71
ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA PROPINSI DIY Diajukan untuk penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Dokter Gigi Diajukan oleh : drg. Hardani Wiyatmi KLINIK GIGI DAN MULUT RSJ GRHASIA PROPINSI DIY TAHUN 2014

ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI

DI RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA PROPINSI DIY

Diajukan untuk penilaian Angka Kredit

Jabatan Fungsional Dokter Gigi

Diajukan oleh :

drg. Hardani Wiyatmi

KLINIK GIGI DAN MULUT

RSJ GRHASIA PROPINSI DIY

TAHUN 2014

Page 2: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

ii

ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI

DI RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA PROPINSI DIY

Diajukan untuk penilaian Angka Kredit

Jabatan Fungsional Dokter Gigi

Telah disahkan oleh

Direktur Rumah Sakit Jiwa Grhasia Propinsi DIY

Pada tanggal 23 Maret 2014

drg. Pembajun Setyaningastutie, M. Kes

Page 3: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

iii

K A T A P E N G A N T A R

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena rahmat,

karunia, dan hidayahNya maka penulisan makalah ini dapat diselesaikan.

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan

kenaikan pangkat/golongan dari IVc ke IVd bagi tenaga fungsional dokter gigi.

Adapun materi makalah ini disusun dengan memfokuskan pada

permasalahan Anestesi Lokal Dalam Pencabutan Gigi. Pada makalah ini

diuraikan tentang bagaimana dokter gigi mempersiapkan dan melaksanakan

anestesi lokal dalam melakukan tindakan pencabutan gigi.

Meskipun sudah diusahakan semaksimal mungkin, penulis menyadari

bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu kritik dan saran

sangat kami harapkan demi kelengkapan dan kebaikan makalah ini.

Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu dalam penyusunan makalah ini, terutama Ibu Direktur Rumah

Sakit Jiwa Grhasia DIY, drg. Pembajun Setyaningastutie, M. Kes, yang telah

memberikan arahan kepada kami. Juga teman-teman Klinik Gigi dan Mulut yang

telah memberikan masukan dan menyiapkan data untuk penulisan makalah ini.

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-

Nya kepada kita semua. Amin

Yogyakarta, 20 Maret 2014

drg. Hardani Wiyatmi NIP.19601121 198511 2 001

Page 4: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

iv

D A F T A R I S I

Halaman Judul ...................................................................................................... i

Halaman Pengesahan ........................................................................................ ii

Kata Pengantar .................................................................................................... iii

Daftar Isi .............................................................................................................iv

Abstrak ................................................................................................................ v

BAB I Pendahuluan .......................................................................................... 1

BAB II Kajian Teori ............................................................................................ 4

A. Pengertian, Macam, Dan Pemilihan Anestesi Lokal ........................... 4

B. Anatomi Kepala, Nervus, Dan Persiapan Pasien ............................. 13

C. Jenis Dan Farmokologi Anestesi Lokal Serta Vasokonstriktor ......... 20

D. Teknik Anestesi Dan Jarum Injeksi .................................................. 33

E. Kegagalan Anestesi Lokal Dan Efek Tidak Menyenangkan ............. 38

BAB III Data Anestesi Lokal Dalam Pencabutan Gigi ....................................... 57

A. Data anestesi lokal dalam pencabutan gigi ...................................... 57

B. Pembahasan .................................................................................. 58

BAB IV Penutup .............................................................................................. 61

A. Kesimpulan ...................................................................................... 61

B. Saran ............................................................................................... 63

Daftar Pustaka .................................................................................................. 65

Page 5: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

v

ABSTRAK

Pada setiap tindakan pencabutan gigi, baik gigi susu maupun gigi permanen,diperlukan anestesi.

Anestesi untuk pencabutan gigi bisa menggunakan anestesi umum maupun anestesi lokal sesuai indikasi. Untuk praktik dokter gigi, khususnya di Indonesia, biasanya dipakai anestesi lokal. Anestesi lokal adalah suatu anestesi yang dimaksudkan untuk melumpuhkan syaraf sensible setempat dimana kesadaran pasien masih ada. Persiapan dan pelaksanaan anestesi lokal yang baik dan benar atau sesuai prosedur, diharapkan dapat menunjang keberhasilan pelaksanaan anestesi lokal.Tata laksana anestesi lokal dapat berupa buku petunjuk anestesi lokal atau PPK (Panduan Praktik Klinis) anestesi lokal.

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menyampaikan data anestesi lokal dalam pencabutan gigi susu maupun pencabutan gigi tetap di RSJ Grhasia DIY tahun 2012 dan tahun 2013 serta membantu mengingatkan teman sejawat dokter gigi dalam tata laksana anestesi lokal. Data pencabutan gigi susu tahun 2012 menunjukkan bahwa pencabutan gigi susu dengan topikal anestesi sebanyak 50 gigi dan pencabutan gigi susu dengan injeksi (cito ject) sebanyak 13 gigi. Pada tahun 2013, pencabutan gigi susu dengan topikal anestesi sebanyak 80 gigi dan pencabutan ggi susu dengan injeksi sebanyak 14 gigi. Pada tahun 2012 pencabutan gigi tetap dengan injeksi sebanyak 200 gigi dan pencabutan gigi tetap dengan topikal anestesi sebanyak 2 gigi. Sedangkan tahun 2013 pencabutan gigi tetap dengan injeksi sebanyak 169 gigi dan pencabutan ggi tetap dengan topikal anestesi sebanyak 3 gigi. Dari data-data tersebut terbukti bahwa anestesi lokal diperlukan dalam setiap pencabutan gigi, baik pencabutan gigi susu maupun pencabutan gigi tetap.

Komplikasi anestesi lokal yang terjadi di Klinik Gigi dan Mulut RSJ Ghrasia DIY tahun 2012 dan tahun 2013 yang berupa sinkop dan masuknya anestesi ke dalam pembuluh darah dapat teratasi di klinik gigi dan mulut, sehingga pasien tidak sempat dirujuk. Penanganan komplikasi tersebut menggunakan pedoman dari buku petunjuk lokal anestesi. Bila terjadi komplikasi lain yang tidak bisa teratasi di Klinik Gigi dan Mulut RSJ Grhasia, pasien dirujuk intern sesuai indikasi. Prosedur rujukan intern telah disahkan oleh Direktur RSJ Grhasia Propinsi DIY. Kata kunci : anestesi lokal, pencabutan gigi, komplikasi anestesi

Page 6: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

1

BAB I

PENDAHULUAN

Anestesi selalu diperlukan dalam setiap pencabutan gigi baik pencabutan

gigi permanen atau gigi tetap maupun pencabutan gigi susu agar pasien tidak

merasakan sakit pada waktu dicabut giginya. Dalam praktik dokter gigi dikenal

dua macam anestesi, yaitu anestesi umum dan anestesi lokal. Untuk praktik

dokter gigi, khususnya di Indonesia, biasanya dipakai anestesi lokal.

Anestesi adalah melakukan tindakan untuk memperoleh anestesia.

Sedangkan anestesia adalah absennya semua sensasi. Anestesi umum adalah

kondisi tidak sadar dengan menambahkan analgesik dan relaksan otot agar

timbul sensasi seimbang. Anestesi lokal yaitu suatu anestesi yang dimaksudkan

untuk melumpuhkan saraf sensibel setempat dimana kesadaran pasien masih

ada.

Sebelum memutuskan macam anestesi lokal yang dipilih, dokter gigi

harus mengetahui dan memahami indikasi serta kontra indikasi anestesi lokal.

Indikasi anestesi lokal antara lain : 1) Untuk keperluan pencabutan gigi, 2) Untuk

keperluan penambalan gigi, 3) Untuk keperluan insisi abses, 4) Untuk keperluan

pengambilan impacted, 5) Untuk keperluan pembetulan rahang baik untuk

estetika maupun karena kecelakaan. Sedangkan kontra indikasi anestesi lokal

meliputi : 1) Daerah yang mengalami infeksi, 2) Pasien yang nervous, 3) Apabila

akan dilakukan multiple extraction, 4) Pada pasien abnormal, 5) Pada anak kecil

yang rewel, 6) Pasien tidak kooperatif, 7) Pasien dengan kelainan perdarahan.

Pertimbangan lainnya adalah melihat daerah yang akan dioperasi, perluasan

operasi, waktu yang diperlukan untuk operasi, keadaan umum pasien,

Page 7: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

2

temperamen pasien, serta perluasan infeksi dalam jaringan. Faktor umum dan

faktor lokal juga bisa sebagai penentu pemilihan macam anestesi. Faktor-faktor

umum antara lain : pasien terlalu gemuk, pasien dengan penyakit sistemik,

wanita hamil trimester pertama dan terakhir, penyakit hemoragik yang langka.

Faktor-faktor lokal : infeksi akut pada daerah kerja, obat untuk penyakit sistemik,

obat sulfonamid, obat anti depresi trisiklik.

Setelah ditetapkan macam anestesi yang dipilih, dokter gigi sebaiknya

segera mempersiapkan secara seksama peralatan, obat-obatan, pasien, tim

kerja, dan dokter konsultan bila diperlukan. Dokter konsultan diperlukan bila

pasien yang akan dianestesi lokal mempunyai riwayat penyakit sistemik, wanita

hamil dan pasien yang sedang minum obat-obat tertentu.

Anamnesis yang lengkap dan akurat, teknik anestesi yang baik dan benar

sesuai prosedur, ketepatan pemilihan macam obat anestesi beserta dosis atau

volumenya, ketepatan penyuntikan, penggunnaan jarum suntik yang steril dan

tajam merupakan faktor-faktor penentu keberhasilan pelaksanaan anestesi.

Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman pada PPK

(Panduan Praktik Klinis) yang telah disahkan oleh Direktur RSJ Grhasia.

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menyampaikan data anestesi

lokal dalam pencabutan gigi di Klinik Gigi dan Mulut RSJ Grhasia tahun 2012 dan

tahun 2013 serta sebagai pengingat tentang penatalaksanaan anestesi lokal

dalam pencabutan gigi.

Kejadian-kejadian tidak menyenangkan atau komplikasi dapat terjadi, baik

pada waktu maupun setelah pelaksanaan anestesi. Komplikasi tersebut antara

lain infeksi, hematoma, parestesia, Facial Palsy, trismus, sinkop, pingsan,

masuknya anestetik pada pembuluh darah, toksisitas, alergi, rasa sakit pada

Page 8: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

3

penyuntikan, konvulsi, kontraksi uterus, jarum injeksi patah, dan sebagainya.

Kegagalan anestesi juga dapat terjadi pada waktu injeksi mandibular dan injeksi

supraperiosteal. Bila terjadi komplikasi anestesi di Klinik Gigi dan Mulut RSJ

Grhasia, penatalaksanaannya berpedoman pada buku petunjuk anestesi lokal.

Pada penanganan komplikasi yang tidak bisa dilaksanakan atau dilselesaikan di

Klinik Gigi dan Mulut, pasien dirujuk intern sesuai indikasi. Prosedur rujukan

intern telah disahkan oleh Direktur RSJ Grhasia Propinsi DIY.

Page 9: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

4

BAB II

KAJIAN TEORI

A. PENGERTIAN, MACAM, DAN PEMILIHAN ANESTESI LOKAL

A1. PENGERTIAN

Menurut Narlan Sumawinata (2013) :

1. Anestesi :

Melakukan tindakan untuk memperoleh anestesia

2. Anestesia :

Absennya semua sensasi

A2. MACAM ANESTESI

Anestesi dapat dibagi menjadi 2 cara (Haryono Mangukusumo, 1981 ) :

1. Lokal anestesi (anestesi setempat)

2. General anetesi (anestesi umum)

Untuk praktek dokter gigi, khususnya di Indonesia, biasanya dipakai

lokal anestesi

LOKAL ANESTESI

a. Pengertian :

– Suatu anestesi yang dimaksudkan untuk melumpuhkan syaraf

sensibel setempat dimana kesadaran pasien masih ada (Haryono

Mangunkusumo, 1981)

– Hilangnya sensasi tanpa diikuti oleh hilangnya kesadaran (Narlan

Sumawinata, 2013)

b. Indikasi lokal anestesi (H Hadogo, 1979) :

– Untuk keperluan penumpatan/penambalan gigi

Page 10: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

5

– Untuk keperluan pencabutan gigi

– Untuk keperluan insisi abses

– Untuk keperluan operasi pengambilan impacted

– Untuk kepaerluan pembetulan rahang baik untuk estetika maupun

karena kecelakaan

c. Kontra indikasi lokal anestesi

Kontra indikasi lokal anestesi menurut Haryono Mangunkusumo

(1981):

1) Pada daerah yang mengalami infeksi karena dapat mengakibatkan:

– Organisme yang ada pada jaringan yang mengalami infeksi akan

terdesak kedaerah jaringan yang sehatdan menimbulkan

perluasan infeksi

– Anestetikum kerjanya tidak sempurna dan anestetikum tersebut

akan menambah cairan yang ada pada daerah itu, akan

menekan saraf-saraf pada daerah itu sehingga menyebabkan

rasa sakit

– Penyembuhan dari daerah infeksi akan terhalang

2) Tidak boleh dipakai pada pasien yang nervous , sebaiknya pada

pasien nervous menggunakan general anestesi

3) Apabila akan dilakukan multiple extraction lebih baik

mmenggunakan general anestesi karena pada general anestesi

bisa bekerja lebih steril, kita bekerja lebih tenang, ketegangan

pasien juga akan hilang

Page 11: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

6

4) Pada pasien abnormal, karena pasien abnormal belum tentu bisa

menerima perawatan, sehingga dikhawatirkan jarum akan salah

masuk atau putus

5) Pada anak-anak kecil yang rewel sebaiknya kita lakukan general

anestesi. Tetapi bila pada tempat kita tidak bisa dilakukan general

anestesi, bisa menggunakan lokal anestesi asalkan kita bekerja

dengan cepat.

Ada beberapa kasus dimana penggunaan lokal anestesi tidak

diperbolehkan. Kasus-kasus ini perlu diketahui sehingga gejala-gejala

yang tidak menyenangkan dan akibat yang tidak diinginkan bisa

dihindari (Atlas of Local Anaesthesia in Dentistry, 1977).

Kontra indikasi tersebut meliputi :

1) Bila ada infeksi pada daerah injeksi atau pada titik dimana

anestetikum akan dideponirkan.

2) Bila ada infeksi Vincent atau infeksi mulut yang luas.

3) Bila pasien masih terlalu kecil (anak-anak) sehingga sulit

kooperatif

Laura Mitchell, David A. Mitchell, Loana Mc Caul (2009) juga

berpendapat bahwa kontra indikasi lokal anaestesi meliputi :

1) Pasien tidak kooperatif (dengan berbagai penjelasan)

2) Infeksi di sekitar tempat suntikan.

3) Pasien dengan kelainan perdarahan.

4) Sebagian besar bedah mayor

d. Macam lokal anestesi menurut Haryono Mangunkusumo (1981) :

1) Refrigeration anestesi :

Page 12: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

7

untuk membekukan protoplasma sel-sel akhiran saraf sensibel

sehingga mengadakan keadaan anestesi disitu.

2) Topical anestesi :

anestetikum dioleskan pada membrana mukosa pada daerah itu

dengan konsentrasi yang kuat dan tinggi dan kita lakukan

langsung diatas jaringan yang akan kita anestesi

3) Infiltrasi aneastesi :

akhiran saraf sensibel didaerah operasi diblokir langsung dan

metode ini dipakai dengan syarat dalam operasi yang kecil,

operasi tidak makan waktu lama dan daerah itu tidak mengalami

infeksi

4) Nerve blocking anestesi :

batang saraf diblockir pada tempat-tempat dimana saja, asal

diantara otak dan daerah operasi, pemakaian metode ini apabila

kita menjumpai tulang atau jaringan yang keras dan juga bila ada

infeksi pada daerah itu dimana infiltrasi anestesi tidak bisa dipakai

A3. PEMILIHAN ANESTESI

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum menentukan

macam anestesi yang akan diberikan (Haryono Mangukusumo, 1981) :

1. Perluasan operasi : sampai dimana operasi harus dikerjakan

2. Daerah operasi

3. Keadaan umum pasien

4. Bila terjadi infeksi, kita harus memperhatikan perluasan infeksi dalam

jaringan

5. Kita harus memperhatikan temperamen pasien

Page 13: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

8

Geoffrey L. Howe (1999) mengatakan bahwa dokter gigi harus

mengetahui indikasi dan kontra indikasi lokal anestesi maupun general

anestesi sebelum menentukan anestesi mana yang akan dilakukan untuk

tindakan pencabutan gigi. Pemilihan bentuk anestesi yang salah biasanya

disebabkan karena terburu-buru. Dokter gigi harus belajar untuk

memperkirakan dengan akurat waktu yang diperlukan untuk

menyelesaikan setiap pencabutan gigi. Ini memungkinkan ia memilih

bentuk anestesi yang memberikan cukup waktu untuk menyelesaikan

tugasnya.

Faktor lokal dan umum menentukan pilihan anestesi untuk

pencabutan gigi tertentu (Geoffrey L. Howe, 1999) :

Faktor umum yang mempengaruhi pemilihan anestesi :

– Pasien yang badannya sangat besar atau gemuk

Pasien yang badannya sangat besar terkadang tidak cocok dengan

anestesi umum yang dilakukan di kursi dokter gigi, khususnya bila pasien

tersebut juga pecandu alkohol.

Pasien dengan penyakit sistemik

Penyakit sistemik mungkin adalah faktor penentu yang mempengaruhi

pemilihan anestesi. Setiap penyakit yang mempengaruhi efisiensi jalan

napas normal adalah kontra indikasi terhadap anestesi umum di klinik

dokter gigi. Bronkitis kronis, emfisema, bronkiektasis, asma, tuberkulosis,

dan merokok yang berlebihan mempengaruhi pertukaran udara, sedangkan

obstruksi hidung, paralisis pita suara, dan lesi pada leher dapat

mengganggu jalan udara.Beberapa ahli menyarankan agar pada penderita

penyakit kardiovaskuler digunakan larutan anestesi lokal tanpa adrenalin,

Page 14: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

9

tetapi sebagian besar ahli berpendapat bahwa sejumlah kecil adrenalin

yang diberikan pada perawatan gigi ternyata bermanfaat karena

menghasilkan anestesi yang lebih pasti, lama dan dalam, serta mengurangi

jumlah adrenalin yang diekskresikan oleh tubuh pasien sendiri sebagai

respons terhadap rasa sakit atau takut. Pasien penderita penyakit jantung

parah harus disarankan ke rumah sakit untuk pencabutan gigi, apapun

bentuk anestesi yang digunakan.

– Pada wanita hamil trimester pertama dan terakhir

Banyak ahli anestesi menghindari pemberian anestesi umum di klinik

dokter gigi pada wanita hamil dengan kehamilan trimester pertama dan

terakhir karena mereka takut bila periode anoksia selama anestesi dapat

membahayakan janin. Kehamilan bukan merupakan kontra indikasi

terhadap penggunaan anestesi lokal.

– Pada penyakit hemoragik yang langka

Anestesi lokal sebaiknya tidak digunakan pada penyakit hemoragik yang

langka, seperti hemofili, penyakit Christmas, dan penyakit von Willebrand,

karena perdarahan pada tempat tusukan dan jalannya jarum suntik.

Mengingat resiko bahaya yang menyertai pencabutan gigi pada pasien ini,

maka sebaiknya pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit dengan disertai

pemberian darah lengkap.Secara umum,pasien dengan kategori resiko

anastesi tinggi harus dirawat sebagai pasien rawat inap, baik dengan

anestesi lokal maupun anestesi endotrakeal.

Faktor lokal penentu pemilihan anestesi

– Infeksi akut pada daerah kerja

Page 15: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

10

Adanya infeksi akut pada daerah kerja merupakan kontra indikasi bila

dilakukan anestesi lokal karena suntikan cairan anestesi lokal ke dalam

daerah peradangan akut dapat menyebarkan infeksi dan jarang

menghasilkan efek anestesi. .

– Pasien yang meminum obat tertentu

Pasien yang meminum obat untuk penyakit sistemik

Penting untuk mengetahui penggunaan obat saat pasien datang,

karena beberapa obat yang diresepkan untuk penyakit sistemik dapat

mempengaruhi penggunaan anestesi. Banyak pasien tidak mengetahui

nama obat yang mereka minum. Untuk itu, bila meragukan, dokter gigi

harus menghubungi dokter pasien sehingga dapat diketahui pengobatan

yang diterima pasien sebelum dilakukan perawatan gigi. Disamping itu,

dokter gigi juga dapat menerima petunjuk tentang keparahan kondisi

pasien dan hubungannya dengan perawatan gigi.

Pasien yang meminum obat kelompok antidepresi trisiklik

Tindakan khusus harus dilakukan bila anestesi lokal diperlukan oleh

pasien yang meminum obat kelompok antidepresi trisiklik, yang juga

digunakan untuk anak-anak yang suka ngompol. Telah ditunjukkan bahwa

efek noradrenalin sangat terpengaruh oleh obat-obatan kelompok trisiklik

sedangkan adrenalin sedikit terpengaruh. Vasokonstriktor seharusnya tidak

disuntikkan pada pasien yang meminum obat antidepresi trisiklik karena

bahaya terjadinya hipertensi atau aritmia jantung. Pada keadaan seperti ini

harus dipilih penggunaan anestedi lokal yang tidak mengandung adrenalin

atau noradrenalin, atau preparat prilokain yang mengandung felipresin

Page 16: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

11

yaitu vasokonstriktor nonamin (Citanest dengan Oktapressin). Hipertensi

yang parah ditandai denga sakit kepala yang parah dan mendadak.

Biasanya gejala ini bersifat sementara, dapat terkomplikasi dengan

perdarahan intrakranial atau gagal jantung akut.

Pasien yang meminum obat sulfonamid

Meskipnun prokain sekarang jarang digunakan dalam kedokteran

gigi, perlu dicatat bahwa bahan anestesi lokal ini tidak boleh digunakan

pada pasien yang minum obat-obatan sulfonamid untuk perawatan

penyakit sistemik. Karena kelompok obat antibakteri ini mengandung rantai

asam para-amino benzoat yang sama dengan prokain, secara teoritis

keduanya mempunyai efek saling menetralkan bila diberikan bersamaan.

Meskipun fenomena ini belum pernah dibuktikan secara klinis, kombinasi

keduanya sebaiknya dihindari. Pasien dengan riwayat hipersensitivitas

terhadap sulfonamid sebaiknya tidak diberikan bahan anestesi lokal yang

mengandung rantai asam para amino benzoat.

Menurut Narlan Sumawinata (2013), dengan banyaknya anestetik

lokal yang tersedia diperlukan pertimbangan yang seksama dalam memilih

anestetik tersebut agar sesuai dengan keadaan pasien yang akan dirawat.

Beberapa pertimbangan dalm pemilihan anestetik lokal adalah waktu yang

diperlukan dalam pengendalian nyeri selama perawatan, kebutuhan akan

terkendalinya nyeri setelah tindakan selesai, kemungkinan terjadinya self-

mutilation setelah tindakan selesai, kebutuhan akan hemostasis selama

perawatan, dan status fisik pasien.

Secara rinci, pertimbangan tersebut adalah :

a. Waktu yang diperlukan dalam pengendalian nyeri selama perawatan. .

Page 17: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

12

Kita harus mengenal tentang berbagai anestetik dengan durasi

anestesinya, baik pada pulpa maupun jaringan lunak.

b. Kebutuhan akan terkendalinya nyeri setelah tindakan selesai.

Jika diperkirakan akan timbul nyeri paska tindakan, maka diperlukan

anestetik yang berdurasi panjang. Anestetik yang berdurasi anestesia

sebentar dapat digunakan pada prosedur yang non traumatis.

c. Kemungkinan terjadinya self- mutilation setelah tindakan selesai .

Anestesi yang berdurasi pendek juga dipakai jika anestesia paska

tindakan justru membahayakan pasien, misalnya pada pasien anak-

anak dan pasien gangguan mental.

d. Kebutuhan akan hemostasis selama perawatan.

Jika diperlukan hemostasis selama perawatan, biasanya bisa diberikan

larutan anestetik yang mengandung epinephrine dengan kadar 1 :

50.000 atau 1 : 100.000

e. Status fisik pasien

Status fisik atau status medis pasien terkait dengan indikasi dan

kontraindikasi pemakaian anestetik lokal, ada dua macam indikasi, yaitu

indikasi absolut dan indikasi relatif. Kontraindikasi absolut adalah

anestetik tersebut tidak boleh digunakan pada pasien apapun

kondisinya. Pada kontraindikasi relatif, dianjurkan untuk menghindarkan

pemakaian obat yang dicurigai dapat meningkatkan resiko yang akan

membahayakan tubuh. Alternatifnya adalah obat yang tidak masuk

golongan kontraindikasi. Akan tetapi jika obat alternatif tidak ditemukan,

obat yang masih diragukan tersebut bisa dipakai dengan sangat hati-

hati. Kehamilan dan periode menyusui merupakan kontraindikasi relatif

Page 18: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

13

bagi anestesi lokal terutama pada trimester pertama. Anestetik lokal dan

vasokonstriktor bukan suatu material yang teratogen sehingga dapat

diberikan pada wanita hamil.

B. ANATOMI KEPALA, NERVUS, DAN PERSIAPAN PASIEN

B1. ANATOMI KEPALA

Page 19: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

14

Page 20: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

15

B2. NERVUS

Narlan Sumawinata (2013) mengatakan bahwa daerah rongga

mulut, daerah gigi dan sekitarnya, dipersarafi oleh berbagai serabut

saraf yaitu nervus vasialis (n. VII), nervus glosofaringeus (n. IX), nervus

vagus (n. X), nervus aksesorius (n. XI), dan nervus hipoglosus (n. XII).

Nervus fasialis, nervus glosofaringeus, dan nervus vagus berperan

dalam sensasi pengecapan, nervus glosofaringeus dan nervus vagus

berperan dalam sensasi umum (nyeri, perabaan, dan suhu) pada faring,

palatum molle, dan bagian belakang lidah, sedangkan nervus

hipoglosus berperan dalam persarafan motorik lidah. Walaupun

demikian, nervus trigeminus merupakan saraf terpenting di daerah

rongga mulut. Oleh karena itu pembahasan mengenai nervus

difokuskan pada nervus trgeminus.

Penjelasan mengenai nervus trigeminus (nervus V) adalah

sebagai berikut (Atlas of Local Anaesthesia in Dentistry, 1977) :

Nervus V atau n. trigeminus berasal dari mesencephalon dan

membesar menjadi ganglion Gasseri atau ganglion semilunare. Ada dua

ganglion Gasseri yang terletak pada dasar cranium di dekat garis

median,tiap-tiap ganglion N menginervasi satu sisi wajah.

N. OPHTHALMICUS (DIVISI I)adalah cabang yang terkecil dari ganglion

Gasseri..

N. MAXILLARIS (DIVISI II) menginervasi maxilla dan struktur-struktur

yang berkaitan dengannya seperti gigi geligi, periosteum, membrana

mukosa, sinus maxillaris, palatum molle, palpebra inferior, labium oris

Page 21: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

16

superior, sisi lateral cavum nasi, dan memberikan beberapa innervasi

pada regio tonsilla palatina.

CABANG PERTAMA : Dua n.sphenopalatinus yang pendek ke ganglion

sphenopalatina atau ganglion Meckeliensis.

Saraf-saraf berikut ini perlu diketahui lebih lanjut :

N. nasopalatinuskeluar dari ganglion Meckeliensis berjalan ke bawah

sepanjang septum nasi dan diteruskan menuju ke canalis palatina major

yang terletak pada garis median sekitar 10 mm di sebelah palatinal

insisivus sentral atas.

N.palatinusmajor keluardari ganglion Meckeliensis, berjalan ke bawah

melalui canalis palatina major, pada os.palatinum, kemudian muncul

pada palatum melalui foramen palatinum majus.

CABANG KEDUA: N. alevolaris superior posterior bercabang-cabang

pada jaringan lunak anterior ganglion Meckeliensis, tepat sebelum n.

maxillaris masuk ke dalam fissura orbitalis inferior..

CABANG KETIGA: N. alveolaris superior medius mengeluarkan

percabangan pada kira-kira setengah perjalanan dari canalis

infraorbitalis, kemudian berjalan ke bawah pada dinding lateral sinus

maxillaris. Saraf menginervasi gigi premolar pertama dan kedua dan

akar mesiobukal gigi molar pertama atas.

CABANG KEEMPAT: N. alveolaris superior anterior mengeluarkan

percabangan di dalam canalis infraorbitalis kurang-lebih5 mm di

Page 22: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

17

belakang foramen infra-orbitale tepat sebelum cabang-cabang terminal

dari n. infraorbitalis keluar dari foramen infraorbitale.

N. MANDIBULARIS (DIVISI KE-3) adalah cabang terbesar, yang keluar

dari ganglion Gasseri. Saraf keluar dari cranium melalui foramen ovale

dan bercabangmenjadi tiga percabangan.

N. BUCCALIS LONGUS keluar tepat di luar foramen ovale.

N. LINGUALIS, cabang berikut yang berjalan ke depan menuju garis

median..

N. ALVEOLARIS INFERIOR adalah cabang terbesar dari n.

mandibularis.

B3. PERSIAPAN PASIEN

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian lokal anestesi

(Haryono Mangunkusumo, 1981) :

1. Pertanyaan-pertanyaan yang harus ditujukan kepada pasien, apakah

ada hal-hal yang dialami pada suntikan sebelumnya karena ada

kemungkinan pada pengalaman sebelumnya pasien tidak tahan bila

mendapat lokal anestesi.

2. Pakailah jarum yang baru, runcing, dan ukuran kecil.

3. Untuk memudahkan masuknya jarum, jaringan yang akan disuntik

dibuat tegang dan jangan sekali-kali jarum dibelok-belokkan, diputar-

putar karena dapat merusak jaringan sekitarnya.

Persiapan pasien sebelum dilakukan lokal anestesi (Atlas of

Local Aneaesthesia in Dentistry, 1977) :

Page 23: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

18

Dengan mempelajari dan menerapkan prinsip-prinsip yang

dijelaskan pada bab-bab terdahulu, dokter gigi akan dapat melakukan

kontrol rasa sakit pada hampir semua kondisi yang dijumpai pada

praktik sehari-hari.

Karena pasien mempunyai temperamen, kondisi fisik, dan

intelegensi yang berbeda, mereka ini tidak bisa diperlakukan dengan

cara yang sama. Akibat dari prosedur atau komentar yang kurang

difikirkan dengan baik oleh operator atau asisten, injeksi akan gagal

menghasilkan anestesia yang diinginkan.

Gejala-gejala yang tidak dikehendaki, seperti sinkop dapat

diminimalkan dengan penanganan pasien yang simpatik dan penuh

pengertian. Operator dan asisten melalui sikap dan anjuran-anjurannya

harus dapat meyakinkan pasien bahwa apa yang dilakukan adalah

prosedur biasa yang memang harus dilakukan dan tidak perlu

ditakutkan. Instrumen, syringe, dan alat- alat lain yang menakutkan

sebaiknya tidak terlihat langsung oleh pasien.

Kursi unit harus dibuat sedikit condong ke belakang, dengan

sandaran kepala diatursedemikian rupa sehingga bisa menahan berat

kepala yang didukung otot-otot leher.Selain untuk kenyamanan pasien,

posisi kepala yang enak sangat membantu dokter gigi untuk

meningkatkan ketepatan dalam melakukan injeksi.Kursi unit dapat

dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan kemauan operator.

SINKOP (hilangnya kesadaran karena anemia cerebral):

merupakan salah satu komplikasi umum pada penggunaan

anestetikum lokal. Tanda-tanda klinis sangat mirip dengan syok, yaitu

Page 24: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

19

pasien menjadi sangat pucat, kulitnya dingin dan lembab, denyut nadi

menjadi cepat, dan mungkin terjadi penurunan tekanan darah, tetapi

berlangsung tidak lama. Penyebab sinkop dapat psikologik, sebab

reaksi yang sama bisa terjadi pada orang yang diinjeksi dengan larutan

saline atau air steril. Sinkop yang terjadi setelah injeksi anestetikum

lokal mudah diatasi dengan cara sederhana, menunjukkan bahwa reaksi

terhadap anestikum bukan merupakan akibat keracunan. Takikardia,

yang disebabkan oleh vasokonstriktor bisa meningkatkan trauma psikis

dari operasi dan merupakan faktor yang menimbulkan sinkop.

PERAWATAN:

Tempatkan kepala lebih rendah dari tubuh untuk merangsang

aliran darah ke otak.Inhalasi agen aromatik misalnya alkohol dan

aplikasi handuk basah pada wajah pasien juga perlu dilakukan.

Sinkop bisa dihindari dengan (1) injeksi anestetikum yang

perlahan, (2) memperhatikan perubahan rona wajah pasien selama

injeksi, (3) jarum yang tajam (4) anestesi topikal, (5) menggunakan

konsentrasi epineprin yang rendah, atau vasokonstriktor yang tidak

terlalu toksik, (6) pramedikasi, (7) sikap operator yang simpatik namun

penuh percaya diri dalam merawat pasien.

SYOK:

Reaksi ini meskipun mirip dengan sinkop, umumnya jauh lebih

parah dan mengakibatkan penurunan volume darah sirkulasi.Pasien

biasanya kehilangan kesadaran, tekanan darah turun, denyut nadi cepat

dan berbahaya.Karena gejalanya mirip sekali dengan syok operasi

Page 25: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

20

primer dan mungkin berkenaan dengan masuknya anestetikum ke

pembuluh darah atau karena idiosinkrasi (kepekaan berlebihan terhadap

suatu obat), maka upaya atau langkah-langkah kedaruratan harus

dilakukan.

PERAWATAN:

Tempatkan pasien dalam posisi terbaring dengan kepala lebih

rendah dari tubuh dan lakukan stimulasi jantung dan pernapasan.

Walaupun idiosinkrasi terhadap anestetikum lokal jarang terjadi,

setiap riwayat reaksi yang berlebihan harus diperhatikan dan hindari

penggunaan obat tersebut.

C. JENIS DAN FARMOKOLOGI ANESTESI LOKAL SERTA

VASOKONSTRIKTOR

C1. JENIS DAN FARMOKOLOGI ANESTESI LOKAL

Menurut Narlan Suma Winata (2013) :

Anestetik lokal adalah obat yang sebagai penghilang nyeri

berbeda dengan obat penghilang nyeri yang lain. Perbedaannya adalah

bahwa jika obat lain harus memasuki pembuluh darah dan mencapai

kadar yang cukup guna memberikan efek terapi (mencapai efek

terapeutik), anestetik lokal, jika sampai memasuki pembuluh darah,

karena terabsorbi ke dalam pembuluh darah, efek terapeutiknya justru

akan hilang, bahkan berpotensi menimbulkan keracunan.

Anestetik lokal dapat digolongkanberdasarkan durasi anestesia

yang ditimbulkannya. Berdasar penggolongan ini terdapat anestetik lokal

Page 26: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

21

berdurasi kerja singkat (30-60 menit), berdurasi sedang (60-90 menit) dan

golongan anastetik lokal yang berdurasi lama atau panjang (90 menit atau

lebih)

Jenis Anestetik Lokal Berdasarkan Struktur Kimia

Berdasarkan jenis perangkainya, dikenal pembagian anestetik

lokal menjadi golongan ester dan golongan amida. Ada pula yang

membaginya menjadi golongan amida, golongan ester, dan golongan

amida-ester (misalnya artikain). Malamed (2004) mengklasifikasikan

anestetik lokal ini atas golongan amida, ester, dan golongan quinoline.

Anestetik Golongan Amida

Golongan ini merupakan golongan anestetik lokal yang banyak

dipakai, mungkin karena alergenisitasnya yang relatif kurang. Golongan

amida terbagi atas tiga golongan yakni xylidine, toluidine, dan

thiopene.gugus metil. Contoh golongan xylidine adalah lidokain. Contoh

golongan toluidine adalah prilokain (Citanest). Thiophenememiliki

penetrasi yang baik ke dalam mukosa dan tulang, Contoh: artikain

(articaine).

Lidokain

Lidokain atau Lidocaineadalah anestetik lokal golongan amida

derivat xylidine.Awitan obat ini tergolong cepat (2-3 menit), karena

cenderung menyebar dengan baik ke seluruh jaringan. Lidokain 2%

dengan vasokonstriktor memberikan anestesia yang dalam dengan durasi

medium.

Page 27: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

22

Lidokain digunakan untuk anestesi topikal, infiltrasi, block, spinal,

epidural, dan kaudal. Juga digunakan secara intravena untuk mengobati

aritmia jantung selama pembedahan.

Dalam kedokteran gigi, lidokain 2% digunakan untuk anestesi

infiltrasi dan block dengan 1:50 000 atau 1:100 000 epinefrin. Lidokain

untuk anestesia topikal diracik dalam bentuk salep 5%, semprotan 10%,

dan larutan kental 2%. Awitannya cukup cepat, sekitar 2-3 menit. Lidokain

dengan epinefrin dapat memberikan anestesia jaringan pulpa selama 1-

1,5 jam. Anestesia jaringan lunak dapat bertahan sampai 3-4 jam.

Lidokain berisi 1:50 000 epinefrin digunakan untuk hemostasis selama

pembedahan.

Mepivakain

Mepivakain (mepivacaine) (nama dagang Carbocaine, Polocaine,

Isocaine) adalah suatu derivat xylidine. Kecepatan awitan, durasi, potensi,

dan toksisitasnya sama dengan lidokain. Toksisitas berada pada katagori

1,5 sampai 2 (prokain = 1; lidokain = 2). Obat ini dimetabolisme di dalam

hepar dan diekskresi melalui ginjal dengan 1-16 persennya diekskresikan

tanpa perubahan.

Secara topikal, obat ini tidak efektif tetapi obat ini digunakan untuk

anestesi infiltrasi, block, spinal, epidural, dan kaudal. Dalam kedokteran

gigi yang biasa dipakai adalah larutan 2% dengan lefonordefrin (Neo-

Cobefrin) 1:20 000. Karena mepivakain menimbulkan lebih sedikit

vasodilatasi dibandingkan lidokain, obat ini bisa digunakan dalam larutan

3% tanpa vasokonstriktor untuk prosedur yang pendek.

Page 28: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

23

Prilokain

Prilokain atau disebut juga propitocaine, dipasarkan dengan nama

dagang Citanest, dan Citanest Forte, secara kimia terkait dengan lidokain

dan mepivakain. Secara kimia, lidokain dan mepivakain adalah derivat

xylidine, sedangkan prilokain adalah derivate toluidin. Prilokain tidak

begitu toksik dan tak sepoten lidokain tetapi durasi kerjanya sedikit lebih

lama. Telah terbukti bahwa obat ini dapat menimbulkan anestesia lokal

yang memuaskan dengan kadar obat rendah dan tanpa epinefrin.

Prilokain biasanya dipakai untuk anestesi block, infiltrasi, epidural,

dan kaudal. Di pasaran tersedia dalam kadar 4% baik tanpa atau dengan

epinefrin 1:200 000. Dalam kedokteran gigi biasanya digunakan untuk

kasus yang memerlukan durasi anestesia yang lama atau bila diperlukan

pemakaian epinefrin yang paling rendah (1:200 000).

Bupivakain

Bupivakain lebih poten dari lidokain, mepivakain, dan prilokain,

dan sangat kurang toksik dibandingkan dengan lidokain dan mepivakain.

Keunggulan utama bupivakain adalah durasi anestesia yang

ditimbulkannya lebih lama.Bila dibandingkan dengan lidokain-epinefrin,

awitan bupivakain-epinefrin sedikit lebih lambat (sekitar 6-10 menit), tetapi

durasi anestesianya paling sedikit dua kali lipat lidokain. Di pasaran

tersedia dalam kartrid larutan 0,5% dengan 1:200 000 epinefrin.

Bupivakain dapat diperoleh di pasaran dengan merek dagang Marcaine

(keluaran Eastman Kodak)..

Anestetik Golongan Ester

Termasuk golongan ini adalah prokain, tetrakain, dan benzokain

Page 29: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

24

– Prokain

Prokain merupakan anestetik lokal suntikan yang pertama kali dibuat.

Nama dagangnya adalah Novocaine. Prokain merupakan anestetik

lokal dengan efek vasodilatasi yang paling kuat. Oleh karena itu,

prokain 2% tanpa vasokonstriktor hanya memberikan anestesia

jaringan selama 15-30 menit dan sama sekali tidak memberikan efek

anestesia pada jaringan pulpa.

Pemakaian dalam kedokteran gigi adalah dalam dosis 2%

dikombinasikan dengan obat yang lebih poten, propoksikain. Prokain

dihidrolisis dalam plasma menjadi PABA (para amino benzoic acid).

PABA dapat menghambat daya kerja sulfonamid, sehingga derivat

PABA hendaknya tidak diberikan bersama-sama dengan sulfonamid.

– Propoksikain

Propoksikain adalah anestetik lokal golongan ester.Nama dagangnya

adalah Ravocaine.

Obat ini memiliki awitan yang cepat (2-3 menit) namun dengan

toksisitas tinggi (7-8 kali prokain).Oleh karena itu, berhubung

toksisitasnya yang tinggi, obat ini tidak diberikan secara tunggal

melainkan dikombinasikan dengan prokain.

Kombinasi Prokain dengan Propoksikain

Walaupun jarang digunakan, kombinasi kedua obat ini masih patut di-

perhitungkan dalam khasanah anestesia lokal kedokteran gigi.Manakala

golongan amida merupakan kontraindikasi absolut, atau ketika gagal

Page 30: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

25

memberikan anestesia yang cukup, kombinasi obat ini mungkin

bermanfaat.

Anestetik Lokal Golongan Amida-Ester (Hibrid)

– Artikain

Potensinya dilaporkan 1,5 kali potensi lidokain dan 1,9 kalipotensi

prokain sedangkan toksisitasnya 0,6 kali lidokain dan 0,8 kali prokain

dan dosis maksimum yang direkomendasikan pabriknya adalah 7,0

mg/kg berat badan. Efek vasodilatasinya sebanding dengan lidokain.

Artikain diekskresikan melalui ginjal; 10 persennya tidak mengalami

perubahan bentuk didalam urin.

Kontraindikasi penggunaan artikain adalah pasien yang mengidap

methemoglobinemia idiopatik atau kongenital, anemia, atau gagal

napas atau gagal jantung yang terlihat dengan adanya hipoksia.

Anestetik Lokal Golongan Quinoline

– Centbucridine

Centbucridine adalah derivat quinoline, dengan potensi lima sampai

delapan kali lidokain dan dengan awitan dan durasi anestesia sama

dengan lidokain. Dilaporkan, obat ini tidak memengaruhi sistem saraf

pusat dansistem kardiovaskuler, kecuali jika dosisnya besar yang bisa

menstimulasi sistem saraf pusat.

Absorpsi

Absorpsi anestetik lokal terkait dengan anestesia jaringan dan toksisitas

yang ditimbulkannya jika dosis yang diabsorpsi berlebihan. Absorpsi

anestesi lokal bergantung pada:

Page 31: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

26

Vaskularisasi jaringan

Inflamasi jaringan,

Vasokonstriktor, dan,

Jalur pemberian, apakah secara oral, topikal, atau penyuntikan.

Distribusi

Setelah diabsorpsi, anestetik lokal akan didistribusikan ke seluruh tubuh.

Anestetik lokal dapat menembus plasenta dan barier otak-darah.

Kelarutan dalam lemak dari anestetik lokal tertentu akan memengaruhi

potensinya. Contohnya, bupivakain dalam larutan 0,5%, sepuluh kali Iebih

larut dalam lemak dibandingkan dengan lidokain 2%.

DOSIS

Dosis Anestetik Lokal

Besaran anestetik lokal dalam suatu larutan (kartrid) biasanya dinyatakan

dalam persen dan nominalnya dalam miligram (mg) per mililiter (ml).

Lidokain 2% berarti terdapat 2g lidokain di dalam 100 ml larutan, atau 20

mg per ml. Jadi, di dalam kartrid 2ml lidokain 2% terdapat 40 mg lidokain.

Sifat-sifat Ideal Anestetik Lokal

Tidak merusak saraf secara permanen

Toksisitas sistemik rendah

Awitan cepat dan durasi lama

Larut dalam air

Tidak menimbulkan alergi

Stabil dalam larutan

Stabil setelah disterilkan

Berpotensi anestesi dengan dosis aman

Page 32: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

27

Efektif pada jaringan/mukosa dan

Mudah mengalami iotransformasi

Isotonik dengan jaringan

Bahan (obat) yang perlu disediakan untuk anestesi lokal (Laura

Michell, David A. Michell, Lorna Mc.Caul, 2009) :

– Lidokain/adrenalin.

Preparat yang paling banyak digunakan (lidokain 2% dengan adrenalin

1:80.000), memberikanefekanalgesik efektif selama 1,5 jam dan

mengubah sensasi jaringan lunak selama 3 jam. Sangat aman; dosis

maksimal (dewasa) 500 mg (10 x 2,2 ml cartridge). Juga tersedia

dalam ampul 1% + 2% lidokain murni atau adrenalin 1:200.000.

– Prilokain/oktapressin.

Hampir sama dengan lidokain/adrenalin, tetapi dengan durasi dan efek

yang lebih kecil. Jika terlalu besar, dapat menyebabkan

metamoglobinemia. Dosis aman maksimal (dewasa) 600 mg (8 x 2,2

ml cartridge).

– Bupivakain.

Masa kerja panjang (6 jam untuk bentuk murni, 8 jam dengan

adrenalin).Sangat berguna untuk analgesik paska-operasi.Dosis

maksimal 2 mg/kg.Hanya tersedia dalam ampul. Levobupivakain

merupakan obat yang sama.

– Artikain.

Setidaknya seefektif lidokain, dikatakan berdifusi ke dalam tulang

dengan lebih baik. Tidak ada bukti kuat tentang keunggulan obat ini

dan tidak direkomendasikan sebagai block alveolaris inferior

Page 33: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

28

disebabkan oleh perubahan sensasi setelah penggunaan artikain.

– Analgesik topikal.

Lidokain merupakan satu-satunya analgesik topikal yang paling

bermanfaat di antara anestesi yang ada. Tersedia dalam bentuk spray

dan pasta yang diaplikasikan ke mukosa beberapa menit sebelum

penyuntikan.

C2. VASOKONSTRIKTOR

Vasokonstriktor menurut Narlan Suma Winata (2013) :

Semua obat anestetik lokal bersifat vasodilator, kecuali kokain,

dengan derajat yang berbeda-beda. Contoh yang bersifat vasodilator kuat

adalah prokain sedangkan yang bersifat vasodilator lemah adalah

prilokain dan mepivakain. Berdilatasinya pembuluh darah ini akan

menyebabkan meningkatnya absorpsi obat ke dalam pembuluh darah

sehingga anestetik akan cepat menghilang dari tempat anestesi dan

akibatnya efek anestesianya pun akan cepat menghilang atau tidak

efektif. Selain itu, meningkatnya kadar obat dalam plasma akan

meningkatkan risiko keracunan dan pendarahan (bleeding). Penambahan

vasokontriktor (epinefrin) ke dalam obat anestetik (kokain) guna

memperpanjang durasi anestesia diperkenalkan oleh Heinlich Baun yang

menyebut tekniknya ini sebagai teknik torniket kimia.

Manfaat Penambahan Vasokonstruktor

Penambahan vasokontriktor ke dalam anestetikum memberikan

beberapa keuntungan yakni diperolehnya peningkatan dalam durasi dan

kualitas anestesia, membantu berkurangnya pendarahan (membantu

Page 34: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

29

hemostatis), dan meningkatkan keamanan yakni mengurangi risiko

terjadinya keracunan (toksisitas).

Durasi anestesia oleh lidokain tanpa vasokontriktor berbeda

dengan anestesia oleh lidokain yang diberi vasokonstriktor.Demikian juga

dengan prokain.Walaupun demikian, terdapat beberapa anestetik yang

tersedia tanpa diberi vasokontriktor, misalnya mepivakain dan prilokain

karena sifat vasodilator kedua anestetik ini tidak sekuat lidokain.

Hemostasis selama tindakan biasanya sangat bermanfaat saat

melakukan tindakan bedah di dalam rongga mulut. Infiltrasi anestetik lokal

yang mengandung epinefrin dapat mengurangi kehilangan darah selama

tindakan bedah dan memudahkan visualisasi daerah operasi. .

Potensi Risiko Pemakaian Vasokonstriktor dalam Anestetik Lokal

Sama seperti pemakaian obat lain, pemakaian vasokonstriktor pun

harus mempertimbangkan manfaat dan risikonya. Faktor risiko bagi

pemberian vasokonstriktor adalah pasien dengan penyakit sistemik,

pasien yang sedang mengonsumsi obat yang mungkin bisa berinteraksi

dengan vasokonstriktor, pasien hamil, dan pasien yang peka terhadap

sulfit.

Pasien dengan Penyakit Sistemik

American Heart Association (AHA)dan American Dental

Association (ADA) tahun 1964 merekomendasikan bahwa vasokonstriktor

bukan merupakan kontraindikasi untuk pasien dengan penyakit

kardiovaskuler asal diberikan dengan hati-hati, perlahan, dan didahului

dengan aspirasi. Dosis vasokontriktortidak melebihi 1:50000. Pada tahun

Page 35: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

30

1986, dinyatakan bahwa vasokonstriktor dapat digunakan dalam praktik

kedokteran gigi asal prosedurnya singkat dan analgesianya cukup

dalam.Selain itu hindari injeksi intravaskuler dan gunakan dosis

vasokonstriktor seminimal mungkin.

Kehamilan

Adakalanya prosedur perawatan ditunda dahulu karena pasien

sedang hamil. Namun, bila penundaan tidak mungkin dilakukan,

perawatan, termasuk pemberian anestetik lokal untuk pereda nyeri, harus

dilakukan hati-hati agar tidak membahayakan ibu dan fetusnya.

Interaksi Obat

Anestetik lokal bisa pula berinteraksi dengan obat yang sedang

diminum pasien. Interaksi obat dengan obat terutama terjadi dengan

vasokonstriktor, sehingga anamnesis mengenai obat yang sedang

digunakan oleh pasien harus dilakukan dengan cermat dan pada pasien

tersebut diberikan anestetik lokal tanpa vasokonstriktor.

Kadar Vasokonstriktor dalam Anestetik Lokal

Besaran vasokontriktordi dalam anestetik lokal biasanya dituliskan

sebagai suatu ratio, misalnya 1:1000. Dosis maksimum vasokonstriktor

biasanya dinyatakan dalam miligram. Ratio di atas (1:1000) berarti

terdapat 1 gram (atau 1000 mg) solut di dalam 1000 ml larutan (solution).

Dengan demikian suatu pengenceran 1:1000 mengandung 1000 mg di

dalam 1000 ml atau 1,0 mg/mI Iarutan.

Page 36: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

31

Jenis Vasokonstriktor

– Epinefrin

Nama dagang epinefrin (epinephrine) adalah Adrenalin. Epinefrin

adalah suatu garam asam dan larut dengan baik di dalam air. Obat ini

bisa mengalami kerusakan karena oksidasi; oksidasi bisa dipercepat

oleh panas dan ion logam berat. Guna memperlambatnya biasanya

ditambahi natrium bisulfit. Umur kartrid anestetik yang mengandung

vasokonstriktor biasanya lebih singkat daripada kartrid anestetik yang

tidak mengandung vasokonstriktor.

Aplikasi klinis epinefrin adalah pada manajemen reaksi alergi akut,

manajemen bronkospasme, perawatan henti jantung, sebagai

vasokonstriktor guna hemostasis, sebagai vasokonstriktor pada

anestetik guna menurunkan absorpsi dan meningkatkan durasi kerja,

dan untuk menimbulkan midriasis.

Epinefrin adalah vasokonstriktor yang paling poten dan paling banyak

digunakan dalam kedokteran gigi. Guna pengendalian nyeri

hendaknyadigunakan dosis yang paling kecil dahulu. Jakob (2004)

mengemukakan bahwa untuk anestesia pulpa dan jaringan lunak

cukup digunakan epinefrin dengan lidokain 1:200 000, sedangkan jika

diinginkan pengendalian nyeri yang lebih lama dapat digunakan

lidokain/epinefrin 1:100 000.

– Norepinefrin (Levarterenol)

Nama dagangnya adalah Levophed, Noradrenalin; levarterenol adalah

nama resmi norepinefrin.

Page 37: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

32

Norepinefrin sebagai bitartrat di dalam kartrid dental merupakan

larutan asam yang relatif stabil, tetapi akan berubah jika terkena

cahaya dan udara. Umur kartrid berisi norepinefrin bitartrat kurang

lebih 18 bulan. Untuk menghambat perusakan biasanya ditambahi

dengan aseton-natrium bisulfit.

Norepinefrin digunakan sebagai suatu vasokontriktor di dalam

anestetik lokal. Penggunaan lainnya adalah dalam manajemen

hipotensi. Di dunia kedokteran gigi, penggunaan norepinefrin

bervariasi menurut negara pembuatnya. Di Amerika Serikat,

norepinefrin terdapat dalam anestetik lokal propoksikain dan prokain

dalam pengenceran 1:30 000. Di Jerman, norepinefrin dimasukkan

dalam lidokain, mepivakain, sebagai kombinasi norepinefrin dengan

lidokain. Di Jepang dijumpai dalam preparat tolycaine.

– Felipresin

Mekanisme kerja felipresin adalah sebagai stimulan langsung pada

otot polos pembuluh darah. Kerjanya lebih menonjol pada

mikrosirkulasi vena dibandingkan dengan pada arteri. Obat ini memiliki

efek antidiuretik dan oksitosik sehingga dikontraindikasikan pada

pasien yang sedang hamil.

– Levonordefrin

Levonordefrin digunakan di klinik sebagai vasokonstriktor anestetik

lokal. Obat ini biasanya dicampur dengan mepivakain atau dengan

pro- poksikain/prokain dalam pengeceran 1:20 000.

Page 38: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

33

D. TEKNIK ANESTESI DAN JARUM INJEKSI

D1. TEKNIK LOKAL ANESTESI

Teknik lokal anestesi menurut Laura Mitchell, David A. Mitchell,

Lorna Mc.Caul (2009) :

Anestesi block alveolaris inferior dan infiltrasi Iokal merupakan

teknik anestesi lokal utama; namun, tersedia juga beberapa alternatif,

suplemen dan pilihan darurat, Anestesi blok alveolaris inferior. Teknik

pilihan untuk gigi molar rahang bawah: juga efektif untuk premolar,

kaninus, dan insisif (pada insisif ditambah infiltrasi). Tujuannya adalah

mendepositkan anestetikum disekitar saraf alveolaris yang masuk ke

foramen mandibula di bawah lingula. Mulut pasien harus dibuka lebar.

Palpasi landmark eksternal dan linea obliqua interna dan perhatikan garis

raphe pterigomandibula. Dengan meletakkan ibu jari yang mempalpasi

pada fosa retromolar, ujung jarum dimasukkan pada titik tengah ujung ibu

jari sedikit di atas bidang oklusal di lateral raphe pterigomandibula. Pada

kedalaman jarum 0,5 cm, jika diperlukan blok saraf lingualis, disuntikkan

anestesi lokal pada titik ini sebanyak 0,5 ml. Arah jarum kemudian

digerakkan horizontal 40 derajat menyilang dari dorsum lidah dan maju

agar berkontak dengan lingula. Begitu jarum sudah berkontak dengan

tulang, jarum ditarik keluar sedikit dan sisa anestetikum diinjeksikan.

Tidak diperlukan memasukkan jarum sampai ke pusat. Perhatikan bahwa

posisi foramen mandibula bervariasi, bergantung pada usia. Pada rahang

tidak bergigi, posisi foramen dan juga titik insersi jarum relatif lebih tinggi

dari yang bergigi.

Page 39: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

34

Blok saraf nasopalatinus. Anestesia yang dalam dapat tercapai

dengan melewatkan jarum melalui papila insisiva dan menyuntikan sedikit

anestetikum. Suntikan ini sangat menyakitkan.

Infiltrasi. Tujuannya adalah untuk menempatkan anestesi lokal di

supraperiosteal, sedekat mungkin dengan apeks gigi yang akan

dianestesi. Anestesi lokal akan berdifusi melalui periosteum dan tulang

untuk membasahi saraf sekitar apikal gigi. Tarik pipi atau bibir agar

mukosa tegang dan masukkan jarum sepanjang sumbu panjang gigi ke

arah tulang. Dekat apikal gigi tarik sedikit dan deponir anestesi lokal

perlahan-lahan. Untuk infiltrasi palatum, bukal harus teranestesi terlebih

dahulu dan baru lakukan infiltrasi di papila interdental. Kemudian suntik

mukosa palatum dan depositkan sedikit anestesi lokal dengan tekanan.

Anestesi intraosseus. Teknik ini diperkenalkan kembali untuk

memperdalam analgesika satu gigi. Membutuhkan alat dan keterampilan

khusus.

Teknik Refrigeration anestesi (menurut Haryono Mangunkusumo, 1981)

adalah :

– Dalam lapangan KG.untuk maksud ini kita kenal obat Chloor aethyl.

– Di dalam klinik kita sering pakai Chloor aethyl ini untuk anestesi waktu

kita mengerjakan suatu incisI abscess.

– Jangan sekali-kali memberikan chloor aethyl itu pada tempat operasi,

oleh karena chloor aethyl itu akan menyebabkan jaringan yang terkena

menjadi keras, sehingga sukar untuk diincisi.

– Dalam perdagangan chloor aethyl berupa larutan yang mudah

menguap dan dimasukkan dalam suatu tabung dari kaca, di ujung

Page 40: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

35

tabung terdapat suatu penutup, bila tutup ditekan, maka terdapatlah

jalan keluar chloor aethyl yang berupa spray.

– Daerah yang kita semprot dengan chloor aethyl ini mula-mula dekat (+

2 cm), dan lama-lama kita jauhkan dan kita hentikan bila daerah itu

sudah seperti diliput salju.

– Bila kita hendak mengincisi abscess, bila yang kita pakai chloor aethyl

kita semprotkan pada jaringan sekitar abscess dengan cara tadi.

– Pemakaian yang efektif apabila kita hendak mencabut gigi yang goyah

atau gigi susu yang goyah dan cara pemakaiannya ialah semprotan

kita jauhkan pada perbatasan gigi dan jaringan dengan maksud untuk

membekukan pulpa dan jaringan sekitarnya pada waktu bersamaan.

Ini dikerjakan di sebelah bukal maupun di sebelah lingual gigi itu.

Oleh karena semprotanchloor aethyl berbahaya untuk mata, maka

sebaiknya mata pasien ditutup dengan kain penutup atau kita ambil

kapas, kemudian kita basahi dengan chloor aethyl itu.Setelah itu baru

kapas kita tempatkan pada jaringan tadi.

– Kesimpulan pada pemakaian chloor aethyl ini adalah dipakai untuk

operasi yang tidak memakan waktu, misalnya mencabut gigi yang

sudah goyah, incisi.

Teknik Topical Anestesi menurut H. Handogo (1979) :

Topical anetesi dapat dilakukan dengan menyoletkan jaringan tersebut

dengan obat topical anestesi yang dapat berupa :

1. Ointment : - Num Oinment

– Xylestesin

– Tonex

Page 41: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

36

– Contralgin

2. Spray : Xylocain spray

Topical anestesi ini hanya dapat bekerja baik meresap kedalam

jaringan 0,5 cm, jadi hanya cukup untuk mencabut gigi susu atau gigi

dewasa yang sudah goyah sekali.

D2. JARUM INJEKSI

Berbagai jenis jarum hipodermik bisa saja patah di dalam jaringan.

Patahnya jarum ini tidak selalu dapat dihindari. Namun frekuensi

patahnya jarum dapat dikurangi, dan ini merupakan tanggung jawab

operator. Catatan ringkas mengenai penyebab-penyebabnya akan

diuraikan di bawah ini, yang bisa digunakansebagai pedoman untuk

mengurangi kemungkinan patahnya jarum.

JARUM bisa patah karena sebab-sebab berikut :

1. Tekanan ke lateral dari lidah atau pipi terhadap syringe sewaktu

melakukan injeksi.

2. Daya perlawanan tekanan oleh dokter gigi pada waktu menekan

syringe terhadap lidah atau pipi.

3. Relaxasi lidah atau pipi yang mendadak.

Dalam hubungannya dengan penyebab ini, jarum paling sering patah

pada injeksi mandibular, zigomatik, dan mentalis.

4. Gerakan kepala pasien yang mendadak.

5. Gerakan tangan pasien yang mendadak, mengenai lengan operator

pada waktu sedang melakukan injeksi.

6. Operator berusaha mengubah posisi jarum dengan menggesernya ke

lateral, pada waktu jarum masih di dalam jaringan.

Page 42: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

37

7. Menggunakan teknik 3 posisi pada waktu melakukan injeksi

mandibular.

8. Memaksa jarum masuk kedalam jaringan yang resisten atau

membentur tulang dapat menyebabkan patahnya jarum.

9. Masuknya jarum injeksi di bawah periosteum, jika jarumnya getas

akan patah pada waktu jarum tersebut ditarik.

10. Risiko patah menjadi lebih besar apabila jarumsudah terlalu sering

dipanaskan atau sudah terlalu sering dipakai.

11. Kondisi jarum suntik kurang baik sehingga injeksi dengan teknik

biasa sekalipun dapat menyebabkan jarum menjadi patah.

12. Baja karbon yang dipakai bahan pembuat jarum terlalu getas.

13. Jarum baja yang terlalu seringdisterilisasi atau cacat akibat dibakar

(untuk sterilisasi).

14. Jarum platina.dan emas yang sudah terlalu lama dipakai dan sering

dibengkokkan.

TINDAKAN PENCEGAHAN TAMBAHAN:

Pada waktu jarum dibuka dari bungkusnya, dan sebelum

disterilisasi, dokter gigi atau asisten dokter gigi harus memeriksa jarum

untuk melihat fleksibilitas dan kondisi ujung jarum.

Patahnya jarum hanya dianggap serius apabila sebagian

patahannya tertinggal di dalam jaringan.

Dengan juga memperhatikan segi ekonomisnya pada penggunaan

tipe jarum stainless steel berkualitas tinggi, sebaiknya jarum baru

digunakan untuk setiap pasien.

Supaya jarumnya bisa ditarik kembali, jika patah pada pangkalnya,

Page 43: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

38

sebaiknya gunakan jarum yang cukup panjang sehingga sebagian dari

jarum akan tetap berada di luar jaringan. Sebuah tang yang kedua

paruhnya bergerigi atau tang jarum harus selalu tersedia dan tangan

operator yang menarik jaringan mulut pasien harus tetap ada tempatnya

sampai patahan jarum dapat dikeluarkan dengan tang tersebut.

Dilepasnya tarikan pada jaringan akan membuat patahan jarum masuk

lebih ke dalam.

Jika sebuah jarum masuk ke dalam jaringan, pasien harus

diberitahu. Dan kemudian diambil foto rontgennya. Jika operator kurang

menguasai teknik pengambilan jarum ini, maka dianjurkan untuk merujuk

pasien ke ahli bedah mulut.

E. KEGAGALAN ANESTESI LOKAL DAN EFEK TIDAK MENYENANGKAN

E1. KEGAGALAN ANESTESI LOKAL

Penyebab dan macam kegagalan anestesi lokal (Atlas of Local

Anaesthesia in Dentistry,1977) :

Banyak kasus kegagalan dalam mendapatkan anestesia yang

memadai dengan injeksi anestetikum lokal. Beberapa mungkin gagal

sama sekali, sedangkan lainnya hanya pada injeksi atau daerah mulut

tertentu saja. Memang ada variasi individual dalam menerima efek obat-

obatan tertentu. Pada pasien yang peka terhadap anestetikum lokal,

sejumlah kecil anestetikum saja sudah dapat berdifusi dengan mudah dan

memberikan efek anestesia yang kuat pada daerah yang luas, sedangkan

pada pasien yang kurang peka diperlukan larutan yang lebih banyak dan

waktu yang lebih lama.

Page 44: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

39

Rasa takut bisa menyebabkan pasien menjadi gelisah

meskisebenarnya ia tidak merasa sakit.

Anomali inervasi nervus atau variasi bentuk dan kepadatan tulang

juga dapat menghambat usaha operator untuk mendapat efek anestesi

yang layak. Kurangnya pengetahuan mengenai anatomi bisa

mengakibatkan teknik anestesi yang digunakan kurang baik sehingga

akhirnya menimbulkan kegagalan.

Kecerobohan, rasa percaya diri yang berlebihan, keacuhan atau

operasi yang dilakukan sebelum efek anestesi maksimal, merupakan

penyebab kegagalan pada beberapa kasus.

Operasi yang dilakukan sebelum efek anestesi yang memuaskan

diperoleh, akan memberikan hasil akhir yang meragukan.

Jaringan-jaringan yang mengalami peradangan dan infeksi kronis

tidak mudah dianestesi.

INJEKSI MANDIBULAR:

Selain penyebab umum di atas, kegagalan pada injeksi mandibular juga

dapat disebabkan karena: (1) injeksi terlalu rendah sehingga terletak di

bawah lingula mandibulae, (2)terlalu dalam yaitu masuk ke glandula

parotis, (3) terlalu superficial (masuk ke spatium pterygomandibularis), (4)

terlalu tinggi (mencapai collum mandibulae), (5) terlalu jauh ke lingual (ke

dalam m. pterygoideus medialis).

Kegagalan anestesia di garis median disebabkan karena gagalnya

menganestesi saraf-saraf yang bersitumpang. Pada regio premolar bisa

disebabkan karena adanya inervasi dari cabang-cabang nn. cervicales

superficiales (rami cutaneus colli).

Page 45: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

40

INJEKSI SUPRAPERIOSTEAL:

Injeksi ini gagal untuk menghasilkan anestesi yang maksimal jika

anestetikum dideposisikan ke dalam jaringan lunak yang terlalu jauh dari

periosteum, jika jarumnya terlalu jauh di atas akar gigi atau bila tulang

pada daerah injeksi terlalu padatatau tebal.

Anestesia maksimal untuk prosedur operatif pada maxilla kadang-

kadang dapat diperoleh dengan hanya penambahan injeksi palatinal.

Sedangkan Laura Mitchell, David A. Mitchell, Lorna Mc Caul (2009)

menjelaskan secara singkat penyebab kegagalan anestesi lokal sebagai

berikut:

Teknik yang buruk dan volume anestesi lokal yang tidak adekuat.

Suntikan ke dalam otot (akan mengakibatkan trismus yang hilang

secara spontan).

Suntikan ke daerah yang terinfeksi (yang tidak boleh dilakukan karena

ada risikopenyebaran infeksi).

Suntikan intravaskular: jelas tidak ada manfaat analgesiknya. Sejumlah

kecilanestesi lokal intravaskular dapat menimbulkan beberapa

masalah antara lain toksisitas.

Tulang kompakta yang padat dapat menghalangi aksi anestesi infiltrasi

yang diberikan secara akurat.Pecahkan masalah ini dengan pemberian

anestesi lokal secara intraligamen atau regional.

Kadang-kadang, anastomosis serabut saraf normal atau tidak normal

tidak bisa ditransmisi dengan block bundel saraf.

E2. EFEK TIDAK MENYENANGKAN

Penggunaan anestesi lokal untuk mengontrol rasa sakit selama

Page 46: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

41

operasi dalam rongga mulut adalah prosedur yang cukup aman dan

dapat dipercaya. Meskipun demikian tetap ada kejadian tidak biasa yang

mengganggu operator jika ia belum pernah menjumpainya. Gangguan

seperti ini bisa karena injeksi anestetikum yang salah masuk ke dalam

vena, idiosinkrasi, anomali anatomi atau suatu fenomena yang masih

belum dapat dijelaskan.

Mungkin hanya beberapa operator saja yang pernah mengalami

semua kejadian di atas, tetapi umumnya hampir sebagian besar operator

pernah mengalami beberapa di antara kejadian-kejadian tersebut.

Dengan mengetahui apa yang mungkin terjadi, operator akan memiliki

keyakinan dan dapat membantunya menghadapi situasi tersebut..

KONVULSI: Gangguan ini tidak sama dengan sinkop yang kadang-

kadang dihubungkan dengan injeksi anestetikum lokal. Konvulsi

umumnya jarang terjadi. Gangguan timbul selama injeksi atau segera

sesudahnya, ditandai dengan gejala mengejangnya tubuh dan tangan,

bola mata berputar ke atas dan kemudian hilangnya kesadaran yang

berlangsung dalam waktu singkat. Gejalanya mirip dengan epilepsi

abortif. Sinkop tidak perlu perawatan khusus kecuali mengamati

perkembangan pasien. Apabila tidak ada kontraindikasi, operasi bisa

dilanjutkan dengan sangat berhati-hati dan dengan persiapan yang cukup

baik.

ANESTESIA: pada regio temporalis sesudah injeksi mandibular,

dikarenakan anestetikuin diinjeksikan ke dalam daerah yang dilintasi oleh

n. auriculotemporalis dan n. mandibularis. Saraf tersebut berjalan antara

ligamentum sphenomandibularis dan collum mandibulae. Saraf kemudian

Page 47: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

42

berjalan ke belakang, melewati glandula parotis, membelok ke atas untuk

menginervasi kulitpada regio temporalis dan kulit kepala.

Jika tusukan jarum terlalu tinggi dan masuk terlalu dalam, anestetikum

akan mengalir ke n. auriculotemporalis, dan akan terjadi anestesi pada

regio temporalis.

PARESTESIA: Sesudah injeksi mandibular atau mentalis mungkin akan

timbul sensasi tingling atau matirasa pada bibir bawah dalam waktu yang

cukup lama. Biasanya disebabkan oleh trauma langsung pada batang

saraf. Trauma seperti ini paling sering berhubungan dengan ekstraksi,

terutama apabila n. alveolaris inferior sangat dekat dengan akar gigi

posterior.

Pada kasus parestesia yang terjadi sesudah injeksi untuk prosedur

operatif, dianggap bahwa kondisi ini disebabkan karena trauma jarum

suntik yang mengenai batang saraf. Keadaan ini lebih sering terjadi pada

kasus injeksi mentalis. Gejala-gejala parestesi berangsur-angsur reda

dan penyembuhan biasanya sempurna.

Pada pemakaian obat anestetik lokal terdapat potensi terjadinya

komplikasi (Narlan Sumawinata, 2013). Komplikasi tersebut dibagi atas

komplikasi lokal (efek lokal) dan komplikasi sistemik (efek sistemik), yang

penjelasannya sebagai berikut:

Efek Lokal

Beberapa efek lokal yang tidak diharapkan yang dapat dikumpulkan

dari literatur adalah infeksi, hematoma, anestesia yang persisten atau

parestesia, paralisis nervus fasialis, trismus, nyeri atau rasa terbakar

saat penyuntikan, edema, cedera jaringan lunak, dan lesi intraoral

Page 48: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

43

pasca anestesi.

Infeksi

Infeksi setelah penyuntikan anestetik lokal dalam kedokteran gigi

biasanya jarang terjadi berkat dipakainya instrumen sekali pakai.

Anestetik lokal dianjurkan untuk tidak disuntikkan di daerah terinfeksi

karena adanya risiko penyebaran infeksi.Penyebab utama terjadinya

infeksi adalah terkontaminasinya jarum sebelum disuntikkan.Biasanya

hal ini terjadi jika jarum menyentuh membran mukosa di rongga mulut.

Penyebab lain adalah penanganan alat dan penyiapan daerah kerja

yang kurang steril, dll.

Infeksi yang terjadi bisa pula berupa infeksi silang, yakni terjadinya

infeksi karena kontaminasi antara operator, pasien, atau

perawat.Faktor lokal yang bisa menyebabkan dokter gigi atau perawat

terinfeksi silang adalah karena faktor kelalaian, misalnya tertusuk

jarum yang telah dipakai pada pasien yang mengidap penyakit

menular seperti hepatitis.Untuk menghindari hal ini, alat suntik

hendaknya tidak dibiarkan terbuka di tempat menyimpannya (baki

alat), atau kalau ada, memakai safety syringe. Hal lain yang tidak

kurang pentingnya adalah memberikan vaksinasi hepatitis baik pada

dokter maupun pada perawat. Apabila tertusuknya jaringan tubuh oleh

jarum suntik telah terjadi, maka tindakan yang sebaiknya diambil

adalah membiarkan pendarahan luka, periksa status hepatitis operator

dan pasien dan catatlah kejadian ini dalam status.

Hematoma

Adakalanya, terjadi pendarahan setelah injeksi. Dalam keadaan

Page 49: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

44

normal, pendarahan (bleeding) yang terjadi biasanya sedikit sekali

sehingga pasien tidak menyadarinya. Jika terjadi pendarahan yang

banyak, akan mengakibatkan pembengkakan dan akan menjadi iritan

untuk jaringan sehingga menimbulkan nyeri dan trismus. Namun

hematoma makin lama akan menghilang perlahan-lahan. Kadang-

kadang, pada hematoma yang terjadi di otot pterygoideus medialis,

diperlukan manipulasi aktif pada rahang agar tidak menjadi trismus.

Secara teori, terkumpulnya darah secara lokal akan merupakan media

kultur yang ideal bagi bakteri, walaupun infeksi pada hematoma jarang

terjadi. Jika ada indikasi infeksi, dianjurkan untuk memberikan

antibiotik.

Parestesia

Parestesia atau anestesia yang persisten, adakalanya terjadi setelah

penyuntikan anestetik lokal. Parestesia bisa terjadi selama beberapa

jam lebih lama dari durasi anestesia yang biasa terjadi, atau bisa

beberapa hari, atau pernah dilaporkan terjadi beberapa hari atau

bahkan bulan.

Penyebab parestesia bisa disebabkan oleh trauma pada jaringan

saraf. Trauma pada saraf bisa terjadi antara lain oleh tusukan jarum

ketika penyuntikan. Pasien merasakan adanya kejutan listrik

(electricshock) pada daerah yang dipersarafi nervus yang

terkena.Pernah dilaporkan juga parestesia terjadi karena penyuntikan

anestetik yang telah terkontaminasi alkohol atau larutan

pensteril.Kontaminan, terutama alkohol dilaporkan merupakan zat

yang neurolitik dan bisa menimbulkan trauma pada saraf yang

Page 50: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

45

berlangsung lama (parestesia yang bisa berlangsung berbulan-bulan).

Hemoragi di sekitar saraf jugamerupakan penyebab lain: pendarahan

akan meningkatkan tekanan pada saraf yang bisa mengakibatkan

parestesia. Anestetik lokal sendiri dilaporkan bisa menimbulkan

parestesia.

Paralisis Nervus Fasialis (Facial Palsy)

Jika injeksi dilakukan terlalu dekat dengan nervus fasialis maka saraf

motoris ini akanparalisis. Hal ini terjadi jika jarum injeksi pada anestesi

blockmandibula terlalu ke belakang dan memasuki kapsul glandula

parotis.Berbagai cabang nervus fasialis akan terpengaruh dan efek

dramatiknya adalah paralisis sementara dari otot-otot ekspresi wajah

(sama dengan Bell’s palsy). Efek ini berlangsung sekitar satu hingga

dua jam. Pada keadaan seperti ini, nervus trigeminus tidak teranestesi

sehingga untuk memperoleh efek anestesia yang dikehendaki dapat

dilakukan injeksi kembali tetapi pada tempat yang tepat.

Trismus

Trismus, dari bahasa Yunani trismos, adalah suatu keadaan spasme

yang berkepanjangan dari otot-otot rahang sehingga pasien kesulitan

dalam membuka mulutnya. Awalnya, istilah ini hanya digunakan untuk

gejala tetanus, namun kini digunakan untuk keadaan “terkuncinya"’

mulut apa pun etiologinya, termasuk sebagai komplikasi lokal dari

anestesi lokal.

Trauma pada otot-otot atau pembuluh darah dalam fossa

infratemporalis merupakan faktor etiologi paling umum dari terjadinya

trismus terkait dengan penyuntikan anestetik lokal. Larutan anestetik

Page 51: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

46

dilaporkan juga memiliki sifat toksik ringan terhadap otot rangka

(miotoksik); injeksianestetik lokal baik secara intramuskuler maupun

supramuskuler bisa menyebabkan nekrosis pada serabut otot yang

terpajan.

Sebab lainnya adalah hemoragi, infeksi setelah injeksi, atau

jumlah larutan anestetik. Jumlah darah ekstravaskuler yang banyak

dapat menyebabkan iritasi pada jaringan yang berpotensi

menyebabkan disfungsi otot karena darah diresorbsi secara

lambat.Infeksi derajat rendah dilaporkan juga dapat menyebabkan

trismus. Jumlah besar larutan anestetik yang terdepositkan pada suatu

daerah terbatas dapat menyebabkan meregangnya jaringan yang

mengakibatkan trismus pasca injeksi yang sering terjadi setelah

penyuntikan block yang gagal berkali-kali.

Efek Sistemik

Anestetik lokal modern boleh dikatakan cukup aman

pemakaiannya. Walaupun demikian, reaksi yang tidak dikehendaki

akan selalu tetap ada, dan reaksi tersebut digolongkan dalam reaksi

terkait dengan prosedur injeksi, dengan obat (anestetik lokal), dengan

vasokonstriktor, dan dengan komponen lain yang ditambahkan ke

dalam suatu kartrid anestetik lokal.

Page 52: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

47

Reaksi Terkait dengan Penyuntikan

Masuknya Anestetik ke dalam Pembuluh Darah

Kemungkinan komplikasi pada anestesi block adalah

teraspirasinya darah. Menurut Baart (2009), peristiwa ini terjadi pada

15 persen kasus. Yang juga mungkin terjadi adalah tersentuhnya atau

tertusuknya nervus alveolaris inferior atau nervus lingualis. Pada kasus

teraspirasinya darah atau tersentuhnya saraf, yang harus dilakukan

adalah menarik jarum beberapa milimeter. Jika jarum masuk terlalu

dalam, hal ini bisa menyebabkan teranestesinya kapsul kelenjar

parotis. Ini akan mengakibatkan paralisis satu sisi nervus fasialis yang

untungnya hanya berlangsung beberapa jam saja.

Mengulang anestesi blok jika blok mandibula pertama tidak

efektif memungkinkan timbulnya beberapa hal yang berisiko. Pertama,

pasientidak merasakan lagi jika jarum suntik menyentuh atau menusuk

saraf yang bisa menyebabkan rusaknya saraf tersebut. Selain itu,

penyuntikan tambahan bisa menyebabkan meningkatnya lingkungan

asam di dalam ruang pterigomandibula. Suasana asam ini akan

meningkatkan bentuk terion dari anestetik dan bentuk ini tidak mampu

menembus membran sehingga keefektifan anestesianya berkurang.

Oleh karena itu. dianjurkan untuk memakai cara anestesi yang lain,

misalnya anestesi intraligamentum.

Pingsan

Reaksi tidak dikehendaki yang paling sering terjadi pada

penyuntikan anestetik lokal adalah pingsan, suatu reaksi psikomotor.

Page 53: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

48

Banyak pasien yang merasa cemas atau takut disuntik, apalagi

disuntik di daerah rongga mulut. Perasaan takut ini akan meningkatkan

denyut nadi dan tekanan darah akibat aktivasi saraf parasimpatik, atau

merendahnya parameter akibat sinkop vasovagal, sehingga cardiac

output berkurang.

Jika pasien dibaringkan mendatar dan kakinya diletakkan lebih

tinggi, biasanya akan dapat memulihkan aliran vena ke jantung serta

tekanan darahnya. Jika pasien sudah sadar, pasien boleh diberi

minuman manis karena kemungkinan terjadinya hipoglikemi.

Hipoglikemi ini bisa disebabkan oleh belum adanya asupan energi

sebelum datang ke dokter gigi akibat rasa takutnya. Episode pingsan

ini dapat dicegah melalui manajemen penanganan pasien yang

simpatik, mendudukkan pasien pada posisi berbaringdan santai

(supine atau semi-recumbent) sebelum memulai perawatan dan

melakukan penyuntikan dengan baik.

Infeksi Silang

Penyuntikan anestetik lokal mungkin merupakan aspek paling

invasif dari prosedur perawatan restoratif. Terdapat suatu risiko yang

serius, misalnya infeksi silang (cross infection) melalui jarum yang

terkontaminasi. Terdapat beberapa tindakan kewaspadaan

(precaution) untuk menghindari infeksi silang ini yang harus

dilaksanakan yakni: a) kartrid dan jarum sekali pakai hanya boleh

dipakai untuk satu pasien, b) sterilkan atau autoklafkan semua

instrumen, c) tangani instrumen dengan hati-hati sekali, misalnya

Page 54: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

49

dengan memakai pelindung jari, dan tempatkan jarum bekas ke dalam

kontener yang dapat ditutup dan dihancurkan.

Infeksi yang dapat ditransmisikan dari pasien ke pasien atau ke

operator adalah:

herpes simpleks,

hepatitis B dan C (juga varian lain),

human immunodeficiency virus, dan,

penyakit Creutzfeldt-Jakob

Reaksi Terkait dengan Anestetik Lokal

– Toksisitas

Toksisitas anestetik lokal biasanya disebabkan karena

terserapnya anestetik lokal dalam jumlah besar ke dalam pembuluh

darah. Ketika anstetik lokal disuntikkan, obat ini akan berdifusi ke

sekeliling tempat injeksi dan kemudian terabsorpsi ke dalam sirkulasi

sistemik untuk kemudian dimetabolisme dan diekskresikan. Dosis

anestetik lokal yang dipakai dalam kedokteran gigi biasanya rendah

sehingga efek sistemiknya jarang muncul. Namun, jika anestetik lokal

masuk ke pembuluh darah, misalnya karena penyuntikan yang tidak

sengaja menembus pembuluh darah maka kadar anestetik lokal di

dalam darah akan meningkat. Hal yang sama bisa terjadi ketika ada

pengulangan penyuntikan.

Anestetik lokal merupakan suatu penstabil membran.Karena

sifatnya obat ini dapat memblok konduksi saraf. Reaksi yang sama

juga akan menyebabkan efek toksik merugikan yang kebanyakan

Page 55: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

50

terlihat di susunan saraf pusat (SSP) dan jantung. Pada umumnya,

toksisitas SSP akan teridentifikasi secara klinis sebelum simtom

kardiak muncul.

Tanda dan gejala. Di tahap awal, reaksi eksitatori terhadap overdosis

anestetik lokal adalah tremor, kejang-kejang, atau menggigil. Reaksi

eksitatori awal ini diduga disebabkan oleh blokade selektif dari neuron

inhibitori kecil di dalam sistem limbus SSP. Pada kadar plasma yang

rendah, anestetik lokal akan menyebabkan respons eksitatori disertai

rasa pening, gangguan penglihatan dan pendengaran, rasa cemas,

disorientasi, dan anestesia di sekeliling rongga mulut. Ketika kadar

anestetik di plasma meningkat, akan terlihat gejala depresi SSP seperti

mengantuk, bicara yang tidak jelas, hipotensi, hilang kesadaran, dan

henti napas. Mungkin juga terjadi kolaps sirkulasi akibat fibrilasi

ventrikular.

Dosis maksimum untuk pasien sehat berbobot 70 kg

Anestetik lokal

Dosis maksimum

(mg/kg)

Dosis maksimum

Total Dewasa

(mg)

Jumlah Kartrid

Maksimum

(2,2 ml)

Lidokain 2%

Prilokain 3%

Prilokain 4%

4,4

6

6

300

400

400

7

6

4,5

Pencegahan. Untuk mencegah overdosis adalah mentaati pedoman

pemberian dosisnya. Besarnya dosis biasanya bergantung kepada

berat badan. Reaksi toksik terkait dosis ini sering dilaporkan terjadi

pada anak- anak. Moore dan Finder (2002) mengemukakan bahwa

Page 56: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

51

anak-anak berisiko besar mengalami reaksi toksik (overdosis) karena

berat badannya (yang masih ringan) tidak proporsional dengan

anatomi orofasial; mandibula dan maksila anak yang berbobot 25 kg

bukan merupakan sepertiga dari orang dewasa berbobot 75 kg.

Mereka merekomendasikan dosis maksimum yang dapat diaplikasikan

pada semua formulasi anestetik kedokteran gigi.

Penanganan. Tonic-clonic convulsion merupakan manifestasi paling

banyak dari overdosis anestetik lokal, yang sifatnya sementara.

Setelah episode ini mungkin terjadi hilangnya kesadaran dari depresi

pernapasan. Konvulsi dan depresi pernapasan ini harus segera

ditangani. Tanda vital (terutama respirasi) harus terus dipantau,

hindarkan pasien dari cedera, posisikan pasien dalam posisi telentang,

dan jaga agar jalan napas tetap bebas. Jika pasien tidak sadar beri

oksigen.

– Alergi

Alergi adalah suatu hipersensitivitas akibat terpajan suatu

alergen. Reaksi alergi mencakup berbagai manirestasi klinis mulai dari

respons ringan dan yang timbul 48 jam setelah terpajan alergen

sampai dengan reaksi yang timbul dengan cepat dan fatal yang timbul

dalam beberapa detik setelah terpajan alergen. Kemungkinan yang

menjadi alergen dalam pemberian anestetik lokal adalah obatnya

(anestetik), lateks, dan bahan pengawet (metilparaben atau

antioksidan sulfit).

Anestetik golongan amida dilaporkan menunjukkan tingkat

alergi yang rendah sedangkan golongan ester sebaliknya. Walaupun

Page 57: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

52

demikian, terdapat laporan adanya reaksi alergi terhadap lateks yang

terdapat pada kartrid. Sejak dihilangkannya metilparaben dari

komponen anestetik lokal belum pernah dilaporkan adanya reaksi

alergi.

Kemungkinan alergen lain adalah natrium bisulfit yang

digunakan untuk mencegah reaksi oksidasi nonenzimatik terhadap

vasokonstriktor, yakni epinefrin dan levonordefrin. Pemberian

antioksidan ini akan memperpanjang umur vasokonstriktor.

Antioksidan sulfit (sulfur dioksida, sulfit, bisulfit, dan metabisulfit) dosis

tinggi bisa mensensitisasi pasien yang menderita asma. Diperkirakan

bahwa 5% penderita asma berisiko alergi terhadap preparat sulfit.

Dilaporkan bahwa pengawet ini digunakan dalam jumlah besar di

sejumlah menu salad di restoran-restoran dan anggur rumahan dan

telah dikaitkan dengan kematian enam korban fatal di tahun 1984

(FDA). Sejauh ini, belum dilaporkan adanya reaksi terhadap sulfit,

mungkin karena kandungan sulfit di dalam anestetik lokal hanya

sedikit. Untuk pasien seperti ini, biasanya dipilihkan anestetik tanpa

vasokonstriktor.

Tanda alergi biasanya berupa erupsi kulit dan urtikaria, atau

respons anafilaktik seperti dispnea dan hipotensi. Reaksi terhadap

sulfit yang pernah dilaporkan adalah urtikaria, angioedema,

bronkospasme, takhipnea, nausea, dan sesak napas. Pernah

dilaporkan juga terjadinya syok anafilaktik.

Upaya yang dilakukan untuk mencegahnya adalah melakukan

anamnesis dengan baik guna mengungkap kemungkinan alergi di

Page 58: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

53

masa lalu, terutama riwayat asma jika dicurigai ada sensitivitas

terhadap sulfit.

Tindakan yang bisa diambil jika terjadi reaksi alergi adalah

pemberian antihistamin baik per oral atau intramuskuler, 25-50 mg.

Reaksi anafilaktik harus segera diatasi dengan epinefrin 0,3-0,5 mg

intramuskular atau subkutan.

– Methemoglobinemia

Methemoglobinaemia adalah terdapatnya methemoglobin

(metHb) di dalam darah. Zat-zat yang bisa menyebabkan terjadinya

methemoglobin adalah preparat nitrat, preparat nitrit, nitrogliserin,

sulfametoksazol dan sulfasoksazol, derivat anilin (misalnya krayon,

tinta, semir sepatu dsb), dan beberapa anestetik lokal.

Methemoglobinaemia merupakan suatu reaksi bergantung pada dosis

karena methemoglobinemia terjadi pada pemberian dosis anestetik

yang besar.

Prilokain dan benzokain dilaporkan dapat menginduksi

terjadinya methemoglobinemia, demikian juga dengan lidokain dan

artikain. Berubahnya Hb menjadi met-Hb akan mengakibatkan

terjadinya hipoksia pada jaringan. Jadi, methemoglobinemia

merupakan suatu keadaan terdapatnya sianosis tetapi tidak terdapat

abnormalitas respirasi atau abnormalitas jantung. Komplikasi ini

terbilang jarang.

Tanda dan gejala.Tanda sianosis biasanya mulai terlihat pada kadar

metHb darah 10-20%. Dispnea dan takikardia terlihat pada kadar metHb

35-40%. Laporan kejadian methemoglobinemia akibat prilokain dan

Page 59: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

54

benzokain biasanya terkait dengan dosis yang besar. Dalam molekul

prilokain terdapat toluene yang ketika obat mengalami biotransformasi

akan menjadi o-toluidin, suatu senyawa yang mampu mengoksidasi ion

fero menjadi feri dan gejalanya timbul setelah perawatan; walaupun

pernah dilaporkan terjadi gejala cukup serius, namun belum ditemukan

adanya laporan tentang kematian. Pada penelitian mengenai anestetik

topikal benzokain, terungkap bahwa 67% kasus adverse effect yang

ditimbulkannya adalah methemoglobinemia, dan 93%nya terjadi karena

formula semprotan, sisanya karena formula gel. Anestetik topikal selain

benzokain yang pernah dilaporkan menginduksi methemoglobinemia

adalah EMLA, suatu campuran prilokain dan lidokain.

Pencegahan. Faktor risiko terjadinya methemoglobinemia adalah usia

tua, anemia, penyakit respirasi, methemoglobinemia heriditer, dan

defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase. Direkomendasikan untuk tidak

menggunakan anestetik lokal yang dosis totalnya tidak melebihi MRDs

(maximum recommended doses)

Pengobatan. Penanggulangan methemoglobinemia biasanya simtomatis.

Komplikasi ini pada orang sehat akan pulih dalam beberapa jam seiring

tereliminasinya obat atau metabolitnya. Secara umum, jika pasien tidak

tertekan, direkomendasikan untuk memantau fungsi kardiovaskuler dan

respirasi, pemberian oksigen 100% melalui facemask, dan pasien dibawa

ke unit gawat darurat. Jika sianosis, hipoksia, dan gangguan respirasinya

signifikan, biru metilen (1-2 mg/kgBB) yang akan mengubah kembali

metHb menjadi Hb, merupakan terapi definitifnya.

Page 60: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

55

– Kontraksi Uterus

Semua anestetik lokal akan melewati plasenta. Bupivakain adalah

anestetik lokal yang paling toksik terhadap jantung dan merupakan

kontraindikasi pada kehamilan. Felipresin, yang adalah vasokonstriktor

derivat vasopresin dan terkait dengan oxytocin, lebih baik dihindari pada

masa kehamilan karena bisa menyebabkan kontraksi uterus .Robinson

(2002) mengemukakan bahwa anestetik lokal yang dapat digunakan

adalah lidokain dengan adrenalin.

Reaksi Terkait dengan Vasokonstriktor

Efek membahayakan yang paling sering dijumpai adalah masuknya

anestetik lokal mengandung vasokonstriktor ke dalam pembuluh darah

karena tersuntiknya pembuluh darah secara tak sengajayang akan me-

ningkatkan curah jantung dan detak jantung.

Tanda dan gejala. Setelah penyuntikan normal dari satu atau dua katrid

anestetik lokal mengandung vasokonstriktor, kadar vasokonstriktor dalam

sirkulasi darah bisa meningkat dua atau tiga kalinya. Penambahan

vasokonstriktor dari luar ini akan ditoleransi dengan baik oleh pasien yang

sehat. Reaksi yang timbul biasanya berupa meningkatnya denyut jantung

dan tekanan darah, yang bersifat sementara. Overdosis vasokonstriktor

menyebabkan disritmia jantung (kontraksi ventrikel prematur dan fibrilasi

ventrikel).

Pencegahan. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah menyuntik

dengan perlahan dan melakukan aspirasi secara hati-hati. Selain itu, harus

dipertimbangkan juga kemungkinan interaksi obat. Hendaknya berhati-hati

Page 61: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

56

memberikan anestetik bervasokonstriktor pada pasien yang sedang minum

obat tertentu. Kokain misalnya, bisa menyebabkan meningkatkan

sensitivitas jantung terhadap aritmia setelah pemberian vasokonstriktor.

Upaya lainnya adalah menelaah riwayat medis pasien dengan cermat.

Pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik memerlukan kehati-hatian

dalam pemberian anestetik lokal. Pasien dengan gangguan jantung angina

pektoris yang tak stabil, riwayat infark miokard atau stroke dalam enam

bulan terakhir. hipertensi parah, gangguan jantung kongestif tak terkontrol,

atau transplantasi jantung, hendaknya tidak diberi anestetik lokal yang

mengandung vasokontriktor dan harus berkonsultasi dengan dokternya

sebelum memulai perawatan. Pasien dengan penyakit Hodgkin atau

kanker payudara yang menerima terapi radiasi pada dadanya adalah

pasien yang berisiko terkena penyakit arteri koroner akibat induksi radiasi;

pada pasien ini perlu konsultasi medis terlebih dahulu terkait dengan

pemakaian anestetik lokal yang mengandung vasokonstriktor.

Penanggulangan. Jika reaksi memang benar dari vasokonstriktor,

rekomendasinya adalah memantau tanda vital, menerangkan kepada

pasien penyebab gejala dan memberitahukannyabahwa reaksi itu akan

berlangsung beberapa menit. Jika tekanan darah meningkat tajam,

tindakan yang dapat dilakukan adalah segera mengirimkannya ke unit

gawat darurat.

Page 62: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

57

BAB III

DATA ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI

DAN PEMBAHASAN

A. DATA ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI

Data yang disampaikan adalah data tindakan anestesi lokal untuk pencabutan

gigi susu dan pencabutan gigi permanen beserta indikasi kasus-kasusnya di

Klinik Gigi dan Mulut RSJ Grhasia tahun 2012 dan 2013. Pada tahun 2012

pencabutan gigi susu berjumlah 63 gigi dan pencabutan gigi tetap 202 gigi,

sedangkan pada tahun 2013 pencabutan gigi susu 94 gigi dan pencabutan

gigi tetap 172 gigi, yang rinciannya seperti Tabel dibawah ini :

Tahun 2012

Pencabutan Gigi Susu Pencabutan Gigi Tetap

Topical Anestesi Injeksi

Anestesi Injeksi Anestesi

Topical Anestesi

Persis- Tensi

Luksasi Persistensi Gangren

Pulpa Gangren

Radix Periodon-

titis Luksasi Abses Luksasi

49 1 13 61 114 12 12 1 2

Tahun 2013

Pencabutan Gigi Susu Pencabutan Gigi Tetap

Topical Anestesi Injeksi

Anestesi Injeksi Anestesi

Topical Anestesi

Persis- Tensi

Luksasi Persistensi Gangren

Pulpa Gangren

Radix Periodon-

titis Luksasi Abses Luksasi

68 12 14 61 81 9 16 2 3

Page 63: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

58

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan data di atas dapat disampaikan bahwa pada tahun 2012

pencabutan gigi susu berjumlah 63 gigi, 50 gigi dicabut dengan topikal

anestesi dan 13 gigi dicabut dengan injeksi. Pencabutan gigi permanen tahun

2012 berjumlah 202 gigi, 200 gigi permanen dicabut dengan injeksi anestesi

dan 2 gigi permanen dicabut dengan topikal anestesi karena gigi sudah

luksasi derajat 3. Pada tahun 2013 pencabutan gigi susu berjumlah 94 gigi,

80 gigi dicabut dengan topikal anestesi dan 14 gigi dicabut dengan injeksi,

sedangkan pencabutan gigi permanen berjumlah 172 gigi, 169 gigi permanen

dicabut dengan injeksi dan 3 gigi dicabut dengan topikal anestesi. Topikal

anestesi yang digunakan untuk pencabutan gigi susu maupun pencabutan gigi

permanen yang sudah luksasi derajat 3 di Klinik Gigi dan Mulut RSJ Grhasia

menggunakan oinment dan chlorethyl spray. Injeksi anestesi untuk

pencabutan gigi susu menggunakan infiltrasi anestesi dengan cito ject atau

infiltrasi anestesi dengan pehacain 2%, untuk pencabutan gigi permanen

menggunakan block anestesi dengan pehacain 2% serta infiltrasi anestesi

dengan pehacain 2% dan infiltrasi anestesi dengan cito ject (bila perlu). Data

tersebut menunjukkan bahwa pada setiap pencabutan gigi selalu dilakukan

anestesi, sesuai indikasi.

Pelaksanaan anestesi dilakukan sesuai pedoman dari buku petunjuk

anestesi lokal dan PPK (Panduan Praktik Kliniks) Anestesi Lokal yang telah

disahkan oleh Direktur RSJ Grhasia DIY. PPK Anestesi Lokal di RSJ.Grhasia

meliputi: PPK Refrigeration Anestesi, PPK Topikal Anestesi, PPK Infiltrasi

Anestesi dan PPK Block Nervus Alveolaris Inferior.

Page 64: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

59

Refrigeration Anestesi tidak kami laporkan dalam makalah ini karena

pada tahun 2012 dan tahun 2013 di Klinik Gigi dan Mulut RSJ Grhasia tidak

ada tindakan insisi abses, sedangkan pencabutan gigi yang sudah goyah

dilakukan dengan menggunakan Topikal Anestesi. Refrigeration anestesi

pernah dilakukan di Klinik Gigi dan Mulut RSJ Grhasia untuk insisi abses

sebelum tahun 2012.

Walaupun pelaksanaan anestesi lokal di Klinik Gigi dan Mulut RSJ

Grhasia sudah dilaksanakan sesuai pedoman, tetapi tetap terjadi komplikasi

yang berupa Sinkop dan masuknya anestetik ke dalam pembuluh darah.

Komplikasi sinkop dapat teratasi dengan menempatkan kepala lebih rendah

dari tubuh (dental unit pada bagian kepala diturunkan) untuk merangsang

aliran darah ke otak, memulihkan aliran vena ke jantung serta tekanan

darahya. Pasien diberi agen aromatic (misalnya alkohol). Setelah pasien

sadar kemudian diberi minuman manis karena ada kemungkinan hipoglikemi

yang antara lain disebabkan kurangnya asupan energi sebelum pasien datang

ke Klinik Gigi dan Mulut. Masuknya anestetik ke dalam pembuluh darah

kemungkinan terjadi pada block anestesi, teraspirasinya darah disebabkan

tersentuhnya atau tertusuknya nervus alveolaris inferior atau nervus lingualis.

Pada kasus ini, yang harus dilakukan adalah mencabut jarum suntik dan

melakukan injeksi dengan anestetikum baru, atau dilakukan cara anesteti

yang lain, misalnya anestesi intraligamentum (dengan jarum suntik cito ject).

Bila terjadi komplikasi-komplikasi lain (selain 2 komplikasi tersebut), misalnya

reaksi toksisitas, alergi, dan lain-lain, pasien ditangani sesuai pedoman atau

prosedur, bila tidak bisa tertangani di Klinik Gigi dan Mulut, dilakukan rujukan

Page 65: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

60

intern (ke Instalasi IGD atau ke spesialis lain sesuai indikasi) sesuai prosedur,

dimana prosedur tersebut telah disahkan oleh Direktur RSJ Grhasia DIY.

Page 66: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

61

BAB IV

PENUTUP

A. K E S I M P U L A N

Anestesi lokal selalu diperlukan pada setiap tindakan pencabutan gigi,

baik pencabutan gigi susu maupun pencabutan gigi tetap. Demikian pula yang

dilakukan di Klinik Gigi dan Mulut RSJ Grhasia, pada setiap pencabutan gigi

susu maupun pencabutan gigi tetap selalu dilakukan anestesi lokal. Hal

tersebut sesuai dengan data yang ada di Klinik Gigi dan Mulut RSJ Grhasia

dimana pada tahun 2012 dilakukan pencabutan gigi susu sebanyak 63 gigi, 50

gigi dicabut dengan topikal anestesi dan 13 gigi dicabut dengan injeksi

(infiltrasi anestesi) serta pencabutan gigi tetap sebanyak 202 gigi, 200 gigi

dacabut dengan injeksi (block dan infiltrasi anestesi) dan 2 gigi dicabut

dengan topikal anestesi. Pada tahun 2013 dilakukan pencabutan gigi susu

sebanyak 94 gigi, 80 gigi dicabut dengan topikal anestesi dan 14 gigi dicabut

dengan injeksi (infiltrasi anestesi) serta pencabutan gigi tetap sebanyak 172

gigi, 169 gigi dicabut dengan injeksi (block dan infiltrasi anestesi) dan 3 gigi

dicabut dengan topikal anestesi.

Pelaksanaan anestesi lokal yang baik adalah yang sesuai dengan tata

laksana anestesi lokal atau sesuai pedoman anestesi lokal, baik dari buku

petunjuk pedoman anestesi lokal mapun PPK (Panduan Praktik Klinis)

anestesi lokal. Di Klinik Gigi dan Mulut RSJ Grhasia pelaksanaan anestesi

lokal berpedoman pada PPK (Panduan Praktik Klinis) tentang anestesi lokal

dan buku petunjuk pedoman anestesi lokal. PPK anestesi lokal yang ada di

Klinik Gigi dan Mulut RSJ Ghrasia adalah PPK Topikal Anestesi, PPK

Page 67: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

62

Infiltrasi Anestesi, PPK Block Nervus Alveolaris Inferior, dan PPK

Refrigeration Anestesi, yang semuanya telah disahkan oleh Direktur RSJ

Grhasia DIY.

Penggunaan anestesi lokal untuk mengontrol rasa sakit selama

operasi (termasuk pencabutan gigi) adalah prosesdur yang cukup aman dan

dapat dipercaya. Meskipun demikian tetap ada kemungkinan terjadi

kegagalan anestesi lokal dan efek tidak menyenangkan atau komplikasi

anestesi lokal. Penyebab kegagalan anestesi lokal antara lain rasa takut atau

cemas yang bisa menyebabkan pasien menjadi gelisah, kurangnya

pengetahuan operator tentang anatomi dapat mengakibatkan teknik anestesi

yang digunakan kurang baik, jaringan yang mengalami peradangan atau

infeksi sulit dianestesi, volume anestesi yang tidak adekuat, tulang kompakta

yang dapat menghalangi infiltrasi anestesi, dan lain-lain. Sedangkan

penyebab efek tidak menyenangkan anestesi lokal antara lain teknik

penyuntikan yang kurang baik (yang rawan mengakibatkan parestesi, paralisis

nervus fasialis, trismus,dll), terkontaminasinya jarum sebelum disuntikkan dan

penanganan alat serta penyiapan daerah kerja yang kurang steril (yang rawan

menimbulkan infeksi silang antara operator, pasien, perawat), perdarahan

yang banyak setelah injeksi (yang rawan menimbulkan hematoma), pasien

cemas atau takut disuntik (yang rawan mengakibatkan pingsan), terserapnya

anestesi lokal dalam jumlah besar kedalam pembuluh darah atau

pengulangan penyuntikan (yang rawan mengakibatkan toksisitas), jenis obat

anestetik dan bahan pengawet ( metilparaben atau sulfit) yang rawan

menyebabkan alergi, overdosis vasokonstriktor yang meyebabkan disritmia

jantung, dan lain-lain.

Page 68: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

63

Komplikasi-komplikasi yang terjadi selama dan paska tindakan

anestesi lokal harus segera ditangani sesuai prosedur. Prosedur penanganan

komplikasi tersebut ada di buku petunjuk pedoman anestesi lokal. Komplikasi

anestesi lokal yang pernah terjadi di Klinik Gigi dan Mulut RSJ Grhasia adalah

sinkop dan masuknya anestetik kedalam pembuluh darah. Penanganan

komplikasi tersebut dapat dilakukan di Klinik Gigi dan Mulut RSJ Ghrasia

dengan berpedoman pada buku petunjuk pedoman anestesi lokal, sehingga

pasien tidak dirujuk.

Bila komplikasi-komplikasi tersebut belum teratasi di Klinik Gigi dan Mulut,

pasien perlu segera dirujuk sesuai prosedur rujukan intern yang diberlakukan

di Klinik Gigi dan Mulut setempat, demikian pula di Klinik Gigi dan Mulut RSJ

Grhasia.

B. S A R A N

1. Keberhasilan anestesi lokal dalam pencabutan gigi tergantung pada

persiapan dan pelaksanaannya. Persiapan dan pelaksanaan tersebut

sebaiknya dilakukan secara baik dan benar atau sesuai pedoman, yang

dapat berupa referensi dari buku dan SPO (Standar Prosedur Operasional)

atau PPK (Panduan Praktik Klinis). Maka dari itu disarankan agar di Klinik

Gigi dan Mulut disediakan fasilitas atau sarana prasarana yang memadai

dan tersedia dokumen-dokumen sebagai pedoman kerja.

Klinik Gigi dan Mulut RSJ Grhasia mempunyai fasilitas atau sarana

prasarana yang memadai, 2 dental unit beserta perlengkapannya,

sterilisator, kulkas untuk menyimpan bahan-bahan Kedokteran Gigi yang

memerlukan suhu dingin, peralatan Kedokteran Gigi yang baik dan

Page 69: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

64

jumlahnya cukup banyak, serta bahan-bahan Kedokteran Gigi yang

memadai, sesuai dengan jenis layanan yang ada di Klinik Gigi dan Mulut

RSJ Grhasia.

Dokumen-dokumen sebagai pedoman kerja juga tersedia di Klinik Gigi dan

Mulut RSJ Grhasia, antara lain Kebijakan Rumah Sakit, Pedoman

Pelayanan Klinik Gigi dan Mulut, Pedoman Pengorganisasian Klinik Gigi

dan Mulut, SPO Penggunaan alat-alat yang ada di Klinik Gigi dan Mulut,

Prosedur rujukan intern dan ekstern, PPK untuk semua atau masing-

masing pelayanan yang ada di Klinik Gigi dan Mulut (termasuk PPK

Anestesi Lokal dan PPK Pencabutan Gigi), beberapa buku sebagai

pedoman kerja serta dokumen-dokumen dari unit lain di RSJ Grhasia yang

berkaitan dengan kinerja Klinik Gigi dan Mulut.

2. Kegagalan maupun komplikasi anestesi yang mungkin terjadi sebenarnya

dapat dihindari dengan mencegah atau menghindari penyebabnya.

Beberapa penyebab kegagalan maupun komplikasi anestesi telah

dijelaskan pada kesimpulan. Bila komplikasi atau kegagalan tersebut sudah

terjadi, disarankan agar operator bersikap tenang dan sabar namun

dengan cekatan atau cepat tepat bertindak dalam menangani masalah

tersebut agar masalah tertangani dengan baik atau dengan kata lain tidak

menjadi lebih berat dan jangan sampai berakibat fatal. Bila perlu, pasien

dirujuk sesuai indikasi, dengan prosedur rujukan intern yang diberlakukan

di Klinik Gigi dan Mulut setempat, termasuk di Klinik Gigi dan Mulut RSJ

Grhasia.

Page 70: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

65

D A F T A R P U S T A K A

1. Atlas of Local Anaesthesia in Dentistry, The Amalgam Dental Company

Limited, London, Copyright by Cooke Waite Laboratories Inc, 1977, New

York, U.S.A

2. Geoffrey L.H (terjemahan oleh Johan Arif Budiman), 1999, Pencabutan Gigi

Geligi Edisi II, ECG, Jakarta.

3. H. Handogo, 1979, Buku Kuliah Bedah Mulut, FKG UGM, Yogyakarta.

4. Haryono M, 1991, Exodontia I, FKG UGM, Yogyakarta.

5. Laura Mitchell, David A.Mitchell, Lorna McCaul, 2009, Handbook of Clinical

Dentistry, 5 TH Edition, Oxford University Press, English.

6. Narlan Sumawinata, 2013, Anestesia Lokal dalam Perawatan Konservasi

Gigi, ECG, Jakarta.

Page 71: ANESTESI LOKAL DALAM PENCABUTAN GIGI DI RUMAH SAKIT …grhasia.jogjaprov.go.id/assets/content_upload/files/ANESTESI.pdf · Pelaksanaan anestesi lokal di RSJ Grhasia DIY berpedoman

66