Upload
others
View
49
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR DARI KULIT PISANG
KEPOK (Musa paradisiaca L.) TERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN CABAI MERAH ( Capsicum annuum L.)
(Skripsi)
Oleh
RISTA WAHYU MUDYA
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR DARI KULIT PISANG
KEPOK (Musa paradisiaca L.) TERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)
Oleh
Rista Wahyu Mudya
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pemberian pupuk
organik cair dari kulit pisang kepok (Musa paradisiaca L.) serta dosis yang
dibutuhkan terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.)
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri
dari 6 perlakuan dengan 4 ulangan yaitu P0(kontrol), P1(10ml), P2(20ml),
P3(30ml), P4(40ml), P5(50ml). Variabel yang diamati yaitu (1) tinggi tanaman, (2)
jumlah daun, (3) berat kering, (4) berat basah, dan (5) panjang akar. Data hasil
pengamatan ini di homogenkan dengan uji Levene, kemudian dianalisis ragam
(ANARA) pada taraf 5%, jika hasil signifikan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata
Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Hasil dari penelitian ini yaitu kulit pisang kepok
memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman pada Minggu ke-1 dan ke-2, tetapi
tidak memberikan pengaruh pada tinggi tanaman minggu ke-3 dan ke-4, jumlah
daun, panjang akar, berat basah dan berat kering. Perlakuan P3(30ml) merupakan
dosis yang paling efektif terhadap tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.).
Kata kunci : kulit pisang, pupuk organik cair, tanaman cabai
ii
APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR DARI KULIT PISANG
KEPOK (Musa paradisiaca L.) TERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)
Oleh
Rista Wahyu Mudya
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
Judul Penelitian : APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR DARI
KULIT PISANG KEPOK (Musa paradisiaca L.)
TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN
CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)
Nama Mahasiswa : Rista Wahyu Mudya
Nomor Pokok Mahasiswa : 1517021045
Jurusan : Biologi
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Dra. Yulianty, M.Si Dr. Bambang Irawan, M.Sc NIP. 19650713 199103 2 002 NIP. 19650303 199203 1 006
2. Ketua Jurusan Biologi
Drs. M. Kanedi, M.Si
NIP. 19610112 199103 1 002
MENGESAHKAN
1. Tim penguji
Ketua : Dra. Yulianty, M.Si. _____________
Sekertaris : Dr. Bambang Irawan, M.Sc. _____________
Penguji
Bukan Pembimbing : Dra. Martha Lulus Lande, M.P. _____________
2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Drs. Suratman, M.Sc.
NIP. 19640604 199003 1 002
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 10 April 2019
SURAT PERNYATAAN
KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rista Wahyu Mudya
NPM : 1517021045
Jurusan : Biologi
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Perguruan Tinggi : Universitas Lampung
Menyatakan dengan sesungguhnya dan sejujurnya, bahwa skripsi saya berjudul:
APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR DARI KULIT PISANG KEPOK (Musa
paradisiaca L.) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI MERAH
(Capsicum annuum L.)
baik gagasan, data, maupun pembahasannya adalah benar karya saya sendiri yang
saya susun dengan mengikuti norma dan etika akademik yang berlakudan saya
memastikan bahwa tingkat similaritas skripsi ini tidak lebih dari 20%.
Jika di kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar sarjana maupun tuntutan hukum.
Bandar Lampung, 10 April 2019
Yang menyatakan,
Rista Wahyu Mudya
NPM:1517021045
Materai 6000
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Metro, Kecamatan Metro Pusat,
Provinsi Lampung pada Tanggal 07 Maret 1997, sebagai anak
pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak H.
Ariyanto, ST dan Ibu Hj. Saptowati.
Penulis mulai menempuh pendidikan pertama pada tahun 2001 di Taman Kanak-
Kanak (TK) Aisiyah Bantul, Sumbersari Bantul, Metro Selatan, Kota Metro.
Kemudian pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 8
Metro Selatan, dan melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP
Negeri 3 Metro, serta melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA
Negeri 5 Metro.
Pada tahun 2015, penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung melalui jalur
SNMPTN. Selama menjadi mahasiswa di Jurusan Biologi, penulis pernah menjadi
asiaten pada matakuliah Struktur Perkembangan Tumbuhan (SPT) dan asisten mata
kuliah Genetika.
Penulis juga aktif di Organisasi Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) FMIPA
Unila sebagai anggota Kepemimpinan dan Kaderisasi periode 2016-2017.
Pada tahun 2018, penulis melaksanakan Kerja Praktik (KP) di Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) selama 30 hari dengan judul “Perbandingan
Pertumbuhan Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.) Menggunakan Pupuk
Organik Cair (POC) dan Pupuk Anorganik (NPK Mutiara) di Taman Sains
Pertanian (TSP) Natar”. Penulis juga telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di desa Pelindung Jaya, Kecamatan Gunung Pelindung, Lampung Timur pada
bulan Juli-Agustus 2018. Terakhir penulis melaksanakan kegiatan penelitian di
Laboratorium Botani-1 Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Lampung dan Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung pada bulan November-Desember 2018.
Dengan segala rasa syukur dengan penuh perjuangan dalam proses menempuh
pendidikan di Jurusan Biologi, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Pendidikan
Strata 1 (S1) selama 3 Tahun 7 Bulan di Universitas Lampung.
viii
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap rasa syukur kehadirat Allah SWT dengan ramat dan hidayah-Nya, atas karunia dan kemudahan yang
Engkau berikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Kupersembahkan karya kecilku ini untuk :
Ayah dan Ibu Tercinta ARIYANTO DAN SAPTOWATI
Kedua adik kandungku
YOGA PRASETIYO DAN IHSAN GHANI ALIFI
Keluarga besar GIYONAWI FAMILY
Dosen Pembimbing serta guru yang selalu mengajariku banyak
hal dalam penyelesaiian masa studi.
Sahabat dan teman-teman seperjuanganku Biologi 2015
Almamaterku Tercinta
UNIVERSITAS LAMPUNG
MOTTO
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan” -QS Al Insyirah 5-
Hidup bukanlah tentang „Aku Bisa Saja‟, namun tentang „Aku Mencoba‟ Jangan Fikirkan Tentang Kegagalan, itu adalah
pelajaran. -Soekarno-
“Apa yang kamu lihat, dengar, rasakan, jadikan pembelajaran dalam hidup”
“Berjalan diatas kesombongan tidak akan pernah mendapat keberhasilan”
-Penulis-
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas rahmat dan hidayah-Nya.
Sholawat serta salam kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “APLIKASI PUPUK
ORGANIK CAIR DARI KULIT PISANG KEPOK (Musa paradisiaca L.)
TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI MERAH
(Capsicum annuum L.)” yang dilaksanakan pada bulan November-Desember 2018.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menyadari bahwa banyak sekali bimbingan
dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan trimakasih kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta, Ayah (H. Ariyanto, ST), Ibu (Hj. Saptowati), Adikku
yang pertama (Yoga Prasetiyo), dan Adikku yang ke-2 (Ihsan Ghani Alifi) serta
keluarga besar Gionawi Family tercinta yang telah berpengaruh banyak dalam
memberikan dukungan dari segala bentuk arahan, semangat, pengorbanan, doa dan
motivasi kepada penulis.
2. Ibu Dra. Yulianty, M.Si., selaku pembimbing pertama yang telah sabar
membimbing, memberi saran dalam penelitian hingga terselesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Bambang Irawan M.Sc., selaku pembimbing kedua yang telah sabar
membimbing, memberi saran dalam penelitian hingga terselesaikan skripsi ini.
4. Ibu Dra. Martha Lulus Lande, M.P., selaku pembahas yang dengan teliti dan sabar
dalam memberi masukan kepada penulis hingga terselesaikan skripsi ini.
5. Ibu Prof. Dr. Ida Farida Rivai, selaku Pembimbing Akademik yang telah
membimbing dan memberikan masukan selama perkuliahan.
6. Bapak Drs. M. Kanedi, M.Si., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Lampung.
7. Drs. Suratman, M.Sc., selaku dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Lampung
8. Ibu Dra. Eti Ernawati, M.P., selaku Kepala Laboratorium Botani, Jurusan Biologi
FMIPA Universitas Lampung beserta seluruh staf teknisi atas bantuannya selama
penulis melaksanakan penelitian.
9. Ibu Rara Diantari, M.Sc., selaku Kepala Laboratorium Terpadu Fakultas Pertanian
Universitas Lampung dan staf teknisi yang telah membantu selama penulis
melaksanakan penelitian.
10. Bapak Ibu dosen yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, trimakasih atas
ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama melaksanakan studi di Jurusan
Biologi FMIPA Universitas Lampung.
11. Sahabat-sahabat Teh Olong (Grafina, Sabiq, Galuh, Dea) dan K.A.L.O.N.G
(Danang, Rengga, Sazilly, Ali, Windra, Andre, Wildan, Bima, Ihsan, Adryan)
xii
yang selalu memberi semangat, dukungan, dan motivasi penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
12. Teman teman seperjuangan skripsi ( Sasa, Maya, Noviani, Dea P, Ocha, Yohana,
Dyah, Noviana, Risma, Rista C, Danisa, Merlita, Eriola) Trimakasih segala
bantuan dan semangat yang diberikan kepada penulis.
13. Teman-teman Biologi angkatan 2015 yang telah member dukungan, semangat
dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
14. Serta seluruh pihak yang telah membantu, mempermudah serta mendoakan
penulis dalam melaksanakan penelitian ini baik dalam kampus maupun diluar
kampus Universitas Lampung yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
15. Almamater Tercinta, Universitas Lampung.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan ini
dan jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga tulisan yang
sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT
senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.
Bandar Lampung, April 2019
Penulis,
Rista Wahyu Mudya
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL DALAM. ................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... v
SURAT PERNYATAAN ............................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP. ..................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. ix
MOTTO ........................................................................................................ x
SANWACANA ............................................................................................. xi
DAFTAR ISI ................................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xviii
I. PENDAHULUAN. .................................................................................. 1
A. Latar Belakang.. ................................................................................ 1
B. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
C. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
D. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 5
E. Hipotesis ........................................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA. ........................................................................ 8
A. Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.) ............................................. 8
1. Morfologi Tanaman Cabai ............................................................. 10
2. Fase Pertumbuhan Tanaman Cabai ................................................ 12
B. Pisang ................................................................................................. 13
1. Deskripsi Pisang Kepok ................................................................. 13
2. Tanaman Pisang Kepok. ................................................................. 15
3. Kulit Pisang. ................................................................................... 17
C. Pupuk .................................................................................................. 18
III. METODE PENELITIAN ..................................................................... 21
A.Waktu dan Tempat .............................................................................. 21
B. Alat dan Bahan.. ................................................................................. 21
1. Alat-Alat Penelitian. ..................................................................... 21
2. Bahan-Bahan Penelitian. ............................................................... 22
C. Rancangan Penelitian ......................................................................... 22
D. Cara Kerja .......................................................................................... 23
1. Pembuatan Pupuk Organik Kulit Pisang. ...................................... 23
2. Pembuatan Media Tanam ............................................................. 24
3. Pengecambahan Tanaman Cabai. ................................................. 24
4. Penanaman .................................................................................... 25
5. Pemberian perlakuan ..................................................................... 25
6. Perawatan Tanaman. ..................................................................... 25
E. Parameter Pengamatan. ...................................................................... 26
F. Analisis Data.. ..................................................................................... 26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. ............................................................. 27
A. Tinggi Tanaman . ............................................................................... 27
B. Jumlah Daun. ...................................................................................... 30
C. Panjang Akar. ..................................................................................... 32
D. Berat Basah. ....................................................................................... 33
E. Berat Kering. ...................................................................................... 35
V. KESIMPULAN DAN SARAN. ..............................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 38
LAMPIRAN .............................................................................................. ... 44
xv
37
A. Kesimpulan ........................................................................................... 37 B. Saran ..................................................................................................... 37
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Komposisi kandungan kulit buah pisang kapok .............................. 18
Tabel 2. Rerata Tinggi Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.)
Setelah diberi Pupuk Organik Cair .................................................. 28
Tabel 3. Rerata Jumlah Daun Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.)
Setelah diberikan Pupuk Organik Cair ............................................ 31
Tabel 4. Rerata Panjang Akar Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.)
Setelah diberi Perlakuan Pupuk Organik Cair ................................. 32
Tabel 5. Rerata Berat Basah Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.)
Setelah Diberi Perlakuan Pupuk Organik Cair ................................ 34
Tabel 6. Rerata Berat Kering Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.)
Setelah Diberi Perlakuan Pupuk Organik Cair ................................ 35
Tabel 7. Perhitungan Tinggi Tanaman Pada Minggu Pertama ...................... 45
Tabel 8. Perhitungan Tinggi Tanaman Pada Minggu Kedua ......................... 46
Tabel 9. Perhitungan Tinggi Tanaman Pada Minggu Ketiga ......................... 47
Tabel 10. Perhitungan Tinggi Tanaman Pada Minggu Keempat ................... 48
Tabel 11. Perhitungan Jumlah Daun Pada Minggu Pertama ......................... 49
Tabel 12. Perhitungan Jumlah Daun Pada Minggu Kedua ............................ 50
Tabel 13. Perhitungan Jumlah Daun Pada Minggu Ketiga ............................ 51
Tabel 14. Perhitungan Jumlah Daun Pada Minggu Keempat ........................ 52
Tabel 15. Perhitungan Panjang Akar ............................................................. 53
Tabel 16. Perhitungan Berat Basah................................................................ 54
Tabel 17. Perhitungan Berat Kering............................................................. 55
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Tanaman Cabai Merah ................................................................. 9
Gambar 2. Pisang (Musa paradisiaca L.) ...................................................... 15
Gambar 3. Tata Letak Perlakuan .................................................................... 23
Gambar 4. Kulit Pisang Kepok. ..................................................................... 56
Gambar 5. Air Kelapa .................................................................................... 56
Gambar 6. Gula Merah ................................................................................... 56
Gambar 7. Penumbukan Kulit Pisang ............................................................ 57
Gambar 8. Kulit Pisang Kepok Setelah di Tumbuk dan dicampur dengan
Gula Merah dan Air Kelapa ........................................................ 57
Gambar 9. Proses Fermentasi Pupuk Selama 15 Hari.................................... 57
Gambar 10. Proses Penyaringan Pupuk ......................................................... 57
Gambar 11. Proses Pemerasan Pupuk ............................................................ 58
Gambar 12. Proses Pemindahan Pupuk ke dalam Botol ................................ 58
Gambar 13. Pengukuran Volume Pupuk ........................................................ 58
Gambar 14. Benih Cabai Varietas F1 ............................................................. 58
Gambar 15. Tanah Liat dan Pupuk Kandang ................................................. 59
Gambar 16. Proses Pengukusan Tanah Selama 3-4 jam ................................ 59
Gambar 17. Tanah Setelah Dikukus............................................................... 59
Gambar 18. Proses Penyemaian Benih Cabai ................................................ 59
Gambar 19. Persiapan Penanaman ................................................................. 60
Gambar 20. Pemindahan Cabai ke Polibag Umur 21 Hari ............................ 60
Gambar 21. Cabai Berumur 1 Setelah Tanam ............................................... 60
Gambar 22. Proses Pemupukan...................................................................... 60
Gambar 23. Cabai Berumur 2 Minggu Setelah Tanam .................................. 61
Gambar 24. Tanaman Cabai Berumur 3 Minggu Setelah Tanam .................. 61
Gambar 25. Tanaman Cabai Berumur 4 Minggu ........................................... 61
Gambar 26. Proses Pencabutan Tanaman Cabai ............................................ 62
Gambar 27. Pengukuran Panjang Akar. ......................................................... 62
Gambar 28. Penimbangan Berat Basah .......................................................... 63
Gambar 29. Proses Pengeringan dengan Angin Selama 1 Malam ................. 63
Gambar 30. Pengukuran Berat Kering ........................................................... 64
xix
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman cabai adalah tanaman buah semusim yang memiliki batang berkayu dan
termasuk dalam marga Capsicum. Cabai mempunyai rasa dan aroma yang khas
sebagai penyedap rasa masakan sehingga banyak digemari masyarakat. Cabai yang
paling sering dibudidayakan petani yaitu tanaman cabai merah (Capsicum annuum
L.), selain banyak mengandung vitamin A , vitamin C, dan memiliki rasa buahnya
yang pedas disebabkan oleh kandungan kapsaisin. (Santika, 2008)
Cabai merupakan buah yang dapat dijadikan bumbu masakan yang banyak
dibutuhkan masyarakat diseluruh dunia. Semakin hari bertambahnya penduduk
dapat memicu para petani cabai untuk memproduksi lebih banyak lagi supaya
kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Persaingan petani Indonesia dalam
menghasilkan cabai berkualitas semakin marak, mulai dari kecepatan memanen
dengan kualitas buah yang baik, segar dan warna merah yang mencolok sehingga
dapat menarik minat konsumen dan harga jual yang cukup tinggi sehingga dapat
menarik minat petani untuk lebih banyak membudidayakannya
2
Adanya penurunan produksi cabai merah disebabkan karena serangan hama dan
penyakit layu yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f.sp. capsici.
Menurut Rostini (2011) penyakit ini dapat menyebabkan kerugian dan gagal panen
hingga 50%. Selama ini upaya dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman
cabai dengan menggunakan pestisida, hal tersebut berdampak negatif yaitu dapat
meracuni manusia, merusak lingkungan serta menyebabkan berkurangnya unsur
hara yang ada di dalam tanah. Hilangnya unsur hara didalam tanah juga
menyebabkan penurunan produksi tanaman cabai. Menurut Handayani (2015)
kebutuhan unsur hara di dalam tanah dapat dilakukan dengan cara pemberian
pupuk organik. Pemakaian pupuk anorganik selain memiliki dampak positif juga
memiliki dampak negatif. Dampak negatif yang sering dijumpai adalah keracunan
dan rusaknya ekologi setempat, harga beli pupuk anorganik dari tahun ke tahun
semakin mahal, dan dosis yang digunakan juga harus ditingkatkan. Oleh sebab itu
perlu dilakukan peningkatan produksi cabai yang aman dan ramah lingkungan
sebagai upaya untuk memenenuhi kebutuhan dengan kualitas terbaik. Salah satu
cara yang aman untuk meningkatkan produktivitas cabai adalah dengan
menggunakan Pupuk Organik Cair (POC).
Pupuk organik cair adalah pupuk yang bahan dasarnya berasal dari hewan atau
tumbuhan yang sudah mengalami fermentasi berupa cairan dan kandungan bahan
kimia didalamnya maksimum 5% (Kurniawan dkk, 2017), pada dasarnya pupuk
organik cair lebih baik dibandingkan dengan pupuk organik padat. Hal ini
disebabkan penggunaan pupuk organik cair memiliki beberapa kelebihan yaitu
3
pengaplikasiannya lebih mudah, unsur hara yang terdapat di dalam pupuk cair
mudah diserap tanaman, mengandung mikroorganisme yang banyak, mengatasi
defisiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara, mampu menyediakan hara
secara cepat, proses pembuatannya memerlukan waktu yang lebih cepat, serta
penerapannya mudah yakni tinggal disemprotkan ke tanaman (Siboro, dkk., 2013).
Penggunaan POC aman, karena berbahan dasar organik atau larutan mikro
organisme lokal (MOL) yang ramah lingkungan. Selain itu bahan dasar MOL
didapat dari limbah yang ada di sekitar lingkungan dan mudah membuatnya. POC
dapat meningkatkan aktivitas kimia, biologi, dan fisik tanah sehingga tanah
menjadi subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman (Juarsah, 2014).
Salah satu limbah yang dapat digunakan sebagai pupuk organik cair adalah limbah
kulit pisang. Limbah ini banyak ditemukan pada pabrik pengolahan kripik dan
selai pisang serta pedagang pisang goreng. Selama ini limbah kulit pisang hanya
digunakan untuk pakan ternak bahkan ada yang tidak memanfaatkannya sama
sekali, melainkan hanya dibuang di kotak sampah dan menyebabkan bau tidak
sedap. Menurut Hakim (2009) kulit pisang mengandung unsur hara yang banyak
dibutuhkan tanaman, salah satunya yaitu unsur nitrogen. Nitrogen merupakan
salah satu unsur kimia yang menyusun asam amino yang akan diubah menjadi
protein. Nitrogen total yang ada di dalam air dapat terikat sebagai nitrogen organik
yang berbahan protein. Senyawa-senyawa nitrogen didapatkan dalam bentuk
terlarut yang ada di dalam air. Jenis-jenis nitrogen di air meliputi nitrogen organik,
nitrit, amonia, dan nitrat. Perananan penting nitrogen bagi tanaman adalah untuk
4
merangsang pertumbuhan yaitu batang, cabang, daun sehingga dapat mempercepat
tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah cabang. Selain itu nitrogen juga berperan
penting dalam pembentukan klorofil yang sangat berguna dalam proses
fotosintesis. Fungsi lainnya adalah membentuk protein, lemak, dan berbagai
senyawa organik lainnya. Oleh karena itu nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang
relatif besar pada setiap tahap pertumbuhan tanaman, khususnya pada tahap
pertumbuhan vegetatif (Novizan, 2005)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2013) pupuk organik
padat dari kulit pisang kepok terdapat kandungan seperti : C-organik 6,19%; N-
total 1,34%; P2O50,05%; K2O 1,478%; C/N 4,62% dan pH 4,8 sedangkan pupuk
cair kulit pisang kepok yaitu, C-organik 0,55%; N-total 0,18%; P2O50,043%;
K2O1,137%; C/N 3,06% dan pH 4,5.
Hasil penelitian dari Tuapattinaya (2014), tentang pemberian pupuk kulit pisang
raja terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai rawit menunjukkan bahwa
pada perlakuan P3 (500 ml pupuk kulit pisang raja) memberikan hasil yang terbaik
pada masa vegetatif yaitu pada pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun dan
jumlah cabang cabai rawit. Selain itu P3 juga merupakan perlakuan yang terbaik
pada jumlah buah dan berat buah pertanaman pada masa generatif . Berdasarkan
uraian di atas, akan dilakukan penelitian terkait pemanfaatan limbah kulit pisang
kepok yang mengandung banyak unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman cabai
merah (Capsicum annuum L.) dengan berbagai dosis konsentrasi.
5
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pemberian pupuk
organik cair dari kulit pisang kepok serta dosis yang dibutuhkan terhadap
pertumbuhan tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.)
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada petani, bahwa kulit
pisang dapat menjadi alternatif pengganti pupuk anorganik yang lebih ramah
lingkungan, serta meningkatkan kualitas tanaman cabai dengan pemanfaatan
limbah kulit pisang kepok.
D. Kerangka Pemikiran
Cabai merupakan salah satu buah yang memiliki rasa pedas dan dapat dijadikan
bahan makanan yang banyak diminati. Sektor pertanian memproduksi lebih
banyak tanaman cabai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebagian besar
petani menanam dan memproduksinya dengan cara yang mudah dan praktis serta
menghasilkan buah yang maksimal, namun cara pengolahan yang dilakukan petani
menimbulkan dampak yang dapat merugikan seperti rusaknya lahan pertanian, hal
itu dikarenakan dalam proses pemupukan para petani menggunakan pupuk
anorganik selain praktis juga memudahkan dalam pengaplikasiannya. Rusaknya
lahan dapat menurunkan hasil produksi tanaman cabai. Sehingga banyak kerugian
yang dialami petani cabai saat ini.
6
Kerusakan lahan dapat diperbaiki dengan menggunakan pupuk organik. Pupuk
organik dibedakan menjadi dua yaitu pupuk organik padat dan pupuk organik cair,
pada dasarnya pupuk organik cair lebih baik dibandingkan dengan pupuk organik
padat karena mudah diserap oleh tanaman. Pupuk organik cair adalah pupuk yang
difermentasikan dari sisa bahan-bahan organik. Proses pembuatan pupuk organik
sangat mudah karena berbahan dasar limbah yang mudah ditemukan. Ada
beberapa macam bahan yang dapat digunakan sebagai bahan dari pupuk organik
mulai dari sisa-sisa buah-buahan dan sayur-sayuran. Salah satu diantara bahan
tersebut telah diketahui bahwa kulit pisang dapat digunakan sebagai pupuk
organik. Kulit pisang mudah ditemukan karena banyak pengolahan dari daging
buah pisang itu sendiri, jika tidak dimanfaatkan dengan baik maka kulit pisang
hanya terbuang sia-sia dan bahkan dapat mencemari lingkungan.
Hasil penelitian sebelumnya pada pemberian pupuk organik dari kulit pisang
kepok oleh (Nasution, 2014) menunjukkan bahwa dosis pupuk organik padat
berpengaruh nyata menurunkan tinggi tanaman 15 hari setelah pindah tanam dan
total luas daun 30 hari setelah pindah tanam. Pada dosis pupuk organik cair
berpengaruh nyata menurunkan tinggi tanaman 11, 19, 23, dan 27 hari setelah
pindah tanam, bobot kering tanaman 30 hari setelah pindah tanam, produksi
tanaman sampel dan produksi tanaman per plot 40 hari setelah pindah tanam.
Interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 7 hari
setelah pindah tanam yang menunjukkan hasil terbaik pada kombinasi perlakuan
pupuk organik padat 30 g/tanaman dengan tanpa pemberian pupuk organik cair.
7
Oleh karena itu, dilakukan penelitian kulit pisang yang dijadikan sebagai bahan
pupuk alami terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah.
H. Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini
“Pemberian pupuk organik cair kulit pisang kepok (Musa paradisiaca L.)
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.)”
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.)
Tanaman cabai (Capsicum annuum L.) termasuk tanaman hortikultura tahunan
berbentuk perdu yang tergolong ke dalam suku Solonaceae, cabai merah
mempunyai kandungan berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan
manusia seperti kandungan gizi dan vitamin, diantaranya kalori, protein, lemak,
karbohidrat, kalsium, vitamin A, B1 dan vitamin C. Cabai juga mengandung
minyak atsiri yang dapat memberikan kehangatan, menyebabkan rasa pedas bila
digunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur) dan dapat merangsang selera
makan (Prayudi, 2010)
Di Indonesia banyak cabai yang dibudidayakan baik di dataran rendah maupun
dataran tinggi Cabai merah dapat tumbuh dengan baik pada lahan persawahan
dan perkebunan yang mempunyai ketinggian mencapai 900 m dari permukaan
laut, cabai merah memiliki kandungan tanah berbahan organik dengan pH 6-7
(Sudiono, 2006). Cabai merah merupakan jenis tanaman yang dapat ditanam
dengan kisaran suhu antara 21oC – 27
oC (Setiadi, 1996).
9
Klasifikasi tanaman cabai merah menurut sistem Cronquist (1981) adalah sebagai
berikut :
Kerajaan: Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Solanales
Suku : Solanaceae
Marga : Capsicum
Jenis : Capsicum annuum L.
Gambar 1. Tanaman Cabai Merah (Dalimartha, 2003)
Buah
Daun
Batang
10
1. Morfologi Tanaman Cabai
Tanaman cabai mempunyai tinggi 1,5 – 2 m dan lebar tajuk tanaman dapat
mencapai 1,2 m. Daun cabai pada saat masih muda berwarna hijau cerah
sedangkan pada saat sudah tua berwarna hijau tua. Daun cabai ditopang oleh
tangkai daun dengan pertulangan yang menyirip. Bentuk daun pada umumnya
bulat telur, lonjong atau oval dengan ujung meruncing (Prabowo, 2011).
Sistem perakaran tanaman cabai menyebar dengan panjangnya berkisar 25-35 cm.
Akar ini berfungsi untuk menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta
menopang berdirinya tanaman (Harpenas, 2010). Sedangkan menurut Tjahjadi
(1991) akar tanaman cabai berwarna coklat, berbentuk tegak lurus ke dalam tanah,
berfungsi menguatkan tanaman dengan kedalaman ± 200 cm dan akar tunggang
memiliki akar- akar cabang yang tumbuh secara horizontal di dalam tanah,
kemudian dari akar cabang tumbuh akar serabut kecil-kecil dengan formasi yang
rapat.
Menurut Hewindati (2006), batang utama cabai tegak lurus dan berpangkal kayu
dengan panjang 20-28 cm serta berdiameter 1,5-2,5cm. Percabangan batang
memiliki panjang 5-7 cm dan berwarna hijau, percabangan batang mempunyai
diameter 0,5-1 cm yang bersifat dikotom atau menggarpu, cabang tumbuh secara
beraturan yang berkesinambungan. Menurut Tjahjadi (1991) batang cabai tumbuh
tegak berbentuk bulat. Tanaman cabai dapat tumbuh setinggi 50-150 cm, yang
11
merupakan tanaman perdu dengan warna batang hijau tua yang memiliki ruas-ruas
dibatasi dengan buku-buku, panjang tiap ruas 5-10 cm dengan diameter 5-2 cm.
Daun cabai mempunyai bentuk oval dengan ujung meruncing (oblongus acutus),
tulang daun berbentuk menyirip dan berurat. Bagian permukaan daun bagian atas
berwarna hijau tua, sedangkan bagian permukaan bawah berwarna hijau muda atau
hijau terang. Panjang daun berkisar 9-15 cm dengan lebar 3,5-5 cm. Selain itu
daun cabai merupakan daun tunggal, bertangkai (panjangnya 0,5-2,5 cm), letak
tersebar. Helaian daun bentuknya bulat telur sampai elips, ujung runcing, pangkal
meruncing, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 1,5-12 cm, lebar 1-5 cm,
berwarna hijau (Hewindati, 2006).
Tanaman cabai memiliki bunga berbentuk terompet kecil, bunga cabai berwarna
putih, tetapi ada juga yang berwarna ungu. Tanaman cabai berbunga sempurna
karena terdiri atas tangkai bunga, dasar bunga, kelopak bunga, mahkota bunga,
alat kelamin jantan dan alat kelamin betina. Bunga cabai disebut juga berkelamin
dua atau hermaprodit karena alat kelamin jantan dan betina terdapat dalam satu
bunga (Hewindati, 2006). Sedangkan menurut Tjahjadi (1991), posisi bunga cabai
menggantung. Warna mahkota putih, memiliki petal sebanyak 5-6 helai yang
panjangnya 1-1,5 cm, lebar 0,5 cm, warna kepala putik kuning.
Bentuk buah cabai bulat sampai bulat panjang, buah mempunyai 2-3 ruang
yang berbiji banyak. Buah yang telah tua atau matang umumnya berwarna
12
kuning sampai merah dengan aroma yang berbeda sesuai dengan varietasnya.
Biji cabai berukuran kecil, berbentuk bulat pipih seperti ginjal dan berwarna
kuning kecoklatan (Sunaryono,2003).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Yeremia (2016) pada
pengaruh konsentrasi MOL dari rebung bambu terhadap pertumbuhan tanaman
sawi caisim (Brassica juncea L.) menggunakan variabel terkontrol yang
meliputi volume cairan yang diberikan pada masing-masing tanaman dengan
volume 200 ml untuk setiap tanaman.
2. Fase Pertumbuhan Tanaman Cabai
Secara fisiologis pertumbuhan tanaman cabai merah menurut Nawangsih dkk.
(1999) dibagi menjadi empat fase. Fase tersebut adalah sebagai berikut :
1. Fase Embrionis (Lembaga)
Fase embrionis terjadi sejak penyerbukan bakal buah oleh benang sari sehingga
menghasilkan zigot yang seterusnya berkembang menjadi embrio di dalam biji.
2. Fase Juvenil
Fase juvenil diawali sejak pertama kali terbentuknya organ-organ tanaman
seperti daun, batang, dan akar. Fase juvenil diakhiri pada saat tanaman
berbunga untuk pertama kali. Pada fase pertumbuhan juvenil aktif dengan
13
ditandai tumbuhnya tunas-tunas baru. Tanaman cabai pada fase ini akan
tumbuh dan berkembang lebih cepat dan sangat subur.
3. Fase Generatif
Fase generatif dimulai saat tanaman mulai menumbuhkan bunga dan berakhir
ketika tanaman sudah tidak mampu lagi membentuk buah secara normal.
4. Fase Penuaan
Fase penuaan sulit dipastikan secara tepat karena sampai batas waktu tertentu
setelah masa panen tanaman masih mampu menghasilkan bunga yang dapat
berkembang menjadi buah. Namun demikian, fase penuaan dapat ditandai saat
tanaman cabai menghasilkan buah yang ukurannya di bawah normal. Fase
penuaan berakhir pada saat tanaman mulai kering dan kemudian mati.
B. PISANG
1. Deskripsi Pisang Kepok
Pisang kepok merupakan salah satu buah klimakterik yaitu buah yang proses
pematangannya diikuti oleh laju respirasi yang tinggi. Buah yang sudah cukup
tingkat ketuaannya ketika dipetik akan matang dalam 4-5 hari, hal ini
menunjukkan tingkat kematangan yang cepat. Berbagai perubahan fisik dan
kimia mengikuti proses pemasakannya diantaranya pelunakan buah,
peningkatan kandungan gula, perubahan warna kulit buah, dan peningkatan laju
respirasi, peningkatan sintesis protein, enzim dan laju produksi etilen. Gas
etilen adalah salah satu faktor yang menyebabkan pematangan. Etilen
14
dihasilkan dari pernafasan buah, daun dan jaringan lain di dalam tanaman
(Kusumo, 1984).
Pisang ditanam pada dataran rendah bersuhu 21-320C dan beriklim lembab.
Penyebaran tanaman pisang banyak di lahan datar dengan kemiringan 80.
Lahan itu terletak di daerah tropis antara 160LU-120LS. Jika suhu udara kurang
dari 130C atau lebih dari 380C maka pisang akan berhenti tumbuh dan akhirnya
mati ( Satuhu dan Supriyadi, 2008). Klasifikasi tanaman pisang kepok menurut
Cronquist (1981) sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Zingiberales
Suku : Musaceae
Marga : Musa
Jenis : Musa paradisiaca L.
Menurut Satuhu dan Supriyadi (2008), pisang kepok di Filipina dikenal
dengan nama pisang saba, bentuk buahnya agak pipih sehingga kadang
disebut pisang gepeng. Tanaman pisang kepok memiliki berat pertanaman
dapat mencapai 14-22 kg dengan jumlah sisir 10-16. Setiap sisir terdiri dari 12-
20 buah. Bila matang warna kulit buahnya kuning penuh. Buah pisang yang
15
besar dapat bermanfaat untuk berbagai jenis makanan, akan menghasilkan
limbah berupa kulit pisang. Bobot kulit pisang mencapai 40% dari buahnya
(Tchobanoglous, et al.2003).
2. Tanaman Pisang Kepok
Gambar 2. Pisang (Musa paradisiaca L.) (Sotyati, 2016)
Tanaman pisang memiliki akar serabut yang berpangkal pada umbi batang yang
sebagian terletak di bawah tanah. Akar akan tumbuh menjalar ke bawah sampai
kedalaman 75-150 cm. Struktur anatomi akar tersusun atas jaringan epidermis,
sistem jaringan dasar berupa korteks, endodermis, dan empelur, serta berkas
pembuluh yang terdiri dari xylem dan floem yang tersusun berselang-seling.
(Tjahjadi, 1991).
Daun
Pelepah
Batang
Semu
Buah
Pisang
16
Nakasone (1998), mengatakan bahwa pisang merupakan tanaman berbatang
semu yang terbentuk dari pelepah daun yang membesar di pangkalnya dan
mengumpul membentuk struktur berselang-seling. Batang asli tanaman pisang
tersebut berupa umbi batang yang berada di dalam tanah yang bersifat keras dan
memiliki titik tumbuh (mata tunas) yang menghasilkan daun dan bunga pisang.
Daun pisang memiliki letak tersebar, helaian daun berbentuk lanset memanjang
yang panjangnya antara 30-40 cm. Daun pisang yang paling muda tumbuh di
bagian tengah tanaman, keluarnya menggulung dan terus tumbuh memanjang.
Kemudian secara progesif membuka. Helaian daun bentuknya lanset
memanjang, mudah koyak, panjang1,5-3m, lebar 30-70 cm, permukaan bawah
daun berlilin, tulang tengah penopang jelas disertai tulang daun yang nyata,
tersusun sejajar dan menyirip (Suyanti dan Satuhu, 1992).
Menurut Satuhu dan Supriyadi (2008), bunga pada tanaman pisang termasuk
bunga berkelamin satu atau bertandan satu dalam tandan. Daun penumpu bunga
berjejal dengan rapat tersusun spiral. Bunga tersusun dalam dua baris
melintang. Bunga pada tanaman pisang memiliki bentuk lonjong pada bagian
ujungnya meruncing, sedangkan buah tanaman pisang memiliki ukuran, warna
kulit, rasa dan aroma yang beraneka ragam tergantung pada variatesnya. Bentuk
buah pisang berbentuk bulat panjang, bulat pendek, dan bulat agak persegi
17
3. Kulit Pisang
Kulit buah pisang merupakan bagian dari tanaman pisang yang selama ini
keberadaannya terabaikan. Kulit buah pisang merupakan bahan limbah yang
cukup banyak jumlahnya yaitu kira-kira1/3 dari buah pisang yang belum
dikupas, dapat dimanfaatkan untuk bahan pakan ternak. Kulit buah pisang kaya
akan potasium sehingga dapat membantu pertumbuhan tanaman. Kulit buah
pisang sebagai penghasil enzim xylanase dan juga merupakan bahan organik
yang mengandung unsur kimia seperti magnesium, sodium, fosfor, sulfur yang
dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Pembuatan pupuk organik dengan
bahan kulit pisang dapat dalam bentuk padat atau cair (Nuraini, 2011).
Limbah kulit buah pisang, selain mengandung unsur makro C, N, Pt, dan K
yang masing – masing berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan buah,
batang, limbah kulit buah pisang juga mengandung unsur mikro Ca, Mg, Na,
dan Zn yang dapat berfungsi untuk pertumbuhan tanaman agar dapat tumbuh
secara optimal sehingga berdampak pada jumlah produksi yang maksimal.
Kulit buah pisang tidak hanya mengandung unsur makro dan mikro, tetapi ada
senyawa –senyawa organik seperti Air, Karbohidrat, Lemak, Protein, Kalsium,
Fosfor, Besi, Vitamin B dan Vitamin C (Dewati, 2008). Berikut ini merupakan
komposisi kandungan dari kulit pisang kepok menurut terdiri dari :
18
Tabel 1. Komposisi kandungan kulit buah pisang kepok
Kandungan Kulit Buah Pisang Kadar
Air 68,90%
Karbohidrat 18,50%
Lemak 2,11%
Protein 0,32%
Kalsium 715(mg/100g)
Fosfor 117 (mg/100g)
Vitamin B 0,12 (mg/100g)
Vitamin C 17,5 (mg/100g)
Ca, mg/100 g 31
Fe, mg/100 g 26
P, mg/100 g 63
Sumber : Dewati (2008)
C. PUPUK
Pemupukan adalah pemberian bahan berupa pupuk atau bahan-bahan lain seperti
bahan organik, bahan kapur, pasir ataupun tanah liat ke dalam tanah yang
bertujuan untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah (Hasibuan, 2006).
Pupuk organik merupakan pupuk lengkap karena mengandung unsur makro dan
mikro meskipun dalam jumlah sedikit. Penggunaan pupuk kandang atau kompos
selama ini diyakini dapat mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh pupuk
anorganik. Pupuk kandang atau kompos disamping mempunyai kelebihan juga
masih banyak kekurangannya. Penggunaan pupuk organik dari alam yang dapat
dipergunakan untuk membantu mengatasi kendala produksi pertanian yaitu pupuk
organik cair. Pupuk organik cair memiliki peranan dapat memperbaiki sifat fisik,
19
kimia, dan biologi tanah, dapat membantu meningkatkan produksi tanaman,
meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik
dan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang (Indrakusuma, 2000).
Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk organik yang dapat
digunakan dalam sistem pertanian organik. Pupuk organik cair adalah larutan hasil
dari fermentasi bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran
hewan, dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur.
Kelebihan dari pupuk organik cair adalah dapat secara cepat mengatasi defensiesi
hara, tidak masalah dalam pencucian hara, dan mampu menyediakan hara secara
cepat. Dapat dikatakan bahwa pupuk organik cair merupakan salah satu bahan
yang sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah. Salah satu pupuk
organik cair adalah MOL (Mikroorganisme Lokal), Hadisuwito (2007).
Mikroorganisme lokal (MOL) adalah kumpulan dari mikroorganisme yang dapat
berkembang biak, yang berfungsi sebagai starter dalam pembuatan bokasi. Pada
umumnya bahan baku MOL adalah berbagai sumber daya yang tersedia di sekitar
lingkungan, seperti nasi, bonggol pisang, urin sapi, limbah buah-buahan, limbah
sayuran dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut merupakan tempat yang disukai oleh
mikroorganisme sebagai media untuk hidup dan berkembangnya mikroorganisme
yang berguna dalam mempercepat penghancuran bahan-bahan organik atau
sebagai tambahan nutrisi bagi tanaman. Larutan MOL memiliki kandungan unsur
hara makro, mikro, dan mikroorganisme yang berpotensi sebagai perombak bahan
20
organik, dan agen pengendali hama dan penyakit tanaman sehingga baik
digunakan sebagai pupuk hayati, dan pestisida organik (Purwasasmita 2009).
Menurut Parnata (2004), keunggulan pupuk organik yaitu memperbaiki sifat
kimia dan fisika tanah, meningkatkan daya serap tanah terhadap air, meningkatkan
aktivitas mikroorganisme tanah, sumber makanan bagi tanaman, ramah
lingkungan, biaya lebih murah, dan meningkatkan kualitas produksi. Sedangkan
menurut Lingga dan Marsono (2003) pupuk cair memiliki manfaat dan keunggulan
yaitu untuk menyuburkan tanaman, untuk menjaga stabilitas unsur hara dalam
tanah, untuk mengurangi dampak sampah organik di lingkungan sekitar, mudah
didapat, murah harganya dan tidak memiliki efek samping. Pupuk orgnik cair yang
baik yang berbahan organik basah atau bahan organik dan mempunyai kandungan
air tinggi seperti sisa buah – buahan dan sisa sayuran (wortel, labu, sawi, selada,
kulit jeruk, kulit pisang). Semakin banyak selulosa yang terkandung dari bahan
organik (C/N ratio) maka proses penguraian oleh bakteri akan semakin lama.
Selain mudah terdekomposisi, bahan ini kaya nutrisi yang dibutuhkan tanaman.
21
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai bulan Desember
2018 di Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam dan Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
1. Alat-Alat Penelitian
Alat yang digunakan untuk penelitian ini yaitu peralatan untuk proses
pengambilan tanah yang terdiri dari ember, cangkul, karung, sedangkan pada
proses pembuatan media tanam menggunakan centong kecil, polybag,
timbangan dan nampan. Selanjutnya alat yang digunakan untuk proses
pembuatan pupuk organik cair yaitu galon 19 L, botol plastik 5L, selang kecil,
gunting, gelas ukur 100 ml, botol kecil, gelas plastik, strimin, isolatip, blander,
talenan, tali raffia, kertas label, kamera. Kemudian alat yang digunakan untuk
mengukur parameter yaitu penggaris, oven, neraca analitik dan neraca o-hause.
22
2. Bahan–Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu benih cabai cap Panah Merah
yang didapat dari toko Trubus Bandar Lampung, kulit pisang kepok yang di
dapat dari penjual pisang goreng di daerah Kota Metro, air kelapa yang didapat
dari pasar pagi Margorejo Kota Metro, tanah dari lahan perkebunan, pupuk
kandang murni dari kelompok Tani Sido Maju, air, gula merah yang didapat
dari toko sembako daerah Kota Metro.
C. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
6 perlakuan yang diulang sebanyak 4 kali sehingga memiliki jumlah petak yaitu
24 satuan percobaan penelitian dengan pemberian perlakuan pupuk organik pisang
kepok sebagai berikut:
Rincian perlakuan yang diberikan yaitu:
1. P0 = (kontrol)
2. P1 = 10 ml pupuk organik cair + 100 air
3. P2 = 20 ml pupuk organik cair + 200 air
4. P3 = 30 ml pupuk organik cair + 300 air
5. P4 = 40 ml pupuk organik cair + 400 air
6. P5 = 50 ml pupuk organik cair + 500 air
23
Gambar 3. Tata Letak Perlakuan
Keterangan :
P1-P6 = Menunjukkan Perlakuan ke-
U1-U4 = Menunjukkan Ulangan ke-
D. Cara Kerja
1. Pembuatan Pupuk Organik Cair Kulit Pisang
Adapun pembuatan pupuk organik adalah sebagai berikut:
a. 10 kg kulit pisang dipotong kecil-kecil dan di blender kemudian
dimasukkan ke dalam drum plastik
b. Ditambahkan 10 liter air kelapa dan gula merah 1 kg dan diaduk
c. Ditutup menggunakan plastik dan dilubangi dengan selang yang
dihubungkan dengan botol air untuk pengaman tekanan dan mencegah
kontaminasi
d. Ditunggu selama 10-15 hari untuk proses fermentasi (Suwahyono, 2011)
P2U2
P2U1
P2U3
P0U3
P2U4
P3U3
P3U2
P3U1
P3U4 P1U3
P1U4
P1U1
P1U2
P0U1
P0U4
P0U2
P5U4
P5U2
P5U3
P5U1
P4U3
P4U2
P4U1
P4U4
24
2. Pembuatan Media Tanam
Adapun pembuatan media tanam sebagai berikut
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian
b. Media tanam berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan
perbandingan (2:1), kemudian diayak sehingga didapatkan media dengan
struktur yang gembur. Sterilisasi media tanam dengan menggunakan uap
panas dengan cara tanah diletakkan pada drum yang bawahnya berisi air,
kemudian dikukus selama 3-4 jam, setelah itu tanah dihamparkan sampai
dingin dan dimasukkan ke dalam masing-masing polibag. (Yulianty, dkk.,
2012)
c. Disetiap polybag di beri label agar tidak terjadi kesalahan dalam pencatatan
data.
d. Dilakukan pengacakan dan penataan pola pada perlakuan yang sudah
ditentukan.
3. Pengecambahan Tanaman Cabai
Media tanam dengan campuran tanah dan pupuk kandang diletakkan di atas
nampan, kemudian 50 biji cabai direndam dengan air selama 1 jam dengan
tujuan untuk mengaktifkan lagi sel-sel yang mati. Selanjutnya cabai yang
mengapung diatas air dipisahkan, biji yang terendam didalam air yang akan
ditanam diatas nampan sampai berumur 21 hari (Nurlenawati, dkk., 2010)
25
4. Penanaman
Setelah cabai berumur 21 HSS memiliki 3-4 helai daun dan tahan terhadap
lingkungan luar dipindahkan ke polybag. Pada saat pemindahan benih
dilakukan secara hati-hati dengan memindahkan bibit diusahakan tanahnya
terbawa dan ditanam di polybag yang sudah diberi label sesuai pola yang sudah
ditentukan (Fitriani, dkk., 2015)
5. Pemberian Perlakuan
Pemberian perlakuan yaitu dengan menyiram larutan MOL pisang kepok
dengan pengenceran 1 liter MOL : 10 liter air yang dilakukan pada 1 MST di
pagi hari. Cabai diberi pupuk sesuai dengan dosis yang sudah ditentukan.
Pemberian perlakuan selanjutnya dilakukan dengan interval waktu satu minggu
selama satu bulan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan tanaman (Batara,
dkk., 2015)
6. Perawatan Tanaman
Perawatan tanaman dilakukan seperti penyiraman setiap hari pada pagi hari
sejak benih mulai ditanam sampai perlakuan terakhir. Penyiangan gulma
dilakukan jika ada gulma yang tumbuh di sekitar tanaman cabai (Fitriani, dkk.,
2015)
26
E. Parameter Pengamatan
Pengambilan data untuk 1. Tinggi tanaman (cm); 2. Jumlah daun (helai); 3. Berat
basah (gram); 4. Berat kering (gram); 5. Panjang akar (cm)
1. Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan penggaris pengukuran
dilakukan dari permukaan tanah hingga titik tumbuh tertinggi setiap
seminggu sekali.
2. Jumlah daun dihitung setelah satu minggu setelah diberi perlakuan dengan
pupuk organik cair, dan dihitung setiap satu minggu selanjutnya.
3. Berat basah tanaman cabai yang sudah berusia 30HST ditimbang dengan
timbangan analitik
4. Berat kering tanaman cabai yang berusia 30HST dikering anginkan selam
satu malam selanjutnya dikeringkan dengan oven dan ditimbang dengan
mengunakan timbangan analitik.
5. Panjang akar tanaman cabai diukur setelah cabai berumur 30 HST
F. Analisis Data
Data yang sudah diperoleh di homogenkan dengan uji Levene, kemudian di
analisis dengan Analisis Ragam pada taraf α 5%, jika hasil signifikan lalu
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) α 5% untuk melihat perbedaan
antar perlakuan.
37
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pupuk organik cair dari kulit pisang kepok memberikan pengaruh terhadap
tinggi tanaman pada minggu ke-1 dan ke-2, tetapi tidak memberikan pengaruh
pada tinggi tanaman minggu ke-3 dan ke-4, jumlah daun, panjang akar, berat
basah dan berat kering.
2. Perlakuan P3(30ml) merupakan dosis yang paling efektif terhadap tanaman
cabai merah (Capsicum annuum L.).
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pengamatan anatomi tanaman cabai.
38
DAFTAR PUSTAKA
Apriliani, I. N., Heddy, S., dan Suminarti, N. E.2016. Pengaruh Kalium dan Hasil
DuaVarietas Tanaman Ubi Jalar. (Ipomoea batatas (L.) Lamb.). Jurnal
Produksi Tanaman. Vol.4(4) 268 hlm.
Batara, L. N., Anas, I., Santosa, D. A., dan Lestari, Y. 2016. Aplikasi
Mikroorganisme Lokal (MOL) Diperkaya Mikrob Berguna pada Budidaya
Padi System of Rice Intensification (SRI) Organik. Jurnal Tanah dan Iklim.
IPB. Jawa Barat. Vol.40(1) 74 hlm.
Cronquist, A. 1981. An Integrated System of Clasification Of Flowering Plants.
Columbia University Press. New York.
Dalimartha, S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Puspa Swara. Jakarta.
Dewati. 2008. Manfaat Pisang. Bumi Aksara. Jakarta. 47 hlm.
Fitriani M. S., Evita, dan Jasminarni. 2015. Uji Efektifitas Beberapa Mikro
Organisme Lokal Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sawi Hijau
(Brassica juncea L.) Jurnal Penelitian Seri Sains. Vol.17 (2): 68-74 hlm.
Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Hakim, A. M. 2009. Asupan Nitrogen dan Pupuk Organik Cair Terhadap Hasil dan
Kadar Vitamin C Kelopak Bunga Rosela (Hisbiscus sabdariffa L.). Skripsi.
Jurusan Agronomi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
39
Handayani, S.H., Yunus, A., dan Susilowati, A. 2015. Uji Kualitas Pupuk Organik
Uji Kualitas Pupuk Organik Cair dari Berbagai Macam Mikroorganisme
Lokal (MOL). Jurnal El-Vivo,Vol.3(1): 54-60 hlm.
Haryanto, Veranica In. 2015. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tepung Aren dan
Mikroorganisme Lokal Sebagai Larutan Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Dan
Hasil Tanaman Baby Kailan (Brassica oleracea) dengan Sistem Hidroponik.
Leghari, S. J., Wahocho, N. A., Laghari, G. M., Leghari, A. H., Bhabhan, G. M.,
Talpur, K. H., Bhutto, T. A., Wahocho, S. A., and Lashari,A. A. 2016. Role
of Nitrogen for Plant Growth and Development. A Riview. AENSI Journal.
Vol.10(9) : 209-318.
Liferdi, L. 2010. Efek Pemberian Fosfor Terhadap Pertumbuhan dan Status Hara
pada Bibit Manggis. J.Hort. Vol. 20(1): 18-26 hlm.
Harpenas, A., dan Dermawan, R. 2010. Budidaya Cabai Unggul. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Hasibuan, M.S.P. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta.
Hewindati, Y. T., Inggit, W., dan Kristanti, A. P. 2006. Hortikultura. Universitas
Terbuka. Jakarta.
Indrakusuma. 2000. Proposal Pupuk Organik Cair Supra Alam Lestari. PT Surya
Pratama Alam. Yogyakarta.
Juarsah, I. 2014. Pemanfaatan Pupuk Organik untuk Pertanian Organik dan
Lingkungan Berkelanjutan. Seminar Nasional Pertanian Organik Balai
Penelitian Tanah. Bogor. 18 – 19 Juni.
Lingga, P dan Marsono. 2003. Membuat Kompos. Cetakan Ke Enam. PT. Swadaya.
Jakarta.
40
Kurniawan, E., Ginting, Z., dan Nurjannah, P. 2017. Pemanfaatan Urine Kambing
Pada Pembuatan Pupuk Organik Cair Terhadap Kualitas Unsur Hara Makro
(NPK). Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2017. Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Jakarta. 1-2 November 2017.
Kusumo, S. 1984. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. CV Yasaguna, Jakarta.
Kristanto, B.A. 2006. Perubahan Karakter Tanaman Jagung (Zea mays L.) Akibat
Alelopati dan Persaingan Teki (Cyperus rotundus). Jurnal Tropical Animal
Agriculture. Vol.31(3): 189-194.
Manurung, H. 2011. Aplikasi Bioaktivator (Effective Mikroorganisme dan Orgadec)
Untuk Mempercepat Pembentukan Komposisi Limbah Kulit Pisang Kepok
(Musa paradisiaca L.). FMIPA Biologi Universitas Mulamarwan. Malang.
16 hlm.
Mukhlis dan Fauzi. 2003. Pergerakan Unsur Hara Nitrogen Dalam Tanah. Digitized
by USU digital library. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra Utara.
Mukti, M. S., Wardiyati, T., dan Islami, T. Pengaruh Waktu Pemberian Pupuk
Kandang dan Dosis Urea Terhadap Hasil Pertumbuhan Dan Kadar Nitrogen
Tanaman Kailan (Brassica oleraceae L. var. Nova.). Jurnal Produksi
Tanaman. Vol.5 (2): 229 hlm.
Nasution, F. J., Mawarni, L., dan Meiriani. 2014. Aplikasi Pupuk Organik Padat dan
Cair Dari Kulit Pisang Kepok Untuk Pertumbuhan Dan Produksi Sawi
(Brassica juncea L.). Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597.
Vol.2(3): 1029 – 1037
Nawangsih, A.A., Purwanto, H., dan Agung, W. 1999. Budidaya Cabai Hot Beauty.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Nuraini, D. N. 2011. Aneka Manfaat Kulit Buah dan Sayuran. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
41
Nurlenawati, N., Jannah, A., dan Nimih. 2010. Respon Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Varietas Prabu Terhadap
Terbagai Dosis Pupuk Fosfat Dan Bokashi Jerami Limbah Jamur Merang.
Jurnal AGRIKA. Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Singaperbangsa Karawang (UNSIKA). Jawa Barat. 23hlm.
Parnata, A. S. 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi Dan Manfaatnya. AgroMedia
Pustaka. Jakarta.
Parintak, R. 2018. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Dari Limbah Buah
Pepaya dan Kulit Nanas Terhadap Pertumbuhan Kangkung Darat
(Ipomoea reptans Poir.). Skripsi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Prabowo, B. 2011. Statistik Tanaman Sayuran Dan Buah Semusim Indonesia.
Jakarta. Indonesia.
Prayudi, B. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Cabai Merah (Capsicum annuum L.).
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jawa Tengah.
Purwasasmita, M., dan Kurnia, K. 2009. Mikroorganisme Lokal Sebagai Pemicu
Siklus Kehidupan Dalam Bioreaktor Tanaman. Seminar Nasional. Teknik
Kimia Indonesia- SNTKI. Bandung. 19-20 Oktober 2009.
Salisbury, dan Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB Press. Bandung.
Salisbury, F.B., dan Cleon. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan, jilid 1, edisi 4,
diterjemahkan oleh Diah R.L. dan Sumaryono, ITB, Bandung.
Santika, A. 2008. Agribisnis Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta.
Santoso. 2000. Pengaruh Jenis Pupuk Organik dan Mulsa Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Lidah Buaya (Aloe vera spp.L.) Laporan Penelitian. Jurusan
Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
42
Saragih, E.F. 2016. Pengaruh Pupuk Cair Kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca
forma typica) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Caisim (Brassica juncea
L.). Skripsi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Satuhu, S., dan Supriyadi A. 1991. Pisang Budidaya, Pengolahan dan Prospek
Pasar. Penebar Swadaya. Jakarta.
Satuhu, S., dan Suyanti. 1992. Pisang Kepok Cavendish, Budidaya Pengolahan, dan
Prospek Pasar. Swadaya. Jakarta. 5-16
Setiadi. 1996. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta.
Siboro, E.S., Surya E., dan Herlina, N. 2013. Pembuatan Pupuk Cair dan Biogas dari
Campuran Limbah Sayuran. Jurnal Teknik Kimia .USU 2(3): 40-43.
Sitompul, S. M., dan Guritno, B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM
Press. Yogyakarta.
Soetanto. 1991. Persiapan Lahan dan Pengolahan Tanah untuk Penanama Kakao.
Pertemuan Teknis Budidaya Kakao. Jakarta.
Sudiono, S. 2006. Pengaruh Fungisida dan Waktu Aplikasi Terhadap Penyakit
Antraknosa Buah Cabai. LAPTUNILAPP. Jurnal Online.
dari http://digilib.unila.ac.id/go.php?id=laptunilapp_gdl_res-
2006sudiono_127&nodl=19&start=185. Diakses Pukul 15.45, Tanggal
24Okt2018
Sunaryono, dan H. Hendro. 2003. Budidaya Cabai Merah. Sinar Baru Algensindo.
Bandung. 46 hlm.
Susanto, E., Herlina N., dan N. E. Suminarti. 2014. Respon Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Pada Berberapa Macam dan Waktu
Aplikasi Bahan Organik. Jurnal Produksi Tanaman. 2(5) : 412-418.
43
Suwahyono, Untung. 2011. Petunjuk Praktis Penggunaan Pupuk Organik Secara
Efektif Dan Efisien. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sotyati. 2016. Pisang, "Fruit of Paradise". Flora & Fauna. Kamis, 23 Juni 2016.
http://www.satuharapan.com/read-detail/read/pisang-fruit-of-paradise.
Diakses pukul 22.00, pada 20 April 2019.
Tchobanoglous, G., Theisen, H., dan Vigil, S. 2003. Integrated Solid Waste
Management:Engineering Principles and Management Issues. McGraw
Hill. New York.
Tjahjadi, Nur. 1991. Bertanam Cabai. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Tuapattinaya, P. M. J., dan Tutupoly, F. 2014. Pemberian Pupuk Pisang Raja
(Musa sapientum) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai
Rawit (Capsicum prutescens L.). Jurnal. Program Studi Pendidikan Biologi.
Ambon.
Yulianty, Ernawiati, E., dan Handayani T.T. 2012. Efek Biofungisida Ekstrak Batang
Kembang Sungsang (Gloriosa superba L.) Terhadap Perkembangan Jamur
Colletotricum capsici (Syd.) Butler & Bisby Pada Buah Cabai Merah
(Capsicum annuum L.). Seminar Nasional Mikologi dan Pembentukan
Perhimpunan Mikologi Indonesia. Fabio UNSOED.
Yeremia, Eva. 2016. Pengaruh Konsentrasi Mikroorganisme Lokal (MOL) Dari
Rebung Bambu Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Caisim (Brassica
juncea L.). Skripsi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta. 34hlm.