26
BAB II FITRAH MANUSIA DALAM AL QUR’AN SURAT AL-RUUM AYAT 30 A. Pengertian Fitrah Manusia Dalam literatur Islam, istilah fitrah memiliki makna yang beragam. Hal ini disebabkan oleh pemilihan sudut makna. a. Makna Etimologi Menurut asal katanya, kata fitrah ( ﻓﻄﺮﺓ) berasal dari akar kata ( ﻓﻄﺮﺍ ﻳﻔﻄﺮ ﻓﻄﺮ)secara etimologi fitrah memiliki arti, pertama yaitu fitrah al-insyaqaq atau al-syaaq yang berarti al-inkisar (pecah atau belah). 1) Arti ini diambil dari lima ayat 2) yang menyebut kata fitrah yang obyeknya ditujukan kepada langit saja. Kedua : Fitrah yang berarti al-Khilqah al-Ijad atau al-Ibda’ (penciptaan) 3) arti ini terdapat pada 14 ayat yang menyebutkan kata fitrah, 6 ayat diantaranya berkaitan dengan penciptaan manusia, sedangkan sisanya berkaitan dengan penciptaan langit dan bumi 4) . Kedua makna tersebut pada dasarnya adalah saling melengkapi. Makna al-insyiqaq kendatipun digunakan untuk pemaknaan alam (al 1) Ibn Mandzur, Lisan al-‘Arabi, Daar al-Ma’arif, jilid V, tanpa tahun, hal 3432., Lauwis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah 1956, hal 587., M. Quraish Shihab, Wawasan Al Qur’an Tafsir Maudhu’i atas pelbagai persoalan umat, Mizan Bandung, 2003 cet. XIII, hal.283.,Abdul Mujib, Fitrah dan Kepribadian Islam Sebuah Pendekatan Psikologis, Darul Falah, Jakarta, 1999. hal. 18. Yasien Mohamed, Insan yang Suci Konsep Fitrah dalam Islam, Mizan Bandung. tt. hal.18. 2). Ayat itu adalah QS Maryam : 90, al –Syura : 5, al-Infithar : 1, al-Mulk : 3, al- Muzammil : 18. 3) . Ibn Mandzur, Opcit, hal.3433., Louwis Ma’luf , Opcit, hal 588., Abdul Mujib, Opcit. Murtadho Muthohhari, Fitrah, Lentera Basritama, Jakarta 1998 cetakan I hal 7. Yasien Mohamed, Opcit, hal. 19 4). Ayat itu adalah : QS. Hud : 51, al Rum : 30, (dua kali), Yasin : 22, al-Zukruf : 27, Thaha : 72, al-Isra : 51. sedang objek pada langit bumi, seperti dalam., QS al An’am : 14, 79, al- Anbiya : 56, al-Syura : 11, Ibrahim : 10 al-Fathir : 1, Yusuf : 101 dan al Zumar : 46 11

ﺍﺮﻄﻓ ﺮﻄﻔﻳ ﺮﻄﻓlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2004... · BAB II FITRAH MANUSIA DALAM AL QUR’AN SURAT AL-RUUM AYAT 30 A. Pengertian

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ﺍﺮﻄﻓ ﺮﻄﻔﻳ ﺮﻄﻓlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2004... · BAB II FITRAH MANUSIA DALAM AL QUR’AN SURAT AL-RUUM AYAT 30 A. Pengertian

BAB II

FITRAH MANUSIA DALAM AL QUR’AN

SURAT AL-RUUM AYAT 30

A. Pengertian Fitrah Manusia

Dalam literatur Islam, istilah fitrah memiliki makna yang beragam. Hal

ini disebabkan oleh pemilihan sudut makna.

a. Makna Etimologi

Menurut asal katanya, kata fitrah ( فطرة ) berasal dari akar kata

secara etimologi fitrah memiliki arti, pertama yaitu fitrah( فطر يفطر فطرا )

al-insyaqaq atau al-syaaq yang berarti al-inkisar (pecah atau belah).1) Arti

ini diambil dari lima ayat 2) yang menyebut kata fitrah yang obyeknya

ditujukan kepada langit saja. Kedua : Fitrah yang berarti al-Khilqah al-Ijad atau al-Ibda’

(penciptaan)3) arti ini terdapat pada 14 ayat yang menyebutkan kata fitrah,

6 ayat diantaranya berkaitan dengan penciptaan manusia, sedangkan

sisanya berkaitan dengan penciptaan langit dan bumi 4).

Kedua makna tersebut pada dasarnya adalah saling melengkapi.

Makna al-insyiqaq kendatipun digunakan untuk pemaknaan alam (al

1) Ibn Mandzur, Lisan al-‘Arabi, Daar al-Ma’arif, jilid V, tanpa tahun, hal 3432., Lauwis

Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah 1956, hal 587., M. Quraish Shihab, Wawasan Al Qur’an Tafsir Maudhu’i atas pelbagai persoalan umat, Mizan Bandung, 2003 cet. XIII, hal.283.,Abdul Mujib, Fitrah dan Kepribadian Islam Sebuah Pendekatan Psikologis, Darul Falah, Jakarta, 1999. hal. 18. Yasien Mohamed, Insan yang Suci Konsep Fitrah dalam Islam, Mizan Bandung. tt. hal.18.

2). Ayat itu adalah QS Maryam : 90, al –Syura : 5, al-Infithar : 1, al-Mulk : 3, al-Muzammil : 18.

3). Ibn Mandzur, Opcit, hal.3433., Louwis Ma’luf , Opcit, hal 588., Abdul Mujib, Opcit. Murtadho Muthohhari, Fitrah, Lentera Basritama, Jakarta 1998 cetakan I hal 7. Yasien Mohamed, Opcit, hal. 19

4). Ayat itu adalah : QS. Hud : 51, al Rum : 30, (dua kali), Yasin : 22, al-Zukruf : 27, Thaha : 72, al-Isra : 51. sedang objek pada langit bumi, seperti dalam., QS al An’am : 14, 79, al-Anbiya : 56, al-Syura : 11, Ibrahim : 10 al-Fathir : 1, Yusuf : 101 dan al Zumar : 46

11

Page 2: ﺍﺮﻄﻓ ﺮﻄﻔﻳ ﺮﻄﻓlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2004... · BAB II FITRAH MANUSIA DALAM AL QUR’AN SURAT AL-RUUM AYAT 30 A. Pengertian

12

kawn), namun sebenarnya dapat dipergunakan pula untuk manusia.

Manusia merupakan mikro kosmos (alam kecil), sedangkan kosmos adalah

manusia makro (al insan kawn shaghir wa al kawn insan kabir). Manusia

merupakan miniatur alam yang kompleks. Fisiknya yang menggambarkan

alam fisikal, sedangkan psikisnya menggambarkan alam kejiwaan. Segala

proses takdir atau sunnah Allah SWT. yang berlaku pada alam (al kawn)

sebenarnya berlaku juga pada manusia, seperti konsep penciptaan.

Sedangkan fitrah berarti penciptaan merupakan makna yang lazim

disepakati dalam penciptaan manusia, baik dalam penciptaan fisik (al

jism), maupun psikis (al nafs).5)

b. Makna Terminologi

Secara terminologis para pakar fitrah mendefinisikan fitrah adalah

sebagai berikut :

Pertama, Definisi yang dikemukakan oleh Muhammad Ibn Asyur

yang dikutip oleh M. Quraish Shihab:

او جده اهللا يف كل خملق والفطرة الىت ختص نوع الفطرة هي النظام الذي االنسان هي ما خلقه اهللا عليه جسدا وعقال

“Fitrah adalah suatu sistem yang diwujudkan oleh Allah pada setiap makhluk. Fitrah yang khusus untuk jenis manusia adalah apa yang diciptakan Allah padanya yang berkaitan dengan jasad dan akal (ruh)”.6)

Lebih lanjut Quraish Shihab menjelaskan manusia berjalan dengan

kakinya adalah fitrah jasadiahnya. Sementara menarik kesimpulan melalui

premis-premis adalah fitrah aqliahnya (jiwa rasionalitasnya)7)

Menurut Abdul Mujib dalam definisi tersebut fitrah memiliki ruang

lingkup yang luas. Fitrah mencakup totalitas apa yang ada di alam dan

dalam diri manusia. Fitrah yang berada didalam manusia merupakan

5) Abdul Mujib, Loc. Cit, hal. 79. 6) Quraish Syihab,Loc. Cit , hal. 285. 7) Ibid

Page 3: ﺍﺮﻄﻓ ﺮﻄﻔﻳ ﺮﻄﻓlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2004... · BAB II FITRAH MANUSIA DALAM AL QUR’AN SURAT AL-RUUM AYAT 30 A. Pengertian

13

substansi yang memiliki organisasi konstitusi yang dikendalikan oleh

sistem tertentu. Sistem yang dimaksud terstruktur dalam dari komponen

jasad dan ruh. Masing-masing komponen ini memiliki sifat dasar, natur,

watak, dan cara kerja tersendiri. Semua komponen itu bersifat potensial

yang diciptakan oleh Allah sejak awal penciptaannya. Aktualitas fitrah

menimbulkan tingkah laku manusia yang disebut dengan “kepribadian”.

Kepribadian inilah yang menjadi ciri unik manusia.8)

Kedua, definisi yang dikemukakan oleh Ibnu Manzhur dan Al-

Jurjaniy yang dikutip oleh Abdul Mujib :

الفطرة هي حالة اجلبلة والطبع املتهيئ لقبول الدين

“Fitrah adalah kondisi konstitusi dan karakter yang dipersiapkan

untuk menerima agama”.9)

Menurut Abdul Mujib pengertian fitrah disini dianggap sebagai

satu kondisi (halat) konstitusi dan watak manusia. Konstirusi manusia

memiliki aspek pisik dan psikis. Demikian juga watak manusia memiliki

kondisi baik dan buruk. Kondisi ini sudah ada sejak awal penciptaan

manusia. Tujuan dari konstitusi dan watak agar manusia mampu menerima

agama. Sedang agama yang sesuai dengan fitrah manusia adalah al

Islam.10)

Ketiga, definisi yang dikemukakan oleh Laowis Ma’luf.

الفطرة هي الصفة الىت يتثف ا كل موجود يف اول زمان خلقته صفة االنسان الطبعة الذين السنه

“Fitrah adalah sifat yang digunakan untuk mensifati semua yang ada (didunia) sewaktu awal penciptaannya, sifat manusia adalah bertabiat agama, sunnah 11)

8) Abdul Mujib, Opcit, hal 79 9) Ibid, hal. 34 10) Ibid 11) Louwis Ma’luf, Loc Cit.

Page 4: ﺍﺮﻄﻓ ﺮﻄﻔﻳ ﺮﻄﻓlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2004... · BAB II FITRAH MANUSIA DALAM AL QUR’AN SURAT AL-RUUM AYAT 30 A. Pengertian

14

Definisi ini membatasi arti fitrah pada sifat yang melekat pada

semua makhluk yang ada di dunia. Misalnya sifat malaikat adalah taat

pada Allah, sifat setan durhaka pada Allah, sifat manusia mampu

menerima agama dan mencontoh tindakan-tindakan atau perbuatan yang

berkaitan dengan sunah nabi, sifat air adalah mudah mengalir ke tempat

yang rendah, sifat binatang adalah buas.

Dari segi istilah fitrah apabila dikaitkan dengan proses kejadian

manusia adalah asal-usul atau pola dasar kejadian manusia, dan apabila

dikaitkan dengan sifat-sifat dasar manusia maka pengertiannya adalah sifat

asli yang secara kodrati ada pada manusia. Dan apabila dikaitkan dengan

kemampuan manusia adalah kemampuan yang dimiliki oleh manusia sejak

ia diciptakan.

Sifat-sifat dan kemampuan yang ada pada manusia adalah berbeda-

beda, hal ini tergantung pada diri manusia bagaimana ia mengolah dan

mengembangkan semua yang ia miliki. Perbedaan ini bisa dilihat kepada

perilaku manusia kepada realita yang ada di bumi ini.

Sedangkan fitrah (asal-usul) manusia adalah sama yakni

sebagaimana firman Allah yang terdapat dalam surat Al A’raf ayat 172.

“Yaitu tentang kesaksian manusia terhadap Allah, bahwa Dia adalah

Tuhannya”.

Setelah menerangkan pengertian fitrah dari segi bahasa dan istilah

perlu diterangkan juga pengertian watak dan naluri yang kadang kala

kebanyakan manusia mengartikan arti kedua kata tersebut sama seperti

pengertian fitrah. Hal ini diperlukan untuk memahami lebih jelas makna

fitrah itu sendiri. Ketiga kata ini memang sulit untuk dicari perbedaanya

dan kalau kita perhatikan kelihatannya ketiga kata itu memiliki arti yang

sama, padahal tidak sama.

Perbedaan itu dapat dilihat dalam penjelasan Murtadho

Mutohhari yang membedakan arti istilah ketiga kata yaitu watak, naluri

dan fitrah. Watak (sifat dasar) biasanya dan banyak digunakan untuk

Page 5: ﺍﺮﻄﻓ ﺮﻄﻔﻳ ﺮﻄﻓlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2004... · BAB II FITRAH MANUSIA DALAM AL QUR’AN SURAT AL-RUUM AYAT 30 A. Pengertian

15

benda-benda mati. Tapi, bisa juga untuk benda-benda hidup, seperti

binatang, tumbuh-tumbuhan dan manusia. Contohnya, jika kita bermaksud

menunjukkan salah satu karakteristik (ciri khas) air, maka kita akan

mengatakan “Wataknya (sifat dasarnya) adalah begini” yaitu sifat dasar air

mudah mengalir pada tempat yang rendah. Dan juga bila kita mau

mengatakan kepada ciri khas manusia adalah “wataknya si A itu begini,

dan wataknya si B itu begitu”, jadi bisa dismpulkan watak (sifat dasar)

bahasa arabnya ath thabi’ah (tabi’ah) adalah bisa digunakan untuk benda-

benda mati dan benda-benda hidup.

Sedangkan kata naluri atau istilah naluri ini banyak digunakan

pada hewan, dan jarang sekali digunakan untuk manusia dan tidak pernah

digunakan untuk benda-benda mati dan tumbuh-tumbuhan. Hakikat naluri

ini menurut Murtadho Muthohhari belum jelas saat ini, dan orang belum

atau tidak sanggup menginterpretasikan apa sebenarnya naluri itu. Kendati

demikian beliau mengatakan dalam diri binatang terdapat kekhususan-

kekhususan internal tertentu yang menjadi penuntun hidupnya. Di dalam

naluri tersebut terdapat kondisi setengah sadar dan kondisi tersebut bukan

muktasabah (diperoleh melalui usaha) yang dengan kondisi ini binatang

dapat dibedakan perjalanan hidupnya.12) Beliau mencontohkan seekor anak

binatang yang akan menyusu induknya. Tanpa diberi tahu oleh induknya

dan tanpa mencari kesana-kemari, dia langsung menyusup dibawah perut

induknya. Lalu begitu ia menemukan sesuatu ia langsung menyusunya.

Kemudian pada diri semut, ia adalah hewan yang suka mengumpulkan

makanan dan ia tidak tahu dari mana asal makanan itu. Semut juga tahu

bahwa jika biji-bijian yang dikumpulkan tanpa diganggu (dimakan),

niscaya akan tumbuh menjadi tunas.

Pengetahuan itulah yang oleh Murtadho Muthohhari disebut

naluri. Yakni kondisi kesadaran yang tidak sempurna. Suatu keadaan yang

merupakan gabungan dari sadar dan tidak sadar. Naluri bukanlah

12) Murtadho Muthohhari, Loc Cit, hal.19.

Page 6: ﺍﺮﻄﻓ ﺮﻄﻔﻳ ﺮﻄﻓlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2004... · BAB II FITRAH MANUSIA DALAM AL QUR’AN SURAT AL-RUUM AYAT 30 A. Pengertian

16

kecenderungan, sebab kata beliau yang disebut kecenderungan adalah

kondisi yang sepenuhnya sadar dan bersifat internal, sedang dalam naluri

tidak terdapat kesadaran yang penuh.13) Fitrah, istilah ini hanya digunakan

untuk manusia dan tidak digunakan untuk benda-benda mati, tumbuh-

tumbuhan dan binatang.14) Fitrah merupakan bawaan alami, ia merupakan

sesuatu yang melekat dalam diri manusia dan bukan diperoleh melalui

usaha. Fitrah mirip dengan kesadaran, sebab manusia mengetahui apa

yang dia ketahui dari dirinya.15) Sebagaimana yang dinukil oleh Abdul

Mujib, Ibnu Taimiyah membedakan antara fitrah dengan tabiat. Fitrah

merupakan potensi bawaan yang berlabel Islam dan berlaku untuk semua

manusia. Sedangkan tabiat merupakan suatu yang ditentukan atau ditulis

oleh Allah melalui ilmuNya. Dengan kata lain fiitrah manusia itu sama

yaitu Islam, tetapi tabiatnya berbeda-beda. Fitrah hanya memiliki satu

natur, sedangkan tabiat memiliki beberapa natur.16) Natur tabiat manusia

dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu ; pertama, natur baik yang

merupakan natur asli tabiat manusia, natur ini bersumber dari fitrah, hal

ini dapat dibuktikan lewat kisah Nabi Adam dan Siti Hawa ketika masih

berada dalam surga. Keduanya memiliki prinsip yang baik yaitu enggan

melanggar aturan Allah. Namun karena godaan Iblis yang bertabiat jelek

maka keduanya kemasukan tabiat buruk, akhirnya keduanya melangar

aturan Allah dan selanjutnya dikeluarkan dari surga (Q.S. Al-Baqarah : 30-

39)17) Bentuk natur tabiat baik adalah diantaranya mampu memikul

amanah Allah (Q.S. Al-Ahzab : 72), menjadi hamba yang setia (Q.S. Al-

Dzariyah : 56), menjadi kholifah Allah (Q.S. Al-Baqarah : 30), memiliki

potensi untuk memahami, melihat dan mendengarkan ayat-ayat Allah, baik

ayat-ayat Qur’ani maupun kauni; memiliki ilmu pengetahuan melalui

13) Ibid, hal. 20. 14) Ibid, hal.20. 15) Ibid, hal.20 16) Abdul Mujib, Loc Cit, hal. 31 17) Ibid, hal 31-32

Page 7: ﺍﺮﻄﻓ ﺮﻄﻔﻳ ﺮﻄﻓlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2004... · BAB II FITRAH MANUSIA DALAM AL QUR’AN SURAT AL-RUUM AYAT 30 A. Pengertian

17

penguasaan asma-asma Allah, memiliki beberapa sifat dan insting yang

lengkap. Ekspresi sifat dan insting yang baik akan mendapatkan balasan

surga, sedang yang buruk diberi neraka tabiat biologisnya diciptakan

dalam bentuk sebaik-baiknya (ahsan taqwim).18) Kedua, natur tabiat yang

buruk diantaranya adalah; diciptakan dalam kondisi lemah (al-dho’if),

tergesa-gesa (‘aji) (Q.S. Al-Anbiya’ : 37), keluh kesah dan kikir (halu’a),

apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah dan apabila ia diberi suatu

kebaikan ia amat kikir, memiliki kebiasaan mudah putus asa dan kikir

nikmat, suka melampaui batas, tidak mau menyadari karunia Allah yang

diberikan kepadanya, mudah lalai apa yang telah diberikan.19) Tabiat baik

ini menurut Abdul Mujib, lebih mudah teraktualisasi dari pada tabiat

buruk. Sebab tabiat baik lebih dekat dengan fitrah. Semakin erat interaksi

tabiat dengan fitrah maka semakin baik pula tingkat kualitasnya.20)

Tabiat manusia juga memiliki kebutuhan-kebutuhan asasi.

Kebutuhan asasinya adalah beragama, sebab agama merupakan potensi

yang ada sejak adanya tabiat itu. Fitrah agama ini kemudian mengaktual

dalam bentuk kebudayaan dan peradaban, seperti dalam berekonomi,

bersosial, berpolitik, berlogika, berseni dan sebagainya. Semua kebutuhan

ini bermuara pada agama, jika ternyata tidak maka manusia itu akan

mengalami penyimpangan fitrah asalnya .21) Jadi jelaslah fitrah adalah asal

usul kejadian manusia yang pertama kali yang berhubungan dengan

kondisi psikologi (jiwa). Diperoleh bukan melalui usaha, tetapi dengan

kesadaran. Fitrah ini berupa ketauhidan.

18) Ibid, hal 32 19) Ibid 20) Ibid 21) Ibid, hal 32

Page 8: ﺍﺮﻄﻓ ﺮﻄﻔﻳ ﺮﻄﻓlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2004... · BAB II FITRAH MANUSIA DALAM AL QUR’AN SURAT AL-RUUM AYAT 30 A. Pengertian

18

B. Konsep Fitrah Dalam Surat Al Ruum Ayat 30.

1. Teks Ayat dan Terjemahnya

فأقم وجهك للدين حنيفا فطرة الله التي فطر الناس عليها لا تبديل لخلق الله ) 30(ذلك الدين القيم ولكن أكثر الناس لا يعلمون

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”22)

2. Munasabah Ayat

Munasabah ayat 30 dari surat Al Ruum dengan ayat sebelumnya

adalah bahwa Allah menunjukkan agama yang benar menurut fitrah

manusia adalah agama yang menyembah Tuhan Allah saja, hal ini

diterangkan dan dijelaskan dengan pembuktian kaum penyembah Allah

melawan kaum musyrikin / penyembah berhala dan sejenisnya. Dalam

pertempuran antara kaum penyembah Allah dengan kaum musyrikin

dimenangkan oleh kaum penyembah Allah, kemenangan perjuangan ini

diterangkan dalam ayat 1-7. Kemenangan ini tak lain juga karena atas

pertolongan Allah Yang Maha Esa seperti yang terdapat pada ayat 5,

dalam surat ini.

Akan tetapi manusia hanya mengetahui yang dhahir saja, yaitu

ilmu-ilmu yang berkaitan dengan kehidupan dunia saja, ayat 7.

Selanjutnya Allah menerangkan bahwa bahwa kebanyakan

manusia mengingkari akan menyerupai Tuhan ayat 8. Karena itu mereka

tidak memikirkan diri mereka sendiri dan memperhatikan ciptaan Allah

yaitu langit dan bumi yang diciptakan dengan indah. Manusia juga tidak

mau mengambil i’tibar terhadap orang-orang yang telah lalu

memakmurkan bumi dan Rosul memberi peringatan, akibatnya mereka

berbuat jahat dan mendustakan ayat-ayat Allah. Karena itu Allah

22) Soenaryo, dkk, Depag RI, hal 645.

Page 9: ﺍﺮﻄﻓ ﺮﻄﻔﻳ ﺮﻄﻓlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2004... · BAB II FITRAH MANUSIA DALAM AL QUR’AN SURAT AL-RUUM AYAT 30 A. Pengertian

19

memberikan pahala bagi orang-orang yang berbuat baik berupa surga

adapun mereka yang kufur ditempatkan dalam neraka. Hal ini terdapat

dalam ayat 8-16. Pada ayat selanjutnya 17-19 Allah menerangkan agar

manusia mendapat pahala akhirat (surga), maka manusia disuruh

mensucikan dirinya diwaktu petang, senja dan subuh yaitu fajar mulai

memancar, diwaktu isya dan waktu lohor (dhuhur), Ashar. Allah juga

memperingatkan manusia akan kehidupan setelah mati, ini dikarenakan

agar manusia dapat selalu mengingat dan mensucikan Allah dari segala

yang tidak layak.

Dan selanjutnya Allah menerangkan dalam ayat 21-27 akan

tanda-tanda kekuasaanNya, yaitu tentang penciptaan manusia dan juga

penciptaan langit dan bumi. Hal ini ditunjukkan kepada manusia agar

mereka mau berfikir. Allah juga menerangkan tentang penghidupan

manusia setelah kematian mereka. Dalam hal kehidupan setalah kematian

orang-orang kafir merasa aneh dan tidak percaya terhadap kejadian ini

maka turunlah ayat yang ke 27 dari surat Al Ruum.23)

وهو الذي يبدأ الخلق ثم يعيده وهو أهون عليه وله المثل الأعلى في كيمالح زيزالع وهض والأرات ووم27(الس (

“Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu lebih mudah bagi-Nya. Dan bagiNyalah sifat yang Maha Tinggi dilangit dan dibumi dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Kemudian pada ayat 28 Allah memberi teguran terhadap kaum

Makkah akan kemusyrikan mereka. Yang mengatakan : Ya Allah aku

menyambut panggilan-Mu, aku menyambut panggilan-Mu, tiada sekutu

bagi-Mu, kecuali satu sekutu yang dimiliki oleh-Mu dan oleh sekutu itu.

Kelaliman orang-orang musyrik yang mengikuti hawa nafsu mereka

sendiri dengan tak ada pengetahuan itu tidak akan ada yang bisa

23) Qomarudin Shaleh dkk, Asbabun Nuzul (Latar Belakang Historis Turunnya Ayat Al-Qur’an), CV. Diponegoro, Bandung, cet ke 7, hal. 383.

Page 10: ﺍﺮﻄﻓ ﺮﻄﻔﻳ ﺮﻄﻓlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2004... · BAB II FITRAH MANUSIA DALAM AL QUR’AN SURAT AL-RUUM AYAT 30 A. Pengertian

20

menolongnya kecuali dengan petunjuk Allah dan Allah sendiri yang

menolongNya, ayat 29.

Dan setelah sekian lama Nabi memperingatkan kaum kafir

Makkah untuk menyembah Allah semata, akan tetapi kaum itu tidak mau

mendengarkannya, maka Allah memperingatkan Nabi agar jangan berkecil

hati dan agar Nabi memusatkan dirinya pada agama hanif (agama

Ibrahim). Yaitu agama yang diciptakan Allah untuk manusia dan yang

sesuai dengan fitrah manusia, ayat 30. Oleh karena itu kembalilah kamu

kepada Allah dan berbaktilah, dengan mendirikan sembahyang dan jangan

menjadi orang-orang yang mempersekutukan Allah, hal ini terdapat pada

ayat 31-32.

Jadi munasabah ayat 30 dengan ayat sebelum dan sesudahnya

adalah ayat 30 itu merupakan kelanjutan dari ayat sebelumnya. Hal ini bisa

dilihat pada ayat 29 yang intinya bahwa orang-orang yang lalim itu hanya

menuruti hawa nafsunya sendiri, mereka tidak mempunyai pengetahuan,

maka tidak ada seorangpun penolong baginya dalam mengentaskan

kelalimannya, kecuali dengan petunjuk Allah sendiri. Oleh karena itu

maka Nabi disuruh condong dengan sepenuh hati kepada agama hanif,

yaitu agama Ibrahim. Agama yang hanya menyembah Tuhan yang Esa dan

jangan sampai menjadi orang-orang musyrik yang tidak berpengetahuan.

Dengan kembali kepada Allah dan bertobat padaNya dengan mendirikan

sholat, maka manuusia akan selalu mengingat Tuhannya dan mereka akan

selamat dunia akhirat.

3. Tafsir Ayat

Untuk memulai menafsirkan ayat 30 dari surat Al Ruum ini akan

penulis mulai dari menjelaskan / menafsirkan kata-kata yang sulit dalam

ayat tersebut. Kemudian menjelaskan secara global.

Page 11: ﺍﺮﻄﻓ ﺮﻄﻔﻳ ﺮﻄﻓlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2004... · BAB II FITRAH MANUSIA DALAM AL QUR’AN SURAT AL-RUUM AYAT 30 A. Pengertian

21

فاقم,Fa pada lafadz fa aqim menurut ahli qiroah adalah sebagai

istaknafiiyah24) yang artinya adalah permulaan atau merupakan permulaan

atau awalan dalam kalimat.

Menurut al Maroghi huruf Fa yang terdapat dalam lafadz fa-aqim

mempunyai arti penegasan atau keharusan sebuah perintah sehingga

artinya adalah kamu (Muhammad) harus meluruskan pandanganmu

dengan seksama jangan sampai menengok ke kanan dan ke kiri agar

terhindar dari segala macam perbuatan yang telah dilakukan oleh orang

musyrik. Sehingga mereka tidak mendapatkan seorang penolongpun yang

bisa menolong mereka dari kesesatan yang mereka lakukan dengan

menuruti hawa nafsu mereka sendiri. فاقم lafadz ini berasal dari

Kalimat هموقوودالع اقام yakni bila dia meluruskan kayu itu, artinya dia

telah meluruskan dan melepangkan kayu itu. Sedang makna yang

dimaksud disini adalah menerima agama Islam dan teguh di dalam

memegangnya25), sedangkan menurut Imam al-Zujjaj, fa-aqim dimaknai

dengan ittabi’ yang artinya ikutilah, yang dimaksud disini adalah di suruh

mengikuti agama hanif Ibrahim (agama Islam).26) Selanjutnya lafadz

“wajjah” diterangkan dalam kitab Tajjul Mashodir adalah berarti anggota

badan tertentu dan terkadang yang dimaksud adalah dzat keseluruhan jiwa

raga.27) Dalam Tafsir al-Khozin diterangkan pula yang dimaksud dengan

lafadz “wajjah” adalah menghadap dengan seluruh badanya.28) Pada

lafadz Liddini, diterangkan dalam tafsirnya Sayyed Muhammad Husein

24) Abdul Wahid Sholeh, Al-I’rob al-Mufasil Li Kitabullah Murotal, Darul Fikri, th, 1993

cet. I. hal. 106. 25) Ahmad Musthofa al Maraghi, Tafsir al-Maraghi, diterjemahkan oleh Bahrun Abu

Bakar, LC., dkk, CV. Toha Putra Semarang, cet II, th. 1992, hal. 30. 26) al-Qurtubi, Op Cit hal. 17. 27) Ismail al-Barwasawy, Tafsir Ruhul Bayan, Dar al-Fikr, Beirut, tth Jilid VIII, hal. 30 28) Ali Ibnu Muhammad Ibnu Ibrahim al- Bagdadi, Tafsir al-Khozin, Darul kutub al-

Ilmiah Baerut, tth, Juz V hal. 71.

Page 12: ﺍﺮﻄﻓ ﺮﻄﻔﻳ ﺮﻄﻓlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2004... · BAB II FITRAH MANUSIA DALAM AL QUR’AN SURAT AL-RUUM AYAT 30 A. Pengertian

22

bahwa “lam” yang melekat pada lafadz ad-dien secara dhohir

menunjukkan hubungan yang erat, maksudnya adalah agama Islam.29)

Kemudian pada lafadz hanifa, sebagai hal dari fa’ilnya aqim (maksudnya

adalah suatu perintah pada Nabi Muhammad) boleh juga menjadi hal dari

ad-dien atau hal dari lafadz wajjah, tetapi hal yang pertama itu lebih jelas

karena sesuai dengan konteks kalamnya, hanif artinya mencondongkan

kedua kaki dengan tegak lurus setelah bengkok (rukuk). Jelasnya lurus

dengan tegak antara kaki dan badan seperti i’tidal.30) Dijelaskan pula

dalam Tafsir Ruhul Bayan, lafadz hanifa, sebagai hal yang menunjukkan

kepada agama Muhammad. Maksudnya adalah Nabi Muhammad beserta

umatnya itu diperintahkan untuk condong kepada agama hanif, dari pada

agama-agama yang lain, dan disuruh beristiqomah di dalamnya. Dan boleh

juga lafadz hanif, menjadi hal dari ad-dien yang maksudnya adalah agama

Ibrahim atau agama Tauhid.31) Al-Maroghi mengartikan lafadz hanifan,

berasal dari kata al-hanif yang artinya Allah dapat di selidiki dalam diri

manusia, yaitu mau menerima kebenaran dan persiapan untuk

menemukannya.32) Bisa jadi yang dimaksud lafadz haniffan ini adalah

agama yang mana ajarannya mengandung ke Maha Esaan Allah itu bisa

dikenali, atau diselidiki lewat dalam diri manusia itu sendiri. Sedang lafadz hanifan menurut al-Rozi artinya adalah

menghadap pada agama Allah dan menolak segala sesuatu selain Allah

sehingga kita meninggalkannya.33) Dan menurut Murtadho Muthohhari,

hunafa’ adalah jamak dari hanif, artinya orang yang condong pada Islam

dan berpegang teguh padanya. Dikalangan bangsa Arab, yang disebut al-

29) Sayyed Muhammad Husain at-Thoba Thobay, al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an, Beirut-

Lebanon, tth. Juz 16, hal. 183 30) Ibid 31) Ismail al-Barsawy, Op Cit, hal. 30. 32) Ahmad Musthofa al-Maraghi, Op Cit, hal. 81. 33) Imam Muhammad al-Rozy, Tafsir Fakhrur Rozi, Dar al-Fikr, Juz XXV, hal. 121.

Page 13: ﺍﺮﻄﻓ ﺮﻄﻔﻳ ﺮﻄﻓlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2004... · BAB II FITRAH MANUSIA DALAM AL QUR’AN SURAT AL-RUUM AYAT 30 A. Pengertian

23

hanif adalah orang yang mengikuti agama Ibrahim as. Arti asal al-hanif

adalah “condong”, karena itu makna al-hanif yang benar menurut

Murthadho Muthohhari ialah orang yang condong kepada kebenaran,

kepada Allah, kepada Tauhid. Dengan begitu, hanifisme (al-hanafiyyah)

merupakan kumpulan kecenderungan yang terdapat dalam fitrah manusia.

Artinya, fitrah manusia merupakan himpunan dari kecenderungan-

kecenderungan kepada kebenaran dan kepada (agama) Allah.34)

Jadi فانين حيللد كهجو فاقم PقلىP penjelasannya adalah maka

arahkanlah wajahmu dengan lurus menuju ke arah yang telah ditentukan

oleh Tuhanmu demi taat kepadaNya, yaitu kearah agama yang lurus dan

agama fitrah. Dan berpalinglah kamu dari kesesatan untuk menuju kepada

petunjuk.35). Yakni : apabila telah nyata kebenaran dan telah batal

kesyirikan, maka hadapkanlah mukamu kepada agama yang lapang / hanif

/ lurus dan hindarkanlah dari segala rupa kesesatan.36)

PقلىP فطرت اهللا التى فطر الناس عليها

“Tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.”

Lafadz fitrah, ini banyak disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak

20 kali 37). Hanya saja yang mengikuti pola fi’lah hanya satu yaitu yang

terdapat dalam ayat ini yakni Al Ruum ayat 30.

Dalam bahasa Arab, bentuk fi’lah ini menunjuk pada masdar

yang menunjukkan arti ”keadaan atau jenis perbuatan”, jika kita

mengucapkan kata jaslah, maka menunjukkan arti duduk satu kali, jika

34) Murtadho Muthohhari, Fitrah, terjemahan H. Afif Muhammad, Lentera, 1998 M. Cet

I, hal. 17. 35) Ahmad Musthofa al-Maroghi, Op Cit, hal. 83. 36) Hasbi Ash Shidiqy, Tafsir al-Qur’anul Majid “AN-NUR”, Bulan Bintang, Jakarta,

1965, Cet. I Juz XIX, hal. 50. 37) Muhamad Fuar Abdul Baqi, Mu’jam al Mufahrosi li al Fadhili al Quranul Karim,

darul hadis, tt, hal 633.

Page 14: ﺍﺮﻄﻓ ﺮﻄﻔﻳ ﺮﻄﻓlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2004... · BAB II FITRAH MANUSIA DALAM AL QUR’AN SURAT AL-RUUM AYAT 30 A. Pengertian

24

kita katakan jislah, maka artinya adalah keadaan duduk. Karena itu

ucapan yang berbunyi “Jalasta jilsata zaidin”, berarti aku duduk seperti

duduknya Zaid”. Yakni, duduk seperti keadaan duduk yang dilakukan

Zaid. Berdasarkan hal itu, maka lafadz fitrah yang berkaitan dengan

keadaan manusia dan hubungan keadaan tersebut dengan agama, yakni

yang terdapat dalam surat Al Ruum ayat 30, mengandung arti keadaan

yang dengan itu manusia diciptakan. Artinya Allah telah menciptakan

manusia dengan keadaan tertentu, yang di dalamnya terdapat kekhususan-

kekhususan yang ditempatkan Allah dalam dirinya saat dia di ciptakan,

dan keadaan itulah yang menjadi fitrahnya.38) Diterangkan dalam Tafsir Al

Mizan lafadz fitrah menjadi bina’ nau’ dari lafadz al-Fathara yang

artinya: al-Ijadi wal ibtida’, yang artinya penciptaan awal mula, atau

lafadz fitratallah itu menjadi nasab dengan mentakdirkan lafadz a’nii,

yang dimaksud al-Fitrah adalah al Millah maksudnya tetaplah dan

istiqomahlah kepada agama yang Allah telah menciptakan manusia atas

fitrah itu, tidak ada perubahan atas ciptaan Allah. Lafadz fitrah menjadi

maf’ul mutlak kepada fa’il yang terbuang, jadi maksudnya adalah Allah

menciptakan fitrah dan Allah menciptakan manusia atas dasar fitrah, maka

manusia merusaknya dari yang sudah jelas.39) Artinya bahwa Allah telah

menciptakan manusia atas dasar fitrah yang suci akan tetapi manusia telah

merusaknya sendiri dari yang sudah jelas, yaitu suatu yang Allah telah

mencipta manusia atas dasar fitrah.

Sedang yang dimaksud lafadz fitratallahi adalah merupakan

isyaroh bahwa agama yang wajib diteguhkan adalah sesuatu yang di

ilhamkan kepada ciptaannya dan Allah menunjukkan kepada fitrah

ilahiyah yang tak bisa diubahnya.40) Yang dimaksudkan fitrah Ilahiyah

disini adalah ketauhidan dimana Allah telah berfirman :

38) Murtadho Muthohhari, Op Cit, hal.8, 39) Sayyid Muhammad Husain, al-Mizan fi Tafssir al-Qur’an, Op.cit. hal. 185. 40) Ibid, hal. 183.

Page 15: ﺍﺮﻄﻓ ﺮﻄﻔﻳ ﺮﻄﻓlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2004... · BAB II FITRAH MANUSIA DALAM AL QUR’AN SURAT AL-RUUM AYAT 30 A. Pengertian

25

فسهملى أنع مهدهأشو مهتيذر ورهمظه من مني ءادب من كبذ رإذ أخو ذا غافلنيه نا عا كنة إنامالقي موقولوا يا أن تنهدلى شقالوا ب كمببر تألس

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) : “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab : ”Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (kami lakukan yang demikian itu) agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan : “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (ke-esaan Tuhan) (al-A’raf : 172).

Kata jiwa dalam ayat diatas menurut Ikhwan al Shafa adalah

substansi ruhaniah yang mengandung unsur langit dan nuraniah, hidup

dengan zatnya, mengetahui dengan daya, efektif secara tabiat, mengalami

proses belajar, aktif di dalam tubuh, memanfaatkan tubuh, serta

memahami bentuk segala sesuatu.41)

Jiwa itu satu, dan diberi berbagai nama dengan fungsinya daya-

dayanya yang beragam. Sedangkan daya jiwa itu ada 3 jenis, yaitu daya

jiwa tumbuh-tumbuhan, daya jiwa hewan, dan daya jiwa rasional.42)

Daya jiwa tumbuh-tumbuhan berpusat dihati dan memiliki sifat

diantaranya, hasrat untuk makan dan minum, menyerap, tumbuh,

merasakan dan membedakan antara enam arah, menyebarkan akar ke

segala arah yang rendah dan tanah yang lembut, mengarahkan dahan dan

ranting ke arah luas, kecenderungan, menghindari tempat-tempat yang

sempit dan fisik yang menyiksa.43)

Jiwa hewan berpusat dijantung, dan memiliki sifat diantaranya

adalah ; sahwat seksual, sahwat kepemimpinan dll.44)

Jiwa rasional berpusat diotak memiliki sifat dan daya disamping

sifat dan daya yang ada pada tumbuh-tumbuhan dan sifat dan daya pada

41) Muhammad Ustman Najati, Jiwa dalam Pandangan Para Filosof Muslim, Pustaka

Hidayah, 1993, Cet I, hal. 117. 42) Ibid, hal. 129-130. 43) Ibid,hal 118. 44) Ibid,hal 118.

Page 16: ﺍﺮﻄﻓ ﺮﻄﻔﻳ ﺮﻄﻓlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2004... · BAB II FITRAH MANUSIA DALAM AL QUR’AN SURAT AL-RUUM AYAT 30 A. Pengertian

26

hewan. Sifat dan daya rasional ini memiliki hasrat untuk mendapatkan,

memperluas dan membanggakan diri, mengwembangkan ilmu

pengetahuan, untuk berkarya, berseni dan merasa tinggi untuk mencapai

tujuan.45) Jiwa rasional ini memiliki akal gharizi (instink), yaitu akal yang

ada pada setiap orang dan bisa ditemukan dalam wataknya sendiri tanpa

melalui perantara.46)

Jiwa rasional melaksanakan fungsinya yang dinisbahkan pada

akal. Jiwa rasional atau akal menurut Ibnu Sina adalah kesempurnaan

pertama bagi tubuh alamiah yang bersifat mekanistik, dimana pada satu

sisi ia melakukan berbagai perilaku ekstensial berdasarkan ikhtiyar pikiran

dan kesimpulan ide, namun pada sisi lain ia mempersepsi sama persoalan

universal.47)

Menurut Ibnu Hazm akal adalah kemampuan membedakan yang

utama dari yang nista, melaksanakan tujuan yang baik bagi tujuan di alam

keabadian.48) Intinya akal adalah sesuatu yang membedakan dan mampu

memilih mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk.

Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim ketika mencari

pengetahuan tentang Tuhan. Dan dia telah ditunjukkan oleh Allah melalui

akalnya tentang siapa Tuhan yang benar itu. Sehingga dia kemudian tidak

termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, dan dia juga

pengikut agama yang benar, yaitu agama yang mengajarkan tentang

keesaan Allah.49)

Oleh karena itu sebenarnya manusia semuanya mau tidak mau

harus mengenal Allah. Karena di relung sanubarinya yang paling dalam

(jiwa) ia sadar akan keharusan tersebut sebab didalam batinnya ia

45) Ibid,hal 119. 46) Ibid,hal 119. 47) Ibid, hal 146. 48) Ibid, hal 186. 49) Hal ini dapat dilihat pada firman Allah yang terdapat dalam Al Qur’an surat al-An’am

ayat 74-80.

Page 17: ﺍﺮﻄﻓ ﺮﻄﻔﻳ ﺮﻄﻓlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2004... · BAB II FITRAH MANUSIA DALAM AL QUR’AN SURAT AL-RUUM AYAT 30 A. Pengertian

27

mendengar suatu pertanyaan : apakah Aku Tuhanmu?” dan ia menjawab

“ya benar” (Al A’raf :172).50)

Ayat 172 dari surat Al A’raf menurut Sayid Husain Naser

menyatakan perjanjian antara Allah dengan manusia sejak masih dalam

ruh.51) Sedang menurut menurutal-Thabathoba’i, dialog ruh dengan Allah

didalamarwah merupakan suatu penciptaan ketuhanan (sunnah al-Khilqah

Al-Ilahiyah) yang berlaku untuk semua manusia didunia kelak.52)Dengan

demikian dapat difahami bahwa fitrah adalah penciptaan al-Tauhid pada

diri manusia di alam perjanjian.53).

Ibn Qoyyim lebih menegaskan bahwa fitrah adalah benar-benar

kecenderungan bawaan untuk mengetahui Allah, Tauhid dan din

al-Islam.54) Berdasarkan pernyataan ini maka manusia sebelum dilahirkan

sudah membawa pengetahuan tentang Allah.

Sebagaimana diterangkan oleh Sahl At-Tustari bahwa fitrah

menyatu dengan jiwa manusia, diciptakan oleh Allah agar manusia bisa

mengikutiNya sebagai Tuhan yang memiliki kekuasaan atas segala

sesuatu. Tauhid menyatu dengan fitrah manusia sebab Allah, dengan

hikmahNya yang tidak terbatas, menghendaki manusia untuk

mengenalNya sebagai Tuhan yang Maha Esa. Inilah mengapa manusia

mampu untuk mengetahui Tuhannya sebelum keberadaannya di bumi.55)

Periode sebelum manusia di lahirkan di bumi ini disebut keadaan pra-

eksistensial yang ditandai dengan ketundukan kepada Allah dan

pengakuannya kepada Tuhan Yang Maha Esa secara langsung.56)

50) Ali Issa Othman, Manusia menurut Al Ghazali, terj. Johan Smif, Anas Mahyudin

Yusuf, Judul asli : The concept of Man in Islam in The Writing of Al Ghaza;li, Pustaka, Bandung, 1987. cet 2 hal.118.

51) Abdul Mujib, Op Cit, hal 24. 52) Ibid. 53) Ibid, hal 25 54) Hasan Ali Al Hijayi, Manhaj Tarbiyah Ibnul Qoyyim, Al Kausar , Jakarta, 2001, hal.73 55) Yasin Mohamed, Loc Cit, hal 41 56) Ibid

Page 18: ﺍﺮﻄﻓ ﺮﻄﻔﻳ ﺮﻄﻓlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2004... · BAB II FITRAH MANUSIA DALAM AL QUR’AN SURAT AL-RUUM AYAT 30 A. Pengertian

28

Tujuan ketuhanan dan nilai fungsional fitrah dalam keadaan pra

eksistensial manusia juga terletak dalam nilainya sebagai kesaksian

menentang kemusyrikan dan kekafiran yang mungkin berdalih tidak tahu

atau mungkin mengaku-aku, pada hari hisab, hanya mengikuti nenek

moyangnya.57) Allah menjawab jenis argumen ini dengan firmanNya

sebagai berikut :

“(Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari kiamat kamu

tidak mengatakan : “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang

yang lengah terhadap ini (ke Esaan Tuhan), atau agar kamu tidak

mengatakan:“Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan

Tuhan sejak dulu, sedang kami adalah anak-anak keturunan yang (datang)

sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena

perbuatan-perbuatan orang yang sesat dahulu? (Q.S Al-A’raaf : 172-173).

Maka peranan para Nabi adalah untuk mengingatkan manusia

tentang Tauhid sehingga mereka akhirnya bisa mengetahui sifat dasar

bawaannya, fitrahnya.58) Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya

kamu hanyalah orang yang memberi peringatan (Q.S al-Ghasyiyyah : 21).

Jadi jelaslah kiranya bahwa konsep fitrah manusia yang terdapat

dalam surat ar-Rum ayat 30 adalah al-Tauhid, yaitu yang mana sejak

periode sebelum manusia dilahirkan kedunia ini atau dalam keadaan pra

eksistesialnya sudah membawa kecenderungan pengetahuan dan

mengetahui bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa (Tauhid). Fitrah

Tauhid ini oleh para Mufasirin disebut agama Tauhid atau agama Islam.

Selanjutnya lafadz

ال تبديل لخلق اهللا"Tidak ada perubahan atas ciptaan Allah.”

Menurut sebagian mufasir ayat ini berhubungan kepada Nabi

yang diwaktu itu sedang sedih melihat kaumnya tidak mau beriman pada

57) Ibid 58) Ibid, hal 51

Page 19: ﺍﺮﻄﻓ ﺮﻄﻔﻳ ﺮﻄﻓlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2004... · BAB II FITRAH MANUSIA DALAM AL QUR’AN SURAT AL-RUUM AYAT 30 A. Pengertian

29

Allah. Kemudian Allah berfirman agar Nabi janganlah bersedih hati

lantaran orang-orang musyrik yang tidak beriman. Sebab mereka (orang

musyrik) diciptakan kepada kecelakaan. Dan siapa saja yang ditetapkan

untuk celaka maka ia tidak akan bahagia.59)

Maksud dari ayat diatas juga berarti “al-wahdaniyah” (ke Maha

Esaan Allah) yang ditanamkan dalam hati dan pikiran manusia dan Allah

tidak merubah yang demikian itu, sehingga andaikan mereka (orang-orang

kafir) ditanya “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi”, mereka akan

menjawab “Allah”, akan tetapi iman yang fitri dan yang hanya diucapkan

dalam mulut itu belum cukup (sempurna).60

Dan ucapan yang mengandung arti bahwa Allah menciptakan

makhluk dan semua yang ada di bumi hanya untuk menyembah/ beribadah

pada Allah, tidak ada perubahan atas ciptaan Allah yang demikian itu;

artinya keadaan manusia sebagai hamba, tidak seperti hambanya

(budaknya) seorang raja yang bisa keluar atau merdeka dengan cara

ditebus, akan tetapi manusia adalah seorang hamba (budak) yang tidak

bisa keluar atau merdeka dari ciptaannya sebagai hamba (budak), dan

penyembahannya/melakukan ibadah kepada Allah. Pendapat ini

menjelaskan kepada pendapat-pendapat yang salah (1) Yang mengatakan

bahwa ibadah yang menghasilkan kesempurnaan dan orang yang

sempurna karena melakukan ibadah maka tidak wajib diberi beban lagi

tanggung jawab atau mereka sudah tidak lagi perlu melakukan ibadah haji

sampai akhir hayatnya. (2) Dan penjelasan pendapat orang-orang musyrik

yang mengatakan, manusia yang kurang sempurna tidaklah sah dalam

menyembah Allah, dan sesungguhnya manusia adalah hamba bintang-

bintang dan bintang-bintang adalah hamba Allah, (3) dan juga

menjelaskan pendapat orang-orang Nasrani, sesungguhnya Nabi Isa

dibolehkan oleh Allah untuk berbuat apa saja, maka jadilah Nabi Isa itu

59 Imam Muhamad Al Rozy Fakhrudin, Tafsir Fakhrur Rozy, Dar al Fikr juz xxv, hal 121 60 Ibid

Page 20: ﺍﺮﻄﻓ ﺮﻄﻔﻳ ﺮﻄﻓlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2004... · BAB II FITRAH MANUSIA DALAM AL QUR’AN SURAT AL-RUUM AYAT 30 A. Pengertian

30

dianggap sebagai Tuhan.61) Kemudian al-Rozy mengulang pendapatnya

bahwa “Tidak ada perubahan atas ciptaan Allah” maksudnya adalah semua

makhluk (manusia) adalah hamba (budak) yang tidak bisa merdeka atau

keluar dari ciptaannya sebagai hamba yang harus menyembah dan tunduk

pada Allah semata. 62)

Dalam kitab ringkasan tafsir Ibn Katsir dijelaskan bahwa Firman

Allah Ta’ala “Tidak ada perubahan pada fitrah Allah”, tafsirnya adalah

tidak ada perubahan atas dinul Islam yang menjadi landasan penciptaan

manusia. Kemudian Ibn Katsir menyertai pendapatnya ini dengan hadits

yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari al-Aswad bin Sa’i al-Taimi : 63)

فقا تل . اتيت رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم وغزوت معه فأصبت ظفرا فبلغ ذالك رسول اهللا عليه وسلم فقال ما بال , الناس يوم ئد حىت قتلو االولدان

فقال دجل يارسول اهللا اما هم . اقوام جاوزهم القتل اليوم حت قتلو االذرية مث قال ال تقتلوا ذرية ال ابناء املسركني فقال ال امنا حيار كم ابناء املشركني

فأبواها , تقتلوا ذرية وقال كل نسمة تولد على الفطرة حت يعرب عنها لساا )رواه امحد(يهوداا اوينصراا

“ Aku menjumpai Rasulullah SAW, lalu aku berperang bersama Beliau. Akupun mendapat kemenangan. Pada saat itu orang-orang pergi berperang lalu mereka membunuh anak-anak. Kejadian ini sampai kepada Rasulullah SAW. Maka Rasulullah bersabda “Mengapa orang-orang itu melampaui batas hingga membunuh anak-anak, seseorang berkata, wahai Rasulullah bukankah anak-anak itu adalah anak kaum musyrik? Beliau bersabda, bukan begitu orang-orang yang baik-baik diantara kamupun semula merupakan anak kaum muyrik, kemudian Beliau memerintahkan agar jangan membunuh anak-anak. Jangan membunuh anak-anak! Setiap diri dilahirkan dalamkeadaan fitrah, sehingga lisannya menyimpang dari fitrah itu maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi dan Nasrani” (HR. Ahmad).

61) Ibid 62) Dalam Tafsir Bhaidhowi karangan Nasir ad-Dien bin Said ‘Abdullah bin Umar

Muhamad Syairozy Baidhowi juz XI, dijelaskan seseorang tidak kuasa merubah ciptaan Allah 63) Muhamad Nasir al-Rifai, Ringkasan Tafsir Ibn Katsir, Gema Insani, Jakarta 1999, jilid

3 hal 765

Page 21: ﺍﺮﻄﻓ ﺮﻄﻔﻳ ﺮﻄﻓlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2004... · BAB II FITRAH MANUSIA DALAM AL QUR’AN SURAT AL-RUUM AYAT 30 A. Pengertian

31

Menurut Al-Maroghi “la tabdila likhoqillah” merupakan kalimat

berita yang mengandung makna perintah, jadi seolah-olah dikatakan,

”janganlah kalian mengganti agama Allah (agama tauhid) dengan

kemusyrikan”.64)

Lebih lanjut al-Maroghi menjelaskan, akal manusia itu seakan-

akan lembaran putih yang bersih dan siap menerima tulisan yang akan

dituangkan isinya dan ia seperti lahan yang menerima semua yang

ditanamkan kepadanya. Dan jiwa manusia itu datang kepadanya berbagai

macam agama dan pengetahuan, lalu menyerapnya, akan tetapi hal-hal

yang baiklah yang paling banyak diserapnya. Sebagaimana tumbuh-

tumbuhan, dan jiwa manusia itu tidak akan mengganti fitrah yang baik ini

dengan pendapat-pendapat yang rusak melainkan dengan adanya guru

yang mengajarinya. Seandainya orang tua membiarkan anaknya, niscaya

anak itu akan mengetahui dengan sendirinya, bahwa Tuhan itu satu, dan

akalnya tidak akan menuntun kepada hal lain. Sesungguhnya ternakpun

tidak akan terpotong-potong telinganya atau bagian tubuhnya yang lain

kecuali faktor dari luar. Demikian pula lembaran akal, ia tidak akan

terkena pengaruh melainkan faktor dari luar yang menyesatkannya.65)

Menurut keterangan ini maka ketetapan Allah yang berupa fitrah

manusia (pengakuan manusia terhadap Allah, bahwa Dialah satu-satunya

Tuhan) tidak akan diubah oleh Allah sampai hari kiamat nanti dan pada

hari itulah manusia nantinya akan diminta pertanggungjawabannya oleh

Allah tentang yang sudah ia ucapkan dan ia perbuat di muka bumi.

Disamping itu fitrah manusia adalah suatu kebaikan, maka

apabila kebaikan itu diberikan jalan yang baik dan lurus lewat

pengetahuan dan pendidikan yang baik maka ia akan berjalan lurus dan

baik sehingga manusia akan selamat jalannya dan bisa sampai tujuan.

Yaitu kembali kepada Allah dengan selamat, dan apabila fitrah manusia

64) Ahmad Mustofa Al-Maroghi, Op Cit, 84 65) Ibid

Page 22: ﺍﺮﻄﻓ ﺮﻄﻔﻳ ﺮﻄﻓlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2004... · BAB II FITRAH MANUSIA DALAM AL QUR’AN SURAT AL-RUUM AYAT 30 A. Pengertian

32

ini diberikan jalan yang jelek maka fitrah ini akan mandek dan manusia

akan berjalan dalam kesesatan sehingga apabila manusia tidak kembali

dan merubah kesesatan menjadi kebaikan maka ia akan kembali pada

Allah dengan tidak selamat. Firman Allah :

ماءهجو قول حسوا أن الرهدشو انهمإمي دعوا با كفرمقو دي اللههي فكيو اتنيالبالظالمني مدي القوهلا ي 86(الله(

“Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah mereka beriman. Serta mereka telah mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad) benar-benar Rasul, dan keterangan-keterangan pun telah datang kepada mereka? Allah tidak menunjuki orang-orang yang zalim.” (Ali-Imron : 86).

Zajjaj mengatakan, “kaifa yahdihim” adalah bahwa Allah tidak

memberikan hidayah kepada mereka karena mereka telah mengetahui

kebenaran, menyaksikan dan meyakininya, namun mereka sengaja kafir

terhadapnya. Dengan demikian, jika ia telah mengetahui petunjuk, ia

segera mendapatkan hidayah, sedangkan yang mengetahui kebenaran dan

meyakininya, serta hatinya mengakuinya, kemudian ia memilih 66),

kekafiran dan kesesatan, maka bagaimana Allah akan memberikan

petunjuk pada orang seperti ini? Jadilah mereka tidak akan kembali pada

Allah dengan selamat.67)

Firman Allah : مالقي نالذي ذلك

66) Dalam hal memilih manusia menggunakan akalnya untuk berfikir. Melalui akal

tersebut manusia dapat berfikir tentang kebaikan dan keburukan, ia juga dapat memilih mana yang baik dan yang buruk. Melalui akal inilah manusia menentukan jalan hidupnya, dan pemberian akal inilah Allah hendak menguji manusia

67) Tafsir Al Munir, Op Cit, hal 53 dan Muhamad Ali Sobuni, Sofwah al Tafsir, Dar al Fikr, Beirut hal 748

Page 23: ﺍﺮﻄﻓ ﺮﻄﻔﻳ ﺮﻄﻓlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2004... · BAB II FITRAH MANUSIA DALAM AL QUR’AN SURAT AL-RUUM AYAT 30 A. Pengertian

33

“Itulah agama yang lurus” maksudnya adalah fitrah manusia yang diciptakan oleh Allah tentang ketauhidan itu merupakan agama yang lurus.68)

Ibn Katsir mengatakan “Berpegang teguh kepada syari’at dan

fitrah yang selamat merupakan agama yang teguh dan lurus.” Namun

kebanyakan manusia tidak mengetahui agama itu. Penggalan ini seperti

Firman Allah “Dan Mayoritas manusia tidaklah beriman, walaupun kamu

(Muhammad) sangat menginginkannya.69)

Al-Maroghi’ dalam menafsirkan ayat diatas juga sama seperti Ibn

Katsir yaitu, yang Allah perintahkan kepada manusia adalah ajaran tauhid,

ia adalah agam yang haq, tiada kebengkokan dan tiada pula penyimpangan

di dalamnya.70) Oleh karena itu berpegang teguhlah kalian (manusia) pada

agama Allah itu niscaya kalian akan selamat.

Firman Allah :

ولكن اكثرالناس ال يعلمون “Dan akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. Tafsirnya adalah : Kebanyakan mereka tidak mengetahui

fitrahnya, lantaran mereka tidak mau menggunakan akalnya, guna

memikirkan bukti-bukti yang jelas yang menunjukkan kepada

ketauhidan.71) Karena tidak mau memikirkan maka mereka tidak

mengetahui sesungguhnya mereka (manusia) tercipta hanya untuk

menyembah kepada Allah.72)

Akal merupakan perlengkapan manusia dan merupakan hidayah

Allah yang paling tinggi disamping agama, yang akan mengangkat

manusia ke derajat yang paling tinggi, bahkan lebih tinggi dari pada

68) Yusuf Qardhowi, Al Quran Berbicara Tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan,Gema Insani, Jakarta, 1998, hal 128

69) Muhamad Nasir Al Rifai, Ringkasan Tafsir Ibn Katsir, Op Cit, hal 766 70) Al Maraghy, Op Cit, hal 84 71) Ibid 72) Muhamad Ali Shobuni, Op Cit, hal 478

Page 24: ﺍﺮﻄﻓ ﺮﻄﻔﻳ ﺮﻄﻓlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2004... · BAB II FITRAH MANUSIA DALAM AL QUR’AN SURAT AL-RUUM AYAT 30 A. Pengertian

34

makhluk yang bernama malaikat. Dengan akal, pintu segala pengetahuan

terbuka lebar, dan dengan ilmu berbagai masalah hidup dan kehidupan

dapat terpecahkan.73)

Jadi tahu dan tidaknya manusia terhadap fitrah Allah, agama

Alah terletak pada akal manusia, apabila ia mau menggunakan akalnya

dengan sebaik-baiknya ia akan tahu dan mengetahui dan selanjutnya

mengamalkan dengan sebaiknya apa yang telah diperintahkan oleh Allah

dan meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah. Dan apabila ia tidak mau

menggunakan akalnya dengan baik maka ia tidak akan tahu dan

selanjutnya mereka (manusia) akan ingkar terhadap perintah Allah.

Dari keterangan-keterangan diatas maka dapat disimpulkan

bahwa isi kandungan surat Al Ruum ayat 30 adalah :

Pertama berisi tentang fitrah ketuhanan. Fitrah ini diterima

manusia dalam pra eksistensinya di bumi, dan ia masih dalam keadaan

suci, dan belum mendapatkan godaan syetan. Sehingga ia mudah

menerima dan mengimani bahwa Allah itu adalah Tuhan yang patut

disembah dan Dialah satu-satunya Tuhan, tidak ada Tuhan lain selain Dia.

Dia lah Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Maha Pemberi

ilmu pengetahuan. Sedangkan dibumi manusia banyak mendapatkan

godaan-godaan syetan yang selalu mengintainya, sehingga manusia kalau

dia tidak mendapatkan pendidikan yang tepat, maka bisa jadi ia tersesat

dan akan mengikuti syetan yang terkutuk, dia akan lupa siapa Tuhannya,

siapa yang memberi nikmat hidup di dunia ini, dan lupa apa yang

seharusnya ia lakukan terhadap Tuhannya.

Kedua, agama yang lurus. Agama Islam yang diwahyukan oleh

Allah kepada Nabi Muhammad dan Nabi-Nabi sebelumnya, merupakan

wahana atau sarana dalam mendidik dan mengajarkan manusia pada

fitrahnya.

73) Ahmadi, Islam sebagai Paradigma Pendidikan,Aditya Media bekerja sama dengan

IAIN Wali songo Press, 1992, hal. 47-48

Page 25: ﺍﺮﻄﻓ ﺮﻄﻔﻳ ﺮﻄﻓlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2004... · BAB II FITRAH MANUSIA DALAM AL QUR’AN SURAT AL-RUUM AYAT 30 A. Pengertian

35

Ketiga, pentingnya akal yang harus digunakan dalam semestinya.

Artinya akal itu harus digunakan oleh manusia untuk memikirkan siapa

yang membuat dan menciptakan dia dan alam semesta ini. Untuk

memikirkan apa yang harus dilakukan manusia terhadap Tuhannya.

C. Fungsi Fitrah Bagi Manusia

Allah menciptakan semua yang ada di alam semesta tidaklah sia-sia,

artinya semua ada nilai gunanya. Kegunaan yang ada pada ciptaan Allah itu

satu sama lain berbeda. Nilai guna yang ada pada ciptaan Allah itu juga

berguna antara antara ciptaan yang satu dengan yang lainnya. Contohnya,

sayur-sayuran diciptakan oleh Allah yang di dalamnya terkandung beberapa

zat yang berguna untuk tubuh manusia, seperti wortel mengandung vitamin A

untuk kesehatan mata manusia. Dan gunung diciptakan oleh Allah fungsinya

sebagai pengokoh bumi agar tidak goncang.

Begitu juga fitrah diciptakan Allah dalam diri manusia sejak manusia

itu diciptakan juga mempunyai fungsi.

1. Sebagai pengikat.74) Dalam hal ini, Allah mengikat manusia dengan

diriNya, ketika manusia masih dalam keadaan pra eksistensial, dengan

pertanyaan yang Allah sendiri yang secara langsung memberikan

pertanyaan itu. Pertanyaan seperti yang termaktub dalam QS. Al A’raaf

ayat 172, yaitu : “Bukankah aku ini Tuhanmu?”. Melalui pertanyaan ini

juga manusia dengan sendirinya mengikatkan dirinya pada Allah; dengan

jawaban “Ya, benar”, kami menjadi saksi. Oleh karena itu manusia tidak

bisa lepas dari Allah. Manusia harus tunduk dan taat kepadanya. Ketaatan

dan ketundukan manusia kepada Allah akan memberikan kehidupan

manusia di bumi dan di akhirat akan selamat.

74) Yasien Mohamed, Loc Cit,hal 50

Page 26: ﺍﺮﻄﻓ ﺮﻄﻔﻳ ﺮﻄﻓlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/8/jtptiain-gdl-s1-2004... · BAB II FITRAH MANUSIA DALAM AL QUR’AN SURAT AL-RUUM AYAT 30 A. Pengertian

36

2. Sebagai saksi penentang kekafiran dan kemusyrikan yang mungkin

berdalih tidak tahu atau mengaku-aku, pada hari hisab, hanya mengikuti

nenek moyangnya.75)

3. Sebagai motivator dan dinamisator penggerak tingkah laku manusia,

meluruskan akal budi dan mengendalikan implus-implus yang rendah.76)

4. Sebagai pedoman dasar kehidupan ia di bumi. Fitrah manusia yang

melekat dalam diri manusia dan diciptakan pada awal penciptaan manusia

dimaksudkan Allah agar manusia bisa mengakuiNya sebagai Tuhan yang

memiliki kekuasaan atas segala sesuatu.77) Dengan berpedoman seperti ini

manusia yang diciptakan sebagai kholifah di bumi, harus tunduk pada

fitrahnya. Kehidupan manusia di bumi merupakan anugerah sekaligus

ujian bagi manusia. Oleh karena itu manusia tidak mungkin lepas dari

keimanan yang mereka ucapkan sendiri ketika ia masih dalam keadaan

pra-eksistensinya.

Manusia bumi secara potensi adalah seorang kholifah yang

sempurna, suatu mikro kosmos manusia universal. Agar manusia menjadi

sempurna dan memiliki pengetahuan tentang Allah, dia harus Tunduk dan

mematuhi fitrahnya dan mencapai manusia universal dalam dirinya dan

mengikuti Nabi Muhammad sebagai prototype spiritual.78)

75) Ibid, hal 51 76) Abdul Mujib, Loc Cit, hal 54 77) Yasien Mohemed, Op Cit, hal 49 78) Ibid