2. Buku Pedum Benih 2012

7/16/2019 2. Buku Pedum Benih 2012

http://slidepdf.com/reader/full/2-buku-pedum-benih-2012 1/192

PEDOMAN TEKNISPELAKSANAAN PENGEMBANGAN

HORTIKULTURA TAHUN 2012

PENGEMBANGAN SISTEM

PERBENIHAN HORTIKULTURA

KEMENTERIAN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA

2011





iPedoman Teknis Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Perbenihan Hortikultura

KATA PENGANTAR

Ketersediaan benih bermutu sangat strategis karena merupakan

kunci utama untuk mencapai keberhasilan dalam usaha budidaya

hortikultura. Produksi dan mutu produk hortikultura sangat

ditentukan oleh kualitas benih yang digunakan. Untuk menghasilkan

produk hortikultura yang bermutu prima dibutuhkan benih bermutu

tinggi, yaitu benih yang mampu mengekspresikan sifat-sifat ungguldari varietas yang diwakilinya. Mengingat pentingnya arti benih maka

diperlukan upaya untuk meningkatkan produksi, memperbaiki mutu,

memperbaiki distribusi, meningkatkan pengawasan peredaran dan

meningkatkan penggunaan benih bermutu dalam kegiatan agribisnis

hortikultura.

Balai Benih Hortikultura (BBH) merupakan institusi penyedia benih

bermutu dibawah koordinasi pemerintah daerah dan bertanggung-

jawab untuk menjamin tersedianya benih bermutu. Disamping itu

ketersediaan benih bermutu sangat ditentukan oleh dukungan

penangkar yang handal.

Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan

Hortikultura (BPSBTPH) merupakan institusi yang membina sertifikasi

dan mengawasi peredaran benih di lapangan. Sebagai Unit PelaksanaTeknis Daerah (UPTD) di bidang perbenihan, peran BBH dan

BPSBTPH sangat penting dalam penyediaan benih bermutu untuk

mendukung pengembangan kawasan.



ii Pedoman Teknis Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura Tahun 2012


Penyediaan benih hortikultura harus direncanakan minimal 2 tahun

sebelumnya, sehingga kebutuhan benih untuk pengembangankawasan dapat terpenuhi tepat pada waktunya. Para produsen /

penangkar benih perlu dibina baik teknis maupun manajerial agar

mampu menyediakan benih bermutu sesuai dengan prinsip 7 tepat

(jenis, varietas, mutu, jumlah, waktu, lokasi, harga).

Pada tahun 2012 terdapat kegiatan-kegiatan pengembangan sistem

perbenihan hortikultura yang ditujukan untuk memenuhi target

output baik yang dilakukan di Direktorat Perbenihan, BPMBTPH

Cimanggis, UPTD BBH, Dinas/Bidang Hortikultura dan UPTD BPSB

TPH maupun bantuan sarana produksi kepada kelompok / penangkar

sebagai penguatan kelembagaan untuk memproduksi benih bermutu.

Pedoman Teknis Pelaksanaan Kegiatan Perbenihan Hortikultura

Tahun 2012 dimaksudkan sebagai panduan dalam melaksanakan

kegiatan pengembangan perbenihan hortikultura secarakomprehensif di semua tingkatan. Diharapkan pedoman ini

bermanfaat dalam mencapai target yang telah ditetapkan.

Jakarta, Desember 2011

Direktur,

Ir. Sri Wijayanti Yusuf, M.Agr Sc



iiiPedoman Teknis Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura Tahun 2012


DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ..................................................................... iDaftar Isi .............................................................................. iii

UMUM ....................................................................... 1

I. Pendahuluan .................................................................... 1II. Program Perbenihan Hortikultura ....................................... 4

KETERSEDIAAN BENIH TANAMAN SAYUR (1772.02)

Bab I Pendahuluan ............................................................. 7 A. Latar Belakang .................................................... 7B. Tujuan dan Sasaran ............................................. 8

Bab II Pelaksanaan .............................................................. 9 A. Pelaksanaan di Propinsi ...................................... 9

Bab III Indikator Kinerja ........................................................ 13 A. Masukan / Input ................................................ 13B. Keluaran / output .............................................. 13C. Hasil / outcome ................................................. 13D. Manfaat / benefit ............................................... 13E. Dampak / impact ............................................... 14

Lampiran 1 Rekapitulasi Kegiatan Dan Indikator OutputTahun 2012 Ketersediaan Benih Tanaman Sayur(1772.02)............................................................ 15



iv Pedoman Teknis Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura Tahun 2012


KETERSEDIAAN BENIH TANAMAN

FLORIKULTURA (1772.03)




Lampiran 2 Rekapitulasi Kegiatan Dan Indikator OutputTahun 2012 Ketersediaan Benih TanamanFlorikultura (1772.03) .......................................... 25

KETERSEDIAAN BENIH TANAMAN OBAT (1772.04)



Bab III Indikator Kinerja ........................................................ 33 A. Masukan / Input ................................................ 33



vPedoman Teknis Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura Tahun 2012


B. Keluaran / output .............................................. 33C. Hasil / outcome ................................................. 33D. Manfaat / benefit ............................................... 33E. Dampak / impact ............................................... 34

Lampiran 3 Rekapitulasi Kegiatan Dan Indikator OutputTahun 2012 Ketersediaan Benih Tanaman Obat(1772.04)............................................................ 35

KETERSEDIAAN BENIH TANAMAN BUAH (1772.05)




Lampiran 4 Rekapitulasi Kegiatan Dan Indikator OutputTahun 2012 Ketersediaan Benih Tanaman Buah

(1772.05)............................................................ 45



vi Pedoman Teknis Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura Tahun 2012


LAYANAN PERKANTORAN (1772.01)



Bab III Indikator Kinerja ........................................................ 51

A. Masukan / Input ................................................ 51B. Keluaran / output .............................................. 51C. Hasil / outcome ................................................. 51D. Manfaat / benefit ............................................... 51E. Dampak / impact ............................................... 52

Lampiran 5 Rekapitulasi Kegiatan Dan Indikator OutputTahun 2012 Layanan Perkantoran (1772.01) ......... 53

PENGUATAN KELEMBAGAAN (1772.06)


Bab II Pelaksanaan .............................................................. 57 A. Pelaksanaan di Pusat .......................................... 57

B. Pelaksanaan di BPMBTPH Cimanggis ..................... 60C. Pelaksanaan di Provinsi ........................................ 62




viiPedoman Teknis Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura Tahun 2012



Lampiran 6 Rekapitulasi Kegiatan Dan Indikator OutputTahun 2012 Penguatan Kelembagaan (1772.06) ... 67

PEMBINAAN SERTIFIKASI DAN PENGAWASAN

MUTU BENIH (1772.07)




Lampiran 7 Rekapitulasi Kegiatan Dan Indikator OutputTahun 2012 Pembinaan Sertifikasi Dan Pengawasan

Mutu Benih (1772.07) .......................................... 79



viii Pedoman Teknis Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura Tahun 2012


PEMASYARAKATAN BENIH BERMUTU (1772.08)


Bab II Pelaksanaan .............................................................. 83 A. Pelaksanaan di Pusat ........................................... 83B. Pelaksanaan di Provinsi ........................................ 85


Lampiran 8 Rekapitulasi Kegiatan Dan Indikator OutputTahun 2012 Pemasyarakatan Benih Bermutu(1772.08)............................................................ 91

PEDOMAN-PEDOMAN (1772.12)


Bab II Pelaksanaan .............................................................. 95 A. Pelaksanaan di Pusat ........................................... 95




ixPedoman Teknis Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura Tahun 2012



Lampiran 9 Rekapitulasi Kegiatan Dan Indikator OutputTahun 2012 Pedoman-Pedoman (1772.12) ........... 99

PEMBINAAN PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN

BENIH BUAH BERMUTU (1772.17)




PEMBINAAN PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN BENIH

SAYURAN DAN OBAT BERMUTU (1772.18)




x Pedoman Teknis Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura Tahun 2012




PEMBINAAN PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN BENIHFLORIKULTURA BERMUTU (1772.19)




PEMBINAAN PENGAWASAN MUTU BENIH (1772.20)




xiPedoman Teknis Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura Tahun 2012


Bab II Pelaksanaan .............................................................. 127 A. Pelaksanaan di Pusat .......................................... 127


SARANA PRASARANA (1772.09)


Bab II Pelaksanaan .............................................................. 135 A. Pelaksanaan di Pusat ........................................... 135B. Pelaksanaan di Provinsi ........................................ 137


Lampiran 10 Rekapitulasi Kegiatan Dan Indikator OutputTahun 2012 Sarana Prasarana (1772.09) .............. 143





1Pedoman Teknis Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura Tahun 2012


UMUM

I. PENDAHULUAN

Peran benih sebagai sarana utama agribisnis hortikultura tidak

dapat digantikan oleh sarana lain. Oleh sebab itu, penggunaan

benih bermutu merupakan suatu keharusan. Berkembang atau

tidaknya usaha agribisnis hortikultura sangat ditentukan oleh

perkembangan perbenihannya, yang dapat menjamin

ketersediaan benih bermutu.

Ketersediaan benih bermutu sangat strategis karena merupakan

tumpuan utama untuk mencapai keberhasilan dalam usaha

budidaya hortikultura. Potensi hasil suatu varietas unggul

ditentukan oleh kualitas benih yang digunakan. Untuk

menghasilkan produk hortikultura yang bermutu primadibutuhkan benih bermutu tinggi, yaitu benih yang mampu

mengekspresikan sifat-sifat unggul dari varietas yang diwakilinya.

Mengingat pentingnya arti benih maka diperlukan upaya untuk

meningkatkan produksi, memperbaiki mutu, memperbaiki

distribusi, meningkatkan pengawasan peredaran dan

meningkatkan penggunaan benih bermutu dalam kegiatan

agribisnis hortikultura.

Balai Benih Hortikultura (BBH) merupakan institusi penyediaan

benih bermutu di bawah koordinasi pemerintah daerah yang



2 Pedoman Teknis Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura Tahun 2012


bertanggungjawab untuk menjamin tersedianya benih bermutu.

Disamping itu ketersediaan benih bermutu sangat ditentukanoleh dukungan penangkar yang handal.

Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan

Hortikultura (BPSBTPH) merupakan institusi yang membina

sertifikasi dan mengawasi peredaran benih di lapangan. Sebagai

Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) di bidang perbenihan,

peran BBH dan BPSBTPH sangat penting dalam penyediaan

benih bermutu untuk mendukung pengembangan kawasan.

Benih-benih varietas baru, sebelum disalurkan kepada

masyarakat, terlebih dahulu diperbanyak di BBH dengan

pengawasan BPSBTPH. Benih Penjenis (BS) dari pemulia

diperbanyak di BBH atau lembaga swasta lain yang kompeten

menjadi Benih Dasar (BD), kemudian diperbanyak lagi menjadi

Benih Pokok (BP). BP disalurkan kepada penangkar dan

seterusnya diperbanyak oleh para penangkar menjadi BenihSebar (BR) yang siap disalurkan kepada petani pengguna benih.

Untuk pengembangan benih secara vegetatif seperti tanaman

buah, BBH merupakan tempat perawatan Pohon Induk (PI)

melalui pembangunan Blok Fondasi (BF) dan Blok Penggandaan

Mata Tempel (BPMT) dan untuk penanaman duplikat Pohon

Induk Tunggal (PIT) yang telah dilepas/didaftar oleh Menteri

Pertanian sebagai sumber mata entres dalam produksi benih

bermutu.





Untuk mendukung perbanyakan benih hortikultura secara cepat

terhadap komoditas-komoditas tertentu yang mempunyaiprospek cerah, metoda kultur jaringan dapat dikembangkan

dengan memanfaatkan laboratorium kultur jaringan yang ada di

BBH.

Selain memproduksi benih secara berjenjang, BBH juga berperan

sebagai tempat pengujian/observasi/adaptasi varietas baru,

sebagai tempat pemurnian benih varietas unggul daerah, sebagai

tempat pelatihan SDM terutama magang para penangkar benih,

dan sebagai koleksi sumber plasma nutfah yang berasal dari

daerah-daerah di wilayah Propinsi dan dari luar Propinsi, atau

dari luar negeri.

Keterbatasan yang dihadapi oleh BBH, antara lain jumlah dan

kualitas SDM, sarana dan prasarana dan biaya operasional yang

kecil. Sebagai unit pelaksana teknis, BBH diharapkan mampumengembangkan dan menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi

dari berbagai sumber dan mampu mengembangkan pengelolaan

sumberdaya yang ada ke arah agribisnis dengan tetap

memperhatikan fungsi alih teknologi dan pemasyarakatan

penggunaan benih bermutu varietas unggul. Peningkatan mutu

benih perlu mendapat dukungan dari instansi lain yaitu

Puslitbanghort sebagai penyedia benih sumber dan UPTD

BPSBTPH sebagai pengawas terhadap mutu benih yang

diproduksi maupun yang beredar di tingkat penyalur/ pedagang.





Penyediaan benih hortikultura harus direncanakan minimal 2

tahun sebelumnya, sehingga ketersediaan benih bermutu dapatterjamin pada saat dibutuhkan. Para produsen / penangkar benih

perlu dibina baik teknis maupun manajerial agar mampu

menyediakan benih bermutu sesuai dengan prinsip 7 tepat (jenis,

varietas, mutu, jumlah, waktu, lokasi, harga).

Oleh karenanya pembinaan penangkar benih dan pendaftaran

penangkar di BPSBTPH menjadi suatu keharusan. BPSBTPH

harus mengawasi produksi benih sehingga benih yang dihasilkan

dapat diberikan sertifikasi atau label. Disamping itu juga

melaksanakan pengawasan terhadap benih yang beredar agar

mutu benih terjamin sampai kepada pengguna.

Dalam kegiatan 2012 terdapat kegiatan-kegiatan yang ditujukan

untuk memenuhi target output baik yang dilakukan di BBH, Dinas

dan BPSB maupun bantuan sarana produksi kepada kelompok /penangkar sebagai penguatan kelembagaan untuk memproduksi

benih bermutu.

II. PROGRAM PERBENIHAN HORTIKULTURA

Pengembangan sistem perbenihan hortikultura tahun 2012 terdiri

dari beberapa output, yaitu :

1. Layanan perkantoran

2. Ketersediaan benih tanaman sayur





3. Ketersediaan benih tanaman florikultura

4.

Ketersediaan benih tanaman obat5. Ketersediaan benih tanaman buah

6. Penguatan kelembagaan

7. Pembinaan sertifikasi dan pengawasan mutu benih

8. Pemasyarakatan benih bermutu

9. Sarana prasarana

10. Pedoman-pedoman

11. Pembinaan penyediaan dan penggunaan benih buah

bermutu

12. Pembinaan penyediaan dan penggunaan benih sayur dan

tanaman obat bermutu

13. Pembinaan penyediaan dan penggunaan benih florikultura

bermutu

14. Pembinaan pengawasan mutu benih





INDIKATOR:

I. KETERSEDIAAN BENIH

HORTIKULTURA BERMUTU

OUTPUT:

1. KETERSEDIAAN BENIH TANAMAN

SAYUR (1772.02)

2. KETERSEDIAAN BENIH TANAMAN

FLORIKULTURA (1772.03)

3. KETERSEDIAAN BENIH TANAMAN OBAT

(1772.04)

4. KETERSEDIAAN BENIH TANAMAN BUAH

(1772.05)





KETERSEDIAAN BENIH TANAMAN SAYUR

(1772.02)







BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Potensi hasil suatu varietas unggul salah satunya ditentukan oleh

kualitas benih yang digunakan. Untuk menghasilkan produk

hortikultura yang bermutu prima dibutuhkan benih bermutu

tinggi, yaitu benih yang mampu mengekspresikan sifat-sifatunggul dari varietas yang diwakilinya.

Ketersediaan benih bermutu hortikultura produksi dalam negeri

belum mencukupi kebutuhan. Untuk benih tanaman sayuran

bentuk biji, ketersediaan secara nasional adalah sebesar 63%

dari kebutuhan. Untuk benih-benih yang tidak bisa diproduksi di

Indonesia, karena perbedaan iklim, seperti kelompok Brassica

(kubis-kubisan) masih didatangkan dari luar negeri. Untuk benih

sayuran bentuk umbi (kentang dan bawang merah) baru tersedia

17% dari kebutuhan. Mengingat pentingnya arti benih maka

diperlukan upaya untuk meningkatkan produksi, memperbaiki

mutu, memperbaiki distribusi, meningkatkan pengawasan

peredaran dan meningkatkan penggunaan benih bermutu dalam

kegiatan agribisnis hortikultura.

Pemberlakuan otonomi daerah berdasarkan UU No. 22 tahun

1999, jo. No.32 tahun 2004 dan PP No.25 tahun 2000 telah

memberikan konsekuensi pemerintah dalam hal pembagian





kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah. Dibidang

pertanian, kewenangan pengelolaan perbenihan tanamansebagian besar telah diserahkan kepada daerah. Kewenangan

yang menyangkut penyediaan dan pelayanan benih bermutu

untuk kepentingan lintas kabupaten/kota di dalam wilayah suatu

Provinsi dilaksanakan oleh Provinsi.

B. Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari kegiatan ini adalah: meningkatkan ketersediaan

benih sayuran bermutu dari varietas unggul guna meningkatkan

produksi dan mutu produk.

Sasaran yang akan dicapai adalah: meningkatnya ketersediaan

benih bermutu sayuran dalam mendukung peningkatan produksi,

produktivitas dan mutu produk tanaman sayuran.





BAB II

PELAKSANAAN

A. Pelaksanaan di Provinsi

1. Lokasi

Kegiatan ini akan dilaksanakan di UPTD Balai Benih

Hortikultura yang tersebar di 17 provinsi dengan

Penanggung jawab kegiatan adalah Kepala Dinas Pertanian

Provinsi.

2. Output, Sub Output, Komponen

a. Output : (002) Ketersediaan Benih Tanaman

Sayur

b. Komponen : (011) Koordinasi Ketersediaan BenihSayur

(012) Perbanyakan Benih (Penyediaan

Benih Sumber, Produksi Benih

Sebar, Pemeliharaan Benih

Sumber/PIT/Koleksi Plasma

Nutfah)

(013) Pembinaan Penangkar,

(014) Monitoring / Evaluasi dan

Pelaporan





3. Pelaksana dan Penerima Manfaat

Pelaksana kegiatan adalah UPTD Balai Benih Hortikultura 14Provinsi. Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah Dinas

Provinsi dan UPTD Balai Benih Hortikultura / Kebun Benih

Hortikultura.

4. Pembiayaan

Pembiayaan bersumber dari anggaran Direktorat Jenderal

Hortikultura dan dialokasikan pada Dinas Pertanian Provinsi

melalui dana Dekonsentrasi pada Satker Dinas Pertanian

Provinsi TA. 2012.

5. Metode

- Metode yang dilaksanakan adalah melalui bimbingan

atau pembinaan, koordinasi maupun apresiasi,

pemantapan, serta pengadaan benih sumber.

- Pengadaan benih sumber harus dari varietas unggul

yang telah dilepas/didaftar oleh Menteri Pertanian sesuai

dengan kelasnya. Untuk kelas Benih Dasar harus berlabel

putih, Benih Pokok berlabel ungu, dan perbanyakan

benih berlabel biru.

-Dalam mengkoordinasi ketersediaan benih sayur harus

melibatkan Kepala Bidang Hortikultura Provinsi dan

Kabupaten, BPSBTPH, BPTP dan instansi terkait lainnya.





Tahapan pelaksanaan kegiatannya adalah sebagai berikut:

(011) Koordinasi Ketersediaan Benih Sayur, dengan akunBelanja Bahan (521211), dan atau akun Belanja

Barang Non Operasional Lainnya (521219), dan atau

akun Belanja Perjalanan Lainnya (524119) yang

digunakan untuk mengkoordinasikan ketersediaan

benih sayur di daerah setempat.

(012) Perbanyakan Benih, dengan akun Belanja Bahan

(521211), dan atau akun Belanja Barang Non

Operasional Lainnya (521219). Untuk mendukung

pelaksanaan teknis perbanyakan benih sayur di BBH

kegiatannya dapat berupa perbanyakan benih G0-

G1, dan atau G1-G2, dan atau G2-G3, pengadaan

benih sumber, pengadaan saprodi, upah pengolahan

lahan. Komoditas yang diperbanyak untuk benih

tanaman sayuran adalah benih bawang merah,

sayuran biji, dan kentang.

(013) Pembinaan Penangkar, dengan akun Belanja Bahan

(521211), Belanja Sewa (522141), akun Belanja

Barang Non Operasional Lainnya (521219), Belanja

Jasa Profesi (522151), dan Belanja Perjalanan

Lainnya (524119). Akun-akun tersebut digunakan

untuk mendukung pelaksanaan pembinaan

penangkar dalam memproduksi benih sayur bermutu.

Kegiatan tersebut merupakan kegiatan untuk





meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

penangkar dalam memproduksi benih sayur bermutumelalui latihan/apresiasi serta pembinaan langsung

ke lapangan.

(014) Monitoring/Evaluasi dan Pelaporan, dengan akun

Belanja Bahan (521211), dan atau akun Belanja


Belanja Perjalanan Lainnya (524119). Monev

dilakukan melalui pertemuan, rapat-rapat,penyusunan laporan, dan melakukan monitoring dan

evaluasi langsung ke lapangan.





BAB III

INDIKATOR KINERJA

A. Masukan

Yang termasuk ke dalam input pada kegiatan ini adalah:

1. Dana APBN sebesar Rp. 4.325.174.000,-

2.

SDM (petugas, penangkar benih, petani)3. Teknologi perbenihan

4. Informasi tentang perbenihan

B. Keluaran / Output

Tersedianya benih sayur bermutu sebanyak 467.292 kg.

C. Hasil / Outcome

Meningkatnya ketersediaan benih tanaman sayur bermutu di

daerah kawasan sentra pengembangan.

D. Manfaat / Benefit

Meningkatnya luasan pertanaman sayur bermutu di daerah sentra

pengembangan serta meningkatnya penggunaan benih tanaman

sayur bermutu.





E. Dampak / Impact

Meningkatnya produksi dan mutu produk sayur di daerah sentrapengembangan.





Lampiran 1

REKAPITULASI KEGIATAN DAN INDIKATOR OUTPUT TAHUN 2012KETERSEDIAAN BENIH TANAMAN SAYUR (1772.02)

Lokasi Satker

KETERSEDIAAN

BENIH TANAMAN

SAYUR (1772.02)

VOLUME

00 00 Dit. Benih 3,000

00 00 BPMB Cimanggis

1. 01 00 DKI Jakarta

2. 02 00 Jawa Barat 28,000

3. 03 00 Jawa Tengah 185,815

4. 04 00 D I Yogyakarta 34,000

5. 05 00 Jawa Timur 48,000

6. 06 00 Aceh 16,879

7. 07 00 Sumatera Utara 26,3508. 08 00 Sumatera Barat 29,750

9. 09 00 Riau

10. 10 00 Jambi 2,184

11. 11 00 Sumatera Selatan 1,250

12. 12 00 Lampung

13. 13 00 Kalimantan barat

14. 14 00 Kalimantan Tengah

15. 15 00 Kalimantan Selatan

16. 16 00 Kalimantan Timur

17. 17 00 Sulawesi Utara 14,500





Lokasi Satker

KETERSEDIAAN

BENIH TANAMANSAYUR (1772.02)

VOLUME

18. 18 00 Sulawesi Tengah 20,000

19. 19 00 Sulawesi Selatan 9,500

20. 20 00 Sulawesi Tenggara

21. 21 00 Maluku

22. 22 00 Bali 30,600

23. 23 00 NTB 8,000

24. 24 00 NTT 5,000

25. 25 00 Papua

26. 26 00 Bengkulu 5,440

27. 28 00 Maluku Utara

28. 29 00 Banten

29. 30 00 Bangka Belitung

30. 31 00 Gorontalo 2431. 32 00 Kep. Riau

32. 33 00 Papua Barat

33. 34 00 Sulawesi Barat

Jumlah 465,292



KETERSEDIAAN BENIH

TANAMAN FLORIKULTURA

(1772.03)







BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha tanaman florikultura di Indonesia terus mengalami

peningkatan seiring dengan meningkatnya pendapatan

masyarakat. Kebutuhan tanaman florikultura terutama di kota

besar bukan hanya sebagai tanaman florikultura pekaranganlagi, tetapi sudah merambah menjadi aneka keperluan seperti

dekorasi dalam perkawinan, bunga tabur untuk kematian,

karangan bunga dan lain sebagainya.

Seiring dengan meningkatnya permintaan akan tanaman

florikultura, benih yang bermutu dari varietas unggul sangat

diperlukan. Masalah yang masih dihadapi sampai sekarang

adalah ketersediaan benih tanaman florikultura yang bermutu

di tingkat petani dan penangkar masih terbatas. Petani masih

kesulitan untuk memenuhi permintaan tanaman florikultura baik

dari segi kualitas, kuantitas maupun kontinuitasnya. Oleh

karena itu, dalam rangka meningkatkan ketersediaan benih

tanaman florikultura bermutu perlu dilakukan pembinaan

kepada penangkar/produsen serta Balai Benih yang

memperbanyak tanaman floris, serta perlu dilakukan

peningkatan pengetahuan/keterampilan khususnya dengan

memproduksi benih flori melalui teknologi kultur jaringan.






Tujuan kegiatan adalah menyediakan benih florikultura bermutudari varietas unggul yang disukai konsumen untuk pengem-

bangan kawasan tanaman florikultura unggulan.

Sasaran kegiatan adalah tersedianya benih florikultura dari

varietas unggul yang disukai konsumen untuk mendukung

pengembangan kawasan.





BAB II

PELAKSANAAN

A. Pelaksanaan di Propinsi

1. Lokasi


Hortikultura yang tersebar di 21 propinsi yaitu: DKI Jakarta,

Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Aceh, Sumatera

Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan,

Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,

Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat,

Nusa Tenggara Timur, Papua, Jawa Barat, dan Banten.



Florikultura

b. Sub Output : Tanpa Sub Output

c. Komponen : (011) Koordinasi Ketersediaan Benih

Florikultura

(012) Perbanyakan Benih (Penyediaan

Benih Sumber, Produksi Benih

Sebar, Pemeliharaan Benih

Sumber/Koleksi Plasma Nutfah)





(013) Pembinaan Penangkar

(014) Monitoring/Evaluasi danPelaporan


Pelaksana kegiatan adalah UPTD Balai Benih Hortikultura

dari masing-masing propinsi. Penerima manfaat dari

kegiatan ini adalah Dinas Propinsi, UPTD Balai Benih

Hortikultura / Kebun Benih Hortikultura, dan penangkar.4. Pembiayaan


Hortikultura dan dialokasikan pada Dinas Pertanian Propinsi


Propinsi TA. 2012.

5. Metode - Metode yang dilaksanakan adalah menggunakan

bimbingan atau pembinaan, koordinasi maupun apresiasi,

pemantapan, serta pengadaan benih sumber.

- Pengadaan benih sumber flori dari varietas unggul yang

telah dilepas/didaftar oleh Menteri Pertanian serta sesuai

preverensi pasar.

- Dalam mengkoordinasi ketersediaan benih Florikultura

harus melibatkan Kabid Hortikultura Propinsi dan

Kabupaten, BPSBTPH, BPTP dan instansi terkait lainnya.






(011) Koordinasi Ketersediaan Benih Florikultura, denganakun Belanja Bahan (521211), Belanja Barang Non

Operasional Lainnya (521219), dan atau akun Belanja

Perjalanan Lainnya (524119), dan atau Belanja Jasa

Profesi (522151). Akun-akun tersebut digunakan

untuk mengkoordinasikan ketersediaan benih

Florikultura di daerah setempat.


(521211), Belanja Barang Non Operasional Lainnya

(521219), dan atau Belanja Jasa Profesi (522151),

dan atau Belanja Perjalanan Lainnya (524119). Akun-

akun tersebut dapat digunakan untuk pelaksanaan

teknis perbanyakan benih dan penambahan pohon

koleksi benih Florikultura di BBH.


(521211), dan atau Belanja Sewa (522141), akun

Belanja Barang Non Operasional Lainnya (521219),

dan atau Belanja Jasa Profesi (522151), Belanja

Perjalanan Lainnya (524119). Akun-akun tersebut

digunakan untuk melaksanaan pembinaan penangkar

dalam memproduksi benih Florikultura bermutu.

Kegiatan tersebut merupakan kegiatan untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

penangkar dalam memproduksi benih Florikultura





bermutu. Kegiatan dapat dilakukan melalui latihan/

apresiasi dan pembinaan langsung ke lapangan.(014) Monitoring/Evaluasi dan Pelaporan, dengan akun

Belanja Bahan (521211), akun Belanja Barang Non

Operasional Lainnya (521219), Belanja Perjalanan

Lainnya (524119). Monev dilakukan melalui

pertemuan, rapat-rapat, penyusunan laporan, dan

melakukan monitoring dan evaluasi langsung ke

lapangan.





BAB III

INDIKATOR KINERJA

A. Masukan



2. SDM (petugas, penangkar benih, petani)

3. Teknologi perbenihan



Tersedianya benih florikultura bermutu sebanyak 10.143.982

benih.

C. Hasil / Outcome

Meningkatnya ketersediaan benih tanaman florikultura bermutu

di daerah kawasan sentra pengembangan.


Meningkatnya luasan pertanaman florikultura bermutu di daerah

sentra pengembangan. Penggunaan benih tanaman florikultura

bermutu juga akan meningkat.

E. Dampak / Impact

Meningkatnya produksi dan mutu produk florikultura di daerah

sentra pengembangan.







Lampiran 2

REKAPITULASI KEGIATAN DAN INDIKATOR OUTPUT TAHUN 2012KETERSEDIAAN BENIH TANAMAN FLORIKULTURA (1772.03)

No Lokasi Satker

KETERSEDIAAN

BENIH TANAMAN

FLORIKULTURA

(1772.03)

VOLUME

00 00 Dit. Benih 125,000


1. 01 00 DKI Jakarta 1,100,000

2. 02 00 Jawa Barat 90,000

3. 03 00 Jawa Tengah 4,857,240

4. 04 00 D I Yogyakarta 115,000

5. 05 00 Jawa Timur 10,000

6. 06 00 Aceh 550,000

7. 07 00 Sumatera Utara 875,000

8. 08 00 Sumatera Barat 1,125,000

9. 09 00 Riau 468,750

10. 10 00 Jambi 3,750


12. 12 00 Lampung

13. 13 00 Kalimantan barat 214,000

14. 14 00 Kalimantan Tengah15. 15 00 Kalimantan Selatan 200,000

16. 16 00 Kalimantan Timur 12,342






No Lokasi Satker

KETERSEDIAAN

BENIH TANAMAN

FLORIKULTURA(1772.03)

VOLUME

18. 18 00 Sulawesi Tengah



21. 21 00 Maluku

22. 22 00 Bali 275,000

23. 23 00 NTB 350

24. 24 00 NTT 250

25. 25 00 Papua 300

26. 26 00 Bengkulu


28. 29 00 Banten 51,000


30. 31 00 Gorontalo

31. 32 00 Kep. Riau



Jumlah 10,143,982



KETERSEDIAAN BENIH TANAMAN OBAT

(1772.04)







BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komoditas tanaman obat (rimpang dan non rimpang) semakin

diperlukan keberadaannya sebagai bahan baku industri jamu,

kosmetika, minuman dan makanan suplemen. Dengan

ditetapkannya komoditas obat sebagai salah satu komoditasunggulan nasional maka pengembangannya perlu mendapat

perhatian.

Salah satu faktor penting dalam upaya meningkatkan kualitas

dan kuantitas produksi tanaman obat adalah penggunaan benih

bermutu. Saat ini ketersediaan benih bermutu komoditas

tanaman obat di petani masih sangat terbatas. Oleh karena itu,

dalam rangka meningkatkan ketersediaan benih tanaman obat

bermutu serta meningkatkan kapasitas penangkar benih

tanaman obat bermutu maka perlu terus dilaksanakan

pembinaan perbenihan tanaman obat.


Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan ketersediaan benih

tanaman obat varietas unggul yang bermutu guna meningkatkan

daya saing produk tanaman obat.





Sasaran yang akan dicapai adalah meningkatnya ketersediaan

benih tanaman obat varietas unggul yang bermutu dalammendukung peningkatan produksi, produktivitas dan mutu

produk tanaman obat.





BAB II

PELAKSANAAN

A. Pelaksanaan di Provinsi

1. Lokasi


Hortikultura yang tersebar di 8 Provinsi dengan Penanggung

jawab kegiatan adalah Kepala Dinas Pertanian Provinsi.



Obat


c. Komponen : (011) Koordinasi Ketersediaan BenihTanaman Obat,

(012) Perbanyakan Benih

(Penyediaan Benih Sumber,

Produksi Benih Sebar,

Pemeliharaan Benih Sumber/

PIT/Koleksi Plasma Nutfah),


(014) Monitoring/Evaluasi dan

Pelaporan,






Pelaksana kegiatan adalah UPTD Balai Benih Hortikulturadari 8 Provinsi. Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah

UPTD Balai Benih Hortikultura / Kebun Benih Hortikultura,

serta kelompok penangkar.

4. Pembiayaan


Hortikultura dan dialokasikan pada Dinas Pertanian Provinsimelalui dana Dekonsentrasi pada Satker Dinas Pertanian

Provinsi Tahun Anggaran 2012.

5. Metode

- Metode yang dilaksanakan adalah melalui bimbingan atau

pembinaan, koordinasi maupun apresiasi, pemantapan,

serta pengadaan benih sumber.

- Pengadaan benih sumber harus dari varietas unggul yang

telah dilepas/didaftar oleh Menteri Pertanian sesuai

dengan kelasnya. Untuk kelas Benih Dasar harus berlabel

putih, Benoh Pokok berlabel ungu, dan perbanyakan

benih berlabel biru.

- Dalam mengkoordinasi ketersediaan benih tanaman obat

harus melibatkan Kabid Hortikultura Provinsi danKabupaten, BPSBTPH, BPTP dan instansi terkait lainnya.






(011) Koordinasi Ketersediaan Benih Tanaman Obat, denganakun Belanja Bahan (521211), dan atau akun Belanja




benih tanaman obat di daerah setempat.



Operasional Lainnya (521219). Akun-akun tersebut

dapat digunakan untuk pelaksanaan teknis

perbanyakan benih tanaman obat di BBH.


(521211), dan atau Belanja Sewa (522141), dan atau

akun Belanja Barang Non Operasional Lainnya

(521219), Belanja Jasa Profesi (522151), dan atau

Belanja Perjalanan Lainnya (524119). Akun-akun

tersebut digunakan untuk melaksanaan pembinaan

penangkar dalam memproduksi benih tanaman obat

bermutu melalui peningkatan pengetahuan dan

keterampilan penangkar, latihan/apresiasi dan

pembinaan langsung ke lapangan.








Belanja Perjalanan Lainnya (524119). Monev dilakukan

melalui pertemuan, rapat-rapat, penyusunan laporan,dan melakukan monitoring dan evaluasi langsung ke

lapangan.





BAB III

INDIKATOR KINERJA

A. Masukan


1. Dana APBN sebesar Rp. 659.534.000,-





Tersedianya benih tanaman obat bermutu sebanyak 10.737 kg.

C. Hasil / Outcome

Meningkatnya ketersediaan benih tanaman obat bermutu di



Meningkatnya luasan pertanaman obat bermutu di daerah sentra

pengembangan serta meningkatnya penggunaan benih tanaman

obat bermutu.





E. Dampak / Impact

Meningkatnya produksi dan mutu produk hortikultura.





Lampiran 3

REKAPITULASI KEGIATAN DAN INDIKATOR OUTPUT TAHUN 2012

KETERSEDIAAN BENIH TANAMAN OBAT (1772.04)

No Lokasi Satker

KETERSEDIAAN

BENIH TANAMAN

OBAT (1772.04)

VOLUME

00 00 Dit. Benih


1. 01 00 DKI Jakarta 303

2. 02 00 Jawa Barat 600

3. 03 00 Jawa Tengah 3,384


5. 05 00 Jawa Timur 3,400

6. 06 00 Aceh

7. 07 00 Sumatera Utara

8. 08 00 Sumatera Barat 760

9. 09 00 Riau

10. 10 00 Jambi

11. 11 00 Sumatera Selatan

12. 12 00 Lampung

13. 13 00 Kalimantan barat

14. 14 00 Kalimantan Tengah

15. 15 00 Kalimantan Selatan

16. 16 00 Kalimantan Timur





No Lokasi Satker

KETERSEDIAAN

BENIH TANAMANOBAT (1772.04)

VOLUME

17. 17 00 Sulawesi Utara

18. 18 00 Sulawesi Tengah

19. 19 00 Sulawesi Selatan


21. 21 00 Maluku

22. 22 00 Bali

23. 23 00 NTB

24. 24 00 NTT

25. 25 00 Papua 190

26. 26 00 Bengkulu


28. 29 00 Banten 100


30. 31 00 Gorontalo

31. 32 00 Kep. Riau



Jumlah 10,737



KETERSEDIAAN BENIH TANAMAN BUAH

(1772.05)







BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam memasuki era globalisasi dewasa ini, peranan benih

bermutu dari varietas unggul akan menjadi semakin penting

karena untuk mampu bersaing di pasaran internasional produk

pertanian yang dihasilkan haruslah mempunyai kualitas yangbaik disamping produksi yang juga harus tinggi.

Pembangunan di bidang perbenihan hortikultura bertujuan

untuk mempersiapkan tersedianya benih bermutu dari varietas

unggul secara lestari dan berkesinambungan. Sehingga usaha-

usaha peningkatan produksi dan kualitas produksi tanaman

hortikultura melalui penyediaan benih bermutu dari varietas

unggul bagi petani dapat dilakukan dengan lancar.

Penyediaan benih bermutu dari varietas unggul yang

dibutuhkan petani harus sesuai dengan 7 kriteria tepat (jenis,

varietas, mutu, jumlah, waktu, lokasi, dan harga). Untuk tujuan

tersebut diperlukan kesamaan persepsi tentang perbenihan

hortikultura dalam memfasilitasi terbentuknya kerjasama antara

balai benih hortikultura dengan para penangkar benih,

peningkatan penangkar informal menjadi penangkar formal,

membentuk wadah / kelompok / forum penangkar benih dalam

meningkatkan posisi tawar perbenihan hortikultura dan lain-

lain.





Untuk dapat menyediakan benih buah bermutu perlu dilakukan

pembinaan kepada produsen/penangkar serta institusi secaraberjenjang. Balai benih dan penangkar perlu difasilitasi benih

sumber dari varietas yang sudah dilepas Mentan serta perlu

dilakukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan

khususnya dalam produksi benih sesuai standar yang

ditetapkan.


Tujuan kegiatan adalah menyediakan benih tanaman buah

bermutu dari varietas unggul yang disukai konsumen untuk

meningkatkan produksi dan mutu produk.

Sasaran kegiatan adalah meningkatnya ketersediaan benih

tanaman buah bermutu untuk mendukung peningkatan

produksi, produktivitas dan mutu produk tanaman buah.





BAB II

PELAKSANAAN


1. Lokasi


Hortikultura yang tersebar di 32 propinsi seluruh Indonesia,

kecuali Kepulauan Riau.



Buah

b. Komponen : (011) Koordinasi Ketersediaan BenihBuah,

(012) Perbanyakan Benih (Penye-

diaan Benih Sumber, Produksi

Benih Sebar, Pemeliharaan

Benih Sumber / PIT / Koleksi

Plasma Nutfah),


(014) Monitoring / Evaluasi dan

Pelaporan





3. Pelaksana / Kelompok Sasaran

Pelaksana kegiatan adalah UPTD Balai Benih Hortikulturadari masing-masing propinsi. Penerima manfaat dari

kegiatan ini adalah UPTD Balai Benih Hortikultura / Kebun

Benih Hortikultura, dan kelompok penangkar.

4. Pembiayaan

Pembiayaan bersumber dari anggaran Direktorat JenderalHortikultura dan dialokasikan pada Dinas Pertanian Propinsi


propinsi TA. 2012.

5. Metode

- Metode yang dilaksanakan adalah menggunakanbimbingan atau pembinaan, koordinasi maupun apresiasi,

pemantapan, serta pengadaan benih sumber/batang

bawah.

- Pengadaan benih sumber harus dari varietas unggul yang

telah dilepas/didaftar sesuai dengan kelasnya. Untuk kelas

BF harus berlabel putih, BPMT berlabel ungu, dan

perbanyakan benih berlabel biru. Sedangkan untuk batang

bawah harus varietas yang dilepas/didaftar atau

direkomendasikan oleh lembaga penelitian.





- Dalam mengkoordinasi ketersediaan benih Buah harus

melibatkan Kabid Hortikultura Propinsi dan Kabupaten,BPSBTPH, BPTP dan instansi terkait lainnya.


(011) Koordinasi Ketersediaan Benih Buah, dengan akun





benih tanaman buah di daerah setempat.



Operasional Lainnya (521219). Akun-akun tersebut

dapat digunakan untuk pelaksanaan teknis

perbanyakan benih tanaman buah dan penambahan

pohon koleksi di BBH.



akun Belanja Barang Non Operasional Lainnya

(521219), Belanja Jasa Profesi(522151), dan atau

Belanja Perjalanan Lainnya (524119). Akun-akun

tersebut digunakan untuk melaksanaan pembinaanpenangkar dalam memproduksi benih tanaman buah

bermutu. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan

untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan





penangkar dalam memproduksi benih Buah bermutu.

Kegiatan dapat dilakukan melalui latihan/apresiasidan pembinaan langsung ke lapangan.





dilakukan melalui pertemuan, rapat-rapat,

penyusunan laporan, dan melakukan monitoring danevaluasi langsung ke lapangan.





BAB III

INDIKATOR KINERJA

A. Masukan







Tersedianya benih buah bermutu sebanyak 929.860 batang.

C. Hasil / Outcome

Meningkatnya ketersediaan benih tanaman buah bermutu di



Meningkatnya luasan pertanaman buah bermutu di daerah sentra

pengembangan. Penggunaan benih tanaman buah bermutu juga

akan meningkat.





E. Dampak / Impact

Meningkatnya produksi dan mutu produk buah di daerah sentrapengembangan.





Lampiran 4


KETERSEDIAAN BENIH TANAMAN BUAH

(1772.05)

No Lokasi Satker

KETERSEDIAAN

BENIH TANAMAN

BUAH (1772.05)

VOLUME00 00 Dit. Benih 31,084


1. 01 00 DKI Jakarta 22,000

2. 02 00 Jawa Barat 369

3. 03 00 Jawa Tengah 129,650


5. 05 00 Jawa Timur 55,000

6. 06 00 Aceh 16,500


8. 08 00 Sumatera Barat 49,500

9. 09 00 Riau 38,500

10. 10 00 Jambi 17,826


12. 12 00 Lampung 20,000


14. 14 00 Kalimantan Tengah 45,000

15. 15 00 Kalimantan Selatan 38,500






No Lokasi Satker

KETERSEDIAAN

BENIH TANAMANBUAH (1772.05)

VOLUME




20. 20 00 Sulawesi Tenggara 7,725

21. 21 00 Maluku 12,890

22. 22 00 Bali 27,500

23. 23 00 NTB 30,000

24. 24 00 NTT 15,000

25. 25 00 Papua 450

26. 26 00 Bengkulu 33,000

27. 28 00 Maluku Utara 16,400

28. 29 00 Banten 1,650

29. 30 00 Bangka Belitung 30,000

30. 31 00 Gorontalo 25,360

31. 32 00 Kep. Riau

32. 33 00 Papua Barat 10,300

33. 34 00 Sulawesi Barat 13,000

Jumlah 929,860



INDIKATOR:

II. PENINGKATAN KAPASITASKELEMBAGAAN PERBENIHAN

OUTPUT:

1. LAYANAN PERKANTORAN (1772.01)

2. PENGUATAN KELEMBAGAAN (1772.06)

3. PEMBINAAN SERTIFIKASI DANPENGAWASAN MUTU BENIH (1772.07)

4. PEMASYARAKATAN BENIH BERMUTU

(1772.08)

5. PEDOMAN-PEDOMAN (1772.12)

6. PEMBINAAN PENYEDIAAN DAN

PENGGUNAAN BENIH BUAH BERMUTU

(1772.17)


PENGGUNAAN BENIH SAYUR DAN OBATBERMUTU (1772.18)


PENGGUNAAN BENIH FLORIKULTURA

BERMUTU (1772.19)9. PEMBINAAN PENGAWASAN MUTU

BENIH (1772.20)





LAYANAN PERKANTORAN

(1772.01)







BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam mendukung peningkatan kinerja perbenihan diperlukan

kegiatan layanan perkantoran untuk memperlancar kegiatan

administrasi di bidang perbenihan hortikultura.

Kegiatan tersebut dilaksanakan di Balai Pengawasan dan

Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura.


Tujuan dari kegiatan ini adalah: meningkatkan kinerja pegawai

dan institusi Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman

Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) dalam mendukung

peningkatan ketersediaan benih hortikultura bermutu.

Sasaran yang akan dicapai adalah: meningkatnya kinerja

pegawai dan institusi Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih

Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) dalam mendukung

peningkatan ketersediaan benih hortikultura bermutu.







BAB II

PELAKSANAAN


1. Lokasi

Pelaksana kegiatan adalah BPSBTPH yang tersebar di

seluruh Indonesia.


a. Output : (001) Layanan Perkantoran


c. Komponen : (011) Administrasi


Pelaksana kegiatan adalah BPSBTPH yang ada di 32 propinsi

di Indonesia dan penerima manfaatnya adalah pegawai Balai

Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan

Hortikultura bermutu beserta stake holder terkait.

4. Pembiayaan


Hortikultura dan dialokasikan pada Dinas Pertanian Propinsi






Propinsi TA. 2012.

5. Metode

Metode yang dilakukan adalah melalui pengadaan ATK dan

atau alat pengelola data, pembayaran honor PPK dan staf

Pengelola Satker, pembayaran insentif Pengawas Benih

Tanaman, perjalanan kordinasi, pembinaan, konsultasi,

sinkronisasi, dan workshop.

Pelaksanaan kegiatan dapat didukung oleh seluruh atau

sebagian komponen lainnya dengan penjelasan akun sebagai

berikut:

(011) Administrasi, dengan akun Honor Operasional Satuan

Kerja (521115), dan atau Belanja Bahan (521211),

dan atau Belanja Perjalanan Lainnya (524119). Akun-

akun tersebut digunakan untuk melaksanakan

kegiatan administrasi dalam rangka meningkatkan

kinerja perbenihan hortikultura.





BAB III

INDIKATOR KINERJA

A. Masukan







Tersedianya peralatan kantor untuk mendukung kinerjaperbenihan selama 12 bulan.

C. Hasil / Outcome

Meningkatnya kinerja perbenihan dalam mendukung ketersediaan

benih hortikultura bermutu.


Meningkatnya ketersediaan benih bermutu.





E. Dampak / Impact






Lampiran 5

REKAPITULASI KEGIATAN DAN INDIKATOR OUTPUT TAHUN 2012LAYANAN PERKANTORAN (1772.01)

No Lokasi Satker

LAYANAN

PERKANTORAN

(1772.01)

TOTAL

00 00 Dit. Benih


1. 01 00 DKI Jakarta 101,213

2. 02 00 Jawa Barat 195,050

3. 03 00 Jawa Tengah 202,965

4. 04 00 D I Yogyakarta 106,000

5. 05 00 Jawa Timur 311,600

6. 06 00 Aceh 134,000


8. 08 00 Sumatera Barat 207,200

9. 09 00 Riau 83,000

10. 10 00 Jambi 148,820


12. 12 00 Lampung 169,442


14. 14 00 Kalimantan Tengah 96,250

15. 15 00 Kalimantan Selatan 141,010







No Lokasi Satker

LAYANAN

PERKANTORAN(1772.01)

TOTAL



20. 20 00 Sulawesi Tenggara 144,365

21. 21 00 Maluku 86,024

22. 22 00 Bali 101,000

23. 23 00 NTB 143,000

24. 24 00 NTT 119,000

25. 25 00 Papua 92,000

26. 26 00 Bengkulu 83,600

27. 28 00 Maluku Utara 98,345

28. 29 00 Banten 59,000

29. 30 00 Bangka Belitung 59,000

30. 31 00 Gorontalo 111,820

31. 32 00 Kep. Riau

32. 33 00 Papua Barat 74,000

33. 34 00 Sulawesi Barat 73,700

Jumlah 4,010,384



PENGUATAN KELEMBAGAAN

(1772.06)







BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peran benih sebagai sarana utama agribisnis tidak dapat

digantikan oleh sarana yang lain. Berkembang atau tidaknya

usaha agribisnis sangat ditentukan oleh perkembangan

perbenihannya, oleh karena itu agar usaha agribisnis dapatmaju dan berkembang, maka sistem dan usaha perbenihan

harus tangguh.

Ketersediaan benih bermutu sangat strategis karena

merupakan tumpuan utama untuk mencapai keberhasilan

dalam usaha budidaya hortikultura. Potensi hasil suatu varietas

unggul ditentukan oleh mutu benih yang digunakan. Untuk

menghasilkan produk hortikultura yang bermutu prima

dibutuhkan benih bermutu tinggi, yaitu benih yang mampu

mengekspresikan sifat-sifat unggul dari varietas yang

diwakilinya. Mengingat pentingnya arti benih maka diperlukan

upaya untuk meningkatkan produksi, memperbaiki mutu,

memperbaiki distribusi, meningkatkan pengawasan peredaran

dan meningkatkan penggunaan benih bermutu dalam kegiatan

agribisnis hortikultura.

Peranan institusi pemerintah dalam era desentralisasi adalah

sebagai fasilitator, dinamisator dan katalisator. Upaya yang





diperlukan adalah menggerakkan pelaku usaha dan

sumberdaya agar lebih terfokus dalam pembangunanperbenihan hortikultura guna mencukupi kebutuhan untuk

budidaya hortikultura.


Tujuan kegiatan adalah meningkatkan kapasitas kelembagaan

penangkar melalui fasilitasi sarana produksi benih.Sasaran kegiatan adalah meningkatnya kapasitas kelembagaan

penangkar melalui fasilitasi sarana produksi benih.





BAB II

PELAKSANAAN

A. Pelaksanaan di Pusat

1. Lokasi

Kegiatan ini akan dilaksanakan di Direktorat Perbenihan

Hortikultura, Direktorat Jenderal Hortikultura.

2. Output,Sub Output, Komponen

a. Output : (006) Penguatan Kelembagaan.

b. Sub Output : (001) Penguatan Kelembagaan

Direktorat Perbenihan

c. Komponen : (011) Koordinasi/Identifikasi

(012) Kegiatan penunjang

pengembangan perbenihan

hortikultura.

(013) Pengembangan perbenihan

hortikultura

(014) Monitoring, evaluasi danpelaporan






Pelaksana kegiatan adalah Direktorat Perbenihan, DirektoratJenderal Hortikultura. Penerima manfaat dari kegiatan ini

adalah Dinas Propinsi dan Balai Benih Hortikultura / Kebun

Benih Hortikultura, BPSBTPH dan kelompok penangkar.

4. Pembiayaan

Pembiayaan bersumber dari anggaran Direktorat JenderalHortikultura dan dialokasikan pada Direktorat Perbenihan

melalui dana APBN TA. 2012.

5. Metode

Pelaksanaan kegiatan penguatan kelembagaan perbenihan

yang dilakukan adalah dengan mengadakan pertemuan atau

apresiasi, penyusunan, bimbingan atau pembinaan, serta

pemantapan.


(011) Koordinasi / Identifikasi dengan akun Belanja Bahan



Jasa Profesi (522121), dan atau akun BelanjaPerjalanan Lainnya (524119) yang digunakan untuk

mengkoordinasikan fasilitasi penangkar benih





hortikultura, pertemuan perencanaan dan

penyusunan.(012) Kegiatan penunjang pengembangan perbenihan

hortikultura dengan akun Belanja Bahan (521211),

dan atau akun Belanja Barang Non Operasional

Lainnya (521219), dan atau akun Belanja Perjalanan

Lainnya (524119) akun-akun ini digunakan untuk

kegiatan menunjang pengembangan perbenihan

hortikultura melalui pemberian penghargaan kepadapenangkar dan pengawas benih, penyusunan materi

kerjasama internasional dan buku potensi SDM,

pertemuan koordinasi internal.

(013) Pengembangan Perbenihan Hortikultura dengan akun



akun Belanja Jasa Profesi (522121), dan atau akun

Belanja Perjalanan Lainnya (524119) akun-akun yang

digunakan untuk kegiatan pengembangan perbenihan

hortikultura melalui pencetakan laporan tahunan dan

bulanan, partisipasi dalam APSA dan jambore varietas

serta pameran, pertemuan forum perbenihan.

(014). Monitoring/Evaluasi dan Pelaporan, dengan akun









penyusunan laporan, dan melakukan monitoring danevaluasi langsung ke daerah.

B. Pelaksanaan di BPMBTPH Cimanggis

1. Lokasi

Kegiatan ini akan dilaksanakan di BPMBTPH Cimanggis.



b. Sub Output : (002) Penguatan Kelembagaan

BPMBTPH Cimanggis


(012) Pengembangan Uji Mutu

(013) Monitoring, evaluasi dan

pelaporan

3. Pelaksana dan Penerima manfaat

Pelaksana kegiatan adalah BPMBTPH Cimanggis. Penerima

manfaat dari kegiatan ini adalah pelaku usaha benih

Hortikultura dan kelompok penangkar.





4. Pembiayaan

Pembiayaan bersumber dari anggaran Direktorat JenderalHortikultura dan dialokasikan pada BPMBTPH Cimanggis

melalui dana Dekonsentrasi tahun 2012.

5. Metode

Metode yang dilaksanakan adalah dengan mengadakan

pelatihan, penyusunan, Observasi, bimbingan ataupembinaan.





Jasa Profesi (522121), dan atau akun Belanja

Perjalanan Lainnya (524119) yang digunakan untuk

melakukan pelatihan analisis lanjutan dan analisis

genetik serta akreditasi pelayanan publik.

(012) Kegiatan pengembangan uji mutu dengan akun



akun Belanja Perjalanan Lainnya (524119) akun-

akun ini digunakan untuk kegiatan menunjang

pengembangan melalui observasi daya berkecambah

pepaya, observasi pematahan dormasi semangka,





observasi masa kadaluarsa benih dalam penyimpanan

dan uji mutu benih.(013). Monitoring/Evaluasi dan Pelaporan, dengan akun





penyusunan laporan, dan melakukan monitoring dan

evaluasi langsung ke daerah.

C. Pelaksanaan DI Provinsi

1. Lokasi

Kegiatan ini akan dilaksanakan di Bidang Hortikultura pada

Dinas Pertanian Propinsi yang menangani hortikultura.



b. Sub Output : (003) Penguatan Kelembagaan di

Dinas Propinsi


(012) Fasilitasi sarana produksi untuk penangkar

(013) Monitoring, evaluasi dan

pelaporan





3. Pelaksana dan Penerima manfaat

Pelaksana kegiatan adalah bidang yang menanganihortikultura di Dinas Pertanian Propinsi. Penerima manfaat

dari kegiatan ini adalah Balai Benih Hortikultura / Kebun

Benih Hortikultura dan penangkar benih

4. Pembiayaan


melalui dana Dekonsentrasi tahun 2012.

5. Metode


pertemuan koordinasi, penyusunan dan fasilitasi sarana

penangkar, monitoring dan evaluasi.






Perjalanan Lainnya (524119) yang digunakan untuk melakukan pertemuan penangkar, penyusunan dan

pencetakan profil penangkar.





(012) Fasilitasi sarana produksi dengan akun Belanja

Barang Non Operasional Lainnya (521219) akun inidigunakan untuk kegiatan memfasilitasi sarana

produksi untuk penangkar benih (46 penangkar benih

buah, 35 Penangkar benih sayur dan obat, serta 15

penangkar benih hias) yang berupa pembangunan

screen house / gudang benih, pengadaan benih

sumber.

Penangkar yang mendapat fasilitasi adalahpenangkar yang kompeten dan telah terdaftar di

BPSBTPH setempat.

(013). Monitoring/Evaluasi dan Pelaporan, dengan akun




dilakukan melalui pembuatan dan penyusunan

laporan, dan melakukan monitoring dan evaluasi

langsung ke daerah.





BAB III

INDIKATOR KINERJA

A. Masukan







Terselenggaranya kegiatan penguatan kelembagaan sebanyak 96

lembaga.

C. Hasil / Outcome

Meningkatnya sistem perbenihan melalui fasilitasi sarana

produksi penangkar benih.


Meningkatnya penggunaan benih bermutu dalam penanaman

tanaman hortikultura di sentra-sentra pengembangan.





E. Dampak / Impact

Meningkatnya produk hortikultura bermutu yang berdaya saing didaerah sentra pengembangan.





Lampiran 6


PENGUATAN KELEMBAGAAN (1772.06)

No Lokasi Satker

PENGUATANKELEMBAGAAN

(1772.06)

Target

00 00 Dit. Benih 63

00 00 BPMB Cimanggis 1


2. 02 00 Jawa Barat 11

3. 03 00 Jawa Tengah 1

4. 04 00 D I Yogyakarta 3

5. 05 00 Jawa Timur 1

6. 06 00 Aceh 4

7. 07 00 Sumatera Utara 4


9. 09 00 Riau 1

10. 10 00 Jambi 3

11. 11 00 Sumatera Selatan 3

12. 12 00 Lampung 1

13. 13 00 Kalimantan barat 1

14. 14 00 Kalimantan Tengah 2

15. 15 00 Kalimantan Selatan 1

16. 16 00 Kalimantan Timur 2





No Lokasi Satker

PENGUATAN

KELEMBAGAAN(1772.06)

Target

17. 17 00 Sulawesi Utara 1

18. 18 00 Sulawesi Tengah 1

19. 19 00 Sulawesi Selatan 4

20. 20 00 Sulawesi Tenggara 1

21. 21 00 Maluku 1

22. 22 00 Bali 3

23. 23 00 NTB 2

24. 24 00 NTT 2

25. 25 00 Papua 2

26. 26 00 Bengkulu 3

27. 28 00 Maluku Utara 1

28. 29 00 Banten 2

29. 30 00 Bangka Belitung 1

30. 31 00 Gorontalo 2

31. 32 00 Kep. Riau 1

32. 33 00 Papua Barat 1

33. 34 00 Sulawesi Barat 1

Jumlah 96



PEMBINAAN SERTIFIKASI DAN

PENGAWASAN MUTU BENIH

(1772.07)







BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penggunaan benih bermutu memiliki kontribusi yang sangat

besar dalam menentukan keberhasilan produksi dan

produktivitas tanaman. Hingga kini masyarakat petani

hortikultura masih sangat terbatas informasinya tentangpenggunaan benih bermutu. Benih yang digunakan banyak

yang berasal dari bahan konsumsi kemudian diseleksi untuk

menjadi benih kembali. Produsen/penangkar benih masih ada

yang enggan memproduksi benih bersertifikat karena kekurang

tahuan mereka mengenai tata cara produksi benih bersertifikat.

Untuk itu perlu dilakukan pembinaan kepada produsen/

penangkar benih dalam memproduksi benih bersertifikat.

Kelembagaan perbenihan yaitu yang melaksanakan

pengawasan dan sertifikasi benih adalah BPSBTPH yang

berkedudukan di propinsi, sedangkan pengawas benih tanaman

di tempatkan hampir di setiap Kabupaten / Kota.

BPSBTPH berperan dalam mengawasi produsen dan pengedar

benih dalam penerapan peraturan bidang perbenihanhortikultura. Sebagai institusi pengawas sebaiknya BPSBTPH

mempunyai tenaga profesional dan terampil yang dapat

mengikuti perkembangan industri perbenihan. Namun sampai





saat ini jumlah dan kemampuan pengawas benih tanaman

masih kurang untuk menjangkau wilayah peredaran benih yangsangat luas. Keterbatasan sarana kerja dan keterampilan serta

pemahaman aturan dan pelatihan merupakan kendala yang

sangat krusial dalam pelaksanaan tugas BPSBTPH.

Dari kegiatan ini diharapkan akan ada peningkatan penyediaan

benih bermutu hortikultura dalam mendukung pengembangan

hortikultura, dan jaminan mutu benih yang diedarkan.


Tujuan kegiatan adalah meningkatkan pengawasan peredaran

benih bermutu serta meningkatkan ketersediaan benih

bermutu.

Sasaran kegiatan adalah meningkatnya pengawasan peredaran

dan ketersediaan benih bermutu.





BAB II

PELAKSANAAN


1. Lokasi

Kegiatan ini akan dilaksanakan di 32 UPTD Balai Pengawas

dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura

(BPSBTPH) di Indonesia.


a. Output : (007) Pembinaan Sertifikasi dan

Pengawasan Mutu Benih

b. Sub Output : (001) Penilaian Varietas

Komponen :

(011) Koordinasi/Identifikasi

(012) Penilaian Kultivar

(013) Pendaftaran Varietas

(014) Monitoring dan Evaluasi(002) Pengawasan Mutu Benih





Komponen :

(011) Koordinasi dalam rangkapersiapan

(012) Sertifikasi Benih

(013) Pengawasan Peredaran Benih

(014) Monitoring Evaluasi dan

Pelaporan


Pelaksana kegiatan adalah UPTD Balai Pengawas dan

Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura

(BPSBTPH) dan penanggung jawabnya adalah Kepala Dinas

Propinsi. Penerima manfaat adalah penangkar.

4. Pembiayaan

Kegiatan ini dibiayai Anggaran Pendapatan Belanja Negar

(APBN) pada DIPA Satker Direktorat Jenderal Hortikultura

Tahun Anggaran 2012. dan dialokasikan pada Dinas

Pertanian Propinsi melalui dana Dekonsentrasi pada Satker

Dinas Pertanian propinsi Tahun Anggaran 2012.





5. Metode

Metode pembinaan sertifikasi dilaksanakan melalui kegiatanpenilaian varietas dan pengawasan mutu benih yang beredar

di lapangan.

Penilaian varietas dilakukan untuk mencari varietas unggul

yang ada di daerah bersangkutan untuk didaftarkan sebagai

varietas unggul nasional. Penilaian varietas dilaksanakan

dengan melibatkan petugas balai benih, BPTP, pengawas

benih, dan instansi terkait lainnya yang ditetapkan dengan

Surat Keputusan Kepala Dinas sebagai Kuasa Pengguna

Anggaran.

Sedangkan Pengawasan Mutu Benih dilakukan untuk

mengawasi mutu benih hortikultura yang beredar di

masyarakat serta menjamin kebenaran varietas benih yang

beredar di lapangan.

Pelaksanaan kegiatan terdiri atas komponen utama berupa

(012) Penilaian Kultivar dan (013) Pengawasan Peredaran

Benih, dan dapat didukung oleh seluruh atau sebagian

komponen lainnya dengan penjelasan sebagai berikut:

(001) Penilaian Varietas, komponennya terdiri dari:

(011) Koordinasi/Identifikasi, dengan akun Belanja

Bahan (521211), Belanja Barang Non

Operasional Lainnya (521219), dan atau Belanja






Perjalanan Lainnya (524119). Identifikasi

dilakukan terhadap calon varietas unggul yangada di masyarakat.

Pertemuan koordinasi ditujukan untuk

mengkoordinasikan calon varietas yang akan

dinilai dengan melibatkan petugas Dinas Propinsi,

Dinas Kabupaten/Kota, Balai Benih, BPTP,

BPTPH, dan instansi terkait lainnya.

(012) Penilaian Kultivar, dengan akun Belanja Bahan

(521211), Belanja Barang Non Operasional

Lainnya (521219), dan atau Belanja Jasa Profesi

(522151), dan atau akun Belanja Perjalanan

Lainnya (524119). Penilaian kultivar dilaksanakan

dalam rangka mencari calon varietas unggul

komoditas hortikultura yang akan didaftarkan

menjadi varietas unggul nasional.

Penilaian Kultivar dilaksanakan dengan

melibatkan petugas Dinas Propinsi, Dinas

Kabupaten/Kota, Balai Benih, BPTP, BPTPH, dan

instansi terkait lainnya.

(013) Pendaftaran Varietas, dengan akun Belanja

Bahan (521211), Belanja Barang NonOperasional Lainnya (521219), dan atau Belanja

Jasa Profesi (522151). Pendaftaran varietas

dilaksanakan melalui proses penyusunan





proposal, pengajuan proposal, dan sidang

pendaftaran varietas oleh Tim Penilai danPendaftaran Varietas Hortikultura.

(014) Monitoring dan Evaluasi, dengan akun Belanja

Bahan (521211), Belanja Barang Non

Operasional Lainnya (521219), dan atau akun

Belanja Perjalanan Lainnya (524119). Monitoring

evaluasi dilakukan dalam dalam rangka

pengawasan mutu benih hortikultura baik melaluipemantauan langsung di lapangan maupun

laporan dari daerah secara periodik oleh

pelaksana kegiatan.

(002) Pengawasan Mutu Benih, komponennya terdiri dari:

(011) Koordinasi dalam rangka persiapan, dengan

akun Belanja Bahan (521211), Belanja Barang

Non Operasional Lainnya (521219), dan atau

Belanja Jasa Profesi (522151), dan atau akun

Belanja Perjalanan Lainnya (524119). Pertemuan

koordinasi ditujukan untuk mengkoordinasikan

rencana pengawasan mutu benih dengan

melibatkan petugas Pengawas Benih di Tingkat

Propinsi dan Kabupaten, serta instansi terkait

lainnya.

(012) Sertifikasi Benih, dengan akun Belanja Bahan

(521211), Belanja Barang Non Operasional





Lainnya (521219), dan atau Belanja Jasa Profesi

(522151), dan atau akun Belanja PerjalananLainnya (524119). Kegiatan sertifikasi benih

dilaksanakan melalui bimbingan, supervisi,

pemeriksaan lapang, pengambilan contoh benih,

bimbingan pengawasan mutu benih, pembinaan

penangkar, apresiasi.

(013) Pengawasan Peredaran Benih, dengan akun

Belanja Bahan (521211), Belanja Barang NonOperasional Lainnya (521219), dan atau Belanja


Perjalanan Lainnya (524119). Pengawasan

peredaran benih dilakukan melalui bimbingan

dan supervisi, pembinaan, konsultasi, apresiasi.

(014) Monitoring Evaluasi dan Pelaporan, dengan akun

Belanja Bahan (521211), Belanja Barang Non

Operasional Lainnya (521219), dan atau akun

Belanja Perjalanan Lainnya (524119). Monitoring

evaluasi dilakukan dalam dalam rangka

pengawasan mutu benih hortikultura baik melalui

pemantauan langsung di lapangan maupun

laporan dari daerah secara periodik oleh

pelaksana kegiatan.





BAB III

INDIKATOR KINERJA

A. Masukan







Terselenggaranya kegiatan pembinaan sertifikasi sebanyak 380

kali.

C. Hasil / Outcome

Meningkatnya kualitas benih yang beredar di masyarakat.


Meningkatnya penggunaan benih bermutu di sentra produksi

hortikultura.

E. Dampak / Impact








Lampiran 7

REKAPITULASI KEGIATAN DAN INDIKATOR OUTPUT TAHUN 2012 PEMBINAAN SERTIFIKASI DAN PENGAWASAN MUTU BENIH

(1772.07)

No Lokasi Satker

PEMBINAAN

SERTIFIKASI DAN

PENGAWASAN MUTU

BENIH (1772.07)

VOLUME

00 00 Dit. Benih







6. 06 00 Aceh 2



9. 09 00 Riau 4

10. 10 00 Jambi 3


12. 12 00 Lampung 4








No Lokasi Satker

PEMBINAAN

SERTIFIKASI DAN

PENGAWASAN MUTUBENIH (1772.07)

VOLUME






21. 21 00 Maluku 2

22. 22 00 Bali 2

23. 23 00 NTB 23

24. 24 00 NTT 2

25. 25 00 Papua 2



28. 29 00 Banten 8



31. 32 00 Kep. Riau



Jumlah 380



PEMASYARAKATAN BENIH BERMUTU

(1772.08)







BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Benih merupakan satu komponen dalam budidaya tanaman

yang tidak dapat digantikan dengan yang lain. Penggunaan

benih yang bermutu merupakan salah satu kunci keberhasilan

untuk meningkatkan produksi dan produktivitas. Mutu benihterdiri dari aspek kebenaran varietas, mutu fisik, mutu fisiologis

dan status kesehatannya.

Mengingat bahwa sampai saat ini masih banyak petani yang

menggunakan benih yang di buat sendiri, tanpa di ketahui asal-

usulnya dan digunakan berulang-ulang, maka tentunya mutu

benih tersebut semakin lama semakin menurun sehingga

kemungkinan besar tidak dapat memberikan hasil yangmemuaskan.

Oleh karena itu ada pemasyarakatan benih bermutu untuk

memberikan pemahaman petani akan manfaat penggunaan

benih dengan mutu yang terjamin yang diharapkan dapat

meningkatkan produksi/produktivitas.

Pemasyarakatan benih bermutu dilakukan melalui penyediaan

benih bermutu untuk di distribusikan kepada masyarakat

dengan melakukan pembinaan dan atau demplot atau

penyebarluasan pengenalan varietas baru melalui leaflet atau





media lain sangat bermanfaat untuk mengenalkan benih

bermutu kepada masyarakat. Dengan adanya pertanamanpetani dapat melihat langsung hasil-hasil dari benih bermutu

dari varietas unggul.

Dengan adanya kegiatan ini diharapkan akan ada peningkatan

penggunaan benih bermutu hortikultura dalam mendukung

pengembangan hortikultura, serta meningkatnya pengetahuan

petugas dan penangkar mengenai benih bermutu hortikultura.


Tujuan kegiatan adalah memasyarakatkan penggunaan benih

bermutu oleh masyarakat.

Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatnya penggunaan

benih bermutu di masyarakat.





BAB II

PELAKSANAAN


1. Lokasi

Kegiatan ini akan dilaksanakan oleh Direktorat Perbenihan



a. Output : (008) Pemasyarakatan Benih Bermutu



(012) Pameran dan EksibisiPerbenihan Hortikultura,

(013) Penyediaan Benih bermutu

Hortikultura untuk Petani/

Masyarakat dan Penanggu-

langan Bencana,

(014) Sosialiasasi Benih Tanaman

Buah Bersertifikat






Pelaksana kegiatan adalah Direktorat PerbenihanHortikultura sedangkan penerima manfaat adalah pelaku

usaha hortikultura.

4. Pembiayaan

Kegiatan ini dibiayai Anggaran Pendapatan Belanja Negara


Tahun Anggaran 2012.

5. Metode

Pelaksanaan kegiatan dilakukan melalui bimbingan atau

pembinaan ke daerah, koordinasi maupun apresiasi,

pemantapan, serta pengadaan benih sebar.

(012)Pameran dan Eksibisi Perbenihan Hortikultura, denganakun Belanja Bahan (521211), Belanja Barang Non


Sewa (522141), Belanja Jasa Profesi (522151), dan

atau akun Belanja Perjalanan Lainnya (524119).

Kegiatan ini dilaksanakan melalui partisipasi pada

pameran AGRINEX, HPS, HKP, PF2N (Jambore

Varietas), promosi perbenihan hortikultura,pemberian penghargaan kepada petugas dan

penangkar berprestasi, dan pertemuan champion

benih hortikultura.





(013) Penyediaan Benih bermutu Hortikultura untuk Petani,

dengan akun Belanja Bahan (521211), BelanjaBarang Non Operasional Lainnya (521219). Kegiatan

ini dilaksanakan melalui pengadaan dan

pendistribusian benih hortikultura bermutu untuk

pelaku usaha hortikultura.

(014) Sosialiasasi Benih Tanaman Buah Bersertifikat,

dengan akun Belanja Bahan (521211), Belanja

Barang Non Operasional Lainnya (521219), BelanjaSewa (522141), Belanja Jasa Profesi (522151),

Belanja Perjalanan Lainnya (524119). Kegiatan ini

dilaksanakan melalui pertemuan dengan

mengundang pelaku usaha hortikultura.

B. Pelaksanaan di Provinsi

1. Lokasi

Kegiatan ini akan dilaksanakan di Dinas Pertanian Provinsi

yang menangani hortikultura.

2. Komponen Kegiatan / Detail Kegiatan

a. Output : (008) Pemasyarakatan Benih Bermutu

b. Sub Output : tanpa sub outputc. Komponen : (011) Koordinasi/Identifikasi

(012) Pameran dan Eksibisi

Perbenihan Hortikultura,





(013) Penyediaan Benih bermutu

Hortikultura untuk Petani,(014) Monitoring, Evaluasi dan

Pelaporan


Pelaksana kegiatan adalah bidang yang menangani

hortikultura di Dinas Provinsi. Penerima manfaat dari

kegiatan ini adalah pelaku usaha hortikultura.

4. Pembiayaan


Hortikultura dan dialokasikan pada Dinas Pertanian Provinsi


Provinsi Tahun Anggaran 2012.

5. Metode

Metode yang dilaksanakan adalah menggunakan bimbingan

atau pembinaan, koordinasi maupun apresiasi, pemantapan.


(012) Pameran dan Exibisi Perbenihan Hortikultura, dan

dapat didukung oleh seluruh atau sebagian komponen

lainnya dengan penjelasan sebagai berikut:





(011) Identifikasi / koordinasi / pedoman, dengan akun

Belanja Bahan (521211), Belanja Barang NonOperasional Lainnya (521219), Belanja Jasa Profesi

(522151). Kegiatan ini dilaksanakan dengan

melakukan koordinasi dan identifikasi.

(012) Pameran dan Eksibisi Perbenihan Hortikultura,



Belanja Sewa (522141), Belanja Jasa Profesi(522151), dan atau akun Belanja Perjalanan Lainnya

(524119). Kegiatan ini dilaksanakan melalui

partisipasi pada pameran HPS/HKP/PF2N, dan

promosi perbenihan hortikultura.

(013) Penyediaan Benih bermutu Hortikultura untuk Petani,


Barang Non Operasional Lainnya (521219). Kegiatanini dilaksanakan melalui pengadaan dan

pendistribusian benih hortikultura bermutu untuk

pelaku usaha hortikultura. Pengadaan benih bermutu

harus menggunakan varietas unggul yang sudah

dilepas / didaftar oleh Menteri Pertanian dan

diproduksi oleh penangkar yang terdaftar diutamakan

dari Kabupaten/Provinsi yang bersangkutan. Petanipenerima haruslah petani yang mampu memlihara

tanaman sesuai SOP budidaya yang baik dan benar,

yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.





(014) Sosialiasasi Benih Tanaman Buah Bersertifikat,

dengan akun Belanja Bahan (521211), BelanjaBarang Non Operasional Lainnya (521219), Belanja

Sewa (522141), Belanja Jasa Profesi (522151),


dilaksanakan melalui pertemuan dengan

mengundang pelaku usaha hortikultura.





BAB III

INDIKATOR KINERJA

A. Masukan






B. Keluaraan / Output

Terselenggaranya kegiatan pemasyarakatan benih bermutu

untuk meningkatkan penggunaan benih hortikultura bermutu.

C. Hasil / Outcome

Meningkatnya penggunaan benih bermutu di kawasan

hortikultura.

D. Manfaat /

Benefit

Meningkatnya keseragaman varietas tanaman dalam kawasan

hortikultura.





E. Dampak / Impact






Lampiran 8


PEMASYARAKATAN BENIH BERMUTU (1772.08)

No Lokasi Satker

PEMASYARAKATANBENIH BERMUTU

(1772.08)

Target

00 00 Dit. Benih 300 00 BPMB Cimanggis



3. 03 00 Jawa Tengah



6. 06 00 Aceh 1



9. 09 00 Riau

10. 10 00 Jambi 2


12. 12 00 Lampung 1










No Lokasi Satker

PEMASYARAKATAN

BENIH BERMUTU(1772.08)

Target




21. 21 00 Maluku 1

22. 22 00 Bali 1

23. 23 00 NTB 1

24. 24 00 NTT 1

25. 25 00 Papua 1



28. 29 00 Banten 1



31. 32 00 Kep. Riau 3



Jumlah 50



PEDOMAN – PEDOMAN

(1772.12)







BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Benih merupakan salah satu sarana produksi hortikultura yang

sangat penting karena sangat menentukan produksi dan mutu

produk yang dihasilkan. Oleh karena itu penggunaan benih

bermutu dalam pengembangan agribisnis hortikulturamerupakan suatu keharusan. Dengan demikian ketersediaan

benih sesuai permintaan konsumen yang mengacu pada 7

Tepat (tepat jenis, varietas, mutu, jumlah, lokasi, waktu, dan

harga) harus terjamin.

Untuk dapat memproduksi benih hortikultura bermutu perlu

dilengkapi dengan pedoman-pedoman teknis/standar

operasional prosedur (SOP) mulai dari pendaftaran varietas,produksi, sertifikasi, maupun pengawasan benih di lapangan,

sehingga ketersediaan benih bermutu dapat terpenuhi.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka pada TA. 2012

dialokasikan kegiatan penyusunan, penggandaan dan

pendistribusian pedoman-pedoman untuk penangkar dan

petugas (pengawas benih) di lapangan.





B. Tujuan Dan Sasaran

Tujuan kegiatan adalah memberikan panduan kepadapenangkar benih dan praktisi benih untuk menghasilkan benih

hortikultura yang bermutu.

Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatnya pengetahuan

dan keterampilan penangkar dan petugas dalam memproduksi

benih hortikultura bermutu baik teknis produksi maupun

sertifikasi dan pengawasan benih dilapangan.





BAB II

PELAKSANAAN


1. Lokasi



2. Output,Sub Output,Komponen

a. Output : (012) Pedoman-Pedoman.

b. Sub Output : (001) Pedoman Produksi Benih Florikultura

(002) Pedoman Produksi Benih Sayuran

(003) Pedoman Produksi Benih Buah

(004) Pedoman Pengawasan Mutu Benih(005) Pedoman Sertifikasi Benih

c. Komponen : (012) Penyusunan Pedoman Produksi Benih

Florikultura.

(012) Penyusunan Pedoman Produksi Benih

Sayuran

(012) Penyusunan Pedoman Produksi Benih

Buah(012) Penyusunan Pedoman Pengawasan

Mutu Benih

(012) Penyusunan Sertifikasi Benih






Pelaksana kegiatan adalah Direktorat PerbenihanHortikultura. Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah

petugas, penangkar benih, petani, dan produsen benih

hortikultura.

4. Pembiayaan


(APBN) pada DIPA Satker Direktorat Jenderal Hortikulturatahun 2012.

5. Metode


pengumpulan data ke sentra komoditas, penyusunan dan

pencetakan pedoman-pedoman, pembinaan dan distribusi.


(012) Penyusunan pedoman produksi benih florikultura,

sayur dan buah serta pedoman pengawasan mutu

dan sertifikasi benih dengan akun Belanja Bahan




Perjalanan Lainnya (524119) yang digunakan untuk pencetakan-pencetakan pedoman, SOP, pemberian

honor narasumber, penyusunan pedoman,

pengumpulan data, pembinaan dan monitoring.





BAB III

INDIKATOR KINERJA

A. Masukan







Tersedianya pedoman-pedoman dalam rangka peningkatan

produksi dan pembinaan sertifikasi benih hortikultura bermutu.

C. Hasil / Outcome

Meningkatnya ketersediaan benih bermutu di daerah kawasan



Meningkatnya mutu benih yang beredar di masyarakat yang

dimanfaatkan untuk penanaman tanaman hortikultura di sentra-






E. Dampak / Impact






Lampiran 9


PEDOMAN-PEDOMAN (1772.12)

No Lokasi SatkerPUSAT

PEDOMAN-PEDOMAN

1. Dit. Benih 12

a. Subdit Benih Sayur 2

b. Subdit Benih Florikultura 3

c. Subdit Benih Buah 2

d. Subdit PMB 5

Jumlah 12





PEMBINAAN PENYEDIAAN DAN

PENGGUNAAN BENIH BUAH BERMUTU

(1772.17)







BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam memasuki era globalisasi dewasa ini, peranan benih

bermutu dari varietas unggul akan menjadi semakin penting

karena untuk mampu bersaing di pasaran internasional produk

pertanian yang dihasilkan haruslah mempunyai kualitas yangbaik disamping produksi yang juga harus tinggi.

Pembangunan di bidang perbenihan hortikultura bertujuan

untuk mempersiapkan tersedianya benih bermutu dari varietas

unggul secara lestari dan berkesinambungan. Sehingga usaha-

usaha peningkatan produksi dan kualitas produksi tanaman

hortikultura melalui penyediaan benih bermutu dari varietas

unggul bagi petani dapat dilakukan dengan lancar.

Untuk menjamin penyediaan benih tanaman buah bermutu dari

varietas unggul yang dibutuhkan petani sesuai dengan 7 kriteria

tepat (jenis, varietas, mutu, jumlah, waktu, lokasi, dan harga),

perlu dilakukan pembinaan kepada petugas, produsen dan

penangkar benih baik teknologi produksi maupun aspek

managerial dan sosial lainnya yang mendukung penyediaan

benih tanaman buah bermutu.

Untuk dapat menyediakan benih buah bermutu perlu dilakukan

pembinaan kepada produsen/penangkar serta institusi secara





berjenjang. Balai benih dan penangkar perlu difasilitasi benih

sumber dari varietas yang sudah dilepas Menteri Pertanianserta perlu dilakukan peningkatan pengetahuan dan

keterampilan khususnya dalam produksi benih sesuai standar

yang ditetapkan.


Tujuan kegiatan adalah menyediakan benih buah bermutu dari

varietas unggul yang disukai konsumen untuk pengembangankawasan buah tropis unggulan.


tanaman buah bermutu untuk mendukung pengembangan

kawasan.





BAB II

PELAKSANAAN


1. Lokasi




a. Output : (017) Pembinaan Penyediaan dan

Penggunaan Benih Buah Bermutu

b. Sub Output : (001) Pembinaan Penyediaan dan


c. Komponen : (012) Pembinaan Penyediaan dan


(013) Pembinaan Teknologi Produksi

Benih Buah


Pelaksana kegiatan adalah Direktorat Perbenihan

Hortikultura. Penerima manfaat dari kegiatan ini adalahDinas Provinsi dan UPTD Balai Benih Hortikultura / Kebun

Benih Hortikultura, UPTD BPSBTPH, dan kelompok

penangkar.





4. Pembiayaan

Kegiatan ini dibiayai Anggaran Pendapatan Belanja Negar(APBN) pada DIPA Satker Direktorat Jenderal Hortikultura


5. Metode


pertemuan atau apresiasi, bimbingan atau pembinaan,

pemantapan, pemeliharaan BF maupun BPMT, serta

pengadaan benih sumber/sebar sesuai dengan kriteria

standar mutu benih (BF harus berlabel putih, BPMT berlabel

ungu, perbanyakan benih berlabel biru) dan hanya untuk

varietas unggul yang telah dilepas/didaftar oleh Mentan.

Pengadaan benih bermutu harus menggunakan varietas

unggul yang sudah dilepas / didaftar oleh Menteri Pertanian

dan diproduksi oleh penangkar yang terdaftar diutamakan

dari Kabupaten/Provinsi yang bersangkutan.


(012) Pembinaan Penyediaan dan Penggunaan Benih Buah

Bermutu, dan dapat didukung oleh seluruh atau sebagian

komponen lainnya dengan penjelasan sebagai berikut:

(012) Pembinaan Penyediaan dan Penggunaan Benih BuahBermutu, dengan akun Belanja Bahan (521211), dan

atau akun Belanja Barang Non Operasional Lainnya

(521219), Belanja Jasa Profesi (522151), dan atau






dilakukan melalui pembinaan dan monitoringlangsung ke lapangan, apresiasi, temu koordinasi,

workshop, fasilitasi benih tanaman buah bermutu

secara terintegrasi dan melibatkan petugas baik dari

tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian melalui Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), BPTPH, BBH,

BPSBTPH, pemangku kepentingan, dan instansi

terkait lainnya.

(013) Pembinaan Teknologi Produksi Benih Buah, dengan

akun Belanja Bahan (521211), dan atau akun Belanja

Barang Non Operasional Lainnya (521219), Belanja

Jasa Profesi (522151), dan atau Belanja Perjalanan

Lainnya (524119). Kegiatan ini dilakukan melalui

fasilitasi sarana praktek, apresiasi teknologiperbanyakan benih/top working, pembinaan

penangkar dan pembinaan langsung ke lapangan.







BAB III

INDIKATOR KINERJA

A. Masukan







Terselenggaranya kegiatan pembinaan penyediaan dan

penggunaan benih buah bermutu oleh Direktorat Perbenihan

Hortikultura di 32 Provinsi.

C. Hasil / Outcome

Meningkatnya ketersediaan benih buah bermutu di daerah sentra

pengembangan.


Meningkatnya penggunaan benih buah bermutu dalam

penanaman tanaman hortikultura di sentra-sentra

pengembangan.





E. Dampak / Impact




PEMBINAAN PENYEDIAAN DAN

PENGGUNAAN BENIH SAYUR DAN

OBAT BERMUTU

(1772.18)







BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Benih bermutu memiliki kontribusi yang sangat besar dalam

menentukan keberhasilan produksi dan produktivitas tanaman.

Hingga kini informasi tentang penggunaan benih bermutu

kepada masyarakat petani hortikultura masih sangat minim.

Benih yang digunakan banyak yang berasal dari produk

konsumsi kemudian diseleksi untuk dijadikan benih.

Untuk menjamin ketersediaan benih sayuran dan tanaman obat

sesuai prinsip 7 (tujuh) tepat dan berkesinambungan perlu

dilakukan pembinaan penyediaan dan penggunaan benih

sayuran dan tanaman obat bermutu.

Upaya penyediaan benih ungguk bermutu tersebut memerlukan

keterlibatan kelembagaan perbenihan seperti : Balai BenihHortikultura (BBH), Balai pengawasan dan Sertifikasi Benih

Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH), penangkar,

produsen dan pedagang benih hortikultura.

Dinas pertanian provinsi yang menangani perbenihan

hortikultura berperan dalam pembinaan penangkar dan

pembinaan dalam penumbuhan penangkar baru yang ada di

wilayah tugasnya.BPSBTPH berperan dalam mengawasi penerapan peraturan

perundang-undangan, terutama yang berkaitan dengan mutu,

peredaran dan sertifikasi benih. Sebagai institusi pengawas





seyogyanya BPSBTPH didukung dengan ketersediaan tenaga

profesional dan terampil yang dapat mengikuti perkembangan

industri perbenihan. Keterbatasan ketrampilan/kompetensi di

bidang perbenihan serta dukungan sarana yang kurang

memadai merupakan kendala yang sangat krusial dalam

pengembangan operasional tugas BPSBTPH.

Diharapkan dari kegiatan ini akan ada peningkatan

pengetahuan petugas dan penangkar mengenai benih bermutu,

serta peningkatan penggunaan benih bermutu sayuran dan

tanaman obat dalam mendukung pengembangan hortikultura,serta meningkatnya.


Tujuan kegiatan adalah Menyediakan benih sayur dan obat

bermutu dari varietas unggul yang disukai konsumen untuk

pengembangan kawasan sentra sayur dan obat.

Sasaran kegiatan adalah meningkatnya ketersediaan benihtanaman sayur dan obat bermutu untuk mendukung

pengembangan kawasan.





BAB II

PELAKSANAAN


1. Lokasi





Penggunaan Benih Sayur dan

Obat Bermutu


Penggunaan Benih Sayur danObat Bermutu

c. Komponen : (011) Koordinasi Penyediaan dan


Obat Bermutu

(012) Pembinaan Penyediaan dan


Obat Bermutu

(014) Monitoring Evaluasi dan

Pelaporan







Dinas Provinsi dan UPTD Balai Benih Hortikultura / Kebun

Benih Hortikultura, UPTD BPSBTPH, dan kelompok

penangkar.

4. Pembiayaan




5. Metode

Metode yang dilaksanakan adalah melalui pertemuan atau

apresiasi, bimbingan atau pembinaan, pemantapan, sertapengadaan benih sumber/sebar sesuai dengan kriteria

standar mutu benih (Benih Dasar harus berlabel putih, Benih

Pokok berlabel ungu, perbanyakan benih berlabel biru) dan

hanya untuk varietas unggul yang telah dilepas oleh Menteri

Pertanian.

Pengadaan benih bermutu harus menggunakan varietas

unggul yang sudah dilepas / didaftar oleh Menteri Pertaniandan diproduksi oleh penangkar yang terdaftar diutamakan

dari Kabupaten/Provinsi yang bersangkutan.





Adapun komponennya terdiri atas komponen utama berupa

(012) Pembinaan Penyediaan dan Penggunaan Benih Sayurdan Obat Bermutu, dan dapat didukung oleh seluruh atau

sebagian komponen lainnya dengan penjelasan sebagai

berikut:

(011) Koordinasi Penyediaan dan Penggunaan Benih Sayur

dan Obat Bermutu, dengan akun Belanja Bahan


Operasional Lainnya (521219), Belanja Jasa Profesi(522151), dan atau Belanja Perjalanan Lainnya

(524119). Kegiatan ini dilaksanakan melalui

mengkoordinasikan rencana pembinaan penyediaan

dan penggunaan benih sayur dan obat bermutu

dengan melibatkan pihak-pihak terkait. Selain itu

pada kegiatan ini juga dilakukan fasilitasi pengadaan

benih sumber, benih tanaman koleksi, demplotperbenihan sayuran, pembinaan dan pengumpulan

data.

(012) Pembinaan Penyediaan dan Penggunaan Benih Sayur

dan Obat Bermutu, dengan akun Belanja Bahan


Operasional Lainnya (521219), Belanja Jasa Profesi

(522151), dan atau Belanja Sewa (522141), dan atauBelanja Perjalanan Lainnya (524119). Kegiatan ini

dilakukan melalui pembinaan lapangan, workshop

secara terintegrasi dengan melibatkan petugas baik





dari tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian melaluiBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), BPTPH,

BBH, BPSBTPH, pemangku kepentingan, dan instansi

terkait lainnya.

(014) Monitoring Evaluasi dan Pelaporan, dengan akun

Belanja Bahan (521211), akun Belanja Barang Non

Operasional Lainnya (521219), dan atau Belanja Jasa

Profesi (522151), dan atau Belanja PerjalananLainnya (524119). Monitoring evaluasi dilakukan

dalam dalam rangka pembinaan penyediaan dan

penggunaan benihsayur dan obat bermutu baik

melalui pemantauan langsung di lapangan maupun

laporan dari daerah secara periodik oleh pelaksana

kegiatan.





BAB III

INDIKATOR KINERJA

A. Masukan








penggunaan benih sayur dan obat bermutu oleh Direktorat

Perbenihan Hortikultura di 15 Provinsi.

C. Hasil / Outcome

Meningkatnya ketersediaan benih sayur dan obat bermutu di



Meningkatnya penggunaan benih sayur dan obat bermutu dalam


pengembangan.





E. Dampak / Impact




PEMBINAAN PENYEDIAAN DANPENGGUNAAN BENIH

FLORIKULTURA BERMUTU

(1772.19)







BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan benih yang bermutu memiliki kontribusi yang

sangat besar dalam menentukan keberhasilan produksi dan


florikultura masih sangat minim informasinya tentang

penggunaan benih bermutu. Benih yang digunakan banyak

yang berasal dari benih yang untuk konsumsi kemudian

diseleksi untuk menjadi benih kembali. Agar masyarakat

mengenal dan menggunakan benih bermutu maka dibutuhkan

kegiatan pemasyarakatan benih bermutu baik kepada

penangkar / produsen benih, petani dan masyarakat umum

yang berminat dalam budidaya tanaman florikultura.

Salah satu upaya yang harus dilakukan agar ketersediaan benihflori bermutu dapat terpenuhi sesuai prinsip 7 (tujuh) tepat dan

berkesinambungan adalah optimalisasi Sistem Perbenihan yang

telah dibangun yang salah satunya adalah penguatan

kelembagaan perbenihan.

Kelembagaan perbenihan adalah lembaga yang mendukung

perbenihan baik itu dari segi manajemen maupun sebagai

praktisi penyedia benihnya. Kelembagaan perbenihan antara

lain: Balai Benih Hortikultura (BBH), Balai pengawasan dan

Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH),

penangkar, produsen dan pedagang benih hortikultura. Dinas

pertanian provinsi yang menangani perbenihan florikultura





berperan dalam pembinaan petani/penangkar dan pembinaan

dalam penumbuhan penangkar baru florikultura yang ada di

wilayah tugasnya.

BPSBTPH berperan dalam mengawasi penerapan peraturan

perundang-undangan, terutama yang berkaitan dengan mutu,

peredarannya. Sebagai institusi pengawas seyogyanya

BPSBTPH mempunyai tenaga profesional dan terampil yang

dapat mengikuti perkembangan industri perbenihan florikultura.

Keterbatasan sarana kerja dan teknologi di bidang perbenihan

florikultura merupakan kendala yang sangat krusial dalampengembangan perbenihan florikultura.

Diharapkan dari kegiatan ini akan ada peningkatan penggunaan

benih bermutu florikultura dalam mendukung pengembangan

hortikultura, serta meningkatnya pengetahuan petugas dan

penangkar mengenai benih bermutu florikultura.

B. Tujuan dan SasaranTujuan kegiatan adalah menyediakan benih florikultura bermutu

dari varietas unggul yang disukai konsumen untuk

pengembangan kawasan sentra florikultura.


tanaman florikultura bermutu yang disukai konsumen untuk

mendukung pengembangan kawasan.





BAB II

PELAKSANAAN


1. Lokasi





Penggunaan Benih Florikultura

Bermutu


Penggunaan Benih FlorikulturaBermutu

c. Komponen : (011) Koordinasi Penyediaan dan


Bermutu

(012) Pembinaan Penyediaan dan


Bermutu







Dinas Provinsi dan UPTD Balai Benih Hortikultura / Kebun

Benih Hortikultura, dan kelompok penangkar.

4. Pembiayaan

Kegiatan ini dibiayai Anggaran Pendapatan Belanja Negar



5. Metode


atau pembinaan, koordinasi maupun apresiasi, pemantapan,

serta pengadaan benih sumber/benih sebar.Pengadaan benih sumber dari varietas unggul yang telah

dilepas/didaftar sesuai dengan kelasnya untuk kelas.

Pengadaan benih bermutu menggunakan varietas unggul

yang sudah dilepas / didaftar oleh Menteri Pertanian, atau

varietas unggul lokal bermutu dalam proses pendaftaran dan

diproduksi oleh penangkar terdaftar, diutamakan dari

Kabupaten/Provinsi yang bersangkutan.





Dalam mengkoordinasi ketersediaan benih Florikultura harus

melibatkan Kabid Hortikultura Provinsi dan Kabupaten,BPSBTPH, BPTP dan instansi terkait lainnya.


(012) Pembinaan Penyediaan Benih Florikultura Bermutu,

dan dapat didukung oleh seluruh atau sebagian komponen

lainnya dengan penjelasan sebagai berikut:

(011) Koordinasi Penyediaan dan Penggunaan Benih

Florikultura Bermutu, dengan akun Belanja Bahan(521211), dan atau akun Belanja Barang Non

Operasional Lainnya (521219), Belanja Jasa Profesi



dilaksanakan dengan mengkoordinasikan rencana

pembinaan penyediaan dan penggunaan benih

florikultura bermutu dengan melibatkan pihak-pihak terkait. Selain itu pada kegiatan ini juga dilakukan

fasilitasi pengadaan benih sumber.

(012) Pembinaan Penyediaan dan Penggunaan Benih

Florikultura Bermutu, dengan akun Belanja Bahan



Sewa (522141), Belanja Jasa Profesi (522151), danatau Belanja Perjalanan Lainnya (524119). Kegiatan

ini dilakukan melalui pembinaan dan monitoring

langsung ke lapangan, apresiasi, temu koordinasi,





workshop, fasilitasi benih sumber dan benih sebar

tanaman florikultura bermutu, pembinaan penangkar,monitoring dan evaluasi secara terintegrasi dan

melibatkan petugas baik dari tingkat Provinsi,

Kabupaten/Kota, Badan Penelitian dan Pengem-

bangan Pertanian melalui Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian (BPTP), BPTPH, BBH, BPSBTPH, pemangku

kepentingan, dan instansi terkait lainnya.





BAB III

INDIKATOR KINERJA

A. Masukan








penggunaan benih florikultura bermutu oleh Direktorat

Perbenihan Hortikultura di 18 Provinsi.

C. Hasil /Outcome

Meningkatnya ketersediaan benih florikultura bermutu di daerah

kawasan sentra pengembangan.


Meningkatnya penggunaan benih florikultura bermutu dalam


pengembangan.





E. Dampak / Impact




PEMBINAAN PENGAWASAN MUTU BENIH

(1772.20)







BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan benih yang bermutu memiliki kontribusi yang

sangat besar dalam menentukan keberhasilan produksi dan


hortikultura masih sangat minim informasinya tentang

penggunaan benih bermutu. Benih yang digunakan banyak

yang berasal dari benih konsumsi kemudian diseleksi untuk

menjadi benih kembali. Agar masyarakat mengenal dan

menggunakan bermutu maka dibutuhkanlah kegiatan

pemasyarakatan benih bermutu baik kepada penangkar /

produsen benih, petani dan masyarakat umum yang berminat

dalam budidaya tanaman hortikultura.

Salah satu upaya yang harus dilakukan agar ketersediaan benihdapat terpenuhi sesuai prinsip 7 (tujuh) tepat dan

berkesinambungan adalah dengan optimalisasi Sistem

Perbenihan yang telah dibangun yaitu penguatan kelembagaan

perbenihan.

Kelembagaan perbenihan adalah lembaga yang mendukung

perbenihan baik itu dari segi manajemen maupun sebagai

praktisi penyedia benih. Kelembagaan perbenihan antara lain:

Balai Benih Hortikultura (BBH), Balai pengawasan dan

Sertifikasi Benih (BPSBTPH), penangkar, produsen dan

pedagang benih hortikultura. Dinas pertanian provinsi yang

menangani perbenihan hortikultura berperan dalam pembinaan





penangkar dan penumbuhan penangkar baru yang ada di

wilayah tugasnya.

Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) berperan dalam

mengawasi penerapan peraturan perundangan di bidang

perbenihan, terutama yang berkaitan dengan mutu, peredaran

dan sertifikasi benih. Sebagai institusi pengawas seyogyanya

BPSB mempunyai tenaga profesional dan terampil yang dapat

mengikuti perkembangan industri perbenihan. Namun sampai

saat ini keadaan SDM lingkup BPSB dalam jumlah dan tingkat

keterampilan Pengawas Benih Tanaman masih terbatas untuk menjangkau wilayah peredaran benih yang sangat luas.

Keterbatasan sarana kerja dan tingkat pendidikan dan pelatihan

merupakan kendala yang sangat krusial dalam pengembangan

operasional tugas BPSBTPH.

Diharapkan dari kegiatan ini akan ada peningkatan penggunaan

benih bermutu hortikultura dalam mendukung pengembangan

hortikultura, serta meningkatnya pengetahuan petugas dan

penangkar mengenai penyediaan benih bermutu hortikultura.


Tujuan kegiatan adalah meningkatkan pengawasan peredaran

benih bermutu serta Meningkatkan ketersediaan benih

bermutu.

Sasaran kegiatan adalah pengawasan peredaran benih bermutu

meningkat serta ketersediaan benih bermutu meningkat.





BAB II

PELAKSANAAN


1. Lokasi




a. Output : (020) Pembinaan Pengawasan Mutu Benih

b. Sub Output : (001) Pembinaan Pengawasan Mutu Benih

c. Komponen : (012) Penilaian dan Pendaftaran Varietas

(013) Pembinaan Sertifikasi

(014) Pembinaan Pengawasan Peredaran

Benih



Hortikultura. Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah

Dinas Propinsi dan Balai Benih Hortikultura / Kebun BenihHortikultura, BPSBTPH, dan kelompok penangkar.





4. Pembiayaan

Kegiatan ini dibiayai Anggaran Pendapatan Belanja Negara(APBN) pada DIPA Satker Direktorat Jenderal Hortikultura


5. Metode


atau pembinaan, koordinasi maupun apresiasi, pemantapan

Penilaian varietas dilakukan untuk mencari varietas unggul

yang ada di daerah bersangkutan untuk didaftarkan sebagai

varietas unggul nasional. Penilaian varietas dilaksanakan

dengan melibatkan petugas balai benih, BPTP, pengawas

benih, dan instansi terkait lainnya yang ditetapkan dengan

Surat Keputusan Kepala Dinas sebagai Kuasa Pengguna

Anggaran.

Sedangkan Pengawasan Mutu Benih dilakukan untuk

mengawasi mutu benih hortikultura yang beredar di

masyarakat serta menjamin kebenaran varietas benih yang

beredar di lapangan.


(013) Pembinaan Sertifikasi, dan dapat didukung oleh

seluruh atau sebagian komponen lainnya dengan penjelasan

sebagai berikut:

(012) Penilaian dan Pendaftaran Varietas, dengan akun







Belanja Jasa Profesi (522151), dan atau BelanjaPerjalanan Lainnya (524119). Kegiatan ini dilakukan

melalui sosialisasi peraturan perbenihan, koordinasi

pendaftaran varietas, pengumpulan data, dan

pembinaan.

(013) Pembinaan Sertifikasi, dengan akun Belanja Bahan


Operasional Lainnya (521219), dan atau belanjaSewa (522141), dan atau Belanja Jasa Profesi

(522151), dan atau Belanja Perjalanan Lainnya

(524119). Kegiatan ini dilakukan melalui sosialisasi,

pelatihan dan apresiasi PBT, pengumpulan data, dan

pembinaan.

(014) Pembinaan Pengawasan Peredaran Benih, dengan

akun Belanja Bahan (521211), dan atau akun BelanjaBarang Non Operasional Lainnya (521219), dan atau

Belanja Jasa Profesi (522151), dan atau Belanja

Perjalanan Lainnya (524119). Kegiatan ini dilakukan

melalui pembinaan, apresiasi.







BAB III

INDIKATOR KINERJA

A. Masukan







Terselenggaranya kegiatan pembinaan pengawasan mutu benih

di 33 propinsi seluruh Indonesia.

C. Hasil /Outcome

Meningkatnya ketersediaan benih bermutu di daerah kawasan



Meningkatnya mutu benih yang beredar di masyarakat yang

dimanfaatkan untuk penanaman tanaman hortikultura di sentra-






E. Dampak / Impact




INDIKATOR:

III. PENINGKATAN KAPASITAS

LABORATORIUM PERBENIHAN

HORTIKULTURA

OUTPUT:

1. SARANA PRASARANA (1772.09)





SARANA PRASARANA

(1772.09)







BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam memasuki era perdagangan bebas, pengembangan

perbenihan komoditas tanaman hortikultura yang terdiri dari

tanaman buah, sayur, florikultura, dan tanaman obat perlu

ditangani lebih terarah untuk mendapatkan produksi dan benih

mutu secara berkesinambungan. Oleh karena harus tersedia

laboratorium produksi benih dengan teknologi maju dan

laboratorium penguji mutu benih. Proses produksi dengan

teknologi maju harus dikelola secara profesional, efektif dan

efisien, sehingga hasilnya dapat bersaing. Salah satu teknologi

yang sudah dikembangkan dalam perbanyakan benih tanaman

hortikultura adalah teknologi kultur jaringan. Teknik kultur

jaringan merupakan cara perbanyakan vegetatif yang penting dibidang pertanian khususnya pada tanaman hortikultura, karena

dengan teknik tersebut dapat dihasilkan benih yang terprogram

dalam jumlah banyak, waktu singkat dan sifat tanaman sama

dengan tanaman induknya.

Perbanyakan benih dengan teknik kultur jaringan memerlukan

ruang laboratorium yang aseptik, efisien, dan efektif karena

sangat menentukan keberhasilan dalam kegiatan perbanyakan

benih tanaman. Persyaratan dasar ruangan laboratorium adalah :

ruangan persiapan, ruangan media, ruangan transfer, ruangan

pemeliharaan kultur, ruangan administrasi, ruangan cuci, dan

ruangan gudang.





Langkah-langkah yang terus dibenahi dan dikembangkan supaya

perbanyakan dengan teknik kultur jaringan berhasil dengan

optimal adalah dengan terus memberikan pelatihan, pembinaan

dan apresiasi kepada petugas laboratorium untuk mempercepat

adopsi teknologi kultur jaringan, memperdalam keterampilan

dalam mengelola laboratorium kultur jaringan dan mengaplikasi-

kan secara komersial serta menyebarluaskan informasi yang

diperoleh kepada petani dan penangkar benih tanaman

hortikultura. Begitu juga sarana dan prasarana yang diperlukan

harus memenuhi persyaratan standar laboratorium kultur jaringanagar pemanfaatannya dapat optimal.

Laboratorium penguji mutu benih pemerintah berada di BPSBTPH

yang berfungsi untuk menentukan status mutu benih yang di

produksi maupun benih yang diedarkan.

Pengujian laboratorium benih yang di produksi adalah untuk

pengisian data label, sedangkan pengujian benih yang beredar

untuk menentukan bahwa benih tersebut layak edar atau tidak.

Agar hasil uji tepat dan akurat, maka perlu adanya peningkatan

kompetensi analis, penyediaan alat dan sarana uji yang memadai.

B. Tujuan Dan Sasaran

Tujuan kegiatan adalah menyediakan sarana prasarana produksi

dan pengawasan mutu benih di BBH, BPSBTPH, dan penangkar.

Sasaran yang akan dicapai adalah tersedianya sarana produksi

dan pengawasan mutu benih yang memadai di BBH, BPSBTPH,

dan penangkar.





BAB II

PELAKSANAAN


1. Lokasi




a. Output : (009) Sarana Prasarana

b. Sub Output : (001) Pengadaan sarana prasarana

pendukung produksi benih

(002) Pengadaan peralatan laboratorium

c. Komponen : (011) Identifikasi /Koordinasi /Pedoman

(012) Fasilitasi Bantuan

(013) Pembinaan/Pendampingan

(014) Monitoring / Evaluasi

(015) Distribusi



Hortikultura. Penerima manfaat adalah Balai Benih

Hortikultura dan Penangkar Benih.





4. Pembiayaan

Kegiatan ini dibiayai Anggaran Pendapatan Belanja Negara(APBN) pada DIPA Satker Direktorat Jenderal Hortikultura


5. Metode

Metode kegiatan dilaksanakan melalui pengadaan sarana

pendukung produksi benih dan peralatan laboratorium

pengawasan mutu benih.


(012) Fasilitasi Bantuan, dan dapat didukung oleh seluruh

atau sebagian komponen lainnya dengan penjelasan sebagai

berikut :

(011) Identifikasi/Koordinasi/Pedoman, dengan akun

Belanja Bahan (521211), Belanja Barang Non

Operasional Lainnya (521219). Identifikasi /

koordinasi dilakukan dalam rangka penyediaan

sarana prasarana produksi benih.

(012) Fasilitasi Bantuan, dengan akun Belanja Bahan


(521219). Pengadaan sarana produksi dapat berupa

pembangunan screen house, gudang benih, penataankebun, rehab screen house, [engadaan sarana

laboratorium. Pembangunan atau rehab screen house

dan atau gudang harus mengikuti spesifikasi teknis





masing-masing komoditas yang direkomendasikan

sesuai SOP. Selain itu penerima fasilitasi bantuanadalah penangkar yang telah direkomendasikan oleh

Direktorat Perbenihan Hortikultura.

(013) Pembinaan / Pendampingan, dengan akun Belanja


akun Belanja Perjalanan Lainnya (524119).

Pembinaan / pendampingan dilakukan dalam rangka

pendampingan penggunaan sarana dan prasaranayang diserahkan kepada penerima manfaat.

(014) Monitoring/Evaluasi, dengan akun Belanja Bahan


(521219), dan atau akun Belanja Perjalanan Lainnya

(524119). Monitoring evaluasi dilakukan dalam

rangka pengadaan sarana prasarana produksi benih

hortikultura.(015) Distribusi, dengan akun Belanja Perjalanan Lainnya

(524119), dan atau Belanja Sewa (522141). Distribusi

dilakukan melalui pengangkutan dan pengawalan

sarana prasarana ke lokasi penerima manfaat.

B. Pelaksanaan di Propinsi

1. LokasiKegiatan ini akan dilaksanakan di UPTD Balai Benih

Hortikultura / UPTD BBH dan Balai Pengawasan dan





Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura, serta

lokasi penangkaran.

2. Komponen Kegiatan / Detail Kegiatan

a. Output : (009) Sarana Prasarana

b. Sub Output : (001) Pengadaan sarana prasarana

pendukung produksi benih

(002) Pengadaan peralatan laboratorium

c. Komponen : (011) Identifikasi /Koordinasi /Pedoman(012) Fasilitasi Bantuan

(013) Pembinaan/Pendampingan

(014) Monitoring / Evaluasi

(015) Distribusi


Pelaksana kegiatan adalah UPTD Balai Benih Hortikultura

(UPTD BBH) dan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih

Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH). Penerima

manfaat dari kegiatan ini adalah UPTD BBH dan BPSBTPH.

4. Pembiayaan



Propinsi Tahun Anggaran 2012.





5. Metode

Metode kegiatan dilaksanakan melalui pengadaan saranapendukung produksi benih dan peralatan laboratorium

pengawasan mutu benih.


(012) Fasilitasi Bantuan, dan dapat didukung oleh seluruh

atau sebagian komponen lainnya dengan penjelasan sebagai

berikut :

(011) Identifikasi/Koordinasi/Pedoman, dengan akunBelanja Bahan (521211), Belanja Barang Non

Operasional Lainnya (521219). Identifikasi /

koordinasi dilakukan dalam rangka penyediaan

sarana prasarana produksi benih.

(012) Fasilitasi Bantuan, dengan akun Belanja Bahan


(521219). Pengadaan sarana produksi dapat berupa

pembangunan screen house, gudang benih, penataan

kebun, rehab screen house.

(013) Pembinaan / Pendampingan, dengan akun Belanja


akun Belanja Perjalanan Lainnya (524119).

Pembinaan/pendampingan dilakukan dalam rangka

pendampingan penggunaan sarana dan prasarana

yang diserahkan kepada penerima manfaat.





(014) Monitoring/Evaluasi, dengan akun Belanja Bahan

(521211), Belanja Barang Non Operasional Lainnya(521219), dan atau akun Belanja Perjalanan Lainnya

(524119). Monitoring evaluasi dilakukan dalam dalam

rangka pengadaan sarana prasarana produksi benih

hortikultura.

(015) Distribusi, dengan akun Belanja Perjalanan Lainnya

(524119), dan atau Belanja Sewa (522141). Distribusi

dilakukan melalui pengangkutan dan pengawalansarana prasarana ke lokasi penerima manfaat.





BAB III

INDIKATOR KINERJA

A. Masukan




3. Teknologi perbenihan4. Informasi tentang perbenihan

B. Target Output

Tersedianya 437 unit sarana prasarana produksi dan

pengawasan benih di Pusat dan Propinsi.

C. Hasil / Outcome

Meningkatnya fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung

peningkatan produksi dan pengawasan benih hortikultura

bermutu di dalam negeri secara cukup dan berkesinambungan.


Meningkatnya produksi dan pengawasan benih bermutu.

E. Dampak / Impact








Lampiran 10


SARANA PRASARANA (1772.09)

No Lokasi Satker

SARANA PRASARANA

(1772.09)

BPSBTPH BBH

VOLUME VOLUME

00 00 Dit. Benih


1. 01 00 DKI Jakarta 5 1

2. 02 00 Jawa Barat 1 1


4. 04 00 D I Yogyakarta 14 10


6. 06 00 Aceh 2 1

7. 07 00 Sumatera Utara 1 1


9. 09 00 Riau 1 1

10. 10 00 Jambi 1 1

11. 11 00 Sumatera Selatan 20 12

12. 12 00 Lampung 1

13. 13 00 Kalimantan barat 10 60


15. 15 00 Kalimantan Selatan 30 20

16. 16 00 Kalimantan Timur 1 1




No Lokasi Satker

SARANA PRASARANA

(1772.09)

BPSBTPH BBH

VOLUME VOLUME

17. 17 00 Sulawesi Utara 30 1

18. 18 00 Sulawesi Tengah 23 20


20. 20 00 Sulawesi Tenggara 15 1

21. 21 00 Maluku 1 1

22. 22 00 Bali 1 1

Documents

2. Buku Pedum Benih 2012