21
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minat Membaca 1. Pengertian Minat Membaca Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan. Sedangkan menurut kamus psikologi (dalam Haru, 2015) menjelaskan bahwa minat dalam bahasa Inggrisnya interest merupakan salah satu istilah teknis psikologi, khususnya di dalam psikologi pendidikan. Minat memainkan peranan penting dalam kehidupan seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap. Jadi, dapat dikatakan minat merupakan sumber motivasi yang mendorong individu untuk melakukan kegiatan yang mereka inginkan (Hurlock, 1980). Semiawan (dalam Ginting, 2005) menyatakan bahwa minat dapat dilihat dan diukur dari respon yang dihasilkan. Minat adalah suatu keadaan mental yang menghasilkan respon terarahkan kepada situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan pada dirinya (satisfiers). Definisi ini menjelaskan bahwa minat berfungsi sebagai penggerak yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan tertentu yang spesifik. Motivasi adalah sumber untuk mempertahankan minat terhadap kegiatan dan menjadikan kegiatan sangat menyenangkan (excitement). Minat mempunyai karakteristik pokok, yaitu melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat

A. Minat Membaca - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/41/2/BAB II.pdf · bahasa Inggrisnya interest merupakan salah satu istilah teknis psikologi, ... maka

Embed Size (px)

Citation preview

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Minat Membaca

1. Pengertian Minat Membaca

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), minat adalah

kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan. Sedangkan

menurut kamus psikologi (dalam Haru, 2015) menjelaskan bahwa minat dalam

bahasa Inggrisnya interest merupakan salah satu istilah teknis psikologi,

khususnya di dalam psikologi pendidikan. Minat memainkan peranan penting

dalam kehidupan seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan

sikap. Jadi, dapat dikatakan minat merupakan sumber motivasi yang mendorong

individu untuk melakukan kegiatan yang mereka inginkan (Hurlock, 1980).

Semiawan (dalam Ginting, 2005) menyatakan bahwa minat dapat dilihat dan

diukur dari respon yang dihasilkan. Minat adalah suatu keadaan mental yang

menghasilkan respon terarahkan kepada situasi atau objek tertentu yang

menyenangkan dan memberikan kepuasan pada dirinya (satisfiers). Definisi ini

menjelaskan bahwa minat berfungsi sebagai penggerak yang mengarahkan

seseorang melakukan kegiatan tertentu yang spesifik. Motivasi adalah sumber

untuk mempertahankan minat terhadap kegiatan dan menjadikan kegiatan sangat

menyenangkan (excitement). Minat mempunyai karakteristik pokok, yaitu

melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat

10

membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang. Minat dan motovasi memilih

hubungan dengan segi kognisi, namun minat lebih dekat dengan perilaku.

Minat adalah perasaan ingin tahu, mempelajari, mengagumi atau memiliki

sesuatu (Djaali, 2013). Minat seseorang terhadap suatu objek akan lebih kelihatan

apabila objek tersebut sesuai sasaran dan berkaitan dengan keinginan dan

kebutuhan seseorang yang bersangkutan (Sardiman 2012). Karateristik minat

menurut Walgito (dalam Meilianawati, 2015) adalah: (1) menimbulkan sikap

positif terhadap sesuatu objek (2) adanya sesuatu yang menyenangkan yang

timbul dari suatu objek (3) mengandung suatu pengharapan yang menimbulkan

keinginan atau gairah untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi minatnya.

Meichati (1978) menyatakan bahwa minat adalah perhatian yang kuat,

intensif dan menguasai individu secara mendalam untuk tekun melakukan suatu

aktivitas. Sedangkan Hidi (dalam Siswati, 2010) menyatakan bahwa minat yang

sifatnya individual biasanya terbentuk lama dan akan bertahan lama pula. Smith

(dalam Ginting, 2005) menyatakan bahwa membaca sebagai suatu proses

membangun pemahaman dari teks yang tertulis. Kustaryo (dalam Sugiarto, 2002)

menyimpulkan bahwa pengertian membaca adalah suatu kombinasi dari

pengenalan huruf, intellect, emosi yang dihubungkan dengan pengetahuan si

pembaca (background knowledge) untuk memahami suatu pesan yang tertulis.

Davies (dalam Sugiarto, 2002) memberikan pengertian membaca sebagai

suatu proses mental atau proses kognitif yang didalamnya seorang pembaca

diharapkan bisa mengikuti dan merespon terhadap pesan si penulis. Hodgson

(dalam Tarigan, 2008) menyatakan bahwa membaca adalah suatu proses yang

11

dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang

hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu

proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan

terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual

akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang

tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak

terlaksana dengan baik.

Minat baca adalah perasaan senang yang sangat kuat dalam kegiatan

membaca yang membutuhkan stimulus untuk mewujudkannya menjadi suatu

kebiasaan (Ginting, 2005). Rachmananta (2002) meyatakan bahwa minat baca

berarti adanya perhatian atau kesukaan (kecenderungan hati) untuk membaca.

Sedangkan Sandjaja (2006) menyatakan bahwa minat membaca adalah kekuatan

yang mendorong anak untuk memperhatikan, merasa tertarik dan senang terhadap

aktivitas membaca sehingga mereka mau melakukan aktivitas membaca dengan

kemauan sendiri. Minat membaca adalah sesuatu yang menarik perhatian untuk

dibaca, tapi jika tidak menarik perhatian tidak akan dibaca. Oleh sebab itu, minat

baca bukan merupakan faktor turunan tetapi suatu kegiatan atau proses yang

dilatih secara terus-menerus, tumbuhnya kebiasaan membaca adalah kemauan

serta kemampuan membaca (Sutarno, 2006).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa

minat baca adalah ketertarikan yang mendorong individu untuk melakukan

kegiatan, memperhatikan, merasa menikmati dan senang terhadap aktivitas

membaca sehingga individu tersebut melakukan aktivitas membaca dengan

12

kemauan sendiri. Minat menimbulkan sikap positif terhadap sesuatu objek, adanya

sesuatu yang menyenangkan yang timbul dari suatu objek, dan mengandung suatu

pengharapan yang menimbulkan keinginan atau gairah untuk mendapatkan

sesuatu yang menjadi minatnya.

2. Aspek-aspek Minat Membaca

Hurlock (1978) menyatakan bahwa aspek minat terdiri dari aspek kognitif

dan aspek afektif. Aspek kognitif berupa konsep positif terhadap suatu objek dan

berpusat pada manfaat dari objek tersebut. Aspek afektif nampak dalam rasa suka

atau tidak senang dan kepuasan pribadi. Minat membaca memiliki aspek-aspek

sebagaimana dijelaskan oleh Harris dan Sipay (dalam Haru, 2015). Aspek-aspek

tersebut sebagai berikut:

a. Aspek kesadaran akan manfaat membaca, yaitu aspek yang mengungkap

seberapa jauh subjek menyadari, mengetahui dan memahami manfaat

membaca.

b. Aspek perhatian terhadap membaca buku, yaitu aspek yang mengungkap

perhatian dan ketertarikan subjek dalam membaca.

c. Aspek rasa senang, yaitu aspek yang mengungkap seberapa besar rasa senang

subjek terhadap kegiatan membaca.

d. Aspek frekuensi, yaitu aspek yang mengungkap seberapa sering subjek

melakukan aktivitas membaca.

Menurut Stiggins (dalam Ginting, 2005) menyatakan bahwa minat merupakan

salah satu dimensi dari aspek afektif yang banyak berperan juga dalam kehidupan

seseorang, khususnya dalam kehidupan belajar seorang murid. Aspek afektif

13

adalah aspek yang mengidentifikasi dimensi-dimensi perasaan dari kesadaran

emosi, disposisi, dan kehendak yang mempengaruhi pikiran dan tindakan

seseorang. Dimensi aspek afektif mencakup tiga hal penting, yaitu:

a. Berhubungan dengan perasaan mengenai objek yang berbeda.

b. Perasaan-perasaan tersebut memiliki arah yang dimulai dari titik netral kedua

kubu yang berlawanan, titik positif dan titik negatif.

c. Berbagai perasaan memiliki intensitas yang berbeda, yang dimulai dari kuat

ke sedang ke lemah.

Berdasarkan uraian di atas, maka aspek minat baca dalam penelitian ini

mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Harris dan Sipay (dalam

Haru, 2015). Aspek-aspek tersebut sebagai berikut; a) Aspek kesadaran akan

manfaat membaca, yaitu aspek yang mengungkap seberapa jauh subjek

menyadari, mengetahui dan memahami manfaat membaca. b) Aspek perhatian

terhadap membaca buku, yaitu aspek yang mengungkap perhatian dan

ketertarikan subjek dalam membaca. c) Aspek rasa senang, yaitu aspek yang

mengungkap seberapa besar rasa senang subjek terhadap kegiatan membaca. d)

Aspek frekuensi, yaitu aspek yang mengungkap seberapa sering subjek

melakukan aktivitas membaca.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Membaca

Dalam perkembangannya, minat membaca dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi minat membaca

seseorang (Purves dan Beach dalam Harris dan Sipay, 1980) yaitu faktor personal

dan institusional.

14

a. Faktor Personal

Faktor personal yang dimaksud adalah faktor yang berasal dari dalam diri

seseorang, yang meliputi: usia, jenis kelamin, intelegensi, kemampuan

membaca, sikap, dan kebutuhan psikologis.

1) Usia

Geeslin dan Wilson (dalam Harris dan Sipay, 1980) menyatakan bahwa

minat membaca seseorang biasanya tidak tetap atau statis melainkan selalu

berubah sesuai dengan perubahan usia seseorang.

2) Jenis Kelamin

Faktor jenis kelamin juga berfungsi sebagai pendorong pemilihan buku

bacaan dan minat baca siswa (Harris dan Sipay, 1980). Pada umumnya

anak-anak perempuan menyukai buku cerita dengan tema kehidupan

keluarga dan sekolah. Anak laki-laki lebih menyukai buku cerita mengenai

petualangan, kisah perjalanan yang seram dan penuh ketegangan, cerita

kepahlawanan dan cerita humor (Munandar dalam Yetty, 2009).

3) Intelegensi

Hubungan antara kecerdasan dan minat baca belum dapat dibuktikan

secara jelas. Tetapi menurut Harris dan Sipay (1980), pada umumnya

anak-anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi membaca lebih

banyak dibandingkan dengan anak-anak yang tingkat kecerdasannya di

bawah rata-rata. Minat membaca pada anak-anak yang cerdas lebih tinggi

dibandingkan dengan anak-anak yang kurang cerdas.

15

4) Kemampuan Membaca

Menurut Harris dan Sipay (1980), kemampuan membaca tidak berkorelasi

langsung dengan minat membaca. minat sebaga satu faktor dalam

pemahaman secara signifikan penting bagi para pembaca dengan

kemampuan membaca yang masih rendah. Minat membaca rendah

memiliki efek negatif pada pemahaman. Siswa yang berkemampuan

membaca rendah dan tingkat kecerdasan di bawah rata-rata cenderung

memberikan perhatian lebih tinggi untuk bahan bacaan yang akan mudah

bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya.

5) Sikap Terhadap Membaca.

Pada konteks tertentu, sikap seseorang berpengaruh terhadap minat

membacanya (Harris dan Sipay, 1980). Jika membaca dapat memenuhi

satu kebutuhan, sikap positif terhadap membaca biasanya bertumbuh.

Sikap positif ini mendorong seseorang di dalam meningkatkan minatnya

untuk membaca.

6) Kebutuhan Psikologis

Harris dan Sipay (1980) menyatakan bahwa kebutuhan psikologis

seseorang berkorelasi dengan minat membaca. minat membaca seseorang

akan meningkat ketika kegiatan membaca tersebut dapat memenuhi

kebutuhan psikologisnya.

16

b. Faktor Institusional

Faktor institusional, yaitu faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri,

yang meliputi: tersedianya buku-buku, status sosial ekonomi, pengaruh

orangtua, teman sebaya, guru atau dosen, dan televisi.

1) Tersedianya Buku-buku

Minat membaca seseorang tergantung pada tersedia atau tidaknya buku-

buku yang diperlukan. Napitupulu (dalam Haru, 2015), di dalam

penelitiannya menemukan adanya hubungan positif yang signifikan antara

ketersediaan koleksi buku di perpustakaan dengan minat membaca pada

mahasiswa.

2) Status Sosial Ekonomi

Slavin (dalam Yetty, 2009) menemukan ada perbedaan aktivitas orangtua

dalam membimbing anak antara keluarga yang berstatus sosial ekonomi

tinggi dengan yang berstatus sosial ekonomi rendah. Orangtua dengan

status ekonomi tinggi memiliki harapan yang tinggi terhadap keberhasilan

anak di sekolah dan mereka sering memberi penghargaan terhadap

pengembangan intelektual anak. Mereka juga mampu menjadi model yang

bagus dalam berbicara dan dalam aktivitas membaca. orangtua yang sering

membaca bersama anak, memberikan pujian kepada anak saat anak

membaca buku atas inisiatif sendiri, membawa anak ke toko buku dan

mengunjungi perpustakaan dan mereka menjadi model bagi anak dengan

lebih sering memanfaatkan waktu luang untuk membaca. sebaliknya,

orangtua dengan status sosial ekonomi rendah sering memberi contoh

17

negatif dalam berbicara, terutama saat mereka bertengkar karena

keterbatasan keuangan keluarga. Mereka juga jarang memuji anak ketika

anak membaca, bahkan orangtua memiliki pengharapan rendah terhadap

keberhasilan sekolah anak sehingga mereka tidak mau terlibat untuk

membantu pekerjaan rumah anak atau tugas sekolah yang lain.

3) Pengaruh Orangtua

Dukungan orangtua merupakan salah satu faktor eksternal yang memiliki

peran penting di dalam menumbuhkan minat membaca seorang anak

(Widyawati, 2011). Dukungan yang tinggi dari orangtua akan

meningkatkan minat membaca seorang anak. Sebaliknya, kurangnya

dukungan orangtua dapat berpengaruh pula pada rendahnya minat

membaca seorang anak. Orangtua merupakan lingkungan terdekat dari

anak, oleh karena itu pemberian dukungan dalam berbagai bentuk sangat

berarti bagi anak. Dukungan tersebut dapat berupa memberikan bantuan

materi ataupun non materi, pemberian saran, nasehat, memberikan pujian,

memberikan penghargaan ketika anak berprestasi, memberikan ekspresi

kasih sayang, saling terbuka, saling bertanggung jawab terhadap

kenyamanan keluarga, sehingga anak merasa diterima di keluarga dan

berakhir dengan rasa nyaman sehingga anak akan mengikuti apa yang

dicontohkan orangtuanya dan diharapkan memiliki minat membaca yang

tinggi. Keterlibatan orangtua dalam kegiatan membaca akan

menumbuhkan pola pikir yang lebih baik terhadap aktivitas membaca

18

sehingga membaca akan dijadikan sebagai kegiatan yang menyenangkan

baik itu dalam bentuk membaca yang berhubungan dengan materi sekolah.

4) Pengaruh Teman Sebaya

Teman sebaya merupakan salah satu faktor eksternal yang penting yang

dapat mendorong timbulnya minat baca pada siswa (Harris dan Sipay,

1980). Siswa yang berminat terhadap kegiatan membaca akan lebih sering

mengajak temannya ikut melakukan kegiatan membaca baik di dalam

kelas ataupun di perpustakaan sehingga memberikan pengaruh positif juga

terhadap temannya.

5) Pengaruh Guru atau Dosen

Peran guru atau dosen sangat mempengaruhi minat membaca pada siswa

atau mahasiswa (Harris dan Sipay, 1980). Peran untuk mempengaruhi itu

dapat ditunjukkan secara langsung melalui rekomendasi atau memberikan

tugas-tugas yang mendorong siswa atau mahasiswa untuk membaca. peran

untuk mempengaruhi itu dapat pula ditunjukkan secara tidak langsung

dengan menunjukkan diri sebagai model (teladan) di dalam membaca.

Berdasarkan uraian di atas, maka faktor-faktor yang cenderung

mempengaruhi minat baca dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Purves

dan Beach (dalam Harris dan Sipay, 1980). Terdapat dua kelompok faktor yang

mempengaruhi minat membaca, yaitu; faktor personal dan faktor intitusional.

Faktor personal yang dimaksud adalah faktor yang berasal dari dalam diri

seseorang, yang meliputi: usia, jenis kelamin, intelegensi, kemampuan membaca,

sikap, dan kebutuhan psikologis.

19

Sedangkan yang dimaksud faktor institusional, yaitu faktor yang berasal dari

luar individu itu sendiri, yang meliputi: tersedianya buku-buku, status sosial

ekonomi, pengaruh orangtua, teman sebaya, guru atau dosen, dan televisi. Dimana

dukungan sosial orangtua termasuk dalam kategori faktor-faktor di luar diri

individu. Disebutkan bahwa faktor pengaruh orangtua yang cenderung

mempengaruhi minat baca.

B. Dukungan Sosial Orangtua

1. Pengertian Dukungan Sosial Orangtua

Orangtua memiliki andil besar dalam hal mewarnai kehidupan anaknya,

terutama dalam hal religiusitas. Turut serta orangtua dalam mendidik anaknya

merupakan suatu bentuk dukungan sosial bagi anaknya dalam menjalani

kehidupan kedepan. Johnson dan Johnson (dalam Wilastri, 2012) menyatakan

bahwa dukungan sosial adalah pertukaran sumber yang bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan serta keberadaan orang-orang yang mampu

diandalkan untuk memberi bantuan, semangat, penerimaan dan perhatian.

Tanggapan positif dari pihak penerima bahwa dukungan sosial akan membuat

pihak penerima merasa aman, sejahtera, dapat memecahkan masalahnya, serta

merasa diperhatikan.

Sedangkan Farhati dan Rosyid (dalam Winarni, 2005) menyatakan bahwa

dukungan sosial adalah bantuan yang diberikan seseorang kepada orang lain yang

memiliki hubungan yang berarti dan akrab. Tujuan dukungan sosial ini ialah

untuk mengatasi masalah yang terlalu rumit untuk disandang sendiri, sehingga

20

seseorang harus mencari bantuan pada pihak lain untuk meringankan bebannya.

Bantuan tersebut dapat berupa informasi, perhatian emosional ,penilaian, atau

bantuan instrumental. Bantuan diberikan dengan cara tertentu sehingga pihak

penerima bantuan merasa diperhatikan, bernilai dan dicintai.

Sarason (dalam Khusnia, 2010) menyatakan bahwa dukungan sosial adalah

keberadaan, kepedulian, kesediaan dari orang-orang yang dapat diandalkan,

menghargai dan menyayangi. Sedangkan Thoits (dalam Suparmi dan Goeritno,

2009) menyatakan bahwa dukungan sosial sebagai perasaan sosial dasar yang

dibutuhkan individu secara terus-menerus yang dipuaskan melalui interaksi

dengan orang lain. Dukungan sosial merupakan keadaan yang bermanfaat bagi

individu yang diperoleh dari orang yang dapat dipercaya. Dari interaksi, individu

menjadi tahu bahwa orang lain memperhatikan, menghargai dan mencintai

dirinya. Dalam kehidupan sehari-hari individu dan lingkungan mempunyai

peranan yang cukup penting dalam menentukan tingkah laku seseorang. Dari

interaksi ini sumber dukungan sosial dapat diperoleh dari keluarga maupun orang

lain yang berada disekitarnya.

Johnson dan Johnson (1991) membagi dukungan sosial melalui perhatian

penuh, bantuan instrumental, dan informasi yang dibutuhkan secara langsung

maupun tidak langsung dapat meningkatkan penyesuaian diri dan kesejahteraan

psikologis. Selanjutnya, Johnson dan Johnson (1991) menyatakan bahwa

dukungan sosial bersumber dari orang-orang yang berarti (significant others)

dengan individu yang membutuhkan bantuan yang memiliki kriteria sebagai

berikut:

21

a. Mau bekerjasama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi individu.

b. Mampu menyediakan kebutuhan individu (uang, materiil dan alat-alat,

informasi dan nasehat).

c. Mampu mengarahkan kemampuan psikologis yang dimiliki agar dapat

mengatasi masalah.

Sumber dukungan adalah orang-orang yang berarti yang ada di sekeliling

individu. Dukungan biasanya diinginkan dari orang yang penting, memiliki

derajat keterikatan yang erat, dapat merupakan sumber utama bagi penyesuaian

diri individu, Caplan (dalam Cohen dan Symne, 1985). Thoist (1986) menyatakan

dukungan sosial bersumber dari orang-orang yang memiliki hubungan yang

berarti bagi individu misalnya keluarga, teman maupun tetangga terdekat dengan

rumah. Gore (dalam Suparmi dan Goeritno, 2009) menyatakan bahwa dukungan

sosial lebih sering didapat dari relasi terdekat, yaitu keluarga atau sahabat.

Keluarga adalah lembaga yang paling berpengaruh dalam perkembangan individu,

karena keluarga merupakan sumber utama perlindungan, perawatan dan

dukungan. Keluarga sebagai suatu system memiliki fungsi yang memungkinkan

anggota keluarga bertindak sebagai sumber dukungan bagi individu. Keluarga

adalah kelompok pertama yang dimasuki individu ketika hadir di dunia.

Keluarga merupakan kelompok terdekat dengan individu. Keluarga

merupakan tempat kembali individu setelah sibuk dengan aktivitasnya diluar

rumah. Dengan demikian dukungan keluarga sangat berarti bagi individu dalam

menghadapi kehidupan luar. Kecemasan atau masalah yang dihadapi diluar akan

22

menjadi ringan atau bahkan terlupakan sejenak ketika mendapat kehangatan dan

hiburan dari orang-orang terdekat (Furrahman dalam Wilastri, 2012).

Dari beberapa pendapat para ahli mengenai dukungan sosial dapat

disimpulkan bahwa dukungan sosial orangtua adalah pertukaran sumber yang

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan serta keberadaan orang-orang yang

mampu diandalkan untuk memberi bantuan, semangat, penerimaan dan perhatian.

Tanggapan positif dari pihak penerima bahwa dukungan sosial akan membuat

pihak penerima merasa aman, sejahtera, dapat memecahkan masalahnya, serta

merasa diperhatikan.

2. Aspek-aspek Dukungan Sosial Orangtua

Aspek-aspek dukungan sosial menurut Sarafino (dalam Khusnia, 2010)

adalah sebagai berikut:

a. Dukungan emosional, dukungan ini melibatkan ekspresi rasa simpati dan

perhatian terhadap individu sehingga individu tersebut merasa nyaman,

dicintai, dan diperhatikan.

b. Dukungan penghargaan, dukungan ini melibatkan ekspresi yang berupa

pernyataan setuju dan penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan, dan

performa orang lain.

c. Dukungan instrumental, dukungan ini melibatkan adanya bantuan langsung

atau nyata yang dapat berupa bantuan fisik atau finansial.

d. Dukungan informasi, dukungan yang bersifat informasi ini dapat berupa

saran, pengarahan dan umpan balik tentang bagaimana memecahkan

persoalan.

23

Weiss (dalam Maslihah, 2011) melihat bentuk dukungan sosial dalam enam

komponen yang meliputi; memberikan bimbingan, aliansi yang handal, kedekatan,

penghargaan yang layak, integrasi sosial, dan kesempatan mengambil andil.

Kemudian Weiss mengelompokkan keenam komponen tersebut menjadi dua

komponen yaitu, dukungan instrumental atau material (instrumental/material

support) dan dukungan emosi (emotional support). Berikut penjelasan

pengelompokan keenam komponen tersebut (Maslihah dalam Al-Ajami, 2014):

1. Instrumental Support

a. Reliable alliance, merupakan pengetahuan yang dimiliki individu bahwa

ia dapat mengandalkan bantuan yang nyata ketika dibutuhkan. Individu

yang menerima bantuan ini akan merasa tenang karena ia menyadari ada

orang yang dapat diandalkan untuk menolongnya bila ia menghadapi

masalah dan kesulitan.

b. Guidance (bimbingan) adalah dukungan sosial berupa nasehat dan

informasi dari sumber yang dapat dipercaya. Dukungan ini juga dapat

berupa pemberian feedback (umpan balik) atas sesuatu yang telah

dilakukan individu.

2. Emotional Support

a. Reassurance of worth; dukungan sosial ini berbentuk pengakuan atau

penghargaan terhadap kemampuan dan kualitas individu. Dukungan ini

akan membuat individu merasa dirinya diterima dan dihargai. Contoh

dari dukungan ini misalnya memberikan pujian kepada individu karena

telah melakukan sesuatu dengan baik.

24

b. Attachment; dukungan ini berupa pengekspresian dari kasih sayang dan

cinta yang diterima individu yang dapat memberikan rasa aman kepada

individu yang menerima. Kedekatan dan intimasi merupakan bentuk dari

dukungan ini karena kedekatan dan intimasi dapat memberikan rasa

aman.

c. Social integration; dikatakan dukungan ini berbentuk kesamaan minat

dan perhatian serta rasa memiliki dalam suatu kelompok.

d. Opportunity to provide nurturance; dukungan ini berupa perasaan

individu bahwa ia dibutuhkan oleh orang lain.

Menurut Johnson dan Johnson (1991), dukungan sosial adalah transaksi

interpersonal yang melibatkan satu atau lebih aspek-aspek berikut ini:

a. Perhatian emosi, merupakan dukungan yang diwujudkan dalam bentuk

kelekatan, kehangatan, kepedulian, dan ungkapan empati sehingga timbul

keyakinan bahwa individu yang bersangkutan dicintai dan diperhatikan.

b. Bantuan instrumental, yang dapat berwujud barang, pelayanan, dukungan

keuangan, menyediakan peralatan yang dibutuhkan, memberikan bantuan

dalam melaksanakan berbagai aktivitas, memberi peluang waktu, serta

modifikasi lingkungan.

c. Bantuan informasi, merupakan bantuan yang berupa nasehat, bimbingan

dan pemberian informasi. Informasi tersebut membantu individu

membatasi masalahnya sehingga individu mampu mencari jalan keluar

untuk mengatasi masalahnya.

25

d. Penilaian, dapat berwujud pemberian penghargaan atau pemberian

penilaian yang mendukung perilaku atau gagasan individu dalam bekerja

maupun peran sosial yang meliputi pemberian umpan balik, afirmasi

(penguatan) dan perbandingan sosial yang dapat digunakan untuk evaluasi

diri dan dorongan untuk maju.

House (dalam Smet, 1994), menyatakan bahwa dukungan sosial terdiri dari

empat aspek yang berbeda sesuai dengan situasi yang dibutuhkan. Empat aspek

tersebut adalah:

a. Dukungan Emosional

Dukungan emosional adalah ungkapan rasa empati, kepedulian dan

perhatian seseorang terhadap orang lain serta memberikan rasa aman dan

rasa mengasihinya.

b. Dukungan Penghargaan

Dukungan penghargaan adalah ungkapan rasa hormat, penghargaan,

dorongan untuk maju atau persetujuan gagasan, perasaan, perbandingan

positif orang tersebut dengan orang lain. Dukungan ini dapat dilakukan

dengan menghargai orang yang kurang mampu atau lebih buruk

keadaannya.

c. Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental adalah bentuk dukungan yang meliputi bantuan

secara langsung sesuai yang dibutuhkan seseorang, misalnya; memberikan

uang kepada orang yang sangat membutuhkan. Menyediakan sarana guna

26

menunjang kelancaran aktivitas yang akan meringankan beban tanggung

jawab seseorang, juga bentuk nyata dari dukungan instrumental.

d. Dukungan Informatif

Dukungan informatif merupakan dukungan sosial berupa pemberian

nasehat, saran dan petunjuk serta umpan balik.

Berdasarkan uraian di atas, maka aspek dukungan sosial dalam penelitian ini

mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Johnson dan Johnson (1991).

Aspek-aspek tersebut terdiri dari perhatian emosi, bantuan instrumental, bantuan

informasi, serta aspek penilaian.

C. Keterkaitan Antara Dukungan Sosial Orangtua dengan Minat

Membaca

Minat membaca individu dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah

satunya adalah dukungan sosial. Bagi seorang anak atau siswa, dukungan sosial

orangtua dapat berpengaruh kuat terhadap minat membacanya. Hal tersebut dapat

dibuktikan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Haru (2015) tentang

hubungan antara dukungan sosial dosen dan persepsi terhadap aktivitas membaca

dengan minat membaca pada mahasiswa sekolah tinggi pastoral (STIPAS) St.

Sirilus Roteng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara

dukungan sosial dengan minat baca yang dapat diartikan dukungan sosial dapat

mempengaruhi minat baca individu. Semakin tinggi dukungan sosial terhadap

indivudu maka minat membaca juga cenderung tinggi. Penelitian selanjutnya yang

27

dilakukan oleh Wilastri (2012) tentang hubungan antara dukungan sosial orangtua

dengan minat baca pada siswa SMP N 16 Yogyakarta. Hasil penelitian

menujukkan adanya hubungan yang positif antara dukungan sosial orangtua

dengan minat baca. Semakin tinggi dukungan sosial orangtua maka semakin

tinggi minat baca pada siswa SMP N 16 Yogyakarta yang berarti dukungan sosial

dapat mempengaruhi minat baca.

Dukungan sosial orangtua berhubungan erat dengan minat membaca pada

siswa SD. Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat beberapa bentuk dukungan

sosial yang dapat diterima individu yaitu perhatian emosi, bantuan instrumental,

bantuan informasi dan penilaian (Johnson dan Johnson, 1991). Perhatian emosi

orangtua dapat diwujudkan dalam bentuk kepedulian. Penelitian Maslihah (2011)

mengenai dukungan sosial orangtua, penyesuaian lingkungan sosial di sekolah

dan prestasi akademik siswa SMPIT Assyfa Boarding School Subang Jawa Barat.

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan

sosial orangtua dengan prestasi akademik. Semakin besar dukungan sosial

orangtua yang dipersepsi siswa, semakin baik prestasi akademik yang dapat

dicapai siswa. Adanya dukungan sosial khususnya dari orangtua akan

memberikan kenyamanan fisik dan psikologis bagi anak. Karena dengannya anak

akan merasa dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dalam hal ini

orangtuanya.

Selain perhatian emosi, bantuan instrumental juga dapat mempengaruhi

secara positif minat membaca pada siswa SD, bantuan instrumental dapat

diwujudkan sebagai bentuk pelayanan. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan

28

penelitian Irkhamiyati dan Lasa (2007) mengenai persepsi mahasiswa terhadap

kualitas pelayanan sirkulasi di perpustakaan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa menurut persepsi sebagian besar mahasiswa

pelayanan sirkulasi di perpustakaan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta sudah baik,

dengan hasil rata-rata 3,6 atau 71% sehingga penafsiran atau interpretasinya

tergolong baik. Hal tersebut dapat diartikan ketika pelayanan berupa fasilitas yang

memadai dapat mendorong individu untuk meningkatkan minat membacanya.

Bantuan informasi juga dapat berpengaruh positif terhadap minat membaca

yang diwujudkan sebagai bentuk pemberian informasi. Hal tersebut dapat

dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2013). Hasil dari

penelitian ini yaitu proses layanan sirkulasi yang ada di Kantor Perpustakaan

Daerah Kabupaten Jepara cukup mudah dan cepat dalam layanannya kepada

pemustaka. Layanan sirkulasi sudah memanfaatkan teknologi sehingga

memudahkan petugas dalam melayani pemustakanya. Petugas perpustakaan yang

ada pada layanan sirkulasi umumnya sudah bersikap ramah dan merespon dengan

baik apa yang dibutuhkan oleh pemustaka. Pemustaka merasa tertarik untuk

mengunjungi perpustakaan karena koleksi yang tersedia di perpustakaan cukup

lengkap dan memenuhi kebutuhan informasi pemustaka.

Faktor lain yang mendorong minat membaca adalah penilaian yang

diwujudkan alam bentuk penghargaan. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Tarmidi dan Rambe (2010) mengenai korelasi

antara dukungan sosial orangtua dan self-directed learning pada siswa SMA.

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif antara dukungan sosial

29

orangtua dengan kemandirian belajar pada siswa sekolah menengah atas. Semakin

tinggi dukungan sosial orangtua maka akan diikuti pula dengan semakin tinggi

kemandirian belajar dengan hasil korelasi sebesar 0,477. Selain itu, diperoleh hasil

tambahan yang menunjukkan bahwa hubungan yang paling tinggi diantara

dimensi-dimensi dukungan sosial orangtua adalah dari dimensi sosial

penghargaan dan dimensi instrumental yaitu 0,470.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial

orangtua memiliki hubungan positif dengan minat membaca pada siswa SD.

Semakin tinggi dukungan sosial orangtua, semakin tinggi minat membaca pada

siswa SD. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial orangtua semakin rendah

minat membaca pada siswa SD.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif

antara dukungan sosial orangtua dan minat membaca pada siswa SD. Semakin

tinggi dukungan sosial orangtua maka semakin tinggi minat membaca pada siswa

SD. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial orangtua maka semakin rendah

minat membaca pada siswa SD.