View
96
Download
6
Category
Preview:
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan adanya infeksi oleh parasit Toxoplasma
gondii. Parasit Toxoplasma gondii merupakan golongan protozoa yang bersifat parasit
obligat intraseluler. Toksoplasmosis Okuler adalah kondisi medis yang ditandai dengan
infeksi parasit yaitu Toxoplasma gondii pada seseorang.
Diperkirakan 30-60% penduduk dunia terinfeksi oleh Toxoplasma gondii. Menurut
Rasmaliah (2003), infeksi ini tersebar di seluruh dunia, dimana manusia berperan sebagai
hospes perantara, kucing dan famili Felidae. lainnya merupakan hospes definitif. Angka
kejadian toksoplasmosis di Indonesia ditunjukkan dengan adanya zat anti T. gondii, pada
manusia adalah 2-63%, pada kucing 35-73%, babi 11-36%, kambing 11-61%, anjing 75% dan
pada ternak lain kurang dari 10% (Gandahusada, 2003). Menurut Ma’ruf dan Soemantri
(2003), angka kejadian infeksi toksoplasmosis di Sumatera Utara mencapai 69,86%. Infeksi
penyakit ini mempunyai prevalensi yang cukup tinggi, terutama pada masyarakat yang
mempunyai kebiasaan makan daging mentah atau kurang matang. Di Indonesia faktor-
faktor tersebut disertai dengan keadaan sanitasi lingkungan dan banyaknya sumber
penularan terutama kucing dan famili Felidae.
Dalam referat ini akan dijabarkan tentang infeksi parasit Toxoplasma gondii yang
merupakan infeksi pada sistemik dan infeksi pada mata secara khusus (toksoplasmosis
okuler).
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Toksoplasmosis okuler merupakan infeksi parasit Toxoplasma gondii yang menginvasi mata
penderita. Infeksi ini dikenal dengan nama Toksoplasmosis retino koroiditis yang merupakan
bagian dari uveitis posterior. 1,2
Uvea merupakan lapis vaskular mata yang terdiri dari iris, korpus siliaris dan koroid. Uveitis
ialah peradangan (inflamasi) pada uvea.
Uveitis atau peradangan uvea secara anatomi terbagi atas:
Uveitis anterior
o Iritis
Merupakan bentuk uveitis yang paling umum. Mempengaruhi kinerja iris dan
seringkali dihubungkan dengan kelainan-kelainan autoimun seperti
rheumatoid arthritis. Iritis mungkin berkembang tiba-tiba dan mungkin
berlangsung sampai 8 minggu, bahkan dengan perawatan.
o Iridoksiklitis
Inflamasi pada iridosiklitis terjadi pad iris dan pars plicata.
o Siklitis Anterior
Uveitis intermedia
o Siklitis posterior
o Hialitis
o Koroiditis
Peradangan pada lapisan di bawah retina. Kemungkinan juga disebabkan oleh
suatu infeksi seperti tubrkolosis.
o Korioretinitis
o Pars Planitis
Uveitis posterior
o Koroiditis Fokal, multifocal, atau difus
o Korioretinitis
o Retinokoroiditis
2
o Retinitis
Infeksi terjadi pada retina. Mempengaruhi belakang mata. Perkembangan
secara cepat sehingga mempersulit perawatan. Biasanya disebabkan oleh
virus shingles atau herpes dan infeksi bakteri seperti syphilis atau
toxoplasmosis.
o Neuroretinitis
Panuveitis
Infeksi pada panuveitis terjadi pada seluruh bagian uvea. 1,3
Uveitis secara etiologi terbagi atas eksogen dan endogen.
Uveitis eksogen
Uveitis terjadi karena trauma, invasi mikroorganisme atau agen lain dari luar tubuh,
karena trauma, operasi intraokuler, ataupun iatrogenik.
Uveitis endogen
o Uveitis terjadi karena mikroorganisme atau agen lain dari dalam tubuh
Berhubungan dengan penyakit sistemik, contoh: ankylosing
spondylitis
Infeksi
yaitu infeksi bakteri (tuberkulosis), jamur (kandidiasis), virus (herpes
zoster), protozoa (toksoplasmosis), atau roundworm toksokariasis)
o Uveitis spesifik idiopatik
yaitu uveitis yang tidak berhubungan dengan penyakit sistemik, tetapi
memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dari bentuk lain
(sindrom uveitis Fuch)
o Uveitis non-spesifik idiopatik
yaitu uveitis yang tidak termasuk ke dalam kelompok di atas. 1,3
3
Uveitis secara patologis terbagi atas uveitis non-granulomatosa dan granulomatosa.
Uveitis non-granulomatosa
o Infiltrasi dominan limfosit pada koroid.
o Umumnya tidak ditemukan organism pathogen dan berespon baik terhadap
terapi kortikosteroid sehingga diduga peradangan ini merupakan fenomena
hipersensitivitas.
Uveitis granulomatosa
o Koroid dominan sel epiteloid dan sel-sel raksasa multinukleus.
o Umumnya mengikuti invasi mikroba aktif ke jaringan oleh organism
penyebab. 1,3
Uveitis secara klinis terbagi atas akut, rekuren dan kronis
a) Uveitis akut
Karakteristik Episodenya: onset simptomatik yang tiba-tiba, durasi ≤3 bulan.
b) Uveitis rekuren
Episodenya berulang, dengan periode inaktivasi tanpa terapi ≥ 3 bulan.
c) Uveitis kronis
Uveitis berlangsung berbulan-bulan atau bertahun-tahun,seringkali onset tidak jelas
dan bersifat asimtomatik, dengan relaps < 3 bulan setelah terapi deihentikan. 1,3
Faktor Risiko terjadinya uveitis diantaranya:
a. Toksoplasmosis pada hewan peliharaan
b. Riwayat penyakit autoimun
c. Perokok
Berdasarkan penelitian dari University California San Francisco menyatakan bahwa di
dalam rokok ditemukan senyawa-senyawa tertentu yang ditemukan dalam bagian air
yang larut dalam asap rokok meliputi oksigen radikal bebas, yang dapat
menyebabkan peradangan pembuluh darah. Mengingan bahwa uveitis adalah hasil
dari kekebalan disregulasi, maka masuk akal bahwa rokok dapat berkontribusi pada
patogenesis uveitis.
4
Koroiditis adalah peradangan lapisan koroid bola mata yang ada dalam beberapa macam
bentuk atau jenis, diantaranya:
a. Koroiditis anterior yang merupakan radang koroid perifer.
b. Koroiditis areolar merupakan oroiditis yang bermula di daerah makula lutea dan
menyebar ke perifer.
c. Koroiditis difusa yang disebut juga sebagai koroiditis diseminata ditandai dengan adanya
bercak peradangan koroid yang tersebar di seluruh fundus okuli.
d. Koroiditis eksudatif merupakan koroiditis yang disertai dengan bercak-bercak eksudatif.
e. Koroiditis juksta papil. 1
Toksoplasma retino koroiditis (Toksoplasmosis Okuler)
Toksoplasmosis Okuler adalah kondisi medis yang ditandai dengan infeksi parasit yaitu
Toxoplasma gondii pada seseorang. Toksoplasmosis Okuler adalah salah satu penyebab
paling sering dari terjadinya uveitis posterior, yang merupakan peradangan pada bagian
belakang bola mata. Seringnya, seseorang tidak menyadari bahwa bahwa mereka terkena
Toksoplasmosis Okuler karena gejalanya tidak spesifik, seperti gejala flu biasa. Pada orang
sehat, kondisi ini dapat disembuhkan. Akan tetapi, pada ibu hamil yang sistem kekebalan
tubuhnya melemah, Toksoplasmosis Okuler dapat menyebabkan komplikasi, yang dapat
berakibat cacat lahir kongenital atau bahkan komplikasi yang mengancam jiwa. Secara
umum, terdapat dua tipe dari penyakit ini yang mengenai mata, Toksoplasmosis Okuler
kongenital dan didapat. Toksoplasmosis Okuler kongenital merupakan tipe Toksoplasmosis
Okuler yang paling sering dan biasanya disebabkan karena infeksi pada ibu sewaktu hamil.
Tergantung dari trimester kehamilan, hal ini dapat menyebabkan efek sistemik yang banyak
pada bayi baru lahir, seperti jaringan parut pada retina kedua bola mata. Di sisi lain,
Toksoplasmosis Okuler didapat disebabkan karena paparan kucing yang terinfeksi, menelan
daging mentah yang terkontaminasi atau transfusi darah. Hal ini sering terlihat pada
pemeriksaan mata rutin sebagai jaringan parut pada retina mata yang terkena. Individu yang
terkena direkomendasikan untuk segera mencari nasihat dan penanganan medis.
Toxoplasma jarang sekali meninvasi korpus vitreum karena sifatnya yang merupakan parasit
intraseluler. Retina merupakan bagian yang paling sering terinfeksi dan mengalami
kerusakan terparah. Pengetahuan mengenai sifat organisme maupun siklus hidupnya dapat
5
membantu menjelaskan perjalanan penyakit dan memudahkan seorang dokter untuk
menegakkan diagnosis. 1
Etiologi: Toxoplasma Gondii
Toxoplasma gondii adalah parasit intraseluler pada monosit dan sel-sel endothelial pada
berbagai organ tubuh. Toxoplasma berbentuk bulat atau oval yang ditemukan dalam jumlah
besar pada organ-organ tubuh seperti pada jaringan hati, limpa, sumsum tulang, paru-paru,
otak, ginjal, otot, jantung dan otot lainnya. Toxoplasma gondii pada tahun 1908 ertama kali
ditemukan pada binatang mengerat yaitu Ctenodactylus gundi di laboratorium di Tunisia
dan pada seekor kelinci di Brazil oeh Nicole dan Splendore. Pada tahun 1937 ditemukan
pada neonatus dengan ensefalitis. Pada tahun 1970 baru diketemukan daur hidup dari
parasit ini setelah diketahui fase seksualnya ada pada kucing. 2
Hospes definitif dari Toxoplasma gondii adalah kucing dan binatang sejenisnya dalam famili
Felidae. Hospes perantaranya adalah manusia, mamalia dan burung. Parasit ini dapat
menyebabkan toksoplasmosis kongenital dan toksoplasmosis akuisita.
Toxoplasma gondii terdapat dalam 3 bentuk yaitu bentuk trofozoit, kista, dan ookista.
Trofozoit yang membelah secara aktif disebut dengan takizoit. Takizoid ditemukan pada saat
infeksi akut dan dapat memasuki setiap sel yang berinti. Takizoit berukuran 4-8 mikron,
berinti dan berbentuk sabit dengan satu ujung runcing dan ujung lainnya membulat. Pada
manusia, takizoit adalah parassit intraseluar obligat. Takizoit berkembang biak dalam sel
secara endiogeni dan ketika sel penuh dengan takizoit sel akan pecah dan takizoit memasuki
sel disekitar sel yang pecah tersebut atau difagositosis oleh makrofag. Kista jaringan
dibentuk dalam sel hispes bila takizoit membelah dan membentuk dinding. Ukuran kista
berbeda-beda, dari yang kecil dan hanya mengandung beberapa organisme hingga
berukuran 200 mikron yang berisi 3000 organisme. Kista jaringan dapat itemukan dalm
hospes seumur hidup terutama di otak, otot jantung dan otot lurik. Di otak kista berbetuk
bulat sedang di otot bentuknya mengikuti otot. Ookista terbentuk di sel mukosa usus kucing
dan dikeluarkan bersamaan dengan feces kucing. Ookista menghasilkan 2 sporokista yang
masing-masing mengandung 4 sporozoit. 2
6
Dalam epitel usus kucing berlangsung siklus aseksual atau schizogoni dan siklus atau
gametogeni dan sporogoni yang menghasilkan ookista dan dikeluarkan bersama feces
kucing. Kucing yang mengandung toxoplasma gondii dalam sekali exkresi akan
mengeluarkan jutaan ookista. Bila ookista ini tertelan oleh hospes perantara seperti
manusia, sapi, kambing atau kucing maka pada berbagai jaringan hospes perantara akan
dibentuk kelompok-kelompok trofozoit yang membelah secara aktif. 2
Pada hospes perantara tidak dibentuk stadium seksual tetapi dibentuk stadium istirahat
yaitu kista. Bila kucing makan tikus yang mengandung kista maka terbentuk kembali stadium
seksual di dalam usus halus kucing tersebut. Toxoplasmosis gondii yang tertelan melalui
makanan akan menembus epitel usus dan difagositosis oleh makrofag atau masuk ke dalam
limfosit akibatnya terjadi penyebaran limfogen. Toxoplasmosis gondii akan menyerang
seluruh sel berinti, membelah diri dan menimbulkan lisis, sel tersebut destruksi akan
berhenti bila tubuh telah membentuk antibodi. 2
Jenis infeksi Toxoplasma gondii
a) Toksoplasmosis akuisita
Infeksi pada orang dewasa biasanya tidak diketahui karena jarang menimbilkan
gejala. Apabila seorang ibu hamil dengan infeksi primer, maka anak yang
dilahirkannya akan menderita toksoplasmosis kongenital. Manifestasi klinis yang
paling sering ditemukan pada toksoplasmosis akuisita akut adalah limfadenopati baik
servikal, supraklavikular, axial, ingunal maupun oksipital. Selain itu pasien mengeluh
adanya rasa lelah, demam, neyri otot dab sakit kepala. Gejala-gejala awal ini mirip
dengan mononukleosis infeksiosa. Terkadang dapat ditemukan adanya eksantem.
Retinokoroiditis pada masa pubertas dan dewasa diduga sebagai kelanjutan dari
infeksi kongenital yang merupakan reaktivasi dari infeksi laten. Toksoplasma juga
menyebabkan infeksi oportunistik yang disebabkan imunosupresif yang
berhubungan dengan transplantasi organ dan pengobatan keganasan. Enchepalitis
pada pasien dengan AIDS dan toksoplasma terjadi apabila CD4 kurang dari 100
sel/mm3. Selain itu pada pasien AIDS dan toksoplasma, dapat timbul korioretinitis
dan toksoplasmosis paru yang bermanifestasi sebagai pneumonia, konsolidasi dan
efusi pleura. 2,3
7
b) Toksoplasmosis kongenital
Gambaran toksoplasmosis kongenital dapat bermacam-macam seperti prematuritas,
retardasi pertumbuhan intrauterin, post-maturitas, retinokoroiditis, strabismus,
kebutaan, retatrdasi psikomotorik, mirosefalus atau hidrosefalus, kejang, hipotonus,
ikterus, anemia dan hepatosplenomegali. Namun pada infeksi toksoplasmosis,
semakin muda usia janin, saat terjadinya infeksi, semakin kecil presentasi janin
tersebut terinfeksi. 2,3
Manifestasi Klinis
Infeksi Toxoplasma gondii secara umum ditandai dengan gejala sistemik seperti demam,
malaise, nyeri sendi, pembengkakan kelenjar getah bening (toxoplasmosis limfonodosa
acuta). Gejala mirip dengan mononukleosis infeksiosa. 2
Pada infeksi akut Toxoplasma gondii di retina ditemukan peradangan fokal dengan edema
dan infiltrasi leukosit yang dapat menyebabkan kerusakan total pada proses penyembuhan
menjadi parut atau sikatriks dengan atrofi dari retina dan koroid disertai dengan
pigmentasi.1
Gambaran klinik toksoplasmosis okuler antara lain :
Gejala subyektif berupa :
1. Penurunan tajam penglihatan.
a. Lesi retinitis atau retinokoroiditis di daerah sentral retina yang disebut
makula atau daerah antara makula dan N. optikus yang disebut
papilomuskular/bundle.
b. Terkenanya nervus optikus.
c. Kekeruhan vitreus yang tebal. Edema retina
2. Biasa tidak ditemukan rasa sakit, kecuali bila sudah timbul gejala lain yang menyertai
yaitu iridosiklitis atau uveitis anterior yang juga disertai rasa silau. Pada keadaan
ini ,mata menjadi merah.
3. “Floaters” atau melihat bayangan-bayangan yang bergerak-gerak oleh adanya sel-sel
dalam korpus vitreus.
8
4. Fotopsia, melihat kilatan-kilatan cahaya yang menunjukkan adanya tarikan-tarikan
terhadap retina oleh vitreus.
Gejala obyektif berupa :
1. Mata tampak tenang. Pada anak-anak sering ditemukannya strabismus. Ini terjadi
bila lesi toksoplasmosis kongenital terletak di daerah makula yang diperlukan untuk
penglihatan tajam dan dalam keadaan normal berkembang sejak lahir sampai usia 6
tahun. Akibat adanya lesi, mata tidak dapat berfiksasi sehingga kedudukan bola mata
ini berubah ke arah luar.
2. Pada pemeriksaan oftalmoskop tampak gambaran sebagai berikut :
a. Retinitis atau retinikoroiditis yang nekrotik. Lesi berupa fokus putih
kekuningan yang soliter atau multipel, yang terletak terutama di polus
posterior, tetapi dapat juga di bagian perifer retina.
b. Papilitis atau edema papil. Kelainan vitreus atau vitritis
Pada vitritis yang ringan akan tampak sel-sel. Sering sekali vitritis
begitu berat, sehingga visualisasi fundus okuli terganggu.
c. Uveitis anterior atau iridosiklitis, dan skleritis
Gejala ini dapat mengikuti kelainan pada segmen posterior mata yang
mengalami serangan berulang yang berat. 1,4,5
Patofisiologi
Setelah invasi di usus, parasit memasuki sel berinti atau difagositosis atau berkembangbiak
di dalam sel. Perkembangbiakan dalam sel menyebabkan pecahnya sel dan parasit dapat
menginvasi dan menyerang sel-sel lain. Dengan adanya parasit dalam makrofag dan limfosit,
maka penyebaran parasit toksoplasma terjadi secara limfogen dan hematogen ke seluruh
tubuh. Parasitemia dapat terjadi selama beberapa minggu. Semua sel dalam tubuh hospes
dapat diinfeksi oleh parasit toksoplasma namun tidak dengan sel darah merah yang tidak
berinti. 2
Kista jaringan terbentuk apabila sudah ada kekebalan dan dapat ditemukan di berbagai
organ dan jaringan. Kerusaan pada jaringan tubuh bergantung pada usia dimana usia bayi
9
kerusakan yang didapatkan lebih berat dibandingkan orang dewasa, virulensi, jumlah parasit
dan organ yang diserang.
Diagnosis
Menegakkan diagnosis tokoplasmosis sulit dilakukan karena gejala klinisnya yang tidak
selalu jelas, dan bahkan banyak yang tidak menimbulkan gejala. Beberapa metode
pemeriksaan telah dikembangkan untuk mendiagnosa toksoplasmosis tetapi hasilnya masih
kurang memuaskan disamping biayanya masih sangat mahal. Sampai saat ini penyaringan
serum toksoplasmosis prenatal masih belum dapat dilakukan karena kesulitan teknik dalam
menginterpretasikan hasilnya. 2
Salah satu cara menegakkan diagnosis toksoplasmosis adalah dengan cara isolasi parasit
yang diambil dari darah, cairan serebrospinal atau biopsi yang kemudian diinokulasikan ke
dalam peritoneum tikus, hamster atau kelinci yang bebas dari infeksi toksoplasma. Diagnosis
prenatal dapat dilakukan dengan Chorionic Villus Sampling ( CVS ), kordosintesis,
amniosintesis yang kemudian dari hasil sampling tersebut dilakukan inokulasi pada
peritoneum tikus mencit untuk menemukan toksoplasma. Metode isolasi ini sekarang sudah
jarang dilakukan karena membutuhkan waktu yang lama dan kebanyakan laboratorium
rumah-sakit tidak mempunyai fasilitas untuk melakukan pemeriksaan tersebut.
Pada pemeriksaan secara makroskopis, plasenta yang terinfeksi biasanya membesar dan
memperlihatkan lesi yang mirip dengan gambaran khas dari eritroblastosis fetalis. Villi akan
membesar, oedematus dan sering immatur pada umur kehamilan. Secara histopatologis
yang ditemukan tergantung pada stadium parasit dan respon imun dari penderita.
Gambaran yang ditemukan dapat berupa gambaran normal sampai pada gambaran
hiperplasia folikel, dimana ditemukan peningkatan limfoblas retikuler ( sel imunoblas
besar ), sering didapatkan normoblas pada pembuluh darah, infiltrat sel radang subakut
yang bersifat fokal maupun difus, small clumps histiosit yang dapat ditemukan pada daerah
tepi dari sel-sel yang terinfeksi, menunjukkan gambaran agregasi, gambaran folikel yang
khas yang berhubungan dengan kenaikan titer serologi. Pada beberapa kasus dapat
ditemukan gambaran proliferatif dan nekrotik dari peradangan villi. Kadang-kadang
peradangan villi ditemukan dengan adanya limfosit, sel plasma, dan fibrosis.
10
Diagnosis dapat ditegakkan dengan adanya gambaran organisme dalam sel. Organisme sulit
ditemukan pada plasenta, tetapi bila ditemukan biasanya terdapat dalam bentuk kista di
korion atau jaringan subkorion. Identifikasi sering sulit, sebab sinsitium yang mengalami
degenerasi sering mirip dengan kista.
Pada neonatus dapat ditemukan gambaran seperti pada hepatitis, berupa gambaran
nekrosis sel hati, Giants cell, hematopoesis ekstranoduler, nekrosis adrenal. Pada susunan
syaraf pusat dapat ditemukan nodul mikroglial dengan takizoit, ulkus ependymal, radang
soliter akuaduktus dan atau ventrikel.
Pemeriksaan serologi saat ini merupakan metode yang sering digunakan. Meskipun
demikian pemeriksaan serologi untuk toksoplasma cenderung mengalami kesulitan dalam
pelaksanaannya. Beberapa metode pemeriksaan yang pernah dilakukan antara lain Sabin-
Feldman dye test, indirect fluorescent assays (IFA), indirect hemagglutination assays (IHA),
dan complement fixation test (CFT). Cara pemeriksaan yang baru dan saat ini sering
digunakan adalah dengan enzyme-linnked immunosorbent assay (ELISA). Kebanyakan
laboratorium saat ini sudah tidak menggunakan Sabin-Feldman dye test. Pemeriksaan –
pemeriksaan yang sering digunakan adalah dengan mengukur jumlah IgG , IgM atau
keduanya. Ig M dapat terdeteksi lebih kurang 1 minggu setelah infeksi akut dan menetap
selama beberapa minggu atau bulan. IgG biasanya tidak muncul sampai beberapa minggu
setelah peningkatan IgM tetapi dalam titer rendah dapat menetap sampai beberapa tahun. 2
Secara optimal, antibodi IgG terhadap toksoplasmosis dapat diperiksa sebelum konsepsi,
dimana adanya IgG yang spesifik untuk toksoplasma memberikan petunjuk adanya
perlindungan terhadap infeksi yang lampau. Pada wanita hamil yang belum diketahui status
serologinya, adanya titer IgG toksoplasma yang tinggi sebaiknya diperiksa titer IgM spesifik
toksoplasma. Adanya IgM menunjukkan adanya infeksi yang baru saja terjadi, terutama
dalam keadaan titer yang tinggi. Tetapi harus diingat bahwa IgM dapat terdeteksi selama
lebih dari 4 bulan bila menggunakan fluorescent antibody test , dan dapat lebih dari 8 bulan
bila menggunakan ELISA.
Diagnosis prenatal dari toksoplasmosis kongenital dapat juga dilakukan dengan
kordosintesis dan amniosintesis dengan tes serologi untuk IgG dan IgM pada darah fetus.
11
Adanya IgM menunjukkan adanya infeksi karena IgM tidak dapat melewati barier plasenta
sedangkan IgG dapat berasal dari ibu. Meskipun demikian antibodi IgM spesifik mungkin
tidak dapat ditemukan karena kemungkinan terbentuknya antibodi dapat terlambat pada
janin dan bayi.Akhir-akhir ini dikembangkan pemeriksaan IgG avidity untuk melihat
kronisitas infeksi, dimana semakin tinggi kadar afinitas semakin lama infeksi telah terjadi.
Pedoman yang dapat digunakan dalam menilai hasil serologi :
1. Infeksi primer akut dapat dicurigai bila
a. Terdapat serokonversi IgG atau peningkatan IgG 2-4 kali lipat dengan interval
2-3 minggu.
b. Terdapatnya IgA dan IgM positif menunjukkan infeksi 1-3 minggu yang lalu.
c. IgG avidity yang rendah.
d. Hasil Sabin-Feldman / IFA > 300 IU/ml atau 1 : 1000. IgM-IFA 1 : 80 atau IgM-
ELISA 2.600 IU/ml
2. IgG yang rendah dan stabil tanpa disertai IgM diperkirakan merupakan infeksi
lampau.
a. Ada 5 % penderita dengan IgM persisten yang bertahun-tahun akan positif.
b. Satu kali pemeriksaan dengan IgG dan IgM positif tidak dapat dipastikan
sebagai infeksi akut dan harus dilakukan pemeriksaan ulang atau
pemeriksaan lain. 2
Komplikasi
Toksoplasmosis Okuler dapat menyebabkan komplikasi sebagai berikut:
Kehilangan penglihatan
Kerusakan otak
Menyebabkan kematian dini
Resiko yang lebih tinggi untuk tuli
Penatalaksanaan
Obat yang dipakai sampai saat ini hanya untuk memberantas stadium takizoid dari parasit
Toxoplasma gondii dan tidak dapat digunakan untu stadium kista. Sehingga obat-obatan
12
yang digunakan hanya untuk mengatasi stadium awal atau akut dari infeksi parasit
toksoplasma dan tidak untuk stadium menahun atau kronis.
Beberapa macam obat yang digunakan adalah:
1. Pirimetamin dan Sulfonamid
Kedua obat ini bekerja secara sinergistik dan digunakan dalam bentuk kombinasi.
Pirimetamin menekan hemopoiesis dan menyebabkan trombositopenia dan
leukopenia. Sedangkan sulfonamid menyebabkan terjadinya trombositopenia dan
hematuria. Untuk mencegah efek ini, diberikan asam folinat atau ragi. Pirimetamin
bersifat teratogenik sehingga dikontraindikasikan dengan ibu hamil
2. Makrolid:
o Spiramisin
Merupakan makrolid yang tidak menembus plasenta. Digunakan untuk ibu
hamil dengan infeksi primer untuk mencegah transmisi parasit kedalam
tubuh janin. Bila janin telah terinfeksi, diberikan kombinasi pirimetamin,
sulfonamid dan asam folinat setelah kehamilan mencapai minggu ke 12 atau
18.
o Klindamisin
Terbukti efektif untuk pengobatan toksoplasmosis, namun efek samping
kurang disukai. Yaitu kolitis pseudomembranosa, kolitis ulserativa, sehingga
tidak dianjurkan untuk pengobatan bayi dan ibu hamil.
o Klaritromisin dan Azitromisin
Merupakan obat golongan makrolid lain yang dapat diberikan pada pasien
dengan infeksi parasit Toxoplasma gondii. Diberikan pada pasien yang
terinfeksi AIDS serta ensefalitis toksoplasmik dan dikombinasi dengan
pirimetamin.
3. Golongan Hidroksinaftokuinon
Atovakuone merupakan obat baru yang dikombinasikan dengan sulfadiazin atau
obat lain yang aktif terhadap Toxoplasma gondii, dan dalam penelitian dapat
membunuh stadium kista jaringan pada mencit.
13
Untuk peradangan pada mata, dapat diberikan kortikosteroid untuk mengurangi terjadinya
inflamasi. Namun kortikosteroid tidak dapat diberikan sebagai obat tunggal. 2
Pencegahan
Hindari kontak langsung dengan kucing liar karena mereka dapat membawa parasit
toxoplasma
Hindari memakan makanan mentah atau belum matang
Hindari meminum susu dan produk susu yang belum dipasteurisasi
Hindari paparan terhadap kotoran kucing
Mempraktekkan kebersihan pribadi yang baik. 2
Prognosis
Toksoplasmosis akut biasanya tidak fatal. Gejala klinis dapat dihilangkan dengan
pengobatan yang adekuat. Namun bila parasit menginvasi jaringan dalam fase kista jaringan,
maka parasit tidak dapat dibasmi dan dapat menyebabkan eksaserbasi akut. Toksoplasmosis
kongenital pada neonatal, bila toksoplasmosis berat biasanya meninggal. Bila tidak, akan
tetap hidup dengan infeksi menahun dan gejala sisa yang sewaktu-waktu dapat mengalami
eksaserbasi akut. Pengobatan spesifik hanya untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dan
bukan untuk menghilangkan gejala sisa. Ibu dengan toksoplasmosis dan telah melahirkan
anak dengan toksoplasmosis kongenital, untuk selanjutnya akan melahrikan anak yang
normal karena sudah memiliki zat anti. 2
14
Daftar Pustaka
1. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.
2. Sutanto I, Ismid IS, Sjariffudin PK, Sungkar S. Buku ajar parasitologi kedokteran. Edisi ke-
4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008.
3. Zierhut M,Deuter C,Murray PI. Clasiffication of uveitis – current guidelines. 2007.
Diunduh dari: http://www.touchophthalmology.com/system/files/private/articles/367/
pdf/zierhut.pdf.
4. Kadarisman, Rumita S. Gambaran klinik toksoplasmosis kongenital. Dalam: Kumpulan
makalah simposium toksoplasmosis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1990.
5. Morosidi SA, Paliyama MF. Ilmu penyakit mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Ukrida;
2011.
15
Recommended