46
BAB I PENDAHULUAN Appendicitis merupakan penyakit yang sering dijumpai sehingga harus dicurigai sebagai keadaan yang paling mungkin menjadi penyebab nyeri akut abdomen. Penyakit ini sering ditemukan pada anak- anak dan dewasa muda. Insidensi pada laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Insidensi tertinggi pada laki-laki pada usia 10-14 tahun, sedangkan pada perempuan pada usia 15-19 tahun. Penyakit ini jarang ditemukan pada anak-anak usia di bawah 2 tahun. Diagnosis appendicitis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Ketepatan diagnosis dan penanggulangannya tergantung dari kemampuan melakukan analisis pada data-data tersebut. Tak jarang kasus-kasus appendicitis yang lolos dari diagnosis bahkan ada yang salah didiagnosis. Kadang-kadang untuk menegakkan diagnosis appendicitis sulit karena letak appendiks di abdomen sangat bervariasi. Penatalaksanaan appendicitis dilakukan dengan appendectomi, yaitu suatu tindakan bedah dengan mengangkat appendiks. Keputusan untuk melakukan tindakan bedah harus segera diambil karena setiap keterlambatan akan menimbulkan penyulit yang berakibat meningkatkan morbiditas dan mortalitas, 1

Appendicitis Vera

Embed Size (px)

DESCRIPTION

appendicitis

Citation preview

Page 1: Appendicitis Vera

BAB I

PENDAHULUAN

Appendicitis merupakan penyakit yang sering dijumpai sehingga

harus dicurigai sebagai keadaan yang paling mungkin menjadi penyebab

nyeri akut abdomen. Penyakit ini sering ditemukan pada anak-anak dan

dewasa muda. Insidensi pada laki-laki lebih banyak daripada perempuan.

Insidensi tertinggi pada laki-laki pada usia 10-14 tahun, sedangkan pada

perempuan pada usia 15-19 tahun. Penyakit ini jarang ditemukan pada anak-

anak usia di bawah 2 tahun.

Diagnosis appendicitis ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Ketepatan diagnosis dan

penanggulangannya tergantung dari kemampuan melakukan analisis pada

data-data tersebut. Tak jarang kasus-kasus appendicitis yang lolos dari

diagnosis bahkan ada yang salah didiagnosis. Kadang-kadang untuk

menegakkan diagnosis appendicitis sulit karena letak appendiks di abdomen

sangat bervariasi.

Penatalaksanaan appendicitis dilakukan dengan appendectomi, yaitu

suatu tindakan bedah dengan mengangkat appendiks. Keputusan untuk

melakukan tindakan bedah harus segera diambil karena setiap keterlambatan

akan menimbulkan penyulit yang berakibat meningkatkan morbiditas dan

mortalitas, seperti dapat menyebabkan terjadinya perforasi atau ruptur pada

appendiks.

1

Page 2: Appendicitis Vera

BAB II

LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. B

Umur : 11 tahun

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Ngrangkah RT 03 RW 08, Petung, Pakis,

Magelang

Agama : Islam

Suku bangsa : Jawa

Status perkawinan : Lajang

Tanggal masuk RS : 9 September 2014

Tanggal pemeriksaan : 10 September 2014

Tempat : Edelweis

2. PEMERIKSAAN

2.1 Anamnesis

Tanggal 10 September 2014 (pre operasi)

Keluhan Utama :

Nyeri perut

Keluhan Tambahan :

Demam, mual dan muntah

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang ke IGD RST pada tanggal 9 September 2014

pukul 22.15 dengan keluhan nyeri perut sejak 2 hari yang lalu, nyeri

perut dirasakan pada regio inguinal dextra dan region hipocondriaca,

nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Selain itu pasien juga

mengeluhkan adanya demam yang timbul hampir bersamaan dengan

rasa nyeri tersebut. Pasien juga merasakan mual. Pasien mengaku

2

Page 3: Appendicitis Vera

tidak ada masalah dalam buang air kecil, tetapi pasien mengeluh

belum buang air besar sejak 2 hari yang lalu. Nafsu makan pasien

menurun karena pasien merasa mual, minum baik.

Riwayat penyakit dahulu :

Hipertensi : Disangkal

Diabetes Melitus : Disangkal

Jantung : Disangkal

Asma : Disangkal

Alergi : Disangkal

Operasi : Disangkal

Riwayat penyakit keluarga :

Hipertensi : Disangkal

Diabetes Melitus : Disangkal

Jantung : Disangkal

Asma : Disangkal

Alergi : Disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi :

Keadaan sosio-ekonomi pasien sedang. Pasien dirawat di bangsal

edelweis kelas II dengan penanggung biaya UMUM.

2.2 Pemeriksaan Fisik

KU : tampak kesakitan

Kesadaran/GCS : compos mentis/15

Dari pemeriksaan fisik didapatkan :

Vital Sign

o Tekanan darah : 100/60 mmHg

o Nadi : 120x/ menit

o Suhu : 37,4 C

o Pernafasan : 24 x/ menit

3

Page 4: Appendicitis Vera

Kepala : CA -/- , SI -/-

Pupil isokor : 3 milimeter

Kepala : normocephal

Thorax :

o Cor : SI dan SII normal regular, murmur (-)

o Pulmo : vesicular +/+, ronkhi -/- , wheezing -/-

Abdomen

o Inspeksi:

Dinding abdomen datar, tidak tampak adanya benjolan

dan jejas

o Auskultasi:

Bising usus (+)

o Palpasi:

Nyeri tekan di region kanan bawah abdomen dan region

hipocondriaca

Tidak teraba adanya massa

Mc burney sign (+)

Rovsing Sign (+)

Obturator sign (+)

Psoas sign (+)

Defans muscular (+)

o Perkusi:

Timpani di seluruh lapang abdomen

Ekstremitas :

Superior Inferior

Akral dingin (-/-) (-/-)

Akral sianosis (-/-) (-/-)

Oedem (-/-) (-/-)

Capillary Refill < 2” < 2”

2.3 Assessment

Abdominal Pain ec susp. Appendicitis4

Page 5: Appendicitis Vera

2.4 Planning Diagnostik

Lab darah lengkap , CT BT

USG abdomen

o Hasil Pemeriksaan Lab. Darah

Parameter Hasil Nilai rujukan

Hemoglobin (gr/dl) 12.8 11.0 – 17.0

Leukosit (ul) 10900 400 – 12000

Trombosit (ul) 282000 150000 – 400000

Hematokrit (%) 33.9 35.0 – 55.0

Eritrosit (ul) 4.35 4.0 – 6.2

MCV (fl) 77.9 80 – 100

MCH (pg) 28.3 26 – 34

MCHC (gr/dl) 36.3 31 – 35

Clotting time 4’

Bleeding time 2’

2.5 Planning Terapi

Inf. DS ½ N 16 tpm

Inj. Ondancentron ½ ampul

Inj. Ranitidin ½ ampul

Inj. Norges ½ ampul

Rencana Apendektomi

2.6 Planning Monitoring

Keadaan umum

Tanda vital

Gejala klinis

5

Page 6: Appendicitis Vera

2.7 Planning Edukasi

Pasien dipuasakan

Istirahat cukup

Minum obat teratur

2.8 Instruksi Post Operasi

Monitor keadaan umum dan tanda vital

Diet bubur

Infus RL 12 tpm

Inj. Cefotaxim / 12 jam

Inj. Antrain ½ ampul / 8 jam

6

Page 7: Appendicitis Vera

3. RIWAYAT RAWAT INAP

11 September 2014 (post Operasi H1)

o Keluhan: Nyeri pada bekas luka jahitan, mual (+), muntah (-) pusing (-),

makan (+), minum (+), BAK (+)

o KU : sedang

o Kesadaran/GCS : compos mentis/15

o Tanda vital :

o Tekanan darah: 100/60 mmHg

o Nadi : 88x/menit

o Laju nafas : 24x/menit

o Suhu : 36,8° C

o Kepala : CA -/- , SI -/-

7

Page 8: Appendicitis Vera

o Pupil isokor : 3 milimeter

o Kepala : normocephal

o Thorax :

- Cor : SI dan SII normal regular, murmur (-)

- Pulmo : vesicular +/+, ronkhi -/- , wheezing -/-

o Abdomen

o Inspeksi:

Dinding abdomen datar, bekas luka jahitan tampak tertutup kassa +

hypafix, tidak ada rembesan darah

o Auskultasi:

Bising usus (+)

o Palpasi:

Nyeri tekan di regio kanan dan kiri bawah abdomen

Tidak teraba adanya massa

Defans muscular (-)

o Perkusi:

Timpani di seluruh lapang abdomen

o Ekstremitas :

Superior Inferior

Akral dingin (-/-) (-/-)

Akral sianosis (-/-) (-/-)

Oedem (+/-) (-/-)

Capillary Refill < 2” < 2”

o Assessment:

Post OP Laparatomi H1

o Planning:

- Terapi Lanjut

- Diet bubur

12 September 2014 (Post Operasi hari II): 8

Page 9: Appendicitis Vera

Keluhan:

Nyeri post op (+)

Pemeriksaan:

KU : sedang

Kesadaran/GCS : compos mentis/15

Dari pemeriksaan fisik didapatkan :

Vital Sign

o Tekanan darah : 100/60 mmHg

o Nadi : 84 x/ menit

o Suhu : 37,2 C

o Pernafasan : 22 x/ menit

Kepala : CA -/- , SI -/-

Pupil isokor : 3 milimiter

Kepala : mesocephale

Thorax :

o Cor : SI dan SII normal regular, murmur (-)

o Pulmo : vesicular +/+, ronkhi -/- , wheezing -/-

Abdomen :

o Inspeksi:

Dinding abdomen datar, bekas luka jahitan tampak tertutup kassa

+ hypafix, tidak ada rembesan darah

o Auskultasi:

Bising usus (+)

o Palpasi:

Nyeri tekan di regio kanan dan kiri bawah abdomen

Tidak teraba adanya massa

Defans muscular (-)

o Perkusi:

Timpani di seluruh lapang abdomen

9

Page 10: Appendicitis Vera

Ekstremitas :

Superior Inferior

Akral dingin (-/-) (-/-)

Akral sianosis (-/-) (-/-)

Oedem (+/-) (-/-)

Capillary Refill < 2” < 2”

Assessment:

Post OP Laparotomi H 2

Planning :

- Terapi:

o Infus RL 16 tpm

o Inj. Cefotaxim

o Inj. Antrain 3 x ½ ampul

- Monitoring

o Keadaan Umum

o Tanda Vital

o Gejala Klinis

- Mobilisasi

13 September 2014 (Post Operasi hari III)

Keluhan :

Bekas luka jahitan masih terasa nyeri, demam (+), mual (-), muntah (-), pusing (-),

makan dan minum (+), BAK (+).

Pemeriksaan:

o KU : Sedang

o Kesadaran/GCS : compos mentis/15

o Tanda vital :

o Tekanan darah : 100/60 mmHg10

Page 11: Appendicitis Vera

o Nadi : 82 x/menit

o Laju nafas : 18x/menit

o Suhu : 37,8°C.

o Kepala : CA -/- , SI -/-

o Pupil isokor : 3 milimiter

o Kepala : mesocephale

o Thorax :

- Cor : SI dan SII normal regular, murmur (-)

- Pulmo : vesicular +/+, ronkhi -/- , wheezing -/-

o Abdomen :

o Inspeksi:

Dinding abdomen datar, bekas luka jahitan tampak tertutup kassa +

hypafix, tidak ada rembesan darah

o Auskultasi:

Bising usus (+)

o Palpasi:

Tidak ada nyeri tekan abdomen

Tidak teraba adanya massa

Defans muscular (-)

o Perkusi:

Timpani di seluruh lapang abdomen

o Ekstremitas :

Superior Inferior

Akral dingin (-/-) (-/-)

Akral sianosis (-/-) (-/-)

Oedem (+/-) (-/-)

Capillary Refill < 2” < 2”

Assessment:

Post OP Laparatomi H 3

11

Page 12: Appendicitis Vera

Planning :

o Diagnostik : Cek Widal

o Terapi:

1. Infus RL 15 tpm

2. Inj. Cyprofloxacin ½ amp / 12 jam

3. Inj. Formaldehid ½ / 8 jam

o Monitoring

1. Keadaan Umum

2. Tanda Vital

3. Gejala Klinis

HASIL WIDAL

- Thypi O : (-)

Paratyphi-AO : (-)

Paratyphi-BO : (-)

Paratyphi-CO : (+) 1/160

- Typhi H : (-)

Paratyphi-AH : (-)

Paratyphi-BH : (-)

Paratyphi-CH : (-)

14 September 2014 (Post Operasi hari IV)

Keluhan :

Bekas op nyeri berkurang, demam (+), mual (-), muntah (-), pusing (-), makan dan

minum (+), BAK (+).

Pemeriksaan:

o KU : Sedang

o Kesadaran/GCS : compos mentis/15

o Tanda vital :

o Tekanan darah : 100/60 mmHg

12

Page 13: Appendicitis Vera

o Nadi : 82 x/menit

o Laju nafas : 18x/menit

o Suhu : 37°C.

o Kepala : CA -/- , SI -/-

o Pupil isokor : 3 milimiter

o Kepala : mesocephale

o Thorax :

- Cor : SI dan SII normal regular, murmur (-)

- Pulmo : vesicular +/+, ronkhi -/- , wheezing -/-

o Abdomen :

o Inspeksi:

Dinding abdomen datar, bekas luka jahitan tampak tertutup kassa +

hypafix, tidak ada rembesan darah

o Auskultasi:

Bising usus (+)

o Palpasi:

Tidak ada nyeri tekan abdomen

Tidak teraba adanya massa

Defans muscular (-)

o Perkusi:

Timpani di seluruh lapang abdomen

o Ekstremitas :

Superior Inferior

Akral dingin (-/-) (-/-)

Akral sianosis (-/-) (-/-)

Oedem (+/-) (-/-)

Capillary Refill < 2” < 2”

Assessment:

Post OP Laparatomi H 4

13

Page 14: Appendicitis Vera

Planning :

o Aff infus

o Terapi:

1. Cefadroxyl 2x1

2. As. Mefenamat 3x1

o Boleh Pulang

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Appendicitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya

lumen oleh fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus.

Obstruksi lumen merupakan penyebab utama appendicitis. Erosi membran

14

Page 15: Appendicitis Vera

mukosa appendiks dapat terjadi karena parasit seperti Entamoeba histolytica,

Trichuris trichiura, dan Enterobius vermikularis.

B. Anatomi

Appendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang

kira-kira 10 cm dan berpangkal pada sekum. Appendiks pertama kali tampak

saat perkembangan embriologi minggu ke delapan yaitu bagian ujung dari

protuberans sekum. Pada saat antenatal dan postnatal, pertumbuhan dari

sekum yang berlebih akan menjadi appendiks yang akan berpindah dari

medial menuju katup ileocaecal.

Gambar : Anatomi Appendiks

Pada bayi appendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkal dan

menyempit kearah ujung. Keadaan ini menjadi sebab rendahnya insidens

appendicitis pada usia tersebut. Appendiks memiliki lumen sempit di bagian

proksimal dan melebar pada bagian distal. Pada appendiks terdapat tiga tanea

coli yang menyatu dipersambungan sekum dan berguna untuk mendeteksi

posisi appendiks. Gejala klinik appendicitis ditentukan oleh letak appendiks.

Posisi appendiks adalah retrocaecal (di belakang sekum) 65,28%, pelvic

(panggul) 31,01%, subcaecal (di bawah sekum) 2,26%, preileal (di depan

usus halus) 1%, dan postileal (di belakang usus halus) 0,4%, seperti terlihat

pada gambar dibawah ini.

15

Page 16: Appendicitis Vera

Gambar : Variasi Posisi Appendiks

Pangkal apendiks terletak pada titik McBurney:

- Garis Monroe: garis antara umbilicus dengan sias dextra.

- Titik Mc Burney: sepertiga bagian dari sias dextra pada garis Monroe

- Titik Lanz: seperenam bagian dari sias dextra pada garis antara sias

`dextra hingga sias sisnistra

- Titik Munro: pertemuan antara garis Monroe dengan garis parasagital

dari pertengahan sias dextra dengan simfisis.

Gambar : Titik Mc Burney

Appendiks disebut tonsil abdomen karena ditemukan banyak jaringan

limfoid. Jaringan limfoid pertama kali muncul pada appendiks sekitar dua

minggu setelah lahir, jumlahnya meningkat selama pubertas sampai

puncaknya berjumlah sekitar 200 folikel antara usia 12-20 tahun dan menetap

saat dewasa. Setelah itu, mengalami atropi dan menghilang pada usia 60

tahun.

16

Page 17: Appendicitis Vera

Persarafan parasimpatis berasal dari cabang nervus vagus yang

mengikuti arteri mesenterika superior dari arteri appendikularis, sedangkan

persarafan simpatis berasal dari nervus torakalis X. Oleh karena itu, nyeri

viseral pada appendicitis bermula di sekitar umbilikus.

Appendiks didarahi oleh arteri apendikularis yang merupakan cabang

dari bagian bawah arteri ileocolica. Arteri appendiks termasuk end arteri. Bila

terjadi penyumbatan pada arteri ini, maka appendiks mengalami ganggren.

C. Fisiologi

Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu secara

normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum.

Hambatan aliran lendir di muara appendiks tampaknya berperan pada

patogenesis appendicitis.

Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh Gut Associated

Lymphoid Tissue (GALT) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk

appendiks ialah Imunoglobulin A (Ig-A). Imunoglobulin ini sangat efektif

sebagai pelindung terhadap infeksi yaitu mengontrol proliferasi bakteri,

netralisasi virus, serta mencegah penetrasi enterotoksin dan antigen intestinal

lainnya. Namun, pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem imun

tubuh sebab jumlah jaringan sedikit sekali jika dibandingkan dengan jumlah

di saluran cerna dan seluruh tubuh.

D. Epidemiologi

Terdapat sekitar 250.000 kasus appendicitis yang terjadi di Amerika

Serikat setiap tahunnya dan terutama terjadi pada anak usia 6-10 tahun.

Appendicitis lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan

dengan perbandingan 3:2. Bangsa Caucasia lebih sering terkena

dibandingkan dengan kelompok ras lainnya. Appendicitis akut lebih sering

terjadi selama musim panas. 

Appendicitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak

kurang dari satu tahun jarang dilaporkan. Insidensi tertinggi pada kelompok

umur 20-30 tahun, setelah itu menurun. Insidensi pada laki-

17

Page 18: Appendicitis Vera

laki dan perempuan umumnya sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun,

insidensi lelaki lebih tinggi.

E. Etiologi

Appendicitis disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen appendiks

sehingga terjadi kongseti vaskuler, iskemik nekrosis dan akibatnya terjadi

infeksi. Appendicitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Penyebab obstruksi

yang paling sering adalah fecolith. Fecolith ditemukan pada sekitar 20% anak

dengan appendicitis. Penyebab lain dari obstruksi appendiks meliputi:

1. Hiperplasia folikel lymphoid

2. Carcinoid atau tumor lainnya

3. Benda asing (pin, biji-bijian)

4. Kadang parasit 

Penyebab lain yang diduga menimbulkan Appendicitis adalah ulserasi

mukosa appendiks oleh parasit E. histolytica. Berbagai spesies bakteri yang dapat

diisolasi pada pasien appendicitis yaitu:

Bakteri aerob fakultatif Bakteri anaerob

Escherichia coli

Viridans streptococci

Pseudomonas aeruginosa

Enterococcus

Bacteroides fragilis

Peptostreptococcus micros

Bilophila species

Lactobacillus species

E. Patofisiologi

Appendicitis merupakan peradangan appendiks yang mengenai semua

lapisan dinding organ tersebut. Tanda patogenetik primer diduga karena

obstruksi lumen dan ulserasi mukosa menjadi langkah awal terjadinya

appendicitis.

18

Page 19: Appendicitis Vera

Obstruksi intraluminal appendiks menghambat keluarnya sekresi

mukosa dan menimbulkan distensi dinding appendiks. Sirkulasi darah pada

dinding appendiks akan terganggu. Adanya kongesti vena dan iskemia arteri

menimbulkan luka pada dinding appendiks. Kondisi ini mengundang invasi

mikroorganisme yang ada di usus besar memasuki luka dan menyebabkan

proses radang akut, kemudian terjadi proses irreversibel meskipun faktor

obstruksi telah dihilangkan.

Appendicitis dimulai dengan proses eksudasi pada mukosa, sub

mukosa, dan muskularis propia. Pembuluh darah pada serosa kongesti disertai

dengan infiltrasi sel radang neutrofil dan edema, warnanya menjadi kemerah-

merahan dan ditutupi granular membran. Pada perkembangan selanjutnya,

lapisan serosa ditutupi oleh fibrinoid supuratif disertai nekrosis lokal disebut

appendicitis akut supuratif. Edema dinding appendiks menimbulkan

gangguan sirkulasi darah sehingga terjadi ganggren, warnanya menjadi hitam

kehijauan yang sangat potensial ruptur. Pada semua dinding appendiks

tampak infiltrasi radang neutrofil, dinding menebal karena edema dan

pembuluh darah kongesti.

Appendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan

sempurna, tetapi akan membentuk jaringan parut. Jaringan ini menyebabkan

terjadinya perlengketan dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan tersebut

dapat kembali menimbulkan keluhan pada perut kanan bawah. Pada suatu

saat organ ini dapat mengalami peradangan kembali dan dinyatakan

mengalami eksaserbasi.

19

Page 20: Appendicitis Vera

Gambar : Apendiks yang Meradang

Gambar : Patofisiologi Appendicitis

F. Gejala Klinis

Beberapa gejala yang sering terjadi yaitu:

1. Rasa sakit di daerah epigastrum, daerah periumbilikus, di

seluruh abdomen atau di kuadran kanan bawah merupakan

gejala-gejala pertama. Rasa sakit ini samar-samar, ringan sampai

20

Page 21: Appendicitis Vera

moderat, dan kadang-kadang berupa kejang. Sesudah empat jam

biasanya rasa nyeri itu sedikit demi sedikit menghilang kemudian

beralih ke kuadran bawah kanan. Rasa nyeri menetap dan secara

progesif bertambah hebat apabila pasien bergerak.

2. Anoreksia, mual, dan muntah yang timbul selang beberapa jam dan

merupakan kelanjutan dari rasa sakit yang timbul permulaan.

3. Demam tidak tinggi (kurang dari 380C), kekakuan otot, dan

konstipasi.

4. Appendicitis pada bayi ditandai dengan rasa gelisah, mengantuk, dan

terdapat nyeri lokal. Pada usia lanjut, rasa nyeri tidak nyata. Pada

wanita hamil rasa nyeri terasa lebih tinggi di daerah abdomen

dibandingkan dengan biasanya.

5. Nyeri tekan didaerah kuadran kanan bawah. Nyeri tekan mungkin

ditemukan juga di daerah panggul sebelah kanan jika appendiks

terletak retrocaecal. Rasa nyeri ditemukan di daerah rektum pada

pemeriksaan rektum apabila posisi appendiks di pelvic. Letak

appendiks mempengaruhi letak rasa nyeri.

Gejala Appendicitis Akut Frekuensi (%)

Nyeri perut 100

Anorexia 100

Mual 90

Muntah 75

Nyeri berpindah 50

Gejala sisa klasik (nyeri periumbilikal kemudian

anorexia/mual/muntah kemudian nyeri berpindah ke

RLQ kemudian demam yang tidak terlalu tinggi)

50

*-- Onset gejala khas terdapat dalam 24-36 jam

21

Page 22: Appendicitis Vera

G. Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi

Kadang sudah terlihat waktu penderita berjalan sambil bungkuk

dan memegang perut. Penderita tampak kesakitan. Pada inspeksi perut

tidak ditemukan gambaran spesifik. Kembung sering terlihat pada

penderita dengan komplikasi perforasi. Penonjolan perut kanan bawah

bisa dilihat pada massa atau abses appendiculer .

2. Palpasi

Dengan palpasi di daerah titik Mc. Burney didapatkan tanda-

tanda peritonitis lokal yaitu:

- Nyeri tekan di Mc. Burney.

- Nyeri lepas.

- Defans muscular lokal. Defans muscular menunjukkan adanya

rangsangan peritoneum parietal .

Pada appendiks letak retroperitoneal, defans muscular mungkin tidak

ada, yang ada nyeri pinggang .

3. Auskultasi

Peristaltik usus sering normal. Peristaltik dapat hilang karena

ileus paralitik pada peritonitis generalisata akibat appendicitis perforata .

Pemeriksaan Colok Dubur

Akan didapatkan nyeri kuadran kanan pada jam 9-12. Pada

appendicitis pelvika akan didapatkan nyeri terbatas sewaktu dilakukan colok

dubur .

Tanda-Tanda Khusus:

Rovsing’s sign

Positif jika dilakukan palpasi dengan tekanan pada kuadran kiri bawah dan

timbul nyeri pada sisi kanan.

22

Page 23: Appendicitis Vera

Psoas sign atau Obraztsova’s sign

Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian dilakukan ekstensi dari panggul

kanan. Positif jika timbul nyeri pada kanan bawah.

Obturator sign

Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan dilakukan rotasi internal pada

panggul. Positif jika timbul nyeri pada hipogastrium atau vagina.

Dunphy’s sign

Pertambahan nyeri pada tertis kanan bawah dengan batuk

Ten Horn sign

Nyeri yang timbul saat dilakukan traksi lembut pada korda spermatic kanan

Kocher (Kosher)’s sign

Nyeri pada awalnya pada daerah epigastrium atau sekitar pusat, kemudian

berpindah ke kuadran kanan bawah.

Sitkovskiy (Rosenstein)’s sign

Nyeri yang semakin bertambah pada perut kuadran kanan bawah saat pasien

dibaringkan pada sisi kiri

Bartomier-Michelson’s sign

Nyeri yang semakin bertambah pada kuadran kanan bawah pada pasien

dibaringkan pada sisi kiri dibandingkan dengan posisi terlentang

Aure-Rozanova’s sign

Bertambahnya nyeri dengan jari pada petit triangle kanan (akan positif

Shchetkin-Bloomberg’s sign)

Blumberg sign

23

Page 24: Appendicitis Vera

Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada kuadran kanan bawah

kemudian dilepaskan tiba-tiba

Gambar : (A) Blumberg Sign, (B) Rovsign’s Sign, (C) Psoas Sign,

(D) Obturator Sign

H. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

- Pemeriksaan darah : akan didapatkan leukositosis pada kebanyakan

kasus appendisitis akut terutama pada kasus dengan komplikasi.

Pada appendicular infiltrat, LED akan meningkat .

- Pemeriksaan urin : untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan

bakteri di dalam urin. Pemeriksaan ini sangat membantu dalam

menyingkirkan diagnosis banding seperti infeksi saluran kemih atau

batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang hampir sama dengan

appendicitis .

2. Abdominal X-Ray

Digunakan untuk melihat adanya fecalith sebagai penyebab appendicitis.

Pemeriksaan ini dilakukan terutama pada anak-anak .

24

Page 25: Appendicitis Vera

3. USG

Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan

USG, terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan

USG dapat dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti

kehamilan ektopik, adnecitis dan sebagainya .

4. Barium enema

Yaitu suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke colon

melalui anus. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-

komplikasi dari appendicitis pada jaringan sekitarnya dan juga untuk

menyingkirkan diagnosis banding.

5. CT-Scan

Dapat menunjukkan tanda-tanda dari appendicitis. Selain itu juga dapat

menunjukkan komplikasi dari appendicitis seperti bila terjadi abses.

6. Laparoscopi

Yaitu suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang

dimasukkan dalam abdomen, appendiks dapat divisualisasikan secara

langsung.Tehnik ini dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. Bila

pada saat melakukan tindakan ini didapatkan peradangan pada appendiks

maka pada saat itu juga dapat langsung dilakukan pengangkatan

appendiks.

Skor Alvarado

Semua penderita dengan suspek Appendicitis acuta dibuat skor

Alvarado dan diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu: skor <6 dan >6.

Selanjutnya dilakukan Appendectomy, setelah operasi dilakukan pemeriksaan

PA terhadap jaringan Appendiks dan hasilnya diklasifikasikan menjadi 2

kelompok yaitu: radang akut dan bukan radang akut.

25

Page 26: Appendicitis Vera

Manifestasi Skor

GejalaAdanya migrasi nyeri 1

Anoreksia 1

Tanda

Mual/muntah 1

Nyeri RLQ 2

Nyeri lepas 1

Febris 1

LaboratoriumLeukositosis 2

Shift to the left 1

Total poin 10

Keterangan:

0-4 : kemungkinan Appendicitis kecil

5-6 : bukan diagnosis Appendicitis

7-8 : kemungkinan besar Appendicitis

9-10 : hampir pasti menderita Appendicitis

Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6

maka tindakan bedah sebaiknya dilakukan.

Kelainan patologi Keluhan dan tanda

Peradangan awal

Appendicitis Mukosa

Radang di seluruh ketebalan dinding

-Kurang enak ulu hati/ daerah pusat,

mungkin kolik

-nyeri tekan kanan bawah

-nyeri sentral pindah ke kanan

26

Page 27: Appendicitis Vera

Appendicitis komplit, radang peritoneum

parietal apendiks

Radang alat/jaringan yang menempel

pada apendiks

Appendicitis gangrenosa

Perforasi

Pembungkusan

-       Tidak berhasil

-       Berhasil

-       Abses

bawah,mual dan muntah

-rangsangan peritoneum lokal (somatik),

nyeri pada gerak aktif dan pasif

-genitalia interna, ureter, muskulus

psoas mayor, kantung kemih, rektum

-Demam sedang, takikardi, mulai

toksik, leukositosis

-Nyeri dan defans muskuler seluruh

perut

-s.d.a + demam tinggi, dehidrasi, syok,

toksik

-masa perut kanan bawah, keadaan

umum berangsur membaik

-demam remiten, keadaan umum toksik,

keluhan dan tanda setempat

27

Page 28: Appendicitis Vera

I. Diagnosis Banding

1. Gastroenteritis

Pada gastroenteritis, mual-muntah dan diare mendahului rasa sakit.

Sakit perut lebih ringan dan tidak berbatas tegas. Hiperperistaltik sering

ditemukan. Panas dan leukositosis kurang menonjol dibandingkan

dengan appendicitis.

2. Limfadenitis mesenterica

Biasanya didahului oleh enteritis atau gastroenteritis. Ditandai

dengan nyeri perut yang samar-samar terutama disebelah kanan, dan

disertai dengan perasaan mual dan muntah.

3. Demam Dengue

Demam dengue dapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis.

Di sini didapatkan hasil ruple leed positif, trombositopenia dan

peningkatan hematokrit.

4. Peradangan pelvis

Tuba Fallopi kanan dan ovarium terletak dekat appendiks. Radang

kedua oergan ini sering bersamaan sehingga disebut salpingo-ooforitis atau

adnecitis.Untuk menegakkan diagnosis penyakit ini didapatkan riwayat

kontak sexsual. Suhu biasanya lebih tinggi daripada appendicitis dannyeri

perut bagian bawah lebih difus. Biasanya disertai dengan keputihan. Pada

colok vaginal jika uterus diayunkan maka akan terasa nyeri.

5. Kehamilan Ektopik

Ada riwayat terhambat menstruasi dengan keluhan yang tidak

menentu. Jika terjadi ruptur tuba atau abortus diluar rahim dengan

perdarahan akan timbul nyeri yang mendadak difus di daerah pelvis dan

mungkin akan terjadi syok hipovolemik. Pada pemeriksaan colok vaginal

didapatkan nyeri dan penonjolan kavum Douglas, dan pada kuldosentesis

akan didapatkan darah.

28

Page 29: Appendicitis Vera

6. Diverticulitis

Meskipun diverticulitis biasanya terletak di perut bagian kiri, tetapi

kadang-kadang dapat juga terjadi disebelah kanan. Jika terjadi peradangan

dan ruptur pada diverticulum gejala klinis akan sukar dibedakan dengan

gejala-gejala appendicitis.

7. Batu Ureter atau Batu Ginjal

Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut menjalar ke inguinal

kanan merupakan gambaran yang khas. Hematuria sering ditemukan. Foto

polos abdomen atau urografi intravena dapat memestikan penyakit

tersebut.

8. Kelainan Ovulasi

Folikel ovarium yang pecah (ovulasi) mungkin memberikan nyeri

perut kanan bawah pada pertengahan siklus menstruasi. Pada anamnesis,

nyeri yang sama pernah timbul lebih dahulu. Tidak ada tanda radang dan

nyeri biasa hilang dalam waktu 24 jam, tetapi mungkin dapat mengganggu

selama dua hari.

9. Endometrosis Eksterna

Endometrium di luar rahim akan memberikan nyeri di tempat

endometrosis berada, dan darah menstruasi terkumpul di tempat itu karena

tidak ada jalan keluar.

J. Komplikasi

1. Appendicular infiltrat:

Infiltrat / massa yang terbentuk akibat mikro atau makro perforasi

dari Appendiks yang meradang yang kemudian ditutupi oleh omentum,

usus halus atau usus besar.

2. Appendicular abscess:

Abses yang terbentuk akibat mikro atau makro perforasi dari

Appendiks yang meradang yang kemudian ditutupi oleh omentum, usus

halus, atau usus besar.

29

Page 30: Appendicitis Vera

3. Perforasi

4. Peritonitis

5. Syok septik

6. Mesenterial pyemia dengan Abscess Hepar

7. Gangguan peristaltik

8. Ileus

K. Penatalaksanaan

 Untuk pasien yang dicurigai Appendicitis :

Puasakan

Berikan analgetik dan antiemetik jika diperlukan untuk mengurangi gejala

Penelitian menunjukkan bahwa pemberian analgetik tidak akan

menyamarkan gejala saat pemeriksaan fisik.

Pertimbangkan DD/ KET terutama pada wanita usia reproduksi.

Berikan antibiotika IV pada pasien dengan gejala sepsis dan yang

membutuhkan Laparotomy

Perawatan appendicitis tanpa operasi

Penelitian menunjukkan pemberian antibiotika intravena dapat berguna untuk

Appendicitis acuta bagi mereka yang sulit mendapat intervensi operasi

(misalnya untuk pekerja di laut lepas), atau bagi mereka yang memilki resiko

tinggi untuk dilakukan operasi

Rujuk ke dokter spesialis bedah.

Antibiotika preoperative

Pemberian antibiotika preoperative efektif untuk menurunkan terjadinya

infeksi post opersi.

Diberikan antibiotika broadspectrum dan juga untuk gram negative dan

anaerob

Antibiotika preoperative diberikan dengan order dari ahli bedah.

30

Page 31: Appendicitis Vera

Antibiotik profilaksis harus diberikan sebelum operasi dimulai. Biasanya

digunakan antibiotik kombinasi, seperti Cefotaxime dan Clindamycin, atau

Cefepime dan Metronidazole. Kombinasi ini dipilih karena frekuensi bakteri

yang terlibat, termasuk Escherichia coli,Pseudomonas aeruginosa,

Enterococcus, Streptococcus viridans,Klebsiella, dan Bacteroides.

Pilihan penatalaksanaan apendisitis:

- Appendektomi cito (pada apendisitis akut, abses, dan perforasi)

- Appendektomi elektif (pada apendisitis kronik)

- Konservatif kemudian operasi elektif (pada apendisitis infiltrate).

Terapi konservatif:

- Bed rest dengan posisi Fowler (posisi terlentang, kepala ditinggikan 18-20

inci, kaki diberi bantal, dan lutut ditekuk).

- Diet cair, kompres dingin di daerah Mc Burney

- Antibiotika yang massif: metronidazol

- Monitor: infiltra, tanda-tanda peritonitis (perforasi), suhu tiap 6 jam, LED,

angka leukosit.

Jika hasil baik, mobilisasi secara bertahap, kamudian boleh pulang. Setelah

pasien tenang (4-6 minggu), baru dilaukan appendektomi. Tujuaya supaya dalam

waktu tersebut perlekatan sudah berhenti (jika banyak perlengketan, operasi sulit

menemukan, dan memotong apendiks). Appendektomi demikian disebut

apendektomi afroid. Jika langsung appendektomi radikali disebut achaul.

Jenis apendektomi :

i. Open Appendectomy

Merupakan suat tindakan pembedahan pengambilan apendiks vermiformis.

Indikasi operasi yakni apendisitis akut, periapendikular infiltrat, serta apendisitis

perforata. Tidak ada kontraindikasi pada pembedahan ini. Komplikasi operasi

dapat berupa durante operasi (perdarahan intraperitoneal, dinding perut, robekan

sekum atau usus lain), pasca bedah dini (perdarahan, infeksi, hematom, paralitik

31

Page 32: Appendicitis Vera

ileus, peritonitis, fistel usus, abses intraperitoneal), dan pasca bedah lanjut

(streng illeus dan hernia sikatriks).

Mortalitas dapat terjadi sebesar 0.1% (jika tidak terjadi perforasi), 15%

jika telah terjadi perforasi. Kematian tersering oleh karena sepsis, emboli paru,

atau aspirasi. Dilakukan pemantauan kondisi luka, kondisi abdomen, serta

kondisi klinis penderita secara keseluruhan.

Gambar . Apendektomi terbuka

ii. Laparoscopic appendectomy

Pertama kali dilakukan pada tahun 1983. Laparoscopic dapat dipakai

sarana diagnosis dan terapeutik untuk pasien dengan nyeri akut abdomen dan

suspek Appendicitis acuta. Laparoscopic kemungkinan sangat berguna untuk

pemeriksaan wanita dengan keluhan abdomen bagian bawah. Membedakan

penyakit akut ginekologi dari Appendicitis acuta sangat mudah dengan

menggunakan laparoskop.

Diindikasikan untuk apendisitis akut dan apendisitis kronik.

Kontraindikasi relatif yakni wanita dengankehamilan trimester kedua dan

ketiga serta terdapat penyulit radang pelvis dan endometriosis. Mortalitas pasca

apendektomi laparoskopik sebesar 0.06%. pasca bedah, penderita dirawat di

ruangan selama 3-4 hari, diobservasi komplikasi seperti nyeri pasca operasi

dan gangguan mortalitas usus. Setelah pasase usus baik, penderita bisa mulai

diet per oral. Pasca operasiperlu diperiksa adanya infeksi luka operasi.

32

Page 33: Appendicitis Vera

Gambar . Laparoscopic appendectomy

L. Prognosis

Dengan diagnosis dan pembedahan yang akurat, angka morbiditas dan

mortalitas sangat kecil. Diagnosis yang tertunda meningkatkan angka morbiditas

dan mortalitas. Serangan berulang dapat terjadi jika apendiks tidak diangkat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Appendectomy, Medicine Net. Com.33

Page 34: Appendicitis Vera

Anonim, Appendicitis, Medicine Net. Com.

Anonim, Appendicitis, The Merck Manual Sec 3, htm.

Anonim, Appendicitis, The Merck Manual, Sec 9, htm.

Helwick, CA, Appendicitis, Gale Encytopedia of medicine. htm.

Hamami, AH, dkk, Usus Halus Appendiks, Kolon, dan Anorektum, dalam

Sjamsuhidajat, R, De jong. W, Buku Ajar Ilmu bedah, Edisi Revisi, EGC,

Jakarta, 1997, hal 865-75

Mansjoer,Arif , dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. 2000. Jakarta: Media

Aesculapius

Moore, Keith L. Anatomi Klinis Dasar. 2002. Jakarta: Hipokrates

O’rourke. R, Acute Appendicitis, The Iowaclinic. Com.

R. Sjamsulhidajat, Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. 2004. Jakarta : EGC

Sari, Dina K, dkk. 2005. Chirurgica (re-package + edititon). Yogyakarta,

Indonesia. Tosca Enterprise

Tanu, Ian. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. 2007. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran Indonesia

34