69
BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN SECTIO CAESAREA a/i SEROTINUS A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Serotinus adalah persalinan melampaui umur hamil 42 minggu dan pada janin terdapat tanda postmaturitas (Manuaba, 2007). Serotinus menunjukkan kehamilan berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata- rata 28 hari (Prawirohardjo, 2008). Serotinus adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu (Hidayat, 2004). Serotinus adalah kehamilan yang berlangsung lebih lama dari 42 minggu, dihitung berdasarkan rumus Neagele dengan siklus haid rata – rata 28 hari (Mochtar, 2002). 12

Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

BAB II

TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN SECTIO CAESAREA a/i SEROTINUS

A. KONSEP DASAR

1. Pengertian

Serotinus adalah persalinan melampaui umur hamil 42 minggu dan

pada janin terdapat tanda postmaturitas (Manuaba, 2007).

Serotinus menunjukkan kehamilan berlangsung sampai 42 minggu

(294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut

rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari (Prawirohardjo,

2008).

Serotinus adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari

42 minggu (Hidayat, 2004).

Serotinus adalah kehamilan yang berlangsung lebih lama dari 42

minggu, dihitung berdasarkan rumus Neagele dengan siklus haid rata –

rata 28 hari (Mochtar, 2002).

2. Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita

a. Anatomi sistem reproduksi wanita

Organ reproduksi wanita terbagi atas 2 bagian, yaitu organ

reproduksi eksterna wanita (organ bagian luar) dan organ

reproduksi interna wanita (organ bagian dalam).

12

Page 2: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

1) Organ Reproduksi Eksterna Wanita

Gambar 1. Organ Reproduksi Eksterna Wanita (Wilson,2002)

Alat genetalia (reproduksi) wanita bagian luar :

a) Mons veneris

Di sebut juga gunung fenus merupakan bagian yang menonjol

di bagian depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit

jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh rambut yang

bentuknya segitiga.

b) Bibir besar (Labia Mayora)

Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong

kedua bibir ini di bagian bawah bertemu membentuk

perineum, permukaan terdiri dari:

13

Page 3: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

(1) Bagian luar :

Tertutup rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut

pada mons veneris.

(2) Bagian dalam

Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung

kelenjar sebasea (lemak).

c) Bibir kecil (Labia Minora)

Merupakan lipatan bagian dalam bibir besar tanpa rambut di

bagian atas klitoris bibir kecil bertemu membentuk prepusium

klitoridis dan di bagian bawahnya bertemu membentuk

prenulum klitoridis bibir ini mengeliling orivisium vagina.

d) Klitoris

(1) Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang

bersifat erektil.

(2) Mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf

sensoris sehingga sangat sensitif.

(3) Analok dengan penis pada laki-laki.

e) Vestibulum

Merupakan alat reproduksi yang di batasi oleh kedua bibir

kecil, bagian atas klitoris serta bagian belakang (bawah)

pertemuan kedua bibir kecil.

14

Page 4: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

Para vestibulum terdapat muara:

(1) Uretra

(2) Dua lubang saluran kelenjar bartholini

(3) Dua lubang saluran kelenjar skene

f) Hymen (Selaput Darah)

(1) Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat

rapuh dan mudah robek.

(2) Hymen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir

yang di keluarkan uterus dan darah saat menstruasi.

(3) Bila hymen tertutup menimbulkan gejala klinis setelah

mendapat menstruasi.

(4) Setelah persalinan sisanya disebut karukule hymenalis.

g) Kelenjar : bartholini, skene

(1) Kelenjar yang penting di daerah vulva dan vagina karena

dapat mengeluarkan lendir.

(2) Pengeluaran lendir meningkat saat hubungan seks.

15

Page 5: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

2) Organ Reproduksi Interna Wanita

Gambar 2. Organ Reproduksi Interna Wanita (Wilson,2002)

Alat genetalia (reproduksi) wanita bagian dalam :

a) Liang senggama (Vagina)

(1) Merupakan saluran muskulo membraneus yang

menghubungkan rahim dengan vulva.

(2) Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari

muskulus sfingter ani dan muskulus lefator ani oleh karena

itu dapat di kendalikan.

(3) Vagina terletak antara kandung kemih dan rectum.

(4) Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding

belakangnya sekitar 11 cm.

16

Page 6: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

(5) Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang

disebut rugae dan terutama di bagian bawah.

(6) Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks bagian dari

uterus.

(7) Bagian serviks yang menonjol kedalam vagina disebut

portio.

(8) Portio uteri membagi puncak vagina menjadi forniks

anterior, forniks posterior, forniks dekstra, dan forniks

sinistra.

(9) Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang

menghasilkan asam susu dengan ph 4,5. Keasaman vagina

memberikan proteksi terhadap infeksi.

Fungsi utama vagina:

(a) Saluran untuk mengeluarkan lendir dan darah

menstruasi.

(b) Alat hubungan seksual.

(c) Jalan lahir pada waktu persalinan.

b) Rahim (Uterus)

(1) Merupakan jaringan otot yang kuat terletak di pelvis minor

di antara kandung kemih dan rectum.

(2) Dinding belakang dan dinding depan dan bagian atas

tertutup peritoneum sedangkan bagian bawahnya

berhubungan dengan kandung kemih.

17

Page 7: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

(3) Bentuk uterus seperti bola lampu (buah pir) dan gepeng.

(4) Untuk mempertahankan posisinya uterus disangan

beberapa ligamentum, jaringan ikat, dan para metrium.

(5) Ukuran uterus tergantung dari usia wanita dan paritas

ukuran anak-anak 2-3 cm, nulipara 6-8 cm, dan multipara

9 cm.

(6) Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu peritoneum,

lapisan otot dan endometrium.

Uterus ini sebenarnya terapung-apung dalam rongga

pelvis dengan jaringan ikat dan ligamentum yang

menyokongnya sehingga mengfiksasi dengan baik,

ligamentum yang mengfiksasi uterus adalah :

(1) Ligamentum kardinale sinistrum et dekstrum yakni

ligamentum yang terpenting mencegah uterus supaya

tidak turun terdiri atas jaringan ikat tebal dan berjalan

dari serviks dan puncak vagina kearah lateral dinding

pelvis didalamnya ditemukan banyak pembuluh darah

antara lain vena dan arteria uterine.

(2) Ligamentum sakro uterium sinistrum et dekstrum

yakni ligamentum yang menahan uterus supaya tidak

banyak bergerak.

18

Page 8: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

(3) Ligamentum potundum sinistrum et dekstrum yakni

ligamentum yang menahan uterus dalam ante fleksi

dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan

kedaerah inguinal kiri dan kanan.

(4) Ligamentum latum sinistrum et dekstrum yakni

ligamentum yang meliputi tuba berjalan dari uterus

kearah sisi tidak banyak mengandung jaringan ikat.

(5) Ligamentum infundibulo-pelvikum yakni ligamentum

yang menahan tuba fallopi berjalan dari arah

infundibulum ke dinding pelvis (Wiknjosastro, 2002).

c) Tuba fallopi

Tuba fallopi terdiri atas :

(1) Pars intertisialis bagian yang terdapat pada dinding uterus.

(2) Pars ismika merupakan bagian medial tuba yang sempit

seluruhnya.

(3) Pars ampularis bagian yang berbentuk sebagai saluran

agak lebar tempat konsepsi terjadi.

(4) Infundibulum bagian ujung tuba yang terbuka ke arah

abdomen dan mempunyai fimbria (Wiknjosastro, 2002).

d) Ovarium (Indung telur)

Ovarium terdapat dua buah yaitu kanan dan kiri ovarium ke

arah uterus tergantung pada ligamentum infundibulifeltikum

dan melekat pada ligamentum latum melalui mesofarium.

19

Page 9: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

e) Parametrium jaringan ikat penyangga

Jaringan ikat yang terdapat di antara kedua lembar ligamentum

latum disebut parametrium yang dibatasi oleh :

(1) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalfing.

(2) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri.

(3) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.

(4) Bagian belakang terdapat ligamentum ovari proprium.

b. Fisiologi Alat Reproduksi Wanita

Fisiologi alat reproduksi wanita merupakan sistem yang

kompleks. Pada saat pubertas sekitar umur 13-16 tahun di mulai

pertumbuhan folikel primodial ovarium yang mengeluarkan

hormon estrogen. Pengeluaran hormon ini menunjukan tanda seks

sekunder pada wanita misalnya pengeluaran darah menstruasi

pertama (menarche). Selanjutnya menarche di ikuti menstruasi

yang tidak teratur karena folikel graf belum melepaskan ovum yang

disebut ovulasi. Pada usia 17-18 tahun menstruasi sudah teratur

dengan interval 28-30 hari yang berlangsung lebih kurang 2-3 hari

disertai dengan ovulasi sebagai pertanda kematangan alat

reproduksi wanita. Sejak saat itu wanita memasuki masa reproduksi

aktif sampai mencapai mati haid pada umur sekitar 50 tahun.

20

Page 10: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

Kejadian menarche dan menstruasi di pengaruhi beberapa faktor

yang mempunyai sistem tersendiri, yaitu:

1) Sistem susunan saraf pusat dan panca indranya.

2) Sistem hormonal: aksishipotalamo-hipofisis-ovarial.

3) Perubahan yang terjadi pada ovarium.

4) Perubahan yang terjadi pada uterus sebagai organ akhir.

5) Rangsangan estrogen dan progesteron pada panca indra

langsung pada hipothalamus dan melalui perubahan emosi

(Manuaba, 2007).

3. Etiologi

Menurut Sarwono (2008) sampai saat ini sebab terjadinya

kehamilan serotinus belum jelas. Beberapa teori yang diajukan pada

umumnya menyatakan bahwa terjadinya kehamilan serotinus sebagai

akibat gangguan terhadap timbulnya persalinan. Beberapa teori

diajukan antara lain sebagai berikut :

a. Pengaruh progesteron

Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya

merupakan kejadian perubahan endokrin yang penting dalam

memacu proses biomolekular pada persalinan dan meningkatkan

sensitivitas uterus terhadap oksitosin, sehingga beberapa penulis

menduga bahwa terjadinya kehamilan serotinus adalah karena

masih berlangsungnya pengaruh progesteron.

21

Page 11: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

b. Teori oksitosin

Pemakaian okitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan

serotinus memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara

fisiologis memegang peranan penting dalam menimbulkan

persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil

yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu

faktor penyebab kehamilan serotinus.

c. Teori Kortisol/ACTH janin

Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk

dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-

tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi

plasenta sehingga produksi progesteron berkurang dan

memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap

meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin

seperti anensefalus, hipoplasia adrenalin adrenal janin, dan tidak

adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol

janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat

berlangsung lewat bulan.

d.  Saraf uterus

Tekanan pada ganglion servilkalis dari pleksus Frankenhauser akan

membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada

tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat

22

Page 12: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

pendek dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai

penyebab terjadinya kehamilan serotinus.

e.  Herediter

Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami

kehamilan postterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan

lewat bulan pada kehamilan berikutnya.

4. Patofisiologi

Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga

tidak menyebabkan adanya his, dan terjadi penundaan persalinan.

Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup

memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai

resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim (Manuaba, 2007).

Sindroma postmaturitas yaitu kulit keriput dan telapak tangan

terkelupas, tubuh panjang dan kurus, vernic caseosa menghilang,

wajah seperti orang tua, kuku panjang, tali pusat selaput ketuban

berwarna kehijauan. Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada

kehamilan 34-36 minggu dan setelah itu terus mengalami penurunan.

Pada kehamilan postterm dapat terjadi penurunan fungsi plasenta

sehingga bisa menyebabkan gawat janin. Bila keadaan plasenta tidak

mengalami insufisiensi maka janin postterm dapat tumbuh terus namun

tubuh anak akan menjadi besar (makrosomia) dan dapat menyebabkan

distosia bahu.

23

Page 13: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

5. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejalanya menurut Prawihardjo, 2008 :

a. Terhadap Ibu

Pengaruh postmatur dapat menyebabkan distosia karena aksi uterus

tidak terkoordinir, maka akan sering dijumpai partus lama, dan

perdarahan postpartum.

b. Terhadap Bayi

Tanda postmatur dapat di bagi dalam 3 stadium:

1) Stadium I

Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi

berupa kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.

2) Stadium II

Gejala diatas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada

kulit.

3) Stadium III

Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat.

6. Pemeriksaan Penunjang

USG : untuk mengetahui usia kehamilan, dan melihat keadaan janin.

Amnioskopi : melihat kekeruhan air ketuban

Uji oksitosin : untuk menilai reaksi janin terhadap kontraksi uterus.

Kardiotokografi : untuk menilai ada tidaknya gawat janin.

24

Page 14: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

7. Penatalaksanaan Medik

a. Sectio Caesarea

1) Pengertian

Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan

membuat sayatan pada dinding uterus melalui depan perut,

atau disebut juga histeretomia untuk melahirkan janin dari

dalam rahim (Mochtar 2002).

2) Etiologi

Indikasi sectio caesarea :

a) Rupture uteri imminent

b) Fetal distress

c) Janin besar melebihi 400 gram

d) Perdarahan antepartum

Sedangkan indikasi lain yang menambah tingginya angka

persalinan sectio caesarea adalah :

a) Malpresentasi janin

(1) Letak lintang

Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea

adalah jalan / cara yang terbaik dalam melahirkan janin

dengan segala letak lintang yang janinnya hidup atau

besarnya biasa.

25

Page 15: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

(2) Letak belakang

Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak

belakang bila panggul sempit, primigravida, janin

besar.

b) Plasenta previa yaitu plasenta melekat pada ujung bawah

uterus sehingga menutupi serviks sebagian atau seluruhnya,

sehingga ketika serviks membuka selama persalinan ibu

dapat kehilangan banyak darah, hal ini sangat berbahaya

pada ibu maupun janin.

c) Partus lama

d) Preeklamsi dan eklamsi

e) Distosia serviks

3) Jenis-jenis operasi SC

a) Abdomen (SC Abdominalis)

(1) SC transperitonealis yaitu insisi yang dilakukan

menurut arah sayatan yaitu memanjang (vertical),

sayatan melintang (transversal) dan sayatan huruf T (T

inscision).

(2) SC ekstraperitonealis merupakan sectio caesarea tanpa

membuka peritoneum parietalis dengan tidak membuka

kavum abdominalis.

26

Page 16: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

b) Vagina (SC Vaginalis)

Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat

dilakukan apabila :

(1) Sayatan memanjang (longitudinal)

(2) Sayatan melintang (tranversal)

(3) Sayatan huruf T

c) Sectio Caesarea Klasik (korporal)

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada

korpus uteri kira-kira 10 cm.

Kelebihan :

(1) Mengeluarkan janin lebih memanjang

(2) Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik

(3) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangan :

(1) Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena

tidak ada reperitonial yang baik

(2) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture

uteri spontan.

d) SC Ismika Profunda

Dilakuan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada

segmen bawah rahim kira-kira 10 cm.

27

Page 17: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

Kelebihan :

(1) Penjahitan luka lebih mudah

(2) Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik

(3) Tumpang tindih dari peritonial flap baik sekali untuk

menahan isi uterus ke rongga perineum

(4) Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan rupture

uteri spontan lebih kecil.

Kekurangan :

(1) Luka dapat melebar ke kiri, kanan dan bawah sehingga

dapat menyebabkan arteri uteri putus yang akan

menyebabkan perdarahan banyak

(2) Keluhan utama pada kandung kemih post operasi tinggi.

4) Pemeriksaan Penunjang

a) Hemoglobin / Hematokrit ( hb / ht ) untuk mengkaji

perubahan dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek

kehilangan darah pada pembedahan

b) Leukosit mengidentifikasi adanya infeksi

5) Komplikasi

a) Perdarahan akibat atonia uteri atau banyak pembuluh darah

yang terputus dan terluka pada saat operasi.

b) Trauma kandung kemih akibat kandung kemih yang

terpotong saat melakukan sectio caesarea.

28

Page 18: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

c) Resiko rupture uteri pada kehamilan berikutnya karena jika

pernah mengalami pembedahan pada dinding rahim insisi

yang di buat menciptakan garis kelemahan yang sangat

beresiko untuk rupture pada persalinan berikutnya.

6) perawatan

Tindakan sectio caesarea atas indikasi serotinus

tetap menghadapkan ibu pada trias komplikasi, sehinggan

memerlukan observasi dengan tujuan agar dapat mendeteksi

kejadiannya lebih dini. Observasi trias komplikasi meliputi :

a) Kesadaran penderita

(1) Pada anastesi lumbal

Kesadaran penderita baik oleh karenya ibu dapat

mengetahui hampir semua operasi persalinan

(2) Pada anastesi umum

Pulihnya kesadaran oleh ahli telah diatur, dengan

memberika O2 menjelang akhir operasi

b) Mengukur dan memeriksa tanda-tanda vital

(1) Pengukuran :

(a) Tensi, nadi, suhu, dan pernapasan

(b) Keseimbangan cairan melalui produksi urine

(c) Pemberiam cairan pengganti sekitar 2000-2500 cc

dengan perhitungan 20 tetes/menit (= 1cc/menit).

(d) Infus setelah operasi sekitar 2x24 jam.

29

Page 19: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

(2) Pemeriksaan

(a) Paru-paru

- Bersihan jalan napas

- Ronchi basal, unutk mengetahui adanya edema

paru

(b) Bising usus, menandakan berfungsinya usus

(dengan adanya flatus)

(c) Perdarahan local pada luka operasi

(d) Kontraksi rahim, untuk menutup pembuluh darah

(e) Perdarahan pervaginam : evaluasi pengeluaran

lochea.

c) Provilaksis antibiotika

Infeksi selalu diperhitungkan dari adanya alat yang kurang

steril, infeksi asenden karena manipulasi vagina sehingga

pemberian antibiotika sangat penting untuk menghindari

terjadinya sepsis.

Pertimbangan pemberian antibiotika :

(1) Bersifat profilaksis, berpedoman pada hasil sensitivitas

(2) Bersifat terapi karena sudah terjadi infeksi

(3) Kualitas antibiotika yang akan diberikan

(4) Cara pemberian antibiotika

30

Page 20: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

d) Mobilisasi penderita

Konsep mobilisasi dini tetap memberikan landasan dasar,

sehingga pulihnya fungsi alat vital dapat segera tercapai.

(1) Mobilisasi fisik

- Setelah sadar pasien boleh miring

- Berikutnya duduk, bahkan jalan dengan infus

- Infus dan kateter pada hari kedua atau ketiga boleh

dilepas

(2) Mobilisasi usus

- Setelah hari pertama dan keadaan baik oleh

penderita boleh minum

- Diikuti makan bubur saring dan pada hari kedua dan

ketiga makan bubur biasa.

8. Komplikasi

Komplikasi pada Ibu:

a. Morbiditas / mortalitas ibu: Dapat meningkat sebagai akibat dari

makrosomia janin dan tulang tengkorak menjadi lebih keras yang

menyebabkan terjadi distosia persalinan, partus lama,

meningkatkan persalinan obstetric dan persalinan

traumatis/perdarahan post partum akibat bayi besar.

b. Aspek emosi: ibu dan keluarga menjadi cemas bilamana kehamilan

terus berlangsung melewati taksiran persalinan.

31

Page 21: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

Komplikasi pada Janin :

a. Oligohidramnion: air ketuban normal pada kehamilan 34-37

minggu adalah 1.000 cc, aterm 800 cc dan lebih dari 42 minggu

400 cc. Akibat oligohidramnion adalah amnion menjadi kental

karena mekonium (diaspirasi oleh janin), asfiksia intrauterine

(gawat janin), pada in partu (aspirasi air ketuban, nilai apgar

rendah, sindrom gawat paru, bronkus paru tersumbat sehingga

menimbulkan atelektasis).

b. Mekonium: mekonium keluar karena reflex vagus terhadap usus.

Peristaltic usus dan terbentuknya sfingter ani membuat mekonium

keluar. Aspirasi air ketuban yang disertai mekonium dapat

menimbulkan gangguan pernafasan bayi/janin, gangguan sirkulasi

bayi setelah lahir dan hipoksia intrauterine sampai kematian janin.

c. Makrosomia: dengan plasenta yang masih baik, terjadi tumbuh

kembang janin dengan berat 4500 gram yang disebut makrosomia.

Akibatnya terhadap persalinan adalah perlu dilakukan tindakan

operatif seksio sesaria, dapat terjadi trauma persalinan karena

operasi vaginal, distosia bahu yang menimbulkan kematian bayi

atau trauma jalan lahir ibu.

d. Dismaturitas bayi: pada usia kehamilan 37 minggu, luas plasenta

11 m2 selanjutnya terjadi penurunan fungsi sehingga plasenta tidak

berkembang atau terjadi klasifikasi dan aterosklerosis pembuluh

darah. Penurunan kemampuan nutrisi plasenta menimbulkan

32

Page 22: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

perubahan metabolisme menuju anaerob sehingga terjadi

dismaturitas.

9. Dampak Masalah Terhadap Perubahan Fungsi Sistem Tubuh

a. Sistem Pernapasan

Enam jam pertama bisa terjadi akumulasi sekret dijalan napas

akibat pengaruh anastesi mensupresi pusat napas, menyebabkan

peningkatan mukus, bunyi napas ronchi atau vesikuler, frekuensi

napas 16-24 kali permenit.

b. Sistem Kardiovaskuler

Perubahan otonom pada fungsi ventrikel atau perubahan

gelombang T, gelombang P tinggi dan distrithmia, vibrilasi atrium

dan ventrikel tachicardia. Perubahan aktivitas miocardial

mencakup peningkatan frekuensi jantung dan Central Venous

Pressure (CVP) abnormal. Dengan tidak adanya endogenous

stimulus saraf simpatis maka akan mempengaruhi penurunan

kontraktilitas ventrikel. Hal ini mengakibatkan terjadinya

penurunan CO2 dan peningkatan tekanan atrium kiri.

c. Sistem Pencernaan

Terjadi penurunan kerja peristaltik usus akibat efek anastesi, enam

jam pertama tidak diperbolehkan makan untuk mengurangi resiko

aspirasi, peristaltik lemah mempengaruhi kekuatan otot abdominal,

mual dan muntah post SC jarang ditemukan karena kemajuan

dibidang anastesi, 24 jam pertama klien dapat infus intravena untuk

33

Page 23: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

memenuhi kebutuhannya, klien dipuasakan sampai bising usus

positif, lakukan test feeding setelah bising usus positif.

d. Sistem Perkemihan

Anastesi dapat mengakibatkan hilangnya sensasi pada area bladder

sampai anastesi hilang, kateter dapat dilepas dari setelah 12 jam

operasi atau keesokan harinya.

e. Sistem Muskuloskeletal

Merasa tidak mampu mengerjakan sesuatu karena kelemahan fisik,

citra tubuh ibu menjadi rusak mengakibatkan ibu merasa sensitif

dan cepat tersinggung.

B. Tinjauan Teoritis tentang Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk

menetapkan, merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan

dalam rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatan

seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut dilakukan secara

berurutan, terus-menerus,saling berkaitan dan dinamis (Potter, 2005).

Tujuan proses keperawatan adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan

perawatan kesehatan klien, menentukan prioritas, menetapkan tujuan dan

hasil asuhan yang diperkirakan, menetapkan dan mengkomunikasikan

rencana asuhan yang berpusat pada klien, memberikan intervensi

keperawatan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan klien dan

mengevaluasi keefektifan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil dan

tujuan klien yang diharapkan (Potter, 2005).

34

Page 24: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan

dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan

diketahui berbagai permasalahan yang ada. Data yang dikumpulkan

adalah data subjektif dan data objektif. Metode yang digunakan adalah

melalui wawancara, ispeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi (Hidayat,

2004).

Adapun langkah-langkah dari pengkajian adalah sebagai berikut :

a. Pengumpulan Data

Merupakan upaya untuk mendapatkan data yang dapat

digunakan sebagai informasi tentang klien. Data yang dibutuhkan

tersebut mencakup data tentang bio-psiko-sosial dan spiritual dari

klien, data yang berhubungan dengan klien serta data tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang berhubungan dengan

klien seperti data tentang keluarga (Hidayat, 2004).

Data yang di kaji adalah sebagaoi berikut :

1) Identitas

a) Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama,

pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, tanggal

masuk, tanggal pengkajian, nomor medical record.

b) Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, alamat, serta hubungan dengan

klien.

35

Page 25: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

a) Riwayat sebelum masuk rumah sakit

Biasanya klien masuk sudah pecah ketubah dari rumah.

b) Keluhan utama

Keluhan utama klien biasanya nyeri pada daerah bekas

operasi.

c) Riwayat keluhan utama

Menggambarkan keluhan saat dilakukan pengkajian serta

menggambarkan kejadian sampai terjadi penyakit saat ini,

dengan menggunakan metode P, Q, R, S, T.

(1) P (Paralatif) : apa yang menyebabkan terjadinya nyeri

pada daerah abdomen, faktor pencetusnya adalah post

op sectio caesarea a/i serotinus.

(2) Q (Qualitatif/quantitatif) : bagaimana bentuk atau

gambaran keluhan yang dirasakan dan sejauh mana

tingkat keluhannya. Pada kasus post op sectio

caesarea a/i serotinus nyeri yang dirasakan :

berdenyut, tumpul atau tusukan.

(3) R (Region) : lokasi keluhan dirasakan dan

penyebarannya. Pada kasus post op sectio caesarea a/i

serotinus nyeri terjadi pada daerah abdomen dan

menyebar disekitarnya.

36

Page 26: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

(4) S (Skala) : intensitas keluhan apakah sampai

mengganggu atau tidak. Pada kasus post op sectio

caesarea a/i serotinus nyeri selalu mengganggu

dengan skala 6 (0-10).

(5) T (Timing) : kapan waktu mulai terjadi keluhan dan

berapa lama kejadian ini berlangsung. Pada kasus post

op sectio caesarea a/i serotinus biasanya nyeri setelah

operasi dan berlangsung terus-menerus sampai

keadaan luka membaik (Priharjo, 2002).

d) Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya klien belum pernah menderita penyakit yang

sama atau klien tidak pernah mengalami penyakit yang

berat atau suatu penyakit tertentu yang memungkinkan

akan berpengaruh pada kesehatan sekarang.

e) Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya pada klien dengan sectio caesarea tidak

tergantung dari keturunan. Biasanya juga tidak ada

anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.

37

Page 27: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

f) Riwayat Obstetri dan Ginekologi

(1) Riwayat Ginekologi

(a) Riwayat Menstruasi

Perlu dikaji usia pertama kali haid, siklus dan

lamanya haid, warna dan jumlah, HPHT dan

tafsiran kehamilan.

(b) Riwayat Perkawinan

Perlu dikaji usia saat menikah dan usia

pernikahan, pernikahan ke berapa bagi klien dan

suami.

(c) Riwayat Keluarga Berencana

Jenis kontrasepsi yang digunakan sebelum hamil,

waktu dan lamanya, apakah ada masalah, jenis

kontrasepsi yang akan digunakan.

(2) Riwayat Obstetri

Perlu dikaji riwayat kehamilan, persalinan dan nifas

yang lalu yang terdiri dari tahun persalinan, tempat

persalinan, umur kehamilan, jenis kelamin anak, BB

anak, keluhan saat hamil, dan keadaan anak sekarang.

3) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum : kilen dengan sectio caesarea akan

mengalami kelemahan.

b) Kesadaran : pada umumnya Compos Mentis

38

Page 28: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

c) Tanda-tanda vital : Hal-hal yang dilakukan pada

pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien post op sectio

caesarea biasanya tekanan darah menurun, suhu

meningkat, nadi meningkat, dan pernapasan meningkat.

d) Sistem Pernapasan

Pada klien dengan post op sectio caesarea biasanya

bentuk hidung simetris, tidak adanya secret pada lubang

hidung, pergerakan cuping hidung waktu bernapas baik,

gerakan dada saat bernapas simetris, ronchi (-), wheezing

(-), frekuensi dalam batas normal.

e) Sistem Indera

(1) Mata : pada klien post op sectio caesarea tidak ada

radang dan udema pada palpebra, sklera tidak ikterus,

konjungtiva tidak anemis, pupil isokor, pergerakan

bola mata baik, tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri

tekan serta tidak menggunakan alat bantu penglihatan.

(2) Hidung : pada klien postop sectio caesarea hidung

simetris kiri dan kanan tidak ada sekret dan tanda-

tanda radang, tidak ada benjolan dan tidak terdapat

nyeri tekan.

(3) Telinga : pada klien post op sectio caesarea tidak

terdapat pemasangan alat bantu pendengaran,

39

Page 29: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

pendengarannya baik, tidak ada benjolan serta tidak

ada nyeri tekan.

f) Sistem Kardiovaskuler

Biasanya pada klien post op sectio caesarea konjungtiva

pucat, warna bibir pucat, ada tidaknya peninggian vena

jugularis, auskultasi bunyi jantung pada daerah dada

normal dan pengukuran tekanan darah menurun.

g) Sistem Pencernaan

Biasanya pada klien dengan post sectio caesarea keadaan

mulut, gigi dan bibir kotor, peristaltik usus menurun,

adanya nyeri tekan.

h) Sistem Muskuloskeletal

Biasanya pada klien post sectio caesarea derajat Range Of

Montion pada tungkai bawah lemah , ketidaknyamanan

atau nyeri yang pada waktu bergerak, akibat adanya luka

post operasi, biasanya tonus dan kekuatan ototnya

menurun.

i) Sistem Persyarafan

(1) Kesadaran : Compos Mentis

(2) Status mental

(a) Klien dapat berorientasi terhadap orang, tempat,

dan waktu.

(b) Klien berbicara dengan jelas.

40

Page 30: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

(3) Tes fungsi kranial

(a) Nervus I (Olfaktorius)

Dapat membedakan bau.

(b) Nervus II (optikus)

Dapat membaca papan nama dalam jarak 30 cm.

(c) Nervus III, IV, VI (Okulomotorius, Troclearis,

dan Abdusen)

Fungsi koordinasi gerakan mata baik, dapat

menggerakkan bola mata ke arah sesuai petunjuk

pemeriksa, kontraksi pupil terhadap cahaya ada,

pupil mengecil saat terkena cahaya.

(d) Nervus V (Trigemius)

Dapat merasakan sentuhan dan dapat membuka

mulut dan mengunyah.

(e) Nervus VII (Facialis)

Dapat membuka mulut dan menjulurkan lidahnya,

dan dapat membedakan rasa.

(f) Nervus VIII (Akustikus)

Dapat mendengar dengan baik.

(g) Nervus IX (Glossofaringeus)

Dapat melakukan gerakan menelan.

41

Page 31: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

(h) Nervus X (Vagus)

Saat mengucapkan kata “ah” uvula tertarik ke atas

dan terlihat simetris.

(i) Nervus XI (Assesorius)

Mampu mengangkat bahu.

(j) Nervus XI (Hipoglosus)

Dapat menggerakakan lidahnya ke segala arah.

j) Sistem Perkemihan

Biasanya pada klien dengan post sectio caesarea tidak

terjadi pembengkakan pada kandung kemih karena

terpasang kateter, warna urine kuning pekat.

k) Sisrtem Reproduksi

(1) Payudara

Terlihat simetris antara kiri dan kanan, tampak

hiperpigmentasi pada areola mammae, puting susu

baik, konsistensi lembek.

(2) Abdomen (Uterus)

Pada klien pos op sectio caesraea konsistensi keras,

biasanya klirn meringis saat bergerak dan merubah

posisi, dan terdapat luka jahitan.

42

Page 32: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

(3) Vulva

Biasanya daerah vulva banyak darah, terdapat loche

rubra, tidak terdapat oedema pada labia mayora dan

minora.

l) Sistem Integumen

Biasanya pada klien dengan post sectio caesarea keadaan

kulit lembab, rambut dan kuku kotor.

m) Sistem Endokrin

Biasanya pada klien dengan post sectio caesarea tidak ada

pembesaran kelenjar tiroid, peneluaran ASI lancar dan

kontraksi uterus baik.

n) Sistem Imun

Biasanya pada klien dengan sectio caesarea tidak terdapat

pembesaran dan nyeri tekan pada kelenjar limfe.

4) Pola Aktivitas Sehari-hari

Perlu dikaji pola aktivitas klien selama di rumah sakit dan

pola aktivitas klien selama di rumah, terdiri atas :

a) Nutrisi : kaji adanya perubahan dan masalah dalam

memenuhi kebutuhan nutrisi karena kurangnya nafsu

makan, kehilangan sensasi kecap, menelan, mual dan

muntah.

43

Page 33: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

b) Eliminasi (BAB dan BAK) : bagaimana pola eliminasi

BAK dan BAB, apakah ada perubahan selama sakit atau

tidak.

c) Istrahat tidur : kesulitan tidur dan istrahat karena adanya

nyeri dan kejang otot.

d) Personal hygiene : klien biasanya memerlukan bantuan

orang lain untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya.

e) Aktivitas gerak : kaji adanya kehilangan sensasi atau

paralise dan kerusakan dalam memenuhi kebutuhan

aktivitas sehari-harinya karena adanya kelemahan.

5) Data Psikologi

Menurut Zaidin (2002), data psikologis mencakup :

a) Status emosi

Klien menjadi iritable atau emosi yang labil terjadi secara

tiba-tiba klien menjadi mudah tersinggung.

b) Konsep diri

(1) Body image : klien memiliki persepsi dan merasa

bahwa bentuk tubuh dan penampilan sekarang

mengalami penurunan, berbeda dengan keadaan

sebelumnya.

(2) Ideal diri : klien merasa tidak dapat mewujudkan cita-

cita yang diinginkan.

44

Page 34: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

(3) Harga diri : klien merasa tidak berharga, lain dengan

kondisinya yang sekarang, klien merasa tidak mampu

dan tidak berguna serta cemas dirinya akan selalu

memerlukan bantuan orang lain.

(4) Peran : klien merasa dengan kondisinya yang

sekarang, tidak dapat melakukan peran yang

dimilkinya baik sebagai orang tua, suami / istri

ataupun seorang pekerja.

(5) Identitas diri : klien memandang dirinya berbeda

dengan orang lain karena kondisi badannya yang

disebabkan oleh penyakitnya.

c) Pola koping

Klien biasanya tampak menjadi pendiam atau menjadi

tertutup.

6) Data Sosial

Klien dengan sectio caesarea cenderung tidak mau

bersosialisasi dengan orang lain yang disebabkan oleh rasa

malu terhadap keadaannya.

7) Data Spiritual

Perlu dikaji keyakinan klien tentang kesembuhannya

dihubungkan dengan agama yang dianut klien, dan

bagaimana persepsi klien tentang penyakitnya. Bagaimana

aktivitas spiritual klien selama menjalani perawatan di rumah

45

Page 35: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

sakit, dan siapa yang menjadi pendorong dan memotivasi

bagi kesembuhan klien.

8) Pemeriksaan penunjang

Kaji pemeriksaan darah hb, hematokrit, leukosit dan USG.

b. Pengelompokan Data

Pengelompokan data adalah mengelompakkan data-data

klien atau keadaan tertentu dimana klien mengalami

permasalahan kesehatan atau keperawatan berdasarkan kriteria

permasalahannya. Setelah dapat dikelompokkan, maka perawat

dapat mengidentifikasi masalah keperawatan klien dengan

merumuskannya. Adapun data-data yang muncul diklasifikasikan

dalan data subyektif dan data obyektif. Data subyektif adalah kata

yang diungkapkan atau dikeluhkan klien sedangkan data obyektif

adalah data yang diperoleh dari hasil observasi atau pengukuran

(Nursalam, 2002).

c. Analisa Data

Analisa data adalah proses intelektual yaitu kegiatan

mentabulasi, menyelidiki, mengklasifikasi dan mengelompkkan

data serta mengkaitkannya untuk menentukan kesimpulan dalam

bentuk diagnosa keperawatan, biasanya ditemukan data subjektif

dan objektif (Carpenito, 2002).

46

Page 36: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

Dalam analisa data mengandung 3 komponen utama yaitu :

1) Problem (P / masalah), merupakan gambaran keadaan dimana

tindakan keperawatan dapat diberikan.

2) Etiologi (E / penyebab), keadaan ini menunjukan penyebab

keadaan atau masalah kesehatan yang memberikan arah

terhadap terapi keperawatan.

3) Sign dan symptom (S / tanda dan gejala), adalah ciri tanda

dan gejala, yang merupakan suatu informasi yang diperlukan

untuk dapat merumuskan suatu diagnosis keperawatan.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan

respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang

perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya.

Respon aktual dan potensial klien didapatkan dari data dasar

pengkajian, tinjauan literatur yang berkaitan, catatan medis klien lalu

dan konsultasi dengan profesional lain, yang kesemuanya

dikumpulkan selama pengkajian (Potter, 2005).

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan

sectio caesarea a/i serotinus adalah :

a. Nyeri yang berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

pada dinding abdomen.

b. Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan adanya proses

pembedahan

47

Page 37: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

c. Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan tindakan

anastesi.

d. Gangguan pemenuhan ADL : defisit perawatan diri berhubungan

dengan penurunan ketahanan dan kekuatan.

e. Kurangnya pengetahuan mengenai periode pemulihan dan

kebutuhan perawatan bayi yang berhubungan dengan kurangnya

informasi dan tidak mengenal sumber-sumber.

f. Kecemasan berhubungan dengan ancaman konsep diri, perubahan

status kesehatan.

g. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan trauma mekanis,

efek-efek anastesi.

3. Perencanaan

Perencanaan keperawatan adalah menyusun rencana tindakan

keperawatan yang dilaksanakan untuk menanggulangi masalah dengan

diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan

terpenuhinya kebutuhan pasien.

a. Nyeri yang berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

pada dinding abdomen.

Tujuan : rasa nyaman terpenuhi dan tidak terasa nyeri.

48

Page 38: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

Kriteria :

1) Mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk

mengatasi nyeri / ketidaknyamanan nyeri dengan tepat.

2) Mengungkapkan berkurangnya nyeri

3) Tampak rileks, mampu tidur / istrahat dengan tepat.

Tabel 2. Intervensi dan rasional nyeri

Intervensi Rasional1. Tentukan karakteristik dan lokasi

ketidaknyamanan. Perhatikan isyarat verbal dan nonverbal seperti meringis, kaku dan gerakan melindungi atau terbatas.

2. Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan dan intervensi yang tepat.

3. Observasi tanda-tanda vital.

4. Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya karakteristik nyeri klien : perhatikan infus oksitosin pasca operasi.

1. Klien mungkin tidak secara verbal melaporkan nyeri dan ketidaknyamanan secara langsung. Membedakan karakteristik khusus dari nyeri, membantu membedakan nyeri pasca operasi dari terjadinya komplikasi.

2. Meningkatkan pemecahan masalah, membantu mengurangi nyeri berkenaan dengan ansietas dan ketakutan.

3. Pada banyak klien, nyeri dapat menyebabkan gelisah serta dapat meningkatkan TD dan nadi.

4. Selama 12 jam pertama pasca partum kondisi uterus kuat dan teratur dan ini berlanjut selama 2 sampai tiga 3 hari berikutnya, meskipun frekuensi dan intesitasnya dikurangi.

b. Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan adanya proses

pembedahan.

Tujuan : Infeksi tidak terjadi

49

Page 39: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

Kriteria :

1) Menunjukkan luka bebas dari drainage purulen dengan tanda

awal penyembuhan, uterus lunak / tidak nyeri tekan, dengan

aliran dan karakter lochea normal.

2) Bebas dari infeksi, dan tidak demam.

Tabel 3. Intervensi dan rasional resiko infeksi

Intervensi Rasional 1. Anjurkan dan gunakan tekhnik

mencuci tangan dengan cermat dan pembuangan pengalas kotoran, pembalut perineal, dan linen terkontaminasi dengan tepat.

2. Tinjau ulang Hb / Ht prenatal : perhatikan adanya kondisi yang mempredisposisikan klien pada infeksi pasca operasi.

3. Observasi suhu tubuh.

4. Memberikan obat antibiotik

1. Membantu mencegah dan membatasi penyebaran infeksi.

2. Anemia dan persalinan yang lama sebelum kelahiran caesarea meningkatkan resiko infeksi dan perlambatan penyembuhan.

3. Dengan peningkatan suhu tubuh dapat diketahui adanya proses infeksi.

4. Antibiotik efektif untuk mencegah infeksi.

c. Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan tindakan

anastesi.

Tujuan : konstipasi tidak terjadi

Kriteria :

1) Mendemonstrasikan kembali motilitas usus dibuktikan oleh

bising usus aktif dan keluarnya flatus.

2) Mendapatkan kembali pola eliminasi biasanya / optimal dalam

empat hari pasca partum.

50

Page 40: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

Tabel 4. Intervensi dan rasional gangguan eliminasi : konstipasi

Intervensi Rasional 1. Auskultasi bising usus setiap 4 jam

setelah kelahiran caesarea.

2. Palpasi abdomen, perhatikan distensi atau ketidaknyamanan.

3. Anjurkan cairan oral yang adekuat. Anjurkan vdiet makanan kasar dan buah-buahan dan sayuran dengan bijinya.

4. Anjurkan latihan kaki dan pengencangan abdominal, tingkatkan ambulasi dini.

5. Kolaborasi pemberian pelunak feses

1. Menentukan kesiapan terhadap pemberian makan peroral dan kemungkinan terjadinya komplikasi.

2. Menandakan pembentukan gas dan akumulasi atau kemungkinan ileus paralitik.

3. Makanan kasar (buah, sayur khususnya kulit dan bijinya) dan meningkatnya cairan, merangsang eliminasi dan mencegah terjadinya konstipasi.

4. Latihan kaki mengencangkan otot-otot abdomen dan memperbaiki motolitas abdomen. Ambulasi progresif setelah 24 jam meningkatkan peristaltik dan pengeluaran gas dan menghilangkan atau mencegah nyeri karena gas.

5. Melunakkan feses, merangsang peristaltik dan membantu mengembalikan fungsi usus.

d. Gangguan pemenuhan ADL : defisit perawatan diri berhubungan

dengan keterbatasan gerak akibat nyeri.

Tujuan : perawatan diri klien teratasi

Kriteria : Penampilan klien rapi

Tabel 5. Intervensi dan rasional defisit perawatan diri

Intervensi Rasional1. Kaji kemampuan klien untuk

merawat diri.2. Bantu klien untuk memenuhi

personah hygiene dengan cara memandikan

3. Beri HE pada klien dan keluarga tentang pentingnya perawatan diri

1.Untuk mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan perawatan diri.

2.Memberikan rasa nyaman kepada klien dan mempertahankan kebersihan diri.

3.Agar klien dan keluarga dapat memahami tentang pentingnhya perawatan diri.

51

Page 41: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

e. Kurangnya pengetahuan mengenai perubahan fisiologis, periode

pemulihan dan kebutuhan perawatan bayi yang berhubungan

dengan kurangnya informasi dan tidak mengenal sumber-sumber.

Tujuan : tidak terjadi kesalahan interpretasi terhadap perubahan

fisiologis.

Krtiteria :

1) Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan fisiologis,

kebutuhan-kebutuhan individu.

2) Melakukan aktivitas-aktivitas / prosedur yang perlu dengan

benar dan penjelasan untuk alasan tindakan.

Tabel 6. Intervensi dan rasional kurang pengetahuan

Intervensi Rasional1. Kaji kesiapan dan motivasi klien

untuk belajar. Bantu klien dalam mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan.

2. Berikan rencana penyuluhan tertulis.

3. Berikan informasi yang berhubungan dengan perubahan fisiologis dan psikologis yang normal berkenaan dengan kelahiran caesarea dan kebutuhan berkenaan dengan periode paska partum.

4. Demonstrasikan teknik-teknik perawatan bayi.

1. Periode paska partum dapat menjadi pengalaman postif bila kesempatan penyuluhan diberikan untuk membantu mengembangkan pertumbuhan ibu, maturasi dan kompetensi.

2. Membantu menjamin kelengkapan informasi yang diterima orang tua dan menurunkan konfusi klien yang disebabkan oleh desiminasi nasihat atau informasi yang menimbulkan konflik.

3. Membantu klien mengenali perubahan normal dari respon-respon abnormal yang mungkin memerlukan tindakan.

4. Membantu orang tua dalam penguasaan tugas-tugas baru.

52

Page 42: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

f. Kecemasan berhubungan dengan ancaman konsep diri, perubahan

status kesehatan.

Tujuan : rasa aman klien terpenuhi dengan cenas hilang

Kriteria :

1) Mengungkapkan kesadaran akan perasaan ansietas.

2) Kelihatan rileks, dapat tidur / istrahat dengan benar.

Tabel 7. Intervensi dan rasional kecemasan

Intervensi Rasional1. Kaji tingkat kecemasan klien.

2. Dorong klien atau pasangan untuk mengungkapkan perasaan.

3. Bantu klien atau pasangan dalam mengidentifikasi mekanisme koping yang lazim dan perkembangan strategi koping baru jika dibutuhkan.

4. Berikan informasi yang akurat tentang keadaan klien dan bayi.

5. Mulai kontak antara klien / pasangan dengan bayi segera mungkin.

1. Untuk mengetahui tingkat kecemasan ringan, sedang, berat sehingga memudahkan untuk menentukan intervensi.

2. Klien akan merasa lega setelah mengungkapkan perasaannya.

3. Membantu memfasilitasi adaptasi positif terhadap peran baru : mengurangi perasaan ansietas.

4. Khayalan yang disebabkan oleh kurangnya informasi atau kesalah pahaman dapat meningkatkan tingkat kecemasan.

5. Mengurangi ansietas yang mungkin berhubungan dengan penanganan bayi.

g. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan trauma mekanis,

efek-efek anastesi.

Tujuan : perubahan eliminasi urine teratasi.

Kriteria :

1) Mendapatkan pola berkemih yang biasa / optimal setelah

pengangkatan kateter.

2) Mengosongkan kandung kemih pada setiap berkemih.

53

Page 43: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

Tabel 8. Intervensi dan rasional perubahan pola elimiasi urine

Intervensi Rasional 1. Perhatikan pola berkemih dan

awasi keluaran urine.

2. Kaji karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan bau.

3. Palpasi kandung kemih, selidiki keluhan ketidaknyamanan kemampuan berkemih.

4.Berikan perawatan kebersihan perineal dan perawatan kateter bila ada.

5.Berikan tindakan berkemih rutin, contoh privasi, posisi normal, aliran air pada baskom, penyiraman air hangat pada perineum.

1. Dapat mengindikasikan retensi urine bila berkemih dengan sering dalam jumlah sedikit / kurang (<100ml).

2. Retensi urine, drainase vaginal dan kemungkinan adanya kateter intermiten / tak menetep meningkatkan resiko infeksi, khusunya bila pasien mempunyai jahitan perineal.

3. Persepsi kandung kemih penuh, distensi kandung kemih diatas simphisis pubis menunjukkan retensi urine.

4. Meningkatkan kebersihan menurunkan resiko ISK..

5. Meningkatkan relaksai otot perineal dan dapat mempermudah upaya berkemih.

4. Implementasi

Pelaksanaan/implementasi adalah inisiatif dari rencana

tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan

dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukan pada perawat

untuk membuat klien dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh

karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk

memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan

klien. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan

kesehatan, pencegahan penyakit dan pemulihan (Nursalam, 2002).

54

Page 44: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi

menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah

direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati

dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Dalam

evaluasi, proses perkembangan klien dinilai selama 24 jam terus-

menerus yang ditulis dalam bentuk catatan atau laporan keperawatan

yang ditulis oleh perawat jaga sebelum mengakhiri jam dinasnya

(Hidayat, 2004).

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP

sebagai pola pikir yaitu sebagai berikut :

S : Respon subyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan.

O : Respon obyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan.

A : Analiasa ulang atas data subyektif dan data obyektif untuk

menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau ada masalah baru.

P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa data pada

respon.

55

Page 45: Bab ii. tinjauan teori serotinus docx

Oleh karena itu perlu diadakan pengkajian ulang dengan

mengajukan pertanyaan yang berdasarkan tujuan rencana keperawatan

yaitu:

a. Apakah kebutuhan rasa nyaman nyeri teratasi ?

b. Apakah terdapat tanda-tanda infeksi ?

c. Apakah gangguan pola eliminasi BAB tetasi ?

d. Apakah kebutuhan perawatan klien terpenuhi ?

e. Apakah kurang pengetahuan klien teratasi ?

f. Apakah kecemasan klien teratasi ?

g. Apakah perubahan eliminasi urine teratasi ?

56