Upload
satria-pinandita
View
405
Download
52
Embed Size (px)
Citation preview
8/12/2019 Anestesi Lokal Dan Regional (Referat Anes)
1/32
REFERAT
ANESTESI LOKAL DAN REGIONAL
Pembimbing :
Mayor Laut dr. Lila Irawati T, Sp.An. M.Kes
Oleh :
Satria Pinandita SP
( 030. 09. 226 )
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
BAGIAN/SMF ANESTESIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT DOKTER MINTOHARJO
JAKARTA, DESEMBER 2013
8/12/2019 Anestesi Lokal Dan Regional (Referat Anes)
2/32
1
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Satria Pinandita Suhartoyo Putra
NIM : 030.09.226Universitas : Universitas Trisakti
Fakultas : Kedokteran
Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter
Bidang Pendidikan : Anestesiologi
Periode Kepaniteraan Klinik : Periode 9 Desember 2013 11 Januari 2014
Judul Referat : Anastesi Lokal dan Regional
TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI TANGGAL :
Bagian Anestesiologi
RSAL Dr Mintoharjo
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Penguji
dr. Lila, Sp.An
8/12/2019 Anestesi Lokal Dan Regional (Referat Anes)
3/32
2
Daftar isi
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ................................................................................................................. 2
KATA PENGANTAR ................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................5
- Blok Neuroaxial .............................................................................................. 8
- Blok Perifer ................................................................................................... 24
- Anestesi Lokal ............................................................................................... 27
BAB III KESIMPULAN ............................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 31
8/12/2019 Anestesi Lokal Dan Regional (Referat Anes)
4/32
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah YME, karena rahmat-Nya kami dapat
menyusun dan menyelesaikan referat kami tentang Anestesi Lokal dan Regional.
Penulisan referat kami ini adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Anestesiologi Rumah Sakit Angkatan Laut
Dokter Mintoharjo, Jakarta.
Kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang dimiliki pada kami. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan referat kami tentang Anestesi
Lokal dan Regional.
Dalam penyusunan referat ini, kami tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas referat kami tentang
Anestesi Lokal dan Regional sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan referat ini.
Dan tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami yang telah
membimbing kami dr. Lila SpAn, dr Sanggam SpAn, dr Triseno SpAn dan dr Taufik SpAn.
Kami berharap semoga referat kami ini dapat bermanfaat bagi kami sendiri maupun kepada
pembaca umumnya.
Jakarta, 27 Desember 2013
Penyusun
8/12/2019 Anestesi Lokal Dan Regional (Referat Anes)
5/32
4
BAB I
PENDAHULUAN
Dioscorides yang merupakan filsuf dari yunani adalah yang pertama kali
menggunakan istilah anestesia untuk mendeskripsikan efek narkotik yang ditimbulkan oleh
tumbuhan mandagora (1). Menurut kamus anestesia adalah cabang ilmu kedokteran yang
mempelajari tatalaksana untuk mematikan rasa baik rasa nyeri, takut dan rasa tidak nyaman
yang lain sehingga pasien nyaman.
Terdapat beberapa tipe anestesi, yang pertama anestesi total , yaitu hilangnya
kesadaran secara total, anestesi lokal -, yaitu hilangnya rasa pada daerah tertentu yang
diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh), anestesi regional yaitu hilangnya rasa pada
bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang
berhubungan dengannya.
Pada tahun 1884 Carl Koller mengaplikasikan anastesi lokal dengan menggunakan
tetes mata kokain untuk operasi mata, selanjutnya di tahun yang sama William Halsted
menggunakan kokain untuk infiltrasi intradermal dan blok nervus (nervus fasialis, plexus
brachialis, nervus pudendus dan nervus tibialis posterior). Anestesi spinal pertama kali
dilakukan oleh August Bier.
Anestesi regional adalah hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh sementara pada
impuls syaraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari satu bagian tubuh diblokir untuk
sementara (reversibel) (2). Fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya. Tetapi
pasien tetap sadar.
Metode blok sentral banyak digunakan pada awal abad 20 sampai timbul banyak
laporan tentang cedera neurologis yang permanent (1). Pada tahun 1950 dilakukan penelitian
besar dan menyatakan bahwa blok sentral tersebut aman jika dilakukan dengan benar,
memperhatikan asepsis ditambah pula ditemukannya sejumlah obat anastesi lokal yang
aman (1). Metode itu telah terbukti aman walaupun masih ada resiko komplikasi. Sedangkan
untuk teknik blok perifer membutuhkan pengetahuan anatomi dan anestesiologi yang cukup.
Teknik itu dilakukan dengan cara menyuntikan langsung obat anastesi pada nervus yang
ingin di blok, terdapat beberapa metode pada aplikasinya yang akan dibahas pada referat ini.
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jaringan_spinal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Sarafhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sarafhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jaringan_spinal&action=edit&redlink=18/12/2019 Anestesi Lokal Dan Regional (Referat Anes)
6/32
5
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi Anastesi Regional
Anestesi regional adalah hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh sementara pada
impuls syaraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari satu bagian tubuh diblokir untuk
sementara (reversibel) (2). Fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya. Tetapi
pasien tetap sadar.
Pembagian anestesi regional
1. Blok sentral (blok neuroaksial), meliputi blok spinal, epidural dan kaudal
2. Blok perifer (blok saraf) misalnya anestesi blok saraf, dan regional intravena
Pembagian anestesi lokal (2)
1. Analgesia topikal
2. Analgesia infiltrasi lokal
3. Blok lapangan
Obat analgetik lokal/regional
Pada saat istirahat sebuah sel saraf memiliki potensial listrik transmembran -70mV
dan dikatakan dalam kondisi terpolarisasi. Stimulus kimiawi, termal, mekanis atau yang
menggangu, tergantung dari intesitasnya, memungkinkan ion-ion Na+ memasuki sel. Apabila
intesitas stimulusnya memadai, tercapai suatu ambang batas depolarisasi yang akan memicu
jenis kanal natrium lain (voltage gated) untuk membuka. Akibatnya, potensial membran sel
akan meningkat hingga +20mV dan suatu potensial aksi dimulai. Perubahan lokal pada pontensial listrik membran sel ini menyebabkan kanal-kanal natrium voltage gated di
dekatnya membuka, mengubah potensial membran segmen tersebut, meneruskan potensial
aksi di sepanjang saraf. Membran tersebut dengan cepat mengalami repolarisasi hingga ke
tingkat istirahat melalui kehilangan ion-ion kalium (K+) dari dalam sel, diikuti oleh
pemompaan Na+ secara aktif keluar, bertukar dengan K+ oleh pompa Na/K. Selama
repolarisasi tidak ada potensial aksi yang dapat diteruskan oleh segmen saraf tersebut, dan
karenanya memastikan perjalanan potensial aksi yang bersifat unidireksional. Tidak semuastimulus cukup untuk mencapai ambang batas, dan karena itu beberapa tidak akan
8/12/2019 Anestesi Lokal Dan Regional (Referat Anes)
7/32
6
mencetuskan timbulnya atau diteruskannya potensial aksi. Potensial aksi merupakan suatu
kejadian yang bersifat all or none. Akibatnya kekuatan suatu impuls saraf ha nya
bergantung pada frekuensi potensial aksi.
Obat-obat anestesi lokal bekerja dengan cara memblok kanal-kanal natrium dari
dalam sel saraf, mencegah masuknya natrium ke dalam sel saraf, mencegah masuknya
natrium dan diikuti depolarisasi sehingga tidak ada potensial aksi yang dapat dimulai atau
diteruksan (3).
Hambatan depolarisasi dilakukan melalui mekanisme (2) :
- Penggantian ion kalsium pada membran dengan bagian / struktur dari obat anestetik
lokal.- Mengurangi permeabilitas membran sel terhadap natrium.
- Menurunkan laju depolarisasi aksi potensial membran.
- Menurunkan derajat depolarisasi sampai ambang potensial.
- Menggagalkan perkembangan penyebaran potensial aksi.
Obat anestesi lokal tersedia dalam dua bentuk: terionisasi dan tidak terionisasi. Ketika
suatu obat anestesi diberikan, sebagian besar akan berada dalam bentuk terionisasi, tetapi
untuk dapat melintasi membran sel, obat tersebut harus berada dalam bentuk tidak terionisasi.
Perubahan ini terjadi setelah pernyuntikan karena pH yang relatif tinggi di jaringan-jaringan
(7,4 dibandingkan 6,0 di larutan). Namun, pH intraselular lebih rendah (7,1), dan karena itu
proporsi yang kembali ke bentuk ionisasi menjadi lebih banyak. Bentuk inilah yang berikatan
dengan dan kemudian memblok kanal-kanal natrium. Tentunya derajat obat yang tidak
terionisasi akan mempunyai efek pada kecepatan onset. Ini dapat ditingkatkan lebih lanjut
dengan menggunakan konsentrasi obat yang lebih tinggi.
Durasi kerja akan ditentukan oleh beberapa proporsi ikatan proteinnya; umumnya
semakin banyak ikatan terhadap protein membran, semakin lama durasi kerjanya. Suplai
darah lokal juga mempunyai efek karena ini akan mempengaruhi kecepatan pembuangan
obat. Derajat kelarutan dalam lemak akan menentukan potensi dengan mempengaruhi
penetrasi membran oleh obat, tetapi dapat juga mengakibatkan kecenderungan toksisitas yang
lebih besar.
Setelah penyuntikan suatu obat anestesi lokal, selalu terjadi suatu urutan onset efekyang dapat diprediksi mengingat saraf-saraf berdiameter kecil telah terhambat sebelum saraf
8/12/2019 Anestesi Lokal Dan Regional (Referat Anes)
8/32
7
yang berdiameter besar, dan saraf yang tidak bermielin telah dihambat sebelum yang
bermielin. Akibatnya ketika digunakan suatu teknik anestesi regional, urutan onset
hambatannya yaitu (3):
- Serat-serat otonom (vasodilatasi)- Suhu
- Nyeri
- Sentuh
- Motorik (paralisis)
Ini menjelaskan perasaan hangat yang dialami pasien di awal anestesia spinal atau
epidural dan fakta bahwa dalam beberapa kondisi pasien-pasien tidak merasakan nyeri, tetapi
masih dapat menggerakan kaki mereka.
Secara kimia, anestesi lokal digolongkan sebagai berikut :
1. Senyawa ester
Adanya ikatan ester sangat menentukan sifat anestesi lokal sebab pada degradasi dan
inaktivasi di dalam tubuh, gugus tersebut akan dihidrolisis. Karena itu golongan ester
umumnya kurang stabil dan mudah mengalami metabolisme dibandingkan golongan
amida. Contohnya: tetrakain, benzokain, kokain, prokain dengan prokain sebagai
prototip.
2. Senyawa amida
Contohnya senyawa amida adalah dibukain, lidokain, mepivakain, ropivacaine dan
prilocaine.
8/12/2019 Anestesi Lokal Dan Regional (Referat Anes)
9/32
8
1. BLOK NEUROAXIAL
Hampir semua dibawah leher mempergunakan anestesi neuroaxial, walaupun operasi
thorax dan jantung sebernya dapat mempergunakan anestesi neuroaxial tetapi manipulasi
pada saat operasi oleh operator memaksa menggunakan endotracheal tube karena ancaman
jalan nafas (1). Laparotomy juga dapat mengganggu ventilasi sehingga merupakan indikasi
anestesi umum walaupun sebernarnya dapat dikerjakan dengan blok neuroaxial (1).
Kelebihan neuroaxial dibanding dengan anestesi umum adalah neuroaxial mengurangiinsidens terjadinya thrombosis vena, komplikasi jantung pada pasien dengan resiko tinggi,
mengurangi perdarahan dan kebutuhan transfusi, mengurangi oklusi graft vaskular,
pneumonia dan depresi nafas. Pada blok neuroaxial fungsi intestinal juga pulih lebih cepat.
Selain itu juga menggunakan dosis obat anestesi yang lebih kecil dan mengurangi
penggunaan opioid.
8/12/2019 Anestesi Lokal Dan Regional (Referat Anes)
10/32
9
Untuk pasien geriatri disarankan untuk memiminimalkan penggunaan sedasi karena
dapat menggangu fungsi kognitif dan dapat menyebabkan delirium pada postoperative oleh
karena itu penggunaan blok neuroaxial lebih disarankan jika mungkin.
Pada pasien obstetric, blok neuroaxial juga menjadi pilihan utama, dengan blok
neuroaxial baik ibu maupun bayinya dapat terjaga. Penelitian dengan populasi besar di
Inggris menunjukan blok neuroaxial mengurangi morbidity dan mortality ibu hamil, hal ini
dikarenakan berkurangannya aspirasi pulmonal dan kegagalan intubasi saat blok neuroaxial
dilakukan.
Namun blok ini juga bukan yang paling baik bahkan kadang menimbulkan dilematis
karena blok ini mengurangi kardiakoutput dan menimbulkan takikardi sedangkan jika kita
memberikan cairan yang banyak untuk mencegah efek samping tersebut maka pasien dapat
overhidrasi.
1.1 Mekanisme Kerja Blok Neuroaxial
Mekanisme kerja anestesi blok dan spinal masih spekulative. Yang sekarang dipahami
adalah bahwa kerja blok neuroaxial bekerja pada nerve root yang terletak pada ruang
subarachnoid dan ruang epidural (1,2,3) .
Injeksi langsung obat anestetik lokal pada CSF pada anestesi spinal hanya
membutuhkan dosis dan volume yang sedikit. Anestesi lokal akan mempengaruhi struktur
lokal yang ada disana.
Blokade Somatik
Lokal anestesi menginterupsi transmisi afferen impuls saraf nyeri dan transmisi
efferen impuls saraf yang mengatur tonus otot skeletal oleh karena itu blok neuroaxial dapat
menyediakan kondisi yang sempurna untuk operasi. Mekanisme penghambatan ini sudahdijelaskan pada mekanisme obat anestetik lokal diatas. Selain faktor panjang saraf dan
stukturnya yang bermielin ternyata blokade yang ditimbulkan pun berpengaruh pada seberapa
tinggi level penusukan dari area yang ingin di blok oleh karena itu blok ini dapat
menimbulkan level blokade yang berbeda sesuai dermatom.
Blokade Autonomic
Interupsi autonomic pada blokade neuroaxial dominan pada blokade simpatis. Hal initerjadi karena secara anatomis simpatis keluar dari thorakolumbal sedangkan parasimpatis
8/12/2019 Anestesi Lokal Dan Regional (Referat Anes)
11/32
10
dari craniosacral. Blok yang dilakukan pada neuroaxial dilakukan pada area thorakolumabal.
Respon fisiologis dari blok neuroaxial adalah berkurangnya tonus simpatis dan atau tanpa
penurunan tonus parasimpatis.
- Manifestasi kardiovaskularBlok neuroaxial akan menghasilkan penurunan yang variabel terhadap tekanan
darah yang mungkin dapat diikuti oleh penurunan frekuensi jantung. Tonus
vasomotor utamanya ditentukan oleh serabut saraf simpatis setinggi T5-L1,
menginervasi otot halus arterial dan vena. Blokade pada pada nervus ini akan
menyebabkan vasodilatasi dan pengumpulan darah pada organ viceral dan
ekstrimitas bawah efeknya terjadi penurunan volume darah yang bersirkulasi dan
penurunan venous return. Efek samping tersebut dapat minimalkan denganvasonkonstriksi kompensatorik pada area di atas blokade yang tidak ikut di blok.
Blok simpatik yang tinggi tidak hanya memblokade mekanisme vasokonstriksi
kompensatorik tetapi juga memblokade serat saraf simpatis cardiac accelerator
pada T1-T4 (4). Terjadinya hipotensi disebabkan karena kombinasi vasodilatasi dan
bradikardi (dan kemungkinan penurunan kontraktibilitas derajat sedang). Tonus
vagal yang tidak memiliki lawan dapat menjelaskan terjadinya henti jantung pada
saat blokade neuroaxial.Pemberian cairan intravena sebanyak 10-20 mL/kg pada pasien yang sehat
sebelum dilakukan anestesi blok neuroaxial dapat mencegah terjadinya
hipotensi (1).
Bradikardi dapat diatasi dengan pemberian atropine dan hipotensi harus dikoreksi
dengan vasopresor. Agonis alpha seperti phenylephrine dapat menghasilakan
kontriksi pada arteriolar. Atau dapat menggunakan ephedrine yang menpunyai
efek langsung dan tidak langsung pada reseptor beta adernergik, yang efeknya
meningkatkan frekuensi jantung dan kontraktibilitasnya secara tidak langsung
juga menghasilkan vasokonstriksi. Epinephrine pada dosis kecil (2-5 mcg bolus)
juga dapat menghasilkan efek serupa dan dapat digunakan untuk mengatasi
hipotensi pada blokade neuroaxial.
- Manifestasi Pulmonari
Blokade neuroaxial mempunyai efek minimal pada paru-paru karena diafragma di
inervasi oleh nervus phrenicus yang berasal dari C3-C5. Sehingga walaupun
dengan blok pada level thorak, volume tidal tidak berubah, hanya sedikit
8/12/2019 Anestesi Lokal Dan Regional (Referat Anes)
12/32
11
berkurang pada kapasitas vital paru karena hilangnya kontribusi otot perut pada
ekspirasi paksa.
Pasien dengan penyakit paru kronis yang bergantung pada otot bantu nafas untuk
inspirasi dan ekspirasi, dengan blok level tinggi akan mengganggu aktivitas otot
ini, oleh karena itu penggunaan blokade neuroaxial harus dipikirkan lagi. Operasi
yang dilakukan di atas umbilikus pada pasien dengan penyakit paru kronis
mungkin bukan merupakan pilihan terbaik (otot bantu nafas adalah interkostal dan
otot abdominal). Tetapi disisi lain penggunaan blokade neuroaxial menurunkan
angka penggunaan instrumen jalan nafas dan penggunaan ventilasi tekanan positif,
hal ini dapat menurunakan angka kejadian pneumonia, gagal nafas dan
mengurangi waktu pemakaian alat bantu nafas.
- Manifestasi Gastrointestinal
Blokade simpatis yang terjadi membuat tonus vagal jadi dominan, akibatnya usus
menjadi berkontraksi dan berperiltastik aktif, hal ini dapat meningkatkan kondisi
operasi sebagai adjuvant anestesi umum saat laparoscopy. Penggunaan blokade
neuraxial juga memiliki waktu pemulihan fungsi gastroinstestinal yang lebih cepat
dibandingkan dengan anestesi umum.
Aliran darah ke hepar akan berkurang karena berkurangnya tekanan arterial rata-
rata (MAP) karena teknik anestesi ini.
- Manifestasi Traktus Urinarius
Aliran darah ke ginjal di pertahankan melalui proses autoregulasi dan blok
neuroaxial hanya menimbulkan efek minimal pada fungsi ginjal. Blokade pada
level lumbal dan sakrum menimbulkan hilangnya automatisasi kandung kemih
menimbulkan rentensi urin sampai bloknya hilang, jika tidak menggunakan
kateter urin maka diusahakan melakukan blokade dengan durasi sesingkat
mungkin dan menggunakan volume mininal yang aman untuk cairan intravena.
Retensi urin ini wajib di evaluasi setelah dilakukan blokade neuroaxial.
- Manifestasi Metabolik dan Endokrin
Trauma pada saat pembedahan memproduksi respon neuroendokrin secara
sistemik melalui pengaktifan somatik dan viseral serabut saraf afferen ditambah
pula inflamasi lokal. Respon sistemik ini meliputi naiknya konsentrasi hormon
adrenocorticotropic, cortisol, epinephrine, norepinephrine dan vasopressin
ditambah dengan aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron. Secara klinis dapatterlihat hipertensi postoperative, takikardi, hiperglikemi, katabolisme protein,
8/12/2019 Anestesi Lokal Dan Regional (Referat Anes)
13/32
12
penekanan sistem imun dan terganggunya fungsi ginjal. Blokade neuraxial dapat
memblokade sebagian pada operasi invasif mayor dan memblokade total pada
operasi ekstrimitas bawah. Untuk memaksimalkan blokade neuroendocrine
tersebut blok neuroaxial harus tepat dan berlanjut sampai periode postoperative.
1.2 Indikasi
Sebagai anestesi primer, blok neuroaxial banyak digunakan terutama pada operasi-
operasi yang dipersyarafi cabang T4 kebawah, terutama direkomendasikan untuk operasi
perut bagian bawah (dibawah umbilicus), daerah inguinal, urogenital, rektal, ekstrimitas
bawah, bedah obstektrik. Bahkan operasi spinal daerah lumbal juga menggunakan blok
neuroaxial. Yang perlu diperhatikan mental pasien karena kooperasi pasien penting dalam
teknik anestesi ini. Daerah perut atas sulit untuk mencapai level blokade yang adekuat dan
sering menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien.
1.3 Kontraindikasi
Kontraindikasi yang utama adalah pasien menolak atau tidak kooperatif, gangguan
pembekuan darah, syok hipovolemik, kenaikan tekanan intra kranial, infeksi pada tempat
penyuntikan. Kontraindikasi lain yang berkaitan dengan tidak adekuatnya volume sekuncup
misal : stenosis aorta atau mitral yang parah, namun dengan monitoring ketat hal ini masih
dapat ditangani dengan aman.Dalam beberapa literatur dikatan bahwa sepsis dan pasien yang
tidak kooperatif menjadi kontraindikasi absolut. Berikut dijabarkan kontraindakasi dalam
bentuk tabel.
8/12/2019 Anestesi Lokal Dan Regional (Referat Anes)
14/32
13
1.4 Posisi Pasien
- Posisi Lateral Dekubitus
Pasien tidur miring diatas meja operasi dengan membelakangi dokter anestesi.
Pinggul dan lutu difleksikan secara maksimal dan dada serta leher difleksikan
mendekat kearah lutut. Posisi ini digunakan untuk kasus-kasus cedera atau fraktur
pada pinggul dan kaki dimana penderita tidak bisa bangun untuk duduk. Untuk
preosedur pembedahan unilateral, larutan hiperbarik biasanya digunakan pada
posisi ini dengan sisi yang akan dilakukan tindakan pembedahan berada di sebalah
bawah. Sebaliknya bila yang digunakan larutan hipobarik maka penderita
diposisikan dengan sisi yang akan dioperasi berada di sebelah atas (sisi
nondependen).
- Posisi duduk
Pada posisi ini kadang tulang belakang lebih mudah di palpasi daripada posisi
lateral dekubitus. Posisi ini baik dilakukan pada pasien obesitas dan sering
diindikasikan untuk posisi lumbar bawah atau sakral. Pada anestesi spinal, pasien-
pasien tersebut sebaiknya dibiarkan dalam posisi duduk dulu sesudah penyuntikan
selama kurang lebih 5 menit. Namun bila posisi ini dipilih atas alasan obesitas
atau skoliosis sementara kita menginginkan blok tinggi, maka setelah penyuntikan
pasien harus segera kita terlentangkan (supine). Hal ini tidak berlaku pada
anestesia epidural karena efek gravitasi akan dilawan oleh tekanan masuknya
anestesi lokal melalui kateter. Pasien dengan bantuan seorang asisten dan
8/12/2019 Anestesi Lokal Dan Regional (Referat Anes)
15/32
14
memeluk bantal, diposisikan duduk dengan punggung belakang difleksikan
maksiaml dan kedua kaki menggantung di atas lantai atau di atas bangku.
- Posisi telungkup (jack-knife position)
Pada teknik anestesia spinal, posisi ini dapat dilakukan untuk prosedur
pembedahan bagian anorektal. Pasien diposisikan dalam posisi telungkup dan
selanjutnya lumbal pungsi dapat dilakukan. Teknik ini menggunakan larutananestetika lokal yang bersifat hipobarik, dan keuntungannya penderita setelah
tindakan lumbal pungsi tidak perlu diubah lagi posisinya. Ini akan menghasilkan
anestesia daerah sakral.
1.5 Pendekatan Anatomi pada Blok Neuroaksial
Langkah pertama adalah identifikasi celah atau ruang antara ruas tulang vertebra
menggunakan patokan misalnya krista iliaka dianggap setinggi L4-L5.
- Pendekatan garis tengah
Setelah diidentifikasi celah antara ruas tulang vertebra maka jarum spinal
disuntikan ke celah tersebut melalui garis tengah tersebut. Jika saat menembus
terasa keras kemungkinan jarum membentur proccessus spinosus. Ketika jarum
menembus ligamentum flavum umumnya akan terjadi kehilangan tahanan, pada
anestesi epidural berati jarum sudah berada di ruang epidural sedangkan pada
anestesi spinal jarum didorong terus sampai menembus lapisan dura dan membran
subaraknoid dan berhenti setelah ditandai dengan keluarnya cairan liquor.
8/12/2019 Anestesi Lokal Dan Regional (Referat Anes)
16/32
15
- Pendekatan paramedian
Merupakan alternatif dari pendekatan garis tengah. Secara anatomis celah yang
dilewati lebih lebar dibanding garis tengah. Posisi penyuntikan 2 cm ke lateral dan
2 cm ke kaudal dengan sudut 10-25 derajat dari garis tengah dengan arah
pendekatan yang sama. Paramedian tidak melewati ligamentum interspinosum dan
masuknya jarum ke ruang epidural dengan sensasi hilangnya tahanan sulit
dibedakan dibandingkan dengan pendekatan garis tengah.
- Pendekatan taylor
Variasi dari pendekatan paramedian, pada L5-S1 karena merupakan celah terlebar
di lumbar. Pertama identifikasi aspek inferior Spina Ischiadika Posterior Superior
dengan palpasi, posisi pada 1 cm ke medial, 1cm ke inferior SIPS dengan sudut 45
derajat dari garis tengah dan cephalad, saat menyentuh lamina jarum didorong ke
arah mediosuperior memasuki interspace L5-S1.
1.6 Anestesi Spinal
Merupakan metode atau teknik anestesi yang dilakukan dengan jalan menyuntikan
obat anestetik lokal ke dalam ruang subarakhnoid melalui tindakan pungis lumbal. Ruang
subarakhnoid memanjang dari foramen magnum sampai ke S2 pada dewasa dan S3 pada
anak-anak oleh karena itu injeksi biasanya dilakukan di bawah L1 pada dewasa dan dibawah
L3 pada anak-anak. Berikut tabel tentang level ketinggian blokade spinal.
8/12/2019 Anestesi Lokal Dan Regional (Referat Anes)
17/32
16
Level Prosedur Pembedahan
T4-5 (nipple) Abdomen bagian atas
T6-8 (xiphoid) Pembedahan Intestinal (termasuk apendektomi), pelvis-
ginekologik, ureter dan pembedahan pelvis renalisT10 (umbilicus) TUR, obesterik-vaginal, operasi panggul
L1 (inguinal
ligament)
TUR (jika tidak ada distensi buli-buli), pembedahan
pada paha, amputasi kaki bagian bawah, dan lain
sebagainya
L2-3 (lutut ke
bawah)
Pembedahan pada kaki
S2-5 (perienal) Pembedahan perienal, hemoroidektomi dan dilatasi anal
dan lain sebagainya
- Faktor yang mempengaruhi ketinggian blok (4) o Umur : pada usia tua, penyebabaran obat anestesia lokal lebih ke cephalad
akibat ruang subarachnoid dan epidural menjadi lebih kecil dan terjadi
penurunan progresif jumlah cairan cerebrospinal.
o Tinggi badan : makin tinggi pasien, makin panjang medula spinalisnya dan
volume cairan serebrospinal di bawah L2 makin banyak sehingga pasien
memerlukan dosis yang lebih besar daripada yang pendek.
o Berat badan : pada pasien gemuk terjadi penurunan volume cairan
serebrospinal berhubungan dengan penumpukan lemak dalam rongga
epidural, sehingga memengaruhi penyebaran obat anestesia lokal dalam
ruang subarachnoid.
o Jenis kelamin : jenis kelamin tidak berpengaruh langsung terhadap
penyebaran obat anestesi lokal dalam cairan serebrospinal sepanjang
semua faktor yang mempengaruhi adalah tetap.
o Tekanan intraabdominal : peningkatan tekanan intraabdominal sering
dikaitkan dengan peningkatan penyebaran obat anestesia lokal dalam
ruang subarachnoid.
o Anatomi kolumna vertebralis : lekukan kolumna vertebralis memengaruhi
penyebaran obat anestesi lokal dalam ruang subarachnoid, pada posisi
supine obat anestetik hiperbarik akan banyak berkumpul di T4-T8 (tempat
terendah), sedangkan hipobarik akan berkumpul di L2-L4. Kelainan
8/12/2019 Anestesi Lokal Dan Regional (Referat Anes)
18/32
17
anatomi seperti skoliosis dan kifosis akan mempengaruhi penyebaran obat
anestetik karena terdapat kelainan pada kelengkungan kolumna vertebralis.
o Tempat penyuntikan : penyuntikan obat pada ketinggian L2-L3 atau L3-4
memudahkan penyebaran obat ke arah kranial, sedangkan penyuntikan
pada L4-5 karena bentuk vertebra memudahkan obat berkumpul di daerah
sakral.
o Kecepatan penyuntikan : makin cepat penyuntikan obat makin tinggi
tingkat analgesia yang tercapai.
o Dosis : makin besar dosis makin besar intesitas hambatan dan makin
cephalad level anestesinya.
o Berat jenis : penyebabaran obat hiperbarik dan hipobarik dalam cairan
serebrospinal dipengaruhi oleh posisi pasien. Penyebaran obat isobarik
selama dan sesudah penyuntikan tidak dipengaruhi oleh posisi pasien.
o Posisi pasien sebelum dan sesudah penyuntikan : posisi duduk akan
menyebabkan penyebaran dominan ke sakral jika dikombinasikan dengan
anestetik hiperbarik sebaliknya dengan hipobarik. Dengan posisi lateral
dekubitus larutan hiperbarik akan menyebabkan blok unilateral pada sisi
bawah sebaliknya pada larutan hipobarik. Posisi headown dan supine
sesudah penyuntikan obat akan menyebabkan penyebaran ke arah cephalad
dengan larutan hiperbarik sebaliknya dengan larutan hipobarik.o Konsentrasi larutan : pada umumnya intesitas analgesia meningkat dengan
bertambah pekatnya larutan obat anestesia lokal.
o Manuver valsava : mengejan akan meninggikan tekanan cairan
cerebrospinalis, sehingga analgesia yang dicapai lebih tinggi, terutama bila
dilakukan oleh pasien segera setelah penyuntikan obat ke dalam ruang
subarachnoid.
- Pilihan obat anestesi lokal pada anestesi spinal(1,5)
8/12/2019 Anestesi Lokal Dan Regional (Referat Anes)
19/32
18
Penggunaan vasokontriktor seperti epinephrine, opioid dan clonidine dapat
meningkatkan kualitas dan durasi dari anestesi spinal. Blokade spinal tidak
berhenti serta merta setelah periode waktu tertentu, blokade ini akan hilang secara
bertahap mulai dari dermatom paling cephalad sampai ke paling kaudal.
- Keuntungan anestesi spinal dibandingkan anestesi epidural : Obat anestesi lokal lebih sedikit Onset lebih singkat Level anestesi lebih pasti Teknik lebih mudah
1.7 Anestesi Epidural
Anestesi blok epidural dapat dilakukan pada lumbar, thorax atau servikal. Anestesi
epidural sakral mengarah atau sama dengan blok kaudal. Teknik ini digunakan untuk anestesi
pada saat operasi, analgesia obstetrik, pengendalian nyeri postoperative, manejemen nyeri
kronis. Teknik ini dapat digunakan sekali suntik atau menggunakan kateter sehingga bisa di
bolus secara intermitent atau infusion yang terus menerus. Teknik ini dapat memblokade
motorik seluruhnya atau tidak sama sekali.
Ruang epidural terletak diatas duramater, nerve root melewati ruang ini sebelum
menjadi saraf perifer. Didalamnya terdapat jaringan ikat lemak, pleksus vena (Batson) dan
jaringan limfatik. Blok epidural mempunyai onset yang lebih lambat dan potensi dibawah
blok spinal walaupun durasinya lebih lama dariapada spinal.
8/12/2019 Anestesi Lokal Dan Regional (Referat Anes)
20/32
19
Keuntungan epidural dibandingkan spinal : Bisa segmental Tidak terjadi headache post op Hypotensi lambat terjadi Efek motoris lebih kurang Dapat 1 2 hari dengan kateter post op pain
Kerugian epidural dibandingkan spinal : Teknik lebih sulit Jumlah obat anestesi lokal lebih besar
Reaksi sistemis Total spinal anestesi Obat 5 10x lebih banyak untuk level analgesi yang sama
- Faktor yang mempengaruhi ketinggian blok epidural
Berbeda dengan anestesi spinal, anestesi epidural menghasilkan blok segmental
yang menyebar baik ke kranial dan ke kaudal dari lokasi injeksi. Hal ini
menyebabkan lokasi injeksi menjadi penentu utama penyebaran blok epidural.
Injeksi anestesi lokal di daerah lumbar akan menyebar ke kaudal meliputi seluruh
dermatom sakral, tetapi awitan blok pada L5-S1 biasanya lambat dan juga patchy
sehingga dibutuhkan volume yang besar untuk menghasilkan blokade yang lebih
baik. Hal ini disebabkan oleh besarnya diameter root saraf L5 dan S1 sehingga
penetrasi obat lebih lambat (4). Daerah thorax juga dapat dicapai dengan injeksi
daerah lumbal tetapi dengan dosis dan volume yang lebih besar.
Perbedaan lainnya dengan anestesi spinal adalah perbedaan sensitivitas blokade
akibat perubahan konsentrasi anestetika lokal yang digunakan. Dosis dan volume
http://1.bp.blogspot.com/_HDtJ2VDkQzU/SmDE2SQtwnI/AAAAAAAAACs/X6dyfCfvG9U/s1600-h/Picture1.png8/12/2019 Anestesi Lokal Dan Regional (Referat Anes)
21/32
20
merupakan penentu utama bagi penyebaran dan kualitas blok epidural. Panduan
yang dipakai saat ini ialah 1-2 mL anestetik lokal untuk setiap segmen yang akan
di blok untuk dewasa muda. Selektivitas inilah yang membuat epidural digunakan
sebagai kombinasi dengan anestesia umum dan sebagai anelgesia pascabedah.
Berikut adalah anestetik agent yang biasa dipakai untuk blok epidural.
1.8 Anestesi Caudal
Teknik ini merupakan anestesia epidural yang sering dilakukan pada pediatrik dan
juga dipakai untuk operasi anorektal dan genitalia eksterna pada dewasa. Blok ini dilakukandengan jalan menyuntikan obat anestetik lokal ke dalam ruang epidural melalui suntikan pada
hiatus sakralis.
Pasien diposisikan pada posisi lateral atau telungkup dengan salah paha difleksikan
dan hiatus sakralis di palpasi lalu lakukan prosedur asepsis pada lokasi penyuntikan. Jarum
diposisikan 45 derajat dari kepala sampai terasa sensasi menembus ligamen sacrococygeal
setelah itu datarkan sudut jarum dan masukan lebih dalam lalu aspirasi terlebih dahulu. Untuk
anestesi yang berkelanjutan dapat menggunakan kateter epidural. Teknik ini tidak boleh
dilakukan pada orang dengan kista pilonidal karena dapat menembus kista dan memasukan
bakteri ke dalam epidural.
8/12/2019 Anestesi Lokal Dan Regional (Referat Anes)
22/32
21
1.9 Kombinasi Spinal dan Epidural
Teknik ini merupakan teknik yang melakukan blok spinal dilanjutkan dengan
pemasangan kateter epidural. Teknik ini populer karena menggabungkan onset cepat blok
spinal dengan fleksibilitas kateter epidural. Teknik ini membutuhkan jarum epidural khusus
dengan lumen terpisah untuk jarum spinal. Teknik ini dilakukan dengan pemasangan jarum
epidural ke ruangan epidural kemudian dilanjutkan dengan memasukan jarum spinal dengan
ukuran tertentu ke dalam jarum epidural untuk menuju ruangan subarachnoid. Anestetik lokal
disuntikan ke ruangan subarachnoid dan setelah itu jarum spinal dilepaskan. Proses
dilanjutkan dengan pemasangan kateter epidural melalui jarum epidural. Kateter ini
digunakan untuk menjaga ketinggian blok atau durasi blok intraoperatif atau dapat digunakan
untuk analgesia epidural pascabedah.
Pada teknik ini setelah ketinggian blok spinal mencapai puncaknya, injeksi baik salin
atau anestetik lokal melalui kateter epidural mampu mendorong tingkat blok lebih tinggi lagi
hal ini terjadi karena isi ulangan epidural meningkatkan tinggi blok melalui efek volumeselain efek anestetika lokal itu sendiri.
Resiko potensial teknik ini adalah lubang pada meningen yang ditinggalkan oleh
jarum spinal dapat mengakibatkan obat-obatan epidural yang diberikan dalam dosis tinggi
mencapai ruangan subarakhnoid.
1.10 Komplikasi Blok Neuroaxial
- Blok letak tinggi : hal ini dapat terjadi pada spinal maupun epidural, pemberian
dosis berlebih, sensitivitas yang tidak biasa dan penyebaran anestetik lokalmenjadi faktor yang bertangguang jawab. Pasien mengeluh sesak, kelemahan
8/12/2019 Anestesi Lokal Dan Regional (Referat Anes)
23/32
22
ekstrimitas atas dan mual. Anestesi spinal yang sampai ke area servikal
menyebabkan hipotensi parah, bradikardi dan insufisiensi pernapasan. Terapi
untuk komplikasi ini adalah terfokus pada jalan nafas dan sirkulasi. Pemasangan
endotracheal tube bantuan nafas dari luar dibutuhkan. Sedangkan untuk sirkulasi
dapat ditolong dengan memberikan bolus cairan intravena kristaloid di tambah
pemberian vasopresor
- Henti jantung : dahulu penelitian menyebutkan hal ini dapat terjadi karena
berkurangnnya saturasi oksigen karena oversedasi. Tetapi penelitian terbaru
menyatakan hal ini lebih sering terjadi karena tonus vagal yang tidak dapat
dilawan oleh simpatis, menyebabkan bradikardi dan berkurangnya preload
sehingga timbul henti jantung. Pencegahan ke tahap ini dengan cara pemberian
cairan intravena untuk mencegah hipotensi dan berikan vasopresor jika detak
jantung di bawah 50x/menit.
- Bradikardi : hal ini terjadi karena terjadi blok pada jaras simpatis kardiakselarator
pada T1-T5. Hal ini dapat ditangani dengan pemberian sulfas atropine.
- Hipotensi : hal ini terjadi karena jaras simpatis (torakolumbal) ikut terblokade
oleh karena penyutikan anestetik lokal pada area lumbal. Hal ini dapat diatasi
dengan pemberian vasopresor dan pemberian cairan intravena. Lebih detail
dijelaskan pada efek blok neuroaxial.
- Retensi urin : terjadi karena terdapat blok pada S2-S4 sehingga tonus bulibuli dan
reflex pengosongan tidak bekerja. Hal ini dapat di tolong dengan memasang
kateter urin keculai jika terjadi kerusakan permanen.
- Anestesi spinal total : hal ini terjadi pada saat melakukan anestesi epidural tetapi
tidak sengaja menembus intratektal, onset cepat karena dosis epidural biasanya 5-
10 kali lebih besar dari anestesi spinal. Dapat dicegah dengan aspirasi dan dosis
uji epidural.
- Transient Neurological Symptoms : merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari
nyeri unilateral atau bilateral di daerah paha anterior atau posterior dengan disertai
nyeri di tungkai atau punggung bawah setelah pemulihan dari anestesi spinal.
Muncul 24 jam pertama pasca anestesi spinal sampai kurang lebih dua hari, hilang
dengan pemberian analgesia oral. Penyebabnya belum pasti namun hal ini sering
terjadi pada penggunaan lidokain (10-37%) dibandingkan anestetik lokal lain.
- Postdural Puncture Headache (PDPH) : nyeri kepala dengan intesitas berat setelahanestesi spinal. Meskipun diketahui pungsi dura menyebabkan bocornya LCS
8/12/2019 Anestesi Lokal Dan Regional (Referat Anes)
24/32
23
melalui lubang di dura akibat jarum sehingga terjadi penurunan tekanan, namun
mekanisme terjadinya PDPH masih belum jelas. Hal ini berkurang dengan
penggunaan jarum ukuran kecil dan ujung tumpul. Karakterisktik nyeri daerah
oksipito-frontal yang dieksaserbasi oleh posisi dan membaik dengan berbaring,
muncul 3 hari pertama sampai seminggu setelah pungsi. Dapat berlangsung 24
jam disertai fotofobia, kekakuan leher, tinitus dan mual.
- Nyeri punggung : hal ini terjadi karena ada respons inflmasi setelah trauma karena
pungsi yang dilakukan pada blok neuroaxial.
- Mual dan muntah : faktor yang mempengaruhi adalah ketinggian level blok,
hipotensi menyebabkan mual muntah pada anestesi spinal. Premedikasi dengan
opiod juga dapat menyebabkan mual dan muntah.
- Cedera neurologis : hal ini dapat terjadi karena penusukan yang tidak hati-hati
sehingga menimbulkan cedera begitu juga dengan anestetik lokal yang digunakan
harus selalu diperbaharui label keamanannya.
- Injeksi intravena : hal ini dapat berbahaya karena dapat bermanifestasi pada
sistem saraf pusat (kejang dan penurunan kesadaran) dan juga depresi pada
miokard. Hal ini dapat dicegah dengan aspirasi sebelum injeksi anestetik lokal.
- Meningitis dan abses epidural : hal ini dapat terjadi jika prosedur anestesi
neuroaxial tidak dilakukan dengan standar asepsis. Sedangkan abses epidural
dilaporkan terjadi pada pemasangan kateter epidural yang rata-rata dipasang lebih
dari 5 hari.
8/12/2019 Anestesi Lokal Dan Regional (Referat Anes)
25/32
24
2. BLOK PERIFER
Blok perifer adalah tindakan analgesia yang dilakukan dengan cara menyuntikan obat
anestetika lokal pada lokasi serat saraf yang menginervasi regio tertentu, yang menyebabkan
hambatan konduksi impuls aferen yang bersifat temporer (2,6) .
2.1 Blok Saraf
Tindakan anastesia regional dengan cara menyuntikan obat anestetik lokal di daerah
perjalanan urat saraf yang melayani daerah yang akan di eksplorasi. Pada analgesia jenis ini,
obat disuntikan jauh dari daerah lapangan operasi. Cara ini dilakukan untuk tindakan operasi
di daerah ekstrimitas dan untuk area yang diinervasi oleh saraf tertentu.
- Indikasi :
o Operasi di daerah lengan bawah dan tangan dilakukan blok pada nervus
radialis, medianus dan nervus ulnaris.
8/12/2019 Anestesi Lokal Dan Regional (Referat Anes)
26/32
25
o Operasi di daerah tungkai bawah, dilakukan blok pada nervus iskhiadicusatau femoralis atau bisa juga pada nervus peronius, sedangkan untuk kaki
dilakukan pada nervus tibialis.
- Kontra indikasio Pasien tidak kooperatif
o Pasein menolako Alergi terhadap obat anestetik
- Komplikasio Intoksikasi obat (obat masuk pembuluh darah)
o Neuropatio Hematoma
2.2 Blok Pleksus brakhialis
- Blok pleksus brakhialis interskaleni : melalui celah antara otot skalenus anterior
dan medius ke arah posterior
o Indikasi : Operasi daerah bahu dan lengan atas
8/12/2019 Anestesi Lokal Dan Regional (Referat Anes)
27/32
26
o Kontraindikasi : Pasien tidak kooperatif, menolak dan gangguan
hemostasis, alergi terhadap obat anestetik.
o Komplikasi : Intoksikasi obat, sindrom horners, paralisis nervus frenikus,
hematoma, neuropati.
- Blok pleksus brakhialis supraklavikula : anestetik lokal disuntikan pada titik
berjarak 1 cm di atas titik 1/3 tulang klavikula, ke arah tulang iga pertama.
o Indikasi : operasi daerah ekstrimitas atas kecuali bahu. o Kontra indikasi : pasien tidak kooperatif, pasien menolak, gangguan
hemodinamik, alergi terhadap obat anestetik.
o Komplikasi : intoksikasi obat, hematoma, pneumothorax dan neuropati.
8/12/2019 Anestesi Lokal Dan Regional (Referat Anes)
28/32
27
- Blok pleksus brakhialis aksiler : tindakan ini dilakukan dengan menyuntikan obat
anestetik lokal pada aksila ke arah puncak aksila.
o Indikasi : operasi di daerah siku dan lengan bawah. o Kontra indikasi : pasien tidak kooperatif, pasien menolak, gangguan faal
hemostatis, alergi terhadap obat anestetik.
o Komplikasi : intoksikasi obat, hematoma, dan neuropati
2.3 Blok analgesia regional intravena
Merupakan blok yang dilakukan dengan cara menyuntikan obat anestetik lokal ke
dalam vena yang telah dieksangunasi secara tertutup baik pada ekstrimitas superior maupun
ekstrimitas inferior.
- Indikasi : operasi daerah siku dan lengan atas, operasi di daerah lutut dan tungkai
bawah.
- Kontraindikasi : pasien tidak kooperatif, pasien menolak, gangguan faal
hemodinamik, alergi terhadap obat anestetik.
- Komplikasi : intoksikasi obat, paresis nervus aksilaris, nyeri torniket.
3. ANASTESI LOKAL
3.1 Anastesi topikal
Tindakan anastesi lokal dengan cara menempatkan obat anestetika lokal dengan cara antara
lain oles, semprot atau tetes pada permukaan mukosa atau jaringan atau pada rongga tubuh.
- Indikasi:
o Tindakan endoskopi, rhinoskopi posterior atau laringoskopi indireko Kateterisasi saluran kemih (uretra)
8/12/2019 Anestesi Lokal Dan Regional (Referat Anes)
29/32
28
o Analgesia lokal pada luka memaro Cabut gigi
o Tindakan diagnostik pada mata
- Kontra indikasi :o Pasien tidak kooperatif dan menolako Alergi terhadap obat anestetik.
- Sediaan obat :o Lidokain 2%, bupivakain 0,5% dan lain-lain
o Xylocain spraio Pasta atau jeli lidonest 10%o Tetes mata tetrakain.
- Komplikasi
o Intoksikasi obat analgetik lokal (jarang)o Reaksi alergi obat
3.2 Anastesi Lokal Infiltrasi
Infiltrasi/suntikan obat anestetik lokal pada daerah yang akan di ekplorasi.
- Indikasi :o Luka terbuka (ukuran kecil sampai sedang)
o Eksterpasi tumor yang kecil di permukaan kulit.o Cabut gigi
o Rekonstruksi (bedah plastik) kulit
- Kontraindikasi :o Pasien tidak kooperatif dan menolako Alergi terhadap obat anestetik.
- Komplikasio Instoksikasi obato Reaksi alergi
3.3 Blok Lapangan
Obat anestetik lokal disuntikan mengelilingi area yang akan dieksplorasi.
- Indikasi :o Luka terbuka (ukuran besar)o Eksterpasi tumor di permukaa kulit.
o Cabut gigio Amputasi jari
8/12/2019 Anestesi Lokal Dan Regional (Referat Anes)
30/32
29
o Sirkumsisio Rekonstruksi kulit
o Suplemen analgesia lokal pada laparatomi mini
- Kontra indikasi :o Pasient tidak kooperatif dan menolako Alergi terhadap obat anestetik.
- Komplikasio Intoksikasi obat
o Reaksi alergi
8/12/2019 Anestesi Lokal Dan Regional (Referat Anes)
31/32
30
BAB III
KESIMPULAN
Anestesi regional adalah hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh sementara pada
impuls syaraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari satu bagian tubuh diblokir untuk
sementara (reversibel). Fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya. Tetapi
pasien tetap sadar.
Anestesi regional terbagi atas blok sentral dan blok perifer. Blok sentral atau yang
sering disebut sebagai blok neuroaxial terdiri dari blok spinal, epidural, caudal maupun
kombinasi antara spinal dan epidural. Disebut sentral karena lokasi blokade terletak pada
nerve root pada garis tengah tubuh. Banyak digunakan untuk operasi bagian perut bawah,anorektal, genitalia, ekstrimitas inferior dan obstetrik dengan segala kelebihan dan efek
sampingnya.
Blok perifer terdiri dari blok saraf yang merupakan metode blokade dengan cara
menyuntikan langsung obat anestetik lokal pada saraf perifer yang ingin di blokade misalnya
blokade plexus brachialis pada operasi bagian ekstrimitas superior. Blok regional
menggunakan jalur intravena sedikit berbeda karena pada blokade regional lainnya disuntikan
langsung pada saraf tetapi metode ini menggunakan jalur intravena, metode ini dapat
dipergunakan dengan menggunakan torniket untuk operasi ekstrimitas superior maupun
inferior.
Anestesi lokal terbagi atas analgesia topikal, infiltrasi dan blok lapangan. Analgesia
lokal menggunakan agen anestetika lokal yang di oleskan maupun disemprotkan, metode ini
banyak membantu dalam keperluan klinis maupun diagnostik. Sedangkan infiltrasi
merupakan teknik yang menginfiltrasi daerah yang ingin di anetesi lalu disuntikan anestetik
lokal. Metode blok lapangann dilakukan dengan cara menyuntikan obat anastetik lokal di
sekitar daerah yang ingin di eksplorasi. Metode blok maupun infiltrasi banyak digunakan
terutama untuk bedah minor.
8/12/2019 Anestesi Lokal Dan Regional (Referat Anes)
32/32
Daftar Pustaka
1. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD, edt. Morgan & Mikhails Clinical
Anesthesiology 5th edition . 2013. NewYork : McGrawHill.p. 937-93.
2. Mangku G, et al, edt. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi . 2010. Jakarta :Indeks.p.114-33.
3. Gwinnut CL, Wisurya K, Hippy N, edt. Catatan Kuliah Anestesi Klinis 3rd
edition . 2009. Jakarta : ECG.p.69-76.
4. Soenarto RF, Chandra S, edt. Buku Ajar Anestesiologi 1st edition . 2012. Jakarta :
Departemen Anestesiologi dan Intensive Care FKUI/RSCM.p.451-78.
5. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR, Petunjuk Praktis Anestesiologi: Edisi
Kedua. 2009. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI6. Robyn Gmyrek, MD, Maurice Dahdah, MD, Regional Anaesthesia, Updated: Aug
7, 2009. Accessed on 6 th December 2010 at www.emedicine.com
http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/