Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
829
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
Analisis Desentralisasi Fiskal Dan Dampaknya Terhadap Kinerja Fiskal
Daerah dan Struktur Pengeluaran Pemerintah Daerah Serta Kesejahteraan
Hidup Masyarakat Jawa Timur
Timbul Hamonangan Simanjutak
Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha Bandung
Imam Mukhlis
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang
ABSTRACT
This research aims to analysize the effect of fiscal decentralization to welfare live at municipalities
in East Java Province, Indonesia for 2008 until 2011 by variables are ; fiscal capacity, financial
dependence and expenditure structure. The methode of analysize was Partial Least Square (PLS).The
results of the research are ; there is direct effect between fiscal decentralization to regional fiscal capacity,
there is direct effect between regional fiscal capacity to regional financial dependence, there is not direct
effect between regional fiscal capacity to regional expenditure structure, there is direct effect regional
financial dependence to welfare live, there is direct effect between regional financial dependence to
regional expenditure structure, and there is direct effect between regional expenditure structure to welfare
live. Based on these results, the implementation of fiscal decentralization can implement in increasing the
quality of development activity and development equity on East Java Province, Indonesia.
Keywords : Fiscal Decentralization, Fsical Capacity, Financial Dependence, Welfare Live, Partial Least
Square
PENDAHULUAN
Dalam proses pembangunan suatu negara, pengelolaan anggaran/keuangan negara merupakan hal
penting dalam menjaga keberlangsungan pembangunan (sustainable development). Kemandirian negara
dalam pengelolaan keuangannya akan memberikan dampak pada kecepatan dan fleksibilitas dalam
penghimpunan dan pengalokasian anggaran keuangannya. Selain itu pula kemampuan negara dalam
pengelolaan keuangannya akan mendorong akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk berpartisipasi
dalam kegiatan perekonomian. Dalam hal ini, Musgrave (1959) and Oates (1972) mengemukakan teori
fiscal federalism dalam menjelaskan aspek fiskal dalam perekonomian. Menurutnya aspek fiskal dalam
perekonomian harus dapat mengatasi persoalan kesenjangan ekonomi yang terjadi dalam perekonomian
negara. Selain itu pula pemerintah daerah juga dapat menyediakan barang dan jasanya secara lebih efisien
sesuai dengan kebutuhan dan keinginan warga masyarakatnya.
Desentralisasi fiskal dan otonomi daerah merupakan kemajuan dalam pengelolaan keuangan
negara. Pemerintah daerah dapat berperan lebih dalam pengelolaan keuangan daerahnya dalam pemenuhan
barang publik masyarakat. Implementasi dari Kebijakan Desentralisasi Fiskal diharapkan dapat mendorong
adanya efisiensi, daya saing, pengurangan disparitas anggaran dan kesejahteraan hidup masyarakat. Melalui
kebijakan tersebut pemerintah pusat memberikan alokasi anggaran dalam bentuk dana perimbangan bagi
pemerintah daerah.
830
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
Dalam implementasinya, desentralisasi fiskal dalam bentuk alokasi anggaran dana perimbangan
dapat menimbulkan adanya disparitas fiskal (fiscal disparity) (Allers dan Ishemoi 2011). Disparitas fiskal
ini dapat terjadi karena pemerintah daerah tidak mampu menghasilkan layanan yang komparabel pada
tingkat pajak yang komparabel. Disparitas fiskal muncul baik pada sisi penerimaan dan pada sisi
pengeluaran dari anggaran (Ladd 1994). Dalam hal ini daerah dengan affluent population biasanya lebih
mampu untuk membiayai public good provision dari pada daerah lainnya. Hal ini karena daerah dengan
affluent population tersebut dapat meningkatkan penerimaan pajaknya lebih mudah (Allers dan Ishemoi
2010).
Adanya disparitas fiskal ini akan dapat menimbulkan terjadinya ketidakmerataan dan
ketidakefisienan dalam alokasi sumber daya (Boadway 2004). Hal ini terjadi karena setiap daerah tidak
memiliki kemampuan yang sama dalam menggali potensi sumber daya yang dimilikinya. Selain itu pula
ketidakmerataan dapat terjadi karena faktor produksi yang ada tidak dapat teralokasikan secara efisien.
Dalam hal ini modal dan tenaga kerja yang ada lebih berlokasi pada daerah dengan net fiscal benefit yang
tinggi dan tidak berada pada daerah dengan produktifitas faktor produksi yang paling tinggi. Sebagai
akibatnya terjadi kesenjangan antara pengalokasian anggaran dengan kebutuhan dalam pemenuhan barang
dan jasa bagi masyarakatnya. Derajat kesenjangan ini akan semakin membesar manakala postur dalam
anggaran daerah (APBD) tidak memperhatikan pemenuhan dasar dalam kebutuhan hidup masyarakatnya.
Implikasi dari disparitas fiskal tersebut adalah penduduk suatu daerah dapat menerima layanan dalam public
good provision yang lebih baik dari pajak yang telah dibayarkannya. Sedangkan penduduk daerah lainnya
belum menerima layanan dalam public good provision yang lebih baik dari pajak yang telah dibayarkannya
(Allers dan Ishemoi 2010).
Berbagai studi telah dilakukan dalam rangka menganalisis pengaruh desentralisasi fiskal terhadap
kesejahteraan hidup masyarakat. Dalam hal ini desentralisasi fiskal dapat memberikan pengaruh terhadap
kinerja keuangan daerah dalam pembiayaan pembangunan dan pelayanan publik. Dalam kaitannya dengan
implementasi desentralisasi fiskal di Indonesia, penelitian oleh Simanjutak dan Mukhlis (2012)
menghasilkan kesimpulan adanya pengaruh positif dan signifikan antara alokasi dana perimbangan dari
pusat ke daerah terhadap pengeluaran pemerintah daerah kabupaten/kota di Jawa Timur Indonesia.
Hasil penelitian lain oleh Alexiou (2009) memberikan kesimpulan bahwa pengeluaran pemerintah
pada pembentukan modal, development assistance, investasi private dan keterbukaan perdagangan
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di berbagai di Negara-negara
South Eastern Europe (SEE) selama tahun 1995-2005. Sedangkan hasil penelitian oleh Matovu (2000)
dengan menggunakan metode analisis dynamic general equilibrium menunjukkan bahwa pengeluaran
pemerintah pada bidang sosial dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di Negara Uganda.
Dalam kaitannya dengan implementasi desentralisasi fiskal di berbagai negara, penelitian yang
dilakukan oleh Pose dan Krøijer (2009) dalam kurun waktu 1990-2004 di berbagai negara khususnya di
Eropa Tengah dan Eropa Timur. Hasil penelitiannya memberikan kesimpulan bahwa desentralisasi fiskal
memiliki hubungan negatif dengan pertumbuhan ekonomi di berbagai negara di Eropa. Dalam hal ini
pengeluaran dan transfer dana dari pusat ke daerah berkorelasi negatif dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi. Sedangkan pajak yang dibebankan kepada daerah dapat memiliki korelasi positif signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Dalam kaitannya dengan kemandirian keuangan daerah, penelitian oleh Fattah dan Irman (2013)
menunjukkan masih adanya tingkat ketergantungan fiskal pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat.
Sebagai gambaran tingkat ketergantungan fiskal Pemerintah Daerah di Sulawesi Selatan terhadap
Pemerintah Pusat pada era otonomi daerah masih tinggi yaitu berkisar antara 85,27% sampai 93,22%.
831
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
Selanjutnya dalam penelitian lain, Sukanto dan Muhklis (2013) memberikan kesimpulan bahwa
kemandirian keuangan (fiscal independence) di kabupaten/kota di Sumatera Selatan adalah sangat
kecil/sangat rendah. Selain itu pula tingkat kemandirian keuangan daerah tersebut memiliki pengaruh
negatif terhadap tingkat kemiskinan dan sebaliknya tingkat kemandirian keuangan daerah memiliki
pengaruh positif terhadap kesejahteraan hidup (diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia) masyarakat
kabupaten/kota di Sumatera Selatan.
Sebagaimana diketahui Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan tingkat pertumbuhan
ekonominya di atas rata-rata nasional memiliki kapasitas anggaran yang cukup besar dalam pencapaian
kesejahteraan hidupnya. Berdasarkan kajian secara empiris dan teoretis menunjukkan bahwa dalam
realitasnya di kabupaten/kota di Jawa Timur, alokasi anggaran dalam bentuk dana perimbangan yang
diterimakan kepada pemerintah daerah, sebagian besar masih banyak terserap pada alokasi untuk
pemenuhan kebutuhan rutin pemerintah daerah. Sedangkan porsi untuk pembiayaan modal/pembangunan
daerah masih rendah. Bahkan dalam sebuah periode terdapat anggaran keuangan daerah kabupaten/kota
yang menunjukkan rata-rata sekitar 70%-80% alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah habis terserap untuk pemenuhan kebutuhan rutin pemerintah daerah. Hal ini
menimbulkan sebuah kekhawatiran dalam upaya untuk mempercepat pencapaian kesejahteraan hidup
masyarakat. Manakala porsi anggaran pemerintah daerah (APBD) tidak dapat berkembang secara dinamis
dalam pemenuhan pembiayaan modal/pembangunan, maka daerah akan terjebak pada politik anggaran
yang sifatnya pemborosan dan rigid. Padahal dalam era pembangunan daerah yang modern, pemerintah
daerah dituntut untuk proaktif dalam memberdayakan keuangan daerahnya dalam pelayanan barang dan
jasa kepada masyarakat (public good provision). Dengan demikian dari berbagai hasil penelitian terdahulu
menunjukkan bahwa pandangan Musgrave (1959) and Oates (1972) tentang teori fiscal federalism, bahwa
desentralisasi perekonomian dapat mengatasi persoalan kesenjangan ekonomi dan penyediaan barang dan
jasa secara lebih efisien, sangat relative dan dapat berbeda di masing-masing negara. Dalam konteks Jawa
Timur yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonominya di atas rata-rata nasional dengan kapasitas anggaran
cukup besar, seyogyanya kinerja fiscal daerah dapat berdampak positif terhadap kesejahteraan
masyarakatnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara empiris eksistensi desentralisasi fiskal dan
dampaknya terhadap kapasitas fiskal, kemandirian keuangan daerah dan struktur pengeluaran pemerintah
daerah serta kesejahteraan hidup masyarakat Jawa Timur.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada pemaparan latar belakang di atas maka masalah yang diajukan dalam penelitian ini
adalah:
1. Apakah desentralisasi fiskal berpengaruh secara signifikan terhadap kapasitas fiskal daerah ?
2. Apakah kapasitas fiskal berpengaruh secara signifikan terhadap kemandirian keuangan daerah ?
3. Apakah kapasitas fiskal berpengaruh secara signifikan terhadap struktur pengeluaran pemerintah
daerah?
4. Apakah kemandirian keuangan daerah berpengaruh secara signifikan terhadap struktur pengeluaran
pemerintah daerah ?
832
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
5. Apakah kemandirian keuangan daerah berpengaruh secara signifikan terhadap kesejahteraan hidup
masyarakat daerah ?
6. Apakah struktur pengeluaran pemerintah daerah berpengaruh secara signifikan terhadap kesejahteraan
masyarakat daerah?.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :
a. Bagi Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai mapping keuangan daerah di kabupaten/kota
di Jawa Timur. Mapping tersebut terkait dengan proporsi penerimaan dan pengeluaran anggaran, skala
prioritas anggaran masing-masing daerah, potensi kapasitas fiskal daerah, potensi kemandirian
keuangan daerah dan kesejahteraan hidup masyarakat. Hasil mapping tersebut dapat dijadikan sebagai
acuan dalam menentukan alokasi anggaran pada tahun berlangsung.
b. Bagi Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementrian Keuangan RI
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai sebaran keuangan daerah dan
kebermanfaatan bagi daerah dalam proses permbangunannya. Selain itu pula melalui hasil penelitian ini
dapat terjadi sinkronisasi kebijakan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam melaksanakan
kebijakan desentralisasi fiskal di Indonesia.
c. Bagi Peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat memberikan sudut pandang yang lebih luas lagi mengenai implementasi
kebijakan fiskal dan dampaknya terhadap kesejahteraan hidup masyarakat. Penerapan metode penelitian
kuantitatif dalam penelitian ini dapat memberikan contoh konkret dari metode penelitian dengan
pendekatan mainstream (positivisme).
KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pembangunan suatu negara senantiasa diarahkan pada pencapaian derajat kesejahteraann hidup
yang meningkat bagi masyarakatnya. Dalam perspektif teori, kesejahteraan menggambarkan tercapaianya
pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat melalui pemanfaatan sumber daya ekonomi yang tersedia. Secara
umum teori kesejahteraan dapat diklasifikasikan menjadi tiga pemikiran, yakni classical utilitarian,
neoclassical welfare theory dan new contractarian approach. Pendekatan Classical Utilitarian
menyimpulkan bahwa kepuasan seseorang dapat dikuantitatifkan seiring perubahan waktu. Peningkatan
pendapatan seseorang, akan membawa perubahan dalam pola konsumsinya, sehingga kepuasannya akan
meningkat. Tingkat kepuasan individu akan berbeda-beda sesuai dengan constrain yang dihadapi (Albert
and Hahnel 2005).
Dalam pencapaian kesejahteraan hidup tersebut berbagai negara menerapkan kebijakan keuangan
negara yang berbeda-beda. Hal ini karena situasi dan kondisi perekonomian yang dihadapi masing-masing
negara berbeda, sehingga membutuhkan penanganan yang spesifik. Dalam hal ini era otonomi daerah dan
desentraliasi fiskal telah menjadi pilihan dari masing-masing negara dalam pengelolaan keuangan dan
penganggaaran negara. Menurut Oates (2006) dalam teori tradisional keuangan publik (public finance)
dijelaskan adanya peran fiscal dencetralization. Peran tersebut dapat dijelaskan lebih jauh lagi ke dalam
fungsi alokasi sumber daya pada sektor publik. Menurut Kee (2013) ...Fiscal decentralization is the
833
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
devolution by the central government to local governments (states, regions, municipalities) of specific
functions with the administrative authority and fiscal revenue to perform those functions. Melalui
implementasi dari kebijakan desentralisasi fiskal, setiap negara ingin meningkatkan kesejahteraan hidup
masyarakatnya.
Amanat Undang - Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 memberikan penekanan penting akan
pengelolaan perekonomian dan sumber daya yang ada untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat Indonesia.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut pada dasarnya pengelolaan keuangan Negara dapat diarahkan pada
pencapaian kesejahteraan hidup masyarakat daerah. Dalam hal ini kebijakan desentralisasi fiskal yang
diterapkan di Indonesia pada tahun 2000 an yang mengacu pada Undang-undang No. 25 Tahun 1999 pada
dasarnya menekankan kembali akan jati diri perekonomian yang berdasarkan azas musyawarah dan
mufakat. Dalam hal ini desentralisasi fiskal merupakan sebuah kebijakan dalam kaitannya dengan
pengelolaan keuangan pada pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam hal ini menurut Tanzi (1995)
desentralisasi fiskal menunjukkan adanya pelimpahan kewenangan dalam keuangan publik dan pemberian
layanan pemerintah dari pusat ke daerah. Pelimpahan ini berhubungan dengan 4 hal, yakni ;
a. Expenditure decisions;
b. Taxing and revenue-raising powers;
c. Subnational borrowings and
d. Intergovernmental fiscal transfers.
Permasalahan keputusan expenditure terkait langsung pada pilihan-pilihan alokasi anggaran
daerah. Terkait pada pertimbangan bahwa otonomi daerah justru ditujukan untuk mempercepat
kesejahtreraan masyarakat daerah. Maka seyogyanga pengeluaran daerah haruslah menggambarkan benar-
benar pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat sebagaimana terkandung pada esensi pengurangan
kemiskinan masyarakat daerah tidak terlepas dari pilihan prioritas utama pemenuhan kebutuhan dasar.
Praktek prioritas utama tidak lagi pada pemenuhan kebutuhan rutin sebagaimana terjadi selama ini,
sebaliknya prioritas utama adalah untuk pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan langsung dengan
kesejahteraan rakyat daerah.
Berbagai penelitian telah dilakukan dalam kaitannya dengan implementasi kebijakan desentralisasi
fiskal di berbagai negara. Hasil penelitian oleh Baskaran dan Bigsten (2011) bertujuan untuk menganalisis
keterkaitan antara fiscal capacity dengan government accountability. Fiscal capacity diukur dengan
menggunakan indikator rasio pajak dengan PDB dan indikator rasio pajak penghasilan dengan total
penerimaan pajak. Sedangkan government accountability diukur dengan tingkat demokrasi yang
berkembang di negara. Metode analisis yang digunakannya adalah dinamic panel data models. memberikan
hasil bahwa peningkatan kapasitas kapasitas fiskal dapat meningkatkan akuntabilitas pemerintah di negara-
negara Afrika selama tahun 1960-2008.
Penelitian oleh Afonso et al., (2005) bertujuan untuk menganalisis keterkaitan antara kualitas
keuangan publik dengan pertumbuhan ekonomi di negara-negara OECD selama tahun 1960 sampai dengan
tahun 2000. Indikator kualitas keuangan publik diproksi dengan komposisi pengeluaran publik dan
pendanaannya melalui penerimaan dan defisit anggaran. Metode analisis data dengan menggunakan panel
data regression. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kualitas keuangan publik berpengaruh signifikan
terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi di negara-negara OECD. Sedangkan hasil penelitian oleh Yamoah
(2007) dalam penelitiannya di U.S memberikan kesimpulam bahwa desentralisasi memiliki pengaruh
834
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
secara signifikan terhadap populasi penduduk dan tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan
kesempatan kerja di U.S.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Faridli (2011) menganalisis dampak implementasi
desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi di Pakistan selama tahun 1972-2009. Metode analisis
datanya menggunakan model estimasi ordinary least square dengan teknik Autoregressive model. Hasil
penelitiannya memberikan kesimpulan bahwa pemerintah federal seharusnya mendelegasikan kekuatan
fiskalnya kepada pemerintah provinsi dan pemerintah daerah untuk meningkatan pertumbuhan ekonomi
dan kesejahteraan hidup masyarakat di Pakistan. Dalam hal ini implementasi kebijakan desentralisasi fiskal
di Pakistan dapat mengurangi ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat dan
pembangunannya.
Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka yang ada maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut ini:
H1 : Desentralisasi fiskal berpengaruh positif signifikan terhadap kapasitas fiskal daerah
H2 : Kapasitas fiskal berpengaruh positif signifikan terhadap kemandirian keuangan daerah
H3 : Kapasitas fiskal berpengaruh positif signifikan terhadap struktur pengeluaran pemerintah daerah
H4 : Kemandirian keuangan daerah berpengaruh positif signifikan terhadap struktur pengeluaran
pemerintah daerah
H5 : Kemandirian keuangan daerah berpengaruh positif signifikan terhadap kesejahteraan hidup masyarakat
daerah
H6 : Struktur pengeluaran pemerintah daerah berpengaruh positif signifikan terhadap kesejahteraan
masyarakat daerah.
METODA PENELITIAN
Obyek penelitian ini adalah 38 kabupaten/kota di Jawa Timur dalam kurun waktu tahun 2008-2011. Metode
analisis yang digunakan untuk menguji hubungan antar variabel dalam penelitian ini adalah Partial Least
Square (PLS). Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer
merupakan jenis data yang diperoleh langsung dari sumber data yang relevan. Data-data tersebut seperti ;
alokasi dana perimbangan, tingkat kesejahteraan hidup, kemampuan keuangan daerah dan kapasitas
keuangan daerah. Adapun data primer dapat diperoleh dari ; kelompok rumah tangga, aparatur
pemerintahan, aparatur pajak dan pelaku usaha. Metode pengumpulan data primer meliputi ; wawancara,
dan observasi lapang. Sedangkan data sekunder merupakan jenis data yang diperoleh dari publikasi instansi
yang relevan. Data-data tersebut seperti; dana perimbangan, angka Indek Pembangunan Manusia,
pertumbuhan ekonomi, dan APBD kabupaten/kota. Data diperoleh dari dokumentasi instansi yang terkait,
meliputi: BPS, Pemerintah Kota /Kabupaten, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan
Pajak, dan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Daerah Kementrain Keuangan Republik Indonesia
(http://www.djpk.depkeu.go.id). Adapun teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan
metode analisis dokumen.
Berdasarkan kedudukannya di dalam model struktural, maka variabel penelitian ini dapat dikelompokan
sebagai berikut:
1. Variabel eksogen – independen : Desentralisasi Fiskal (X1)
835
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
2. Variabel endogen – intervening : Kapasitas Fiskal Daerah (Y1), Kemandirian Keuangan Daerah
(Y2) dan Struktur Pengeluaran Pemerintah Daerah (Y3)
3. Variabel endogen – dependen : Kesejahteraan Masyarakat (Y4)
Sedangkan kerangka konseptual penelitian dapat digambarkan sebagai berikut ini :
Gambar 1
Kerangka Konseptual Penelitian
PEMBAHASAN
Berdasarkan pada hasil analisis data yang telah dilakukan menghasilkan beberapa informasi
penting terkait dengan pengaruh desentralisasi fiskal terhadap kesejahteraan hidup masyarakat di
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Hasil olah data dengan menggunakan metode
kuantitatif dilakukan dengan melakukan pengujian inner model (structural model). Pengujian inner model
ini pada intinya menguji hipotesis dalam penelitian. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t (T-Statistic)
pada masing-masing jalur pengaruh langsung secara parsial. Hasil analisis secara lengkap terdapat dalam
hasil analisis PLS, dapat dilihat pada gambar berikut.
Desentralis
asi Fiskal
(X1)
Kapasitas
Fiskal
Daerah
Kemandirian
Keuangan
Daerah (Y2)
Kesejahtera
an Hidup
Struktur
Pengeluaran
Pemerintah
Daerah (Y3)
X11 X12 X13 Y11
Y21
Y31 Y32
Y41
H1
H2
H3
H4
H5
H6
836
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
Gambar 2
Hasil Pengujian Hipotesis dalam Inner Model: Pengaruh Langsung
Berdasarkan pada gambar di atas menunjukkan adanya berbagai hubungan negatif dan positif diantara
berbagai variabel yang ada. Adapun hasil di atas dapat dirangkum lagi menjadi tabel berikut ini.
Tabel 1
Hasil Pengujian Hipotesis dalam Inner Model: Pengaruh Langsung
Hubungan Koefisien
Jalur T-Statistic p-value
Desentralisasi Fiskal → Kapasitas Fiskal Daerah -0,3437 2,0397 0,0414
Kapasitas Fiskal Daerah → Kemandirian Keuangan Daerah 0,5430 6,6260 0,0000
Kapasitas Fiskal Daerah → Struktur Pengeluaran
Pemerintah Daerah -0,0183 0,5338 0,5935*
Kemandirian Keuangan Daerah → Kesejahteraan
Masyarakat 0,7432 9,1264 0,0000
Kemandirian Keuangan Daerah → Struktur Pengeluaran
Pemerintah Daerah 0,8273 16,1801 0,0000
Struktur Pengeluaran Pemerintah Daerah → Kesejahteraan
Masyarakat -0,4089 5,5349 0,0000
Sumber: Data diolah (2014)
Ket: * tidak- signifikan
Desentralisasi Fiskal
(X1)
Kapasitas Fiskal
Daerah (Y1)
Kemandirian Keuangan
Daerah (Y2)
Kesejahteraan Hidup
(Y4)
Struktur Pengeluaran Pemerintah Daerah (Y3)
-0,3437
0,5430
-0,0183
0,8273
0,7432
-0,4089H
837
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
Diantara berbagai hubungan variabel eksogen dan endogen di atas terlihat terdapat satu hubungan
diantara variabel endogen, yakni hubungan antara variabel kapasitas fiskal dan variabel struktur
pengeluaran pemerintah daerah yang tidak signifikan. Hal ini terjadi karena nilai p value nya dibawah
tingkat keyakinan 95% (α 5%). Selain itu pula terdapat hubungan antara variabel yang signifikan, akan
tetapi memiliki arah hubungan yang negatif. Hubungan variabel tersebut meliputi hubungan antara
desentralisasi fiskal dengan kapasitas fiskal daerah dan hubungan antara struktur pengeluaran pemerintah
daerah dengan kesejahteraan hidup masyarakat. Sedangkan hubungan antara variabel yang signifikan
memiliki arah hubungan positif meliputi ; hubungan antara kapasitas fiskal daerah dengan kemandirian
keuangan daerah, hubungan antara kemandirian keuangan daerah dengan kesejahteraan hidup masyarakat,
dan hubungan antara kemandirian keuangan daerah dengan struktur pengeluaran pemerintah daerah.
Hasil penelitian ini memberikan hasil yang sifatnya ambigu terkait hubungan antara desentralisasi
fiskal dengan kapasitas fiskal daerah. Dalam hal ini semakin besarnya anggaran dalam pengelolaan
keuangan daerah yang bersumber dari dana perimbangan justru memberikan pengaruh negatif terhadap
kapasitas daerah. Hal ini memberikan isyarat akan sangat tergantungnya anggaran keuangan daerah
terhadap bantuan dana dari pemerintah pusat. Alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat tidak dapat
meningkatkan kapasitas fiskal daerah dan justru sebaliknya daerah akan semakin tergantung dengan
pemerintah pusat. Hasil penelitian ini sekaligus memperkuat temuan dalam penelitian oleh Fattah dan Irman
(2013) tentang ketergantungan anggaran keuangan pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan terhadap
pemerintah pusat yakni antara 85,27% sampai 93,22%.
Hubungan antara kapasitas fiskal dengan kemandirian keuangan daerah memiliki arah hubungan
yang posifit dan signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa pada dasarnya daerah memiliki potensi dan
peluang dalam mengembangan perekonomian daerah dengan mengacu pada sumber daya keuangan yang
dimilikinya. Sumber daya keuangan daerah secara alami dapat ditunjukkan oleh perkembangan dalam
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari waktu ke waktu. Dalam hal ini menurut Barro (2002) kapasitas fiskal
pada dasarnya menunjukkan sebuah kemampuan relatif dari pemerintah daerah untuk menghasilkan
pendanaan yang bersumber dari penerimaan (pendapatan) sendiri. Sehingga dengan kemampuan yang besar
dalam meningkatkan pendapatan daerah, maka kapasitas fiskal daerah juga akan dapat meningkat dari
waktu ke waktu.
Selanjutnya kemandirian keuangan daerah memiliki hubungan secara signifikan positif dengan
struktur pengeluaran pemerintah daerah. Tidak hanya itu kemandirian keuangan daerah juga memiliki
hubungan positif dan signifikan dengan kesejahteraan hidup masyarakat. Temuan ini memperkuat
pandangan bahwa kemandirian ekonomi sebagaimana diamanatkan Pasal 33 UUD 1945 menjadi landasan
kuat bagi daerah di Indonesia menuju masyarakat sejahtera. Hal ini ini mengindikasikan bahwa pada
dasarnya tingkat kemandirian keuangan daerah merupakan fundamen yang kuat bagi Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Timur, Indonesia menuju masyarakat sejahtera. Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan
penelitian oleh Sukanto dan Muhklis (2013) yakni kemandirian keuangan daerah memiliki pengaruh positif
terhadap kesejahteraan hidup (diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia) masyarakat kabupaten/kota
di Sumatera Selatan, Indonesia selama tahun 2006-2010.
Selain pengujian pengaruh langsung, metode analisis dengan menggunakan PLS juga dikenal
adanya pengaruh tidak langsung (indirect effect). Pengaruh tidak langsung adalah hasil perkalian 2 (dua)
pengaruh tidak langsung. Pengaruh tidak langsung dinyatakan signifikan jika kedua pengaruh langsung
yang membentuknya adalah signifikan. Berikut disajikan hasil pengaruh tidak langsung :
838
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
Gambar 2
Hasil Pengujian Hipotesis dalam Inner Model: Pengaruh Tidak Langsung
Ket :
hubungan tidak langsung
Hasil analisis mengenai hubungan tidak langsung diantara variabel yang ada dengan menggunakan
metode PLS selain dengan menghasilkan gambar di atas juga dapat dirangkum kembali pada tabel berikut
ini :
Tabel 2
Hasil Pengujian Hipotesis dalam Inner Model: Pengaruh Tidak Langsung
Pengaruh Tidak Langsung Koefisien Pengaruh Langsung
Koefisien
pengaruh tidak
langsung
Kapasitas Fiskal Daerah
Kemandirian Keuangan
Daerah Struktur
Pengeluaran Pemerintah
Daerah
Kapasitas Fiskal Daerah
Kemandirian Keuangan
Daerah (0,5430*)
Kemandirian
Keuangan Daerah
Struktur Pengeluaran
Pemerintah Daerah
(0,8273*)
0,4492*
Sumber: Data diolah (2014)
Ket : * signifikan
Berdasarkan Tabel dan Gambar di atas, dilakukan pengujian terhadap 1 pengaruh tidak langsung.
Hasil selengkapnya yaitu Pengaruh tidak langsung antara Kapasitas Fiskal Daerah terhadap Struktur
Kapasitas Fiskal
Daerah
Kemandirian Keuangan Daerah
Struktur Pengeluaran Pemerintah Daerah (Y3)
0,5430
0,4492
0,8273
839
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
Pengeluaran Pemerintah Daerah melalui Kemandirian Keuangan Daerah, diperoleh koefisien pengaruh
tidak langsung sebesar 0,4492. Karena pengaruh langsung Kapasitas Fiskal Daerah ke Kemandirian
Keuangan Daerah 0,5430 dan Kemandirian Keuangan Daerah terhadap Struktur Pengeluaran Pemerintah
Daerah 0,8273 keduanya signifikan, maka dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung yang
signifikan antara Kapasitas Fiskal Daerah terhadap Struktur Pengeluaran Pemerintah Daerah melalui
Kemandirian Keuangan Daerah. Dengan koefisien bertanda positif menunjukkan hubungan searah.
Semakin tinggi Kapasitas Fiskal Daerah, akan berdampak pada semakin tinggi Struktur Pengeluaran
Pemerintah Daerah, jika Kemandirian Keuangan Daerah semakin tinggi.
SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI
Simpulan
Berdasarkan pada pemaparan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi
desentralisasi fiskal dalam kinerja pengelolaan keuangan daerah masih belum menunjukkan hasil yang
maksimal. Dalam hal ini implementasi kebijakan desentralisasi fiskal memberikan dampak negatif terhadap
kapasitas fiskal di Kabupaten/kota di Jawa Timur. Dalam konteks kebijakan desentralisasi fiskal dalam
bentuk alokasi dana perimbangan keuangan yang semakin besar justru mengakibatkan semakin
menurunnya tingkat kapasitas fiskal pemerintah daerah kabupaten/kota di Jawa Timur. Dengan kata lain
terdapat pengaruh langsung yang negatif signifikan dan negatif antara Desentralisasi Fiskal terhadap
Kapasitas Fiskal Daerah. Namun demikian, dalam kaitannya dengan kapasita fiskal yang ada memberikan
pengaruh langsung yang positif signifikan terhadap Kemandirian Keuangan Daerah. Artinya semakin tinggi
kapasitas fiskal maka semakin tinggi pula tingkat kemandirian keuangan daerah. Dalam hal ini semakin
tinggi tingkat kemandirian Keuangan Daerah juga semakin meningkatkan derajat kesejahteraan hidup
masyarakat daerah.
Selanjutnya kemandirian keuangan daerah juga dapat memberikan pengaruh langsung yang positif
dan signifikan terhadap Struktur Pengeluaran Pemerintah Daerah. Namun demikian struktur pemerintah
daerah ini justru memberikan pengaruh langsung yang negatif signifikan terhadap Kesejahteraan
Masyarakat Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Hal ini terjadi karena dalam struktur pengeluaran di Jawa
Timur, sebagian besar porsi anggaran diperuntukkan bagi pengeluaran rutin dalam bentuk pengeluaran
untuk belanja pegawai, dan sebagian kecil pengeluaran untuk belanja modal, barang dan jasa. Artinya
semakin besar perbedaan dalam alokasi anggaran khususnya untuk belanja pegawai, maka tingkat
kesejahteraan hidup masyarakat akan semakin turun.
Keterbatasan
Penelitian tentang implementasi desentralisasi fiskal terhadap kinerja perekonomian telah banyak dilakukan
di berbagai negara. Diantara hasil-hasil penelitian yang ada masih menunjukkan adanya hasil yang berbeda-
beda dalam kaiatannya dengan dampak desentralisasi fiskal terhadap pembangunan ekonomi suatu negara.
Penelitian yang telah dilakukan menggunakan metode analisis yang berbeda-beda dan juga proksi dari
setiap variabel yang digunakan juga berbeda-beda. Dalam penelitian ini implementasi desentralisasi fiskal
diarahkan pada pembentukan kapasitas fiskal dan kemandirian keuangan dalam pencapaian kesejahteraan
hidup masyarakat. Keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam penelitian ini seperti :
1. Obyek penelitian adalah Kabupaten/kota di Jawa Timur, sehingga informasi yang dihasilkan masih
bersifat agregat
840
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
2. Untuk pengukuran kapasitas fiskal masih menggunakan indikator rasio Rasio pajak daerah dengan
PDRB.
3. Durasi waktu yang digunakan dalam penelitian sangat terbatas dalam kurun waktu 2008-2011, sehingga
belum mencerimkan dampak riil desentralisasi fiskal terhadap kesejahteraan hidup masyarakat Jawa
Timur
Implikasi Penelitian
Berdasarkan pada kesimpulan di atas maka implikasi penelitian ini meliputi :
1. Alokasi dana perimbangan keuangan dapat difokuskan untuk peningkatan kapasitas fiskal daerah. Hal
ini penting untuk mendorong agar pemerintah daerah dapat meningkatkan kapasitas fiskal dalam
pengelolaan keuangan daerahnya.
2. Pengalokasian anggaran dalam APBD seyogyanya memperhaikan aspek fungsi dalam memberikan
layanan publik masyarakat. Oleh karena itu porsi anggaran untuk kegiatan pembelanjaan modal, barang
dan jasa dapat ditingkatkan nilainya.
3. Sangat diperlukan penelitian lain dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif untuk
mendapatkan informasi yang lebih akurat mengenai implikasi kebijakan desentralisasi fiskal di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Alfonso, Antonio, Werner Ebert and Ludger Schuknecht, 2005. Quality of Public Finance and Growth.
Working Paper Series No 436, European Central Bank, Februari: 1-47
Albert, Michael and Robin Hahnel, 2005, Traditional Welfare Theory, www.zmag.org/books/1/html,
diakses tanggal 2 Februari 2005:1-8
Alexiou, Constantinos, 2009.Government Spending and Economic Growth: Econometric Evidence from
the South Eastern Europe (SEE). Journal of Economic and Social Research 11(1):1-16
Allers, Maarten A dan Lewis J. Ishemoi, 2010. Fiscal Capacity Equalisation in Tanzania, Local Government
Studies. Vol, 36: 697-713
Barro, Stephen, M, 2002. Macroeconomic Versus RTS Measures of Fiscal Foundations and Implications
for Canada. Working Paper (1), IIGR, Queen’s University
Baskaran, Thushyanthan dan Arne Bigsten, 2011. Fiscal Capacity and Government Accountability in Sub-
Saharan Africa.Working Paper, in Economics No 506, Department of Economics School of
Business, Economics and Law at University of Gothenburg
Boadway, R., 2004.The Theory and Practice of Equalization. CESifo Economic Studies, 50/1, 211-254
Faridi, Muhammad Zahir, 2011. Contribution of Fiscal Decentralization to Economic Growth: Evidence
from Pakistan. Pakistan Journal of Social Sciences (PJSS) Vol. 31, No. 1,June:1-13
Fattah, Sanusi dan Irman, 2003.Analisis Ketergantungan Fiskal Pemerintah Daerah di Provinsi Sulawesi
Selatan Pada Era Otonomi Daerah. Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanudin, Makasar, diakses
dari www.journal.unipdu.ac.id, tanggal 10 April
James Edwin Kee, 2013.Fiscal Decentralization : Theory as Reform, paper diakses dari www.gwu.edu
tanggal 12 Mei
841
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
Matovu, John M, 2000. Composition of Governemtn Expenditure, Human Capital Accumulation, and
Welfare. IMF Working Paper, WP/00/15
Musgrave, R.A. 1959.The Theory of Public Finance: A Study in Public Economy. New York: McGraw-
Hill
Oates, Wallace E. 1972.Fiscal Federalism. New-York: Harcourt Brace Jovanovich
----------------------,2006. On the Theory and Practice of Fiscal Decentralization. IFIR Working Paper No.
2006-05, May
Pose, Andrés Rodríguez- and Anne Krøijer, 2009. Fiscal Decentralization and Economic
Growth in Central and Eastern Europe. LEQS Paper No. 12, London School Economic and Political Sciene,
Oktober, diakses dari http://www.lse.ac.uk/europeaninstitute/leqs/leqspaper12.pdf, tanggal 5
April 2014
Simanjutak, Timbul H S dan Imam Mukhlis, 2012.Analysis of Tax Compliance and Impacts on Regional
Budgeting and Public Welfare. International Journal of Administratitive Sciene & Organization,
September:194-204
Sukanto dan Mukhlis, 2013. Regional Fiscal Indepence, Poverty Rate And Welfare Society in South
Sumatera Province.paper, presenter on IRSA, Bandung 2-3 Juli
Tanzi, V.,1995. Fiscal Federalism and Decentralization: a Review of Some Efficiency and Macroeconomic
Aspects. In M. Bruno and B. Pleskovic (eds), Annual World Bank Conference on Development
Economics 1995. Washington, DC: World Bank.
Yamoah, Afia Boadiwaa, 2007. The Effects Of Fiscal Decentralization On Economic Growth In U.S.
Counties, Dissertation, Unpublish, The Ohio State University
-------------2012,Profil APBD TA 2012, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Direktorat Evaluasi
Pendanaan dan Informasi Keuangan Daerah Subdit Data Keuangan Daerah, diakses dari
http://www.djpk.depkeu.go.id/attachments/article/163/Profil_APBD_TA2012.pdf