35

3. pedum-bbp2tp-M-P3MI

Embed Size (px)

Citation preview

Panduan Umum

Model PengembanganPertanian PedesaanMelalui Inovasi (M-P3MI)

Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKementerian Pertanian

2011

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI

iBadan Peneli an dan Pengembangan Pertanian

Kata Pengantar

Dalam rangka mendukung pembangunan pertanian menuju terwujudnya pertanian unggul berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal, serta untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, daya saing dan kesejahteraan petani, Badan Litbang Pertanian mulai tahun 2011 mencanangkan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI) sebagai program pembangunan pertanian, dalam rangka meningkatkan jangkauan diseminasi melalui spektrum diseminasi mul channel (SDMC).

Spirit pengembangan M-P3MI didasari oleh keberhasilan PRIMATANI yang telah terbuk mampu menjadi pendorong utama pertumbuhan dan perkembangan usaha dan sistem agribisnis komoditas pertanian di berbagai daerah.

M-P3MI merupakan suatu konsep diseminasi inovasi yang dak hanya fokus dalam percepatan penyebaran inovasi pertanian, tetapi juga memperluas dan memperbesar spektrum diseminasi.

Saya berharap rancangan M-P3MI ini dapat dijadikan pedoman bagi seluruh unit kerja maupun unit pelaksana teknis lingkup Badan Litbang Pertanian dan instansi terkait. Semoga M-P3MI ini benar-benar dapat mendorong tercapainya spektrum diseminasi inovasi yang lebih luas.

Jakarta, Juli 2011

Kepala Badan Litbang Pertanian,

Dr. Ir. Haryono, MSc

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI

ii Badan Peneli an dan Pengembangan Pertanian

Daftar Isi

Kata Pengantar ........................................................................... i

Da ar Isi ................................................................................... v

Da ar Gambar ........................................................................... vi

1. Jus fi kasi ............................................................................... 1

2. Konsep dan Strategi Pelaksanaan Model P3MI ..................... 3

2.1. Konsep Model .................................................................... 3

2.2. Strategi Pendekatan Model ............................................... 4

2.3. Tujuan ................................................................................ 5

2.4. Keluaran dan Manfaat ....................................................... 6

2.5. Sasaran ............................................................................... 6

3. Indikator Kinerja .................................................................... 9

4. Rancangan Program .............................................................. 11

4.1. Fase I : Inisiasi Model ........................................................ 11

4.2 Fase II : Pengawalan Teknologi ........................................... 16

4.3. Fase III: Pengembangan ...................................................... 19

4.4. Fase IV: Pemasalan ............................................................. 20

5. Organisasi Pelaksana, Pembiayaan dan Jadwal Kegiatan ...... 25

5.1. Organisasi Pelaksana .......................................................... 25

5.2. Pembiayaan ........................................................................ 27

5.3. Jadwal Kegiatan .................................................................. 27

6. Da ar Pustaka ...................................................................... 28

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI

iiiBadan Peneli an dan Pengembangan Pertanian

Daftar Gambar

Gambar 1. Saluran Penyampaian Informasi Teknologi .................... 15

Gambar 2. Spektrum Diseminasi Mul Channel .............................. 17

Gambar 3. Bagan Alir Pembentukan M-P3MI .................................. 23

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI

1Badan Peneli an dan Pengembangan Pertanian

1. Justi ikasi

Pembangunan sektor pertanian dak dapat dipisahkan dengan pembangunan perdesaan, karena pembangunan perdesaan adalah prasyarat bagi upaya peningkatan pendapatan masyarakat petani melalui op malisasi penggunaan sumberdaya pertanian. Sehingga tercapai kondisi sosial ekonomi yang lebih baik, peningkatan pemerataan dan pertumbuhan ekonomi di perdesaan untuk tercapainya kesejahteraan petani.

Dukungan teknologi pertanian untuk pengembangan pertanian di perdesaan telah tersedia melalui jasa peneli an maupun pengkajian yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian. Sebagian teknologi tersebut telah tersebar di ngkat pengguna dan stakeholder, namun pengembangannya ke target area yang lebih luas perlu dilakukan upaya percepatan.

Badan Litbang Pertanian sejak tahun 2005, telah mengembangkan program rin san dan akselerasi pemasyarakatan inovasi teknologi pertanian melalui PRIMATANI, yang sekaligus berperan menampung umpan balik guna perbaikan program peneli an ke depan. Program tersebut sebagai implementasi paradigma baru Badan Litbang Pertanian, yaitu peneli an untuk pembangunan (research for development). Pada tahap implementasi program, Badan Litbang Pertanian memposisikan diri sebagai the driving force karena terintegrasi langsung sebagai elemen ensensial dari sistem percepatan inovasi (Simatupang, 2004).

Sampai saat ini, program tersebut telah mampu menyebarkan inovasi teknologi ke ngkat pengguna dan pengambil kebijakan di daerah. Sejumlah inovasi diantaranya telah digunakan sebagai tenaga pendorong utama pertumbuhan dan pengembangan usaha agribisnis di perdesaan.

Dalam rangka mendukung program Kementerian Pertanian menuju terwujudnya pertanian unggul berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal serta untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, daya saing, ekspor dan kesejahteraan petani, Badan Litbang Pertanian mulai tahun 2011 mencanangkan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI) sebagai program pembangunan pertanian, dalam rangka meningkatkan jangkauan kegiatan diseminasi melalui spektrum diseminasi mul channel (SDMC).

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI

2 Badan Peneli an dan Pengembangan Pertanian

Implementasi program tersebut di lapang berbentuk unit percontohan berskala pengembangan berwawasan agribisnis. Unit percontohan bersifat holis k dan komprehensif melipu aspek perbaikan teknologi produksi, pasca panen, pengolahan hasil, aspek pemberdayaan masyarakat tani, aspek pengembangan dan penguatan kelembagaan sarana pendukung agribisnis. Dengan demikian diharapkan proses pembelajaran dan diseminasi teknologi berjalan secara simultan, sehingga spektrum diseminasi menjadi semakin meluas.

Unit percontohan M-P3MI itu sekaligus berfungsi sebagai laboratorium lapang, juga sebagai ajang kegiatan pengkajian, untuk perbaikan teknologi dan perekayasaan kelembagaan pendukung usaha agribisnis. Dukungan pengkajian ini dibutuhkan untuk mengan sipasi perubahan lingkungan bio-fi sik dan sosial ekonomi yang berkembang sangat dinamis. Selama proses ujicoba atau pengkajian diharapkan mendapat umpan balik (feedback) untuk penyempurnaan model pengembangan.

Defi nisiM-P3MI, adalah suatu Model Pengembangan Pertanian Perdesaan

Melalui Inovasi. M-P3MI merupakan suatu modus kegiatan diseminasi melalui suatu percontohan kongkrit dilapang. Kegiatan ini merupakan suatu kegiatan peragaan inovasi teknologi, melibatkan satu poktan atau gapoktan. Peragaan inovasi yang dilakukan melipu aspek teknis dan aspek kelembagaan.

Aspek teknis melipu tehnik budidaya tanaman atau ternak sesuai komoditas yang dikembangkan dari poktan atau gapoktan contoh. Aspek kelembagaan melipu pemberdayaan poktan atau gapoktan, pemberdayaan kelembagaan pendukung termasuk kelembagaan pasar (input – output).

Pembinaan dilapang dilakukan secara gradual atau bertahap se ap tahun, shingga pada batas waktu tertentu (3 hingga 5) tahun terbentuk suatu model percontohan pertanian yang berwawasan agribisnis. Oleh sebab itu dalam Juklak (petunjuk pelaksanaan ) dari kegiatan ini harus dilengkapi dengan Road Map, sehingga ak vitas se ap tahunnya yang akan dikerjakan tercantum dengan jelas.

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI

3Badan Peneli an dan Pengembangan Pertanian

2. Konsep dan Strategi Pelaksanaan Model P3MI

2.1. Konsep Model Is lah “model” dalam program pengembangan pertanian perdesaan

melalui inovasi ini, menegaskan bahwa M-P3MI masih berada dalam koridor Tupoksi Badan Litbang Pertanian sesuai Kepres No 177/2000 dan Kepmentan No 01/Kpts/OT.210/1/2001.

Meskipun arahnya menuju kepada perluasan jangkauan penggunaan inovasi, akan tetapi fokus M-P3MI tetap pada model percontohan, untuk tahap selanjutnya dilakukan pemasalan inovasi.

Model yang dibangun merupakan unit percontohan penggunaan inovasi yang menyediakan opsi (pilihan) solusi terbaik terhadap pemecahan persoalan peningkatan produksi pertanian. Fokus kegiatannya berbasis agroekosistem atau berbasis pada komoditas unggulan di perdesaan.

Wujud model yang dibangun adalah visualisasi atau peragaan dari inovasi yang akan dikembangkan. Tampilan model berbentuk unit percontohan berskala pengembangan berwawasan agribisnis. Model bersifat dinamis dalam ar pemodelan senan asa mengiku dinamika perkembangan kebijakan inovasi, mengakomodasi peluang penggunaan input atau proses yang berpengaruh terhadap output.

Muatan pertanian perdesaan dalam model ini memiliki konteks penyebarluasan inovasi yang berorientasi pada suatu kawasan seragam secara bio-fi sik dan sosial ekonomi, serta secara kompara f memiliki keunggulan sumberdaya alam. Percontohan dilaksanakan berbasis inovasi pertanian yang memiliki perspek f pengembangan agribisnis.

Inovasi pertanian dalam perontohan ini merupakan teknologi dan kelembagaan agribisnis unggul mutakhir hasil temuan atau ciptaan Badan Litbang Pertanian. M-P3MI merupakan wahana untuk mengintroduksikan dan memperluas penerapan teknologi dan kelembagaan unggul yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian.

Inovasi teknologi yang diujicobakan dalam unit percontohan M-P3MI merupakan teknologi matang dan siap digunakan pada skala pengembangan,

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI

4 Badan Peneli an dan Pengembangan Pertanian

serta mempunyai potensi pemberian dampak terhadap penggunaan sumberdaya yang lebih op mal untuk memaksimumkan pendapatan petani di pedesaan.

Kriteria teknologi matang yang diujicobakan adalah sebagai berikut:

Mampu menyelesaikan masalah teknis pen ng di wilayah tersebut. Sebuah masalah dianggap pen ng apabila: terjadi secara meluas, memiliki dampak yang besar terhadap potensi penurunan produksi, memiliki dampak sosial ekonomi yang nega f.

Membantu petani untuk memenuhi permintaan pasar.

Terbuk dapat diadaptasikan secara lokal dan dan dapat diadaptasikan pada kondisi lingkungan, budaya, sosial ekonomi, dan biofi sik tertentu atau spesifi k.

Teknologi tersebut memiliki dampak signifi kan terhadap peningkatan mata pencaharian keluarga petani dan masyarakat di sekitarnya. Dampak-dampak signifi kan yang dimaksud melipu peningkatan profi tabilitas usaha petani, mengurangi risiko ekonomi dan meningkatkan daya saing rantai pasok (supply chain).

Input (fi sik dan jasa) yang dibutuhkan untuk menerapkan teknologi tersebut tersedia secara lokal dan terjangkau oleh para petani.

2.2. Strategi Pendekatan Model

M-P3MI merupakan suatu program pengembangan model pembangunan pertanian melalui inovasi dalam kawasan spesifi k lokasi berbasis sumberdaya lokal dengan pendekatan agribisnis.

M-P3MI dilaksanakan secara par sipa f dengan perencanaan dari bawah (bo om up planning) melalui pemberdayaan masyarakat petani.

Pemilihan komoditas dan inovasi teknologi yang dikembangkan, ditentukan dan dibangun oleh masyarakat secara musyawarah, berdasarkan potensi dan pasar, serta berbasis pada masalah pengembangannya.

Dukungan infrastruktur pertanian menjadi prasyarat utama dalam pengembangan model pembangunan pertanian ini, dan menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah/Dinas terkait/Petani.

1)

2)

3)

4)

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI

5Badan Peneli an dan Pengembangan Pertanian

Bantuan input produksi hanya diberikan pada tahap awal pelaksanaan penerapan teknologi, dinilai sebagai pinjaman yang harus dikembalikan untuk digunakan sebagai modal bergulir kelompok.

2.3. Tujuan

Tujuan utama M-P3MI adalah untuk mempercepat arus diseminasi teknologi, memperluas spektrum atau jangkauan sasaran penggunaan teknologi berbasis kebutuhan pengguna, dan meningkatkan kadar adopsi teknologi inova f Badan Litbang Pertanian serta untuk memperoleh umpan balik untuk penyempurnaan model pengembangan.

M-P3MI dirancang untuk memperkuat program pembangunan pertanian, sebagai modus diseminasi dan laboratorium lapang peneli an dan pengembangan Badan Litbang Pertanian.

Penguatan modus diseminasi:

Memfasilitasi penumbuhan dan pembinaan percontohan sistem dan usaha agribisnis berbasis pengetahuan dan teknologi inova f.

Membangun pengadaan sistem pendukung penerapan teknologi (antara lain benih, proto pe alat/mesin pertanian, usaha pasca panen skala komersial) secara luas dan desentralis k.

Menyediakan informasi, konsultasi dan sekolah lapang untuk pemecahan masalah melalui penerapan inovasi pertanian bagi para prak si agribisnis.

Memfasilitasi dan meningkatkan kemampuan masyarakat dan pemerintah setempat untuk pengembangan dan pembinaan percontohan sistem dan usaha agribisnis berbasis pengetahuan dan teknologi secara mandiri.

Penguatan Laboratorium Lapang:

Menyelenggarakan unit percontohan untuk mediasi percepatan dan perluasan spektrum penggunaan teknologi Badan Litbang Pertanian.

Mengevaluasi dan menyempurnakan kinerja komersialisasi teknologi hasil Badan Litbang Pertanian.

5)

1)

2)

3)

4)

a.

b.

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI

6 Badan Peneli an dan Pengembangan Pertanian

Melaksanakan pengkajian untuk pengembangan teknologi tepat guna secara par sipa f, bersama-sama dengan pengguna dan stakeholder di daerah.

2.4. Keluaran dan ManfaatKeluaran akhir dari M-P3MI adalah Model Pembangunan Pertanian

Perdesaan dengan mengop malkan penggunaan sumberdaya pertanian di perdesaan.

Secara rinci keluaran M-P3MI adalah sebagai berikut:

Model kelembagaan sistem dan usaha agribisnis berbasis pengetahuan dan teknologi inova f.

Model pengadaan sistem pendukung penerapan teknologi (antara lain benih, proto pe alat/mesin pertanian, usaha pasca panen skala komersial) secara luas dan desentralis k.

Model penyediaan sistem informasi inovasi, konsultasi dan sekolah lapang bagi para prak si agribisnis.

Model pendampingan pembinaan kemampuan masyarakat dan pemerintah setempat untuk melanjutkan pengembangan dan pembinaan percontohan sistem dan usaha agribisnis berbasis pengetahuan dan teknologi secara mandiri.

M-P3MI ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pembangunan sektor pertanian sebagai berikut:

Terjadinya percepatan penyebaran inovasi pertanian yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian dalam mendukung pengembangan sistem dan usaha agribisnis.

Terjadinya perluasan jangkauan penggunaan teknologi kepada berbagai pengguna utama dan pengguna usaha di sektor pertanian dalam jangka waktu rela f singkat.

2.5. SasaranMeningkatnya produksi pertanian unggulan di perdesaan menuju pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan.

Meningkatnya nilai tambah, daya saing dan ekspor berbagai usaha agribisnis di perdesaan dengan tumbuh kembangnya industri hilir

c.

a.

b.

c.

d.

a.

b.

a.

b.

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI

7Badan Peneli an dan Pengembangan Pertanian

pertanian yang berbasis sumberdaya lokal dengan sun kan inovasi teknologi dan manajamen agribisnis.

Op malisasi penggunaan sumberdaya pertanian di perdesaan untuk memaksimumkan pendapatan dan konstribusi sub sektor pertanian terhadap total pendapatan petani

Semakin banyak jumlah petani atau peternak yang mengadopsi teknologi dalam waktu rela f singkat, melalui penggunaan dan pemanfaatan berbagai channel diseminasi.

c.

d.

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI

9Badan Peneli an dan Pengembangan Pertanian

3. Indikator Kinerja

Untuk mengukur keberhasilan penerapan M-P3MI di lapangan perlu ditetapkan indikator kinerja, melipu aspek penggunaan input, proses, output, outcome, benefi t dan dampak.

Indikator keberhasilan (performance) yang harus dipenuhi ialah :

Peningkatan produk vitas, efi siensi usaha, pendapatan petani setelah adanya percontohan.

Peningkatan op malisasi penggunaan sumberdaya pertanian dapat diukur melalui Indek Pertanaman sebelum dan sesudah percontohan, atau macam cabang usaha yang diusahakan (integrasi) sesudah dilakukan percontohan.

Tercapainya diversifi kasi produk baik secara horisontal atau ver kal sesudah dilakukan percontohan. Diversifi kasi horisontal yaitu volume dan macam produk yang dihasilkan, diversifi kasi ver kal yaitu mutu atau kualitas produk yang dihasilkan sebelum dan sesudah dilakukan percontohan.

Peningkatan pemberdayaan kelembagaan pendukung usaha agribisnis dapat diukur dari ak vitas kelembagaan kelompok tani, pasar input, pasar output, kemitraan yang terjadi sesudah dilakukan percontohan.

Peningkatan perkembangan jumlah adaptor dari model percontohan setelah pelaksanaan percontohan, yaitu jumlah adaptor dalam desa, luar desa, luar kecamatan, dan luar kabupaten.

1)

2)

3)

4)

5)

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI

11Badan Peneli an dan Pengembangan Pertanian

4. Rancangan Program

Perancangan M-P3MI dilakukan secara sistema s ke dalam empat fase yang masing-masing fase terdiri dari beberapa tahapan.

4.1. Fase I : Inisiasi ModelKegiatan yang dilakukan pada fase ini terdidi dari 4 (empat) tahapan,

yaitu:

Penentuan Lokasi.

Pemilihan lokasi sangat menentukan keberlangsungan kegiatan M-P3MI. Lokasi harus dipilih memenuhi kriteria yang tepat menjadi prasyarat untuk mendorong keberhasilan dan pencapaian tujuan.

Kriteria pemilihan lokasi dan Poktan/Gapoktan adalah sebagai berikut :

Sentra produksi atau kawasan prioritas pengembangan komoditas oleh Pemda setempat. Dalam hal ini, lokasi ditempatkan di lokasi yang sebelumnya sudah ada kegiatan sinergi antara berbagai program strategis Kementerian Pertanian seper PRIMATANI, PUAP, SLPTT, PSDSK, P2KH, FEATI, LM3, P4MI.

M-P3MI bisa ditempatkan di salah satu lokasi penyelenggaraan program strategis yang dinilai memiliki perspek f pengembangan ke depan. Di lokasi ex PRIMATANI, atau di salah satu program strategis Kementerian Pertanian lainnya seper yang telah dikemukakan.

Letak lokasi M-P3MI harus strategis, baik dari aspek jarak maupun aksesibilitas, mudah dijangkau sehingga mudah melakukan advokasi kepada Pemda, Assosiasi petani, LSM, Perguruan Tinggi, Swata, Anggota DPRD, Camat dan Kepala Desa.

Poktan/Gapoktan yang akan melaksanakan percontohan, dipilih dari Poktan/Gapoktan yang sudah atau sedang ada kegiatan program Pemda, atau program lainnya seper PUAP, FEATI, P4MI, dll.

1)

a.

b.

c.

d.

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI

12 Badan Peneli an dan Pengembangan Pertanian

Dari sisi agroekosistem, M-P3MI difokuskan di ga agroekosistem, yaitu lahan sawah, lahan kering dan lahan pasang surut. Sedangkan berdasarkan basis komoditas difokuskan pada komoditas pangan, hor kultura, perkebunan dan peternakan.

2) Iden fi kasi Permasalahan

Kegiatan ini dilakukan selain untuk menjadi langkah untuk mencarikan solusi pemecahan permasalahan yang dihadapi petani dan pelaku agribinis juga sekaligus untuk merancang dan memperbaiki teknologi petani (exis ng technology).

Jenis data dan informasi yang dikumpulkan pada saat iden fi kasi permasalahan adalah sebagai berikut:

Keragaan data bio-fi sik dan sosial ekonomi petani: Data bio-fi sik misalnya topografi , sumber air permukaan, pola curah hujan, jenis lahan atau tanah. Data sosial ekonomi, misalnya akses, transportasi, struktur keluarga petani, struktur penguasaan lahan pertanian.

Keragaan exis ng teknologi misalnya teknologi budidaya tanaman atau ternak, pola tanam dan pola usahatani yang biasa dilakukan petani.

Keragaan exis ng produk vitas usahatani yang dilakukan petani, pendapatan petani dan sumber pendapatan petani selama setahun terakhir.

Keragaan exis ng kelembagan kelompok petani, kelembagaan pasar sarana produksi, kelembagaan pasar hasil pertanian, kelembagaan kredit pertanian.

Potensi, masalah dan peluang pengembangan pertanian. Potensi melipu kemungkinan dilakukan intensifi kasi, diversifi kasi produk atau usaha, dan integrasi dengan usaha lain. Sedangkan peluang adalah kemungkinan untuk menambah skala usaha akibat dari adanya peluang pasar atau permintaan. Masalah termasuk masalah teknis dan sosial ekonomi.

3) Perancangan Model

Perancangan model didasarkan pada hasil iden fi kasi potensi, masalah dan peluang pengembangan pertanian. Orientasi

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI

13Badan Peneli an dan Pengembangan Pertanian

perancangan model berbasis komoditas unggulan, diversifi kasi usaha (ver kal horisontal).

Pada M-P3MI yang berbasis budidaya tanaman, penyusunan model diawali dengan penataan pola tanam termasuk peningkatan IP.

Inovasi yang perlu diperkenalkan mencakup inovasi teknologi dan kelembagaan. Inovasi teknologi diarahkan pada upaya untuk menghasilkan produk yang berdaya saing di pasar domes k (teknologi budidaya/pra panen dan pasca panen), dan diversifi kasi ver kal (pengolahan hasil) sesuai kebutuhan pasar.

Pada M-P3MI berbasis integrasi tanaman-ternak (diversifi kasi horisontal), inovasi yang diperkenalkan in nya sama dengan M-P3MI yang berbasis tanaman yaitu bermuatan teknologi dan kelembagaan.

Pada integrasi ini inovasi teknologi diarahkan pada upaya mengop malkan sumberdaya petani. Dalam hal ini pada usaha ternak dikembangkan teknologi untuk menghasilkan pupuk kandang dan biogas. Pupuknya dimanfaatkan untuk tanaman dan biogas sebagai bahan bakar. Dari tanaman, limbahnya untuk pakan ternak.

Inovasi kelembagaan, utamanya diarahkan pada aspek pemberdayaan poktan atau gapoktan, kelembagaan pasar input/output dan permodalan usaha serta kemitraan dengan pihak lain (pemilik modal dan pedagang).

Pada saat mendisain model perlu melibatkan berbagai pihak terkait melipu petani/kontak tani, Pemda setempat, dan pihak lain yang berkepen ngan yang mampu menunjang kegiatan usaha agribisnis pedesaan. Sumber teknologi dengan memanfaatkan hasil peneli an, pengkajian atau lembaga lain di luar Badan Litbang Pertanian.

4) Implementasi Model

Disain atau rancangan M-P3MI yang telah mendapat dukungan berbagai pihak selanjutnya diimplementasikan di lapangan dalam bentuk Unit Percontohan yang berskala pengembangan dan berwawasan agribisnis.

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI

14 Badan Peneli an dan Pengembangan Pertanian

Skala pengembangan disesuaikan dengan basis komoditas yang diusahakan. Skala percontohan bertujuan agar pihak pengguna/stakeholder yakin bahwa teknologi tersebut mampu beradaptasi baik terhadap lingkungan bio-fi sik dan sosial ekonomi petani.

Agar spektrum diseminasi teknologi yang diuji cobakan semakin luas, ada dua kondisi yang harus dipenuhi:

Pertama, teknologi yang didiseminasikan harus kompa bel dengan permasalahan petani yang sedang dihadapi, atau teknologi yang didemonstrasikan merupakan teknologi yang mampu memecahkan permasalahan petani. Disamping itu teknologi harus bersifat tepat guna, menguntungkan, sesuai kebutuhuan, dak rumit, hasilnya nyata, biaya murah dan teruji.

Kedua, untuk menjamin ngginya efek vitas adopsi, khususnya bagi petani dengan pengetahuan yang rela f rendah, adalah melalui peragaan langsung di lapang menggunakan percontohan dengan skala pengembangan.

Perluasan spektrum diseminasi suatu teknologi dapat menggunakan beberapa agen atau media. Agen yang dapat digunakan adalah agen yang bersifat formal dan atau informal. Agen formal misalnya para Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang ada di se ap desa, petugas pertanian dari ngkat provinsi, kabupaten hingga kecamatan.

Agen informal adalah, petani, kontak tani, pemuka agama tokoh atau orang yang berpengaruh di desa, kios saprodi yang ada di desa atau ngkat kecamatan atau kabupaten, lembaga swadaya atau perkumpulan yang ada di desa, seper arisan, pengajian dan perkumpulan lainnya. Sedangkan media yang dapat digunakan misalnya media tercetak atau elektronik.

Memperluas spektrum percepatan inovasi teknologi dapat dilakukan melalui petani atau kontak tani, dengan menggunakan pendekatan Farmer Empowerment Through Agricultural and Technology Informa on (FEATI). Pendekatan ini melalui pemberdayaan petani khususnya petani kooperator pelaksana percontohan, sehingga mereka mampu menjadi Penyuluh Swadaya di lingkungannya. Dengan mampu mencetak petani menjadi Penyuluh Swadaya, diharapkan proses diseminasi kepada petani lain dalam satu target sasaran pengembangan (petani/peternak) dalam desa, luar desa hingga desa luar kecamatan) akan berjalan secara konsisten bertahap dan alami.

Percepatan inovasi teknologi dapat juga melalui penggunaan pola P4MI (Program Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi). Melalui wadah KID

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI

15Badan Peneli an dan Pengembangan Pertanian

(Komisi Investasi Desa) yang dibentuk secara musyawarah, beranggotakan para petani, tokoh masyarakat dan perangkat desa. Tahapan percontohan teknologi yang didemontrasikan dilaksanakan oleh KID, sehingga proses pembelajaran langsung kepada anggota KID yang terlibat.

Percontohan yang akan dikerjakan direncanakan, dilaksanakan dan diawasi secara bersama-sama oleh anggota KID di lapang. Melalui pendekatan ini petani merasa memiliki program tersebut sehingga mereka menjadi semakin bertanggung jawab dalam mencapai tujuan. Dengan demikian secara otoma s petani pelaksana percontohan juga mampu menjadi Penyuluh Swadaya di lingkungannya.

Tujuan menggunakan berbagai channel diseminasi adalah agar diseminasi teknologi kepada pengguna dapat dipercepat. Percepatan adopsi suatu teknologi dicirikan oleh dua hal yaitu; percepatan atau perpendekan waktu adopsi, perluasan jangkauan atau perbanyakan adopter atau kombinasi dari keduanya.

Praktek penyebaran informasi melalui mul channel sudah berlangsung di ngkat lapang. Salah satunya seper ditampilkan dalam Gambar 1 yang merupakan hasil peneli an Hendayana, dkk (2009).

Agar pelaksanaan percontohan yang diselenggarakan sesuai rencana, maka pada tahapan ini dilakukan monitoring dan evaluasi (Monev). In kegiatan yang di monev diarahkan pada aspek teknis, sosial ekonomi dan kelembagaan.

Gambar 1. Saluran Penyampaian Informasi Teknologi

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI

16 Badan Peneli an dan Pengembangan Pertanian

Selama dilakukan pengujian yang dimotori oleh BPTP, dibutuhkan dukungan dan peran ak f Pemda setempat, swasta, petani, kelompok tani dan Gapoktan, dukungan dari Badan Litbang Pertanian, Perguruan Tinggi dan prak si pertanian, sampai terwujudnya model pengembangan pertanian perdesaan berwawasan agribisnis.

4.2. Fase II : Pengawalan TeknologiFase pengawalan teknologi dilakukan pada tahap pengembangan model

di ngkat lapang, disesuaikan dengan keadaan bio-fi sik dan sosial ekonomi petani dan lingkungan pasar. Sehingga kegiatan ini masih berada dalam koridor tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Badan Litbang Pertanian.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pengawalan model, secara simultan juga dilakukan promosi, advokasi kepada berbagai pihak melipu Pemerintah Daerah, Anggota DPRD, Perguruan Tinggi, LSM, Swasta, Asosiasi Petani, Camat dan Kepada Desa.

Untuk mendukung terjadinya percepatan pengembangan model, dilakukan melalui berbagai channel dengan konsep Spektrum Diseminasi Mul Channel (SDMC) (Gambar 2).

Tahapan kegiatan pengembangan model percontohan, melipu :

Melakukan kegiatan intensifi kasi komoditas unggulan yang dipilih, dengan jalan mempersempit terjadinya yield gap melalui peningkatkan produk vitas per satuan unit atau peningkatan efi siensi usaha, sehingga daya saing produk tersebut meningkat di pasaran.

Melakukan diversifi kasi, yaitu melalui peningkatan Indek Pertanaman (IP) bagi tanaman semusim, atau meningkatkan nilai tambah produk yang dihasilkan melalui teknologi pasca panen (diversifi kasi ver kal).

Op malisasi penggunaan sumberdaya pertanian yang dimiliki petani, melalui integrasi dengan usaha lainnya yang memungkinkan secara bio-fi sik dan sosial ekonomi.

Meningkatkan pemberdayaan kelembagaan pendukung usaha agribisnis melipu : pemberdayaan kelompok tani, kelembagaan pasar input maupun output. Kelembagaan input misalnya dengan memproduksi benih sendiri (sebagai penangkar benih)

1)

2)

3)

4)

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI

17Badan Peneli an dan Pengembangan Pertanian

bila ketersediaan benih di ngkat petani terbatas/sulit didapat, atau membeli kebutuhan sarana produksi yang dibutuhkan secara kelompok. Kelembagaan pasar output, misalnya membentuk kelompok penjual hasil secara bersama agar posisi tawar (bargaining posi on) petani menjadi meningkat. Inisiasi kemitraan dengan pihak lain, misal kemitraan penyediaan modal tunai atau input produksi, kemitraan pemasaran melalui MOU dengan pihak pembeli.

5) Promosi dan Advokasi Untuk meningkatkan spektrum diseminasi teknologi yang dicontohkan pada skala percontohan kepada Poktan dan Gapoktan lainnya, perlu dilakukan melalui promosi dan advokasi.

Kegiatan advokasi ini sangat pen ng dilakukan sebagai upaya promosi kegiatan yang dilakukan kepada pengguna maupun kepada pemangku kepen ngan di daerah, melipu Pemerintah Daerah, Anggota DPRD, Perguruan Tinggi, LSM, Swasta, BUMN, Asosiasi Petani, Camat dan Kepala Desa.

Gambar 2.Spectrum Diseminasi Mul Channel

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI

18 Badan Peneli an dan Pengembangan Pertanian

6) Time frame untuk mendapatkan model pengembangan teknologi berwawasan agribisnis dapat dilakukan dalam jangka menengah (3 tahun) hingga jangka panjang (5 tahun). Time frame ini sangat tergantung kepada jenis komoditas unggulan yang akan dikembangkan.

Selama proses pengawalan percontohan lapang, perlu dikumpulkan data dan informasi yang relevan antara lain:

Data input output se ap cabang usahatani, yaitu analisis usahatani se ap komoditas atau cabang usahatani yang teknologinya diperbaiki melalui kegiatan percontohan, cakupan waktunya bisa musiman atau tahunan.

Perkembangan kelembagaan pendukung, melipu data perkembangan atau kemajuan dari kelembagaan kelompok tani, kelembagaan pasar sarana produksi, kelembagaan pasar hasil pertanian, kelembagaan kredit usahatani, perkembangan dalam satu tahun anggaran. Kelembagaan ini berkembang karena adanya intervensi pengkaji yang dilakukan selama proses kajian berlangsung.

Perkembangan respon petani kooperator dan non kooperator, melipu data mengenai persepsi pengguna maupun stakeholder tentang teknologi yang sedang dikembangkan. Tujuannya untuk mendapatkan umpan balik guna perbaikan teknologi yang sedang didemontrasikan.

Perkembangan dukungan dari Pemda setempat, melipu data perkembangan dukungan Pemda setempat dalam hal ini konstribusi Dinas Pertanian, baik berupa bantuan material, dukungan pengembangan teknologi ke target area lain dan dukungan lainnya.

Perkembangan dukungan dari LSM, pihak swasta atau perorangan misalnya prak si agribisnis, berupa material, dukungan pengembangan teknologi atau promosi teknologi, serta dukungan lainnya dalam penyebaran teknologi kepada pengguna lainnya.

Perkembangan kemitraan dengan pihak lain, data dukungan dari pihak mitra dalam pengembangan teknologi tersebut, baik

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI

19Badan Peneli an dan Pengembangan Pertanian

dari mitra formal misalnya Dinas Pertanian setempat seper BPSB, Balai Benih Induk, atau pihak swasta dalam penyediaan kredit usahatani dan sarana produksi pertanian atau dalam hal pemasaran hasil.

Kegiatan kunjungan atau temu lapang pada kelompok tani/gapoktan lainnya, data yang dikumpulkan adalah frekuensi pelaksanaan dalam satu tahun berjalan dan jumlah peserta atau tamu dan asalnya dari se ap kegiatan tersebut.

Untuk mengungkap perkembangan kunjungan pelaku agribisnis lainnya, data yang dikumpulkan adalah frekuensi pelaksanaan selama setahun berjalan, dan jumlah peserta dan siapa yang datang dari se ap kegiatan tersebut.

Data diatas pen ng dikumpulkan dan dianalisis untuk mengetahui perkembangan keberhasilan yang telah dicapai dari se ap kegiatan, serta sebagai feedback untuk perbaikan teknologi yang sedang dikembangkan bila dibutuhkan.

4.3. Fase III: PengembanganFase ini merupakan tahap Pengembangan Kawasan Agribisnis ke target

sasaran yang lebih luas, sebagai wujud pemasalan dari penerapan model dan sekaligus merupakan langkah keberlanjutan (exit strategy).

Dalam fase pengembangan model ini, peran utama berada di pihak Direktorat Jenderal Teknis terkait sesuai komoditas unggulan yang dikembangkan, yaitu Ditjen Tanaman Pangan, Ditjen Perkebunan, Ditjen Peternakan, dan Ditjen Hor kultura serta Dinas Pertanian Propinsi, Kabupaten hingga BPP. Posisi Badan Litbang Pertanian dalam fase ini ber ndak sebagai narasumber dalam mendukung penyediaan teknologi yang dibutuhkan dan mengawal penerapannya di lapangan.

Penyelenggaraan Program M-P3MI ini secara diagrama s digambarkan dalam bagan alir (Gambar 3).

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI

20 Badan Peneli an dan Pengembangan Pertanian

4.4. Fase IV: Pemasalan

Model yang telah teruji keunggulannya dari aspek teknis, ekonomis, sosial dan aspek kelembagaan, dilakukan pemasalan pengembangannya ke target area yang lebih luas.

Pemasalan yang dimaksud adalah mempromosikan dan mereplikasi model dalam wujud pengembangan model percontohan ke sasaran yang lebih luas. Tujuan dari pemasalan model tersebut adalah untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan pertanian ke arah terwujudnya pertanian unggulan berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal, meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, daya saing, ekspor dan kesejahteraan petani.

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI

21Badan Peneli an dan Pengembangan Pertanian

ROAD MAP

Peta Jalan (Road Map) Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI) adalah sebagai berikut:

URAIANTAHUN

I II III IV V

TUJUAN

Penentuan lokasiIdentifi kasi database lokasiPerencanaan Model Pengembangan Pertanian

••

Perencanaan model pengembangan mendekati model ideal yang direnca-nakan

Penyempurnaan Model Pengembangan mendekati model ideal yang direncanakan

Model ideal pengembangan pertanian sesuai dengan yang direncana-kan

Mendapatkan Model yang siap untuk dikem-bangkan (masalisasi Model)

MANFAAT

Data dasar untuk mengukur perkembangan keberhasilan implementasi Model

Sumberdaya pertanian menjadi dimanfaatkan lebih optimal dari sebelumnya

Penggunaan sumberdaya pertanian menjadi optimal

Penggunaan sumberdaya pertanian menjadi optimal serta pendapatan petani maksimal

Model terdiseminasi melalui berbagai channel; Target area menerapkan model

OUTPUT

Lokasi ujicoba model Data baseline lokasiModel Pengembangan PertanianData perkembangan ujicoba Model

••

Model Pengembangan mendekati Model ideal yang direncanakan

Model Pengembangan sesuai dengan model yang direncanakan

Model ideal siap dikembangkan ke target area yang lebih luas

Model yang siap dikembangkan (masalisasi)

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI

22 Badan Peneli an dan Pengembangan Pertanian

URAIANTAHUN

I II III IV V

KEGIATAN

Pemilihan lokasiIdentifi kasi potensi, masalah, peluang lokasi ujicoba ModelPerencanaan/disain Model Pengembangan PertanianImplementasi Model perbaikan teknologi komoditas unggulan

Implementasi Model perbaikan teknologi komoditas unggulanOptimalisasi sumberdaya pertanian melalui peningkatan produktivitas dan efi siensi komoditas unggulan, serta integrasi dengan komoditas non unggulanPemberdayaan kelembagaan kelompok tani, kelembagaan pemasaran input dan hasil, serta kelembagaan agribisnis lainnya

Implementasi Model perbaikan teknologi komoditas unggulanOptimalisasi sumberdaya pertanian melalui peningkatan produktivitas dan efi siensi komoditas unggulan, serta integrasi dengan komoditas non unggulanPemberdayaan kelembagaan kelompok tani, kelembagaan pemasaran input dan hasil, serta kelembagaan agribisnis lainnyaAdvokasi/promosi Model ke kelompok tani lainnya, stakeholder (Tingkat Pusat, Dinas TK I dan TK II, kecamatan, desa, agen-agen pembangunan pertanian lainnya, DPRD)Melakukan diseminasi Model menggunakan berbagai channel yang sesuai

Implementasi Model perbaikan teknologi komoditas unggulanOptimalisasi sumberdaya pertanian melalui peningkatan produktivitas dan efi siensi komoditas unggulan, serta integrasi dengan komoditas non unggulanPemberdayaan kelembagaan kelompok tani, kelembagaan pemasaran input dan hasil, serta kelembagaan agribisnis lainnyaAdvokasi/promosi Model ke kelompok tani lainnya, stakeholder (Tingkat Pusat, Dinas TK I dan TK II, kecamatan, desa, agen-agen pembangunan pertanian lainnya, DPRD)Melakukan diseminasi Model menggunakan berbagai channel yang sesuai

Pemasalan Model Pengembangan oleh pemangku kebijakan tingkat pusat dan daerah

KETERANGAN:

Time frame kegiatan disesuaikan dengan jenis komoditas unggulan (tanaman semusim me frame-nya lebih cepat dibandingkan dengan tanaman tahunan atau ternak).

Model ideal teknologi pengembangan, melipu perbaikan teknologi komoditas unggulan, terintegrasi dengan komoditas non unggulan, didukung oleh kelembagaan yang berwawasan agribisnis, untuk op malisasi penggunaan sumberdaya pertanian.

1)

2)

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI

23Badan Peneli an dan Pengembangan Pertanian

Gambar 3. Bagan Alir Pembentukan M-P3MI

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI

25Badan Peneli an dan Pengembangan Pertanian

5. Organisasi Pelaksana, Pembiayaan dan Jadwal Kegiatan

5.1. Organisasi Pelaksana

M-P3MI merupakan program berbasis agroekosistem bersifat lintas ins tusi lingkup Kementerian Pertanian mulai dari Pusat sampai Daerah sehingga organisasi pelaksanaan juga bersifat lintas ins tusi sebagai berikut:

I. Tim Pengarah

Ketua : Menteri Pertanian

Anggota : Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal/ Kepala Badan Lingkup Kemtan, Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan Kemtan

II. Tim Pembina

Ketua : Kepala Badan Peneli an dan Pengembangan Pertanian

Sekretaris : Sekretaris Badan Litbang PertanianKepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Anggota : Kepala Puslitbang Tanaman Pangan, Kepala Puslitbang Hor kultura, Kepala Pusllitbang Perkebunan, Kepala Puslitbang Peternakan, Kepala BBSDLP, Kepala PSEKP, Kepala BB Mektan, Kepala PUSTAKA, Kepala BB Biogen, Kepala BB Pascapanen

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI

26 Badan Peneli an dan Pengembangan Pertanian

III. Tim PelaksanaA. Pusat

Ketua : Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Sekretaris : Kabid Program dan Evaluasi, BBP2TPAnggota : -

-

-

-

Daerah

Focal Point : Kepala BPTP

Instansi Terkait : 1. Dinas Lingkup Pertanian Terkait ngkat kabupaten

2. Camat

3. Kepala Desa

4. Pengusaha Agribisnis

5. Ketua Kelompok Tani

I. Monitoring dan EvaluasiKetua : -Anggota : -

---

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI

27Badan Peneli an dan Pengembangan Pertanian

5.2. PembiayaanUntuk mendukung penyelenggaraan M-P3MI, biaya untuk program ini

terutama berasal dari DIPA Badan Litbang Pertanian. Untuk pengembangan Model oleh Badan Litbang Pertanian bersama dengan Direktorat Jenderal Lingkup Kementerian Pertanian, maka pembiayaan program ini dibebankan kepada masing-masing DIPA ins tusi yang terlibat.

5.3. Jadwal KegiatanTahun 2011 merupakan tahun pertama pelaksanaan M-P3MI yang

diawali dengan sosialisasi dan internalisasi ke seluruh BPTP. Kegiatan dimulai Februari 2011.

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI

28 Badan Peneli an dan Pengembangan Pertanian

6. Daftar Pustaka

Badan Peneli an dan Pengembangan Pertanian. 2005. Pedoman Umum Primatani. 2005. Badan Peneli an dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian Republik Indonesia.

Hendayana, R., A. Djauhari, Enrico S., A. Gozali, dan Sad Hutomo. 2009. Disain Model Percepatan Adopsi Inovasi Teknologi Program Unggulan Badan Litbang Pertanian. Laporan Peneli an SINTA 2009. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.

Simatupang, P. 2004. PRIMATANI Sebagai Langkah Awal Pengembangan Sistem dan Usaha Agribisnis Industrial. Analisis Kebijakan Pertanian .Volume 2 No. 3, September 2004 : 209 – 225.