Upload
sapti-martalia
View
212
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/18/2019 Artikel_10300004
1/20
1
PENENTUAN KLASIFIKASI FUNGSI JARINGAN JALANPERKOTAAN STUDI KASUS KOTA BANDA ACEH
Adnal ShafirJurusan Teknik Sipil, FTSP, Universitas Gunadarma
ABSTRAK
Pada kenyataannya, terutama di kota-kota besar di Indonesia pembinaan dan pengelolaan jalan belum berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini ditandai dengan adanyakemacetan lalu lintas akibat pertumbuhan lalu lintas yang pesat dan terbaurnya perananarteri, kolektor, dan lokal pada ruas-ruas jalan yang ada. Hal ini menunjukkan belumadanya kesesuaian persepsi dalam penentuan peranan dan fungsi serta administrasi
jalan di wilayah perkotaan.Setidaknya ada tiga Peta Jaringan Jalan existing di Kota Banda Aceh.
Pertama, Peta Jaringan Jalan Departemen PU Tahun 1996. Kedua, Peta Jaringan JalanSK Mendagri Tahun 2000. Ketiga, Peta Jaringan Jalan Dinas Prasarana Wilayah KotaBanda Aceh. Ketiga Peta Jaringan Jalan existing tersebut mempunyai penekanan yangberbeda-beda. Dengan kata lain peta-peta tersebut belum secara lengkapmengungkapkan sistem jaringan jalan sesuai dengan persyaratan dan kriteria penentuanklasifikasi fungsi jalan di kawasan perkotaan.
Hasil studi dalam bentuk Peta mengenai penentuan klasifikasi fungsi jaringan jalan di kawasan perkotaan dengan studi kasus Kota Banda Aceh ini telah sesuai denganPedoman Penentuan Klasifikasi Fungsi Jaringan Jalan di Kawasan Perkotaan.
Kata Kunci : Kemacetan lalu lintas, sistem jaringan jalan, klasifikasi fungsi jalan.
PENDAHULUAN
Transportasi merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan kita.
Transportasi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan orang atau barang dari suatu
tempat ke tempat lain dan fasilitas yang digunakan untuk memindahkannya.
Perpindahan/pergerakan manusia merupakan hal yang penting dipikirkan khususnya di
daerah perkotaan, sedangkan angkutan barang sangat penting untuk menunjang
kehidupan perekonomian.
Transportasi mempunyai karakteristik dan atribut yang menunjukkan arti dan
fungsi spesifiknya. Fungsi utamanya adalah untuk menghubungkan manusia dengan tata
guna lahan.
Pada kenyataannya, terutama di kota-kota besar di Indonesia pembinaan dan
pengelolaan jalan tersebut belum berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini ditandai
dengan adanya kemacetan lalu lintas akibat pertumbuhan lalu lintas yang pesat dan
terbaurnya peranan arteri, kolektor dan lokal pada ruas-ruas jalan yang ada, sehingga
mempercepat penurunan kondisi dan pelayanan perjalanan. Hal ini menunjukkan belum
adanya kesesuaian persepsi dalam penentuan peranan dan fungsi serta administrasi
8/18/2019 Artikel_10300004
2/20
2
jalan di wilayah perkotaan, yang berakibat pada inefisiensi penggunaan dan pembinaan
jalan dalam hal ini adalah jalan perkotaan.
Maksud paper ini adalah untuk mengetahui bagaimana sistem jaringan jalan di
wilayah kota dibina, direncanakan dan dilaksanakan dengan memperhatikan peraturan
perundangan yang berlaku dan kriteria penentuan klasifikasi jalan yang telah ada.
Tujuan akhir yang akan dicapai adalah menghasilkan sebuah peta jaringan jalan di Kota
Banda Aceh yang merupakan salah satu alternatif informasi penentuan klasifikasi fungsi
jaringan jalan yang perlu dipertimbangkan oleh Pemerintah Kota Banda Aceh.
Sistem Jaringan Jalan Indonesia – Tinjauan Normatif
Berdasarkan Undang-undang RI No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Undang-
undang RI No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, Peraturan Pemerintah (PP) No.
47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), dan Peraturan
Pemerintah (PP) No. 26 Tahun 1985 tentang Jalan, antara lain menyatakan bahwa
klasifikasi jalan dapat dibagi berdasarkan sistem jaringan, peranan, dan wewenang
pembinaannya.
Klasifikasi Jalan Berdasarkan Sistem Jaringan Jalan dan Peran
Berdasarkan sistem jaringannya, jalan dikelompokkan ke dalam jaringan jalan
primer dan jaringan jalan sekunder, sedangkan berdasarkan peranannya, jalan
dikelompokkan kedalam jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan lokal.
a. Sistem Jaringan Jalan Primer
Sistem Jaringan Jalan Primer adalah sistem jaringan jalan yang disusun
mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang dan struktur pengembangan wilayah
tingkat nasional, yang menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi [PP RI No. 26
Tahun 1985]”.
Simpul-simpul Jasa Distribusi adalah pusat-pusat kegiatan yang mempunyai
jangkauan pelayanan nasional, wilayah, dan lokal.
“Jaringan Jalan Primer yaitu jaringan jalan yang menghubungkan secara meneruspusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal, dan pusat
kegiatan di bawahnya sampai ke persil dalam satu satuan wilayah pengembangan.
”[Pedoman Konstruksi dan Bangunan Pd T-18-2004-B].
Adapun jenis-jenis dari Sistem Jaringan Jalan Primer adalah :
1). Jalan Arteri Primer yaitu jalan yang secara efisien menghubungkan antar pusat
kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan
wilayah.
8/18/2019 Artikel_10300004
3/20
3
2). Jalan Kolektor Primer yaitu jalan yang secara efisien menghubungkan antar
pusat kegiatan wilayah atau menghubungkan antara pusat kegiatan wilayah
dengan pusat kegiatan lokal.
3). Jalan Lokal Primer yaitu jalan yang secara efisien menghubungkan pusat
kegiatan nasional dengan persil atau pusat kegiatan wilayah dengan persil atau
pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lokal, pusat kegiatan lokal dengan
pusat kegiatan di bawahnya, pusat kegiatan lokal dengan persil, atau pusat
kegiatan di bawahnya sampai persil.
b. Sistem Jaringan Jalan Sekunder
Sistem Jaringan Jalan Sekunder adalah sistem jaringan jalan yang disusun
mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang kota yang menghubungkan kawasan-
kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder
kedua, fungsi sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.” [PP RI No. 26
Tahun 1985].
Adapun jenis-jenis dari Sistem Jaringan Jalan Sekunder adalah:
1). Jalan Arteri Sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan
kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder
kesatu dengan kawasan sekunder kedua.2). Jalan Kolektor Sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan sekunder
kedua dengan kawasan sekunder kedua atau menghubungkan kawasan
sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
3). Jalan Lokal Sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan sekunder
kesatu dengan perumahan, menghubungkan kawasan sekunder dengan
perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan
Secara konsep kegiatan, skema jaringan jalan antar kota dan dalam kota (perkotaan)
terdapat kesamaan. Hierarki pusat-pusat kegiatan pada jaringan jalan antar kota berupakegiatan kota berjenjang, sedangkan pusat-pusat kegiatan pada jaringan jalan perkotaan
berupa kegiatan yang bersifat lokal.
Klasifikasi Jalan Berdasarkan Kewenangan Pembinaan
Berdasarkan kewenangan pembinaannya, jalan dikelompokkan ke dalam Jalan
Nasional, Jalan Propinsi, dan Jalan Kabupaten/Kota dan Jalan Khusus. [UU RI No.38/
2004].
8/18/2019 Artikel_10300004
4/20
8/18/2019 Artikel_10300004
5/20
5
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) diklasifikasikan berdasarkan :
Pusat yang mempunyai potensi sebagai pintu gerbang ke kawasan-kawasan
internasional dan mempunyai potensi untuk mendorong daerah sekitarnya.
Pusat jasa-jasa pelayanan keuangan/bank yang melayani nasional atau melayani
beberapa propinsi.
Pusat pengolahan/pengumpul barang secara nasional atau meliputi beberapa
propinsi.
Simpul transportasi secara nasional atau meliputi beberapa propinsi.
Pusat jasa pemerintahan untuk nasional atau meliputi beberapa propinsi.
Pusat jasa-jasa publik yang lain untuk nasional atau meliputi beberapa propinsi.
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) diklasifikasikan berdasarkan :
Pusat jasa-jasa pelayanan keuangan/bank yang melayani propinsi atau beberapa
kabupaten.
Pusat pengolahan/pengumpul barang yang melayani propinsi atau beberapa
kabupaten.
Simpul transportasi untuk satu propinsi atau beberapa kabupaten.
Pusat jasa pemerintahan untuk satu propinsi atau beberapa kabupaten.
Pusat jasa-jasa yang lain untuk satu propinsi atau beberapa kabupaten.
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) diklasifikasikan berdasarkan :
Pusat jasa-jasa pelayanan keuangan/bank yang melayani satu kabupaten atau
beberapa kecamatan.
Pusat pengolahan/pengumpul barang untuk satu kabupaten atau beberapa
kecamatan.
Simpul transportasi untuk satu kabupaten atau beberapa kecamatan.
Pusat pemerintahan untuk satu kabupaten atau beberapa kecamatan.
Bersifat khusus karena mendorong perkembangan sektor strategis atau kegiatan
khusus lainnya di wilayah kabupaten.
Kota di bawah Pusat Kegiatan Lokal (PK < PKL)
Kota yang berperan melayani sebagian dari satuan wilayah
pengembangannya, dengan kemampuan pelayanan jasa yang lebih rendah dari pusat
kegiatan lokal dan terikat jangkauan serta orientasi yang mengikuti prinsip-prinsip di
atas.” [PP RI No. 47 Tahun 1997].
Menurut Pedoman Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Kawasan Perkotaan
Tahun 2004, hubungan antara hierarki perkotaan dengan peranan ruas jalan
penghubungnya dalam sistem jaringan jalan primer diberikan dalam bentuk matriks pada
Tabel 1. dan dalam bentuk diagram Gambar 1.
8/18/2019 Artikel_10300004
6/20
6
Tabel 1. Hubungan Antara Hierarki Kota dengan Peranan Ruas Jalandalam Sistem Jaringan Jalan Primer
PERKOTAAN PKN PKW PKL PK
8/18/2019 Artikel_10300004
7/20
7
lebih berorientasi ke dalam dan jangkauan lokal; fungsi primer dan fungsi sekunder harus
tersusun teratur dan tidak terbaurkan; fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi
sekunder kedua dan seterusnya terikat dalam satu hubungan hierarki.
Kawasan Sekunder adalah kawasan kota yang mempunyai fungsi sekunder;
fungsi sekunder sebuah kota dihubungkan dengan pelayanan terhadap warga kota itu
sendiri yang lebih berorientasi ke dalam dan jangkauan lokal; fungsi ini dapat
mengandung fungsi yang terkait pada pelayanan jasa yang bersifat pertahanan
keamanan yang selanjutnya disebut fungsi sekunder yang bersifat khusus; fungsi primer
dan fungsi sekunder harus tersusun teratur dan tidak terbaurkan; fungsi primer, fungsi
sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua dan seterusnya terikat dalam satu hubungan
hierarki.
Fungsi Primer adalah fungsi kota dalam hubungannya dengan kedudukan kota
sebagai pusat pelayanan jasa bagi kebutuhan pelayanan kota, dan wilayah
pengembangannya.
Fungsi Sekunder adalah fungsi kota dalam hubungannya dengan kedudukan
kota sebagai pusat pelayanan jasa bagi kebutuhan penduduk kota itu sendiri.
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait
pada yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau
aspek fungsional.” [Undang-undang RI No. 24 Tahun 1992].
Hubungan antara kawasan perkotaan dengan peranan ruas jalan dalam sistem
jaringan jalan sekunder diberikan pada Tabel 2. dan Gambar 2. Tabel 2. disajikan dalam
bentuk matriks dan Gambar 4. disajikan dalam bentuk diagram.
Tabel 2. Hubungan Antara Kawasan Perkotaan dengan Peranan RuasJalan dalam Sistem Jaringan Jalan Sekunder
KAWASAN
PRIMER SEKUNDER SEKUNDER SEKUNDER
PERUMAHANI II III
(F1) (F2.1) (F2.2) (F2.3)
PRIMER
(F1)-- Arteri -- -- --
SEKUNDER
(F2.1) Arteri Arteri Arteri -- Lokal
SEKUNDER
(F2.2)-- Arteri Kolektor Kolektor Lokal
SEKUNDER
(F2.3)-- -- Kolektor Kolektor Lokal
PERUMAHAN -- Lokal Lokal Lokal Lokal
Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan Pd T-18-2004
8/18/2019 Artikel_10300004
8/20
8
Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan Pd T-18-2004-B
Gambar 2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder
Kriteria Penetapan Klasifikasi Fungsi Jalan
Pedoman Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Kawasan Perkotaan No. Pd T-
18-2004-B Tahun 2004 telah menetapkan kriteria dalam menentukan klasifikasi fungsi
jalan di perkotaan berdasarkan sistem jaringan dan peran jalan secara nasional. Kriteria
ini dimaksudkan sebagai ciri-ciri umum yang diharapkan pada masing-masing fungsi
jalan dan merupakan arahan yang perlu dipenuhi atau didekati oleh setiap wilayah
perkotaan dalam menentukan klasifikasi fungsi jalan di wilayahnya. Sketsa hipotesis
hierarki jalan kota dapat dilihat pada Gambar 3.
Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan Pd T-18-2004-B
Gambar 3. Sketsa Hipotesis Hierarki Jalan Perkotaan
8/18/2019 Artikel_10300004
9/20
9
Sistem Jaringan Jalan Primer
Berdasarkan peran jalan, Sistem Jaringan Jalan Primer mempunyai hierarki
Jalan Arteri Primer, Kolektor Primer dan Lokal Primer.
a. Jalan Arteri Primer
Untuk penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan Arteri Primer harus memenuhi
persyaratan kriteria sebagai berikut :
1). Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60
km/h.
2). Lebar badan jalan arteri primer paling rendah 11 m.
3). Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi secara efisien; jarak antar jalan
masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 500 m.
4). Persimpangan pada jalan arteri primer diatur dengan pengaturan tertentu yang
sesuai dengan volume lalu lintasnya.
5). Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas
rata-rata.
6). Besarnya volume lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih besar dari
fungsi jalan yang lain.
7). Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka, lampu
pengatur lalu lintas, lampu penerangan jalan dan lain-lain.
8). Jalur khusus seharusnya disediakan, yang dapat digunakan untuk sepeda dan
kendaraan lambat lainnya.
9). Jalan arteri primer seharusnya dilengkapi dengan median jalan.
Ciri-ciri Jalan Arteri Primer terdiri atas :
1). Jalan arteri primer dalam kota merupakan terusan jalan arteri primer luar kota.
2). Jalan arteri primer melalui atau menuju kawasan primer.
3). Lalu lintas jarak jauh pada jalan arteri primer adalah lalu lintas regional; untuk itu,
lalu lintas tersebut tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lokal, dari kegiatan lokal.
4). Kendaraan angkutan barang berat dan kendaraan umum bus dapat diijinkan
melalui jalan ini.
5). Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan tidak diijinkan.
6). Jalan arteri primer dilengkapi dengan tempat istirahat pada setiap jarak 25 km.
b. Jalan Kolektor Primer
Untuk penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan Kolektor Primer harus memenuhi
persyaratan kriteria sebagai berikut :
1). Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40
km/h.
2). Lebar badan jalan kolektor primer paling rendah 9 m.
8/18/2019 Artikel_10300004
10/20
10
3). Jumlah jalan masuk ke jalan kolektor primer dibatasi secara efisien; jarak antar
jalan masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 400 m.
4). Persimpangan pada jalan kolektor primer diatur dengan pengaturan tertentu yang
sesuai dengan volume lalu lintasnya.
5). Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu
lintas rata-rata.
6). Besarnya volume lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih rendah dari
jalan arteri primer.
7). Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka, lampu
pengatur lalu lintas, dan lampu penerangan jalan.
Dianjurkan tersedianya jalur khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan
kendaraan lambat lainnya.
Ciri-ciri Jalan Kolektor Primer terdiri atas :
1). Jalan kolektor primer dalam kota merupakan terusan jalan kolektor primer luar
kota.
2). Jalan kolektor primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri
primer.
3). Kendaraan angkutan barang berat dan kendaraan umum bus dapat diijinkan
melalui jalan ini.
4). Lokasi parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak diijinkan
pada jam sibuk.
c. Jalan Lokal Primer
Untuk penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan Lokal Primer harus memenuhi
persyaratan kriteria sebagai berikut :
1). Jalan lokal primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20
km/h.
2). Lebar badan jalan lokal primer paling rendah 6,5 m.
3). Besarnya volume lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendah pada
sistem primer.
Ciri-ciri Jalan Lokal Primer terdiri atas :
1). Jalan lokal primer dalam kota merupakan terusan jalan lokal primer luar kota.
2). Jalan lokal primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan primer lainnya.
3). Kendaraan angkutan barang dan kendaraan umum bus dapat diijinkan melalui
jalan ini.
8/18/2019 Artikel_10300004
11/20
11
Sistem Jaringan Jalan Sekunder
Berdasarkan peran jalan, Sistem Jaringan Jalan Primer mempunyai hierarki
Jalan Arteri Primer, Kolektor Primer dan Lokal Primer.
a. Jalan Arteri Sekunder
Untuk penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan Arteri Sekunder harus memenuhi
persyaratan kriteria sebagai berikut :
1). Jalan arteri sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30
km/h.
2). Lebar badan jalan arteri sekunder paling rendah 11 m.
3). Akses langsung dibatasi tidak boleh lebih pendek dari 250 m.
4). Persimpangan pada jalan arteri sekunder diatur dengan pengaturan tertentu
yang sesuai dengan volume lalu lintasnya.
5). Jalan arteri sekunder mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu
lintas rata-rata.
6). Besarnya volume lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling besar dari
sistem jalan sekunder yang lain.
7). Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka, lampu
pengatur lalu lintas, dan lampu penerangan jalan dan lain-lain.
8). Dianjurkan tersedianya jalur khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan
kendaraan lambat lainnya.
9). Jarak selang dengan kelas jalan yang sejenis lebih besar dari jarak selang
dengan kelas jalan yang lebih rendah.
Ciri-ciri Jalan Arteri Sekunder terdiri atas :
1). Jalan arteri sekunder menghubungkan kawasan primer dengan kawasan
sekunder kesatul; antar kawasan sekunder kesatu; kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan sekunder kedua; jalan arteri/kolektor primer dengan kawasan
sekunder kesatu.
2). Lalu lintas cepat pada jalan arteri sekunder tidak boleh terganggu oleh lalu lintas
lambat.
3). Kendaraan angkutan barang ringan dan kendaraan umum bus untuk pelayanan
kota dapat diijinkan melalui jalan ini.
4). Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya
tidak diijinkan pada jam sibuk.
b. Jalan Kolektor Sekunder
Untuk penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan Kolektor Sekunder harus
memenuhi persyaratan kriteria sebagai berikut :
8/18/2019 Artikel_10300004
12/20
12
1). Jalan kolektor sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah
20 km/h.
2). Lebar badan jalan kolektor sekunder paling rendah 9 m.
3). Besarnya volume lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih rendah dari
sistem primer dan arteri sekunder.
4). Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup.
Ciri-ciri Jalan Kolektor Sekunder terdiri atas :
1). Jalan kolektor sekunder menghubungkan antar kawasan sekunder kedua;
kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga; kendaraan
angkutan barang berat tidak diijinkan melalui fungsi jalan ini di daerah
pemukiman.
2). Lokasi parkir pada badan jalan dibatasi.
c. Jalan Lokal Sekunder
Untuk penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan Lokal Sekunder harus memenuhi
persyaratan kriteria sebagai berikut :
1). Jalan lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10
km/h.
2). Lebar badan jalan lokal sekunder paling rendah 6,5 m.
3). Besarnya volume lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendahdibandingkan dengan fungsi jalan lain.
Ciri-ciri Jalan Lokal Sekunder terdiri atas :
1). Jalan lokal sekunder menghubungkan antar kawasan sekunder ketiga atau
dibawahnya; kawasan sekunder dengan perumahan.
2). Kendaraan angkutan barang berat dan bus tidak diijinkan melalui fungsi jalan ini
di daerah pemukiman.
Data-data yang Diperlukan
Data-data yang dimaksud meliputi data-data yang bersifat peraturanperundangan yang berlaku, keputusan-keputusan menteri terkait, buku pedoman dan
data-data umum Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kota Banda Aceh, RTRW
Kota Banda Aceh dan data-data teknis jalan existing .
Peraturan perundang-undangan yang mengatur jalan, adalah :
a) Undang-undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
b) Undang-undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.
c) Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
d) Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1985 tentang Jalan.
8/18/2019 Artikel_10300004
13/20
13
e) Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN).
Selain peraturan perundangan, juga direview literatur-literatur lain yang
berhubungan dengan penetapan peran dan status ruas jalan seperti Panduan Penentuan
Klasifikasi Fungsi Jalan di Wilayah Perkotaan yang dikeluarkan oleh Ditjen Bina Marga
No. 010/T/BNKT/1990 dan kemudian disempurnakan dalam bentuk Pedoman Penentuan
Klasifikasi Fungsi Jalan di Kawasan Perkotaan yang dikeluarkan oleh Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah No. Pd T-18-2004-B.
Data-data yang berkaitan langsung dengan obyek penelitian lapangan (data
primer), yaitu : Data-data teknis jalan, seperti Lebar Perkerasan Jalan, Kecepatan
Perjalanan, dan Volume Lalu lintas.
Penetapan Hierarki Kota di Kawasan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Langkah awal dalam penentuan klasifikasi fungsi jalan adalah melihat secara
makro wilayah (Nasional), dimana hubungan antara kota dengan kota yang lain. Hal ini
sangat berguna untuk menentukan klasifikasi fungsi jalan primer. Kemudian diasumsikan
bahwa hierarki kota dalam suatu wilayah telah ditentukan, misalnya melalui RTRWN,
RTRW Propinsi atau Kabupaten/Kota. Di dalam RTRW (Nasional, Propinsi maupun
Kabupaten/Kota), telah ditentukan atau diidentifikasikan hierarki dan fungsi dari kota-kota
yang terkait. Penentuan ini didasarkan pada berbagai aspek pertimbangan, strategi dan
kebijakan pengembangan dan pembangunan, pemanfaatan lahan (land use) saat ini,
potensi yang ada dan lain-lain. Kebijakan Pemerintah berpengaruh besar terhadap
sistem hierarki kota, kebijakan otonomi daerah, dan strategi pengembangan ekonomi
akan mempengaruhi fungsi kota-kota, perubahan kebijakan dalam arah perkembangan
wilayah juga akan mengubah fungsi kota dan prasarana jalan pendukungnya. Awal dari
penentuan klasifikasi fungsi jalan ini dimaksudkan untuk melakukan klasifikasi jalan
primer yang melalui perkotaan (menerus), dimana penentuan ini berdasarkan hierarki
antar kota, sedangkan untuk penentuan klasifikasi jalan pada sistem primer antar kotaditentukan dengan pedoman lain.
Secara garis besar langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :
a. Review RTRWN, RTRW Propinsi dan RTRW Kabupaten/Kota.
b. Indikasikan pembagian Satuan Pengembangan Wilayah (SPW) dan strateginya.
c. Indikasikan klasifikasi/hierarki kota dalam satuan wilayah terkait.
d. Indikasikan apakah prasarana jalan yang menghubungkan kota tersebut dengan kota
lainnya masuk kategori/klasifikasi sistem primer yang mana.
e. Indikasikan lintasan sistem primer yang masuk dalam perkotaan.
8/18/2019 Artikel_10300004
14/20
8/18/2019 Artikel_10300004
15/20
15
c. Perkirakan rencana perubahan pusat-pusat kegiatan masyarakat di masa datang
berdasarkan potensi kawasan yang ada dalam sistem sekunder.
Karakteristik Existing (Lapangan)
Dengan mengetahui hierarki kawasan perkotaan dan jaringan jalan yang ada,
maka perlu diidentifikasikan di lapangan, jaringan jalan yang tepat atau mendekati
dengan kriteria dan ketentuan teknis yang telah ditetapkan, untuk penilaian terhadap
kesesuaian dalam menentukan klasifikasi fungsi jalan di kawasan perkotaan dan
rekomendasi yang diperlukan.
Secara garis besar langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :
a. Lakukan pengecekan di lapangan berdasarkan indikasi dalam RTRW yang ada.
b. Bila dalam indikasi hubungan antar hierarki kota atau kawasan terdapat lebih dari
satu alternatif jalan, maka indikasikan rute-rute alternatif tersebut dan lakukan
pengecekan di lapangan.
c. Cek kondisi geometri masing-masing rute alternatif.
d. Amati kondisi atau karakteristik lalu lintas yang lewat pada jalan tersebut.
e. Survey kondisi fisik jalannya.
Penentuan dan Rekomendasi Penetapan Klasifikasi Fungsi Jalan
Dengan telah ditentukan fungsi dan hierarki kawasan perkotaan, maka
berdasarkan pengertian klasifikasi fungsi jalan, kriteria dan ciri-ciri jalan, serta hasil
pengamatan di lapangan, maka dapat ditentukan klasifikasi fungsi jalan yang ada serta
rekomendasi yang diperlukan. Pengertian klasifikasi fungsi jalan dapat dipahami melalui
hubungan antar kawasan dalam perkotaan dengan fungsi jalan.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, maka dapat ditentukan salah satu ruas
jalan dari beberapa alternatif ruas jalan yang ada untuk ditentukan klasifikasi fungsi
jalannya, dimana dipilih ruas jalan yang mendekati kriteria yang telah ditetapkan.
Rekomendasi dimaksudkan untuk memberikan masukan kepada instansi yang
berwenang dalam penetapan klasifikasi fungsi jalan sesuai dengan perundang-undanganyang berlaku.
Langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Pelajari pengertian tentang klasifikasi jalan yang ada, berdasarkan peraturan yang
berlaku.
b. Dipahami betul-betul kriteria dalam klasifikasi fungsi jalan, baik primer maupun
sekunder.
c. Tentukan dulu sistem primernya yang melintas dalam kota tersebut, berdasarkan
pengertian dan kriteria klasifikasi jalan primer, hierarki kota dalam sistem primer,
serta hasil pengamatan di lapangan.
8/18/2019 Artikel_10300004
16/20
16
d. Tentukan sistem sekunder berdasarkan pengertian dan kriteria klasifikasi fungsi
jalan, hierarki kawasan kota dalam sistem sekunder serta hasil pengamatan di
lapangan, pilih mana yang paling mendekati kriteria yang ada.
e. Lakukan program perbaikan/penyempurnaan jalan tersebut agar sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
Sistem Jaringan Jalan Primer Kota Banda Aceh
Tabel 3. Pola Pengembangan Kawasan Propinsi NAD
No Nama Kota Hierarki Kota
1 Banda Aceh PKW
2 Lhokseumawe PKW
3 Sabang PKL
4 Sigli PKL
5 Meulaboh PKL
6 Blangpidi PKL
7 Labuhan Haji PKL
8 Tapaktuan PKL
9 Singkil PKL
10 Subulussalam PKL
11 Kutacane PKL
12 Langsa PKL
13 Idi Rayeuk PKL
14 Takengon PKL
Jalan Arteri Pimer
Setidaknya terdapat dua klasifikasi fungsi dan peran jalan arteri primer di
dalam Kota Banda Aceh, yaitu :
1. Ruas-ruas jalan yang berasal dari terusan lintasan arah Medan (PKN) masuk menuju
pusat kegiatan perdagangan atau pusat pasar di dalam Kota Banda Aceh (PKW).
Ruas-ruas jalan tersebut dikenal dengan nama Jalan Tengku Imum Leung Bata -
Jalan Tengku Cik Ditiro - Kawasan pusat kota.
2. Ruas-ruas jalan yang berasal dari terusan lintasan arah Pelabuhan Krueng Raya
masuk melalui pusat pemerintahan (Kantor Gubernur Propinsi NAD) menuju pusat
kegiatan perdagangan atau pusat pasar di dalam Kota Banda Aceh (PKW). Ruas-
ruas jalan tersebut dikenal dengan nama Jalan Laksamana Malahayati - Jalan
Tengku Nyak Arief - Jalan Moh. Daud Beureuh - Kawasan pusat kota.
8/18/2019 Artikel_10300004
17/20
8/18/2019 Artikel_10300004
18/20
18
perdagangan atau pusat pasar di dalam Kota Banda Aceh (PKW), ditetapkan
sebagai jalan kolektor primer. Ruas jalan ini dikenal dengan nama Jalan Soekarno
Hatta.
7. Ruas-ruas jalan terusan yang berasal dari terusan lintasan kota Kecamatan
Darussalam melalui Kampus Unsyiah masuk ke Kota Banda Aceh (PKW), ditetapkan
sebagai jalan kolektor primer. Ruas jalan ini dikenal dengan nama Jalan Utama.
Ruas-ruas jalan kolektor primer tersebut di atas beserta persyaratan lebar perkerasan
jalan dan kecepatan rencana perjalanan dapat dilihat pada Tabel 5. di bawah ini.
Tabel 5. Ruas-ruas Jalan Kolektor Primer
No Nama Ruas Jalan
Hubungan
Hierarki
Kota
Lebar
Perkerasan
(m)
Kecepatan
Rencana
(km/jam)
1 Sultan Iskandar Muda PKL-PKW - 40
2 Lamgapang PKW-PKW - 40
3 Tengku Iskandar Terusan 7 40
4 Sultan Malikul Saleh PKL-PKW 5,5 – 7 -
5 Sultan Saladin Terusan 5,5 – 7 -
6 Lhok Nga Terusan - 40
7 Soekarno Hatta Terusan - 40
8 Tgk. A.Rahman Meunasah Terusan - -
9 Cut Nyak Dhien PKW-PKW 7 28
10 Teuku Umar Terusan 7 28
11 St. Aladin Mahmudsyah Terusan 7 40
12 Jalan Utama Terusan - -
Ket : - = Data tidak diperoleh
Sistem Jaringan Jalan Sekunder di Kota Banda Aceh
Jalan Arteri Sekunder
Ruas jalan yang termasuk ke dalam jalan arteri sekunder dapat dilihat pada
Tabel 6. di bawah ini.
Tabel 6. Ruas-ruas Jalan Arteri Sekunder
No Nama Ruas Jalan
Hubungan
Hierarki
Kota
Lebar
Perkerasan
(m)
Kecepatan
Rencana
(km/jam)
1 Hasan Dek F 22 – F 22 7 40
2 Syiah Kuala F 22 – F 22 7 40
3 Panglima Polim F 21 – F 22 7 -
4 Tgk Nyak Makam F 21 – F 21 7 -
5 Ulee Kareng Prana F 21 – F 21 7 -
8/18/2019 Artikel_10300004
19/20
19
Jalan Kolektor Sekunder
Memperhatikan hierarki kawasan kota, persyaratan kriteria dan ciri jalan
kolektor sekunder, maka ruas-ruas jalan yang memenuhi klasifikasi fungsi dan peranan
jalan kolektor sekunder dapat dilihat pada Tabel 7. di bawah ini.
Tabel 7. Ruas-ruas Jalan Kolektor Sekunder
No Nama Ruas Jalan
Hubungan
Hierarki
Kota
Lebar
Perkerasan
(m)
Kecepatan
Rencana
(km/jam)
1 KH Achmad Dahlan F22-F23 - -
2 Pocut Besar F22-F23 7 -
3 W.R. Supratman F22-F23 - -
4 Habib Abd. Rahman F22-F23 7 -
5 Prof. A. Madjid Ibrahim F22-F23 - -
6 Jenderal Sudirman F22-F23 - -
7 Muhamad Jam F22-F23 7 -
8 Wedana F22-F23 5,5 -
9 Diponegoro F22-F23 7 -
10 Tgk. Cik Di Pineng F22-Persil 7 -
Ket : - = Data tidak diperoleh.
Penutup
Dengan data-data yang diperoleh dan kemudian di analisis, maka penulis
menarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Pengembangan jaringan jalan di Kota Banda Aceh mengikuti pola yang sudah ada,
yaitu membentuk pola ”linier dan radial ” atau bersifat ”radial simetris” sesuai dengan
bentuk dan morfologi lahan, efisiensi pemanfaatan lahan, kemudahan dalam sistem
utilitas, dan aksesibilitas yang ditimbulkannya.
b. Berdasarkan hierarki pusat kegiatan dan kawasan perkotaan, sistem jaringan jalan di
Kawasan Perkotaan Kota Banda Aceh terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan
sekunder.
c. Sistem jaringan jalan primer di kawasan perkotaan Kota Banda Aceh merupakan
terusan sistem jaringan jalan antara kota yang secara menerus masuk ke dalam kota
Banda Aceh menuju kawasan Pusat Kota.
d. Terdapat dua lintasan jaringan jalan di dalam Kota Banda Aceh yang berfungsi
sebagai jalan arteri primer.
e. Terdapat tujuh lintasan jaringan jalan di dalam Kota Banda Aceh yang berfungsi
sebagai jalan kolektor primer.
8/18/2019 Artikel_10300004
20/20
20
f. Ruas-ruas jalan di dalam Kota Banda Aceh yang dapat diklasifikasikan fungsinya
menjadi jalan lokal primer, yaitu Jalan Rama Setia, Jalan Mesjid Ulee Kareng Prana,
Jalan Mesjid Tuha, Jalan Teuku Cik Dik Pineng, dan Jalan Tengku Yusuf.
g. Sistem jaringan jalan sekunder di kawasan perkotaan Kota Banda Aceh ditentukan
berdasarkan struktur hierarki kawasan kota, terdiri dari jalan arteri sekunder, kolektor
sekunder, dan lokal sekunder.
h. Terdapat lima ruas jalan di dalam Kota Banda Aceh yang berfungsi sebagai jalan
arteri sekunder, yaitu Jalan Hasan Dek, Jalan Syiah Kuala, Jalan Panglima Polim,
Jalan Tengku Nyak Makam, dan Jalan Ulee Kareng Prana.
i. Jalan kolektor sekunder terdapat pada ruas-ruas jalan KH. Achmad Dahlan, Jalan
Pocut Besar, Jalan WR. Supratman, Jalan Habib Abdurrahman, Jalan Diponegoro,
Jalan Prof. A. Mahmud Ibrahim, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Muhamad Jam, dan
Jalan Wedana.
j. Penetapan kecepatan perjalanan yang ditetapkan dalam Pedoman Penentuan
Klasifikasi Fungsi Jaringan Jalan di Kawasan Perkotaan tidak dapat diterapkan pada
sistem jaringan jalan perkotaan di Kota Banda Aceh karena masyarakat Aceh dalam
melakukan perjalanan dengan menggunakan kendaraan bermotor bersikap hati-hati
dan sopan.