13
829 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana 3 rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014 Analisis Desentralisasi Fiskal Dan Dampaknya Terhadap Kinerja Fiskal Daerah dan Struktur Pengeluaran Pemerintah Daerah Serta Kesejahteraan Hidup Masyarakat Jawa Timur Timbul Hamonangan Simanjutak Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha Bandung [email protected] Imam Mukhlis Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang [email protected] ABSTRACT This research aims to analysize the effect of fiscal decentralization to welfare live at municipalities in East Java Province, Indonesia for 2008 until 2011 by variables are ; fiscal capacity, financial dependence and expenditure structure. The methode of analysize was Partial Least Square (PLS).The results of the research are ; there is direct effect between fiscal decentralization to regional fiscal capacity, there is direct effect between regional fiscal capacity to regional financial dependence, there is not direct effect between regional fiscal capacity to regional expenditure structure, there is direct effect regional financial dependence to welfare live, there is direct effect between regional financial dependence to regional expenditure structure, and there is direct effect between regional expenditure structure to welfare live. Based on these results, the implementation of fiscal decentralization can implement in increasing the quality of development activity and development equity on East Java Province, Indonesia. Keywords : Fiscal Decentralization, Fsical Capacity, Financial Dependence, Welfare Live, Partial Least Square PENDAHULUAN Dalam proses pembangunan suatu negara, pengelolaan anggaran/keuangan negara merupakan hal penting dalam menjaga keberlangsungan pembangunan (sustainable development). Kemandirian negara dalam pengelolaan keuangannya akan memberikan dampak pada kecepatan dan fleksibilitas dalam penghimpunan dan pengalokasian anggaran keuangannya. Selain itu pula kemampuan negara dalam pengelolaan keuangannya akan mendorong akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan perekonomian. Dalam hal ini, Musgrave (1959) and Oates (1972) mengemukakan teori fiscal federalism dalam menjelaskan aspek fiskal dalam perekonomian. Menurutnya aspek fiskal dalam perekonomian harus dapat mengatasi persoalan kesenjangan ekonomi yang terjadi dalam perekonomian negara. Selain itu pula pemerintah daerah juga dapat menyediakan barang dan jasanya secara lebih efisien sesuai dengan kebutuhan dan keinginan warga masyarakatnya. Desentralisasi fiskal dan otonomi daerah merupakan kemajuan dalam pengelolaan keuangan negara. Pemerintah daerah dapat berperan lebih dalam pengelolaan keuangan daerahnya dalam pemenuhan barang publik masyarakat. Implementasi dari Kebijakan Desentralisasi Fiskal diharapkan dapat mendorong adanya efisiensi, daya saing, pengurangan disparitas anggaran dan kesejahteraan hidup masyarakat. Melalui kebijakan tersebut pemerintah pusat memberikan alokasi anggaran dalam bentuk dana perimbangan bagi pemerintah daerah.

Analisis Desentralisasi Fiskal dan Dampaknya Terhadap ...€¦ · Desentralisasi fiskal dan otonomi daerah merupakan kemajuan dalam pengelolaan keuangan negara. Pemerintah daerah

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis Desentralisasi Fiskal dan Dampaknya Terhadap ...€¦ · Desentralisasi fiskal dan otonomi daerah merupakan kemajuan dalam pengelolaan keuangan negara. Pemerintah daerah

829

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

Analisis Desentralisasi Fiskal Dan Dampaknya Terhadap Kinerja Fiskal

Daerah dan Struktur Pengeluaran Pemerintah Daerah Serta Kesejahteraan

Hidup Masyarakat Jawa Timur

Timbul Hamonangan Simanjutak

Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha Bandung

[email protected]

Imam Mukhlis

Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang

[email protected]

ABSTRACT

This research aims to analysize the effect of fiscal decentralization to welfare live at municipalities

in East Java Province, Indonesia for 2008 until 2011 by variables are ; fiscal capacity, financial

dependence and expenditure structure. The methode of analysize was Partial Least Square (PLS).The

results of the research are ; there is direct effect between fiscal decentralization to regional fiscal capacity,

there is direct effect between regional fiscal capacity to regional financial dependence, there is not direct

effect between regional fiscal capacity to regional expenditure structure, there is direct effect regional

financial dependence to welfare live, there is direct effect between regional financial dependence to

regional expenditure structure, and there is direct effect between regional expenditure structure to welfare

live. Based on these results, the implementation of fiscal decentralization can implement in increasing the

quality of development activity and development equity on East Java Province, Indonesia.

Keywords : Fiscal Decentralization, Fsical Capacity, Financial Dependence, Welfare Live, Partial Least

Square

PENDAHULUAN

Dalam proses pembangunan suatu negara, pengelolaan anggaran/keuangan negara merupakan hal

penting dalam menjaga keberlangsungan pembangunan (sustainable development). Kemandirian negara

dalam pengelolaan keuangannya akan memberikan dampak pada kecepatan dan fleksibilitas dalam

penghimpunan dan pengalokasian anggaran keuangannya. Selain itu pula kemampuan negara dalam

pengelolaan keuangannya akan mendorong akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk berpartisipasi

dalam kegiatan perekonomian. Dalam hal ini, Musgrave (1959) and Oates (1972) mengemukakan teori

fiscal federalism dalam menjelaskan aspek fiskal dalam perekonomian. Menurutnya aspek fiskal dalam

perekonomian harus dapat mengatasi persoalan kesenjangan ekonomi yang terjadi dalam perekonomian

negara. Selain itu pula pemerintah daerah juga dapat menyediakan barang dan jasanya secara lebih efisien

sesuai dengan kebutuhan dan keinginan warga masyarakatnya.

Desentralisasi fiskal dan otonomi daerah merupakan kemajuan dalam pengelolaan keuangan

negara. Pemerintah daerah dapat berperan lebih dalam pengelolaan keuangan daerahnya dalam pemenuhan

barang publik masyarakat. Implementasi dari Kebijakan Desentralisasi Fiskal diharapkan dapat mendorong

adanya efisiensi, daya saing, pengurangan disparitas anggaran dan kesejahteraan hidup masyarakat. Melalui

kebijakan tersebut pemerintah pusat memberikan alokasi anggaran dalam bentuk dana perimbangan bagi

pemerintah daerah.

Page 2: Analisis Desentralisasi Fiskal dan Dampaknya Terhadap ...€¦ · Desentralisasi fiskal dan otonomi daerah merupakan kemajuan dalam pengelolaan keuangan negara. Pemerintah daerah

830

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

Dalam implementasinya, desentralisasi fiskal dalam bentuk alokasi anggaran dana perimbangan

dapat menimbulkan adanya disparitas fiskal (fiscal disparity) (Allers dan Ishemoi 2011). Disparitas fiskal

ini dapat terjadi karena pemerintah daerah tidak mampu menghasilkan layanan yang komparabel pada

tingkat pajak yang komparabel. Disparitas fiskal muncul baik pada sisi penerimaan dan pada sisi

pengeluaran dari anggaran (Ladd 1994). Dalam hal ini daerah dengan affluent population biasanya lebih

mampu untuk membiayai public good provision dari pada daerah lainnya. Hal ini karena daerah dengan

affluent population tersebut dapat meningkatkan penerimaan pajaknya lebih mudah (Allers dan Ishemoi

2010).

Adanya disparitas fiskal ini akan dapat menimbulkan terjadinya ketidakmerataan dan

ketidakefisienan dalam alokasi sumber daya (Boadway 2004). Hal ini terjadi karena setiap daerah tidak

memiliki kemampuan yang sama dalam menggali potensi sumber daya yang dimilikinya. Selain itu pula

ketidakmerataan dapat terjadi karena faktor produksi yang ada tidak dapat teralokasikan secara efisien.

Dalam hal ini modal dan tenaga kerja yang ada lebih berlokasi pada daerah dengan net fiscal benefit yang

tinggi dan tidak berada pada daerah dengan produktifitas faktor produksi yang paling tinggi. Sebagai

akibatnya terjadi kesenjangan antara pengalokasian anggaran dengan kebutuhan dalam pemenuhan barang

dan jasa bagi masyarakatnya. Derajat kesenjangan ini akan semakin membesar manakala postur dalam

anggaran daerah (APBD) tidak memperhatikan pemenuhan dasar dalam kebutuhan hidup masyarakatnya.

Implikasi dari disparitas fiskal tersebut adalah penduduk suatu daerah dapat menerima layanan dalam public

good provision yang lebih baik dari pajak yang telah dibayarkannya. Sedangkan penduduk daerah lainnya

belum menerima layanan dalam public good provision yang lebih baik dari pajak yang telah dibayarkannya

(Allers dan Ishemoi 2010).

Berbagai studi telah dilakukan dalam rangka menganalisis pengaruh desentralisasi fiskal terhadap

kesejahteraan hidup masyarakat. Dalam hal ini desentralisasi fiskal dapat memberikan pengaruh terhadap

kinerja keuangan daerah dalam pembiayaan pembangunan dan pelayanan publik. Dalam kaitannya dengan

implementasi desentralisasi fiskal di Indonesia, penelitian oleh Simanjutak dan Mukhlis (2012)

menghasilkan kesimpulan adanya pengaruh positif dan signifikan antara alokasi dana perimbangan dari

pusat ke daerah terhadap pengeluaran pemerintah daerah kabupaten/kota di Jawa Timur Indonesia.

Hasil penelitian lain oleh Alexiou (2009) memberikan kesimpulan bahwa pengeluaran pemerintah

pada pembentukan modal, development assistance, investasi private dan keterbukaan perdagangan

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di berbagai di Negara-negara

South Eastern Europe (SEE) selama tahun 1995-2005. Sedangkan hasil penelitian oleh Matovu (2000)

dengan menggunakan metode analisis dynamic general equilibrium menunjukkan bahwa pengeluaran

pemerintah pada bidang sosial dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di Negara Uganda.

Dalam kaitannya dengan implementasi desentralisasi fiskal di berbagai negara, penelitian yang

dilakukan oleh Pose dan Krøijer (2009) dalam kurun waktu 1990-2004 di berbagai negara khususnya di

Eropa Tengah dan Eropa Timur. Hasil penelitiannya memberikan kesimpulan bahwa desentralisasi fiskal

memiliki hubungan negatif dengan pertumbuhan ekonomi di berbagai negara di Eropa. Dalam hal ini

pengeluaran dan transfer dana dari pusat ke daerah berkorelasi negatif dengan tingkat pertumbuhan

ekonomi. Sedangkan pajak yang dibebankan kepada daerah dapat memiliki korelasi positif signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Dalam kaitannya dengan kemandirian keuangan daerah, penelitian oleh Fattah dan Irman (2013)

menunjukkan masih adanya tingkat ketergantungan fiskal pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat.

Sebagai gambaran tingkat ketergantungan fiskal Pemerintah Daerah di Sulawesi Selatan terhadap

Pemerintah Pusat pada era otonomi daerah masih tinggi yaitu berkisar antara 85,27% sampai 93,22%.

Page 3: Analisis Desentralisasi Fiskal dan Dampaknya Terhadap ...€¦ · Desentralisasi fiskal dan otonomi daerah merupakan kemajuan dalam pengelolaan keuangan negara. Pemerintah daerah

831

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

Selanjutnya dalam penelitian lain, Sukanto dan Muhklis (2013) memberikan kesimpulan bahwa

kemandirian keuangan (fiscal independence) di kabupaten/kota di Sumatera Selatan adalah sangat

kecil/sangat rendah. Selain itu pula tingkat kemandirian keuangan daerah tersebut memiliki pengaruh

negatif terhadap tingkat kemiskinan dan sebaliknya tingkat kemandirian keuangan daerah memiliki

pengaruh positif terhadap kesejahteraan hidup (diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia) masyarakat

kabupaten/kota di Sumatera Selatan.

Sebagaimana diketahui Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan tingkat pertumbuhan

ekonominya di atas rata-rata nasional memiliki kapasitas anggaran yang cukup besar dalam pencapaian

kesejahteraan hidupnya. Berdasarkan kajian secara empiris dan teoretis menunjukkan bahwa dalam

realitasnya di kabupaten/kota di Jawa Timur, alokasi anggaran dalam bentuk dana perimbangan yang

diterimakan kepada pemerintah daerah, sebagian besar masih banyak terserap pada alokasi untuk

pemenuhan kebutuhan rutin pemerintah daerah. Sedangkan porsi untuk pembiayaan modal/pembangunan

daerah masih rendah. Bahkan dalam sebuah periode terdapat anggaran keuangan daerah kabupaten/kota

yang menunjukkan rata-rata sekitar 70%-80% alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat ke

pemerintah daerah habis terserap untuk pemenuhan kebutuhan rutin pemerintah daerah. Hal ini

menimbulkan sebuah kekhawatiran dalam upaya untuk mempercepat pencapaian kesejahteraan hidup

masyarakat. Manakala porsi anggaran pemerintah daerah (APBD) tidak dapat berkembang secara dinamis

dalam pemenuhan pembiayaan modal/pembangunan, maka daerah akan terjebak pada politik anggaran

yang sifatnya pemborosan dan rigid. Padahal dalam era pembangunan daerah yang modern, pemerintah

daerah dituntut untuk proaktif dalam memberdayakan keuangan daerahnya dalam pelayanan barang dan

jasa kepada masyarakat (public good provision). Dengan demikian dari berbagai hasil penelitian terdahulu

menunjukkan bahwa pandangan Musgrave (1959) and Oates (1972) tentang teori fiscal federalism, bahwa

desentralisasi perekonomian dapat mengatasi persoalan kesenjangan ekonomi dan penyediaan barang dan

jasa secara lebih efisien, sangat relative dan dapat berbeda di masing-masing negara. Dalam konteks Jawa

Timur yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonominya di atas rata-rata nasional dengan kapasitas anggaran

cukup besar, seyogyanya kinerja fiscal daerah dapat berdampak positif terhadap kesejahteraan

masyarakatnya.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara empiris eksistensi desentralisasi fiskal dan

dampaknya terhadap kapasitas fiskal, kemandirian keuangan daerah dan struktur pengeluaran pemerintah

daerah serta kesejahteraan hidup masyarakat Jawa Timur.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pada pemaparan latar belakang di atas maka masalah yang diajukan dalam penelitian ini

adalah:

1. Apakah desentralisasi fiskal berpengaruh secara signifikan terhadap kapasitas fiskal daerah ?

2. Apakah kapasitas fiskal berpengaruh secara signifikan terhadap kemandirian keuangan daerah ?

3. Apakah kapasitas fiskal berpengaruh secara signifikan terhadap struktur pengeluaran pemerintah

daerah?

4. Apakah kemandirian keuangan daerah berpengaruh secara signifikan terhadap struktur pengeluaran

pemerintah daerah ?

Page 4: Analisis Desentralisasi Fiskal dan Dampaknya Terhadap ...€¦ · Desentralisasi fiskal dan otonomi daerah merupakan kemajuan dalam pengelolaan keuangan negara. Pemerintah daerah

832

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

5. Apakah kemandirian keuangan daerah berpengaruh secara signifikan terhadap kesejahteraan hidup

masyarakat daerah ?

6. Apakah struktur pengeluaran pemerintah daerah berpengaruh secara signifikan terhadap kesejahteraan

masyarakat daerah?.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :

a. Bagi Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai mapping keuangan daerah di kabupaten/kota

di Jawa Timur. Mapping tersebut terkait dengan proporsi penerimaan dan pengeluaran anggaran, skala

prioritas anggaran masing-masing daerah, potensi kapasitas fiskal daerah, potensi kemandirian

keuangan daerah dan kesejahteraan hidup masyarakat. Hasil mapping tersebut dapat dijadikan sebagai

acuan dalam menentukan alokasi anggaran pada tahun berlangsung.

b. Bagi Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementrian Keuangan RI

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai sebaran keuangan daerah dan

kebermanfaatan bagi daerah dalam proses permbangunannya. Selain itu pula melalui hasil penelitian ini

dapat terjadi sinkronisasi kebijakan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam melaksanakan

kebijakan desentralisasi fiskal di Indonesia.

c. Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat memberikan sudut pandang yang lebih luas lagi mengenai implementasi

kebijakan fiskal dan dampaknya terhadap kesejahteraan hidup masyarakat. Penerapan metode penelitian

kuantitatif dalam penelitian ini dapat memberikan contoh konkret dari metode penelitian dengan

pendekatan mainstream (positivisme).

KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Pembangunan suatu negara senantiasa diarahkan pada pencapaian derajat kesejahteraann hidup

yang meningkat bagi masyarakatnya. Dalam perspektif teori, kesejahteraan menggambarkan tercapaianya

pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat melalui pemanfaatan sumber daya ekonomi yang tersedia. Secara

umum teori kesejahteraan dapat diklasifikasikan menjadi tiga pemikiran, yakni classical utilitarian,

neoclassical welfare theory dan new contractarian approach. Pendekatan Classical Utilitarian

menyimpulkan bahwa kepuasan seseorang dapat dikuantitatifkan seiring perubahan waktu. Peningkatan

pendapatan seseorang, akan membawa perubahan dalam pola konsumsinya, sehingga kepuasannya akan

meningkat. Tingkat kepuasan individu akan berbeda-beda sesuai dengan constrain yang dihadapi (Albert

and Hahnel 2005).

Dalam pencapaian kesejahteraan hidup tersebut berbagai negara menerapkan kebijakan keuangan

negara yang berbeda-beda. Hal ini karena situasi dan kondisi perekonomian yang dihadapi masing-masing

negara berbeda, sehingga membutuhkan penanganan yang spesifik. Dalam hal ini era otonomi daerah dan

desentraliasi fiskal telah menjadi pilihan dari masing-masing negara dalam pengelolaan keuangan dan

penganggaaran negara. Menurut Oates (2006) dalam teori tradisional keuangan publik (public finance)

dijelaskan adanya peran fiscal dencetralization. Peran tersebut dapat dijelaskan lebih jauh lagi ke dalam

fungsi alokasi sumber daya pada sektor publik. Menurut Kee (2013) ...Fiscal decentralization is the

Page 5: Analisis Desentralisasi Fiskal dan Dampaknya Terhadap ...€¦ · Desentralisasi fiskal dan otonomi daerah merupakan kemajuan dalam pengelolaan keuangan negara. Pemerintah daerah

833

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

devolution by the central government to local governments (states, regions, municipalities) of specific

functions with the administrative authority and fiscal revenue to perform those functions. Melalui

implementasi dari kebijakan desentralisasi fiskal, setiap negara ingin meningkatkan kesejahteraan hidup

masyarakatnya.

Amanat Undang - Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 memberikan penekanan penting akan

pengelolaan perekonomian dan sumber daya yang ada untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat Indonesia.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut pada dasarnya pengelolaan keuangan Negara dapat diarahkan pada

pencapaian kesejahteraan hidup masyarakat daerah. Dalam hal ini kebijakan desentralisasi fiskal yang

diterapkan di Indonesia pada tahun 2000 an yang mengacu pada Undang-undang No. 25 Tahun 1999 pada

dasarnya menekankan kembali akan jati diri perekonomian yang berdasarkan azas musyawarah dan

mufakat. Dalam hal ini desentralisasi fiskal merupakan sebuah kebijakan dalam kaitannya dengan

pengelolaan keuangan pada pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam hal ini menurut Tanzi (1995)

desentralisasi fiskal menunjukkan adanya pelimpahan kewenangan dalam keuangan publik dan pemberian

layanan pemerintah dari pusat ke daerah. Pelimpahan ini berhubungan dengan 4 hal, yakni ;

a. Expenditure decisions;

b. Taxing and revenue-raising powers;

c. Subnational borrowings and

d. Intergovernmental fiscal transfers.

Permasalahan keputusan expenditure terkait langsung pada pilihan-pilihan alokasi anggaran

daerah. Terkait pada pertimbangan bahwa otonomi daerah justru ditujukan untuk mempercepat

kesejahtreraan masyarakat daerah. Maka seyogyanga pengeluaran daerah haruslah menggambarkan benar-

benar pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat sebagaimana terkandung pada esensi pengurangan

kemiskinan masyarakat daerah tidak terlepas dari pilihan prioritas utama pemenuhan kebutuhan dasar.

Praktek prioritas utama tidak lagi pada pemenuhan kebutuhan rutin sebagaimana terjadi selama ini,

sebaliknya prioritas utama adalah untuk pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan langsung dengan

kesejahteraan rakyat daerah.

Berbagai penelitian telah dilakukan dalam kaitannya dengan implementasi kebijakan desentralisasi

fiskal di berbagai negara. Hasil penelitian oleh Baskaran dan Bigsten (2011) bertujuan untuk menganalisis

keterkaitan antara fiscal capacity dengan government accountability. Fiscal capacity diukur dengan

menggunakan indikator rasio pajak dengan PDB dan indikator rasio pajak penghasilan dengan total

penerimaan pajak. Sedangkan government accountability diukur dengan tingkat demokrasi yang

berkembang di negara. Metode analisis yang digunakannya adalah dinamic panel data models. memberikan

hasil bahwa peningkatan kapasitas kapasitas fiskal dapat meningkatkan akuntabilitas pemerintah di negara-

negara Afrika selama tahun 1960-2008.

Penelitian oleh Afonso et al., (2005) bertujuan untuk menganalisis keterkaitan antara kualitas

keuangan publik dengan pertumbuhan ekonomi di negara-negara OECD selama tahun 1960 sampai dengan

tahun 2000. Indikator kualitas keuangan publik diproksi dengan komposisi pengeluaran publik dan

pendanaannya melalui penerimaan dan defisit anggaran. Metode analisis data dengan menggunakan panel

data regression. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kualitas keuangan publik berpengaruh signifikan

terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi di negara-negara OECD. Sedangkan hasil penelitian oleh Yamoah

(2007) dalam penelitiannya di U.S memberikan kesimpulam bahwa desentralisasi memiliki pengaruh

Page 6: Analisis Desentralisasi Fiskal dan Dampaknya Terhadap ...€¦ · Desentralisasi fiskal dan otonomi daerah merupakan kemajuan dalam pengelolaan keuangan negara. Pemerintah daerah

834

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

secara signifikan terhadap populasi penduduk dan tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan

kesempatan kerja di U.S.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Faridli (2011) menganalisis dampak implementasi

desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi di Pakistan selama tahun 1972-2009. Metode analisis

datanya menggunakan model estimasi ordinary least square dengan teknik Autoregressive model. Hasil

penelitiannya memberikan kesimpulan bahwa pemerintah federal seharusnya mendelegasikan kekuatan

fiskalnya kepada pemerintah provinsi dan pemerintah daerah untuk meningkatan pertumbuhan ekonomi

dan kesejahteraan hidup masyarakat di Pakistan. Dalam hal ini implementasi kebijakan desentralisasi fiskal

di Pakistan dapat mengurangi ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat dan

pembangunannya.

Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka yang ada maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut ini:

H1 : Desentralisasi fiskal berpengaruh positif signifikan terhadap kapasitas fiskal daerah

H2 : Kapasitas fiskal berpengaruh positif signifikan terhadap kemandirian keuangan daerah

H3 : Kapasitas fiskal berpengaruh positif signifikan terhadap struktur pengeluaran pemerintah daerah

H4 : Kemandirian keuangan daerah berpengaruh positif signifikan terhadap struktur pengeluaran

pemerintah daerah

H5 : Kemandirian keuangan daerah berpengaruh positif signifikan terhadap kesejahteraan hidup masyarakat

daerah

H6 : Struktur pengeluaran pemerintah daerah berpengaruh positif signifikan terhadap kesejahteraan

masyarakat daerah.

METODA PENELITIAN

Obyek penelitian ini adalah 38 kabupaten/kota di Jawa Timur dalam kurun waktu tahun 2008-2011. Metode

analisis yang digunakan untuk menguji hubungan antar variabel dalam penelitian ini adalah Partial Least

Square (PLS). Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer

merupakan jenis data yang diperoleh langsung dari sumber data yang relevan. Data-data tersebut seperti ;

alokasi dana perimbangan, tingkat kesejahteraan hidup, kemampuan keuangan daerah dan kapasitas

keuangan daerah. Adapun data primer dapat diperoleh dari ; kelompok rumah tangga, aparatur

pemerintahan, aparatur pajak dan pelaku usaha. Metode pengumpulan data primer meliputi ; wawancara,

dan observasi lapang. Sedangkan data sekunder merupakan jenis data yang diperoleh dari publikasi instansi

yang relevan. Data-data tersebut seperti; dana perimbangan, angka Indek Pembangunan Manusia,

pertumbuhan ekonomi, dan APBD kabupaten/kota. Data diperoleh dari dokumentasi instansi yang terkait,

meliputi: BPS, Pemerintah Kota /Kabupaten, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan

Pajak, dan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Daerah Kementrain Keuangan Republik Indonesia

(http://www.djpk.depkeu.go.id). Adapun teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan

metode analisis dokumen.

Berdasarkan kedudukannya di dalam model struktural, maka variabel penelitian ini dapat dikelompokan

sebagai berikut:

1. Variabel eksogen – independen : Desentralisasi Fiskal (X1)

Page 7: Analisis Desentralisasi Fiskal dan Dampaknya Terhadap ...€¦ · Desentralisasi fiskal dan otonomi daerah merupakan kemajuan dalam pengelolaan keuangan negara. Pemerintah daerah

835

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

2. Variabel endogen – intervening : Kapasitas Fiskal Daerah (Y1), Kemandirian Keuangan Daerah

(Y2) dan Struktur Pengeluaran Pemerintah Daerah (Y3)

3. Variabel endogen – dependen : Kesejahteraan Masyarakat (Y4)

Sedangkan kerangka konseptual penelitian dapat digambarkan sebagai berikut ini :

Gambar 1

Kerangka Konseptual Penelitian

PEMBAHASAN

Berdasarkan pada hasil analisis data yang telah dilakukan menghasilkan beberapa informasi

penting terkait dengan pengaruh desentralisasi fiskal terhadap kesejahteraan hidup masyarakat di

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Hasil olah data dengan menggunakan metode

kuantitatif dilakukan dengan melakukan pengujian inner model (structural model). Pengujian inner model

ini pada intinya menguji hipotesis dalam penelitian. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t (T-Statistic)

pada masing-masing jalur pengaruh langsung secara parsial. Hasil analisis secara lengkap terdapat dalam

hasil analisis PLS, dapat dilihat pada gambar berikut.

Desentralis

asi Fiskal

(X1)

Kapasitas

Fiskal

Daerah

Kemandirian

Keuangan

Daerah (Y2)

Kesejahtera

an Hidup

Struktur

Pengeluaran

Pemerintah

Daerah (Y3)

X11 X12 X13 Y11

Y21

Y31 Y32

Y41

H1

H2

H3

H4

H5

H6

Page 8: Analisis Desentralisasi Fiskal dan Dampaknya Terhadap ...€¦ · Desentralisasi fiskal dan otonomi daerah merupakan kemajuan dalam pengelolaan keuangan negara. Pemerintah daerah

836

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

Gambar 2

Hasil Pengujian Hipotesis dalam Inner Model: Pengaruh Langsung

Berdasarkan pada gambar di atas menunjukkan adanya berbagai hubungan negatif dan positif diantara

berbagai variabel yang ada. Adapun hasil di atas dapat dirangkum lagi menjadi tabel berikut ini.

Tabel 1

Hasil Pengujian Hipotesis dalam Inner Model: Pengaruh Langsung

Hubungan Koefisien

Jalur T-Statistic p-value

Desentralisasi Fiskal → Kapasitas Fiskal Daerah -0,3437 2,0397 0,0414

Kapasitas Fiskal Daerah → Kemandirian Keuangan Daerah 0,5430 6,6260 0,0000

Kapasitas Fiskal Daerah → Struktur Pengeluaran

Pemerintah Daerah -0,0183 0,5338 0,5935*

Kemandirian Keuangan Daerah → Kesejahteraan

Masyarakat 0,7432 9,1264 0,0000

Kemandirian Keuangan Daerah → Struktur Pengeluaran

Pemerintah Daerah 0,8273 16,1801 0,0000

Struktur Pengeluaran Pemerintah Daerah → Kesejahteraan

Masyarakat -0,4089 5,5349 0,0000

Sumber: Data diolah (2014)

Ket: * tidak- signifikan

Desentralisasi Fiskal

(X1)

Kapasitas Fiskal

Daerah (Y1)

Kemandirian Keuangan

Daerah (Y2)

Kesejahteraan Hidup

(Y4)

Struktur Pengeluaran Pemerintah Daerah (Y3)

-0,3437

0,5430

-0,0183

0,8273

0,7432

-0,4089H

Page 9: Analisis Desentralisasi Fiskal dan Dampaknya Terhadap ...€¦ · Desentralisasi fiskal dan otonomi daerah merupakan kemajuan dalam pengelolaan keuangan negara. Pemerintah daerah

837

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

Diantara berbagai hubungan variabel eksogen dan endogen di atas terlihat terdapat satu hubungan

diantara variabel endogen, yakni hubungan antara variabel kapasitas fiskal dan variabel struktur

pengeluaran pemerintah daerah yang tidak signifikan. Hal ini terjadi karena nilai p value nya dibawah

tingkat keyakinan 95% (α 5%). Selain itu pula terdapat hubungan antara variabel yang signifikan, akan

tetapi memiliki arah hubungan yang negatif. Hubungan variabel tersebut meliputi hubungan antara

desentralisasi fiskal dengan kapasitas fiskal daerah dan hubungan antara struktur pengeluaran pemerintah

daerah dengan kesejahteraan hidup masyarakat. Sedangkan hubungan antara variabel yang signifikan

memiliki arah hubungan positif meliputi ; hubungan antara kapasitas fiskal daerah dengan kemandirian

keuangan daerah, hubungan antara kemandirian keuangan daerah dengan kesejahteraan hidup masyarakat,

dan hubungan antara kemandirian keuangan daerah dengan struktur pengeluaran pemerintah daerah.

Hasil penelitian ini memberikan hasil yang sifatnya ambigu terkait hubungan antara desentralisasi

fiskal dengan kapasitas fiskal daerah. Dalam hal ini semakin besarnya anggaran dalam pengelolaan

keuangan daerah yang bersumber dari dana perimbangan justru memberikan pengaruh negatif terhadap

kapasitas daerah. Hal ini memberikan isyarat akan sangat tergantungnya anggaran keuangan daerah

terhadap bantuan dana dari pemerintah pusat. Alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat tidak dapat

meningkatkan kapasitas fiskal daerah dan justru sebaliknya daerah akan semakin tergantung dengan

pemerintah pusat. Hasil penelitian ini sekaligus memperkuat temuan dalam penelitian oleh Fattah dan Irman

(2013) tentang ketergantungan anggaran keuangan pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan terhadap

pemerintah pusat yakni antara 85,27% sampai 93,22%.

Hubungan antara kapasitas fiskal dengan kemandirian keuangan daerah memiliki arah hubungan

yang posifit dan signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa pada dasarnya daerah memiliki potensi dan

peluang dalam mengembangan perekonomian daerah dengan mengacu pada sumber daya keuangan yang

dimilikinya. Sumber daya keuangan daerah secara alami dapat ditunjukkan oleh perkembangan dalam

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari waktu ke waktu. Dalam hal ini menurut Barro (2002) kapasitas fiskal

pada dasarnya menunjukkan sebuah kemampuan relatif dari pemerintah daerah untuk menghasilkan

pendanaan yang bersumber dari penerimaan (pendapatan) sendiri. Sehingga dengan kemampuan yang besar

dalam meningkatkan pendapatan daerah, maka kapasitas fiskal daerah juga akan dapat meningkat dari

waktu ke waktu.

Selanjutnya kemandirian keuangan daerah memiliki hubungan secara signifikan positif dengan

struktur pengeluaran pemerintah daerah. Tidak hanya itu kemandirian keuangan daerah juga memiliki

hubungan positif dan signifikan dengan kesejahteraan hidup masyarakat. Temuan ini memperkuat

pandangan bahwa kemandirian ekonomi sebagaimana diamanatkan Pasal 33 UUD 1945 menjadi landasan

kuat bagi daerah di Indonesia menuju masyarakat sejahtera. Hal ini ini mengindikasikan bahwa pada

dasarnya tingkat kemandirian keuangan daerah merupakan fundamen yang kuat bagi Kabupaten/Kota di

Provinsi Jawa Timur, Indonesia menuju masyarakat sejahtera. Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan

penelitian oleh Sukanto dan Muhklis (2013) yakni kemandirian keuangan daerah memiliki pengaruh positif

terhadap kesejahteraan hidup (diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia) masyarakat kabupaten/kota

di Sumatera Selatan, Indonesia selama tahun 2006-2010.

Selain pengujian pengaruh langsung, metode analisis dengan menggunakan PLS juga dikenal

adanya pengaruh tidak langsung (indirect effect). Pengaruh tidak langsung adalah hasil perkalian 2 (dua)

pengaruh tidak langsung. Pengaruh tidak langsung dinyatakan signifikan jika kedua pengaruh langsung

yang membentuknya adalah signifikan. Berikut disajikan hasil pengaruh tidak langsung :

Page 10: Analisis Desentralisasi Fiskal dan Dampaknya Terhadap ...€¦ · Desentralisasi fiskal dan otonomi daerah merupakan kemajuan dalam pengelolaan keuangan negara. Pemerintah daerah

838

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

Gambar 2

Hasil Pengujian Hipotesis dalam Inner Model: Pengaruh Tidak Langsung

Ket :

hubungan tidak langsung

Hasil analisis mengenai hubungan tidak langsung diantara variabel yang ada dengan menggunakan

metode PLS selain dengan menghasilkan gambar di atas juga dapat dirangkum kembali pada tabel berikut

ini :

Tabel 2

Hasil Pengujian Hipotesis dalam Inner Model: Pengaruh Tidak Langsung

Pengaruh Tidak Langsung Koefisien Pengaruh Langsung

Koefisien

pengaruh tidak

langsung

Kapasitas Fiskal Daerah

Kemandirian Keuangan

Daerah Struktur

Pengeluaran Pemerintah

Daerah

Kapasitas Fiskal Daerah

Kemandirian Keuangan

Daerah (0,5430*)

Kemandirian

Keuangan Daerah

Struktur Pengeluaran

Pemerintah Daerah

(0,8273*)

0,4492*

Sumber: Data diolah (2014)

Ket : * signifikan

Berdasarkan Tabel dan Gambar di atas, dilakukan pengujian terhadap 1 pengaruh tidak langsung.

Hasil selengkapnya yaitu Pengaruh tidak langsung antara Kapasitas Fiskal Daerah terhadap Struktur

Kapasitas Fiskal

Daerah

Kemandirian Keuangan Daerah

Struktur Pengeluaran Pemerintah Daerah (Y3)

0,5430

0,4492

0,8273

Page 11: Analisis Desentralisasi Fiskal dan Dampaknya Terhadap ...€¦ · Desentralisasi fiskal dan otonomi daerah merupakan kemajuan dalam pengelolaan keuangan negara. Pemerintah daerah

839

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

Pengeluaran Pemerintah Daerah melalui Kemandirian Keuangan Daerah, diperoleh koefisien pengaruh

tidak langsung sebesar 0,4492. Karena pengaruh langsung Kapasitas Fiskal Daerah ke Kemandirian

Keuangan Daerah 0,5430 dan Kemandirian Keuangan Daerah terhadap Struktur Pengeluaran Pemerintah

Daerah 0,8273 keduanya signifikan, maka dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung yang

signifikan antara Kapasitas Fiskal Daerah terhadap Struktur Pengeluaran Pemerintah Daerah melalui

Kemandirian Keuangan Daerah. Dengan koefisien bertanda positif menunjukkan hubungan searah.

Semakin tinggi Kapasitas Fiskal Daerah, akan berdampak pada semakin tinggi Struktur Pengeluaran

Pemerintah Daerah, jika Kemandirian Keuangan Daerah semakin tinggi.

SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI

Simpulan

Berdasarkan pada pemaparan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi

desentralisasi fiskal dalam kinerja pengelolaan keuangan daerah masih belum menunjukkan hasil yang

maksimal. Dalam hal ini implementasi kebijakan desentralisasi fiskal memberikan dampak negatif terhadap

kapasitas fiskal di Kabupaten/kota di Jawa Timur. Dalam konteks kebijakan desentralisasi fiskal dalam

bentuk alokasi dana perimbangan keuangan yang semakin besar justru mengakibatkan semakin

menurunnya tingkat kapasitas fiskal pemerintah daerah kabupaten/kota di Jawa Timur. Dengan kata lain

terdapat pengaruh langsung yang negatif signifikan dan negatif antara Desentralisasi Fiskal terhadap

Kapasitas Fiskal Daerah. Namun demikian, dalam kaitannya dengan kapasita fiskal yang ada memberikan

pengaruh langsung yang positif signifikan terhadap Kemandirian Keuangan Daerah. Artinya semakin tinggi

kapasitas fiskal maka semakin tinggi pula tingkat kemandirian keuangan daerah. Dalam hal ini semakin

tinggi tingkat kemandirian Keuangan Daerah juga semakin meningkatkan derajat kesejahteraan hidup

masyarakat daerah.

Selanjutnya kemandirian keuangan daerah juga dapat memberikan pengaruh langsung yang positif

dan signifikan terhadap Struktur Pengeluaran Pemerintah Daerah. Namun demikian struktur pemerintah

daerah ini justru memberikan pengaruh langsung yang negatif signifikan terhadap Kesejahteraan

Masyarakat Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Hal ini terjadi karena dalam struktur pengeluaran di Jawa

Timur, sebagian besar porsi anggaran diperuntukkan bagi pengeluaran rutin dalam bentuk pengeluaran

untuk belanja pegawai, dan sebagian kecil pengeluaran untuk belanja modal, barang dan jasa. Artinya

semakin besar perbedaan dalam alokasi anggaran khususnya untuk belanja pegawai, maka tingkat

kesejahteraan hidup masyarakat akan semakin turun.

Keterbatasan

Penelitian tentang implementasi desentralisasi fiskal terhadap kinerja perekonomian telah banyak dilakukan

di berbagai negara. Diantara hasil-hasil penelitian yang ada masih menunjukkan adanya hasil yang berbeda-

beda dalam kaiatannya dengan dampak desentralisasi fiskal terhadap pembangunan ekonomi suatu negara.

Penelitian yang telah dilakukan menggunakan metode analisis yang berbeda-beda dan juga proksi dari

setiap variabel yang digunakan juga berbeda-beda. Dalam penelitian ini implementasi desentralisasi fiskal

diarahkan pada pembentukan kapasitas fiskal dan kemandirian keuangan dalam pencapaian kesejahteraan

hidup masyarakat. Keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam penelitian ini seperti :

1. Obyek penelitian adalah Kabupaten/kota di Jawa Timur, sehingga informasi yang dihasilkan masih

bersifat agregat

Page 12: Analisis Desentralisasi Fiskal dan Dampaknya Terhadap ...€¦ · Desentralisasi fiskal dan otonomi daerah merupakan kemajuan dalam pengelolaan keuangan negara. Pemerintah daerah

840

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

2. Untuk pengukuran kapasitas fiskal masih menggunakan indikator rasio Rasio pajak daerah dengan

PDRB.

3. Durasi waktu yang digunakan dalam penelitian sangat terbatas dalam kurun waktu 2008-2011, sehingga

belum mencerimkan dampak riil desentralisasi fiskal terhadap kesejahteraan hidup masyarakat Jawa

Timur

Implikasi Penelitian

Berdasarkan pada kesimpulan di atas maka implikasi penelitian ini meliputi :

1. Alokasi dana perimbangan keuangan dapat difokuskan untuk peningkatan kapasitas fiskal daerah. Hal

ini penting untuk mendorong agar pemerintah daerah dapat meningkatkan kapasitas fiskal dalam

pengelolaan keuangan daerahnya.

2. Pengalokasian anggaran dalam APBD seyogyanya memperhaikan aspek fungsi dalam memberikan

layanan publik masyarakat. Oleh karena itu porsi anggaran untuk kegiatan pembelanjaan modal, barang

dan jasa dapat ditingkatkan nilainya.

3. Sangat diperlukan penelitian lain dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif untuk

mendapatkan informasi yang lebih akurat mengenai implikasi kebijakan desentralisasi fiskal di

Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Alfonso, Antonio, Werner Ebert and Ludger Schuknecht, 2005. Quality of Public Finance and Growth.

Working Paper Series No 436, European Central Bank, Februari: 1-47

Albert, Michael and Robin Hahnel, 2005, Traditional Welfare Theory, www.zmag.org/books/1/html,

diakses tanggal 2 Februari 2005:1-8

Alexiou, Constantinos, 2009.Government Spending and Economic Growth: Econometric Evidence from

the South Eastern Europe (SEE). Journal of Economic and Social Research 11(1):1-16

Allers, Maarten A dan Lewis J. Ishemoi, 2010. Fiscal Capacity Equalisation in Tanzania, Local Government

Studies. Vol, 36: 697-713

Barro, Stephen, M, 2002. Macroeconomic Versus RTS Measures of Fiscal Foundations and Implications

for Canada. Working Paper (1), IIGR, Queen’s University

Baskaran, Thushyanthan dan Arne Bigsten, 2011. Fiscal Capacity and Government Accountability in Sub-

Saharan Africa.Working Paper, in Economics No 506, Department of Economics School of

Business, Economics and Law at University of Gothenburg

Boadway, R., 2004.The Theory and Practice of Equalization. CESifo Economic Studies, 50/1, 211-254

Faridi, Muhammad Zahir, 2011. Contribution of Fiscal Decentralization to Economic Growth: Evidence

from Pakistan. Pakistan Journal of Social Sciences (PJSS) Vol. 31, No. 1,June:1-13

Fattah, Sanusi dan Irman, 2003.Analisis Ketergantungan Fiskal Pemerintah Daerah di Provinsi Sulawesi

Selatan Pada Era Otonomi Daerah. Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanudin, Makasar, diakses

dari www.journal.unipdu.ac.id, tanggal 10 April

James Edwin Kee, 2013.Fiscal Decentralization : Theory as Reform, paper diakses dari www.gwu.edu

tanggal 12 Mei

Page 13: Analisis Desentralisasi Fiskal dan Dampaknya Terhadap ...€¦ · Desentralisasi fiskal dan otonomi daerah merupakan kemajuan dalam pengelolaan keuangan negara. Pemerintah daerah

841

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014

Matovu, John M, 2000. Composition of Governemtn Expenditure, Human Capital Accumulation, and

Welfare. IMF Working Paper, WP/00/15

Musgrave, R.A. 1959.The Theory of Public Finance: A Study in Public Economy. New York: McGraw-

Hill

Oates, Wallace E. 1972.Fiscal Federalism. New-York: Harcourt Brace Jovanovich

----------------------,2006. On the Theory and Practice of Fiscal Decentralization. IFIR Working Paper No.

2006-05, May

Pose, Andrés Rodríguez- and Anne Krøijer, 2009. Fiscal Decentralization and Economic

Growth in Central and Eastern Europe. LEQS Paper No. 12, London School Economic and Political Sciene,

Oktober, diakses dari http://www.lse.ac.uk/europeaninstitute/leqs/leqspaper12.pdf, tanggal 5

April 2014

Simanjutak, Timbul H S dan Imam Mukhlis, 2012.Analysis of Tax Compliance and Impacts on Regional

Budgeting and Public Welfare. International Journal of Administratitive Sciene & Organization,

September:194-204

Sukanto dan Mukhlis, 2013. Regional Fiscal Indepence, Poverty Rate And Welfare Society in South

Sumatera Province.paper, presenter on IRSA, Bandung 2-3 Juli

Tanzi, V.,1995. Fiscal Federalism and Decentralization: a Review of Some Efficiency and Macroeconomic

Aspects. In M. Bruno and B. Pleskovic (eds), Annual World Bank Conference on Development

Economics 1995. Washington, DC: World Bank.

Yamoah, Afia Boadiwaa, 2007. The Effects Of Fiscal Decentralization On Economic Growth In U.S.

Counties, Dissertation, Unpublish, The Ohio State University

-------------2012,Profil APBD TA 2012, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Direktorat Evaluasi

Pendanaan dan Informasi Keuangan Daerah Subdit Data Keuangan Daerah, diakses dari

http://www.djpk.depkeu.go.id/attachments/article/163/Profil_APBD_TA2012.pdf