Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
4 Universitas Kristen Petra
2. LANDASAN TEORI
2.1. Pendahuluan
Keterlambatan dalam pelaksanaan proyek adalah hal yang selama ini
berusaha dihindari oleh Kontraktor karena akan berpotensi menyebabkan kerugian
baik dari segi waktu maupun biaya. Oleh karena itu diterapkan penjadwalan proyek
sebagai peta yang menunjukan proses pelaksanaan aktivitas proyek, alat
komunikasi antar personil, dan sebagai sarana untuk memprediksi dan mengontrol
ketepatan dan kelancaran pelaksanaan setiap aktivitas pada proyek konstruksi
(AGC of Amerika,1994).
Namun dalam prakteknya tetap saja keterlambatan sangat sulit dihindari
dikarenakan proyek konstruksi bersifat dinamis, sehingga selalu ada perubahan dari
perencanaan awal saat pelaksanaan proyek. Dengan kondisi lapangan yang sangat
minim kemungkinan untuk tidak adanya perubahan di tengah pelaksanaan
konstruksi, proses klaim menjadi tidak terhindarkan. Klaim yang selalu diajukan
ketika terjadi keterlambatan adalah klaim kompensasi waktu dan biaya (Gilbreath,
1992). Dalam pengajuan klaim dibutuhkan laporan yang tersusun secara logis dan
berisi fakta yang merujuk pada dokumen pokok, pasal-pasal kontrak, laporan dari
saksi ahli dan foto dokumentasi (Stokes, 1990).
Time Impact Analysis (TIA) adalah salah satu metode delay analysis
proyek yang cocok untuk menentukan jumlah kompensasi yang layak didapatkan
oleh pihak kontraktor. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, Time Impact
Analysis (TIA) diterima lebih baik daripada metode delay analysis lainnya oleh
pengadilan karena secara logis memberikan detail yang lengkap pada hasil
analisanya. Meskipun tidak menjamin keberhasilan penggugat dalam pengajuan
klaim, dikarenakan standarisasi dari metode delay analysis yang tidak diatur oleh
pengadilan dan hukum untuk penggunaanya. Studi ini juga menunjukan bahwa
proyek yang melakukan penjadwalan secara rutin, terutama jika didukung dengan
kemajuan teknologi komputer dan tenaga ahli seharusnya tidak akan mengalami
kesulitan dalam menggunakan Time Impact Analysis (TIA) (Arditi dan
Pattanakitchamroon, 2008).
5 Universitas Kristen Petra
Dalam perkembangannya di luar Indonesia, seringkali Kontraktor
menggunakan metode ini untuk menilai dampak dari aktivitas perubahan atau
keterlambatan ketika proyek sedang berjalan. Beberapa Owner juga meminta
Kontraktor untuk menyertakan hasil analisa Time Impact Analysis (TIA) untuk
mendapatkan perpanjangan waktu (Roman L Weil, 2009).
2.2. Keterlambatan Proyek
Keterlambatan proyek terjadi ketika ada periode yang tidak berguna atau
menganggu yang terjadi pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi (Arditi dan Patel,
1989). Keterlambatan proyek dikategorikan menjadi 3 jenis utama, yaitu:
Compensable, Excusable dan Non Excusable (Kraiem dan Dickman, 1987).
2.2.1. Compensable Delays
Keterlambatan yang layak mendapatkan ganti rugi (Compensable Delays)
adalah keterlambatan yang diakibatkan oleh tindakan, kelalaian atau kesalahan
pemilik. Pada kejadian ini, kontraktor biasanya mendapatkan kompensasi berupa
perpanjangan waktu dan tambahan biaya operasional yang perlu selama
keterlambatan pelaksanaan tersebut. Berdasarkan penelitian yang pernah
dilakukan, beberapa contoh penyebab keterlambatan yang masuk dalam jenis
keterlambatan compensable adalah keterlambatan penyediaan material, perubahan
lingkup pekerjaan, persetujuan izin kerja yang lama, dan perencanaan gambar atau
spesifikasi yang salah atau tidak lengkap (Kraiem dan Dickman, 1987).
2.2.2. Excusable Delays
Keterlambatan yang dapat dimaafkan (Excusable delays) adalah
keterlambatan yang disebabkan oleh kejadian diluar kendali owner dan kontraktor.
Keterlambatan ini dikenal sebagai Force Majeur dalam kontrak (Arditi dan Patel,
1989). Pada keterlambatan ini kontraktor hanya mendapatkan kompensasi berupa
perpanjangan waktu saja tanpa ada kompensasi biaya yang diberikan oleh owner
(Kraiem dan Dickman, 1987). Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan,
beberapa contoh penyebab keterlambatan yang masuk dalam jenis keterlambatan
excusable adalah terjadinya hal-hal tidak terduga (kebakaran, banjir, badai, gempa
6 Universitas Kristen Petra
bumi, cuaca buruk), adanya respon yang menentang pembangunan proyek dari
lingkungan sekitar, dan keadaan sosial politik suatu negara yang tidak stabil
(Soeharto, 1995).
2.2.3. Non Excusable Delays
Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan (Non Excusable delays) adalah
keterlambatan yang disebabkan oleh tindakan, kelalaian, atau kesalahan dari pihak
kontraktor, oleh karena itu pada keterlambatan jenis ini kontraktor tidak
mendapatkan kompensasi apapun. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan,
berikut beberapa contoh penyebab keterlambatan yang masuk dalam jenis
keterlambatan non excusable adalah pngelolaan finansial yang kurang baik,
perbaikan pekerjaan yang salah atau cacat, kesalahan perencanaan tenaga kerja, dan
keterlambatan penyediaan sumber daya (Arditi dan Patel, 1989).
2.3. Klaim Konstruksi
Dalam pelaksanaan proyek yang bersifat dinamis sering ditemui
perubahan-perubahan baik dalam lingkup pekerjaan ataupun hambatan-hambatan
yang berpotensi menimbulkan keterlambatan. Keterlambatan pada proyek
mengakibatkan munculnya klaim dari pihak yang merasa dirugikan yaitu owner
atau kontraktor. Klaim pada konstruksi adalah klaim yang timbul dari atau
sehubungan dengan pelaksanaan suatu pekerjaan jasa konstruksi antara pengguna
jasa dan penyedia jasa atau antara penyedia jasa utama dengan sub-penyedia jasa
atau pemasok bahan atau antara pihak luar dan pengguna/penyedia jasa yang
biasanya mengenai permintaan pertambahan waktu, biaya atau kompensasi lain
(Yasin, 2004).
2.3.1. Jenis-Jenis Klaim
Berdasarkan jenisnya klaim dibagi menjadi tiga bagian, yaitu klaim
tambahan biaya dan waktu, klaim biaya tak langsung (overhead), klaim tambahan
waktu (tanpa tambahan biaya).
7 Universitas Kristen Petra
1. Klaim tambahan biaya dan waktu
Klaim ini adalah klaim yang paling sering terjadi akibat keterlambatan
penyelesaian pekerjaan. Klaim ini berkaitan dengan keterlambatan yang
bersifat compensable.
2. Klaim biaya tak langsung (overhead)
Klaim ini terjadi akibat keterlambatan pelaksanaan proyek yang disebabkan
oleh pihak Owner, sehingga pihak Kontraktor membutuhkan tambahan biaya
overhead dengan alasan biaya ini bertambah karena pekerjaan belum selesai.
3. Klaim tambahan waktu (tanpa tambahan biaya)
Klaim yang terjadi akibat keterlambatan pelaksanaan proyek baik yang
disebabkan oleh Owner ataupun hal-hal yang tidak terduga seperti banjir,
gempa bumi, kebakaran. Penyebab lainnya yang diluar kuasa Kontraktor
seperti terjadi kerusuhan atau pengrusakan akibat pihak ketiga. Klaim ini
berkaitan dengan keterlambatan yang bersifat excusable.
2.3.2. Prosedur Pengajuan Klaim
Pengajuan klaim perpanjangan waktu penyelesaian proyek merupakan
usaha yang dilakukan kontraktor untuk terbebas dari sanksi keterlambatan akibat
proyek yang tidak selesai tepat waktu, dimana tambahan waktu yang diajukan ke
pihak Owner belum tentu diterima. Syarat pengajuan adalah klaim harus disiapkan
secara tertulis, dengan berisikan fakta-fakta yang dapat membuktikan bahwa yang
mengajukan klaim berhak untuk mendapatkannya dan walaupun tidak ada format
yang baku, klaim harus disusun secara logis dan berisi banyak fakta yang merujuk
pada dokumen-dokumen pokok, laporan saksi ahli, dan foto dokumentasi klaim
(Stokes,1990).
Begitu juga untuk melaksanakan evaluasi pada pengajuan klaim
dibutuhkan beberapa dokumen yaitu: Dokumen kontrak, perubahan – perubahan
pekerjaan, ringkasan pekerjaan tambah/kurang yang telah disetujui, risalah rapat,
korespondensi dengan Kontraktor, jadwal pelaksanaan, foto-foto dokumentasi
proyek dan laporan lainnya yang mendukung klaim tersebut (Yasin, 2008).
8 Universitas Kristen Petra
2.4. Metode Analisa Keterlambatan
Metode analisa keterlambatan adalah suatu metode yang menyelidiki
bagaimana suatu keterlambatan berdampak pada aktivitas lainnya, tanggal
selesainya proyek, dan menentukan berapa banyak durasi keterlambatan yang
disebabkan oleh masing-masing pihak (Alkass et al, 1995). Berikut dapat dilihat
pada tabel 2.1 macam-macam metode analisa keterlambatan yang diklasifikasikan
berdasarkan literature dan nama lainnya.
Tabel 2.1: Macam-macam metode analisa keterlambatan
Sumber: (Ndekugri, Braimah, Gameson; 2008)
9 Universitas Kristen Petra
Diantara beberapa metode analisa keterlambatan, metode yang paling
sering dibahas dalam banyak literatur adalah As-planned versus as-built, impacted
as-planned, collapsed as-built, time impact analysis (Dayi, 2010). Penelitian yang
telah dilakukan menunjukan analisa frekuensi dari penggunaan metode Delay
Analysis dan tingkat diterimanya ditunjukan pada gambar 2.1. Pada gambar tersebut
menunjukan dari 64 kasus yang diteliti, 12 kasus dianalisa dengan metode Time
Impact Analysis (TIA) dengan tingkat diterima pada pengadilan/hukum paling
tinggi dengan nilai 3.83 (Arditi dan Pattanakitchamroon, 2008).
Gambar 2.1: Frekuensi penggunaan metode Delay Analysis dan Indeks
diterimanya pada pengadilan/hukum.
Sumber: (Arditi and Pattanakitchamroon, 2008)
Penelitian lain yang juga membandingkan beberapa metode analisa
keterlambatan dalam menyelesaikan klaim konstruksi menyebutkan bahwa Time
Impact Analysis (TIA) membutuhkan data yang lebih banyak untuk analisanya
dibanding metode lain. Hal ini membuat Time Impact Analysis (TIA) memiliki
kelebihan dibanding metode lain, yaitu mengevaluasi penyebab keterlambatan
secara detail melalui fragnet sehingga menghasilkan hasil analisa dari dampak
keterlambatan secara sistematis (Arditi dan Pattanakitchamroon, 2006).
10 Universitas Kristen Petra
2.5. Time Impact Analysis (TIA)
Definisi dari Time Impact Analysis (TIA) adalah suatu bentuk analisa
keterlambatan yang digunakan pada proyek konstruksi, untuk menentukan durasi
keterlambatan yang bukan tanggung jawab kontraktor (Calvey dan Winter,2006).
Analisa Time Impact Analysis (TIA) sendiri menggunakan model fragnet pada
aktivitas keterlambatan dan metode CPM untuk menentukan jalur kritisnya pada
jadwal rencana (Ndekugri; Braimah; dan Gameson, 2008). Penggunaan Software
penjadwalan dalam pelaksanaan analisa Time Impact Analysis (TIA) akan sangat
membantu terutama untuk proyek yang memiliki banyak aktivitas (Livengood,
2007).
Berdasarkan sifatnya Time Impact Analysis (TIA) bisa dibedakan menjadi
dua tipe yaitu prospective dan retrospective. Pada sifat prospective analisa Time
Impact Analysis (TIA) melihat kedepan (forward looking). Analisa ini dilakukan
ketika ada perubahan atau keterlambatan yang akan dihadapi sehingga durasi
keterlambatan belum diketahui pasti, dengan cara mengilustrasikan atau
memprediksi dampak dari keterlambatan pada CPM. Sedangkan pada sifat
retrospective analisa dilakukan pada keterlambatan yang telah berlalu, untuk
menilai dampak keterlambatan pada CPM (Barba,2005). Dari segi pelaksanaannya
analisa Time Impact Analysis (TIA) secara prospective dan retrospective hanya
berbeda pada penggunaan durasi waktunya saja dimana pada prospective durasi
waktu diperkirakan sedangkan pada retrospective durasi waktu diambil sesuai data
yang terjadi di lapangan.
2.5.1. Fungsi
Time Impact Analysis (TIA) dibedakan menjadi dua tipe yaitu prospective
dan retrospective. Pada tipe prospective analisa ini berfungsi sebagai sarana
monitoring terhadap pernjadwalan proyek, sedangkan pada tipe restrospective
berfungsi untuk menentukan durasi perpanjangan waktu yang layak didapatkan
oleh kontraktor.
1. Sebagai sarana monitoring terhadap penjadwalan proyek.
Time Impact Analysis (TIA) juga bisa digunakan sebagai analisa internal
untuk mengevaluasi keterlambatan dan menilai durasi yang perlu dikejar oleh
pihak Kontraktor akibat keterlambatan (Calvey dan Winter,2006).
11 Universitas Kristen Petra
2. Menentukan durasi perpanjangan waktu yang layak didapatkan oleh
Kontraktor.
Melalui analisa Time Impact Analysis (TIA) durasi perpanjangan waktu
dihasilkan dengan menghitung selisih antara tanggal selesai proyek sebelum
dan sesudah penambahan aktivitas pada CPM (Ndekugri; Braimah; dan
Gameson, 2008). Dimana aktivitas yang ditambahkan tersebut harus masuk
dalam kategori keterlambatan excusable dan compensable.
2.5.2. Tools
Dalam penerapannya Time Impact Analysis (TIA) membutuhkan As-
Planned Schedule yang perlu dilengkapi dengan CPM, dan jadwal tersebut perlu
diperbarui secara berkala dalam As-Built Schedule. Proyek yang memiliki sistem
administrasi baik dalam memperbarui jadwal nya akan sangat membantu dalam
penggunaan metode ini (Arditi dan Pattanakitchamroon, 2006).
2.5.2.1. As-Planned Schedule
Jadwal kerja yang orisinil yang telah disiapkan oleh kontraktor di awal
pekerjaan disebut sebagai as-planned schedule. Jadwal proyek ini dipersiapkan
oleh kontraktor untuk menunjukan performa suatu pencapaian dan metode yang
digunakan. Jadwal ini yang akan dipakai sebagai baseline schedule pada proyek
konstruksi Jadwal ini dipersiapkan sesuai dengan dokumen kontrak dan
mencerminkan rencana kontraktor dalam menyelesaikan pekerjaan. Jadwal ini
dapat disetujui oleh owner atau perwakilan dari owner. Apabila jadwal kerja ini
tidak tersedia, maka sebuah as-planned schedule yang layak akan dikembangkan.
Jadwal tersebut akan menggambarkan bagaimana proyek tersebut seharusnya
direncanakan dan dikerjakan sesuai dengan dokumen kontrak (Arditi dan Patel,
1989).
2.5.2.2. As-Built Schedule
As-built Schedule adalah sebuah jadwal terbaru pada proyek, yang
mencerminkan cakupan yang sebenarnya, tanggal selesai yang sebenarnya, durasi
yang sebenarnya dari suatu aktivitas, dan tanggal mulai dari proyek (Parker, 2003).
12 Universitas Kristen Petra
Jadwal ini menampilkan urutan dari kejadian yang sebenarnya terjadi selama
proyek konstruksi berlangsung. Pada jadwal ini terdapat semua keterlambatan dan
akselerasi yang terjadi dari awal proyek hingga titik dimana analisa dilakukan atau
jadwal diperbarui. Jadwal ini juga disebut sebagai factual network. Semua data
yang ada pada jadwal as-built didapatkan dari dokumentasi pada proyek sehingga
hasil dari catatan dan arsip tersebut harus realistis dan tidak terbantahkan. Semua
informasi pada jadwal ini harus disetujui bersama oleh semua pihak dalam proyek
konstruksi atau paling tidak ada pemberitahuan dari satu pihak ke pihak lainnya
dalam bentuk tulisan dengan bukti pendukung yang kuat. (Arditi dan Patel, 1989).
2.5.2.2. Fragnet (Fragment Network)
Fragnet adalah sebuah bagian dari CPM yang memiliki satu atau lebih
aktivitas atau kejadian dengan durasi positif yang terhubung secara sistematis,
logis, dan secara keseluruhan menghubungkan aktivitas pendahulu dengan aktivitas
penerus pada jadwal proyek konstruksi. Terdapat dua pendekatan dalam membuat
fragnet yang dapat dilakukan oleh seorang analis yaitu membuat apa yang
sebenarnya terjadi atau apa yang seharusnya terjadi. Fragnet pada Time Impact
Analysis (TIA) sangat penting dalam memastikan keakurasian analisa yang dibuat.
Oleh karena itu, analis sering kali membuat fragnet untuk setiap delay yang terjadi
pada proyek (Livengood, 2007).
Gambar 2.2. Contoh Penggunaan Fragnet
Sumber: (Livengood, 2007)
Pada gambar 2.2. aktivitas dengan ID F100 sampai dengan F107 merupakan
fragnet yang menggambarkan terjadinya change order atau aktivitas keterlambatan
13 Universitas Kristen Petra
antara aktivitas H1030 dan H1040 yang disebabkan oleh pihak owner. Dalam
contoh tersebut owner mengganti unit HVAC yang sudah terpasang dengan unit
HVAC yang baru.
2.5.2.3. Software Penjadwalan (Opsional)
Software penjadwalan konstruksi adalah sistem perencanaan yang dapat
membantu dalam menyusun penjadwalan suatu proyek atau rangkaian pekerjaan.
Dengan mengimplementasikan software penjadwalan konstruksi, pengguna dapat
meningkatkan keakuratan dari estimasi waktu dan biaya pada proyek konstruksi.
Beberapa contoh dari software penjadwalan proyek konstruksi adalah Microsoft
Project dan Primavera.
2.5.3. Langkah – langkah analisa Time Impact Analysis (Prospective)
Berikut adalah langkah – langkah yang disadur dari AACE International
Recommended Practice No. 52R-06 tentang pengaplikasian Time Impact Analysis
(TIA) pada konstruksi (Calvey dan Winter,2006).
1. Memodelkan dampak dalam bentuk fragnet.
2. Memilih schedule yang telah diperbarui dan telah disetujui yang berdampak
3. Memasukan fragnet kedalam schedule yang akan dipakai tersebut dengan
memakai durasi 0 hari agar dapat dicek logika dari jadwal tersebut.
4. Memasukan durasi yang dipakai dalam fragnet kedalam aktivitas
keterlambatan yang ditambahkan dan lakukan perhitungan kembali CPM
5. Identifikasi aktivitas yang mengindikasi terjadinya perubahan dalam tanggal
selesainya proyek, dan catat semua perubahan pada tanggal penyelesaian
proyek tersebut.
6. Menentukan ukuran durasi dampak dari keteralmabatan proyek yang sesuai
apakah dalam hari kalender atau hari kerja
7. Menentukan tanggal terjadi keterlambatan yang sebenarnya
8. Menghilangkan keterlambatan yang telah dikompensasi dari kejadian yang
telah terjadi sebelumnya
14 Universitas Kristen Petra
Berikut adalah langkah – langkah yang disadur dari Construction Briefing:
Time Impact Analysis (TIA) Prospective dan Retrospective (Barba, 2005).
1. Menentukan tanggal waktu perubahan atau delay diinformasikan
2. Mengambil jadwal proyek yang berlaku pada waktu perubahan atau delay
diinfomasikan sebagai baseline schedule
3. Status dan perbarui jadwal pada tanggal diberikannya perubahan atau delay,
kemudian identifikasi jalur kritis dari schedule tersebut.
4. Siapkan fragnet yang menunjukan secara keseluruhan dari kejadian yang
berhubungan dengan informasi tentang perubahan atau hasil dari perubahan
pekerjaan atau delay yang sedang diantisipasi
5. Memasukan fragnet kedalam schedule dengan menghubungkannya ke
aktivitas di baseline schedule yang terpengaruh akibat perubahan atau delay
yang telah diantisipasi tersebut dan dilakukan pengecekan logika dari jadwal
6. Menjalankan jadwal yang telah dimasukan fragnet tersebut dan mencatat
perubahan dari jalur kritis. Jadwal ini kemudian menjadi Impacted Schedule.
Kemudian tentukan perpanjangan waktu dari jalur kritis dan atau tanggal
selesainya proyek pada Impacted Schedule tersebut dan evaluasi pemakaian
float pada jalur yang bukan jalur kritis. Bandingkan tanggal selesainya proyek
yang diperkirakan sebelumnya dengan tanggal selesainya proyek yang
diperkirakan setelah dimasukan fragnet
7. Tentukan perpanjangan waktu yang mana memerlukan penyesuaian lebih
lanjut dari Impacted Schedule untuk menunjukan pengaruh dari perubahan
pekerjaan atau delay yang telah diantisipasi terhadap bagian pekerjaan dari
kontrak yang tidak berubah.
8. Tentukan perpanjangan waktu dimana jalur kritis yang diperkirakan mungkin
telah terpengaruh akibat dari perubahan pekerjaan atau delay yang telah
diantisipasi pada bagian pekerjaan yang tidak berubah.
9. Catat perubahan tanggal penyelesaian dari proyek dari kontrak awal sebelum
terjadinya perubahan atau delay
10. Lihat data – data yang berhubungan dengan referensi kontrak dan syarat –
syarat yang harus dipenuhi, termasuk rencana dan spesifikasi, sketsa, data
vendor, syarat hukum, laporan harian lapangan, dan sebagainya, dan hitung
15 Universitas Kristen Petra
durasi dari excusable, compensable, dan non-compensable delay dan
perpanjangan waktu yang berhak didapatkan oleh kontraktor yang telah
dianalisa pada kejadian sebelumnya, kemudian persiapkan sebuah
permintaan perubahan pekerjaan untuk diajukan kepada owner dalam bentuk
narasi yang menjelaskan analisa yang telah dilakukan.
Berdasarkan panduan dari kedua sumber tersebut kemudian dipadukan
menjadi 7 langkah-langkah yang diperlukan dalam analisa Time Impact Analysis
(Prospective).
1. Menentukan As-Planned Schedule yang digunakan
Langkah pertama sebelum memulai analisa Time Impact Analysis (TIA)
adalah menentukan jadwal awal rencana yang akan dianalisa terhadap
keterlambatan. Jadwal rencana yang digunakan adalah jadwal yang telah
dilengkapi CPM dan disetujui oleh semua pihak terkait sesuai kontrak.
2. Membuat As–Built Schedule
Langkah berikutnya adalah melakukan pembaruan pada As-Planned Schedule
sesuai dengan data pekerjaan sudah berjalan, sehingga didapatkan As–Built
Schedule.
3. Menentukan tanggal dimulainya keterlambatan/aktivitas perubahan
Pada tahapan ini, ditentukan tanggal yang diyakini awal mula terjadinya
aktivitas perubahan atau keterlambatan.
4. Memasukan aktivitas keterlambatan dalam bentuk fragnet
Setelah tanggal dimulainya keterlambatan sudah ditentukan, informasi
aktivitas - aktivitas yang menyebabkan keterlambatan diubah kedalam bentuk
fragnet. Hal ini berguna untuk menggambarkan urutan pekerjaan dari
aktivitas keterlambatan secara detail.
5. Menggabungkan fragnet dengan schedule
Setelah itu masukan fragnet tersebut kedalam As–Built Schedule. As–Built
Schedule yang dipakai adalah As–Built Schedule pada waktu akan dilakukan
analisa. Kemudian untuk durasi aktivitas tersebut diberi 0 hari dan dilakukan
penghitungan ulang pada jadwal dan hasil penyelesaian proyek harus sama
dengan As-Built Schedule. Untuk As–Built Schedule yang telah disisipkan
fragnet dinamakan Impacted Schedule.
16 Universitas Kristen Petra
6. Memprediksikan durasi aktivitas keterlambatan
Setelah fragnet sudah disisipkan dengan benar pada Impacted Schedule,
dilakukan pemberian durasi pada aktivitas keterlambatan pada kolom durasi.
Kemudian dilakukan perhitungan ulang, dimana tanggal selesainya proyek
dan jalur kritis dapat berubah.
7. Meninjau hasil analisa
Langkah terakhir dari analisa ini adalah mencatat perubahan pada tanggal
penyelesaian proyek, dan mencari selisih dengan tanggal penyelesaian proyek
pada As-Built Schedule dan Impacted Schedule. Hasil dari selisihnya adalah
jumlah durasi dari dampak aktivitas perubahan atau keterlambatan yang
terjadi. Kemudian dilakukan pembuatan laporan naratif yang menjelaskan
keseluruhan analisa. Perlu diperhatikan juga penghitungan keterlambatan
sesuai dengan kontrak, artinya jika dalam kontrak ditentukan kalender kerja
maka satuan yang digunakan harus kalender kerja, sebaliknya jika dalam
kontrak ditentukan tanggal kalender biasa maka digunakan satuan tanggal
kalender biasa.
2.5.4. Ilustrasi Analisa Time Impact Analysis (Prospective)
Berikut adalah ilustrasi dalam melakukan analisa Time Impact Analysis
yang bersifat Prospective.
Gambar 2.3. Ilustrasi As-Planned Schedule (Prospective)
17 Universitas Kristen Petra
Langkah pertama, didapatkan As-Planned Schedule dalam bentuk Network
Diagram yang sudah disetujui oleh semua pihak seperti pada Gambar 2.3. Pada As-
Planned Schedule tersebut dilakukan perhitungan CPM dan didapatkan jalur kritis
(garis merah) dan float. Langkah berikutnya melakukan pembaruan secara periodik
pada As-Planned Schedule sehingga didapatkan data As–Built Schedule. Pada
contoh kasus ini dilakukan pembaruan setiap 7 hari.
Gambar 2.4. Ilustrasi As-Built Schedule (Prospective)
Pada contoh kasus ini dikondisikan kontraktor mendapatkan informasi dari
perencana pada hari ke 14 bahwa akan ada perubahan desain floor slab (aktivitas
G5). Oleh karena itu digunakan data As–Built Schedule pada gambar 2.4. yang
merupakan hasil dari pembaruan pada hari ke 14.
18 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.5. Ilustrasi Fragnet (Prospective)
Informasi perubahan desain floor slab tersebut merupakan aktivitas yang
bisa menyebabkan keterlambatan bagi pelaksanaan proyek. Oleh karena itu
perubahan desain floor slab (aktivitas D) dimodelkan dalam bentuk fragnet seperti
pada gambar 2.5. Aktivitas D tersebut lebih detail dijabarkan dalam aktivitas D1,
D2, dan D3. Untuk pengisian durasi pada analisa Prospective, dilakukan prediksi
pada durasi aktivitasnya karena aktivitas yang dimodelkan dalam bentuk fragnet
belum terjadi.
Gambar 2.6. Ilustrasi Impacted Schedule (1) (Prospective)
Langkah berikutnya adalah menyisipkan fragnet kedalam As–Built
Schedule menjadi Impacted Schedule seperti pada gambar 2.6. Setelah itu durasi
19 Universitas Kristen Petra
aktivitas dalam fragnet diberi 0 hari dan dilakukan penghitungan ulang pada jadwal
dan hasil penyelesaian proyek harus sama dengan As-Built Schedule.
Gambar 2.7. Ilustrasi Impacted Schedule (2) (Prospective)
Setelah fragnet sudah disisipkan dengan benar pada Impacted Schedule,
dilakukan pemberian durasi pada aktivitas keterlambatan pada kolom durasi seperti
pada gambar 2.7. Kemudian dilakukan penghitungan ulang tanggal selesainya
proyek dan jalur kritisnya. Langkah terakhir adalah membuat laporan naratif dari
hasil analisa yang menjelaskan analisa secara keseluruhan.
2.5.5. Langkah – langkah analisa Time Impact Analysis (Retrospective)
Berikut adalah langkah – langkah yang disadur dari Construction Briefing:
Time Impact Analysis Prospective dan Retrospective (Barba, 2005). Langkah-
langkah ini digunakan sebagai pedoman untuk melakukan analisa Time Impact
Analysis (Retrospective).
1. Menentukan As-Planned Schedule yang digunakan
Langkah pertama sebelum memulai analisa Time Impact Analysis (TIA)
adalah menentukan As-Planned Schedule yang akan dianalisa terhadap
keterlambatan. As-Planned Schedule yang digunakan adalah yang digunakan
saat terjadinya aktivitas perubahan atau keterlambatan.
2. Menentukan As–Built Schedule
Langkah berikutnya adalah menentukan As–Built Schedule yang akan dipakai
dalam analisa. As–Built Schedule ini merupakan As–Built Schedule pada
waktu keterlambatan terjadi
20 Universitas Kristen Petra
3. Menentukan tanggal dimulainya keterlambatan/aktivitas perubahan
Pada tahapan ini, ditentukan tanggal awal mula terjadinya aktivitas perubahan
atau keterlambatan yang telah terjadi.
4. Mendeskripsikan aktivitas keterlambatan dalam bentuk fragnet
Setelah tanggal dimulainya keterlambatan sudah ditentukan, informasi
aktivitas - aktivitas yang menyebabkan keterlambatan diubah kedalam bentuk
fragnet. Hal ini berguna untuk menggambarkan urutan pekerjaan dari
aktivitas perubahan atau keterlambatan yang telah terjadi secara detail.
5. Mengganti aktivitas keterlambatan dengan fragnet pada As–Built schedule
Fragnet yang telah dibuat tersebut disisipkan kedalam As–Built Schedule
untuk menggantikan aktivitas yang menyebabkan keterlambatan. As–Built
Schedule yang dipakai adalah As–Built Schedule pada waktu keterlambatan
tersebut terjadi. Untuk As–Built Schedule yang telah disisipkan fragnet
dinamakan Impacted Schedule.
6. Memasukan durasi aktivitas keterlambatan
Dilakukan pemberian durasi pada aktivitas keterlambatan yang telah diubah
dalam bentuk fragnet pada kolom durasi berdasarkan data yang diambil dari
catatan lapangan.
7. Meninjau hasil analisa
Langkah terakhir dilakukan pembuatan laporan naratif yang menjelaskan
keseluruhan analisa. Perlu diperhatikan juga penghitungan keterlambatan
sesuai dengan kontrak, artinya jika dalam kontrak ditentukan kalender kerja
maka satuan yang digunakan harus kalender kerja, sebaliknya jika dalam
kontrak ditentukan tanggal kalender biasa maka digunakan satuan tanggal
kalender biasa.
2.5.6. Ilustrasi Analisa Time Impact Analysis (Retrospective)
Berikut adalah ilustrasi dalam melakukan analisa Time Impact Analysis
yang bersifat Retrospective.
21 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.8. Ilustrasi As-Planned Schedule (Retrospective)
Langkah pertama, didapatkan As-Planned Schedule dalam bentuk Network
Diagram yang sudah disetujui oleh semua pihak seperti pada Gambar 2.7. As-
Planned Schedule yang dipakai adalah As-Planned Schedule pada waktu
keterlambatan terjadi.
Pada contoh kasus ini dikondisikan terjadi keterlambatan pada kegiatan
G2 yaitu pengecoran pondasi sedangkan proyek sudah berjalan sampai hari ke-22.
Gambar 2.9. Ilustrasi As-Built Schedule (Retrospective)
Selanjutnya menentukan As-Built Schedule yang akan dipakai. Pada ilustrasi
ini As-built Schedule yang dipakai adalah As-built Schedule yang diupdate pada hari
22 Universitas Kristen Petra
ke-17 seperti pada gambar 2.8. karena As-Built Schedule tersebut merupakan As-
Built Schedule yang terdekat dengan keterlambatan. Langkah berikutnya adalah
menentukan tanggal dimulainya keterlambatan. Pada As-built Schedule tersebut
dapat dilihat terjadi keterlambatan pada aktivitas G2 yaitu pekerjaan pengecoran
pondasi dengan durasi 6 hari yang seharusnya hanya berdurasi 3 hari.
Gambar 2.10. Ilustrasi Fragnet (Retrospective)
Langkah berikutnya adalah mendeskripsikan aktivitas G2 kedalam bentuk
fragnet. Aktivitas pengecoran pondasi dijabarkan dalam bentuk fragnet sehingga
didapat aktivitas G2A, G2B, G2C, dan G2D seperti pada gambar 2.9. Untuk
pengisian durasi pada analisa Retrospective, dilakukan dengan cara mengambil data
durasi aktivitas yang sebenarnya terjadi.
Gambar 2.10. Ilustrasi Impacted Schedule (1) (Retrospective)
Langkah selanjutnya adalah menggantikan aktivitas G2 dengan fragnet yang
telah dibuat kedalam As-built Schedule sehingga didapatkan Impacted Schedule.
23 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.12. Ilustrasi Impacted Schedule (2) (Retrospective)
Setelah fragnet sudah disisipkan dengan benar pada Impacted Schedule,
dilakukan pemberian durasi pada aktivitas keterlambatan pada kolom durasi seperti
pada gambar 2.11. Langkah terakhir adalah membuat laporan naratif dari hasil
analisa yang menjelaskan penyebab terjadinya keterlambatan secara detail.