71
1. Memahami dan Menjelaskan Malpraktek 1.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Malpraktek Malpraktik atau malpractice berasal dari kata ”mal” yang berarti buruk dan ”practice”yang berarti suatu tindakan atau praktik, dengan demikian malpraktek adalah suatu tindakanmedis buruk yang dilakukan dokter/tenaga kesehatan dalam hubungannya dengan pasien.Malparaktik adalah setiap kesalahan profesional yang diperbuat oleh dokter/tenagakesehatan pada waktu melakukan pekerjaan profesionalnya, tidak memeriksa, tidak menilai,tidak berbuat atau meninggalkan hal-hal yang diperiksa, dinilai, diperbuat atau dilakukanoleh dokter pada umumnya didalam situasi dan kondisi yang sama (Berkhouwer & Vorsman,1950). Menurut Hoekema, 1981 malpraktik adalah setiap kesalahan yang diperbuat oleh dokter karena melakukan pekerjaan kedokteran dibawah standar yang sebenarnya secara rata-rata dan masuk akal, dapat dilakukan oleh setiap dokter dalam situasi atau tempat yang sama,dan masih banyak lagi definisi tentang malparaktik yang telah dipublikasikan.Kelalaian medik. Malpraktek adalah kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos, California, 1956). Dari definisi tersebut 1

133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

1. Memahami dan Menjelaskan Malpraktek

1.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Malpraktek

Malpraktik atau malpractice berasal dari kata ”mal” yang berarti buruk dan

”practice”yang berarti suatu tindakan atau praktik, dengan demikian malpraktek adalah suatu

tindakanmedis buruk yang dilakukan dokter/tenaga kesehatan dalam hubungannya dengan

pasien.Malparaktik adalah setiap kesalahan profesional yang diperbuat oleh

dokter/tenagakesehatan pada waktu melakukan pekerjaan profesionalnya, tidak memeriksa,

tidak menilai,tidak berbuat atau meninggalkan hal-hal yang diperiksa, dinilai, diperbuat atau

dilakukanoleh dokter pada umumnya didalam situasi dan kondisi yang sama (Berkhouwer &

Vorsman,1950).

Menurut Hoekema, 1981 malpraktik adalah setiap kesalahan yang diperbuat oleh

dokter karena melakukan pekerjaan kedokteran dibawah standar yang sebenarnya secara rata-

rata dan masuk akal, dapat dilakukan oleh setiap dokter dalam situasi atau tempat yang

sama,dan masih banyak lagi definisi tentang malparaktik yang telah dipublikasikan.Kelalaian

medik. 

Malpraktek adalah kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk

mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat

pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran

dilingkungan yang sama (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos,

California, 1956). Dari definisi tersebut malpraktek harus dibuktikan bahwa apakah benar

telah terjadi kelalaian tenaga kesehatan dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan

keterampilan yang ukurannya adalah lazim dipergunakan diwilayah tersebut. Jika akibat yang

tidak diinginkan tersebut terjadi apakah bukan merupakan resiko yang melekat terhadap suatu

tindakan medis tersebut (risk of treatment) karena perikatan dalam transaksi teraputik antara

tenagakesehatan dengan pasien adalah perikatan/perjanjian jenis daya upaya (inspaning

verbintenis) dan bukan perjanjian/perjanjian akan hasil (resultaa verbintenis).

Apabila tenaga tenaga kesehatan didakwa telah melakukan kesalahan profesi, hal ini

bukanlah merupakan hal yang mudah bagi siapa saja yang tidak memahami profesi kesehatan

dalam membuktikan ada dan tidaknya kesalahan.Dalam hal tenaga kesehatan didakwa telah

melakukan criminal malpractice, harus dibuktikan apakah perbuatan tenaga kesehatan

tersebut telah memenuhi unsur tidak pidanya yakni :

a. Apakah perbuatan (positif act atau negatif act) merupakan perbuatan yang tercela1

Page 2: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

b. Apakah perbuatan tersebut dilakukan dengan sikap batin (mens rea) yang salah (sengaja,

ceroboh atau adanya kealpaan). Selanjutnya apabila tenaga perawatan dituduh telah

melakukan kealpaan sehingga mengakibatkan pasien meninggal dunia, menderita luka,

maka yang harus dibuktikan adalah adanya unsur perbuatan tercela (salah) yang dilakukan

dengan sikap batin berupa alpa atau kurang hati-hati ataupun kurang praduga.

1.2. Memahami dan Menjelaskan Jenis Malpraktek

JENIS-JENIS MALPRAKTEK

Berpijak pada hakekat malpraktek adalan praktik yang buruk atau tidak sesuai dengan

standar profesi yang telah ditetepkan, maka ada bermacam-macam malpraktek yang dapat

dipiah dengan mendasarkan pada ketentuan hukum yang dilanggar, walaupun kadang kala

sebutan malpraktek secara langsung bisa mencakup dua atau lebih jenis malpraktek. Secara

garis besar malprakltek dibagi dalam dua golongan besar yaitu mal praktik medik (medical

malpractice) yang biasanya juga meliputi malpraktik etik (etichal malpractice) dan

malpraktek yuridik (yuridical malpractice). Sedangkan malpraktik yurudik dibagi menjadi

tiga yaitu malpraktik perdata (civil malpractice), malpraktik pidana (criminal malpractice)

dan malpraktek administrasi Negara (administrative malpractice).

1. Malpraktik Medik (medical malpractice)

John.D.Blum merumuskan: Medical malpractice is a form of professional negligence

in whice miserable injury occurs to a plaintiff patient as the direct result of an act or

omission by defendant practitioner. (malpraktik medik merupakan bentuk kelalaian

professional yang menyebabkan terjadinya luka berat pada pasien / penggugat sebagai akibat

langsung dari perbuatan ataupun pembiaran oleh dokter/terguguat).

Sedangkan rumusan yang berlaku di dunia kedokteran adalah Professional

misconduct or lack of ordinary skill in the performance of professional act, a practitioner is

liable for demage or injuries caused by malpractice. (Malpraktek adalah perbuatan yang

tidak benar dari suatu profesi atau kurangnya kemampuan dasar dalam melaksanakan

pekerjaan. Seorang dokter bertanggung jawab atas terjadinya kerugian atau luka yang

disebabkan karena malpraktik), sedangkan junus hanafiah merumuskan malpraktik medik

1

Page 3: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

adalah kelalaian seorang dokter untuk mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu

pengetahuan yang lazim dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang yang terluka

menurut lingkungan yang sama.

2. Malpraktik Etik (ethical malpractice)

Malpraktik etik adalah tindakan dokter yang bertentangan dengan etika kedokteran,

sebagaimana yang diatur dalam kode etik kedokteran Indonesia yang merupakan seperangkat

standar etika, prinsip, aturan, norma yang berlaku untuk dokter.

3. Malpraktik Yuridis (juridical malpractice)

Malpraktik yuridik adalah pelanggaran ataupun kelalaian dalam pelaksanaan profesi

kedokteran yang melanggar ketentuan hukum positif yang berlaku.Malpraktik Yuridik

meliputi:

a. malpraktik perdata ( civil malpractice0

Malpraktik perdata terjadi jika dokter tidak melakukan kewajiban (ingkar janji) yaitu

tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati. Tindakan dokter yang

dapat dikatagorikan sebagai melpraktik perdata antara lain :

a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatan wajib dilakukan

b. Melakukan apa yang disepakati dilakukan tapi tidak sempurna

c. Melakukan apa yang disepakati tetapi terlambat

d. Melakukan apa yang menurut kesepakatan tidak seharusnya dilakukan

b. Malpraktik Pidana ( criminal malpractice )

Malpraktik pidana terjadi, jika perbuatan yang dilakukan maupun tidak dilakukan

memenuhi rumusan undang-undang hukum pidana. Perbuatan tersebut dapat berupa

perbuatan positif (melakukan sesuatu) maupun negative (tidak melakukan sesuatu) yang

merupakan perbuatan tercela (actus reus), dilakukan dengan sikap batin yang slah (mens rea)

berupa kesengajaan atau kelalauian. Contoh malpraktik pidana dengan sengaja adalah :

a. Melakukan aborsi tanpa tindakan medik

b. Mengungkapkan rahasia kedi\okteran dengan sengaja1

Page 4: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

c. Tidak memberikan pertolongan kepada seseorang yang dalam keadaan darurat

d. Membuat surat keterangan dokter yang isinya tidak benar

e. Membuat visum et repertum tidak benar

f. Memberikan keterangan yang tidak benar di pengadilan dalan kapasitasnya sebagai

ahli

Contoh malpraktik pidana karena kelalaian:

a. Kurang hati-hati sehingga menyebabkan gunting tertinggal diperut

b. Kurang hati-hati sehingga menyebabkan pasien luka berat atau meninggal

c. Malpraktik Administrasi Negara (administrative malpractice)

Malpraktik administrasi terjadi jika dokter menjalankan profesinya tidak

mengindahkan ketentuan-ketentuan hukum administrasi Negara. Misalnya:

a. Menjalankan praktik kedokteran tanpa ijin

b. Menjalankan praktik kedokteran tidak sesuai dengan kewenangannya

c. Melakukan praktik kedokteran dengan ijin yang sudah kadalwarsa.

d. Tidak membuat rekam medik.

Kelalaian dapat terjadi dalam 3 bentuk, yaitu malfeasance, misfeasance dan nonfeasance:

• Malfeasance berarti melakukan tindakan yang melanggar hukum atau

tidak tepat/layak (unlawful atau improper), misalnya melakukan

tindakan medis tanpaindikasi yang memadai.

• Misfeasance berarti melakukan pilihan tindakan medis yang tepat tetapi

dilaksanakandengan tidak tepat (improper performance), yaitu misalnya melakukan

tindakan medisdengan menyalahi prosedur

• Nonfeasance adalah tidak melakukan tindakan medis yang merupakan

kewajiban baginya. Bentuk-bentuk kelalaian di atas sejalan dengan 

bentuk-bentuk error (mistakes, slips and lapses), namun pada kelalaian harus memenuhi

keempat unsur kelalaian dalam hukum khususnya adanya kerugian, sedangkan error tidak

selalu mengakibatkan kerugian. 

1

Page 5: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

Demikian pula adanya latent error yang tidak secara langsung menimbulkan dampak

buruk .Suatu perbuatan atau sikap dokter atau dokter gigi dianggap lalai apabila

memenuhiempat unsur di bawah ini, yaitu:

1. Duty atau kewajiban dokter dan dokter gigi untuk melakukan sesuatu tindakan atauuntuk

tidak melakukan sesuatu tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada situasidan

kondisi yang tertentu.

2. Dereliction of the duty atau penyimpangan kewajiban tersebut.

3. Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagaikerugian 

akibat dari layanan kesehatan/kedokteran yang diberikan oleh pemberilayanan.

4. Direct causal relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata. Dalam hal ini harus

terdapat hubungan sebab akibat antara penyimpangan kewajiban dengan kerugianyang

setidaknya merupakan “proximate cause”.

Investigasi

Seorang dokter atau dokter gigi yang menyimpang dari standar profesi dan

melakukankesalahan profesi belum tentu melakukan malpraktik medis yang dapat dipidana,

malpraktik medis yang dipidana membutuhkan pembuktian adanya unsur culpa lata atau

kalalaian berat dan pula berakibat fatal atau serius (Ameln, Fred, 1991). Hal ini sesuai dengan

ketentuan pasal 359 KUHP, pasal 360, pasal 361 KUHP yang dibutuhkan pembuktian culpa

lata daridokter atau dokter gigi. Dengan demikian untuk pembuktian malpraktik

secara hukum pidana meliputi unsur :

1) Telah menyimpang dari standar profesi kedokteran;

2) Memenuhi unsur culpa lata atau kelalaian berat; dan

3) Tindakan menimbulkan akibat serius, fatal dan melanggar pasal 359, pasal 360,

KUHP.Adapun unsur-unsur dari pasal 359 dan pasal 360 sebagai berikut :

1) Adanya unsur kelalaian (culpa).

2) Adanya wujud perbuatan tertentu .

3) Adanya akibat luka berat atau matinya orang lain.

4) Adanya hubungan kausal antara wujud perbuatan dengan akibat kematian orang

lain itu.

1

Page 6: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

Tiga tingkatan culpa:

a. Culpa lata : sangat tidak berhati-hati (culpa lata), kesalahan serius, sembrono

(grossfault or neglect) 

b. Culpa levis : kesalahan biasa (ordinary fault or neglect)

c. Culpa levissima : kesalahan ringan (slight fault or neglect) (Black 1979 hal. 241).

Dalam pembuktian perkara perdata, pihak yang mendalilkan sesuatu harus mengajukan 

bukti. Dalam hal ini dapat dipanggil saksi ahli untuk diminta pendapatnya. Jika kesalahan

yang dilakukan sudah demikian jelasnya ( res ipsa loquitur, thething speaks for itself )

sehingga tidak diperlukan saksi ahli lagi, maka beban pembuktian dapat dibebankan

pada dokternya.

1.3. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Malpraktek

1. Upaya pencegahan malpraktek dalam pelayanan kesehatan

1

Page 7: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga medis karena

adanya malpraktek diharapkan tenaga dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-hati,

yakni :

a. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena perjanjian

berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan perjanjian akan berhasil (resultaat

verbintenis).

b. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.

c. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.

d. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter.

e. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala kebutuhannya.

f. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat sekitarnya.

Terdapat pencegahan-pencegahan tertentu yang dapat dilakukan secara rutin sehingga

tuduhan malpraktik dapat dielakkan. Hal ini termasuk :

o Mempekerjakan dan melatih asisten dengan arahan langsung sampai asisten tersebut dapat

memenuhi standar kualifikasi yang ada

o Mengambil langkah hati-hati untuk menghilangkan faktor resiko di tempat praktik.

o Memeriksa secara periodik peralatan yang tersedia di tempat praktik.

o Menghindari dalam meletakkan literatur medis di tempat yang mudah diakses oleh pasien.

Kesalahpahaman dapat mudah terjadi jika pasien membaca dan menyalahartikan literatur

yang ada.

o Menghindari menyebut diagnosis lewat telepon.

o Jangan meresepkan obat tanpa memeriksa pasien terlebih dahulu.

o Jangan memberikan resep obat lewat telepon.

o Jangan menjamin keberhasilan pengobatan atau prosedur operasi yang ada.

o Rahasiakanlah sesuatu yang seharusnya menjadi rahasia. Jangan membocorkan informasi

yang ada kepada siapapun. Rahasia ini hanya diketahui oleh dokter dan pasien.

o Simpanlah rekam medis secara lengkap, jangan menghapus atau mengubah isi yang ada.

o Jangan menggunakan singkatan-singakatan atau simbol-simbol tertentu di rekam medis

o Gunakan formulir persetujuan yang sah dan sesuai Docu-books adalah alat bantu yang

penting dalam menyimpan surat persetujuan yang telah dibuat.

1

Page 8: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

o Jangan mengabaikan pasienmu.

o Cobalah untuk menghindari debat dengan pasien tentang tarif dokter yang terlampau

mahal. Buatlah diskusi dan pengertian dengan pasien mengenai tarif dokter yang wajar.

o Pada tiap kali pertemuan, gunakanlah bahasa yang dapat dimengerti oleh pasien. Jangan

pernah menduga jika pasien mengerti apa yang kita ucapkan.

o Jalinlah empati untuk setiap masalah yang dialami pasien, dengan ini tata laksana akan

menjadi komprehensif.

o Jangan pernah berbohong, memaksa, mengancam, atau melakukan penipuan kepada

pasien. Jangan mengakali pasienmu. Jangan mengarang-ngarang cerita mengenai penyakit

pasien.

o Jangan pernah melakukan pemasangan alat bantu, pengobatan atau tata laksana jika pasien

masih berada dalam pengaruh alkohol atau pengaruh pengobatan yang mengandung

narkotika.

o Jangan pernah menawarkan untuk membiayai pengobatan pasien dengan dana sendiri. Jika

pengobatan yang diberikan melebihi polis asuransi yang pasien miliki, maka jangan

limpahkan kepada polis asuransi yang kita miliki.

o Jangan menjelek-jelekkan pasien atau teman sejawatmu.

o Jangan pernah ikut serta dalam gerakan tutup mulut.

2. Upaya menghadapi tuntutan hukum

Apabila upaya kesehatan yang dilakukan kepada pasien tidak memuaskan sehingga

perawat menghadapi tuntutan hukum, maka tenaga kesehatan seharusnyalah bersifat pasif

dan pasien atau keluarganyalah yang aktif membuktikan kelalaian tenaga kesehatan.

Apabila tuduhan kepada kesehatan merupakan criminal malpractice, maka tenaga

kesehatan dapat melakukan :

a. Informal defence, dengan mengajukan bukti untuk menangkis/ menyangkal bahwa

tuduhan yang diajukan tidak berdasar atau tidak menunjuk pada doktrin-doktrin yang

ada, misalnya perawat mengajukan bukti bahwa yang terjadi bukan disengaja, akan

tetapi merupakan risiko medik (risk of treatment), atau mengajukan alasan bahwa

dirinya tidak mempunyai sikap batin (men rea) sebagaimana disyaratkan dalam

perumusan delik yang dituduhkan.

1

Page 9: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

b. Formal/legal defence, yakni melakukan pembelaan dengan mengajukan atau

menunjuk pada doktrin-doktrin hukum, yakni dengan menyangkal tuntutan dengan

cara menolak unsur-unsur pertanggung jawaban atau melakukan pembelaan untuk

membebaskan diri dari pertanggung jawaban, dengan mengajukan bukti bahwa yang

dilakukan adalah pengaruh daya paksa.

Berbicara mengenai pembelaan, ada baiknya perawat menggunakan jasa penasehat

hukum, sehingga yang sifatnya teknis pembelaan diserahkan kepadanya. Pada perkara

perdata dalam tuduhan civil malpractice dimana perawat digugat membayar ganti rugi

sejumlah uang, yang dilakukan adalah mementahkan dalil-dalil penggugat, karena dalam

peradilan perdata, pihak yang mendalilkan harus membuktikan di pengadilan, dengan

perkataan lain pasien atau pengacaranya harus membuktikan dalil sebagai dasar gugatan

bahwa tergugat (perawat) bertanggung jawab atas derita (damage) yang dialami penggugat.

Untuk membuktikan adanya civil malpractice tidaklah mudah, utamanya tidak

diketemukannya fakta yang dapat berbicara sendiri (res ipsa loquitur), apalagi untuk

membuktikan adanya tindakan menterlantarkan kewajiban (dereliction of duty) dan adanya

hubungan langsung antara menterlantarkan kewajiban dengan adanya rusaknya kesehatan

(damage), sedangkan yang harus membuktikan adalah orang-orang awam dibidang kesehatan

dan hal inilah yang menguntungkan tenaga perawatan.

1.4. Memahami dan Menjelaskan Aspek Hukum dan Sanksi

1. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

2. Pasal 359 – 360 KUHP Pidana

Pasal 359 KUHP

Barang siapa karena kesalahan (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati,

diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan

paling lama satu tahun

Pasal 360 KUHP

(1) Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain mendapat luka-luka

bert, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling

lama satu tahun

1

Page 10: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

(2) Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian

rupa sehingga timbul penyakit atau halangan menjadikan pekerjaan jabatan atau

pencarian selama waktu tertemtu, diancam dengan pidana penjara paling lama

Sembilan bulan atau denda paling tinggi tiga ratus rupiah.

3. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

2. Memahami dan Menjelasakan Informed Consent

2.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Informed Consent

Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien

atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan

kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.Persetujuan yang ditanda tangani

oleh pasien atau keluarga terdekatnya tersebut, tidak membebaskan dokter dari tuntutan

jika dokter melakukan kelalaian. Tindakan medis yangdilakukan tanpa

persetujuan pasien atau keluarga terdekatnya, dapat digolongkan sebagai tindakan

melakukan penganiayaan berdasarkan KUHP Pasal 351.

Informasi/keterangan yang wajib diberikan sebelum suatu tindakan kedokteran

dilaksanakan adalah:

1. Diagnosa yang telah ditegakkan.

2. Sifat dan luasnya tindakan yang akan dilakukan.

3. Manfaat dan urgensinya dilakukan tindakan tersebut.

4. Resiko resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi daripada tindakan kedokteran tersebut.

5. Konsekwensinya bila tidak dilakukan tindakan tersebut dan adakah alternatif cara

pengobatan yang lain.

6. Kadangkala biaya yang menyangkut tindakan kedokteran tersebut.

Bentuk Inform Consent

Dinyatakan (expressed)

o Dinyatakan secara lisan

1

Page 11: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

o Dinyatakan secara tertulis. Pernyataan tertulis diperlukan apabila dibutuhkan bukti di

kemudian hari, umumnya pada tindakan yang invasif atau yang beresiko mempengaruhi

kesehatan penderita secara bermakna. Permenkes tentang persetujuan tindakan medis

menyatakan bahwa semua jenis tindakan operatif harus memperoleh persetujuan tertulis.

Tidak dinyatakan (implied)

o Pasien tidak menyatakannya, baik secara lisan maupun tertulis, namun melakukan tingkah

laku (gerakan) yang menunjukkan jawabannya.

o Meskipun consent jenis ini tidak memiliki bukti, namun consent jenis inilah yang paling

banyak dilakukan dalam praktik sehari-hari.

o Misalnya adalah seseorang yang menggulung lengan bajunya dan mengulurkan lengannya

ketika akan diambil darahnya.

Proxy Consent adalah consent yang diberikan oelh orang yang bukan si pasien itu sendiri,

dengan syarat bahwa pasien tidak mampu memberikan consent secara pribadi, dan consent

tersebut harus mendekati apa yang sekiranya akan diberikan oleh pasien, bukan baik buat

orang banyak). Umumnya urutan orang yang dapat memberikan proxy consent adalah

suami/istri, anak, orang tua, saudara kandung, dst. Proxy consent hanya boleh dilakukan

dengan pertimbangan yang matang dan ketat.

Konteks dan Informed Consent : doktrin Informed Consent tidak berlaku pada 5

keadaan :

Keadaan darurat medis

Ancaman terhadap kesehatan masyarakat

Pelepasan hak memberikan consent (waiver)

Clinical privilege (penggunaan clinical privilege hanya dapat dilakukan pada pasien yang

melepaskan haknya memberikan consent.

Pasien yang tidak kompeten dalam memberikan consent.

Contextual circumstances juga seringkali mempengaruhi pola perolehan informed

consent. Seorang yang dianggap sudah pikun, orang yang dianggap memiliki mental

lemah untuk dapat menerima kenyataan, dan orang dalam keadaan terminal seringkali

1

Page 12: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

tidak dianggap “cakap” menerima informasi yang benar – apalagi membuat keputusan

medis. Banyak keluarga pasien melarang para dokter untuk berkata benar kepada pasien

tentang keadaan sakitnya.

Keluhan pasien tentang proses informed consent :

Bahasa yang digunakan untuk menjelaskan terlalu teknis

Perilaku dokter yang terlihat terburu-buru atau tidak perhatian, atau tidak ada waktu untuk

tanya-jawab.

Pasien sedang dalam keadaan stress emosional sehingga tidak mampu mencerna informasi

Pasien dalam keadaan tidak sadar atau mengantuk.

Keluhan dokter tentang informed consent :

Pasien tidak mau diberitahu.

Pasien tak mampu memahami.

Resiko terlalu umum atau terlalu jarang terjadi.

Situasi gawat darurat atau waktu yang sempit.

Bentuk Informed Consent

1. Implied Constructive Consent (Keadaan Biasa)

Tindakan yang biasa dilakukan, telah diketahui, telah dimengerti oleh masyarakat

umum, sehingga tidak perlu lagi dibuat tertulis. Misalnya pengambilan darah untuk

laboratorium, suntikan, atau hecting luka terbuka.

2. Implied Emergency Consent (Keadaan Gawat Darurat)

Bila pasien dalam kondiri gawat darurat sedangkan dokter perlu melakukan tindakan

segera untuk menyelematkan nyawa pasien sementara pasien dan keluarganya tidak

bisa membuat persetujuan segera. Seperti kasus sesak nafas, henti nafas, henti

jantung.

3. Expressed Consent (Bisa Lisan/Tertulis Bersifat Khusus)

Persetujuan yang dinyatakan baik lisan ataupun tertulis, bila yang akan dilakukan

melebihi prosedur pemeriksaan atau tindakan biasa. Misalnya pemeriksaan vaginal,

pencabutan kuku, tindakan pembedahan/operasi, ataupun pengobatan/tindakan

invasive.

1

Page 13: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

2.2. Memahami dan Menjelaskan Tujuan Informed Consent

Tujuan dari informed consent adalah agar pasien mendapat informasi yang cukup untuk

dapat mengambil keputusan atas terapi yang akan dilaksanakan. Informed consent juga

berarti mengambil keputusan bersama. Hak pasien untuk menentukan nasibnya dapat

terpenuhi dengan sempurna apabila pasien telah menerima semua informasi yang ia perlukan

sehingga ia dapat mengambil keputusan yang tepat. Kekecualian dapat dibuat apabila

informasi yang diberikan dapat menyebabkan guncangan psikis pada pasien.

Dokter harus menyadari bahwa informed consent memiliki dasar moral dan etik yang

kuat. Menurut American College of Physicians’ Ethics Manual, pasien harus mendapat

informasi dan mengerti tentang kondisinya sebelum mengambil keputusan. Berbeda dengan

teori terdahulu yang memandang tidak adanya informed consent menurut hukum

penganiayaan, kini hal ini dianggap sebagai kelalaian. Informasi yang diberikan harus

lengkap, tidak hanya berupa jawaban atas pertanyaan pasien.

2.3. Memahami dan Menjelaskan Manfaat Informed Consent

Informed Consent bermanfaat untuk :

1) Melindungi pasien terhadap segala tindakan medik yang dilakukan tanpa

sepengetahuan pasien. Misalnya tindakan medik yang tidak perlu atau tanpa indikasi,

penggunaan alat canggih dengan biaya tinggi dsbnya.

2) Memberikan perlindungan hukum bagi dokter terhadap akibat yang tidak terduga dan

bersifat negatif. Misalnya terhadap resiko pengobatan yang tidak dapat dihindari

walaupun dokter telah bertindak seteliti mungkin.

Dengan adanya informed consent maka hak autonomy perorangan di kembangkan,

pasien dan subjek dilindungi, mencegah terjadinya penipuan atau paksaan, merangsang

profesi medis untuk mengadakan introspeksi, mengajukan keputusan-keputusan yang rasional

dan melibatkan masyarakat dalam memajukan prinsip autonomy sebagai suatu nilai sosial

serta mengadakan pengawasan dalam penelitian biomedik.

1

Page 14: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

2.4. Memahami dan Menjelaskan Persetujuan dalam Informed Consent

Bentuk persetujuan atau penolakan

Rumah sakit memiliki tugas untuk menjamin bahwa informed consent sudah didapat.

Istilah untuk kelalaian rumah sakit tersebut yaitu ”fraudulent concealment”. Pasien yang akan

menjalani operasi mendapat penjelasan dari seorang dokter bedah namun dioperasi oleh

dokter lain dapat saja menuntut malpraktik dokter yang tidak mengoperasi karena kurangnya

informed consent dan dapat menuntut dokter yang mengoperasi untuk kelanjutannya.

Bentuk persetujuan tidaklah penting namun dapat membantu dalam persidangan

bahwa persetujuan diperoleh. Persetujuan tersebut harus berdasarkan semua elemen dari

informed consent yang benar yaitu pengetahuan, sukarela dan kompetensi.

Beberapa rumah sakit dan dokter telah mengembangkan bentuk persetujuan yang

merangkum semua informasi dan juga rekaman permanen, biasanya dalam rekam medis

pasien. Format tersebut bervariasi sesuai dengan terapi dan tindakan yang akan diberikan.

Saksi tidak dibutuhkan, namun saksi merupakan bukti bahwa telah dilakukan informed

consent. Informed consent sebaiknya dibuat dengan dokumentasi naratif yang akurat oleh

dokter yang bersangkutan.

Otoritas untuk memberikan persetujuan

Seorang dewasa dianggap kompeten dan oleh karena itu harus mengetahui terapi yang

direncanakan. Orang dewasa yang tidak kompeten karena penyakit fisik atau kejiwaan dan

tidak mampu mengerti tentu saja tidak dapat memberikan informed consent yang sah.

Sebagai akibatnya, persetujuan diperoleh dari orang lain yang memiliki otoritas atas nama

pasien. Ketika pengadilan telah memutuskan bahwa pasien inkompeten, wali pasien yang

ditunjuk pengadilan harus mengambil otoritas terhadap pasien.

Persetujuan pengganti ini menimbulkan beberapa masalah. Otoritas seseorang

terhadap persetujuan pengobatan bagi pasien inkompeten termasuk hak untuk menolak

perawatan tersebut. Pengadilan telah membatasi hak penolakan ini untuk kasus dengan alasan

yang tidak rasional. Pada kasus tersebut, pihak dokter atau rumah sakit dapat memperlakukan

kasus sebagai keadaan gawat darurat dan memohon pada pengadilan untuk melakukan 1

Page 15: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

perawatan yang diperlukan. Jika tidak cukup waktu untuk memohon pada pengadilan, dokter

dapat berkonsultasi dengan satu atau beberapa sejawatnya.

Jika keluarga dekat pasien tidak setuju dengan perawatan yang direncanakan atau jika

pasien, meskipun inkompeten, mengambil posisi berlawanan dengan keinginan keluarga,

maka dokter perlu berhati-hati. Terdapat beberapa indikasi dimana pengadilan akan

mempertimbangkan keinginan pasien, meskipun pasien tidak mampu untuk memberikan

persetujuan yang sah. Pada kebanyakan kasus, terapi sebaiknya segera dilakukan (1) jika

keluarga dekat setuju, (2) jika memang secara medis perlu penatalaksanaan segera, (3) jika

tidak ada dilarang undang-undang.

Cara terbaik untuk menghindari risiko hukum dari persetujuan pengganti bagi pasien

dewasa inkompeten adalah dengan membawa masalah ini ke pengadilan.

Kemampuan memberi perijinan

Perijinan harus diberikan oleh pasien yang secara fisik dan psikis mampu memahami

informasi yang diberikan oleh dokter selama komunikasi dan mampu membuat keputusan

terkait dengan terapi yang akan diberikan. Pasien yang menolak diagnosis atau tatalaksana

tidak menggambarkan kemampuan psikis yang kurang. Paksaan tidak boleh digunakan dalam

usaha persuasif. Pasien seperti itu membutuhkan wali biasanya dari keluarga terdekat atau

yang ditunjuk pengadilan untuk memberikan persetujuan pengganti.

Jika tidak ada wali yang ditunjuk pengadilan, pihak ketiga dapat diberi kuasa untuk

bertindak atas nama pokok-pokok kekuasaan tertulis dari pengacara. Jika tidak ada wali bagi

pasien inkompeten yang sebelumnya telah ditunjuk oleh pengadilan, keputusan dokter untuk

memperoleh informed consent diagnosis dan tatalaksana kasus bukan kegawatdaruratan dari

keluarga atau dari pihak yang ditunjuk pengadilan tergantung kebijakan rumah sakit. Pada

keadaan dimana terdapat perbedaan pendapat diantara anggota keluarga terhadap perawatan

pasien atau keluarga yang tidak dekat secara emosional atau bertempat tinggal jauh, maka

dianjurkan menggunakan laporan legal dan formal untuk menentukan siapa yang dapat

memberikan perijinan bagi pasien inkompeten.

Pihak Yang Berhak Menyatakan Persetujuan:1

Page 16: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

1. Pasien sendiri (bila telah berumur 21 tahun atau telah menikah)

2. Bagi pasien di bawah umur 21 tahun diberikan oleh mereka menurut hak sebagai

berikut: (1) Ayah/ibu kandung, (2) Saudara-saudara kandung.

3. Bagi yang di bawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua atau orang tuanya

berhalangan hadir diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagai berikut: (l)

Ayah/ibu adopsi, (2) Saudara-saudara kandung, (3) Induk semang.

4. Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, diberikan oleh mereka menurut urutan

hak sebagai berikut: (1) Ayah/ibu kandung, (2) Wali yang sah, (3) Saudara-saudara

kandung.

5. Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampuan (curatelle), diberikan menurut

urutan hak sebagai berikut: (1) Wali, (2) Curator.

6. Bagi pasien dewasa yang telah menikah/orang tua, diberikan oleh mereka menurut

urutan hak sebagai berikut: a. Suami/istri, b. Ayah/ibu kandung, c. Anak-anak

kandung, d. Saudara-saudara kandung.

Wali: yang menurut hukum menggantikan orang lain yang belum dewasa untuk mewakilinya

dalam melakukan perbuatan hukum atau yang menurut hukum menggantikan kedudukan

orang tua. Induk semang : orang yang berkewajiban untuk mengawasi serta ikut bertanggung

jawab terhadap pribadi orang lain seperti pimpinan asrama dari anak perantauan atau kepala

rumah tangga dari seorang pembantu rumah tangga yang belum dewasa.

2.5. Memahami dan Menjelaskan Isi Informed Consent

Elemen Inform Consent

Threshold elements : Elemen ini sifatnya lebih ke arah syarat, yaitu pemberi consent

haruslah seseorang yang kompeten (cakap). Kompeten disini diartikan sebagai kapasitas

untuk membuat keputusan medis. Kompetensi manusia untuk membuat keputusan

sebenarnya merupakan suaut kontinuum, dari sama sekali tidak memiliki kompetensi

hingga memiliki kompetensi yang penuh. Diantaranya terdapat berbagai tingkat

kompetensi membuat keputusan tertentu (keputusan yang reasonable berdasarkan alasan

yang reasonable). Secara hukum seseorang dianggap cakap (kompeten) apabila telah

dewasa, sadar dan berada dalam keadaan mental yang tidak di bawah pengampuan.

Dewasa diartikan sebagai usia telah mencapai 21 tahun atau telah pernah menikah. 1

Page 17: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

Sedangkan keadaan mental yang dianggap tidak kompeten adalah apabila mempunyai

penyakit mental sedemikian rupa sehingga kemampuan membuat keputusan menjadi

terganggu.

Information elements : Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, disclosure

(pengungkapan) dan understanding (pemahaman). Pengertian ”berdasarkan pemahaman

yang adekuat membawa konsekuensi kepada tenaga medis untuk memberikan informasi

(disclosure) sedemikian rupa sehingga pasien dapat mencapai pemahaman yang adekuat.

Dalam hal ini, seberapa ”baik” informasi harus diberikan kepada pasien, dapat dilihat dari

3 standar :

o Standar Praktik Profesi : Bahwa kewajiban memberikan informasi dan kriteria ke-

adekuat-an informasi ditentukan bagaimana BIASANYA dilakukan dalam komunitas

tenaga medis. Dalam standar ini ada kemungkinan bahwa kebiasaan tersebut di atas tidak

sesuai dengan nilai-nilai sosial setempat, misalnya resiko yang ”tidak bermakna” (menurut

medis) tidak diinformasikan, padahal mungkin bermakna dari sisi sosial pasien.

o Standar Subyektif : Bahwa keputusan harus didasarkan atas nilai-nilai yang dianut oleh

pasien secara pribadi, sehingga informasi yang diberikan harus memadai untuk pasien

tersebut dalam membuat keputusan. Kesulitannya adalah mustahil (dalam hal

waktu/kesempatan) bagi profesional medis memahami nilai-nilai yang secara individual

dianut oleh pasien.

o Standar pada reasonable person : Standar ini merupakan hasil kompromi dari kedua

standar sebelumnya, yaitu dianggap cukup apabila informasi yang diberikan telah

memenuhi kebutuhan umumnya orang awam.

Consent elements : Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, voluntariness (kesukarelaan,

kebebasan) dan authorization (persetujuan). Kesukarelaan mengharuskan tidak ada

tipuan, misrepresentasi ataupun paksaan. Pasien juga harus bebas dari ”tekanan” yang

dilakukan tenaga medis yang bersikap seolah-olah akan ”dibiarkan” apabila tidak

menyetujui tawarannya.

Dalam Permenkes No. 585 tahun 1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik

dinyatakan bahwa dokter harus menyampaikan informasi atau penjelasan kepada pasien /

keluarga diminta atau tidak diminta, jadi informasi harus disampaikan.

1

Page 18: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

Mengenai apa yang disampaikan, tentulah segala sesuatu yang berkaitan dengan

penyakit pasien. Tindakan apa yang dilakukan, tentunya prosedur tindakan yang akan dijalani

pasien baik diagnostic maupun terapi dan lain-lain sehingga pasien atau keluarga dapat

memahaminya. Ini mencangkup bentuk, tujuan, resiko, manfaat dari terapi yang akan

dilaksanakan dan alternative terapi (Hanafiah, 1999).

Secara umum dapat dikatakan bahwa semua tindakan medis yang akan dilakukan

terhadap pasien yang harus diinformasikan sebelumnya, namun izin yang harus diberikan

oleh pasien dapat berbagai macam bentuknya, baik yang dinyatakan ataupun tidak. Yang

paling untuk diketahui adalah bagaimana izin tersebut harus dituangkan dalam bentuk

tertulis, sehingga akan memudahkan pembuktiannya kelak bila timbul perselisihan.

Secara garis besar dalam melakukan tindakan medis pada pasien, dokter harus

menjelaskan beberapa hal, yaitu:

1) Garis besar seluk beluk penyakit yang diderita dan prosedur perawatan /

pengobatan yang akan diberikan / diterapkan.

2) Resiko yang dihadapi, misalnya komplikasi yang diduga akan timbul.

3) Prospek / prognosis keberhasilan ataupun kegagalan.

4) Alternative metode perawatan / pengobatan.

5) Hal-hal yang dapat terjadi bila pasien menolak untuk memberikan persetujuan.

6) Prosedur perawatan / pengobatan yang akan dilakukan merupakan suatu

percobaan atau menyimpang dari kebiasaan, bila hal itu yang akan dilakukan

Dokter juga perlu menyampaikan (meskipun hanya sekilas), mengenai cara kerja

dan pengalamannya dalam melakukan tindakan medis tersebut (Achadiat, 2007).

Informasi/keterangan yang wajib diberikan sebelum suatu tindakan kedokteran

dilaksanakan adalah:

1. Diagnosa yang telah ditegakkan.

2. Sifat dan luasnya tindakan yang akan dilakukan

3. Manfaat dan urgensinya dilakukan tindakan tersebut.

4. Resiko resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi daripada tindakan kedokteran

tersebut

5. Konsekwensinya bila tidak dilakukan tindakan tersebut dan adakah alternatif cara

pengobatan yang lain.1

Page 19: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

6. Kadangkala biaya yang menyangkut tindakan kedokteran tersebut.

Resiko resiko yang harus diinformasikan kepada pasien yang dimintakan persetujuan

tindakan kedokteran :

Resiko yang melekat pada tindakan kedokteran tersebut.

Resiko yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya.

Dalam hal terdapat indikasi kemungkinan perluasan tindakan kedokteran, dokter yang

akan melakukan tindakan juga harus memberikan penjelasan ( Pasal 11 Ayat 1 Permenkes No

290 / Menkes / PER / III / 2008 ). Penjelasan kemungkinan perluasan tindakan kedokteran

sebagaimana dimaksud dalam Ayat 1 merupakan dasar daripada persetujuan (Ayat 2).

Pengecualian terhadap keharusan pemberian informasi sebelum dimintakan

persetujuan tindakan kedokteran adalah:

Dalam keadaan gawat darurat (emergency), dimana dokter harus segera

bertindak untuk menyelamatkan jiwa.

Keadaan emosi pasien yang sangat labil sehingga ia tidak bisa menghadapi

situasi dirinya.Ini tercantum dalam PerMenKes no 290/Menkes/Per/III/2008.

K etentuan Informed Consent

Ketentuan persetujuan tidakan medik berdasarkan SK Dirjen Pelayanan Medik

No.HR.00.06.3.5.1866 Tanggal 21 April 1999, diantaranya :

1 Persetujuan atau penolakan tindakan medik harus dalam kebijakan dan prosedur

(SOP) dan ditetapkan tertulis oleh pimpinan RS.

2 Memperoleh informasi dan pengelolaan, kewajiban dokter

3. Informed Consent dianggap benar :

a. Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan untuk tindakan medis yang

dinyatakan secara spesifik.

b. Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan tanpa paksaan (valuentery)

1

Page 20: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

c. Persetujuan dan penolakan tindakan medis diberikan oleh seseorang (pasien) yang

sehat mental dan memang berhak memberikan dari segi hukum

d. Setelah diberikan cukup (adekuat) informasi dan penjelasan yang diperlukan

4 Isi informasi dan penjelasan yang harus diberikan :

a. Tentang tujuan dan prospek keberhasilan tindakan medis yang ada dilakukan

(purhate of medical procedure)

b. Tentang tata cara tindakan medis yang akan dilakukan (consenpleated medical

procedure)

c. Tentang risiko

d. Tentang risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi

e. Tentang alternatif tindakan medis lain yang tersedia dan risiko –risikonya

(alternative medical procedure and risk)

f. Tentang prognosis penyakit, bila tindakan dilakukan

g. Diagnosis

5. Kewajiban memberi informasi dan penjelasan

o Dokter yang melakukan tindakan medis tanggung jawab

o Berhalangan   diwakilkan kepada dokter lain, dengan diketahui dokter yang

bersangkutan

6. Cara menyampaikan informasi

o Lisan

o Tulisan

7. Pihak yang menyatakan persetujuan

a. Pasien sendiri, umur 21 tahun lebih atau telah menikah

b. Bagi pasien kurang 21 tahun dengan urutan hak :

Ayah/ibu kandung

Saudara saudara kandung

c. Bagi pasien kurang 21 tahun tidak punya orang tua/berhalangan, urutan hak :

Ayah/ibu adopsi

Saudara-saudara kandung

Induk semang

d. Bagi pasien dengan gangguan mental, urutan hak :

Ayah/ibu kandung1

Page 21: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

Wali yang sah

Saudara-saudara kandung

e. Bagi pasien dewasa dibawah pengampuan (curatelle) :

Wali

Kurator

f. Bagi pasien dewasa telah menikah/orangtua

Suami/istri

Ayah/ibu kandung

Anak-anak kandung

Saudara-saudara kandung

8. Cara menyatakan persetujuan

Tertulis; mutlak pada tindakan medis resiko tinggi

Lisan; tindakan tidak beresiko

9. Jenis tindakan medis yang perlu informed consent disusun oleh komite medik

ditetapkan pimpinan RS.

10. Tidak diperlukan bagi pasien gawat darurat yang tidak didampingi oleh keluarga

pasien.

13. Format isian informed consent persetujuan atau penolakan

o Diketahui dan ditandatangani oleh kedua orang saksi, perawat bertindak sebagai

salah satu saksi

o Materai tidak diperlukan

o Formulir asli harus dismpan dalam berkas rekam medis pasien

o Formulir harus ditandatangan 24 jam sebelum tindakan medis dilakukan

o Dokter harus ikut membubuhkan tanda tangan sebagai bukti telah diberikan

informasi

o Bagi pasien/keluarga buta huruf membubuhkan cap jempol ibu jari tangan

kanannya

14. Jika pasien menolak tandatangan surat  penolakan maka harus ada catatan pada rekam

medisnya.

2.6. Memahami dan Menjelaskan Aspek Hukum dan Sanksi Informed Consent

1

Page 22: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

1. Pasal 1320 KUHPerdata syarat syahnya persetujuan

o Sepakat mereka yang mengikatkan diri

o Kecakapan untuk berbuat suatu perikatan

o Suatu hal tertentu

o Suatu sebab yang halal

2. Pasal 1321 tiada sepakat yang syah apabila sepakat itu diberikan karena kehilafan atau

diperlukan dengan paksaan atau penipuan

3. KUHPidana pasal 351

o Penganiayaan dihukum dengan hukum penjara selama-lamanya dua tahun

delapan bulan.

o Menjadikan luka berat hukum selama-lamanya 5 tahun (KUHP 20)

o Membuat orang mati  hukum selam-lamanya 7 tahun (KUHP 338)

4. UU No. 23/1992 tentang kesehatan pasal 53

o Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam

melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya

o Tenaga kesehatan dalam melakukan  tugasnya berkewajiban untuk mematuhi

standar profesi dan menghormati hak pasien

o Hak pasien antara lain ; hak informasi, hak untuk memberikan persetujuan,

hak atas rahasia kedokteran dan hak atas pendapat kedua (second opinion).

5. UU No. 29/2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 45 ayat (1), (2), (3), (4), (5,) (6)

Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau

dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan

6. Permenkes No. 585/1989 tentang persetujuan tindakan medis

Dokter melakukan tindakan medis tanpa informed consent dari pasien atau

keluarganya saksi administratif berupa pencabutan surat ijin prakteknya.

Rekam Medis

Definisi

1

Page 23: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

Rekam Medis adalah berkas yang menyatakan siapa, apa, mengapa, dimana, kapan dan

bagaimana pelayanan yang diperoleb seorang pasien selama dirawat atau menjalani

pengobatan. (Edna K Huffman)

Rekam Medis adalah berkas yang beiisi catatan dan dokumen mengenai identitas pasien,

basil pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lainnya yang diterima pasien pada

sarana kesebatan, baik rawat jalan maupun rawat inap. (Permenkes No. 749a/Menkes!

Per/XII/1989)

Rekam Medis merupakan kumpulan fakta tentang kehidupan seseorang dan riwayat

penyakitnya, termasuk keadaan sakit, pengobatan saat ini dan saat lampau yang ditulis

oleb para praktisi kesehatan dalam upaya mereka memberikan pelayanan kesehatan

kepada pasien. (Gemala Hatta)

Kompendium (ikhtisar) yang berisi  informasi tentang keadaan pasien selama perawatan

atau selama pemeliharaan kesehatan. (Waters dan Murphy)

Sebagai rekaman dalam bentuk tulisan atau gambaran aktivitas pelayanan yang diberikan

oleh pemberi pelayanan medik/kesehatan kepada seorang pasien. (Ikatan Dokter

Indonesia)

Tujuan

Tujuan Rekam Medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam

rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan . Tanpa didukung suatu siste pengelolaan

rekam medis yang baik dan benar , maka tertib administrasi tidak akan berhasil.

Manfaat

1. Aspek Administrasi

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi , karena isinya menyangkut

tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga mdis dan

perawat dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan

2. Aspek Medis

Catatan tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan

pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada pasien

Contoh :

- Identitas pasien _ name, age, sex, address, marriage status, etc.1

Page 24: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

- Anamnesis _ “fever” _ how long, every time, continuously, periodic???

- Physical diagnosis _ head, neck, chest, etc.

- Laboratory examination, another supporting examination. Etc

3. Aspek Hukum

Menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan , dalam

rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan tanda bukti untuk

menegakkan keadilan

4. Aspek Keuangan

Isi Rekam Medis dapat dijadikan sebagai bahan untuk menetapkan biaya pembayaran

pelayanan . Tanpa adanya bukti catatan tindakan /pelayanan , maka pembayaran tidak

dapat dipertanggungjawabkan

5. Aspek Penelitian

Berkas Rekam medis mempunyai nilai penelitian , karena isinya menyangkut

data/informasi yang dapat digunakan sebagai aspek penelitian .

6. Aspek Pendidikan

Berkas Rekam Medis mempunyai nilai pendidikan , karena isinya menyangkut

data/informasi tentang kronologis dari pelayanan medik yang diberikan pada pasien.

7. Aspek Dokumentasi

Isi Rekam medis menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai

sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan sarana kesehatan

Berdasarkan aspek-aspek tersebut , maka rekam medis mempunyai kegunaan yang sangat

luas yaitu :

Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga kesehatan lainnya yang ikut

ambil bagian dalam memberikan pelayanan kesehatan

Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus diberikan

kepada seorang pasien

Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan , perkembangan penyakit dan

pengobatan selama pasien berkunjung/dirawat di Rumah sakit Sebagai bahan yang

berguna untuk analisa , penelitian dan evaluasi terhadap program pelayanan serta

kualitas pelayanan

1

Page 25: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

Contoh : Bagi seorang manajer :

- Berapa banyak pasien yang dating ke sarana kesehatan kita ? baru dan lama ?

- Distribusi penyakit pasien yang dating ke sarana kesehatan kita

- Cakupan program yang nantinya di bandingkan dengan target program

Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, sarana kesehatan maupun tenaga

kesehatan yang terlibat

Menyediakan data dan informasi yang diperlukan untuk keperluan pengembangan

program , pendidikan dan penelitian

Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan kesehatan

Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan serta bahan

pertanggungjawaban dan laporan

Manfaat Rekam Medis:

A. Pengobatan Pasien

Rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan dan

menganalisis penyakit serta merencanakan pengobatan, perawatan dan tindakan medis

yang harus diberikan kepada pasien.

B. Peningkatan Kualitas Pelayanan

Membuat Rekam Medis bagi penyelenggaraan praktik kedokteran dengan jelas dan

lengkap akan meningkatkan kualitas pelayanan untuk melindungi tenaga medis dan

untuk pencapaian kesehatan masyarakat yang optimal.

C. Pendidikan dan Penelitian

Rekam medis yang merupakan informasi perkembangan kronologis penyakit,

pelayanan medis, pengobatan dan tindakan medis, bermanfaat untuk bahan informasi

bagi perkembangan pengajaran dan penelitian di bidang profesi kedokteran dan

kedokteran gigi.

D. Pembiayaan

Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan untuk menetapkan

pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. Catatan tersebut dapat

dipakai sebagai bukti pembiayaan kepada pasien.

E. Statistik Kesehatan

1

Page 26: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistik kesehatan, khususnya untuk

mempelajari perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk menentukan jumlah

penderita pada penyakit-penyakit tertentu.

F. Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin dan Etik

Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga bermanfaat dalam

penyelesaian masalah hukum, disiplin dan etik.

Jenis

Berdasarkan perkembangannya rekam medis memiliki dua jenis, yaitu konvensional

dan elektronik.

Jenis konvensional merupakan jenis yang masih banyak dipergunakan di setiap

rumah sakit seperti pencatatan secara langsung oleh tenaga kesehatan.

Jenis elektronik merupakan sistem pencatatan informasi dengan menggunakan

peralatan yang modern seperti komputer atau alat elektronik lainnya.

Di rumah sakit didapat dua jenis Rekam Medis, yaitu :

o Rekam Medis untuk pasien rawat jalan

Untuk pasien rawat jalan, termasuk pasien gawat darurat, rekam medis mempunyai

informasi pasien antara lain:

Identitas dan formulir perizinan (lembar hak kuasa)

Riwayat penyakit (anamnesa) tentang :

• Keluhan utama

• Riwayat sekarang

• Riwayat penyakit yang pernah diderita

• Riwayat keluarga tentang penyakit yang pernah diturunkan

Laporan pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan laboratorium, foto rontgen, scanning,

MRI dll

Diagnosa dan atau diagnosis banding

Instruksi diagnosis dan terapeutik dengan tanda tangan pejabat kesehatan yang

berwenang.

o Rekam Medis untuk pasien rawat inap

1

Page 27: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

Untuk rawat inap, memuat informasi yang sama dengan yang terdapat dalam rawat jalan,

dengan tambahan :

Persetujuan tindakan medic

Catatan konsultasi

Catatan perawat dan tenaga kesehatan lainnya

Catatan observasi klinik dan hasil pengobatan

Resume akhir dan evaluasi pengobatan

Isi

Isi Rekam Medis merupakan catatan keadaan tubuh dan kesehatan, termasuk data

tentang identitas dan data medis seorang pasien. Secara umum isi Rekam Medis dapat dibagi

dalam dua kelompok data yaitu:

1. Data medis atau data klinis : Yang termasuk data medis adalah segala data tentang

riwayat penyakit, hasil pemeriksaan fisik, diagnosis, pengobatan serta hasilnya, laporan

dokter, perawat, hasil pemeriksaan laboratorium, ronsen dsb. Data-data ini merupakan

data yang bersifat rahasia (confidential) sebingga tidak dapat dibuka kepada pibak ketiga

tanpa izin dari pasien yang bersangkutan kecuali jika ada alasan lain berdasarkan

peraturan atau perundang-undangan yang memaksa dibukanya informasi tersebut.

2. Data sosiologis atau data non-medis: Yang termasuk data ini adalah segala data lain yang

tidak berkaitan langsung dengan data medis, seperti data identitas, data sosial ekonomi,

alamat dsb. Data ini oleh sebagian orang dianggap bukan rahasia, tetapi menurut sebagian

lainnya merupakan data yang juga bersifat rahasia (confidensial).

Penyimpanan, pemusnahan, dan kerahasiaan

- Rekam medis pasien rawat inap di RS wajib disimpan sekurang-kurangnya untuk

jangka waktu 5 tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat atau dipulangkan.

- Setelah batas 5 tahun, rekam medis dapat dimusnahkan, kecuali ringkasan pulang dan

persetujuan tindakan medik.

- Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik harus disimpan dalam jangka

waktu 10 tahun terhitung dari tanggal dibuat ringkasan tersebut.

1

Page 28: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

- Rekam medis pada sarana pelayanan kesehatan non RS wajib disimpan sekurang-

kurangnya untuk jangka waktu 2 tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat.

Setelah batas waktu tersebut rekam medis dapat dimusnahkan.

Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat

pengobatan dapat dibuka dalam hal:

a. Untuk kepentingan kesehatan pasien

b. Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum atas

perintah pengadilan.

c. Permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri

d. Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan dan

e. Untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis, sepanjang tidak

menyebutkan identitas pasien.

Sebelum dimusnahkan, berkas tersebut harus:

a. Diambil informasi-informasi utama

b. Menyimpan berkas anak-anak hingga batas usia tertentu sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

c. Menyimpan berkas rekam medik/RM sesuai dengan ketentuan yang berlaku di

Inggris, Departemen Kesehatan merekomendasikan masa retensi RM, minimun:

RM obstetri 25 tahun.

RM anak-anak dan usia muda disimpan sampai ulang tahun ke-25 atau 8 tahun

sesudah kunjungan terakhir.

RM pasien gangguan mental, 20 tahun sesudah dokter yang merawat

menyatakan sudah sembuh.

RM yang lain, 8 tahun dan resume akhir dibuat.

Aspek Hukum dan Sanksi

1

Page 29: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

Rekam medis dalam Undang-undang No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran

Rekam Medis

Pasal 46

(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat

rekam medis.

(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah pasien

selesai menerima pelayanan kesehatan.

(3) Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas yang

memberikan pelayanan atau tindakan.

Pasal 47

(1) Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 merupakan milik dokter,

dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis merupakan milik

pasien.

(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disimpan dan dijaga

kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.

(3) Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

diatur dengan Peraturan Menteri.

3. Memahami dan Menjelaskan Alur Pelaporan Tindakan Malpraktek

3.1 Memahami dan Menjelaskan MAJELIS KEHORMATAN ETIK

KEDOKTERAN (MKEK)

MKEK (Majelis Kehormatan Etik Kedokteran) adalah badan otonom IDI yang

bertanggung jawab mengkoordinasi kegiatan internal organisasi dalam pengembangan

kebijakan, pembinaan pelaksanaan dan pengawasan penerapan etika kedokteran.

Dalam hal pengembangan dan pelaksaaan kebijakan yang bersifat nasional dan

strategis, MKEK wajib mendapat persetujuan dalam forum Musyawarah Pimpinan Pusat.

MKEK dibentuk pada tingkat pusat, wilayah, dan cabang. MKEK di tingkat cabang

dibentuk apabila dianggap perlu atas pertimbangan dan persetujuan dari MKEK wilayah.

MKEK bertanggung jawab kepada muktamar musyawarah wilayah dan musyawarah cabang

1

Page 30: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

sesuai dengan tingkat kepengurusan. Masa jabatan MKEK sama dengan PB IDI

Kepengurusan MKEK sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan anggota. MKEK

wilayah dan cabang mengadakan koordinasi dengan pengurus wilayah dan pengurus cabang,

sesuai dengan tingkat kepengurusan.

Tugas dan wewenang

Melaksanakan isi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta semua keputusan

yang ditetapkan muktamar.

Melakukan tugas bimbingan, pengawasan dan penilaian dalam pelaksanaan etik

kedokteran, termasuk perbuatan anggota yang melanggar kehormatan dan tradisi

luhur kedokteran.

Memperjuangkan agar etik kedokteran dapat ditegakkan di Indonesia.

Memberikan usul dan saran diminta atau tidak diminta kepada pengurus besar,

pengurus wilayah dan pengurus cabang, serta kepada Majelis Kolegium Kedokteran

Indonesia.

Membina hubungan baik dengan majelis atau instansi yang berhubungan dengan etik

profesi, baik pemerintah maupun organisasi profesi lain.

Bertanggung jawab kepada muktamar, musyawarah wilayah dan musyawarah cabang.

Manfaat Pedoman MKEK

Pedoman MKEK ini merupakan jabaran dan pedoman pelaksanaan dari Anggaran Dasar

dan Anggaran Rumah Tangga IDI tentang MKEK dalam rangka pengaturan substansi etika

kedokteran bagi setiap pengabdian profesi dokter di Indonesia, penegakan, pengawasan,

bimbingan, penilaian pelaksanaan, penjatuhan sanksi etika, rehabilitasi (pemulihan hak-hak

profesi), dan interaksi kelembagaan MKEK dengan sesama perangkat dan jajaran internal IDI

atau lembaga etika lainnya di luar IDI.

Status MKEK:

o Sebagai badan otonom IDI

o Segala keputusannya di bidang etika tidakdipengaruhi pengurus IDI

1

Page 31: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

o Keputusan MKEK mengikat pengurus IDI

Kewajiban MKEK

1) MKEK wajib ikut mempertahankan hubungan dokter – pasien sebagai hubungan

kepercayaan.

2) MKEK Pusat mempertanggungjawabkan kinerja dari program kerjanya kepada

Muktamar, MKEK Wilayah kepada Musyawarah Wilayah IDI dan MKEK Cabang ke

Rapat Anggota Cabang IDI setempat

3) MKEK wajib menyimpan kerahasiaan medik kasus yang disidangkannya apabila

secara eksplisit diminta oleh pasien pengadu.

4) MKEK Pusat dalam batas kemampuannya wajib meningkatkan kapasitas

pengetahuan, sikap dan ketrampilan anggota MKEK Wilayah dan Cabang yang

memerlukannya.

Fungsi

Perkara yang dapat diputuskan di majelis ini sangat bervariasi jenisnya. Di MKEK

IDI Wilayah DKI Jakarta diputus perkara-perkara pelanggaran etik dan pelanggaran disiplin

profesi, yang disusun dalam beberapa tingkat berdasarkan derajat pelanggarannya

Putusan MKEK tidak ditujukan untuk kepentingan peradilan, oleh karenanya tidak

dapat dipergunakan sebagai bukti di pengadilan, kecuali atas perintah pengadilan dalam

bentuk permintaan keterangan ahli. Salah seorang anggota MKEK dapat memberikan

kesaksian ahli di pemeriksaan penyidik, kejaksaan ataupun di persidangan, menjelaskan

tentang jalannya persidangan dan putusan MKEK. Sekali lagi, hakim pengadilan tidak terikat

untuk sepaham dengan putusan MKEK.

            Eksekusi Putusan MKEK Wilayah dilaksanakan oleh Pengurus IDI Wilayah dan/atau

Pengurus Cabang Perhimpunan Profesi yang bersangkutan. Khusus untuk SIP, eksekusinya

diserahkan kepada Dinas Kesehatan setempat. Apabila eksekusi telah dijalankan maka dokter

teradu menerima keterangan telah menjalankan putusan.

Tatacara Pengelolaan1

Page 32: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

a. Ketua MKEK dipilih dan ditetapkan dalam muktamar, musyawarah wilayah dan

musyawarah cabang.

b. Pengurus MKEK adalah anggota biasa.

c. Ketua MKEK tingkat pusat dipilih dalam sidang khusus MKEK di muktamar dan

dikukuhkan dalam sidang pleno muktamar.

d. MKEK segera menjalankan tugas-tugasnya setelah selesainya muktamar, musyawarah

wilayah, dan musyawarah cabang.

e. MKEK dapat melakukan kegiatan atas inisiatif sendiri ataupun atas usul serta

permintaan.

f. MKEK mengadakan pertemuan berkala sesama pengurus ataupun dengan pihak lain

yang ditentukan sendiri oleh MKEK.

3.2. Memahami dan Menjelaskan MAJELIS KEHORMATAN DISIPLIN

KEDOKTERAN INDONESIA (MKDKI)

MKDKI adalah lembaga yang berwenang untuk :

1. Menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter dan dokter gigi dalam

penerapan disiplin ilmu kedokteran dan kedokteran gigi.

2. Menetapkan sanksi disiplin.

Sesuai dengan UU PRADOK NO.29 Tahun 2004 Pasal 55 ayat (1) yang berisi

‘Menegakkan disiplin dokter dan dokter gigi dalam penyelenggaraan praktil kedokteran.

Tujuan penegakan disiplin adalah :

1. Memberikan perlindungan kepada pasien.

2. Menjaga mutu dokter/dokter gigi.

3. Menjaga kehormatan profesi kedokteran/kedokteran gigi.

Kedudukan dan Keanggotaan MKDKI

1

Page 33: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

MKDKI sebagai lembaga otonom dari Konsil Kedokteran Indonesia. Majelis ini

dibentuk ditingkat pusat dan provinsi. Anggota MKDKI terdiri dari 3 orang dokter dari

organisasi profesi, 1 orang dokter dari asosiasi rumah sakit (dalam hal ini PERSI), dan 3

orang sarjana hukum. Anggota-anggota dalam majelis ditetapkan oleh menteri atas usulan

organisasi profesi. Masa bakti MKDKI adalah 5 tahun dan dapat diusulkan kembali untuk 1

kali masa jabatan lagi.

Tugas MKDKI :

a. menerima pengaduan, memeriksa, dan memutuskan kasus pelanggaran disiplin

dokter dan dokter gigi yang diajukan dan

b. menyusun pedoman dan tata cara penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter

atau dokter gigi.

Dalam melaksanakan tugas MKDKI mempunyai wewenang:

a) menerima pengaduan pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi

b) menetapkan jenis pengaduan pelanggaran disiplin atau pelanggaran etika atau bukan

keduanya

c) memeriksa pengaduan pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi

d) memutuskan ada tidaknya pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi

e) menentukan sanksi terhadap pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi

f) melaksanakan keputusan MKDKI

g) menyusun tata cara penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi

h) menyusun buku pedoman MKDKI dan MKDKI-P

i) membina, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas MKDKI-P

j) membuat dan memberikan pertimbangan usulan pembentukan MKDKI-P kepada

Konsil Kedokteran Indonesia

k) mengadakan sosialisasi, penyuluhan, dan diseminasi tentang MKDKI dan dan

MKDKI-P mencatat dan mendokumentasikan pengaduan, proses pemeriksaan, dan

keputusan MKDKI.

Disiplin Kedokteran

1

Page 34: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

Disiplin kedokteran berarti kepatuhan menerapkan aturan-aturan atau ketentuan

penerapan keilmuan dalam pelaksanaan pelayanan. Lebih khusus lagi yaitu kepatuhan

menerapkan kaidah-kaidah penatalaksanaan klinis yang mencakup penegakan diagnosis,

tindakan pengobatan, menetapkan prognosis, dengan standar atau indikator dari Standar

Kompetensi, Standar Perilaku Etis, Standar Asuhan Medis dan Standar Klinis

Tujuan Penegakan Disiplin Kedokteran

Tujuan utama adalah untuk proteksi pasien. Tujuan lainnya yaitu untuk menjaga mutu

dokter atau dokter gigi dan juga untuk menjaga kehormatan profesi kedokteran atau

kedokteran gigi.

Pelanggaran Disiplin

Sesuai putusan KKI No. 17/KKI/KEP/VIII/2006

1. Kegagalan penatalaksanaan pasien oleh karena:

- Ketidakcakapan (Incompetence)

- Kelalaian (Gross Negligence)

2. Perilaku tercela (menurut ukuran profesi)

3. Ketidaklayakan fisik dan mental (Unfit to practice)

Atau dengan kata lain

Tidak memenuhi:

3. Standard of care, Clinical Standard

4. Standard of competence

5. Standard of professional atitude

Bentuk Pelanggaran Disiplin Kedokteran

1

Page 35: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

1. Tidak kompeten

2. Tidak merujuk

3. Dokter atau dokter gigi pengganti tidak diberitahu ke pasien, Tidak memiliki SIP

4. Tidak layak praktik (kesehatan fisik dan mental)

5. Kelalaian dalam penatalaksanaan pasien

6. Pemeriksaan dan pengobatan berlebihan

7. Tidak memberikan informasi yang jujur

8. Tidak ada informed consent

9. Tidak membuat atau menimpan rekam medis

10. Penghentian kehamilan tanpa indikasi medis

11. Euthanasia

12. Penerapan pelayanan yang belum diterima ilmu kedokteran

13. Penelitian klinisi tanpa persetujuan etis.

14. Tidak memberi pertolongan darurat.

15. Menolak atau menghentikan pengobatan tanpa alasan yang sah

16. Membuka rahasia medis tanpa izin

17. Membuat keterangan medis tidak benar

18. Ikut serta tindakan penyiksaan

19. Peresepan obat psikotropik/narkotik tanpa indikasi

20. Pelecehan seksual, initimidasi, dan kekerasan

21. Penggunaan gelar akademik atau profesi palsu

22. Menerima komisi terhadap rujukan atau resepan

23. Pengiklanan diri yang menyesatkan

24. STR, SIP, Sertifikan kompetensi tidak sah

25. Imbalan jasa tidak sesuai tindakan.

Proses Pengaduan Pelanggaran

Pelanggaran disiplin kedokteran adalah pelanggaran terhadap aturan-aturan dan/atau

ketentuan dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran/kedokteran gigi. Dokter/dokter gigi

dianggap melanggar disiplin kedokteran bila :

1. Melakukan praktik dengan tidak kompeten

1

Page 36: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

2. Tidak melakukan tugas dan tanggung jawab profesionalnya dengan baik (dalam hal

ini tidak mencapai standar-standar dalam praktik kedokteran)

3. Berperilaku tercela yang merusak martabat dan kehormatan profesinya

Yang termasuk pelanggaran disiplin kedokteran/kedokteran gigi antara lain

ketidakjujuran dalam berpraktik, berpraktik dengan ketidakmampuan fisik dan mental,

membuat laporan medis yang tidak benar, memberikan "jaminan kesembuhan" kepada

pasien, menolak menangani pasien tanpa alasan yang layak, memberikan tindakan medis

tanpa persetujuan pasien/keluarga, melakukan pelecehan seksual, menelantarkan pasien pada

saat membutuhkan penanganan segera, mengistruksikan atau melakukan pemeriksaan

tambahan/pengobatan yang berlebihan, bekerja tidak sesuai standar asuhan medis, dsb

Suatu pengaduan diputuskan menjadi kewenangan MKDKI apabila :

1. Dokter/dokter gigi yang diadukan telah terregistrasi di Konsil Kedokteran Indonesia.

2. Tindakan medis yang dilakukan oleh dokter/dokter gigi yang diadukan terjadi setelah

tanggal 6 Oktober 2004 (setelah diundangkannya UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang

Praktik Kedokteran)

3. Terdapat hubungan profesional dokter-pasien dalam kejadian tersebut

4. Terdapat dugaan kuat adanya pelanggaran disiplin kedokteran/kedokteran gigi

Jika keempat kriteria tersebut terpenuhi, akan dilanjutkan dengan pemeriksaan oleh Majelis

Pemeriksa Disiplin (MPD)

Dalam formulir pengaduan, terdapat beberapa informasi yang harus diberikan, antara lain :

1. Identitas pengadu/pelapor;

2. Identitas pasien (jika pengadu bukan pasien);

3. Nama dan tempat praktik dokter/dokter gigi yang diadukan;

4. Waktu tindakan dilakukan;

5. Alasan pengaduan dan kronologis;

6. Pernyataan tentang kebenaran pengaduan, dsb

1

Page 37: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

Setelah semua kelengkapan data pengaduan diterima, Anda akan mendapatkan tanda

terima pengaduan (berisi nomor register pengaduan). Setelah dilakukan verifikasi, pengaduan

akan ditangani oleh Majelis Pemeriksa Awal ataupun Majelis Pemeriksa Disiplin.

Sesuai UU Praktik Kedokteran, sanksi disiplin dalam keputusan MKDKI dapat berupa:

1. Pemberian peringatan tertulis

2. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi (STR) atau Surat Izin Praktik (SIP);

dan/atau

3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan kedokteran

atau kedokteran gigi

MKDKI dapat menangani permintaan ganti rugi/kompensasi yang diajukan terhadap

dokter teradu:

1. MKDKI berwenang untuk menentukan ada tidaknya pelanggaran disiplin oleh

dokter/dokter gigi

2. MKDKI berwenang menetapkan sanksi disiplin kepada dokter/dokter gigi yang

dinyatakan melanggar disiplin kedokteran/kedokteran gigi

3. MKDKI tidak menangani sengketa antara dokter dan pasien/keluarganya

4. MKDKI tidak menangani permasalahan ganti rugi yang diajukan pasien/keluarganya

Keputusan MKDKI bersifat final dan mengikat dokter/dokter gigi yang diadukan,

KKI, Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, serta instansi terkait.

Dokter/dokter gigi yang diadukan dapat mengajukan keberatan terhadap keputusan MKDKI

kepada Ketua MKDKI dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari sejak dibacakan atau

diterimanya keputusan tersebut dengan mengajukan bukti baru yang mendukung

keberatannya

3.3. Memahami dan Menjelaskan Cara penelusuran dan pembuktian malpraktek

Dalam kasus atau gugatan adanya civil malpractice pembuktianya dapat dilakukan

dengan dua cara yakni :

Cara langsung

Oleh Taylor membuktikan adanya kelalaian memakai tolok ukur adanya 4 D yakni :

1

Page 38: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

Duty (kewajiban) : Dalam hubungan perjanjian tenaga perawatan dengan pasien,

tenaga perawatan haruslah bertindak berdasarkan :

o Adanya indikasi medis

o Bertindak secara hati-hati dan teliti

o Bekerja sesuai standar profesi

o Sudah ada informed consent.

Dereliction of Duty (penyimpangan dari kewajiban) : Jika seorang tenaga perawatan

melakukan asuhan keperawatan menyimpang dari apa yang seharusnya atau tidak

melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut standard profesinya, maka tenaga

perawatan tersebut dapat dipersalahkan.

Direct Causation (penyebab langsung) : Penyebab langsung yang dimaksudkan

dimana suatu tindakan langsung yang terjadi, yang mengakibatkan kecacatan pada

pasien akibat kealpaan seorang dokter pada diagnosis dan perawatan terhadap pasien.

Secara hukum harus dapat dibuktikan secara medis yang menjadi bukti penyebab

langsung terjadinya malpraktik dalam kasus manapun. Untuk berhasilnya suatu

gugatan ganti-rugi berdasarkan malpraktek medik, maka harus ada hubungan kausal

yang wajar antara sikap-tindak tergugat (dokter) dengan kerugian (damage) yang

menjadi diderita oleh pasien sebagai akibatnya. Tindakan dokter itu harus merupakan

penyebab langsung. Hanya atas dasar penyimpangan saja, belumlah cuklup untuk

mengajukan tutunyutan ganti-kerugian. Kecuali jika sifat penyimpangan itu

sedemikian tidak wajar sehingga sampai mencederai pasien. Namun apabila pasien

tersebut sudah diperiksa oleh dokter secara edekuat, maka hanya atas dasar suatu

kekeliruan dalam menegakkan diagnosis saja, tidaklah cukup kuat untuk meminta

pertanggungjawaban hukumannya.

Damage (kerugian) : adalah cedera atau kerugian yang diakibatkan kepada pasien.

Walaupun seorang dokter atau rumah sakit dituduh telah berlaku lalai, tetapi jika tidak

sampai menimbulkan luka/cedera/kerugian (damage, injury, harm) kepada pasien,

maka ia tidak dapat dituntut ganti-kerugian. Istilah luka (injury) tidak saja dala bentuk

fisik, namun kadangkala juga termasuk dalam arti ini gangguan mental yang hebat

(mental anguish). Juga apabila tejadi pelanggaran terhadap hak privasi orang lain.

1

Page 39: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

Tenaga perawatan untuk dapat dipersalahkan haruslah ada hubungan kausal

(langsung) antara penyebab (causal) dan kerugian (damage) yang diderita oleh

karenanya dan tidak ada peristiwa atau tindakan sela diantaranya., dan hal ini haruslah

dibuktikan dengan jelas. Hasil (outcome) negatif tidak dapat sebagai dasar

menyalahkan tenaga perawatan. Sebagai adagium dalam ilmu pengetahuan hukum,

maka pembuktiannya adanya kesalahan dibebankan/harus diberikan oleh si penggugat

(pasien).

Cara tidak langsung

Cara tidak langsung merupakan cara pembuktian yang mudah bagi pasien, yakni

dengan mengajukan fakta-fakta yang diderita olehnya sebagai hasil layanan

perawatan (doktrin res ipsa loquitur). Doktrin res ipsa loquitur dapat diterapkan

apabila fakta-fakta yang ada memenuhi kriteria:

a. Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila tenaga perawatan tidak lalai

b. Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab tenaga perawatan

c. Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari pasien dengan perkataan lain tidak ada

contributory negligence.

d. Gugatan pasien

3.4. Memahami dan Menjelaskan Penanganan Malpraktek

Pada dasarnya penanganan kasus malpraktik dilakukan dengan mendasarkan kepada

konsep malpraktik medis dan adverse events yang diuraikan di atas. Dalam makalah ini tidak 1

Page 40: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

akan diuraikan pelaksanaan pada kasus per-kasus, namun lebih ke arah hasil pembelajaran

(lesson learned) dari pengalaman penanganan berbagai kasus dugaan malpraktik, baik dari

sisi profesi maupun dari sisi hukum.

Suatu tuntutan hukum perdata, dalam hal ini sengketa antara pihak dokter dan rumah

sakit berhadapan dengan pasien dan keluarga atau kuasanya, dapat diselesaikan melalui dua

cara, yaitu cara litigasi (melalui proses peradilan) dan cara non litigasi (di luar proses

peradilan).

Apabila dipilih penyelesaian melalui proses pengadilan, maka penggugat akan

mengajukan gugatannya ke pengadilan negeri di wilayah kejadian, dapat dengan

menggunakan kuasa hukum (pengacara) ataupun tidak. Dalam proses pengadilan umumnya

ingin dicapai suatu putusan tentang kebenaran suatu gugatan berdasarkan bukti-bukti yang

sah (right-based) dan kemudian putusan tentang jumlah uang ganti rugi yang "layak" dibayar

oleh tergugat kepada penggugat. Dalam menentukan putusan benar-salahnya suatu perbuatan

hakim akan membandingkan perbuatan yang dilakukan dengan suatu norma tertentu, standar,

ataupun suatu kepatutan tertentu, sedangkan dalam memutus besarnya ganti rugi hakim akan

mempertimbangkan kedudukan sosial-ekonomi kedua pihak (pasal 1370-1371 KUH Perdata).

Apabila dipilih proses di luar pengadilan (alternative dispute resolution), maka kedua

pihak berupaya untuk mencari kesepakatan tentang penyelesaian sengketa (mufakat).

Permufakatan tersebut dapat dicapai dengan pembicaraan kedua belah pihak secara langsung

(konsiliasi atau negosiasi), ataupun melalui fasilitasi, mediasi, dan arbitrasi, atau cara-cara

kombinasi. Fasilitator dan mediator tidak membuat putusan, sedangkan arbitrator dapat

membuat putusan yang harus dipatuhi kedua pihak. Dalam proses mufakat ini diupayakan

mencari cara penyelesaian yang cenderung berdasarkan pemahaman kepentingan kedua pihak

(interest-based, win-win solution), dan bukan right-based. Hakim pengadilan perdata

umumnya menawarkan perdamaian sebelum dimulainya persidangan, bahkan akhir-akhir ini

hakim memfasilitasi dilakukannya mediasi oleh mediator tertentu.

Dalam hal tuntutan hukum tersebut diajukan melalui proses hukum pidana, maka

pasien cukup melaporkannya kepada penyidik dengan menunjukkan bukti-bukti permulaan

atau alasan-alasannya. Selanjutnya penyidiklah yang akan melakukan penyidikan dengan

melakukan tindakan-tindakan kepolisian, seperti pemeriksaan para saksi dan tersangka,

pemeriksaan dokumen (rekam medis di satu sisi dan bylaws, standar dan petunjuk di sisi

lainnya), serta pemeriksaan saksi ahli. Visum et repertum mungkin saja dibutuhkan penyidik. 1

Page 41: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

Berkas hasil pemeriksaan penyidik disampaikan kepada jaksa penuntut umum untuk dapat

disusun tuntutannya. Dalam hal penyidik tidak menemukan bukti yang cukup maka akan

dipikirkan untuk diterbitkannya SP3 atau penghentian penyidikan.

Selain itu, kasus medikolegal dan kasus potensial menjadi kasus medikolegal, juga

harus diselesaikan dari sisi profesi dengan tujuan untuk dijadikan pelajaran guna mencegah

terjadinya pengulangan di masa mendatang, baik oleh pelaku yang sama ataupun oleh pelaku

lain. Dalam proses tersebut dapat dilakukan pemberian sanksi (profesi atau administratif)

untuk tujuan penjeraan, dapat pula tanpa pemberian sanksi - tetapi memberlakukan koreksi

atas faktor-faktor yang berkontribusi sebagai penyebab terjadinya "kasus" tersebut.

Penyelesaian secara profesi umumnya lebih bersifat audit klinis, dan dapat dilakukan di

tingkat institusi kesehatan setempat (misalnya berupa Rapat Komite Medis, konferensi

kematian, presentasi kasus, audit klinis terstruktur, proses lanjutan dalam incident report

system, dll), atau di tingkat yang lebih tinggi (misalnya dalam sidang Dewan Etik

Perhimpunan Spesialis, MKEK, Makersi, MDTK, dll). Bila putusan MKEK menyatakan

pihak medis telah melaksanakan profesi sesuai dengan standar dan tidak melakukan

pelanggaran etik, maka putusan tersebut dapat digunakan oleh pihak medis sebagai bahan

pembelaan.

4. Malpraktek dalam Pandangan Islam

PENGERTIAN MALPRAKTEK

Malpraktek berasal dari kata 'malpractice' dalam bahasa Inggris. Secara harfiah, 'mal'

berarti 'salah', dan 'practice' berarti 'pelaksanaan' atau 'tindakan', sehingga malpraktek berarti

'pelaksanaan atau tindakan yang salah'. Jadi, malpraktek adalah tindakan yang salah dalam

pelaksanaan suatu profesi. Istilah ini bisa dipakai dalam berbagai bidang, namun lebih sering

dipakai dalam dunia kedokteran dan kesehatan. Artikel ini juga hanya akan menyoroti

malpraktek di seputar dunia kedokteran saja.

Perlu diketahui bahwa kesalahan dokter - atau profesional lain di dunia medis - kadang

berhubungan dengan etika/akhlak. Misalnya, mengatakan bahwa pasien harus dioperasi,

padahal tidak demikian. Atau memanipulasi data foto rontgen agar bisa mengambil

keuntungan dari operasi yang dilakukan. Jika kesalahan ini terbukti dan membahayakan

pasien, dokter harus mempertanggung-jawabkannya secara etika. Hukumannya bisa berupa

ta'zzir, ganti rugi, diyat, hingga qishash.1

Page 42: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

Malpraktek juga kadang berhubungan dengan disiplin ilmu kedokteran. Jenis kesalahan

ini yang akan mendapat porsi lebih dalam tulisan ini.

BENTUK-BENTUK MALPRAKTEK

Malpraktek yang menjadi penyebab dokter bertanggung-jawab secara profesi bisa

digolongkan sebagai berikut:

1. Tidak punya keahlian (jahil)

Yang dimaksudkan di sini adalah melakukan praktek pelayanan kesehatan tanpa

memiliki keahlian, baik tidak memiliki keahlian sama sekali dalam bidang kedokteran,

atau memiliki sebagian keahlian tapi bertindak di luar keahliannya. Orang yang tidak

memiliki keahlian di bidang kedokteran kemudian nekat membuka praktek, telah

disinggung oleh Nabi وسلم عليه الله :dalam sabda beliau صلي

ض�ام�ن� ف�ه�و� �ك� ذ�ل �ل� ق�ب �ط�ب �ه� م�ن �م� �ع�ل ي �م� و�ل #ب� �ط�ب ت م�ن�

Barang siapa yang mengobati orang sakit dan sebelumnya tidak diketahui memiliki

keahlian, maka ia bertanggung-jawab

Kesalahan ini sangat berat, karena menganggap remeh kesehatan dan nyawa banyak

orang, sehingga para Ulama sepakat bahwa mutathabbib (pelaku pengobatan yang bukan

ahlinya) harus bertanggung-jawab jika timbul masalah dan harus dihukum agar jera dan

menjadi pelajaran bagi orang lain.

2. Menyalahi prinsip-prinsip ilmiah (mukhalafatul ushul al-'ilmiyyah)

Yang dimaksud dengan prinsip ilmiah adalah dasar-dasar dan kaidah-kaidah yang telah

baku dan biasa dipakai oleh para dokter, baik secara teori maupun praktek, dan harus

dikuasai oleh dokter saat menjalani profesi kedokteran.

Para ulama telah menjelaskan kewajiban para dokter untuk mengikuti prinsip-prinsip ini

dan tidak boleh menyalahinya. Imam Syafi'I الله رحمه -misalnya- mengatakan: "Jika

menyuruh seseorang untuk membekam, mengkhitan anak, atau mengobati hewan

piaraan, kemudian semua meninggal karena praktek itu, jika orang tersebut telah

melakukan apa yang seharusnya dan biasa dilakukan untuk maslahat pasien menurut para

pakar dalam profesi tersebut, maka ia tidak bertanggung-jawab. Sebaliknya, jika ia tahu

dan menyalahinya, maka ia bertanggung-jawab." Bahkan hal ini adalah kesepakatan

seluruh Ulama, sebagaimana disebutkan oleh Ibnul Qayyim الله .رحمه

1

Page 43: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

Hanya saja, hakim harus lebih jeli dalam menentukan apakah benar-benar terjadi

pelanggaran prinsip-prinsip ilmiah dalam kasus yang diangkat, karena ini termasuk

permasalahan yang pelik.

3. Ketidaksengajaan ( khatha')

Ketidaksengajaan adalah suatu kejadian (tindakan) tanpa ada maksud pelaku dalam

melakukannya. Misalnya, tangan dokter bedah terpeleset sehingga ada anggota tubuh

pasien yang terluka. Bentuk malpraktek ini tidak membuat pelakunya berdosa, tapi ia

harus bertanggung-jawab terhadap akibat yang ditimbulkan sesuai dengan yang telah

digariskan Islam dalam bab jinayat, karena ini termasuk jinayat khatha' (kejahatan tidak

sengaja).

4. Sengaja menimbulkan bahaya (i'tidd')

Maksudnya adalah membahayakan pasien dengan sengaja. Ini adalah bentuk malpraktek

yang paling buruk. Tentu saja sulit diterima bila ada dokter atau paramedis yang

melakukan hal ini, sementara mereka telah menghabiskan umur mereka untuk mengabdi

dengan profesi ini. Kasus seperti ini terhitung jarang dan sulit dibuktikan karena

berhubungan dengan isi hati orang. Biasanya pembuktiannya dilakukan dengan

pengakuan pelaku, meskipun mungkin juga faktor kesengajaan ini dapat diketahui

melalui indikasi-indikasi kuat yang menyertai terjadinya malpraktek yang sangat jelas.

Misalnya, adanya perselisihan antara pelaku malpraktek dengan pasien atau keluarganya.

PEMBUKTIAN MALPRAKTEK

Agama Islam mengajarkan bahwa tuduhan harus dibuktikan. Demikian pula, tuduhan

malpraktek harus diiringi dengan bukti, dan jika terbukti harus ada pertanggungjawaban dari

pelakunya. Ini adalah salah satu wujud keadilan dan kemuliaan ajaran Islam. Jika tuduhan

langsung diterima tanpa bukti, dokter dan paramedis terzhalimi, dan itu bisa membuat mereka

meninggalkan profesi mereka, sehingga akhirnya membahayakan kehidupan umat manusia.

Sebaliknya, jika tidak ada pertanggungjawaban atas tindakan malpraktek yang terbukti,

pasien terzhalimi, dan para dokter bisa jadi berbuat seenak mereka.

Dalam dugaan malpraktek, seorang hakim bisa memakai bukti-bukti yang diakui oleh

syariat sebagai berikut:

1

Page 44: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

1. Pengakuan pelaku malpraktek (iqrar).

Iqrar adalah bukti yang paling kuat, karena merupakan persaksian atas diri sendiri, dan ia

lebih mengetahuinya. Apalagi dalam hal yang membahayakan diri sendiri, biasanya

pengakuan ini menunjukkan kejujuran.

2. Kesaksian ( syahadah ).

Untuk pertanggungjawaban berupa qishash dan ta'zir, dibutuhkan kesaksian dua pria

yang adil. Jika kesaksian akan mengakibatkan tanggung jawab materiil, seperti ganti

rugi, dibolehkan kesaksian satu pria ditambah dua wanita. Adapun kesaksian dalam hal-

hal yang tidak bisa disaksikan selain oleh wanita, seperti persalinan, dibolehkan

persaksian empat wanita tanpa pria. Di samping memperhatikan jumlah dan kelayakan

saksi, hendaknya hakim juga memperhatikan bahwa saksi tidak memiliki tuhmah

(kemungkinan mengalihkan tuduhan malpraktek dari diri pelaku).

3. Catatan medis.

Yaitu catatan yang dibuat oleh dokter dan paramedis, karena catatan tersebut dibuat agar

bisa menjadi referensi saat dibutuhkan. Jika catatan ini valid, ia bisa menjadi bukti yang

sah.

BENTUK TANGGUNG-JAWAB MALPRAKTEK

Jika tuduhan malpraktek telah dibuktikan, ada beberapa bentuk tanggung jawab yang

dipikul pelakunya. Bentuk-bentuk tanggung-jawab tersebut adalah sebagai berikut:

1. Qishash

Qishash ditegakkan jika terbukti bahwa dokter melakukan tindak malpraktek sengaja

untuk menimbulkan bahaya (i'tida'), dengan membunuh pasien atau merusak anggota

tubuhnya, dan memanfaatkan profesinya sebagai pembungkus tindak kriminal yang

dilakukannya. Ketika memberi contoh tindak kriminal yang mengakibatkan qishash,

Khalil bin Ishaq al-Maliki mengatakan: "Misalnya dokter yang menambah (luas area

bedah) dengan sengaja."

1

Page 45: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

2. Dhaman (tanggung jawab materiil berupa ganti rugi atau diyat)

Bentuk tanggung-jawab ini berlaku untuk bentuk malpraktek berikut:

a. Pelaku malpraktek tidak memiliki keahlian, tapi pasien tidak mengetahuinya, dan

tidak ada kesengajaan dalam menimbulkan bahaya.

b. Pelaku memiliki keahlian, tapi menyalahi prinsip-prinsip ilmiah.

c. Pelaku memiliki keahlian, mengikuti prinsip- prinsip ilmiah, tapi terjadi kesalahan

tidak disengaja.

d. Pelaku memiliki keahlian, mengikuti prinsip- prinsip ilmiah, tapi tidak mendapat ijin

dari pasien, wali pasien atau pemerintah, kecuali dalam keadaan darurat.

3. Ta'zir berupa hukuman penjara, cambuk, atau yang lain.

Ta'zir berlaku untuk dua bentuk malpraktek:

a. Pelaku malpraktek tidak memiliki keahlian, tapi pasien tidak mengetahuinya, dan

tidak ada kesengajaan dalam menimbulkan bahaya.

b. Pelaku memiliki keahlian, tapi menyalahi prinsip-prinsip ilmiah.

DAFTAR PUSTAKA

Agus M. Algozi. Rekam Medis Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. FK

UNAIR-RS. DR. Soetomo. Surabaya.

AbouZahr1, Carla & Boerma1,Ties . Health information systems: the foundations of public

health in Bulletin of the World Health Organization August 2005, 83 (8)

Chadha,P.Vijay.1995.Ilmu Forensik dan Toksikologi.Jakarta:Widya Medika Indonesia.

Departemen Kesehatan RI., Pedoman Sistem Pencatatan Rumah Sakit (Rekam medis/Medical

Record , 1994

Hanafiah MJ, Amir Amri. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Edisi 3. Jakarta: EGC .

1998

1

Page 46: 133631403 PBL Medikolegal SK1 Dari Meja Operasi Ke Meja Hijau

National Cancer Institute. A Guide to Understanding Informed Consent. Available

at:wwww.cancer.gov/ClinicalTrials

World Health Organization, Medical Records Manual , A Guide for Developing Countries,

2006

Diakses dari http://www.ilunifk83.com/t143-informed-consent

1