110

An Introduction to English Learning and Teaching

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: An Introduction to English Learning and Teaching
Page 2: An Introduction to English Learning and Teaching

An Introduction to

English Learning and Teaching Methodology

Page 3: An Introduction to English Learning and Teaching

S a e p u d i n

An Introduction to

English Learning and Teaching Methodology

Metodologi Pembelajaran Bahasa Inggris: Suatu Pengenalan Awal

Sanksi pelanggaran Pasal 72:Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 Pasal 44 Tentang Hak Cipta

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait, sebagaimana dimaksud ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

Page 4: An Introduction to English Learning and Teaching

An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • v

pembelajaran bahasa inggris bukanlah hal yang asing dalam perkembangan bahasa baik di indonesia maupun di dunia karena bahasa inggris telah menjadi bahasa politik, budaya, ekonomi, dan ilmui pengetahuan dan teknologi. Sehingga semua bangsa termasuk indonesia berlomba-lomba dalam mempelajarinya baik secara formal masuk dalam kurikulum sekolah maupun secara informal. Bahkan saat ini, bahasa inggris telah dipelajari di sekolah dasar bahkan di tingkat taman kanak-kanak.

dengan masuknya bahasa inggris dalam kurikulum baik se-bagai mata ajar wajib maupun pilihan atau muatan lokal dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi seharusnya peserta didik dapat berkomunikasi secara lisan dan tulisan dengan baik bahkan dapat bersaing di tingkat global khususnya di negara-negara asia tenggara.

pembelajaran bahasa inggris di lembaga pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, idealnya memungkinkan para peserta didik menguasai empat keterampilan berbahasa secara fungsional dan proporsional. Hal itu dikarenakan bahasa inggris bukan hanya berfungsi pasif, yaitu sebagai media untuk memahami apa yang didengar, berita, teks, bacaan dan wacana, melainkan juga berfungsi aktif, yaitu sebagai memahamkan orang lain melalui komunikasi lisan dan tulisan. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menggunakan bahasa sebagai media komunikasi merupakan kunci dan dasar keberhasilan manusia dalam hidupnya.

KATA PENGANTAR

Katalog Dalam Terbitan (KDT)An InTroDucTIon To EngLIsh LEArnIng AnD TEAchIng METhoDoLogy; Metodologi Pembelajaran Bahasa Inggris: suatu Pengenalan Awal; yogyakarta: 2013x +206 hal.; 15,5 x 24 cm

hak cipta dilindungi undang-undang © 2014

Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektris maupun mekanis, termasuk memfotocopy, merekam atau dengan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Penulis dan Penerbit.

Penulis : saepudinEditor : -Desain cover : AlazukaDesain Isi : djanoerkoening adv.cetakan I : April 2014IsBn : 978-602-1904-..............

Penerbit : TrustMedia Perum Dirgantara Asri I/7 Jogotirto, Berbah, sleman, yogyakarta Telp. +62 274 446 3799, +6281328230858 e-mail: [email protected]

Percetakan : cV. orbittrust corp. Jl. Palagan Tentara Pelajar Km. 0,5 gg. Jengger 01 Jongkang, ngaglik, sleman, yogyakarta 55581 Telp. +62 328 230 858, +62 274 4463799 e-mail: [email protected]

Page 5: An Introduction to English Learning and Teaching

vi • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • vii

namun kenyataannya, bahasa inggris masih dianggap sebuah mata pelajaran atau mata kuliah yang harus diselesaikan dan mendapatkan nilai baik. Bahasa inggris masih dijadikan tujuan bukan dijadikan alat atau sarana dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kenyataan ini telah menjadikan sumber daya manusia indonesia tetap di bawah sumber daya manusia negara-negara asia Tenggara terlebih lagi negara-negara eropa atau internasional.

Hal tersebut merupakan masalah bagi praktisi pendidikan bahasa inggris dan masih menjadi “pR” (pekerjaan Rumah) bagi pemerintah dan lembaga-lembaga pendidikan tinggi islam tak terkecuali iain/STain untuk mencari solusinya sehingga tidak lagi menjadi momok atau dianggap sukar bagi siswa/mahasiswa.

Kelemahan lain bisa dilihat dari rendahnya hasil penelitian pada lingkungan perguruan tinggi agama islam yang disebabkan lemahnya daya serap mereka akan informasi-informasi dari literatur asing dalam hal ini bahasa inggris. Bahkan realitas yang perlu kita akui bahwa se-bagian besar dari calon sarjana iain/STain hanya mampu membaca tulisan inggris. Singkat kata, sampai saat ini kita masih banyak mela-hirkan sarjana-sarjana yang kurang familiar dengan bahasa inggris.

Masalah di atas di antaranya diakibatkan oleh tidak adanya fasili-tas yang memadai, materi yang belum komprehensif dan tenaga-tenaga yang bergerak dalam bidang bahasa sangat sedikit yang mempunyai kemampuan berbahasa (language skill) atau menguasai metodologi pembelajaran bahasa asing (inggris).

demikian pula tenaga pendidik bahasa inggris (instruktur, guru, atau dosen), idealnya juga harus fasih dan lancar berkomunikasi dalam bahasa inggris, mempunyai kemampuan membaca, dan memahami teks berbahasa inggris secara memadai, dan juga mampu menulis wacana sosial-keagamaan dan lainnya dengan bahasa inggris secara baik dan benar sehingga ia dapat menjadi model yang baik bagi peserta didiknya.

Hanya saja, kondisi ideal tersebut tidak selalu mudah untuk direalisasikan, karena sejumlah faktor. di antaranya, sebagian besar waktu tenaga pendidik lazimnya habis tersita untuk kegiatan rutin pembelajaran dan keluarga sehingga sedikit sekali kesempatan untuk

menekuni, mendalami, dan mengembangkan materi bahasa inggris. ditambah lagi, fasilitas dan lingkungan pendidikan tempat bekerja atau mengabdikan ilmu kurang mendukung, seperti ketidaktersedia-an literatur dan media pembelajaran yang dibutuhkan. Karena itu, pelatihan-pelatihan yang berorientasi pada peningkatan kapasitas dan keterampilan mengembangkan materi pembelajaran bahasa inggris menjadi sangat penting dan berharga untuk mendorong proses intelektualisasi dan profesionalisasi diri.

Tenaga pendidik bahasa inggris juga seharusnya menguasai materi yang diajarkan kepada peserta didik. namun ketika proses transformasi bahasa inggris terjadi, tenaga pendidik terkadang kurang memiliki penguasaan metodologi sehingga proses pembelajaran terkadang kurang efektif, tujuan pembelajaran tidak tercapai secara optimal, proses pembelajaran di kelas berlangsung tidak kondusif. akibatnya, peserta didik merasa kesulitan, dan pada gilirannya menimbulkan dampak psikologis yang kurang positif, seperti adanya kesan bahwa bahasa inggris itu sulit dan momok yang menakutkan.

Mudah-mudahan buku yang disusun ini dapat melengkapi buku-buku tentang pembelajaran bahasa inggris yang telah ada dan menjadi oase di tengah kegersangan gurun pasir. diharapkan pula buku yang disusun ini dapat menjadi alternatif sebagai pendekatan baru dalam pembelajaran bahasa inggris yang selama ini minim kreasi dan ino-vasi. Meskipun buku ini tidak berpretensi mampu mengatasi semua permasalahan yang dikemukakan di depan, minimal di sini akan diajukan berbagai dimensi studi serta pengajaran bahasa, sekaligus kemungkinan adanya pemikiran baru sebagai alternatif pemecahan masalah atau upaya mengatasi situasi yang tidak menguntungkan posisi bahasa inggris.

Secara garis besar buku ini terbagi ke dalam sepuluh BaB. Bab pertama, dibahas dalam buku ini tentang lahirnya bahasa inggris dan pengertian approach, method, dan technique.

Bab kedua membahas tentang teori kebahasaan yaitu teori struktural dan teori transformational generatif dan teori psikologi yang terdiri dari behaviorisme, nativisme, kognitivisme, fungsional, konstruktivisme, humanisme dan sibernetik.

Page 6: An Introduction to English Learning and Teaching

An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • ix viii • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology

Bab ketiga membahas macam-macam metode pembelajaran bahasa inggris yaitu metode (grammar and translation method, metode langsung (direct method ), metode membaca (reading method) dan metode dengar-ucap (audio-lingual method), metode guru diam (the silent way), metode suggestopedia, metode respon fisik total (total physical response/TpR), dan metode pembelajaran bahasa secara kelompok (community language learning). Metode-metode ter-sebut dijelaskan tentang sejarah lahirnya, teori dasar, kelebihan dan kekurangan, serta beberapa variasi pelaksanaannya secara prosedural.

Bab keempat menjelaskan beberaqpa teknik dalam pembelajaran keterampilan menyimak (listening), bercakap (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing).

Sebagai penutup penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang membantu penyusunan buku ini terutama keluarga dan teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu dalam buku ini. pe-nulis juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalamnya, sehingga secara terus-menerus disempurnakan baik dari sistimatika penulisan maupun isi. Semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Kritik, saran, pendapat, pandangan serta ide dalam rangka pengayaan buku ini diharapkan dengan kerendahan hati.

parepare, 1 Oktober 2014 penulis

Saepudin

KATA PENGANTAR ~ vDAFTAR ISI ~ ix

BAB I PENDAHULUAN ~ 1 a. Sejarah Singkat Lahirnya Metode pembelajaran Bahasa inggris ~ 1 B. pengertian approach, Method dan Technique ~ 5

BAB II LANDASAN LINGUISTIK DAN PSIKOLOGI DALAM PEM BELAJAR AN BAHASA ~ 9

a. Landasan Linguistik ~ 9 B. Landasan psikologi dalam pembelajaran Bahasa ~ 13 C. penutup ~ 31

BAB III METODE PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS ~ 33 a. Metode Tata Bahasa dan Terjemah (Grammar and Translation Method) ~ 33 B. Metode Langsung (direct Method) ~ 39 C. Metode Membaca (Reading Method) ~ 46 d. Metode audio-Lingual ~ 53 e. Metode Guru diam (The Silent Ways Method) ~ 61 F. Metode Suggestopedia (Suggestopedia Method) ~ 67 G. Metode Respon Fisik Total (Total physical Response Method/TpR) ~ 79

DAFTAR ISI

Page 7: An Introduction to English Learning and Teaching

An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 1 x • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology

H. Metode Belajar Bahasa Berkelompok Community Language Learning (CLL) atau Counseling Learning Method (CLM) ~ 87 i. pendekatan Komunikatif (Communicative approach) ~ 92

BAB IV PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BAHASA INGGRIS ~ 105 a. pembelajaran Keterampilan Menyimak (Teaching Listening Skill) ~ 105 B. pembelajaran Keterampilan Bercakap (Teaching Speaking Skill) ~ 137 C. pembelajaran Keterampilan Membaca (Teaching Reading Skill) ~ 147 d. pembelajaran Keterampilan Menulis (Teaching Writing Skill) ~ 165

DAFTAR PUSTAKA ~ 185LAMPIRAN ~ 193PENULIS ~ 206

A. Sejarah Singkat Lahirnya Metode Pembelajaran Bahasa Inggris

Bahasa inggris yang digunakan saat ini merupakan hasil per-kembangan bahasa yang cukup panjang. perkembangan bahasa ing-gris terbagi menjadi tiga periode: pertama, dimulai dari bahasa inggris kuno (Old english) pada tahun 800 M hingga inggris ditaklukkan oleh norman dari perancis pada tahun 1066. Kedua, bahasa inggris pertengahan (Middle English) dimulai pada tahun 1066-1500. Ketiga, bahasa inggris modern (Modern English) 1500-sampai sekarang.

data tahun 2001 menunjukkan bahwa lebih dari 60% dari populasi dunia adalah bilingual dan multilingual dan bahasa inggris merupakan salah satunya yang digunakan baik sebagai bahasa pertama, bahasa kedua maupun sebagai bahasa asing. Maka, bahasa inggris pada saat ini merupakan bahasa yang paling luas penuturnya selain bahasa Cina dan Rusia (Richards and Theodore, 2001:1). perkembangan tersebut dipengaruhi pula oleh negara-negara yang menjadikan bahasa inggris sebagai bahasa resmi atau nasional yang tersebar di lima benua dari eropa, amerika, afrika, australia dan beberapa negara di asia seperti Singapura, pilipina, india, dan Malaysia.

Sebelum bahasa inggris menjadi lingua franca negara-negara di dunia saat ini, pada 500 tahun yang lalu bahasa Latin telah menjadi bahasa mayoritas dalam bidang pendidikan, perdagangan, agama, dan pemerintahan di dunia barat. namun, pada abad 16-an bahasa prancis, itali, dan inggris mulai berkembang karena terjadinya perubahan iklim

BAB IPENDAHULUAN

Page 8: An Introduction to English Learning and Teaching

2 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 3

politik di eropa. Sementara bahasa Latin mulai digantikan sebagai bahasa lisan dan tulisan.

Karena perubahan tersebut, maka mengakibatkan perubahan fungsi belajar bahasa Latin sebagai bahasa klasik yang dipelajari aspek tata bahasa dan retorikanya. anak-anak pada abad 17, 18 dan 19 yang masuk di kelas grammar diperkenalkan tata bahasa Latin yang meliputi aturan tata bahasa, terjemahan, praktek menulis kalimat, kadang-kadang menggunakan teks bilingual dan berupa dialog.

Bahasa-bahasa modern yang telah masuk kurikulum di eropa pada abad 18 diajarkan dengan prosedur yang sama dengan bahasa Latin. Buku teks meliputi tata bahasa, daftar kosa kata, dan kalimat-kalimat untuk diterjemahkan. Kemampuan berbicara (speaking) bukanlah tujuan akhir, pembelajaran masih terbatas pada membaca keras dan kalimat untuk diterjemahkan.

pada abad 19, pendekatan dalam pembelajaran bahasa Latin telah dijadikan standar dalam pembelajaran bahasa asing di sekolah. Ciri dari buku ajar pada saat itu adalah terdiri atas bab atau pelajaran yag disusun dengan penekanan pada tata bahasa. inti dari tata bahasa tersebut didaftar, aturannya dijelaskan dan ditambahkan dengan contoh-contoh.

Memasuki tahun 1840–an sampai dengan 1940-an metode Gram-mar and Translation mendominasi pembelajaran bahasa asing di eropa. Meskipun metode ini dianggap sebagai metode klasik, tradisional dan terkesan “kolot” namun dalam sejarah telah terbukti bahwa metode ini sudah melekat kuat di masyarakat eropa selama berabad-abad dalam mengajarkan bahasa asing seperti bahasa Yunani kuno dan Latin serta bahasa-bahasa lainnya termasuk bahasa inggris. Bahkan penggunaan metode tersebut juga masih banyak digunakan di indonesia. Hal ini disebabkan metode ini tidak membutuhkan kemampuan berbahasa yang tinggi. Seorang guru bahasa inggris yang tidak cukup mahir dalam berkomunikasi lisan maupun tulisan pun dapat mengajarkan bahasa tersebut dengan menggunakan metode tersebut.

Setelah mendapatkan kritikan, metode tata bahasa digantikan oleh metode langsung (direct method). Kritikan tersebut muncul karena ketidakpuasan terhadap hasil pengajaran bahasa dengan metode

sebelumnya karena ada perubahan orientasi dan tujuan pengajaran bahasa asing. Bertambahnya jumlah masyarakat eropa dari berbagai negara yang menjalin komunikasi antar mereka sehingga membutuh-kan bahasa yang menjadi “lingua franca” secara aktif dan produktif. Metode ini menginginkan pengajaran bahasa asing dengan langsung menggunakan bahasa tersebut tanpa menggunakan bahasa pengantar lainnya. Salah satu pelopor yang menginginkan dihapuskannya gram-mar & translation method adalah Francois Gouin dari perancis (1880-1892). Gerakan tersebut diawali dengan diusulkan pembelajaran tata bahasa secara induktif.

Meskipun metode ini diperkenalkan di perancis namun perkem-bangan pertama kalinya justru di Jerman, Scandinavia, dan pada abad berikutnya (abad 20) baru di perancis. Metode ini akhirnya berkembang di berbagai negara dengan cara yang berbeda-beda. di Jerman mengambil bentuk metode eklektik dan di Belgia dalam bentuk metode alamiah.

pada tahun 1920-an ada ketidakpuasan di kalangan para guru dan ahli bahasa terhadap metode langsung yang kurang memberikan perhatian kepada keterampilan membaca dan menulis. Teori ini di-pelopori oleh beberapa pendidik inggris dan amerika pada tahun 1920-an. West (1926), yang mengajar bahasa inggris di india, berpendapat bahwa belajar membaca secara lancar jauh lebih penting bagi orang-orang india yang belajar bahasa inggris ketimbang berbicara. West menganjurkan suatu penekanan pada membaca bukan hanya karena dia menganggap hal itu sebagai keterampilan yang paling bermanfaat yang harus diperoleh dalam bahasa asing tetapi juga karena itulah yang paling mudah, suatu keterampilan dengan nilai tambah yang paling besar bagi siswa pada tahap-tahap awal pembelajaran bahasa. Men-dasarkan dirinya pada karya Thordike “Teacher’s Word Book” (1921), West menempa para pembaca dengan sejumlah kosakata terkontrol dan ulangan secara teratur bagi kata-kata baru.

Orang amerika Serikat (aS) merasa tidak puas dengan metode mem baca karena hanya menekankan pemahaman teks. apalagi pada saat aS ikut berperan dalam perang dunia ii (1940-an). dalam keadaan perang ini aS membutuhkan orang yang lancar berbahasa asing yang

Page 9: An Introduction to English Learning and Teaching

4 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 5

akan ditempatkan di perancis, Belanda, Cina, dan jajahan amerika untuk menjadi penerjemah dokumen, dan pekerjaan-pekerjaan lain yang membutuhkan komunikasi langsung dengan penduduk setempat.

departemen pertahanan aS merencanakan dengan beberapa uni-versitas untuk mengadakan program pengajaran bahasa asing untuk para militer. Sehingga dibentuklah pada tahun 1942 aSTp (Army Spesialized Training Program). Tidak kurang dari 55 perguruan tinggi di amerika dilibatkan dalam program ini yang dimulai pada tahun 1943.

pada tahun 1939, uiversitas Michigan mengembangkan se-buah ins titut yang secara khusus menyelenggarakan pengajaran dan pelatihan bahasa inggris sebagai bahasa asing dan menerapkan prinsip-prinsip linguistik struktural dalam pengajaran bahasa. Selain di Michigan juga di universitas Georgetown dan universitas amerika dan Texas menyelenggarakan kegiatan yang sama yang menekankan pada pem belajaran pola-pola kalimat dasar. dari kegiatan tersebut lahir beberapa pendekatan oral approach, aural-oral approach, dan structural approach serta metode audiolingual (audiolingual method).

Selain metode pembelajaran di atas, telah berkembang pula bebe rapa metode lainnya dengan kelebihan dan kekurangannya, di antara metode-metode tersebut adalah metode The Silent Way yang dipra karsai oleh Caleb Gattegno, seorang ahli pengajaran bahasa yang menerapkan prinsip-prinsip kognitivisme dan ilmu filsafat dalam penga jarannya. Metode ini sebenarnya 4sudah di rintis pada tahun 1954 tetapi buku yang menjelaskan metode ini baru diterbitkan pada tahun 1963 dengan judul “Teaching Foreign Language in School: A Silent Way”.

Selain daripada itu, metode Total Physical Response (TpR) dikem-bangkan pada pertengahan tahun 60-an oleh seorang pro fessor psikologi di universitas San Jose California yang bernama Prof. Dr. James J. Asher yang telah sukses dalam pengembangan metode ini pada pembelajaran bahasa asing pada anak-anak. ia berpendapat bahwa pengucapan lang-sung pada anak atau siswa mengandung suatu perintah, dan selanjutnya anak atau siswa akan merespon secara fisik sebelum mereka memulai untuk menghasilkan respon verbal atau ucapan.

Selanjutnya muncul metode Suggestopedia yang diperkenalkan oleh Georgi Lozanov di Bulgaria pada tahun 1975 bersama sekolompok ahli di institut penelitian pedagogi di bawah pimpinannya melakukan penelitian pengajaran bahasa asing. Georgi Lozanov bukan seorang ahli bahasa tetapi ia adalah seorang dokter dan psikoterapis.

pada tahun 1976, metode Community Language Learning (CLL) diperkenalkan oleh Charles a Churran dan Teman-teman. dia bukan ahli bahasa tetapi seorang ahli psikologi spesialisasi dalam Counselling.

dengan perkembangan ilmu pengetahuan baik di bidang pendi-dikan, psikologi, sosial, sains dan teknologi, telah melahirkan berbagai macam metode pembelajaran bahasa seperti pembelajaran berbasis Information Communication and Technology (iCT).

B. Pengertian approach, Method dan Technique

pandangan mengenai hakikat bahasa dan hakikat pembelajaran bahasa telah mengakibatkan lahirnya metode pembelajaran bahasa yang bervariasi. Variasi tersebut merupakan akibat dari keragaman cara pandang filosofis tentang hakikat bahasa dan hakikat pembela-jaran bahasa. Cara pandang tersebut ada yang saling melengkapi dan menyempurnakan tetapi ada pula yang terkesan saling kontradiktif.

pandangan yang berbeda tersebut dapat dilhat dari munculnya istilah-istilah yang berbeda, misalnya istilah pendekatan (approach), rancang bangun (de-sign), metode (method), teknik, taktik, prosedur, strategi, prak-tik, dan prinsip yang menghiasi berbagai literatur.

Oleh karena itu penting untuk dipahami beberapa ter-minologi tersebut minimal tiga istilah utama, yaitu approach, method, dan technique. Memaha-mi ketiga istilah tersebut dapat

edward M. anthony Jr.professor of Linguistics and english

Language and Literature

Page 10: An Introduction to English Learning and Teaching

6 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 7

dan di bawah sadar telah melahirkan metode suggestopedia. Semen-tara asumsi bahwa pembelajaran bahasa akan berjalan baik jika siswa merasa aman telah menjadi dasar lahirnya metode community language learning, dan asumsi bahwa pembelajaran bahasa adalah proses pem-bentukan kebiasaan menjadi landasan filosofis metode audiolingual. Maka, pendekatan yang salah akan menyebabkan metode yang tidak tepat dan akan menggagalkan usaha belajar mengajar.

dapat disimpulkan bahwa ketiga unsur tersebut dipandang sebagai sebuah sistem yang saling berkaitan secara hirarkis. dengan kata lain bahwa sebuah pendekatan akan melahirkan metode-metode dan suatu metode akan melahirkan teknik-teknik.

Richards and Rodgers (1982:154) menjelaskan bahwa approach, design and procedure terkadang penggunaannya saling bergantian satu sama lainnya. Suatu metode terkadang disebut approach oleh seorang ahli bahasa yang satu dan oleh ahli bahasa yang lain disebut method, seperti Clifford prator (1979) menamai Grammar Translation dengan approach sedangkan John Maskell (1978) menamainya metode.

Piramida Pembelajaran Bahasa

 

  

APPROACH

METHOD

TECHNIQUE

Approach

Method A

Technique A Technique B

Method B

Technique A

membantu memahami konsep dan latar belakang lahirnya metode yang bervariasi itu serta menghindari pemahaman yang terkadang tumpang tindih.

pendekatan atau approach menurut edward M. anthony (1993:63-67) pada majalah english Language Teaching “approach is a set of cor-relative assumptions dealing with the nature of language and the nature of language teaching and learning”, seperangkat asumsi mengenai hakekat bahasa dan hakekat pembelajaran bahasa (barsifat filosofis).

adapun metode (method) adalah “method is an overall plan for the orderly presentation of langu age material, no part of which contradics, and all of which is based upon the selected approach. Method is procedural” , metode adalah rencana menyeluruh yang berkenaan dengan penyajian materi bahasa secara teratur, tidak ada satu bagian yang bertentangan dengan dan semuanya berdasarkan atas pendekatan yang telah dipilih dan sifatnya prosedural.

Sedangkan teknik (technique) adalah ”a technique is implemen-tational that which takes place in the classroom”, teknik adalah apa yang sesung guhya terjadi di dalam kelas dan merupakan pelaksanaan dari metode.

Ketiga istilah tersebut saling berkaitan satu sama lain dan tidak saling bertentangan. Suatu pendekatan (approach) akan dijabarkan lewat metode yang bersifat prosedural dan kemudian dijabarkan lagi melalui teknik yang bersifat implementatif atau apa yang sebenarnya terjadi di kelas (arsyad, 1989:7). Contohnya, asumsi yang mengatakan bahwa sebenarnya bahasa itu adalah yang didengarkan dan diucapkan melahirkan metode-metode; direct method natural method, conver-sational method, audiolingual method dan sebagainya. asumsi bahwa bahasa adalah sekumpulan bunyi yang memiliki maksud tertentu dan diorganisir oleh aturan tata bahasa akan melahirkan metode yang menekankan pada pembelajaran tata bahasa misalnya grammar and translation method.

Berkaitan dengan asumsi mengenai pembelajaran bahasa misalnya asumsi bahwa pembelajaran akan lebih mudah apabila siswa belajar dengan menemukan sendiri telah melahirkan metode the silent way. asumsi bahwa pembelajaran bahasa melibatkan fungsi alam sadar

Page 11: An Introduction to English Learning and Teaching

An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 9 8 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology

Richard & Rodgers (2003) juga telah memodifikasi dan menyem-purnakan kerangka analisis yang diusulkan anthony. Mereka memformulasi ulang konsep yang ditawarkan anthony tentang app-roach, method dan technique dengan menawarkan istilah baru yaitu pendekatan, desain, dan prosedur yang ketiganya merupakan dasar dari sebuah metode. dengan kata lain, metode menjadi istilah kunci yang mengabungkan ketiga istilah tersebut.

 

8  

METODE

PENDEKATAN

Hakekatbahasa dan

pembelajaranbahasa

DESAIN

TujuanModel silabusJenis kegiatanPeranan guru,

siswa danbahan ajar

PROSEDUR

Teknik, praktik danprilaku di

kelas

Berbeda dengan anthony dan Richard & Rodger, Kumaravadivelu (2006) mengusulkan penggunaan istilah prinsip dan prosedur. Metode menjadi istilah utama yang menggabungkan prinsip dan prosedur. istilah prinsip mengacu pada pendekatan dan desain. Yang dimaksud pendekatan mengacu pada hakikat bahasa dan hakikat pembelajaran bahasa. Sedangkan desain mencakup tujuan umum dan khusus, model silabus, jenis kegiatan pembelajaran, peranan guru, peranan siswa dan peranan bahan ajar. Sementara prosedur senada dengan pendahulunya Richard and Rodger mencakup teknik, praktik, dan prilaku di kelas yang dapat diamati ketika metode diimplementasikan.

 

  

METODE

PRINSIP

PENDEKATAN DESAIN

PROSEDUR

BAB IILANDASAN LINGUISTIK DAN PSIKOLOGI

DALAM PEM BELAJAR AN BAHASA

A. Landasan Linguistik

pembelajaran bahasa tidak terlepas dari apa yang dikemukakan para linguis tentang bahasa. Orang yang beranggapan bahwa bahasa adalah sebagai fenomena yang bisa dipilah menjadi bagian-bagian secara terpisah, akan memberi perhatian lebih besar kepada cara memahami pembagian masing-masing tersebut. Sementara orang yang beranggapan bahwa bahasa adalah terkait dengan budaya dan merupakan alat interaksi sosial, akan menggunakan metodologi pem-belajaran yang kental dengan strategi sosiolinguistik dan komunikatif.1. aliran strukturalisme

aliran strukturalisme mun-cul pada abad 19 dan dipelopori oleh Ferdinand de Saussure di eropa (Jenewa, Swiss) (1857-1913). dia adalah tokoh per-tama yang melakukan kajian tentang bahasa dengan prinsip-prinsip ilmiah dan terkodifikasi sehingga dapat dianalisis de-ngan menggunakan metode yang sistematis dan Jelas. Tokoh lain aliran ini adalah Leaonardo Bloom Field, edward Saphier, Charles Hokait dan Charles Fries.

Ferdinand de Saussure was a Swiss linguist and semiotician whose ideas laid a foundation for many significant developments both in linguistics and semio logy in the 20th century.

Page 12: An Introduction to English Learning and Teaching

10 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 11

pandangan strukturalisme adalah:a. pembelajaran bahasa merupakan pemerolehan kebiasaan yang

dimantapkan dengan latihan dan penguatan. Bahasa me-rupa kan sebuah keterampilan yang diperoleh dari lingkungan sekitar kemudian dilancarkan melalui metode peniruan dan penguatan.

b. Bahasa adalah segala se suatu yang diucapkan karena bahasa lisan lebih sempurna dari bahasa tulis.

c. Setiap bahasa memiliki atur an tersendiri yang berbeda dengan bahasa lain.

d. Setiap bahasa mencakup aturan yang saling menyempurnakan sehingga pembicara cukup menyempurnakan apa yang ada dalam pikirannya dengan berpedoman pada aturan bahasa tersebut.

e. Semua bahasa mengalami perubahan dan perkembangan.f. Standar akhir untuk membenarkan dan menerima bahasa

adalah penutur asli bahasa tersebut.g. Tujuan utama penggunaan bahasa adalah bertukar pikiran

dan pendapat serta berkomunikasi.h. Teknik penelitian yang digunakan dalam bidang ilmu eksakta

sama dengan teknik penelitian bahasa.

prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh aliran strukturalisme tentang analisis bahasa mempunyai hubungan erat dengan aliran behaviorisme.

aliran ini merapkan prinsip-prinsip pembelajaran bahasa sebagai berikut:a. pembelajaran bahasa merupakan pemerolehan kebiasaan yang

harus dimantapkan dengan pengulangan, latihan, peniruan, dan hafalan.

b. Segala sesuatu yang diucapkan merupakan aspek yang paling penting. Oleh karena itu guru harus memulai pembelajaran dengan memberikan latihan pada siswa dimulai dari latihan menyimak, memahami dan berbicara.

c. perbedaan antara bahasa asli siswa dengan bahasa target harus mendapat perhatian besar.

d. Guru membedakan konsep bahasa ibu dangan bahasa target melalui terjemahan.

e. Kaidah bahasa itu mengalami perubahan.f. Kaidah bahasa adalah sebuah deskripsi dari bahasa yang

digunakan oleh penuturnya.g. penjelasan guru bersipat induktif.

Kegiatan belajar bahasa menurut teori ini adalah:a. Guru melatih, menyuruh menirukan dan menghafal bahasa,

karena belajar bahasa itu adalah kebiasaan dan latihan.b. Guru memulai materi dengan melatih siswa dengan ke-

terampilan memdengar, memahami kemudian berbicara, membaca dan menulis.

c. Guru membandingkan bahasa anak didik dan bahasa sasaran.d. Guru boleh menterjemahkan kata-kata atau kalimat yang

dibandingkan.e. Guru menjelaskan bahwa tata bahasa adalah bukan suatu

yang tetap namun dapat berubah seiring dengan perubahan dan perkembangan bahasa.

f. Guru selalu menekankan kepada siswa mengucap, mengeja dan menggunakan ungkapan-ungkapan dengan benar.

2. aliran transformational generativealiran ini adalah salah satu aliran linguistik yang berasumsi

bahwa pembelajaran bahasa adalah sebuah proses pembentukan kaidah, bukan sebagai pembentukan kebiasaan, seperti yang di yakini oleh aliran strukturalisme dan didukung oleh aliran behaviorisme.

aliran ini dipelopori oleh noam Chomsky yang lahir tahun 1928 di pennsylvania, amerika Serikat. dia lahir di tengah kelu-arga Yahudi radikal keturunan Rusia. ayahnya, William Chomsky merupakan seorang ahli bahasa Yahudi yang terkenal. dia adalah seorang profesor linguistik dari institut Teknologi Massachusetts. Salah satu reputasi Chomsky di bidang linguistik terpahat lewat teorinya tentang tata bahasa generatif.

Page 13: An Introduction to English Learning and Teaching

12 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 13

pandangan aliran ini:a. Konsep mengenai deep

structure dan surface struc-ture.

b. Gagasan mengenai cara bertolak dari unsur-unsur formatif dalam struktur permukaan menuju struk-tur dalam melalui sejum-lah prosedur di antaranya dengan mengubah suatu struktur ke dalam sruktur lain.

c. Bahasa adalah fitrah “in-nate”, atau potensi dasar yang dimiliki manusia sejak lahir.

d. Manusia memiliki kesiapan fitrah untuk belajar bahasa yang dinamakan alat pemerolehan bahasa (language acquisition device/Lad).

e. Konsep mengenai language competence dan language perfor-mance.

f. dalam proses pemerolehan bahasa terdapat konsep universal sehingga secara mental telah mengetahui kodrat-kodrat yang universal tersebut.

g. Seseorang diyakini mempunyai kemampuan mentransfer “kata sentral” bersama-sama dengan kata-kata lainnya yang bersipat terbuka.

h. Objek kajian kebahasan berkisar pada kognisi/pengetahuan (language competence) yang dimiliki anak. Kemampuan trans-formasi satu kalimat menjadi kalimat lain yang pada gilirannya melahirkan performansi bahasa.

B. Landasan Psikologi dalam Pembelajaran Bahasa1. Pendahuluan

Kemampuan berpikir dan berbahasa merupakan ciri utama yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Karena me miliki keduanya, maka sering disebut manusia sebagai makh-luk yang mulia dan makhluk sosial. dengan pikirannya manusia menjelajah ke setiap fenomena yang nampak bahkan yang tidak nampak. dengan bahasa nya, manusia berkomunikasi untuk ber-sosialisasi dan menyampai kan hasil pemikirannya.

Salah satu objek pemikiran manusia adalah bagaimana ma-nusia dapat berbahasa. pendapat para ahli tentang belajar bahasa tersebut bermacam-macam. di antara pendapat mereka ada yang bertentangan namun ada juga yang saling mendukung dan melengkapi. pemikiran para ahli tentang teori belajar bahasa ini begitu variatif dan menarik. Oleh karena itu, kami jadikan salah satu alasan pembahasan dalam makalah ini.

Sehubungan dengan begitu banyaknya teori tentang belajar bahasa, maka yang akan kami kemukakan dalam makalah ini, kami batasi pada teori Behaviorisme, nativisme, Kognitivisme, Fungsional, Konstruktivisme, Humanistik, dan Sibernetik. Hal ini dimaksudkan agar pembahasan kami menjadi lebih terfokus.Teori- teori ini ternyata berpengaruh sangat kuat dalam dunia ilmu bahasa. Sebelum kita berbicara lebih jauh tentang teori belajar bahasa, kita pahami dulu pengertian teori. Menurut Mc Lauglin dalam (Hadley: 43, 1993), fungsi teori adalah untuk membantu kita mengerti dan mengorganisasi data tentang pengalaman dan memberikan makna yang merujuk dan sesuai. ellis menyatakan bahwa setiap guru pasti sudah memiliki teori tentang pembelajaran bahasa, tetapi sebagian besar guru tersebut tidak pernah men-gungkapkan seperti apa teori itu. Teori mempunyai fungsi yaitu:a. Mendeskripsikan, menerangkan, menjelaskan tentang fakta.

Contohnya fakta bahwa mengapa air laut itu asin.b. Meramalkan kejadian-kejadian yang akan terjadi berdasarkan

teori yang sudah ada.c. Mengendalikan yaitu mencegah sesuatu supaya tidak terjadi

dan mengusahakan supaya terjadi

Avram Noam Chomsky is an american linguist, philosopher, cognitive scientist, logician, po-litical commentator and activist. Sometimes described as the “father of modern linguistics”, Chomsky is also a major figure in analytic philosophy.

Page 14: An Introduction to English Learning and Teaching

14 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 15

Teori berhubungan dengan belajar. Belajar adalah acquiring or getting knowledge of a subject or a skill by study, experience, or instruc-tion (pemerolehan ilmu melalui belajar, pengalaman, pelatihan) atau learning is relatively permanent change in a behavioral tendency and is the result of reinforced practice (Kimble and Garmezy, 1963: 133). dengan kata lain teori belajar bahasa adalah gagasan-gagasan tentang pemeroleh an bahasa.

Semua kegiatan belajar melibatkan ingatan. Jika kita tidak dapat mengingat apa pun pengalaman kita maka kita tidak dapat belajar. Seringkali kita lupa, padahal sesuatu yang kita lupakan belum tentu hilang dari ingatan. Refleksi dari pengalaman belajar di sekolah menunjukkan bahwa sesuatu yang pernah dipelajari sungguh-sungguh bisa menjadi lupa. ingatan dapat digali kembali dengan cara merangsang otak. pengetahuan yang terlupakan dapat diingat kembali dengan cara belajar kembali.

Menurut Oemar Hamalik (2001: 154), prinsip belajar me-liputi:a. dilakukan dengan sengaja.b. Harus direncanakan sebelumnya dengan struktur tertentu.c. Guru menciptakan pembelajaran buat siswa.d. Memberikan hasil tertentu buat siswa.e. Hasil-hasil yang dicapai dapat dikontrol dengan cermat.f. Sistem penilaian dilaksanakan secara berkesinambungan.

Sedangkan ciri-ciri perubahan perilaku dalam belajar: terjadi secara sadar, bersifat kontinu, fungsional, bersifat positif, aktif, tidak bersifat sementara, bertujuan atau terarah, mencakup selu-ruh aspek perilaku individu. Menurut Suryabrata dalam Sumardi (1998: 232) proses belajar diharapkan membawa perubahan (dalam arti behavioral Changes, aktual maupun potensial), meng-hasilkan kecakapan baru, adanya usaha mencapai hasil yang lebih baik (dengan sengaja).

Sehubungan dengan prinsip belajar tersebut kiranya teori belajar ini dapat bermanfaat dalam pengembangan pembelajaran bahasa dan dapat menambah wawasan pembaca tentang pemero-lehan bahasa.

a. Teori behaviorismeTokoh aliran ini adalah

John B. Watson (1878–1958) yang di amerika dike-nal sebagai bapak behavior-isme. Teorinya menekan-kan perhatian pada as-pek yang dirasakan secara langsung pada perilaku berbahasa serta hubungan antara stimulus dan respons pada dunia sekelilingnya. Menurut teori ini, semua perilaku, termasuk tindak balas (respons) ditimbulkan oleh adanya rangsangan (stimulus). Jika rangsangan telah diamati dan diketahui maka gerak balas pun dapat diprediksikan. Watson juga dengan tegas menolak pengaruh naluri (instinct) dan kesadaran terhadap perilaku. Jadi setiap perilaku dapat dipelajari menurut hubungan stimulus-respons.

untuk membuktikan kebenaran teorinya, Watson me-nga dakan eksperimen terhadap albert, seorang bayi berumur sebelas bulan. pada mulanya albert adalah bayi yang gembira dan tidak takut bahkan senang bermain-main dengan tikus putih berbulu halus. dalam eksperimennya, Watson memulai proses pembiasaannya dengan cara memukul sebatang besi dengan sebuah palu setiap kali albert mendekati dan ingin memegang tikus putih itu. akibatnya, tidak lama kemudian albert menjadi takut terhadap tikus putih juga kelinci pu-tih. Bahkan terhadap semua benda berbulu putih, termasuk jaket dan topeng sinterklas yang berjanggut putih. dengan demikian dapat di simpulkan bahwa pembiasaan dapat mengu-bah perilaku seseorang secara nyata.

Seorang behavioris menganggap bahwa perilaku berba-hasa yang efektif merupakan hasil respons tertentu yang di-

John Broadus Watson was an american psychologist who estab-lished the psychological school of behaviorism.

Page 15: An Introduction to English Learning and Teaching

16 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 17

kuatkan. Respons itu akan menjadi kebiasaan atau terkondisi-kan, baik respons yang berupa pemahaman atau respons yang berwujud ujaran. Seseorang belajar memahami ujaran dengan mereaksi stimulus secara memadai dan memperoleh penguatan untuk reaksi itu.

Salah satu percobaan yang terkenal untuk mem-bentuk model perilaku berbahasa dari sudut beha-vioris adalah yang dikemu-kakan oleh Skinner (1957) dalam verbal behavior. per-cobaan Skiner dikenal de-ngan percobaannya tentang perilaku binatang yang ter-kenal dengan kotak Skin-ner. Teori Skinner tentang perilaku verbal merupakan perluasan teorinya tentang belajar yang disebutnya operant conditioning. Konsep ini mengacu pada kondisi ketika manusia atau bina-tang mengirimkan respons atau operant (ujaran atau sebuah kalimat) tanpa adanya stimulus yang tampak. Operant itu dipertahankan dengan penguatan. Misalnya, jika seorang anak kecil mengatakan minta susu dan orang tuanya memberinya susu, maka operant itu dikuatkan. dengan perulangan yang terus menerus operant semacam itu akan terkondisikan.

Menurut Skinner, perilaku verbal adalah perilaku yang di-kendalikan oleh akibatnya. Bila akibatnya itu hadiah, perilaku itu akan terus dipertahankan. Kekuatan serta frekuensinya akan terus dikembangkan. Bila akibatnya hukuman, atau bila kurang adanya penguatan, perilaku itu akan diperlemah atau pelan-pelan akan disingkirkan.

Sebagai contoh dapat kita saksikan perilaku anak-anak di sekeliling kita. ada anak kecil menangis meminta es pada ibunya. Tetapi, karena ibunya yakin dan percaya bahwa es itu meng gunakan pemanis buatan maka sang ibu tidak me-luluskan permintaan anaknya. Sang anak terus menangis. Tetapi sang ibu bersikukuh tidak menuruti permintaannya. Lama kelamaan tangis anak tersebut akan reda dan lain kali tidak akan minta es semacam itu lagi kepada ibunya, apalagi dengan menangis. Seandainya anak itu kemudian dituruti keinginannya oleh ibunya, apa yang terjadi? pada kesempatan yang lain sang anak akan minta es lagi. apabila ibunya tidak meluluskannya maka ia akan menangis dan terus menangis sebab dengan menangis ia akan mendapatkan es. Kalau ibunya memberi es lagi maka perbuatan menangis itu dikuatkan. pada kesempatan lain dia akan menangis manakala ia meminta sesuatu pada ibunya.

implikasi teori ini ialah bahwa guru harus berhati-hati dalam menentukan jenis hadiah dan hukuman. Guru harus mengetahui benar kesenangan siswanya. Hukuman harus benar-benar sesuatu yang tidak disukai anak, dan sebaliknya hadiah merupakan hal yang sangat disukai anak. Jangan sampai anak diberi hadiah menganggapnya sebagai hukuman atau sebaliknya, apa yang menurut guru adalah hukuman bagi siswa dianggap sebagai hadiah. Contoh, anak yang suka bermain sepakbola, akan menganggap pemberian waktu untuk bermain sepakbola adalah hadiah, sebaliknya, melarang untuk sementara waktu tidak bermain sepakbola adalah hukuman yang menyakitkan.

Beberapa linguis dan ahli psikologi sependapat bahwa model Skinner tentang perilaku berbahasa dapat diterima secara me madai untuk kapasitas memperoleh bahasa, untuk perkembangan bahasa itu sendiri, untuk hakikat bahasa dan teori makna. Teori yang tak kalah menariknya untuk kita kaji adalah teori pembiasaan klasik dari pavlov (1848-1936) yang merupakan teori stimulus–respons yang pertama menjadi

Burrhus Frederic Skinner was an american psychologist, behavior-ist, author, inventor, and social philosopher. He was the edgar pierce professor of psychology at Harvard university from 1958 until his retirement in 1974.

Page 16: An Introduction to English Learning and Teaching

18 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 19

dasar lahirnya teori-teori sti mulus–respons yang lain-nya. pavlov berpendapat bahwa pembelajaran meru-pakan rangkaian panjang dari respons-respons yang dibiasakan. Menurut teori pembiasaan klasik ini ke-mampuan seseorang un-tuk membentuk respons-respons yang dibiasakan berhubungan erat dengan jenis sistem yang digu-nakan. Teori ini percaya ad-anya per beda an-perbedaan yang dibawa sejak lahir dalam kemampuan belajar. Respons yang dibiasakan dapat diperkuat dengan ulangan-ulangan teratur dan intensif. pavlov tidak percaya dengan pengertian atau pemahaman atau apa yang disebut insight (kecepatan melihat hubungan-hubungan di dalam piki-ran). Jadi dapat dikatakan bagi pavlov respons yang dibiasakan adalah unit dasar pembelajaran yang paling baik.

Teori pavlov tersebut didukung pula oleh Thorndike (1874-1919) yang menghasilkan teori penghubungan atau dikenal dengan trial and error. Teori ini didasarkan pada sebuah eksperimen yang tak jauh berbeda dengan pavlov. Thorndike menggunakan kucing sebagai sarana eksperimen-nya yang berhasil membuka engsel dengan cara dibiasakan dan dihubung-gubungkan. dari hasil eksperimen itu, Thorndike berpendapat bahwa pembelajaran merupakan suatu proses menghubung-hubungkan di dalam sistem saraf dan tidak ada hubungannya dengan insight atau pengertian. Yang di-hubungkan adalah peristiwa-peristiwa fisik dan mental dalam

pembelajaran itu. Yang dimaksud dengan peristiwa fisik adalah segala rangsangan (stimulus) dan gerak balas (respons). Se-dangkan peristiwa mental adalah segala hal yang dirasakan oleh pikiran (akal). Thorndike menemukan hukum latihan (the law of exercise) dan hukum akibat (the law of effect) yang kita kenal sekarang dengan reinforcement atau penguatan. Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika belajar naik sepeda atau dalam belajar bahasa adalah dalam pengu-capan kata-kata sulit. Kegagalan yang diulang terus menerus lama-kelamaan akan berhasil.

upaya lain untuk mendukung teori behaviorisme dalam pemerolehan bahasa dilakukan Osgood (1953). dia menjelas-kan bahwa proses pemerolehan semantik (makna) didasarkan pada teori mediasi atau penengah. Menurutnya, makna meru-pakan hasil proses pembelajaran dan pengalaman seseorang dan merupakan mediasi untuk melambangkan sesuatu. Makna sebagai proses mediasi pelambang dan merupakan satu bagian yang distingtif dari keseluruhan respons terhadap suatu objek yang dibiasakan pada kata untuk objek itu, atau persepsi untuk objek itu. Osgood telah memperkenalkan konsep sign (tanda atau isyarat) sehubungan dengan makna.

Ivan Petrovich Pavlov was a Rus-sian physiologist known primarily for his work in classical condi-tioning. From his childhood days pavlov demonstrated intellectual brilliance along with an unusual energy which he named “the in-stinct for research”.

Page 17: An Introduction to English Learning and Teaching

20 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 21

pendapat para ahli psikologi behaviorisme yang mene-kankan pada observasi empirik dan metode ilmiah hanya dapat menjelaskan keajaiban pemerolehan dan belajar bahasa tapi ranah kajian bahasa yang sangat luas masih tetap tak tersentuh.

b. Teori nativismeBerbeda dengan kaum behavioristik, kaum nativistik atau

mentalistik berpendapat bahwa pemerolehan bahasa pada manusia tidak boleh disamakan dengan proses pengenalan yang terjadi pada hewan. Mereka tidak memandang penting pengaruh dari lingkungan sekitar. Selama belajar bahasa per-tama sedikit demi sedikit manusia akan membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis telah terprogramkan. dengan perkataan lain, mereka menganggap bahwa bahasa meru-pakan pemberian biologis. Menurut mereka bahasa terlalu kompleks dan mustahil dapat dipelajari oleh manusia dalam waktu yang relatif singkat lewat proses peniruan sebagaimana keyakinan kaum behavioristik. Jadi beberapa aspek penting yang menyangkut sistem bahasa menurut keyakinan mereka pasti sudah ada dalam diri setiap manusia secara alamiah.

istilah nativisme dihasilkan dari pernyataan mendasar bahwa pembelajaran bahasa ditentukan oleh bakat. Bahwa setiap manusia dilahirkan sudah memiliki bakat untuk mem-peroleh dan belajar bahasa. Teori tentang bakat bahasa itu memperoleh dukungan dari berbagai sisi. eric Lenneberg (1967) membuat proposisi bahwa bahasa itu merupakan perilaku khusus manusia dan bahwa cara pemahaman ter-tentu, pengkategorian kemampuan, dan mekanisme bahasa yang lain yang berhubungan ditentukan secara biologis.

Chomsky dalam Hadley (1993: 48) yang merupakan tokoh utama golongan ini mengatakan bahwasannya hanya manusialah satu-satunya makhluk Tuhan yang dapat melaku-kan komunikasi lewat bahasa verbal. Selain itu bahasa juga sangat kompleks oleh sebab itu tidak mungkin manusia

belajar bahasa dari makhluk Tuhan yang lain. Chomsky juga menyatakan bahwa setiap anak yang lahir ke dunia telah memiliki bekal dengan apa yang di sebutnya “alat penguasaan bahasa” atau Lad (language Acquisition Device). Chomsky dalam Hadley (1993:50) mengemukakan bahwa belajar bahasa merupakan kompetensi khusus bukan sekedar subset belajar secara umum. Cara berbahasa jauh lebih rumit dari sekedar penetapan stimulus-respon. Chomsky dalam Hadley (1993: 48) mengatakan bahwa eksistensi bakat ber manfaat untuk menjelaskan rahasia penguasaan bahasa pertama anak dalam waktu singkat, karena adanya Lad. Menurut golongan ini belajar bahasa pada hakikatnya hanyalah proses pengisian kaidah-kaidah atau struktur aturan-aturan bahasa ke dalam Lad yang sudah tersedia secara alamiah pada manusia tersebut.

Salah seorang penganut golongan ini Mc. neil (Brown, 1980: 22) mendeskripsikan Lad itu terdiri atas empat bakat bahasa, yakni:1) Kemampuan untuk membedakan bunyi bahasa dengan

bunyi-bunyi yang lain;2) Kemampuan mengorganisasikan peristiwa bahasa ke

dalam variasi yang beragam;3) pengetahuan adanya sistem bahasa tertentu yang mungkin

dan sistem yang lain yang tidak mungkin;4) Kemampuan untuk mengevaluasi sistem perkembangan

bahasa yang membentuk sistem yang mungkin dengan cara yang paling sederhana dari data kebahasaan yang di-peroleh. Manusia mempunyai bakat untuk terus menerus mengevaluasi sistem bahasanya dan terus menerus men-gadakan revisi untuk pada akhirnya menuju bentuk yang berterima di lingkungannya.

Chomsky dalam Hadley (1993: 49) mengemukakan bahwa bahasa anak adalah sistem yang sah dari sistem mereka. per kembangan bahasa anak bukanlah proses perkembangan sedikit demi sedikit stuktur yang salah, bukan dari bahasa ta-

Page 18: An Introduction to English Learning and Teaching

22 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 23

hap pertama yang lebih banyak salahnya ke tahap berikutnya, tetapi bahasa anak pada setiap tahapan itu sistematik dalam arti anak secara terus menerus membentuk hipotesis dengan dasar masukan yang diterimanya dan kemudian mengujinya dalam ujarannya sendiri dan pemahamannya. Selama bahasa anak itu berkembang hipotesis itu terus direvisi, dibentuk lagi atau kadang-kadang dipertahankan.

c. Teori kognitivismepada tahun 60-an golongan kognitivistik mencoba men-

gusulkan pendekatan baru dalam studi pemerolehan bahasa. pendekatan tersebut mereka namakan pendekatan kognitif. Jika pendekatan kaum behavioristik bersifat empiris maka pendekatan yang dianut golongan kognitivistik lebih bersifat rasionalis. Konsep sentral dari pendekatan ini yakni kemam-puan berbahasa seseorang berasal dan diperoleh sebagai akibat dari kematangan kognitif sang anak. Mereka beranggapan bahwa bahasa itu distrukturkan atau dikendalikan oleh nalar manusia. Oleh sebab itu perkembangan bahasa harus berlan-das pada atau diturunkan dari perkembangan dan perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam kognisi manu-sia. dengan demikian urutan-urutan perkembangan kognisi seorang anak akan menentukan urutan-urutan per kembangan bahasa dirinya.

Menurut aliran ini kita belajar disebabkan oleh kemam-puan kita menafsirkan peristiwa atau kejadian yang terjadi di dalam lingkungan. Titik awal teori kognitif adalah anggapan terhadap kapasitas kognitif anak dalam menemukan struktur dalam bahasa yang didengar di sekelilingnya. pemahaman, produksi, komprehensi bahasa pada anak dipandang sebagai hasil dari proses kognitif anak yang secara terus menerus berubah dan berkembang. Jadi stimulus merupakan masukan bagi anak yang berproses dalam otak. pada otak terjadi me-kanisme mental internal yang diatur oleh pengatur kognitif, kemudian keluar sebagai hasil pengolahan kognitif tadi.

Konsep sentral teori kognitif adalah kemampuan ber-bahasa anak berasal dari kematangan kognitifnya. proses belajar bahasa secara kognitif merupakan proses berpikir yang kompleks karena menyangkut lapisan bahasa yang terdalam. Lapisan bahasa ter sebut meliputi: ingatan, persepsi, pikiran, makna, dan emosi yang saling berpengaruh pada struktur jiwa manusia. Bahasa dipandang sebagai manifestasi dari perkem-bangan aspek kognitif dan afektif yang menyatakan tentang dunia dan diri manusia itu sendiri.

dapat dikemukakan bahwa pendekatan kognitif menjelaskan bahwa:1) dalam belajar bahasa, bagaimana kita berpikir;2) Belajar terjadi dan kegiatan mental internal dalam diri

kita;3) Belajar bahasa merupakan proses berpikir yang kompleks.

Laughlin dalam elizabeth (1993: 54) berpendapat bahwa dalam belajar bahasa seorang anak perlu proses pengendalian dalam berinteraksi dengan lingkungan. pendekatan kognitif dalam belajar bahasa lebih menekankan pemahaman, proses mental atau pengaturan dalam pemerolehan, dan memandang anak sebagai seseorang yang berperan aktif dalam proses belajar bahasa.

Selanjutnya menurut piaget dalam Mansoer pateda (1990: 67), salah seorang tokoh golongan ini mengatakan bahwa struktur komplek dari bahasa bukanlah sesuatu yang diberikan oleh alam dan bukan pula sesuatu yang dipelajari lewat lingkungan. Struktur tersebut lahir dan berkembang se-bagai akibat interaksi yang terus menerus antara tingkat fungsi kognitif si anak dan lingkungan lingualnya. Struktur tersebut telah tersedia secara alamiah. perubahan atau perkembangan bahasa pada anak akan bergantung pada sejauh mana keterli-batan kognitif sang anak secara aktif dengan lingkungannya.

proses belajar bahasa terjadi menurut pola tahapan perkembangan tertentu sesuai umur. Tahapan tersebut me-liputi:

Page 19: An Introduction to English Learning and Teaching

24 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 25

1) asimilasi: proses penyesuaian pengetahuan baru dengan struktur kognitif

2) akomodasi: proses penyesuaian struktur kognitif dengan pengetahuan baru

3) disquilibrasi: proses penerimaan pengetahuan baru yang tidak sama dengan yang telah diketahuinya.

4) equilibrasi: proses penyeimbang mental setelah terjadi proses asimilasi.

Menurut ausubel dalam elizabeth (1993: 59) menga-takan proses belajar bahasa terjadi bila anak mampu mengasi-milasikan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan baru. proses itu melalui tahapan memperhatikan stimulus yang diberikan, me mahami makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.

Selanjutnya menurut Bruner dalam Mansoer pateda (1990: 49) mengemukakan bahwa, proses belajar bahasa lebih ditentukan oleh cara anak mengatur materi bahasa bukan usia anak. proses belajar bahasa didapat melalui enaktif yaitu aktivitas untuk memahami lingkungan; ikonik yaitu melihat dunia lewat gambar dan visualisasi verbal dan simbolik yaitu memahami gagasan-gagasan abstrak.

d. Teori fungsionaldengan munculnya kontruktivisme dalam dunia psikolo-

gi, dalam tahun-tahun terakhir ini menjadi lebih jelas bahwa belajar bahasa berkembang dengan baik di bawah gagasan kognitif dan struktur ingatan.

para peneliti bahasa mulai melihat bahwa bahasa meru-pakan manifestasi kemampuan kognitif dan efektif untuk menjelajah dunia, untuk berhubungan dengan orang lain dan juga keperluan terhadap diri sendiri sebagai manusia. Lebih lagi kaedah generatif yang diusulkan di bawah naungan nativis me itu bersifat abstrak, formal, eksplisit dan logis, meskipun kaidah itu lebih meng utamakan pada bentuk bahasa dan tidak pada tataran fungsional yang lebih dari makna yang

dibentuk dari interaksi sosial.1) Kognisi dan perkembangan bahasa

piaget menggambarkan penelitian itu sebagai in-teraksi anak dengan lingkungannya dengan interaksi komplementer antara perkembangan kapasitas kognitif perseptual dengan pengalaman bahasa mereka. penelitian itu berkaitan dengan hubungan antara perkembangan kognitif dengan pemeroleh an bahasa pertama. Slobin menyatakan bahwa dalam semua bahasa, belajar makna bergantung pada perkembangan kognitif dan urutan perkembangannya lebih ditentukan oleh kompleksitas makna itu dari pada kompleksitas bentuknya. Menurut dia ada dua hal yang menentukan model:a) pada asas fungsional, perkembangan diikuti oleh

per kembang an kapasitas komunikatif dan konseptual yang beroperasi dalam konjungsi dengan skema batin konjungsi.

b) pada asas formal, perkembangan diikuti oleh kapa-sitas perseptual dan pemerosesan informasi yang bekerja dalam konjungsi dan skema batin tata bahasa.

2) interaksi sosial dan perkembangan bahasaakhir-akhir ini semakin jelas bahwa fungsi bahasa

ber kembang dengan baik di luar pikiran kognitif dan struktur memori. di sini tampak bahwa kontruktivis sosial menekankan prespektif fungsional. Bahasa pada hakikatnya digunakan untuk komunikasi interaktif. Oleh sebab itu kajian yang cocok untuk itu adalah kajian tentang fungsi komunikatif bahasa, fungsi pragmatik dan komunikatif dikaji dengan segala variabilitas nya.

e. Teori konstruktvismeJean piaget dan Leu Vygotski adalah dua nama yang selalu

di asosiasikan dengan kontruktivisme. ahli kontruktivisme menyatakan bahwa manusia membentuk versi mereka sendiri terhadap kenyataan, mereka menggandakan beragam cara un-

Page 20: An Introduction to English Learning and Teaching

26 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 27

me ng oreksi pembelajaran. untuk itu ada dua hal yang harus dipenuhi, yaitu: 1) peserta didik harus

berperan aktif dalam menyeleksi dan mene-tapkan kegiatan se-hingga menarik dan memotivasi pelajar.

2) Harus ada guru yang tepat untuk membantu peserta didik membuat konsep-konsep, nilai-nilai, skema, dan ke-mampuan memecah-kan masalah.

f. Teori humanismeTeori ini muncul diilhami oleh perkembangan dalam

psikologi yaitu psikologi humanisme. Sesuai pendapat yang dikemukakan oleh Mcneil (1977) “In many instances, com-municative language programmes have incorporated educational phylosophies based on humanis tic psikology or view which in the context of goals for other subject areas has been called ‘the humanistic curriculum’.” Teori humanis me dalam pengajaran bahasa pernah diimplementasikan dalam sebuah kurikulum pengajaran bahasa dengan istilah humanis tic curriculum yang diterapkan di amerika utara di akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Kurikulum ini menekankan pada pembagian pengawasan dan tanggungjawab bersama antar seluruh siswa didik. Humanistic curiculum menekankan pada pola pikir, perasaan dan tingkah laku siswa dengan menghubungkan materi yang diajarkan pada kebutuhan dasar dan kebutuhan hidup siswa. Teori ini menganggap bahwa setiap peserta didik sebagai objek pembelajaran memiliki alasan yang berbeda dalam mempelajari bahasa.

tuk mengetahui dan meng-gambarkan sesuatu untuk mempelajari pemerolehan bahasa pertama dan kedua.

pembelajaran harus di bangun secara aktif oleh pem belajar itu sendiri dari pada dijelaskan secara rinci oleh orang lain. dengan demikian pengetahuan yang diperoleh didapatkan dari peng alaman. namun demikian, dalam mem-bangun peng alaman siswa harus memiliki kesempat-an untuk mengungkapkan pikirannya, menguji ide-ide tersebut melalui eksperi-men dan percakapan atau tanya jawab, serta untuk mengamati dan membandingkan fenomena yang sedang diujikan dengan aspek lain dalam kehidupan mereka. Selain itu juga guru memainkan peranan penting dalam mendorong siswa untuk memperhatikan se-luruh proses pembelajaran serta menawarkan berbagai cara eksplorasi dan pendekatan.

Siswa dapat benar-benar memahami konsep ilmiah dan sains karena telah meng alaminya. penjelasan mendetail dari guru belum tentu mencerminkan pe mahaman siswa mengerti kata-kata ilmiahnya, tapi tidak memahami konsepnya. namun jika siswa telah mencobanya sendiri, maka pemahaman yang didapat tidak hanya berupa kata-kata saja, namun berupa konsep.

dalam rangka kerjanya, ahli konstruktif menantang guru-guru untuk menciptakan lingkungan yang inovatif dengan melibatkan guru dan pelajar untuk memikirkan dan

Jean Piaget was a Swiss develop-mental psychologist and philoso-pher known for his epistemological studies with children. His theory of cognitive development and episte-mological view are together called “genetic epis temology”.

Lev Semyonovich Vygotsky was a Soviet Belarusian psychologist, the founder of a theory of human cul-tural and biosocial development commonly referred to as cultural-historical psychology, and leader of the Vygotsky Circle.

Page 21: An Introduction to English Learning and Teaching

28 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 29

Tujuan utama dari teori ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa agar bisa berkembang di tengah masyarakat. The deepest goal or purpose is to develop the whole persons within a human society. (Mcneil,1977)

Sementara tujuan teori humanisme menurut Coombs (1981):1) pengajaran disusun berdasarkan kebutuhan-kebutuhan

dan tujuan siswa. program pengajaran diarahkan agar siswa mampu menciptakan pengalaman sendiri berdasar-kan ke butuhannya. Hal ini dilakukan untuk mengem-bangkan potensi yang mereka miliki.

2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengaktual-isasikan dirinya dan untuk menumbuhkan kepercayaan dirinya.

3) pengajaran disusun untuk memperoleh keterampilan dasar (akademik, pribadi, antar pribadi, komunikasi, dan ekonomi) berdasarkan kebutuhan masing-masing siswa.

4) Memilih dan memutuskan aktivitas pengajaran secara individual dan mampu menerapkannya.

5) Mengenal pentingnya perasaan manusia, nilai, dan per-sepsi.

6) Mengembangkan suasana belajar yang menantang dan bisa dimengerti.

7) Mengembangkan tanggung jawab siswa, mengembang-kan sikap tulus, respek, dan menghargai orang lain, dan terampil dalam menyelesaikan konflik.

Teori humanisme dalam pangajaran bahasa banyak dipeng aruhi oleh pemikiran para ahli psikologi humanisme seperti abraham Maslow, Carl Roger, Fritz peers dan erich Berne. para ahli psikologi tersebut menciptakan sebuah teori di mana pendidik an berpusat pada siswa (learner centered-pedagogy). praktek nya dalam dunia pendidikan yaitu dengan menggabungkan pengembangan kognitif dan afektif siswa.

dalam teori humanisme, setiap siswa memiliki tanggung jawab terhadap pembelajaran mereka masing-masing, mampu

mengambil keputusan sendiri, memilih dan mengusulkan aktivitas yang akan dilakukan, mengungkapkan perasaan dan pendapat mengenai kebutuhan, kemampuan, dan kes-enangannya. dalam hal ini, guru berperan sebagai fasilitator pengajaran, bukan menyampaikan pengetahuan.

Sementara menurut Fraida dubin dan elita Olshtain (1992:76) pengajaran bahasa menurut teori humanisme, sebagai berikut:1) Sangat menekankan kepada komunikasi yang bermakna

(meaningful communication) berdasarkan sudut pandang siswa. Teks harus otentik, tugas-tugas harus kommuni-katif, Outcome menyesuaikan dan tidak ditentukan atau ditargetkan sebelum nya.

2) pendekatan ini berfokus pada siswa dengan menghargai existensi setiap individu.

3) pembelajaran digambarkan sebagai sebuah penerapan peng alaman individual dimana siswa memiliki kesem-patan ber bicara dalam proses pengambilan keputusan.

4) Siswa lain sebagai kelompok suporter dimana mereka sa-ling berinteraksi, saling membantu dan saling mengevalu-asi satu sama lain.

5) Guru berperan sebagai fasilitator yang lebih memperha-tikan atmosphere kelas dibanding silabus materi yang digunakan.

6) Materi berdasarkan kebutuhan-kebutuhan siswa.7) Bahasa ibu para siswa dianggap sebagai alat yang sangat

membantu jika diperlukan untuk memahami dan meru-muskan hipotesa bahasa yang dipelajari.

Carl Rogers (1902-1987) dianggap sebagai penemu dan panut an dalam perkembangan pendekatan humanistik dalam pendidikan. Roger (1980) menekankan pada kebutuhan secara alamiah dari setiap orang untuk belajar. peran guru adalah sebagai fasilitator pengajaran.

Page 22: An Introduction to English Learning and Teaching

30 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 31

g. Teori sibernetikistilah sibernetika berasal dari bahasa Yunani (cyber-

netics berarti pilot). istilah cybernetics yang diterjemahkan kedalam bahasa indonesia menjadi sibernetika, pertama kali digunakan tahun 1945 oleh nobert Wiener dalam bukunya yang berjudul Cybernetics. nobert mendefinisikan cybernetics sebagai berikut,” The study of control and communication in the animal and the machine.” istilah sibernetika digunakan juga oleh alan Scrivener (2002) dalam bukunya ‘A Curriculum for Cybernetics and Systems Theory.’ Sebagai berikut “Study of systems which can be mapped using loops (or more complicated looping structures) in the network defining the flow of informa-tion. Systems of automatic control will of necessity use at least one loop of information flow providing feedback.” artinya studi mengenai sistem yang bisa dipetakan menggunakan loops (berbagai putaran) atau susunan sistem putaran yang rumit dalam jaringan yang menjelaskan arus informasi. Sistem pengontrol secara otomatis akan bermanfaat, satu putaran informasi minimal akan menghasilkan feedback. Semen-tara Ludwig Bertalanffy memandang fungsi sibernetik dalam berkomunikasi. “Cybernetics is a theory of control systems based on communication (transfer of information) between systems and environment and within the system, and control (feedback) of the system’s function in regard to environment.

Sibernetika adalah teori sistem pengontrol yang didasar-kan pada komunikasi (penyampaian informasi) antara sistem dan lingkungan dan antar sistem, pengontrol (feedback) dari sistem berfungsi dengan memperhatikan lingkungan.

Seiring perkembangan teknologi informasi yang dilun-curkan oleh para ilmuwan dari amerika sejak tahun 1966, penggunaan komputer sebagai media untuk menyampaikan informasi ber kembang pesat. Teknologi ini juga dimanfaatkan dunia pen didikan terutama guru untuk berkomunikasi sesama relasi, mencari handout (buku materi ajar), menerangkan materi pelajaran atau pelatihan, bahkan untuk mengevaluasi

hasil belajar siswa. prinsip dasar teori sibernetik yaitu meng-hargai adanya ‘perbedaan’, bahwa suatu hal akan memiliki perbedaan dengan yang lainnya, atau bahwa sesuatu akan berubah seiring perkembangan waktu. pembelajaran digam-barkan sebagai : inpuT => pROSeS => OuTpuT

Teori sibernetik diimplementasikan dalam beberapa pen­dekatan pengajaran (teaching approach) dan metode pembela-jaran, yang sudah banyak diterapkan di indonesia. Misalnya virtual learning, e-learning, dan lain-lain.Beberapa kelebihan teori sibernetik:1) Setiap orang bisa memilih model pembelajaran yang paling

sesuai dengan untuk dirinya, dengan mengakses melalui internet pembelajaran serta modulnya dari berbagai pen-juru dunia.

2) pembelajaran bisa disajikan dengan menarik, interaktif dan komunikatif. dengan animasi-animasi multimedia dan inter ferensi audio, siswa tidak akan bosan duduk berjam-jam mempelajari modul yang disajikan.

3) Menganggap dunia sebagai sebuah ‘global village’, dimana masyarakatnya bisa saling mengenal satu sama lain, bisa saling berkomunikai dengan mudah, dan pembelajaran bisa dilakukan di mana saja tanpa dibatasi ruang dan waktu, sepanjang sarana pembelajaran mendukung.

4) Buku-buku materi ajar atau sumber pembelajaran lainnya bisa diperoleh secara autentik (sesuai aslinya), cepat dan murah.

5) Ketika bertanya atau merespon pertanyaan guru atau instruk tur, secara psikologis siswa akan lebih berani meng ungkapkanya, karena siswa tidak akan merasa takut salah dan menanggung akibat dari kesalahannya secara langsung.

C. Penutup

Berdasarkan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa dalam proses belajar bahasa dapat ditinjau dari berbagai teori yang kesemua-

Page 23: An Introduction to English Learning and Teaching

An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 33 32 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology

A. Metode Tata Bahasa dan Terjemah (Grammar and Translation Method)

1. Latar belakang metode tata bahasa dan terjemahMetode tata bahasa dan terjemah yang dipakai di dunia Barat

mengadopsi pembelajaran bahasa Yunani dan Latin, yaitu meng-gunakan metode klasik (classical method) yang mengfokuskan pada analisa gramatikal, penghafalan kosa kata, penerjemahan wacana, dan latihan menulis. pada abad 18 dan 19 metode kla-sik dianggap sebagai metode utama dalam mengajarkan bahasa asing kemudian berubah nama menjadi metode tata bahasa dan terjemah, walaupun konsep dan penggunaannya tidak berubah, yakni menekankan analisa tata bahasa, penghafalan kosa kata, penerjemahan wacana dan latihan menulis.

Meskipun metode ini dianggap sebagai metode klasik, tradisi-onal dan terkesan “kolot” namun dalam sejarah telah terbukti bahwa metode ini sudah melekat kuat di masyarakat eropa selama berabad-abad dalam mengajarkan bahasa asing seperti bahasa Yunani kuno dan Latin serta bahasa-bahasa lainnya termasuk bahasa inggris. Bahkan penggunaan metode tersebut juga di-gunakan di indonesia selama berabad-abad pula sampai saat ini masih banyak guru menggunakan metode ini. Hal ini disebabkan metode ini tidak membutuhkan kemampuan berbahasa yang tinggi. Seorang guru bahasa inggris yang tidak cukup mahir dalam berkomunikasi lisan maupun tulisan pun dapat mengajarkan ba-hasa tersebut dengan menggunakan metode tersebut.

nya masuk akal. Yang terpenting bagi kita dengan adanya teori-teori tersebut dapat membantu kesulitan bagi mereka yang sedang belajar bahasa sehingga dapat memaksimalkan kemampuan mereka seperti yang kita harapkan. BAB III

METODE PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS

Page 24: An Introduction to English Learning and Teaching

34 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 35

2. Konsep dasar metode tata bahasa dan terjemahMetode ini didasarkan pada asumsi bahwa semua bahasa di

dunia pada dasarnya sama dan tata bahasa adalah cabang dari logika (universal logic/logika semesta/al-mantiq al-ālami). untuk melihat kesamaan tersebut, perlu dilakukan kajian tata bahasa asing yang dipelajari dan untuk memahami pokok pikiran bahasa yang dipelajari, perlu diadakan transformasi atau terjemahan kosa kata dan kalimat ke dalam kosa kata dan kalimat bahasa siswa. Jadi inti dari kegiatan belajar bahasa asing adalah menganalisa tata bahasa terhadap wacana, menulis kalimat dan menghafalkan kosa kata sebagai dasar transformasinya ke dalam bahasa sumber. Sedangkan kemampuan berkomunikasi lisan kurang diperhatikan. Hal ini menunjukkan bahwa titik tekan metode ini bukan me-latih peserta didik agar mahir dalam berkomunikasi secara aktif, melainkan memahami bahasa secara logis yang didasarkan pada analisa cermat terhadap aspek kaidah tata bahasa.

Berdasarkan konsep dasar yang dijelaskan dapat dikemukakan beberapa ciri utama metode tata bahasa dan terjemah yaitu:a. Terdapat kegiatan mental dan pengembangan intelektual

dalam belajar bahasa dengan melakukan penghafalan dan memahami fakta.

b. penekanan pada kegiatan membaca, mengarang, dan terje-mah an. Sedangkan kegiatan menyimak dan bercakap kurang diperhatikan.

c. Seleksi kosakata berdasarkan teks-teks bacaan yang dipakai. Kosakata ini diajarkan melalui daftar-daftar dwibahasa, studi kamus, dan penghafalan.

d. unit yang mendasar adalah kalimat, dan terjemahan juga difokuskan pada kalimat-kalimat yang terpisah.

e. Tata bahasa diajarkan secara deduktif.f. Bahasa ibu atau bahasa peserta didik dijadikan bahasa peng-

antar.

3. Kelebihan dan kekurangan metode tata bahasa dan terjemah Metode tata bahasa dianggap yang tertua dari semua metode

yang ada. di samping itu, disebut juga metode klasik (classical

method) karena merupakan metode yang pertama kali digunakan bahasa-bahasa klasik, yaitu bahasa Latin dan bahasa Yunani.

Metode tata bahasa lebih menekankan faktor penghafalan aturan tata bahasa dan penghafalan kata-kata tertentu serta metode ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Kegiatan belajar merupakan penghafalan kaidah-kaidah

bahasa.b. Latihan ucapan tidak diberikan, kalaupun diberikan hanya

sedikit sekali.c. Tata bahasa yang diajarkan adalah bahasa formal.d. Metode ini mementingkan kaidah-kaidah bahasa inggris

sebagai media pembelajaran asing lainnya.

untuk melihat lebih lanjut bagaimana sesungguhnya tata bahasa itu diajarkan, bisa kita lihat dari keunggulan dan ke -kurangan nya. Keunggulan metode tata bahasa dan terjemah antara lain:a. Kelas dengan jumlah siswa yang cukup banyak pun dapat

diajarkan tata bahasa dan terjemah.b. Guru yang tidak mampu bercakappun bisa mengajar tata

bahasa dan terjemah.c. Cocok bagi semua tingkat linguistik para siswa atau siswa

(pemula, menengah, mahir), mereka dapat memperoleh aspek-aspek bahasa yang signifikan hanya dengan bantuan buku tanpa pertolongan guru.

d. Melatih mental disiplin dan ulet dalam memsiswai bahasa.

disamping metode tata bahasa dan terjemah mempunyai keunggulan atau kelebihan juga mempunyai beberapa kekurang-an, antara lain: a. Secara linguistik dibutuhkan pengajar yang terlatih.b. Secara didaktis dan psikologis metode ini bertentangan

de ngan kenyataan bahwa pengetahuan bahasa seseorang tidaklah didahului dengan pembelajaran gramatika atau tata bahasa terlebih dahulu. Tapi melalui peniruan ucapan atau ungkapan. anak kecil belajar bahasa ibunya bukanlah dimulai dengan cara mengajarkan gramatika terlebih dahulu, tapi

Page 25: An Introduction to English Learning and Teaching

36 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 37

dengan cara menirukan ucapan atau ungkapan tertentu.c. penguasaan tata bahasa tidak dengan sendirinya meng uasai

percakapan. d. dapat membosankan atau jenuh terutama apabila guru tidak

dapat menyajikan pembelajaran secara baik dan menarik bagi siswa.

Terlepas dari keunggulan dan kekurangan metode tersebut, adalah suatu realitas bahwa pembelajaran bahasa inggris dengan memakai pendekatan tata bahasa dan terjemah telah hidup subur dan berkembang dengan pesat.

pada tahun 60-an, dalam pembelajaran bahasa di indonesia dianjurkan untuk lebih menekankan pada kemahiran berbahasa seperti, bercakap, menulis, membaca dan memahami pembicaraan orang lain. namun pada perkembangan selanjutnya, para guru tetap kembali pada metode klasik lagi yaitu metode tata bahasa dan terjemah. Karena cara tersebut lebih praktis, tidak perlu per-siapan yang matang, dan adanya ketidaksungguhan dari pengajar bahasa.

Variasi 1a. Guru membuat dua kartu (kartu a dan kartu B). pada kartu a

tertulis satu paragraf bacaan dan pada kartu B tertulis terjemahan dalam bahasa indonesia.

b. Kemudian guru membagikan kartu kepada setiap siswa. c. Siswa yang telah menerima kartu tersebut diberikan kesempatan

untuk menerjemahkan sekitar 10 menit. Misalnya bahasa inggris ke indonesia atau indonesia ke inggris.

d. Siswa mencari pasangannya berdasarkan kartu yang berisi paragraf dan kartu yang berisi terjemahan.

e. Siswa yang mendapatkan pasangannya akan duduk berdekatan.f. Guru meminta siswa untuk membacakan kartu yang didapat

bersama pasangannya.g. Kemudian guru mencocokkan kartu siswa yang berbahasa inggris

dengan terjemahannya. h. Guru dan siswa mendiskusikan tata bahasa berdasarkan bacaan

tersebut.

Variasi 2a. Siswa diminta membaca sebuah teks.b. Siswa menerjemahkan teks tersebut. c. Siswa mengajukan pertanyaan dalam bahasa ibunya tentang teks

tersebut. d. Siswa menjawab pertanyaan pada teks secara tertulis. e. Guru memberi tanggapan terhadap jawaban mereka. f. Siswa diberi tugas untuk menghafal kosakata yang telah dipela-

jarinya.

Variasi 3a. Siswa diberi bacaan berupa cerpen yang dilengkapi dengan ko-

sakata dan artinya.b. Guru membaca cerpen tersebut dan mengartikan kosakatanya.c. Guru menyuruh siswa untuk membacakan teks tersebut seperti

yang dicontohkan.d. Guru meminta siswa yang sudah membaca cerpen tersebut untuk

menunjuk temannya yang lain untuk membacakan kembali.e. Siswa diminta untuk menerjemahkan bacaan tersebut.f. Guru menjelaskan struktur kata dalam bacaan tersebut.g. Siswa diberikan latihan terjemahan dan membuat pola-pola ka-

limat sesuai dengan apa yang telah dipelajari.

Page 26: An Introduction to English Learning and Teaching

38 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 39

Variasi 4a. Siswa diberikan sebuah teks lagu yang dilengkapi dengan kosa

kata dan artinya.b. Guru melantunkan lagu tersebut serta menerjemahkan kosakata-

nya.c. Guru meminta siswa lain untuk menyanyikan lagu tersebut seperti

yang dicontohkan.d. Guru meminta siswa yang sudah menyanyikan lagu tersebut un-

tuk menunjuk temannya yang lain untuk menyanyikan lagu yang sama.

e. Siswa yang tidak menyanyikan lagu diminta untuk me nerjemah-kan.

f. Siswa diminta untuk menjelaskan makna lagu tersebut.g. Siswa diberikan latihan kosakata dan diminta untuk menghafal-

kannya.h. Guru meminta siswa untuk mengelompokkan kosakata ter sebut

sesuai dengan kelas.

Variasi 5 a. Guru menjelaskan kaidah-kaidah tata bahasa.b. Guru memberikan bacaan kepada siswa yang di dalamnya terdapat

kaidah tata bahasa yang sudah dijelaskan. c. Guru meminta siswa untuk membaca dengan suara nyaring bacaan

tersebut kemudian menerjemahkannya.d. Guru meminta siswa untuk mencatat kosakata yang belum dipa-

hami dalam bacaan.e. Setelah mencatat, siswa diminta untuk menghafal kosakata ter-

sebut pada pertemuan selanjutnya.

Variasi 6a. Guru memulai kelas dengan menjelaskan tat bahasa (misalnya

present tense) beserta contohnya.b. Guru melatih siswa membuat kalimat berdasarkan tata bahasa

yang telah dijelaskan.c. Guru meminta siswa untuk membaca dan menerjemahkan kalimat

tersebut dan langsung mengoreksinya jika ditemukan kesalahan.d. Kemudian guru memberikan sebuah teks bacaan kepada siswa

yang isi bacaan itu yang di dalamnya terdapat tata bahasa yang telah dijelaskan yang dilengkapi dengan kosa kata dan artinya.

e. Guru meminta salah satu siswa untuk membaca teks bacaan dan menerjemahkannya serta membantu dia jika mengalami kesuli-tan. Setelah beberapa kalimat dibaca, guru meminta dia untuk berhenti dan memintanya untuk menunjuk salah satu temannya untuk melanjutkan bacaan. Kegiatan ini terus dilakukan sampai semua siswa mendapat giliran.

f. Guru menambah daftar kosa kata apabila dalam proses membaca dan menerjemahkan tersebut masih terdapat kosa kata yang belum dipahami.

g. Guru meminta siswa untuk menemukan kalimat yang berbentuk simple present atau sesuai materi yang telah dijelaskan. Kemudian meminta siswa untuk menuliskan kalimat tersebut di papan tulis.

h. Guru memberikan koreksi jika terdapat kesalahan.

B. Metode Langsung (Direct Method)1. Konsep dasar metode langsung

Direct method adalah cara menyajikan materi ajar bahasa inggris di mana guru langsung menggunakan bahasa inggris (bahasa target) sebagai bahasa pengantar dan tanpa menggunakan bahasa peserta didik (bahasa sumber/bahasa ibu) sedikitpun atau tanpa terjemahan.

Jika guru mendapatkan kata-kata yang sulit dimengerti oleh peserta didik, maka guru dapat mengartikan dengan menggunakan alat peraga, mendemostrasikan, menggambarkan dan lain-lain. Guru dapat menunjuk benda-benda atau barang-barang yang ada di kelas seperti chairs, window, whiteboard, table, lamp, wall, ceiling dan lain-lain, kemudian pindah secara bertahap kepada benda-benda yang ada di lingkugan sekolah, seperti classroom, garden, school yard, office, flag, tree, canteen, motorcycle, car, dan lain-lain. Kemudian dilanjutkan dengan ungkapan, misalnya the teacher is standing in front of the class, the teacher is opening the door, the

Page 27: An Introduction to English Learning and Teaching

40 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 41

teacher is cleaning the whiteboard, the teacher is reading a book, dan lain sebagainya sambil memperagakan. Selanjutnya pemberian kata dan kalimat yang lebih abstrak.

pendukung metode ini sangat memperhatikan kemampuan berbicara siswa sejak awal pertemuan dalam bentuk kalimat, ungkapan sehari-hari, dan lain-lain. Metode ini berpijak pada pemahaman bahwa pembelajaran bahasa inggris tidak sama dengan mengajar ilmu pasti. Biasanya, ilmu pasti menuntut siswa untuk menghafal rumus-rumus tertentu, berfikir dan mengingat, maka dalam pembelajaran bahasa, peserta didik dilatih praktik langsung mengucapkan kata-kata atau kalimat-kalimat tertentu.

pada prinsipnya metode langsung sangat penting dalam mengajar bahasa inggris, karena melalui metode ini siswa dapat langsung melatih kemahiran berbicara tanpa menggunakan bahasa ibu. Meskipun pada mulanya terlihat sulit tetapi secara bertahap kemampuan berbicaranya meningkat.

2. Teknik penerapan metode langsung a. Materi pembelajaran pertama-tama diberikan kata demi kata,

kemudian struktur kalimat.Hampir semua literatur menganjurkan agar suatu kata

atau ungkapan yang dilihat atau didengar dapat langsung diucapkan, khususnya pada pertemuan-pertemuan awal pada tingkat pemula. Teknik atau cara ini disebut teknik atau look and say”.

Kata atau kalimat yang diajarkan harus kata, frasa, dan kalimat yang tinggi frekuensi pemakaiannya. Hal itu biasa disebut sebagai bahasa inggris standar atau formal. azhar arsyad telah menyusun buku tentang kosa kata dasar yang dapat digunakan sebagai modal awal untuk berekspresi dan memahami bahasa inggris pada percakapan sehari-hari dan diskusi ringan. Buku tersebut juga bisa dijadikan referensi dan bahan yang bisa dipakai sendiri oleh peserta didik di luar kelas. Tugas guru hanya mengarahkan pambelajaran peserta didik melalui bahan tersebut.

b. Tata bahasa diajarkan hanya bersifat sambil lalu dan siswa tidak dituntut menghafal rumus-rumus.

pada dasarnya tata bahasa dapat diberikan melalui metode langsung sebagaimana yang dijelaskan oleh Shalah abdul Majid (1981: 42) bahwa mengajarkan tata bahasa dapat diajarkan dengan mengarahkan siswa untuk membuat kalimat dan menarik kesimpulan dari materi tata bahasa yang telah diajarkan. Guru menjelaskan kaidah-kaidah tersebut dengan bahasa inggris tanpa menerjemahkan ke dalam bahasa peserta didik. Setelah memberikan kesimpulan mereka tidak dibebani untuk menghafalnya. Yang terpenting mereka dapat membuat contoh-contoh lain yang lebih bervariasi. Sehingga siswa ter-biasa untuk mengucapkan bahasa secara baik, bukan dengan penghafalan kaidah-kaidah. Hal itu senada dengan apa yang diungkapkan oleh abdul alim ibrahim bahwa tata bahasa hanyalah merupakan alat untuk memperbaiki pembicaraan ataupun tulisan, bukan merupakan tujuan. Maka salahlah guru yang mengajarkan bahasa inggris hanya menekankan tata bahasanya saja karena akan mengakibatkan pembelajaran kurang menarik.

c. dalam proses pembelajaran senantiasa menggunakan alat bantu atau media

Media dalam pembelajaran bahasa sangat penting, karena dengan media tersebut:1) pembelajaran atau proses belajar mengajar menjadi lebih

menarik. 2) Materi pembelajaran menjadi lebih jelas makna dan

maksudnya.3) Kegiatan belajar mengajar lebih bervariasi. 4) aktivitas peserta didik menjadi lebih bervariasi.

adapun media pembelajaran yang kita kenal di antara nya: 1) Media grafis: bagan, poster, kartun, komik, dll.2) Media proyeksi: overhead proyektor, slide dan film strip.3) Media audio: naskah audio dan fasilitas.

Page 28: An Introduction to English Learning and Teaching

42 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 43

4) Media tiga dimensi: boneka, benda-benda nyata dan bahkan lingkungan pun merupakan media.

Media yang paling praktis dan bisa dilakukan oleh guru dengan fasilitas terbatas sekalipun adalah media tiga dimensi, seperti kursi, meja, papan tulis, lampu, pintu, jendela, taman sekolah, lapangan dan lain sebagainya karena media tersebut dapat langsung ditunjuk tanpa mengeluarkan biaya.

d. anak didik dikondisikan untuk menerima dan bercakap-cakap dalam bahasa inggris.

Siswa membutuhkan keterbiasaan segera mungkin akan bunyi yang belum familiar bagi mereka. patut disadari bahwa bahasa yang mereka sedang siswai tidak bisa dijadikan objek terakhir. ia harus dipakai untuk berkomunikasi (al-lugatul-wasiilah Ia ghayah). pada level dasar misalnya, dalam keadaan ruangan panas atau dingin untuk membuka atau menutup jendela, mintalah siswa untuk menghapus papan tulis dengan bahasa inggris, dan kegiatan-kegiatan lain seperti menyuruh anak diam, mendengarkan, mengulangi, menulis, berdiri, duduk, seperti:Submit your homework! Open the book!Come forward, please!Stand up!Write down the sentences!The class is hot. Could you open the window, please!Ali, I need your help to clean the whiteboard!

3. Beberapa contoh penerapan metode langsung pondok modern Gontor adalah salah satu pondok besar yang

terkenal dengan keberhasilan pembelajaran bahasa arab dan inggrisnya. Metode yang digunakan adalah metode langsung karena santri sudah diwajibkan untuk berbicara bahasa arab dan inggris sejak duduk di kelas satu baik di dalam maupun di luar kelas.

dengan kegiatan kebahasaan tersebut pondok modern Gontor merupakan tempat yang kondusif untuk mengembangkan dua bahasa. Tentu proses tersebut didukung oleh faktor-faktor lain seperti, tenaga pengajar yang seluruhnya menguasai dua bahasa, media, kegiatan kebahasaan, dan aturan yang ketat yang disertai reward dan punishment.

Kegiatan bahasa lain yang bisa kita lihat adalah ‘perkampung-an bahasa” (Language Village/English Camp) yang sudah menjamur pada saat ini. Hal ini disebabkan hasil dan manfaatnya dapat di-lihat dan dirasakan. Kegiatan ini dilakukan dengan menempatkan siswa yang jumlahnya kurang lebih 40 orang disatu tempat yang nyaman, bersih, sehat, air mandi cukup, dll, selama 1 minggu. Waktu yang digunakan untuk belajar adalah dari jam 05.00-22.00.

untuk membuat kegiatan ini tidak menjenuhkan dan mem-bosankan maka materi yang diberikan dikemas secara baik dengan membuat kegiatan dan materi lebih bervariasi, permainan bahasa, alat peraga atau media dan kadang-kadang belajar di tempat ter-buka seperti taman atau lapangan.

Waktu yang relatif singkat ini telah menunjukkan hasil yang memuaskan, apalagi kalau dilakukan beberapa tahun. insya allah, keluhan-keluhan tentang proses pembelajaran bahasa inggris di indonesia akan semakin berkurang.

Metode langsung ini dapat dilakukan dengan teknik-teknik yang bervariasi. Jadi, tidak ada prosedur yang baku dalam pelaksana an metode ini. Seorang guru dapat melakukan metode ini dengan teknik yang berbeda dengan guru yang lain. Yang ter-penting, teknik-teknik tersebut berdasarkan pada prinsip-prinsip metode ini. di bawah ini terdapat beberapa variasi pelaksanaan metode langsung, di antaranya:

Variasi 1a. Guru menyapa siswa dan menjelaskan materi dengan meng-

gunakan bahasa inggris.b. Guru menjelaskan suatu teks naratif kepada siswa. c. Guru meminta siswa membentuk kelompok untuk men-

diskusikan materi yang dipelajari.

Page 29: An Introduction to English Learning and Teaching

44 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 45

d. Guru meminta perwakilan setiap kelompok untuk mempre-sentasikan hasil diskusi kelompok mereka kepada kelompok lain.

e. Guru meminta kelompok yang telah selesai mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk menunjuk kelompok yang lain untuk melakukan hal sama.

f. Guru meminta siswa memberikan kesimpulan tentang materi yang didiskusikan dalam bahasa inggris.

g. Guru memberikan umpan balik tentang apa yang telah di-diskusi kan dan dipelajari juga dalam bahasa inggris.

Variasi 2a. Guru menyapa siswa dan memulai pembelajaran dengan

menggunakan bahasa inggris.b. Guru menyampaikan suatu fakta atau sebuah cerita pendek

yang akan dilanjutkan oleh para siswa.c. Guru meminta siswa untuk membuat lingkaran besar.d. Salah satu siswa diminta untuk membuat sebuah kalimat/

cerita pendek, seperti: i go to the market to buy vegetable for my mother.

e. Guru meminta siswa yang lain untuk melanjutkan kalimat tersebut dimulai dengan kata-kata yang terakhir disebutkan oleh siswa yang pertama yaitu kata “mother”, begitu seterus-nya sampai selesai.

f. Setelah selesai, siswa dibagi menjadi empat kelompok.g. Guru meminta setiap kelompok untuk menggabungkan

kalimat tersebut untuk menjadikannya sebuah cerita.h. Siswa diminta untuk menceritakan kembali cerita tersebu.

Variasi 3a. Guru mempersiapkan kartu bergambar yang berhubungan

dengan binatang.b. Setiap siswa diminta untuk mengambil satu kartu tanpa

memperlihatkan kepada temannya yang lain agar temanya bisa menebak gambar yang terdapat kartu yang dipilihnya.

c. Guru memberikan waktu kepada siswa (10 menit) untuk memikirkan penjelasan yang berhubungan dengan kartu yang diambilnya.

d. Siswa ditunjuk maju ke depan (satu per satu) untuk menjelas-kan ciri-ciri yang sesuai gambar binatang yang diambil.

e. Siswa yang lainnya menebak binatang yang ada pada kartu tersebut sampai semua siswa mendapat giliran.

Variasi 4a. Guru menyapa kelas dengan menggunakan bahasa inggris.b. Guru membagi kelas ke dalam dua kelompok lalu memberikan

teks bacaan kepada kelompok 1. Kelompok 1 membaca teks bacaan tersebut secara bergantian dan setiap siswa membaca minimal 3 kalimat. Kemudian perwakilan setiap kelompok menjelaskan bacaan tersebut. Sedangkan kelompok 2 meng-ajukan pertanyaan kepada kelompok 1 terkait dengan bacaan tersebut. Setelah itu, kelompok 2 diberikan teks bacaan lalu melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh ke-lompok 1 lalu kelompok 1 mengajukan pertanyaan kepada kelompok 2.

c. Guru memberi penjelasan singkat mengenai isi bacaan dan memberi koreksi terhadap kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik.

4. Kelebihan dan kekurangan metode langsung a. Kelebihan metode langsung adalah:

1) Siswa lebih termotivasi untuk menyebutkan dan mengerti kata dan kalimat.

2) Siswa lebih menangkap simbol-simbol bahasa yang diajar-kan, karena guru yang mengajarkan kata-kata seperti: papan tulis, kursi, meja, pensil, jendela, pintu, dapat langsung menunjuknya serta bisa juga menggunakan gambar atau foto.

3) Siswa lebih tertarik karena guru selalu menggunakan media seperti video, film, radio kaset dan berbagai media/

Page 30: An Introduction to English Learning and Teaching

46 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 47

alat peraga lainnya yang dapat dibuat sendiri.4) pengalaman siswa lebih banyak dalam belajar bahasa,

seperti pengalaman ketika mendapatkan kesulitan meng-ucap kata-kata, kesalahan dalam kaidah-kaidah dan hal itu bisa dijadikan alat evaluasi untuk terus belajar bahasa.

5) Lidah siswa akan lebih terlatih untuk mengucapkan kata-kata inggris dan inggris.

6) Metode ini cocok untuk semua tingkat linguistik peserta didik.

b. Kekurangan metode langsung adalah:1) Metode ini hanya diterapkan pada kelas yang jumlah

siswanya relatif kecil.2) pembelajaran akan menjadi pasif apabila guru tidak dapat

memotivasi peserta didik, bahkan akan merasa bosan. 3) pada tingkat pemula terasa sulit, karena siswa belum

memiliki bahan (kosa kata) yang cukup.4) Sukar menyediakan berbagai kegiatan yang menarik dan

sesuai dengan situasi sebenarnya di dalam kelas.

C. Metode Membaca (Reading Method)1. Latar belakang lahirnya metode membaca

pada dasarnya setiap pengajaran bahasa bertujuan agar para siswa mempunyai keterampilan berbahasa. Terampil berbahasa berarti terampil menyimak (listening), terampil berbicara (speak-ing), terampil membaca (reading) dan terampil menulis (writing). namun mengajarkan bahasa asing dengan target penguasaan semua keterampilan berbahasa sekaligus adalah sesuatu yang sangat berat. Karenanya dirasa perlu adanya prioritas pada salah satu keterampilan yang dianggap paling banyak bermanfaat dan dibutuhkan oleh peserta didik.

itulah di antara faktor yang mendorong para guru dan ahli bahasa untuk mencari metode baru selain metode-metode yang telah berkembang sebelumnya. di samping itu, pada tahun 1920-an ada ketidakpuasan di kalangan para guru dan ahli bahasa terhadap metode langsung yang kurang memberikan perhatian

kepada keterampilan membaca dan menulis.Teori ini dipelopori oleh beberapa pendidik inggris dan ameri-

ka pada tahun 1920-an. West (1926), yang mengajar bahasa inggris di india, berpendapat bahwa belajar membaca secara lancar jauh lebih penting bagi orang-orang india yang belajar bahasa inggris ketimbang berbicara. West menganjurkan suatu penekanan pada membaca bukan hanya karena dia menganggap hal itu sebagai keterampilan yang paling bermanfaat yang harus diperoleh dalam bahasa asing tetapi juga karena itulah yang paling mudah, suatu keterampilan dengan nilai tambah yang paling besar bagi siswa pada tahap-tahap awal pembelajaran bahasa. Mendasarkan dirinya pada karya Thordike “Teacher’s Word Book” (1921), West menempa para pembaca dengan sejumlah kosakata terkontrol dan pengulangan secara teratur untuk kata-kata baru. dengan dasar yang sama, Coleman (1929) menarik hikmah dan kesimpulan dari Modern Foreign Language Study yang merupakan satu-satunya bentuk pengajaran bahasa praktis di sekolah-sekolah me nengah amerika yang memberi perhatian besar pada keterampilan membaca. Begitu pula, Bond mengembangkan suatu pendekatan metode membaca pada kursus-kursus bahasa tingkat perguruan tinggi di universitas Chicago antara tahun 1920 dan 1940.

Kepada para siswa diberikan instruksi-instruksi yang terperinci mengenai strategi membaca. Kursus telaah yang dikembangkan selama satu dasawarsa menyediakan bahan-bahan bacaan ber-tingkat dan suatu pendekatan bersistem terhadap pembelajaran membaca. Bahasa lisan tidak seluruhnya ditinggalkan, tetapi tujuan membacalah yang memperoleh penekanan utama.

Metode membaca ini memang mendapat banyak kritikan baik pada waktu metode itu dianjurkan di amerika dan begitu pula selama perang dunia ii tatkala kemampuan berbicara dalam berbagai bahasa merupakan prioritas nasional di amerika Serikat. akan tetapi, sejak perang itu terdapat suatu pembaharuan minat dalam pengajaran bahasa-bahasa untuk tujuan tertentu seperti membaca sastra dan pustaka ilmiah.

pesatnya kemajuan mesin cetak saat ini telah memungkinkan

Page 31: An Introduction to English Learning and Teaching

48 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 49

penyebaran informasi secara cepat. Hasil-hasil penelitian dan kemajuan sains dan teknologi begitu cepat dilipatgandakan dan disebar. Satu judul buku tentang suatu masalah yang menjadi perhatian kita belum sampai separuhnya kita baca, telah disusul judul baru. Baru saja kita memesannya, telah disodorkan judul baru oleh penulis lain dan penerbit lain. Setiap hari bagai berpacu, penerbit mengumumkan terbitan barunya.

Theodore Rosevelt membaca tiga buku dalam sehari selama di Gedung putih. John F. Kennedy mempunyai kecepatan mem-baca 1.000 kpm (kata per menit). Sementara Jimmy Carter, indira Gandi, Marshal Mc. Luhan, dan Burt Lancaster hanyalah sedikit dari nama-nama terkenal yang mengakui manfaat membaca cepat bagi kemajuan karier mereka.

2. Pendekatan metode membacaMetode ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa peng-

ajaran bahasa tidak bisa bersifat multi tujuan dan tujuan membaca adalah tujuan yang paling realistis ditinjau dari kebutuhan siswa belajar bahasa asing. Maka, tujuannya bersifat pragmatis.

Keterampilan pragmatik yaitu kemampuan untuk menyesuai-kan bentuk-bentuk bahasa dengan berbagai faktor penentu dalam berkomunikasi, yaitu siapa berkomunikasi dengan siapa, tujuan komunikasi, tempat dan waktu, media komunikasi, dan bentuk kegiatan komunikasi.

Metode membaca ini memiliki beberapa prinsip yang men-dasarinya, di antaranya:a. penggunaan bahasa ibu sebagai bahasa pengantar tidak di-

larang.b. pengenalan kosa kata yang berkaitan dengan isi bacaan adalah

sangat penting.c. Sebelum diberikan bahan bacaan, siswa diperkenalkan

bunyi–bunyi bahasa kemudian dilanjutkan dengan membaca nyaring.

d. dilakukan latihan pemahaman dengan menjawab beberapa pertanyaan berkaitan dengan isi bacaan.

3. Tujuan membacaTujuan membaca bervariasi sehingga teknik membacapun

bervariasi, seperti beberapa tujuan yang dicontohkan berikut:a. Kalau seseorang membaca buku bertujuan untuk mengetahui

isi buku tersebut secara umum, pembaca cukup membaca judul, pengantar, daftar isi, atau beberapa subjudul.

b. Kalau ia ingin memperoleh ide pokok suatu bab, subbab, atau alinea suatu paragraf, ia cukup membaca kalimat utama atau kata kunci.

c. Kalau ia ingin mendapatkan garis-garis besar suatu argumen, teori atau gagasan, selain ia harus mencari ide-ide utama ia juga harus mencari pola-pola pengorganisasian ide yang digunakan penulis.

d. Kalau ia ingin mendapatkan penjelasan, uraian, atau contoh-contoh sebagai pendukung ide utama yang dikemukakan, ia harus membaca penjelasan, uraian atau contoh-contoh yang biasanya langsung mengikuti ide utama dalam suatu alinea.

e. Kalau ia membaca untuk persiapan ujian, ia harus mampu menyatakan ulang gagasan-gagasan utama.

4. Langkah-langkah pelaksanaan metode membacaa. Guru memulai pembelajaran dengan memberikan kata-kata

dan ungkapan yang dianggap sulit yang akan ditemui oleh siswa di dalam teks, menjelaskan makna-makna kata dan ungkap an tersebut dengan definisi, konteks, dan contoh dalam kalimat.

b. Setelah itu siswa diminta untuk membaca dalam hati teks bacaan yang sudah diprogramkan selama kurang lebih 25 menit.

c. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan diskusi mengenai kandungan/isi bacaan yang bisa berupa tanya jawab dengan menggunakan bahasa ibu.

d. Setelah menguasai bacaan, guru membimbing siswa me-nyimpul kan suatu aturan tata bahasa dalam bahan bacaan. Jika dirasakan perlu, guru menjelaskan tentang tata bahasa.

Page 32: An Introduction to English Learning and Teaching

50 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 51

e. Kalau masih ada kosa kata yang belum dipahami, pembelajar-an dilanjutkan dengan pembehasan kosa kata.

f. para siswa diminta untuk mengerjakan tugas-tugas yang ada dalam buku suplemen dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang isi bacaan.

g. Setelah mengerjakan latihan, bahan bacaan perluasan (exten-sive reading) diberikan untuk dipelajari dirumah dan hasilnya dilaporkan pada pertemuan berikutnya.

Selain langkah pelaksanaan metode membaca di atas, terdapat beberapa teknik alternatif pelaksanaan metode tersebut. Sama halnya dengan metode-metode yang lainnya, metode membaca tidak memiliki prosedur pelaksanaan yang baku. Setiap guru dapat melakukan metode ini dengan cara yang bervariasi.

Variasi 1a. Siswa membaca dan menghafalkan dialog atau percakapan

pendek antara dua orang pada awal pembelajaran;b. Siswa memerankan satu orang peran dalam dialog dan siswa

yang lain memerankan tokoh pasangannya;c. Siswa a dan siswa B berganti peran;d. Kemudian siswa menghafalkan dialog baru.

Variasi 2a. Guru membagikan teks bacaan (satu paragraf) kepada siswa

yang telah dilengkapi dengan daftar vocabulary.b. Setelah itu siswa diminta untuk membaca teks tersebut dalam

hati selama sepuluh menit.c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menan-

yakan hal yang belum dipahami dari paragraf tersebut atau menanyakan tentang cara pengucapan kata yang benar.

d. Guru membacakan paragraf tersebut sebagai model.e. Selanjutnya beberapa siswa ditunjuk untuk membacakan

paragraf tersebut di depan kelas.f. Kemudian paragraf tersebut didiskusikan atau tanya jawab

tentang tata bahasa yang ada dalam teks bacaan tersebut misalnya tentang present tense and future tense)

g. Siswa diminta untuk mengerjakan tugas yang telah didiskusi-kan berkenaan dengan tata bahasa dalam teks (present tense and future tense).

h. Guru menutup pembelajaran dengan memberikan kesimpulan tentang materi dengan menggunakan bahasa ibu.

i. Guru menyuruh siswa untuk mengulangi pembelajaran ter-sebut di rumah dan akan direview pada pertemuan selanjut-nya.

Variasi 3a. Guru memberikan bacaan yang menarik seperti narative story.b. Guru menyuruh siswa untuk membaca cerita tersebut.c. Guru meminta siswa untuk menemukan kata-kata baru yang

terdapat pada cerita itu.d. Guru dan siswa bersama-sama mendiskusikan makna kata-

kata yang belum dipahami.e. Guru menyuruh siswa satu persatu untuk membaca 1 kalimat

kemudian diartikan sampai cerita itu selesai.f. Guru menjelaskan cara menemukan ide pokok dengan me-

ngetahui kata kunci pada suatu kalimat atau paragraf.

Variasi 4a. Siswa dibagikan sebuah bacaan tentang fable.b. Siswa diminta untuk membacanya dalam hati.c. Siswa diminta untuk membaca nyaring.d. Guru menunjuk beberapa siswa untuk naik satu persatu

membaca bacaan tersebut.e. Ketika siswa membaca dan terdapat cara pengucapan yang

salah maka guru mengoreksinya.f. Guru membagikan daftar vocabulary yang berhubungan

dengan bacaan tersebut dan meminta mereka untuk meng-hafal.

g. Setelah dihafal, siswa diminta untuk menerjemahkan bacaan-nya.

h. Siswa diberi 10 pertanyaan yang berkaitan dengan bacaan (5

Page 33: An Introduction to English Learning and Teaching

52 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 53

soal pilihan ganda dan 5 soal essay) dijawab selama 15 menit.i. Setelah dijawab, lembar jawaban ditukar dengan jawaban

teman sebelahnya.j. Guru lalu menunjuk satu persatu siswa menjawab soal ber-

dasarkan hasil pemikirannya (satu soal untuk satu orang).k. Guru mengoreksi jawaban yang dianggap salah.l. Semua peserta didik harus memeriksa jawaban temannya

yang mereka periksa dan diberi nilai.m. Satu soal nilainya 10 poin bila dijawab benar. Setiap siswa

menyebutkan nilai teman mereka yang diperiksanya, lalu guru mencatatnya sebagai nilai harian.

Variasi 5a. Guru membagikan teks bacaan bahasa inggris yang berbeda

kepada masing-masing siswa.b. Guru meminta siswa secara bergantian untuk membacakan

teks bacaan mereka dengan suara nyaring dan siswa yang lainnya mendengarkan.

c. Guru meminta siswa yang lain untuk mencatat kosakata yang baru.

d. Guru meminta siswa yang telah membaca untuk naik kedepan kelas menyimpulkan bacaannya dengan bahasa mereka sendri.

e. Siswa yang lainnya bertanya kepada temannya yang naik tentang isi bacaan yang telah dibaca.

Variasi 6a. Guru membagikan teks bacaan “funny story” kepada siswa.b. Kemudian guru membaca materi tersebut dan menerjemah-

kannya. c. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok. d. Setelah itu guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mendiskusikannya dengan teman kelompoknya. e. Guru memberikan kesempatan untuk membaca “funny story”

di depan kelas kepada perwakilan tiap kelompok dan mener-jemahkannya.

f. Kelompok yang lain diberikan kesempatan untuk bertanya kepada kelompok yang membaca di depan.

g. Siswa diminta untuk menulis kosa kata yang tidak pernah didapat sebelumnya dalam teks bacaan.

h. Kemudian siswa diminta membahas soal yang ada dalam teks bacaan bersama teman kelompoknya.

i. Soal yang sudah dibahas dikumpulkan setelah akhir pem belajaran.

5. Kekuatan dan kekurangan metode membacaa. Kekuatan

1) Metode ini memungkinkan para siswa dapat membaca bahasa baru dengan kecepatan wajar dengan penguasaan isi bacaan tanpa harus dibebani dengan analisi gramatikal mendalam.

2) Siswa dapat menguasai banyak kosa kata pasif dengan baik.

3) Siswa dapat memahami aturan tata bahasa secara fung-sional.

4) Siswa terlatih dengan memahami bacaan dengan analisis isi.

b. Kelemahan1) Siswa tidak terampil dalam menyimak dan berbicara.2) Siswa tidak terampil dalam menulis bebas.3) Siswa lemah dalam memahami teks lain karena kosa kata

yang diajarkan hanya berkaitan dengan isi bacaan terkait.

D. Metode Audio-Lingual (Audiolingual Method)1. Latar belakang munculnya metode audio-lingual

Metode ini muncul ketika para tentara amerika dihadapkan pada masalah penguasaan bahasa asing pada masa perang dunia ii. Bahasa yang mereka permasalahkan adalah bahasa negara-negara asia Tenggara seperti Vietnam dan Korea. pada saat itu mereka belum mendapatkan yayasan atau lembaga ilmiah yang melakukan pembelajaran bahasa-bahasa asing yang punya peran

Page 34: An Introduction to English Learning and Teaching

54 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 55

penting dalam perang. Mereka memulainya pertama kali dengan meminta bantuan kepada para “Structural Linguistics” untuk me-nyusun kurikulum yang dapat menunjang kemahiran bercakap di kalangan para militer.

Metode ini bersandar pada dasar-dasar Behavioritic Theory dalam ilmu jiwa. Setelah dirasakan keberhasilan metode tersebut dalam lingkungan militer, maka berkembang juga di amerika dan di eropa serta timur tengah. departemen-departemen pendidikan banyak yang mengadopsi metode ini, di antaranya Mesir, yang menganggap metode audio-Lingual sebagai metode ideal dalam pembelajaran bahasa asing.

2. Pendekatan metode audiolinguala. Hakekat bahasa menurut metode audiolingual

1) Bahasa adalah bunyi ucapan yang diungkapkan sehari-hari oleh kebanyakan orang dengan kecepatan normal. Bahasa adalah yang diucapkan bukan yang ditulis.

2) Bahasa itu pertama-tama adalah ujaran. Oleh karena itu pengajaran bahasa diajarkan pertama kali dengan memperdengarkan bahasa dalam bentuk kata atau kalimat kemudian mengucapkannya. Maka keterampilan mendengarkan dan mengucap didahulukan daripada membaca dan menulis.

3) para siswa tidak dipaksa untuk berbicara dengan cara yang sama karena setiap orang memiliki perbedaan dalam berbahasa.

4) Bahasa di dunia ini berbeda antara satu bahasa dengan bahasa lainnya.

b. Hakikat pembelajaran bahasa1) pembelajaran bahasa adalah suatu proses pemerolehan

serangkaian kebiasan berbicara.2) Motivasi dalam pembelajaran bahasa diperlukan dalam

rangka mendorong siswa untuk melakukan aktivitas kebahasaan.

3) Siswa akan dapat belajar secara baik jika mereka memusat-kan perhatiannya secara utuh.

4) Gerakan metode ini didukung oleh linguistik struktural yang dipelopori oleh Boomfield (1933) dan diilhami oleh penemuan di bidang psikologi mengenai stimulus-respon yang dikembangkan oleh Skinner.

dari penjelasan di atas, terdapat slogan metode ini, (1) Ba-hasa adalah lisan bukan tulisan, (2) bahasa adalah se perangat kebiasaan, (3) yang diajarkan adalah bahasa bukan mengenai bahasa, (4) bahasa adalah yang diujarkan bukan yang seharusnya diujarkan, dan (5) bahasa-bahasa itu berbeda-beda.

Metode tersebut lahir didasarkan pula pada prinsip-prinsip sebgai berikut:1) Bahasa-bahasa yang ada pada dasarnya bermula pada berbi-

cara kemudian ditulis dalam buku, maka berdasarkan teori struktural dalam bahasa, kita hendaknya memulai dengan berbicara dan menirukan dulu, kemudia menulis dan mem-baca. di Mesir, dalam pembelajaran bahasa asingnya dimulai dengan latihan mendengar dan meng ucapkan selama/seban-yak 21 pembelajaran. Mereka baru memulai belajar membaca setelah pembelajaran 22

2) apabila ditanya orang yang baik cara mengucapkan suatu bahasa, menulis dan membacanya, mereka kemungkinan tidak terlalu menguasai tata bahasanya, karena kebenaran dalam pemakaian bahasa tidak terletak pada pengetahuan tata bahasanya. Maka dalam pembelajaran bahasa yang perlu untuk dilakukan adalah mengulang-ulangnya dalam contoh yang bervariasi.

3) Siswa tidak akan mampu menulis suatu kata apabila dia be-lum pernah membacanya, dia tidak bisa membacanya apabila belum pernah mengucapkannya dan tidak akan bisa mengu-capkan kalimat atau kata-kata yang belum didengarnya, maka urutan kemahiran membaca adalah mendengar, berbicara, membaca dan menulis.

4) dalam pembelajaran bahasa apapun harus dilakukan analisa ilmiah secara mendalam dan mengkomparasikannya dengan bahasa itu (bahasa peserta didik).

Page 35: An Introduction to English Learning and Teaching

56 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 57

5) Metode ini dalam mengajarkan struktur-struktur bahasa yaitu dengan selalu melakukan latihan dan mengulaginya tanpa selalu berpikir tentang tata bahasa.

para ahli menekankan manfaat dari metode audio-Lingual ini. pertama, siswa dapat menirukan pola-pola bahasa berkali-kali lebih banyak dari apa yang bisa dia tulis. Siswa dapat mengulangi kata-kata yang benar berkali-kali, latihan mengucap dapat mem-bantu siswa dalam menyerap bahasa asing dalam waktu yang relatif singkat. Kedua, seorang guru dapat mengoreksi siswa secara langsung pada saat terjadi kesalahan tersebut. Sementara latihan menulis tidak dapat dibetulkan langsung, hal itu membutuhkan waktu untuk mengoreksinya.

dalam menerangkan bahasa asing tersebut ditekankan untuk selalu menerangkan dengan bahasa tersebut tanpa harus diterjemahkan, kecuali pada tingkat-tingkat pertama. Metode ini juga sangat menekankan pada pentingnya latih an bahkan menghafal ungkapan-ungkapan. namun selain ke unggulannya, metode ini mempunyai kekurangan, diantara nya: pertama, siswa tidak banyak tahu tentang tata bahasa tanpa bantuan guru. Kedua, bahwa menghafal, mengulangi dan meniru hanya me-maksa mereka untuk mengulangi apa yang didengar saja tidak dengan yang lainnya.

Metode audio-Lingual ini menurut Stevick adalah meru-pakan performance/tingkah laku yang reflektif; siswa hanya memantulkan kembali apa yang dilemparkan oleh guru, yaitu, menirukan ucapan suatu kata, latihan substitusi dan latihan-lati-han transformasi. Hal ini agak berlawanan dengan performansi yang produktif; siswa tidak diwajibkan mengikuti bahasa yang diberikan oleh guru atau text-book, tetapi mereka diharapkan dapat menciptakan model tersendiri dari dalam dirinya untuk mengungkapkan maksudnya.

3. Penerapan metode audio-lingual pembelajaran bahasa inggrisuntuk menerapkan metode Audio-Lingual ini, seorang guru

bahasa inggris harus memiliki minimal tiga hal;

a. Guru hendaknya menjadi contoh bagi anak didiknya dalam bercakap dan dalam penggunaan bahasa secara baik dan benar.

b. Guru hendaknya memberikan justifikasi terhadap apa yang dilakukan anak didik dan membetulkan kesalahannya saat terjadi kesalahan tersebut.

c. Guru hendaknya seperti “Conductor” dalam orkes simfoni di ruang kelas maka dia meminta siswa untuk meniru dan mengikuti apa yang diintruksikan oleh guru.

Metode ini sangat terkenal di dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran bahasa asing dari tahun 1950-an sampai sekarang. Metode ini dimulai pada tingkat pertama dengan latihan menyimak dan mengucap selama beberapa minggu. Kemudian diberikan materi bacaan yang membahas tentang materi per-cakapan sederhana mengenai ungkapan-ungkapan yang baik dan ucapan-ucapan selamat, kemudian ungkapan-ungkapan lain yang sangat terkenal. Setelah itu diikuti oleh latihan dengan pola-pola bahasa dengan langkah-langkah yang terbatas. Guru mengulang-ulang dan siswa mengikutinya secara bersamaan, lalu memintanya secara berlompok-kelompok dan terakhir mereka mengikutinya secara individu-individu.

dalam materi bercakap siswa mengulanginya setelah guru melakukannya kemudian bergantian peran, guru bertanya siswa menjawab begitu juga sebaliknya siswa bertanya guru menjawab. pengulangan merupakan dasar latihan siswa dalam pemben-tukan pola-pola seperti di atas. Guru tidak menjelaskan tata ba-hasanya secara rinci, namun bisa saja dilakukan asal hanya sekilas yang dapat dimengerti oleh siswa.

Meskipun pembicaraan cepat dan panjang dengan penyebut-an huruf/kata-kata yang berangkai dan sukar dimengerti, tetapi bila telinga sudah terbiasa serasi dan peka tehadap bahasa/ucapan itu maka akan mudah dimengerti.

prinsipnya harus banyak latihan mendengar (driil) baik me-lalui ucapan sendiri, Cd, kaset, video, televisi, film dan sebagainya. alat-alat tersebut biasanya disediakan dalam suatu tempat yang

Page 36: An Introduction to English Learning and Teaching

58 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 59

disebut laboratorium bahasa yang merupakan media pembelajar-an bahasa inggris inilah yang akan dijelaskan secara jelas dalam pembahasan berikut ini. prosedur lainnya:a. pertama-tama siswa mendengar sebuah model dialog (baik

dari guru atau rekaman) yang berisi struktur yang menjadi fokus pembelajaran. Mereka mengulangi setiap kalimat dalam dialog, secara klasikal dan individu. Guru memperhatikan pelafalan kata demi kata, intonasi, dan kelancaran. Koreksi atas kekeliruan dalam pengucapan kata atau tata bahasa dilakukan secara langsung. dialog dilafalkan secara berangsur-angsur atau baris demi baris. Satu baris bisa dipecah-pecah ke dalam beberapa ungkapan.

b. dialog disesuaikan dengan minat atau situasi siswa, melalui pengubahan kata-kata kunci atau ungkapan-ungkapan ter-tentu;

c. drill pertama-tama dilakukan secara bersama-sama lalu secara individual.

d. Siswa bisa mengacu pada buku mereka, melanjutkan den-gan membaca, menulis, atau kegiatan pendalaman kosa kata berdasarkan pada dialog yang diperkenalkan. pada tingkat permulaan, menulis semata-mata bersifat meniru. Ketika kemampuan meningkat, para siswa bisa dilatih menulis beberapa variasi bahan structural yang sudah mereka praktik-an atau berlatih menulis karangan pendek tetntang topic yang ditentukan yang masih terkait dengan dialog;

e. Kegiatan tindak lanjut dapat berlangsung di laboratorium.

Selain prosedur pembelajaran di atas, metode audiolingual dapat dilakukan dengan beberapa variasi beberapa alternatif, di antaranya:

Variasi 1a. Guru membagikan kertas yang berisi teks lagu yang akan

diperdengarkan, tapi teks tersebut tidak sempurna. (terdapat bebrapa kata yang dihilangkan untuk diisi oleh siswa melaluai apa yang didengarkan)

b. Setelah membagikan teks tersebut, guru memutar lagu.c. Siswa diminta untuk menyimak dengan seksama kemudian

mengisi bagian yang dikosongkan sesuai apa yang didengar.d. Lagu tersebut diulang 2 sampai 3 kali.e. Guru meminta siswa untuk mengoreksi kata dan tulisannya

sekali lagi sebelum didiskusikan.f. Guru menuliskan teks lagu di papan tulis.g. Siswa secara bergiliran mengisi isian yang kosong pada teks

di papan tulis sesuai dengan isian/jawaban .h. Siswa yang lain boleh memberikan koreksi kepada temannya

apabila terdapat kesalahan dan meminta untuk menuliskan juga di papan tulis.

i. Setelah selesai guru memberikan koreksi terhadap jawaban siswa dan menjelaskan maksud dari lagu tersebut serta tata bahasa yang digunakan.

j. apabila masih ada yang belum dimengerti oleh siswa, siswa boleh bertanya. (kosa kata, pengucapan, dan tata bahasa)

k. Bagi siswa yang memiliki jawaban benar dan paling sedikit kesalahan maka akan mendapatkan hadiah.

l. Terakhir guru memutar ulang lagu tersebut kemudian di-nyanyi kan bersama untuk memeriahkan suasana kelas.

Variasi 2a. Siswa dibagikan sebuah kartu yang berisi percakapan.b. Setiap kartu diberi label a, B, dan C (kartu a warna merah,

kartu B warna hijau, dan kartu C warna kuning).c. Siswa diminta mencari pasangan kartunya, yaitu berpasangan

dengan a, B dan C.d. Siswa yang terdiri dari kartu a, B, dan C adalah satu kelom-

pok. Jika siswa berjumlah 30 orang, maka ada 10 kelompok.e. Guru lalu memberikan contoh pengucapannya dan siswa

diminta untuk mengulang apa yang diucapkan oleh guru.f. percakapan dari masing – masing kartu dibaca nyaring dan

diulang – ulangi sampai lancar.g. Minta siswa untuk melatih percakapan itu dalam kelompok

Page 37: An Introduction to English Learning and Teaching

60 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 61

mereka selama 15 menit.h. Guru menunjuk masing–masing kelompok untuk memper-

agakan percakapan tersebut sesuai dengan konteks percaka-pan.

i. Setelah tampil, guru memberi komentar terhadap penampilan setiap kelompok dan memberi nilai.

Variasi 3a. Guru memberikan dialog pendek kepada masing-masing siswa.b. Guru membacakan dialog dan siswa mendengarkan secara

seksama.c. Guru membagi dua kelompok besar dalam kelas, contohnya

kelompok a dab B.d. Guru membacakan dialog dan kemudian menunjuk salah

satu kelompok untuk mengikutinya. Contohnya guru berkata “how are you”? dan Kelompok a mengikutinya dan sebaliknya jika guru berkata “i am fine” maka kelompok B yang akan mengikutinya. Hal ini dilakukan secara berulang ulang tampa melihat teks dialog.

e. Tahap berikutnya guru membagi menjadi empat kelompok, kelompok satu dan dua berpasangan serta kelompok tiga dan empat perpasangan pula.

f. Guru meminta pada setiap kelompok mempunyai perwakilan masing-masing dua orang untuk memperaktekkannya di depan kelas.

Variasi 4a. Guru memperdengarkan percakapan dalam bahasa target

melalui media tape recorder yang diulang sebanyak tiga kali.b. Guru mengulangi percakapan tersebut sekali lagi dan diikuti

oleh siswa.c. Siswa diminta untuk menulis percakapan tersebut.d. Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari dua orang dan

kemudian melakukan percakapan sesuai dengan percakapan yang telah diperdengarkan.

4. Kekuatan dan kelemahan metode audiolinguala. Kekuatan

1) Siswa mempunyai pelafalan yang baik dan terampil dalam membuat pola-pola kalimat yang sudah dilatihkan;

2) Siswa dapat melakukan komunikasi lisan dengan baik karena latihan menyimak dan berbicara dilakukan secara intensif;

3) Suasana kelas hidup karena siswa tidak diam, harus terus menerus merespon stimulus guru;

b. Kelemahan1) Siswa cenderung untuk merespon secara serentak dan

bersifat mekanistik atau membeo, mereka sering tidak memikirkan makna ujaran yang diucapkan.

2) Kurang memperhatikan ujaran spontan, mereka bisa berkomunikasi dengan lancar jika telah dilatih sebelum-nya.

3) Makna kalimat biasanya diajarkan terlepas dari konteks.4) peran guru sangat dominan dibanding dengan siswa.5) Karena kesalahan dianggap “dosa”, maka siswa tidak

diperkenankan berinteraksi lisan sebelum mereka meng-uasai benar pola kalimat yang telah diberikan.

6) Latihan pola kalimat bersifat manipulatif, tidak kontek-stual dan tidak realistis.

E. Metode Guru Diam (The Silent Ways Method)1. Lahirnya metode the silent way

Metode ini diprakarsai oleh Caleb Gattegno, seorang ahli peng ajaran bahasa yang menerapkan prinsip-prinsip kognitivisme dan ilmu filsafat dalam pengajarannya. Metode ini sebenarnya sudah dirintis pada tahun 1954, tetapi buku yang menjelaskan metode ini baru diterbitkan pada tahun 1963 dengan judul “ Teach-ing Foreign Language in School: A Silent Way”. Setelah mengalami eksperimen tambahan selama 13 tahun. Gattegno menerbitkan buku, The Common Sence of Teaching Foreign Languages, yang merinci dan merevisi pemikiran awalnya.

Page 38: An Introduction to English Learning and Teaching

62 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 63

Gattegno memiliki latar be-lakang pendidikan matematika dan memulai kariernya sebagai guru ilmu eksakta dan bersama Georges Cuisenaire menulis Numbers in Colour di mana di dalamnya berisi penggunaan alat peraga yang berupa potong-an-potongan kayu berwarna-warni yang disebut rods.

Metode ini dianggap cukup unik karena bukan hanya guru yang diminta diam 90 % dari alokasi waktu yang dipakai tetapi ada juga saat-saat mana siswa juga diam tidak membaca, tidak menghayal, tidak juga menonton video akan tetapi mereka konsen trasi pada bahasa asing yang baru saja didengar. Metode ini didasarkan pada suatu pemikiran yang menyatakan bahwa “guru sebaiknya diam”.

Siswa dibiarkan saja dahulu bersalah dalam berbahasa. Gattegno dalam buku Celce Murcia (1979:32) berpendapat “One of the great imperpections of most teaching is the compulsion to require perfection at once”. artinya, salah satu ketidaksempurnaan dari kebanyakan pembelajaran adalah adanya tuntutan untuk memperoleh kesempurnaan seketika.

Stevick (1982:200) menyatakan ada tiga inti dari The Silent Way:a. Watch (perhatikan)b. Give only what is needed (ajarkan apa yang dibutuhkan saja).c. Wait (tunggu)

Begitu pembelajaran dimulai, konsentrasi diperkuat karena siswa menyadari bahwa apa yang dikatakan tidak akan diulangi. Guru mengangkat balok dan berkata: “a rod”, ia mengulangi sambil mengangkat balok-balok lain yang berlainan warna. Ke-

mudian ia memperkenalkan warna. Selanjutnya ia meminta dengan aba-aba dua siswa maju ke depan dan berkata kepada salah seorang di antara mereka: :take a blue rod !” setelah ini dilaksanakan, kemudian dilan-jutkan: “Give it to him.”

isyarat kadang-kadang di-berikan dalam bentuk gerak tubuh ataupun bantuan dari siswa lain tanpa adanya penjela-san verbal. Guru secara berang-sur-angsur berkata seminimal mungkin dan siswa semaksimal mungkin.

2. Pendekatan metode the silent waya. Hakikat bahasa

Menurut Gattegno, bahasa merupakan pengganti peng-alaman. dengan kata lain bahasalah yang memberikan makna kepada bahasa. Oleh karena itu, metode ini memberikan ke-sempatan sebanyak-banyak kepada siswa untuk mengembang-kan pengalamannya.

b. Hakikat pembelajaran bahasaMenurut Gattegno, belajar melibatkan dua hal, yakni: (a)

belajar sebagai kegiatan yang sengaja dilakukan dengan sadar dan di iringi dengan kemauan yang kuat. Hal tersebut di atur oleh otak (intelligency) yang menghasilkan aktivitas mental dan (b) belajar sebagai proses mengasimilasikan hasil-hasil aktivi-tas mental melalui peng-gambaran batin yang baru atau perubahan gambaran batin lama. pembelajaran bahasa kedua tidak sama dengan pembelajaran ba-

Caleb Gattegno Alexandria, egypt is best known for his in-novative approaches to teaching and learning mathematics, foreign languages and reading

Page 39: An Introduction to English Learning and Teaching

64 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 65

hasa pertama meskipun metode ini memanfaatkan cara-cara anak kecil menguasai bahasa ibu.

Gattegno juga berpendapat bahwa manusia diberikan potensi berupa kemampuan untuk mengerakkan “kekuatan internal” lebih banyak daripada yang disadari. penguasaan bahasa tidak bisa dilakukan dengan imitasi dril saja.

Metode ini dapat dilakukan dengan beberapa alternatif teknik:

Variasi 1a. Guru menyediakan materi yang akan diberikan kepada

siswa untuk disimak.b. Guru mengulang satu kali dalam menyebutkan simbol-

simbol atau kosa kata atau kalimat yang akan diberikan kepada siswa.

c. Guru menggunakan tongkat untuk mendorong siswa dalam menyebutkan simbol-simbol atau kosa kata atau kalimat yang akan diberikan kepada siswa.

d. Setelah guru menyebutkan simbol-simbol atau kosa kata atau kalimat, siswa mengikutinya. aktifitas ini dilakukan beberapa kali yang diikuti oleh siswa lainnya.

Variasi 2a. Guru memperkenalkan bagian anggota tubuh kepada

siswa.b. Siswa diminta untuk mengikuti apa yang dikatakan oleh

guru.c. Setelah siswa mengetahui kosakata tersebut, guru ke-

mudian menunjuk bagian anggota tubuhnya dan siswa menyebutkan kosa kata tersebut dalam bahasa inggris.

d. Setelah itu salah seorang siswa diminta untuk menunjuk anggota badan di depan kelas dan siswa yang lain menye-butnya dalam bahasa inggris.

Variasi 3a. Guru menyediakan alat peraga berupa; (a) papan peraga

yang bertulisakan materi (fidel chart). papan ini berisi ejajan dari semua suku kata dalam bahasa asing yang di siswai. (b) tongkat/balok kayu (cuisenenaire rods). Tonkat yang digunakan berjumlah sepuluh dengan warna yang berbeda-beda yang nantinya digunakan sebagai alat peraga dalam membentuk kalimat lengkap.

b. Guru menyajikan satu butir bahasa yang dipahami, penyajianya hanya satu kali saja. dengan demikian ia menyuruh para siswa untuk menyimak dengan baik. pada per mulaan, guru pun tidak mengatakan apa-apa, tetapi hanya menunjukkan pada simbol-simbol yang tertera di papan peraga. Siswa mengucapkan symbol yang ditunjuk guru dengan keras, mula-mula secara serentak. Kemudian atas petunjuk guru, satu persatu siswa melafalkanya. Langkah ini adalah tahap permulaan.

c. Sesudah siswa mampu mengucapkan bunyi-bunyi dalam bahasa asing, guru menyajikan papan peraga kedua yang berisi kosa kata. Kosa kata ini diambil dari kalimat-kalimat yang paling sering digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Kosa kata ini sangat berguna bagi para siswa dalam menyusun sebuah kalimat secara mandiri, langkah ini juga masih tahap permulaan.

d. Guru menggunakan tongkat warna-warni yang telah di-sediakan untuk memancing para siswa berbicara.

e. Sebagai penutup, guru memberikan evaluasi sebagai alat untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang baru dipelajari.

Variasi 4a. Guru menyiapkan beberapa kartu bergambar yang me-

nunjukkan suatu aktifitas.b. Guru kemudian menunjukkan kartu bergambar tersebut

di depan para siswa dan menyebutkan kata (dalam bahasa

Page 40: An Introduction to English Learning and Teaching

66 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 67

asing) yang menjelaskan aktifitas dalam kartu bergambar tersebut.

c. Setelah guru merasa bahwa para siswa sudah paham maka guru menghentikan kegiatan pada langkah ke2.

d. Guru kemudian kembali menunjukkan kartu bergambar satu persatu lalu siswa sendiri yang akan menyebutkan aktifitas yang terdapat pada gambar tersebut.

e. Setelah kegiatan ke4 selesai, guru meminta siswa naik satupersatu untuk membuat kalimat yang berhubungan dengan kartu bergambar tersebut.

Variasi 51. Guru menempel gambar buah dan binatang.2. Guru menyebutkan dan menunjuk satu persatu gambar

tersebut dengan menggunakan tongkat lalu siswa meng-ikuti apa yang diucapkan oleh guru.

3. Guru menunjuk 1 orang siswa untuk tampil ke depan lalu memimpin siswa lain untuk mengulangi apa yang telah dilakukan oleh guru sebelumnya.

4. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekira nya belum dipahami oleh siswa.

Variasi 5a. Guru menyiapkan 10 flash card yang berisi gambar buah–

buahan.b. Setiap flash card memiliki 1 gambar dan di baliknya ter-

dapat nama buah dalam bahasa inggris.c. Guru lalu mengangkat setiap gambar dan menyebutkan

nama nya sebanyak satu kali.d. Kemudian siswa mengulangi apa yang diucapkan guru. e. Setiap flash card diberlakukan sama.f. Setiap gambar ditunjukkan berulang–ulang sampai siswa

mampu menyebutkannya dengan lancar.g. Kemudian kelas dibagi ke dalam 3 kelompok.h. Setiap kelompok diminta untuk menyebutkan gambar

yang ditunjuk.i. Setiap kali berhasil menyebutkan satu nama buah dengan

jelas dan kompak diberi poin 100 (kompak maksudnya semua anggota kelompok berteriak menyebutkan nama buahnya).

j. Kelompok yang terlambat menyebutkan dalam dua detik dan tidak kompak tidak diberi poin.

k. Kelompok yang memiliki poin tinggi diberi hadiah, dan kelompok yang memiliki poin terendah diberi hukuman menyanyi atau dance di depan kelas (hukuman disesuai-kan dengan kondisi).

F. Metode Suggestopedia (Suggestopedia Method)1. Latar belakang lahirnya metode suggestopedia

Suggestopedia pertama kali diperkenalkan oleh Georgi Lozanov di Bulgaria dia seorang dokter dan psikoterapis. Se-lanjutnya dikembangkan di uni Soviet, Jerman Timur, dan Hunggaria. amerika juga telah mencoba untuk menggunakan metode ini dengan beberapa penyesuaian.

Kelas Suggestopedic di-lakukan oleh Lozanov di insti-tute of Suggestology di Sofia, Bulgaria. Kelas tersebut terdiri dari kelompok kecil sekitar 12 siswa selama 4 jam secara inten-sif setiap hari dalam satu bulan. Setiap jamnya terdiri atas tiga bagian: a. pengulangan (review) dilakukan melalui percakapan, per-

mainan, atau bermain peran. Laboratorium bahasa tidak digunakan dalam bagian ini. Latihan dan koreksi saja yang dapat dilakukan.

Georgi Lozanov was a Bulgarian educator and psychiatrist who developed suggestopedia/sug-gestopaedia, a learning/teaching theory based on his early-1960s study of suggestion which is called as “suggestology”.

Page 41: An Introduction to English Learning and Teaching

68 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 69

b. penyampaian materi beru didasarkan pada situasi yang famil-iar. Materi ini mencakup dialog panjang sekitar 10 sampai 14 halam an dengan menambahkan penjelasan tata bahasa yang penting dan terjemahan.porsi dari Suggestopedia terbagi dua bagian:

1) Guru membacakan dialog sementara siswa mengikutinya dengan menghirup udara yang dalam (Yoga). aturannya adalah dua detik pertama, menerjemahkan L1 (first language), dua detik kedua, frasa bahasa asing dan berhenti sejenak dua detik. Ketika mendengarkan frasa bahasa asing siswa menahan nafas empat detik sambil melihat teks dan mengulang frasa bahasa asing.

2) aktivitas dari bagian ini adalah guru membaca dengan emosional dan intonasi yang indah. Siswa menutup mata dan melakukan meditasi terhadap teks diringi dengan musik klasik supaya lebih rileks. untuk mendukung proses belajar tersebut hendaknya disediakan ruangan kelas yang menyenangkan dan menarik dengan pencahayaan dan uadara yang memadai.

2. Prosedur pembelajaran metode suggestopedia menurut Richard adan Rodgers (2003)

pelaksanaan metode suggestopedia yang berlangsung selama 4 jam dalam kelas kecil yang terdiri atas 12 siswa dibagi ke dalam tiga bagian, seperti dirangkum di bawah ini:a. Bagian tinjauan lisan (Oral Review Section)

pada bagaian ini dilakukan pengulangan materi atau bahan pembelajaran sebelumnya dan bahan-bahan tersebut dijadikan sebagai dasar untuk diskusi oleh guru dan 12 siswa. Semua duduk dalam suatu lingkaran dengan kursi yang dirancang secara khusus dan diskusi tersebut berlangsung menyerupai suatu seminar. Sidang ini dapat mencakup studi mikro dan studi makro. dalam studi mikro, perhatian dituju-kan pada tata bahasa, kosa kata dan tanya jawab. pada studi makro, kegiatan difokuskan pada kegiatan bermain peran, dan gerangan-gerakan yang lebih luas.

b. Bagian penyajian bahan baru dan didiskusikanBahan baru disajikan dalam konteks melalui dialog-

dialog panjang yang diperkenalkan dalam dua fase “konser”. dialog tersebut menggambarkan situasi-situasi pemakaian khas dalam budaya sasaran. pada bagaian ini juga, dilakukan pemeriksaan suatu dialog baru beserta terjemahannya dan mengenai tata bahasa serta kosa kata.

c. SemediKegiatan semedi terdiri atas dua macam, yaitu yang

aktif dan pasif. pada kegiatan aktif, siswa melakukan control ter hadap pernapasan selama 8 detik dengan ritme sebagai berikut: 2 detik pertama untuk menarik napas, 4 detik ke-mudian untuk menahan napas, dan 2 detik terakhir untuk istirahat. proses ini diulang-ulang selama 25 menit. pada dua detik tarikan napas, guru menyajikan bahan dalam bahasa pertama untuk memberi kesempatan kepada siswa mengerti apa yang akan dipelajari. pada detik ketiga sampai keenam siswa menahan napas dan guru menyajikan bahan dalam bahasa target. pada saat ini siswa boleh membuka buku teks dan megulang bahan yang sedang disajikan. pada dua detik terakhir siswa melakukan istirahat untuk selanjutnya meng-ulangi siklus berikutnya.

pada bagian pasif dari semedi, yang sering juga disebut bagian konser, berlangsung sekitar 20-25 menit. pada saat ini siswa mendengarkan semacam musik gaya baroque (music abad 17-an) yang penuh dengan ornamentasi dan improvisasi. para siswa menutup mata dan memeditasi bahan yang diper-dengarkan. Konser ini berakhir dengan bunyi seruling yang cepat dan gembira sehingga tergugahlah siswa dari meditasi masing-masing.

Metode ini sebagaimana dipakai di beberapa sekolah di eropa atau amerika dimaksudkan untuk membasmi sugesti dan pengaruh negatif yang tidak disadari bersemai pada diri anak didik dan untuk memberantas perasaan takut (fear) yang menurut para ahli sangat menghambat proses belajar

Page 42: An Introduction to English Learning and Teaching

70 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 71

seperti perasaan tidak mampu (feeling of incompetence), per-asaan takut salah (fear of making mistakes), dan keprihatinan serta ketakutan akan sesuatu yang baru dan belum familiar (apprehension of that which is novel or unfamiliar).

Bancrop (1176) dalam arsyad (1989: 14) mencatat enam unsur dasar dari metode ini:1) Authority yaitu guru dapat dipercaya kemampuannya.

Kemampuan guru dapat membuat siswa yakin dan per-caya pada diri sendiri (self confidence). Stevic (1979:380), salah seorang pengagum teori ini menyatakan, kalau self confidence tercipta maka rasa aman (security) terpenuhi. Kalau rasa aman terpenuhi maka siswa akan terpancing untuk berani berkomunikasi.

2) Infantilisasi, yaitu siswa seakan-akan seperti anak kecil yang menerima authority dari gurunya. Belajar seperti anak-anak melepaskan siswa dari kungkungan belajar rasional ke arah belajar yang lebih intuitif. Misalnya, peng-gunaan “role play” dan nyanyian dalam metode ini akan mengurangi rasa tertekan sehingga siswa dapat belajar secara alamiah. ilmu masuk tanpa disadari seperti yang dialami oleh seorang anak kecil.

3) Dual komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan nonverbal yang berupa rangsangan semangat dari keadaan ruangan dan dari kepribadian seorang guru. Siswa duduk di kursi dan memberi semangat. Guru menghindari mimik yang menunjukkan ketidaksabaran, cemberut, sinis, dan kritik yang negatif.

4) Intonasi, guru menyajikan materi dengan tiga intonasi yang berlainan. dari intonasi mimik yang berbisik dengan suara tanang dan lembut, intonasi yang normal biasa-biasa sampai kepada nada suara keras dramatis.

5) Rhythm, siswa membaca dengan irama, berhenti sejenak di antara kata-kata dan rasa yang disesuaikan dengan nafas irama dalam. di sini siswa diminta untuk menarik nafas selama dua detik, menahannya selama empat detik

dan kemudian menghembuskannya selama dua detik. di sini “yoga” mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam metode ini.

6) Keadaan Pseda-Passive, pada unsur ini keadaan siswa betul-betul rileks –tapi tidak tidur- sambil mendengarkan irama musik abad 18. Racle (1977) menjelaskan bahwa pada saat rileks inilah terjadi apa yang disebut “hypermnesia” di mana daya ingat menjadi kuat.

3. Kegiatan pembelajaran metode suggestopedia menurut Diane Larsen-Freeman (1986)

para siswa duduk di kursi empuk bersandar santai yang diatur berbentuk setengah lingkaran menghadap ke muka kelas. Cahaya redup remang-remang, musik lembut ditanyangkan. ada beberapa poster ditempel di dinding, kebanyakan poster sesuai dengan pemandangan/situasi di amerika. akan tetapi, ada juga poster yang berisi tentang informasi ketatabahasaan. Yang satu membuat konjugasi verbal “be” dan pronominal subjek dan yang lainnya membuat pronominal objek dan posesif.

Guru menyapa siswa dalam bahasa inggris dan mengatakan kepada mereka bahwa mereka akan mulai mengadakan peng-alaman baru yang menggairahkan dalam pembelajaran bahasa. dia berkata dengan yakin, yang artinya” anda tidak perlu mencoba belajar!”. Hal itu akan datang sendiri secara alamiah, duduklah bersandar dan nikmatilah, dan gembiralah”.

Guru memasang rekaman “the grand canyon suite” dan me-minta siswa memejamkan mata mereka dan menjadi sadar akan pernapasan mereka. “Tarik napas, keluarkan!” Mengadakan suatu perjalanan imajinatif bersama guru. Guru mengatakan bahwa mereka akan mengunjungi amerika dengan guru sebagai pemandu wisata. pemandu wisata menjelaskan penerbangan pesawat udara, apa yang akan mereka rasakan pada saat mereka mendarat dan bagaimana mereka rasakan di bandara. Guru juga mengingatkan agar mereka mendengarkan baik-baik bahasa inggris di sekitar mereka dan merasakan diri mereka menjawab dengan lancar

Page 43: An Introduction to English Learning and Teaching

72 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 73

dalam bahasa inggris segala pertanyaan yang diajukan kepada mereka oleh para petugas jawatan imigrasi. “nah, sekarang, “kata guru, secara pelan bawa kembali kesadaran ke ruangan ini. Kalau kalian sudah siap bukalah mata kalian. “selamat datang di kelas bahasa inggris!”

Satu demi satu para siswa membuka mata. Setelah itu, guru mengatakan bahwa mereka semua akan memperoleh nama-nama baru dalam bahasa inggris. “ini akan lucu dan meng-gembirakan,”katanya. di samping itu, guru mengatakan bahwa merekapun akan memerlukan identitas baru (yang dapat dipergu-nakan dalam bermain peran) yang sesuai dan sejalan dengan pen-galaman baru ini. Guru memperlihatkan kepada mereka sebuah poster dalam bahasa inggris yang tercetak berwarna dalam hurup latin. nama-nama pria tertera dalam satu kolom dan nama-nama wanita pada kolom lainnya. Guru mengatakan bahwa mereka bebas memilih nama masing-masing. Guru mengucapkan setiap nama dan para siswa mengulangi ucapan tersebut. para siswa mengatakan nama yang mereka pilih.

Selanjutnya, guru mengatakan kepada mereka bahwa selama pembelajaran mereka akan menciptakan suatu biografi imajina-tif mengenai kehidupan identitas mereka yang baru itu. Kini, katanya, kalian harus memilih suatu profesi yang sesuai dengan nama itu. dengan menggunakan pantomin untuk membantu pemahaman para siswa, guru memperagakan berbagai jabatan atau pekerjaan, seperti pilot, penyanyi, tukang kayu dan seniman. Siswa bebas memilih peran yang akan mereka mainkan.

Guru menyapa setiap siswa dengan menggunakan nama barunya dan mengajukan beberapa pertanyaan dalam bahasa inggris mengenai jabatan atau pekerjaan barunya. Melalui tindak-an dan gerak gerik guru, siswa memahami maknanya dan mereka menjawab “ya”atau “tidak”.

Kemudian guru mengajarkan suatu dialog singkat dalam bahasa inggris yang di dalamnya ada dua orang yang saling me-nyapa dan bertanya mengenai pekerjaan masing-masing. Setelah mempraktikan dialog itu dengan kelompok dan dengan para

siswa secara individual, guru menyuruh kelas berpura-pura atau berbuat seolah-olah mereka masing-masing berada dalam suatu pesta dan mereka belum berkenalan satu sama lain. Siswa berdiri dan berjalan sekeliling ruangan, saling menyapa dan menegur satu sama lain.

Berikutnya guru mengumumkan bahwa mereka akan memulai sebuah petualangan baru. dia membagikan selembaran setebal 20 halaman. Selebaran ini berisi suatu dialog panjang berjudul “To want to is to be able to”, yang diterjemahkan oleh guru ke dalam bahasa inggris. Guru meminta siswa memperhatikan halaman selebaran itu. pada setiap halaman terdapat dua kolom, kanan adalah terjemahannya dalam bahasa inggris. Sedangkan pada kolom kiri terdapat beberapa komentar dalam bahasa inggris mengenai butir-butir kosa kata dan tata bahasa inggris tertentu yang akan ditemui oleh siswa dalam dialog pada halaman yang bersangkutan.

Guru membuat bagan cerita dialog itu, sebagian dalam bahasa inggris sebagian dalam bahasa ibu dan sebagian lagi melalui pan-tomin. Guru juga menarik perhatian siswanya kepada beberapa komentar yang berhubungan dengan kosa kata dan tata bahasa pada halaman-halaman sebelah kiri. Kemudian dia mengatakan dalam bahasa inggris bahwa dia akan mulai membacakan dialog itu kepada mereka dan mereka harus mengikutinya selama pem-bacaan itu berlangsung. dia akan memberi cukup waktu untuk melihat pada teks bahasa inggris. “pokonya nikmati sajalah” tutur sang guru.

Guru memutar beberapa musik, salah satunya adalah “violin Concerto” karya Mozart. Setelah beberapa menit, dengan suara yang lembut dia mulai membacakan teks tersebut. pembacaannya terlihat dan terasa diwarnai oleh musik itu sebaik intonasi dan volume suaranya naik urun bersama musik. dia berbicara dengan lambat dan keras.

Kemudian guru menjelaskan bahwa dia akan mem bacakan kembali dialog itu. Kali ini ia menganjurkan siswa untuk menutup naskah, memejamkan mata, dan hanya mendengarkan

Page 44: An Introduction to English Learning and Teaching

74 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 75

atau menyimaknya baik-baik. Kedua kalinya dia membacakan dialog itu dengan kecepatan normal. dia telah mengganti musik dengan “water music” karya Handel. Kali ini guru tidak berupaya menyelaraskan suaranya dengan musik. dengan berakhirnya pembacaan kedua ini maka selesailah pelaksanaan metode sugges-topedia. Tidak ada tugas rumah; akan tetapi guru menganjurkan bahwa jika siswa ingin mengerjakan sesuatu mereka dapat mem-baca dialog secara keselurahan sebelum tidur dan sesudah tidur.

Variasi 1a. Guru mengatur penampilan kelas dengan menempelkan

gambar-gambar yang bebentuk poster pemandangan kota inggris dan poster berisi penjelasan grammar untuk membuat suasana kelas nampak lebih menyenangkan

b. Guru menyapa siswa dengan menggunakan bahasa ibu. Selain itu, guru membuat kelas suasana kelas menjadi lebih santai dan nyaman.

c. Guru memperlihatkan jenis-jenis pekerjaan kepada siswa. nama pekerjaan tersebut, menggunakan bahasa sasaran.

d. Guru diikuti oleh siswa mempraktikkan cara penyebutan setiap nama pekerjaan tersebut.

e. Setiap siswa memilih salah satu nama pekerjaanf. Guru kemudian mengajarkan cara memberi salam ketika

bertemu dan menanyakan pekerjaan ke orang lain. g. para siswa mempraktikkan cara memberi salam dan menan-

yakan pekerjaan orang lain sesuai yang diajarkan guru.h. Setelah itu, siswa memperkenalkan diri mereka masing-masing

sesuai dengan identitas baru mereka (sesuai dengan pekerjaan).i. Guru menyuruh siswa untuk tenang sambil memperdengarkan

lagu klasik kepada siswa, guru membacakan sebuah dialog beserta penjelasan grammar yang ada pada dialog tersebut. Siswa mendengarkan guru membaca dialog dengan melihat teks dialog.

j. Kemudian para siswa diistirahatkan sejenak. pada saat istira-hat, siswa melakukan control terhadap pernapasan selama 8 detik. proses ini diulang-ulang selama 25 menit.

k. Kemudian guru membaca dialog tersebut untuk kedua kalinya sambil mendengar musik klasik yang berbeda dari sebelumnya.

l. Siswa mendengarkan guru membaca dialog tanpa melihat teks.

Variasi 2Bagian tinjauan lisan (oral review section)a. Guru melakukan pengulangan materi atau bahan pem-

belajaran sebelumnya.b. Setelah itu bahan-bahan tersebut dijadikan sebagai dasar

untuk diskusi oleh guru dan 12 siswa.c. Tapi sebelum memulai pembelajaran siswa diminta untuk

duduk dalam suatu lingkaran dengan kursi yang dirancang secara khusus.

d. Setelah kursi disusun rapi, guru memulai diskusi tersebut dengan menyerupai suatu seminar.

e. di dalam diskusi ada dua pembelajaran yang ditekankan oleh guru yaitu mikro dan makro.

f. di dalam pembelajaran mikro yang ditekankan yaitu perhatian ditunjukkan pada tata bahasa , kosa kata dan Tanya jawab.

g. Selain itu pembelajran makro juga difokuskan pada kegiatan bermain peran dan gerakan-gerakan yang lebih luas.

Bagian penyajian bahan baru dan diskusi.a. Guru memberikan sebuah dialog-dialog yang pajang.b. Setelah itu guru memperkenalkan dialog tersebut dengan

dua fase “konser”c. dialog yang telah dibagikan oleh guru menggambarkan

situasi-situasi pemakaian khas dalam budaya sasaran.d. Setelah itu guru melakukan pemeriksaan suatu dialog baru

besererta terjemahannya.e. Setelah itu guru juga memeriksa tata bahasa dan kosa kata.

Semedi.a. dalam pembelajaran ini guru memberikan dua macam pem-

belajaran yaitu: aktif dan pasif.

Page 45: An Introduction to English Learning and Teaching

76 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 77

b. pada pembelajaran aktif, guru meminta siswa untuk melaku-kan control pada pernapasan selama 8 detik.

c. Guru memimpin kegiatan tersebut dengan cara 2 detik per-tama untuk menarik napas sambil mendengarkan materi dengan bahasa ibu untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerti apa yang dipelajari.

d. Setelah itu pada 4 detik kemudian guru memberi intruksi untuk menahan napas dengan mendegarkan materi dalam bahasa target dan dapat membuka buku.

e. Setelah itu 2 detik terakhir guru meminta siswa untuk istirahat.

f. Kegiatan ini diulang-ulang selama 25 menit.g. Setelah guru memberikan kegiatan aktif, guru memberkan

pembelajaran dengan kegiatan pasif dari semedi.h. dalam kegiatan ini guru memerlukan waktu 20-25 menit i. Guru menperdengarkan sebuah musik instrumental kepada

siswa.j. Setelah itu siswa diminta untuk menutup mata dan memiditasi

bahan yang diperdengarka .k. untuk memberi kode bahwa waktunya telah selesai guru

mengakhiri musik instrumental tersebut dengan musik yang gembira dan cepat biasanya bunyi seruling sehinggga para siswa tergugah dari meditasinya masing-masing.

Variasi 3a. Kelas hanya terdiri dari 12 siswa saja.b. Ruang kelas dirangcang senyaman mungkin untuk ke-

langsung an pembelajaran.c. pembelajaran metode suggestopedia dilakukan selama 4 jam

dalam satu kali pertemuan.d. Kegiatan yang dilakukan selama tersebut adalah guru me-

m berikan arahan kepada siswa untuk menyimak penjelasan tentang dialog percakapan, cerpen dan narasi berita.

e. Selanjutnya setelah 2 jam penjelasan materi, dilanjutkan dengan diskusi berdasarkan materi sebelumnya.

f. pembelajaran diselingi dengan acra santai atau games untuk menciptakan suasana kelasa yang tidak membosankan di-dukung dengan pasilitas yang telah disediakan.

g. Siswa diharapkan mampu memahami materi baru dengan kosa kata baru, keterangan tata bahasa yang relevan disertakan terjemahannya.

h. pada 1 jam terakhir dari pembelajaran, penyajian materi dihentikan dan dilanjutkan dengan pembelajaran santai.

i. pada pembelajaran santai (semedi) guru menyadiakan instru-men video dan musik yang dapat menenangkan suasana atau memulihkan pikiran siswa kembali setelah belajar selama 3 jam.

j. Kegiatan semedi tidak luput dari proses belajar, siswa di-arahkan untuk menyimak video dengan santai di atas kursi yang telah didesain khusus serta menggunakan headset untuk mendengarkan agar tidak saling menganggu.

k. Video yang disajikan berdurasi 15 menit. Selanjutnya guru mengarahkan siswa untuk melakukan kontrol pernafasan ke-mudian diarahkan untuk mengingat-ingat kosa kata yang ada dalam video tersebut dengan pengucapan yang benar sesuai yang didengarkan di headset. Kontrol pernafasan dilakukan berulang ulang selama 25 menit.

l. pada tahap penutup kegiatan semedi, guru menyajikan musik instrumental yang slow dan menenangkan untuk memulihkan semua saraf-saraf siswa kembali normal. Siswa diminta un-tuk menutup mata jika perlu untuk memeditasi bahan yang diperdengarkan.

Variasi 4a. Guru meminta siswa membentuk setengah lingkaran, ke mudi-

an dinding kelas ditempel/dipenuhi dengan gambar-gambar orang yang memiliki profesi beserta kosakatanya dalam bahasa inggris.

b. Kemudian guru memutarkan musik yang lembut (musik kalsik)

Page 46: An Introduction to English Learning and Teaching

78 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 79

c. Setelah guru memutar musik, siswa diminta untuk memejam-kan mata dan mengatur hembusan nafas mereka agar sesuai dengan ketukan musik.

d. Setelah musik selesai, guru memberikan instruksi pada siswa bahwa siswa diminta untuk membayangkan bahwa mereka berada disuatu negara dan memiliki nama baru dan identitas baru serta profesi baru mereka dalam bahasa inggris ( sesuai dengan gambar-gambar profesi yang tertempel pada dinding kelas ).

e. Guru membantu siswa untuk memahami identitas baru mer-eka.

f. Kemudian guru menyapa setiap siswa dengan nama dan profesi baru mereka kemudian guru memberikan pertanyaan kepada siswa seputar profesi mereka dengan jawaban “yes” dan “no”

g. Setelah itu, guru membagikan kertas yang berisi dialog singkat dalam bahasa inggris beserta terjemahannya

h. Setelah itu, siswa diminta untuk memerankan dialog yang sudah dibaca (menggambarkan tiap adegan dialog).

i. Setelah selesai, kemudian guru membaca kembali teks dialog dengan menunjuk pada gambar-gambar yang ditempel pada dinding kelas.

j. Setelah guru selesai membacakan teks dialognya, kemudian siswa diminta untuk menghafal kosakata dari gambar-gambar profesi yang ditempel pada dinding kelas

k. Terakhir siswa diminta untuk membuat dialog sendiri kemu-dian pada pertemuan berikutnya siswa memerankan kembali dialog yang telah dibuat.

Meskipun metode tersebut sangat baik dan menarik, metode Suggestopedia menurut amin Rasyid mempunyai kekurangan juga.a. Kelebihan suggestopedia:

1) adanya komunikasi yang orisinal di dalam kelas.2) perasaan senang ketika belajar akan menumbuhkan

motivasi.3) Siswa, di samping belajar bahasa sasaran L2 (target

language), dapat meningkatkan kestabilan mental dan emosi.

4) pelaksanaan yang intensif akan mengurangi kesempatan kepada siswa untuk lupa.

b. Kekurangan-kekurangannya:1) Suggestopedia tidak bisa dilakukan dalam kelas yang

berjumlah siswa besar.2) pelakasanaannya mahal.3) empat jam setiap hari dengan dialog yang panjang akan

membuat siswa bosan.

Oleh karena itu, amin Rasyid menegaskan bahwa metode Suggestopedia ini tidak cocok dilaksanakan di indonesia dikare-nakan hal-hal sebagai berikut:1) Kelas-kelas di indonesia sangat besar.2) Kesulitan untuk menyediakan ruangan atau kelas yang me-

madai.3) Kebanyakan orang indonesia tidak menikmati musik klasik.4) Menggunakan alkohol di indonesia tidak diperbolehkan.

G. Metode Respon Fisik Total (Total Physical Response Method/TPR)

Bahasa merupakan kunci penen-tu menuju keberhasilan dan memi-liki peran sentral, khususnya dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional seseorang dan dalam mempelajari semua bidang studi. Bahasa diharapkan bisa membantu peserta didik untuk mengenal dirin-ya, budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam ma-syarakat yang menggunakan bahasa tersebut, menemukan serta meng-gunakan kemampuan-kemampuan analitis dan imaginatif dalam dirinya.

Dr. James J. Asher originated the stress-free Total physical Response approach to second language acquisition

Page 47: An Introduction to English Learning and Teaching

80 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 81

ada beberapa macam metode yang biasa digunakan seorang guru atau instruktur dalam meningkatkan kemampuan belajar peserta di-diknya seperti metode diskusi, ceramah, inquiry dan lain-lain. Saya ingin memperkenalkan salah satu metode yakni metode TPR (Total physical Response) sebagai salah satu teknik penyajian dalam pen-gajaran khususnya dalam pembelajaran bahasa asing, baik itu bahasa inggris, Jepang, perancis, dan lain-lain.

Metode pembelajaran adalah suatu ilmu yang membicarakan ten-tang cara-cara menyampaikan bahan pembelajaran, sehingga dikuasai oleh peserta didik dengan kata lain ilmu tentang guru mengajar dan siswa belajar.

1. Pengertian Metode TPR (Total Physical Response)Menurut Richards J dalam bukunya approaches and Meth-

ods in Language Teaching, TpR didefinisikan “a language teaching method built around the coordination of speech and action; it attempts to teach language through physical (motor) activity”.

Jadi metode TpR (Total physical Response) merupakan suatu metode pembelajaran bahasa yang disusun pada koordinasi perintah (command), ucapan (speech) dan gerak (action); dan berusaha untuk mengajarkan bahasa melalui aktivitas fisik (motor).

Sedangkan menurut Larsen dan Diane dalam Technique and Principles in Language Teaching, TpR atau disebut juga ”the com-prehension approach” atau pendekatan pemahaman yaitu suatu metode pendekatan bahasa asing dengan instruksi atau perintah.

Metode ini dikembangkan oleh seorang professor psikologi di universitas San Jose California yang bernama Prof. Dr. James J. Asher yang telah sukses dalam pengembangan metode ini pada pembelajaran bahasa asing pada anak-anak. ia berpendapat bahwa pengucapan langsung pada anak atau siswa mengandung suatu perintah, dan selanjutnya anak atau siswa akan merespon kepada fisiknya sebelum mereka memulai untuk menghasilkan respon verbal atau ucapan.

Metode TpR ini sangat mudah dan ringan dalam segi peng-gunaan bahasa dan juga mengandung unsur gerakan permainan

sehingga dapat menghilangkan stres peserta didik karena masalah-masalah yang dihadapi dalam pelajarannya terutama pada saat mempelajari bahasa asing, dan juga dapat menciptakan suasana hati yang positif pada peserta didik yang dapat memfasilitasi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan motivasi dan prestasi siswa. Makna atau arti dari bahasa sasaran dipelajari selama melakukan aksi.

Guru atau instruktur memiliki peran aktif dan langsung dalam menerapkan metode TpR ini. Menurut asher ”The instructor is the director of a stage play in which the students are the actors”, yang berarti bahwa guru (instruktur) adalah sutradara dalam pertunju-kan cerita dan di dalamnya siswa sebagai pelaku atau pemerannya. Guru yang memutuskan tentang apa yang akan dipelajari, siapa yang memerankan dan menampilkan materi pelajaranan.

Siswa dalam TpR mempunyai peran utama sebagai pendengar dan pelaku. Siswa mendengarkan dengan penuh perhatian dan merespon secara fisik pada perintah yang diberikan guru baik secara individu maupun kelompok.

2. Bentuk aktivitas dengan metode TPR dalam PBM (proses belajar mengajar)

dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan metode TpR ini banyak sekali aktivitas yang dapat dilakukan oleh guru dan siswa antara lain:a. Latihan dengan menggunakan perintah (imperative drill),

merupakan aktivitas utama yang dilakukan guru di dalam kelas dari metode TpR. Latihan berguna untuk memperoleh gerakan fisik dan aktivitas dari siswa.

b. dialog atau percakapan (conversational dialogue).c. Bermain peran (role play), dapat dipusatkan pada aktivitas

sehari-hari seperti di sekolah, restoran, pasar, dan lain-lain.d. presentasi dengan OHp atau LCde. aktivitas membaca (reading) dan menulis (writing) untuk me-

nambah perbendaharaan kata (vocabularies) dan juga melatih pada susunan kalimat berdasarkan tenses dan sebagainya.

Page 48: An Introduction to English Learning and Teaching

82 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 83

3. Teori pembelajaran TPRTeori pembelajaran bahasa TpR yang diterapkan pertama

kali oleh asher ini mengingatkan pada beberapa pandangan para psikolog, misalnya arthur Jensen yang pernah mengusulkan sebuah model 7 langkah untuk mendeskripsikan perkemban-gan pembelajaran verbal anak. Model ini sangat mirip dengan pandang an asher tentang penguasaan bahasa anak. asher me-nyajikan 3 hipotesa pembelajaran yang berpengaruh yaitu:a. Terdapat bio-program bawaan yang spesifik untuk pem belajar-

an bahasa yang menggambarkan sebuah alur yang optimal untuk pengembangan bahasa pertama dan kedua.

b. Lateralisasi otak menggambarkan fungsi pembelajaran yang berbeda pada otak kiri dan kanan.

c. Stres mempengaruhi aktivitas pembelajaran dan apa yang akan dipelajari oleh peserta didik, stress yang lebih rendah kapasitasnya maka pembelajaran menjadi lebih baik.demikian tentang metode pembelajaran TpR yang mungkin

terdengar asing di telinga anda. Metode TpR ini bukanlah metode baru yang sekiranya lebih baik di antara metode-metode pembela-jaran yang lain. namun, ada baiknya menurut penulis jika seorang instruktur atau guru mempergunakan metode ini karena metode ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan motivasi belajar anak terutama dalam bahasa.

4. Prosedur pelaksanaan TPRa. Guru mengucapkan dan memperagakan perintah-perintah

untuk para siswa. Siswa melaksanakan perintah-perintah itu dengan mendengarkan guru dan melakukan apa yang dilakukan guru;

b. Guru menciptakan situasi-situasi di mana seorang siswa harus memilih di antara dua kosa kata. Setelah siswa mengetahui salah satu kosa kata dengan baik, sehingga melalui peng-hapusan, kata yang lain dengan segera dapat diketahui;

c. Guru memperkenalkan kosa kata baru dengan memperagakan atau melalui isyarat atau dengan tanda-tanda lainnya;

d. Setelah siswa mengetahui banyak perintah, guru dapat memberikan serangkaian perintah untuk dilaksanakan atau diperagakan secara berurutan.

Contoh lain kegiatan TpRa. para siswa duduk dalam posisi setengah lingkaran dan guru

berada ditengah.b. Guru menyuruh siswa diam dan mendengarkan perintah-

perintah (stand up, sit down, walk, cry, laugh, stop, ect.).c. Siswa melakukan dengan tepat apa yang disuruh oleh guru.d. Kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang sampai siswa

bisa melakukan apa yang dilakukan guru yaitu memberikan perinbtah kepada teman-temannya.

Variasi 1a. Kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok

membentuk lingkaran kecil. b. Kemudian guru memberikan perintah kepada siswa untuk

melakukan apa yang diperintahkan oleh guru (misalnya melakukan perintah untuk menggambar sesuai dengan apa yang dikatakan oleh guru dan ditulis dipapan tulis).

c. Kemudian perwakilan tiap kelompok disuruh maju ke depan kelas untuk mempraktikan apa yang guru perintahkan.

d. Bagi yang memiliki banyak kesalahan dalam perintah tersebut diberikan sanksi berupa lagu, yel-yel, atau disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

Variasi 2a. Guru menyuruh siswa duduk dalam posisi setengah lingkarang

kemudian guru berada di tengah.b. Guru menyuruh siswa untuk diam dan mendengarkan per-

intah yang disuruhkan kemudian siswa mempraktikkannnya seperti up your right hand, up your left hand, look up, look down, nod your head, shake your head! dan lain sebagainya.

c. Kemudian siswa melakukannya dengan tepat apa yang telah diperintahkan oleh guru.

Page 49: An Introduction to English Learning and Teaching

84 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 85

d. Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang.e. Kemudian guru menyuruh salah satu siswa untuk memberi-

kan perintah kepada teman-temannya dan siswa yang lain melakukan perintah tersebut.

Variasi 3a. Setiap siswa diminta menulis satu kalimat perintah pada

kertas.b. Guru meminta siswa untuk mengumpulkan kertas tersebut

di atas meja.c. Guru meminta siswa untuk membuat lingkaran besar.d. Guru memutar musik dan memberikan bola kecil yang terbuat

dari kertas. Bola tersebut diberikan kepada setiap siswa.e. Siswa yang terakhir mendapatkan bola saat musiknya ber-

henti, akan mendapat kesempatan megambil 1 gulungan kertas yang berisi kalimat perintah.

f. Guru meminta siswa tersebut membacakan kalimat perintah itu dengan suara keras dan mempraktikkannya sendiri.

g. Kegiatan ini dilakukan secara berulang-ulang sampai 30 menit.

Variasi 4a. pengajar berada dekat dengan siswa dalam sebuah lingkaran

yang kecil.b. pengajar menggerakan tangan siswa untuk menyentuh hidung

mereka dan berkata “touch your nouse”, kemudian menyentuh mata dan berkata “touch your eyes”, kemudian menyentuh bibir dan berkata “touch your head” kegiatan tersebut dilakukan sebanyak tiga kali berturut turut.

c. Kemudian pengajar mengulangi kata-kata tersebut tanpa membantu siswa menggerakan tangannya, hanya memberikan perintah saja beberapa kali.

d. Kemudian siswa dipersilahkan untuk mencobanya sendiri dan diikuti oleh pengajar dan siswa yang lain.

Variasi 51. pertama guru menjelaskan kepada siswa mengenai kegiatan

yang akan dilakukan yakni memainkan sebuah game ‘do the command’.

2. Guru kemudian membuat beberapa perintah yang dituliskan ke dalam beberapa kertas kemudian digulung.

3. Guru menyuruh siswa untuk maju satu persatu kemudian mengambil kertas yang sudah digulung tadi

4. Siswa disuruh untuk melakukan perintah yang tertulis diker-tas.

Variasi 6a. Siswa diminta untuk mempersiapkan empat atau lima kursi

di depan kelas.b. Guru memanggil empat atau lima siswa maju ke depan kelas

dan duduk di kursi yang telah di persiapkan.c. dalam bahasa inggris, guru mengatakan “stand up”.d. Guru dan siswa “stand up”, bersama-sama. e. Kemudian guru memberikan arahan yang lain misalnya “clap

your hand”, “touch your solder”, “touch your nose” dan “look at your friend beside you”.

f. Gerakan tersebut diulang-ulang tanpa adanya contoh dari guru.

g. Siswa yang melakukan kesalahan pada saat gerakan tersebur diberikan hukuman, misalnya bernyanyi atau hukuman yang lain.

Variasi 7a. Guru membagi kelas ke dalam 4 kelompok.b. Guru mengarahkan siswa untuk menyimak dengan teliti

perintah yang akan dilakukan.c. Setiap kelompok harus mendengarkan instruksi dari guru

tentang apa yang diperintahkan secara bergiliran.d. pertama guru memerintahkan kepada kelompok pertama

untuk memperaktikkan atau memperagakan perintah (bend

Page 50: An Introduction to English Learning and Teaching

86 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 87

mengerti bahasa target melahirkan kepercayaan diri.f. dengan menekankan pada pemahman, metode ini mudah

untuk digabungkan dengan metode lain.

Kekurangana. Tidak semua bentuk bahasa dapat diajarkan dengan meng-

gunakan perintah karena bentuk atau aturan bahasa itu kompleks.

b. Beberapa siswa enggan untuk melaksanakan perintah untuk memperagakan gerakan khususnya yang sudah dewasa.

c. Metode ini lebih cocok untuk pembelajaran bahasa pada tingkat pemula.

d. penerapan metode ini memerlukan guru yang mampu ber-bicara dalam bahasa target dengan baik dan bermakna, dan tidak hanya struktur saja.

H. Metode Belajar Bahasa Berkelompok Community Language Learning (CLL) atau Counseling Learning Method (CLM)

1. Lahirnya metode CLLCLM pertama kali dikemukakan oleh prof. Charles Curran

pada tahun 1961, dan mulai dipakai oleh Layola university, Chicago pada tahun 1967. ia melakukan eksperimen dengan penerapan konsep psikoterapi dalam bentuk konseling pada ma-hasiswanya. C. a. Curan sendiri adalah seorang ahli psikologi yang mengambil spesialisasi dalam penyuluhan (counseling). Metode ini tumbuh dari ide menerapkan konsep psikoterapi dalam pengajaran bahasa. Metode ini dilandasi faktor sikap, emosi, dan motivasi dalam usaha mempelajari bahasa asing.

dengan “counseling” menurut Curran diharapkan timbulnya minat siswa untuk memperoleh pandangan-pandangan baru dan munculnya kesadaran pribadi yang dapat memberikan sti mulasi terhadap perkembangan di samping mempererat hubungan dengan orang lain.

Baik counseling maupun learning diharapkan dapat menyua-sanai belajar-mengajar bahasa dalam kelas. di samping itu, minat

to the right and count from one to ten) berhubungan dengan gerak badan.

e. Kelompok kedua di perintahkan untuk laugh, cry, close the eyes, etc (gerakan wajah)

f. Kelompok ketiga diperintahkan untuk mendengarkan instuksi guru untuk menggambar di atas kertas (would you draw a book on the table and there are two flowers beside of the table) dengan cepat siswa harus menggambarkannya dan menyetornya ke guru.

g. Kelompok keempat diperintahkan untuk menebak kata yang yang dimaksud oleh guru kemudian memperaktikkannya. Contohnya: do you know Dora’s friend and his name is boots what does it? The answer is Mongkey. Jadi siswa harus memperagakan gaya monyet.

h. Semua kegiatan tersebut harus dilakukan siswa dengan tepat.i. Kegiatan tersebut dilakukan berulang ulang secara bergiliran

menukar nukar perintah kepada kelompok yang lainnya.j. Selanjutnya kegiatan tersebut dilombakan dalam kelas.k. Setiap kelompok harus menyimak dengan seksama perintah

yang akan diberikan oleh guru kemudian siswa harus dengan cepat melakukan perintah tersebut ( gerakan badan, gerakan wajah, instuksi gambar dan tebakan).

l. Kelompok yang kalah akan diberikan hukuman untuk ber-nyanyi dengan bahasa asing dan kelompok yang menang diberi hadiah.

Kekuatan Metode TpRa. pembelajaran bahasa dirasakan menyenangkan bagi guru dan

siswa.b. Siswa dilatih memiliki ingatan jangka panjang atas apa yang

sudah dipelajari.c. Siswa terbebas dari perasaan tertekan atau stres ketika belajar.d. Metode ini memungkinkan kebermaknaan dalam belajar

bahasa target.e. penundaan berbicara peserta didik cukup mengenal dan

Page 51: An Introduction to English Learning and Teaching

88 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 89

belajar dapat didorong melalui pengembangan harga diri dan perasaan dengan menekankan pembelajaran pada aktivitas yang dikenal “Shared Task Oriented Activity” atau “Cara Belajar Siswa aktif Bersama”. itulah sebabnya pendukung metode ini termasuk Curran sendiri, juga menamakan metode ini “Community Language Learning” atau “Belajar Bahasa Secara Komunitas”.

Siswa di dalam istilah yang dibuat Curran adalah “Client” dan guru disebut “Councelor” atau “Knower”. paul G. La Foege (1975:16) dalam arsyad (1989:19) menggambarkan tingkatan belajar mulai awal sampai akhir:a. Embryonic Stage

Client (siswa) bergantung penuh kepada councelor (guru).

b. Self-Assertion Stage

Client (siswa) mulai mempunyai keberanian berbicara be-berapa kata dan frasa mulai tersimpan di dalam otak.

c. Separate Existence Stage

Timbul rasa ketidaktergantungan siswa dengan sedikit ke-

salahan yang dibuatnya di mana langsung diperbaiki oleh councelor.

d. Reversal Stage

Kebutuhan siswa pada councelor hanya berupa idioms dan beberapa ekspresi serta tata bahasa yang pelik.

e. Independent Stage

Ketidaktergantungan siswa secara total dan ia bebas ber-komunikasi dalam bahasa asing

2. Hakekat bahasa menurut metode CLLKonsep yang melandasi metode ini adalah teori interaksional,

yaitu teori yang menyatakan bahwa bahasa merupakan alat untuk interaksi antar individu dalam suatu masyarakat. Bahasa dianggap sebagai proses social, bahasa tidak hanya digunakan untuk berkomunikasi tetapi juga untuk memperdalam keintiman antar klien dengan konselornya. Sebagai proses sosial, berbahasa merupa kan suatu pertukaran informasi yang tidak akan sempurna tanpa reaksi umpan balik dari si pengirim dan penerima pesan.

3. Hakikat pembelajaran bahasa Hakekat pembelajar an bahasa me nurut metode ini adalah

bahwa apa yang sebenar nya dipelajari oleh manusia pada umum-nya bersifat kognitif dan efektif. Bahan ajar disajikan sedemikian rupa sehingga tercipta suatu suasana yang me mungkinkan siswaberkomunikasi atau berinteraksi dengan sesama siswa secara bebas.

dalam kaitan dengan kejiwaan siswa, C. a. Curran meng-ajukan enam konsep yang diperlukan untuk menumbuhkan “pem-

Page 52: An Introduction to English Learning and Teaching

90 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 91

belajaran”. enam kon-sep itu adalah Security, Attention-Aggression, Retention-Reflection, dan Discrimination.

Securi ty adalah rasa aan pada diri klien maupun konselor. Rasa aman bisa ditemukan apabila rekan sekelas beserta konselornya menunjukkan sikap kerja sama dan saling mempercayai.

Attention-aggression artinya perhatian dan agresi. perhatian dalam berbagai hal sangat diperlukan termasuk agresi di mana siswa diharapkan untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. proses ini tidak hanya nampak pada partisipasi siswa dalam kelas tetapi juga keputusan untuk mencari topik dan bahan ajar sendiri.

Retention-Reflection adalah pencerminan diri dan penyimpan-an ingatan. dalam proses pencerminan diri ini siswa sebagai klien melakukan introspeksi untuk mengetahui sejauh mana mereka telah menguasai bahan ajar dan masalah-masalah yang timbul dalam belajar. dari refleksi ini akan membantu klien (a) me-mahami, menghayati dan memanfaatkan apa yang dipelajari, dan (b) memanggil kembali (retrieval) semua itu pada saat diperlukan.

Discrimination adalah perbedaan. pada tahap awal pem-belajaran siswa sering kurang memperhatikan ketepatan (accu-racy) dalam berkomunikasi. Oleh karena itu, hal yang diperlukan dalam tahap ini adalah komunikasi mengenai isi pembeicaraan. namun demikian, pada akhirnya klien bisa membedakan satu elemen bahasa dengan elemen bahasa lainnya.

Variasi 1a. Kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok

terdiri atas 4-5 orang.b. Guru membagikan teks percakapan kepada masing masing

kelompok.

c. Siswa menentukan peran dalam percakapan tersebut.d. Selanjutnya guru menginstruksikan untuk merekam per cakap-

an tersebut sesuai peran siswa.e. durasi percakapan sekitar 20 menit.f. Kemudian rekaman tersebut diputar secara bergiliran mulai

dari kelompok pertama sampai terakhir.g. Siswa diperintahkan untuk menyimak dengan baik rekaman

percakapan tersebut.h. Siswa diberi kesempatan untuk memberikan koreksi pada

rekaman tersebut tentang pengucapan dan tata bahasa yang digunakan.

i. Selanjutnya guru membacakan dialog sebagai contoh bagi siswa.

Variasi 2a. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok.b. Kemudian guru menyuruh siswa untuk memilih topik secara

konsensus setiap kelompok.c. Setelah itu siswa diperintahkan untuk melakukan percakapan

sesuai dengan topik yang telah dipilih.d. Kemudian siswa diperintahkan untuk merekam suara secara

bergantian.e. Setelah 20 menit kemudian, guru memutar kembali rekaman

dari setiap kelompok agar kelompok yang lain bisa mendengar.f. Guru menyuruh siswa untuk memberi saran perbaikan kepada

kelompok lain.g. Kemudian siswa diperintahkan untuk menulis transkripsi

rekaman secara kerja sama.h. Kemudian guru membaca transkripsi dan menentukan struk-

tur tata bahasa mana yang harus dipelajari ulang.i. Setelah siswa menulis transkripsi dengan menggunakan

kalimat sendiri, kemudian guru memberi instruksi untuk mengubah bentuk kalimat yang satu dengan kalimat yang lain.

Page 53: An Introduction to English Learning and Teaching

92 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 93

Variasi 3a. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok.b. Guru membagikan dialog singkat kepada masing-masing ke-

lompok yang berbeda topik lalu guru merekam percakapan siswa dengan anggota kelompoknya secara bergantian.

c. Setelah 20 menit rekaman percakapan dihentikan oleh guru.d. Kemudian rekaman diputar kembali supaya yang lain bisa

mendengarkan, pemutaran kalimat demi kalimat secara ber-gantian.

e. Guru memberi kesempatan kepada kelompok yang lain untuk memberi saran perbaikan.

f. para kelompok disuruh mendengarkan ulang rekamannya dan menulis transkripsi secara kerja sama.

g. Guru menentukan struktur bahasa mana yang harus dipelajari ulang.

h. Kemudian guru memberi instruksi untuk mengubah bentuk kalimat yang satu dengan yang lain.

i. Setiap kelompok harus mengerjakan seperti apa yang disu-ruhkan sebelumnya.

I. Pendekatan Komunikatif (Communicative Approach)1. Latar belakang munculnya pendekatan komunikatif

pendekatan komunikatif dikenal juga dengan metode komunikatif. pendekatan ini mulai berkembang bertepatan dengan terjadinya beberpa perubahan pada tradisi pengajaran bahasa inggris pada tahun 1960-an, bersamaan dengan ditolaknya metode audiolingual di amerika.

praktisi pembelajaran bahasa merasa tidak puas dengan hasil pembelajaran bertahun-tahun di mana siswa belum lancar berkomunikasi dalam bahasa target. Sedangkan para ahli linguistik mengecam dari sisi landasan teoritisnya.

noam Chomsky, seorang linguistik amerika Serikat yang sangat terkenal mengkritik secara tajam terhadap linguistik struktural yang dimuat dalam bukunya Syntactic Structure (1957). dalam buku tersebut, Chomsky secara tegas menyatakan bahwa

teori bahasa struktural standar saat itu terbukti tidak mampu menjelaskan karakteristik bahasa yang fundamental, kreatifitas, dan keunikan setiap kalimat.

pencetus linguistik generatif-transformatif ini mengecam linguistik struktural karena ketidakmampuannya menunjukkan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan makna, hubungan antar kalimat, dan hanya menyentuh struktur luar (surface struc-ture). padahal, banyak kalimat yang struktur luarnya sama, namun memiliki struktur dalam (deep structure) yang berbeda begitu juga sebaliknya.

Chomsky juga mengkritik penggunaan teori-teori behavioris-tik dalam pembelajaran bahasa. Menurutnya, kemampuan berbasa tidak hanya ditentukan oleh faktor eksternal yang berwujud satuan stimulus-respon-penguat (seperti yang dikatakan oleh Skinner), melainkan juga oleh faktor internal. Setiap manusia, menurutnya, dibekali little black box sejak lahir atau yang disebut dengan alat pemerolehan bahasa (Language Acquisition Device). Seseorang tidak mengatakan sesuatu karena pernah dapat hadiah atau pen-guat di masa lalu, ungkap Chomsky. Manusia mampu mengatakan, misalnya, kalimat “Baju hijau tak berwarna itu baru”, padahal kalimat demikian tidak pernah ia dengar atau diberi penguat di masa lalu. pernyataan Skinner yang lain bahwa ‘struktur bahasa merupakan suatu rantai asosiatif” di mana satu kata dalam kali-mat merupakan stimulus bagi kata berikutnya, juga dibantah oleh Chomsky dengan contoh kalimat “The man who sang was a singer”

Faktor lain yang mendorong terjadinya perubahan dalam metode pengajaran bahasa pada waktu itu adalah hasil kerja dari The Council of Europe, suatu organisasi yang bergerak dalam bidang kebudayaan dan pendidikan. Organisasi ini banyak men-sponsori konferensi-konferensi masalah pendidikan bahasa tingkat internasional untuk menyikapi masalah pendidikan di europa. Mereka merasa perlu adanya metode alternatif dalam pengajaran bahasa. pada tahun 1971, sekolompok ahli mulai melihat adanya kemungkinan untuk mengembangkan bahasa ke dalam sistem unit kredit., di mana tugas-tugas pembelajaran bahasa dipecah-pecah

Page 54: An Introduction to English Learning and Teaching

94 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 95

menjadi unit-unit dan tiap unit harus sesuai dengan kebutuhan siswa dan berkaitan antara satu dengan yang lainya.

pada tahun-tahun berikutnya muncullah nama-nama seperti Wilkins (1976), Widowson (1978), Cadlin (1976), Brumpit (1979), Savignon (1972) dan Littlewood (1981), yang semuanya memberikan pengaruh terhadap perkembangan teori-teori dan gagasan komunikatif dalam pengajaran bahasa.

prinsip-peinsip pendekatan komunikatif sebagai berikut:a. Use lebih diutamakan daripada usage;b. arti lebih diutamakan daripada bentuk;c. Kelancaran (fluency) lebih diutamakan daripada ketepatan

(accuracy);d. Berkonteks lebih diutamakan daripada tidak berkonteks;e. pembelajaran lebih pada leaner-centered dan experience-

centered.

prinsip-prinsip komunikatif dalam pembelajaran bahasa ing-gris sebagai bahasa asing adalah sebagai berikut:a. Siswa diberikan teks yang berbahasa inggris dari sumber

aslinya, seperti: naskah-naskah, majalah, buletin, koran dan sebagainya.

b. Siswa diberikan latihan berpikir dengan kontek dan struktur yang bermacam-macam tentang satu permasalahan, misalnya: kata sambutan, kata penutup, perasaan heran, sedih, dan sebagainya.

c. Siswa diberikan kesempatan untuk mengungkapkan pikiran dan pendapatnya.

d. Siswa diberikan latihan memahami kontek pembicaraan berdasarkan budaya.

e. Guru hendaknya mempermudah siswa menggunakan bahasa secara inovatif dan tidak membeo.

f. Mengadakan kegiatan kebahasaan, seperti: drama, problem solving, permainan, dan sebagainya.

g. Memperkecil pemakaian bahasa ibu.

prinsip-prinsip tersebut dapat dilakukan di ruangan kelas dengan langkah-langkah berikut:a. Guru memberikan percakapan sebagai pendahuluan. percaka-

pan tersebut sekitar apa yang terjadi di sekitar siswa.b. Guru memberikan contoh mengucapkan percakapan dengan

baik, kemudian menyampaikan percakapan yang lengkap dan siswa mengikutinya.

c. Melakukan tanya jawab sekitar percakapan yang dilakukan sebelumnya.

d. Memberikan tanya jawab mengenai pembelajaran yang bisa dipetik dari materi percakapan sebelumnya.

e. Guru menyimpulkan apa yang telah dibicarakan melalui percakapan.

f. Siswa diberikan tugas untuk mengeneralisasikan dari contoh-contoh yang dipelajari dan menganalisanya berdasarkan kaidah bahasa inggris.

g. Menyusun pola-pola bahasa.h. Siswa diberikan tugas untuk membuat kalimat sesuai dengan

pola-pola bahasa yang telah dianalisa bersama-sama.i. Guru memberikan tugas rumah.j. Melakukan evaluasi baik secara lisan atau tulisan.

dengan pendekatan komunikatif diharapkan siswa cepat dapat berkomunikasi dalam bahasa inggris. pembelajaran secara komunikatif selalu disesuaikan dengan kompetensi berbahasa siswa, yang mengandung pengertian bahwa siswa telah meng-internalisasi tata bahasa inggris yang memberikan padanya dasar bagi suatu teori bahasa suatu model tata bahasa generatif yang berupaya mempertanggungjawabkan kompetensi linguistiknya.

Kompetensi berbahasa inggris mengandung arti siswa me-ngerti kaidah-kaidah bahasa yang digunakan dan makna kata-kata yang dipakai. Tetapi, di samping aspek kompetensi kaidah-kaidah bahasa masih ada unsur-unsur nonbahasa seperti konteks serta situasi yang menyertai kompetensi bahasa. pelaksanaan kompetensi bahasa beserta unsur-unsur nonbahasa di dalam konteks komunikasi secara baik dan benar disebut performansi

Page 55: An Introduction to English Learning and Teaching

96 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 97

komunikasi. Kompetensi bahasa dan performansi komunikasi merupakan tujuan pokok pembelajaran bahasa. Selanjutnya, efek-tivitas komunikasi siswa dapat ditingkatkan dengan pemahaman mendalam tentang unsur nonbahasa yang membentuk kompetensi bahasa dalam performansi interaksi komunikasi siswa.

pendekatan komunikatif sangat menekankan kebutuhan siswa belajar bahasa. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa inggris secara komunikatif perlu mempertimbangkan situasi dan kondisi yang dapat mempengaruhi pembelajaran bahasa inggris, yaitu: (1) lingkungan bahasa yang ada di masyarakat, (2) karakteristik siswa, dan (3) kualitas guru pengajarnya. Ketiga aspek tersebut sangat berpengaruh pada pelaksanaan pembelajaran bahasa ing-gris secara komunikatif. Guru perlu memiliki pengetahuan yang memadai untuk dapat melakukan analisis terhadap performansi siswa. ia harus dapat meneliti pengaruh dari bahasa di masyarakat terhadap pembelajaran bahasa inggris. ia harus dapat melakukan studi terhadap kompetensi siswa di dalam belajar bahasa inggris berdasarkan performansi linguistik dan karakteristik siswa secara keseluruhan dan bukan hanya berdasarkan kesalahan-kesalahan siswa di dalam performansi komunikasinya.

Memang, kompetensi komunikatiflah yang membedakan pendekatan baru ini dari pendekatan terdahulu yang menekankan kompetensi struktural bahasa. pembelajaran baru ini memungkin-kan orang lebih sering menyaksikan performansi komunikasi. Hal itu hanya mungkin terjadi apabila siswa termotivasi untuk menyatakan perasaan, gagasan, atau emosinya. Suasana belajar seperti itu hanya muncul apabila siswa merasa aman dan sebagai individu memiliki nilai. Suasana belajar yang kondusif itu men-gandalkan prinsip-prinsip ilmu psikologi. prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: a. pembelajaran akan memberikan hasil apabila isi suatu unit

aktivitas dikaitkan dengan kebutuhan dan pengalaman siswa. b. pembelajaran bisa terjadi jika para siswa termotivasi penuh;

pembelajaran akan lancar apabila pembelajaran dan latihan tentang unsur-unsur bahasa dibuat bermakna karena dapat

bermanfaat di dalam kehidupan sehari-hari (atau bahkan disimulasikan).

c. Siswa harus diberi kesempatan luar untuk dapat berpartisipasi secara aktif di dalam proses belajar.

d. Siswa harus dibantu untuk dapat mengamati dan memahami hubungan antara unsur-unsur bahasa, situasi komunikasi, dan budaya lewat diagram, grafik dan visualisasi yang beragam dan sederhana, sehingga mudah dipahami.

e. aktivitas di kelas harus mempertimbangkan kenyataan bahwa setiap individu memiliki gaya belajar dan laju kecepatan be-lajar yang berbeda-beda.

2. Transfer belajar tidak selalu otomatif.Selain prinsip ilmu psikologi, beberapa prinsip ilmu pen didik-

an juga diterapkan dalam pembelajaran bahasa secara komuni-katif. prinsip-prinsip tersebut menurut Finochiarro, Brumfit dan Madya adalah: a. Karena transfer belajar tidak selalu otomatis, usaha harus

dilakukan untuk menanamkan kemampuan potensial ke-pada siswa agar ia termotivasi untuk dapat menggeneralisasi ungkap an komunikatif kaidah tatabahasa atau nosi yang di-pelajarinya, dari satu situasi sosio-budaya ke situasi sosio-budaya lain yang setara;

b. pendekatan spiral atau siklus sangat dianjurkan; c. Titik permulaan penyusunan kurikulum sampai ke unit pem-

belajaran seyogyanya berupa fungsi-fungsi komunikasi dan sosial bahasa yang diperlukan siswa;

d. pendekatan spiral digunakan di dalam menyajikan fungsi bahasa yang sama di dalam situasi sosio-budaya yang berbeda-beda. Hasil pembelajaran bahasa inggris secara komunikatif juga

sangat tergantung pada kualitas guru pengajar. Sejauhmana guru dapat menanamkan kemahiran fungsional berbahasa di dalam diri siswa? Kemahiran fungsional tersebut akan tampak dari tiga kom-petensi pokok yang diperlihatkan siswa di dalam komunikasi, yaitu:

Page 56: An Introduction to English Learning and Teaching

98 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 99

a. Kompetensi partisipatif, yaitu kemampuan untuk memberikan respon yang memadai terhadap tugas-tugas di kelas dan ter-hadap kaidah-kaidah prosedural;

b. Kompetensi interaksional, yaitu kemampuan untuk berinter-aksi secara memadai dengan teman-teman sebaya maupun dengan orang lain dan mampu memberikan respon secara memadai terhadap kaidah-kaidah sosial wacana.

c. Kompetensi akademik yaitu kemampuan untuk memperoleh informasi baru, mengasimilasikan atau memahami informasi baru, dan membentuk konsep-konsep baru . Guru perlu menyeleksi manakah dari ketiga jenis kompetensi

itu yang ingin dicapainya secara baik. ia harus jeli, teliti dan seksama di dalam analisisnya, sehingga di dalam pembelajarannya tidak terbentur kesulitan.

Berikut ini merupakan kerangka pembelajaran yang dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam melakukan pembelajarannya di dalam kelas sehingga interaksi yang komunikatif antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru dapat terjalin dengan baik:

(1)aktivitas prakomunikatif

(2)aktivitas komunikatif

Secara garis besar pembelajaran dilaksanakan lewat dua tahap, yaitu tahap aktivitas prakomunikatif dan komunikatif. pada tahap prakomunikatif, guru membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan seperti struktur, kaidah bahasa, kosakata, dan dasar-dasar keterampilan sehingga siswa mampu menyusunnya menjadi keterampilan komunikatif. Kemudian siswa diberi kesempatan mempraktikkannya, mula-mula secara terpisah sesudah itu seluruh keterampilan yang telah dimilikinya dipraktikkan.

di dalam aktivitas kuasi komunikatif, siswa lebih lanjut

berlatih menguasai pengetahuan dan keterampilan komunikatif sebelum ia melakukan interaksi komunikasi dengan orang lain.

pada tahap aktivitas komunikatif, mula-mula siswa berlatih berkomunikasi sendiri dengan menggunakan bahasa inggris, misal-nya ia menyampaikan informasi tentang dirinya sendiri (nama, di mana ia tinggal, suasana lingkungan, besar kecilnya keluarga, dan sebagainya), serta menggunakan bahasa inggris untuk mengolah informasi, misalnya untuk memahami pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, membaca petunjuk, dan semacamnya. pada tahap selanjutnya, siswa mampu melakukan bermacam aktivitas sosial yang mencakup bermacam kondisi dan situasi percakapan dan diskusi, dialog, aneka simulasi, bermain peran, improvisasi, dan sebagainya.

di dalam mengembangkan komunikasi lisan siswa dan guru perlu mempertimbangkan dua aspek penting, yaitu (1) isi pem belajarannya dan (2) jenis latihan serta aktivitas yang akan diberikan kepada siswa.

isi pembelajaran perlu memenuhi kebutuhan siswa yang perlu berperan di dalam beragam situasi dan kondisi komunikasi. Guru wajib kreatif agar beragam latihan dan aktivitas yang dialami siswa tidak membosankan.

pendekatan secara komunikatif merupakan pendekatan yang paling sesuai untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa, sebab selain melengkapi kekurangan-kekurangan pendekatan ter-dahulu, pendekatan komunikatif juga menyajikan hasil yang lebih nyata menyangkut kemampuan siswa menerapkan penguasaan bahasa inggrisnya di dalam bermacam situasi nyata.

Variasi 1a. Guru menyajikan sebuah teks atau dialog yang berhubungan

dengan situasi pengalaman siswa. pada langkah awal, maha-siswa dibolehkan menggunakan bahasa ibu.

b. Guru memberikan contoh dalam mengucapkan teks atau dialog dan mahasiswa mengikutinya.

c. Mahasisiwa diberikan beberapa pertanyaan berdasarkan teks atau dialog yang diberikan.

aktivitas struktural

aktivitas kuasi komunikatif

aktivitas interaksi sosial

aktivitas komunikatiffungsional

Page 57: An Introduction to English Learning and Teaching

100 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 101

d. Mahasiswa diberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan pengalaman khusus mereka yang masih ada kaitannya dengan topik atau tema.

e. Guru menyimpulkan beberapa ungkapan yang ada dalam dialog, menjelaskan baik dalam konteks bahasa maupun situasi sosial yang menggunakan bahasa tersebut.

f. Mahasiswa diberikan tugas untuk menggenaralisasi aspek tata bahasanya berdasarkan contoh ungkapan-ungkapan.

g. Mahasiswa diberikan pola-pola bahasa yang digunakan dalam komunikasi.

h. Setelah tahap pengenalan “recognition” dilanjutkan pada tahap produktif di mana siswa diberi tugas untuk memperoduksi bahasa yakni melakukan komunikasi baik secara lisan mau-pun tulisan secara bertahap dari kegiatan terbimbing (guided activities) ke kegiatan bebas (free activities).

i. Siswa diberi tugas rumah.j. dilakukan evaluasi.

Variasi 2a. Kelas dibagi ke dalam 4-5 kelompok yang memiliki anggota

5-6 siswa.b. Guru menjelaskan tugas yang harus dilakukan oleh setiap

kelompok (menyimak bacaan guru, mencatat poin-poin dari bacaan, mendiskusikan apa yang akan diceritakan kembali di depan kelompok lain.

c. Guru membacakan atau bercerita dan siswa menyimak.d. Guru mengulang cerita sampai dua atau tiga kali dengan

menekankan bacaan misalnya pada past perfect.e. Setelah batas waktu yang ditentukan, setiap kelompok

menceritakan kembali di depan kelompok lain.f. Kegiatan tersebut dilakukan sampai semua kelompok

mendapat giliran.g. Setiap kelompok saling bertanya tentang cerita tersebut.

Varaisi 3a. Siswa mendengarkan bacaan guru atau salah satu siswa.b. Siswa ditugaskan secara berpasang-pasangan untuk melaku-

kan hal hal yang sama di mana siswa a membacakan teks dan siswa B mendengarkan; tugas ini dilakukan secara bergantian di mana siswa B membacakan dan siswa a mendengarkan.

c. Setelah kegiatan membaca selesai, setiap pasangan diberi tugas menentukan Benar atau Salah beberapa kalimat berdasarkan teks bacaan yang diberikan.

d. Guru mencatat di papan tulis beberapa kalimat yang di dalam-nya terdapat pola simple future.

e. Siswa ditugaskan untuk melakukan generalisasi terhadap kalimat-kalimat tersebut yang di dalamnya terdapat pola simple future.

f. Setelah siswa memahami pola-pola kalimat pola simple future, dilakukan kegiatan pra-komunikatif di mana siswa melakukan latihan dialog berdasarkan contoh.

g. pada tahap kegiatan komunikatif, siswa bermain peran di mana mereka berdialog secara bebas dengan menggunakan pola simple future.

Variasi 4a. Memberikan siswa satu atau lebih pertanyaan yang mem-

butuhkan refleksi dan pikiran. b. Meminta mereka untuk menjawab pertanyaan sendiri-sendiri.c. Setelah semuanya melengkapi jawabannya, bentuklah ke

dalam pasangan kemudian meminta mereka untuk berbagi jawaban dengan yang lain.

d. Meminta pasangan tersebut membuat jawaban baru untuk masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki respon masing-masing individu secara tertulis pula.

e. Ketika semua pasangan selesai menulis jawaban baru, mem-bandingkan jawaban dari masing-masing pasangan yang lain.

Page 58: An Introduction to English Learning and Teaching

102 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 103

Variasi 5a. Guru membagikan potongan teks yang dilengkapi dengan

alternatif jawaban benar dan salah (B/S).b. Guru memperdengarkan bacaan melalui kaset atau Cd dan

siswa ditugaskan untuk menyimaknya dengan seksama.c. Setelah bacaan selesai, siswa diminta membaca pernyataan-

pernyataan yang telah dibagikan, kemudian memberikan jawaban benar atau salah terhadap pernyataan tersebut. Jika pernyataan tersebut sesuai dengan isi bacaan maka jawaban-nya adalah benar dan sebaliknya jika pernyataannya tidak sesuai dengan isi bacaan maka jawabannya salah.

d. Guru meminta masing-masing siswa untuk menyampaikan jawabannya.

Variasi 6a. Membagi kelas ke dalam beberapa kelompok dan setiap ke-

lompok terdiri atas 4-5 siswa.b. Menyediakan ungkapan yang mempunyai dua sisi yang ber-

beda, misalnya “Orang yang memiliki kecukupan harta akan sukses dibanding dengan orang yang kekurangan harta”.

c. Setiap kelompok diberikan kesempatan dengan waktu yang dibatasi untuk mendiskusikan permasalahan yang diberikan.

d. Setiap kelompok diberikan kesempatan yang cukup untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

e. di akhir diskusi, guru dan siswa menentukan kelompok pemenang yang mampu mempertahankan ide-idenya dengan menggunakan bahasa lisan yang baik.

Variasi 7a. Teks bacaan dibagi ke dalam 2-3.b. Kelompok siswa a yang mendapatkan potongan bacaan1

dengan beberapa pertanyaan yang harus dijawab.c. Siswa B mendapatkan potongan bacaan 2 dan bertugas untuk

menjawab beberapa pertanyaan tersebut.d. Kemudian siswa di kelompok a dipasang-pasangkan dengan

siswa kelompok B dan mereka saling memberikan informasi tentang jawaban dari kelompok a dan kelompok B.

e. pada akhirnya, pasangan siswa tadi dapat menjawab secara utuh dari semua bacaan 1 dan 2.

f. Guru memberikan umpan balik.

Variasi 8: Mind Maps (Peta Pikiran/Ingatan)a. Memilih topik untuk pemetaan pikiran; misalnya tentang

hutan, kalau dipetakan akan muncul segala yang berkaitan dengan hutan; pohon, binatang, air, tanah dan kata-kata tersebut masih bisa dipetakan lagi.

b. Mendorong siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang telah dipetakan tersebut bahkan siswa bisa saling membagi peta pikiran tersebut.

c. Memilih kalimat mana yang akan didahulukan dan kalimat mana yang akan ditulis kemudian.

d. Setelah tersusun, siswa menambahkan kata atau frase untuk menjadikan kalimat-kalimat yang telah disusun saling ber-kaitan bentuk bahkan makna.

e. untuk lebih baik lagi, siswa mengecek tulisannya dari ke-salahan-kelasahan dalam tata bahasa, pemilihan kosa kata, makna, bahkan tanda bacanya sebelum diserahkan kepada guru.

f. Suruhlah siswa untuk saling membagi peta pikirannya.

Page 59: An Introduction to English Learning and Teaching

An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 105 104 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology

A. Pembelajaran Keterampilan Menyimak (Teaching Listening Skill) 1. Pendahuluan

Keterampilan berbahasa mencakup menyimak (listening), bercakap (sepaking), membaca (reading), dan menulis (writing). Keterampilan menyimak dan membaca dikategorikan ke dalam keterampilan reseptif (receptive skills) sedangkan keterampilan berbicara dan menulis dikategorikan ke dalam keterampilan produktif (productive skills).

Setiap keterampilan berbahasa tersebut saling berkaitan dan saling mendukung satu sama lain. Kemampuan satu keterampilan seperti menyimak akan membantu seseorang untuk berbicara dan kemampuan berbicara dengan baik akan mendukung kemampuan membaca dan menulis begitu juga sebaliknya.

Keterampilan menyimak mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa. Seseorang tidak bisa meng-ucapkan sesuatu yang baru apabila dia tidak pernah mendengar sebelumnya. Begitu juga keterampilan menyimak sangat berperan dalam mendukung keterampilan lainnya yaitu membaca dan menulis.

Meskipun keterampilan menyimak dikategorikan sebagai ke-terampilan reseptif dan dianggap lebih mudah dibanding dengan yang lainnya namun pada kenyataannya keterampilan ini kurang menjadi perhatian yang maksimal dari para guru bahasa sehingga hasilnya kurang memuaskan. Hal ini bisa dilihat dari nilai yang diperoleh dari evaluasi pembelajaran bahasa seperti TOeFL atau

BAB IV

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BAHASA INGGRIS

Page 60: An Introduction to English Learning and Teaching

106 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 107

TOaFL, ketererampilan menyimak mendapatkan skor yang paling rendah dibanding dengan skor untuk keterampilan bahasa lainya.

Kalaupun pembelajaran menyimak itu dilakukan oleh para guru atau instruktur bahasa, hal tersebut hanya dilakukan dalam bentuk imitative atau reactive yaitu guru hanya menitikberatkan bagaimana siswa dapat mengulangi atau mengucapkan bahkan menulis sesuai dengan apa yang telah didengarnya. Sub ke-terampil an menyimak seperti itu dapat dikategorikan sebagai sub keterampilan menyimak paling dasar. padahal masih banyak teknik-teknik pembelajaran menyimak yang lebih menitikberat-kan pada pemahaman bahkan teknik yang lebih interaktif.

Masalah tersebut di antaranya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan para guru tentang teknik pembelajaran menyimak dan masih kurangnya materi menyimak baik dalam bentuk kaset, Cd, multimedia lainnya yang disertai dengan buku teks yang lengkap dengan latihan. Hal ini merupakan tantangan bagi guru atau pengajar bahasa inggris khususnya bagi yang ingin me-ngembangkan keterempilan menyimak.

2. Konsep dasar pembelajaran menyimakKeterampilan menyimak atau mendengar (listening skill)

adalah kemampuan seseorang dalam mencerna atau memahami kata atau kalimat yang diujarkan oleh mitra bicara atau media tertentu.

adapun Shaleh abdul Majid mengemukakan bahwa ke-terampilan menyimak adalah kemampuan menganalisa simbol-simbol bahasa ke dalam makna-makna yang dimaksud oleh pembicara tanpa ada tambahan atau pengurangan.

Kemampuan menyimak dapat dilakukan dengan latihan yang terus menerus untuk mendengarkan perbedaan bunyi unsur-unsur kata (fonem) dengan unsur-unsur lainnya berdasarkan makhraj huruf yang benar baik langsung dari penutur aslinya maupun melalui rekaman.

Meskipun demikian, dalam praktik komunikasi yang sebena-rnya, seseorang dalam memehami pesan yang disampaikan oleh

mitra bicara sering mendapatkan gangguan baik gangguan yang be-rasal dari si pembicara itu sendiri seperti bunyi bahasa yang kurang jelas diucapkan karena sakit atau struktur bahasa yang kacau maupun dikarenakan ada gangguan dari luar seperti lingkung an yang ramai dimana komunikasi itu terjadi sehingga banyak suara yang dapat didengar selain pesan yang disampaikan oleh mitra bicara. Kalau hal tersebut terjadi maka dapat diper kirakan pesan yang disampaikan dapat terganggu sehingga penerima pesan atau pendegar tidak dapat mendengarkan pesan dengan baik atau dapat mengakibatkan kepada kesalahpahaman.

Menurut abdul Chaer dan Leonie agustina (2004:20), berlangsungnya proses komunikasi bahasa dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. proses Komunikasi

dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses komunikasi ganguan tersebut dapat terjadi ketika proses penyampai an pesan oleh si pembicara dan dapat terjadi juga ketika proses penerimaan pesan oleh si pendengar. Hal ini dapat mempengaruhi umpan balik yang disampaikan oleh si pendengar atau si penerima pesan.

dengan latihan yang terus menerus kendala-kendala dalam

Page 61: An Introduction to English Learning and Teaching

108 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 109

berkomunikasi khususnya dalam menyimak dapat diatasi. namun pada kenyataannya menyimak adalah keterampilan berbahasa yang hingga sekarang agak diabaikan dan belum mendapat tem-pat yang sewajarnya dalam pembelajaran bahasa. Masih kurang sekali materi berupa buku teks dan sarana lain, seperti rekaman yang digunakan untuk menunjang tugas guru dalam pengajaran menyimak.

Sebagai salah satu keterampilan reseptif, ketrerampilan me-nyimak menjadi unsur yang harus didahulukan dalam pembela-jarannya. Memang secara alamiah, manusia pertama kali mema-hami bahasa orang lain melalui pendengaran atau ke terampilan menyimak.

3. Fase-fase pembelajaran menyimaka. Fase pengenalan

pada fase pengenalan ini guru mengawali pembelajaran dengan pengenalan (identifikasi) bunyi bahasa. Tahap peng-enal an ini sangat penting dilakukan karena sistem bunyi ba-hasa indonesia berbeda dengan sistem bunyi bahasa inggris. Oleh karena itu, guru hendaknya memperkenalkan bunyi ba-hasa inggris yang mempunyai kesamaan bunyi dengan bahasa anak didik. Bahkan guru dapat menganalogikan huruf-huruf inggris tertentu dengan kata-kata yang ada dalam bahasa indonesia. Kemudian pengenalan ditingkatkan pada bunyi-bunyi bahasa inggris yang tidak ada dalam bahasa anak didik.

Teknik yang biasa digunakan pada fase ini adalah guru memberikan contoh atau menyebut-kan bunyi-bunyi bahasa tersebut kemudian peser-ta didik mengikutinya. Se-lain itu dapat juga dengan menggunakan alat bantu seperti kaset atau Cd juga dapat meringankan guru

dan dapat menghindari dari kesalahan-kesalahan ucapan. Hal ini dapat dilakukan dengan latihan berulang-ulang se-hingga peserta didik dapat mem bedakan unsur-unsur fonem yang hampir sama. Latihan-latihan menyimak dengan meng-gunakan teknik peng ontrasan pasangan ucapan suatu kata yang hampir sama disebut contrastive pairs atau minimal pairs.

Teknik lain yang dapat digunakan pada fase pe ngenalan yaitu guru me nyebut kan kata atau kalimat sederhana dan siswa diminta untuk mengulanginya meskipun siswa tersebut tidak memahaminya. Teknik ini oleh Brown (2001: 255) disebut reactive dan intensive.

b. Fase pemahaman permulaanpada fase ini siswa diajak untuk memahami ungkapan

sederhana yang disampaikan oleh guru atau temannya yang didahului dengan hanya respon fisik dan kemudian respon lisan sederhana (diane Larsen-Freeman, 1989: 109). Teknik ini juga direkomendasikan oleh Brown yang disebut dengan teknik responsive.1) Respon Fisik: teknik ini sama dengan metode Total Physi-

cal Response (TPR) yang dikembangkan oleh prof. James asher seorang psikolog dari San Jose State College, Cali-fornia, amerika serikat pada pertengahan tahun 60-an yaitu metode yang melatih pemahaman terhadap kalimat perintah (Mahyuddin, 2010: 97). stand up!sit down!come in!jump!run!squat!keep smile!up your hand!clap your hand!wave your hand!drop your pen!

Page 62: An Introduction to English Learning and Teaching

110 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 111

push the table!touch your head!cross your pinger!walk one step ahead!open the book!close the door!write your name!put your pen on the table!draw two houses on the whiteboard!stand up in front of the classroom!

take pencil in your school bag, put it in your pocket, give it to your friend sitting beside the window!

open the window, move the chair on which you sit in front of the blackboard, sit on it and cross your legs!

2) Respon lisan sederhana terhadap ungkapan yang disam-paikan oleh orang lain

I am fine, thank

respon terhadap ungkapan

Good morning, how are you?

I’m all right, Ahmad. Thank you

Hello Rahma. How are you?

Yes, sureCan you give me more sugar, please?

With pleasureCan you give me more soya souce, please?

CertainlyCan you give me chocolate and sugar, please?

That’s all rightI’m sorry for breaking your pencil!

c. Fase pemahaman pertengahanKegiatan pembelajaran yang ditekankan pada fase ini

adalah dengan memberikan beberapa pertanyaan baik secara lisan maupun tulisan kepada siswa. adapun kegiatan tersebut di antaranya adalah:1) Guru membacakan bacaan pendek atau memutar

rekam an. Setelah itu guru memberikan pertanyaan menge nai isi bacaan. Biasanya hanya pada aspek-aspek penting saja, misalnya: nama, tanggal, tempat, pekerjaan dan ide pokok. Contohnya:

It was Sunday. Ahmad never get up early on Sunday. he sometimes stay in bed until lunch time. Last Sunday he got up very late. he looked out of the window. It was dark out side. ‘What a day!’ hethought. ‘ It’s raining again. ‘Just then, the telephone rang. It was his aunt Lucy. ‘I’ve just arrived by train,’ she said. I’m coming to see you.’

‘But I’m still having breakfast, ’he said ‘What are you doing? She asked.

‘ I’m having breakfast, ’herepeated.

Page 63: An Introduction to English Learning and Teaching

112 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 113

‘Dear me, ’she said. Do you always get up so late? It’s one o’clock!

Answer these questions in not more than 50 words!a. Did he get up early last Sunday, or did he get up late?b. Who telephoned then?c. Had she arrived by train, or had she come on foot?d. Was she coming to see him or not?e. Did he say, ‘I’m still having breakfast’, or id he say,’ I’m

still in bed’?f. Was his aunt very surprised or not?

2) Guru memutar rekaman percakapan. Selanjutnya guru memberikan beberapa pertanyaan misalnya tentang; apa isi percakapan, siapa yang berbicara, di mana mereka berbicara, bagaimana nada bicara mereka (gembira, sedih, heran, marah, dan sebagainya). Contohnya:

Lady 1 : Excuse me.

Lady 2 : Yes?

Lady 1 : Are you going to serve me? I want a coat.

Lady 2 : I’m sorry. I can’t serve you.

Lady 1 : Of course you can serve me. That’s your job.

Lady 2 : It’s not my job. I want a coat, too. I’m customer. I’m not a shop-assistant!

Kemudian guru memberikan beberapa pertanyaan sebagai berikut:Who are the speakers?(two customers; lady 1 and lady 2)Where does the conversation take place? (in a shop)

3) Guru membacakan sebuah percakapan atau memutar rekaman yang pembicara yang satu dikosongkan dan siswa mengisi jawaban tersebut sesuai dengan kemampuannya

atau hanya memilih jawaban yang sudah disediakan. Contohnya:Complete the dialogues below with correct expressions.

Ahmad : ....Faisal : Very well, thank you.

Ihsan : Good morning.Burhan : ....

Andi : How are you doing?Wawan : .....

Adib : See you tomorrow.Nuri : ....

Dewi : Take care.Hasnah : ....

Contoh lain:

Grandpa : Robbie? Are you in there?Robbie : ...........................................Grandpa : Why the loud music?Robbie : ...........................................Grandpa : Inspiration? Are you going to paint a picture or something?Robbie : ...........................................Grandpa : Oh. No ideas, huh?Robbie : ...........................................Grandpa : Too many? Is that a problem?Robbie : ...........................................Grandpa : A thousand! That sound like a lot of to me.Robbie : ...........................................Grandpa : Oh I see.Robbie : ...........................................Grandpa : Sure. If you’re sick, call a doctor. If your house is on fire, call a fireman. If you have to write something ….

Page 64: An Introduction to English Learning and Teaching

114 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 115

Robbie : ...........................................Grandpa : That’s it.Robbie : ...........................................Grandpa : Who?Robbie : ...........................................Grandpa : Let me turn down the music for you.Robbie : ...........................................Grandpa : My pleasure.

a. Come on in, Grandpa.b. For inspiration.c. No. It’s for my article. For the newspaper.d. Wrong. Too many ideas!e. It is if you have to put them all in one article, and you

can use only a thousand words.f. It isn’t a lot, not if you want to describe the Navajo

reservation.g. Do you have any ideas?h. Call a writer!i. Bill MacDonald.j. Thanks grandpa.k. The reporter Bill MacDonald. I talked to him at the

newspaper. He’ll remember me. I’ll call right now.

d. Fase pemahaman lanjutan Kegiatan yang diberikan kepada siswa pada fase ini

adalah latihan untuk mendengarkan berita, pidato, kuliah umum, berita dari radio dan TV. Setelah mendengarkan siswa diberikan tugas untuk menjawab beberapa pertanyaan baik secara lisan maupun tulisan. Membuat catatan-catatan selama mendengarkan adalah kegiatan yang dapat dilakukan untuk dapat memahami poin-poin dari materi yang didengarkan. Berikut adalah contoh dari kegiatan untuk fase ini:1) Guru memutar rekaman ceramah umum yang di sampai-

kan oleh salah satu tokoh tentang tema tertentu. Siswa mendengarkan dan mencatat hal-hal penting dari

ceramah tersebut. Guru dapat mengulangi rekaman ter-sebut sampai dengan 2 atau 3 kali. Setelah itu, beberapa siswa menyampaikan apa yang telah didengarkan ber-dasarkan poin-poin yang telah dicatat. Kegiatan terakhir, guru memberikan umpan balik terhadap apa yang telah di dengar dan disampaikan secara lisan oleh beberapa siswa khususnya aspek bahasa dan aspek pemahaman.

2) Guru merekam beberapa kegiatan tertentu, seperti diskusi, debat, atau pidato. Hasil rekaman tersebut diperdengar-kan kepada siswa. Setelah siswa mendengarkan rekaman tersebut, guru meminta siswa untuk memberikan tang-gapan terhadap rekaman tersebut.

3) adapun menurut Brown, kegiatan menyimak pada tingkat lanjutan ini dapat berupa kegiatan menyimak interaktif. Menyimak interaktif artinya selain siswa mendengarkan juga siswa memberikan tanggapan secara aktif, misal-nya kegiatan diskusi, debat, percakapan panjang dan kompleks. Maka dalam hal ini kegiatan menyimak dan bercakap adalah dua keterampilan berbahasa yang tidak dapat dipisahkan bagaikan dua sisi mata uang yang ber-beda tetapi tidak dapat dipisahkan.

Brown (2001: 255) menjelaskan bebarapa kegiatan me-nyimak di dalam kelas adalah:1) Reactive; menyimak terhadap bentuk luar dari sebuah

ungkapan atau kalimat yang diperdengarkan untuk diikuti pengucapannya;

2) Intensive; kegiatan menyimak yang memfokuskan pada komponen-komponen seperti, bunyi, kata, intonasi, tekanan, dan struktur kalimat. Contohnya: guru meng-ulang-ulang dalam mengucapkan kata atau kalimat yang disertai dengan intonasi, tekanan dan ritme yang benar dan sesuai dengan konteksnya supaya siswa terbiasa dengan kata atau kalimat tersebut.

3) Responsive; menyimak pada pembicaraan atau penjelasan guru dan berlatih untuk bertanya, memberikan komentar,

Page 65: An Introduction to English Learning and Teaching

116 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 117

mengklarifikasi, mengungkapkan setuju atau tidak setuju.4) Selective; menyimak untuk menemukan informasi penting

dari sebuah pidato, berita, cerita, dialog serta menyimak untuk mengetahui nama orang atau tokoh, tanggal, tempat, peristiwa, ide pokok dan kesimpulan.

5) Extensive; menyimak kuliah umum dan dialog panjang dengan pemahaman yang komprehensif.

6) Interactive; menyimak terhadap semua bentuk kegiatan termasuk yang sudah disebutkan di atas dan secara aktif dapat berpartisipasi, seperti partisipasi dalam debat, diskusi, dialog, bermain peran dan dalam kegiatan lain-nya baik dalam bentuk bepasang-pasangangan maupun kelompok.

4. Teknik pembelajaran aktif menyimak (listening)Teknik pembelajaran aktif pada dasarnya adalah serangkai an

upaya yang dilakukan oleh pengajar bahasa inggris untuk mem-buat proses pembelajaran sesuai dengan konsep yang sebenarnya. Sebuah proses pembelajaran pada dasarnya adalah harus mampu menciptakan kondisi yang memungkinkan para siswa belajar. dalam pembelajaran aktif, peranan pengajar bukanlah satu-satunya narasumber dan paling banyak menggunakan waktunya di dalam kelas. Guru lebih berperan sebagai fasilitator, mendampingi, memberikan arahan dan memotivasi siswa agar dapat belajar den-gan baik dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan (Makruf, 2009: 100).

dalam tulisan ini dikemukakan tiga strategi pembelajaran aktif:

a. Teknik 1Teknik ini bertujuan untuk melatih kemampuan men-

dengarkan bacaan dan memahami isinya secara global. dalam teknik ini yang dibutuhkan adalah rekaman bacaan dan potongan teks yang terkait dengan isi bacaan. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:1) Guru membagikan potongan teks yang dilengkapi dengan

alternatif jawaban benar dan salah (B/S).

2) Guru memperdengarkan bacaan melalui kaset atau Cd dan siswa ditugaskan untuk menyimaknya dengan seksama.

3) Setelah bacaan selesai, siswa diminta membaca pernyata-an-pernyataan yang telah dibagikan, kemudian mem-berikan jawaban benar atau salah terhadap pernyataan tersebut. Jika pernyataan tersebut sesuai dengan isi bacaan maka jawabannya adalah benar dan sebaliknya jika pernyataannya tidak sesuai dengan isi bacaan maka jawabannya salah.

4) Guru meminta masing-masing siswa untuk menyampaikan jawabannya.

b. Teknik 2Teknik ini lebih menekankan pada aspek kemampuan

memahami bacaan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mengiringi setiap bacaan tersebut. Langkah-langkahnya sebagai berikut:1) Guru memperdengarkan teks yang sudah direkam dalam

kaset atau Cd.2) Guru meminta siswa untuk mendengarkan dan mencatat

hal-hal penting.3) Guru meminta siswa untuk menjawab soal-soal yang

mengiringi teks bacaan tersebut. 4) Guru meminta siswa untuk menyampaikan jawabannya.5) Guru memberika klarifikasi atas jawaban siswa.

Variasi lain dapat dilakukan adalah dengan memberikan tugas pada setiap kelompok kecil untuk mendengarkan dan mencatat hal-hal penting dan menjawab pertanyaan-pertanya-an secara kelompok serta mempresentasikan jawabannya oleh utusan setiap kelompok. Bagi kelompok yang dapat menjawab dengan benar maka dianggap pemenangnya. Bentuk kegiatan seperti ini dapat menumbuhkan sikap kerjasama dan kompe-tisi sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar khususnya bagi siswa yang masing kurang kemampuan bahasanya.

Page 66: An Introduction to English Learning and Teaching

118 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 119

c. Teknik 3Teknik ini tidak hanya menekankan pada aspek kemam-

puan memahami isi bacaan, tetapi juga kemampuan untuk mengungkapkan kembali apa yang sudah didengarkannya dengan bahasa sendiri. Langkah-lanhkahnya sebagai berikut:1) Guru memperdengarkan teks bacaan yang sudah direkam.2) Siswa diberikan tugas untuk mencatat kata-kata kunci

sambil mendengarkan.3) Setelah selesai, siswa diminta untuk mengungkapkan

kembali isi bacaan tersebut dalam bentuk lisan maupun tulisan.

4) Guru meminta siswa untuk menyampaikan hasilnya di depan kelas.

5) Memberikan klarifikasi terhadap pemahaman siswa.

Selain dari teknik pembelajaran menyimak di atas, terdapat va-riasi lainnya yang dapat dilakukan oleh seorang guru, di antara nya:

Variasi 1a. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok (setiap

kelompok maksimal 5 siswa).b. Selanjutnya guru membagikan teks cerita (narrative text)

kepada masing-masing kelompok di mana teks tersebut ada bagian dikosongkan (fill in the blank).

c. Kemudian guru memperdengarkan cerita yang ada di dalam teks tersebut dan meminta siswa mengisi bagian yang kosong dari teks tersebut berdasarkan dari cerita yang didengarkan.

d. Setelah cerita tersebut diperdengarkan (maksimal 5X) maka setiap perwakilan kelompok diminta untuk membaca hasil dari apa yang telah didengar kemudian dikoreksi bersama-sama dengan mendengarkan kembali cerita tersebut.

e. dan jika waktu masih memungkinkan kelompok yang paling banyak kesalahan diberi hukuman berdasarkan kesepakatan kelas/kelompok dengan yang paling sedikit kesalahannya.

Variasi 2a. pertama-tama guru membagi kelas kedalam beberapa kelom-

pok dimana dalam setiap kelompok terdiri 4 atau 5 orang,b. Kemudian guru memberikan penjelasan mengenai prosedur

pembelajaran tersebut,c. Setelah itu setiap perwakilan kelompok diminta untuk ke

depan memilih materi bacaan yang telah disediakan guru didalam kertas yang telah digulung-gulung sebanyak 5,

d. Kemudian siswa diminta untuk menerjemahkan bacaan tersebut kurang lebih 10 menit

e. Kemudian guru menunjuk secara acak kelompok untuk mem-bawakan materi yang di pilih dan dibacakan (seperti pembawa berita) dimana bacaan tersebut ditujukan pada kelompok yang lain dan kelompok yang lain tersebut diminta untuk menyimak dan menyimpulkan inti dari bacaan tersebut serta memberikan saran dari bacaan tersebut,

f. Setelah itu guru menunjuk setiap kelompok selain pembaca berita untuk memberikan kesimpulan dan saran dari bacaan tersebut.

g. Setiap sesi memberikan kesimpulan dan saran, hasil kesimpul-an dan saran tersebut dikumpulkan ke guru dan kemudian dilanjut kelompok selanjutnya untuk membawakan bacaan mereka dan seterusnya.

Variasi 3a. Guru mengambi teks tulis narrative dan memotongnya menjadi

beberapa bagian sesuai jumlah siswa.b. Setiap siswa mendapatkan satu bagian dari cerita tersebut.c. Setelah membaca bagian tersebut, siswa kemudian berkeliling

ruang kelas dan sambil mendengarkan setiap bagian bagian teks yang dibaca keras oleh teman lainnya.

d. Sambil mendengarkan bagian teks yang dibaca teman lainnya, siswa menentukan posisi bagiannya dalam cerita tersebut.

e. Kemudian siswa harus menyusun secara urut bagian-bagian tadi menjadi teks yang utuh.

Page 67: An Introduction to English Learning and Teaching

120 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 121

f. Selanjutnya siswa membacakan cerita tersebut.g. dan guru mencocokan, apakah cerita tersebut sudah sesuai

urutannya.

Variasi 4a. Guru menjelaskan kepada siswa bahwa pembelajaran khusus

hari ini adalah listening dalam bentuk games.b. Guru membagi siswa ke dalam 3 kelompok dan dalam 1 ke-

lompok bisa terdiri dari 10 siswa.c. Setelah itu guru menyuruh siswa untuk membuat barisan

dalam setiap kelompok lalu ada perwakilan setiap kelompok untuk maju ke depan.

d. Setelah itu guru mengucapkan 1 kalimat kepada setiap per-wakilan kelompok yang tadi,, dan guru hanya mengucapkan-nya sebanyak 3 x.

e. Kemudian dari kalimat tadi ,siswa di suru untuk menyam-paikannya kepada temannya satu persatu dengan menepuk punggungnya yang tdi nya menghadap ike belakang, kemudian siswa yang kedua menyampaikan kepada siswa yang ke 3 dan itu di lakukan hingga sampai siswa paling di belakang,

f. Guru harus menginstruksikan bahwa tidak ada suara tambah-an atau keributan ketika pembelajaran berlangsung.

g. Kemudian dari siswa yang paling ujung tadi menyebutkan dengan suara keras terhadap kalimat yang tadi di sampaikan melalui bisikan dari teman ke teman.

h. Siswa yang berhasil menjawab benar bisa di berikan reword sedangkan yang gagal bisa di berikan tugas seperti menghapal kosa kata

i. pembelajaran ini dapat di lakukan 2 atau 3 kali untuk melatih pendengar siswa.

Variasi 5a. Kelas dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama

berpura-pura menjadi wartawan, sedangkan kelompok kedua berpura-pura menjadi artis.

b. Meminta kelompok pertama membuat beberapa pertanyaan dalam bahasa inggris. Jika mereka mengalami kesulitan, bantu-lah membuat pertanyaan. Contoh pertanyaan seperti di bawah ini: What do you do for living? do you like your job? How long have you worked? What do you like most with your job?

c. Meminta kelompok pertama melakukan wawancara kepada kelompok kedua. Beri waktu lima hingga sepuluh menit ke-pada siswa untuk menyelesaikan tugasnya.

d. Selesai sesi wawancara, waktunya berganti peran. Kali ini kelompok pertama menjadi artis dan kelompok kedua menjadi wartawan.

e. Meminta siswa membuat laporan sederhana tentang orang yang diwawancarai.

f. Meminta 2 siswa membaca laporan yang telah dibuatnya. dalam kegiatan ini, guru hanya bertugas memonitor aktivitas siswa. Guru memperhatikan dan mendengarkan beberapa kekeliruan pengucapan bahasa inggris yang dibuat siswa.

Variasi 6a. Guru memperdengarkan rekaman tentang tiga orang yang

sedang mendiskusikan suatu topik.b. Guru menyiapkan tiga tugas, setiap tugas memfokuskan satu

dari ketiga pendapat yang berbeda tadic. Siswa kemudian dibagi menjadi tiga kelompok a, B, dan C dan

setiap kelompok mendengarkan rekaman sambil mengerja-kan tugas yang sudah disiapkan tersebut dan fokus pada satu pendapat yang berbeda tersebut.

d. Kelompok siswa kemudian disusun kembali menjadi kelompok yang terdiri satu siswa berbeda dari kelompok a, B, dan C.

e. Kelompok baru ini kemudian bermain peran mendiskusikan topik yang sama menggunakan informasi yang sudah mereka dapatkan dari kegiatan mendengarkan tadi.

f. Guru memberikan masukan atas kinerja siswa.

Page 68: An Introduction to English Learning and Teaching

122 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 123

Variasi 7a. Guru menyiapkan audio berisi huruf, kata, phrase, dan clause.b. pertama guru memutar audio tentang huruf dan siswa menulis

apa yang mereka dengarkan.c. Kemudian setelah itu guru memutar yang berupa kata dan

frase dan siswa menulisnya.d. Kemudian guru memutar audio yang berupa kalimat dan siswa

menulisnya e. Kemudian yang terakhir siswa dilatih mendengarkan teks

1 sampai 2 paragraf dan siswa menjawab pertanyaan dari paragraph tersebut.

f. Guru memberikan pekerjaan rumah yaitu mendengarkan lagu dan mereka menulis semua kosakata yang mereka ketahui.

Variasi 8a. Sebelum memulai pelajaran,guru menyiapkan beberapa

lembar teks yang berupa lirik sebuah lagu yang tidak lengkap dalam bahasa inggris.

b. Teks tersebut dibagikan kepada masing-masing siswa.c. Kemudian guru menyiapkan sebuah audio dan memutarkan

lagu yang sesuai dengan lirik yang telah di siapkan.d. Siswa menyimak dan mendengar lagu yang diputar dengan

saksama.e. Guru menyuruh siswa untuk mengisi teks yang berupa lirik

lagu tersebut sesuai dengan apa yang didengarnya.f. Guru mengulang memutar lagu tersebut sampai 2 atau 3 kali.g. Guru memeriksa pekerjaan siswa satu per satu,dan mengoreksi

jika ada yang tidak cocok.h. Terakhir guru memutar kembali lagu tersebut, kemudian

menyanyi bersama dengan siswa.

Selain dari teknik-teknik yang telah dijelaskan di atas masih terdapat teknik-teknik lainnya yang dapat dikembangkan menjadi suatu teknik yang menarik dan efektif. dari satu metode dapat dikembangkan menjadi teknik-teknik pembelajaran yang berva-riasi. Oleh karena itu kreatifitas guru sangat dibutuhkan dalam pengembangan tersebut.

5. Laboratorium bahasa sebagai media pembelajaran menyimak (listening)

Laboratorium bahasa adalah salah satu media yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa as-ing termasuk bahasa ing-gris. Secara umum, labora-torium bahasa terdiri atas alat (tools) yang dileng-kapi dengan earphone dan tape recorder. Meskipun pembelajaran di laboratorium tetap dilakukan di dalam suatu ruangan namun keberadaannya tetap memiliki kelebihan di banding dengan ruan-gan kelas lainnya khususnya dalam pengembang an keterampilan menyimak dan berbicara.

Laboratorium sampai saat ini telah meng alami perkembangan dari aspek peralatan sehingga mempengaruhi kegiatan yang dapat dilakukan, seperti laboratorium yang hanya dilengkapi per alatan audio maka ke giatan yang dapat dilakukan adalah aktivitas au-dio tetapi laboratorium yang sudah dilengkapi dengan peralatan audio-visual seperti televisi, LCd, VCd player maka kegiatan pembelajaran di laboratorium akan semakin bervariasi yang tidak hanya aktivitas audio tetapi juga visual secara bersamaan.

Secara umum menurut Rasyid & nur (1997: 180) kegiatan di laboratorium bahasa dapat dioperasikan dalam empat cara sebagai berikut:1. Broadcast (Group Study) Operation

program didistribusikan kepada setiap siswa melalui console. dengan demikian siswa dapat memilih sendiri program yang disenangi. Guru/instrukturlah yang menentu-kan program siswa.

2. Library Operation Laboratorium bahasa sebagai sebuah perpustakaan di

mana siswa dapat memilih dan menentukan sendiri yang ingin dipelajari. untuk mengoperasikan semacam ini sebuah laboratorium bahasa harus memiliki sejumlah program dan

Page 69: An Introduction to English Learning and Teaching

124 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 125

materi yang bervariasi baik dalam bentuk software, Cd, kaset dan lain-lain sehingga siswa dapat menyelesaikan tugasnya sendiri-sendiri dan sesuai dengan kemampuan dan kecepatan-nya sendiri tanpa mengganggu siswa lainnya yang sedang belajar (mungkin dengan program yang sama atau program yang berbeda).

3. Dial Access OperationCara ini memungkinkan siswa untuk menggunakan

Broadcast System sesuai dengan pilihan mereka, dengan jalan menekan tombol pada booth mereka (tidak meminjam kaset). program yang mereka inginkan akan muncul secara otomatis setelah nomor ditekan melalui tombol.

4. Combination Operation Cara penggunaan laboratorium bahasa seperti ini adalah

yang paling efektif karena merupakan gabungan antara broadcast dan library operation. pengelolaan dengan cara ini memungkinkan siswa melakukan lebih banyak kegiatan di laboratorium bahasa di mana selain guru dapat melakukan pengajaran juga siswa dapat melakukan berbagai kegiatan belajar secara mandiri dengan materi yang bervariasi sesuai dengan yang mereka minati.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di laboratorium bahasaTerdapat beberapa kegiatan yang dapat dilakukan di

laboratorium bahasa yang secara umum dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu, kegiatan pembelajaran bahasa dan kegiatan penelitian bahasa. Yang pertama adalah kegiatan yang umum dilakukan namun yang kedua masih jarang dilakukan baik oleh para peneliti maupun guru. Kegiatan yang dikemukakan berikut ini hanyalah sebagian dari sekian banyak kegiatan yang mungkin dapat dilakukan di laboratorium bahasa. a. Kegiatan belajar-mengajar bahasa

Secara singkat, berikut ini dikemukakan 10 macam ke giatan belajar mengajar bahasa yang dapat dilakukan di laboratorium bahasa, yaitu:

1) MendengarkanKegiatan ini dilakukan dengan cara mendengarkan

rekaman bahasa (sasaran) yang dipelajari di laborato-rium bahasa. Kegiatan belajar semacam ini bermanfaat terutama sekali untuk membedakan/membandingkan bunyi, kata, frasa, dan kalimat, serta mendengarkan contoh-contoh percakapan, cerita, puisi atau rekaman siaran. Rekaman tersebut dapat dalam bentuk monolog, dialog atau diskusi. Kegiatan tersebut merupakan latihan yang paling dasar dan sederhana karena siswa masih be-rada tahap pengenalan belum melakukan kegiatan yang responsif dan interaktif.

2) MenirukanMeniru atau memodel pelafalan penutur asli

bahasa sasaran adalah kegiatan belajar bahasa yang esensial. Latihan menirukan atau latihan memodel dapat berupa latihan menirukan bunyi lepas, kata, frasa, dan kalimat. pada latihan ini siswa dapat mendengarkan dan menirukan tekanan suara, intonasi kalimat, ritme, dan semacamnya.

Kalimat yang panjang dipotong-potong menurut kelompok pengertian. pengulangan sebaiknya dimulai dari potongan yang paling akhir (backward build up) kemudian disatukan dengan bagian sebelumnya secara berturut-turut. dengan cara semacam ini, siswa tertolong untuk mendengar dan mengulang semua bagian-bagian kalimat dengan jelas.

Kegiatan seperti ini menurut douglas Brown adalah kegiatan menyimak yang masih merupakan reactive dan intensive, artinya siswa hanya mendengarkan struktur luar dari suatu komponen bahasa dan menirukannya kembali sesuai dengan apa yang telah didengarnya.

3) Latihan polaKegiatan ini hampir sama dengan kegiatan sebelum-

nya di mana siswa mendengarkan rekaman bahasa namun

Page 70: An Introduction to English Learning and Teaching

126 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 127

ditambah dengan latihan pola kalimat dengan model subsitusi (sentence pattern drill with substitution models). dengan kata lain, siswa mengulangi tuturan dari suara model dengan substitusi bagian-bagian tertentu kalimat (dapat berupa kata, frasa, atau konstruksi kalimat itu sendiri) sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Misalnya, jika yang didengarkan adalah kalimat berikut:

Lady 1 : Excuse me.

Lady 2 : Yes?

Lady 1Are you going to serve me? I want a coat.

Kemudian siswa diminta untuk mengulangi dengan mengubah kata a coat diganti dengan kata-kata berikut: shirt, shoes, bag, pen, etc.

4) Latihan menyimakLatihan menyimak ini diberikan melalui wacana

rekaman. untuk mengukur pemahaman siswa terhadap isi wacana tersebut mereka diberikan sejumlah pertanyaan untuk dijawab.

Misalnya, jika materi yang didengarkan adalah se-bagai berikut:

a H o u s e C a l l 2

philip : alexandra? ellen?alexandra : dr. Stewart is here!ellen : You lie there quietly. i’ll go get the door.philip : (he enters) . Hi, ellen. How’s the patient?ellen : Oh, philip! She’s not feeling well. We’re just happy you’re here.philip : So, young lady, tell me about it. Where does it hurt?alexandra : everywhere. i ache all over. The room seems to be spinning when i stand up.

philip : i see. now, please open your mouth and say, “aaaah”alexandra : aaaah.philip : Your throat looks sore. ellen, could you please get a thermometer from my black bag?ellen : (she opens his medical bag and gives him a thermometer.) Here you are.philip : Thank You. now, alexandra, keep this under your tongue.alexandra : OK. Mrs. Stewart, may i have an extra blanket?ellen : Of course, dear. Here’s one. You must be cold.alexandra : i have chills when……philip : uh-uh. no talking. Keep that thermometer in your mouth.ellen : What do you think, philip? What does she have?philip : The flu. it’s not a serious illness, alexandra. But you must take it easy for a few days. (Alexandra mumbles something)ellen : She doesn’t understand you. What do you mean by “take it easy”?philip : By “take it easy,” i mean relax, rest. Stay in bed for three to five days. (Alexandra mum-

bles something else)ellen : She looks pretty disappointed.philip : She’ll continue to feel weak for another few days after that. now let’s check that tem- perature.alexandra : i can’t take it easy. not now!philip : But your temperature is 103 degrees.alexandra : (disappointed) Qh, why me?ellen : alexandra, what’s wrong?alexandra : The foreign-student program is taking a trip to Washington, d.C. and i’m supposed to go.

Page 71: An Introduction to English Learning and Teaching

128 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 129

philip : Maybe you’ll be all better by then. When is the trip? alexandra : it’s tomorrow. i really want to go.ellen : (suddenly) Well, here’s an idea. i have to go to Washington, d.C., sometime soon. if it’s all right with the Mollinas, you can come with me.alexandra : Really?ellen : Really. When the doctor says “OK” we’ll climb on the train, and we’ll go.alexandra : Oh, thank you! i think i feel better already.

Kemudian diikuti dengan pertanyaan yang berkaitan dengan perkcakapan di atas:Questions1. does dr Stewart come to ellen’s house? What for?2. Who will get the door?3. What does alexandra feel?4. What does ‘the room seem to be spinning’ mean?5. What activities does dr. Stewart ask alexandra to

do?6. does alexandra need more pillows? 7. What kind of illness does alexandra have according

to dr. Stewart? 8. What does ‘take easy’ mean?9. Why is alexandra disappointed?10. does alexandra go to Washington, d.C. with her

friend?

Mereka dapat pula ditugaskan untuk menerangkan materi yang telah didengarkannya, atau merangkum isi wacana tersebut baik berupa rangkuman keseluruh an wa-cana maupun rangkuman tiap-tiap bagian yang didengar.

5) Mengarang secara lisanLatihan mengarang secara lisan jarang dan sulit

dilakukan di kelas biasa, tetapi kegiatan semacam ini

mudah dan sangat bermanfaat dilaksanakan dilaborato-rium bahasa. Mengarang secara lisan ini dapat dilakukan secara perorangan, berpasangan, berkelompok atau tim, bahkan untuk seluruh kelas kalau jumlah booth memung-kinkan.

Mengarang secara lisan ini dapat berupa karang-an bebas yakni siswa sendiri yang menentukan judul karangan nya, atau dengan pemberian judul dari guru. Kalau mengarang secara lisan ini dilakukan secara berke-lompok, misalnya dengan kelompok yang terdiri atas 6 orang, setiap kelompok akan menghasilkan 6 buah karan-gan lisan yang berbeda pada waktu yang sama.

Langkah-langkah pelaksanaannya adalah sebagai berikut (untuk kelompok yang terdiri atas 6 orang siswa):1) Setiap kelompok diberikan 6 buah kaset kosong dan 6

buah judul yang berbeda antara satu dengan yang lain;2) Masing-masing anggota kelompok memulai karangan-

nya lisannya dengan merekamnya sendiri;3) Setiap lima menit (boleh setiap 10, 15, atau sesuai

kehendak guru) anggota kelompok mengadakan swap yakni memberikan rekamannya kepada salah seorang anggota kelompoknya sesuai dengan urutan yang telah ditentukan sebelumnya. Sebelum reka-man diberikan kepada yang lainnya, setiap anggota harus menekan tombol rewind pada tape-recorder-nya sehingga anggota yang menerimanya langsung dapat mendengarkannya, dan seterusnya melanjutkan karangan tersebut secara lisan. Swap ini dianggap selesai sewaktu masing-masing anggota mendapat-kan kembali kasetnya setelah kaset tersebut melalui sejumlah swap;

4) Masing-masing anggota menutup ceritanya dengan kata-katanya sendiri.

untuk memudahkan pelaksanakan swap, pengelom-pokkan dapat diatur seperti desain tempat duduk berikut:

Page 72: An Introduction to English Learning and Teaching

130 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 131

Kel. i Kel. ii

Gambar 2. Model kegiatan siswa di dalam laboratorium bahasa

Latihan mengarang secara lisan ini mengintegrasikan istimā` dan kalām/listening dengan speaking. Kegiatan meng arang secara lisan ini melatih siswa untuk meng-gunakan kemampuan convergent dan divergent thinking mereka. dalam waktu yang relatif singkat, siswa ditan-tang untuk menghubungkan sejumlah fenomena yang berbeda dari satu sama lainnya. Karena itulah latihan ini dikelompokkan ke dalam tingkat advanced.

6) Terjemahan ikutanSiswa dapat pula dilatih menerjemahkan kalimat-ka-

limat yang memiliki pola yang berbeda-beda (terjemahan dapat pula dilakukan dengan bentuk tertulis). Latih an ini berguna untuk mengetahui apakah siswa sudah me-mahami betul arti pola kalimat yang telah diajarkan, atau belum.

7) Terjemahan spontanLatihan ini merupakan kegiatan menerjemahkan

percakapan/keterangan yang terdiri atas beberapa kalimat yang memberikan suatu pengertian bulat. Bentuk yang lebih tinggi lagi ialah menginterpretasikan langsung pembicaraan/percakapan dua atau lebih orang yang melakukan percakapan. Latihan ini memerlukan peng-atur volume yang dapat mematikan suara model agar ter dengar rekaman terjemahan yang dilakukan siswa.

8) Tes lisanLaboratorium bahasa dapat digunakan untuk meng-

evaluasi hasil belajar yang menghendaki jawaban secara

lisan. Hal ini dapat memecahkan masalah ujian lisan yang banyak menggunakan waktu.

9) apresiasi sastraLaboratorium bahasa yang mempunyai koleksi

rekam an karya sastra dapat memungkinkan terlaksananya pembelajaran apresiasi sastra di LB tersebut. Siswa dapat mendengar, mengulang karya sastra seperti puisi, dan bagian novel yang indah, yang telah direkam secara baik. di samping itu siswa dapat membuat rekaman drama, komedi dan sebagainya.

10) dikteKegiatan ini adalah gabungan antara kemahiran

mendengarkan dengan kemahiran menulis imitatif atau sering disebut kegiatan dikte.

Kegiatan dikte dapat pula dilakukan di LB, baik dikte kata lepas, frasa, kalimat maupun wacana melalui sistem broadcast maupun dengan sistem library operation.

b. Kegiatan penelitian dalam laboratorium bahasaMasalah-masalah penelitian kebahasaan yang dapat

dilakukan di laboratorium bahasa adalah masalah fonetik, morfologi, sintaks, koherensi, fluency, accuracy, pronunciation yang berkaitan dengan kemahiran menyimak, berbicara dan lain-lain. di samping itu penelitian tentang pembelajaran bahasa dengan memanfaatkan laboratorium bahasa sebagai media pembelajaran, misalnya peningkatan kemampuan me-nyimak atau berbicara melalui kegiatan di laboratorium baik untuk penelitian eksperimen maupun penelitian tindakan kelas (pTK).

6. Anggapan yang salah dalam pembelajaran menyimakungkapan “Saya Tidak Punya Tape Recorder atau tidak ada

laboratorium bahasa” sehingga saya tidak mampu mengajarkan keterampilan menyimak bukanlah suatu alasan yang dapat di-terima pada saat ini. Karena inovasi dan kreatifitas guru adalah hal penting dalam pengembangan pembelajaran.

Page 73: An Introduction to English Learning and Teaching

132 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 133

Banyak guru menganggap bahwa keterampilan menyimak han-ya dapat dilakukan kalau ada tape recorder atau paling tidak radio. Bagaimanapun juga (Grant, 1989: 25) guru masih dapat melakukan berbagai kegiatan menyimak lainnya meskipun sulit mendapatkan media tersebut, seperti melakukan hal-hal sebagai berikut:a. Guru menjadi model dalam mengucapkan bunyi, tekanan,

kata, dan kalimat;b. Memberikan instruksi di dalam kelas untuk berbagai aktivitas

dengan menggunakan bahasa asing;c. Memberikan cerita atau anekdot;d. Memberikan penjelasan baik tentang bahasa maupun

masalah-masalah lain;e. Memberikan kuliah pendek;f. Memberikan pertanyaan;g. Melakukan kegiatan ‘bermain(games)’ dalam menyimak.

Contoh: duduklah!, pegang telinga sebelah kiri! dsb;h. Mendikte kata atau kalimat; i. Mempersiapkan menulis secara lisan;j. Siswa saling menyimak satu sama lain dalam situasi percakap-

an, dialog, simulasi, dan bermain peran;k. Menghadiri kuliah umum, drama, film, dsb;l. Menginterview seseorang.

7. Permainan bahasa inggris untuk menyimakpara praktisi pembelajaran bahasa inggris menganggap bahwa

permainan bahasa adalah kegiatan yang tidak hanya untuk usia anak-anak saja tetapi juga dapat dilakukan pada pembelajaran untuk usia dewasa. Berikut ini permainan bahasa yang dapat digunakan untuk pembelajaran menyimak (listening).a. Bisik berantai

permainan ini bertujuan untuk melatih kemampuan untuk menerima pesan yang dalam prosesnya mungkin terganggu oleh suara atau suasana sekitarnya. permainan tersebut dimulai dengan membagi kelas ke dalam beberapa kelompok antara 4-5 yang masing-masing kelompok terdiri

4-5 anggota. Setiap kelompok berdiri dan berbaris dengan jarak antara 1-1,5 m dan setiap anggota kelompok berjarak 1 m. Setelah setiap kelompok berada pada posisi yang di-instruksikan, maka anggota kelompok yang berdiri paling depan diminta untuk maju ke depan untuk membaca tulisan yang sudah disediakan oleh guru dan anggota kelompok yang lain tidak melihatnya. Setelah utusan setiap kelompok membaca teks dan menghafalnya maka mereka membisikkan apa yang sudah dibacanya kepada anggota kelompok nomor 2 dan anggota nomor 2 membisikkan apa yang didengar dari nomor 1 ke nomor 3. aktifitas tersebut dilakukan sampai akhir yakni anggota kelompok terakhir sudah mendengarnya dan menuliskannya di atas kertas. anggota paling akhir dari setiap kelompok membacakan apa yang ditulis dan bacaan yang sesuai dengan apa yang dibaca oleh peserta pertama maka dianggap pemenangnya.

b. apa topik pembicaraan? pada permainan ini, guru menggambarkan tentang

sifat-sifat suatu benda atau orang, karekteristiknya, tempat di mana benda itu berada kemudian siswa diminta untuk menulis benda itu.

permainan tersebut bisa juga dilakukan dengan me m-perdengarkan sebuah percakapan dalam kaset atau Cd dan guru menanyakan tentang topik percakapan yang sudah diperdengarkan.

c. Mengenali sesuatu pada permainan ini, guru meletakkan beberapa benda

kecil di atas meja seperti pensil, buku, penghapus, tas, ka-pur dan sebagainya. Kemudian guru menggambarkan atau menjelaskan sifat-sifat dari salah satu benda itu. Kemudian siswa menebaknya.

d. Teka-teki permainan ini hampir sama dengan permainan “apa topik

pembicaraan?” tetapi perbedaannya pada tingkat kesulitan bahasa yang digunakan dan ungkapan yang lebih membutuh-kan pemikiran. Contohnya:

Page 74: An Introduction to English Learning and Teaching

134 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 135

1) I do not have a husband but I have children. I am a mother of four children. I am a part of your body.

Answer: thumb2) What has a neck, but no head? Answer: bottle.3) What do tigers have that no other animals have? Answer: Baby tigers.4. Which room has no doors, no windows? Answer: mushroom.5. What has teeth but can’t bite? Answer: Comb.6. They travel all over the world but end up in the corner, what

are they? Answer: Stamps7. What’s black when you get it, red when you use it, and white

when you’re all through with it? Answer: CHARCOAL8. I know a word of letters three. Add two, and fewer there will

be? Answer: Few9. Two in a corner, 1 in a room, 0 in a house, but 1 in a shelter.

What am I? Answer: The letter10. The more you take, the more you leave behind. Answer: Footsteps11. I have a mouth on my head and eat everything. What am I? Answer: Backpack12. I live above a star but never burn. I have 11 neighbors but

they never turn. My initials are p, q, r and sometimes s. What am I?

Answer: Number 7 on a phone keypad13. If it takes one minute to boil one egg, how long it takes to boil

ten eggs? Answer: One minute. Boil only once.14. Whichever is the greater, 75% of 57 or 57% of 75? Answer: SAME

15. A basket contains 5 apples. Do you know how to divide them among 5 kids so that each one has an apple and one apple stays in the basket?

Answer: 4 kids get an apple (one apple for each one of them) and the fifth kid gets an apple with the basket still containing the apple.

16. Please list 3 numbers that when added up and multiplied, the result is still the same!

Answer: 1, 2, 3 => 1 + 2 + 3 = 1 x 2 x 317. One day, a large ship anchored in the harbor. The ship was 30

m high. And heavy rain fell that day. It turns on every hour, half a meter of water increases. The question is, How long is it going to sink the ship?

Answer: The ship will not sink, because once of sea water increased, the ship will also be lifted up.

18. An electric train slid with high speed towards the west. Train speed is 80 km / hour. From the north wind blows fast enough at 30 km / h. The question is, which way the train is blown fumes?

Answer: Electric trains do not fumes.19. What can travel around the world while staying in a corner? Answer: A stamp.20. If you have me, you want to share me. If you share me, you

haven’t got me. What am I? Answer: Secret.21. What comes down but never goes up? Answer: Rain22. What is always coming but never arrives? Answer: Tomorrow.23. Imagine you are in a dark room. How do you get out? Answer: Stop imagining24. Take away my first letter, and I still sound the same. Take

away my last letter, I still sound the same. Even take away my letter in the middle, I will still sound the same. I am a five letter word. What am I?

Answer: EMPTY

Page 75: An Introduction to English Learning and Teaching

136 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 137

25. How do you make the number one disappear? Answer: Add the letter G and it’s “GONE”26. What is something you will never see again? Answer: Yesterday27. Which vehicle is spelled the same forwards and backwards? Answer: RACE CAR

e. Menaati perintah pada permainan ini, guru memberikan perintah dan siswa

melaksanakan perintah itu. perintah tersebut dapat dimulai dari perintah sederhana kepada perintah yang lebih kompleks.

take pencil in your school bag, put it in your pocket, give it to your friend sitting beside the window!

open the window, move the chair on which you sit in front of the blackboard, sit on it and cross your legs!

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menyimak dapat dilakukan dengan berbagai teknik sehingga pembelajaran tersebut dapat berjalan dengan baik.

8. PenutupKemahiran menyimak dapat dikembangkan melalui berbagai

teknik, strategi serta media yang tepat. Sehingga pembelajaran bahasa inggris khususnya pembelajaran menyimak menjadi suatu pembelajaran yang menarik, efektif, kreatif dan menyenagkan. pada akhirnya bahasa inggris bukan lagi menjadi bahasa inggris yang membosankan dan kolot.

dengan tulisan ini diharapkan dapat memberikan pencerah-an dalam dunia pembelajaran bahasa inggris yang selama ini menjadi pembelajaran kelas kedua setelah pembelajaran bahasa asing lainnya seperti bahasa inggris, Jerman, perancis, Mandarin, Jepang dan sebagainya.

B. Pembelajaran Keterampilan Bercakap (Teaching Speaking Skill)1. Pendahuluan

Kebanyakan orang yang mempelajari bahasa asing, khususnya bahasa inggris, ingin mengembangkan kemampuannya dalam berbicara. Berbicara dengan bahasa kedua (B2) merupakan tugas yang sulit apabila kita tidak mencoba memahami hal-hal yang berhubungan dengan bahasa tersebut. Berbicara dilakukan karena mempunyai beberapa tujuan dan setiap tujuan memerlukan ke-terampilan tersendiri. Tujuan-tujuan tersebut di antaranya adalah:a. untuk berkomunikasi dengan anggota masyarakat;b. untuk berdiskusi (mengungkapkan pendapat, membujuk

seseorang, mengklarifikasi suatu informasi yang belum jelas);c. dalam situasi lain, seseorang menggunakan bahasanya untuk

memberikan instruksi, menggambarkan sesuatu, mengeluh tentang sikap orang lain, memohon, menghibur teman dengan lelucon, menjawab pertanyaan guru, bertanya dan membaca dengan suara reading aloud.

pengajaran berbicara adalah bagian yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa kedua. Kemampuan untuk berkomu-nikasi dengan bahasa kedua secara jelas dan efesien memberikan kontribusi terhadap kesuksesan siswa di sekolah dan di setiap tahapan kehidupannya baik di masyarakat, pemerintahan dan sebagainya. Oleh karena itu, hal yang sangat penting bagi guru untuk memperhatikan pembelajaran berbicara dibanding dengan keterampilan lainnya. untuk tujuan ini, maka aktivitas berbicara di dalam kelas dilakukan lebih aktif dan bermakna.

Kegiatan-kegiatan tersebut bisa dikategorikan sebagai model yang sesuai dengan real-life situation (situasi kehidupan nyata) yang dapat dikembangkan di dalam kelas sehingga pengajaran bahasa inggris menjadi lebih hidup dan menarik bagi siswa.

2. Keterampilan bercakap Seseorang dapat dikatakan mampu bercakap apabila ia dapat

mengucapkan bunyi-bunyi bahasa yang dapat dipahami oleh si pendengar (lawan bicara), menguasai kaidah-kaidah bahasa, dan mampu menggunakan kosa kata dengan tepat sesuai dengan

Page 76: An Introduction to English Learning and Teaching

138 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 139

pikiran dan situasi (konteks) di mana ia berbicara, kapan, kepada siapa, dan tentang apa (Sunendar dan iskandarwassid, 2009: 239).

Keterampilan bercakap (speaking skill) dapat juga dipahami sebagai kemampuan untuk mengungkapkan bunyi-bunyi arti-kulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran berupa ide, pendapat, keinginan, atau perasaan kepada mitra bicara. dalam makna yang lebih luas, berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar dan dilihat yang memanfaatkan se jumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia untuk menyam-paikan pikiran dalam rangka memenuhi kebutuhannya.

Secara umum keterampilan berbicara bertujuan agar para pelajar mampu berkomunikasi lisan secara baik dan wajar dengan bahasa yang mereka pelajari. namun tentu saja untuk mencapai tahap berkomunikasi, peserta didik harus melalui tahapan-tahapan aktivitas yang memadai.

Belajar berbicara bahasa asing/inggris membutuhkan penge-tahuan yang tidak hanya menyangkut masalah tata bahasa (gram-mar) dan makna (semantics) saja tetapi juga pengetahuan tentang bagaimana penutur asli (native speaker) menggunakan bahasa tersebut sesuai dengan konteksnya.

Berbicara dengan bahasa asing dirasakan sulit bagi orang dewasa karena berkomunikasi secara lisan membutuhkan ke-mampuan menggunakan bahasa sesuai dengan kontek sosial. perbedaan dalam interaksi meliputi komunikasi verbal/lisan dan elemen paralinguistik seperti, pitch, stress, dan intonasi. Selain itu, elemen non linguistik lainnya seperti gerak tubuh dan ekspresi wajah selalu mengikuti pembicaraan seseorang.

para ahli bahasa telah membedakan antara mengucap dan ber-bicara (abdulmajid, 1981: 138). Mengucap berhubungan dengan unsur alat-alat ucap yang tidak banyak membutuhkan pikiran. Kegiatan yang termasuk mengucap di antaranya:a. Mengulang-ulang kalimat yang diucapkan oleh guru;b. Membaca dengan suara keras;c. Menghafal teks-teks baik yang tertulis maupun yang dide-

ngarkan secara langsung.

adapun keterampilan berbicara mengandung unsur sosial. percakapan tidak akan terjadi tanpa adanya pembicara dan pen-dengar yang saling bergantian. Sebuah percakapan membutuhkan hubungan antara proses pikiran dengan konteks.

dalam berbicara terdapat beberapa proses yang harus dilalui bagi siapa saja yang akan berbicara. proses tersebut adalah sebagai berikut:a. Seseorang berpikir tentang apa yang akan dibicarakan;b. Memilih kaidah-kaidah yang sesuai dengan ungkapan yang

akan memberikan makna;c. Memilih kosa kata yang tepat;d. Mencari sistem bunyi bahasa untuk merepresentasikan kosa

kata tersebut;e. Menggerakkan alat-alat ucap sehingga akan keluar bunyi-

bunyi bahasa yang diinginkan.

Keterampilan berbicara harus diikuti dengan keterampilan menyimak karena seseorang yang berbicara terkadang juga menjadi pendengar begitu juga sebaliknya

di samping mendengarkan apa yang dibicarakan oleh lawan bicara, siswa/pendengar hendaknya memperhatikan pula gerak tubuh (gesture) yang dapat menambah informasi tentang apa atau maksud yang dibicarakan.

3. Beberapa aktivitas bercakap (speaking) di dalam kelasa. discussions

diskusi dapat dilakukan dengan berbagai tujuan, misalnya untuk mencari kesimpulan, saling tukar pikiran tentang peris-tiwa tertentu, atau untuk mencari solusi terhadap permasala-han. Sebelum diskusi, guru hendaknya menentukan tujuan diskusi. Hal ini dilakukan supaya siswa tidak menghabiskan waktu belajarnya untuk sesuatu yang tidak relevan dengan topik yang ditetapkan. Misalnya, siswa dapat terlibat untuk setuju atau tidak setuju terhadap permasalahan.

di antara langkah-langkah pembelajaran yang dapat dilakukan dengan teknik diskusi ini adalah sebagai berikut:

Page 77: An Introduction to English Learning and Teaching

140 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 141

1) Guru membagi kelas ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri atas 4-5 siswa;

2) Guru menyediakan ungkapan yang mempunyai dua sisi yang berbeda, misalnya “Orang yang memiliki kecukupan harta akan sukses dibanding dengan orang yang kekurang-an harta”.

3) Setiap kelompok diberikan kesempatan dengan waktu yang dibatasi untuk mendiskusikan permasalahan yang diberikan;

4) Setiap kelompok diberikan kesempatan yang cukup untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas;

5) di akhir diskusi, guru dan siswa menentukan kelompok pemenang yang mampu mempertahankan ide-idenya dengan menggunakan bahasa lisan yang baik.

b. Role play Teknik ini dilakukan di mana siswa berperan dalam ber-

bagai konteks sosial dengan menggunakan bentuk-bentuk bahasa yang secara alamiah digunakan dalam kehidupan nyata sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:1) Guru menjelaskan topik, situasi, dan pelaku yang ada di

dalamnya. Misalnya, situasi di pasar dan sedang terjadi tawar-meawar antara penjual sayuran dan pembeli;

2) Guru menunjuk beberapa siswa yang akan berperan sebagai penjual dan siswa yang akan berperan sebagai pembeli;

3) Sebelum memulai peran, guru dapat menjelaskan ungkap-an-ungkapan yang sering digunakan pada situasi di pasar khususnya pada saat menjual dan membeli atau guru dapat memberikan contoh percakapan antara penjual dan pembeli di pasar;

4) Setelah siswa memahami pola-pola kalimat yang di-inginkan, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan peran yang telah ditetapkan di depan kelas;

5) Kegiatan ini dilakukan beberapa kali dengan siswa yang berbeda sampai ungkapan-ungkapan untuk situasi jual beli dipahami dan dipraktikkan;

6) Guru memberikan umpan balik terhadap kegiatan ber-main peran siswa khususnya aspek bahasanya.

c. Si mulationsTeknik simulasi bertujuan untuk melatih kemampuan

berbicara dalam situasi dan kondisi tertentu dengan peran tertentu pula. Teknik ini sebenarnya hampir sama dengan teknik role play tetapi simulasi dibuat lebih realistik artinya guru dan siswa melengkapi kegiatan tersebut dengan berbagai alat dan media. Misalnya, jika peran yang ditetapkan adalah pelanggan di sebuah restoran memesan makanan kepada pelayan maka situasi dan kondisinya dilengkapi dengan meja dan kursi, gelas, piring, makanan, minuman, nota, pelengkap-an pelayan, dan sebagainya.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dengan meng-gunakan teknik simulasi ini adalah sebagai berikut: 1) Guru menjelaskan topik, situasi, dan pelaku yang ada di

dalamnya. Misalnya, situasi di restoran dan sedang ter-jadi pembeli memesan makanan dan minuman kepada pelayan restoran;

2) Guru dan siswa menyiapkan segala fasilitas yang akan digunakan dalam percakapan di restoran;

3) Guru menunjuk beberapa siswa yang akan berperan se-bagai pembeli dan pelayan restoran;

Page 78: An Introduction to English Learning and Teaching

142 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 143

f. Storytellingdalam kegiatan ini, siswa dapat menjelaskan sebuah

cerita atau dongeng secara singkat yang telah didengar dari seseorang atau mereka akan membuat cerita sendiri yang disampaikan kepada temannya. Bercerita dapat membantu siswa untuk berpikir kreatif. Kegiatan itu juga dapat mem-bantu siswa untuk mengekspresikan ide-ide mereka dalam memulai, mengembangkan, dan mengakhiri cerita termasuk karakter serta situasi dan tempat dalam cerita. Siswa juga dapat melakukan lelucon-lelucon dalam cerita tersebut se-hingga akan menarik perhatian siswa-siswa lainnya.

g. interviewsdalam aktifitas ini, siswa

melakukan interview tentang topik yang dipilih kepada beberapa orang. Guru dapat memberikan rubrik kepada siswa sehingga siswa dapat mengetahui bentuk-bentuk pertanyaan yang akan mereka gunakan. Tetapi siswa juga harus mempersiapkan pertanyaan yang akan dipakai dalam interview. Kegiatan inter view terhadap orang memberikan siswa kesempatan untuk mempraktikkan kemampuan berbi-cara yang tidak hanya di dalam kelas tetapi juga di luar kelas dan melatih siswa untuk bersosialisasi. Setelah melakukan interview siswa dapat mempresentasikan hasil interview di depan kelas.

i. ReportingSebelum masuk kelas, siswa diberikan tugas untuk mem-

baca surat kabar atau majalah dan di dalam kelas mereka mel-aporkan kepada teman-temannya apa yang mereka temukan dari berita yang paling menarik. Siswa juga dapat berbicara tentang pengalaman yang menyenangkan, menyedihkan, atau memalukan di depan kelas.

4) Sebelum memulai peran, guru dapat menjelaskan ungkap-an-ungkapan yang sering digunakan pada situasi di pasar khususnya pada saat memesan dan melayani atau guru dapat memberikan contoh percakapan tersebut;

5) Setelah siswa memahami pola-pola kalimat yang di-inginkan, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan peran yang telah ditetapkan di depan kelas;

6) Kegiatan ini dilakukan beberapa kali dengan siswa yang berbeda sampai ungkapan-ungkapan untuk situasi di restoran dapat dipahami dan dipraktikkan;

7) Guru memberikan umpan balik terhadap kegiatan ber-main peran siswa khususnya aspek bahasanya.

d. information gapaktivitas ini dimulai dengan kegiatan berpasang-

pasang an. Salah satu siswa mempunyai informasi yang tidak di ketahui oleh temannya dan mereka akan saling berbagi informasi. infor masi yang mereka miliki dapat diperoleh dari peng alaman mereka masing-masing, pengetahuan yang diper-oleh dari bacaan yang diberikan, pengetahuan yang diperoleh dari hasil interview. aktifitas information gap ini memberikan banyak tujuan misalnya memecahkan masalah atau men-gunpulkan informasi. Setiap siswa memainkan peranan yang penting karena tugas tidak akan sempurna dan lengkap jika salah satu patnernya/pasangannya tidak memberikan infor-masi yang dibutuhkan. Kegiatan ini sangat efektik karena setiap orang mempunyai kesempatan untuk berbicara secara maksimal menggunakan bahasa target.

e. Brainstormingdalam kegiatan ini, siswa diberikan sebuah topik dan

mereka menyampaikan pendapatnya dalam waktu yang terbatas secara cepat dan bebas. Ciri dari curah pendapat yang baik adalah bahwa siswa tidak dikritisi dan dikomentari pendapat-pendapatnya sehingga siswa akan terbuka untuk menyampaikan ide-idenya.

Page 79: An Introduction to English Learning and Teaching

144 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 145

j. picture describingTeknik lainnya yang dapat digunakan dalam pembelajar-

an berbicara adalah memberikan sebuah gambar dan mereka meng gambarkan atau menjelaskan apa yang ada dalam gambar baik sesuatu, orang maupun aktifitas yang ada dalam gambar tersebut. Kelas dapat juga dikelompokkan dan setiap kelompok diberikan gambar yang berbeda. Kemudian siswa melakukan diskusi dengan temannya dan salah satu siswa pada setiap ke-lompok menjelaskan gambar tersebut. Kegiatan ini membantu kreatifitas dan imajinasi siswa serta kemampuan public speaking

.

k. Find the differenceKegiatan ini dilakukan dengan membagi siswa berpasang-

pasangan. Satu siswa diberikan gambar yang berbeda dengan siswa pasangannya. Misalnya, siswa yang satu diberikan gam-bar tentang anak-anak yang sedang bermain bola dan siswa yang lainnya diberikan foto tentang anak-anak yang sedang bermain basket. Kemudian mereka mendiskusikan tentang persamaan dan perbedaan gambar tersebut secara lisan.

l. debat aktif Susunlah sebuah pendapat yang berisi tentang isu

kontroversial yang terkait dengan pelajaran yang diajarkan atau topik yang menarik (Silbermen, 2002:121). Misalnya, “televisi adalah media elektronik yang dapat merusak akhlak anak-anak”

Page 80: An Introduction to English Learning and Teaching

146 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 147

1) Bagilah siswa menjadi dua tim debat. Berikan secara acak posisi “pro” dan “kontra”;

2) Buatlah dua hingga empat sub kelompok dalam masing-masing tim debat. Misalnya, dalam sebuah kelas yang berjumlah 24 siswa dapat membuat tiga sub kelompok pro dan kontra yang masing-masing terdiri atas empat anggota. perintahkan setiap sub kelompok untuk me-nyusun argumen bagi pendapat yang dipegangnya atau menyediakan daftar panjang argumen yang mungkin akan mereka diskusikan dan pilih;

3) Tempatkan dua hingga empat kursi bagi juru bicara dari pihak yang pro dalam posisi berhadapan dengan jumlah kursi yang sama bagi juru bicara dari pihak yang kontra. posisikan siswa yang lain dibelakang tim debat mereka. Mulailah debat dengan meminta para juru bicara me-ngemukakan pendapat mereka. Sebutlah proses ini se-bagai argumen pembuka;

4) Setelah semua siswa mendengarkan argumen pembuka, hentikan debat dan suruh mereka kembali ke sub ke-lompok awal mereka. perintahkan sub-sub kelompok untuk menyusun strategi dalam rangka mengkonter argumen pembuka dari pihak lawan. Sekali lagi, perintah tiap sub kelompok memilih juru bicara, akan lebih baik bila menggunakan siswa lain;

5) Kembali ke debat. perintahkan para juru bicara, yang duduk berhadapan untuk memberikan argumen tandin-gan;

6) Ketika debat berlanjut (pastikan untuk menyelang-nyeling antara kedua belah pihak), anjurkan siswa lain untuk memberikan catatan yang membuat argumen tandingan atau bantahan terhadap pendapat mereka. Juga anjurkan mereka untuk memberikan tepuk tangan atas argumen yang disampaikan oleh perwakilan tim mereka.

7) Bila dirasa perlu akhiri debat tanpa menyebutkan pemenangnya perintahkan siswa untuk kembali ber-

kumpul membentuk satu lingkaran. pastikan untuk mengumpulkan siswa dengan meminta mereka duduk bersebelahan dengan siswa yang bersal dari pihak lawan debatnya. Lakukan diskusi dalam satu kelas penuh ten-tang apa yang diperdebatkan . Juga perintahkan argumen terbaik yang dikemukakan oleh kedua belah pihak.

C. Pembelajaran Keterampilan Membaca (Teaching Reading Skill)1. Pendahuluan

Bahasa adalah alat ko-munikasi yang meliputi em-pat keterampilan, yaitu: me-nyimak, bercakap, membaca, dan menulis. Keterampilan ber bahasa tersebut dapat di-klasifikasikan menjadi dua kategori: (a) receptive skills dan (b) productive skill. Bercakap dan menulis termasuk productive skills karena dengan keterampil an tersebut kita memproduksi ide dan informasi. Sementara menyimak dan membaca termasuk receptive skills karena dengan ketermpilan tersebut kita mendapatkan atau menerima informasi.

Salah satu keterampilan berbahasa yang kurang diminati oleh sebagian besar masyarakat indonesia adalah keterampilan membaca. Membaca sering dianggap kegiatan yang menjenuhkan dan membosankan. Mahasiswa, misalnya, sering merasa bingung, lemas, kurang bergairah bahkan jengkel kalau mereka ditugaskan membuat ringkasan atau laporan telaah buku yang pasti melibat-kan kegiatan membaca rujukan, sumber atau literatur. Kurangnya daya tarik membaca bukan semata-mata disebabkan oleh faktor internal siswa atau mahasiswa itu sendiri tetapi juga oleh faktor eksternal. Fenomena ini dapat menyebabkan terhambatnya proses belajar mengajar.

pengajaran membaca di indonesia masih menghadapi be-berapa kendala. Rasyid (1997: 170) menyatakan bahwa kendala-

Page 81: An Introduction to English Learning and Teaching

148 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 149

kendala tersebut yaitu: (a) kurikulum (pengajaran membaca) yang diterapkan belum memberikan peluang yang sebaik-baiknya, implementasi suatu kurikulum belum tuntas dilaksanakan, tun-tutan masyarakatpun sudah berubah, (b) sarana yang tersedia (perpustakaan dan laboratorium) belum memadai, (c) guru belum terampil dalam mengemban tugasnya, dan (d) masyarakat dan lingkungan kurang menunjang pengajaran membaca.

Hal tersebut disebabkan pula oleh kurangnya pemahaman tentang metode dan teknik membaca buku/literature bahasa ing-gris baik bagi siswa maupun guru itu sendiri. Tulisan ini mudah-mudahan memberikan sedikit pemahaman tentang bagaimana membaca bahasa inggris dapat diajarkan secara mudah dan menyenangkan.

2. Latar belakang sejarah metode membacaTeori ini dipelopori oleh beberapa pendidik inggris dan

amerika pada tahun 1920-an. West (1926), yang mengajar bahasa inggris di india, berpendapat bahwa belajar membaca secara lancar jauh lebih penting bagi orang-orang india yang belajar bahasa inggris ketimbang berbicara. West menganjurkan suatu penekanan pada membaca bukan hanya karena dia men-ganggap hal itu sebagai keterampilan yang paling bermanfaat yang harus diperoleh dalam bahasa asing tetapi juga karena itulah yang paling mudah, suatu keterampilan dengan nilai tambah yang paling besar bagi siswa pada tahap-tahap awal pembelajaran bahasa. Men dasarkan dirinya pada karya Thordike “Teacher’s Word Book” (1921), West menempa para pembaca dengan sejumlah kosakata ter kontrol dan ulangan secara teratur bagi kata-kata baru. dengan dasar yang sama, Coleman (1929) menarik hikmah dan kesimpulan dari Modern Foreign Language Study yang merupakan satu-satunya bentuk pengajaran bahasa praktis di sekolah-sekolah menengah amerika yang memberi perhatian besar pada keterampilan mem-baca. Begitu pula, Bond mengembangkan suatu pendekatan metode membaca pada kursus-kursus bahasa tingkat perguruan tinggi di universitas Chicago antara tahun 1920 dan 1940.

Kepada para siswa diberikan instruksi-instruksi yang ter-

perinci mengenai siasat atau strategi-strategi membaca. Kursus telaah yang dikembangkan selama satu dasawarsa menyediakan bahan-bahan bacaan bertingkat dan suatu pendekatan bersistem terhadap pembelajaran membaca. Bahasa lisan tidak seluruh-nya ditinggalkan, tetapi tujuan membacalah yang memperoleh penekanan utama.

Metode membaca ini memang mendapat banyak kritikan baik pada waktu metode itu dianjurkan di amerika dan begitu pula selama perang dunia ii tatkala kemampuan berbicara dalam berbagai bahasa merupakan prioritas nasional di amerika Serikat. akan tetapi, sejak perang itu terdapat suatu pembaharuan minat dalam pengajaran bahasa-bahasa untuk tujuan-tujuan tertentu seperti membaca sastra dan pustaka ilmiah.

pesatnya kemajuan mesin cetak saat ini telah memungkinkan penyebaran informasi secara cepat. Hasil-hasil penelitian dan kemajuan sains dan teknologi begitu cepat dilipatgandakan dan disebar. Satu judul buku tentang suatu masalah yang menjadi perhatian kita belum sampai separuhnya kita baca, telah disusul judul baru. Baru saja kita memesannya, telah disodorkan judul baru oleh penulis lain dan penerbit lain. Setiap hari bagai berpacu, penerbit mengumumkan terbitan barunya.

Theodore Rosevelt membaca tiga buku dalam sehari selama di Gedung putih. John F. Kennedy mempunyai kecepatan mem-baca 1.000 kpm (kata per menit). Sementara Jimmy Carter, indira Gandi, Marshal Mc. Luhan, dan Burt Lancaster hanya lah sedikit dari nama-nama terkenal yang mengakui manfaat membaca cepat bagi kemajuan karier mereka.

untuk dapat membaca seperti para tokoh di atas kita sebagai pembaca harus memiliki strategi dan teknik yang benar dan efektif se-hingga pengajaran mem-baca dapat mencapat tujuan yang diharapkan. Tulisan ini menjelaskan secara singkat

Page 82: An Introduction to English Learning and Teaching

150 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 151

aspek-aspek yang berkenaan dengan membaca.

3. Tujuan membacaTujuan membaca bervariasi sehingga teknik membacapun

bervariasi, seperti beberapa tujuan yang dicontohkan berikut:a. Kalau seseorang membaca buku bertujuan untuk mengetahui

isi buku tersebut secara umum, pembaca cukup membaca judul, pengantar, daftar isi, atau beberapa subjudul;

b. Kalau ia ingin memperoleh ide-ide pokok suatu bab, subbab, atau alinea suatu buku, ia cukup membaca kalimat utama atau kata-kata kunci yang ada dalam kalimat;

c. Kalau ia ingin mendapatkan garis-garis besar suatu argumen, teori atau gagasan, selain ia harus mencari ide-ide utama ia juga harus mencari pola-pola pengorganisasian ide yang digunakan penulis.

d. Kalau ia ingin mendapatkan penjelasan, uraian, atau contoh-contoh sebagai pendukung ide utama yang dikemukakan, ia harus membaca penjelasan, uraian atau contoh-contoh yang biasanya langsung mengikuti ide utama dalam suatu alinea.

e. Kalau ia membaca untuk persiapan ujian, ia harus mampu menyatakan ulang gagasan-gagasan utama.

4. Tujuan pembelajaran membaca bahasa Inggrisadapun tujuan pembelajaran bahasa inggris adalah sebagai

berikut:a. Siswa mempunyai keterampilan membaca yang bermacam-

macam, seperti membaca cepat, membaca bebas, mampu memahami arti, maupun berhenti setelah lengkap maknanya dan sebagainya;

b. Membangun atau menumbuhkan kegemaran membaca;c. Mendapatkan kemampuan kebahasaan seperti, mengucapkan

kosa kata, struktur-struktur baru dan lain-lain;d. Melatih siswa agar dapat mengungkapkan dengan arti atau

maksud yang dibaca;e. Menumbuhkan pemahaman terhadap materi bacaan seperti:

membaca buku ilmiah, berita, pidato, pengumuman, daftar

harga, jadwal keberangkatan atau waktu tiba kereta atau pesawat terbang, jadwal pembelajaran, jadwal ujian, buku cerita, sastra penelitian dan sebagainya.

Tujuan yang diuraikan di atas adalah tujuan pembelajaran bahasa inggris yang bersifat umum. Tentu tujuan tersebut masih harus dikaji dan disesuaikan dengan tujuan institusional atau lembaga di mana proses belajar mengajar itu diadakan dan dis-elaraskan dengan situasi dan kondisi, sehingga itu dapat tercapai.

5. Tipe performansi membaca di ruangan kelas (Tarigan, 1989: 342):

Gambar 3. Tipe performansi membaca di ruangan kelas

Selain dari tipe-tipe membaca di atas terdapat tipe-tipe mem-baca lainnya yang diklasifikasikan ke dalam membaca dalam hati (silent reading):a. SQ3R (Survey, Question, Read, Recite (atau Recall), Review);b. Menemukan ide pokok (ide pokok buku keseluruhan, ide

pokok bab, sub-bab dan paragraph;c. Mengenali detail penting. Salah satu cara mengenali detail

penulisan adalah dengan mencari petunjuk yang digunakan oleh penulis untuk membantu pembaca, baik berupa visual maupun kata-kata penunjuk. Kata-kata bantu visual itu misal-nya: ditulis kursif (huruf miring), digarisbawahi, dicetak tebal,

Page 83: An Introduction to English Learning and Teaching

152 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 153

e. aktivitas scanning1) Mencari padanan kata: siswa diminta untuk menemukan

sinonim atau antonym;2) Mencari jenis kata: membuat daftar gramatika tertentu,

bentuk lampau, konjungsi, kata jamak;3) Mencari iklan, mencari butir tertentu di dalam kolom

iklam, acara tertentu dalam sebuah daftar acara TV, dan brosur-brosur tertentu;

4) Membandingkan (compare detail): Guru meminta siswa menemukan kereta api atau maskapai penerbangan dalam satu minggu;

5) Mengecek tanggal: mintalah siswa untuk mencari tangal lahir tokoh tertentu;

6) dafar belanja: mintalah siswa membuat daftar sayur- mayur yang mereka temukan dalam beberapa resep masakan dan menentukan sayur-mayur mana yang bisa dibeli di pasar swalayan;

7) Berita utama: kumpulkan sejumlah judul berita utama dalam surat kabar, susun dalam selembar kertas dan kmudian difoto kopi. Mintalah siswa menemukan satu atau lebih judul yang berkenaan dengan topik tertentu.

f. aktivitas skimming1) Mencari dan membandingkan: dari bibliografi seseorang,

mintalah siswa menemukan prestasi terbaik yang pernah diraih selama hidupnya;

2) Memilih judul: siswa memilih sebuah judul terbaik bagi suatu wacana yang disediakan guru dan disajikan secara acak;

3) Membuat judul: siswa diminta membuat judul untuk suatu wacana.

4) Menemukan ide pokok: siswa diminta untuk menemukan ide pokok dari sebuah wacana.

g. aktivitas membaca intensif1) Mencocokkan kata benda dan kata kerja: lingkarilah

semua kata benda atau frasa kata benda yang berfungsi

dibubuhi angka-angka, dan ditulis dengan menggunakan huruf-huruf: a, b, c.

adapun kunci penuntun:1) Yang terpenting, terutama, yang perlu dicatat, pada

prinsipnya, hendaknya diingat bahwa, faktor yang mem-pengaruhi;

2) Tetapi, bagaimanapun juga, sebaliknya, namun, meskipun demikian;.

3) Misalnya, contohnya, teristimewa, seperti;4) Juga, lainnya, akhirnya, selanjutnya, berikutnya;5) Oleh karena itu, akhirnya, ringkasnya, maka daripada itu,

sebagai berikutnya, konsekuensinya. Contoh dalam bahasa inggris adalah: in fact, on the other hand, although, even though, provided

(that), at least, recently, therefore, meanwhile, additionally, furthermore, in addition, besides, in contras, in particular, for example, first of all, therefore, consequently, in brief, to sum up, to conclude

ungkapan-ungkapan di atas sangat penting untuk me-mahami isi bacaan dengan mudah sebagai kata kunci untuk mengetahui apakah kalimat tersebut hanya kalimat tambah-an, penjelasan atau kalimat yang menjadi kesimpulan dari bacaan tersebut.

d. Membaca secara kritis Langkah-langkah membaca kritis:

1) Mengerti isi bacaan: mengerti benar ide pokoknya, menge-tahui fakta dan detail pentingnya, dan dapat membuat kesimpulan dan interpretasi dari ide-ide itu;

2) Menguji sumber penulis: apakah dapat dipercaya? cukup akuratkah? dan kompeten dibidangnya?

3) ada interaksi antara pembaca dan penulis; tidak hanya mengerti isinya tetapi juga membandingkan dengan apa yang sudah dimiliki oleh pembaca;

4) Menerima atau menolak: pembaca boleh mempercayai, mencurigai, meragukan, mempertanyakan.

Page 84: An Introduction to English Learning and Teaching

154 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 155

sebagai subyek dan lingkari pula kata kerjanya lalu hubungkan dengan tanda panah;

2) Memisahkan kalimat (split sentences): mintalah siswa un-tuk menyelipkan tanda pemisah (/) di antara satu kalimat panjang;

3) Merangkum: siswa membuat satu kalimat ringkasan untuk setiap paragraph;

4) Mengisi kekosongan: siswa diminta membaca sebuah wacana yang diambil beberapa katanya dan mengisi bagian-bagian yang kosong tersebut;

5) Memihak (fill the gaps): buatlah daftar argumen yang men dukung dan menentang suatu gagasan dalam sebuah wacana;

6) Memilih rangkuman: siswa diminta memilih salah satu ringkasan terbaik suatu wacana yang disajikan guru;

7) Membandingkan (compare versions): mintalah siswa membuat perbandingan terhadap dua laporan tentang peristiwa yang sama dari dua atau lebih surat kabar;

8) Mencari fakta (identify fact): 9) Mencocokkan (matching): siswa diberi sebuah lembar kerja

yang berisikan beberapa gambar dan sejumlah paragraf wacana. Tugas mereka adalah mencocokkan gambar dengan paragraf-paragraf.

h. aktivitas membaca ekstensif1) Menyimpan catatan (keep records): membuat dan me-

nyimpan catatan-catatan tentang apa yang telah dibaca siswa;

2) Membuat daftar (wall charts): Guru menempel poster yang memuat daftar buku yang bisa dipinjam siswa. Siswa yang telah membaca buku tertentu dapat mencantumkan tanda dari 1-5 yang menunjukkan tingkat ketertarikan;

3) Merangkum (make summaries): Siswa diminta untuk membuat ringkasan pendek untuk setiap paragraf;

4) Mencari kesukaran (indicate the difficulty): lekatkan se-potong kertas pada sampul depan setiap buku. Mintalah

siswa memberikan nilai (a, B, C dan d) yang menunjuk-kan tingkat kesulitan buku.

i. aktifitas membaca untuk tugas komunikatif1) Find the story: jumbled text: menyusun kembali sebuah

cerita yang sudak diacak;2) Student questions: That last cigarette: beberapa siswa

membaca suatu teks agar bisa menjawab pertanyaan-per-tanyaan rekannya. Siswa membahas pertanyaan dengan pasangan mereka sebelum membahasnya secara klasikal;

3) General comprehension: menjawab pertanyaan-pertanya-an secara menyeluruh.

Selain membaca tulisan ada pula membaca grafik, tabel, bagan, dan peta. Maka seorang guru bahasa dapat menggunakan teknik membaca secara bervariasi dan inovatif dalam mengembangkan kemampuan berbahasa siswa khususnya keterampilan membaca.

adapun Harmer (1992:183-184) mengajukan enam ke-terampilan membaca sebagai berikut:1) Keterampilan prediktif: memperkirakan apa yang akan di-

temuinya dalam suatu teks. Guru memulai kegiatan dengan melakukan diskusi dengan siswa tentang hal-hal yang berkai-tan dengan topik teks;

2) Mencari informasi tertentu: menemukan satu atau dua fakta dalam suatu bacaan. Keterampilan ini sering disebut scanning;

3) Memperoleh gambaran umum: aktivitas yang bertujuan untuk mengetahui butir-butir utama suatu teks tanpa begitu mempedulikan rinciannya. Keterampilan ini sering disebut skimming;

4) Memperoleh informasi rinci: biasanya menjawab pertanyaan-pertanyaan: apa yang dimaksud penulis?, Berapa banyak? Berapa kali dan mengapa?;

5) Mengenali fungsi dan pola wacana: mengenal frasa ‘for ex-ample’ berarti akan ada contoh-contoh, ‘in other words’ suatu konsep akan dibicarakan dengan cara yang berbeda;

6) Menarik makna dari teks: menarik makna-makna kata yang belum dikenali melalui konteks.

Page 85: An Introduction to English Learning and Teaching

156 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 157

6. Strategi membacaaktivitas membaca yang baik harus dilakukan dengan strategi

yang baik. Tanpa strategi yang baik maka kegiatan membaca hanya akan menjadi kegiatan yang sia-sia saja tanpa ada yang didapat. di antara strategi tersebut adalah sebagai berikut: a. identifikasi tujuan membaca;b. Gunakan aturan grafemiks dan pola kalimat untuk membantu

membaca dengan pola bottom-up;c. Gunakan teknik membaca tanpa suara untuk membaca cepat;d. Skimming teks bacaan untuk mendapatkan ide pokok;e. Scanning teks bacaan untuk mendapatkan informasi tertentu;f. Gunakan clustering atau mapping makna;g. Tebak kata-kata yang tidak yakin maknanya;h. analisis kosa kata;i. Bedakan antara makna literal dan makna pragmatis;j. Kapitalisasi pemarkah wacana terhadap hubungan proses.

7. Penghambat membaca cepat Berkaitan dengan membaca cepat, terdapat beberapa hal yang

bisa menghambat proses membaca, di antaranya:a. Vokalisasib. Gerakan bibirc. Gerakan kepalad. Menunjuk dengan jarie. Regresi; mata mestinya bergerak ke kanan untuk menangkap

kata-kata yang terletak. Mata sering bergerak kembali ke be-lakang untuk membaca ulang suatu kata atau beberapa kata sebelumnya.

f. Subvokalisasi; membaca dengan menekankan dengan mela-falkan dalam batin/pikiran daripada berusaha memahami ide yang dikandung dalam kata-kata. Membaca hendaknya dilakukan bersama-sama oleh mata dan otak.

untuk mendapatkan kecepatan dan efesiensi membaca dapat diusahakan hal berikut:

a. Melebarkan jangkauan mata dan lompatan mata, yaitu satu fiksasi meliputi 2 atau 3 kata.

b. Membaca satu fiksasi untuk suatu unit pengertian. Cara ini lebih mudah diserap oleh otak. ContohMy mother goes to the market

Lebih mudah daripada:My mother goes to the market

One of the most favourite things to have for students is a school holiday.

c. Selalu membaca untuk mendapatkan isinya, artinya bukan untuk menghafalkan kata-katanya.

d. 4. Mempercepat peralihan dari fiksasi ke fiksasi lain, tidak terlalu lama berhenti dalam satu fiksasi.

8. Teknik komunikatif dalam pembelajaran membaca Teknik 1

Scanning: Teknik ini bertujuan untuk melatih siswa me -mahami informasi di dalam teks bacaan secepat mungkin. pro-sedur pembelajarannya adalah:a. Kelas dibagi menjadi dua kelompok; kelompok a dan kelom-

pok B. Kelompok a duduk di salah satu sisi ruang kelas;b. Teks bacaan ditempel di atas dinding sebelah sisi kelas yang

lain;c. Siswa kelompok a diberi daftar pertanyaan.d. Siswa a membaca pertanyaan pertama untuk siswa B yang

harus lari untuk mencari jawabannya di dalam teks dan kembali lagi untuk menmberitahukan jawabannya ke siswa a. Setelah itu siswa a membacakan lagi soal berikutnya ke siswa B;

e. pasangan siswa yang telah menjawab semua pertanyaan adalah pemenangnya.

Page 86: An Introduction to English Learning and Teaching

158 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 159

Teknik 2Slashed/Cut up texts (teks bacaan yang dipotong): teknik ini

bertujuan melatih siswa untuk membaca pemahaman pada teks yang dipotong . prosedur pembelajarannya adalah:a. Kelas dibagi ke dalam 4 kelompok;b. Teks bacaan dipotong menjadi 4 bagian;c. Siswa duduk, setiap kelompok berempat dan setiap siswa

diberi satu bagian dari bacaan tersebut dan mereka tidak diperkenankan untuk saling memperlihatkan bacaan masing-masing;

d. Setiap kelompok mendapatkan beberapa pertanyaan;e. Setiap kelompok menjawab pertanyaan tersebut secara ker-

jasama tetapi dengan tidak memperlihatkan bacaan masing-masing;

f. Setelah selesai menjawab, setiap kelompok saling memband-ingkan jawabannya;

g. Guru memberikan umpan balik.

Teknik 3Jigsaw reading: teknik ini bertujuan untuk membaca pemaha-

man secara koperatif. prosedur pembelajarannya adalah:a. Teks bacaan dibagi ke dalam 2-3 bagian;b. Kelompok siswa a yang mendapatkan potongan bacaan1

dengan beberapa pertanyaan yang harus dijawab;c. Siswa B mendapatkan potongan bacaan 2 dan bertugas untuk

menjawab beberapa pertanyaan tersebut;d. Kemudian siswa di kelompok a dipasang-pasangkan dengan

siswa kelompok B dan mereka saling memberikan informasi tentang jawaban dari kelompok a dan kelompok B.

e. pada akhirnya, pasangan siswa tadi dapat menjawab secara utuh dari semua bacaan 1 dan 2.

f. Guru memberikan umpan balik.

Teknik 4Teknik ini bertujuan untuk melatih kemampuan membaca

pemahaman dengan cara menyusun kalimat yang sudah diacak

serta menjawab pertanyaan berdasarkan bacaan tersebut. prosedur pembelajarannya adalah:a. Kelas dibagi ke dalam 3-4 kelompok; b. Setiap kelompok diberikan bacaan yang telah diacak susunan-

nya yang diikuti dengan beberapa pertanyaan;c. Setelah mendapat bacaan yang telah diacak tersebut, setiap

kelompok mendiskusikan tentang susunan yang benar dan jawaban dari pertanyaan-pertanyaannya;

d. Setelah waktu yang diberikan selesai, utusan setiap kelompok membacakan sesuai dengan yang disusun dan menjawab pertanyaan-pertanyaan;

e. Kelompok yang susunannya benar dan jawaban benar diberi-kan poin (sehingga terjadi rasa kompetisi);

f. Yang terakhir guru memberikan umpan balik.

Teknik 5Teknik ini bertujuan untuk melatih kemampuan membaca

secara cepat dan membaca untuk pemahaman yang dilakukan secara kolaboratif dan kompetitif serta menyenangkan. prosedur pembelajarannya adalah:a. Kelas dibagi ke dalam 5 kelompok dengan posisi berbaris;b. Guru menempel bacaan di depan kelas untuk dibaca oleh

setiap kelompok, contoh: c. Setiap kelompok diberi 5 pertanyaan yang akan dijawab oleh

setiap anggota kelompok 1 pertanyaan;d. Jika sudah siap semua kelompok, maka anggota pertama dari

setiap kelompok mulai membaca pertanyaan;e. Setelah pertanyaan dibaca, anggota pertama tersebut maju ke

depan kelas untuk membaca teks yang ditempel oleh guru;f. Setelah mendapat jawabannya, dia kembali ke tempat

duduknya dan menulis jawaban tersebut di atas kertas yang sudah disediakan;

g. Setelah itu, pertanyaan berikutnya diberikan kepada anggota setiap kelompok yang kedua;

h. Kegiatan yang dilakukan sama dengan anggota yang pertama dan selanjutnya dilakukan sampai 5 pertanyaan dijawab seluruh nya;

Page 87: An Introduction to English Learning and Teaching

160 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 161

i. Setiap kelompok diberikan poin sesuai dengan kecepatan dan ketepatan menjawab pertanyaan;

j. Guru memberikan umpan balik terhadap jawaban tersebut.

Teknik 6Teknik ini bertujuan untuk melatih siswa memahami bacaan

yang didahului dengan beberapa pertanyaan pendahuluan tentang topik sehingga siswa akan lebih mudah memahami yang akan dibaca. prosedur pembelajarannya adalah sebagai berikut:a. Guru memberikan pertanyaan pendahuluan.b. Siswa diminta untuk menutup buku/materi bacaan di atas.c. 3.Guru/siswa/kaset membaca bacaan tersebut dan siswa men-

dengarkan.d. Siswa diminta untuk membuka buku/materi bacaan.e. 5.Guru/siawa/kaset membaca materi bacaan dan siswa meng-

ikutinya.f. 6. Memberikan latihan g. 7. Setelah siswa melakukan latihan di atas, siswa diminta

untuk membaca teks bacaan dalam hati atau tanpa suara.h. 8. Guru meminta siswa untuk mengerjakan latihan kedua

yaitu menjawab soal-soal untuk pemahaman.i. 9. Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, guru

menyuruh siswa secara bergantian atau siswa yang dianggap bagus bacaannya untuk membaca teks sebagai contoh bagi yang lainnya.

Teknik 7information Search: strategi ini sama dengan ujian open book.

Secara berkelompok siswa atau mahasiswa mencari informasi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada mereka. prosedur pembelajarannya adalah:a. Buatlah pertanyaan-pertanyaan yang dapat dijawab dengan

cara mencari informasi dari sumber belajar;b. Bagikan pertanyaan tersebut kepada siswa untuk dicarikan

jawaban informasinya lewat sumber belajar;c. Sumber belajar bisa berupa buku teks, koran, majalah, televisi,

radio, internet, komputer dll);d. informasi yang dicari diusahakan yang berhubungan dengan

sikap dan prilaku kehidupan sehari-hari;e. Guru merespon terhadap jawaban-jawaban siswa.

Teknik 8Teknik ini bertujuan untuk melatih siswa membaca dan me-

mahami apa yang dibacakan oleh siswa yang lainnya. Teknik ini dapat melibatkan siswa secara maksimal dalam proses pembela-jaran. prosedur pembelajarannya adalah:a. Kelas dibagi ke dalam dua kelompok a & B;b. Kelompok a mendapatkan kartu pertanyaan;c. Kelompok B mendapatkan kartu jawaban;d. untuk memulai kegiatan tersebut salah satu anggota kelom-

pok a mulai membacakan pertanyaannya dengan keras;e. anggota kelompok membaca kartunya dan jika kartu yang

dibacanya adalah jawaban dari pertanyaan tersebut dia men-gangkat tangan sambil membaca dengan suara keras;

f. Siswa yang sudah mendapatkan pasangannya pindah ke tem-pat lain (bisa sudut kelas atau di depan kelas, dsb)

g. Guru memberikan tanggapan terhadap pertanyaan dan jawab-an siswa.

Variasi dari teknik ini:a. Setiap siswa mendapatkan kartu yang berisi pertanyaan dan

dibalik kartu yang lain berisi jawaban untuk kartu yang lain-nya;

b. Setiap siswa membacakan pertanyaan dan mencari jawaban-nya pada temannya;

c. Kegiatan tersebut dilakukan sampai semua siswa mendapatkan jawaban dari pertanyaannya dan mendapatkan pertanyaan dari jawaban yang ada pada kartu;

d. pertanyaan dan jawaban yang sudah ada pasangannya ditulis di papan tulis;

e. Siswa diminta untuk membaca pertanyaan dan jawaban yang sudah ditulis dipapan tulis secara bersama-sama.

Page 88: An Introduction to English Learning and Teaching

162 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 163

seperti kartu identitas, formulir, jadwal keberangkatan dan tiba (alat transportasi: bus, pesawat, kereta api dan lain sebagainya), kemasan (pembungkus) makanan, tanda-tanda, majalah, koran, brosur, iklan, pengumuman, dan lain sebagainya, dapat digunakan dalam pembelajaran membaca.

9. Media pembelajaran membacaFungsi media di dalam proses pembelajaran cukup penting

dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran terutama membantu siswa untuk belajar. Media pembelajaran yang meru-pakan salah satu komponen dari sistem pembelajaran selain tu-juan, materi, metode dan evaluasi memiliki manfaat yang sangat banyak. di antara manfaat media pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:a. Media pembelajaran dapat memotivasi siswa untuk belajar;b. Media pembelajaran membantu siswa untuk memahami lebih

jelas makna yang terkandung dalam materi yang diberikan serta memungkinkan siswa untuk menguasai tujuan pembe-lajaran lebih baik;

c. dengan media pembelajaran, guru dapat menggunakan metode yang lebih bervariasi;

d. penggunaan media memberikan kesempatan kepada siswa tidak hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru tetapi juga mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain sebagainya.

Terdapat beberapa jenis media pembelajaran yang dapat diguna kan dalam pembelajaran, secara garis besar media pem-belajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: (a) media visual, (b) media audio, dan (c) audio-visual.

Berkaitan dengan pembelajaran membaca (membaca), penulis menyajikan beberapa media pembelajaran sebagai berikut:a. non-fiksi: la-9poran, editorial, esay, artikel, dan referensi

(kamus, ensiklopedia)b. Fiksi: novel, cerita pendek, drama, puisic. Surat: pribadi dan bisnis

Teknik 9Teknik ini bertujuan untuk melatih siswa memahami mem-

baca dengan melakukan kegiatan sesuai dengan apa yang diper-intahkan dalam kartu. prosedur pembelajarannya adalah:a. Guru mempersiapkan kartu yang berisi perintah yang harus

dikerjakan oleh siswa;b. Setiap siswa secara bergantian mengambil satu kartu dan

membacanya dengan keras;c. Siswa tersebut melakukan pekerjaan sesuai dengan perintah

dalam kartu;d. Siswa yang lain mendengarkan bacaannya dan memperhati-

kan apakah dia melakukan sesuai dengan perintah; (untuk menambah suasana yang kompetitif, siswa yang melakukan kesalahan mendapatkan hukuman)

e. Kegiatan tersebut dilakukan secara bergantian untuk men-gambil kartu dan melaksanakan perintah.

Teknik 10Teknik ini bertujuan untuk melatih kemampuan membaca

dengan cara mencocokkan kata dan definisinya. prosedur pem-belajarannya adalah:a. Kelas dibagi ke dalam 3-4 kelompok;b. Setiap kelompok diberi beberapa kartu yang yang harus dipa-

sangkan antara kata dan definisinya;c. Setelah mendapatkan kartu, setiap kelompok membaca kartu-

kartu tersebut untuk dicocokkan atau dipasangkan;d. Kelompok yang paling cepat diberikan poin paling tinggi dan

jika pasangangan kartunya benar maka mendapatkan poin dan jika salah maka poin dikurangi;

e. Guru memberikan umpan balik di akhir kegiatan.

Selain teknik-teknik di atas masih banyak yang lainnya yang dapat dikembangkan menjadi sebuah kegiatan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan seperti mere-sume bacaan, mendiskusikan apa yang telah dibaca, mereview isi bacaan, dan lain sebagainya. Bahkan media otentik lainnya

Page 89: An Introduction to English Learning and Teaching

164 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 165

d. Kartu ucapan selamate. diari, jurnalf. Memog. pesan (pesan di telpon)h. pengumumani. Koranj. Tulisan akademik: Jawaban tes, laporan, esay dan makalah,

skripsi dan bukuk. Formulirl. Kuestionerm. arahann. Labelo. Tandap. Kwitansiq. notar. petas. Tulisan Tangant. Menuu. Jadwal (transportasi)v. iklanw. undanganx. petunjuk telpony. Komik atau kartun

dengan mengetahui media bacaan di atas, pembelajaran membaca akan lebih otentik, komunikatif dan pada akhirnya akan memotivasi siswa untuk melakukan kegiatan membaca dengan berbagai bentuk tulisan sampai pada tanda yang tidak disertai hurup atau tulisan.

10. Penutuppengajaran membaca yang didasarkan pada prinsip-prinsip

di atas akan lebih mudah dipahami oleh peserta didik dan akan lebih bermakna. Sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dan diukur.

Lebih dari itu, pembelajaran membaca dengan memperhati-kan berbagai teknik akan lebih menantang siswa membaca materi

bacaan dari yang mudah sampai materi yang dianggap sulit.

D. Pembelajaran Keterampilan Menulis (Teaching Writing Skill)1. Pendahuluan

Kegiatan menulis diibaratkan seperti seorang arsitektur akan membangun sebuah gedung, biasanya ia membuat rancangan ter-lebih dahulu dalam bentuk gambar di atas kertas. demikian pula seorang penulis, membuat kerangka tulisan atau outline merupakan kebiasaan yang perlu dipupuk terus untuk menghasilkan sebuah karya tulis yang baik. penulis dalam hal ini dibaratkan sebagai seorang arsitek bahasa, yang selain mengetahui bagaimana mem-bangun sebuah tulisan secara utuh, ia tidak boleh mengabaikan dasar-dasar penulisan. dasar-dasar penulisan ini menjadi fondasi utama dalam penulisan adalah pemahaman kita tentang paragraf. dengan memahami makna dan ciri-ciri paragraf yang baik, kita akan lebih mampu menuangkan gagasan dan pikiran kita secara lebih runtut, sistematis, dan teratur. pada dasarnya sebuah tulisan mencerminkan cara berpikir seseorang dan bagaimana ia me-mandang suatu persoalan.

Kegiatan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, artinya tidak secara langsung bertatap muka dengan orang lain, melainkan melalui media tulis. Menulis dapat dikatakan sebagai salah satu keterampilan berbahasa produktif selain bercakap. Maka untuk dapat pesan dipahami oleh pembaca, sebuah tulisan harus memenuhi kriteria yang semestinya.

Keterampilan menulis tidak datang tiba-tiba begitu saja, me-lainkan harus melalui proses pelatihan dan praktik yang intensif. Semakin banyak pelatihan dan praktik, akan semakin besar pula kemungkinan siswa mampu dan senang akan kegiatan menulis.

2. Hakikat menulis Menulis adalah cara untuk menyampaikan pendapat atau

ide melalui media tulisan. Byrne (1990: 1) mengatakan bahwa menulis adalah memproduksi simbol grafik sementara berbicara adalah memproduksi bunyi. adapun definisi yang diberikan

Page 90: An Introduction to English Learning and Teaching

166 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 167

oleh ensiklopedia elektronik Wikipedia, menulis adalah merep-resentasikan bahasa dengan teks melalui penggunaan seperangkat tanda atau simbol.

dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kemampuan untuk mengekspresikan ide, perasaan, pendapat, dalam bentuk tulisan.

Selain daripada itu, terdapat tujuan menulis di antaranya untuk:a. To inform: untuk menjelaskan atau menggambarkan ide,

proses, peristiwa, keyakinan, seseorang, tempat, atau sesuatu yang menjelaskan fakta dan menjelaskan sebab;

b. To persuade: untuk mendorong orang lain atau pembaca me-lakukan sesuatu atau bersikap seperti yang diinginkan penulis;

c. To entertain: untuk kesenangan, untuk mengekspresikan apa yang dirasakan, dialami dan dipikirkan.

3. Masalah menulisMenulis merupakan ke terampilan berbahasa yang bersifat

produktif di samping ber-bicara. produktif artinya melahirkan atau menghasil-kan karya tulis maka untuk melakukannya seorang siswa harus memiliki kemampuan bahasa yang cukup di anta-ranya, memiliki kosa kata yang cukup, mem ahami tata bahasa, tanda baca, cara mengorgan-isasikan pesan atau pikiran serta memiliki pengetahuan tentang topik yang ingin di tulis. Oleh karena itu, keterampilan menulis dianggap keterampilan berbahasa yang paling sulit dibanding dengan yang lainnya. di antara masalah yang dihadapi oleh penulis adalah:a. Masalah psikologi:

Yang tergolong faktor psikologis di antaranya faktor kebiasaan atau pengalaman yang dimiliki. Semakin terbiasa menulis maka kemampuan dan kualitas tulisan akan sema-

kin baik. Faktor lain yang tergolong faktor psikologis adalah faktor kebutuhan. Faktor kebutuhan kadang akan memaksa seseorang untuk menulis. Seseorang akan mencoba dan terus mencoba untuk menulis karena didorong oleh kebutuhannya. Selain daripada itu motivasi untuk menulis juga menentukan keberhasilan atau kemampuan menulis. seseorang yang sudah memiliki motivasi maka dia akan melakukan hal apapun yang berkaitan dengan kegiatan menulis.

b. Masalah linguistikKonsep yang berkaitan dengan teori-teori menulis yang

terbatas yang dimiliki seseorang turut berpengaruh. Tata bahasa, kosa kata, tanda baca, cara mengorganisasikan pesan sangat menentukan kualitas sebuah tulisan.

c. Masalah kognitif Kemampuan penerapan konsep dipengaruhi banyak

sedikitnya bahan yang akan ditulis dan pengetahuan cara menuliskan bahan yang diperolehnya. Keterampilan menulis banyak kaitannya dengan kemampuan membaca maka se-seorang yang ingin memiliki kemampuan menulis yang lebih baik, dituntut untuk memiliki kemampuan membaca yang lebih baik pula. Semakin seseorang banyak membaca maka akan semakin baik pula kualitas menulisnya. Karena dengan membaca dia akan bertambah pengetahuan tentang kosa kata, struktur kalimat, dan gaya bahasa.

4. Pembelajaran menulis Menulis adalah suatu kegiatan yang berencana dan bertujuan.

pembelajaran menulis merupakan salah satu pembelajaran yang harus dilakukan disamping pembelajaran keterampilan berbahasa lainnya yaitu menyimak, berbicara, dan membaca. Keempatnya harus diberikan porsi yang sama sehingga siswa dapat menguasai bahasa dengan baik karena penguasaan terhadap keterampilan yang satu sangat berpengaruh terhadap penguasaan keterampilan yang lainnya.

untuk mencapai penguasaan menulis yang baik maka pem-belajaranya harus dilakukan secara intensif karena semakin banyak

Page 91: An Introduction to English Learning and Teaching

168 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 169

laithan maka akan semakin baik pula tulisannya.Tentu tulisan yang baik bukan hanya dapat menulis panjang

tetapi tulisan yang memenuhi lima kriteria penulisan yang meliputi isi, pengorganisasian, kosa kata, tata bahasa dan mekanik (tanda baca, ejaan, kapitalisasi).

Selain daripada itu, hasil tulisan yang baik tidaklah lahir begitu saja artinya jika seseorang ingin tulisannya baik maka harus melalui proses aktivitas menulis yang baik pula. di antara proses itu adalah: a. pramenulis (pre-writing): pada tahap ini penulis mulai me-

rencanakan apa yang akan ditulis, seperti melakukan curah pendapat, mempetakan konsep, mendaftar poin-poin penting, dan kegiatan lainnya yang dapat membantu seseorang untuk menulis;

b. Menulis dengan draft pertama (First draft): pada tahap ini seorang penulis mulai menyusun poin-poin mana saja yang ditulis lebih dulu dan mana poin yang akan ditulis belakang-an serta sudah memulai menghubungkan antara poin-poin tersebut sehingga tulisan menjadi koheren dan kohesif;

c. Mengedit (editing); pada tahap ini penulis mengecek isi, tata bahasa, kosa kata, arti, tanda baca, ejaan, hurup kapital, dan menanyakan teman tentang hal-hal tersebut;

d. Menulis untuk draf akhir (Final draft): pada tahap ini penulis mulai menulis kembali untuk tahap akhir sesuai dengan hasil koreksian.

Hal yang sama diajukan oleh Richard nordiques bahwa proses menulis yang baik dilakukan melalui proses berikut:a. discovery (mencari topik, dan strategi yang dapat membantu

penulis untuk melakukan; menulis bebas, memeriksa (pro-bing), brainstorming;

b. Menulis draft (drafting); menulis ide dengan bentuk kasar;c. Merevisi (revising): merevisi tulisan berkaitan dengan ide-ide

yang sudah ditulis secara kasar yakni apakah ada ide-ide yang ditambahkan atau ada yang dihilangkan;

d. editing dan proof reading: penulis mengedit dan memastikan

bahwa tulisan tersebut terhindar dari kesalahan tata bahasa, isi, mekanik (ejaan, tanda baca, hurup kapital)

Berdasarkan proses menulis di atas, maka dapat dipastikan bahwa penulis akan menghasilkan tulisan yang baik sekalipun bagi penulis pemula dan penulis yang sudah mahir. Kegiatan ini hendaknya ditanamkan pada siswa dalam menulis karya tulis ilmiah baik yang ditulis dengan bahasa indonesia, inggris, inggris dan bahasa- bahasa lainnya.

Selain daripada itu, untuk meningkatkan kualitas tulisan maka seorang penulis harus banyak meluangkan waktu untuk berlatih menulis karena semakin sering menulis maka akan se-makin mudah dan baik. Model tulisan yang baik dapat dijadikan contoh untuk ditiru dan karya tulisan yang baik dapat dihasilkan jika penulis banyak melibatkan orang lain untuk membaca dan mengoreksi atau memberikan komentar tentang kelebihan dan kekurangan tulisan.

Bentuk-bentuk tulisan pun harus diperkenalkan kepada siswa supaya pengetahuan mereka tentang bentuk-bentuk tulisan semakin luas karena setiap bentuk tulisan memiliki karakteristik tersendiri.

Bentuk tulisan tersebut bisa dalam bentuk kalimat (kalimat sederhana, majemuk, dan kompleks), paragraf dan bahkan dalam bentuk karangan. Lebih khusus lagi terdapat beberapa tipe tulisan lainnya, yaitu: tulisan naratif, deskriptif, laporan, rikon, penjelasan, eksposisi, prosedural, review, dan lain sebagainya.

Selanjutnya dalam sebuah tulisan yang baik terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan, yaitu:a. isi tulisan: salah satu persyaratan yang berkaitan denga isi

adalah adalah kesatuan dalam menjelaskan isi;b. pengorganisasian tulisan: adanya keterkaitan bentuk, urutan ide

dijelaskan secara baik, misalnya ide yang paling penting ditulis diawal tulisan, dari umum ke yang khusus, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan cara mengorganisasikan tulisan;

c. Kosa kata yang tepat dan sesuai dengan konteks;d. Tata bahasa:

Page 92: An Introduction to English Learning and Teaching

170 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 171

e. Mekanik: tanda baca, ejaan, penggunaan huruf capital.

5. Aktivitas pembelajaran menulis bahasa Inggris Berdasarkan tahapan pembelajaran menulis, terdapat tiga

macam aktivitas pembelajaran menulis, yaitu: a. Menulis terkontrol

1) Kalimat jigsaw: siswa mencocokkan setengah dari be-berapa kalimat jigsaw di atas kertas terpisah kemudian menuliskannya kembali secara lengkap.Contoh:

A B

• Students andteachers

• Tourists• Naturelovers

• Gettovisitmanycountries• Oftengotothebeachre-

sort• Stayintheclassroom

2) Wacana berjenjang (gapped passages): wacana yang di-hilangkan beberapa katanya dan siswa diminta untuk mengisinya.

3) Wacana cloze murni: wacana ini memiliki kata yang dihilangkan secara teratur, misalnya pada setiap kata ke tujuh dan siswa ditugaskan untuk mengisi secara lengkap.

4) Wacana cloze pilihan ganda: guru dapat membuat lem-bar kerja, sebuah paragraf dapat dipecah-pecah menjadi serangkaian frasa atau kalimat pendek. Setiap kalimat kemudian diberi dua pilihan atau lebih pada titik titik tertentu dan siswa diberi tugas untuk mengisi secara lengkap.

5) Mencari dan menyalin: perintahnya dapat diberikan secara lisan.

6) dikte7) Menyusun kalimat8) Menyimpulkan9) Telegram/pesan singkat: pesan atau situasinya dapat di-

berikan secara lisan.

b. Menulis terbimbing1) Menggunakan gambar2) Cerita dengan gambar3) Kegiatan formal4) Merangkum5) Menggabungkan beberapa kalimat6) Mencatat (note writing)7) Membalas surat8) Menulis ulang iklan9) dialog berpasangan

c. Menulis bebaspada tahap ini, siswa sudah diberikan kesempatan untuk

mengembangkan tulisannya secara mandiri baik yang ber-kaitan dengan isi, struktur bahasa, dan lain sebagainya.

Menulis dianggap keterampilan produktif yang menuntut bagi siapa saja yang mempelajarinya mengetahui dan me-nguasai unsur-unsur bahasa yaitu, tata bahasa, kosa kata serta ide pikiran tentang apa yang ingin disampaikan. Siswa yang memiliki kemampuan yang baik dalam menulis dan berbicara dapat dipastikan dia juga dapat membaca dan menyimak dan tidak sebaliknya.

pada dasarnya apa yang dijelaskan di atas sama dengan apa yang dijelaskan oleh abdul Majid (1981:185-188) bahwa dalam pembelajaran menulis harus dimulai dari yang paling sederhana (dasar) sampai kepada tahap yang lebih kompleks (sulit). adapun tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Menerjemahkan bunyi-bunyi bahasa ke dalam huruf-huruf

yang tertulis. Bentuk pembelajarannya adalah menyalin atau dikte;

2) Guru memberikan sebuah cerita pendek atau kalimat yang mengandung konteks yang lengkap kemudian meminta siswa untuk menuliskan kembali sesuai dengan aslinya. Setelah menulis, siswa membandingkan tulisannya den-gan teks aslinya dan memperbaikinya dari kesalahan tulisan dan tanda baca;

Page 93: An Introduction to English Learning and Teaching

172 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 173

3) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk menulis kembali sebuah cerita atau teks bacaan dengan meng-ubah beberapa aspeknya seperti semua singular diubah menjadi plural atau subjek he diubah menjadi she. Teknik ini termasuk mengarang terbimbing

4) Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan dari sebuah bacaan atau cerita pendek;

5) Guru memberikan beberapa kalimat yang berkaitan dengan topik tertentu yang disusun secara acak. Ke-mudian meminta kepada siswa untuk menuliskan dan menyusun kalimat-kalimat tadi secara beraturan sehingga menjadi cerita yang baik;

6) Siswa menjawab beberapa pertanyaan dan jawaban ter-sebut akan membentuk sebuah cerita atau karangan;

7) Guru membacakan sebuah cerita atau teks bacaan dan siswa membuat resume tertulis;

8) Guru dan siswa mendiskusikan topik menarik untuk dijadikan sebuah topik karangan bebas.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa sebelum siswa sampai pada tahap mengarang secara bebas terdapat beberapa teknik yang harus dilalui, diantaranya meringkas bacaan terpilih, menceritakan gambar secara ter-tulis (describing picture), dan menjelaskan atifitas tertentu kemudian siswa diberikan tugas untuk mengarang bebas.

adapun menurut ibrahim (2003) tahapan pembelajaran menulis adalah sebagai berikut:a. Tingkat dasar

1) Menulis huruf tunggal atau dalam kata;2) Menghubungkan hurup menjadi kata; 3) Menyusun kata menjadi kalimat; 4) Menyusun dua kata menjadi sebuah ungkapan5) Menulis kata;6) dikte.

b. Tingkat menengah1) Menghubungkan dua ungkapan menjadi satu kalimat;

2) Melengkapi paragraph;3) Menyusun kalimat-kalimat menjadi sebuah

paragraph;4) Menulis beberapa kalimat tentang topik tertentu;5) Menulis beberapa paragraph tentang topik tertentu;6) Mendiskusikan beberapa topik kemudian menyuruh

siswa untuk menulis dengan topik yang dipilih.c. Tingkat lanjutan

1) Meresume apa yang didengar tentang cerita tertentu atau topik tertentu;

2) Menulis tentang tema tertentu yang jumlah katanya tidak kurang dari 150 kata dengan bantuan beberapa pertanyaan;

3) Menjawab beberapa pertanyaan secara ringkas;4) Menulis tentang tema tertentu berdasarkan poin-

poin yang disediakan;

6. Teknik pembelajaran aktif dalam menulisTeknik 1

Tujuan teknik ini adalah untuk melatih keterampilan siswa mengembangkan ide. prosesnya dimulai dari sebuah topik, kemu-dian dijabarkan dalam beberapa kalimat yang akhirnya menjadi beberapa paragraf. Teknik ini sangat membantu untuk melatih siswa dalam menulis karya tulis ilmiah. prosedur pembelajaran-nya adalah: a. Berikanlah pendahuluan yang menjelaskan secara umum

tentang sesuatu yang terkait dengan bentuk -bentuk kalimat dan paragraph;

b. Menentukan sebuah topik, kemudian dari topik tersebut dibuat sebuah kalimat yang disepakati seluruh siswa;

c. Meminta masing-masing siswa untuk membuat kalimat ten-tang topik tersebut sebanyak tujuh kalimat;

d. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoreksi tulisan masing-masing;

e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling mengo-reksi;

Page 94: An Introduction to English Learning and Teaching

174 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 175

f. Meminta siswa untuk menambah setiap kalimat dengan kalimat pendukung lainnya;

g. Beberapa siswa diminta untuk membacakan tulisannya dan siswa lain memperhatikan;

h. Siswa yang lain diminta untuk menanggapi khususnya hal-hal yang masih dianggap kurang atau salah;

i. Memberikan klarifikasi atas tulisan siswa.

Teknik 2Teknik ini hampir sama dengan teknik di atas yaitu bertujuan

melatih siswa mengembangkan dua atau tiga kalimat dengan menambah informasi lain dari kalimat tersebut. prosedur pem-belajarannya adalah: a. Meminta siswa untuk menulis dua atau tiga kalimat se-

derhana;b. Meminta siswa untuk menambah kalimat baik sesudahnya

atau sebelumnya;c. Setelah siswa melakukannya, guru meminta tulisan siswa

untuk memberikan tulisannya kepada teman di sampingnya untuk dievaluasi;

d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya hal-hal yang berkaitan dengan tulisan yang sedang dikoreksi;

Teknik 3The power of Two (Silberben, 2002: 153): kegiatan ini di-

lakukan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong kegiatan kerjasama karenanya dua kepala tentu lebih baik dari pada satu. prosedur pembelajarannya adalah:a. Memberikan peserta didik satu atau lebih pertanyaan yang

membutuhkan refleksi dan pikiran. b. Mintalah siswa untuk menjawab pertanyaan sendiri-sendiri;c. Setelah semuanya melengkapi jawabannya, bentuklah ke

dalam pasangan dan mintalah mereka untuk berbagi jawaban dengan yang lain;

d. Mintalah pasangan tersebut membuat jawaban baru untuk masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki respon

masing-masing individu secara tertulis pula;e. Ketika semua pasangan selesai menulis jawaban baru, banding-

kan jawaban dari masing-masing pasangan pasangan yang lain.

Variasi lain dari teknik ini adalah:a. Setiap siswa menulis sebuah karangan pendek;b. Siswa dipasang-pasangkan untuk mendiskusikan karangan

masing-masing kemudian membuat karangan baru yang ditulis berdua sebagai pengembangan dari tulisan secara individu tersebut.

Teknik 4Brainstorming (curah pendapat): strategi curah pendapat

digunakan guru dengan maksud mengajak siswa untuk mencurah-kan pendapatnya atau memunculkan ide-ide, gagasan mereka secara lisan. Curah pendapat dapat menjadi pembuka dari keg-iatan menulis. Kegiatan ini perlu dikendalikan oleh guru, tetapi tidak membatasi semua gagasan atau pendapat yang muncul dari mahasiswa. prosedur pembelajarannya adalah:a. Guru memulai dengan mengajukan pendapat atau gagasan;b. Siswa diminta menuangkan pendapatnya dengan cara menu-

liskan beberapa kata atau kalimat yang penting;c. Siswa memilih poin-poin yang telah ditulis kemudian dikem-

bangkan menjadi sebuah tulisan yang lengkap;d. Guru memberikan umpan balik dari tulisan siswa.

Teknik 5Mind Maps (peta pikiran/ingatan): teknik ini bertujuan untuk

melatih siswa menulis yang diawali dengan melakukan pemetaan tentang topik yang akan ditulis sehingga akan lebih mudah dan sistematis. prosedur pembelajarannya adalah:a. Memilih topik untuk pemetaan pikiran; misalnya tentang

hutan, kalau dipetakan akan muncul segala yang berkaitan dengan hutan; pohon, binatang, air, tanah dan kata-kata tersebut masih bisa dipetakan lagi;

b. Mendorong siswa untuk menambah informasi tentang kon-

Page 95: An Introduction to English Learning and Teaching

176 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 177

sep yang telah dipetakan tersebut bahkan siswa bisa saling membagi peta pikiran tersebut;

c. Memilih kalimat mana yang akan didahulukan dan kalimat mana yang akan ditulis kemudian;

d. Setelah tersusun, siswa menambahkan kata atau frase untuk menjadikan kalimat-kalimat yang telah disusun saling berkai-tan bentuk bahkan makna;

e. untuk lebih baik lagi, siswa mengecek tulisannya dari kes-alahan-kelasahan dalam tata bahasa, pemilihan kosa kata, makna, bahkan tanda bacanya sebelum diserahkan kepada guru;

f. Suruhlah siswa untuk saling membagi peta pikirannya.

Teknik 6Topic interest: pada teknik ini siswa dilatih untuk menulis

tentang hal-hal yang dianggap menarik dengan demikian mereka akan lebih mudah mengembangkan tulisannya. prosedur pembe-lajarannya adalah:a. Setiap siswa mengajukan topik yang dianggap menarik;b. Guru menulis di papan tulis topik-topik tersebut jika terlalu

banyak maka hanya topik yang diajukan oleh kelompok siswa;c. Setelah ditulis di papan tulis, guru dan siswa mendiskusikan

tentang topik mana yang paling diminati dan memilih tiga terbanyak terlebih dahulu kemudian dipilih satu;

d. Setelah mendapatkan satu topik yang paling diminati, guru menyuruh siswa untuk memulai menulis;

e. untuk mengoreksi tulisan siswa bisa dilakukan dengan cara peer correction (koreksi oleh teman) dengan hanya memberi-kan kode kesalahan, misalnya huruf M untuk mufradat, huruf Q untuk kesalahan qawaid;

f. Jika tidak memungkinkan maka dapat dikumpulkan langsung untuk dikoreksi oleh guru di rumah.

Teknik 7describing picture: tujuan teknik adalah melatih siswa

mengembangkan tulisan berdasarkan situasi yang ada dalam

gambar. prosedur pembelajarannya adalah:a. Kelas dibagi ke dalam 3-4 kelompok dan setiap kelompok

diberi gambar yang berbeda (untuk variasi kegiatan, gambar bisa diambil dari gambar yang mereka bawa);

b. Setiap kelompok mendiskusikan terlebih dahulu poin-poin yang akan ditulis berdasarkan gambar;

c. Setelah setiap kelompok menyusun poin-poin yang akan dituangkan dalam sebuah karangan, masing-masing anggota menulis berdasarkan poin tersebut dengan bahasa masing-masing;

d. Setiap kelompok mendiskusikan kembali sebuah karangan yang disusun secara kelompok (setiap kelompok dapat me-nunjuk salah satu anggota untuk menulis);

e. Setiap kelompok mendiskusikan tentang isi karangan berdasarkan situasi dalam gambar, kosa kata, tata bahasa, organisasi, dan mekanik;

f. Setiap kelompok memilih satu anggota untuk membacakan karangannya dan satu anggota yang lain menunjukkan gambar kepada kelompok lainnya;

g. Guru memberikan umpan balik terhadap karangan mereka.

Teknik 8Chaining question: teknik ini bertujuan untuk melatih ke-

mampuan menulis berdasarkan rangkaian pertanyaan. Teknik ini sama dengan teknik menulis terbimbing. prosedur pembelajaran-nya adalah:a. Guru menulis beberapa pertanyaan yang berurutan sesuai

dengan peristiwa tertentu di papan tulis;b. Sebelum siswa disuruh memulai untuk menulis, guru mem-

berikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang tidak dipahami dari rangkaian pertanyaan tersebut;

c. Setelah dipastikan siswa memahami semua rangkaian pertan-yaan, kegiatan menulis atau mengarang dapat dimulai;

d. Tulisan siswa dikumpulkan untuk dikoreksi;e. Jika masih ada waktu yang tersisa, guru dapat menjelaskan dan

mengoreksi salah satu karangan siswa dan menulis beberapa

Page 96: An Introduction to English Learning and Teaching

178 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 179

kesalahan di papan tulis serta memberikan contoh yang benar dan baik;

Teknik 9Correspondece: teknik ini bertujuan untuk melatih siswa

menulis surat baik dalam bentuk surat menyurat sebagai latihan semata maupun latihan dalam situasi otentik seperti menyurat ke kedutaan untuk meminta buku, majalah atau melalui email untuk konsultasi atau bertanya berkaitan dengan bidang ilmu yang dipelajari dan sebagainya. prosedur pembelajarannya adalah:a. Kelas dibagi ke dalam 5-6 kelompok yang beranggotakan 3-4

siswa;b. Setiap kelompok diberikan tugas untuk menulis surat ke

kedutaan, sahabat pena di negara lain, seorang tokoh, artis, dan lain sebagainya;

c. Bentuk surat bisa dalam bentuk tulisan tangan, melalui email, twitter, facebook, dan lain sebagainya;

d. Kelompok yang dapat melalukan surat menyurat beberapa kali dan mendapatkan tanggapan dari si penerima surat menjadi kelompok pemenang;

e. Guru memberikan tanggapan mengenai surat-surat yang ditulis oleh kelompok siswa.

Teknik 10Menulis pengalaman: teknik ini bertujuan untuk melatih

siswa menulis tentang pengalamannya (pengalaman yang paling menyenangkan, menyedihkan, tidak terlupakan, memalukan dan lain sebagainya). Biasanya struktur yang digunakan untuk kegiatan menulis tersebut adalah bentuk lampau (past atau fi’il māḍī). prosedur pembelajarannya adalah:a. Siswa diberikan kesempatan untuk mengingat pengalaman-

nya yang paling bisa diingat. apakah karena menyenangkan, memalukan, atau menakutkan;

b. Setelah semua siswa dapat mengingat salah satu pengalaman-nya, guru meminta siswa untuk menuliskannya dalam sebuah tulisan yang terdiri dari beberapa paragraf;

c. evaluasi terhadap tulisan mereka dapat dilakukan oleh teman atau kolega siswa atau dilakukan oleh guru sendiri;

d. evaluasi yang baik adalah tidak hanya memberikan nilai saja tetapi juga memberikan komentar.

e. Selain dari teknik yang dijelaskan di atas masih banyak teknik-teknik lainnya yang membuat siswa terlibat lebih aktif, menyenangkan, dan terlibat secara maksimal baik kognitif, afektif dan psikomotornya. Terlebih lagi, jika pembelajaran tersebut menggunakan materi pembelajaran yang otentik artinya materi apa saja yang sesuai dengan kehidupan nyata siswa.

7. Penilaian pembelajaran menulisSecara yuridis berdasarkan pp no, 20 tahun 2007 tentang

Standar penilaian pendidikan terdapat beberapa istilah standar penilaian pendidikan, penilaian pendidikan, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikkan kelas, ujian sekolah dan ujian nasional, peserta didik. pengertian penilaian yang dimaksud dalam penilaian pendidikan adalah penilaian proses dan penilaian hasil. penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. penilaian terhadap hasil pembelajaran menulis mempunyai kelemahan, yaitu rendahnya kadar objektivitas. unsur subjektivitas penilai pasti berpengaruh dalam menilai karangan jenis ini. Sebuah karangan yang dinilai oleh dua orang atau lebih biasanya tidak akan sama skornya. Bahkan sebuah karangan dinilai oleh hanya satu orang penilai pun jika kondisinya berlainan ada kemungkin-an berbeda skor yang diberikan. Masalah yang perlu dipikirkan adalah bagaimana kita mendapatkan atau memilih model teknik penilaian yang memungkinkan penilai untuk memperkecil kadar subjektivitas dirinya. penilaian yang dilakukan terhadap karangan siswa biasanya bersifat holistis, impresif, dan selintas. Jadi, penilaian yang bersifat menyeluruh berdasarkan kesan yang diperoleh dari membaca karangan secara selintas. penilaian yang demikian jika dilakukan oleh orang yang ahli dan berpengalaman

Page 97: An Introduction to English Learning and Teaching

180 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 181

sedikit banyak dapat dipertanggungjawabkan. namun keahlian demikian tidak semua guru memiliknya.

penilaian yang bersifat holistis memang diperlukan. akan tetapi, agar guru dapat menilai secara lebih objektif dan mem-peroleh informasi yang lebih rinci tentang kemampuan siswa untuk keperluan diagnostik-edukatif, penilai hendaknya disertai dengan penilaian yang bersifat analitis. penilaian dengan pendekatan analitis merinci karangan ke dalam aspek-aspek atau kategori-kategori tertentu. perincian kategori dalam setiap karangan dapat berbeda-beda variasinya. Kategori-kategori yang pokok hendaknya meliputi:a. Kualitas dan ruang lingkup isi;b. Organisasi dan penyajian isic. Gaya dan bentuk bahasa;d. Mekanik: tata bahasa, ejaan, tanda baca, kerapihan dan ke-

bersihan tulisan;e. Respons efektif guru terhadap karya tulis. Karangan yang ditu-

lis berdasarkan rangsangan buku, baik fiksi maupun nonfiksi, kategori ke-1 tersebut dapat diganti, atau kriterianya berisi kesesuaiannya dengan isi buku. Respon efektif guru juga penting karena jenis-jenis karangan, misalnya yang bersifat argumentatif atau persuasif, dapat dinilai baik jika pembaca merasa tertarik. dalam kaitan ini, guru adalah pembaca.

di bawah ini dicantumkan beberapa model penilaian menulis.a. Model penilaian tugas menulis dengan skala 1-10

No. Aspek yang dinilai Tingkatan skala1 Kulitas dan ruang lingkup isi 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 102 Organisasi dan penyajian isi 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 103 Gaya dan bentuk bahasa 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

4Mekanik tata bahasa, ejaan, kerapian tulisan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

5Respon efektif guru terhadap karangan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Jumalah skor

b. Model penilaian tugas menulis dengan pembobotan masing-masing unsur

No. Aspek yang dinilai Tingkatan skala

1isi gagasan yang dikemukakan

35

2 Organisasi isi 233 Tata bahasa dan 20

4Gaya pilihan struktur dan kosa kata

15

5 ejaan 5Jumlah skor

c. Model profil penilaian karangan menurut Heaton, 1991: 146)

nama Siswa : Judul : iSi:

SKOR KRITERIA DESKRIPSI

27 - 30Sangat Baik – Sempurna

padat informasi, subtantif, pengembangan tesis tuntas, relevan dengan permasalahan dantuntas

22 – 26Cukup – Baik

informasi cukup, subtansi cukup, pengembangantesis terbatas, relevan dengan masalah tetapi tak lengkap.

17 – 21Sedang – Cukup

informasi terbatas, subtansi kurang, pengembangan tesis tak cukup, relevan permasalahan takcukup.

13 - 16 Kurangtak berisi, tak ada subtansi, tak ada pengembangan tesis, tak ada permasalahan.

Jumlah

Page 98: An Introduction to English Learning and Teaching

182 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 183

ORGaniSaSi:

SKOR KRITERIA DESKRIPSI

18 - 20Sangat Baik – Sempurna

ekspresi lancar, gagasan diungkapkan dengan jelas, padat, tertata dengan baik, urutan logis, kohesif.

14 - 17Cukup – Baik

ekspresi kurang lancer, gagasan kurang , tetapi ide utama terlihat bahan pendukung terbatas, tertata dengan baik, urutan logis tatapi tak lengkap, cukup kohesif.

10 - 13Sedang – Cukup

tak lancer, gagasan kacau, ter-potong-potong, urutan pe-ngembang an tak logis.

7 – 9 Kurangtak komunikatif, tak terorganissasi, tak layak nilai.

Jumlah

KOSa KaTa:

SKOR KRITERIA DESKRIPSI

18 - 20Sangat Baik – Sempurna

pemanfaatan potensi kata canggih, pilihan kata dan ungkapan tepat, menguasai pembentukan kata.

14 - 17Cukup – Baik

pemanfaatan potensi kata agak canggih, pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat tetapi tak mengganggu.

10 - 13Sedang – Cukup

pemanfaatan potensi kata ter-batas, sering terjadi kesalahan peng gunaan kosa kata dan dapat merusak makna.

7 - 9 Kurangpemanfaatan potensi kata asal-asalan, pengegtahuan tentang kosa kata rendah, tak layak nilai.

Jumlah

penGunaan BaHaSa:

SKOR KRITERIA DESKRIPSI

22 - 25Sangat Baik – Sempurna

konstruksi komplek tetapi efektif, hanya terjadi sedikit kesalahan penggunaan bentuk kebahasaan

18 - 21Cukup – Baik

konstruksi sederhana tetapi efektif, kesalahan kecil pada konstruksi kompleks, terjadi banyak kesalahan tetapi makna tak kabur.

11 - 17Sedang – Cukup

terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat, makna membingungkan atau kabur.

5 – 10 Kurangtak menguasai aturan sintaksis, terdapat banyak kesalahan, tak komunikatif, tak layak nilai.

Jumlah

MeKaniK:

SKOR KRITERIA DESKRIPSI

5Sangat Baik - Sempurna

menguasai aturan penulisan, hanya terdapat beberapa kesalahan.

4 Cukup – Baikkadang-kadang terjadi kesalahan ejaan tetapi tidak mengaburkan makna.

3Sedang – Cukup

sering terjadi kesalahan ejaan, makna membingungkan atau kabur.

2 Kurangtak menguasai aturan penulisan, terdapat banyak kesalahan ejaan, tulisan tak terbaca, tak layak nilai

Jumlah

SJumlah : ........penilai : ........Komentar : ...................................................................................

Page 99: An Introduction to English Learning and Teaching

An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 185 184 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology

pembobotan di atas tidak bersifat mutlak artinya guru dapat memodifikasinya sesuai dengan yang diinginkan tetapi yang terpenting adalah setiap kegiatan evaluasi harus lebih detail dan konkrit serta tidak menduga-duga. penilaian yang didasarkan pada kriteria yang jelas merupakan usaha untuk menghindari subjektifitas.

8. PenutupMenulis merupakan keterampilan bahasa yang dianggap pa-

ling sulit dibanding dengan keterampilan bahasa lainnya karena menulis merupakan keterampilan produktif yang membutuhkan pengetahuan dan kemampuan dalam tata bahasa, ppenguasaan kosa kata, mekanik, bahkan pengetahuan tentang ide dan cara pengorganisasiannya. Keterampilan menulis biasanya dilakukan setelah keterampilan lainnya dikuasai atau paling tidak sudah dipelajari.

Oleh karena itu dalam pembelajarannya di dalam kelas harus dilakukan dengan berbagai teknik yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan sehingga siswa dapat merasakan bahwa pembelajaran menulis itu mudah.

Teknik evaluasi dengan kriteria penilaian yang jelas adalah sesuatu yang harus dilakukan dalam rangka peningkatan pembe-lajaran menulis. Tanpa itu, pembelajaran menulis sulit dievaluasi dan subjektifitas akan selalui menghantui proses evaluasi.

abdullah, Taufiq. 1996. Agama dan Perubahan Sosial. Jakarta: pT. Grafindo persada, Cet. ii.

abdulmajid, Shalahuddin, Taallumul-lughah al-Hayyah wa Ta’limuha bainanndhoriyyah wat-tatbiq. Lubnan:Maktabah Lubnan, 1981.

al-Khuli, ali, Muhammad., Asalib Tadris al-Lugah al-Arabiyyah. Maliz: Farzdaq Tijary.

alwasilah, a. Chaedar. Filsafat Bahasa dan Pendidikan. Bandung: pT Rosda Karya, 2010.

arsyad, azhar, Bahasa Arab dan Metode Pembelajarannya. Kumpulan Makalah. (Makassar, 2002)

arsyad, azhar, Suatu Penafsiran Psikodinamik Terhadap Metodologi Pengajaran Bahasa Asing Inovatif. (Jakarta: al-Qushwa, 1989), Cet. i

asmani, Ma’mur, Jamal. 7 Tips Aplikasi PAKEM:Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Cet 1; Jogjakarta: diVa press, 2011.

Best, W. John. Research in Education. Third edition, new Jersey: prentice Hall, 1977.

Brown, douglas, H. Principles of Langauge Learning and Teaching. Third edition, prentice Hall: prentice Hall Regents, 1994.

Brown, douglas, H. Teaching By Principles: An Interactive Approach to

DAFTAR PUSTAKA

Page 100: An Introduction to English Learning and Teaching

186 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 187

Language Pedagogy. Second edition, new York: Sun Fransisco State university, 2001.

Brumfit, C.J., dan K. Johnson., 1984. The Communicative Approach to Langauge Teaching. Oxford: Oxford university press.

Clark, H. Herbert and eve V. Clark. Psychology and Language. new York: Harcout Brace, 1977.

Cook, Vivian. Second Language Learning and Language Teaching. new York: Chapman and Hall, 1991.

Creswell, W., John. Research Design: Qualitative & Quantitative Ap-proaches. new delhi: Sage publications, 1994.

depag Ri,Topik Inti Kurikulum Nasional, Jakarta:dibinperta,1999.

djiwandono, Soenardi. Tes Bahasa. Cet. 1; Jakarta: pT indeks, 2008.

Fahmi, akrom, aH., Drs., Ilmu Nahwu dan Sharaf (Tata Bhasa Arab), Praktis dan Aplikastif (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1999), Cet.I.

Gay, L. R. Educational Research: Competencies for Analysis and Ap-plication. Second edition, Ohio: Charles e Merril publishing co., 1981.

Gazali, a. Syukur. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan Pendekatan Komunikatif Integratif. Cet. 1; Bandung: pT Refika aditama, 2010.

Ginis, paul. Teacher’s, Toolkit Raise Classroom Achievement with Strate-gies for Every Learner. California: Corwin press. diterjemahkan oleh: Wasi dewanto. 2008. Trik dan Taktik Mengajar Strategi Meningkatkan Pengajaran di Kelas. Cet.1; indonesia: pT Ma-canan Jaya Cemerlang. 2007.

Grabe, William & Kaplan, B., Robert. Introduction to Applied Linguistics. new York: addison-Wesley publishing Company, 1992.

Grant, neville. Making the Most of Your Textbook, england: Longman, 1989.

Hamalik, Oemar, Pengembangan Kurikulum, Cet. i;Bandung: Mandar Maju, 1990.

Harmer, Jeremy. The Practice of English Language Teaching. new edi-tion, uK: Longman, 1991.

Heaton, J. B. Writing English Language Test. new York: Longman, 1991.

Hermawan, acep. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Cet. 1; Band-ung: pT Remaja Rosdakarya. 2011.

Huda, Miftahul. Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan. Cet. 1; Yogyakarta: pustaka pelajar.

Hutchinson, Tom & alan Water. English for Spesific Purposes. new York: Cambridege university press, 1987.

ibrahim, abdul alim,. Al-Muajjah al-Fanny li Mudarris al-Lugah al-Arabiyyah. Kairo: darul Ma’arif, 1968.

ismail, Mahmud, et. al., 1983. al-Arabiyyah lin Nasyi’in. Saudi arabia: Kementrian Ma’arif.

Jognson, elaine B. Contextual Teaching and Learning. California: Corwin press. diterjemahkan Oleh: ibnu Setiawan. 2007. dengan judul: Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Ke-giatan Belajar Mengajar Mengasikan dan Bermakna. Cet. 5; Bandung: MLC.

Johnson, david W, et. al. Colaborative Learning: Strategi Pembelajaran untuk Sukses Bersama. diterjemahkan oleh: narulita Yusron. Cet. 1; Bandung: nusa Media, 2010.

Johnson, Keith. An Introduction to Foreign Language Learning and Teach-ing. england: person education Limited, 2001.

Kamil, aG., Teknik Membaca Textbook dan Penterjemahan. Yogyakarta: Kanisius, 1982.

Komalasari, Kokom, Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Cet. 1; Bandung: pT Refika aditama, 2010.

Krasen, d. Stephen. Principles and Practice in Second language Acquisi-tion. new York: pergamon press, 1987.

Page 101: An Introduction to English Learning and Teaching

188 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 189

Kunandar. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Cet 1; Jakarta: pT Rajagrafindo persada. 2007.

Larsen, diana & Freeman. Techniques and Principles in Langauge Teach-ing. england: Oxford university press, 1986.

Littlewood, William, T. Foreign and Second Langauge Learning. new York: Cambridge university pres, 1984.

Mahmudah, umi dan abdul Wahab Rasyidi. Active Learning dalam Belajar Bahasa Arab. Cet. 1; Malang: uin Malang press, 2008.

Mahsun, MS. Metode Penelitian Bahasa. Cet. 1; Jakarta: pT Raja-Grafindo persada, 2005.

Majid, abdul Shalah, Ta’allumul Luqot Al-Hayyah Wa Ta’limuha,Cet. i. Maktabah Lubran, 1987.

Makhruf, imam. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Aktif. Cet. 1; Semarang: need’s press, 2009.

Mansur, ahmad, Majid, Manshur. Ilmu al-Lugah an Nafsi. Saudi ara-bia: universitas Kerajaan Saudi,1982.

Mujib, Fathul. Rekonstruksi Pendidikan bahasa Arab dari Pendekatan Konvensional ke Integratf Humanis. Cet. 1; Yogyakarta: peda-gogia, 2010.

Mujies, daniel, dan david Reybolds. Effective Teaching: Evidance adan Practice. London: Sage publications Ltd. diterjemahlan oleh: Soetjipto, Helly prajitno dan Sri Mulyantini Soetjipto. 2008. efective Teaching: Teori dan aplikasi. Cet. 1; Yogyakarta: pustaka pelajar, 2008.

Mulyasa, H., e. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Kemandirian guru dan Kepala Sekolah. Cet. 2; Jakarta: Bumi aksara, 2009.

Munthe, Barmawy. Desain Pembelajaran. Cet. 1; Yogyakarta: pustaka insan Madani, 2009.

Muslich, Masnur. KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kon-

tekstual: Panduan bagi Guru, Kepada Sekolah, dan Pengawas Sekolah. Cet. 5; Jakarta: Bumi aksara, 2009.

ngalim purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : pT. Remaja Ros-dakarya, 1996), Cet. ii

ngalim purwanto, Psikologi Pendidikan, Cet. ii; Bandung : pT. Remaja Rosdakarya, 1996.

nunan, david. Research Methods in Language Learning. new York: Cambridge university press, 1992.

O’Malley, J. Michael and anna uhl Chamot. Learning Strategies in Second Language Acquisition. new York: Cambridge university press, 1990.

pattison, pat. Developing Communication Skills. new York: Cambridge university press, 1989.

Rasyid, amin, Muhammad., Teaching English as a Foreign Language (TEFL) in Indonesia. ujung pandang: FpBS iKip, 1997.

Richard, C., Jack & Theodore S. Rodger. Approaches and Metods in Language Teaching. unied Kingdom: Cambridge university press, 2001.

Richard, C., Jack. Methodology In Language Teaching. uSa: Cambridge university press, 2002.

Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Guru/Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Cet. 2; Jakarta: Kencana, 2010.

Rosyidi, Wahab, abdul. Media Pembelajaran Bahasa Arab. Cet. i; Malang: uin Malang press. 2009.

Rusman. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Cet. 2; Jakarta: pT RajaGrafindo persada, 2011.

Savignon, J. Sandra. Communicative Competence: Theory and Classroom Practice.: Texts and Contexts in Second Language Learning. Lon-don: addison-Wesley publishing Company, 1983.

Page 102: An Introduction to English Learning and Teaching

190 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 191

Schachter, Jacquelyn. and Susan Gass. Second Language Classroom Research Issues and Opportunities. new Jersey: Lawrence erl-baum associates publisher, 1996.

Seliger, W., Herbert & elana Shomamy. Second Language Reasearch Methods. new York: Oxford university press, 1989.

Shalah, abdul Majid, Ta’allumul Luqhah al-Hayyah Wa Ta’limuha, Cet. i . Beirut: Maktabah Lubnan, 1981.

Sibermen, Melvin, L. Active Learning. 101 Startegies to Teach Any Sub-ject. Massachusetts: allyn Bacon, 1996. diterjemahkan Oleh: Sarjuli. dkk. active Learning: 101 Strategi pembelajaran aktif. Cet. 2; Yogyakarta: Yappendis, 2002.

Stern, H. H. Fundamental Concepts of Language Teaching. Fifth edition, Oxford: Oxford university press, 1987.

Sudjana, nana, dR, Media Pembelajaran, (Bandung : CV. Sinar Baru, 1991) Cet. ii.

Sudjana, nana, Media Pembelajaran, Cet. ii. Bandung: CV. Sinar Baru, 1991.

Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&d. Cet. 6; CV alpabeta, 2009.

Suparman, S. Gaya Mengajar Yang Menyenangkan Siswa. Cet. 1; Yog-yakarta: pinus Book publisher, 2010.

Suyanto, agus, Psikologi Umum, Jakarta: Bumi aksara, 1995. Cet. X

Syakur, nazri. Revolusi Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab: Dari Pendekatan Komunikatif ke Komunikatif Kambiumi. Cet.1; Yogyakarta: pedagogia, 2010.

Syamsyuddin, aR, MS. dan Vismaia S damaianti. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Cet. 2; Bandung: pT: Remaja Rosda Karya, 2007.

Tarigan, Guntur, Henry. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: de-partemen pendidikan dan Kebudayaan,1989.

Tayar, Yusuf, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Cet. ii; Jakarta : pT. Grafindo persada, 1997.

Tim pelatih proyek pGSM. Penelitian Tindakan (Classroom Action

Tomlinson, Brian. Material Development in Language Teaching united Kingdom: Cambridge university press, 1998.

Whitman, Richard and paul H. Boase. Speech Communication: Principles and Contexts. america: Macmilan publishing Co. inc., 1983.

Widdowson, H.G., Teaching Language as Communication. Oxford: Oxford university press, 1978.

Page 103: An Introduction to English Learning and Teaching

An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 193 192 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology

Teka-Teki dalam Bahasa inggris (Riddles)

Berikut ini beberapa teki-teki bahasa Inggris yang cukup bagus untuk proses pembelajaran bahasa Inggris di lingkungan formal mau-pun non formal. Contoh Teka-teki bahasa Inggris:

numb RiddLeS answer

1.i do not have a husband but i have children. i am a mother of four children. i am a part of your body.

2. What has a neck, but no head?

3.What do tigers have that no other animals have?

4. Which room has no doors, no windows?

5. What has teeth but can’t bite?

6.They travel all over the world but end up in the corner, what are they?

7.What’s black when you get it, red when you use it, and white when you’re all through with it?

8.i know a word of letters three. add two, and fewer there will be

LAMPIRAN

Page 104: An Introduction to English Learning and Teaching

194 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 195

9.Two in a corner, 1 in a room, 0 in a house, but 1 in a shelter. What am i?

10. The more you take, the more you leave behind.

11.i have a mouth on my head and eat everything. What am i?

12.i live above a star but never burn. i have 11 neighbors but they never turn. My initials are p, q, r and sometimes s. What am i?

13.if it takes one minute to boil one egg, how long it takes to boil ten eggs?

14. What is something you will never see again?

15.

Take away my first letter, and i still sound the same. Take away my last letter, i still sound the same. even take away my letter in the middle, i will still sound the same. i am a five letter word. What am i?

numb. RiddLeS answer

16.imagine you are in a dark room. How do you get out?

17. What is always coming but never arrives?

18. What comes down but never goes up?

19.if you have me, you want to share me. if you share me, you haven’t got me. What am i?

20.What can travel around the world while staying in a corner?

anSWeRS1. Thumb2. Bottle3. Baby tigers4. Mushroom5. Comb

6. Stamps7. Charcoal8. Few9. The letter r10. Footsteps11. Backpack12. number 7 on a phone keypad13. One minute. Boil only once.14. Yesterday15. eMpTY16. top imagining17. Tomorrow18. Rain19. Secret20. Stamp

CROSSWORD PUZZLES

Crossword puzzles 1

Page 105: An Introduction to English Learning and Teaching

196 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 197

Crossword puzzles 2

aCROSS2. Something you wear in winter to keep you warm.4. Man wear them on their legs. (British english)5. Yoiu wear it to keep the top half of your body warm in winter.6. Whwn you enter a japanese haouse, you should ..... your shoes.

(two words)8. You wear them on your feet.10. it can have long sleeves or short sleeves.11. in thye morning you should .... your clothes. (two words)12. a kind of shirt for women.13. You wear it around your neck in winter. 14. You wear it to hold up your trousers.15. Young men often wear one on their head, backwards. (two words)

dOWn1. Man wear them on their legs. (american english)3. You wear it around your neck.4. You wear it when you are training. (two words)5. You wear them in summer to keep your legs cool.7. Jewelry, you usually wear two of them.9. You wear them on your feet.10. The bottom half of a girl’s school uniform.

Crossword puzzles 3

aCROSS1. Something that we use for typing.4. it’s kind of drink. The color is red and brown.7. Something that we use to study things in the sky.10. it’s kind of foods. it’s made from flour, butter, and egg.

dOWn2. it’s an electronic appliance. it’s used for printing a file.3. it’s kind of drink. The color is white.5. an unique animal from Sulawesi.6. its an animal it usually lives in the north pole.8. name of an island in indonesia.

Page 106: An Introduction to English Learning and Teaching

198 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 199

Crossword puzzles 41 2 3 4 5 6 7 8

9 10

11 12 13

14 15 16

17 18 19

20 21

22 23 24

25 26 27

28 29

30 31 32

33 34 35

36

across1) Thinking about the past9) prefix meaning OuT OF, FROM10) places11) Leader of class13) Connecting word14) Looks15) not living17) To a higher place18) Hit20) abbreviation for ROund TRip21) not dry22) First person pronoun23) newly made, young25) Sleep, not work26) Small animal with six legs28) preposition showing support29) do31) Question word asking for answer with BeCauSe32) a Common verb

33) verb form of 15 across34) Water from the sky36) a thing of any kind

down:1) Somewhat2) Finds the size3) But, not including4) Make holy5) Thing on side of head6) abbreviation for RaiLWaY7) Form of the verb Be8) place where flowers grow12) pronoun for a man13) Kind of tree15) What a lady wears16) This or that19) Two time ten22) plural of Man24) With much money25) Streets27) at that time, later29) not here, gone30) Something to drink32) not small34) abbreviation of RHOde iSLand35) One of Wali Songo that was buried in Surabaya

Page 107: An Introduction to English Learning and Teaching

200 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 201

enGLiSH SOnGS FOR KidS

Versi Bahasa inggris:

Oh rainbow oh rainbowHow beautiful you areYou’re red yellow and greenYou’re hangin’ on the skyThe great who created youWho really painted youOh rainbow oh rainbowCreated by The God.

Versi Bahasa indonesia:

pelangi pelangialangkah indahmuMerah kuning hijaudi langit yang birupelukismu agung Siapa gerangan?pelangi pelangi Ciptaan Tuhan

Little Stars

Oh little starsi see hanging on the skySo many stars that glitter up aroundi really wanna fly and dance with youalthough you’re far high, i’ll visit where you are . . .

Bintang Kecil

Bintang Kecildi langit yang biruamat banyak menghias angkasaaku ingin terbang dan menariJauh tinggi ke tempat kau berada

Versi inggris:There is old cockatooit’s perching on windowGrandmom is getting oldnow her teeth are left two

Versi indonesia:Burung kakaktuaHinggap di jendelanenek sudah tuaGiginya tinggal dua

Versi Bahasa inggris

Look at my gardenFull of the flowerYou see the white and red folweri usually water them everydayThe rose and orchidall are beautiful

Versi Bahasa indonesia

Lihat kebunkupenuh dengan bungaada yang putih dan ada yang merahSetiap hari ku siram semuaMawar melatiSemuanya indah

Versi Bahasa inggris

Lizard lizard on the wallSilent silently moves onSuddenly mosquito comesHup . . . it is eaten up

Versi indonesia

Cicak-cicak di dindingdiam diam merayapdatang seekor nyamuk Hap . . . lalu ditangkap

desaku yang kucinta versi Bahasa inggris: My village that i love iti always admire itThe place where dad and mom livesThe place for my neighborsi promise not to forget itand keep it unitedi’ll always miss the villageOh my peaceful village . . .

The original song:

desaku yang kucintapujaan hatikuTempat ayah dan bundadan handai tahulankuTak pernah kulupakan Tak mudah bercerai Selalu kurindukan desaku yang permai...

Page 108: An Introduction to English Learning and Teaching

202 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 203

Versi Bahasa inggris:

Climbing climbing up the top of mountainHigh higher and so high 2xLeft side and right sidei see overthereSo many casuarina trees

Versi asli Bahasa indonesia:

naik naik ke puncak gunungTinggi tinggi sekali 2xKiri kanan kulihat sajaBanyak pohon cemara

MY BaLLOn aRe FiVe

i have five colorful balloonsThey are so beautifulYellow red grey blue and greenYellow red grey blue and greenGreen balloon suddenly explodes dor……Then i really feel upsetnow i have four balloons lefti try to hold them tightly

pOTOnG BeBeK anGSa

Slaughter the duck and swanLet’s cook on the pana girl wanna dance oidancing four timesLet’s bend to the leftLet’s bend to the rightLa la la la la la la la la la

Come into junglepick up rambutanThen a tiger pursues us hahahah . . .

Versi inggris:Here we’re happyand there, we’re happyand everywhere we’re all happyHere we’re happyand there, we’re happyand everywhere we’re all happyLa la la la la la la la dst . .

Versi arab :Huna masrurHunaka masrurFi ayyi makani nahnu masrurHuna masrurHunaka masrurFi ayyi makani nahnu masrurLa la la la la la la la dst . .

Versi indonesia :di sini senangdi sana senangdi mana - mana hatiku senangdi sini senangdi sana senangdi mana - mana hatiku senangLa la la la la la la la dst . .

Red-Red MeRaH (nada seperti lagu are you sleeping)

Red red merah, red red merahGreen hijau, green hijauYellow itu kuning, yellow itu kuningBlue biru, blue biru

Page 109: An Introduction to English Learning and Teaching

204 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology An Introduction to English Learning and Teaching Methodology • 205

i LOVe MY FaMiLY (nada seperti satu-satu aku sayang ibu)

One and one i love my motherTwo and two i love my fatherThree and three i love sister brotherOne two and threei love my family

FRuiT SOnG (nada seperti are you sleeping)

Watermelon, watermelonpineapple, pinappleBanana avocadu banana avocedoManggosteen, manggosteen

THE TOPICS OF DISCUSSION

1. Man and Woman Rilationship/Friendshipa. do you agree or disagree with making an affair?b. How far can a woman and a man make the friendship?c. Can a woman goes along with a man to somewhere?

2. never Too Old Too Learna. How long do we study?b. earning money is more infortant than the study?

3. english Language is more essential for our future than arabic Language. do you agree or disegree with this statament?

4. people attend colleges or universities for many different reasons (for example, new experiencies, career preparation, increased knowledge ). Why do you think people attend colleges?

5. if you are received a gift of money. What do you thing is the best way for you to spend this money?

6. Some people think that family is the most important influence on their life. Other people think that friends are the most important influence on their life. Which view do you agree?

7. Some people prefer to spend most of their time alone. Others like to be with friends most of the time. do you prefer to spend your

time alone or with friends ? Which view do you agree with? Why?

8. Some people prefer to spend theor free time outdoors. Other people prefer tp spend their leisure time indoor. Would you pre-fer to be outside or would you frefer to be inside for your leisure activities? use spesific reasons and example to suppor your choice?

9. do you agree or disagree with the following statement.? parent are the best teachers.

10. Only people who earn a lot of money are successful. do you agree or disagree with this definition of success?

11. How do movies or television influence people’s behavior? use reasons and spesific example to explain your opinion.

12. in some countries, teenagers have got merriage while they are still student. do you think this a good idea? Support your opinion by using spesific reasons and details.

The answers of Crossword puzzles 2aCROSS2. Coat4. Trousers5. Sweater6. Take off8. Socks10. Shirt11. put on12. Blouse13. Scarf14. Belt15. Baseball Cap

dOWn1. pants3. Tie4. Track Suit5. Shorts7. ear Rings9. Shoes10. Skirt

Page 110: An Introduction to English Learning and Teaching

206 • An Introduction to English Learning and Teaching Methodology

PENULIS

Saepudin dilahirkan di Sukabumi Jawa Barat 16 desember 1972. Lulus program Sarjana (S1) iain Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 1997. Lulus program Magister di (S2) pada program Studi pendidikan Bahasa uni-versitas negeri Makassar (unM) pada tahun 2007. pada saat penyususnan buku ini, penulis tercatat sebagai mahasiswa program doktor (S3) di universitas islam negeri alauddin Makassar.

Sejak tahun 1999, penulis bertugas sebagai pengajar di Sekolah Tinggi agama islam negeri (STain) parepare pada mata kuliah Metode pembelajaran Bahasa arab 1 (istima’ dan kalam) dan Metode pembelajaran Bahasa arab 2 (qiraah dan kitabah), Sociolinguistics, perencanaan desain pembelajaran Bahasa arab, Metode penelitian Bahasa, english Teaching Methodology, english Material develop-ment.

Buku yang telah dipublikasikan adalah metode pembelajaran bahasa arab, pembelajaran keterampilan bahasa arab, dan beberapa jurnal dan penelitian di bidang pembelajaran bahasa.