Upload
dimdimdimaaar
View
43
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
DOPS
POST-TERM
Penguji : dr. Hamidun Kosim, Sp.OG
disusun oleh:
Fitriana Indah K
01.207. 5488
KEPANITRAAN KLINIK
ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
RS ISLAM SULTAN AGUNG
PERIODE 4 JULI – 3 SEPTEMBER 2011
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG2011
1
POST-TERM
Definisi
Kehamilan lewat bulan (post-term) ialah kehamilan yang berlangsung lebih dari
perkiraan hari taksiran persalinan yang dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT),
dimana usia kehamilannya telah melebihi atau sama dengan 42 minggu (>294 hari). Istilah
postterm, memanjang, lewat tanggal dan postmatur sering digunakan untuk menyebutkan
kehamilan yang sudah melampaui masa kehamilan yang dianggap berada di atas batas
normal. Definisi standar yang direkomendasikan secara internasional untuk kehamilan
memanjang, didukung oleh American College of Obstetricians and Gynecologist(1997)
adalah 42 minggu lengkap (294 hari) atau lebih sejak hari pertama haid terakhir.
Insiden
Angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10%, bervariasi antara 4-14%
(Bakketeig and Bergsjo, 1991). Data statistik menunjukkan, angka kematian dalam
kehamilan lewat waktu lebih tinggi ketimbang dalam kehamilan cukup bulan, dimana angka
kematian kehamilan lewat waktu mencapai 5 - 7 %. Variasi insiden postterm berkisar antara
2-31,37%. Di Amerika Serikat, sekitar 8% diantara 4 juta bayi yang lahir pada tahun 1997
diperkirakan dilahirkan pada 42 minggu atau lebih. Sedangkan di Norwegia, insiden
kelahiran postterm meningkat dari tahun ke tahun dan pada tahun 1997 dari 10% meningkat
menjadi 27%. Mogren dkk, (1997) melaporkan bahwa jika seorang ibu telah mengalami
kehamilan memanjang pada anak perempuannya, maka risiko kehamilan memanjang pada
kehamilan anak perempuan berikutnya akan meningkat dua sampai tiga kali lipat.
Etiologi
Etiologi pasti terjadinya kehamilan postterm belumlah jelas. Beberapa teori terjadinya
kehamilan postterm kemudian diajukan dan mengarahkan bahwa kehamilan postterm adalah
sebagai akibat gangguan terhadap timbulnya persalinan.
1. Pengaruh progesteron
yaitu kadar progesterone tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan,
sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Akibat kepekaan uterus
terhadap oksitosin yang berkurang akan menyebabkan kontraksi uterus menurun
dan menyebabkan rangsangan persalinan tertunda.
2
2. Teori Oksitosin
Pelepasan hormon oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil aterm kemudian akan
menimbulkan rangsang uterus dan akan menimbulkan proses persalinan. Sehingga
apabila proses neuroendokrin ini berkurang dan menyebabkan pelepasan hormon
tersebut berkurang atau terlambat maka masa kehamilan akan diperpanjang dan
proses persalinan tertunda. Hal ini kemudian menjadi alasan mengapa induksi
yang dilakukan untuk merangsang proses persalinan dengan menggunakan
oksitosin seringkali berhasil dilakukan.
3. Teori Kortisol/ACTH
Dalam teori ini diajukan bahwa pemberi tanda untuk dimulainya terjadi persalinan
adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin.
Kadar kortisol janin kemudian akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi
progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya
berpengaruh terhadap peningkatan prostaglandin. Prostaglandin kemudian dapat
merangsang kontraksi uterus dan merangsang proses persalinan. Pada keadaan
cacat bawaan janin, seperti anensefalus, hipoplasia adrenal janin dan tidak adanya
kelenjar hipofisis pada janin akan menghambat jalur kortisol janin ini dan kortisol
tidak dapat diproduksi dan akan menyebabkan kehamilan akan berlangsung lewat
bulan.
4. Saraf uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhausser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan kelainan letak bayi, tali pusat
pendek dan bagian bawah masih tinggi dapat menjadi penyebab kehamilan
postterm.
5. Herediter
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada insiden terjadinya kehamilan
postterm oleh Mogren (1997) bahwa bila seorang ibu mengalami kehamilan
postterm saat melahirkan anak perempuannya, maka probabilitas anak
perempuannya itu akan mengalami kehamilan postterm dua sampai tiga kali
lipatnya.
Resiko
Risiko kehamilan lewat waktu antara lain adalah gangguan pertumbuhan janin, gawat
janin, sampai kematian janin dalam rahim. Resiko gawat janin dapat terjadi 3 kali dari pada
3
kehamilan aterm. Kulit janin akan menjadi keriput, lemak di bawah kulit menipis bahkan
sampai hilang, lama-lama kulit janin dapat mengelupas dan mengering seperti kertas
perkamen. Rambut dan kuku memanjang dan cairan ketuban berkurang sampai habis. Akibat
kekurangan oksigen akan terjadi gawat janin yang menyebabkan janin buang air besar dalam
rahim yang akan mewarnai cairan ketuban menjadi hijau pekat.
Pada saat janin lahir dapat terjadi aspirasi (cairan terisap ke dalam saluran napas) air ketuban
yang dapat menimbulkan kumpulan gejala MAS (meconeum aspiration syndrome). Keadaan
ini dapat menyebabkan kematian janin. Komplikasi yang dapat mungkin terjadi pada bayi
ialah suhu yang tidak stabil, hipoglikemia, polisitemia, dan kelainan neurologik.
Kehamilan lewat bulan dapat juga menyebabkan resiko pada ibu, antara lain distosia karena
aksi uterus tidak terkoordinir, janin besar, dan moulding (moulage) kepala kurang. Sehingga
sering dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, dan perdarahan
postpartum.
Angka kematian perinatal pada usia kehamilan postterm di Swedia pada tahun 1987-
1992 menunjukkan angka yang tinggi pada kehamilan > 43 minggu yakni 1,89 kali lebih
besar dibandingkan pada kehamilan 42 minggu. Di Dubin tahun 1992, yakni di National
Maternity Hospital pada 62.804kelahiran bayi mengalami kematian perinatal yang cukup
tinggi, lebih dari tiga perempatnya disebabkan oleh asfiksia intrapartum dan aspirasi
mekoneum.
Clifford (1954) menggambarkan suatu sindrom klinis yang dapat dikenali pada
beberapa bayi yang dilahirkan setelah aterm dan banyak mematahkan pendapat obstetrik
yang berlaku bahwa tidak ada kehamilan manusia yang memanjang (Calkins, 1948). Sindrom
ini kemudian disebut sindrom postmatur. Pada stadium ini dibagi menjadi 3 tahapan :
Stadium 1 : cairan amnion jernih
Stadium 2 : cairan amnion hijau
Stadium 3 : cairan amnion berwarna kuning hijau
Bayi postmatur menunjukkan gambaran yang unik dan khas. Gambaran ini berupa kulit
keriput, mengelupas lebar-lebar, badan kurus yang menunjukkan pengurangan energi dan
maturitas lanjut karena bayi tersebut membuka mata.
Diagnosis
Diagnosis kehamilan lewat waktu biasanya dari perhitungan rumus Naegele setelah
mempertimbangkan siklus haid dan keadaan klinis. Bila ada keraguan, maka pengukuran
tinggi fundus uterus serial dengan sentimeter akan memberikan informasi mengenai usia
4
gestasi lebih tepat. Keadaan klinis yang mungkin ditemukan ialah air ketuban yang berkurang
dan gerakan janin yang jarang.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam mendiagnosis kehamilan lewat
waktu, antara lain:
1. Riwayat Haid
HPHT jelas.
Siklus haid 28 hari dan teratur
Tidak minum pil KB setidaknya 3 bulan terakhir.
2. Riwayat pemeriksaan antenatal
3. Tes kehamilan
Tes kehamilan (urin) sudah positif dalam 6 minggu pertama telat haid.
Gerak janin : Dirasakan gerakan janin pada umur kehamilan 16-18 minggu pada
multigravida dan 18-22 minggu pada primiigravida.
DJJ : Terdengar denyut jantung janin (normal 10-12 minggu dengan Doppler,
dan 19-20 minggu dengan fetoskop).
Kehamilan dapat dinyatakan postterm bila didapat 3 atau lebih dari 4 kriteria
hasil pemeriksaan sebagai berikut :
Telah lewat 36 minggu sejak tes kehamilan positif
Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar Doppler
Telah lewat 32 minggu sejak dirasakn gerak janin pertama kali
Telah lewat 32 minggu sejak terdengarnya pertama kali DJJ pertama kali
dengan stetoskop Laennac.
4. Tinggi Fundus Uteri
Lebih dari 20 minggu tinggi fundus uteri dapat menentukan usia kehamilan secara kasar.
5. Pemeriksaan USG
Umur kehamilan yang sudah ditetapkan dengan USG pada umur kehamilan kurang dari
atau sama dengan 20 minggu. Pada usia 16-26 minggu, ukuran diamter biparietal dan
panjang femur memberikan ketepatan sekitar 7 hari dari taksiran persalinan.pemeriksaan
USG pada trimester III dapat digunakan untuk menentukan berat janin, keadaan air
ketuban, ataupun plasenta yang sering berkaitan dengan kehamilan postterm, tetapi sukar
untuk memastikan usia kehamilan.
5
Yang paling penting dalam menangani kehamilan lewat waktu ialah menentukan
keadaan janin, karena setiap keterlambatan akan menimbulkan resiko kegawatan. Penentuan
keadaan janin dapat dilakukan:
1. Tes tanpa tekanan (non stress test). Bila memperoleh hasil non reaktif maka dilanjutkan
dengan tes tekanan oksitosin. Bila diperoleh hasil reaktif maka nilai spesifisitas 98,8%
menunjukkan kemungkinan besar janin baik. Bila ditemukan hasil tes tekanan yang
positif, meskipun sensitifitas relatif rendah tetapi telah dibuktikan berhubungan dengan
keadaan postmatur.
2. Gerakan janin. Gerakan janin dapat ditentukan secara subjektif (normal rata-rata 7 kali/ 20
menit) atau secara objektif dengan tokografi (normal rata-rata 10 kali/ 20 menit), dapat
juga ditentukan dengan USG. Penilaian banyaknya air ketuban secara kualitatif dengan
USG (normal >1 cm/ bidang) memberikan gambaran banyaknya air ketuban, bila
ternyata oligohidramnion maka kemungkinan telah terjadi kehamilan lewat waktu.
3. Amnioskopi. Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin keadaan janin
masih baik. Sebaliknya air ketuban sedikit dan mengandung mekonium akan mengalami
resiko 33% asfiksia.
Permasalahan Kehamilan Postterm
Kehamilan postterm mempunyai risiko lebih tinggi daripada kehamilan aterm, terutama
terhadap kematian perinatal(antepartum, intrapartum dan postpartum) berkaitan dengan
aspirasi mekonium dan asfiksia.beberapa pengaruh kehamilan postterm adalah sebagai
berikut :
a. Perubahan pada Plasenta
Disfungsi plasenta merupakan faktor penyebab terjadinya komplikasi pada kehamilan
possterm dan meningkatnya risiko pada janin. Penurunan fungsi plasenta dapat
dibuktikan dengan penurunan kadar estriol dan plasental laktogen. Perubahan-
perubahan itu adalah :
Penimbunan kalsium, akibat kehamilan postterm sering terjadi peningkatan
penimbunan kalsium. Hal ini dapat menyebabkan gawat janin dan bahkan
kematian janin intrauterine yang dapat meningkat 2-4 kali lipat. Timbunan
kalsium plasenta meningkat sesuai dengan progresivitas degenerasi plasenta.
Selaput vaskulosinsisial menjadi tambah tebal dan jumlahnya berkurang.
Keadaan ini dapat menurunkan mekanisme transport plasenta.
6
Terjadi proses degenerasi jaringan plasenta seperti edema, timbunan fibrinoid,
fibrosis, thrombosis intervili dan infark vili.
Perubahan biokimia. Adanya insufisiensi plasenta menyebabkan protein
plasenta dan kadar DNA di bawah normal, sedangkan konsentrasi RNA
meningkat. Transport kalsium tidak terganggu, aliran natrium, kalium dan
glukosa menurun. Transport bahan dengan berat molekul tinggi seperti asam
amino, lemak, dan gama globulin biasanya mengalami gangguan sehingga
menyebabkan gangguan pertumbuhan janin intrauterine.
b. Perubahan pada Janin
pengaruh kehamilan postterm pada janin tidak bisa dipisahkan dengan penurunan
fungsi plasenta yang mulai menurun setelah 42 minggu. Akibat dari penurunan fungsi
plasenta maka terjadi peningkatan gawat janin hingga 3 kali lipat. Akibat dari proses
penuaan plasenta, pemasokan makanan dan oksigen akan menurun di samping adanya
spasme arteri spiralis. Sirkulasi uteroplasenter akan berkurang 50% menjadi hanya
250ml/mnt. Keadaan janin sebagai pengaruh kehamilan postterm dapat berupa :
Berat janin. Bila tejadi perubahan anatomic yang besar pada plasenta, maka
akan terjadi penurunan berat janin seperti yang dikatakan oleh Vorherr.
Namun hal yang berbeda disampaikan Zwerdling menurut penelitiannya
bahwa berat janin rata-rata 3600 (Vorheer) pada kehamilan postterm,
sedangkan pada kehamilan aterm hanya meningkat 30%
Sindroma postmaturitas
Dapat dikenali dengan beberapa tanda seperti gangguan pertumbuhan,
dehidrasi, kulit kering, keriput seperti kertas, kuku tangan dan kaki panjang,
tulang tengkorak lebih keras, hilangnya verniks kaseosa dan lanugo, maserasi
kulit terutama daerah lipat paha dan genital luar, warna coklat kehijauan atau
kekuningan pada tali pusat, muka tampak menderita dan rambut kepala tebal.
Tanda kehamilan lewat waktu yang dijumpai pada bayi dibagi atas tiga
stadium:
1. Stadium I. Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi
berupa kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
2. Stadium II. Gejala stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan)
pada kulit.
3. Stadium III. Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali
pusat.
7
Gawat janin atau kematian perinatal
Angka kematian yang tinggi pada kehamilan 42 minggu biasanya terjadi saat
intrapartum, hal ini disebabkan oleh :
- Makrosomia, dapat menyebabkan distosia pada persalinan, fraktur
klavikula, erbs palsy, sampai kematian bayi.
- Insufisiensi plasenta, yang berakibat:
Pertumbuhan janin terhambat
Oligohidramnion
Hipoksia janin
Keluarnya mekonium yang berakibat terjadi aspirasi mekoneum pada
janin
c. Perubahan pada ibu
Morbiditas dan mortalitas ibu meningkat, sebagai akibat ari makrosomia janin
dan tulang tengkorak yang lebih keras, menyebabkan distosia persalinan,
incoordinate uterine action, partus lama, meningkatkan tindakan obstetrik dan
persalinan yang traumatis juga perdarahan postpartum.
Aspek emosi, ibu serta keluarga menjadi cemas bilamana kehamilan terus
berlangsung melewati taksiran persalinan. Komentar orang di sekitar, seperti
tetangga akan menambah keputusasaan ibu.
Penatalaksanaan
Masih terdapat beberapa kontroversi mengenai pengelolaan kehamilan postterm,
apakah sebaiknya dilakukan pengelolaan aktif yaitu dengan melakukan persalinan anjuran
pada usia kehamilan 41 atau 42 minggu untuk memperkecil resiko pada janin. Ataukah
pengelolaan pasif yakni dengan menunggu dengan terus mengevaluasi kesejahteraan janin,
baik secara biofisik maupun biokimia sampai persalinan dapat berlangsung dengan sendirinya
atau timbul indikasi untuk mengakhiri persalinan, hal ini didasarkan pada tingginya risiko
atau komplikasi yang cukup besar terutama persalinan operatif.
Untuk menentukan kehamilan memang telah berlangsung lewat bulan atau bukan,
dpat dilakukan :
a. Identifikasi kondisi janin dan keadaan yang membahayakan janin
Pemeriksaan kardiotokografi seperti nonstress test(NST) dan contraction stress
test untuk mengetahui kesejahteraan janin sebagai reaksi terhadap gerak janin
dan kontraksi uterus. Bila diperoleh hasil reaktif maka nilai spesifisitas 98,8%
8
menunjukkan kemungkinan besar janin baik.
Pemeriksaan USG : unuk menilai besar bayi, keadaan plasenta, jumlah cairan
amnion dan kualitas air ketuban.
Kadar pemeriksaan estriol
Gerakan janin yang dinilai baik bila secara subjektif 7 kali/20 menit atau
dengan tokografi 10 kali/20 menit
Amnioskopi, bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin
keadaan janin masih baik.
b. Periksa kematangan serviks dengan skor bishop. Kematangan serviks ini
memegang peranan penting dalam pengelolaan kehamilan postterm. Induksi
persalinan dapat segera dilaksanakan dengan baik pada usia 41 atau 42 minggu.
Prinsip dari tata laksana kehamilan lewat waktu yang aktif dan banyak diikuti serta
berhasil meskipun cukup berisiko ialah merencanakan pengakhiran kehamilan. Cara
pengakhiran kehamilan tergantung dari hasil pemeriksaan kesejahteraan janin dan penilaian
bishop’s score maturitas
1. Bila serviks telah matang (dinilai dari bishop pelvic scor) dilakukan induksi
persalinan dan dilakukan pengawasan intrapartum terhadap jalannya persalinan
dan keadaan janin. Induksi pada serviks yang telah matang akan menurunkan
risiko kegagalan atau persalinan tindakan.
2. Bila serviks belum matang, perlu dinilai keadaan lebih lanjut apabila kehamilan
tidak diakhiri:
NST dan penilaian volume kantong amnion. Bila keduanya normal,
kehamilan dapat dibiarkan berlanjut dan penilaian janin dilakukan seminggu
2 kali.
Bila ditemukan oligohidramnion atau dijumpai deselerasi variabel pada NST,
maka dilakukan induksi persalinan.
Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif maka tes pada
kontraksi (CST) harus dilakukan. Bila CST positif, terjadi deselerasi lambat
berulang, variabilitas abnormal(<5/20 menit) menunjukkan penurunan fungsi
plasenta janin, mendorong agar janin segera dilahirkan dengan bedah sesar.
Bila CST negatif, kehamilan bisa dibiarkan berlangsung dan penilaian pada
janin dilakukan 3 hari kemudian.
Keadaan bishop score harus dinilai pada setiap kunjungan pasien dan
kehamilan dapat dikhiri bila serviks matang.
9
3. Kehamilan lebih dari 42 minggu diupayakan diakhiri.
Beberapa cara untuk pengakhiran kehamilan, antara lain:
1. Induksi partus dengan medisinal : infus oksitosin, prostaglandin
2. Induksi dengan operatif : amniotomi, melepas kulit ketuban dari dinding utrerus,
lain-lain : bougie krause, kateter foley dan batang laminaria
3. Bedah seksio sesaria.
Dalam mengakhiri kehamilan dengan induksi oksitosin, pasien harus memenuhi
beberapa syarat, antara lain kehamilan aterm, ada kemunduran his, ukuran panggul normal,
tidak ada disproporsi sefalopelvik, janin presentasi kepala, serviks sudah matang (porsio
teraba lunak, mulai mendatar, dan mulai membuka). Selain itu, pengukuran bischop’s score
juga harus dilakukan sebelumnya.
Tabel pengukuran bischop’s score dapat dilihat dibawah ini:
Skor 0 1 2 3
Pendataran Serviks 0-30% 40-50% 60-70% 80%
Pembukaan Serviks 0 1-2 3-4 5-6
Penurunan kepala dari Hodge III -3 -2 -1,0 +1 +2
Konsistensi Serviks Keras Sedang Lunak
Posisi serviks sumbu Posterior Searah jalan lahir anterior
Bila nilai >8, maka induksi persalinan kemungkinan besar akan berhasil.
Bila nilai >5, dapat dilakukan drip oksitosin.
Bila nilai <5, dapat dilakukan pematangan servik terlebih dahulu, kemudian lakukan
pengukuran pelvic score lagi.
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur,
minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12 minggu), 1 kali
pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28 minggu) dan 2 kali trimester ketiga (di
atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan
sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7 – 8 bulan dan seminggu sekali
pada bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar usia
kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang berbahaya.
10
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2011
c. IDENTITAS
1. Nama : Ny. S
2. Umur : 38 tahun
3. Alamat : Kendal doyong RT 02/02 Wonosalam Demak
4. Jenis kelamin : Perempuan
5. No CM : 114.76.84
6. Agama : Islam
7. Pendidikan : Tamat SD
8. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
9. Status : Menikah
10. Tanggal Masuk : 12 Juli 2011
11. Ruang : VK
12. Kelas : III
d. DATA DASAR
1. ANAMNESIS
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 12 Juli 2011 pukul 18.00
a. Keluhan Utama :
Pasien wanita usia 38 tahun datang dengan perut kenceng-kenceng sejak tanggal 11
Juli 2011, belum keluar lendir darah dan ngrembes.
b. Riwayat Kehamilan Sekarang
Pasien datang dengan rujukan dari bidan dengan GIVPIIIA0 usia 38 tahun datang
dengan keluhan kenceng-kenceng masih jarang pada tanggal 11 Juli 2011. Belum
darah lendir , ngrembes (-), ngepyok (-) dari jalan lahir.
c. Riwayat ANC
ANC dilakukan di Bidan dari umur kehamilan 3 bulan.
11
d. Riwayat Obstetri
G4 P3 A0
I : Laki-Laki, 3800 gr, Spontan, Bidan, 14 th, Sehat
II : Perempuan, 3500 gr, Spontan, Bidan, 12 th, Sehat
III : Perempuan, 3600 gr, Spontan, Bidan, 4th, Sehat
IV : Hamil Ini
e. Riwayat Menstruasi
HPHT : 10 – 09 - 2010
HPL : 17 – 06 - 2011
f. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
- Riwayat Penyakit Paru : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
g. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
- Riwayat Penyakit Paru : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
h. Riwayat Sosial Ekonomi
Suami pasien bekerja sebagai buruh, istri sebagai ibu rumah tangga. Biaya
kesehatan ditanggung Jamkesmas
Kesan ekonomi : kurang
h. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah 1 kali selama 15 tahun
i. Riwayat KB
Pil KB selama 4 tahun setelah anak ke 3.
2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Present
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : compos mentis
12
Vital Sign
Tensi : 130/80 mmHg
Nadi : 86 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5 0C
b. Status Internus
- Kepala : Mesocephale
- Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
- Hidung : Discharge (-), septum deviasi (-), nafas cuping hidung (-)
- Telinga : Discharge (-), bentuk normal
- Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-)
- Tenggorokan : Faring hiperemesis (-), pembesaran tonsil (-)
- Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
- Kulit : Turgor baik, petechiae (-)
- Mamae : Simetris, benjolan abnormal (-)
- Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba.
Perkusi : Tidak dapat ditentukan batas - batasnya karena terhalang oleh
mamae yang membesar
Auskultasi : suara jantung I dan II murni, reguler, suara tambahan (-).
- Paru :
Inspeksi : Hemithorax dextra dan sinistra simetris
Palpasi : Stem fremitus dextra dan sinistra sama, nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler
- Abdomen :
Inspeksi : cembung, striae gravidarum (+), bundle of ring (-)
Palpasi : teraba bagian- bagian janin
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : terdengar denyut jantung janin
- Extremitas :
13
Superior Inferior
Oedem -/- -/-
Varises -/- -/-
Reflek fisiologis +/+ +/+
Reflek patologis -/- -/-
C . Status Obstetri :
Abdomen
Inspeksi : Perut cembung, Striae gravidarum (+)
Palpasi :
Leopold I : TFU 1 jari dibawah Proc. Xyphoideus.
Teraba bagian janin besar dan lunak
Leopold II : Sumbu panjang janin sejajar dengan sumbu panjang ibu
Teraba tahanan memanjang sebelah kanan dan tahanan kecil
kecil pada sebelah kiri
Loepold III : Teraba bagian janin bulat, besar dan keras.
Masih bisa digoyang.
Leopold IV : Konfigurasi tangan pemeriksa konvergen
Kepala belum masuk rongga panggul
Auskultasi : DJJ 11-12-11
Kontraksi uterus : (+) jarang
TFU : 35 cm
TBJ: (35-12) x 155 = 3565 gram
Genitalia
Eksterna : air ketuban (-), lendir darah (-), darah segar (-), vulva oedem (-).
Interna : VT belum ada pembukaan, portio tebal lembut, KK (+),
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium Darah :
Hb : 11,8 gr/dl
Hematokrit : 29,9 %
Eritrosit : 3.830.000 /uL
Leukosit : 10.000 /uL
Trombosit : 155.000 /uL
LED : ½ jam 30 mm
14
1 jam 35 mm
GDS : 73 mg/dl
Pemeriksaan serologis : HbsAg (-)
4. RESUME
Pasien GIVPIIIA0 usia 38 tahun, hamil 44 minggu janin tunggal hidup intrauterin letak
kepala, punggung kanan membujur, belum masuk rongga panggul.
Status Present :
Keadaan umum : baik
Vital sign : dalam batas normal
Abdomen : kontraksi uterus (+) jarang
Genitalia : tidak adanya lendir darah, VT belum ada pembukaan, portio
tebal lembut, KK (+),
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Darah : dalam batas normal
5. DIAGNOSA
Pasien GIVPIIIA0, hamil 44 minggu, janin tunggal, hidup intra uterine, letak bujur
punggung kanan, letak kepala, belum inpartu, dengan serotinus.
6. PROGNOSA
Kehamilan : ad bonam
Persalinan : dubia ad bonam
7. TERAPI
a. Monitoring : KU, vital sign, PPV, His, DJJ.
b. Mengadekuatkan his dengan induksi
Oksitosin drip 5 U oksitosin dalam 500cc RL di mulai 8 tpm dianikkan 4 tetes tiap
15 menit sampai maksimal 40tpm, dengan memperhatikan evaluasi ibu dan janin.
Bila botol I habis sementara pasien belum inpartu, teruskan dengan botol II berisi 5
U dengan tetesan tetap atau 10 U dengan 20tpm dan dinaikkan tiap 15 menit sampai
maksimal 40 tpm. Bila botol II gagal, maka penderita diistirahatkan selama 24 jam,
kemudian diulangi lagi.
c. Apabila persalinan tidak bisa secara pervaginam maka motivasi SC.
15
8. EDUKASI
a. memberitahu tentang dilakukan induksi dan komplikasi trehadap ibu dan bayi
b. Memberitahu ibu untuk menjaga higiene diri dan bayi.
16