45
14 BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. Pengertian dan Pengaturan Hukum dalam Transaksi Ekspor Impor 1. Pengertian Ekspor Impor Pada saat ini tidak ada negara yang dapat hidup tanpa berhubungan dengan negara lain. Semua negara di dunia senantiasa berhubungan dengan negara lain dalam berbagai bentuk. Hubungan itu tidak terbatas berupa hubungan yang dilakukan pemerintah saja melainkan perusahaan juga bahkan perorangan. Hubungan antar perusahaan terutama dalam bentuk perdagangan. Perdagangan yang melibatkan para pihak lebih dari satu negara disebut perdagangan internasional/transaksi ekspor impor (international trade) atau bisnis internasional (international business). Perdagangan internasional atau bisnis internasional terutama dilaksanakan melalui perjanjian jual beli. Perjanjian jual beli internasional dikenal dengan sebutan perjanjian ekspor/impor. Dalam jual beli semacam ini kegiatan jual disebut ekspor dan kegiatan beli disebut impor. Pihak penjual disebut eksportir dan pihak pembeli disebut importir. Secara ringkas kegiatan ini disebut ekspor impor. Yang dimaksud dengan ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah Pabean. Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke daerah Universitas Sumatera Utara

repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

14

BAB II

PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN DALAM

PERDAGANGAN INTERNASIONAL

A. Pengertian dan Pengaturan Hukum dalam Transaksi Ekspor Impor

1. Pengertian Ekspor Impor

Pada saat ini tidak ada negara yang dapat hidup tanpa berhubungan dengan

negara lain. Semua negara di dunia senantiasa berhubungan dengan negara lain

dalam berbagai bentuk. Hubungan itu tidak terbatas berupa hubungan yang

dilakukan pemerintah saja melainkan perusahaan juga bahkan perorangan.

Hubungan antar perusahaan terutama dalam bentuk perdagangan. Perdagangan

yang melibatkan para pihak lebih dari satu negara disebut perdagangan

internasional/transaksi ekspor impor (international trade) atau bisnis internasional

(international business).

Perdagangan internasional atau bisnis internasional terutama dilaksanakan

melalui perjanjian jual beli. Perjanjian jual beli internasional dikenal dengan

sebutan perjanjian ekspor/impor. Dalam jual beli semacam ini kegiatan jual

disebut ekspor dan kegiatan beli disebut impor. Pihak penjual disebut eksportir

dan pihak pembeli disebut importir. Secara ringkas kegiatan ini disebut ekspor

impor.

Yang dimaksud dengan ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari

daerah Pabean. Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke daerah

Universitas Sumatera Utara

Page 2: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

15

Pabean. 17 Yang dimaksud dengan daerah Pabean adalah wilayah Republik

Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara diatasnya, serta

tempat–tempat tertentu di Zona Ekonomi Ekslusif dan landas kontinen.18

Dari definisi Black’s Law Dictionary diatas terhadap ekspor itu sendiri dapat

digaris bawahi sebagai catatan ialah bahwasannya ekspor dan impor itu hanya

Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor :

13/M-DAG/PER/3/2012 tentang Ketentuan Umum di bidang Ekspor maka

diperoleh pengertian ekspor, yaitu kegiatan mengeluarkan barang dari daerah

Pabean sesuai peraturan dan perundang–undangan yang berlaku. Sedangkan

pengertian impor adalah perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar

negeri ke dalam wilayah pabean dengan memenuhi ketentuan yang berlaku.

Ketentuan yang dimaksud adalah ketentuan ekspor impor yang diatur dalam

Undang Undang No. 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan.

Menurut Pasal 1 butir 13 Undang Undang No. 17 Tahun 2006, definisi dari

impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean. Sedangkan

dalam butir 14 disebutkan definisi ekspor yaitu kegiatan mengeluarkan barang

dari daerah pabean.

Dalam Black’s Law Dictionary dikatakan bahwa :

“ Eksport ; to send, take or carry (a good or commodity) out of the country;

to transport (merchandise) from one country to another in the course of trade”.

“ Import, a product brought into a country from a foreign country where it

originated”.

17 Departemen Jenderal Perdagangan Internasional, Kebijaksanaan Umum Perdagangan

Internasional Departemen Perindustrian dan Perdagangan hal. 54. 18Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

16

terkait dengan barang atau komoditi, dan tidak termasuk di dalamnya jasa serta

kekayaan intelektual. Dengan demikian, ekspor itu adalah kegiatan mengirim,

mengambil atau membawa barang dalam rangka perdagangan, itu berarti jika

bukan dalam rangka perdagangan meskipun mengirim, mengambil atau membawa

barang dari dan ke negara lain itu tidaklah dapat dikatakan sebagai kegiatan

ekspor impor sesuai dengan definisi di atas. Sedangkan cakupan definisi terhadap

impor masihlah cukup sempit, terkait dengan asal produknya. Sebab sekarang ini

yang mana kegiatan ekspor impor sangatlah kompleks, maka suatu badan usaha,

individu, atau negara tidak harus mengimpor langsung produk yang dibutuhkan

dari negara sumber atau asal produk itu pertama kalinya. Bisa saja produk itu di

produksi di Jerman dan dibeli atau diimpor oleh perusahaan yang berada di India,

tanpa dilakukan pengolahan lagi produk tersebut diimpor lagi oleh perusahaan

yang berada di Republik Rakyat Tiongkok, dengan kondisi fisik produk yang

sama kemudian di impor kembali oleh perusahaan yang ada di Indonesia

kemudian langsung menjualnya kepada konsumen.

Ekspor impor adalah prestasi penjual dalam usahanya untuk menyerahkan

barang kepada pembeli di seberang lautan. Ekspor dilakukan oleh penjual di

Indonesia, sedangkan impor dilakukan oleh penjual di luar negeri. Jadi, ekspor

impor adalah perbuatan penyerahan oleh penjual kepada pembeli. Ini merupakan

unsur pertama dari suatu pelaksanaan perjanjian jual beli perusahaan. Sedangkan

unsur kedua adalah pembayaran. Unsur kedua ini pada umumnya dilakukan

dengan mempergunakan devisa, yaitu alat pembayaran luar negeri.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

17

Sebagaimana dalam perjanjian secara umum, perjanjian ekspor/impor

berkaitan dengan hak dan kewajiban para pihak yang terlibat. Eksportir

berkewajiban memberikan barang kepada importir dan berhak menerima

pembayaran dari importir. Importir berkewajiban melakukan pembayaran kepada

eksportir dan berhak menerima barang dari eksportir. Persoalan dapat muncul

manakala masing-masing pihak hanya mau menikmati hak tanpa mau

melaksanakan kewajiban masing-masing.

Perjanjian ekspor impor pada hakikatnya tidak berbeda dengan perjanjian jual

beli pada umumnya yang diselenggarakan dalam suatu negara tetapi mempunyai

beberapa perbedaan. Beberapa hal yang menyebabkan ekspor impor berbeda

antara lain: Pembeli dan penjual dipisahkan dengan batas-batas negara, barang

yang diperjualbelikan dari satu negara ke negara lain terkena berbagai peraturan

seperti kepabean yang dikeluarkan masing-masing negara, diantara negara-negara

yang terkait terdapat berbagai perbedaan seperti bahasa, mata uang, kebiasaan

dalam perdagangan, hukum, dan sebagainya.

Transaksi ekspor impor adalah transaksi perdagangan internasional

(International Trade)yang sederhana dan tidak lebih dari membeli dan menjual

barang antar pengusaha-pengusaha yang bertempat dinegara berbeda.

Perdagangan internasional merupakan transaksi jual beli (atau imbal beli)

lintas negara, yang melibatkan dua pihak yang melakukan jual beli yang melintasi

batas kenegaraan.19

19Gunawan Widjaja, Aspek Hukum Dalam Kontrak Dagang Internasional: Analisis Yuridis

Terhadap Kontrak Jual Beli Internasional, Jurnal Hukum Bisnis Vol.27 No.4, Bandung, 2008, hal.24.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

18

Dari segi legal, transaksi perdagangan internasional berarti suatu transaksi

yang melibatkan kepentingan lebih dari satu hukum nasional. Transaksi ini juga

melibatkan lebih dari satu pihak yang tunduk pada hukum negara yang berbeda.20

a. Mengenai batasan perjanjian, yaitu :

Mengenai transaksi ekspor impor ini tidak diatur secara khusus dalam KUH

Perdata maupun dalam KUH Dagang, akan tetapi secara umum ketentuan dalam

KUH Perdata dalam Buku III dan Bab V Dan ketentuan dalam KUH Dagang tetap

berlaku bagi perdagangan ekspor impor di Indonesia.

Perjanjian jual beli yang dimuat dalam salescontract merupakan salah satu

bentuk perjanjian sebagaimana diatur dalam KUH Perdata, maka perjanjian jual

beli tunduk pada Hukum Perjanjian pada umumnya. Beberapa pengaturan

mengenai Hukum Perjanjian yaitu :

Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau

lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.21

a. Mengenai syarat – syarat sahnya perjanjian.

Sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat, yaitu :

1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.

2) Kecakapan untuk membuat perjanjian.

3) Suatu hal tertentu.

4) Suatu sebab yang halal.22

b. Mengenai asas kebebasan berkontrak, yaitu:

20Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Op.Cit.,hal.5. 21 R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang – Undang Hukum Perdata, Pradnya

Paramita, Jakarta, 2001, Pasal 1313. 22Ibid.,Pasal 1320.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

19

Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat dua belah pihak, atau karena alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Suatu perjanjian harus dilaksanakan denganitikad baik. 23

c. Mengenai definisi perjanjian jual beli secara umum, dimana disebutkan

jual beli adalah :

Suatu perjanjian timbal balik antara penjual dengan pembeli, dengan mana pihak penjual mengikatkan diri untuk menyerahkan suatu benda, sedangkan pihak pembeli mengikatkan diri untuk membayar harga benda sebagai yang telah diperjanjikan.24

2. Peraturan Hukum tentang Ekspor Impor

Setiap negara memiliki peraturan serta sistem perdagangan yang berbeda-

beda. Karena itu mereka yang terlibat dalam transaksi ekspor-impor, misalnya

para pengusaha atau para petugas bank, sangat perlu mengikuti perkembangan

peraturan serta sistem perdagangan internasional, baik yang berlaku di Indonesia

atau di negara lain.

Setelah dilakukan beberapa kali perubahan, maka peraturan umum tentang

pelaksanaan ekspor-impor dan lalu lintas devisa yang berlaku dewasa ini di

Indonesia adalah PP Nomor 1 Tahun 1982, tentang pelaksanaan ekspor impor

dan lalu lintas devisa.

Untuk menjalankan peraturan pemerintah tersebut, maka ditetapkan beberapa

peraturan pelaksanaannya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang untuk

itu, antara lain :

23Ibid., Pasal 1338. 24Ibid.,Pasal 1457.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

20

a. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 13/M-

DAG/PER/3/2012 tentang ketentuan – ketentuan umum di bidang ekspor.

b. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 48/M-

DAG/PER/7/2015 tentang ketentuan- ketentuan umum di bidang impor.

Sebelum berlakunya PP No. 1 tahun 1982 tentang Pelaksanaan Ekspor-impor

dan Lalu Lintas Devisa, telah berlaku beberapa Peraturan Pemerintah yang

mengatur tentang pelaksanaan ekspor-impor. Namun dengan semakin

berkembangnya masyarakat dan semakin meningkatnya kegiatan ekspor-impor,

maka peraturan-peraturan lama tersebut dianggap tidak lagi dapat memenuhi

kebutuhan.

Pertimbangan pemerintah untuk mengeluarkan PP No. 1 Tahun 1982 adalah

dalam rangka usaha pemerintah untuk meningkatkan pembangunan ekonomi serta

memperlancar perdagangan luar negeri, sehingga perlu disusun tata cara

pelaksanaan ekspor-impor yang mudah dan praktis.

Kebijaksanaan dan tindakan pemerintah dalam bidang ekspor-impor ini

mempunyai tujuan sebagai berikut:

a. Mengambil langkah yang dibutuhkan untuk memperkuat daya saing

ekspor Indonesia yang mengalami kemerosotan akibat dari pengaruh resesi

dunia, diskriminasi tarif dan saingan dari negara-negara produsen lainnya.

b. Menciptakan suatu suasana agar dapat melakukan suatu usaha

penerobosan pasar serta siap menghadapi saingan dari negara-negara

produsen lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

21

c. Membebaskan para eksportir dan kewajiban menjual devisa yang

diperolehnya kepada Bank Indonesia, agar devisa tersebut dapat

dimanfaatkan semaksimal mungkin, baik untuk pembelian bahan atau

barang modal guna menunjang ekspornya, maupun untuk mendapatkan

hasil yang maksimal dari penggunaan devisanya.

d. Menyempurnakan cara pembayaran transaksi ekspor-impor, dengan

memperluas cara pembayaran dari yang telah ada sebelumnya hingga cara

pembayaran yang sesuai dengan yang lazim digunakan dalam perdagangan

internasional.

e. Menyediakan fasilitas kredit ekspor, jaminan kredit ekspor dengan syarat

yang lunak.25

Ditinjau dari sifatnya, kebijakan pemerintah mengenai devisa menurut

ketentuan pasal 1 dan 2 PP No. 1 tahun 1982 adalah sebagai berikut :

a. Setiap orang dapat dengan bebas menguasai atau mempergunakan

devisanya tidak membedakan dari mana asal devisa diperoleh.

b. Devisa yang diperoleh atau yang dimiliki tidak diwajibkan untuk dijual

kepada Bank Indonesia, sehingga dapat dipergunakan untuk barang yang

diperlukan.

c. Jika devisa tersebut akan dijual kepada Bank Indonesia ataupun Bank

Devisa, maka bank tersebut wajib membeli dengan harga kurs yang terjadi

25 Daud S.T. Kobi., Buku Pintar Transaksi Ekspor-Impor, Andi, Yogyakarta, 2011, hal.32

Universitas Sumatera Utara

Page 9: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

22

dalam bursa valuta asing, disamping itu devisa tersebut dapat dijual beas

kepada pihak yang memerlukan.

d. Jika memerlukan devisa, maka dapat diperoleh dengan cara membelinya

dari Bank Indonesia, Bank Devisa ataupun pihak lain yang menjualnya.

Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1982 merupakan peraturan pelaksana dari

Undang-Undang No. 32 tahun 1964 tentang devisa. Secara garis besar, devisa

dapat dibagi atas dua jenis, yaitu :

a. Devisa umum

Yaitu devisa yang berasal dari hasil ekspor, atau dari hasil penjualan jasa,

atau transfer masuk dari luar negeri.

b. Devisa Kredit

Yaitu devisa yang berasal dari bantuan luar negeri, baik yang berupa

pinjaman maupun donor dari luar negeri yang oleh Bank Indonesia

ditempatkan dalam cal devisa di bursa valuta asing.26

a. Pembayaran di muka Pembayaran di muka (advance payment)

Mengenai tata cara pembayaran ekspor impor, menurut pasal 3 PP No. 1

Tahun 1982, dapat dilakukan dengan tunai maupun kredit, yaitu :

b. Letter of Credit (L/C)

c. Wesel inkaso (Collection Draft)

1) Document Against Payment (D/P)

2) Document Against Acceptance (D/A)

d. Perhitungan kemudian (Open Account)

26 Undang-Undang Nomor 32 tahun 1964 tentang Devisa

Universitas Sumatera Utara

Page 10: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

23

e. Konsinyasi

f. Cara pembayaran lain yang lazim dalam perdagangan luar negeri sesuai

dengan kesepakatan antara penjual dan pembeli.

Dengan PP No. 1 tahun 1982, pemerintah berusaha memperluas cara

pembayaran dalam transaksi ekspor impor untuk member kebebasan kepada

eksportir dan importir dalam memilih cara pembayaran. Dengan demikian para

eksportir dan importir tidak hanya harus mempergunakan L/C saja di dalam

pembayaran transaksi ekspor impor, tetapi juga dapat mempergunakan cara

pembayaran lain yang lazim dipergunakan dalam perdagangan internasional,

sesuai dengan kesepakatan antara pihak eksportir dan importir.

Kebijakan pemerintah mengenai kredit ekspor, jaminan kredit ekspor dan

asuransi ekspor, diatur dalam Pasal 4 PP No.1 tahun 1982, dimana untuk

peningkatan ekspor dibidang selain minyak dan gas bumi disediakan persyaratan

yang lunak. Sedangkan fasilitas kredit ekspor dan asurasi disediakan oleh

pemerintah. Untuk beberapa jenis barang tertentu dikenakan pungutan ekspor

yang disebut dengan pajak ekspor dan pajak ekspor tambahan, sebagaimana diatur

dalam Pasal 5 PP No. 1 tahun 1982. Sedangkan menurut ketentuan Pasal 7 PP No.

1 tahun 1982, Menteri Perdagangan dan Koperasi menetapkan barang-barang

tertentu yang dilarang untuk diimpor, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan

perkembangan ekonomi nasional serta kepentingan negara pada umumnya.

Dengan berlakunya PP No. 1 tahun 1982, maka seluruh peraturan yang

bertentangan yang berlaku sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi,

sebagaimana disebutkan pada PP No. 1 tahun 1982 tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

24

B. Perjanjian Dasar dalam Kegiatan Ekspor Impor

Ekspor impor sebagai suatu rangkaian perbuatan perusahaan dalam jual beli

barang tertentu senantiasa di awali dengan perjanjian. Perjanjian tersebut

merupakan hasil dari kegiatan sebelumnya yang dilakukan oleh eksportir dan

importir, yaitu penawaran dan permintaan. Kemudian kesepakatan tersebut

dituangkan ke dalam Sales Contract yang merupakan kesepakatan antara

eksportir dan importir untuk melakukan perdagangan barang sesuai dengan

persyaratan yang disepakati bersama dan masing–masing pihak mengikatkan diri

untuk melaksanakan semua kewajiban yang ditimbulkannya. Dalam sales contract

tercantum segala sesuatu yang diperjanjikan dan dibuat secara rinci dan tertulis

yang menyangkut syarat perjanjian, uraian barang, pelaksanaan penyerahan

barang serta cara pembayaran dan hal–hal penting lainnya. Sales contract atau

perjanjian jual beli harus mencantumkan cara pembayaran yang dilakukan apakah

secara tunai atau kredit, bilamana pembayaran dilakukan dengan cara kredit

ditentukan pula dengan atau tanpa letter of credit.

Tahap-tahap yang menyertai pelaksanaan perjanjian ekspor impor yaitu :

a. Pra Kontraktual atau tahap awal perjanjian

Terjadi penawaran produk yang diajukan penjual (eksportir), dimana

biasanya disertai dengan harga barang, mutu barang, jumlah serta syarat-

syarat lainnya yang biasanya disebut an inquiry for a quotation. Apabila

penawaran tersebut disetujui oleh pembeli (importir), maka kedua belah

pihak mengikatkan diri untuk melakukan “perjanjian jual beli”, dengan

syarat-syarat yang telah disepakati.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

25

b. Kontraktual atau tahap terjadinya perjanjian

Merupakan realisasi dari tahap awal perjanjian, yang kemudian dituangkan

secara rinci dan tertulis tentang segala sesuatu yang dianggap penting

dalam transaksi ekspor impor.

c. Post Kontraktual

Merupakan realisasi dari perjanjian yaitu pelaksanaan kontrak.27

C. Tata Cara Pelaksanaan Ekspor Impor

Dewasa ini hampir tidak ada lagi suatu negara didunia yang dapat memenuhi

kebutuhannya dari hasil produksi negaranya sendiri. Baik negara kecil ataupun

negara besar, negara yang perekonomiannya sudah maju ataupun masih

terbelakang, secara langsung atau tidak langsung membutuhkan pelaksanaan

pertukaran barang dan atau jasa antara satu negara dengan negara lainnya. Maka

dari itu antara negara-negara yang terdapat di dunia perlu terjalin suatu hubungan

perdagangan untuk memenuhi kebutuhan tiap-tiap negara tersebut.

Transaksi perdagangan luar negeri yang lebih dikenal dengan istilah ekspor

impor, pada hakikatnya adalah suatu transaksi sederhana yang tidak lebih dari

membeli dan menjual barang antara pengusaha-pengusaha yang bertempat tinggal

atau berdomisili di negara-negara yang berbeda. Namun dalam pertukaran barang

dan jasa yang menyeberangi laut ataupun darat ini tidak jarang timbul berbagai

masalah yang kompleks antara para pengusaha yang mempunyai bahasa,

kebudayaan, adat istiadat, dan cara yang berbeda-beda. Pengaruh keseluruhan dari

27 Etty Susilowati Suhardo, Op.Cit.,hal.12.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

26

perdagangan ekspor impor ini adalah untuk memberikan keuntungan bagi negara-

negara yang mengimpor dan mengekspor.

Transaksi ekspor impor secara langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan

ekonomi dari negara-negara yang terlibat di dalamnya. Bagi perekonomian negara

berkembang seperti Indonesia, transaksi ekspor impor merupakan salah satu

kegiatan ekonomi yang paling penting. Dalam situasi perekonomian dunia yang

masih belum terlalu menggembirakan saat ini, berbagai usaha telah dilakukan

pemerintah Indonesia yang diharapkan dapat meningkatkan sumber-sumber

devisa lain dengan cara meningkatkan produksi dalam negeri dan menarik

investor asing ke Indonesia. Untuk mendapatkan hasil seperti yang diharapkan,

pemerintah merasa perlu untuk mengambil kebijaksanaan serta tindakan dengan

jalan menyederhanakan ketentuan-ketentuan yang menyangkut kegiatan di bidang

lalu-lintas devisa dan ekspor impor.

Penyederhanaan tersebut pada umumnya menitikberatkan pada penggunaan

devisa dengan tanpa mengurangi pengawasan untuk mencegah hal-hal yang tidak

diharapkan. Kebijaksanaan pemerintah tersebut perlu mendapat dukungan dari

pihak-pihak yang bersangkutan dalam pelaksanaan ekspor impor. Jadi hendaknya

para pengusaha dapat memanfaatkan kesempatan dan kelonggaran-kelonggaran

yang telah diberikan oleh pemerintah tersebut dengan sebaik-baiknya, dan para

pengusaha diharapkan tidak menyalahgunakan kesempatan dan kelonggaran-

Universitas Sumatera Utara

Page 14: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

27

kelonggaran tersebut untuk tujuan yang hanya menguntungkan pribadi dan

merugikan perekonomian negara Indonesia.28

1. Tata Cara Pelaksanaan Ekspor

Dalam PP No. 1 tahun 1982 tentang Ekspor Impor dan Lalu Lintas

Devisa, telah diatur secara garis besar tentang pelaksanaan ekspor impor dan lalu

lintas devisa. Namun dalam rangka pelaksanaan kegiatan ekspor, pemerintah

merasa perlu untuk menetapkan ketentuan hukum lain yaitu Peraturan Menteri

Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 13/M-DAG/PER/3/2012 tentang

ketentuan-ketentuan umum dibidang ekspor.

Pemerintah senantiasa berusaha untuk menyempurnakan ketentuan-

ketentuan yang dipandang menghambat usaha peningkatan kegiatan bidang

ekspor, yaitu dengan mengeluarkan kebijakan yang disebut dengan deregulasi,

yang berarti penataan peraturan, dimana peraturan yang dianggap tidak perlu akan

dicabut untuk diperbaiki dengan peraturan yang baru. Demikian pula mengenai

pengurusan izin pelaksanaan ekspor impor yang terkesan berbelit-belit yang

cenderung mengurangi minat para pengusaha untuk melakukan kegiatan ekspor,

pemerintah juga mengusahakan penyederhanaan dengan mengeluarkan

kebijaksanaan yang diseut dengan debirokratisasi.

a. Syarat-syarat Eksportir

Tidak semua pengusaha dapat melaksanakan kegiatan ekspor. Seperti

halnya bank devisa, maka pengusaha yang berupa badan usaha, dapat

bergerak atau berperan sebagai eksportir harus memperoleh izin dari

28 Alfred Hutauruk, Sistem dan Pelaksanaan Ekspor Impor dan Lalu Lintas Devisa di

Indonesia, Erlangga, Jakarta, 1983, hal. 68.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

28

Kantor Wilayah Perdagangan di daerah masing-masing, setelah

terlebih dahulu mengajukan permohonan untuk bergerak di bidang

ekspor. Untuk itu calon eksportir harus memenuhi beberapa syarat

administrasi, antara lain :

1) Izin Usaha Dagang / Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

2) Akte Pendirian Perusahaan dan peraturan-peraturannya

3) Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

4) Menyerahkan surat fisikal atau surat yang telah memenuhi

kewajiban membayar pajak

5) Surat keterangan bank

Berdasarkan ketentuan Menteri Perdagangan dan Koperasi No.

558/MPP/Kep/XII/1998 junto No. 27/KP/I/1982, maka setelah persyaratan

administrasi disetujui, pengusaha kemudian mengajukan Angka Pengenal

Eksportir (APE), atau Angka Pengenal Eksportir Sementara (APES), atau Angka

Pengenal Eksportir Terbatas (APET). Dengan diperolehnya APE, APES atau

APET, maka pengusaha yang bersangkutan telah memiliki wewenang untuk

melaksanakan ekspor. Tetapi dengan dikeluarkannya keputusan Menteri

Perdagangan dan Koperasi No. 188/MP/Kep/II/2003 junto No.

558/MPP/Kep/XII/1998 junto Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Nomor : 13/M-DAG/PER/3/2012, pemerintah melonggarkan peraturan dengan

mempermudah izin untuk menjadi eksportir. Tujuan pemerintah mengeluarkan

kebijakan ini adalah untuk menarik minat para pengusaha untuk melaksanakan

kegiatan ekspor, sehingga akan meningkat pula pendapatan pemerintah yang

Universitas Sumatera Utara

Page 16: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

29

diperoleh dari kegiatan ekspor. Maka dari itu, kegiatan ekspor tidak hanya dapat

dilakukan oleh pengusaha yang telah memiliki APE, APES, atau, APET, tetapi

juga dilakukan oleh :

1) Setiap pengusaha yang memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan

(SIUP)

2) Setiap pengusaha yang telah mendapat izin udara dari departemen

teknis/lembaga pemerintah non-departemen berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan hal tersebut, maka pada dasarnya ada dua jenis eksportir, yaitu :

1) Eksportir umum, yang terdiri dari :

a) Setiap pengusaha yang memegang angka pengenal eksportir

(APE/APES) umum, yang nantinya jika sudah habis masa

berlakunya tidak diperlukan lagi mengajukan permohonan

APE/APES, tetapi cukup dengan SIUP aja.

b) Setiap pengusaha yang telah memiliki Surat Izin Usaha

Perdagangan (SIUP)

c) Setiap pengusaha yang mendapat izin usaha dari departemen

teknis/lembaga pemerintah non departemen berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2) Eksportir terdaftar

Yaitu pengusaha yang telah mendapat pengakuan dari Menteri

Perdagangan untuk mengekspor barang-barang yang diatur oleh

tata niaga ekspor.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

30

b. Cara Pembayaran Ekspor

Pembayaran ekspor diperluas tidak hanya dengan menggunakan L/C

saja, tetapi juga dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :

1) Pembayaran di muka

2) Letter of Credit (L/C)

3) Wesel Inkaso, dengan kondisi :

a) Document against Payment (D/P)

b) Document against Acceptance (D/A)

4) Perhitungan kemudian

5) Konsinyasi

6) Cara pembayaran lain yang lazim digunakan dalam perdagangan

internasional berdasarkan kesepakatan antara eksportir dan

importir.

c. Devisa

Devisa yang diperoleh eksportir dari ekspor barang atau jasa tidak

diwajibkan untuk dijual kepada Bank Indonesia. Eksportir dapat

menjual devisanya kepada Bank Indonesia melalui Bank Devisa

dengan harga berdasarkan kurs yang berlaku di bursa valuta asing.

Eksportir dapat pula menjual sebagian atau seluruh devisanya kepada

Bank Devisa, Importir dan pihak-pihak lain yang memerlukan devisa.

Bank Indonesia mengatur tata cara penjualan devisa yang diperoleh

dari hasil ekspor kepada Bank Devisa, serta penjualan lebih lanjut

Universitas Sumatera Utara

Page 18: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

31

kepada Bank Indonesia, sehingga eksportir diberi kebebasan untuk

menjual devisa yang diperolehnya.

d. Dokumen Ekspor

Dokumen utama yang dipergunakan untuk pencatatan ekspor adalah

Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB), yang wajib diisi oleh eksportir

dengan sebenar-benarnya, dan kemudian diajukan ke Bank Devisa

yang akan menelitinya untuk kemudian ditandatangani. Hal-hal yang

harus diperhatikan oleh Bank pada saat akan menandatangani formulir

PEB, antara lain :

1) APE/APES/APET atau SIUP harus masih berlaku

2) Barang yang akan diekspor bukan merupakan barang yang dilarang

untuk diekspor

3) Tidak menyimpang dari ketentuan UCP (Uniform Customs and

Practice for Documentary Credit)

4) Harga FOB barang yang akan diekspor yang tercantum dalam PEB

harus sama dengan patokan kontrak jual-beli

Dokumen PEB tersebut selanjutnya disampaikan kepada instansi bea

cukai (pabean) yang akan memeriksa kebenaran barang-barang yang

akan diekspor, kemudian mensahkan dokumen tersebut. Selanjutnya

dokumen tersebut dikirim kembali ke Bank Devisa untuk

menyelesaikan pembayaran.

e. Barang Ekspor

Universitas Sumatera Utara

Page 19: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

32

Dalam hal pelaksanaan kegiatan ekspor, pemerintah memprioritaskan

barang ekspor non minyak dan gas bumi yang memiliki pasaran baik

dalam lalu lintas perdagangan internasional. Selain itu pemerintah juga

memperhatikan faktor-faktor lainnya, seperti manfaat bagi

kesejahteraan rakyat, menyerap tenaga kerja, serta bahan-bahan yang

banyak dan mudah ditemukan di alam Indonesia.

Untuk barang yang akan diekspor, pemerintah menetapkan dua jenis

penggolongan yaitu :

1) Penggolongan berdasarkan dilarang atau tidaknya barang ekspor,

dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :

a) Barang-barang yang boleh/bebas diekspor

b) Barang-barang yang diatur tata niaga ekspornya, yaitu barang-

barang yang dapat diekspor oleh eksportir terbatas

c) Barang-barang yang diawasi ekspornya, yaitu barang-barang

yang ekspornya hanya dapat dilakukan dengan persetujuan

Menteri Perdagangan atau pejabat yang berwenang

d) Barang-barang yang dilarang diekspornya, yaitu barang-barang

yang ekspornya tidak boleh dilakukan.

2) Penggolongan berdasarkan pajak ekspor, digolongkan sebagai

berikut:

a) Penggolongan berdasarkan pajak ekspor yang penting bagi

pemerintah negara, yang belum diolah dan memiliki pasaran

yang baik diluar negeri, dikenakan pajak 10%

Universitas Sumatera Utara

Page 20: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

33

b) Barang-barang ekspor yang sudah diolah, namun belum dapat

diklarifikasi sebagai barang jadi, dikenakan pajak 5%

c) Barang-barang ekspor yang berdasarkan strategi menaikkan

perekonomian negara, menyerap tenaga kerja, serta

menyangkut kegiatan rakyat di daerah, dikenakan pajak sebesar

0%

d) Barang-barang ekspor hasil industri dan kerajinan rakyat, serta

barang-barang lemah ditinjau dari penghasilan devisa negara,

dikenakan pajak sebesar 0%

Harga patokan untuk barang-barang ekspor ditentukan secara berkala

oleh Menteri Perdagangan. Harga patokan adalah harga barang ekspor

dalam valuta asing berdasarkan syarat POB minimal yang harus

diserahkan kepada pemerintah. Dengan ditetapkannya harga patokan,

maka akan dapat ditentukan pula berapa besar pajak ekspor untuk barang-

barang tertentu.

Eksportir yang melanggar ketentuan-ketentuan tentang ekspor yang

dikeluarkan oleh pemerintah, dapat dikenakan sanksi tindakan hukum yang

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat dicabut

APE/APES/APET atau SIUP oleh Menteri Perdagangan.29

29Ibid., hal.104

Universitas Sumatera Utara

Page 21: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

34

2. Tata Cara Pelaksanaan Impor

Bahwa dalam rangka pelaksanaan PP No. 1 tahun 1982, tentang ekspor

impor dan lalu lintas devisa, pemerintah memandang perlu untuk menetapkan

ketentuan hukum lainnya tentang pelaksanaan impor, yaitu Peraturan Menteri

Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 48/M-DAG/PER/7/2015 tentang

ketentuan-ketentuan umum di bidang impor. Berbeda dengan ekspor yang selalu

diusahakan peningkatan pelaksanaannya oleh pemerintah dalam rangka

meningkatkan penerimaan pendapatan negara yang dapat dipergunakan untuk

membiayai pembangunan, maka dala hal impor pemerintah berusaha menaikkan

sekecil mungkin pelaksanaan kegiatan impor yang disesuaikan dengan kebutuhan

ekonomi negara. Impor terutama dilakukan untuk jenis-jenis barang yang amat

sulit diperoleh atau diproduksi di dalam negeri. Impor atas barang-barang yang

sudah dapat diproduksi dan sudah dapat dicukupi kebutuhan menghambur-

hamburkan cadangan devisa, juga dapat menghambat atau mengurangi produksi

dalam negeri.

a. Syarat-Syarat Importir

Tidak semua pengusaha dapat melakukan kegiatan impor. Seperti halnya

Bank Devisa, importir yang berupa badan usaha juga harus memiliki izin

dari instansi yang berwenang. Izin ini dapat diperoleh dari kantor

perdagangan di daerah masing-masing, setelah sebelumnya mengajukan

permohonan. Untuk itu calon importir harus memenuhi beberapa syarat

administrasi, antara lain:

1) Izin Usaha Dagang atau Surat Usaha Perdagangan (SIUP)

Universitas Sumatera Utara

Page 22: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

35

2) Akta Pendirian Perusahaan dan peraturan-peraturannya

3) Surat permohonan kepada Kantor Dinas yang menangani bidang

perdagangan di daerah perusahaan tersebut berdomisili

4) Menyerahkan surat fiscal atau surat keterangan telah memenuhi

kewajiban membayar pajak/ Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

5) Surat keterangan bank (referensi bank)

6) Daftar riwayat hidup pengurus yang berhak menandatangani surat-surat

atas nama perusahaan.

7) Nomor Pengenal Importir Khusus (NPIK) bagi perusahaan yang akan

melakukan impor barang tertentu.

Setelah syarat tersebut dipenuhi dan permohonan memperoleh persetujuan

dari kantor perdagangan setempat, maka proses berikutnya adalah

mengajukan permintaan Angka Pengenal Importir (API), Angka Pengenal

Importir Sementara (APIS), atau Angka Pengenal Importir Terbatas

(APIT). Setelah mendapatkan API, APIS atau APIT, maka pengusaha

yang bersangkutan telah memiliki wewenang untuk melakukan kegiatan

impor.

Pemerintah menggolongkan importir ke dalam empat jenis, yaitu :

1) Impor Umum,

Yiatu setiap pengusaha yang memiliki Angka Pengenal Importir

(API/APIS) umum.

2) Importir Terdaftar

Universitas Sumatera Utara

Page 23: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

36

Yaitu seluruh importir pemegang Angka Pengenal Importir umum,

yang mendapat tugas untuk mengimpor komoditi tertentu yng sengaja

diarahkan oleh pemerintah.

3) Importir Produsen

Yaitu seluruh produsen yang disetujui oleh pemerintah untuk

mengimpor sendiri barang-barang yang diperlukan untuk proses

produksinya.

4) Produsen Importir

Yaitu seluruh produsen yang disetujui untuk dapat mengimpor sendiri

barang yang sejenis dengan hasil produksinya.

b. Cara Pembayaran Impor

Pembayaran impor diperluas tidak hanya dengan menggunakan L/C saja,

tetapi juga dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :

1) Pembayaran di muka

2) Letter of Credit (L/C)

3) Wesel Inkaso, dengan kondisi :

a) Document against Payment (D/P)

b) Document against Acceptance (D/A)

4) Perhitungan kemudian

5) Konsinyasi

6) Cara pembayaran lain yang lazim digunakan dalam perdagangan

internasional berdasarkan kesepakatan antara eksportir dan importir.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

37

c. Devisa

Apabila importir ingin membeli sebagian atau seluruh devisa untuk impor

dari Bank Indonesia, maka Bank Indonesia wajib menjualnya berdasarkan

kurs yang berlaku di bursa valuta asing. Di samping itu, importir dapat

membeli devisa yang diperlukan dari Bank Devisa, eksportir, atau pihak

pihak-pihak lain yang bersedia menjualnya. Bank Indonesia mengatur tata

cara pembelian devisa untuk impor melalui Bank Devisa.

d. Dokumen Impor

Dokumen utama yang dipakai untuk pencatatan impor adalah

pemberitahuan pemasukan barang yang akan digunakan untuk PPUD,

yang wajib diisi oleh importir dengan sebenar-benarnya, dan kemudian

diajukan kepada instansi bea cukai (pabean). Selanjutnya importir dapat

mengambil barang-barang yang diimpornya tersebut. Pengambilan barang-

barang yang diimpor dapat dilakukan dengan cara menunjukan dokumen

pengapalan barang impor tersebut kepada maskapai pelayaran dan

pengangkutan barang.

e. Barang Impor

Dalam hal pelaksanaan kegiatan impor, pemerintah berhak dan

berkewajiban untuk mengatur barang-barang yang akan diimpor,

disesuaikan dengan kondisi ekonomi dan kebutuhan Negara.

Untuk barang-barang yang akan diimpor, pemerintah menetapkan dua

jenis penggolongan, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Page 25: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

38

1) Penggolongan berdasarkan dilarang atau tidaknya barang impor,

digolongkan sebagai berikut :

a) Barang-barang yang boleh/bebas impor

b) Barang-barang yang diatur tata niaga impornya, yaitu barang-

barang yang dapat diimpor oleh para importir terbataS

c) Barang-barang yang diawasi impornya, yaitu barang-barang

yang impornya hanya dapat dilakukan dengan pengawasan

Menteri Perdagangan atau Pejabat yang bersangkutan

d) Barang-barang yang dilarang impornya, yaitu barang-barang

yang impornya sama sekali tidak boleh dilakukan

2) Penggolongan berdasarkan ada atau tidaknya pengenaan pajak pada

suatu barang, digolongkan sebagai berikut :

a) Barang dagang, yaitu barang yang dimaksudkan untuk

diperdagangkan sehingga dikenakan bea masuk, serta pajak

penjualan impor, tanpa dipengaruhi besarnya harga barang

b) Bukan barang dagang, yaitu barang yang dimaksudkan bukan

untuk diperdagangkan, yang terbagi atas dua jenis, yaitu :

(1) Barang kiriman

(2) Barang bawaan penumpang

3) Penggolongan berdasarkan penting atau tidaknya barang tersebut

diimpor ke dalam negeri, digolongkan sebagai berikut :

a) Golongan A, yaitu barang yang sangat penting untuk diimpor

b) Golongan B, yaitu barang yang penting untuk diimpor

Universitas Sumatera Utara

Page 26: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

39

c) Golongan C, yaitu barang yang kurang penting untuk diimpor

d) Golongan D, yaitu barang yang tidak dilarang untuk diimpor

namun belum termasuk dalam golongab A,B, dan C.30

Importir yang melanggar ketentuan-ketentuan teantang impor yang telah

ditetapkan oleh pemerintah dapat dikenakan sanksi hukum berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan dapat dicabut

API/APIS/APIT oleh Menteri Perdagangan.

Satu hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan ekspor impor, untuk

dapat memperoleh hasil yang diharapkan, pihak pengusaha harus mendapat

dukungan dari seluruh pihak yang berkaitan dengan pelaksanaan ekspor

impor tersebut. Tujuan pemerintah mengeluarkan peraturan-peraturan diatas

adalah semata-mata untuk tidak mempersulit para pengusaha dalam

pelaksanaan ekspor impor. Untuk pelaksanaan peraturan yang telah

ditetapkan pemerintah tersebut, jajaran instansi pemerintah yang berkaitan

juga diharapkan dapat melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Sebab suatu

peraturan yang baik tidak akan ada artinya bila tidak dijalankan dengan

sempurna.

D. Sistem Pembayaran dalam Transaksi Perdagangan Internasional

Pada umumnya dalam kontrak-kontrak bisnis selalu terdapat klausul tentang

cara pembayaran. Pembayaran (penyerahan sejumlah uang) merupakan bentuk

prestasi terpenting yang harus dilaksanakan oleh salah satu pihak. Di pihak lain

30 Roselyne Hutabarat, Transaksi Ekspor Impor, Erlangga, Jakarta, 1997, hal. 118.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

40

pembayaran merupakan hak yang wajib diperoleh berdasarkan kontrak. Tidak

jelasnya tata cara pembayaran atau tidak terjaminnya keamanan mengenai tata

cara pembayaran dapat muncul menjadi resiko usaha dan sumber perselisihan

(sengketa) dalam hubungan bisnis para pihak yang terlibat.

Dalam kontrak-kontrak bisnis internasional, kejelasan dan aspek keamanan

mengenai tata cara pembayaran menjadi lebih penting mengingat para pihak yang

terlibat dalam kontrak dipisahkan oleh jarak yang cukup jauh dan tidak jarang

para pihak tidak saling mengenal satu sama lain atau tidak pernah bertemu

sebelumnya. Cara pembayaran yang tepat dapat memberikan jaminan keamanan

dan memberikan keringanan atau kemudahan bagi pihak-pihak tertentu. Misalnya

dalam transaksi ekspor-impor, dipilih cara pembayaran advance payment

(pembayaran di muka) akan memberikan kemudahan bagi eksportir karena

pembeli (importir) terlebih dahulu melakukan pembayaran sebelum barang

dikirimkan oleh penjual (eksportir). Oleh karena itu, sebelum merumuskan klausul

mengenai tata cara pembayaran, sebaiknya para pihak terlebih dahulu mengenali

karakter masing-masing tata cara pembayaran yang dikenal dalam transaksi-

transaksi internasional.

Dalam transaksi perdagangan internasional yang dilakukan oleh penjual

(eksportir) dan pembeli (importir) akan timbul hak dan kewajiban bagi masing-

masing pihak. Eksportir wajib melakukan penyerahan barang dan berhak untuk

menerima pembayaran atas penyerahan barang. Di sisi lain importir wajib

melunasi harga barang dan berhak untuk menuntut penyerahan barang yang

dibelinya. Karena eksportir dan importir terpisah secara geopolitik dan geografis,

Universitas Sumatera Utara

Page 28: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

41

maka penyelesaian pembayaran memiliki karakteristik sendiri. Hal ini karena

mata uang pada umumnya mata uang yang digunakan berbeda dan mereka terikat

hukum dan peraturan negara masing-masing.31

Adanya jarak dan tidak saling mengenal secara pribadi tentu akan

menimbulkan resiko dan kecurangan bagi masing-masing pihak yang terlibat.

Eksportir takut barang yang dikirimnya tidak dibayar oleh importir. Sebaliknya

importir juga takut kalau barang yang dipesannya tidak sampai diterima atau tidak

sesuai dengan yang diperjanjikan. Karena ada kendala diatas maka dalam

transaksi perdagangan internasional jarang sekali dilakukan secara tunai (cash

payment) atau pembayaran di muka (advance payment) karena beresiko besar bagi

importir.

32

Menurut Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1982 dalam Pasal 3 ayat (1)

disebutkan bahwa cara pembayaran ekspor impor adalah dengan tunai atau

dengan kredit. Pasal 3 ayat (1) tersebut menjelaskan cara pembayaran ekspor

impor dapat dilakukan dengan :

Pemerintah menunjang kegiatan ekspor impor dengan memberikan

kebijaksanaan dalam fasilitas penggunaan devisa serta penyediaan kredit, jaminan

kredit ekspor dan asuransi ekspor, serta kebijaksanaan lain yang sangat penting

yaitu pengaturan sistem pembiayaan ekspor impor yang dapat dilakukan dengan

cara tunai atau kredit.

33

31 Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, Op.cit., hal.23 32Ibid.,hal.24. 33 Etty Susilowati, Op.Cit.,hal.16.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

42

1. Pembayaran di muka (Advance Payment)

Sistem Pembayaran ini dilakukan manakala pembeli (importir) membayar

terlebih dahulu kepada penjual (eksportir) sebelum barang-barang dikirim oleh

penjual (merealisasi ekspor) sesuai dengan kesepakatan pafra pihak.

Advance Payment merupakan salah satu bentuk cara pembayaran non-L/C

yang dikenal dalam berbagai kontrak bisnis, termasuk kontrak bisnis yang

bernuansa internasional. Cara pembayaran dengan sistem advance payment biasa

dikenal dengan sebutan “pembayaran di muka”. Melalui cara ini pembeli

(importir) membayar terlebih dahulu kepada penjual (eksportir) melalui perintah

transfer bank ke rekening penjual (eksportir), sebelum penjual (eksportir) yang

bersangkutan mengirimkan barang yang diperjanjikan. Setelah menerima

pembayaran harga, baik keseluruhan maupun sebagian, penjual (eksportir)

melakukan kewajibannya mengirimkan barang melalui port of loading. Barang

yang dikirim tersebut sudah tercatat atas nama pembeli (importir).

Cara pembayaran dengan advance payment mempunyai beberapa variasi

sesuai dengan jumlah harga yang terlebih dahulu dibayarkan oleh pembeli

(eksportir). Adakalanya pembeli membeli membayar keseluruhan harga barang

termasuk ongkos angkut, asuransi dan semua biaya yang disepakati dalam kontrak

bisnis mereka. Dengan pengiriman barang tersebut, pembeli telah menyelesaikan

seluruh kewajibannya sepanjang mengenai pembayaran, jadi tidak ada lagi biaya

tambahan yang harus dibayar oleh pembeli (importir). Cara ini dikenal dengan

istilah payment with order.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

43

Variasi lain adalah partial payment with order. Sesuai dengan namanya,

dalam sistem pembayaran ini pembeli hanya membayar sebagian harga terlebih

dahulu, misalnya hanya membayar harga barang saja. Biaya-biaya lain sesuai

yang diperjanjikan (misalnya ongkos angkut, asuransi, dan biaya lainnya) akan

dibayar oleh penjual setelah penjual melakukan kewajibannya mengirimkan

barang. Penagihan sisa pembayaran oleh penjual umumnya dilakukan dengan

menggunakan sistem collection.

Cara pembayaran dengan menggunakan sistem pembayaran advance

payment mengandung resiko yang harus dipertimbangkan, khususnya oleh

importir yang terlebih dahulu melakukan pembayaran. Bila saja terjadi

wanprestasi dari penjual yang berakibat fatal bagi pembeli, misalnya penjual tidak

mengirimkan barang tepat waktu yang dijanjikan atau penjual mengirimkan

barang yang kualifikasi dan mutunya tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Oleh

karena itu, kontrak bisnis yang mendasari transaksi seperti ini harus diperkuat

dengan berbagai klausul yang dapat menjamin kepentingan pembeli, misalnya

klausul tentang ganti rugi atau sanksi.

Cara pembayaran dengan advance payment umumnya dipilih oleh para

pihak dalam kontrak bisnis apabila diantara para pihak terdapat hubungan bisnis

yang sudah berjalan dengan baik. Dengan kata lain, kontrak bisnis yang pada

umumnya bukan hubungan bisnis yang pertama bagi para pihak. Cara ini baru

bermanfaat apabila para pihak sudah saling mengenal satu sama lain dan sudah

sering melakukan transaksi, atau bila pembeli telah mengenal reputasi penjual.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

44

Keuntungan menggunakan sistem pembayaran advance payment adalah

mengurangi biaya perbankan bila dibandingkan dengan penggunaan L/C.

Kesepakatan tersebut tercantum dalam kontrak jual beli (sales contract).

Dalam sistem pembelian ini importir menanggung segala resiko, baik tentang

pembayaran yang telah dilakukan maupun tentang kemungkinan tidak dikirimnya

barang-barang yang dipesan.34

2. Wesel Inkaso dengan kondisi Document Against Payment (D/P) dan Document Against Acceptance (D/A)

Dalam sistem ini eksportir memiliki hak pengawasan barang-barang

sampai weselnya (draft) dibayar importir. Eksportir atau penarik wesel (drawer)

mengapalkan barang sementara dokumen pemilikan atas pengiriman barang

secara langsung atau melalui bank importir dikirim ke importir.

Penyerahan dokumen kepada importir didasarkan pada :

a. D/P (Document against Payment) : penyerahan dokumen

kepada importir dilakukan apabila importir telah membayar.

b. D/A (Document against Acceptance) : penyerahan dokumen

kepada importir dilakukanapabila importir telah mengaksep

weselnya

3. Perhitungan kemudian (Open Account)

Cara pembayaran dengan open account merupakan kebalikan dari advance

payment. Pada advance payment pembeli yang terlebih dahulu melakukan

pembayaran harga barang, sedangkan dengan open account penjual yang

34 Roselyne Hutabarat, Transaksi Ekspor Impor, Cet.3, Erlangga, Jakarta, 1990, hal.10.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

45

terlebihdahulu melakukan pengiriman barang, kemudian pembeli membayar harga

melalui perintah transfer bank ke rekening penjual.

Pembayaran dengan cara open account ini, barang yang telah dikirimkan

kepada importir tanpa disertai surat perintah membayar serta dokumen-dokumen.

Pembayaran dilakukan setelah beberapa waktu atau terserah kebijaksanaan

importir. Dalam hal ini, resiko sebagian besar ditanggung eksportir, misalnya :

eksportir harus mempunyai banyak modal dan apabila pembayaran akan

dilakukan dengan mata uang asing, resiko perubahan kurs menjadi

tanggungannya.

Dalam open account, nama pemilik barang yang tercantum dalam

dokumen ekspor sudah atas nama pembeli (importir). Dokumen yang diserahkan

oleh eksportir kepada importir dapat melalui bank. Namun demikian, penyerahan

dokumen tersebut kepada bank hanya sebatas sebagai kurir.

Cara pembayaran dengan open account sangat menguntungkan pembeli,

melalui sistem ini pembeli terlebih dahulu melihat barang yang dikirimkan oleh

penjual. Pembeli dapat melihat dan memeriksa terlebih dahulu spesifikasi barang

yang dijanjikan, kemudian melakukan pembayaran. Pemilik memiliki waktu

untuk menyatakan penolakan atas barang yang telah dikirimkan oleh penjual.

Keuntungan lain adalah pembeli memiliki waktu yang cukup longgar untuk

menyediakan dana guna keperluan pembayaran.

Di sisi lain, resiko dapat muncul di pihak penjual, misalnya barang telah

dikirimkan penjual ke pelabuhan tempat kedudukan pembeli, tetapi pembeli tidak

melakukan pembayaran atau melakukan pembayaran tidak tepat waktu. Penjual

Universitas Sumatera Utara

Page 33: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

46

akan rugi karena telah menanamkan modal atas harga barang dan biaya-biaya lain

yang dikeluarkan untuk kepentingan ongkos pengangkutan dan biaya asuransi.

Sama seperti cara pembayaran advance payment, cara pembayaran dengan

open account jarang digunakan oleh pihak-pihak yang belum saling mengenal

dengan baik reputasi mitra kontraknya. Oleh karena cara ini sangat

menguntungkan pembeli, maka umumnya cara pembayaran open account banyak

dilakukan antara induk perusahaan dan anak perusahaan. Dengan cara

pembayaran kemudian, maka induk perusahaan sebenarnya telah memberikan

pembiayaan kepada anak perusahaan.

Keuntungan cara pembayaran open account sama seperti pada pembayaran

dengan advance payment yaitu dapat mengurangi jasa perbankan.

Sistem pembayaran ini adalah kebalikan dari sistem advance payment.

Dalam hal ini yang menganggung resiko adalah eksportir, sedangkan yang

mendapat fasilitas kredit atau penanggulan pembayaran adalah importir. Disebut

open account (perhitungan kemudian) karena belum dilakukan pembayaran apa-

apa oleh importir kepada eksportir sebelum barang-barang dikapalakan atau tiba

diterima importir atau sebelum waktu tertentu yang disepakati. Eksportir telah

melakukan pengapalan barang, akan mengirimkan invoice kepada importir, dan

tidak akan dikirimkan wesel atau instrumen lain oleh eksportir kepada importir.

Dalam invoice tersebut eksportir akan mencantumkan tanggal dan waktu tertentu,

importir harus melakukan pembayaran dan pemberian diskon harga bagi

pembayaran yang dilakukan sebelum jatuh tempo. Jadi, transaksi ini merupakan

transaksi langsung antara eksportir dan importir.

Universitas Sumatera Utara

Page 34: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

47

Importir akan membayar barang setelah tiba di tempat importir berada.

Eksportir menanggung segala resiko, sedangkan importir mendapatkan

penangguhan pembayaran.

Pembayaran dengan open account ini dilakukan apabila :

a. Adanya kepercayaan dari eksportir bahwa importir pasti akan

membayar barang yang diterima tepat pada waktunya. Demikian juga

keyakinan importir bahwa eksportir akan mengirimkan barang tepat

waktu sesuai dengan kontrak yang dibuat dan barang yang dipesan.

b. Barang komoditi yang dikirim oleh eksportir bukan merupakan barang

yang dilarang untuk diekspor.

c. Barang-barang dan dokumen akan langsung dikirim oleh pembeli.

d. Eksportir harus menyediakan modal yang cukup besar, walaupun

resikonya cukup tinggi, khususnya apabila importir ingkar janji,

eksportir sulit membuktikannya.

e. Barang-barang dan dokumen akan langsung dikirim oleh pembeli.

f. Eksportir kelebihan dana

g. Eksportir yakin tidak ada peraturan di negara importir yang

melarang/menghalang-halangi transfer pembayaran importir tersebut

ke dalam rekening eksportir

Dalam transaksi ini terdapat resiko sebagai berikut :

a. Eksportir tidak mendapat perlindungan/kepastian apakah importir akan

membayar.

Universitas Sumatera Utara

Page 35: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

48

b. Karena tidak ada bukti importir tidak mau membayar, eksportir sulit

membuktikan di pengadilan bahwa ia mempunyai tagihan kepada

importir.

c. Penyelesaian perselisihan akan menimbulkan ongkos bagi eksportir

terutama bila ia harus datang ke tempat importir.35

4. Konsinyasi (Consignment)

Yang dimaksud dengan konsinyasi (consignment) adalah pengiriman

barang-barang eksportir pada importir di luar negeri dan barang-barang tersebut

dikirim oleh ekpsortir sebagai titipan untuk dijualkan oleh importir dengan harga

yang ditetapkan oleh eksportir. Barang-barang tersebut dikumpul dan dijual

importir yang merupakan agen dari ekspotir tersebut. Setelah barang-barang

tersebut terjual, pembayarannya akan dilakukan oleh importir. Apabila barang-

barang tersebut tidak terjual, akan dikembalikan kepada eksportir. Dalam sistem

konsinyasi ini eksportir tetap memegang hak milik atas barang, sedangkan

importir hanya merupakan pihak yang dititipi barang untuk dijual. Dengan

demikian, eksportirlah yang menanggung resiko yang mungkin terjadi. Resiko ini

antara lain :

a. Modal terlalu lama tertimbun pada barang yang diperdagangkan.

b. Tidak ada kepastian eksportir akan menerima pembayaran.

c. Eksportir dapat menjadi korban kenakalan importir yang melaporkan

barang telah terjual pada saat harga belum naik, padahal pada saat itu

35Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 36: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

49

barang belum dijual sehingga hasil ekspor yang diterima eksportir

tidak sesuai dengan yang seharusnya diterima.

d. Bila importir tidak membayar, tidak ada bukti yang diperoleh eksportir

untuk menuntut importir di pengadilan.

Selain itu, dalam hal ini importir tidak berfungsi sebagai pembeli dalam

pelaksanaan pembayaran konsinyasi, melainkan hanya sebagai peneriman titipan

dari supplier untuk menjual komoditi/barang tertentu yang dikirimkan.

Pembayaran baru dilakukan setelah komoditi tersebut terjual, kemudian

mentransfer valuta hasil penjualan kepada supplier melalui bank atau pos dan

importir mendapatkan komisi dari hasil penjualan.

Dalam hal ini, konsinyasi juga dikategorikan sebagai cara pembayaran

transaksi. Konsinyasi sebenarnya merupakan variasi lain dari cara pembayaran

dengan menggunakan open account. Melalui konsinyasi, penjual yang terlebih

dahulu mengirimkan barang. Perbedaannya dengan open account adalah

mengenai waktu pembeli mengirimkan barang. Pada open account, pembeli

mengirimkan harga pembelian setelah barang dikirimkan atau pada waktu tertentu

yang disepakati setelah barang dikirimkan oleh penjual. Sementara pada

konsinyasi, pembeli berkewajiban mengirimkan harga pembayaran barang setelah

pembeli berhasil menjual barang tersebut kepada pihak ketiga.

Cara pembayaran seperti ini cenderung mengandung resiko yang sangat besar

bagi penjual. Kemungkinan terjadinya wanprestasi sangat besar dan dalam

keadaan tertentu sulit terpantau. Kemungkinan wanprestasi antara lain :

a. Pembeli tidak membayar harga kepada penjual.

Universitas Sumatera Utara

Page 37: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

50

b. Pembeli telah berhasil menjual barang tersebut kepada pihak ketiga,

tetapi pembeli menunda pembayaran kepada penjual dan menyatakan

barang tersebut belum lagi terjual. Dengan demikian, pembeli mendapat

keuntungan dari penundaan pembayaran tersebut.

c. Apabila pembeli telah menjual barang tersebut kepada pihak ketiga pada

saat terjadinya kenaikan harga barang tersebut, tetapi memberitahukan

kepada penjual bahwa barang tersebut dijual kepada pihak ketiga pada

saat sebelum terjadinya kenaikan harga.

Oleh karena besarnya kemungkinan resiko yang mungkin dialami oleh

penjual, maka dalam kontrak-kontrak yang menggunakan cara pembayaran

konsinyasi seperti ini dilengkapi dengan klausula yang tegas tentang ganti rugi

atau sanksi dalam hal terjadinya wanprestasi. Pengenalan yang baik tentang

berbagai bentuk kalusula ganti rugi akan sangat membantu menghindari kerugian.

Selain itu, sangat penting diatur tentang mekanisme pengawasan dalam kontrak-

kontrak konsinyasi.

Mengingat resiko dalam kontrak konsinyasi, bentuk kerjasama konsinyasi

jarang digunakan. Kecuali oleh pihak-pihak yang telah lama saling mengenal

baik, mengetahui reputasi masing-masing dan yang terpenting para pihak telah

berulang kali melakukan transaksi atau kerjasama bisnis lainnya.

Kontrak-kontrak yang menggunakan cara konsinyasi dalam pembayaran juga

mempunyai berbagai keuntungan. Bagi penjual (eksportir), akan memperoleh

keuntungan berupa kemudahan untuk memasarkan barang di luar negeri, karena

cara ini banyak diminati oleh importir. Sementara itu bagi importir, sangat

Universitas Sumatera Utara

Page 38: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

51

menguntungkan karena tidak perlu mengeluarkan dana untuk pembayaran harga

barang terlebih dahulu.

5. Letter of Credit (L/C)

Pembayaran transaksi dengan menggunakan L/C merupakan cara

pembayaran yang paling umum digunakan dalam transaksi-transaksi bisnis,

khususya transaksi jual beli barang (sales of good). Cara pembayaran dengan

menggunakan L/C terlebih dahulu dicantumkan dalam sales contract.

Berdasarkan klausula cara pembayaran dengan menggunakan L/C yang tercantum

dalam kontrak inilah, kemudian pembeli (importir) mengajukan aplikasi L/C

kepada bank devisa di negaranya (opening bank) untuk manfaat penjual. Opening

bank selanjutnya akan mengirim surat L/C kepada beneficiary melalui bank

korespondennya di negara penjual (eksportir). Bank koresponden/advising bank

kemudian memberitahu beneficiary bahwa kepadanya telah dibuka L/C. Setelah

menerima L/C tersebut, penjual (eksportir) mengirimkan barang kepada pembeli.

Dokumen-dokumen asli mengenai barang itu diserahkan kepada advising bank

dan duplikatnya dikirimkan kepada pembeli. Setelah melakukan penelitian

terhadap kelengkapan dokumen, advising bank akan melakukan pembayaran.

Dokumen yang telah diterima dan telah diterima oleh advising bank kemudian

dikirim kepada opening bank/issuing bank. Setelah itu issuing bank melakukan

pembayaran kepada advising bank.

Pembuka kredit (importir) membayar semua kewajiban kepada issuing

bank setelah dinotifikasi bahwa semua dokumen telah datang. Issuing bank akan

Universitas Sumatera Utara

Page 39: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

52

mengirimkan dokumen asli kepada pembuka kredit, sebagai dasar untuk meminta

barang dari pengangkut.

Dengan menggunakan L/C, pembayaran akan menjadi lebih mudah, aman,

dan terjamin kelengkapan dokumen pengapalan serta resiko dapat dialihkan

kepada bank yang terkait. Selain itu, bagi eksportir L/C juga dapat dijadikan

jaminan untuk memperoleh pinjaman.

Cara pembayaran dengan menggunakan L/C memiliki berbagai

keuntungan, tergantung pada jenis L/C yang dipergunakan. Misalnya, jenis

irrevocable and confirmed L/C akan sangat menguntungkan eksportir dari segi

keamanan, karena L/C seperti ini tidak dapat dibatalkan atau diubah secara

sepihak selama jangka waktu berlakunya, kecuali ada persetujuan semua pihak.

Jenis sight L/C dan red clause L/C juga sangat menguntungkan dan aman bagi

eksportir karena eksportir bisa segera mendapat pembayaran.

Sight L/C yaitu L/C yang jika semua persyaratan telah terpenuhi, maka

negotiating bank wajib membayar nominal L/C kepada eksportir paling lama

dalam 7 hari kerja. Red Clause L/C yaitu pembayaran dilakukan oleh negotiating

bank kepada eksportir sebelum barang dikapalkan.

Bagi importir bentuk documentary L/C mungkin akan lebih

menguntungkan. Dengan bentuk ini eksportir (penjual) telah melengkapi semua

syarat dokumen.

Pemilihan jenis L/C tergantung pada perjanjian dan kesepakatan yang

diambil saat dilakukan korespondensi transaksi. Dengan demikian, kemampuan

Universitas Sumatera Utara

Page 40: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

53

bernegosisasi dan bargaining power sangat menentukan jenis L/C yang

digunakan.

Pengertian Letter of Credit secara umum merupakan suatu pernyataan dari

bank atas permintaan importir yang merupakan nasabah dari bank tersebut, untuk

menyediakan dana dan membayar sejumlah uang tertentu untuk kepentingan

pihak ketiga (eksportir). Pembukaan L/C oleh importir dilakukan melalui bank

yang disebut opening bank atau issuing bank.

Pada umumnya L/C digunakan untuk membiayai kembali kontrak

penjualan barang jarak jauh antara pembeli dan penjual yang belum saling

mengenal dengan baik. L/C digunakan untuk membiayai transaksi perdagangan

internasional. Namun, L/C bukan merupakan garansi atau surat berharga yang

dapat dipindahtangankan. 36

a. Hubungan hukum antara pembeli (pemohon) dan penjual (penerima)

berdasarkan kontrak penjualan.

Dalam transaksi L/C terdapat hubungan-hubungan hukum yang utama

sebagai berikut :

b. Hubungan hukum antara pemohon dan bank penerbit berdasarkan

permintaan penerbitan L/C sebagai kontrak.

c. Hubungan hukum antara bank penerbit dan penerima berdasarkan L/C

sebagai kontrak.

d. Hubungan hukum antara bank penerbit dan bank penerus berdasarkan

kontrak keagenan.

36Adrian Sutedi, Hukum Ekspor Impor, Raih Asa Sukses (Penebar Swadaya Grup), Jakarta,

2014, hal. 5.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

54

e. Hubungan hukum antara bank penerus dan penerima berdasarkan

kontrak pembayaran L/C.

Sistem pembayaran dengan menggunakan L/C merupakan cara paling aman

bagi eksportir untuk memperoleh hasil penjualan barangnya dari importir, asalkan

eksportir tersebut dapat menyerahkan dokumen-dokumen sesuai dengan yang

disyaratkan dalam L/C. dengan penerbitan L/C ini sebuah bank bertindak sebagai

pengganti importir yakni pihak yang memberikan kepercayaan dan kepastian

kepada penjual bahwa pembayaran akan dilakukan oleh bank tersebut sesuai

dengan persyaratan-persyaratan yang terdapat di dalam L/C.

6. Uniform Custom and Practice for Documentary Credit (UCP)

Dalam kontrak-kontrak bisnis yang berdimensi internasional selalu

melibatkan lebih dari satu sistem hukum. Dalam transaksi, umumnya para pihak

menginginkan kontrak bisnis diatur menurut hukum negaranya sendiri.

Untuk menghindari kesulitan dalam melakukan pemilihan hukum, dalam

transaksi yang menggunakan L/C, International Chamber of Commerce (ICC)

telah merumuskan UCP sebagai acuan yang sama bagi para pihak yang

melakukan transaksi dengan L/C. UCP ini berasal dari kebiasaan dalam transaksi-

transaksi bisnis internasional yang berkembang dari waktu ke waktu.

UCP telah mengalami beberapa kali revisi. Revisi terakhir dilakukan pada

tahun 2007 dengan dihasilkan UCP dengan terbitan nomor 600 atau yang biasa

dikenal dengan UCP 600. UCP 600 inilah yang kini menjadi acuan dalam

transaksi bisnis internasional yang menggunakan L/C sebagai cara pembayaran.

Universitas Sumatera Utara

Page 42: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

55

Sebagai sebuah kerangka acuang yang sama di semua negara dalam

transaksi bisnis yang menggunakan L/C, UCP memiliki beberapa karakter hukum,

sebagai berikut :

a. UCP menganut prinsip separation

Dengan prinsip ini berarti perjanjian tata cara pembayaran dengan L/C

merupakan kontrak yang terpisah dengan sales contract atau kontrak lainnya,

meskipun dalam kontrak tersebut berisi ketentuan tentang klausula penggunaan

L/C. Bank yang terlibat dalam pembayaran transaksi yang menggunakan L/C

tidak bisa dilibatkan dalam kontrak bisnis para pihak. Artinya jika terjadi

wanprestasi (misalnya tentang pembayaran atau pengiriman barang) dalam

kontrak bisnis para pihak, maka pihak bank tidak bisa ditarik sebagai satu pihak

yang terlibat dalam kontrak tersebut. Bank hanya bertanggungjawab sepanjang

mengenai dokumen-dokumen L/C sesuai dengan perjanjian kredit yang

bersangkutan.

b. UCP merupakan hukum yang mengatur

UCP 500 merupakan hukum yang bersifat mengatur. Sifat mengatur

ini didasarkan pada prinsip lex specialis derogat lex generalis yang dianut dalam

Pasal 1 UCP 600. Dengan prinsip ini berarti UCP 600 hanya akan digunakan

sebagai hukum yang mengatur hubungan para pihak sepanjang mereka secara

tegas mencantumkan UCP 600 dalam kontrak sebagai hukum yang mengatur

hubungan mereka. UCP 600 dapat dikesampingkan para pihak jika mereka

mengatur mekanisme sendiri dalam hubungan hukum antara mereka. Sifat

mengatur UCP ini akan berubah menjadi memaksa apabila para pihak secara tegas

Universitas Sumatera Utara

Page 43: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

56

dalam klausula L/C memilih untuk menerapkan UCP 600. Dengan demikian jika

terjadi perselisihan mengenai L/C sebagai cara pembayaran, maka terlebih dahulu

dilihat dalam perjanjian L/C yang bersangkutan apakah diatur mekanisme sendiri

atau ada klausula penujukan kepada UCP 600.

7. Commercial Bills of Exchange

Cara ini yang paling umum dipakai. Commercial Bills of Exchange sering

disebut Draft atatu Trade Bills, adalah surat yang ditulis oleh penjual yang berisi

perintah kepada pembeli untuk membayar sejumlah uang tertentu, pada waktu

tertentu, pada masa yang akan datang. Surat perintah semacam ini sering disebut

wesel. Apabila si pembeli menyetujui, dia membutuhkan tanda tangan pada Draft

tersebut dan draft tersebut dapat diperjualbelikan (disebut Trade Draft).

Cara pembayaran lain yang lazim dalam perdagangan luar negeri sesusai

kesepakatan antara penjual dan pembeli :

1. Barter

Sistem perdagangan dengan barter ini merupakan perdagangan timbal

balik antara dua negara yang biasa disebut “counter purchase” atau “counter

trade” dimana antara dua negara saling membeli dan menjual barang/komoditi

tertentu.

Di sini pembayaran harga barang yang diimpor dengan barang yang

diekspor nilainya sama. Sistem barter ini merupakan bentuk paling sederhana dari

counter trade yang merupakan pertukaran barang dengan barang secara langsung

tanpa adanya pembayaran dalam bentuk uang. Sistem ini banyak ditempuh

Universitas Sumatera Utara

Page 44: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

57

negara-negara berkembang karena kesulitan meningkatkan volume dan

mempromosikan barang ekspornya. Pertukaran barang ini biasanya didasarkan

pada kepercayaan tanpa adanya jaminan pembayaran dari bank, baik dalam

bentuk garansi maupun L/C. Barter biasanya dilakukan pada saat bersamaan

dengan cara alat pengangkutan barang dari negara A kembalinya mengangkut

barang yang menjadi pembayaran dari negara B. Dapat juga barang-barang yang

dipertukarkan masih dalam proses produksi, dalam hal ini barang penukar yang

diserahkan dengan menerima jaminan (Performance Bond) lebih dulu.

2. Barter Konsinyasi

Hampir sama dengan barter di atas, kecuali nilai barang ekspor mungkin

lebih tinggi dari barang impor sehingga selisih harga harus dibayar oleh importir

luar negeri dengan cara transfer.

Seperti barter biasa, hanya saja apabila harga barang ekspor lebih tinggi

dari barang impor, maka selisih harga harus dibayar oleh importir luar negeri

dengan cara transfer.

3. Counter Purchase

Selain barter, dikenal sistem counter purchase yang dipopulerkan di

Indonesia tahun 1982 dan dikaitkan dengan usaha pemerintah untuk menggalakan

ekspor nonmigas. Counter purchase diikat oleh dua kontrak yakni kontrak jual

beli yang secara teknis tergantung satu sama lain yakni dengan syarat untuk setuju

saling membeli barang antara kedua belah pihak. Dengan demikian, bila suatu

negara membeli suatu produk dari negara lain, maka negara lain tersebut

berkewajiban untuk membeli produk dari negara yang menjual tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 45: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 63870 › Chapter II.pdf... · BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN …Sebagaimana dalam perjanjian

58

4. Advance Payment kurang dari 100%

Pembayaran di muka bukan langsung seluruh barang yang diekspor,

melainkan 0,25 sampain 95% dari harga barang ekspor. Sisanya ditagih dengan

collection.

5. Pembayaran secara tunai

Pembayaran langsung tunai (cash) oleh pembeli kepada eksportir biasanya

pembeli mempunyai perwakilan di tempat penjual.37

37 Roselyn Hutabarat, Op.Cit.

Universitas Sumatera Utara