View
107
Download
15
Category
Preview:
DESCRIPTION
gangguan somatoformfakultas kedokteran ilmu jiwagangguan somatoform
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki
gejala fisik (sebagai contohnya nyeri, mual, dan pusing) dimana tidak dapat
ditemukan penjelasan medis yang adekuat. Gejala dan keluhan somatik adalah
cukup serius untuk menyebabkan penderitaan pasien untuk berfungsi didalam
peranan sosial atau pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan somatoform
mencerminkan penilaian klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu
penyumbang besar untuk onset, keparahan, dan durasi gejala. Gangguan
somatoform tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau gangguan
buatan.1,2
Gambaran yang penting dari gangguan somatoform adalah adanya
keluhan-keluhan gejala fisik, dimana tidak ada kelainan organik atau mekanisme
fisiologik. Dan untuk hal tersebut terdapat bukti ppsitif atau perkiraan yang kuat
bahwa gejala tersebut terkait dengan adanya faktor fisiologis atau konflik. Karena
gejala tak spesifik dari beberapa sistem organ dapat terjadi pada penderita anxietas
maupun penderita somatoform disorder, diagnosis anxietas sering disalah
diagnosiskan menjadi somatoform disorder, begitu pula sebaliknya. Adanya
somatoform disorder, tidakmenyebabkan diagnosis anxietas menjadi hilang.1
Diagnostik and statistical manual of mental disorders DSM-IV-TR
memasukkan lima gangguan somatoform spesifik ; (1) gangguan somatisasi; (2)
gangguan konversi; (3) hipokondriasis; (4)gangguan dismorfik tubuh; (5)
gangguan nyeri.3
Gangguan somatisasi sendiri telah di kenal sejak zaman mesir kuno. Nama
awal gangguan somatisasi adalah histeria, suatu keadaan yang salah di anggap
hanya mengenai perempuan. (kata histeria berasal dari kata yunani untuk terus,
hysteria.). pada abad ke-17, Thomas Sydenham mengenali bahwa faktor
psikologis, yang ia sebut antecendent sorrrows (duka cita turunan). Terlibat dalam
patogenesis gejalapada tahun 1859, Paul Briquet, seorang dokter dari Perancis,
mengamati keragaman gejala dan sistem organ yang terkena serta menguraikan
1
perjalanan gangguan yang biasanya kronis. Karena pengamatan klinis yang tajam,
gangguan ini di sebut sindrom briquet selama beberapa waktu, walaupun
gangguan somatisasi menjadi standar di Amerika Serikat. 3
2
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA
GANGGUAN SOMATOFORM
Istilah somatoform berasal dari bahasa yunani soma artinya tubuh;
dan gangguan somatoform adalah kelompok penyakit yang luas dan
memiliki tanda serta gejala yang berkaitan dengan tubuh sebagai
komponen utama. Gangguan ini mencakup interaksi pikiran-tubuh; di
dalam interaksi ini, dengan cara yuang masih memengaruhu kesadaran
pasien dan menunjukkan adanya masalah serius di dalam tubuh. Di
samping itu, perubahan ringan neurokimia, neurofisiologi, dan
neuroimunologi dapat terjadi akibat mekanisme otak atau jiwa yang tidak
diketahui yang menyebabkan penyakit.3
Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala
fisik yang berulang-ulang disertai dengan permintaan pemeriksaan medik,
meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga sudah
dijelaskan oleh dokternya bahwa tidak ditemukan kelainan yang mendasari
keluhannya. Penderita juga menolak atau menyangkal untuk membahas
kemungkinan kaitan antara keluhan fisiknya dengan problem atau konflik
dalam kehidupan yang dialaminya, bahkan meskipun didapatkan gejala-
gejala anxietas dan depresi.4
Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari
perhatian (histrionik), terutama pada pasien yang kesal karena tidak
berhasil membujuk dokternya untuk menerima bahwa keluhannya
memang penyakit fisik dan bahwa perlu adanya pemeriksaan fisik yang
lebih lanjut.4
Revisi teks edisi keempat the Diagnostik and statistical manual of
mental disorders DSM-IV-TR memasukkan lima gangguan somatoform
spesifik ; (1) gangguan somatisasi; di tandai dengan banyak keluhan fisik
3
yang mengenai banyak sistem organ. (2) gangguan konversi; ditandai
dengan satu atau dua keluhan neurologis. (3) hipokondriasis; di tandai
dengan lebih sedikit fokus gejala daripada keyakinan pasien bahwa merek
amemiliki suatu penyakit spesifik. (4)gangguan dismorfik tubuh; di tandai
dengan keyakinan yang salah atau persepsi yang berlebihan bahwa suatu
bagian tubuhnya cacat. (5) gangguan nyeri; di tandai dengan gejala yang
hanya di sebabkan atau secara signifikan di perberat oleh faktor
psikologis. DSM-IV-TR juga memiliki dua kategori diagnostik sisa untuk
ganguan somatoform; (1) gangguan somatoform tak terinci; (2) gangguan
somatoform yang tidak tergolongkan.3
1. Gangguan Somatisasi
Definisi
Gangguan somatisasi (somatization disorder) dicirikan dengan
keluhan somatik yang tidak dapat dijelaskan dengana adekuat
berdasaarkan pemeriksan fisik dan laboratorium. Gangguan ini biasanya
timbul sebelum usia 30 tahun namun biasanya dapat berlanjut hingga
tahunan dan dikenali DSM-IV-TR sebagai kombinasi gejala nyeri,
gastrointestinal, seksual, serta pseudoneurologis.3
Gangguan somatisasi berbeda dengan gangguan somatoform
lainnya karena banyaknya sistem organ yang terlibat. Gangguan ini
bersifat kronis dan disertai penderitaan psikologis yang signifikan,
hendaya fungsi sosial dan pekerjaan serta perilaku mencari bantuan medis
yang berlebihan. Orang dengan gangguan somatisasi adalah orang yang
sangat sering memanfaatkan pelayanan medis. Keluhan-keluhannya tidak
dapat dijelaskan oleh penyebab fisik atau melebihi apa yang dapat
diharapkan dari suatu masalah fisik yang diketahui. Keluhan tersebut juga
tampak meragukan atau dibesar-besarkan, dan orang itu sering kali
menerima perawatan medis dari sejumlah dokter, terkadang pada saat yang
sama.3
4
Epidemiologi
Prevalensi seumur hidup gangguan somatisasi dalam populasi umum
diperkirakan 0,1 sampai 0,2 persen walaupun beberapa kelompok riset
yakin bahwa angka sebenarnya dapat lebih mendekati 0,5 persen.
Perempuan dengan gangguan somatisasi jumlahnya melebihi laki-laki 5
hingga 20 kali, dengan rasio perempuan banding laki laki 5 banding 1, dan
di mulai sebelum usia 30 tahun, dan paling sering di temukan pada masa
remaja seseorang.3
Etiologi
Faktor psikososial. Formulasi psikososial melibatkan interpretasi gejala
sebagai komunikasi sosial, akibatnya adalah menghindari kewajiban
(contohnya harus pergi ketempat kerja yang tidak disukai),
mengekspresikan emosi (contohnya marah kepada pasangan), atau
menyimbolkan suatu perasaaan atau keyakinan (contohnya nyeri di usus).3
Faktor biologi dan genetik. Pasein memiliki kemampaun hendaya
kognitif yang menghasilkan persepsi dan penilaian input somatosensorik
yang salah. Hendaya ini mencakup perhatian mudah teralihkan,
ketidakmampuan menghabituasi stimulus berulang, pengelompokan
kontruksi kognitif dengan dasar impresionistik, hubungan parsial dan
sirkumtansial, serta kurangnya selektivitas.3
Data genetik menunjukkan bahwa gangguan somatisasi dapat
memiliki komponen genetik, cenderung menurun di dalam keluarga dan
terjadi pada 10 hingga 20 persen kerabat perempuan derajat pertama
pasien dengan gangguan somatisasi, sedangka laki-laki rentan terhadap
penyalahgunaan zat dan gangguan kepribadiaan antisosial.3
Sitokin ialah molekul pembawa pesan yang digunakan sistem imun untuk
berkomunikasi di dalam dirinya dan dengans istem saraf, termasuk otak,
pada ilmu neurologi dasar,. Dalam beberapa percobaan pendahuluan
5
sitokin dapat berperan dalam menyebabkan sejumlah gejala nonspesifik
penyakit, terutama infeksi, seperti hipersomnia, anoreksia, lelah, dan
depresi.3
Pedoman diagnostik
a. Adanya banyak keluhan-keluhan fisik bermacam-macam yang
tidak dapat dijelaskan atas dasar adnya kelainan fisik yang
berlangsung setidaknya 2 tahun.
b. Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberpa dokter
bahwa tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-
keluhannya.
c. Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga
yangberkaitan dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari
perilakunya.2
Kriteria diagnostik untuk Gangguan Somatisasi
A. Keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun, terjadi selama periode
beberapa tahun
B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan,
4 gejala (G) nyeri: sekurangnya empat tempat atau fungsi yang
berlainan (misalnya kepala, perut, punggung, sendi, anggot a gerak,
dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau
selama miksi)
2 G gastrointestinal: sekurangnya dua gejala selain nyeri (misalny a
mual, kembung, muntah selain dari selama kehamilan, diare, atau
intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)
1 G seksual: sekurangnya satu gejala selain dari nyeri (misalnya
indiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi
tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang
kehamilan).
1 G pseudoneurologis: sekurangnya satu gejala atau deficit yang
mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada
6
nyeri (gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis, sulit
menelan, retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri,
pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif
seperti amnesia; atau hilangnya kesadaran selain pingsan).
C. Salah satu (1)atau (2):
Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B
tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis
umum yang dikenal atau efek langsung dan suatu zat (misalnya
efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol) .
Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan s
osial atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang
diperkirakan dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan
laboratorium.
D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti
gangguan buatan atau pura-pura).4
Gambaran klinis
a. Mual dan muntah (selain selama kehamilan)
b. Kesulitan menelan
c. Nyeri dilengan dan tungkai
d. Nafas pendek dan tidak berkaitan dengan olahraga
e. Amnesia
f. Dan komplikasi kehamilan serta mensturasi adalah gejala yang paling
lazim ditemui.
g. Pasien meyakini bahwa mereka telah sakit selama sebagian besar
hidup mereka.4
Gejala pseudoneurologis mengesankan tetapi tidak patogmonik untuk
adanya gangguan neurologis, penderitaan psikologis dan masalah
7
interpersonal menonjol pada gangguan ini; ansietas dan depresi adalah
yang paling sering.4
Diagnosis banding
Sejumlah gangguan medis sering Menunjukkan kelainan yang
sementara dan nonspesifik pada kelompok usia yang sama, gangguan
medis ini mencakup sklerosis multipel, miastenia gravis, systemic lupus
erythematosus (SLE), acquired immune deficiency syndrome (AIDS),
hiperparatiroidisme, hipertiroidisme dan infeksi sistemik kronik.4
Banyak gannguan jiwa yang dipertimbangkan, diantaranya depresif
berat, gangguan ansietas menyeluruh dan skizofrenia. Dan diantara semua
gangguan somatoform, hipokondriasis, gangguan konversi dan gangguan
somatisasi nyeri.4
Prognosis
Dubia et malam. Pasien sering berakhir dengan tak berdaya karen
gangguan ini bersifat kronis.4,5
Terapi
Pasien harus memiliki satu dokter utama agar dokter selalu mampu
melihat pasien selama kunjungan dan terjadwal teratur, biasnya dengan
interval satu bulan.prosedur lain dan laboratorium sebaiknya dihindari
ketika diagnosis gangguan somatisasi telah di tegakkan. Dokter harus
mendengarkan keluhan sebagai ekspresi emosi, bukan sebagai keluhan
medis, meskipun demikian pasien juga dapat memiliki penyakit fisik yang
sesungguhnya.Arahakan kesadaran pasien agar pasien mau berkonsultasi
lanjut dengan klinis jiwa.4
8
Psikoterapi, baik individu maupun kelompok, menurunkan biaya
pengeluaran untuk perawatan kesehatan pribadi pasien, pada lingkungan
pasien dibantu beradaptasi dengan gejalanya.4
Memberikan obat psikoterapi ketika gannguan somatisasi timbul
bersamaan dengan gejala gangguan mood, dianjurkan pula terapi
psikofarmakologik dan psikoteraupetik pada gangguan yang timbul
bersamaan, obat harus elalu di awasi, katen pasien ini sering tidak teratur
dan tidak dapat di percaya.4
I.2 Gangguan Konversi
Definisi Gangguan fungsi tubuh yang tidak sesuai dengan konsep
terkini mengenai anatomi dan fisiologi sistem saraf pusat ataupun
perifer. Gangguan ini secara khas terdapat saat stress dan
menimbulkan disfungsi yang cukup bermaksa. Menurut DSM-IV-TR,
simptom konversi menyerupai kondisi satu gejala neurologis atau
lebih (contohnya paralisis, buta dan parastesia), yang tidak dapat
dijelaskan gejala medis atau neuroligisnya.4
Epidemiologi
Terjadi pada 11-500 per 100.000 penduduk. Rasio perempuan
dan laki laki dewasa 2 banding 1 dan paling tinggi Biasanya terjadi
pada usia anak-anak (akhir)10 banding 1 hingga dewasa (awal). Lazim
terjadi di pedesaan, orang dengans edikit edukasi, orang dengan IQ
rendah, orang dengan sosioekonomik rendah dan anggota militer yang
terpajan situasi perang.4
Etiologi
Faktor psikoanalisik; disebabkan intrapsikis yang tidak di sadari
dan konversi ansietas menjadi gejala fisik, konflik tersebut antara
impuls b erdasarkan insting dan larangan pengungkapan ekspresi.
9
Teori pembelajaran; bagian dari perilaku yang dipelajari secara
klasik, gejala penyakit, yang dipelajari saat masa kanak-kanak,
dikedepankan sebagai cara beradaptasi dengans ituasi yang tidak
mungkin.
Faktor biologis; banyak data yang mengaitkan faktor biologis
dengan gangguan konversi. Hipometabolisme hemisfer dominan
dan Hipermetabolisme hemisfer nondominan dan mengaitkan
hubungan hemisfernyang terganggu sebagai penyebab konversi,
gejalanya dapat di sebabkan oleh bangkitan korteks serebri
dengan formasio retikularis batang otak, selanjutnya peningkatan
kortikofugal menghambat kesadaran pasien akan sensasi yang
berkaitan dengan tubuh.4
Kriteria diagnostik untuk Gangguan Konversi
Ciri-ciri diagnostik dari gangguan konversi adalah sebagai berikut:
a. Paling tidak terdapat satu simtom atau defisit yang melibatkan
fungsi motorik volunternya atau fungsi sensoris yang menunjukkan
adanya gangguan fisik.
b. Faktor psikologis dinilai berhubungan dengan gangguan tersebut
karena onset atau kambuhnya simtom fisik terkait dengan
munculnya stresor psikososial atau situasi konflik.
c. Orang tersebut tidak dengan sengaja menciptakan simtom fisik
tersebut atau berpura-pura memilikinya dengan tujuan tertentu.
d. Simtom tidak dapat dijelaskan sebagai suatu ritual bud aya atau
pola respon, juga tidak dapat dijtelaskan dengan gangguan fisik apa
pun melalui landasan pengujian yang tepat.
e. )Simtom menyebabkan distres emosional yang berarti, hendaya
dalam satu atau lebih area fungsi, seperti fungsi sosial atau
pekerjaan, atau cukup untuk menjamin perhatian medis.
f. Simtom tidak terbatas pada keluhan nyeri atau masalah pada fungsi
seksual, juga tidak dapat disebabkan oleh gangguan mental lain.
10
Akan tetapi, beberapa orang dengan gangguan konversi
menunjukkan ketidakpeduli an yang mengejutkan terhadap simtom-
simtom yang muncul, suatu fenomena yang diistilahkan sebagai la
belle indifference ( “ketidakpedulian yang indah”). 4
Gambaran klinis
Paralisis, buta dan mutisme adalah gejala yang paling lazim.
Berikut ini gejala2 berdasarkan pembagiannya.4
Gejala sensorik; anastesia dan parastesia terutama pada
ekstremitas, tuli, buta, serta penglihatan terowongan, gejala ini
dapat unilateral dan bilateral.
Gejala motorik; gerakan abnormal, gangguan berjalan, kelemahan
dan paralisis, tremor ritmis yang kasar, gerakan koreiform, “tic”,
dan sentakan dapat ada, gerakan memburuk ketika orang
memperhatikan pasien.
Gejala bangkitan; kejang semu, menggigit lidah, inkontenensia
urin, dan cedera setelah jatuh dapat terjadi kejang semu.4
Diagnosis banding
25 hingga 50 persen pasien digolongkan memiliki gangguan
konversi akhirnya didiagnosis gangguan medis nonpsikiatri atau
neurologis yang dapat menyebabkan gejala2 sebelumnya. Gangguan
neurologis seperti demensia, tumor otak, dan penyakit ganglia basalis.4
Prognosis
11
hingga 100 persen jika, onset awal, ada faktor presipitasi yang
jelas, intelegensia masih baik, segera dilakukan treatment. Prognosis
buruk jika terjadi hal sebaliknya.4
Terapi
Perbaikan gejala bisanya terjadi secara spontan, terapi perilaku
atau terapi suportif memberikan hasil yang baik. Pendekatan
psikoterapeutik mencakup psikoanalisis dan psikoterapi berorientasi
tilikan, semakin lama durasi penyakit pasien dan semakin banyak
mereka mengalami regresi, semakin sulit terapinya.4
I.3 Hipokondriasis
Definisi
Hipokondriasis adalah keterpakuan preokupasi pada ketakutan
menderita, atau keyakinan bahwa seseorang memiliki penyakit medis
yang serius, meski tidak ada dasar medis untuk keluhan yang dapat
ditemukan.istilah hipokodriasis berasal dari istilah medis kuno
hipokondrium dan mencerminkan keluhan abdomen yang lazim.4
Epidemiologi
Biasanya terjadi pada usia dewasa, rasio antara wanita dan pria sama.4
Etiologi
Gejala mencerminkan adanya kesalahan interpretasi gejala
tubuhnya
Permintaan untuk masuk ke peran sakit yang diciptakan untuk
menghadapi masalah yang cukup besar dan mungki ntidak
dapat di seleseikan.
12
Bentuk varian gangguan jiwa, seperti depresif dan gangguan
ansietas.
Keinginan agresif dan permusuhan terhadap orang lain di rubah
menjadi keluhan fisik. Seperti kekecewaan.4
Kriteria Diagnostik untuk Hipokondriasis
a. Perokupasi (keterpakuan) dengan ketakutan menderita, ide bahwa
ia menderita suatu penyakit serius didasarkan pada interpretasi
keliru orang tersebut terhadap gejala-gejala tubuh.
b. Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis
yang tepat
c. Tidak disertai dengan waham dan tidak terbatas pada kekhawatiran
tentang penampilan (seperti pada gangguan dismorfik tubuh).
d. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.
e. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan
kecemasan umum, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik,
gangguan depresif berat, cemas perpisahan, atau ga ngguan
somatoform lain.4
Diagnosis banding
Gangguan somatoform lainnya.4
Prognosis
1/3 hingga 1/5 pasien bisa sembuh, sebagian besar membaik
pada masa remaja akhir atau maa dewasa awal.4
Terapi
resisten terhadap psikiatri, psikoterapi kelompok sangat baik,
pememeriksaaan fisik yan gterjadwal rutin sering berguna untuk
13
meyakinkan psien bahwa dokter tidak mengabaikannya. Farmakoterapi
meringakan gejala hipokondriak hanya jik apsien memiliki keadaan
yang berespon terhadap obat yang mendasarinya.4
1.4 Gangguan Dismorfik Tubuh
Definisi
Gangguan dismorfik tubuh (body dismorphic disorder) terpaku
pada kerusakan fisik yang dibayangkan atau dibesar-besarkan dalam hal
penampilan mereka. Mereka dapat menghabiskan wak tu berjam-jam
untuk memeriksakan diri di depan cermin dan mengambil tindakan yang
ekstrem untuk mencoba memperbaiki kerusakan yang dipersepsikan.4
Epidemiologi
Pasien cenderung pergi ke dermatologis. Awitan usia yang paling
lazim ditemukan antara 15 dan 30 tahun dan perempuan lebih sering
terkena daripada laki-laki.4
Etiologi
Penyebab pasti sampai saat ini belum di ketahui.4
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Dismorfik Tubuh
a. Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukan
sedikit anomali tubuh, kekhawatiran orang tersebut menjadi
berlebihan.
b. Preokupasi menyebabkan Penderitaan yang bermakna secara klinis
atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting
lainnya.
c. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental
lain (misalnya, ketidakpuasan dengan bentuk dan ukuran tubuh pada
anorexia nervosa).4
14
Gambaran klinis
Kekhawatiran yang paling lazim mencakup ketidaksempurnaan
wajah, terutama meliputi anggota tubuh tertentu, kekhawatiran bersifat
samar dan sulit di mengerti, gejala lain misalnya mencakup gagasan
waham rujukan, baik mengaca berlebihan maupun menghindari
permukaan yang dapat memantul, serta menyembunyikan deformitas yang
di anggap. 1/3 pasien mengendap dirumah karen akhawatir di ejek dan 1/5
pasien mencoba bunuh diri.4
diagnosis banding
distorsi citra tubuh pada anoreksia nervosa, gangguan identitas
gender, dan beberapa jenis kerusakan otak tertentu.pertimbangan
diagnostik lain adalah gangguan kepribadian narsistik, gangguan
depresif,gangguang obsesif kompulsif, dan skizofenia.4
Prognosis
Tingkat kekhawatiran dapat membaik dan memburuk seiring
waktu, walaupun gangguan ini bisa menjadi kronis bila tidak di tangani.4
Terapi
Obat trisiklik dilaporkan berguna untuk aksus tertentu, obat yang
lebih spesifik – clomipramine dan fluoxetine efektif dalam mengurangi
gejala pada sedikitnya 50 persen pasien.4
1.5 Gangguan Nyeri
Definisi
DSM-IV-TR mendefenisikan gangguan nyeri sebagai adanya nyeri
yang merupakan “fokus dominan perhatian klinis”. Faktor
psikologis memerankan peranan yang penting di dalam gangguan tersebut.
15
Gejalanya adalah nyeri atau lebih pada satu tempat yang tidak ssutuhnya
disebabkan oleh keadaan medis atau neuropsikiatri, disertai dengan
emosional dan hendaya fungsional.4
Epidemiologi
Terjadi pada semua tingkatan usia, di USA 10-15% (7 juta) pasien
datang dengan keluhan nyeri punggung.4,5
Etiologi
Faktor psikodinamik; pasien dengan keluhan tanpa adanya penyebab
fisik dapat diidentifikasi dan adekuat mungkin secara simbolis
mengeskpresikan suatu konflik intrapsikis melalui tubuhnya. Dengan
memindahkan masalah ke tubuh, merek adpat merasakan bahwa merek
amemiliki tuntutan sah terhadap pemenuhan kebutuhan merek auntuk
bergantung. Nyeri dapat berfungsi suatu metode untuk memperoleh cinta,
hukuman untuk kesalahan, dan cara untuk memperbaiki rasa bersalah dan
rasa keburukan alami.4
Faktor perilaku; perilaku nyeri di dorong saar dihargai dan diabaikan
atau dihukum.
Faktor interpersonal; nyeri yang sulit di kendalikan telah di
konseptualisasikan untuk memanipulasi dalam hubungan interpesonal.
Faktor biologis; korteks serebri menghambat cetusan serat nyeri aferen,
serotonin mungkin neurotransmitter utama dalam jaras inhibisi desenden,
dan endorfin juga memainkan peran penting dalam modulasi nyeri sitem
saraf pusat.4
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Nyeri
a. Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis
16
b. Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
c. Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset,
kemarahan, eksaserbasi atau bertahannnya nyeri.
d. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat
(seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura).
e. Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood,
kecemasan, atau gangguan psikotik dan tidak memenuhi kriteria
dispareunia.4
Gambaran klinis
Pasien tidak menyusun suatu kelompok yang sama, tetapi
kumpulan orang yang heterogen dengan nyeri punggung bawah sakit
kepala, nyeri fisial atipical, nyeri pelvis kronis, dan jenis nyeri lain. Pasien
sering memiliki riwayat rawatan medis dan pembedahan yang panjang,
mereka mendatangi dan meminta banyak obat dengan dokter.4
Diagnosis banding
Diagnosis banding dapat dipersulit dilakukan karena pasien dengan
gangguan nyeri sering menerima kompensasi ketidakmampuan atau
keuntungan proses hukum.4
Prognosis
jika gejala terjadi < 6 bulan, cenderung baik, dan jika gejala terjadi
> 6 bulan, cenderung buruk (cenderung menjadi kronik).
Terapi
Farmakoterapi; obat nalgesik umumnya tidak membantu.
Antidepresan seperti trisiklik dan selective serotonin reuptake inhibitors
(SSRI), berguna.
17
Psikoterapi; psikoterapi psikodinamik membantu pasien dengan g
angguan nyeri, langkah utama ialah membangun hubungan terapeutik
yang solid melalui empati terhadap penderitaan pasien. Karena nyeri yang
dirasakn bagi apsien adalah nyata dan klinisi harus memahami tersebut.
Terapi lain; biofeedback dapat membantu dalam terapi, terutama
dengan migrain, nyeri miofisial, dan ketegangan otot.
Program pengendalian nyeri; kadang-kadang penting untuk
menyingkirkan pasien dari lingkungan sehari-hari mereka dan
menempatkan untuk program pengendalian nyeri rawat inap kompresif.4
1.6 Gangguan Somatoform yang Tidak Terinci
Defenisi
DSM-IV-TR, gangguan somatoform yang tidak terinci
didefenisikan sebagai efek fisik yang tidak dapat dijelaskan, berlangsung
sedikitnya selama 6 bulandan di bawah anmbang untuk mendiagnosis
gangguan somatisasi.
Epidemiologi,
Bervariasi, di USA 10%-12% terjadi pada usia dewasa, dan 20 %
menyerang wanita.
Etiologi
Secara pasti belum diketahui
18
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatoform yang Tidak
Digolongkan
a. Satu atau lebih keluhan fisik (misalnya kelelahan, hilangnya nafsu
makan, keluhan gastrointestinal atau saluran kemih)
b. Salah satu (1)atau (2)
1. ·Setelah pemeriksaan yang tepat, gejala tidak dapat dijelaskan
sepenuhnya oleh kondisi medis umum yang diketahui atau oleh
efek langsung dari suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat,
atau alkohol)
2. Jika terdapat kondisi medis umum yang berhubungan, keluhan
fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya
adalah melebihi apa yang diperkirakan menurut riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, atau temuan laboratonium.
c. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
Durasi gangguan sekurangnya enam bulan.
d. Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental
lain (misalnya gangguan somatoform, disfungsi seksual, gangguan
mood, gangguan kecemasan, gangguan tidur, atau gangguan psikotik).
e. Gejala tidak ditimbulkan dengan sengaja atau dibuat-buat (seperti
pada gangguan buatan atau berpura-pura)
Gejala klinis
Gejala harus menimbulkan distress emosi yang signifikan atau
mengganggu fungsi sosial mapupun pekerjaan mereka.
Prognosis
Bervariasi, sulit diprediksi karena prognosisnya bergantung pada
gejala yang lebih dominan.4
19
1.7 Gangguan Somatoform yang tidak tergolongkan
Gangguan Somatoform yang tidak tergolongkan adalah kategori
sisa untuk pasien yang tidak memiliki gejala yang tampaknya sesuai
dengan gangguan somatoform, tetapi tidak memenuhi kriteria diagnostik
spesifik gangguan somatoform lain. Pasien seperti ini dapat memiliki
gejala yang tidak mencakup dalam gangguan somatoform lain (contohnya
pseudosiesis) atau dapat tidak memenuhi kriteria 6 bulan gangguan
somatoform lain.4
20
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan Somatoform adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik
yang berulang-ulang disertai dengan permintaan pemeriksaan medik,
meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga sudah
dijelaskan oleh dokternya bahwa tidak ditemukan kelainan yang mendasari
keluhannya.
The Diagnostik and statistical manual of mental disorders DSM-
IV-TR memasukkan lima gangguan somatoform spesifik ;
1) gangguan somatisasi; di tandai dengan banyak keluhan fisik yang
mengenaibanyak sistem organ.
2) gangguan konversi; ditandai dengan satu atau dua keluhan
neurologis.
3) hipokondriasis; di tandai dengan lebih sedikit fokus gejala daripada
keyakinan pasien bahwa merek amemiliki suatu penyakit spesifik.
4) gangguan dismorfik tubuh; di tandai dengan keyakinan yang salah
atau persepsi yang berlebihan bahwa suatu bagian tubuhnya cacat.
5) gangguan nyeri; di tandai dengan gejala yang hanya di sebabkan
atau secara signifikan di perberat oleh faktor psikologis.
DSM-IV-TR juga memiliki dua kategori diagnostik sisa untuk
ganguan somatoform; (1) gangguan somatoform tak terinci; (2) gangguan
somatoform yang tidak tergolongkan.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I . 2001. Media Aesculapicus : Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura.
2. Departemen Kesehatan R.I. 1993.Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia III cetakan pertama. Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI : Jakarta
3. Kaplan, B.J., Sadock, V.A, 2007, Kaplan & Sadock’s Synopsis of
Psychiatry : Behavioral
4. Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa cetakan kesembilan.
Airlangga University Press : Surabaya
22
Recommended