67723426 Perencanaan Pelabuhan I

Embed Size (px)

Citation preview

  • PERENCANAAN PELABUHAN I Ir. H.R. SOENARNO. AS

    JURUSAN TEKNIK SIPIL INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

    J A K A R T A 2004

  • i

    KATA PENGANTAR

    Seperti kita ketahui sampai saat ini masih terasa kurangnya buku-buku berbahasa

    Indonesia yang membahas tentang Ilmu Pelabuhan, baik yang mengenai Teknik Pantai dan

    Teknik Pelabuhan ( Tidal and Coastal Engineering ) maupun operasi dan Manajemen Pelabuhan;

    serta hal-hal yang menyangkut Transportasi laut dalam rangka kegiatan Perhubungan Laut ,

    walaupun sudah banyak buku-buku tentang pelabuhan yang ditulis dalam bahasa asing.

    Oleh karena itu untuk kepentingan para mahasiswa dan generasi muda kita, maka kami

    berusaha menyusun buku Perencanaan Pelabuhan ini.

    Menurut pengalaman kami lebih dari seperempat abad memberi kuliah, khususnya dalam

    bidang pelabuhan, terasa kurang berhasilnya dalam menempuh studinya, antara lain disebabkan

    karena kurangnya minat baca bagi para mahasiswa; dan hal ini dapat dimengerti karena indikasi

    kurangnya minat baca tersebut disebabkan kurangnya mereka menguasai bahasa asing.

    Mengingat tenaga mereka apalagi sebagai sarjana sangat diperlukan negara dan

    masyarakat kita dewasa ini , maka merupakan kewajiban kita semua untuk menarik minat baca

    mereka dengan memberikan kemudahan-kemudahan berupa tulisan-tulisan ilmiah dalam bahasa

    Indonesia.

    Atas dasar kepentingan dan maksud tersebut diatas, mendorong kami untuk menyusun

    buku ini dengan segala kekurangan-kekurangan yang ada, kami berusaha menyajikan hal-hal

    yang secara langsung nantinya akan mereka gunakan dalam praktek.

    Walaupun buku ini belum selengkap yang diharapkan, namun buku ini sudah memuat

    dasar-dasar dan pokok pengetahuan sebagai bekal untuk nantinya mampu melaksanakan

    pekerjaan-pekerjaan pembangunan khususnya dibidang perhubungan laut dengan sebaik-baiknya.

    Tentu saja kami tidak hanya berhenti disini, melainkan dengan segala kekurangan yang

    ada , secara bertahap akan kami sempurnakan dan kami lengkapi sesuai dengan kemajuan

    teknologi yang mempengaruhi perubahan pada cara-cara kerja dan peralatan yang dimaksud.

    Puji syukur kami panjatkan atas Kehadirat ALLAH SWT , karena dengan rahmat dan

    Anugrah NYA kami dapat menyusun dan menyelesaikan buku Perencanaan Pelabuhan I.

    Kami mengucapkan terima kasih kepada teman dosen di ISTN yang telah membantu

    menyelesaikan pembuatan buku Pelabuhan I ini sdr Ir. Marsiano MSc , Ir. Rahardjo MT, Ir. Atjep

  • ii

    Sudaryanto MT dan teman-teman dosen lain yang tak dapat kami sebutkan satu persatu. Dan

    juga kepada semua pihak yang telah memberikan masukan-masukan yang sangat berarti dalam

    menyelesaikan tugas ini.

    Kami menyadari ,bahwa buku yang kami susun ini masih memiliki banyak kekurangan

    dan kelemahan. Oleh karena itu, kami menerima segala kritik dan saran yang bersifat positif

    untuk kami.

    Semoga Diktat ini memberikan banyak manfaat bagi kami pada khususnya dan bagi

    pembaca pada umumnya.

    Jakarta, 18 Januari 2005.

    Penulis.

  • iii

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar i

    Daftar Isi iii

    BAB I. PENDAHULUAN.

    I.1. Pemandangan Umum Tentang Pelabuhan. .... 1

    I.2. Macam-macam Pelabuhan Berdasarkan Kriteria. .... 4

    I.2.1. Berdasarkan Konstruksi Teknis. 4

    I.2.2. Berdasarkan Jenis Perdagangan. 4

    I.2.3. Berdasarkan Jenis Pungutan Jasa. 4

    I.2.4. Berdasarkan Kegiatannya. 4

    BAB. II. PASANG SURUT AIR LAUT.

    II.1. Pendahuluan . 6

    II.2. Berdasarkan Teori Seimbang dari NEWTON. . 6

    BAB. III. ARUS AIR LAUT.

    III.1. Pendahuluan. 12

    III.2. Cara Pengukuran Kecepatan dan Arah Arus. .... 14

    III.3. Pengukuran Kedalaman (ukuran kedalaman ) air laut ........................... 17

    BAB. IV. GELOMBANG ( WAVE PROPERTIES ).

    IV.1. Pendahuluan. 18

    IV.2. Gelombang. 19

    IV.3. Panjang dan kecepatan Gelombang. 21

    IV.4. Penyelidikan gelombang. 27

    IV.5. Wave Refraction dan Wave Diffraction. 28

    IV.6. Difraksi. 30

    IV.6. Equivalent Deepwater wave. 30

  • iv

    IV.7. Fetch. 31

    IV.8. Wave shoaling. 35

    IV.9. Wave Breaking. 35

    IV.10. Pengaruh gelombang didalam Pelabuhan. 36

    IV.11. Refleksi Gelombang. 37

    IV.12. Wave Runup dan Over topping. 40

    BAB. V. PENAHAN / PEMECAH GELOMBANG.

    V.1 Pendahuluan .. 48

    V.2. Macam-macam Breakwater. ... 48

    V.3 Pemilihan Type 49

    V.4. Keuntungan dan kerugian masing-masing type. .... 49

    V.5. Breakwater type Rublemound. .... 51

    Contoh soal Breakwater type Rublemound. 70

    Contoh soal Design konstruksi Breakwater type Caisson. 80

    BAB. VI. RAMALAN KEBUTUHAN FASILITAS PELABUHAN.

    VI.1. Pendahuluan. ... 91

    VI.2. Merencanakan Panjang Dermaga. ... 92

    VI.3. Merencanakan luas tempat penumpukan yang diperlukan. ... 94

    VI.4. Menentukan jumlah peralatan pelabuhan yang diperlukan. ... 95

    VI.5. Penggunaan Peralatan Pelabuhan. ... 96

    VI.5. Merencanakan banyaknya kapal Tunda. ... 97

    VI.6. Jarak labuih kapal. ... 101

    VI.7. Ukuran-ukuran kapal. ... 101

    BAB. VII. FENDER.

    VII.1. Pendahuluan. ... 103

    VII.2. Jarak perletakan masing-masing fender. ... 105

    VII.3. Contoh soal rencana penggunaan Fender. . 106

  • v

    BAB. VIII. PENGERUKAN ( DREDGING ).

    VIII.1. Pendahuluan. ... 109

    VIII.2. Pekerjaan Reklamasi. ... 109

    VIII.3. Capital Dredging dan Maintenance Dredging. ... 109

    VIII.4. Contoh soal. ... 110

    DAFTAR PUSTAKA. 113

    PENGALAMAN PENULIS . 114

    LAMPIRAN-LAMPIRAN.

    LAMP. A. Tentang

    Lamp. B. Tentang ..

    Lamp. C. Tentang ..

    Lamp. D. Tentang .

    Lamp. E. Tentang

  • Perencanaan Pelabuhan I Ir.H.R. Soenarno. AS

    1

    BAB I PEMANDANGAN UMUM PELABUHAN

    I. 1 PENDAHULUAN.

    Pelabuhan Laut merupakan terminal point antara angkutan darat dan angkutan

    laut, angkutan laut dan angkutan laut, serta angkutan laut dengan angkutan darat.

    Pelabuhan, kata aslinya adalah labuh yang berarti Pelabuhan laut, itu adalah tempat

    berlabuhnya kapal-kapal laut. Dahulu kala sungai-sungai merupakan alur pelayaran

    bagi perahu-perahu dan kapal-kapal, kapal-kapal tersebut biasanya sampai dimuara

    sungai berhenti berlabuh sambil menunggu cuaca baik agar dapat melanjutkan

    perlayarannya menuju antar pulau dan melaut kenegara lain.

    Karenanya muara-muara sungai dahulu merupakan pelabuhan, dimana kapal-

    kapal berlabuh (membuang jangkar/sauh). Perhubungan laut termasuk pelabuhannya

    merupakan prasarana (infrastructure) dari perekonomian. Sehubungan dengan

    perkembangan perekonomian, maka makin lama kapal-kapal makin besar, sehingga

    hanya kapal-kapal kecil melewati sungai-sungai dan kapal-kapal besar berlabuh

    dipelabuhan sebagai terminalnya. Selanjutnya pelabuhan dilengkapi dengan fasilitas-

    fasilitas tambat dan pergudangan serta pier atau penahan gelombang.

    Banyak Istilah-istilah kepelabuhanan yang belum ada terjemahannya dengan

    tepat, sehingga dalam hal-hal seperti itu terpaksa masih digunakan istilah asing;

    antara lain ;

    Kita kenal istilah Harbour dan Port dalam bahasa Inggris, terjemahannya keduanya

    adalah Pelabuhan sedangkan keduanya memang berbeda.

    Harbour : adalah tempat perairan yang cukup dalam untuk tempat kapal-kapal

    berada, bebas dari rintangan untuk navigasi dan terlindung dari taufan,

    sehingga kapal-kapal dapat berlabuh disitu dengan aman.

    Port : Harbour yang secara tetap digunakan oleh masyarakat yang sibuk

    berdagang dan bongkar muat angkutan laut. Jadi ringkasnya Port

    adalah Harbour yang telah dimanage (dilola).

  • Perencanaan Pelabuhan I Ir.H.R. Soenarno. AS

    2

    Harbour dipimpin oleh Harbour master (Syahbandar), contoh harbour di Indonesia

    adalah pelabuhan-pelabuhan Eretan, Pengandaran, Pacitan dan lain-lain.

    Port dipimpin oleh Port Administrator (Administrator Pelabuhan / Adpel)

    contoh Port di Indonesia adalah, Pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Perak, Belawan,

    Makassar dan lain-lain.

    I. 2. MACAM MACAM PELABUHAN :

    Dibawah ini disajikan suatu diagram tentang macam-macam pelabuhan.

    PELABUHAN MILITER

    PELABUHAN

    PELABUHAN NIAGA

    PELABUHAN UMUM PELABUHAN KHUSUS

    PEL MINYAK

    PEL PERIKANAN

    PEL BATU BARA

    PEL KAYU

    PEL PEMDA , DLL

    Pelabuhan Militer (Pangkalan Angkutan Laut) tidak akan kita bahas, yang kita bahas

    selanjutnya adalah Pelabuhan Niaga khususnya Pelabuhan Umum.

    Pelabuhan Umum di Indonesia dikendalikan oleh Negara jadi termasuk

    B.U.M.N (Badan Usaha Milik Negara)/ Harbour State Own Enterprises , sekarang di

    Indoensia BUMN yang dimaksud bernama Pelindo (Pelabuhan Indonesia) berbentuk

    PT (Persero) dan terdapat 4 Persero, yaitu :

    PT. Pelindo I berpusat di Belawan (Medan)

    PT. Pelindo II berpusat di Tanjung Priok (Jakarta)

  • Perencanaan Pelabuhan I Ir.H.R. Soenarno. AS

    3

    PT. Pelindo III berpusat di Tanjung Perak (Surabaya)

    PT. Pelindo IV berpusat di Makassar (Ujung Pandang)

    Dibina oleh Depertemen Perhubungan c.q Direktorat Jendral Perhubungan Laut.

    Pelabuhan dalam hal ini PT. Pelindo Persero wajib menyediakan fasilitas pelabuhan

    antara lain : dermaga dengan kelengkapan fender dan bolder, pergudangan dan open

    storage (tempat penumpukan) peralatan pelabuhan (port equipment) baik peralatan

    darat maupun peralatan dilaut seperti Crane, forklift, truck dan alat-alat bongkar

    muat lainnya, begitu pula pembangunan penahan gelombang (breakwater), kolam

    pelabuhan, alur pelayaran masuk, kolam tempat berputar kapal (turning basin),

    Dalam hal pergudangan pelabuhan wajib menyedikan Transit Shed (gudang lini I dan

    lini II), sedangkan gudang penyimpanan (lini III atau warehouse), swasta dapat

    membangun dengan izin pelabuhan sedangkan untuk air minum/air kapal bila

    mungkin pelabuhan menyediakan fasilitasnya, tetapi bila tidak, air kapal diambil dari

    perusahaan air minum walaupun dengan harga yang sangat tinggi dibanding dengan

    harga umum, Jaringan listrik juga disupply dari perusahaan Listrik Negara.

    Pelabuhan menyediakan tempat/lahan untuk Kantor, Perbankan, Kantor Bea dan

    Cukai, Kantor Karantina Depkes, Kantor Pelayaran, Kantor Ekspedisi Muatan Kapal

    Laut (EMKL), Kantor Keamanan (KP3

    Pembangunan fasilitas-fasilaitas tersebut diatas, khususnya bangunan air

    tidak mudah pelaksanaannya. Untuk keperluan tersebut perlu dipahami Tidal and

    Coastal Engineering yang mempelajari antara lain pasang surut, arus laut,

    gelombang dan teknik pantai.

    ) (Kepolisian di pelabuhan), Kantor

    Perdagangan dan Perindustrian, juga bila mungkin menyediakan lahan untuk

    galangan kapal.

    Untuk membangun kolam pelabuhan dan alur pelayarannya diperlukan

    Capital Dredging (pengerukan awal) dan untuk memelihara kedalamnya

    diperlukan Maintanance Dredging (pengerukan perawatan).

    Sebelum pelabuhan menjadi (berstatus) Perum (Perusahan Umum Negara) status

    pengerukan merupakan Divisi dari instansi pelabuhan .

    Pada saat pelabuhan ditetapkan sebagai Perum maka pengerukan juga

    ditetapkan sebagai Perum dan terpisah dari Perum pelabuhan. Pada tahun 1991

  • Perencanaan Pelabuhan I Ir.H.R. Soenarno. AS

    4

    seperti halnya pelabuhan pengerukan juga ditetapkan sebagai Persero dan disebut PT.

    Rukindo Persero.

    PT. Rukindo Persero merupakan perusahaan pengerukan yang memiliki armada

    keruk yang cukup besar, yakni terbesar ketiga di Asia setelah armada keruk dari

    Jepang dan Korea.

    I.3. MACAM-MACAM PELABUHAN BERDASARKAN KRITERIA

    Adapun macam-macam pelabuhan berdasarkan kriteria , maka dapat dikelompokan

    menjadi 4 kelompok sebagai berikut :

    a. BERDASAR KONSTRUKSI / TEKNIS 1) Pelabuhan alam : Pelabuhan secara alamiah sudah memenuhi kriteria.

    Berada diteluk atau muara sungai yang cukup dalam.

    2) Pelabuhan buatan : Pelabuhan yang dibuat dengan mengurug perairan untuk

    dijadikan pelabuhan dan jika diperlukan diberi pemecah atau penahan

    gelombang atau pier (tanggul) dan lain-lain.

    3) Artificially excavated port : Pelabuhan yang dibangun dengan mengeruk

    daratan/ pantai untuk dijadikan kolam pelabuhan.

    b. BERDASAR JENIS PERDAGANGAN

    1) Pelabuhan sungai : Untuk perdagangan local

    2) Pelabuhan pantai : Untuk perdagangan interinsuler

    3) Pelabuhan samudra : Untuk perdagangan internasional

    c. BERDASAR JENIS PUNGUTAN JASA : 1) Pelabuhan yang diusahakan : Pelabuhan yang dikelola oleh BUMN (Badan

    Usaha Milik Negara), di Indonesia PT. PELINDO (Persero).

    2) Pelabuhan yang tidak diusahakan : Pelabuhan di Indonesia yang tidak

    dikelola BUMN, tetapi langsung dikendalikan dibawah pemerintah cq

    Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.

    3) Pelabuhan otorita : di Indonesia contohnya Pelabuhan di Batam

    4) Pelabuhan Bebas : di Indonesia contohnya Pelabuhan Sabang.

  • Perencanaan Pelabuhan I Ir.H.R. Soenarno. AS

    5

    d. BERDASAR KEGIATANNYA ( UMUM / KHUSUS ) 1) Pelabuhan umum (Niaga/Commersial)

    2) Pelabuhan Industri : Plb. Miyak di Balikpapan, plb. Batubara di Tarahan

    Lampung, plb. Perikanan di Muara Karang, plb. Pupuk di PUSRI

    Pelembang, plb petrokimia di Gresik dan lain-lainnya.

    3) Pelabuhan Militer (pangkalan) : Pangkalan di Teluk Semangka Lampung,

    Pangkalan Angkatan Laut di Surabaya dan lain-lain

    4) Pelabuhan Kayu (Logpond) : Kolam pelabuhan penyimpan kayu-kayu.

    5) Pelabuhan Marina untuk Yacht, motor boat dan lain-lain

    6) Pelabuhan turis : untuk kapal-kapal pariwisata

    7) Pelabuhan untuk tempat berlindung (refuge) dan lain-lain.

  • Perencanaan Pelabuhan I Ir.H.R. Soenarno. AS

    6

    BAB II

    PASANG SURUT AIR LAUT

    II.1. PENDAHULUAN

    Pasang dan surut pada air laut terjadi akibat adanya gaja tarik Bulan

    dan/atau Matahari terhadap Bumi. Pasang berarti muka air laut lebih tinggi dari

    keadaan normal, sedang surut berarti lebih rendah dari keadaan normal.

    Terhadap gerakan/pasang surut ini ada 2 (dua) buah teori :

    1. Teori setimbang dari Newton (1687)

    2. Teori dinamis dari Laplace (1749 - 1827)

    II.2. BERDASARKAN TEORI NEWTON.

    Bumi

    merupakan bola padat yang dilapisi dengan air secara merata, pada tiap saat

    akan terjadi/terdapat situasi statis yang setimbang (momentaneous static stability).

    Gambar II.1. Kondisi Pasang Surut Air Laut.

    Absis : menyatakan waktu dalam satuan jam atau derajat.

    Ordinat : menyatakan tinggi permukaan air.

    24 jam - 50 menit - 28 detik

    12 jam - 25 menit - 14 detik

    A

    B

    D

    E F

    90180

    270 360 27090 180 3600

    a a

    EF = 2 a

    fase untuk tinggi h

    1/2

  • Perencanaan Pelabuhan I Ir.H.R. Soenarno. AS

    7

    __ __ __ __ AB = CD AB dan CD disebut Amplitudo Dalam Sinusoida tersebut diatas, digambarkan seakan-akan, Matahari mengelilingi Bumi dalam waktu 24 jam sedangkan Bulan mengelilingi Bumi dalam waktu 24 jam 50 menit 28 detik.

    Gambar II.2. Proyeksi Bumi padat saat terjadi pasang surut.

    Untuk mengetahui tinggi muka air laut setiap saat di setiap tempat, seperti yang

    tertera dalam buku pasang surut, kita gambarkan proyeksi Bumi padat saat terjadinya

    pasang surut seperti tersebut diatas.

    Banyaknya air yang melapisi Bumi (Hydrosteer) tidak berubah. Karena itu

    akibat gaya tarik Bulan / Matahari, maka lingkaran dengan Radius R berubah

    menjadi ellips yang luasnya sama.

    Persamaan = R2

    R = = ab

    ba. . ( 1 )

    BOAOa ==QOPOb ==

    A B

    Q

    O

    P

    R

    amplitudo=21

    F

    b

    E

    x

    y

    a

    Bumi

    Lapisan air ( hydrosfeer )

    Lingkaran

    Ellips

    FOB=FO=

  • Perencanaan Pelabuhan I Ir.H.R. Soenarno. AS

    8

    Misalkan a b = a = b + (2 ) (2) substitusi ke (1) menghasilkan :

    R = )( +bb = bb +2 = 22 )2/1( ++ bb = 2)2/1( +b = b +

    Karena sangat kecil terhadap b (

  • Perencanaan Pelabuhan I Ir.H.R. Soenarno. AS

    9

    RCOS = 221

    = Amplitudo ; cos 2 = cosinus phasenya ; R = Tinggi m.a laut.

    Jadi Tinggi muka air laut = Amplitudo x cos phase.

    Sekarang perlu diketahui besarnya gaya tarik benda-benda angkasa. Seperti telah

    diketahui gaya tarik antara 2 (dua) benda angkasa masing-masing dengan massa m1

    dan m2

    dengan jarak antara R sedang kedua benda tersebut tidak bergerak,

    m1 m

    M R 2

    Gambar II.3. Gaya Tarik benda angkasa dengan massa berbeda

    Maka besarnya gaya tarik :

    = CR

    mmK 221. C = konstanta.

    Bila m2 bergerak mengelilingi m1

    seperti halnya bulan mengelilingi bumi, maka

    dengan adanya gaya-gaya centrifugal gaya tarik menjadi :

    = CR

    mmK 321.

    Rumus ini kita pergunakan untuk membandingkan gaya tarik Bulan terhadap Bumi

    dan gaya tarik Matahari terhadap Bumi, seperti diketahui bahwa;

    Massa Matahari = 319.500 x massa Bumi

    Massa Bulan = 0,0125 x massa Bumi

    Jarak Matahari = 11.600 x Diameter Bumi

    Jarak Bulan = 30 x Diameter Bumi.

    Jadi :

    33 600.11319500:

    300125,0

    ....

    =MataharitarikGaya

    bulantarikGaya

  • Perencanaan Pelabuhan I Ir.H.R. Soenarno. AS

    10

    = 2,26 : 1

    Maka Amplitudo akibat gaya tarik Bulan = 2,26 kali, Amplitudo akibat gaya Tarik

    Matahari.

    Gambar II.4. Perbedaan sinusoida pasang surut Matahari dengan pasang surut Bulan

    Pasang surut diartikan dengan naik turunnya permukaan air secara periodic

    akibat gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi, serta terjadinya pergerakan

    dalam system kedudukan bumi bulan matahari. Meskipun benda-benda angkasa

    lainya menimbulkan gaya tarik pada bumi, tetapi bulan dan mataharilah penyebab

    utama terjadinya pasang surut yang diakibatkan oleh bulan lebih besar dari pada

    yang disebabkan oleh matahari (akibat matahari 44% dari akibat bulan) (1 / 2,26 =

    44 %).

    Pasang surut terbesar terjadi ketika kedudukan bumi bulan

    matahari berada pada satu garis lurus, yang disebut Spring tides

    sedangkan Pasang surut terkecil terjadi ketika kedudukan bumi

    bulan matahari membentuk garis tegak lurus yang disebut neap

    tides.

    Kondisi meteorologipun seperti perubahan tekanan barometrik dan perubahan musim

    dapat juga menyebabkan pasang surut, tetapi pengaruhnya tidak terlalu besar.

  • Perencanaan Pelabuhan I Ir.H.R. Soenarno. AS

    11

    Berdasarkan pengalaman banyak diketahui mengenai terjadinya pasang surut

    dipantai-pantai, tetapi sedikit sekali pengetahuan mengenai terjadinya perubahan

    muka air dilautan, gerakan pasang surut diikuti oleh gerakan mendatar yang disebut

    Arus pasang surut (tidal current).

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    12

    BAB III ARUS AIR LAUT

    III.1. PENDAHULUAN.

    Arus pasang surut merupakan arus periodik yang bervariasi menurut

    tempatnya dan tergantung dari :

    - Sifat pasang surut

    - Kedalaman air laut

    - Keadaan topografi

    Dipantai-pantai arus pasang surut akan berulang secara teratur (periodik), sedangkan

    dilautan akan berputar kembali arah dan kecepatan dari jam ke jam.

    Arus laut akibat pasang surut terjadi dari permukaan air laut sampai dasar perairan,

    karena arus akibat pasang surut jauh lebih penting bagi teknisi sipil dibanding arus

    laut yang diakibatkan oleh angin. Arus akibat angin ini hanya dipermukaan saja.

    Arus pasang adalah arus kearah darat, Arus surut adalah arus kearah laut, Arus

    pasang surut menimbulkan arus secundair

    Gambar III.1. Arah arus pasang, arus surut

    dan arus sekunder.

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    13

    Berdasarkan KEADAAN TOPOGRAFI, arus pasang surut dapat dibagi menjadi :

    a) Rotary Type, seperti arus dilautan dan disepanjang pantai

    b) Rectilinier atau Reversing Type, terjadi pada sebagian besar daerah pedalaman,

    seperti pada sungai-sungai.

    c) Hydraulic Type, seperti diselat-selat yang menghubungkan dua lautan.

    Selain arus pasang surut, dilautan terdapat pula arus-arus lain yang sangat

    sulit untuk dipelajari, karena sebetulnya semua arus itu terjadinya serentak, sukar

    untuk dipisah-pisahkan.

    Diantara arus-arus selain arus pasang surut, ialah :

    a) WIND DRIFT CURRENTS

    Bila angin bertiup diatas permukaan air, maka akan timbullah gesekan (shear

    stress) pada permukaan air tersebut, dan menyebabkan air terseret oleh gerakan

    angin. Arus ini biasanya lemah dan tidak merupakan faktor penting dalam

    sediment transport. Tentu saja angin yang bertiup dengan waktu lama (hari)

    pada daerah yang luas (mil persegi), akan menimbulkan arus yang cukup besar.

    b) WARE INDUCED CURRENT.

    Angin yang bertiup dipermukaan air akan memberikan energi pada air, dimana

    sebagian energi dipakai untuk membentuk arus permukaan, dan sebagian lagi

    untuk membentuk gelombang permukaan, pembagian energi ini sampai

    sekarang belum bisa diketahui. Dalam daerah dimana arus dan gelombang (wind

    waves) timbul pergerakan partikel air adalah variable, dan sesudah angin bertiup

    lagi atau arus dan gelombang bebas dari angin, maka arus disebut Inertia

    Current dan gelombangnya disebut Swell.

    III.2. CARA PENGUKURAN KECEPATAN DAN ARAH ARUS.

    Dalam hal ini terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan, diantaranya adalah menggunakan cara sebagai berikut : a) CARA SEDERHANA

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    14

    Dengan menggunakan pelampung

    Gambar III.2. Cara sederhana pengukuran Arah dan Kecepatan Arus.

    Arah perubahan tempat pelampung merupakan arah arus

    jamkmjamkm /2

    714

    =

    ; kecepatannya

    adalah

    b) DENGAN PERALATAN ( CURRENT METER)

    Kecepatan dan arah arus dapat diukur dengan dua cara :

    1) Eulerian Method : dengan menggunakan Current Meter

    2) Lagrangian method : dengan menggunakan Tracing Floats

    Arus dilaut adalah super posisi dari perioda tidal current dengan arus yang

    hampir terjadi setiap waktu, karena itulah kecepatan arus perlu diukur pada lapisan-

    lapisan yang berbeda setiap 30 menit sampai 1 jam, untuk selama 25 jam dengan

    current meter.

    Ada beberapa jenis current meter antara lain :

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    15

    - Ekman Merz Current meter

    - G.E.K (Geomagretic Current meter)

    - T - S. Self Recording Current meter

    - Omo Type self recording Current meter

    - Direct reading current meter

    III.3. FENOMENA ARUS TERHADAP BANGUNAN AIR

    Gambar III. 3. Perubahan contour dan terjadinya silting dan scouring sebagai akibat bangunan air yang masif. Apabila pada suatu teluk dengan arah arus tergambar, dibangun bangunan

    konstruksi dermaga beton misalnya berupa konstruksi masif dimana arus air tidak

    dapat lewat, maka akan terjadi pembelokan contour seperti terlihat dalam gambar

    garis-garis putus (----) dengan akibat yang fatal yakni :

    Disebelah kiri bangunan terjadi silting atau pendangkalan serta disebelah

    kanan bangunan terjadi scouring atau penggerusan dimana kedua hal ini merupakan

    kerugian, cela atau hal yang negatif, masih ditambah lagi kedalaman muka dermaga

    yang sesuai rencana adalah 10 meter dibawah LWS bisa berubah menjadi kurang

    dari 5 meter dibawah LWS misalnya, untuk mengatasi kejadian tersebut diatas, maka

    apabila pada suatu daerah perairan seperti diatas akan dibangun bangunan air,

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    16

    dermaga kapal misalnya, maka konstruksi dermaga tersebut tidak boleh berupa

    konstruksi masif, tetapi harus direncanakan dengan konstruksi tiang pancang

    sehingga air diberi jalan untuk tidak terhambat dan fenomena tersebut tidak terjadi,

    walaupun biaya yang diperlukan lebih mahal dari pada konstruksi masif, perlu

    diketahui bahwa biaya perbaikan apabila terjadi fenomena tersebut akan jauh lebih

    mahal dari pada perbedaan biaya sebelumnya.

    HHW = Highest highwater (duduk air tertinggi)

    HWS = High Water Springtide (duduk air tinggi rata-rata)

    MSL = Mean Sealevel (permukaan

    rata-rata air) LWS = Low Water Springtide (duduk

    air rendah rata-rata)

    LLW =Lowest Low Water (duduk air

    terendah)

    Gambar III.4 Istilah permukaan air laut

    III.4. PENGUKURAN KEDALAMAN (UKURAN KEDALAMAN) AIR LAUT :

    Permukaan air laut itu tidak tetap, seperti tergambar diatas, maka terdapat istilah

    sebagai berikut, Karena istilah baku bahasa Indonesia belum ada, maka kita sebut

    istilah asingnya, sehingga bila mempelajari buku asing dapat mengetahuinya seperti

    :H.H.W : Highest High Water yang artinya duduk air tertinggi

    H.W.L : High Water Springtide atau duduk air tinggi rata-rata

    M.W.S : Mean Sea Level atau permukaan Air rata-rata

    L.W.S : Low Water Springtide atau duduk air rendah rata-rata

    L.L.W : Lowest Low Water atau duduk air terendah

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    17

    Ukuran LWS merupakan ukuran Peil duga dilaut untuk menentukan ukuran

    kedalaman air (waterdepth) atau titik/garis 0 dilaut.

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    18

    BAB IV

    GELOMBANG ( WAVE PROPERTIES ).

    IV.1. PENDAHULUAN.

    Gambar IV.1. Kejelasan mengenai Panjang, Tinggi dan Periode Gelombang serta Puncak dan Lembah Gelombang

    L = Panjang gelombang (Wave length)

    H = Tinggi gelombang (Wave height)

    T = Periode gelombang (Wave period)

    Crest = Puncak gelombang

    Through = Lembah gelombang

    BENTUK GELOMBANG dipengaruhi oleh :

    1) Kecepatan angin meniup (wind velocity)

    2) Lamanya angin meniup (duration)

    3) Kedalaman air (waterdepth)

    4) Keadaan dasar laut (shape of the bottom)

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    19

    Bentuk tersebut dinyatakan dengan nilai perbandingan L/H.

    Contoh : Di danau dengan perairan yang dangkal L/H bernilai antara 9 s/d 15,

    untuk dilautan (samudra luas), nilai L/H antara 17 s/d 33

    Gelombang tidak mendapat geseran, karenanya jauh sekali, bahkan disamudra luas

    terdapat gelombang tanpa ada angin.

    IV.2. GELOMBANG (WAVE)

    Persoalan gelombang air laut (sea waves) merupakan masalah yang dapat

    dijumpai disetiap pelabuhan, akibat adanya gelombang, kita harus membangun

    breakwater (penahan gelombang / pemecah gelombang) untuk mendapatkan kolam

    pelabuhan yang tenang, sehingga kapal dapat bertambat dengan aman dan pekerjaan

    bongkar/muat dapat berjalan dengan lancar.

    Gelombang adalah juga penyebab utama terjadinya littoral drift, bahkan tidak

    jarang timbul gelombang besar beserta typhoon yang merusak, dimana kita belum

    mampu meramalkan kapan terjadinya gelombang tersebut.

    Bila gelombang dapat dimengerti dan dapat dianggap sebagai gerakan

    vertical dari permukaan laut, maka berdasarkan periode gerakannya, gelombang

    dapat dibagi sebagai berikut :

    a) CAPILLARY WAVES Yaitu gelombang dengan periode (T) 0,07 detik, panjang gelom bang (L) 1,7

    cm, dan tinggi gelombang (H) 2 3 cm.

    Bila periodenya 0,3 detik, Capillary waves disebut juga ripples

    b) Wind Waves

    Yaitu gelombang yang ditimbulkan oleh angin, dengan periode 10 15 detik,

    tinggi gelombang tidak jarang > 10 m (di Northen Pacific tinggi gelombang yang

    pernah dicatat mencapai 34 m)

    c) Swell

    Yaitu gelombang lanjutan dari wind waves yang telah bebas dari daerah tempat

    bertiupnya angin. Swell biasanya mempunyai periode yang lama ( 20 detik) dan

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    20

    tinggi gelombangnya makin lama makin berkurang sebanding dengan jarak yang

    ditempuh. Gabungan antara wind waves dengan swell, disebut Ocean waves atau

    sea waves.

    d) Long Period Waves

    Yaitu gelombang yang mempunyai periode 20 a 30 detik, dengan tinggi

    gelombang yang tidak begitu besar, long period waves sangat sulit diselidiki dan

    dimengerti.

    e) Tsunamis

    Yaitu gelombang yang timbul karena adanya gerakan tiba-tiba dari dasar laut,

    seperti gempa bumi tectonic dan atau vulcanic eruptions. Periodenya dapat

    berlangsung dari beberapa menit sampai 1 jam.

    Ada pula sejenis tsunamis yang disebabkan oleh Cyclone atau Typhoon, yaitu

    badai yang dapat berlangsung sampai beberapa jam dan dapat menimbulkan

    gelombang yang tinggi.

    Selain klasifikasi diatas, gelombang dapat pula dibedakan berdasarkan kedalaman

    air, yaitu :

    Deep water waves : h/L <

    Intermediate depth : 1/20 < h/L <

    Shallow water waves : 0 < h/L 1/20

    dimana h = kedalaman air (water depth)

    dan L = panjang gelombang (wavelength)

    Semua gelombang yang ada dilautan adalah irregular waves atau random waves, dan

    sangat sulit untuk dipelajari dan dianalisa. Untuk menganalisa dan membuat rumus-

    rumus kita harus menganggap regular waves, dengan tinggi gelombang tetap dan

    periode gelombang yang berlangsung tak terbatas.

    Berdasarkan anggapan ini kita bisa menyatakan besarnya suatu gelombang yakni

    dengan : Tinggi gelombang (H)

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    21

    Periode gelombang (T)

    Panjang gelombang (L)

    dan Kedalaman Air (h)

    IV.3. PANJANG DAN KECEPATAN GELOMBANG

    Kita mengenal kecepatan sebagai ukuran (speed) juga kecepatan bergerak (velocity)

    dan disini kita mengenal kecepatan yang disebut : Celerity.

    Bila kita melemparkan sobekan kertas kepermukaan air yang bergelombang, maka

    beberapa waktu kemudian sobekan kertas tersebut berpindah tempatnya, walaupun

    sobekan kertas tersebut tidak dapat bergerak sendiri seperti mobil misalnya dan

    airnya tidak bergerak, tidak ada arus melainkan gelombang yang dasarnya

    pergerakan vertical.

    Kecepatan bergerak sobekan kertas tersebut akibat energi gelombang yang disebut :

    Kecepatan merambat gelombang atau celerity energy propagatian dengan symbol

    (C).

    L=L

    hTg

    2tanh2. 2

    L

    hLgTLC

    2tanh

    2.

    ==

    dengan : g = percepatan gravitasi. C = celerity of propagation. Hubungan antara L, h, T, dan C dinyatakan sebagai berikut :

    L=L

    hTg

    2tanh2. 2 =

    Lh

    CLg

    2tanh

    2 22

    Jadi L

    hLgC

    2tanh2.2 =

    L

    hLgC

    2tanh2.

    =

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    22

    Untuk deepwater waves dan long waves ( shallow water waves) persamaan diatas

    dapat disederhanakan sebagai berikut:

    Deep water waves :

    22

    TgLo = dan TgCo 2

    =

    Long waves (Shallow water waves) : ghTL = dan ghC = a) Profil pada Gelombang (surface Profile) (m)

    Elivasi muka air diatas mean water level (MWL) dapat dinyatakan dengan rumus

    sebagai berikut :

    = t

    Tx

    LSinHtx 22.

    2),(

    = )(22

    CtxL

    SinH

    Untuk menentukan clearance dari lantai konstruksi pelabuhan seperti dermaga,

    dolphin dan lain-lain, maka dianjurkan untuk mengambil crest height sebesar 65%

    a 75% dari tinggi gelombang terbesar dimana :

    = Surface profile (m)

    H = tinggi gelombang (m)

    L = panjang gelombang (m)

    T = periode gelombang (detik)

    b) Gerakan partikel air pada gelombang (Velocity of water particle) - (m/det)

    Kecepatan gerak partikel air akibat gelombang dapat dinyatakan dengan :

    Kecepatan arah horizontal = (m/det)

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    23

    +

    = tT

    xL

    Sin

    LhSinh

    LhxCosh

    TH

    22

    2

    2.

    Kecepatan arah vertical : (m/det)

    +

    = tT

    XL

    Cos

    LhSinh

    LhzSinh

    TH

    22.2.

    2.

    Dimana z = elevasi partikel diukur dari MWL (Persamaan ini berlaku baik bila H

    relatif kecil).

    c) Percepatan gerakan partikel air pada gelombang (Acceleration of water particle)

    (m/det2

    )

    +

    = t

    Tx

    LCos

    LhSinh

    LhzCosh

    TH

    t

    22.

    2

    2..2 2

    2

    +

    = t

    Tx

    LSin

    LhSinh

    LhzSinh

    TH

    t

    22.

    2.

    2..2 2

    2

    d) Tekanan air pada gelombang (Pressure in the water action of waves) - (tf/m2

    ztT

    xL

    Sin

    LhCosh

    Lzh

    HP o 022

    2.

    2.cosh.

    21

    +

    =

    )

    Dimana o = berat volume air (tf/m3 (unit weight of water)

    )

    e) Energy gelombang (Average energy of waves per unit area of water surface)

    (tf.m/m2)

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    24

    Tiap partikel air yang bergerak dalam gelombang mempunyai energi potensial

    (Ep) dan energi kinetik (Ek) yang sama besarnya yaitu:

    Ep = Ek = 1/16 o H

    E = Ep+Ek = 1/8

    2

    o H2

    (energi total)

    f) Average energy transported in the progressive direction of waves across unit width in unit time (tf.m/m) / detik.

    Bila gelombang mulai bergerak kedaerah perairan tenang, maka ia akan

    memberikan enersi sebesar :

    W = Cg.E = n.CE

    dimana W = energy rata-rata gelombang persatuan lebar

    Cg = n.C = Group velocity (m/det) dari gelombang

    +=

    LhSinh

    Lh

    n

    4.

    4

    121

    Untuk deep water h/L sehingga n =

    dan Cg = nC = C

    )det

    (56,114,32

    80,92

    mTTx

    TgCo ===

    Lo = Co T = 1,56 T2

    Cg (group velocity) = C

    (m)

    o

    = 2,81 T (km/h)

    = 0,78 T (m/det)

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    25

    Gambar IV.2. Grafik International Course In Hydraulic Engineering.

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    26

    TABEL FITURE 2-6

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    27

    IV.4. PENYELIDIKAN GELOMBANG

    Untuk mengetahui keadaan gelombang yang sebenarnya, maka perlu diadakan

    penyelidikan gelombang dilapangan. Data-data hasil penyelidikan ini kemudian

    dianalisa untuk perhitungan dan model test, guna mendapatkan kolam pelabuhan

    yang tenang.

    Penyelidikan harus dilakukan selama mungkin, tetapi bila tidak ada data sama sekali

    dan data-data sangat diperlukan misalnya untuk model test, maka penyelidikan dapat

    dilaksanakan minimum 3 4 bulan, dengan memilih musim dimana diperkirakan

    gelombang terbesar akan terjadi. Dalam penyelidikan lapangan ini selain periode dan

    tinggi gelombang, harus pula arah gelombang selalu dicatat. Disamping itu harus

    dilakukan penyelidikan angin pada waktu yang bersamaan dengan penyelidikan

    gelombang.

    Profil gelombang yang ada dilaut sangatlah tidak teratur, berbeda dengan profil

    gelombang yang didapat dari percobaan di laboratorium, dimana profil gelombang

    dilaboratorium seolah-olah berbentuk sinusoida. Karena itulah, definisi mengenai

    periode dan tinggi gelombang , hanya dibuat sebagai dasar untuk menganalisa data-

    data. Misalnya : untuk mendapatkan data tinggi gelombang, kita harus mempunyai

    minimal 100 data tinggi gelombang secara tidak terputus (Continues Record).

    Rata-rata dari seluruh data tinggi gelombang tersebut merupakan Tinggi gelombang

    rata-rata (H). Dari data tersebut dapat dibuat persamaan [ Hsign = Hdimana H

    1,6 H]

    = H

    Tentu saja dari 100 data itu akan ada tinggi gelombang yang lebih besar dari Hsignificant

    Dalam hal ini kita bisa mengambil tinggi gelombang maximum (H

    (

    13% dari seluruh data)

    max

    [ H

    ) sebagai

    berikut :

    max (1,6 s/d 2,0) HBegitu pula, periode gelombang pun merupakan bilangan variable seperti halnya

    tinggi gelombang.

    ]

    Untuk periode ini telah dibuat persamaan pendekatan

    [ Tmax Tdimana T

    1,1 T]

    max

    T

    = periode dari gelombang terbesar

    = Significant wave periode ( periode dari gelombang significant ).

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    28

    T = Periode rata-rata

    Pemilihan antara Hmax, H atau H waktu mendesign, tergantung dari type

    konstruksinya, untuk steel piling dan vertical wall (caisson) breakwater, pada

    umumnya didesign terhadap Hmax, sebab dengan sekali hantaman oleh gelombang

    besar, kemungkinan konstruksi akan ambruk, sedangkan untuk rubblemound

    breakwater, umumnya didesign dengan H atau Hsignificant

    Telah diketahui bahwa gelombang dilaut, variable dalam tinggi, periode dan arah,

    dapat kita anggap bahwa gelombang tersusun dari banyak sekali gelombang

    sinusoidal yang berbeda tinggi, periode maupun arahnya. Karena itu sangat sulit

    menentukan bagaimana energi nya didistribusikan, terutama dalam hal frekuensi dan

    arah. Fungsi yang menggambarkan distribusi dari energi gelombang disebut wave

    spectrum, dan parameter yang menunjukan derajat wave energy concentration

    terhadap arahnya dinyatakan dengan S

    , sebab kemungkinan

    runtuhnya konstruksi hanya disebabkan oleh jumlah (banyaknya) hantaman

    gelombang.

    max

    Untuk swell S

    .

    max = 75, dimana energi tersebar 30o dari arah gelombang, sedangkan

    untuk wind waves Smax = 10, dengan sudut penyebaran energi 60o dari arah

    gelombang (Smax

    = spectrum maximum).

    IV.5. WAVE REFRACTION (REFRAKSI) DAN WAVE DIFFRACTION (DIFRAKSI)

    Didalam pergerakannya menuju pantai, gelombang selalu berusaha untuk mengubah

    bentuk dan arahnya. Bila gelombang masuk kedaerah perairan yang relatif

    dangkal (h L), maka gelombang tadi mulai mencapai dasar perairan, dan secara

    perlahan-lahan merubah arah geraknya terhadap garis tegak lurus pada contour

    kedalaman perubahan gerak akan terlihat jelas setelah mencapai pantai, dimana

    puncak gelombang sejajar dengan garis pantai.

    Kejadian diatas disebut wave refraction, yang terjadi akibat perbedaan

    kecepatan gerakan gelombang dalam penyebarannya disebabkan perbedaan

    kedalaman. Wave refraction bukan saja menyebabkan perubahan arah geraknya,

    tetapi juga berubah dalam tingginya, perubahan tinggi gelombang akibat refraction,

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    29

    biasanya dinyatakan dengan Koefisien refraksi (Kr), yang hubungannya [ H = Kr Hodimana H = tinggi gelombang sesudah refraksi

    ).

    Ho = tinggi gelombang diperairan dalam (deepwater)

    Kr makin kecil, bila : h/Lo makin kecil, ( p)o makin besar dan Smax (L

    makin besar.

    o = deepwater wave length, (p)o

    = incident angle to the deepwater contour).

    Gambar IV.3. Surfzone, daerah dimana gelombang pecah.

    Dimana : Hp h

    = H pada waktu gelombang pecah

    p

    = h pada waktu gelombang pecah

    Daerah dimana gelombang pecah, disebut surfzone.

    Bila kedalaman air berkurang dari laut menuju pantai maka puncak-puncak

    gelombang (crest) menjadi lebih tinggi dan panjang gelombang (L), menjadi

    berkurang sehingga nilai L/H menjadi kecil, makin lama crest menjadi makin tajam

    dan akhirnya pecah. Pecahnya gelombang pada saat ini crest (puncak gelombang)

    sejajar pantai dan peristiwa ini disebut refraksi (wave Refraction).

    Bila kedalaman air h = 1,72 H dalam keadaan tidak ada angin, maka timbul yang

    disebut surf. Akibat timbulnya surf ini timbul Arus lawan atau Contra

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    30

    IV.6. DIFRAKSI (WAVE DIFFRACTION).

    Gelombang bila dalam pergerakannya dirintangi, misalnya oleh pulau atau

    breakwater,maka gelombang tersebut akan berusaha untuk mendorong dan

    menembus rintangan tersebut. Kejadiaan ini disebut wave diffraction (difraksi)

    Variasi diffracted wave heights dapat dihitung secara teoritis dan secara

    experiment dengan hydraulic models. Diffracted wave heights ini sangat dipengaruhi

    oleh arah gelombang yang datang pada rintangan, dan terjadi pada banyak parubahan

    pada periodenya disebabkan keadaan dasar laut yang sembarang. Berdasarkan hasil

    perhitungan dan experiment dengan hydraulic models, maka telah dibuat diagram-

    diagram tentang variasi dari diffracted wave heights, yang sangat berguna untuk

    menaksir distribusi tinggi gelombang didalam kolam pelabuhan.

    IV.6. EQUIVALENT DEEPWATER WAVE

    Setelah tinggi gelombang akibat refraksi dan difraksi didapat, sebaiknya

    dihitung pula Equivalent deepwater wave heights (Ho1

    [H

    )

    o1 = Kd.Kr (H)o

    Dimana : K

    ]

    d

    K

    = Koefisien difraksi

    r

    (H

    = Koefisien refraksi

    )o

    Pada perairan yang dangkal dan rata harus diperhitungkan pengurangan akibat

    friction dasar perairan pada H

    = Tinggi gelombang significant diperairan dalam (significant wave

    height in the deepwater).

    o1

    [ T

    . sedangkan untuk periodenya dapat diambil sama

    seperti periode dari deepwater waves :

    = (T)oKonsep tentang equivalent deepwater waves ini hanyalah anggapan (buatan), untuk

    memungkinkan penggunaan data-data laboratorium dua dimensi dari wave breaking,

    runup dan data-data lain bagi prototype problems dalam tiga dimensi.

    ]

    IV.7. FETCH

    Timbulnya apa yang dinamakan fetch adalah sebagai berikut. Angin meniup dalam

    air, maka timbul energi. Energi tersebut bergerak dengan kecepatan Cgr (celerity of

    energy propagations) dan timbullah gelombang yang tumbuh (increasing wave).

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    31

    Pertumbuhan gelombang ini disebut fetch dan jarak pertumbuhan gelombang itu

    disebut fetch limitation.

    Gambar IV.4. Terjadinya apa yang disebut FETCH

    Untuk unlimited duration, maka

    [ Fetch limittion = CgrC

    .t ]

    gr

    t = waktu dalam detik

    = Celerity of energy propagation

    d = kedalaman (water depth)

    g = gravitasi = 9,81 m/det2

    Gambar 4.5. Celerity of Wave Propagation

    =

    LdgLC

    2.tanh

    2

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    32

    Dimana :

    C = Celerity of wave propagation

    L = Panjang gelombang

    Untuk very deepwater sangat besar, sehingga tanh

    Apalagi apabila L < 2,3 d (depth)

    d > L3,2

    1

    Untuk shallow water

    LdgLC

    2tanh.

    2= =

    LdgL

    2.

    2

    gdC =

    Catatan : shallow water

    Refraksi : - Tidak ada energi transport

    - sejajar dengan wave crest

    Difraksi : - Point of breakwater

    - ada energi transport

    - sepanjang wave crest.

    +=

    Ld

    Ld

    CCgr

    4.sinh

    41

    21

    Untuk deepwater = 14.

    4

    1 =

    +

    LdSin

    Ld

    Cgr

    Untuk Shallowwater =

    = C.

    2

    4

    1 =+Sinh

    Ld

    CCgr 21

    =

    Ld2 12

    Ld

    2gLC =

    99,02tanh =Ld

    Ld

    Ld 22tanh

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    33

    Secara analitis : 2gLC = T

    gCCTgC 22

    .2 ==

    TTgC

    xg 56,1

    256,1

    14,328,9

    2====

    (C = dalam m/det)

    Menurut tabel D7 CERC TR. No: 4

    Untuk C = 22 knot Periode Tn C = 22 knot = 10 m/det

    = 6,3 det

    Untuk deepwater Cgr = C ; bila duration = t, maka Fetch limitation = Cgr.t =

    C.t = 10 t = 5 t m. Untuk t = 10.000 detik (misalnya) FlimitationPergerakan Fetch akan berhenti, apabila menabrak atau terhalang sebuah pulau atau

    bangunan seperti dermaga atau breakwater.

    = 50km

    Thomas Stevenson (1864) Menyusun rumus Fetch sebagai berikut, untuk long fetch, dimana F > 30 nautical

    miles sebagai berikut :

    [ H = 1,5 F ]

    untuk short fetch, dimana F < 30 nautical miles, sbb :

    [ ]45,25,1 FFH += dimana, H = dalam feeth F = dalam nautical mile ( statute mile ).

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    34

    Pada tahun 1934 D.A. Molitor bersama Stevenson.

    Menyempurnakan rumus Fetch limitation tersebut untuk long fetch (dimana F > 20

    miles)

    [ ]UFH 17,0= Dan untuk short fetch (dimana F < 20 miles)

    [ ]45,217,0 FUFH +=

    dimana H = tinggi gelombang dalam feeth

    F = Fetch limitation dalam statute mile

    U = Kecepatan angin (wind Velocity) ,dalam knots (st.miles/hour).

    Catatan : 1 statute mile = 5280 feeth = 1,6093 km.

    CONTOH SOAL MENGENAI FETCH Hitunglah panjang Fetch limitation yang terjadi didaerah perairan bebas, dimana

    angin bertiup dengan kecepatan 22 knot dan tinggi gelombang setempat 1,185 meter,

    yang terjadi disini adalah short fetch.

    Penyelesaian soal : Untuk short fetch (F

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    35

    F1 = (2,089)4 = 19 miles

    F

    < 20 miles

    2 = (- 0,8347)4 = 0,485 miles

    Baik F

    < 20 miles

    1 maupun F2

    < 20 miles, jadi keduanya memenuhi syarat.

    IV.8. WAVE SHOALING

    Gelombang yang memasuki perairan dangkal dari perairan dalam akan mengalami

    perubahan apa yang disebut wave shoaling. Pertama-tama tingginya sedikit

    berkurang kemudian bertambah lagi dengan perlahan-lahan, akibat penyebarannya

    kearah pantai. Kejadian ini disebabkan adanya perubahan kecepatan dari wave

    energy transport atau perubahan dari group velocity CgrVariasi tinggi gelombang akibat waves shoaling dapat dinyatakan dengan persamaan

    :

    .

    [ H = Ks.Ho

    Dimana K

    ]

    s = shoaling cocfficient, yang merupakan fungsi dari relative waterdepth

    (h/Lo) dan wave steepness (Ho/Lo

    ), serta telah diestimate dengan berbagai macam

    teori untuk menghitung harganya.

    IV.9. WAVE BREAKING

    Untunglah gelombang yang ada dilaut tidak bisa mencapai tinggi yang besar

    diluar batas tertentu, sebab menurut hukum hydrodinamic, gelombang beserta

    ketinggian nya adalah goyah dan akan pecah dengan sendirinya.

    Bila tidak, mungkin harus direncanakan breakwater untuk menahan gelombang yang

    tingginya lebih dari 100 mater.

    Batas tinggi dari wave breaking tergantung dari panjang gelombang, kedalaman air

    dan kemiringan dasar perairan. Untuk perairan dengan kedalaman yang tetap, secara

    teoritis didapat hubungan sebagai berikut:

    Hb 0,17 Lo H

    untuk deepwater waves

    b 0,83 h untuk very shallow water waves

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    36

    Sedangkan untuk intermediate depth waves dan very shallow water waves pada

    perairan dengan dasar yang miring, sumber informasi untuk menghitung breaker

    height, datang dari hydraulic model test. Untuk keperluan ini telah dibuat rumus

    empiris sebagai berikut :

    +=

    34.tan15,1exp1.17,0

    oob L

    hLH

    Sebenarnya wave breaking yang ada dilaut lebih kompleks dari pada yang

    dinyatakan dengan rumus diatas, sebab ada waves tersusun dari berbagai tinggi yang

    silih berganti.

    Apabila gelombang mendekati pantai, maka pertama-tama gelombang besar pecah

    diperairan yang lebih dalam, sementara gelombang kecil tidak pecah, bahkan sampai

    keperairan yang sangat dekat dengan pantai.

    Daerah dimana gelombang pecah sendiri disebut Surfzone

    Definisi mengenai breaker height dan break depth dari proses random wave

    breaking, merupakan definisi yang tidak jelas, sebab gelombang pecah tidak terjadi

    pada satu titik, melainkan bisa terjadi dimana-mana, akibatnya dibutuhkan sejumlah

    data dari breaker height dan breaker depth, bila akan menganalisa gaya-gaya

    gelombang yang berkerja pada konstruksi atau pantai.

    IV.10. PENGARUH GELOMBANG DIDALAM PELABUHAN

    Pelabuhan harus direncanakan dengan keadaan kolam yang tenang, sekecil mungkin

    adanya gelombang, hal ini bukan merupakan pekerjaan yang mudah, sebab gangguan

    gelombang dapat timbul karena:

    - Gelombang menembus / merembes melalui batu-batu rubble mound

    breakwater dan atau gelombang yang dihasilkan oleh massa air yang jatuh

    melalui puncak breakwater (Overtopping) dan menjadi sumber kedua bagi

    gangguan pada pelabuhan. Dapat dikatakan bahwa gangguan ini akibat adanya

    diffracted waves (difraksi dari gelombang) dari pintu masuk kolam (mulut

    breakwater) pelabuhan.

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    37

    - Refleksi/pantulan dari gelombang (reflection of waves ) oleh konstruksi yang

    mempunyai dinding vertical didalam pelabuhan.

    Bahkan dibeberapa pelabuhan getaran amplitudo rendah dengan periode beberapa

    menit, dapat mempersulit bongkar muat dan manambat kapal. Hal ini disebabkan

    adanya semacam gema getaran didalam kolam pelabuhan yang semi enclosed,

    meskipun amplitudo dari incident long period waves mungkin lebih kecil dari 10 cm,

    tetapi amplitudonya ditambah beberapa kali didalam pelabuhan oleh sifat perluasan

    gema, bila periode gema getaran hampir sama dengan incident period. Getaran

    dengan periode lama merupakan resiko lainnya, sebab gerakan horizontal partikel air

    dan kapal, sebanding dengan periode getaran. Bahkan akibat system manambat kapal

    pun, sering menimbulkan getaran dengan periode sampai beberapa menit. Untunglah

    getaran gelombang dengan periode lama ini hanya timbul setempat, sehingga banyak

    pelabuhan yang terhindar dari gangguan yang ditimbulkannya.

    Pengaruh gelombang ini akibat difraksi (wave diffraction) dan refraksi (refraction)

    dapat diperkirakan dengan cara:

    - menggunakan wave diffraction diagrams

    - numerical analysis

    - hydraulic model investigation

    Numerical analysis merupakan cara yang baru berkembang dengan menggunakan

    digital computer dan hasilnya cukup memuaskan. Numerical analysis dan hydraulic

    model investigation sebaiknya dikerjakan bersama-sama.

    IV.11. REFLEKSI DARI GELOMBANG (WAVE REFLACTION)

    Seperti halnya sinar dan suara, gelombang pun dapat dipantulkan oleh rintangan. Bila

    rintangan berupa dinding tegak dengan permukaan yang rata, maka gelombang akan

    dipantulkan sempurna, dimana tinggi gelombang sebelum dipantulkan akan sama

    dengan tinggi gelombang-gelombang hasil pantulan.

    Tetapi bila rintangannya tidak tegak, misalnya rubble atau block mound breakwater,

    maka gelombang akan dipantulkan sembarang (tidak sempurna), karena sejumlah

    energi dipakai untuk breaking dan terbulensi, sehingga tinggi gelombang tinggal 30

    50 % dari tinggi gelombang asal.

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    38

    Perbandingan antara tinggi gelombang pantulan dengan tinggi gelombang asal

    disebut reflection coefficient, dimana nilainya tergantung dari jenis konstruksi dan

    wave steepness.

    Didekat rintangan tinggi gelombang menjadi lebih tinggi, sebagai akibat adanya

    superposisi antara gelombang yang datang dengan yang dipantulkan. Untuk dinding

    vertikal, tinggi gelombang menjadi dua kali tinggi gelombang asal. Semakin jauh

    dari dinding, tinggi gelombang semakin berkurang, dan pada jarak L dari dinding,

    ekor dari regular wave memperlihatkan amplitudo sama dengan nol. Dalam

    kenyataan di laut , amplitudo ini tidak menjadi nol, tetapi tetap ada (lebih kecil

    daripada tinggi gelombang asal), disebabkan sifatnya yang random. Pada jarak kira-

    kira sejauh panjang gelombang (L) dari dinding, tinggi gelombang dapat

    diperkirakan sebagai berikut:

    2

    31

    2

    31

    31

    RIsHHH

    +

    =

    dimana : index S = superposed; I = incident; R = reflected waves.

    Didalam praktek, dispersion of reflected waves boleh diperkirakan dengan

    menggunakan diffraction diagrams, dimana arah gelombangnya dianggap seperti

    pantulan cahaya pada kaca.

    Mengenai pengaruh gelombang didalam kolam pelabuhan sangat penting artinya

    bagi keamanan dan kelancaran bongkar muat bagi kapal yang berlabuh di outher

    harbour maupun ditambatan (didermaga).

    Walaupun tinggi gelombang yang memasuki outher harbour makin berkurang ,telah

    diketahui juga gangguan-gangguan lain, seperti adanya overtopping, adanya

    rembesan air lewat batu-batu rubble mound dan juga akibat gerakan kapal akan

    menimbulkan gelombang.

    Secara empiris diketahui bahwa kapal yang bertambat akan dapat mengerjakan

    bongkar muat dengan lancar dan aman, apabila tinggi gelombang disitu (didalam)

    antara 20 cm 30 cm.

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    39

    Gambar IV.6. Breakwater

    Thomas Stevenson : telah menyusun hubungan antara tinggi gelombang dimulut breakwater (Hluar = Hl ), tinggi gelombang dimuka tambatan (Hdalam = Hdl

    ), lebar

    mulut breakwater (b) , panjang tambatan (B) dan jarak per pendiculair antara mulut

    breakwater dengan tambatan (Y).

    = 40269,0 Y

    Bb

    BbHH ldlm

    Didalam praktek, maka dalam membangun breakwater, maka berapa panjang

    breakwater tersebut menjorok kelaut (Y) harus menghasilkan HdlmLingkaran dengan pusat tengah-tengah mulut breakwater dengan radius Y

    merupakan crest gelombang yang sama tingginya, makin dekat pusat, makin tinggi,

    dan makin jauh dari pusat makin rendah.

    0,20 0,30 m

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    40

    IV.12. WAVE RUNUP DAN OVERTOPPING

    Bila gelombang melanggar konstruksi yang mempunyai bidang miring, maka

    gelombang akan naik melalui bidang miring tersebut, hal ini yang disebut wave

    runup. Gelombang akan naik sampai mencapai suatu ketinggian diatas MWL (mean

    water level). Wave runup berguna dalam menentukan tinggi (puncak) dari rubble

    mound breakwaters dan sea walls. Untuk menentukan wave runup height telah

    dilakukan percobaan-percobaan dengan berbagai structures. Salah satu rumus

    emperis untuk menentukan runup height pada bidang miring yang rata (smooth)

    ialah:

    Ru = H untuk : 0,1 < < 2,3

    oLH

    .tan=

    Dimana : Ru = runup height

    = susdut miring bidang

    = surf similarity parameter

    Untuk bidang yang kasar dan permeable, seperti bidang depan dari rubblemound

    breakwater, wave runup height tidak akan melebihi 1,0 H dalam segala hal.

    Runup height yang dibicarakan diatas tadi hanya berlaku untuk reguler waves saja,

    sedangkan untuk irregular waves sampai saat ini belum ada design kriterianya. Bila

    tidak diinginkan terjadi overtopping pada konstruksi, maka dianjurkan untuk

    mengambil runup height sama dengan tinggi gelombang terbesar dari data-data

    regular waves. Sebab bila puncak konstruksi lebih rendah dari runup height, maka

    akan timbul persoalan overtopping yang lebih sulit dari pada persoalan runup height,

    dimana nilai overtopping sangat dipengaruhi oleh banyaknya faktor, termasuk bentuk

    dan jenis material dari konstruksi sendiri.

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    41

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    42

    Figure 3-11. Wave Runup Corrections For Model Scale Effect.

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    43

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    44

    Figure 1-7. Deep Water Wave Forcasting Curves As A Function of Wind Speed

    Olah gerak kapal dan lay out breakwater

    Figure 1-7. Deep Water Wave Forcasting Curves As A Function of Wind Speed

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    45

    OLAH GERAK KAPAL DAN LAY OUT BREAKWATER

    Gambar IV.7. Olah Gerak Kapal Saat Memasuki Breakwater.

    Geraknya kapal ditentukan oleh gerak putaran propeller, karena itu gerak resultante

    dari kapal yang bergerak maju adalah : maju arah kiri.

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    46

    Berdasarkan experiment : lintasan kapal tersebut membentuk sebuah lengkung yang

    amplitudonya untuk kapal dengan kecepatan 6 s/d 8 knots 300m, maka lebar

    efektif dari mulut breakwater adalah 300 m.

    Jika ditunda (dengan kapal tunda) maka kecepatan kapal tersebut dapat dikurangi

    menjadi 3 s/d 4 knot, yang berarti lebar efektif mulut breakwater (entranches)

    tersebut cukup 150 200 meter.

    Karena kapal tidak mempunyai rem jadi sukar untuk belak-belok, untuk itu

    sebaiknya alur pelayaran masuk (navigation channel) tagak lurus garis pantai.

    Penentuan water depth

    Gambar. IV. 8. Penentuan Waterdepth

    [ depth = draft + keel clearens]

    Keel clearens ditetapkan berdasarkan akibat-akibat:

    1) pitching & rolling (cushion effect)

    2) squat (akibat heaving)

    3) beda pasang surut

    Pitching : H1 = 1,2 H x 1,2 H = 0,6 H

  • Perencanaan Pelabuhan 1 Ir.H.R. Soenarno AS

    47

    Gambar IV. 9. Gerak Naik Turun Kapal (Leaving)

    - misalnya beda pasang surut: 1,20 m x 1,20 m = 0,60 m

    - untuk kapal 10.000 DWT draft = 8,50 9,00 m

    - squat : 0,50 1,50 m (akibat kapal yang berjalan terdapat gerak naik turun yang

    disebut leaving)

    rolling putar/goyang 30

    Untuk with 20 m 10 x 1/20 = 0,5 m.

    = 1/20 rad.

    Jadi bila dijumlah ; draft = 8,50 9,00 m

    Akibat cushion effect 0,6 H + 0,50 = 1,90 m

    Beda pasang surut : 0,60 m

    Squat : 0,50 m

    Depth : 12,0 meter

    Untuk kapal-kapal 10.000 DWT d = 1,2 x draft.

    Layout Breakwater

    Fungsi dari breakwater dimaksudkan untuk :

    1) Perlindungan terhadap gelombang

    2) Perlindungan terhadap pengendapan Lumpur (silting)

    3) Jaminan keselamatan pelayaran

    4) Mengarahkan arus (guidance of currents)

    Dalam perkembangan teknologi fungsi kedua (silting) sudah tidak begitu penting.

    Sedang terpenting adalah fungsi ke-1 dan ke-3.

  • Perencanaan Pelabuhan I

    48

    Bab V PENAHAN / PEMECAH GELOMBANG

    ( BREAKWATER )

    V.1. PENDAHULUAN.

    Makin berkembangnya teknologi angkutan laut, jelas membutuhkan kolam pelabuhan

    guna berlabuh dan bertambatnya kapal dalam perairan yang tenang. Hal tersebut

    menyebabkan perlunya breakwater sebagai penahan dan pemecah gelombang serta

    kolam yang tidak mudah terjadi pendangkalan (silting). Membangun breakwater tidak

    mudah, karena harus dibangun dari bawah air, sedang cuaca tidak sepanjang tahun

    merupakan cuaca yang baik, lagi pula harus diadakan pengukuran kekuatan tanah dasar

    (soil investigation) yang berupa booring dan sondering.

    Pada umumnya dasar perairan dapat dibagi 3 golongan :

    a) Lumpur dengan tegangan max 0 2 kg/cm2

    b) Pasir dengan tegangan max 1-5 kg/cm2

    c) Batu/karang dengan tegangan max 5 40 kg/cm2

    Bila kondisi tanah dasar tidak baik, maka harus diusahakan memperkecil sejauh

    mungkin.

    1) Membuat konstruksi yang ringan

    2) Memperlebar dasar konstruksi, sehingga terjadi bentuk trapesium

    3) Disamping hal-hal tersebut masih diadakan perbaikan tanah dasar (soil

    improvement)

    V.2. MACAM-MACAM BREAKWATER:

    1) Type Rubblemount

    2) Type Caisson

    3) Type Sheetpilling

    4) Pneumatic Breakwater

  • Perencanaan Pelabuhan I

    49

    Berdasar bentuknya kita bedakan dua type

    1) Bentuk Trapesium (Rubblemound type)

    2) Bentuk persegi panjang (Caisson type) bentuk ini merupakan bentuk tembok

    tegak atau vertical wall, seperti halnya juga sheetpilling type.

    V.3 PEMILIHAN TYPE untuk menentukan type trapesium atau type persegi panjang dalam rencana

    design breakwater pada suatu daerah tertentu ditentukan oleh beberapa faktor:

    a) Keadaan dasar perairan (lembek atau kuat, Lumpur, pasir atau karang)

    b) Persediaan batu (apakah sumber batu jauh/dekat dari proyek cukup banyak atau

    tidak, sesuai rencana dan tersedianya ditempat sesuai rencana waktu)

    c) Keadaan permukaan perairan ( ada atau tidaknya gelombang ditempat rencana

    pembangunan)

    d) Beda pasang surut (untuk menentukan duration selama pekerjaan dibawah air /

    waktu surut)

    e) Keadaan air (waterdepth) (makin dalam makin menguntungkan type caisson)

    f) Tersedianya lahan untuk pekerjaan (worksite) (caisson membutuhkan worksite,

    sedang rubblemound tidak memerlukan)

    g) Peralatan, tenaga ahli, tenaga kerja dan cuaca. (caisson memerlukan peralatan

    besar dan banyak tenaga ahli, sedang rubblemound sebaliknya, tapi perlu banyak

    tenaga kerja).

    V.4. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN MASING-MASING TYPE. Keuntungan type trapesium :

    1) Mudah dalam pelaksanaan (tidak perlu alat-alat besar dan worksite yang luas)

    2) Karena dasar bangunan luas, tekanan diatas tanah dasar kecil

    3) Energi gelombang dipadamkan secara beraturan

    4) Tak ada pengikisan (scouring) didasar bangunan.

  • Perencanaan Pelabuhan I

    50

    Kerugian type trapesium:

    1) Diperlukan banyak material

    2) Diperlukan perawatan (maintenance) secara intensip

    3) Gerakan gelombang merembes antar sela-sela batu, menyebabkan kolam

    pelabuhan tidak tenang.

    4) Dapat terjadi overtopping

    5) Tidak dapat dipakai sebagai tambatan kapal.

    Keuntungan type persegi panjang : Keuntungan disini merupakan kebalikan dari

    kerugian pada Trapesium antara lain :

    1) Tidak memerlukan banyak material

    2) Tidak memerlukan perawatan intensip

    3) Gerakan gelombang tidak merembes kekolam

    4) Tidak terjadi overtopping

    5) Dapat dipakai sebagai tambatan kapal.

    Kerugian type persegi panjang :

    1) Pelaksanaan harus teliti dan memerlukan banyak tenaga ahli

    2) Tekanan diatas tanah dasar cukup tinggi

    3) Energi gelombang dipadamkan secara medadak

    4) Dasar bangunan dapat dikikis oleh gerakan air

    Dalam praktek pemilihan type breakwater ini tidak mudah, contohnya: Pembangunan

    breakwater dipelabuhan Semarang terpilih rubblemound tetapi terdapat kendala,

    banyaknya batu yang dapat disediakan dalam waktu 2 tahun tidak mencukupi karena

    kendala transportasi, maka di design kombinasi caisson-rubblemound diatas tiang

    pancang dan dibawah dinding turap baja (steel sheetpile).

  • Perencanaan Pelabuhan I

    51

    Bila hanya dilihat dari dasar perairan dan besarnya gelombang, pada umumnya di

    Indonesia bagian barat dipilih type rubblemound, sedang diwilayah timur dipilih type

    caisson.

    V.5. BREAKWATER TYPE RUBBLEMOUND

    Rubblemound breakwater biasanya dibangun dari batu-batu yang besar (quarry stones)

    pada permukaannya. Bila batu-batu dengan ukuran besar tidak didapat, maka dapat

    diganti dengan blok-blok beton besar untuk menutup lapisannya. Batu dan blok beton ini

    disebut armour unit.

    Yang menjadi persoalan ialah berat minimum dari armour unit tersebut, sehingga

    mampu menahan gaya-gaya gelombang. Breakwater rubblemound tersebut terdiri dari

    crestblok, lapisan I yang disebut primairy coverlayer yang dibagian depan diperkuat

    dengan tetrapode, akmond, atau dollos, kemudian lapisan II yang disebut secondairy

    coverlayer, ditengah-tengah badan dibawah kaki (toe) dan selengkapnya tergambar

    dibawah ini.

    Gambar V.1. Breakwater Type Rubblemound.

    Berat crestblok dinyatakan W libes, sedangkan batu-batuan pada lapisan primairy

    coverlayer W/2 W, dan untuk secondairy coverlayer W/15 W/10 dan untuk badan

    brekwater W/6000 W/200. untuk menentukan besarnya W digunakan rumus Hudson.

  • Perencanaan Pelabuhan I

    52

    TABLE 4 - 2

    KD VALUES FOR USE IN DETERMINING ARMOR UNIT WEICHT

    No-Damage Criteria

    Structure Trunk Structure Head

    Breaking Nonbreaking Breaking Nonbreaking Armor units u (a) Placement Wave (b) Wave (c) Wave (b) Wave (c) Smooth rounded Quarrystone 2 Random 2.5 2.6 2.0 2.4 Smooth rounded Quarrystone > 3 Random 3.0 3.2 - 2.9 Rough angular Quarrystone 1 Random (d) 2.3 2.9 2.0 2.3 Rough angular Quarrystone 2 Random (d) 3.0 3.5 2.7 2.9 Rough angular Quarrystone > 3 Random (d) 4.0 4.3 - 3.8 Rough angular Quarrystone 2 Special (e) 5.0 5.5 3.5 4.5 Modifled Cube 2 Random 7.0 7.5 - 5.0 Tetrapod 2 Random 7.5 8.5 5.0 6.5 Quadripod 2 Random 7.5 8.5 5.0 6.5 Hexapod 2 Random 8.5 9.0 5.0 7.0 Tribar 2 Random 8.5 10.0 5.0 7.5 Tribar 1 Uniform 12.0 15.0 7.5 9.5 Graded angular Quarrystone Random KRR 1.3 for depth > 20 feet

    1.7 for depth > 20 feet and

    (a) n is the number of units comprising the thicknees of the armor layer.

    (b) Minor-overtopping criteria.

    (c) No-overtopping criteria

    (d) The use of single layer of quarrystone is not recommended except under special

    conditions and when it is used, the stone should be carefully placed.

    (e) Refers to special placement with long axis of stone placed normal to structure face.

  • Perencanaan Pelabuhan I

    53

  • Perencanaan Pelabuhan I

    54

    TABEL D 7 WIND AND SEA SCALE FOR FULLY ARISEN SEA

    WIND SEA

    Bea

    nfor

    t ( W

    indf

    orce

    )

    Description R

    ange

    ( K

    nots

    )

    Win

    d V

    eloc

    ity (

    Kno

    ts )

    Wave Height ( Feet )

    Sign

    ifica

    nt R

    ange

    of P

    erio

    d (s

    econ

    ds)

    Perio

    d of

    Max

    Ene

    rgy

    of S

    pect

    rum

    (T

    max

    )

    T av

    erag

    e pe

    riod

    Ave

    rage

    Waf

    e Le

    ngth

    (Fee

    t)

    Min

    imum

    Fet

    ch (N

    autic

    al M

    iles)

    Min

    imum

    Dur

    atio

    n (H

    ours

    )

    Ave

    rage

    Sign

    ifica

    nt

    Av.

    1/1

    0 H

    . Max

    U Calm 1 0 0 0 0 1 Light Airs 1 3 2 0,05 0,08 0,10 1,2 0,7 0,5 10in 5 18min 2 Light Breeze 4 - 6 5 0,18 0,29 0,37 0,4 -2,8 2,0 1,4 6,7 8 39min

    3 Gentle Breeze 7 - 10 8,5 0,6 1,0 1,2 0,8 5 3,4 2,4 20 9,8 1,7 10 0,88 1,4 1,8 1,0 - 6 4 2,9 27 10 2,4

    4 Moderate Breeze 11 - 16 12 1,4 2,2 2,8 1,0 - 7 4,8 3,4 40 18 3,8

    13,5 1,8 2,9 3,7 1,4 7,6 5,4 3,9 52 24 4,8 14 2,0 3,3 4,2 1,5-7,8 5,6 4,0 59 28 5,2 16 2,9 4,6 5,8 2,0-8,8 6,5 4,6 71 40 6,6

    5 Fresh Breeze 17 - 21 18 3,8 6,1 7,8 2,5-10 7,2 5,1 90 55 8,3 19 4,3 6,9 8,7 2,510,6 7,7 5,4 99 65 9,2 20 5,0 8,0 10 3,0-11,1 8,1 5,7 111 75 10

    6 Strong Breeze 22 - 27 22 6,4 10 13 3,4-12,2 8,9 6,3 134 100 12 24 7,9 12 16 3,7-13,5 9,7 6,8 160 130 14

    24,5 8,2 13 17 3,8-13,6 9,9 7,0 164 140 15 26 9,6 15 20 4,0-14,5 10,5 7,4 188 180 17

    7 Moderate Gale 28 - 33 28 11 18 23 4,5-15,5 11,3 7,9 212 230 20 30 14 22 28 4,7-16,7 12,1 8,6 250 280 23

    30,5 14 23 29 4,8-17 12,4 8,7 258 290 24 32 16 26 33 5,0-17,5 12,9 9,1 285 340 27

    8 Fresh Gale 34 - 40

    34 19 30 38 5,5-18,5 13,6 9,7 322 420 30 36 21 35 44 5,8-19,7 14,5 10,3 363 500 34 37 23 37 46,7 6,0-20,5 14,9 10,5 376 530 37 38 25 40 50 6,2-20,8 15,4 10,7 392 600 38 40 28 45 58 6,5-21,7 16,1 11,4 444 710 42

    9 Strong Gale 41 - 47 42 31 50 64 7,0 - 23 17 12 492 830 47 44 36 58 73 7,0-24,2 17,7 12,5 534 960 52 46 40 64 81 7,0 25 18,6 13,1 590 1110 57

    10 Whole Gale 48 - 55

    48 44 71 90 7,5 26 19,4 13,8 650 1250 63 50 49 78 99 7,5 27 20,2 14,3 700 1420 69

    51,5 52 83 106 8 28,2 20,8 14,7 736 1560 73 52 54 87 110 8 28,5 21 14,8 750 1610 75 54 59 95 121 8 29,5 21,8 15,4 810 1800 81

    11 Storm 56 - 63 56 64 103 130 8,5 31 22,6 16,3 910 2100 88 59,5 73 116 148 10 32 24 17 985 2500 101 12 Hurricane 64 - 71 64 80 128 164 10 35 ( 26 ) ( 18 )

  • Perencanaan Pelabuhan I

    55

    TABLE D-1 FUNCTIONS OF d/L FOR EVEN INCREMENTS OF d/L

    From 0,0001 to 1,000 o

    d/L d/L o 2d/L

    TANH 2d/L

    SINH 2d/L

    COSH 2d/L

    '/ OHH

    K 4d/L SINH 4d/L

    COSH 4d/L n

    CG / C M O

    0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 .0001000 .003990 .02507 .02506 .02507 1.0003 4.467 .9997 .05014 .05016 1.001 .9998 .02560

    7,855

    .0002000 .005643 .03546 .03544 .03547 1.0006 3.757 .9994 .07091 .07097 1.003 .9996 .03543 3,928

    .0003000 .006912 .04343 .04340 .04344 1.0009 3.395 .9991 .08686 .08697 1.004 .9994 .04336 2,620

    .0004000 .007982 .05015 .05011 .05018 1.0013 3.160 .9987 .1003 .1005 1.005 .9992 .05007 1,965 .0005000 .008925 .05608 .05602 .05611 1.0016 2.989 .9984 .1122 .1124 1.006 .9990

    .05596 1,572

    .0006000 .009778 .06144 .06136 .06148 1.0019 2.856 .9981 .1229 .1232 1.008 .9988 .06128 1,311

    .0007000 .01056 .06637 .06627 .06642 1.0022 2.749 .9978 .1327 .1331 1.009 .9985 .06617 1,124

    .0008000 .01129 .07096 .07084 .07102 1.0025 2.659 .9975 .1419 .1424 1.010 .9983 .07072 983.5

    .0009000 .01198 .07527 .07513 .07534 1.0028 2.582 .9972 .1505 .1511 1.011 .9981 .07499 874.3 .001000 .01263 .07935 .07918 .07943 1.0032 2.515 .9969 .1587 .1594 1.013 .9979

    .07902 787.0

    .001100 .01325 .08323 .08304 .08333 1.0035 2.456 .9966 .1665 .1672 1.014 .9977 .08285 715.6

    .001200 .01384 .08694 .08672 .08705 1.0038 2.404 .9962 .1739 .1748 1.015 .9975 .08651 656.1

    .001300 .01440 .09050 .09026 .09063 1.0041 2.357 .9959 .1810 .1820 1.016 .9973 .09001 605.8

    .001400 .01495 .09393 .09365 .09407 1.0044 2.314 .9956 .1879 .1890 1.018 .9971 .09338 562.6 .001500 .01548 .09723 .09693 .09739 1.0047 2.275 .9953 .1945 .1957 1.019 .9969

    .09663 525

    .001600 .01598 .1004 .1001 .1006 1.0051 2.239 .9949 .2009 .2022 1.020 .9967 .09977 493

    .001700 .01648 .1035 .1032 .1037 1.0054 2.205 .9946 .2071 .2086 1.022 .9965 .1028 463

    .001800 .01696 .1066 .1062 .1068 1.0057 2.174 .9943 .2131 .2147 1.023 .9962 .1058 438

    .001900 .01743 .1095 .1091 .1097 1.0060 2.145 .9940 .2190 .2207 1.024 .9960 .1087 415 .002000 .01788 .1123 .1119 .1125 1.0063 2.119 .9937 .2147 .2266 1.025 .9958

    .1114 394

    .002100 .01832 .1151 .1146 .1154 1.0066 2.094 .9934 .2303 .2323 1.027 .9956 .1141 376

    .002200 .01876 .1178 .1173 .1181 1.0069 2.070 .9931 .2357 .2379 1.028 .9954 .1161 359

    .002300 .01918 .1205 .1199 .1208 1.0076 2.047 .9928 .2410 .2433 1.029 .9952 .1193 343

    .002400 .01959 .1231 .1225 .1234 1.0076 2.025 .9925 .2462 .2487 1.031 .9950 .1219 329 . .002500 .02000 .1257 .1250 .1260 1.0079 2.005 .9922 .2613 .2540 1.032 .9948

    .1243 316

    .002600 .02040 .1282 .1275 .1285 1.0082 1.986 .9919 .2563 .2592 1.033 .9946 .1268 304

    .002700 .02079 .1306 .1299 .1310 1.0085 1.967 .9916 .2612 .2642 1.034 .9944 .1292 292

    .002800 .02117 .1330 .1323 .1334 1.0089 1.950 .9912 .2661 .2692 1.036 .9942 .1315 282

    .002900 .02155 .1354 .1346 .1358 1.0092

    1.933 .9909 .2708 .2741 1.037 .9939 .1338 272 .003000 .02192 .1377 .1369 .1382 1.0095 1.917 .9906 .2755 .2790 1.038 .9937

    .1360 263

    .003100 .02228 .1400 .1391 .1405 1.0098 1.902 .9903 .2800 .2837 1.040 .9935 .1382 255

    .003200 .02264 .1423 .1413 .1427 1.0101 1.887 .9900 .2845 .2884 1.041 .9933 .1404 247

    .003300 .02300 .1445 .1435 .1449 1.0104 1.873 .9897 .2890 .2930 1.042 .9931 .1425 240

    .003400 .02335 .1467 .1456 .1472 1.0108 1.860 .9893 .2934 .2976 1.043 .9929 .1446 233 .003500 .02369 .1488 .1447 .1494 1.0111 1.847 .9890 .2977 .3021 1.045 .9927

    .1466 226

    .003600 .02403 .1510 .1498 .1515 1.0114 1.834 .9887 .3020 .3065 1.046 .9925 .1487 220

    .003700 .02436 .1531 .1519 .1537 1.0117 1.822 .9884 .3061 .3109 1.047 .9923 .1507 214

    .003800 .02469 .1551 .1539 .1558 1.0121 1.810 .9881 .3103 .3153 1.049 .9921 .1527 208

    .003900 .02502 .1572 .1559 .1579 1.0124 1.799 .9878 .3144 .3196 1.050 .9919 .1546 203 .004000 .02534 .1592 .1579 .1599 1.0127 1.788 .9875 .3184 .3238 1.051 .9917

    .1565 198

    .004100 .02566 .1612 .1598 .1619 1.0130 1.777 .9872 .3224 .3280 1.052 .9915 .1584 193

    .004200 .02597 .1632 .1617 .1639 1.0133 1.767 .9869 .3263 .3322 1.054 .9912 .1602 189

    .004300 .02628 .1651 .1636 .1659 1.0137 1.756 .9865 .3302 .3362 1.055 .9910 .1621 184

    .004400 .02659 .1671 .1655 .1678 1.0140 1.746 .9862 .3341 .3403 1.056 .9908 .1640 180 . .004500 .02689 .1690 .1674 .1698 1.0143 1.737 .9859 .3380 .3444 1.058 .9906

    .1658 176

    .004600 .02719 .1708 .1692 .1717 1.0146 1.727 .9856 .3417 .3483 1.059 .9904 .1676 172

    .004700 .02749 .1727 .1710 .1736 1.0149 1.718 .9853 .3454 .3523 1.060 .9902 .1693 169

    .004800 .02778 .1745 .1728 .1754 1.0153 1.709 .9849 .3491 .3562 1.062 .9900 .1711 165

    .004900 .02807 .1764 .1746 .1779 1.0156 1.701 .9846 .3527 .3601 1.063 .9898 .1728 162 .005000 .02836 .1782 .1764 .1791 1.0159 1.692 .9843 .3565 .3640 1.064 .9896

    .1746 159

    .005100 .02864 .1800 .1781 .1809 1.0162 1.684 .9840 .3599 .3678 1.066 .9894 .1762 156

    .005200 .02893 .1818 .1798 .1827 1.0166 1.676 .9837 .3635 .3715 1.067 .9892 .1779 153

    .005300 .02921 .1835 .1815 .1845 1.0169 1.669 .9834 .3670 .3753 1.068 .9889 .1795 150

    .005400 .02948 .1852 .1832 .1863 1.0172 1.662 .9831 .3705 .3790 1.069 .9887 .1811 147 .005500 .02976 .1870 .1848 .1880 1.0175 1.654 .9828 .3739 .3827 1.071 .9885

    .1827 145

    .005600 .03003 .1887 .1865 .1898 1.0178 1.647 .9825 .3774 .3864 1.072 .9883 .1843 142

    .005700 .03030 .1904 .1881 .1915 1.0182 1.640 .9822 .3808 .3900 1.073 .9881 .1859 140

    .005800 .03057 .1921

    .1897 .1932 1.0185 1.633 .9818 .3841 .3937 1.075 .9879 .1874 137 .005900 .03083 .1937 .1913 .1949 1.0188 1.626 .9815 .3875 .3972 1.076 .9877 .1890 135

    Also : bs / as , C / Co , L / LD-3

    o

    TABLE D-1 Continued

  • Perencanaan Pelabuhan I

    56

    d/L d/L o 2d/L

    TANH 2d/L

    SINH 2d/L

    COSH 2d/L

    '/ OHH

    K 4d/L SINH 4d/L

    COSH 4d/L n

    CG/C M O

    .006000 .03110 .1954 .1929 .1967 1.0192 1.620 .9812 .3908 .4008 1.077 .9875 .1905 133

    .006100 .03136 .1970 .1945 .1983 1.0195 1.614 .9809 .3941 .4044 1.079 .9873 .1920 130

    .006200 .03162 .1987 .1961 .2000 1.0198 1.607 .9806 .3973 .4079 1.080 .9871 .1935 128

    .006300 .03188 .2003 .1976 .2016 1.0201 1.601 .9803 .4006 .4114 1.081 .9869 .1950 126

    .006400 .03213 .2019 .1992 .2033 1.0205 1.595 .9799 .4038 .4148 1.083 .9867 .1965 124 .006500 .03238 .2.035 .2007 .2049 1.0208 1.589 .9796 .4070 .4183 1.084 .9865 .1980 123 .006600 .03264 .2.051 .2022 .2065 1.0211 1.583 .9793 .4101 .4217 1.085 .9863 .1994 121 .006700 .03289 .2066 .2037 .2081 1.0214 1.578 .9790 .4133 .4251 1.087 .9860 .2009 119 .006800 .03313 .2082 .2052 .2097 1.0217 1.572 .9787 .4164 .4285 1.088 .9858 .2023 117 .006900 .03338 .2097 .2067 .2113 1.0221 1.567 .9784 .4195 .4319 1.089 .9856 .2037 116 .007000 .03362 .2113 .2082 .2128 1.0224 1.5 61 .9781 .4225 .4352 1.091 .9854 .2051 114 .007100 .03387 .2128 .2096 .2144 1.0227 1.556 .9778 .4256 .4386 1.092 .9852 .2065 112 .007200 .03411 .2143 .2111 .2160 1.0231 1.551 .9774 .4286 .4419 1.093 .9850 .2079 111 .007300 .03435 .2158 .2125 .2175 1.0234 1.546 .9771 .4316 .4452 1.095 .9848 .2093 109 .007400 .03459 .2173 .2139 .2190 1.0237 1.541 .9768 .4346 .4484 1.096 .9846 .2106 108 .007500 .03482 .2188 .2154 .2205 1.0240 1.536 .9765 .4376 .4517 1.097 .9844 .2120 106 .007600 .03506 .2203 .2168 .2221 1.0244 1.531 .9762 .4406 .4549 1.099 .9842 .2134 105 .007700 .03529 .2218 .2182 .2236 1.0247 1.526 .9759 .4435 .4582 1.100 .9840 .2147 104 .007800 .03552 .2232 .2196 .2251 1.0250 1.521 .9756 .4464 .4614 1.101 .9838 .2160 102 .007900 .03576 .2247 .2209 .2265 1.0253 1.517 .9

    .4493 .4646 1.103 .9836 .2173 101 .008000 .03598 .2261 .2223 .2280 1.0257 1.512 .9750 .4522 .4678 1.104 .9834 .2186 100 .008100 .03621 .2275 .2237 .2295 1.0260 1.508 .9747 .4551 .4709 1.105 .9832 .2199 98.6 .008200 .03644 .2290 .2250 .2310 1.0263 1.503 .9744 .4579 .4741 1.107 .9830 .2212 97.5 .008300 .03666 .2304 .2264 .2324 1.0266 1.499 .9741 .4607 .4772 1.108 .9827 .2225 96.3 .008400 .03689 .2318 .2277 .2338 1.0270 1.495 .9737 .4636 .4803 1.109 .9825 .2237 95.2 .008500 .03711 .2332 .2290 .2353 1.0273 1.491 .9734 .4664 .4834 1.111 .9823 .2250 94.1 .008600 .03733 .2346 .2303 .2367 1.0276 1.487 .9731 .4691 .4865 1.112 .9821 .2262 93.0 .008700 .03755 .2360 .2317 .2381 1.0280 1.482 .9728 .4719 .4896 1.113 .9819 .2275 91.9 .008800 .03777 .2373 .2330 .2396 1.0283 1.478 .9725 .4747 .4927 1.115 .9817 .2287 90.9 .008900 .03799 .2387 .2343 .2410 1.0286 1.474 .9722 .4774 .4957 1.116 .9815 .2300 89.9 .009000 .03821 .2401 .2356 .2424 1.0290 1.471 .9718 .4801 .4988 1.118 .9813 .2312 88.9 .009100 .03842 .2414 .2368 .2438 1.0293 1.467 .9715 .4828 .5018 1.119 .9811 .2324 88.0 .009200 .03864 .2428 .2381 .2452 1.0296 1.463 .9712 .4355 .5049 1.120 .9809 .2336 87.1 .009300 .03885 .2441 .2394 .2465 1.0299 1.459 .9709 .4882 .5079 1.122 .9807 .2348 86.1 .009400 .03906 .2455 .2407 .2479 1.0303 1.456 .9706 .4909 .5109 1.123 .9805 .2360 85.2 .009500 .03928 .2468 .2419 .2493 1.0306 1.452 .9703 .4936 .5138 1.124 .9803 .2371 84.3 .009600 .03949 .2481 .2431 .2507 1.0309 1.448 .9700 .4962 .5168 1.126 .9801 .2383 83.5 .009700 .03970 .2494 .2443 .2520 1.0313 1.445 .9697 .4988 .5198 1.127 .9799 .2394 82.7 .009800 .03990 .2507 .2456 .2534 1.0316 1.442 .9694 .5014 .5227 1.128 .9797 .2406 81.8 .009900 .04011 .2520 .2468 .2547 1.0319 1.438 .9691 .5040 .5257 1.130 .9794 .2417 81.0 .01000 .04032 .2533 .2480 .2560 1.0322 1.435 .9688 .5066 .5286 1.131 .9792 .2429 80.2 .01100 .04233 .2660 .2598 .2691 1.0356 1.403 .9656 .5319 .5574 1.145 .9772 .2539 73.1 .01200 .04426 .2781 .2711 .2817 1.0389 1.375 .9625 .5562 .5853 1.159 .9751 .2643 67.1 .01300 .04612 .2898 .2820 .2938 1.0423 1.350 .9594 .5795 .6125 1.173 .9731 .2743 62.1 .01400 .04791 .3010 .2924 .3056 1.0456 1.327 .9564 .6020 .6391 1.187 .9710 .2838 57.8 .01500 .04964 .3119 .3022 .3170 1.0490 1.307 .9533 .6238 .6651 1.201 .9690 .2928 54.0 .01600 .05132 .3225 .3117 .3281 1.0524 1.288 .9502 .6450 .6906 1.215 .9670 .3014 50.8 .01700 .05296 .3328 .3209 .3389 1.0559 1.271 .9471 .6655 .7158 1.230 .9649 .3096 47.9 .01800 .05455 .3428 .3298 .3495 1.0593 1.255 .9440 .6856 .7405 1.244 .9629 .3176 45.3 .01900 .05611 .3525 .3386 .3599 1.0628 1.240 .9409 .7051 .7650 1.259 .9609 .3253 43.0 .02000 .05763 .3621 .3470 .3701 1.0663 1.226 .9378 .7242 .7891 1.274 .9588 .3327 41.0 .02100 .05912 .3714 .3552 .3800 1.0698 1.213 .9348 .7429 .8131 1.289 .9568 .3399 39.1 .02200 .06057 .3806 .3632 .3898 1.0733 1.201 .9317 .7612 .8368 1.304 .9548 .3468 37.4 .02300 .06200 .3896 .3710 .3995 1.0768 1.189 .9287 .7791 .8603 1.319 .9528 .3535 35.9 .02400 .06340 .3984 .3786 .4090 1.0804 1.178 .9256 .7967 .8837 1.335 .9508 .3600 34.4 .02500 .06478 .4070 .38 60 .4184 1.0840 1.168 .9225 .8140 .9069 1.350 .9488 .3662 33.1 .02600 .06613 .4155 .3932 .4276 1.0876 1.159 .9195 .8310 .9310 1.366 .9468 .3722 31.9 .02700 .06747 .4239 .4002 .4367 1.0912 1.150 .9164 .8478 .9530 1.381 .9448 .3781 30.8 .02800 .06878 .4322 .4071 .4457 1.0949 1.141 .9133 .8643 .9760 1.397 .9428 .3838 29.8 .02900

    .07007 .4403 .4138 .4546 1.0985 1.133 .9103 .8805 .9988 1.413 .9408 .3893 28.8

    D-4

    TABLE D-1 Continued

  • Perencanaan Pelabuhan I

    57

    d/L d/L o 2d/L

    TANH 2d/L

    SINH 2d/L

    COSH 2d/L

    '/ OHH

    K 4d/L SINH 4d/L

    COSH 4d/L n

    CG/C M O

    .03000 .07135 .4483 .4205 .4634 1.1021 1.125 .9073 .8966 1.022 1.430 .9388 .3947 27.9

    .03100 .07260 .4562 .4469 .4721 1.1059 1.118 .9042 .9124 1.044 1.446 .9369 .4000 27.1

    .03200

    .07385 .4640 .4333 .4808 1.1096 1.111 .9012 .9280 1.067 1.462 .9349 .4051 26.3 .03300 .07507 .4717 .4395 .4894 1.1133 1.104 .8982 .9434 1.090 1.479 .9329 .4100 25.6 .03400 .07630 .4794 .4457 .4980 1.1171 1.098 .8952 .9588 1.113 1.496 .9309 .4149 24.8 .03500 .07748 .4868 .4517 .5064 1.1209 1.092 .8921 .9737 1.135 1.513 .9289 .4196 24.19 .03600 .07867 .4943 .4577 .5147 1.1247 1.086 .8891 .9886 1.158 1.530 .9270 .4242 23.56 .03700 .07984 .5017 .4635 .5230 1.1285 1.080 .8861 1.0033 1.180 1.547 .9250 .4287 22.97 .03800 .08100 .5090 .4691 .5312 1.1324 1.075 .8831 1.018 1.203 1.564 .9230 .4330 22.42 .03900 .08215 .5162 .4747 .5394 1.1362 1.069 .8801 1.032 1.226 1.582 .9211 .4372 21.90 .04000 .08329 .5233 .4802 .5475 1.1401 1.064 .8771 1.047 1.248 1.600 .9192 .4414 21.40 .04100 .08442 .5304 .4857 .5556 1.1440 1.059 .8741 1.061 1.271 1.617 .9172 .4455 20.92 .04200 .08553 .5374 .4911 .5637 1.1479 1.055 .8711 1.075 1.294 1.636 .9153 .4495 20.46 .04300 .08664 .5444 .4964 .5717 1.1518 1.050 .8688 1.089 1.317 1.654 .9133 .4534 20.03 .04400 .08774 .5513 .5015

    .5796 1.1558 1.046 .8652 1.103 1.340 1.672 .9114 .4571 19.62

    .04500 .08883 .5581 .5066

    .5876 1.1599 1.042 .8621 1.116 1.363 1.691 .9095 .4607 19.23

    .04600 .08991 .5649 .5116

    .5954 1.1639 1.038 .8592 1.130 1.386 1.709 .9076 .4643 18.85

    .04700 .09098 .5717 .5166

    .6033 1.1679 1.034 .8562 1.143 1.409 1.728 .9057 .4679 18.49

    .04800 .09205 .5784 .5215

    .6111 1.1720 1.030 .8532 1.157 1.433 1.747 .9037 .4713 18.15

    .04900 .09311 .5850 .5263

    .6189 1.1760 1.026 .8503 1.170 1.456 1.766 .9018 .4746 17.82

    .05000 .09416 .5916 .5310

    .6267 1.1802 1.023 .8473 1.183 1.479 1.786 .8999 .4779 17.50

    .05100 .09520 .5981 .5357

    .6344 1.1843 1.019 .8444 1.196 1.503 1.805 .8980 .4811 17.19

    .05200 .09623 .6046 .5403

    .6421 1.1884 1.016 .8415 1.209 1.526 1.825 .8961 .4842 16.90

    .05300 .09726 .6111 .5449

    .6499 1.1926 1.013 .8385 1.222 1.550 1.845 .8943 .4873 16.62

    .05400 .09829 .6176 .5494

    .6575 1.1968 1.010 .8356 1.235 1.574 1.865 .8924 .4903 16.35

    .05500 .09930 .6239 .5538

    .6652 1.2011 1.007 .8326 1.248 1.598 1.885 .8905 .4932 16.09

    .05600 .1003

    .6303 .5582

    .6729 1.2053 1.004 .8297 1.261 1.622 1.906 .8886 .4960 15.84

    .05700 .1013 .6366 .5626

    .6805 1.2096 1.001 .8267 1.273 1.646 1.926 .8867 .4988 15.60 .05800 .1023 .6428 .5668

    .6880 1.2138 .9985 .8239 1.286 1.670 1.947 .8849 .5015 15.36

    .05900 .1033 .6491 .5711

    .6956 1.2181 .9958 .8209 1.298 1.695 1.968 .8830 .5042 15.13 .06000 .1043 .6553 .5753

    .7033 1.2225 .9932 .8180 1.311 1.719 1.989 .8811 .5068 14.91

    .06100 .1053 .6616 .5794

    .7110 1.2270 .9907 .8150 1.3231 1.744 2.011

    .8792 .5094 14.70 .06200 .1063 .6678 .5834

    .7187 1.2315 .9883 .8121 1.336 1.770 2.033

    .8773 .5119 14.50

    .06300 .1073 .6739 .5874

    .7256 1.2355 .9860 .8093 1.348 1.795 2.055

    .8755 .5143 14.30 .06400 .1082 .6799 .5914

    .7335 1.2402 .9837 .8063 1.360 1.819 2.076

    .8737 .5167 14.11

    .06500 .1092 .6860 .5954

    .7411 1.2447 .9815 .8035 1.372 1.845 2.098

    .8719 .5191 13.92

    .06600 .1101 .6920 .5993

    .7486 1.2492 .9793 .8005 1.384 1.870 2.121

    .8700 .5214 13.74 .06700 .1111 .6981 .6031

    .7561 1.2537 .9772 .7977 1.396 1.896 2.144

    .8682 .5236 13.57

    .06800 .1120 .7037 .6069 .7633 1.2580 .9752 .7948 1.408 1.921 2.166

    .8664 .5258 13.40 .06900 .1130 .7099 .6106 .7711 1.2628 .9732 .7919 1.420 1.948 2.189

    .8646 .5279 13.24

    .07000 .1139 .7157 .6144 .7783 1.2672 .9713 .7890 1.432 1.974 2.213

    .8627 .5300 13.08

    .07100 .1149 .7219 .6181 .7863 1.2721 .9694 .7861 1.444 2.000

    2.236

    .8609 .5321 12.92 .07200 .1158 .7277 .6217 .7937 1.2767 .9676 .7833 1.455 2.026 2.260

    .8591 .5341 12.77

    .07300 .1168 .7336 .6252 .8011 1.2813 .9658 .7804 1.467 2.053 2.284

    .8572 .5360 12.62 .07400 .1177 .7395 .6289 .8088 1.2861 .9641 .7775 1.479 2.080 2.308

    .8554 .5380 12.48

    .07500 .1186 .7453 .632