23
DOPS POST-TERM Penguji : dr. Hamidun Kosim, Sp.OG disusun oleh: Fitriana Indah K 01.207. 5488 KEPANITRAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN RS ISLAM SULTAN AGUNG PERIODE 4 JULI – 3 SEPTEMBER 2011 1

Dops Dr. Hamidun Serotinus

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Dops Dr. Hamidun Serotinus

DOPS

POST-TERM

Penguji : dr. Hamidun Kosim, Sp.OG

disusun oleh:

Fitriana Indah K

01.207. 5488

KEPANITRAAN KLINIK

ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

RS ISLAM SULTAN AGUNG

PERIODE 4 JULI – 3 SEPTEMBER 2011

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG2011

1

Page 2: Dops Dr. Hamidun Serotinus

POST-TERM

Definisi

Kehamilan lewat bulan (post-term) ialah kehamilan yang berlangsung lebih dari

perkiraan hari taksiran persalinan yang dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT),

dimana usia kehamilannya telah melebihi atau sama dengan 42 minggu (>294 hari). Istilah

postterm, memanjang, lewat tanggal dan postmatur sering digunakan untuk menyebutkan

kehamilan yang sudah melampaui masa kehamilan yang dianggap berada di atas batas

normal. Definisi standar yang direkomendasikan secara internasional untuk kehamilan

memanjang, didukung oleh American College of Obstetricians and Gynecologist(1997)

adalah 42 minggu lengkap (294 hari) atau lebih sejak hari pertama haid terakhir.

Insiden

Angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10%, bervariasi antara 4-14%

(Bakketeig and Bergsjo, 1991). Data statistik menunjukkan, angka kematian dalam

kehamilan lewat waktu lebih tinggi ketimbang dalam kehamilan cukup bulan, dimana angka

kematian kehamilan lewat waktu mencapai 5 - 7 %. Variasi insiden postterm berkisar antara

2-31,37%. Di Amerika Serikat, sekitar 8% diantara 4 juta bayi yang lahir pada tahun 1997

diperkirakan dilahirkan pada 42 minggu atau lebih. Sedangkan di Norwegia, insiden

kelahiran postterm meningkat dari tahun ke tahun dan pada tahun 1997 dari 10% meningkat

menjadi 27%. Mogren dkk, (1997) melaporkan bahwa jika seorang ibu telah mengalami

kehamilan memanjang pada anak perempuannya, maka risiko kehamilan memanjang pada

kehamilan anak perempuan berikutnya akan meningkat dua sampai tiga kali lipat.

Etiologi

Etiologi pasti terjadinya kehamilan postterm belumlah jelas. Beberapa teori terjadinya

kehamilan postterm kemudian diajukan dan mengarahkan bahwa kehamilan postterm adalah

sebagai akibat gangguan terhadap timbulnya persalinan.

1. Pengaruh progesteron

yaitu kadar progesterone tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan,

sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Akibat kepekaan uterus

terhadap oksitosin yang berkurang akan menyebabkan kontraksi uterus menurun

dan menyebabkan rangsangan persalinan tertunda.

2

Page 3: Dops Dr. Hamidun Serotinus

2. Teori Oksitosin

Pelepasan hormon oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil aterm kemudian akan

menimbulkan rangsang uterus dan akan menimbulkan proses persalinan. Sehingga

apabila proses neuroendokrin ini berkurang dan menyebabkan pelepasan hormon

tersebut berkurang atau terlambat maka masa kehamilan akan diperpanjang dan

proses persalinan tertunda. Hal ini kemudian menjadi alasan mengapa induksi

yang dilakukan untuk merangsang proses persalinan dengan menggunakan

oksitosin seringkali berhasil dilakukan.

3. Teori Kortisol/ACTH

Dalam teori ini diajukan bahwa pemberi tanda untuk dimulainya terjadi persalinan

adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin.

Kadar kortisol janin kemudian akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi

progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya

berpengaruh terhadap peningkatan prostaglandin. Prostaglandin kemudian dapat

merangsang kontraksi uterus dan merangsang proses persalinan. Pada keadaan

cacat bawaan janin, seperti anensefalus, hipoplasia adrenal janin dan tidak adanya

kelenjar hipofisis pada janin akan menghambat jalur kortisol janin ini dan kortisol

tidak dapat diproduksi dan akan menyebabkan kehamilan akan berlangsung lewat

bulan.

4. Saraf uterus

Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhausser akan

membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan kelainan letak bayi, tali pusat

pendek dan bagian bawah masih tinggi dapat menjadi penyebab kehamilan

postterm.

5. Herediter

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada insiden terjadinya kehamilan

postterm oleh Mogren (1997) bahwa bila seorang ibu mengalami kehamilan

postterm saat melahirkan anak perempuannya, maka probabilitas anak

perempuannya itu akan mengalami kehamilan postterm dua sampai tiga kali

lipatnya.

Resiko

Risiko kehamilan lewat waktu antara lain adalah gangguan pertumbuhan janin, gawat

janin, sampai kematian janin dalam rahim. Resiko gawat janin dapat terjadi 3 kali dari pada

3

Page 4: Dops Dr. Hamidun Serotinus

kehamilan aterm. Kulit janin akan menjadi keriput, lemak di bawah kulit menipis bahkan

sampai hilang, lama-lama kulit janin dapat mengelupas dan mengering seperti kertas

perkamen. Rambut dan kuku memanjang dan cairan ketuban berkurang sampai habis. Akibat

kekurangan oksigen akan terjadi gawat janin yang menyebabkan janin buang air besar dalam

rahim yang akan mewarnai cairan ketuban menjadi hijau pekat.

Pada saat janin lahir dapat terjadi aspirasi (cairan terisap ke dalam saluran napas) air ketuban

yang dapat menimbulkan kumpulan gejala MAS (meconeum aspiration syndrome). Keadaan

ini dapat menyebabkan kematian janin. Komplikasi yang dapat mungkin terjadi pada bayi

ialah suhu yang tidak stabil, hipoglikemia, polisitemia, dan kelainan neurologik.

Kehamilan lewat bulan dapat juga menyebabkan resiko pada ibu, antara lain distosia karena

aksi uterus tidak terkoordinir, janin besar, dan moulding (moulage) kepala kurang. Sehingga

sering dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, dan perdarahan

postpartum.

Angka kematian perinatal pada usia kehamilan postterm di Swedia pada tahun 1987-

1992 menunjukkan angka yang tinggi pada kehamilan > 43 minggu yakni 1,89 kali lebih

besar dibandingkan pada kehamilan 42 minggu. Di Dubin tahun 1992, yakni di National

Maternity Hospital pada 62.804kelahiran bayi mengalami kematian perinatal yang cukup

tinggi, lebih dari tiga perempatnya disebabkan oleh asfiksia intrapartum dan aspirasi

mekoneum.

Clifford (1954) menggambarkan suatu sindrom klinis yang dapat dikenali pada

beberapa bayi yang dilahirkan setelah aterm dan banyak mematahkan pendapat obstetrik

yang berlaku bahwa tidak ada kehamilan manusia yang memanjang (Calkins, 1948). Sindrom

ini kemudian disebut sindrom postmatur. Pada stadium ini dibagi menjadi 3 tahapan :

Stadium 1 : cairan amnion jernih

Stadium 2 : cairan amnion hijau

Stadium 3 : cairan amnion berwarna kuning hijau

Bayi postmatur menunjukkan gambaran yang unik dan khas. Gambaran ini berupa kulit

keriput, mengelupas lebar-lebar, badan kurus yang menunjukkan pengurangan energi dan

maturitas lanjut karena bayi tersebut membuka mata.

Diagnosis

Diagnosis kehamilan lewat waktu biasanya dari perhitungan rumus Naegele setelah

mempertimbangkan siklus haid dan keadaan klinis. Bila ada keraguan, maka pengukuran

tinggi fundus uterus serial dengan sentimeter akan memberikan informasi mengenai usia

4

Page 5: Dops Dr. Hamidun Serotinus

gestasi lebih tepat. Keadaan klinis yang mungkin ditemukan ialah air ketuban yang berkurang

dan gerakan janin yang jarang.

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam mendiagnosis kehamilan lewat

waktu, antara lain:

1. Riwayat Haid

HPHT jelas.

Siklus haid 28 hari dan teratur

Tidak minum pil KB setidaknya 3 bulan terakhir.

2. Riwayat pemeriksaan antenatal

3. Tes kehamilan

Tes kehamilan (urin) sudah positif dalam 6 minggu pertama telat haid.

Gerak janin : Dirasakan gerakan janin pada umur kehamilan 16-18 minggu pada

multigravida dan 18-22 minggu pada primiigravida.

DJJ : Terdengar denyut jantung janin (normal 10-12 minggu dengan Doppler,

dan 19-20 minggu dengan fetoskop).

Kehamilan dapat dinyatakan postterm bila didapat 3 atau lebih dari 4 kriteria

hasil pemeriksaan sebagai berikut :

Telah lewat 36 minggu sejak tes kehamilan positif

Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar Doppler

Telah lewat 32 minggu sejak dirasakn gerak janin pertama kali

Telah lewat 32 minggu sejak terdengarnya pertama kali DJJ pertama kali

dengan stetoskop Laennac.

4. Tinggi Fundus Uteri

Lebih dari 20 minggu tinggi fundus uteri dapat menentukan usia kehamilan secara kasar.

5. Pemeriksaan USG

Umur kehamilan yang sudah ditetapkan dengan USG pada umur kehamilan kurang dari

atau sama dengan 20 minggu. Pada usia 16-26 minggu, ukuran diamter biparietal dan

panjang femur memberikan ketepatan sekitar 7 hari dari taksiran persalinan.pemeriksaan

USG pada trimester III dapat digunakan untuk menentukan berat janin, keadaan air

ketuban, ataupun plasenta yang sering berkaitan dengan kehamilan postterm, tetapi sukar

untuk memastikan usia kehamilan.

5

Page 6: Dops Dr. Hamidun Serotinus

Yang paling penting dalam menangani kehamilan lewat waktu ialah menentukan

keadaan janin, karena setiap keterlambatan akan menimbulkan resiko kegawatan. Penentuan

keadaan janin dapat dilakukan:

1. Tes tanpa tekanan (non stress test). Bila memperoleh hasil non reaktif maka dilanjutkan

dengan tes tekanan oksitosin. Bila diperoleh hasil reaktif maka nilai spesifisitas 98,8%

menunjukkan kemungkinan besar janin baik. Bila ditemukan hasil tes tekanan yang

positif, meskipun sensitifitas relatif rendah tetapi telah dibuktikan berhubungan dengan

keadaan postmatur.

2. Gerakan janin. Gerakan janin dapat ditentukan secara subjektif (normal rata-rata 7 kali/ 20

menit) atau secara objektif dengan tokografi (normal rata-rata 10 kali/ 20 menit), dapat

juga ditentukan dengan USG. Penilaian banyaknya air ketuban secara kualitatif dengan

USG (normal >1 cm/ bidang) memberikan gambaran banyaknya air ketuban, bila

ternyata oligohidramnion maka kemungkinan telah terjadi kehamilan lewat waktu.

3. Amnioskopi. Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin keadaan janin

masih baik. Sebaliknya air ketuban sedikit dan mengandung mekonium akan mengalami

resiko 33% asfiksia.

Permasalahan Kehamilan Postterm

Kehamilan postterm mempunyai risiko lebih tinggi daripada kehamilan aterm, terutama

terhadap kematian perinatal(antepartum, intrapartum dan postpartum) berkaitan dengan

aspirasi mekonium dan asfiksia.beberapa pengaruh kehamilan postterm adalah sebagai

berikut :

a. Perubahan pada Plasenta

Disfungsi plasenta merupakan faktor penyebab terjadinya komplikasi pada kehamilan

possterm dan meningkatnya risiko pada janin. Penurunan fungsi plasenta dapat

dibuktikan dengan penurunan kadar estriol dan plasental laktogen. Perubahan-

perubahan itu adalah :

Penimbunan kalsium, akibat kehamilan postterm sering terjadi peningkatan

penimbunan kalsium. Hal ini dapat menyebabkan gawat janin dan bahkan

kematian janin intrauterine yang dapat meningkat 2-4 kali lipat. Timbunan

kalsium plasenta meningkat sesuai dengan progresivitas degenerasi plasenta.

Selaput vaskulosinsisial menjadi tambah tebal dan jumlahnya berkurang.

Keadaan ini dapat menurunkan mekanisme transport plasenta.

6

Page 7: Dops Dr. Hamidun Serotinus

Terjadi proses degenerasi jaringan plasenta seperti edema, timbunan fibrinoid,

fibrosis, thrombosis intervili dan infark vili.

Perubahan biokimia. Adanya insufisiensi plasenta menyebabkan protein

plasenta dan kadar DNA di bawah normal, sedangkan konsentrasi RNA

meningkat. Transport kalsium tidak terganggu, aliran natrium, kalium dan

glukosa menurun. Transport bahan dengan berat molekul tinggi seperti asam

amino, lemak, dan gama globulin biasanya mengalami gangguan sehingga

menyebabkan gangguan pertumbuhan janin intrauterine.

b. Perubahan pada Janin

pengaruh kehamilan postterm pada janin tidak bisa dipisahkan dengan penurunan

fungsi plasenta yang mulai menurun setelah 42 minggu. Akibat dari penurunan fungsi

plasenta maka terjadi peningkatan gawat janin hingga 3 kali lipat. Akibat dari proses

penuaan plasenta, pemasokan makanan dan oksigen akan menurun di samping adanya

spasme arteri spiralis. Sirkulasi uteroplasenter akan berkurang 50% menjadi hanya

250ml/mnt. Keadaan janin sebagai pengaruh kehamilan postterm dapat berupa :

Berat janin. Bila tejadi perubahan anatomic yang besar pada plasenta, maka

akan terjadi penurunan berat janin seperti yang dikatakan oleh Vorherr.

Namun hal yang berbeda disampaikan Zwerdling menurut penelitiannya

bahwa berat janin rata-rata 3600 (Vorheer) pada kehamilan postterm,

sedangkan pada kehamilan aterm hanya meningkat 30%

Sindroma postmaturitas

Dapat dikenali dengan beberapa tanda seperti gangguan pertumbuhan,

dehidrasi, kulit kering, keriput seperti kertas, kuku tangan dan kaki panjang,

tulang tengkorak lebih keras, hilangnya verniks kaseosa dan lanugo, maserasi

kulit terutama daerah lipat paha dan genital luar, warna coklat kehijauan atau

kekuningan pada tali pusat, muka tampak menderita dan rambut kepala tebal.

Tanda kehamilan lewat waktu yang dijumpai pada bayi dibagi atas tiga

stadium:

1. Stadium I. Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi

berupa kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.

2. Stadium II. Gejala stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan)

pada kulit.

3. Stadium III. Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali

pusat.

7

Page 8: Dops Dr. Hamidun Serotinus

Gawat janin atau kematian perinatal

Angka kematian yang tinggi pada kehamilan 42 minggu biasanya terjadi saat

intrapartum, hal ini disebabkan oleh :

- Makrosomia, dapat menyebabkan distosia pada persalinan, fraktur

klavikula, erbs palsy, sampai kematian bayi.

- Insufisiensi plasenta, yang berakibat:

Pertumbuhan janin terhambat

Oligohidramnion

Hipoksia janin

Keluarnya mekonium yang berakibat terjadi aspirasi mekoneum pada

janin

c. Perubahan pada ibu

Morbiditas dan mortalitas ibu meningkat, sebagai akibat ari makrosomia janin

dan tulang tengkorak yang lebih keras, menyebabkan distosia persalinan,

incoordinate uterine action, partus lama, meningkatkan tindakan obstetrik dan

persalinan yang traumatis juga perdarahan postpartum.

Aspek emosi, ibu serta keluarga menjadi cemas bilamana kehamilan terus

berlangsung melewati taksiran persalinan. Komentar orang di sekitar, seperti

tetangga akan menambah keputusasaan ibu.

Penatalaksanaan

Masih terdapat beberapa kontroversi mengenai pengelolaan kehamilan postterm,

apakah sebaiknya dilakukan pengelolaan aktif yaitu dengan melakukan persalinan anjuran

pada usia kehamilan 41 atau 42 minggu untuk memperkecil resiko pada janin. Ataukah

pengelolaan pasif yakni dengan menunggu dengan terus mengevaluasi kesejahteraan janin,

baik secara biofisik maupun biokimia sampai persalinan dapat berlangsung dengan sendirinya

atau timbul indikasi untuk mengakhiri persalinan, hal ini didasarkan pada tingginya risiko

atau komplikasi yang cukup besar terutama persalinan operatif.

Untuk menentukan kehamilan memang telah berlangsung lewat bulan atau bukan,

dpat dilakukan :

a. Identifikasi kondisi janin dan keadaan yang membahayakan janin

Pemeriksaan kardiotokografi seperti nonstress test(NST) dan contraction stress

test untuk mengetahui kesejahteraan janin sebagai reaksi terhadap gerak janin

dan kontraksi uterus. Bila diperoleh hasil reaktif maka nilai spesifisitas 98,8%

8

Page 9: Dops Dr. Hamidun Serotinus

menunjukkan kemungkinan besar janin baik.

Pemeriksaan USG : unuk menilai besar bayi, keadaan plasenta, jumlah cairan

amnion dan kualitas air ketuban.

Kadar pemeriksaan estriol

Gerakan janin yang dinilai baik bila secara subjektif 7 kali/20 menit atau

dengan tokografi 10 kali/20 menit

Amnioskopi, bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin

keadaan janin masih baik.

b. Periksa kematangan serviks dengan skor bishop. Kematangan serviks ini

memegang peranan penting dalam pengelolaan kehamilan postterm. Induksi

persalinan dapat segera dilaksanakan dengan baik pada usia 41 atau 42 minggu.

Prinsip dari tata laksana kehamilan lewat waktu yang aktif dan banyak diikuti serta

berhasil meskipun cukup berisiko ialah merencanakan pengakhiran kehamilan. Cara

pengakhiran kehamilan tergantung dari hasil pemeriksaan kesejahteraan janin dan penilaian

bishop’s score maturitas

1. Bila serviks telah matang (dinilai dari bishop pelvic scor) dilakukan induksi

persalinan dan dilakukan pengawasan intrapartum terhadap jalannya persalinan

dan keadaan janin. Induksi pada serviks yang telah matang akan menurunkan

risiko kegagalan atau persalinan tindakan.

2. Bila serviks belum matang, perlu dinilai keadaan lebih lanjut apabila kehamilan

tidak diakhiri:

NST dan penilaian volume kantong amnion. Bila keduanya normal,

kehamilan dapat dibiarkan berlanjut dan penilaian janin dilakukan seminggu

2 kali.

Bila ditemukan oligohidramnion atau dijumpai deselerasi variabel pada NST,

maka dilakukan induksi persalinan.

Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif maka tes pada

kontraksi (CST) harus dilakukan. Bila CST positif, terjadi deselerasi lambat

berulang, variabilitas abnormal(<5/20 menit) menunjukkan penurunan fungsi

plasenta janin, mendorong agar janin segera dilahirkan dengan bedah sesar.

Bila CST negatif, kehamilan bisa dibiarkan berlangsung dan penilaian pada

janin dilakukan 3 hari kemudian.

Keadaan bishop score harus dinilai pada setiap kunjungan pasien dan

kehamilan dapat dikhiri bila serviks matang.

9

Page 10: Dops Dr. Hamidun Serotinus

3. Kehamilan lebih dari 42 minggu diupayakan diakhiri.

Beberapa cara untuk pengakhiran kehamilan, antara lain:

1. Induksi partus dengan medisinal : infus oksitosin, prostaglandin

2. Induksi dengan operatif : amniotomi, melepas kulit ketuban dari dinding utrerus,

lain-lain : bougie krause, kateter foley dan batang laminaria

3. Bedah seksio sesaria.

Dalam mengakhiri kehamilan dengan induksi oksitosin, pasien harus memenuhi

beberapa syarat, antara lain kehamilan aterm, ada kemunduran his, ukuran panggul normal,

tidak ada disproporsi sefalopelvik, janin presentasi kepala, serviks sudah matang (porsio

teraba lunak, mulai mendatar, dan mulai membuka). Selain itu, pengukuran bischop’s score

juga harus dilakukan sebelumnya.

Tabel pengukuran bischop’s score dapat dilihat dibawah ini:

Skor 0 1 2 3

Pendataran Serviks 0-30% 40-50% 60-70% 80%

Pembukaan Serviks 0 1-2 3-4 5-6

Penurunan kepala dari Hodge III -3 -2 -1,0 +1 +2

Konsistensi Serviks Keras Sedang Lunak

Posisi serviks sumbu Posterior Searah jalan lahir anterior

Bila nilai >8, maka induksi persalinan kemungkinan besar akan berhasil.

Bila nilai >5, dapat dilakukan drip oksitosin.

Bila nilai <5, dapat dilakukan pematangan servik terlebih dahulu, kemudian lakukan

pengukuran pelvic score lagi.

Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur,

minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12 minggu), 1 kali

pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28 minggu) dan 2 kali trimester ketiga (di

atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan

sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7 – 8 bulan dan seminggu sekali

pada bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar usia

kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang berbahaya.

10

Page 11: Dops Dr. Hamidun Serotinus

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2011

c. IDENTITAS

1. Nama : Ny. S

2. Umur : 38 tahun

3. Alamat : Kendal doyong RT 02/02 Wonosalam Demak

4. Jenis kelamin : Perempuan

5. No CM : 114.76.84

6. Agama : Islam

7. Pendidikan : Tamat SD

8. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

9. Status : Menikah

10. Tanggal Masuk : 12 Juli 2011

11. Ruang : VK

12. Kelas : III

d. DATA DASAR

1. ANAMNESIS

Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 12 Juli 2011 pukul 18.00

a. Keluhan Utama :

Pasien wanita usia 38 tahun datang dengan perut kenceng-kenceng sejak tanggal 11

Juli 2011, belum keluar lendir darah dan ngrembes.

b. Riwayat Kehamilan Sekarang

Pasien datang dengan rujukan dari bidan dengan GIVPIIIA0 usia 38 tahun datang

dengan keluhan kenceng-kenceng masih jarang pada tanggal 11 Juli 2011. Belum

darah lendir , ngrembes (-), ngepyok (-) dari jalan lahir.

c. Riwayat ANC

ANC dilakukan di Bidan dari umur kehamilan 3 bulan.

11

Page 12: Dops Dr. Hamidun Serotinus

d. Riwayat Obstetri

G4 P3 A0

I : Laki-Laki, 3800 gr, Spontan, Bidan, 14 th, Sehat

II : Perempuan, 3500 gr, Spontan, Bidan, 12 th, Sehat

III : Perempuan, 3600 gr, Spontan, Bidan, 4th, Sehat

IV : Hamil Ini

e. Riwayat Menstruasi

HPHT : 10 – 09 - 2010

HPL : 17 – 06 - 2011

f. Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat Hipertensi : disangkal

- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal

- Riwayat Penyakit Paru : disangkal

- Riwayat DM : disangkal

g. Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat Hipertensi : disangkal

- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal

- Riwayat Penyakit Paru : disangkal

- Riwayat DM : disangkal

h. Riwayat Sosial Ekonomi

Suami pasien bekerja sebagai buruh, istri sebagai ibu rumah tangga. Biaya

kesehatan ditanggung Jamkesmas

Kesan ekonomi : kurang

h. Riwayat Perkawinan

Pasien menikah 1 kali selama 15 tahun

i. Riwayat KB

Pil KB selama 4 tahun setelah anak ke 3.

2. PEMERIKSAAN FISIK

a. Status Present

Keadaan Umum : baik

Kesadaran : compos mentis

12

Page 13: Dops Dr. Hamidun Serotinus

Vital Sign

Tensi : 130/80 mmHg

Nadi : 86 x/menit

RR : 20 x/menit

Suhu : 36,5 0C

b. Status Internus

- Kepala : Mesocephale

- Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

- Hidung : Discharge (-), septum deviasi (-), nafas cuping hidung (-)

- Telinga : Discharge (-), bentuk normal

- Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-)

- Tenggorokan : Faring hiperemesis (-), pembesaran tonsil (-)

- Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)

- Kulit : Turgor baik, petechiae (-)

- Mamae : Simetris, benjolan abnormal (-)

- Jantung :

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak.

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba.

Perkusi : Tidak dapat ditentukan batas - batasnya karena terhalang oleh

mamae yang membesar

Auskultasi : suara jantung I dan II murni, reguler, suara tambahan (-).

- Paru :

Inspeksi : Hemithorax dextra dan sinistra simetris

Palpasi : Stem fremitus dextra dan sinistra sama, nyeri tekan (-)

Perkusi : sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : vesikuler

- Abdomen :

Inspeksi : cembung, striae gravidarum (+), bundle of ring (-)

Palpasi : teraba bagian- bagian janin

Perkusi : tidak dilakukan

Auskultasi : terdengar denyut jantung janin

- Extremitas :

13

Page 14: Dops Dr. Hamidun Serotinus

Superior Inferior

Oedem -/- -/-

Varises -/- -/-

Reflek fisiologis +/+ +/+

Reflek patologis -/- -/-

C . Status Obstetri :

Abdomen

Inspeksi : Perut cembung, Striae gravidarum (+)

Palpasi :

Leopold I : TFU 1 jari dibawah Proc. Xyphoideus.

Teraba bagian janin besar dan lunak

Leopold II : Sumbu panjang janin sejajar dengan sumbu panjang ibu

Teraba tahanan memanjang sebelah kanan dan tahanan kecil

kecil pada sebelah kiri

Loepold III : Teraba bagian janin bulat, besar dan keras.

Masih bisa digoyang.

Leopold IV : Konfigurasi tangan pemeriksa konvergen

Kepala belum masuk rongga panggul

Auskultasi : DJJ 11-12-11

Kontraksi uterus : (+) jarang

TFU : 35 cm

TBJ: (35-12) x 155 = 3565 gram

Genitalia

Eksterna : air ketuban (-), lendir darah (-), darah segar (-), vulva oedem (-).

Interna : VT belum ada pembukaan, portio tebal lembut, KK (+),

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium Darah :

Hb : 11,8 gr/dl

Hematokrit : 29,9 %

Eritrosit : 3.830.000 /uL

Leukosit : 10.000 /uL

Trombosit : 155.000 /uL

LED : ½ jam 30 mm

14

Page 15: Dops Dr. Hamidun Serotinus

1 jam 35 mm

GDS : 73 mg/dl

Pemeriksaan serologis : HbsAg (-)

4. RESUME

Pasien GIVPIIIA0 usia 38 tahun, hamil 44 minggu janin tunggal hidup intrauterin letak

kepala, punggung kanan membujur, belum masuk rongga panggul.

Status Present :

Keadaan umum : baik

Vital sign : dalam batas normal

Abdomen : kontraksi uterus (+) jarang

Genitalia : tidak adanya lendir darah, VT belum ada pembukaan, portio

tebal lembut, KK (+),

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Laboratorium Darah : dalam batas normal

5. DIAGNOSA

Pasien GIVPIIIA0, hamil 44 minggu, janin tunggal, hidup intra uterine, letak bujur

punggung kanan, letak kepala, belum inpartu, dengan serotinus.

6. PROGNOSA

Kehamilan : ad bonam

Persalinan : dubia ad bonam

7. TERAPI

a. Monitoring : KU, vital sign, PPV, His, DJJ.

b. Mengadekuatkan his dengan induksi

Oksitosin drip 5 U oksitosin dalam 500cc RL di mulai 8 tpm dianikkan 4 tetes tiap

15 menit sampai maksimal 40tpm, dengan memperhatikan evaluasi ibu dan janin.

Bila botol I habis sementara pasien belum inpartu, teruskan dengan botol II berisi 5

U dengan tetesan tetap atau 10 U dengan 20tpm dan dinaikkan tiap 15 menit sampai

maksimal 40 tpm. Bila botol II gagal, maka penderita diistirahatkan selama 24 jam,

kemudian diulangi lagi.

c. Apabila persalinan tidak bisa secara pervaginam maka motivasi SC.

15

Page 16: Dops Dr. Hamidun Serotinus

8. EDUKASI

a. memberitahu tentang dilakukan induksi dan komplikasi trehadap ibu dan bayi

b. Memberitahu ibu untuk menjaga higiene diri dan bayi.

16