Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Universitas Kristen Petra
5
2. LANDASAN TEORI
2.1. Real Estate
2.1.1. Pengertian Real Estate
Real estate merupakan salah satu bentuk dari aset. Perwujudan real estat
ini tidak hanya berupa kepemilikan hunian mewah, karena pada essensinya, real
estat adalah hak untuk memiliki sebidang tanah dan memanfaatkan apa saja yang
ada didalamnya. Aktivitas pengembangan real estate adalah kegiatan perolehan
tanah untuk kemudian dibangun perumahan dan atau bangunan komersial dan
atau bangunan industri. Dimana bangunan tersebut dimaksudkan untuk dijual atau
disewakan, sebagai satu kesatuan atau secara eceran. Aktivitas pengembangan
real estate juga mencakup perolehan kapling tanah untuk dijual tanpa bangunan.
Dan Perusahaan yang melakukan aktivitas pengembangan real estate disebut
sebagai Perusahaan pengembang atau lebih umum dikenal sebagai perusahaan
real estate. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada tiga jenis obyek yang
diperjualbelikan oleh perusahaan real estate, yaitu:
• Bangunan rumah, ruko, dan bangunan sejenis lainnya beserta kapling
tanahnya.
• Bangunan komersial seperti perkantoran, pusat perbelanjaan, apartemen,
kondominium, dan bangunan sejenisnya lainnya.
• Kapling tanah tanpa bangunan.
2.1.2. Karakter Usaha Real Estate
Perusahaan real estate biasanya melakukan usaha:
1. Pembebasan Tanah
Perusahaan harus bekerjasama dengan Pemerintah untuk menentukan daerah
khusus untuk perumahan. Setelah sesuai dan mendapat ijin dari Pemerintah
Daerah maka Perusahaan akan melakukan pembebasan tanah. Perusahaan
mendapatkan Surat Ijin Penggunaan/Pemanf aatan Tanah (SIPPT) dari
Pemerintah daerah untuk memanfaatkan dan menggunakan Tanah di lokasi
dan luas areal yang ditentukan.
Universitas Kristen Petra
6
2. Pematangan Tanah
Proses pematangan tanah ini bermula dari perataan tanah, pembentukan
kavling, pembuatan jalan, dan saluran air se hingga menjadi siap bangun. Pada
tahap ini perusahaan real estate sudah bisa melakukan penyerahan.
3. Pembangunan
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam proses pembangunan adalah
luas tanah, standar biaya bangunan per meter, model bangunan.
2.2. Aspek Pajak Penghasilan menurut UU No. 36 Tahun 2008
2.2.1. Penghasilan
UU No. 36 tahun 2008 tentang PPh mengatur bahwa yang menjadi obyek
PPh adalah penghasilan. Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun. Berikut
adalah pengelompokan penghasilan berdasarkan mekanisme pengenaan PPh nya
adalah sebagai berikut:
1. Penghasilan yang ketika diterima/diperoleh belum dikenakan PPh.
2. Penghasilan yang ketika diterima/diperoleh tidak dikenakan PPh (bukan
obyek pajak).
3. Penghasilan yang ketika diterima/diperoleh dikenakan PPh, dan PPh
tersebut bersifat F inal.
4. Penghasilan yang ketika diterima/diperoleh dikenakan PPh dan dapat
dikreditkan.
Pengelompokan penghasilan yang pertama adalah penghasilan yang ketika
diterima/diperoleh belum dikenakan PPh. Yang dimaksud belum dikenakan PPh
disini adalah penghasilan yang pada saat di terima belum dikenakan PPh, PPh
akan dikenakan pada saat penghitungan diakhir tahun. Contoh dari penghasilan
yang belum kena PPh adalah sebagai berikut:
a. Laba usaha dari penjualan barang dagang/penyerahan jasa;
b. Keuntungan Penjualan atau karena pengalihan, selain tanah dan bangunan:
Universitas Kristen Petra
7
1. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
2. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu,
atau anggota ya ng diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;
3. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan
dalam bentuk apa pun;
4. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan,
badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara
pihakpihak yang bersangkutan; dan
5. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian ata u seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan
dalam perusahaan pertambangan;
c. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;
d. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
e. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu
yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
f. Keuntungan selisih kurs mata uang asing;
g. Premi asuransi;
h. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak;
i. Penghasilan dari usaha berbasis syariah;
j. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
Penge lompokan penghasilan yang kedua adalah penghasilan yang ketika
diterima/diperoleh tidak dikenakan PPh ( bukan obyek PPh ). Penghasilan yang
Universitas Kristen Petra
8
bukan obyek PPh diatur dalam UU No 36 Tahun 2008, Pasal 4 Ayat 3. Berikut
adalah penghasilan-penghasilan yang tidak dikenakan PPh yaitu:
a. 1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil
zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah
dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang
berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah; dan
2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial
termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha
mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan,
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;
b. Warisan;
c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai
pengganti penyertaan modal;
d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib
Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib
Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan
norma penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15;
e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa;
f. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau
Universitas Kristen Petra
9
badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang
didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
1. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
2. Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik
daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari
jumlah modal yang disetor;
g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun
pegawai;
h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana
dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan;
i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi
kolektif
j. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa
bagian laba dari bada n pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha
atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
1. Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan
kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan; dan
2. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
k. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih
lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
l. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang
bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan
pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang
ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan
dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4
Universitas Kristen Petra
10
(empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan
m. Bantuan atau santunan yang dibaya rkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
n. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
Penge lompokan penghasilan yang ketiga adalah penghasilan yang ketika
diterima/diperoleh dikenakan PPh, dan PPh tersebut bersifat Final. Penghasilan
yang dikenakan PPh final diatur dalam UU No 36 Tahun 2008, Pasal 4 Ayat 2.
Berikut adalah penghasilan-penghasilan yang dikenakan PPh Final:
a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan
surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi
kepada anggota koperasi orang pribadi;
b. Penghasilan berupa hadiah undian;
c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif
yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh
perusahaan modal ventura;
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan,
usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau
bangunan; dan
e. Penghasilan tertentu lainnya,
Yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
f. Dividen yang diterima orang pribadi;
g. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
Pengelompokan penghasilan yang terakhir adalah penghasilan yang ketika
diterima/diperoleh dikenakan PPh dan dapat dikreditkan. Berikut adalah
penghasilan-penghasilan yang dikenakan PPh dan dapat dikreditkan:
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
Universitas Kristen Petra
11
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk
lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini;
b. Bunga sebagai bentuk imbalan karena jaminan pengembalian utang, selain
bunga obligasi;
c. Dividen yang diterima oleh WP badan dengan kepemilikan dibawah 25%,
dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
d. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
e. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
f. Penjualan barang dagang pada Pemerintah.
2.2.2. Biaya
Biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : yang pertama adalah
biaya yang boleh menjadi pengurang. Menurut UU no 36 Tahun 2008 mengenai
besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) bagi WP dalam negeri dan bentuk usaha
tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk:
a. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan
usaha, antara lain:
1. Biaya pembelian bahan;
2. Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,
honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam
bentuk uang;
3. Bunga, sewa, dan royalti;
4. Biaya perjalanan;
5. Biaya pengolahan limbah;
6. Premi asuransi
7. Biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;
8. Biaya administrasi; dan
9. Pajak kecuali pajak penghasilan;
Universitas Kristen Petra
12
b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 dan Pasal 11A;
c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan;
d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan
dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan;
e. Kerugian selisih kurs mata uang asing;
f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;
g. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;
h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:
1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih
kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan
3. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau
instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya
perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang
antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan
dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur
bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;
4. Syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk
penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k;
yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan;
i. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
j. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di
Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
Universitas Kristen Petra
13
k. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah;
l. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah; dan
m. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) didapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan
penghasilan mulai tahun pajak berikutnya bertur ut-turut sampai dengan 5 (lima)
tahun.
Kemudian kelompok biaya yang kedua adalah biaya-biaya yang tidak
diperkenankan sebagai pengurang adalah sebagai berikut:
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen,
termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang
polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang
saham, sekutu, atau anggota;
c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:
1. Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain
yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan
pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
2. Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang
dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
3. Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
4. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
5. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
6. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah
industri untuk usaha pengolahan limbah industri, yang ketentuan dan
syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan;
d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang
Universitas Kristen Petra
14
pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung
sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan;
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan
dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam
bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan;
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham
atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;
g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m
serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima
oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarka n Peraturan Pemerintah;
h. Pajak penghasilan;
i. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib
Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;
j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;
k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana
berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundangundangan di
bidang perpajakan.
Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk
dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 atau Pasal 11A.
Universitas Kristen Petra
15
Kelompok biaya yang ketiga adalah kelompok biaya terkait dengan
penghasilan yang dikenakan PPh Final dan penghasilan yang bukan obyek pajak.
Menurut buku petunjuk pengisian SPT PPh orang pribadi pada bagian
penyesuaian fiskal positif, biaya – biaya yang berkaitan dengan penghasilan yang
dikenakan PPh Final dan penghasilan yang tidak termasuk objek pajak tetapi
termasuk dalam penghasilan komersial tidak dapat dijadikan pengurang.
2.2.3. Perlakuan PPh badan atas Real Estate
Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan
sistem Self Assessment wajib melakukan sendiri penghitungan, pembayaran, dan
pelaporan pajak terutang. Setiap WP pribadi atau badan yang bergerak di bidang
Real Estate ataupun WP lainnya mempunyai kewajiban, diantaranya:
a. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP;
b. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP;
c. Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar;
d. Mengisi dengan benar SPT, dan memasukkan ke Kantor Pelayanan Pajak
dalam batas waktu yang telah ditentukan;
e. Menyelenggarakan pembukuan/pencatatan;
f. Jika diperiksa wajib memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau
catatan, dokumen yang, menjadi dasarnya dan dokumen lain yang
berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan
bebas WP, atau objek yang terutang pajak serta memberikan kesempatan
untuk memasuki tempat atau ruangan yang dipandang perlu memberikan
bantuan guna kelancaran pemeriksaan;
g. Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta
keterangan yang diminta, WP terikat oleh suatu kewajiban untuk
merahasiakan, maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh
permintaan untuk keperluan pemeriksaan.
Salah satu WP yang dikenakan PPh adalah usaha real estate. Usaha real
estate ada tiga kelompok, yaitu:
Universitas Kristen Petra
16
1. Kelompok yang pertama adalah usaha real estate yang dalam membangun real
estatenya menggunakan jasa konstruksi perusahaan lain, dan tidak memiliki
penghasilan lain diluar real estate.
2. Kelompok yang kedua adalah usaha real estate yang dalam membangun real
estatenya tidak menggunakan jasa konstruksi perusahaan lain, dan tidak
memiliki penghasilan lain diluar real estate.
3. Kelompok yang ketiga adalah usaha real estate baik yang menggunakan jasa
konstruksi perusahaan lain atau tidak, tetapi memiliki penghasilan lain diluar
real estate.
Kelompok yang pertama adalah usaha real es tate yang membangun real
estate nya menggunakan jasa konstruksi perusahaan lain, dan tidak memiliki
penghasilan lain diluar real estate. Usaha real estate yang seperti ini akan
dikenakan PPh Final atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan atas penjualan tanah dan bangunannya dengan tarif sebesar 5%, dan
juga memotong PPh final atas jasa konstruksi. Usaha real estate kelompok
pertama ini masuk dalam kelompok penghasilan yang ketiga, dan masuk dalam
kelompok biaya yang ketiga. PPh terutang pada kelompok pertama ini nihil
karena semua penghasilannya sudah dikenakan PPh final. Besarnya PPh final
yang dipotong atas jasa konstruksi menurut PP 51 tahun 2008 adalah sebagai
berikut:
a. 2% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa yang
memiliki kualifikasi usaha kecil;
b. 4% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa yang
tidak memiliki kualifikasi usaha;
c. 3% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa selain
jasa sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b;
d. 4% untuk perencanaan konstruksi atau pengawasan konstruksi yang dilakukan
oleh penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha; dan
e. 6% untuk perencanaan konstruksi atau pengawasan konstruksi yang dilakukan
oleh penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha.
Universitas Kristen Petra
17
Dalam PMK nomor 187/PMK.03/2008 diatur tentang tata cara penyetoran,
dan pelaporan PPh atas pengahasilan dari usaha jasa konstruksi. Di dalam pasal 5
dikatakan:
1. PPh yang dipotong oleh pengguna jasa disetor ke kas negara melalui kantor
pos atau bank yang ditunjuk oleh Mentri Keuangan, paling lama tanggal 10
bulan berikutnya setelah dilakukan pemotongan pajak.
2. PPh disetor sendiri oleh penyedia jasa ke kas negara melalui kantor pos atau
bank yang ditunjuk oleh Mentri Keuangan, paling lama tanggal 15 bulan
berikutnya setelah penerimaan pembayaran dalan hal pengguna jasa bukan
merupakan pemotong pajak.
3. Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran apabila bertepatan dengan hari
libur termasuk hari sabtu dan hari libur nasional, maka saat penyetoran dapat
dilakukan pada hari kerja berikutnya.
4. Pembayaran PPh atau penyetoran PPh dilakukan dengan menggunakan SSP
atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan SSP.
5. Pemotong PPh memberikan tanda bukti pemotongan kepada penyedia jasa
yang dipotong PPh setiap melakukan pemotongan.
Dalam PMK nomor 187/PMK.03/2008 pasal 6 dikatakan:
1. Pengguna jasa atau penyedia jasa wajib menyampaikan surat pemberitahuan
masa paling lama 20 hari setelah bulan dilakukan pemotongan pajak atau
penerimaan pembayaran.
2. Dalam hal tanggal jatuh tempo penyampaian surat pemberitahuan masa
apabila bertepatan dengan hari libur termasuk hari sabtu atau hari libur
nasional, maka saat penyampaian surat pemberitahuan masa dapat dilakukan
pada hari kerja berikutnya.
Kelompok yang kedua adalah usaha real estate yang dalam membangun
real estatenya tidak menggunakan jasa konstruksi perusahaan lain, dan tidak
memiliki penghasilan lain diluar real estate. Usaha real estate se perti ini menurut
PP 71 tahun 2008 akan dikenakan PPh Final atas penghasilan da ri pengalihan hak
atas tanah dan/atau bangunan atas penjualan tanah dan bangunannya dengan tarif
sebesar 5% dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.
Universitas Kristen Petra
18
Kelompok usaha real estate yang kedua ini termasuk dalam kelompok penghasilan
yang ketiga, dan termasuk kelompok biaya yang ketiga.
Kelompok yang ketiga adalah usaha real estate baik yang menggunakan
jasa konstruksi perusahaan lain atau tidak, tetapi memiliki penghasilan lain diluar
real estate. Kelompok real estate yang ketiga ini termasuk dalam kelompok
penghasilan pertama, ketiga, dan keempat, serta termasuk dalam kelompok biaya
yaang pertama.
UU No 36 Tahun 2008 Pasal 25 ayat 1 telah mengatur besarnya angsuran
pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayarkan sendiri oleh WP untuk setiap
bulan adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang menurut Surat
Pemberitahuan Pajak Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi
dengan:
a. Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan
Pasal 23, serta Pajak Penghasilan yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22;
b. Pajak Penghasilan yang dibayarkan atau terutang di luar negri yang boleh
dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24,
Dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.
Untuk perusahaan real estate dalam pembelian bahan-bahan seperti
misalnya pembelian baja dan semen, terdapat pemotongan PPh 22 atas pembelian
baja yang langsung dibeli dari pabrik. PPh 22 atas pembelian baja diatur dalam
KEP-01/PJ/1996.
Menurut KEP -01/PJ/1996, ditetapkan kembali Keputusan Direktur
Jendenal Pajak tentang Besarnya Tarif dan Tata Cara Pemungutan, Penyetoran,
Serta pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 22 Atas Penjualan Hasil Produksi
industri baja di Dalam Negeri. Menurut KEP -01/PJ/1996 pasal (1) ditentukan
bahwa:
1. Badan usaha yang bergerak di bidang industri baja yang merupakan industri
hulu ditunjuk sebagai Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan
hasil produksinya di dalam negri.
2. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Surat Keputusa n Penunjukan
bagi badan usaha, yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak, sebagai Pemungut
Universitas Kristen Petra
19
Pajak Penghasilan Pasal 22 dengan menggunakan formulir Penunjukan Wajib
Pajak sebagai Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22.
3. Dalam hal Pemungut Pajak, mengolah atau memproses lebih lanjut sebagian
atau seluruh hasil produksinya menjadi produk antara da atau produk hilir
sehingga badan usaha tersebut melakukan kegiatan produksi secara
“integrated”, maka PPh Pasal 22 dipungut atas penjualan produk hulu, produk
antara, dan produk hilir.
Menurut KEP-01/PJ/1996 pasal (2) dinyatakan bahwa besarnya PPh 22
yang wajib dipungut oleh pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
pada saat penjualan hasil produksinya di dalam negeri adalah 0,3% (tiga
persepuluh persen ) dari DPP PP N dan tidak bersifat final. Pemungut pajak wajib
menerbitkan bukti pemungutan PPh 22 dalam rangkap 3 (tiga), yaitu:
• Lembar pertama : untuk wajib pajak pembeli;
• Lembar kedua : untuk disampaikan kepada KPP (dilampirkan pada SPT
Masa PPh pasal 22)
• Lembar ketiga : untuk arsip pemungut pajak.
Menurut KEP-01/PJ/1996 pasal (4) :
1. PPh 22 atas penjualan produk industri baja yang dikembalikan (retur) setelah
Masa Pajak terjadinya penjualan, dapat dikurangkan dari PPh 22 terutang
dalam masa pajak terjadinya pengembalian produk tersebut, kecuali apabila
dalam masa pajak terjadinya pengembalian, industri baja menggantinya
dengan produk yang sama, baik phisik maupun jumlah harganya.
2. Apabila terjadi pe ngembalian seperti diatas, pembeli wajib membuat nota
retur dalam masa pajak terjadinya pengembalian rangkap 3 yaitu:
• Lembar pertama dan lembar kedua : untuk pemungut pajak;
• Lembar ketiga : untuk arsip WP (pembeli).
Nota retur sekurang-kurangnya harus mencantumkan:
a. Nomor dan tanggal Nota Retur;
b. Nama, alamat, dan NPWP pembe li;
c. Nama, alamat, dan NPWP industri baja;
d. Nomor dan tanggal Faktur pembelian baja yang dikembalikan;
e. Macam, jenis, kuantum dan harga baja yang dikembalikan;
Universitas Kristen Petra
20
f. Tanda tangan pembeli.
Menurut KEP -01/PJ/1996 pasal (5) mengenai penyetoran PPh 22,
pemungut pajak wajib menyetorkan PPH 22 yang dipungut selambat-lambatnya
tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir, dengan menggunakan
Surat Setoran Pajak ke Bank Persepsi atau Kantor pos dan Giro. Sedangkan
mengenai pelaporan PPh 22 menurut KEP -01/PJ/1996, pemungut pajak wajib
menyampaikan laporan mengenai Pajak Penghasilan Pasal 22 yang telah dipungut
dan telah disetor setiap bulan kepada Kantor Pelayanan Pajak di tempat
kedudukan Pemungut Pajak, selambat-lambatnya 20 hari setelah Masa Pajak
berakhir, dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 22 yang
dilampiri Daftar Bukti Pemungutan PPh Pasal 22, lembar kedua Bukti
Pemungutan PPh Pasal 22, lembar kedua Nota Retur (apabila ada), lembar ketiga
Surat Setoran Pajak.
Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak
badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh
delapan persen). Untuk keperluan penerapan tarif pajak, jumlah Penghasilan Kena
Pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh. Menurut UU no 36 Tahun
2008 pasal 31E, Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai
dengan Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa
pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas
Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan
Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).
Contoh perhitungannya: Peredaran bruto PT Z dalam tahun pajak 2009
sebesar Rp.30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar rupiah) dengan penghasilan Kena
Pajak sebesar Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). Perhitungan PPh yang
terutang:
• Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang memperoleh
fasilitas:
(Rp4.800.000.000,00 : Rp30.000.000.000,00) x Rp3.000.000.000,00 =
Rp480.000.000,00
Universitas Kristen Petra
21
• Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak
memperoleh fasilitas:
Rp3.000.000.000,00 – Rp480.000.000,00 = Rp 2.520.000.000,00
• Pajak Penghasilan yang terutang:
(50% x 28%) x Rp480.000.000,00 = Rp 67.200.000,00
28% x Rp2.520.000.000,00 = Rp 705.600.000,00 +
Jumlah Pajak Penghasilan yang Terutang Rp 772.800.000,00
Kemudian perusahaan melakukan pembayaran PPh 29. Pembayaran PPh
Pasal 29 yaitu pelunasan Pajak Penghasilan yang dilakukan sendiri oleh WP pada
akhir tahun pajak, apabila pajak terutang untk suatu tahun pajak lebih besar dari
jumlah total pajak yang dibayarkan sendiri dan pajak yang dipotong atau dipungut
pihak lain sebagai kredit pajak.
2.2.4. Aspek PPh Final Atas Penghasilan dari Pengalihan Hak Atas Tanah
Dan/Atau Bangunan.
Mulai 1 Januari 2009, Wajib Pajak real estate dikenakan PPh Final. Tarif
yang dikenakan adalah 5% dari jumlah bruto nilai pengalihan. Tarif khusus 1%
dari jumlah bruto nilai pengalihan dikenakan atas pengalihan hak rumah
sederhana dan rumah susun sederhana. Batasan rumah sederhana dan rumah
susun sederhana mengacu kepada ketentuan PPN yang mengatur batasan rumah
sederhana dan rumah susun sederhana yang mendapatkan fasilitas pembebasan
PPN.
2.2.4.1. Tarif dan Dasar Pengenaan PPh Final Atas Penghasilan dari
Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan.
Berdasarkan PP 71 tahun 2008 dan perubahannya, besarnya tarif Pajak
Penghasilan yang dikenakan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya adalah
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan (WP real estate) adalah sebesar 5%
(lima persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan. Khusus untuk pengalihan rumah sederhana dan rumah susun sederhana
oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan, tarifnya adalah 1%(satu persen) dari jumlah bruto nilai
Universitas Kristen Petra
22
pengalihan.
Adapun yang dimaksud dengan nilai pengalihan hak adalah nilai yang
tertinggi antara nilai berdasarkan Akta Pengalihan Hak dengan Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP) tanah dan/atau bangunan yang bersangkutan sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang PBB. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah Nilai Jual
Objek Pajak menurut Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan
Bangunan (SPPT PBB) tahun yang bersangkutan atau dalam hal SPPT belum
terbit, adalah NJOP menurut SPPT PBB tahun pajak sebelumnya. Apabila tanah
dan/atau bangunan tersebut belum terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
atau Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, maka Nilai Jual Objek Pajak
yang dipakai adalah Nilai Jual Objek Pajak menurut surat keterangan yang
diterbitkan Kepala Kantor yang wilayah kerjanya meliputi lokasi tanah dan/atau
bangunan yang bersangkutan berada.
Sebagaimana dijelaskan di atas, tarif khusus 1% dari nilai pengalihan
dikenakan atas pengalihan hak atas rumah sederhana dan rumah susun sederhana
yang dilakukan oleh Wajib Pajak real estate. Definisi dari Rumah Sederhana dan
Rumah Susun Sederhana ini dijelaskan dalam Pasal 4 ayat (5) dan ayat (6) PP 71
Tahun 2008.
Rumah Sederhana adalah Rumah Sederhana Sehat dan Rumah Inti
Tumbuh yang mendapatkan fasilitas pembebasan PPN. Rumah Susun Sederhana
adalah bangunan bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang
dipergunakan sebagai tempat hunian yang dilengkapi dengan KM/WC dan dapur
baik bersatu dengan unit hunian maupun terpisah dengan menggunakan komunal
termasuk Rumah Susun Sederhana Milik, yang mendafatkan fasilitas pembebasan
PPN.
Pengakuan pendapatan menurut PSAK No. 44 adalah sebagai berikut:
• Penjualan Bangunan Rumah, Ruko, dan Bangunan Sejenis Lainnya beserta
Kaveling Tanahnya meliputi :
- Pendapatan penjualan bangunan rumah, ruko, bangunan sejenis lainnya
beserta kaveling tanahnya diakui dengan metode akrual penuh apabila
seluruh kriteria berikut terpenuhi:
a. Proses penjualan telah selesai;
Universitas Kristen Petra
23
b. Harga jual akan tertagih;
c. Tagihan penjual tidak akan bersifat subordinasi di masa depan
terhadap pinjaman lain yang akan diperoleh pembeli;
d. Penjual telah mengendalikan resiko dan manfaat kepemilikan unit
bangunan kepada pembeli melalui suatu transaksi yang secara
substansi adalah penjualan dan penjual tidak lagi berkewajiban atau
terlibat secara signifikan dengan unit bangunan tersebut.
• Pengakuan pendapatan bila metode akrual penuh tidak terpenuhi. Apabila
suatu transaksi real estate tidak memenuhi kriteria pengakuan laba dengan
metode akrual penuh, maka transaksi tersebut diakui dengan me tode deposit
(deposit method).
- Penerapan metode deposit adalah sebagai berikut:
a. Penjual tidak mengakui pendapatan atas transaksi penjualan unit real
estate, penerimaan pembayaran oleh pembeli dibukukan sebagai uang
muka;
b. Piutang dari transaksi penjualan unit real estate tidak diakui;
c. Unit real estate tersebut tetap dicatat sebagai aktiva penjual, demikian
juga dengan kewajiban yang terkait dengan unit real estate tersebut,
walaupun kewajiban tersebut telah dialihkan kepada pembeli.
• Penjualan Kaveling Tanah Tanpa Bangunan. Pendapatan penjualan kaveling
tanah tanpa bangunan, diakui dengan menggunakan metode akrual penuh pada
saat pengikatan jual beli apabila seluruh kriteria berikuti ini terpenuhi:
a. Jumlah pembayaran oleh pembeli telah mencapai 20% dari harga jual yang
disepakati dan jumlah tersebut tidak dapat diminta kembali oleh pembeli;
b. Harga jual akan tertagih;
c. Tagihan penjual tidak subordinasi terhadap pinjaman lain yang akan
diperoleh pembeli di masa depan;
d. Proses pengembangan tanah telah selesai sehingga penjual tidak
berkewajiban lagi untuk menyelesaikan kaveling tanah yang dijual, seperti
kewajiban untuk mematangkan kaveling tanah atau kewajiban untuk
membangun fasilitas-fasilitas pokok yang dijanjikan oleh atau yang
menjadi kewajiban penjual, sesuai de ngan pengikatan jual beli atau
Universitas Kristen Petra
24
ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Hanya kaveling tanah saja yang dijual, tanpa diwajibkan keterlibatan
penjual dalam pendirian bangunan di atas kaveling tanah tersebut.
2.2.4.2. Sifat Pengenaan PPh Final Atas Penghasilan dari Pengalihan Hak
Atas Tanah Dan/Atau Bangunan.
Bagi Wajib Pajak yang melakukan transaksi pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan, pembayaran Pajak Penghasilan bersifat final. Sifat final ini
juga berlaku baik bagi Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan
hak atas tanah/atau bangunan (real estate) maupun Wajib Pajak yang usaha
pokoknya tidak melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.
Menurut PP 71 Tahun 2008 Pasal II, Pada saat berlakunya Peraturan
Pemerintah ini, terhadap Wajib Pajak badan, termasuk koperasi, yang usaha
pokoknya melakukan transaksi pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan,
apabila:
a. melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebelum tanggal 1
Januari 2009 dan atas pengalihan hak tersebut belum dibuatkan akta,
keputusan, perjanjian, kesepakatan, atau risalah lelang oleh pejabat yang
berwenang; dan
b. penghasilan atas pengalihan hak sebagaimana dimaksud pada huruf a telah
dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun
pajak yang bersangkutan dan Pajak Penghasilan atas penghasilan tersebut
telah dilunasi.
2.2.4.3. Mekanisme Pelunasan PPh Final Atas Penghasilan dari Pengalihan
Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan.
Mekanisme pelunasan dan pembayaran PPh Final pengalihan hak atas
tanah dan/atau bangunan khusus untuk Wajib Pajak real estat ditegaskan dalam
Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-80/PJ/2009 Tentang Pelaksanaan Pajak
Penghasilan Yang Bersifat Final Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas
Tanah Dan/Atau Bangunan Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang
Usaha Pokoknya Melakukan Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan.
Universitas Kristen Petra
25
Beberapa hal penting yang diatur dalam Surat Edaran Tersebut:
1. Pembayaran PPh Final atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan oleh
WP real estat dilakukan :
a. paling lama 15 bulan berikutnya setelah bulan diterimanya pembayaran,
dalam hal pembayaran atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
dilakukan dengan cara angsuran;
b. sebelum akta, keputusan, perjanjian, kesepakatan atau risalah lelang atas
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan ditandatangani oleh pejabat
yang berwenang, dalam hal jumlah seluruh pembayaran sebagaimana
dimaksud pada huruf a kurang dari jumlah bruto nilai pengalihan hak
2. Nilai pengalihan hak sebagaimana dimaksud dalam butir 1 huruf b adalah
nilai yang tertinggi antara nilai berdasarkan Akta Pengalihan Hak dengan
Nilai Jual Objek Pajak tanah dan/atau bangunan yang bersangkutan pada saat
ditandatangani akta, keputusan, perjanjian, kesepakatan atau risalah lelang
atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan oleh pejabat yang
berwenang .
3. Dalam hal pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dilakukan di cabang
maka pembayaran PPh dan penyampaian SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) atas
penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan tersebut dapat
dilakukan oleh cabang. Namun seluruh pembayaran PPh atas penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang dilakukan dicabang harus
dikonsolidasi oleh pusat dan dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh.
4. Dalam hal terdapat dua atau lebih Wajib Pajak bekerja sama membentuk
Kerja Sama Operasi (KSO)IJoint Operation (JO) melakukan pengalihan hak
atas tanah dan/atau bangunan maka PPh Final atas pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan dibayar oleh masing-masing anggota KSO sesuai dengan
bagian penghasilan yang diterima masing-masing anggota KSO .
5. Dalam hal PPh Final sebagaimana dimaksud dalam butir 5 telah dibayar
dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atas nama KSO atau salah
satu anggota KSO maka SSP tersebut dipinda hbukukan ke masing-masing
anggota KSO sesuai dengan bagian penghasilan yang diterima masing-masing
anggota KSO .
Universitas Kristen Petra
26
Tata cara pembayaran dan pelaporan atas usaha real estate, dalam hal
pembayarannya atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang dilakukan
dengan cara angsuran; maka PPh dihitung berdasarkan jumlah setiap pembayaran
angsuran termasuk uang muka, bunga, pungutan, dan pembayaran tambahan
lainnya yang dipenuhi oleh pembeli sehubungan dengan pengalihan hak atas
tanah dan/atau bangunan tersebut.
WP badan yang melakukan sendiri pembayaran PPh finalnya wajib
menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa paling lambat tanggal 20 (dua puluh)
bulan berikutnya setelah bulan dilakukannya pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan atau diterimanya pembayaran.