Sumarsih ini sebanyak 11 perusahaan pada tahun 1999- 2001dengan data yang
digunakan 12 bulan sebelum merger dan akuisisi dan 24 bulan setelah merger dan
akuisisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka panjang akuisisi
memiliki dampak terhadap kemakmuran pemegang saham yang melakukan
akuisisi, hasil menunjukkan tidak banyak menunjukkan nilai yang signifikan.
Lebih lanjut lanjut hasil selanjutnya menunjukkan bahwa adanya akuisisi internal
maupun eksternal pada saham ternyata tidak memberikan pengaruh signifikan
dalam hal nilai AAR (Average Abnormal Return) dan CAAR (Cumulative Average
Abnormal Return ) perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi.
Penelitian yang dilakukan Hendro Widjanarko (2006) pada perusahaan
yang melakukan merger dan akuisisi dua tahun sebelum dan dua tahun setelah
merger dan akuisisi pada tahun 1998-2002. Perusahaan sampel yang digunakan
sebanyak 9 perusahaan manufaktur dengan indikator rasio keuangan yang
digunakan adalah Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Gross Profit
Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM), Operating Profit Margin (OPM), Debt
to Equity Ratio (DER). Hasil analisa deskriptif menunjukkan 3 rasio keuangan
9
(ROE, OPM, dan DER) mengalami peningkatan dan 3 rasio keuangan (ROA,
GPM, dan NPM) mengalami penurunan. Lebih lanjut berdasarkan analisa statistik
rasio ROA, ROE, OPM, GPM, NPM, dan DER tidak mengalami peningkatan yang
signifikan antara masa sebelum merger dan akuisisi, dibanding masa setelah
merger dan akuisisi sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan pada tingkat kinerja perusahaan manufaktur
Januar Eko Prasetyo (2007) meneliti mengenai dampak merger dan
akuisisi terhadap cash flow operasi pada perusahaan yang melakukan merger dan
akuisisi selama tahun 1998-2000. Dengan sampel penelitian sebanyak 16 populasi
dengan periode 3 tahun sebelum dan 3 tahun setelah merger dan akuisisi.
Penelitian ini menyimpulkan tidak ada perbedaan kinerja perusahaan disimpulkan
tidak ada perbedaan kinerja perusahaan yang diukur dari operational cash flow
untuk tahun sebelum dan setelah merger dan akuisisi, kecuali untuk satu tahun
sebelum dan tiga tahun setelah merger dan akuisisi yang memberikan indikasi
adanya perbedaan yang signifikan, namun perbedaan tersebut sifatnya temporer
dan tidak konsisten.
Berdasarkan uraian yang ada, maka dapat dibuat suatu kerangka pemikiran
dari pengaruh sebelum dan setelah merger dan akuisisi terhadap kinerja
perusahaan serta berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan teoritis
dan kerangka pemikiran diatas maka dapat disusun hipotesis dalam penelitian ini
sebagai berikut :
Ha1: Tingkat current ratio perusahaan sebelum merger dan akuisisi berbeda
dengan setelah merger dan akuisisi.
Ha2: Tingkat debt to equity ratio perusahaan sebelum merger dan akuisisi berbeda
dengan setelah merger dan akuisisi.
Ha3: Tingkat total asset turn over ratio perusahaan sebelum merger dan akuisisi
berbeda dengan setelah merger dan akuisisi.
Ha4: Tingkat return on asset perusahaan sebelum merger dan akuisisi berbeda
dengan setelah merger dan akuisisi.
Ha5: Tingkat return on equity perusahaan sebelum merger dan akuisisi berbeda
dengan setelah merger dan akuisisi.
10
III
METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional Variabel
Merger didefinisikan oleh Hitt (2001, h. 295), sebuah strategi dimana dua
perusahaan setuju untuk menyatukan kegiatan operasionalnya dengan basis yang
relatif seimbang, karena mereka memiliki sumber daya dan kapabilitas yang
secara bersama-sama dapat menciptakan keunggulan kompetetif yang lebih kuat.
Akuisisi menurut Hitt (2001, h. 295) adalah strategi yang melaluinya suatu
perusahaan membeli hak untuk mengontrol atau 100 persen kepemilikan terhadap
perusahaan lain degan tujuan untuk menggunakan kompetensi inti perusahaan itu
secara efektif, dengan cara menjadikan perusahaan yang diakuisisi itu sebagai
bagian dari bisnis dalam portofolio perusahaan yang mengakuisisi.
Penilaian kinerja menurut Setyasih (2009) adalah penentuan efektifitas
operasional, organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya secara periodik.
Pengukuran kinerja perusahaan sebelum dan setelah merger dan akuisisi
pada penelitian ini menggunakan rasio keuangan, adalah rasio likuiditas
menggunakan Current ratio, rasio leverage menggunakan Debt to equity ratio,
rasio aktivitas menggunakan Total asset turn over ratio, dan rasio profitabilitas
menggunakan ROA dan ROE.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan publik
yang melakukan kegiatan merger dan akuisisi dan terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dengan rentang waktu antara tahun 2003-2007. Sampel dipilih
dengan menggunakan purposive sampling dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan melakukan kegiatan merger
dan akuisisi pada periode tahun 2003-2007 serta tidak melakukan kegiatan
merger dan akuisisi lebih dari satu kali selama periode pengamatan, yaitu
selama 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi.
11
2. Terdapat data laporan keuangan perusahaan untuk 2 tahun sebelum dan 2
tahun setelah merger dan akuisisi.
Dalam industri manufaktur terdapat 22 sektor industri dan populasi 193
perusahaan. Berdasarkan ketentuan diatas maka dari populasi sebanyak 193
perusahaan, kemudian diperoleh jumlah perusahaan yang melakukan merger dan
akuisisi adalah 32 perusahaan dan selanjutnya sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 14 perusahaan untuk periode 2003-2007.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber
data laporan keuangan perusahaan sampel berasal dari buku Indonesian Capital
Market Directory dan Database Pojok BEI Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro dan sumber lainnya bila tidak lengkap.
Metode Pengumpulan Data
Metode ini dilakukan dengan mencatat atau mengumpulkan dan
memepelajari data yang tercantum pada ICMD yang berupa data laporan
keuangan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi.
Metode Analisis
Untuk tercapainya tujuan dalam penelitian ini, maka metode yang
digunakan adalah model analisis Paired Sample T Test dan atau Wilcoxon Signed
Rank tergantung dengan distribusi datanya, analisis dilakukan dengan
menggunakan software SPSS 16.0. Sebelumnya data yang terkumpul akan
dianalisis secara bertahap dengan pertama dilakukan pengujian statistik dengan uji
distribusi normal dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov. Kemudian
selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis parsial menggunakan uji analisis Paired
Sample T Test apabila data berdistribusi normal dan model uji analisis Wilcoxon
Signed Rank apabila data berdistribusi tidak normal. Untuk tingkat signifikansi
atau nilai alfa (), menurut Ghozali (2002) nilai alfa yang umum dipakai adalah
0,05 dan 0,01, pada penelitian ini ditetapkan tingkat signifikansi untuk seluruh
pengujian adalah sebesar 0,05 atau (5%).
12
Sumber : Data sekunder dan ICMD tahun 2003-2007 (data diolah)
IV
HASIL DAN ANALISIS
Dalam penelitian ini menggunakan data 2 tahun sebelum dan 2 tahun
setelah perusahaan melakukan merger dan akuisisi. Penelitian ini membandingkan
antara rasio-rasio keuangan yang terdiri dari current ratio, debt to equity ratio,
total asset turn over, return on asset dan return on equity sebelum dan setelah
merger dan akuisisi.
Berdasarkan data rasio keuangan yang diperoleh dapat ditampilkan
analisis dekriptif berdasarkan besarnya perubahan nilai rata-rata (mean) variabel
pada keseluruhan perusahaan sebelum dan setelah merger dan akuisisi sebagai
berikut:
Tabel 4.4
Perubahan rata-rata (mean) rasio variabel keuangan 14 perusahaan sebelum
dan setelah merger dan akuisisi pada periode 2003-2007
Variabel
Rata-rata (mean)sebelum merger
dan akuisisi
Rata-rata(mean) setelah
merger danakuisisi
SelisihMean Keterangan
CR 0.038571 -0.06 -0.09857 TurunDER -1.655 0.067857 1.722857 Naik
TATO 0.048571 -0.22 -0.26587 TurunROA 0.265 0.004286 -0.26071 TurunROE 15.53 -0.89286 -16.4229 Turun
Pada tabel 4.4 terlihat bahwa perubahan nilai rata-rata (mean) yang
menunjukkan adanya peningkatan hanya pada variabel Debt to equity ratio (DER)
jika dilihat dari keseluruhan rata-rata (mean) keseluruhan perusahaan yang
dijadikan sampel pada penelitian ini. Sedangkan variabel keuangan yang
mengalami penurunan adalah Current ratio (CR), Total asset turn over ratio
(TATO), Return on asset (ROA) dan Return on equity (ROE).
13
Sumber : Output SPSS 16.0 data diolah
Kemudian pengujian normalitas data penelitian ini menggunakan uji
Kolmogorof-Smirnov dengan software SPSS 16.0 menunjukkan beberapa variabel
berdistribusi normal dan tidak normal, dengan distribusi tidak normal dimana
menujukan nilai tingkat signifikan kuang dari 5% (0.05) lebih dominan. Dari hal
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata data rasio keuangan berdistribusi
tidak normal.
Pengujian Hipotesis
4.2.3.1.1 Uji Wilcoxon Signed Rank Test Periode 2 Tahun Sebelum dan 1
Tahun Setelah Merger dan Akuisisi
Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk periode 2 tahun sebelum dan 1
tahun setelah melakukan merger dan akuisisi diuraikan pada tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6
Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk 2 tahun sebelum dan 1 tahunsetelah merger & akuisisi 14 perusahaan pada periode 2003-2007
Variabel ZAsymp. Sig. (2-
tailed) KesimpulanCR -1.572 0.116 0.05 Ditolak
DER -1.572 0.875 0.05 DitolakTATO -1.098 0.272 0.05 DitolakROA -1.538 0.124 0.05 DitolakROE -0.596 0.551 0.05 Ditolak
4.2.3.1.2 Uji Wilcoxon Signed Rank Test Periode 2 Tahun Sebelum dan 2
Tahun Setelah Merger dan Akuisisi
Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk periode 2 tahun sebelum dan 2
tahun setelah melakukan merger dan akuisisi diuraikan pada tabel 4.7 berikut :
14
Sumber : Output SPSS 16.0 data diolah
Sumber : Output SPSS 16.0 data diolah
Sumber : Output SPSS 16.0 data diolah
Tabel 4.7
Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk 2 tahun sebelum dan 2 tahunsetelah merger & akuisisi 14 perusahaan pada periode 2003-2007
Variabel ZAsymp. Sig. (2-
tailed) KesimpulanCR -2.04 0.041 0.05 Diterima
DER -0.345 0.73 0.05 DitolakTATO -0.659 0.51 0.05 DitolakROA -1.35 0.177 0.05 DitolakROE -0.282 0.778 0.05 Ditolak
Tabel 4.8
Hasil uji Paired Sample T Test variabel TATO untuk 2 tahun sebelum dan 2tahun setelah merger & akuisisi 14 perusahaan pada periode 2003-2007
VariabelStd.
DeviationAsymp. Sig. (2-
tailed) KesimpulanTATO 0.489 0.530 0.05 Ditolak
4.2.3.1.3 Uji Wilcoxon Signed Rank Test Periode 1 Tahun Sebelum dan 1
Tahun Setelah Merger dan Akuisisi
Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk periode 2 tahun sebelum dan 1
tahun setelah melakukan merger dan akuisisi diuraikan pada tabel 4.9 berikut :
Tabel 4.9
Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk 1 tahun sebelum dan 1 tahunsetelah merger & akuisisi 14 perusahaan pada periode 2003-2007
Variabel ZAsymp. Sig. (2-
tailed) KesimpulanCR -1.412 0.158 0.05 Ditolak
DER -1.193 0.233 0.05 DitolakTATO -0.035 0.972 0.05 DitolakROA -0.031 0.975 0.05 DitolakROE -0.094 0.925 0.05 Ditolak
15
Sumber : Output SPSS 16.0 data diolah
Sumber : Output SPSS 16.0 data diolah
4.2.3.1.4 Uji Wilcoxon Signed Rank Test Periode 1 Tahun Sebelum dan 2
Tahun Setelah Merger dan Akuisisi
Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk periode 2 tahun sebelum dan 1
tahun setelah melakukan merger dan akuisisi diuraikan pada tabel 4.10 berikut :
Tabel 4.10
Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk 1 tahun sebelum dan 2 tahunsetelah merger & akuisisi 14 perusahaan pada periode 2003-2007
Variabel ZAsym. Sig. (2-
tailed) KesimpulanCR -1.475 0.14 0.05 Ditolak
DER -0.91 0.363 0.05 DitolakTATO -0.14 0.889 0.05 DitolakROA -0.22 0.826 0.05 DitolakROE -0.22 0.826 0.05 Ditolak
Tabel 4.11
Hasil uji Paired Sample T Test variabel TATO untuk 1 tahun sebelum dan 2tahun setelah merger & akuisisi 14 perusahaan pada periode 2003-2007
VariabelStd.
DeviationAsymp. Sig. (2-
tailed) KesimpulanTATO 0.534 0.806 0.05 Ditolak
Dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk variabel CR,
DER, TATO, ROA dan ROE dan uji Paired Sample T Test untuk variabel TATO
pada periode 2 tahun sebelum dengan 2 tahun setelah dan 1 tahun sebelum dengan
2 tahun setelah merger dan akuisisi, dengan tingkat signifikansi 5% (0.05)
menunjukkan bahwa hampir seluruh rasio keuangan setelah merger dan akuisisi
yang digunakan dalam penelitian ini tidak mengalami perbedaan signifikan
dibandingkan dengan sebelum dilakukannya merger dan akuisisi. Namun pada
saat pengujian 2 tahun sebelum dengan 2 tahun setelah merger dan akuisisi
16
Sumber: Rekap output SPSS 16.0 data diolah
menunjukkan ditemukannya adanya perbedaan yang signifikan pada variabel
Current Ratio dengan nilai signifikansi sebesar 0.041.
Hasil yang sama juga ditunjukkan pada pengujian menggunakan uji
hipotesis dengan nilai Z hitung dan Z tabel. Berikut hasil uji hipotesis
menggunakan nilai Z hitung dan Z tabel. Berikut hasil uji hipotesis menggunakan
nilai Z hitung dan Z tabel.
Tabel 4.13
Rangkuman hasil uji Hipotesis menggunakan nilai Z hitung dan Z tabel14 perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi pada periode 2003-2007
Periode Variabel Z Hitung Z tabel Keterangan2 Tahun
Sebelum dan 1Tahun Setelah
Merger danAkuisisi
CR -1.572 1.96 Ha1 DitolakDER -1.572 1.96 Ha2 Ditolak
TATO -1.098 1.96 Ha3 DitolakROA -1.538 1.96 Ha4 DitolakROE -0.596 1.96 Ha5 Ditolak
2 TahunSebelum dan 2Tahun Setelah
Merger danAkuisisi
CR -2.04 1.96 Ha1 DiterimaDER -0.345 1.96 Ha2 Ditolak
TATO 0.489 1.96 Ha3 DitolakROA -1.35 1.96 Ha4 DitolakROE -0.282 1.96 Ha5 Ditolak
1 TahunSebelum dan 1Tahun Setelah
Merger danAkuisisi
CR -1.412 1.96 Ha1 DitolakDER -1.193 1.96 Ha2 Ditolak
TATO -0.035 1.96 Ha3 DitolakROA -0.031 1.96 Ha4 DitolakROE -0.094 1.96 Ha5 Ditolak
1 TahunSebelum dan 2Tahun Setelah
Merger danAkuisisi
CR -1.475 1.96 Ha1 DitolakDER -0.91 1.96 Ha2 Ditolak
TATO 0.534 1.96 Ha3 DitolakROA -0.22 1.96 Ha4 DitolakROE -0.22 1.96 Ha5 Ditolak
Berdasarkan hasil uji diatas untuk selanjutnya dapat dilakukan
pembahasan pengujian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dan
interpretasinya, adalah sebagai berikut :
17
Ha1: Tingkat current ratio perusahaan sebelum merger dan akuisisi berbeda
dengan setelah merger dan akuisisi
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan uji Wilcoxon Siged Rank Test
rasio lancar (current ratio) menunjukkan hanya pada periode 2 tahun sebelum
dengan 2 tahun setelah merger dan akuisisi Ha1 diterima dengan nilai Sig. 0.041
(0.05) dan nilai Z hitung yang lebih besar dari Z Tabel, artinya ada perbedaan
dan pengaruh positif signifikan sebelum dan setelah merger dan akuisisi terhadap
kinerja keuangan, namun dengan hanya diterimanya Ha1 pada satu periode maka
dapat dikatakan pengaruh positif yang menunjukkan perbedaan kinerja setelah
merger dan akuisisi hanya bersifat sementara (temporer) tidak cukup kuat untuk
menyatakan bahwa kinerja perusahaan setelah merger dan akuisisi mengalami
perbaikan, sehingga secara keseluruhan menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan dan tidak signifikan tingkat current ratio sebelum dan setelah
merger dan akuisisi. Hasil ini konsisten dengan penelitian Januar Eko Praseto
(2007) mengenai dampak merger dan akuisisi terhadap cash flow perusahaan
dimana hanya pada periode tertentu terdapat perbedaan signifikan namun secara
keseluruhan disimpulkan tidak ada perbedaan kinerja untuk sebelum dan setelah
merger dan akuisisi.
Hasil ini menunjukkan bahwa setelah merger dan akuisisi jumlah aktiva
yang bertambah banyak adalah aktiva tetapnya sedangkan jumlah aktiva lancarnya
tidak begitu besar, dan dilihat dari laporan neraca keuangan perusahaan setelah
merger dan akuisisi menunjukkan memang kewajiban lancar setelah merger dan
akuisisi perusahaan rata-rata meningkat lebih cepat dibandingkan aktiva lancarnya
yang mengakibatkan rasio lancar menurun
Ha2: Tingkat debt to equity ratio perusahaan sebelum merger dan akuisisi
berbeda dengan setelah merger dan akuisisi
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan uji Wilcoxon Siged Rank Test
rasio debt to equity ratio menunjukkan pada semua periode sebelum dan setelah
merger dan akuisisi memiliki nilai Sig. lebih besar dari nilai Sig. yang ditetapkan
sebesar 5% (0.05) dan nilai Z hitung yang lebih kecil dari nilai Z tabel, artinya
18
secara keseluruhan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dan tidak
signifikan tingkat debt to equity ratio sebelum dan setelah merger dan
akuisisi. Hasil ini sejalan dengan penelitian Agunan P. Samosir (2003) dimana
secara keseluruhan tidak berdampak positif terhadap kinerja perusahaan.
Disini menunjukkan perusahaan lebih banyak menggunakan dana yang
berasal dari luar/hutang untuk membiayai operasional perusahaan dan atau
transaksi dalam kegiatan merger dan akuisisi, dana yang dipergunakan untuk
membiayai merger dan akuisisi membutuhkan banyak biaya, sehingga tidak
terjadi perubahan signifikan pada leverage perusahaan.
Ha3: Tingkat total asset turn over ratio perusahaan sebelum merger dan
akuisisi berbeda dengan setelah merger dan akuisisi
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan uji Wilcoxon Siged Rank Test
pada semua periode kecuali pada periode 2 tahun sebelum dengan 2 tahun setelah
dan 1 tahun sebelum dengan 2 tahun setelah merger dan akuisisi yang diuji
dengan metode uji Paired Sample T Test menunjukkan pada semua periode
sebelum dan setelah merger dan akuisisi memiliki nilai Sig. lebih besar dari nilai
Sig. yang ditetapkan sebesar 5% (0.05) dan nilai Z hitung yang lebih kecil dari
nilai Z tabel, artinya secara keseluruhan menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan dan tidak signifikan tingkat total asset turn over ratio sebelum dan
setelah merger dan akuisisi. Hasil ini konsisten dengan penelitian Payamta dan
Setiawan (2004) dimana rasio total asset turn over mengalami penurunan dan
secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan tidak mengalami perbedaan
secara signifikan.
Hasil ini dimungkinkan karena rata-rata kenaikan penjualan sebanding
dengan kenaikan dari perputaran total aktivanya, sehingga rasio perputaran total
aktiva (total asset turn over ratio) tidak terlalu berpengaruh signifikan serta
menunjukkan indikasi perusahaan tidak efektif/seimbang dalam memanfaatkan
semua sumber daya yang ada pada pengendaliannya dalam hal ini perputaran asset
yang dimiliki.
19
Ha4: Tingkat return on asset perusahaan sebelum merger dan akuisisi
berbeda dengan setelah merger dan akuisisi
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan uji Wilcoxon Siged Rank Test
rasio return on asset menunjukkan pada semua periode sebelum dan setelah
merger dan akuisisi memiliki nilai Sig. lebih besar dari nilai Sig. yang ditetapkan
sebesar 5% (0.05) dan nilai Z hitung yang lebih kecil dari nilai Z tabel, artinya
secara keseluruhan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dan tidak
signifikan tingkat return on asset sebelum dan setelah merger dan akuisisi.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Payamta dan Setiawan (2004) dan Hendro
Widjanarko (2006) yang menunjukkan rasio return on asset mengalami
penurunan. Hasil konsisten juga ditunjukan oleh penelitian Agunan P. Samosir
(2003), dimana rasio return on asset menunjukkan setelah merger justru tidak
berdampak positif.
Kondisi return on asset yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan ini terjadi dimungkinkan karena perusahaan belum mampu mencapai
efektivitas yang tinggi dalam memperbaiki profitabilitas perusahaan dalam hal
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya setelah
merger dan akuisisi. Dan lemahnya strategi serta kurangnya pengalaman dalam
melakukan merger dan akuisisi juga dimungkinkan sebagai penyebabnya.
Ha5: Tingkat return on equity perusahaan sebelum merger dan akuisisi
berbeda dengan setelah merger dan akuisisi.
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan uji Wilcoxon Siged Rank Test
rasio return on equity menunjukkan pada semua periode sebelum dan setelah
merger dan akuisisi memiliki nilai Sig. lebih besar dari nilai Sig. yang ditetapkan
sebesar 5% (0.05) dan nilai Z hitung yang lebih kecil dari nilai Z tabel, artinya
secara keseluruhan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dan tidak
signifikan tingkat return on equity sebelum dan setelah merger dan akuisisi.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Agunan P. Samosir (2003), dimana return on
equity menunjukkan setelah merger justru tidak berdampak positif.
20
Hasil ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan terjadi
dimungkinkan karena perusahaan belum mampu secara optimal memanfaatkan
modal sendiri untuk menghasilkan laba maksimal. Dan ketergantungan terhadap
modal sendiri dimungkinkan juga sebagai penyebab tidak adanya perubahan yang
menyebabkan kurangnya peningkatan operasional yang akhirnya laba perusahaan
tidak mengalami perubahan signifikan.
21
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan penelitian yang dilakukan,
dan seperti yang dikemukakan sebelumnya pada bab IV, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa keseluruhan pengujian yang dilakukan dengan menggunakan
metode Wilcoxon Signed Rank Test dan Paired Sample T Test terhadap variabel-
variabel rasio yang digunakan menunjukkan hasil tidak ada perbedaan dan tidak
signifikan. Berikut penjelasan kesimpulan masing-masing variabel rasio keuangan
yang digunakan dalam penelitian ini :
1. Current Ratio menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi
kewajiban-kewajiban lancarnya. Semakin besar perbandingan aktiva
lancar dengan utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan
untuk menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila rasio ini
memiliki perbandingan 1:1 atau 100% lebih, ini berarti bahwa aktiva
lancar dapat menutupi semua utang lancar. Namun berdasarkan data
deskriptif perubahan nilai rata-rata (mean) Current Ratio pada
penelitian ini menunjukkan adanya penurunan setelah merger dan
akuisisi. Kemudian berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama pada
variabel current ratio yang diuji dengan metode Wilcoxon Signed Rank
Test menunjukkan hanya pada periode 2 tahun sebelum dengan 2 tahun
setelah merger dan akuisisi memilki perbedaan kinerja, sedangkan
periode lainnya tidak ada perbedaan dan tidak signifikan antara
sebelum dan setelah merger dan akuisisi.
2. Debt to Equity Ratio menggambarkan sejauhmana modal pemilik
dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar, semakin kecil rasio
ini semakin baik dan untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika
jumlah modal lebih besar dari jumlah hutang atau minimal sama,
namun bagi pemegang saham atau menajemen perusahaan rasio ini
22
sebaiknya adalah besar. Berdasarkan data deskriptif perubahan nilai
rata-rata (mean) Debt to Equity Ratio pada penelitian ini menunjukkan
adanya kenaikan setelah merger dan akuisisi. Kemudian berdasarkan
hasil pengujian hipotesis kedua pada variabel debt to equity ratio yang
diuji dengan metode Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan pada
semua periode pengujian tidak ada perbedaan dan tidak signifikan
antara sebelum dan setelah merger dan akuisisi.
3. Total Asset Turn Over menggambarkan ukuran perputaran semua
aktiva perusahaan, dan dihitung dengan membagi dari jumlah
penjualan dengan total aktiva. Berdasarkan data deskriptif perubahan
nilai rata-rata (mean) Total Asset Turn Over pada penelitian ini
menunjukkan adanya penurunan setelah merger dan akuisisi.
Kemudian berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga pada variabel
Total Asset Turn Over yang diuji dengan metode Wilcoxon Signed
Rank Test menunjukkan pada semua periode pengujian tidak ada
perbedaan dan tidak signifikan antara sebelum dan setelah merger dan
akuisisi.
4. Return On Asset menggambarkan ukuran pengembalian atas total
aktiva setelah bunga dan pajak dari keseluruhan aset yang
diinvestasikan untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
Berdasarkan data deskriptif perubahan nilai rata-rata (mean) Return On
Asset pada penelitian ini menunjukkan adanya penurunan setelah
merger dan akuisisi. Kemudian berdasarkan hasil pengujian hipotesis
keempat pada variabel Return On Asset yang diuji dengan metode
Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan pada semua periode
pengujian tidak ada perbedaan dan tidak signifikan antara sebelum dan
setelah merger dan akuisisi.
5. Return On Equity dapat dikatakan sebagai rasio yang paling penting
dalam keuangan perusahaan karena ROE mengukur pengembalian
absolut yang akan diberikan perusahaan kepada para pemegang saham.
Namun berdasarkan data deskriptif perubahan nilai rata-rata (mean)
23
Return On Equity pada penelitian ini menunjukkan adanya penurunan
setelah merger dan akuisisi. Kemudian berdasarkan hasil pengujian
hipotesis keempat pada variabel Return On Equity yang diuji dengan
metode Wilcoxon Signed Rank Test disimpulkan bahwa menunjukkan
pada semua periode pengujian tidak ada perbedaan dan tidak signifikan
antara sebelum dan setelah merger dan akuisisi.
5.2 Keterbatasan
Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian berikutnya agar mendapatkan hasil
yang lebih baik, berikut ini beberapa keterbatasan tersebut :
1. Rasio yang digunakan pada penelitian ini hanya menggunakan 5
variabel rasio yang mencakup rasio current ratio, debt to equity ratio,
total asset turn over, return on asset, dan return on equity.
2. Dalam penelitian ini tidak membedakan jenis merger dan akuisisi
yang dilakukan apakah jenis merger dan akuisisi horizontal, vertikal,
atau konglomerat.
5.3 Saran
Berdasarkan interpretasi hasil dan simpulan yang diperoleh, maka perlu
dibuat saran untuk implikasi kebijakannya dan penelitian selanjutnya.
Implikasi kebijakan
Bagi perusahaan yang akan melakukan aksi korporasi merger dan akuisisi
hendaknya melakukan persiapan dengan baik dan terencana sebelum memutuskan
untuk melakukan merger dan akuisisi. Dengan ditemukannya hubungan bahwa
antara kegiatan merger dan akuisisi dengan kinerja keuangan adalah menunjukkan
hasil tidak ada perbedaan dan tidak signifikan setelah merger dan akuisisi, maka
perusahaan dalam hal ini harus :
24
1. Diharapkan pihak manajemen perusahaan harus dapat
mempertahankan sumber kas yang cukup untuk membayar seluruh
kewajiban pada saat jatuh tempo, atau perlu untuk menciptakan nilai
di atas 1 untuk rasio ini, jika perusahaan tidak mampu
mempertahankan maka akan mengalami kesulitan likuiditas dan
berada dalam kondisi yang sulit.
2. Ketika pihak manajemen meningkatkan hutangnya, maka pihak
manajemen juga harus mampu berkomitmen untuk menanggung arus
kas keluar agar tetap pada substansialnya selama beberapa waktu.
3. Diharapkan pihak manajemen hendaknya harus berperan
mengoptimalkan penjualan untuk meningkatkan perputaran aktiva
perusahaan. Karena besarnya perputaran aktiva akan memberikan
kontribusi terhadap ROA yang baik, kemudian jika sebuah perusahaan
memiliki ROA yang baik maka diharapkan dapat menghasilkan ROE
yang memuaskan.
4. Berdasarkan hasil pengujian disimpulkan bahwa dari keseluruhan
pengujian yang dilakukan hasilnya tidak ada perbedaan dan tidak
signifikan setelah merger dan akuisisi, hal ini menunjukkan strategi
merger dan akuisisi untuk memperbaiki kinerja keuangan perusahaan
kurang berhasil. Sebelum perusahaan melakukan merger dan akuisisi
hendaknya kenali tujuan dan pentingnya menciptakan sinergi,
kemudian mencari perusahaan yang memiliki komplementaritas
sumber daya serta melakukan due diligency dengan tuntas.
5. Bagi investor perlu berhati-hati dalam menyikapi banyaknya kegiatan
merger dan akuisisi yang dilakukan perusahaan ada baiknya investor
melihat dari nilai ROE yang dihasilkan.
Saran penelitian yang akan datang
Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian selanjutnya, disarankan
sebagai berikut :
25
1. Sebaiknya dapat menggunakan kelompok sampel yang lebih besar
(Djayani Nurdin, 1996), serta membedakan jenis merger dan
akuisisinya sehingga diharapkan hasilnya lebih baik.
2. Untuk penelitian selanjutnya ada baiknya menambah rasio lainnya
seperti GPM, NPM, OPM dan ROI supaya diharapkan dapat
menjelaskan pengaruh lebih lanjut dari kegiatan merger dan akuisisi
(Payamta, 2004).
6. Untuk penelitian selanjutnya menggunakan perusahaan non-
manufaktur untuk melihat pengaruh hasilnya apakah menunjukkan
hasil yang berbeda, lebih baik atau sama dengan penelitian ini
(Samosir, Agunan P, 2003).
26
Daftar pustaka
Bengtsoon, Ann McDonagh. 1994. Manajemen Merger dan Akuisisi. Jakarta:
Pustaka Binaman Pressindo.
Brigham, Eugene F dan Joel F Houston (terj). 2001. Manajemen Keuangan. Jilid
1. Edisi 8. Jakarta: Erlangga.
Ghozali, imam. 2006. Statisitik Non Parametrik, teori, aplikasi dengan program
SPSS. Semarang: badan penerbit universitas diponegoro.
Hadiningsih, Murni. 2007. “Analisis Dampak Jangka Panjang Merger dan
Akuisisi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi dan
Perusahaan Diakuisisi di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”. Universitas Islam
Indonesia.
Hasan, Iqbal. 2005. Pokok-pokok materi Statistika 2 (Statistik Inferensif). Edisi
Kedua. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Hitt, Michael A. Ireland, Duane, Hoskinsson, Robert E. 2001. ManajemenStrategi: Daya Saing dan Globalisasi (Konsep). Buku 1. Jakarta: SalembaEmpat.
Hitt, Michael A. Ireland, Duane, Hoskinsson, Robert E 2002. ManajemenStrategi: Daya Saing dan Globalisasi II. Edisi 1, Jilid 2. Jakarta: SalembaEmpat.
Hitt, Michael A. Jeffey S. Harrison dan R. Duane Ireland (terj.). 2002. Mergerdan Akuisisi : Penduan Meraih Laba Bagi Para Pemegang Saham. Edisi1, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
http://bataviase.co.id/node/432032
http://www.detikfinance.com/
http://www.idx.co.id/
http://Indofinanz.com
Indonesian Capital Market Directory, 2003-2009.
Nurdin, Djayani. “Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Akuisisi
pada Perusahaan Go Public di Indonesia”. Jurnal Siasat Bisnis ( JSB ):
Vol. 3 (1), Nopember, Hlm. 54-61, 1996.
27
Payamta dan Setiawan Doddy. “Analisis Pengaruh Merger dan Akuisisi Terhadap
Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia di Indonesia”. Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia (JRAI): Vol.7 No. 3, September, P.265-282, 2004.
Prasetio, Januar Eko. “Dampak Merger dan Akuisisi Terhadap Cash Flow
Operasi”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis (JEB): Vol. 5, No. 2, 2007, p.158-
165, 2007.
Riyanto, Bambang. 1995. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4.
Yogyakarta. BPFE-Yogyakarta.
Samosir, Agunan P. “Analisia Kinerja Bank Mandiri Setelah Merger dan Sebagai
Bank Rekapitulasi”. Kajian Ekonomi dan Keungan, Vol. 7, No. 1
Maret 2003.
http://www.fiskal.depkeu.go.id/webbkf/kajian%5CAgunan-1.pdf
Santoso, Singgih. 2000. Buku latihan SPSS Statistic parametric. Jakarta : elek
media komputindo.
Sartono, R. Agus .1994. Manajemen Keuangan. Edisi 3 . Yogyakarta : BPFEE.
Setyasih, Nuraeni. 2009. Analisis Perbandingan Kinerja Perusahaan Manufaktur
Sesudah Merger Dan Akuisisi. Skripsi S-1 Tidak Dipublikasikan
Universitas Diponegoro.
Simanjuntak, Cornelius. 2004. Hukum Merger Perseroan terbatas, Teori dan
Praktek. Cetakan I, Bandung. PT. Citra Aditya Bakti.
Sudarsanam, P.S (terj.) 1999. The Essence of Mergers and Acquisitions. Edisi 1.
Yogyakarta: ANDI.
Sutrisno & Sumarsih. “Dampak Jagka Panjang Merger Dan Akuisisi Terhadap
Pemegang Saham Di BEJ Perbandingan Akuisisi Internal Dan
Eksternal”, Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia (JAAI): Vol. 8 (2)
Desember, Hlm. 189 - 210, 2004.
Vibiznews.com.
Widjanarko, Hendro. “Merger, Akuisisi dan Kinerja Perusahaan Studi Atas
Perusahaan Manufaktur Tahun 1998-2002”. Utilitas: Vol.14 (1) Januari.
Hlm. 39-50, 2006.
Recommended